• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEOROTIS. Perpustakaan berasal dari kata pustaka yang berarti buku atau kitab, ditambah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN TEOROTIS. Perpustakaan berasal dari kata pustaka yang berarti buku atau kitab, ditambah"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN TEOROTIS 2.1 Pengertian Perpustakaan

Perpustakaan berasal dari kata pustaka yang berarti buku atau kitab, ditambah

awalan per dan akhiran an sehingga menjadi perpustakaan yang berarti kumpulan

buku – buku dan kitab – kitab. Secara umum perpustakaan mempunyai arti sebagai suatu tempat yang didalamnya terdapat kegiatan penghimpunan, pengolahan, dan penyebarluasan (pelayanan) segala macam informasi, baik yang tercetak maupun yang terekam dalam berbagai media seperti buku, majalah, surat kabar, film, kaset,

tape recorder, video, komputer, dan lain – lain (Yusuf, 2005: 1)

Selain itu perpustakaan juga dapat diartikan sebagai suatu unit kerja yang berupa tempat menyimpan koleksi bahan pustaka yang diatur secara sistematis dengan cara tertentu untuk digunakan secara berkesinambungan oleh pemakainya sebagai sumber informasi. (Membina Perpustakaan Sekolah, 1994: 17).

Selanjutnya menurut Darmono (2007: 1) perpustakaan adalah salah satu bentuk organisasi sumber belajar yang menghimpun organisasi dalam bentuk buku dan bukan buku yang dapat dimanfaatkan oleh pemakai (Guru, siswa, dan masyarakat) dalam upaya mengembangkan kemampuan dan kecakapannya.

Dalam UU No. 43 Tahun 2007 menjelaskan secara ringkas bahwa:

Perpustakaan merupakan institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan/atau karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi pemustaka.

Dari pendapat di atas maka dapat diambil makna bahwa perpustakaan adalah suatu unit kerja yang mengelola informasi baik buku maupun bukan buku agar dapat dimanfaatkan oleh penggunanya.

(2)

2.2 Pengertian Perpustakaan Sekolah

Menurut Surachman (2007: 2), “Perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang berada dalam suatu sekolah yang kedudukan dan tanggung jawabnya kepada kepala sekolah, yang melayani sivitas akademika sekolah yang bersangkutan”. Perpustakaan sekolah sebagai organisasi mikro dari sekolah merupakan organisasi semi otonom yaitu dapat mengambil kebijakan dan keputusan sendiri untuk pengembangan perpustakaan tanpa harus menunggu keputusan dari pihak sekolah. Pihak sekolah, melalui kepala sekolah hanya dapat menyetujui ataupun tidak kebijakan dari perpustakaan.

Sedangkan menurut Soetminah (1992: 34), “Perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang ada di sekolah sebagai sarana pendidikan untuk menunjang pencapaian tujuan pendidikan prasekolah, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”.

Menurut Yusuf (2007: 2) “Perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang ada di lingkungan sekolah. Maka secara umum perpustakaan sekolah adalah suatu unit kegiatan yang berada di lingkungan sekolah yang dikelola secara profesional untuk memberikan informasi kepada penggunanya”.

Pendapat di atas menjelaskan bahwa perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang ada di lingkungan sekolah yang melakukan kegiatan menghimpun, mengolah, dan menyebarluaskan informasi baik tercetak maupun tidak tercetak dalam mendukung kurikulum sekolah.

2.2.1 Fungsi dan Tujuan Perpustakaan Sekolah

Perpustakaan sekolah memiliki fungsi edukatif, informatif, rekreatif, dan riset atau penelitian. Perpustakaan sekolah sebagai satu unit kerja di lingkungan sekolah harus sejalan dan mendukung tugas – tugas sekolah. Karena tugas – tugas sekolah

(3)

telah disusun berdasarkan kurikulum sekolah, maka perpustakaan sekolah juga harus mampu mendukung kurikulum sekolah. Dalam manifesto kebijakan IFLA/ UNESCO mengenai pedoman perpustakaan sekolah terdapat misi perpustakaan sekolah yaitu “perpustakaan sekolah dalam pendidikan dan pembelajaran untuk semua. Dengan penjelasan bahwa:

Perpustakaan sekolah menyediakan informasi dan ide yang merupakan fondasi agar berfungsi secara baik di dalam masyarakat masa kini yang berbasis informasi dan pengetahuan. Perpustakaan sekolah merupakan sarana bagi para murid agar terampil belajar sepanjang hayat dan mampu mengembangkan daya pikir agar mereka dapat hidup sebagai warga negara yang bertanggung jawab.

Perpustakaan Sekolah menurut Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 0103/O/1981, tanggal 11 Maret 1981, mempunyai fungsi sebagai :

a. Pusat kegiatan belajar-mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan seperti tercantum dalam kurikulum sekolah

b. Pusat Penelitian sederhana yang memungkinkan para siswa mengembangkan kreativitas dan imajinasinya.

c. Pusat membaca buku-buku yang bersifat rekreatif dan mengisi waktu luang (buku-buku hiburan).

Menurut Soeatminah (1992: 12) “Perpustakaan Sekolah berfungsi sebagai sarana yang dapat :

1. Meningkatkan kemampuan berpikir dan menanamkan kebiasaan belajar sendiri sesuai dengan bakatdan perkembangannya. 2. Menanamkan pengetahuan yang terpadu sebagai gabungan dari mata pelajaran sesuai dengan kurikulum sekolah.

3. Menaikkan prestasi keilmuan melalui bahan bacaan”. Fungsi perpustakaan sekolah adalah:

1. sebagai pusat belajar mengajar. Perpustakaan sekolah berfungsi membantu program pendidikan pada umumnya, serta sesuai dengan tujuan kurikulum masing-masing. Mengembangkan kemampuan anak menggunakan sumber informasi. Bagi guru, perpustakaan sekolah merupakan tempat untuk membantu guru mengajar, juga tempat bagi guru untuk memperkaya pengetahuan.

(4)

2. membantu anak didik memperjelas dan memperluas pengetahuannya tentang suatu pelajaran di kelas dan mengadakan penelitian di perpustakaan .

3. mengembangkan minat, kemampuan, dan kebiasaan membaca yang menuju kebiasaan mandiri.

4. membantu anak untuk mengembangkan bakat, minat, dan kegemarannya. 5. membiasakan anak untuk mencari informasi di perpustakaan. Kemudian

anak mencari informasi dalam perpustakaan akan menolongnya kelak dalam pelajaran selanjutnya.

6. peprustakaan sekolah merupakan tempat memperoleh bahan rekreasi sehat, melalui buku bacaan fiksi.

7. perpustakaan sekolah memperluas kesempatan belajar bagi murid-murid. (Perpustakaan Nasional RI, 1992: 12)

Selain itu menurut Hasugian, (2009: 82-85) fungsi perpustakaan secara umum adalah:

(a) Penyimpanan. Salah satu tugas pokok perpustakaan adalah menyimpan bahan perpustakaan yang diterimanya. Tugas inilah yang menyebabkan perpustakaan selalu disebut dengan istilah document storage. Sebab semua jenis perpustakaan

melakukan fungsi ini.

(b) Pendidikan. Perpustakaan selalu dikaitkan dengan buku, sedangkan buku selalu dihubungkan dengan kegiatan belajar dan kegiatan belajar adalah merupakan bahagian dari dunia pendidikan.

(c) Penelitian. Kegiatan penelitian mutlak memerlukan jasa perpustakaan. Perpustakaan bertugas menyediakan bahan perpustakaan (penyedia materi) untuk keperluan penelitian.

(d) Informasi. Perpustakaan adalah institusi pengelola informasi. Perpustakaan menyediakan informasi bagi pemakai.

(e) Kultural. Perpustakaan bertugas menyimpan khasanah budaya bangsa khususnya yang berupa media yang merekam informasi, naskah, manuskrip dan/atau dokumen lainnya.

(f) Fungsi Rekreasi. Pengguna perpustakaan dapat menikmati rekreasi dengan cara membaca

Perpustakaan yang memiliki fungsi edukatif, informatif, rekreatif, dan riset dan penelitian akan dijelaskan sesuai dengan fungsinya masing – masing karena setiap fungsi memiliki pengertian dan penjelasan yang berbeda.

Menurut Yusuf (2007: 4) “Fungsi yang pertama dalah fungsi edukatif. Fungsi edukatif adalah segala fasilitas dan sarana yang ada pada perpustakaan sekolah, terutama koleksi yang dikelolanya banyak membantu para siswa sekolah untuk belajar dan memperoleh kemampuan dasar dalam mentransfer konsep – konsep pengetahuan, sehingga dikemudian hari para siswa memiliki kemampuan untuk mengembangkan dirinya lebih lanjut.

Fungsi kedua dari perpustakan yaitu fungsi informatif , pengertian fungsi informatif adalah mengupayakan penyediaan koleksi perpustakaan yang

(5)

bersifat “memberi tahu” akan hal-hal yang berhubungan dengan kepentingan para siswa dan guru.

Fungsi ketiga adalah fungsi rekreatif, fungsi ini memang bukan fungsi utama sebuah perpustakaan, melainkan hanya fungsi pendukung perpustakaan.

Fungsi yang keempat adalah fungsi riset dan penelitian. yaitu koleksi perpustakaan sekolah bisa dijadikan bahan untuk membantu dilakukannya kegiatan penelitian sederhana”.

Keempat fungsi perpustakaan di atas menjelaskan bahwa perpustakaan memiliki fungsi yang sangat penting dalam proses pengembangan belajar siswa. Karena perpustakaan bukan hanya sebuah gedung dengan tumpukan buku, melainkan perpustakaan adalah sebuah organisasi mikro yang memiliki peran yang penting untuk membantu mencerdaskan kehidupan bangsa.

2.2.2 Tujuan Perpustakaan Sekolah

Setiap hal yang dilakukan pasti memiliki alasan dan tujuan mengapa hal itu dilakukan. Begitu juga dengan perpustakaan, perpustakaan didirikan pasti memiliki tujuan. Tujuan itu tentu tidak akan terlepas dari tujuan institusi induknya. Perpustakaan sekolah memiliki tujuan yang mendukung tujuan dari sekolah yang bersangkutan.

Perpustakaan Nasional RI ( 1992: 10) membagi tujuan kedalam dua bagian yaitu bagian umum dan bagian khusus. Tujuan perpustakaan sekolah secara umum adalah: Perpustakaan sekolah diselenggarakan sebagai suatu perangkat kelengkapan pendidikan untuk bersama dengan kelengkapan-kelengkapan yang lain guna meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan dan keterampilan, mempertinggi budi pekerti dan mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air agar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa berdasarkan system pendidikan yang berasaskan Pancasila dan UUD 1945.

Tujuan perpustakaan secara khusus diselenggarakan sebagai berikut yaitu : 1. Mengembangkan minat, kemampuan, dan kebiasaan membaca khususnya

serta mendayagunakan budaya tulisan dalam sector kehidupan.

2. Mengembangkan kemampuan mencari dan mengolah serta memanfaatkan informasi.

3. Mendidik murid agar dapat mempelihara dan memanfaatkan bahan pustaka secara tepat dan berhasil guna.

(6)

5. Memupuk minat dan bakat.

6. Menumbuhkan aspirasi terhadap pengalaman imajinatif.

7. Mengembangkan kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan atas tanggung jawab dan usaha sendiri.

Sedangkan menurut Yusuf ( 2005: 3) menjelaskan tujuan perpustakaan sekolah adalah sebagai berikut :

1. Mendorong dan mempercepat proses penguasaan teknik membaca para siswa.

2. Membantu menulis kreatif bagi para siswa dengan bimbingan guru dan pustakawan.

3. Menumbuhkembangkan minat dan kebiasaan membaca para siswa.

4. Menyediakan berbagai macam sumber informasi untuk kepentingan pelaksanaan kurikulum.

5. Mendorong, menggairahkan, memelihara, dan memberi semangat belajar bagi para siswa.

6. Memperluas, memperdalam, dan memperkaya pengalaman belajar para siswa dengan membaca buku dan koleksi lain yang mengandung ilmu pengetahuan dan teknologi, yang disediakan oleh perpustakaan.

7. Memberikan hiburan sehat untuk mengisi waktu senggang melalui kegiatan membaca, khususnya buku-buku dan sumber bacaan lain yang besifat kreatif dan ringan seperti fiksi, cerpen, dan lainnya.

2.3 Syarat –Syarat Perpustakaan Sekolah Yang Ideal

Syarat-syarat suatu perpustakaan menurut Perpustakaan Nasional RI adalah: 2.3.1. Ruangan Perpustakaan Sekolah

Menurut Yusuf ( 2005: 95 ) fungsi ruangan perpustakaan secara umum adalah untuk :

1. Tempat para petugas melaksanakan kegiatan-kegiatan perpustakaan, yakni menghimpun, mengolah, dan kemudian melayankan kepada pengguna. 2. Tempat penyimpanan koleksi perpustakaan, baik yang fungsinya sebagai

koleksi dasar pendukung kurikulum sekolah maupun koleksi penunjang. 3. Tempat dilaksanakannya kegiatan rutin secara bersama para siswa pada

saat-saat tertentu.

Ruangan yang baik adalah ruangan yang dapat menampung semua kegiatan perpustakaan sehingga proses penyelenggaraan perpustakaan tidak terhambat.

(7)

1. Tata Ruang, Dekorasi, dan Penerangan Ruangan

Dalam menata ruangan perpustakaan sekolah ada hal-hal yang harus diperhatikan agar ruangan terasa nyaman oleh pengguna. Perpustakaan Nasional RI (1992: 25) menjelaskan bahwa ruangan perpustakaan diatur sehingga :

a. Aktifitas layanan perpustakaan dapat berlangsung dengan lancar. b. Para pengunjung tidak saling mengganggu waktu bergerak dan belajar. c. Memungkinkan pertukaran udara dan masuknya sinar matahari dalam

ruangan.

d. Pengawasan dan pengamanan bahan pustaka dapat dilaksanakan dengan baik.

Dekorasi sebuah perpustakaan sekolah sebaiknya dibuat secara sederhana dan sesuai dengan tingkatan pendidikan sekolah. Karena perpustakaan sekolah dasar, menengah, dan tingkat atas memiliki perbedaan usia. Sehingga sebaiknya peprustakaan sekolah mengikuti situasi diamana perpustakaan sekolah itu berada.

Penerangan ruangan juga menjadi perhatian bagi penyelenggaraan suatu perpustakaan. Hal yang dianggap kecil namun cukup berpengaruh terhadap kinerja perpustakaan. Perpustakaan Nasional RI ( 1992: 25 ) menjelaskan bahwa:

a. Menggunakan cahaya matahari sebagai penerangan ruangan dengan catatan jangan samapai langsung kena buku, pantulan sinar benda bergerak di luar jangan mengganggu.

b. Jika menggunakan sinar lampu listrik, pergunakan jenis lampu yang tidak menghasilkan sinar yang menyilaukan.

2. Luas Ruangan

Penentuan luas ruangan juga memperhatikan aturan yang berlaku yang ditetapkan oleh Perpustakaan Nasional. Karena sebuah ruangan perpustakan harus dibuat senyaman mungkin untuk pengguna perpustakaan, dan faktor luas ruangan sangat berpengaruh. Luas ruangan harus disesuaikan dengan kebutuhan perpustakaan.

Dalam standar ukuran luas dari Perpustakaan Nasional yaitu 3m² untuk setiap siswa, selanjutnya dikalikan 10,5 dari populasi siswa. (Yusuf, 2005: 97). Sebagai contoh, sebuah perpustakaan sekolah dasar negeri memiliki siswa sebanyak 420

(8)

orang yang terdiri dari kelas satu sampai kelas enam. Maka berdasarkan hitungan di atas adalah :

10,5 x 420 x 3m² = 132,3m² , dibulatkan menjadi 132m²

132m² merupakan luas yang ideal untuk sebuah perpustakaan sekolah dasar dengan siswa sebanyak 420 orang.

2.3.2. Koleksi Perpustakaan Sekolah

Perpustakaan dapat disebut sebagai perpustakaan bila perpustakaan tersebut memiliki koleksi perpustakaan. Perpustakaan dapat menjalankan fungsinya sebagai sumber informasi bila ada koleksi sebagai informasi yang akan disebar untuk pengguna.

Dalam buku “Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan” karya.(Yusuf, 2005: 22) dijelaskan bahwa “Koleksi perpustakaan sekolah adalah sejumlah bahan atau sumber-sumber informasi, baik berupa buku ataupun bahan bukan buku, yang dikelola untuk kepentingan proses belajar dan mengajar di sekolah yang bersangkutan”.

Melihat pengguna perpustakaan sekolah yang merupakan siswa SD, dimana para siswa itu masih dibina untuk mendorong minat baca. Untuk mendukung tujuan perpustakaan sekolah yaitu membantu mengembangkan belajar siswa agar menjadi lebih kreatif dan imajinatif sebagai upaya belajar mandiri dalam menemukan kebutuhan informasi. Maka, koleksi perpustakaan harus sesuai dengan tujuan tersebut. Menurut Yusuf (2005: 24) perbandingan antara jenis koleksi fiksi dan non fiksi adalah 60:40. Maksudnya adalah 60% untuk katagori jenis koleksi fiksi dan 40% untuk jenis koleksi non fiksi.

Dalam Perpustakaan Nasional (1994: 24) dijelaskan ada dua hal yang harus diperhatikan pihak perpustakaan sekolah yaitu:

(9)

1. Koleksi Dasar, yaitu setiap sekolah memulai dengan suatu koleksi dasar dengan perbandingan 10 (sepuluh) judul untuk setiap murid. Koleksi ini diharapkan dapat disusun dalm waktu lima tahun. Koleksi dasar merupakan 50% dari jumlah koleksi minimum yang hendaknya dapat dicapai dalam waktu sepuluh tahun.

2. Pengembangan, yaitu setelah tercapai koleksi dasar, selanjutnya untuk pemeliharaannya dan penggantian koleksi yang telah ada, diperlukan penambahan setiap tahunnya kurang lebih 10% dari jumlah koleksi yang ada. Di samping itu masih diperlukan penambahan seperlunya (kurang lebih 10%) untuk mencapai koleksi minimum yang ditargetkan. Sesudah tahun yang kesepuluh pertumbuhan itu hanya untuk pemeliharaan dan penggantian.

2.3.2.1 Jenis – Jenis Koleksi Perpustakaan Sekolah

Jenis koleksi perpustakaan sekolah dapat dikelompokkan ke dalam katagori buku dan bukan buku. Buku adalah bahan perpustakaan yang berupa semua jenis buku teks, contohnya adalah buku pelajaran sekolah. Bahan bukan buku yaitu jenis koleksi perpustakaan yang bukan termasuk dalam katagori bukan buku teks. Contohnya adalah majalah, Koran, dan lain-lain. Hal ini akan dijelaskan lebih mendalam pada bagian berikut yaitu: (a) buku, (b) bahan buakn buku, dan (c) koleksi audiovisual.

a. Buku

Buku masih merupakan bahan perpustakaan yang utama untuk dijadikan koleksi perpustakaan. Buku terdiri dari buku fiksi dan buku non fiksi. “Buku fiksi adalah buku cerita ciptaan seseorang pengarang berdasarkan khayalan. (Perpustakaan Nasional RI, 1992: 19 ). Yang termasuk kedalam golongan buku fiksi antara lain ada fiksi umum, fiksi ilmiah, dan fiksi sastra . Contohnya adalah novel, cerpen, komik dan lain-lain.

Menurut pandapat Yusuf (2005: 10) “Buku non fiksi adalah mereka ditulis berdasarkan fakta atau kenyataan alam dan budaya sekitar kita”. Contoh dari buku non fiksi adalah buku teks atau buku pelajaran dan buku refrensi yang berupa kamus,

(10)

ensiklopedia, buku tahunan, buku pedoman, almanak, indeks, bibliografi, abstrak, dan atlas.

b. Bahan Bukan Buku

Yang dimaksud dengan bahan bukan buku adalah bahan ataupun koleksi perpustakaan yang masih dalam bentuk cetakan namun bukan berupa buku, hal ini dikemukakan oleh Yusuf (2005: 2). Contoh koleksi bahan bukan buku adalah majalah, surat kabar, brosur, pamphlet, globe, dan koleksi lainnya.

c. Koleksi Audiovisual

Menurut Yusuf (2005: 23) “yang dimaksud dengan koleksi audiovisual adalah koleksi perpustakaan yang dibuat atas hasil teknologi elektronik bukan bahan hasil dari cetakan kertas. Contohnya adalah film, microfilm, kaset, slide, mikrofis, filmstrip, video, dan koleksi lainnya.

2.3.2.2 Kebijakan pengembangan koleksi

Pengembangan koleksi merujuk beberapa kebijakan dari perpustakaan yang bersangkutan. Secara umum ada beberapa kebijakan pengembangan koleksi.

Menurut Evans, (2000: 72-73) some people suggest that a collection development policy would be more practical if it also incorporated material that allowed the document to serve as a bibliographer’s manual. Other suggest preparing mini-policies for specialized service programs. The additional information needed to make the policy bibliographer’s manuali will not make the document not too lengthy. Providing information about the characteristic of the user population, in addition to simply indentifying who the library serve, will assist newly hired bibliographers in understanding the customer base.

Secara umum, pengembangan koleksi perlu merujuk pada prinsip – prinsip pengembangan koleksi, yaitu sebagai berikut :

(11)

pendidikan yang disesuaikan dengan kurikulum yang ada. Berorientasi kepada pemakai. Dengan demikian kepentingan pengguna menjadi acuan dalam pemilihan dan pengadaan bahan pustaka.

2. Kelengkapan, koleksi perpustakaan diusahakan tidak hanya terdiri dari buku teks yang langsung dipakai untuk mata pelajaran yang diberikan tetapi juga menyangkut bidang ilmu yang berkaitan erat dengan program yang ada dalam kurikulum.

3. Kemuktahiran, selain masalah kelengkapan, kemuktahiran sumber informasi harus diupayakan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Kemuktahiran bahan pustaka dapat dilihat dari tahun terbit. 4. Kerjasama unsur- unsur yang terkait dalam pembinaan koleksi harus ada

kerjasama yang baik dan harmonis sehingga pelaksanaan kegiatan pembinaan koleksi berjalan efektif dan efisien.

3. Fungsi Koleksi Perpustakaan Sekolah

Dengan memperhatikan fungsi perpustakaan sekolah, maka fungsi koleksi perpustakaan juga harus sesuai dengan fungsi perpustakaan sekolah. Dalam buku pedoman perpustakaan sekolah (Depdikbud, 1979: 2) dijelaskan fungsi koleksi perpustakan adalah:

a. Membantu para pelajar melaksanakan penyelidikan dan mencari keterangan yang lebih luas dari pelajaran yang didapat dari kelas.

b. Dari sumber-sumber pengetahuan yang beraneka ragam, seorang anak dapat mengetahui bahwa berbagai informasi dapat diberikan dengan cara yang berbeda, daya tariknya akan terpupuk apalagi kalau ia menemukan keterangan yang bertentangan mengenai masalah yang sama dalam buku-buku yang berbeda judul dan pengarang.

c. Perpustakaan yang baik juga harus dapat membantu seorang murid mengembangkan kegemarannya.

d. Perpustakaan sekolah harus menyebarkan ke seluruh sekolah bacaan untuk memupuk kebiasaan membaca.

e. Perpustakaan yang dipimpin dan diatur dengan baik juga memberikan pendidikan tanggung jawab kepda seorang anak sebagai warga negara.

(12)

2.3.3. Pustakawan

Pustakawan merupakan tenaga profesional yang bertugas mengelola perpustakaan. Seorang pustakawan untuk perpustakaan sekolah haruslah pustakawan yang terampil, cerdas, kreatif dan berwawasan luas. Menurut Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) dalam Hermawan (2006: 45) menjelaskan bahwa

pustakawan adalah seorang yang melaksanakan kegiatan perpustakaan dengan jalan memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan tugas lembaga induknya berdasarkan ilmu pengetahuan, dokumentasi, dan informasi yang dimilikinya melalui pendidikan.

Menurut Anthony Tilke (2002: 11) dijelaskan bahwa the librarian is the head of the school’s library and information service. (pustakawan adalah kepala dari

perpustakan sekolah dan layanan informasi) Masih menurut Tilke (2002: 11) adalah

A school librarian needs to possess knowledge and technical expertise, management skills and a number of competencies.(seorang pustakawan

sekolah membutuhkan kemampuan sendiri dan keahlian teknis, kemampuan manajemen dan sebuah kompetensi)

Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Tahun 2009 pasal 21 nomor 1 tentang standar nasional perpustakaan dijelaskan bahwa pustakawan memiliki kualifikasi akademik paling rendah serjana (S1) atau Diploma IV (D-IV) di bidang perpustakaan dari perguruan tinggi yang terakreditasi. Sedangkan pasal 21 nomor 2 dijelaskan seseorang yang memiliki kualifikasi akademik serendah-rendahnya serjana (S1) atau Diploma IV (D-IV) di luar bidang perpustakaan dari perguruan tinggi yang terakreditasi dapat menjadi pustakawan setelah lulus pendidikan dan pelatihan bidang perpustakaan.

Seorang pegawai perpustakaan tidak hanya berstratafikasi pustakawan, peagawai perpustakaan atau pustakawan harus memiliki kompetensi dalam hal pengetahuan, keahlian dan keterampilan. Ketiga hal ini harus dimiliki pustakwan

(13)

untuk mengembangkan perpustakaannya. Menurut Darmono (2007: 261) ada lima jenis kompetensi yang harus dimiliki pustakawan yaitu:

1. Motif, adalah hal yang selalu dipikirkan atau diinginkan seseorang yang dapat mendorong dan melahirkan suatu kegiatan.

2. ciri-ciri, yang diamksud disini adalah ciri-ciri yang nampak dan tanggapan yang ajek (konstan) yang dimiliki terhadap sebuah keadaan atau situasi. 3. Konsep diri, adalah sikap atau nilai atau ciri-ciri dari seseorang.

4. pengetahuan, adalah informasi yang dimiliki seseorang dalam bidang khusus.

5. keterampilan, adalah kemapuan untuk melaksanakan kegiatan fisik atau mental tertentu.

<

2.4 Layanan Perpustakaan

Perpustakaan merupakan sebuah orgnisasi yang menawarkan jasa bukan produk. Jadi sudah semestinya perpustakaan harus melayani penggunanya dalam menyalurkan jasanya. Dalam perpustakaan layanan merupakan hal yang utama, karena kualitas sebuah perpustakaan dilihat dari layanannya terhadap pengguna sebagai penikmat jasa perpustakaan.

Menurut Yusuf dalam bukunya yang berjudul pedoman penyelenggaraan perpustakaan sekolah, layanan perpustakaan terbagi dua yaitu layanan langsung dan

layanan tidak langsung. Layanan langsung yaitu layanan yang langsung berhubungan dengan pengguna perpustakaan seperti layanan sirkulasi, refrensi dan layanan pengguna. Sedangkan layanan tidak langsung adalah layanan yang dilakukan oleh perpustakaan berupa pemberian motivasi kepada para pengguna untuk memanfaatkan fasilitas perpustakaan.

Sedangkan menurut Darmono (2007: 171) jenis layanan perpustakaan sekolah adalah:

1. Pelayanan peminjaman bahan pustaka (pelayanan sirkulasi) yaitu, pelayanan kepada pemakai perpustakaan berupa peminjaman bahan pustaka yang dimiliki perpustakaan. Dalam pelayanan ini biasanya digunkan sistem tertentu, dengan aturan peminjaman yang disesuaikan dengan kondisi perpustakaan.

(14)

2. Pelayanan refrensi yaitu, pelayanan yang diberikan oleh perpustakaan untuk koleksi-koleksi khusus seperti kamus, ensiklopedia, almanak, direktori, buku tahunan, yang berisi informasi teknis dan singkat. Koleksi ini tidak boleh dibawa pulang oleh pengunjung perpustakaan dan hanya untuk dibaca di tempat.

3. pelayanan ruang baca yaitu, pelayanan yang diberikan oleh perpustakaan berupa tempat untuk melakukan kegiatan membaca di perpustakaan. Pelayanan ini diberikan untuk mengantisipasi pengguna perpustakaan yang tidak ingin meminjam untuk dibawa pulang, akan tetapi mereka cukup memanfaatkannya di perpustakaan.

Ada beberapa aktifitas layanan yang dilakukan di perpustakaan sekolah dalam Perpustakaan Nasional (1994: 71) adalah sebagai berikut:

1. Meminjamkan buku-buku.

2. Melayani kebutuhan-kebutuhan pelajaran dalam kelas.

3. Menyediakan sumber-sumber informasi bagi murid atau guru perorangan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan murid atau guru tentang berbagai jenis sekolah.

4. Sekolah yang mempunyai perpustakaan yang dikelola dengan baik ditempatkan dalam ruangan cukup besar dengan mobiler yang memadai dapat mengadakan “jam perpustakaan”.

5. mendidik anak untuk dapat mencari informasi secara mandiri.

6. melatih anak untuk mahir dalam menggunakan bahan perpustakaan: memakai kamus, ensiklopedia, membaca peta dan globe, mengadakan penelitian sesuai dengan tugas dari guru.

2.4.1. Peminjaman dan Pengembalian

Layanan peminjaman dan pengembalian disebut juga layanan sirkulasi. Artinya koleksi dipinjam oleh pengguna, dan keluar dari lokasi perpustakaan. Dan koleksi dikembalikan oleh pengguna untuk kemudian masuk ke perpustakaan. Hal ini berlangsung secara terus menerus dan berkesinambungan. Inilah yang disebut perputaran koleksi.

Menurut Yusuf (2005: 73) prosedur yang dilakukan dalam peminjaman adalah:

1. Dalam sistem pelayanan terbuka para peminjam bisa mencari buku yang dibutuhkan melalui katalog. Kemudian menelusurnya ke rak buku sesuai dengan petunjuk dikatalog. Setelah peminjam mendapatkan buku, maka dia langsung meyerahkan kepada petugas untuk diproses.

2. Petugas mengeluarkan kartu buku dari kantongnya, kemudian menulis nama peminjam dan tanggal kembali buku.

(15)

3. Mengisi kartu peminjaman sesuai dengan lajur-lajur atau kolomnya.

4. Terakhir, petugas mulai menyusun kartu buku dan kartu peminjaman kedalam laci masing-masing. Kartu buku disusun berdasarkan urutan tanggal kembali dan nomor klasifikasi. Sedangkan kartu peminjaman disusun berdasarkan abjad nama peminjam.

Masih menurut Pawit M. Yusuf dalam proses pengembalian prosedurnya adalah:

1. Buku-buku yang dikembalikan oleh peminjam keperpustakaan, yang pertama dilakukan adalah memeriksa keutuhan buku kalau-kalau ada tang rusak.

2. Setelah diperiksa dan ternyata masih utuh, maka petugas mengambil kartu buku dan memasukkannya kembali kedalam kantong buku. Kemudian petugas mencatat tanggal pengembalian yang terdapat pada kartu peminjaman.

3. Selanjutnya petugas menyimpan kartu peminjaman kemabli kedalam laci, dan buku tersebut langsung disimpan ke rak buku.

2.4.2. Layanan Refrensi

Untuk perpustakaan sekolah, layanan refrensi belum begitu tampak kegiatannya. Hal ini karena jumlah pengguna yang masih sedikit dan kegiatan yang dilakukan perpustakaan belum banyak. Menurut Pawit M.Yusuf (2005: 76) yang termasuk ke dalam jenis pelayanan refrensi di perpustakaan sekolah misalnya, hanya berupa menjawab pertanyaan para guru dan siswa dalam kaitannya dengan masalah pendidikan dan informasi yang disediakan oleh perpustakaan.

2.5 Aspek-aspek Evaluasi

Untuk mengevaluasi perpustakaan sekolah perlu diperhatikan aspek-aspek yang akan dievaluasi. Menurut Soekarwati (1995: 29) ada tiga aspek yang harus diperhatikan melakukan suatu evaluasi yaitu:

1. Aspek teknis 2. Aspek sosial 3. Aspek ekonomi

(16)

1. Aspek Teknis

Aspek teknis ini berkaitan dengan bentuk fisik ataupun jasa antara input dan output. Menurut Soekarwati (1995: 29) Aspek teknis ini penting sekali karena

kegiatan aspek yang dilakukan akan tergantung dari tersedianya sumberdaya baik berbentuk fisik (barang) maupun jasa. Dalam perpustakaan aspek teknis yaitu mengevaluasi ketersediaan sumberdaya perpustakaan yaitu koleksi perpustakaan dan pustakawan sebagai pengelola perpustakaan serta jasa dan layanan yang ditawarkan oleh perpustakaan kepada pengguna perpustakaan. Koleksi yang dieavaluasi menyangkut jumlah koleksi, jenis koleksi, dan pengembangan koleksi pada perpustakaan sekolah.

Layanan perpustakaan yang akan dieavaluasi adalah bentuk layanan yang ditawarkan perpustakaan kepada pengguna perpustakaan dan jenis layanan-layanan apa saja yang terdapat di perpustakaan sekolah.

Berikut yang dievaluasi dalam aspek teknis adalah pustakawan atau pegawai perpustakaan yang bertugas mengelola perpustakaan. Hal yang akan dievaluasi adalah status pegawai perpustakaan yang sudah atau belum berstratifikasi pustakawan. Dan hal-hal apa saja yang sudah dilakukannya untuk pengembangan perpustakaan sekolah.

2. Aspek Sosial

Sebuah perpustakaan berdiri harus memperhatikan aspek sosial dimana perpustakaan itu berada. Sebuah perpustakaan sekolah harus dapat melihat kondisi pengguna perpustakaan. Walaupun pengguna perpustakaan sekolah adalah siswa, tetapi perlu diperhatikan kondisi sosial siswa sekolah tersebut. Menurut Soekarwati (1995: 30) aspek sosial perlu mendapat perhatian apalagi kalau proyek pembangunan

(17)

tersebut dilakukan di suatu daerah yang masyarakatnya mempunyai kebiasaan (adat) yang sensitif sifatnya terhadap perubahan teknologi.

Dalam aspek ini akan dititikberatkan evaluasi mengenai tujuan perpustakaan yaitu membantu mengembangkan belajar siswa agar menjadi lebih kreatif dan imajinatif sebagai upaya belajar mandiri dalam menemukan kebutuhan informasi. Sehingga tujuan perpustakaan dapat dirasakan kepada pengguna perpustakaan.

3. Aspek Ekonomi

Menurut Soekarwati (1995: 30) aspek ekonomi yaitu mencakup aspek pembiayaan dan manfaat proyek pembangunan secara keseluruhan. Dalam hal ini aspek ekonomi tentu berbeda dengan aspek finansial karena aspek ekonomi tidak hanya berbicara mengenai pembiayaan, tetapi nilai ekonomis suatu perpustakaan. Apakah perpustakaan sekolah merupakan hal yang sangat penting atau hanya sebuah persyaratan akreditasi lembaga yang terkait.

2.5.1 Alat Penilaian Evaluasi

Mengevaluasi sebuah masalah berarti menilai letak permasalahan yang terjadi. Dalam evaluasi terdapat penilaian yang terdiri dari dua alat. Menurut Umar (2002: 45) alat penillaian evaluasi yaitu tes dan non-tes. Alat yang berupa non-tes dapat berupa (1) skala bertingkat untuk mengukur sikap, pendapat, keyakinan, dan nilai, (2) wawancara, (3) pengamatan. Penggunaan alat-alat evaluasi tergantung pada apa yang akan di evaluasi.

2.5.2 Standar Evaluasi

Untuk mengukur standar evaluasi dapat dilihat melalui tiga aspek. Hal ini yang dikemukan oleh Umar (2002: 40) yaitu:

1. Utility (Manfaat). Hasil evaluasi hendaknya bermanfaat bagi manajemen

untuk pengambilan keputusan atas program yang sedang berjalan.

2. Accuracy (akurat),. Informasi atas hasil evaluasi hendaklah memiliki

(18)

3. Feasibility (layak). Hendaknya proses evaluasi yang dirancang dapat

dilaksanakan secara layak. 2.5.3 Model Evaluasi

Menurut Umar (2002: 41) ada beberapa model yang dapat digunakan dalam melakukan evaluasi yaitu:

1. Sistem Assesment, yaitu evaluasi yang memberikan informasi tentang keadaan atau posisi suatu sistem.

2. Program Planning, yaitu evaluasi yang membantu pemilihan aktivitas-aktivitas dalam program tertentu yang mungkin akan berhasil memenuhi kebutuhannya.

3. Program Implemintation, yaitu evaluasi yang memberikan informasi tentang bagaimana program berfungsi, bagaimana program bekerja, bagaimana mengantisipasi masalah-masalah yang mungkin dapat menganggu pelaksanaan kegiatan.

Berdasarkan teori-teori yang diuraikan diatas, maka perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang ada di sekolah yang mengumpulkan, mengolah, dan memberi informasi baik tercetak maupun non tercetak dengan melihat berbagai aspek (1) aspek layanan, (2) aspek koleksi, (3) aspek teknis, (4) aspek sosial, dan (5) aspek ekonomi dalam proses pelaksanaannya agar fungsi dan manfaat perpustakaan dapat dirasakan dengan baik oleh pengguna perpustakaan

Referensi

Dokumen terkait

Peningkatan kadar asam urat terjadi akibat produksi asam urat yang berlebihan yang disebabkan karena gangguan metabolisme purin.. Metabolisme purin terganggu karena

Pada penelitian Suma (2013) yang telah dilaksanakan pada masyarakat di lingkungan 2 Kelurahan Istiqlal Kecamatan Wenang Kota Manado Tahun 2013 dengan judul

Karakter bobot buah dan jumlah buah per tanaman memiliki pengaruh langsung yang tinggi dan positif terhadap bobot buah per tanaman tomat pada kondisi tanpa naungan dan naungan

Dari Gambar 2 dapat disimpulkan bahwa volume pelarut sebanyak 250 mL memberikan hasil flavonoid terekstrak paling banyak, sehingga untuk mempelajari pengaruh waktu

Dalam pengorganisasian, BPBD melakukan penanggulangan bencana dengan cara bekerja sama dengan SKPD Kabupaten Sleman lainnya, seperti Dinas Tenaga Kerja dan Sosial

Tujuan yang dicapai dalam Tugas Akhir ini yaitu membuat game bergenre side scrolling adventure bertemakan Suku Dayak sebagai upaya memperkenalkan Budaya

Baik Raden Kikin dan Sultan Trenggana adalah sama-sama keturunan dari Raden Patah, sehingga ketika Pangeran Sabrang Lor atau Adipati Yunus tidak memiliki penerus, maka kedua.. 13

Pada penelitian ini telah dilakukan studi mengenai modifikasi struktur permukaan pelat aluminium dengan bubuk besi menggunakan metoda mechanical alloying (MA) yang bertujuan