• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH METODE SIMAK-KERJAKAN TERHADAP HASIL BELAJAR MENYIMAK CERPEN SISWA KELAS V SD NEGERI 17 DAUH PURI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH METODE SIMAK-KERJAKAN TERHADAP HASIL BELAJAR MENYIMAK CERPEN SISWA KELAS V SD NEGERI 17 DAUH PURI"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH METODE SIMAK-KERJAKAN

TERHADAP HASIL BELAJAR MENYIMAK CERPEN

SISWA KELAS V SD NEGERI 17 DAUH PURI

Ni Kd Juni Seri Harini

1

, M.G Rini Kristiantari

2

, I.B. Surya Manuaba

3

123

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: {nikadek_juniseriharini@yahoo.com

1

,

rini_bali@yahoo.co.id

2

,

Ibsm.co.I’d@gmail.com

3

} .

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar menyimak cerpen yang signifikan antara siswa yang dibelajarkan menggunakan metode simak-kerjakan dan yang dibelajarkan menggunakan metode ceramah. Penelitian ini berupa eksperimen semu dengan rancangan non-equivalent control group design. Seluruh siswa kelas V SD Negeri 17 Dauh Puri yang berjumlah 107 siswa yang tersebar pada 3 kelas merupakan populasi. Sampel yang digunakan adalah siswa kelas VB yang berjumlah 36 siswa yang menjadi kelas kontrol dan siswa kelas VC yang berjumlah 35 siswa yang menjadi kelas eksperimen, sampel dipilih melalui teknik random sampling. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode tes dan selanjutnya diuji menggunakan uji-t. Hasil pengujian data post-test siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia diperoleh dari kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal dan homogen. Sehingga dilakukan uji hipotesis dengan uji-t. Kriteria pengujian adalah jika thitung > ttabel maka Ho ditolak dan Ha diterima dengan derajat kebebasan dk = n1 + n2 – 2 dan = 0,05. Hasil uji-t menunjukkan thitung = 4,25 dan ttabel = 2,00 untuk dk = 69 dengan taraf signifikansi 5%. Berdasarkan kriteria pengujian, thitung > ttabel (4,25 > 2,00) maka Ho ditolak dan Ha diterima. Dari hasil analisis, nilai rata-rata post-test kelompok eksperimen sebesar 86 sedangkan nilai rata-rata post-test kelompok kontrol sebesar 78 ( 1> 2) maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan penerapan metode simak-kerjakan terhadap hasil belajar menyimak cerpen pada pelajaran bahasa Indonesia, sehingga terdapat pengaruh yang signifikan penerapan metode simak-kerjakan terhadap hasil belajar menyimak cerpen pada pelajaran bahasa Indonesia siswa kelas V SD Negeri 17 Dauh Puri Tahun Ajaran 2013/2014.

Kata Kunci : Metode simak-kerjakan, hasil belajar.

Abstract

The purpose of this research is to find out a difference in learning application toward short story scrutinize outcomes significant the appliance of simak-kerjakan method application toward short story scrutinize outcome on the Indonesian language study. This research was a quasi experiment use nonequivalent control group design. Populations in the research are about 107 students, which are divided in 3 different classes. The samples of this research are 36 student of VB class as control class and 35 students of VC class as experiment class, the samples are chosen by random sampling techinuqe. Test method were applied as collecting data method and then using t-test. The result of student’s post-test data, class experiment and class control had been distributed normally and homogeneous. So that, hypothesis was done by using t-test. The criteria of examination was “if thitung>ttabel so that Ho is rejected and Ha is received by degrees of freedom dk = n1 + n2 – 2 and = 0,05. The result of t-test showed thitung = 4,25 and ttabel = 2,00 for dk = 69 by significant rate 5 %. Based on the criteria of examination, thitung > ttabel (4,25 > 2,00) so that Ho was rejected and Ha was received. From the mean of class experiment are 86 and mean of the class control are 78 ( 1> 2) concluded that there

(2)

was a difference toward the simak-kerjakan method application toward short story scrutinize outcome on the Indonesian language outcome, So that, there was a influence toward the simak-kerjakan method application toward short story scrutinize outcome on the Indonesian language outcome of the fifth grade students of SDN 17 Dauh Puri. Keywords: simak-kerjakan method, short story.

PENDAHULUAN

Dalam usaha meningkatkan pendidikan yang berkualitas di Indonesia diharapkan guru dapat menanamkan konsep berbahasa Indonesia kepada siswa terutama di SD. Guru hendaknya dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan baik, baik secara lisan maupun tulisan. Dengan pembelajaran bahasa Indonesia diharapkan dapat menumbuhkan apresiasi siswa terhadap hasil karya sastra Indonesia. Tujuan yang diharapkan dalam pembelajaran bahasa Indonesia adalah agar siswa dapat (1) Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulisan, (2) Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara, (3) Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan, (4) Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial, (5) Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa, (6) Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah intelektual manusia Indonesia (Zulela, 2012:4).

Berdasarkan tujuan pembelajaran bahasa Indonesia di atas diharapkan mata pelajaran bahasa Indonesia menjadi perhatian dalam bidang pendidikan khususnya di SD. Hal ini disebabkan karena, pendidikan bahasa Indonesia di SD akan menjadi dasar pada pendidikan selanjutnya. Oleh karena itu, pembelajaran

bahasa Indonesia di SD perlu diarahkan kepada pembentukan pondasi yang kokoh dalam artian pembentukan konsep dasar yang kuat pada diri siswa sehingga siswa siap untuk mempelajari materi selanjutnya pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Menurut Musaba (2012:19), “Ada empat keterampilan berbahasa, yaitu: keterampilan mendengarkan (menyimak), keterampilan berbicara, keterampilan membaca dan keterampilan menulis (mengarang)”. Keempat keterampilan ini saling berhubungan satu sama lain. Setiap orang memerlukan keterampilan berbahasa, walaupun kenyataannya hanya sebagian orang yang mampu menguasai semua keterampilan ini. Dari empat keterampilan berbahasa, menyimak merupakan satu kegiatan berbahasa yang cukup mendasar dalam aktivitas komunikasi. Keterampilan ini telah dikuasai semenjak kecil, sebelum seseorang dapat berbicara, membaca dan menulis. Keterampilan menyimak haruslah dikuasai oleh setiap siswa. Karena memegang peran penting dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, keterampilan menyimak harus dibina dan ditingkatkan karena dibutuhkan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari dan dalam kepentingan kependidikan.

Menurut Mulyati (2007:2.3), Menyimak dalam kehidupan sehari-hari merupakan suatu kegiatan berbahasa yang sangat penting, karena melalui menyimak dapat memperoleh informasi untuk menambah wawasan pengetahuan dan pengalaman tentang kehidupan. Begitu juga di sekolah, menyimak mempunyai peranan penting karena dengan menyimak siswa dapat menambah ilmu, menerima dan menghargai pendapat orang lain.

(3)

Menyimak merupakan tingkatan yang paling tinggi karena selain mendengarkan, ada juga unsur pemahamannya, Oleh karena itu, perlu dilaksanakan pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat menyimak segala materi yang dikupas dalam pelajaran, khususnya bahasa Indonesia. Banyak orang sering menganggap, bahwa, menyimak atau mendengarkan adalah pekerjaan gampang. Anggapan seperti itu tidaklah selalu dianggap tepat. Sesuai dengan realitas di lapangan atau ketika dalam proses pembelajaran, tidak jarang seorang siswa sehabis mendengarkan tidak ingat lagi apa isi dan maksud yang baru saja didengarkannya.

Keterampilan menyimak kurang mendapat perhatian dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia di SD. Sehubungan dengan hal tersebut, keterampilan menyimak mutlak diperlukan dalam pembelajaran bahasa Indonesia untuk menangkap informasi. Untuk itu sudah sepantasnya pembelajaran keterampilan menyimak perlu mendapat perhatian khusus di dalam pembelajaran bahasa maupun pembelajaran disiplin ilmu yang lain. Dalam kegiatan pembelajaran di kelas, guru memiliki peranan utama untuk mengelola proses pembelajaran. Guru harus dapat menciptakan proses pembelajaran menjadi lebih menarik agar minat siswa untuk menerima pelajaran lebih banyak. Guru hendaknya dapat membuat siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran. Namun pada kenyataannya, masih banyak proses pembelajaran di kelas yang didominasi oleh pembelajaran tradisional dimana, kegiatan pembelajaran dipandang sebagai pengalihan (transfer) pengetahun dan keterampilan dari guru kepada siswa, sehingga interaksi yang terjadi hanya bersifat satu arah. Siswa hanya duduk diam sedangkan guru yang aktif dalam proses pembelajaran. Tentu saja tujuan pembelajaran bahasa Indonesia akan sulit tercapai apabila pembelajaran yang berlangsung masih

didominasi oleh pembelajaran tradisional yang berpusat pada guru.

Metode yang diterapkan oleh guru selama ini adalah metode tanya jawab, dan pemberian tugas, sedangkan metode yang berkaitan langsung dengan pembelajaran menyimak belum pernah diterapkan. Hal ini mengakibatkan respon siswa lemah yang terlihat dari kurangnya kemampuan siswa menjawab pertanyaan dan kurangnya kemampuan siswa mengerjakan tugas-tugas. Kondisi tersebut disikapi sebagai suatu bentuk kesenjangan yang terjadi dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Lebih jauh hal ini dapat dipandang sebagai suatu masalah yang harus segera dicari solusinya. Salah satu upaya untuk mengatasi masalah tersebut adalah pemilihan variasi pendekatan, strategi ataupun model pembelajaran yang digunakan guru dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Pembelajaran bahasa Indonesia hendaknya dapat memfasilitasi siswa belajar dalam suasana yang aktif dengan adanya interaksi siswa dengan siswa maupun siswa dengan guru.

Berdasarkan uraian di atas maka guru harus bisa memilih strategi atau metode pembelajaran yang tepat untuk diterapkan di sekolah dasar agar dapat mewujudkan tujuan dari pembelajaran bahasa Indonesia itu sendiri. Guru juga harus menguasai materi pelajaran, guru dituntut terampil menyampaikan materi kepada siswa. Cara penyampaian materi untuk mencapai tujuan tertentu disebut dengan metode. Keterampilan menyampaikan bahan pelajaran akan tercapai apabila guru sudah mengenal, mengetahui, menguasai, dan dapat menerapkan berbagai metode. Menurut Garminah (2009:63), “ada beberapa metode menyimak yang bisa digunakan untuk meningkatkan keterampilan menyimak, yakni: (1) simak-ulang-ucap, (2) kerjakan, (3) terka, (4) simak-tulis, (5) Memperluas kalimat, (6) bisik berantai, (7) menjawab pertanyaan, (8) identifikasi tema/kalimat topik, (9) menyelesaikan cerita, dan (10) parafase”.

(4)

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode simak-kerjakan. Menurut Garminah (2009:63), “metode simak-kerjakan adalah metode yang dimana guru mengucapkan kalimat perintah, selanjutnya siswa mengerjakan perintah sesuai dengan perintah guru. Siswa dapat diminta membuat sesuatu ataupun mengerjakan sesuatu, sesuai dengan perintah guru”.

Metode simak-kerjakan diterapkan karena dalam metode ini guru mengucapkan kalimat perintah, yang selanjutnya harus dikerjakan oleh siswa. Sebelum guru mengucapkan kalimat perintah, guru terlebih dahulu membacakan cerpen kepada siswa. Siswa mendengarkan cerpen yang dibacakan guru, selanjutnya siswa mengerjakan perintah yang diucapkan guru. Cara seperti ini dapat melatih siswa untuk menyimak dan mengerjakan sesuatu secara bersungguh-sungguh sesuai dengan perintah. Akhirnya siswa akan terlatih untuk menyimak informasi dengan cermat agar dapat memaknai dan mengerjakan dengan segera. Kebiasaan menyimak informasi dengan cermat akan berdampak positif terhadap daya pikir siswa, sehingga semakin lama daya nalarnya akan berkembang. Dengan demikian metode simak-kerjakan tidak hanya bermanfaat dalam pembelajaran bahasa Indonesia saja, melainkan juga bermanfaat untuk mengembangkan pengetahuan siswa secara luas.

Pembelajaran bahasa Indonesia di SD diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan baik, baik secara lisan maupun tulisan. Pembelajaran bahasa Indonesia juga diharapkan dapat menumbuhkan apresiasi siswa terhadap hasil karya sastra Indonesia. Standar kompetensi pembelajaran bahasa Indonesia di SD

merupakan kualifikasi minimal siswa, yang menggambarkan penguasaan keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia. Kemampuan bersastra untuk sekolah dasar bersifat apresiatif. Karena dengan sastra dapat menanamkan rasa peka terhadap kehidupan, mengajarkan siswa bagaimana menghargai orang lain, mengerti hidup, dan belajar bagaimana menghadapi berbagai persoalan. Selain sebagai hiburan dan kesenangan juga siswa dapat belajar mempertimbangkan makna yang terkandung di dalamnya.

Dalam bidang pendidikan dan pengajaran di sekolah, bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran pokok. Pelajaran bahasa Indonesia diajarkan berdasarkan kurikulum yang berlaku, yang di dalamnya tercantum beberapa tujuan pembelajaran. Salah satu tujuan pokoknya adalah mampu dan terampil berbahasa Indonesia dengan baik dan benar setelah mengalami proses belajar mengajar di SD. Keterampilan berbahasa itu tidak saja meliputi satu aspek, tetapi di dalamnya termasuk juga aspek menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Dalam proses pemerolehan dan penggunaannya, keterampilan berbahasa tersebut saling berkaitan.

Menurut Santosa (2008:3.18), “empat aspek keterampilan berbahasa merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dan ditunjang oleh dua aspek lainnya itu dapat dilihat dari hubungan berikut, mula-mula seseorang belajar bahasa dengan menyimak bahasa yang didengarnya dari lingkungan, kemudian berbicara”. Sesudah itu, melalui pendidikan formal, seseorang baru belajar membaca dan menulis. Berarti bahasa seseorang mencerminkan pikiran dan keterampilan berbahasa diperoleh melalui praktik atau latihan, yang berarti juga melatih keterampilan berpikir. Menurut Zulela (2012:5), “pembelajaran bahasa Indonesia pada jenjang SD/MI, mencakup komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra meliputi 4 aspek; (1)

(5)

mendengarkan/menyimak; (2) berbicara; (3) membaca; (4) menulis”.

Dalam dunia pendidikan, keterampilan menyimak itu sangat penting. Umumnya, seorang siswa yang ingin mengetahui suatu hal atau informasi tertentu, yang pertama dilakukan ialah mendengar atau menyimak, sebelum mereka membaca atau melihat secara visual informasi tersebut. Menurut Garminah (2009:2), menyebutkan bahwa “menyimak adalah kegiatan yang disengaja untuk mendengarkan bunyi-bunyi bahasa, walaupun belum tentu memahaminya, kegiatan menyimak harus diawali dengan mendengarkan, sehingga pada akhirnya dapat memahami apa yang didengarkan”. Peristiwa menyimak selalu diawali dengan mendengarkan bunyi bahasa baik secara langsung atau melalui rekaman, radio, atau televisi. Bunyi bahasa yang ditangkap oleh telinga diidentifikasi bunyinya, pengelompokkannya menjadi suku kata, kata, frase, klausa, kalimat, wacana.

Menurut Mulyati (2007:2.4) menyimak merupakan proses berbahasa yang paling misterius. Proses menyimak merupakan proses interaktif yang mengubah bahasa lisan menjadi makna dalam pikiran. Dengan demikian, menyimak tidak sekedar mendengarkan. Mendengar merupakan komponen integral dalam menyimak. Kegiatan berpikir atau menangkap makna dari apa yang didengar merupakan bagian dari proses menyimak.

Menyimak yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menyimak cerpen. Menyimak cerpen adalah suatu kegiatan menyimak sebuah cerita pendek yang nantinya akan dapat dipahami, dinilai dan dapat menanggapi makna yang terdapat dalam cerpen. Untuk mengetahui hasil belajar yang telah dilakukan maka seorang guru akan memberikan evaluasi kepada siswa sehingga guru akan mengetahui hasil belajar siswa dalam memahami materi yang telah diajarkan. Cerpen merupakan cerita pendek yang tergolong prosa fiksi. Cerpen memiliki ciri-ciri yaitu : jalan peristiwa di dalam cerpen lebih padat, latar maupun

kilas baliknya disinggung sambil lalu saja, di dalam cerpen hanya ditemukan sebuah peristiwa yang didukung oleh peristiwa-peristiwa kecil lainnya, peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalam cerpen yang sering dijumpai di surat kabar terbitan Minggu hanya ada satu peristiwa puncak.

Di dalam proses belajar mengajar, guru harus memiliki strategi agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien dan mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu ialah harus menguasai teknik-teknik penyajian, atau biasanya disebut dengan metode mengajar. Menurut Sanjaya (2010:147), metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Ini berarti, metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah diterapkan. Dengan demikian metode dalam rangkaian sistem pembelajaran memegang peran yang sangat penting. Keberhasilan implementasi strategi pembelajaran sangat tergantung pada cara guru menggunakan metode pembelajaran, karena suatu strategi pembelajaran hanya mungkin dapat diimplementasikan melalui penggunaan metode pembelajaran.

Metode adalah “sebuah prosedur untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Di dalam pengajaran bahasa, metode digunakan untuk menyatakan kerangka yang menyelutuh tentang proses pembelajaran. Proses itu tersusun dalam rangkaian kegiatan yang sistematis tumbuh dari pendekatan yang digunakan sebagai landasan. Adapun sifat sebuah metode adalah prosedural” (Iskandarwasssid dan Dadang Sunendar, 2011:40). Jadi, dapat disimpulkan bahwa metode adalah seluruh perencanaan, prosedur, dan langkah-langkah kegiatan pembelajaran, seperangkat pengetahuan dan keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang guru dalam mengajar sehingga tercapainya proses pembelajaran sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

(6)

Salah satu prinsip linguistik menyatakan bahwa bahasa itu pertama-tama adalah ujaran, yakni bunyi-bunyi bahasa yang diucapkan dan bisa didengar. Atas dasar itulah beberapa ahli pengajaran bahasa menetapkan satu prinsip bahwa pengajaran bahasa harus dimulai dengan mengajarkan aspek-aspek pendengaran dan pengucapan sebelum membaca dan menulis. Dengan demikian, menyimak merupakan satu pengalaman belajar yang amat penting bagi para siswa dan seyogyanya mendapat perhatian sungguh-sungguh dari pengajar. Implikasinya dalam pelaksanaan pengajaran ialah bahwa guru hendaknya memulai pelajarannya dengan memperdengarkan (sebaiknya secara spontan, tidak dengan membaca) ujaran-ujaran bahasa Indonesia baik berupa kata-kata maupun kalimat, setidak-tidaknya ketika guru memperkenalkan kata-kata baru, ungkapan-ungkapan baru, atau pola kalimat baru. Manfaat dan aktifitas ini ialah untuk membiasakan murid mendengar ujaran dan mengenal dengan baik tata bunyi bahasa Indonesia, disamping dapat menciptakan kondisi belajar penuh gairah dan menumbuhkan motivasi dalam diri murid. Hal ini agar pembelajaran yang dilakukan oleh seorang guru bahasa Indonesia tak monoton dengan membaca buku teks. Secara umum tujuan latihan menyimak adalah agar siswa dapat memahami ujaran dalam bahasa Indonesia, baik bahasa sahari-hari maupun bahasa yang digunakan dalam forum resmi.

Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran, hasil belajar siswa merupakan out-put yang selalu diharapkan oleh orang-orang yang terlibat dalam pembelajaran, baik bagi siswa, guru, maupun bagi orang tua siswa. Hasil belajar merupakan salah satu patokan yang digunakan untuk mengukur keberhasilan suatu kegiatan pembelajaran. Djamarah (2000:25) mengartikan hasil belajar sebagai hasil akhir pengambilan keputusan tentang tinggi rendahnya nilai siswa selama mengikuti proses belajar mengajar,

pembelajaran dikatakan berhasil jika tingkat pengetahuan siswa bertambah dari hasil sebelumnya. Menurut Sudjana (2004:22) “hasil belajar siswa adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar.” Hal senada juga dikemukakan oleh Purwanto (2011:54) hasil belajar merupakan “perubahan perilaku yang terjadi setelah mengikuti pembelajaran sesuai dengan tujuan pendidikan.” Dari pernyataan-pernyataan tersebut, dapat dirumuskan definisi hasil belajar menyimak cerpen adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa untuk menguasai bahan pelajaran menyimak khususnya menyimak cerpen, setelah memperoleh pengalaman belajar bahasa Indonesia dalam suatu kurun waktu tertentu. Hasil belajar menyimak cerpen merupakan suatu indikator untuk mengukur keberhasilan siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Dalam kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan metode simak-kerjakan, siswa diaktifkan baik secara mental maupun fisik dalam menguasai materi pelajaran. Siswa diberikan kesempatan untuk memahami materi yang dipelajari misalnya cerita yang diperdengarkan, kemudian siswa menyimak cerita tersebut. Cerita yang didengarkan oleh siswa bisa diulang beberapa kali agar siswa memahami isi cerita kemudian guru memberikan perintah kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang akan disampaikan oleh guru.

Berdasarkan uraian di atas, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan hasil belajar yang signifikan antara menyimak cerpen siswa yang dibelajarkan menggunakan metode simak-kerjakan dengan yang dibelajarkan menggunakan metode ceramah pada siswa kelas V di SD Negeri 17 Dauh Puri Tahun Ajaran 2013/2014?”.

METODE

Penelitian ini dilakukan di kelas V SD Negeri 17 Dauh Puri, pada semester I

(7)

tahun pelajaran 2013/2014 selama kurang lebih 5 bulan. Rancangan penelitian ini termasuk ke dalam penelitian eksperimen semu, karena tidak semua variabel dan kondisi eksperimen dapat dikontrol secara tetap. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah nonequivalent control group design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Negeri 17 Dauh Puri tahun ajaran 2013/2014. Penentuan sampel ini diperoleh dengan cara random sampling dan untuk kesetaraannya diuji dengan uji-t dengan data pre-test. Hasil dari uji kesetaraan yaitu diperoleh thitung = -0,24 dan ttabel = 2,00, sehingga thitung < ttabel dengan demikian Ho diterima dan Ha ditolak. Untuk uji kesetaraan kelompok diperoleh dari 3 kelas yang ada di SD Negeri 17 Dauh Puri dinyatakan setara dengan Ho tidak ada perbedaan nilai pre-test bahasa Indonesia kedua kelompok tersebut. Setelah diperoleh kesetaraan kelompok melalui uji-t maka dilakukan pengundian untuk menentukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Berdasarkan pengundian diperoleh siswa kelas VC sebagai kelompok eksperimen yang dibelajarkan dengan menggunakan metode simak-kerjakan dan siswa kelas VB sebagai kelas kontrol yang dibelajarkan menggunakan metode ceramah. Intrumen penelitian terdiri dari test objektif pilihan ganda biasa. Intrumen penelitian kemudian diuji validitas, daya beda, indeks kesukaran dan reliabilitas. Uji prasyarat yang digunakan yaitu uji normalitas dengan rumus Chi-Square (x2) dan uji homogenitas. Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah hipotesis nol

(Ho) yang berbunyi: ” Tidak Terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara menyimak cerpen siswa yang dibelajarkan menggunakan metode simak-kerjakan dengan yang dibelajarkan menggunakan metode ceramah pada siswa kelas V di SD Negeri 17 Dauh Puri tahun ajaran 2013/2014”. Sedangkan dalam perhitungan statistik digunakan hipotesis kerja (Ha) yang berbunyi: “Terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara menyimak cerpen siswa yang dibelajarkan menggunakan metode simak-kerjakan dengan yang dibelajarkan menggunakan metode ceramah pada siswa kelas V di SD Negeri 17 Dauh Puri tahun ajaran 2013/2014.”

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari hasil uji validitas diperoleh 40 soal yang dinyatakan valid. Untuk uji daya beda diperoleh 4 soal dengan kriteria sangat baik, 33 soal dengan kriteria baik, 1 soal dengan kriteria cukup dan 2 soal dengan kriteria jelek. Untuk indeks kesukaran diperoleh 10 soal dengan kriteria sukar, 17 soal dengan kriteria sedang, dan 11 soal dengan kriteria mudah. Untuk uji reliabilitas diperoleh r1.1= 0,9. Sehingga reliabilitas tergolong sangat tinggi. Berdasarkan nilai post-test yang dilakukan pada siswa kelas VC SD Negeri 17 Dauh Puri (Kelompok Eksperimen) dan siswa kelas VB SD Negeri 17 Dauh Puri (Kelompok Kontrol), maka dapat ditentukan sebaran data sebagai berikut:

Tabel 01. Tabel nilai statistik post-test bahasa Indonesia siswa kelas V SD Negeri 17 Dauh Puri

Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol Rata-rata 1 86 78 Varians S12 45,62 71,58 Standar Deviasi SD 6,75 8,45

(8)

Banyak Subjek n1 36 35

Untuk kelas eksperimen diperoleh hasil uji normalitas dari tabel kerja diperoleh = 4,27 sedangkan untuk taraf signifikansi 5% ( = 0,05) dan derajat kebebasan (dk) = 5 diperoleh = = 11,07, karena > maka Ho diterima. Ini berarti sebaran data nilai post-test bahasa Indonesia siswa kelas VC SD Negeri 17 Dauh Puri pada kelas eksperimen berdistribusi normal. Sedangkan untuk kelas kontrol diperoleh hasil uji normalitas dari tabel kerja diperoleh = 6,11 sedangkan untuk taraf signifikansi 5% ( = 0,05) dan derajat kebebasan (dk) = 5 diperoleh = = 11,07, karena > maka Ho diterima. Ini berarti sebaran data nilai post-test Bahasa Indonesia siswa kelas VB SD Negeri 17 Dauh Puri pada kelas kontrol berdistribusi normal.

Uji homogenitas yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan

Anava Havley, adapun langkah-langkah

dalam uji homogenitas adalah menghitung varians kelompok eksperimen dan varians kelompok kontrol Diketahui: simpangan baku kelompok eksperimen yaitu 6,75, varians kelompok eksperimen yaitu 45,62, simpangan baku kelompok kontrol yaitu 8,45, dan varians kelompok kontrol yaitu 71,58. Fhitung = 1,57. Selanjutnya membandingkan Fhitung dengan Ftabel .Dari hasil perhitungan diperoleh Fhitung sebesar 1,57 sedangkan Ftabel pada taraf signifikansi 5% dengan db pembilang = 34 dan db penyebut 35 adalah 1,80. Ini berarti Fhitung < Ftabel maka Ho diterima. Ini berarti varians-varians tersebut homogen.

Berdasarkan hasil analisis data diperoleh thitung sebesar 4,25. Dengan taraf signifikansi 5% dan dk = 69 diperoleh batas penolakan hipotesis nol sebesar 2,000. Berarti thitung > ttabel, maka hipotesis nol yang diajukan ditolak dan menerima hipotesis alternatif. Dapat diinterpretasikan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara menyimak cerpen siswa yang dibelajarkan menggunakan metode simak-kerjakan dengan yang dibelajarkan

menggunakan metode ceramah pada siswa kelas V di SD Negeri 17 Dauh Puri Tahun Ajaran 2013/2014.

Sesuai dengan hasil analisis awal yaitu berdasarkan hasil uji penyetaraan kelompok menggunakan nilai pre-test siswa kelas VC SD Negeri 17 Dauh Puri dan siswa kelas VB SD Negeri 17 Dauh Puri tahun ajaran 2013/2014 menunjukkan keadaan sampel yang berdistribusi normal dan memiliki varians yang sama atau homogen. Ini berarti sebelum diberikan perlakuan kedua kelompok sampel mempunyai kemampuan awal yang sama dan tidak berbeda secara signifikan. Pembelajaran pada kelompok eksperimen yaitu siswa kelas VC SD Negeri 17 Dauh Puri diberi perlakuan dengan menggunakan metode simak-kerjakan dan kelas kontrol yaitu siswa kelas VB SD Negeri 17 Dauh Puri diberi perlakuan dengan metode ceramah.

Setelah perlakuan diberikan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol selama 6 kali pertemuan, dan lanjut pada pertemuan ke-7 kedua kelompok diberi test akhir (post-test). Hasil dari post-test kedua kelompok dicari nilai rata-ratanya selanjutnya dianalisis dengan uji-t. Analisis dari hasil penelitian diperoleh bahwa nilai rata-rata post-test hasil belajar bahasa Indonesia pada materi menyimak cerpen yang dicapai oleh kelompok eksperimen adalah 86 sedangkan nilai rata-rata post-test hasil belajar bahasa Indonesia pada materi menyimak cerpen yang dicapai oleh kelompok kontrol adalah 78. Dengan demikian dapat disampaikan nilai rata-rata post-test hasil belajar bahasa Indonesia pada materi menyimak cerpen pada kelompok eksperimen lebih besar dibandingkan dengan kelompok kontrol. Sebelum dilakukan uji hipotesis menggunakan uji-t, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat meliputi uji normalitas dan homogenitas. Dari hasil perhitungan diketahui bahwa sebaran data nilai post-test pada kedua kelompok telah memenuhi normalitas dan varians data homogen. Karena data pada kelompok

(9)

eksperimen dan kelompok kontrol telah memenuhi uji prasyarat maka dilanjutkan dengan uji-t.

Dari hasil pengujian diperoleh thitung = 4,25 dan ttabel = 2,00 dalam taraf signifikansi 5% dan derajat kebebasan 69. Dengan membandingkan hasil thitung dan ttabel dapat disimpulkan bahwa thitung > ttabel (4,25 > 2,00) maka Ha diterima Ho ditolak. Berdasarkan hasil perhitungan uji-t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara menyimak cerpen siswa yang dibelajarkan menggunakan metode simak-kerjakan dengan yang dibelajarkan menggunakan metode ceramah pada siswa kelas V SD Negeri 17 Dauh Puri tahun ajaran 2013/2014. Perolehan nilai rata-rata yang lebih besar pada kelompok eksperimen dibandingkan dengan kelompok kontrol disebabkan karena pada kelompok eksperimen mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan metode simak-kerjakan. Pada saat pembelajaran bahasa Indonesia berlangsung dengan menggunakan metode simak-kerjakan, siswa dapat menyimak dan mengerjakan sesuatu secara sungguh-sungguh sesuai dengan perintah. Dalam proses pembelajaran siswa ditugaskan secara berkelompok maupun mandiri untuk mengerjakan perintah yang ditugaskan oleh guru terkait dengan cerpen yang telah didengarkan. Sehingga siswa dapat memahami, menilai dan dapat menanggapi makna yang terdapat dalam cerpen. Interaksi antara guru dan siswa juga berjalan multi arah pada pembelajaran sehingga pembelajaran tidak akan berpusat hanya pada guru (teacher center), tetapi berpusat pada siswa. Dengan model pembelajaran seperti ini siswa merasa senang saat kegiatan pembelajaran dan kejenuhan maupun kebosanan pada siswa dapat diatasi sehingga proses pembelajaran dan proses pemahaman siswa tentang materi yang dipelajari menjadi lebih maksimal.

Pada metode simak-kerjakan, siswa diminta untuk mengerjakan perintah yang ditugaskan oleh guru yang berkaitan

dengan cerpen yang telah didengarkan, dengan begitu siswa akan terlatih untuk menyimak informasi dengan cermat agar dapat memaknai dan mengerjakan dengan segera. Kebiasaan menyimak informasi dengan cermat akan berdampak positif terhadap daya pikir siswa, sehingga semakin lama daya nalarnya akan berkembang. Siswa yang mengikuti metode ceramah hanya diberikan materi pembelajaran dengan ceramah kemudian dilanjutkan dengan pemberian evaluasi. Pembelajaran seperti ini cenderung membuat siswa merasa cepat bosan dan jenuh sehingga siswa sulit untuk memahami materi pelajaran

Perbedaan hasil belajar yang tampak antara siswa yang mengikuti pembelajaran bahasa Indonesia dengan metode simak-kerjakan dan siswa yang mengikuti pembelajaran bahasa Indonesia dengan metode ceramah dapat dilihat dari nilai rata-rata hasil post-test, dimana niai rata-rata pada kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol. Dari perbedaan ini dapat disimpulkan bahwa metode simak-kerjakan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar bahasa Indonesia siswa kelas V SD Negeri 17 Dauh Puri dibandingkan dengan metode ceramah.

Hasil penelitian ini didukung oleh Arini (2012). Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan presentase nilai rata-rata hasil belajar menyimak siswa pada siklus I sebesar 66,81% sedangkan pada siklus II mengalami peningkatan yang memuaskan menjadi 80% setelah penerapan metode simak-kerjakan.

Berdasarkan pertimbangan dari segi kendala dan secara teoritik maka penerapan penelitian ini harus diimbangi dengan keadaan siswa yang tenang dan nyaman, serta kemampuan guru dalam memfasilitasi serta membimbing siswa. Sehingga metode simak-kerjakan yang telah terbukti lebih baik penerapannya dibandingkan dengan metode ceramah dapat diterapkan dengan lebih baik agar dapat memberikan variasi dalam memilih

(10)

suatu metode pembelajaran. Hal ini dilakukan agar siswa tidak cepat merasa jenuh, pembelajaran menjadi lebih menyenangkan, dan siswa lebih paham dengan materi pelajaran yang dipelajari. SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara menyimak cerpen siswa yang dibelajarkan menggunakan metode simak-kerjakan dengan yang dibelajarkan menggunakan metode ceramah pada siswa kelas V SD Negeri 17 Dauh Puri tahun ajaran 2013/2014. Metode simak-kerjakan memberikan pengaruh yang lebih baik dibandingkan dengan metode ceramah yang dapat dilihat dari nilai rata-rata post-test pada masing-masing kelompok. Nilai rata-rata post-test pada kelompok eksperimen sebesar 86 sedangkan nilai rata-rata post-test pada kelompok kontrol sebesar 78. Dari uji pra-syarat data diperoleh bahwa data berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen kemudian dilanjutkan dengan uji-t diperoleh thitung = 4,25 dan ttabel = 2,00 dengan taraf signifikansi 5% dan derajat kebebasan (dk) 71. Berdasarkan analisis data tersebut maka diperoleh thitung > ttabel (4,25 > 2,00), sehingga Ha diterima dan Ho ditolak.

Atas simpulan tersebut digunakan beberapa saran yang dapat diajukan adalah sebagai berikut. Bagi Guru hendaknya menggunakan metode pembelajaran yang lebih bervariatif dan memanfaatkan media pembelajaran yang ada. Salah satu contoh model pembelajaran yang dapat digunakan adalah metode simak-kerjakan. Metode simak-kerjakan ini dapat digunakan pada pelajaran bahasa Indonesia. Dengan menggunakan metode simak-kerjakan siswa akan lebih memahami materi pembelajaran yang diberikan oleh guru. Bagi peneliti lain, diperlukan penelitian lebih lanjut dengan menambahkan variabel atau metode pembelajaran yang lain yang berpengaruh terhadap hasil belajar sehingga akan memperluas gambaran

tentang faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar khususnya hasil belajar bahasa Indonesia.

DAFTAR RUJUKAN

Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Garminah, 2009. Pembelajaran

Keterampilan Berbahasa Indonesia. Singaraja: Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP, Undiksha. Iskandarwassid dan Dadang Sunendar.

2011. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: PT. Remaja Rosdakary Mulyati, Yeti. 2007. Keterampilan

Berbahasa Indonesia SD. Jakarta: Universitas Terbuka, Departemen Pendidikan Nasional

Musaba, Zulkifli. 2012. Bahasa Indonesia Untuk Mahasiswa. Yogyakarta: CV. Aswaja Pressindo.

Purwanto, M. Ngalim. 2012. Prinsip-pripsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sanjaya, H. Wina. 2010. Strategi

Pembelajaran Berorientasi Standar

Proses Pendidikan. Jakarta:

Kencana.

Santosa, Puji, dkk. 2008. Materi dan Pengembangan Bahasa Indonesia SD. Jakarta: Universitas Terbuka. Sudjana, Nana. 2004. Penilaian Hasil

Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Zulela. 2012. Pembelajaran Bahasa Indonesia. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

(11)

Referensi

Dokumen terkait

Ganti Aspal Pada Perkerasan Jenis (LASTON) Lapis (AC-WC) Menggunakan Uji Marshall ” dengan tepat waktu dan tanpa ada halangan yang berarti.. Penulis menyadari terselesaikannya

Penemuan penyelidikan ini mengenai jalinan hubungan antara pihak berkepentingan, penglibatan awam dalam proses membuat keputusan, tahap kesedaran dan kefahaman awam mengenai

Status tingkat pencemaran air di bagian hulu Sungai Belik ditinjau dari parameter pH, TSS, TDS, BOD, deterjen, nitrat, dan fosfat yaitu berstatus tercemar ringan. Penyebab

Sekiranya sesuatu tingkah laku tidak berdisiplin ataupun tingkah laku bermasalah dilakukan oleh seseorang pelajar secara berulang kali walaupun telah dinasihati, dikaunseling dan

Selain dilihat dari analisis tersebut, pada pernyataan tertutup instrumen penelitian terdapat nasabah yang menyatakan bahwa Bank BRI syariah mempunyai kelengkapan fitur

Dalam hal ini, para manajemen toko buku online di Indonesia perlu untuk mengevaluasi dan meningkatkan kualitas situs (website) yang merupakan media pemasaran utama di internet

Varietas bawang merah Pancasona menghasilkan jumlah tanaman yang berbunga dan jumlah umbel bunga per petak tidak berbeda nyata dengan varietas Mentes, namun jumlah umbel bunga

Dalam Undang-Undang Penataan Ruang, Pasal 1 ayat (5) dikemukakan “Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian