• Tidak ada hasil yang ditemukan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Taman Nasional Teluk Cenderawasih (TNTC) merupakan salah satu kawasan pelestarian alam memiliki potensi untuk pengembangan ekowisata. Pengembangan ekowisata di TNTC tidak bisa dilaksanakan oleh satu organisasi atau institusi saja, namun harus dilakukan oleh semua para pihak yang terkait baik langsung maupun tidak langsung dengan kegiatan ekowisata. Para pihak (stakeholders) yang terkait harus memiliki kepedulian dan komitmen untuk melaksanakan pengembangan ekowisata. Pengembangan ekowisata di TNTC bukan hanya tanggungjawab pemerintah, tetapi memerlukan peran aktif dari seluruh stakeholders. Menurut Freeman (1984) dalam Reed et al. (2009) bahwa stakeholders adalah orang-orang yang mempengaruhi atau dipengaruhi oleh keputusan atau tindakan. Pengembangan ekowisata memiliki beberapa komponen penting antara lain yaitu aspek potensi sumberdaya alam yang berkelanjutan, sumber pembiayaan, aspek pengelolaan teknis maupun non teknis serta pengaturan kewenangan. Di dalam aspek pengelolaan maupun pengaturan kewenangan pengembangan ekowisata terlibat banyak pihak yang berkepentingan. Para Pihak tersebut adalah pemerintah, swasta, LSM dan masyarakat. Kondisi saat ini di TNTC bahwa keterlibatan stakeholders belum dilakukan secara menyeluruh bahkan beberapa pihak tertentu saja yang terlibat dalam proses perencanaan, pengambilan keputusan penting, ataupun dalam aspek pengelolaan berkaitan dengan pengembangan ekowisata di TNTC. Peran dari setiap stakeholders diharapkan mampu untuk menciptakan pengembangan ekowisata di TNTC secara teratur (BBTNTC, 2009a).

Kolaborasi pengelolaan Kawasan Pelestarian Alam sangat penting dalam pelaksanaan suatu kegiatan atau penanganan suatu masalah. Kolaborasi dapat membantu meningkatkan efektivitas pengelolaan kawasan pelestarian alam secara bersama dan sinergis oleh para pihak atas dasar kesepahaman dan kesepakatan bersama sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Para pihak yang dimaksud adalah semua pihak yang memiliki minat, kepedulian, atau kepentingan dengan upaya konservasi Kawasan Pelestarian Alam, antara lain: Lembaga pemerintah pusat, Lembaga pemerintah daerah (eksekutif dan

(2)

legislatif), masyarakat setempat, LSM, BUMN, BUD, swasta nasional, perorangan maupun masyarakat internasional,Perguruan Tinggi/Universitas/Lembaga Pendidikan/Lembaga Ilmiah. Peran serta para pihak meliputi kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan oleh para pihak yang timbul atas minat, kepedulian, kehendak dan atas keinginan sendiri untuk bertindak dan membantu dalam mendukung pengelolaan Kawasan Pelestarian Alam (Dephut, 2004).

TNTC mempunyai fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. Taman Nasional dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi alam (UU RI No. 5 Tahun 1990). Kawasan TNTC ditunjuk sebagai Taman Nasional melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor:472/Kpts-II/1993 dan ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 8009/Kpts-II/2002 tanggal 29 Agustus 2002 dengan luas 1.453.500 ha yang terdiri dari 1.385.300 ha (95,31%) laut/perairan dan 68.200 (4,69 % ) daratan. Secara administratif TNTC terletak di dua kabupaten dan dua propinsi yaitu 30,98 % di Kabupaten Nabire Provinsi Papua dan 69,02 % di Kabupaten Teluk Wondama Provinsi Papua Barat (BBTNTC, 2009a).

TNTC memiliki 5 tipe ekosistem yaitu: ekosistem hutan tropis daratan/pulau, ekosistem hutan pantai, ekosistem hutan mangrove, ekosistem padang lamun, dan ekosistem terumbu karang. Keragaman ekosistem tersebut menjadikan TNTC memiliki potensi keanekaragaman flora dan fauna yang tinggi. Potensi flora meliputi: potensi flora laut (algae dan rumput laut), potensi flora pantai dan pulau didominasi vegetasi pepohonan (Baringtonia asiatica, Terminalia cattapa, Casuarina equisetifolia dan Calophyllum inophyllum). Sedangkan potensi fauna meliputi terumbu karang (coral reef) terdapat ± 460 jenis, ikan (fish) 718 jenis, moluska ± 201 jenis, mamalia 14 jenis, reptil 7 jenis, dan burung (aves) seperti junai mas (Chaloenas nicobarica), dara laut (Ducula sp), camar laut (Stema sp), dan lain-lain (BBTNTC, 2009a).

Selain potensi keanekaragaman hayati yang tinggi, TNTC juga memiliki potensi obyek daya tarik wisata berupa obyek wisata bahari, obyek wisata

(3)

pantai/pesisir, obyek wisata sejarah dan obyek wisata budaya. Adanya potensi obyek daya tarik wisata TNTC maka kawasan ini sejak tahun 2004 menjadi salah satu daerah tujuan wisata bagi wisatawan domestik maupun wisata mancanegara. Kegiatan wisata yang ada di TNTC meliputi diving, snorkeling, birds watching, pengamatan paus, pengamatan ikan lumba-lumba, menikmati sumber air panas, wisata pantai, pengamatan goa bersejarah dan pengamatan budaya. Obyek Daya Tarik Wisata (ODTW) tersebut bisa ditemukan di beberapa lokasi di kawasan TNTC seperti di Pulau Rumberpon, Pulau Roswar, Pulau Yoop, Pulau Roon, Pulau Anggromeos, Pulau Papaya, Tanjung Mangguar, Napan Yaur, Pulau Nusambier dan Teluk Wondama. (BBTNC, 2009a).

Menurut Wiratno et al. (2004) menjelaskan bahwa beberapa kendala yang masih dihadapi dalam pengelolaan Taman Nasional di Indonesia antara lain: (1) keterbatasan anggaran, (2) sumberdaya pengelola masih belum memadai, (3) kelemahan infrastruktur, (4) hubungan yang belum harmonis dengan masyarakat di sekitar kawasan. Untuk mewujudkan fungsi pengelolaan TNTC terutama dalam pemanfaatan sumber daya alam melalui pengembangan ekowisata perlu dukungan dari berbagai pihak, khusus pengelolaan zona pariwisata diperlukan jaringan kerja dan komitmen para pihak yang berkepentingan terkait dalam pengembangan ekowisata di TNTC.

Atas dasar pemikiran tersebut diatas, untuk mengoptimalkan pengembangan kegiatan ekowisata di TNTC perlu dilakukan analisis peranan stakeholders dan kebijakan pemerintah yang terkait dengan pengembangan ekowisata di kawasan TNTC Kabupaten Teluk Wondama.

1.2. Rumusan masalah

Secara administratif TNTC berada di dua kabupaten dan dua propinsi yaitu 69,02 % di Kabupaten Teluk Wondama Provinsi Papua Barat dan 30,98 % di Kabupaten Nabire Provinsi Papua (BBTNTC, 2009a). Kabupaten Teluk Wondama merupakan salah satu kabupaten pemekaran dari Kabupaten Manokwari pada Tahun 2002 sehingga dalam perencanaan pembangunan mengalami berbagai kendala diantaranya adalah sarana dan prasarana yang kurang memadai, database potensi daerah belum tereksplorasi dengan baik dan tata ruang kota belum tersusun secara komprehensif (Pemkab Teluk Wondama, 2006).

(4)

TNTC sejak tahun 2004 telah menjadi daerah tujuan wisata bagi wisatawan mancanegara maupun wisata nusantara. Berdasarkan data tahun 2004-2009 bahwa pengunjung TNTC sebanyak 401 orang yang terdiri dari wisatawan domestik 87 orang; wisatawan mancanegara 227 orang dan peneliti 87 orang. Jumlah pengunjung pertahunnya selama 6 (enam) tahun terakhir sifatnya berfluktuasi bahkan cenderung menurun dari tahun 2007 ke tahun 2008 dan tahun 2009 (BBTNTC, 2010). Perkembangan ekowisata di TNTC terkesan lambat secara umum diindikasikan dapat terjadi karena: 1) Aksesibilitas ke obyek daya tarik wisata masih sulit; (2) Sarana prasarana belum memadai; (3) Jumlah dan kualitas sumberdaya manusia masih terbatas; (4) Kebijakan pemerintah pusat dan Pemerintah Teluk Wondama belum sinergis; (5) Peranan stakeholders terhadap pengembangan ekowisata belum terarah/belum sinergis dengan program ekowisata.

Pengembangan ekowisata di TNTC saat ini seolah-olah hanya tanggungjawab pemerintah pusat (Balai Besar TNTC) sehingga berkesan kurang berkembang. Pada hal untuk pengembangannya diperlukan peranan dari semua stakeholders dan dukungan kebijakan serta peraturan perundang-undangan yang jelas. Untuk meningkatkan pengelolaan TNTC dan mengakomodir berbagai kepentingan bahwa TNTC dikelola dalam 6 (enam) zona. Salah satu diantaranya adalah zona pariwisata yang dapat digunakan untuk pengembangan ekowisata. Zona pariwisata ini telah di rumuskan dalam Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) jangka waktu 20 tahun yaitu periode tahun 2010-2029 (BBTNTC, 2009a). Namun terkait pengembangan ekowisata di TNTC bahwa implementasi peranan dari masing-masing stakeholder belum nyata dilapangan sehingga pengembangan ekowisata belum optimal. Untuk mendukung keberhasilan pengembangan ekowisata di TNTC khususnya di Kabupaten Teluk Wondama sangat ditentukan oleh berbagai faktor seperti: eksistensi Taman Nasional Teluk Cenderawasih, jumlah dan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang memadai, sarana dan prasarana yang memadai, dukungan pemerintah dan para pihak serta potensi sumberdaya alam TNTC (BBTNTC, 2009a).

Pengembangan ekowisata di TNTC tidak cukup hanya memetakan potensi dan menawarkan obyek daya tarik wisata yang ada, namun perlu peranan

(5)

stakeholders secara nyata dilapangan. Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka permasalahan yang muncul dalam pengembangan ekowisata di TNTC Kabupaten Teluk Wondama adalah belum diketahui bagaimana peranan stakeholders dan dukungan kebijakan terhadap pengembangan ekowisata di TNTC Kabupaten Teluk Wondama. Untuk dapat menjawab permasalahan tersebut maka pertanyaan penelitian adalah:

1. Siapa saja stakeholders yang terlibat dalam pengembangan ekowisata di TNTC?

2. Apa saja kebutuhan masing-masing stakeholders terkait dengan pengembangan ekowisata di TNTC?

3. Apa saja instrumen kebijakan Balai Besar TNTC dan Kebijakan Pemda Teluk Wondama yang sudah ada berkaitan dengan pengembangan ekowisata di TNTC ?.

4. Bagaimana implementasi peranan stakeholders terhadap pengembangan ekowisata di TNTC?.

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan utama penelitian adalah untuk merumuskan peranan stakeholders terkait pengembangan ekowisata di TNTC Kabupaten Teluk Wondama. Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan berbagai analisis terhadap :

1) Stakeholders yang terlibat dalam pengembangan ekowisata di TNTC. 2) Kebutuhan stakeholders terkait dengan pengembangan ekowisata di TNTC. 3) Kebijakan yang berkaitan dengan pengembangan ekowisata di TNTC. 4) Merumuskan peranan stakeholders terkait pengembangan ekowisata di

TNTC Kabupaten Teluk Wondama.

Manfaat penelitian yakni (1) Sebagai sumber informasi bagi stakeholders berkaitan dengan pengembangan ekowisata di TNTC; (2) masukan kepada pengambil keputusan dalam pengembangan ekowisata di TNTC Kabupaten Teluk Wondama; dan (3) sebagai pedoman pengembangan ekowisata secara khusus di TNTC Kabupaten Teluk Wondama dan secara umum di Indonesia. 1.4. Kerangka Pemikiran

Peranan stakeholders terhadap pengembangan ekowisata di TNTC Kabupaten Teluk Wondama dilihat dari aspek kebijakan atau peraturan

(6)

perundang-undangan dan aspek kepentingan, pengaruh. Aspek kebijakan dilakukan dengan analisis kebijakan sedangkan aspek kepentingan, pengaruh dilakukan dengan analisis stakeholders. Hasil analisis kebijakan dan analisis stakeholders selanjutnya disintesiskan sehingga menghasilkan rumusan peranan stakeholders terhadap pengembangan ekowisata di TNTC. Kerangka pemikiran peranan stakeholders terhadap pengembangan ekowisata di TNTC Kabupaten Teluk Wondama secara rinci dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Bagan Alir Kerangka Pemikiran Stakeholders

Peraturan perundang-undangan

Stakeholders Terhadap Pengembangan Ekowisata di TN. Teluk Cenderawasih

Kebijakan

Kepentingan

Rumusan Peranan Stakeholders Terhadap Pengembangan Ekowisata di TNTC Kabupaten Teluk Wondama Pemerintah Pusat

(BBTNTC)

Masyarakat, Swasta, LSM, PT

Pemda Kab. Teluk Wondama & Pemda Prov. Papua Barat

Analisis

Pengaruh

Gambar

Gambar 1. Bagan Alir Kerangka Pemikiran  Stakeholders

Referensi

Dokumen terkait

Reaktivitas : Tidak ada data tes khusus yang berhubungan dengan reaktivitas tersedia untuk produk ini atau bahan bakunya... Stabilitas

Berdasarkan hasil statistik yang telah dilakukan serta hasil uraian pembahasan sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan yaitu variabel pertumbuhan kredit dan

Berdasarkan Firman Tuhan tersebut maka sebagai Pelayan Yesus Kristus kami memberitakan bahwa pengampunan dosa telah berlaku dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus.. Umat SYUKUR

Soal ujian dengan kriteria sangat mudah dan sulit menunjukkan kekuatan diskriminasi rendah, bahkan nilai indeks diskriminasi negatif ditemukan pada soal yang

Cuplikan percakapan berikut sebagai contoh adanya penggunaan kode yang berwujud bahasa asing dalam percakapan novel Ney Dawai Cinta Biola karya Hadi S.. Arifin

Untuk mehasilkan poin ada beberapa macam teknik menyerang dalam cabang olahraga Bola Voli yaitu seperti yang dikemukakan oleh Dieter Beutelstahl (2008, hlm. Dalam

kot ke pelaku pasar (Identifikasi Persoalan) Pembentukan lembaga khusus Penataan Terpadu Kawasan Arjuna sbd perwakilan stakeholder Persiapan Penilaian (Tahap Perencanaan)

1) Mengembangkan kurikulum mata pelajaran IPS. a) Menelaah prinsip-prinsip pengembangan kurikulum IPS. b) Memilih pengalaman belajar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran IPS.