• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN SISTEM KREDIT SEMESTER (SKS) DALAM MEMOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS X IPS DI SMA NEGERI 2 SELONG TAHUN Agus Riswanto

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN SISTEM KREDIT SEMESTER (SKS) DALAM MEMOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS X IPS DI SMA NEGERI 2 SELONG TAHUN Agus Riswanto"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENERAPAN SISTEM KREDIT SEMESTER (SKS) DALAM

MEMOTIVASI BELAJAR SISWA

KELAS X IPS DI SMA NEGERI 2 SELONG

TAHUN 2012

Agus Riswanto

A.

PENDAHULUAN

1.1Dasar Pikir

Pendidikan adalah kegiatan yang dilakukan secara sengaja dan sistematis dengan tujuan menggali dan mengembangkan potensi-potensi dalam diri manusia. Melalui pendidikan diharapkan terjadi peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam rangka menyikapi perubahan global yang melanda dunia. Perubahan global akan mempengaruhi tata kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Perubahan yang terus menerus itu menuntut perlunya perbaikan sistem pendidikan nasional. Perbaikan tersebut antara lain melalui peningkatan mutu atau kualitas tenaga pendidik, penyempurnaan dan perbaikan sarana dan prasarana sekolah, perubahan strategi dan pendekatan pembelajaran ataupun melalui penyempurnaan kurikulum.

Tuntutan untuk memperbaiki sistem pendidikan di Indonesia melalui penyempurnaan kurikulum telah beberapa kali dilakukan. Sampai akhirnya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) saat ini digunakan sebagai

(2)

2 penyempurna Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Penyempurnaan Kurikulum tersebut mengacu pada Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang berfungsi mengembangkan kemampuan dan watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggugjawab.

Kurikulum yang telah disempurnakan menuntut adanya pengelolaan pembelajaran yang dapat memberikan fasilitas bagi pengembangan potensi peserta didik sesuai dengan kemampuan, bakat dan minatnya agar peserta didik termotivasi dalam belajar. Salah satu pengelolaan pembelajaran yang merupakan inovasi baru dalam dunia pendidikan yang saat ini banyak diterapkan oleh sekolah-sekolah adalah Sistem Kredit Semester (SKS).

SKS merupakan salah satu bentuk pelaksanaan dari Kurikulum Tingkat Satuan Penidikan (KTSP). Penerapan SKS dalam pengelolaan pembelajaran pada jenjang pendidikan menengah di Indonesia saat ini merupakan suatu upaya inovatif untuk menambah kekayaan pengelolaan pembelajaran yang selama ini hanya menggunakan satu-satunya cara, yaitu sistem paket. Melalui penerapan SKS ini dimungkinkan peserta didik dapat menyelesaikan program pendidikannya lebih cepat sesuai dengan kemampuan, bakat dan minatnya.

(3)

3 Pengelolaan pembelajaran dengan sistem SKS memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar sesuai dengan kemampuan, minat dan bakat yang dimiliki sehingga melalui pengelolaan pembelajaran ini diharapkan dapat menumbuhkan dan mengembangkan motivasi belajar siswa.

Kegiatan untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa bukanlah hal mudah untuk dilakukan. Rendahnya kepedulian orang tua dan guru, merupakan salah satu penyebab sulitnya menumbuhkan motivasi belajar siswa. Fakta yang terjadi selama ini menunjukan bahwa ketika ada permasalahan tentang rendahnya motivasi belajar siswa, guru dan orang tua terkesan tidak mau peduli terhadap hal itu, guru membiarkan siswa malas belajar dan orang tua pun tidak peduli dengan kondisi belajar anak. Menurut Muhammad Firdaus (dalam www.motivasibelajar.htm) menyatakan bahwa selain karena metode mengajar guru yang monoton dan tidak menyenangkan serta rendahnya kepedulian orangtua terhadap anak, salah satu hal yang menyebabkan rendahnya motivasi belajar siswa adalah tidak adanya relevansi kurikulum dengan kebutuhan dan minat siswa.

Selama ini sekolah menyelenggarakan kurikulum KTSP hanya melalui pendekatan Sistem Paket. Beban belajar dengan Sistem Paket hanya memberi satu kemungkinan, yaitu seluruh peserta didik wajib menggunakan cara yang sama untuk menyelesaikan program belajarnya. Implikasi dari hal tersebut yaitu antara lain bahwa peserta didik yang pandai akan dipaksa untuk mengikuti peserta didik lainnya yang memiliki kemampuan dan kecepatan belajar standar maupun di bawah standar. Hal ini menyebabkan potensi siswa

(4)

4 kurang dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan dan minat yang dimiliki sehingga motivasi belajar siswa kurang dapat berkembang.

Diperkenalkannya SKS di satuan-satuan pendidikan, merupakan langkah awal bagi pemerintah untuk memperbaharui sistem pngelolaan pembelajaran yang monoton dan kurang demokratis bagi perkembangan potensi belajar siswa. Beban belajar dengan SKS memberi kemungkinan untuk menggunakan cara yang lebih variatif dan fleksibel dalam menyelesaikan beban studi sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minat peserta didik.

Melalui SKS, siswa dengan kemampuan di atas rata-rata dapat menyelesaikan studinya lebih cepat dari ketentuan batas waktu yang ditetapkan oleh satuan pendidikan dengan tetap memperhatikan ketuntasan belajar. Selain itu, melalui SKS siswa dengan kemampuan di bawah rata-rata tidak merasa dipaksa untuk mengikuti temannya yang lain sehingga dapat menyelesaikan beban belajar dengan ketersediaan waktu yang sesuai dengan potensi dirinya.

Lalu apakah sistem pengelolaan pembelajaran dengan SKS dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa, atau malah sebaliknya dimana SKS sama saja dengan sistem paket yang kurang dapat memberikan ruang yang demokratis bagi pengembangan potensi dan motivasi belajar siswa.

(5)

5 Target luaran penelitian ini berupa publikasi pada jurnal ilmiah yang terakreditasi sehingga hasil penelitian ini tidak hanya berupa hasil pemikiran belaka tetapi menunjukkan hasil dari pengumpulan data penelitian.

B.RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Apakah ada pengaruh penerapan Sistem Kredit Semester (SKS) terhadap motivasi belajar siswa kelas X IPS di SMA Negeri 2 Selong Tahun Pelajaran 2011/2012?”.

C.

KAJIAN PUSTAKA

3.1Pembahasan Sistem Kredit Semester (SKS)

a. Pengertian Sistem Kredit Semester (SKS)

Dalam Standar Nasional Pendidikan (2006: 121) dijelaskan bahwa Sistem Kredit Semester (SKS) adalah sistem penyelenggaraan program pendidikan yang peserta didiknya menentukan sendiri beban belajar dan mata pelajaran yang diikuti untuk setiap semester pada satuan pendidikan. Beban belajar setiap mata pelajaran pada sistem kredit semester dinyatakan dalam satuan kredit semester (sks). Beban belajar satu sks meliputi satu jam pembelajaran tatap muka, satu jam penugasan terstruktur dan satu jam kegiatan mandiri tidak terstruktur.

Menurut BSNP dalam panduan penyelenggaraan SKS (2010: 7) menjelaskan tentang ketiga komponen beban belajar dalam SKS. Kegiatan tatap muka adalah kegiatan pembelajaran yang berupa proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik. Penugasan terstruktur

(6)

6 adalah kegiatan pembelajaran yang berupa pendalaman materi pembelajaran oleh peserta didik yang dirancang oleh pendidik untuk mencapai standar kompetensi. Waktu penyelesaian penugasan terstruktur ditentukan oleh pendidik. Sedangkan kegiatan mandiri tidak terstruktur adalah kegiatan pembelajaran yang berupa pendalaman materi pembelajaran oleh peserta didik yang dirancang oleh pendidik untuk mencapai standar kompetensi. Waktu penyelesaiannya diatur sendiri oleh peserta didik.

b. Karakteristik SKS

Menurut Permendiknas Nomor 20 tahun 2006, SKS adalah suatu satuan atau bobot yang diberikan terhadap isi suatu mata pelajaran secara kuantitatif yang bukan hanya mencerminkan beban belajar peserta didik tetapi juga beban tugas mengajar guru yang dinyatakan dalam satuan kredit yang diselenggarakan dalam satuan waktu semester. Beban belajar satu sks adalah beban belajar satu mata pelajaran meliputi satu jam pembelajaran tatap muka, satu jam penugasan terstruktur dan satu jam kegiatan mandiri tidak terstruktur. Beban belajar setiap mata pelajaran pada sistem kredit semester dinyatakan dalam satuan kredit semester. Berdasarkan hal tersebut Karakteristik Sistem Kredit Semester sebagai berikut:

1) Tiap mata pelajaran diberikan nilai kredit. 2) Nilai kredit setiap mata pelajaran berbeda.

(7)

7

3) Besarnya nilai kredit setiap mata pelajaran ditentukan

berdasarkan banyaknya kegiatan atau usaha yang dilakukan untuk menyelesaikan tugas-tugas baik tugas pembelajaran tatap muka, tugas terstruktur dan kegiatan mandiri.

4) Mata pelajaran yang di tempuh oleh masing-masing peserta didik dapat berbeda-beda.

5) Untuk SMA penjurusan mata pelajaran di kelompokkan ke

dalam tiga jenis yaitu wajib program (MPWP) dan mata pelajaran pilihan (MPP).

6) Banyaknya jumlah kredit maupun mata pelajaran yang dapat diambil oleh peserta didik dalam satu semester berjalan ditentukan berdasarkan prestasi akademik dari semester sebelumnya (kecuali semester awal).

7) Untuk semester awal (kelas X semester), jumlah maksimum kredit yang diambil peserta didik dapat ditentukan melalui tes minat, atau berdasarkan nilai dari sekolah sebelumnya.

8) Beban belajar satu sks di SMS/MA adalah 45 menit tatap muka,

45 menit penugasan terstruktur, dan 45 menit kegiatan mandiri (Depdiknas, 2008: 11-12).

c. Tujuan Penerapan SKS

Secara umum tujuan SKS adalah agar satuan pendidikan dapat menyajikan program pendidikan yang bervariasi dan fleksibel, untuk

(8)

8 memberikan peluang kepada peserta didik memilih program pembelajaran menuju pada suatu jenjang profesi tertentu.

Secara khusus, tujuan penerapan SKS adalah untuk:

1) Peserta didik dapat menyelesaikan mata pelajaran sesuai dengan kecepatan belajar sehingga peserta didik dapat menyelesaikan program belajarnya kurang dari enam semester atau lebih dari enam semester.

2) Peserta didik dapat menentukan dan mengatur strategi belajar dengan lebih fleksibel.

3) Melatih kemandirian peserta didik dalam belajar.

4) Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk memilih

program studi dan mata pelajaran sesuai dengan minatnya.

5) Mempermudah penyesuaian kurikulum tingkat satuan

pendidikan dari waktu ke waktu sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

6) Memberikan kemungkinan agar sistem evaluasi kemajuan

belajar peserta didik dapat diselenggarakan dengan baik.

7) Sekolah dapat memfasilitasi kemungkinan peserta didik pindah (transfer) kredit ke sekolah lain yang sejenis yang menggunakan SKS atau sistem paket.

8) Meningkatkan kemungkinan keterlaksanaan prinsip multy entry dan multy exit (Depdiknas, 2008: 13-14).

(9)

9 Adapun manfaat SKS adalah:

1) Menyesuaikan dengan kecepatan belajar setiap peserta didik. 2) Mempersingkat waktu penyelesaian studi bagi peserta didik

yang berkemampuan dan berkemauan tinggi.

3) Peserta didik dapat mengembangkan potensi diri sesuai dengan kemampuannya.

4) Meningkatkan kemandirian peserta didik dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar (Depdiknas, 2008: 15).

e. Prinsip SKS

Dalam BSNP (2010: 6) penyelenggaraan SKS di SMA berpedoman pada prinsip sebagai berikut:

1) Peserta didik menentukan sendiri beban belajar dan mata pelajaran yang diikuti pada setiap semester sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minatnya.

2) Peserta didik yang berkemampuan dan berkemauan tinggi dapat mempersingkat waktu penyelesaian studinya dari periode belajar yang ditentukan dengan tetap memperhatikan ketuntasan belajar.

3) Peserta didik didorong untuk memberdayakan dirinya sendiri

dalam belajar secara mandiri.

4) Peserta didik dapat menentukan dan mengatur strategi belajar dengan lebih fleksibel.

5) Peserta didik memiliki kesempatan untuk memilih program studi dan mata pelajaran sesuai dengan potensinya.

(10)

10 6) Peserta didik dapat pindah (transfer) kredit ke sekolah lain yang sejenis yang menggunakan SKS dan semua kredit yang telah diambil dapat dipindahkan ke sekolah yang baru.

7) Sekolah menyediakan sumber daya pendidikan yang lebih

memadai secara teknis dan administratif.

8) Penjadwalan kegiatan pembelajaran diupayakan dapat memenuhi

kebutuhan untuk pengembangan potensi peserta didik yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

9) Guru memfasilitasi kebutuhan akademik peserta didik sesuai

dengan kemampuan, bakat, dan minatnya.

f. Dasar Hukum

Menurut BSNP (2010: 4-5) penyelenggaraan sistem SKS berlandaskan pada ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional pada Pasal 12 Ayat 1 (b) menyatakan bahwa: ”Setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya”. Selanjutnya pada butir (f) menyatakan bahwa: “Peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak menyelesaikan pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing dan tidak menyimpang dari ketentuan batas waktu yang ditetapkan”. 2) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar

(11)

11

a) Ayat (2) Beban belajar untuk SMA/MA/SMLB, SMK/MAK

atau bentuk lain yang sederajat pada pendidikan formal kategori standar dapat dinyatakan dalam satuan kredit semester;

b) Ayat (3) Beban belajar untuk SMA/MA/SMLB, SMK/MAK

atau bentuk lain yang sederajat pada pendidikan formal kategori mandiri dinyatakan dalam satuan kredit semester; dan c) Ayat (4) Beban belajar minimal dan maksimal bagi satuan

pendidikan yang menerapkan sistem sks ditetapkan dengan Peraturan Menteri berdasarkan usul dari BSNP.

3) Penjelasan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan lebih mempertegas Pasal 11 Ayat (1), (2) dan (3) yang pada intinya menyatakan bahwa:

a) Pemerintah dan/atau pemerintah daerah memfasilitasi satuan pendidikan yang berupaya menerapkan sistem satuan kredit semester karena sistem ini lebih mengakomodasikan bakat, minat, dan kemampuan peserta didik. Dengan diberlakukannya sistem ini maka satuan pendidikan tidak perlu mengadakan program pengayaan karena sudah tercakup (built in) dalam sistem ini.

b) Pemerintah mengkategorikan sekolah/madrasah yang telah

memenuhi atau hampir memenuhi Standar Nasional Pendidikan ke dalam kategori mandiri, dan sekolah/madrasah yang belum

(12)

12 memenuhi Standar Nasional pendidikan ke dalam kategori standar. Terhadap sekolah/madrasah yang telah masuk dalam kategori mandiri, Pemerintah mendorongnya untuk secara bertahap mencapai taraf internasional.

c) Pemerintah mendorong dan memfasilitasi diberlakukannya

sistem satuan kredit semester (sks) karena kelebihan sistem ini sebagaimana dijelaskan dalam penjelasan ayat (1).

d) Terkait dengan itu, SMP/MTS/SMPLB atau bentuk lain yang sederajat, dan SMA/MA/SMLB, SMK/MAK, atau bentuk lain yang sederajat dapat menerapkan sistem sks. Khusus untuk SMA/MA/SMLB, SMK/MAK, atau bentuk lain yang sederajat yang berkategori mandiri harus menerapkan sistem sks jika m nghendaki tetap berada pada kategori mandiri.

4) Beban belajar sebagaimana yang dimaksudkan dalam Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi yaitu sebagai berikut:

a) Satuan pendidikan pada semua jenis dan jenjang pendidikan menyelenggarakan program pendidikan dengan menggunakan sistem paket atau sistem kredit semester.

b) Satuan pendidikan SMP/MTS/SMPLB, SMA/MA/SMALB,

SMK/MAK kategori standar menggunakan sistem paket atau dapat menggunakan sistem kredit semester.

(13)

13

c) Satuan pendidikan SMA/MA/SMALB dan SMK/MAK

kategori mandiri menggunakan sistem kredit semester.

g. Penyelenggaraan Sistem Kredit Semester

1) Ketentuan Pokok Penerapan Sistem Kredit Semester

Sistem kredit semester diselenggarakan oleh sekolah berpedoman pada hal-hal berikut:

a) Bagi sekolah penyelenggara

1. SMA/MA pada kategori mandiri dan sekolah bertaraf

internasional wajib melaksanakan sistem kredit semester dengan jumlah 120 sks.

2. Beban belajar setiap semester di SMA/MA minimum 20

sks. Jumlah maksimum ditentukan oleh sekolah

berdasarkan berbagai pertimbangan, baik oleh nilai sebelumnya maupun melalui seleksi.

3. Penyelenggaraan satu semester diselenggarakan selama minimum 17 minggu yang dapat diselenggarakan dua kali setahun.

4. Sekolah dapat melaksanakan semester pendek untuk

perbaikan nilai yang telah ditempuh pada semester sebelumnya.

5. Program remedial wajib diselenggarakan oleh sekolah. 6. Sekolah wajib melaksanakan satu sks dalam pengertian

(14)

14 Pelaksanaan pembelajaran melalui tatap muka (TM), tugas terstruktur (TT), dan kegiatan mandiri (KM). Oleh karena itu, peserta didik didorong untuk belajar secara mandiri. b) Peserta Didik

1. Peserta didik dapat memanfaatkan semester pendek untuk perbaikan nilai.

2. Peserta didik dapat mempercepat masa studinya dengan mengambil jumlah sks yang lebih banyak pada semester penuh.

3. Peserta didik dapat memilih mata pelajaran yang tersedia pada level tinggi (High level= HL) atau level standar (standar level = SL), dengan ketentuan materi HL lebih mendalam dibandingkan dengan SL.

Menurut Rahmat, dalam pelaksanaan SKS pengukuran bekal ajar siswa, tingkat pencapaian hasil prestasi sebelumnya, besarnya motivasi untuk menyelesaikan beban pelajaran berikutnya menjadi dasar pertimbangan untuk menentapkan jumlah kredit yang akan diambil berikutnya (http: //gurupembaharu.com).

2) Komponen Beban Belajar

Acuan untuk menetapkan komponen SKS yaitu

sebagaimana yang dimuat dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi.

(15)

15 Adapun komponen-komponen beban belajar dalam SKS sama dengan Sistem Paket yang pengertiannya sebagai berikut:

a) Kegiatan tatap muka adalah kegiatan pembelajaran yang

berupa proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik. b) Penugasan terstruktur adalah kegiatan pembelajaran yang

berupa pendalaman materi pembelajaran oleh peserta didik yang dirancang oleh pendidik untuk mencapai standar kompetensi. Waktu penyelesaian penugasan terstruktur ditentukan oleh pendidik.

c) Kegiatan mandiri tidak terstruktur adalah kegiatan

pembelajaran yang berupa pendalaman materi pembelajaran oleh peserta didik yang dirancang oleh pendidik untuk mencapai standar kompetensi. Waktu penyelesaiannya diatur sendiri oleh peserta didik (BSNP, 2010: 7).

3) Cara Menetapkan Beban Belajar

Sebelum menetapkan beban belajar sks untuk SMA yaitu memadukan semua komponen beban belajar, baik untuk Sistem Paket maupun untuk SKS, sebagaimana yang tercantum dalam tabel berikut.

Beban Belajar sks di SMA berdasarkan pada Sistem Paket

Kegiatan Sistem Paket Sistem SKS

Tatap muka 45 menit 45 menit

Penugasan terstruktur 60 x 45 menit =

27 menit

45 menit

Kegiatan mandiri 45 menit

(16)

16 Berdasarkan pada tabel di atas, maka dapat dijelaskan lebih lanjut bahwa untuk menetapkan beban belajar 1 sks yaitu dengan formula sebagai berikut:

Dengan demikian, beban belajar sks untuk SMA dengan mengacu pada rumus tersebut dapat ditetapkan bahwa setiap pembelajaran dengan beban belajar 1 sks pada SKS sama dengan beban belajar 1.88 jam pembelajaran pada Sistem Paket. Agar lebih jelas lagi, dalam tabel di bawah ini disajikan contoh konversi kedua jenis beban pembelajaran tersebut.

Contoh Konversi Beban Belajar di SMA

Sistem Paket SKS

1.88 jam pembelajaran 1 sks

3.76 jam pembelajaran 2 sks

5.64 jam pembelajaran 3 sks

7.52 jam pembelajaran 4 sks

4) Beban Belajar Minimal dan Maksimal

Agar pelaksanaan SKS dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien, maka perlu ditetapkan batas minimal dan maksimal beban belajar sks selama 6 semester pada program IPA, IPS, Bahasa, dan Keagamaan sebagai berikut:

(17)

17

Beban belajar minimal = 114 sks

Beban belajar maksimal = 126 sks

5) Komposisi Beban Belajar

Komposisi beban belajar ini hanya berlaku untuk SMA. Pengaturan komposisi ini disesuaikan dengan kompleksitas program penjurusan di SMA. Dengan adanya komposisi beban belajar dilakukan oleh satuan pendidikan dengan mengacu pada batas minimal atau maksimal. Di bawah ini diberikan contoh pengaturan komposisi beban belajar sebagai berikut:

Contoh Komposisi Beban Belajar

Komponen Kurikulum Komponen Beban Belajar

1. Mata Pelajaran 80 %

2. Muatan Lokal 10 %

3. Pengembangan Diri 10 %

Dengan adanya komposisi ini sangat dimungkinkan bagi peserta didik untuk memperkirakan pemilihan mata pelajaran yang diikutinya di setiap semester.

6) KriteriaPengambilan Beban Belajar

Pengambilan beban belajar dalam setiap semester oleh peserta didik memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a) Fleksibilitas dalam SKS yaitu peserta didik diberi keleluasaan untuk menentukan beban belajar pada setiap semester.

(18)

18 b) Pengambilan beban belajar oleh peserta didik didampingi oleh

Pembimbing Akademik (Academic Adviser).

c) Kriteria yang digunakan untuk menentukan beban belajar bagi peserta didik yaitu:

1. Semester 1 mengambil mata pelajaran sesuai dengan

Standar Isi.

2. Semester berikutnya mempertimbangkan Indeks Prestasi

(IP) yang diperoleh pada semester sebelumnya.

d) Peserta didik wajib menyelesaikan semua mata pelajaran yang tertuang dalam Standar Isi.

e) Satuan pendidikan dapat mengatur penyajian mata pelajaran secara tuntas dengan prinsip “on and off”, yaitu suatu mata pelajaran bisa diberikan hanya pada semester tertentu dengan mempertimbangkan ketuntasan kompetensi pada setiap semester.

7) Penilaian, Penentuan Indeks Prestasi dan Kelulusan

Pengaturan mengenai penilaian, penentuan indeks prestasi, dan kelulusan adalah sebagaimana diuraikan di bawah ini:

a) Penilaian

Penilaian setiap mata pelajaran menggunakan skala 0 – 10 dengan berpedoman pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian untuk satuan pendidikan dasar dan menengah.

(19)

19 b) Penentuan Indeks Prestasi (IP)

1. Semua peserta didik menempuh semua mata pelajaran yang

sama pada semester pertama sesuai dengan Standar Isi. 2. IP dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

IP : Indeks Prestasi

∑ N : Jumlah mata pelajaran

Sks : satuan kredit semester yang di ambil untuk setiap mata pelajaran.

Jumlah sks : jumlah sks dalam satuan semester.

3. Peserta didik pada semester 2 dan seterusnya dapat mengambil sejumlah mata pelajaran dengan jumlah sks berdasarkan IP semester sebelumnya dengan ketentuan sebagai berikut:

a. IP < 5.0 dapat mengambil maksimal 10 sks.

b. IP 5.0 – 5.9 dapat mengambil maksimal 14 sks.

c. IP 6.0 – 6.9 dapat mengambil maksimal 20 sks.

d. IP 7.0 – 8.5 dapat mengambil maksimal 28 sks.

e. IP > 8.5 dapat mengambil maksimal 36 sks.

4. Penjurusan dapat dilaksanakan mulai semester pertama tahun pertama.

(20)

20 1. Peserta didik dapat memanfaatkan semester pendek hanya

untuk mengulang mata pelajaran yang gagal.

2. Peserta didik SMA/MA dinyatakan lulus pada mata

pelajaran utama dalam program studi apabila telah mencapai KKM 7,0. Sedangkan untuk mata pelajaran lain diatur oleh masing-masing satuan pendidikan dengan KKM minimum 6,0 yang secara bertahap meningkat menjadi 7,0 diatasnya.

3. Kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan yang menyelenggarakan SKS dapat dilakukan pada setiap akhir semester.

4. Kelulusan peserta didik dari setiap satuan pendidikan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 72 ayat (1) Peserta didik dinyatakan lulus dari satuan pendidikan pada pendidikan dasar dari menengah setelah:

a. Menyelesaikan seluruh program pembelajaran.

b. Memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata pelajaran kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan.

(21)

21

c. Lulus ujian sekolah/madrasah untuk kelompok mata

pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi; dan

d. Lulus Ujian Nasional

3.2Motivasi Belajar

a. Pengertian Motivasi Belajar

Melakukan perbuatan mengajar secara relatif tidak semudah melakukan kebiasaan yang rutin dilakukan. Oleh karena itu diperlukan adanya sesuatu yang mendorong kegiatan belajar agar semua tujuan yang diinginkan dapat tercapai. Hal tersebut adalah adanya motivasi. Menurut Nashar (2004: 13) motivasi berasal dari kata “motive” yang berarti dorongan yang menyebabkan terjadinya tingkah laku atau perbuatan.

Menurut Mc. Donald (Sardiman, 2006: 73) motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.

Menurut Sardiman (2006: 75) motivasi adalah serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu.

Dari beberapa pengertian di atas, maka pengertian motivasi dalam penelitian ini adalah suatu dorongan yang timbul dalam diri

(22)

22 seseorang untuk melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.

Selanjutnya pengertian belajar dikemukakan oleh beberapa ahli. Menurut Chaplin (Syah Muhibbin, 2006: 65) membatasi belajar dengan dua rumusan. Pertama, belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman. Kedua, belajar adalah proses memperoleh respon-respon sebagai akibat adanya latihan khusus.

Sedangkan menurut Morgan (Rakhmat dan Budiman, 2006: 49) mengemukakan bahwa belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari suatu latihan atau pengalaman. Selanjutnya menurut Sumadi Suryabrata

(2001: 232) dalam bukunya Psikologi Pendidikan menyimpulkan

beberapa definisi para ahli tentang belajar yang berisi hal-hal pokok sebagai berikut:

1) Bahwa belajar itu membawa perubahan.

2) Bahwa perubahan itu pada pokoknya didapatkannya kecakapan baru.

3) Bahwa perubahan itu terjadi karena usaha.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas bahwa belajar merupakan kegiatan yang dilakukan secara sadar dan rutin oleh seseorang sehingga mengalami perubahan secara individu baik

(23)

23 pengetahuan, keterampilan, sikap, dan tingkah laku yang dihasilkan dari proses latihan dan pengalaman individu itu sendiri.

Jadi, dalam penelitian ini motivasi belajar diartikan sebagai dorongan yang ada dan timbul dalam diri siswa untuk belajar atau meningkatkan pengetahuan serta pemahamannya sehingga tercapai hasil atau tujuan belajar.

Menurut Keller (Nashar, 2004: 39) mengemukakan ada empat rancangan motivasional, yaitu: (1) minat, (2) relevansi, (3) harapan, dan (4) kepuasan. Dalam hal ini minat menunjukkan apakah rasa ingin tahu siswa dibangkitkan dan dipelihara secara terus menerus sepanjang kegiatan pembelajaran, sedangkan relevansi menunjukkan adanya keterkaitan antara kebutuhan siswa dengan aktivitas pembelajaran. Harapan menunjukkan adanya kemungkinan siswa mencapai keberhasilan dalam belajar, sedangkan kepuasan menunjukkan gabungan hadiah ekstrinsik dengan motivasi instrinsik atau kesesuaian dengan yang diantisipasi oleh siswa. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Dalam arti bahwa ada usaha tekun terutama yang didasari oleh adanya motivasi, maka seseorang yang belajar akan dapat melahirkan prestasi yang baik. Jadi intensitas motivasi seseorang akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya.

Sesuai dengan pengertian motivasi yang dijelaskan di atas, bahwa tidak perlu dipertanyakan lagi pentingnya motivasi bagi siswa

(24)

24 dalam belajar. Di dalam kenyataan motivasi belajar tidak selalu timbul dalam diri siswa. Ada sebagian siswa yang mempunyai motivasi tinggi namun ada juga yang rendah motivasinya. Oleh karena itu seorang guru harus bisa membangkitkan motivasi yang terdapat dalam diri siswa agar dapat mencapai tujuan belajar. Bagi siswa yang sudah mempunyai motivasi, guru bertugas untuk meningkatkan motivasinya, jika guru dapat membangun motivasi siswa terhadap pelajaran yang diajarkan, diharapkan seterusnya siswa akan meminati pelajaran tersebut.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi

Dalam proses belajar, motivasi dapat tumbuh maupun hilang

atau berubah dikarenakan adanya faktor-faktor yang

mempengaruhinya. Beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar yaitu:

1) Cita-cita atau Aspirasi

Cita-cita disebut juga aspirasi adalah suatu target yang ingin dicapai. Penentuan target ini tidak sama bagi semua siswa. Cita-cita atau aspirasi adalah tujuan yang ditetapkan dalam suatu kegiatan yang mengandung makna bagi seseorang. Aspirasi ini bisa bersifat positif dan negatif, ada yang menunjukkan keinginan untuk mendapatkan keberhasilan tapi ada juga yang sebaliknya. Taraf keberhasilan biasanya ditentukan sendiri oleh siswa dan berharap dapat mencapainya.

(25)

25

2) Kemampuan Belajar

Dalam kemampuan belajar ini, taraf perkembangan berfikir siswa menjadi ukuran. Jadi siswa yang mempunyai kemampuan belajar tinggi biasanya lebih termotivasi dalam belajar.

3) Kondisi Siswa

Kondisi siswa yang mempengaruhi motivasi belajar berhubungan dengan kondisi fisik dan kondisi psikologis. Biasanya kondisi fisik lebih cepat terlihat karena lebih jelas menunjukkan gejalanya dari

pada kondisi psikologis. Kondisi-kondisi tersebut dapat

mengurangi bahkan menghilangkan motivasi belajar siswa.

4) Kondisi Lingkungan

Kondisi lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Ketiga lingkungan ini sangat berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa.

5) Unsur-unsur Dinamis dalam Belajar

Unsur-unsur dinamis dalam belajar adalah unsur-unsur yang keberadaannya dalam proses belajar tidak stabil, kadang-kadang kuat, kadang-kadang lemah dan bahkan hilang sama sekali, khususnya kondisi-kondisi yang sifatnya kondisional.

6) Upaya Guru Membelajarkan Siswa

Guru mempersiapkan diri dalam membelajarkan siswa mulai dari penguasaan materi sampai dengan mengevaluasi hasil belajar siswa. Upaya tersebut berorientasi pada kepentingan siswa

(26)

26

diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar

(http://gurupembaharu.com). c. Ciri-ciri Motivasi Belajar

Menurut Sardiman (2006: 83) bahwa motivasi yang ada dalam diri seseorang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1) Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).

2) Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa).

3) Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah (minat

untuk sukses).

4) Mempunyai orientasi ke masa depan. 5) Lebih senang bekerja mandiri.

6) Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif).

7) Dapat mempertahankan pendapatnya (jika sudah yakin akan

sesuatu).

8) Tidak pernah mudah melepaskan hal yang sudah diyakini.

9) Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.

Apabila seseorang telah memiliki ciri-ciri motivasi di atas maka orang tersebut selalu memiliki motivasi yang cukup kuat. Dalam kegiatan belajar mengajar akan berhasil baik, kalau siswa tekun mengerjakan tugas, ulet dalam memecahkan berbagai masalah dan hambatan secara mandiri. Selain itu siswa juga harus peka dan

(27)

27 responsif terhadap masalah umum dan bagaimana memikirkan pemecahannya. Siswa yang telah termotivasi memiliki keinginan dan harapan untuk berhasil dan apabila mengalami kegagalan mereka akan berusaha keras untuk mencapai keberhasilan itu yang ditunjukkan dalam prestasi belajarnya. Dengan kata lain dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi maka seseorang yang belajar akan melahirkan prestasi belajar yang baik.

d. Fungsi Motivasi dalam Belajar

Motivasi sangat berperan dalam belajar, siswa yang dalam proses belajar mempunyai motivasi yang kuat dan jelas pasti akan tekun dan berhasil belajarnya. Makin tepat motivasi yang diberikan, makin berhasil pelajaran itu. Maka motivasi senantiasa akan menentukan intensitas usaha belajar bagi siswa.

Menurut Sardiman (2006: 85) fungsi motivasi ada tiga, yaitu:

1) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi.

2) Menentukan arah perbuatan yakni kearah tujuan yang hendak dicapai.

3) Menyeleksi perbuatan yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dijalankan yang serasi guna mencapai tujuan itu dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

(28)

28 Seorang siswa yang akan menghadapi ujian dengan harapan dapat lulus, tentu akan melakukan kegiatan belajar dan tidak akan menghabiskan waktunya untuk bermain atau membaca komik, sebab tidak serasi dengan tujuan.

Selain itu ada juga fungsi lain yaitu motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi, karena secara konseptual motivasi berkaitan dengan prestasi dan hasil belajar. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Dengan kata lain, adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik. Intensitas motivasi seorang siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya.

e. Bentuk-bentuk Motivasi

Menurut Sardiman (2006: 92-95) ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam belajar di sekolah yaitu:

1) Memberi angka

Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya. Bagi siswa angka-angka itu merupakan motivasi yang kuat. Sehingga yang biasa dikejar siswa adalah nilai ulangan atau nilai-nilai pada raport angkanya baik-baik.

2) Hadiah

Hadiah dapat dikatakan sebagai motivasi tetapi tidak selalu karena hadiah untuk suatu pekerjaan mungkin tidak akan menarik

(29)

29 perhatian bagi seseorang yang tidak senang dan tidak berbakat dalam pekerjaan tersebut.

3) Saingan atau kompetisi

Saingan atau kompetisi dapat dijadikan sebagai alat motivasi untuk mendorong belajar siswa. Persaingan, baik persaingan individual maupun persaingan kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar.

4) Ego-involvement

Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerima sebagai tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri adalah sebagai salah satu bentuk motivasi yang cukup penting. Seseorang akan berusaha dengan segenap tenaga untuk mencapai prestasi yang baik dengan menjaga harga dirinya.

5) Memberi ulangan

Para siswa akan giat belajar kalau mengetahui akan ada ulangan. Oleh karena itu, memberi ulangan ini juga merupakan sarana motivasi. Tetapi yang harus diingat oleh guru adalah jangan terlalu sering (misalnya setiap hari) karena bisa membosankan dan bersifat rutinitas. Dalam hal ini guru harus juga terbuka kepada siswanya, maksudnya kalau ada ulangan guru hendaknya memberitahukan kepada siswanya, supaya siswa dapat mempersiapkan diri untuk belajar dari rumah.

(30)

30 Dengan mengetahui hasil pekerjaan apalagi kalau terjadi kemajuan akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar. Semakin mengetahui grafik hasil belajar semakin meningkat maka ada motivasi dalam diri siswa untuk terus belajar, dengan suatu harapan hasilnya terus meningkat.

7) Pujian

Pujian ini merupakan suatu bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan motivasi yang baik. Dengan pujian yang tepat yang menyenangkan dan mempertinggi gairah belajar serta sekaligus akan membangkitkan harga diri.

8) Hukuman

Hukuman sebagai reinforcement yang negatif tetapi kalau

diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi. 9) Hasrat untuk belajar

Hasrat untuk belajar berarti ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk belajar. Hasrat untuk belajar berarti pada diri anak didik memang ada motivasi untuk belajar sehingga hasilnya akan baik. 10)Minat

Motivasi sangat erat hubungannya dengan minat. Motivasi muncul karena ada kebutuhan, begitu juga minat sehingga tepat kalau minat merupakan alat motivasi yang pokok. Proses belajar akan berjalan lancar kalau disertai dengan minat.

(31)

31 Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik olah siswa, merupakan alat motivasi yang sangat penting. Sebab dengan memahami tujuan yang hendak dicapai, karena dirasa berguna dan menguntungkan maka akan timbul gairah untuk terus belajar. f. Jenis Motivasi Belajar

Menurut Sardiman (2006: 89) ada berbagai jenis motivasi, yaitu:

1) Motivasi Intrinsik

Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Seorang siswa melakukan belajar karena didorong tujuan ingin mendapatkan pengetahuan, nilai dan keterampilan.

2) Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Oleh karena itu motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar.

D.

METODE PENELITIAN

4.1Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang datanya berupa angka-angka dan analisisnya

(32)

32 menggunakan statistik (Sugiyono, 2009: 7). Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional, yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua atau beberapa variabel dan apabila ada, berapa erat hubungan tersebut serta berarti atau tidaknya hubungan itu (Arikunto, 2002: 239).

Dengan teknik korelasi, seorang peneliti dapat mengetahui hubungan variasi dalam sebuah variabel dengan variasi yang lain. Besarnya atau tingginya hubungan tersebut dinyatakan dalam bentuk koefisien korelasi. Dalam penelitian korelasi, koefisien korelasi adalah suatu alat statistik, yang dapat digunakan untuk membandingkan hasil pengukuran dua variabel yang berbeda agar dapat menentukan tingkat hubungan antara variabel-variabel tersebut.

4.2Instrumen Pengumpulan Data

1. Angket atau Kuesioner

Angket atau kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2009: 142). Dalam penelitian ini, angket atau kuesioner digunakan untuk memperoleh data tentang sejauhmana respon siswa terhadap penerapan SKS. Angket dalam penelitian ini juga digunakan untuk memperoleh data tentang besarnya motivasi belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi dengan diterapkannya SKS. Jenis angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis angket tertutup. Angket atau kuesioner tertutup adalah jenis angket yang sudah

(33)

33 disediakan jawabannya sehingga responden (siswa) tinggal memilih (Arikunto, 2002: 129).

Adapun skala yang digunakan dalam angket penelitian ini adalah skala Likert. Dimana angket SKS dam motivasi belajar menggunakan 4 alternatif jawaban yaitu sangat setuju (skor 4), setuju (skor 3), tidak setuju (skor 2) dan sangat tidak setuju (skor 1). Angket dalam penelitian ini dikembangkan sendiri oleh peneliti dengan mengacu pada teori-teori yang diperoleh dari sumber di atas. Adapun alasan pemilihan teori-teori tersebut adalah karena peneliti menganggap bahwa teori-teori tersebut tepat digunakan untuk mengukur variabel SKS dan motivasi belajar.

2. Dokumentasi

Metode dokumentasi juga digunakan dalam proses pengumpulan data dalam penelitian ini. Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, notulen rapat, agenda, dan sebagainya (Arikunto, 2002: 206).

Jadi dengan menggunakan metode dokumentasi ini, peneliti memperoleh data tentang:

a. Data rekapitulasi siswa kelas X IPS SMA Negeri 2 Selong

b. SK Panitia penyelenggara SKS di SMA Negeri 2 Selong

4.3Analisis Data

1. Deskriptif Data

Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif yang meliputi penentuan Skor Maksimal Ideal (SMi), harga

(34)

34 rata-rata ideal (Mi) dan simpangan baku atau standar deviasi ideal (SDi). Angka-angka Mi dan SDi diperoleh dengan cara:

Mi = ½ x (skor maksimal ideal + skor minimal ideal) SDi =1/6 x (skor maksimal ideal – skor minimal ideal)

Atas dasar inilah maka dibuat tabel untuk mengkategorikan data sebagai berikut:

Mi + SDi Mi + 3 SDi Tinggi

Mi – 1 SDi Mi + 1 SDi Sedang

Mi – 3 SDi Mi – 1 SDi Rendah

(Wahidah, 2010: 48)

2. Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis adalah suatu prosedur yang akan menghasilkan suatu keputusan yaitu keputusan menerima atau menolak hipotesis. Dalam pengujian hipotesis, keputusan yang dibuat mengandung ketidakpastian, artinya keputusan bisa benar atau salah, sehingga menimbulkan risiko. Besar kecilnya risiko dinyatakan dalam probabilitas (Hasan, 2001: 140). Pengujian hipotesis ini dilakukan dengan menggunakan teknik statistik regresi sederhana. Adapun rumusnya adalah sebagai berikut:

Kaidah pengujian signifikansi:

Jika Fhitung ≥ Ftabel, maka Ha diterima dan H0 ditolak (signifikan)

Jika Fhitung ≤ Ftabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak (tidaksignifikan)

(35)

35 Nilai Ftabel dicari menggunakan tabel F dengan rumus:

Ftabel = F{(1 – α) (dk Reg (b/a), (dk Res)

E.

HASIL PENELITIAN

1. Deskripsi Data

a. Sistem Kredit Semester (SKS)

Berdasarkan hasil pengumpulan data diperoleh skor terendah 42 dan skor tertinggi 68. Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan terhadap keseluruhan skor SKS tersebut, maka diperoleh rata-rata (Mean) = 54,9 dan Standar deviasi (SD) = 4,96.

Sementara itu, berdasarkan data sistem kredit semester tersebut dicarikan pula jumlah skor maksimal ideal, skor minimal ideal, nilai rata-rata ideal, dan standar deviasi ideal untuk pengkategorian data. Diketahui skor maksimal ideal = 72, dan skor minimal ideal = 18, Apabila rata-rata (mean) yang diperoleh yakni 54,9 dalam kategori di atas, maka secara umum dapat digolongkan bahwa penerapan SKS di SMA Negeri 2 Selong termasuk dalam kategori tinggi.

b. Motivasi Belajar

Berdasarkan hasil pengumpulan data diperoleh skor terendah 46 dan skor tertinggi 67. Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan terhadap keseluruhan skor data motivasi belajar tersebut, maka dapat diperoleh rata-rata (Mean) = 56,60 dan Standar Deviasi (SD) = 4,91.

(36)

36 Sementara itu, berdasarkan data motivasi belajar tersebut dicarikan pula jumlah skor maksimal ideal, skor minimal ideal, nilai rata-rata ideal, dan standar deviasi ideal untuk keperluan pengkategorian data. Apabila rata-rata (mean) motivasi belajar yakni 56,6 maka secara umum dapat digolongkan bahwa motivasi belajar siswa kelas X IPS pada mata pelajaran Ekonomi di SMA Negeri 2 Selong tahun pelajaran 2010/2011 termasuk dalam kategori tinggi.

2. Uji Normalitas Data

Uji normalitas data dalam penelitian ini dimaksudkan untuk menguji apakah skor data yang akan diolah berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas data dilakukan terhadap variabel SKS dan variabel motivasi belajar.

a. Variabel SKS

Dari perhitungan data diperoleh harga χ² hitung = 5,68. Pada taraf signifikansi 5% dengan derajat kebebasan dk = k-1 = 6 – 1 = 5, dimana k adalah banyak kelas interval, maka χ² tabel = 11,070. Hal ini berarti bahwa χ² hitung < χ² tabel, atau (5,68 < 11,070). Dengan demikian dapat diketahui bahwa data variabel SKS berdistribusi normal.

b. Variabel Motivasi Belajar

Dari perhitungan data diperoleh harga χ² hitung = 5,606. Pada taraf signifikansi 5% dengan derajat kebebasan dk = k-1 = 6 – 1 = 5, dimana k adalah banyak kelas interval, maka χ² tabel = 11,070. Hal ini berarti bahwa, χ² hitung < χ² tabel, atau (5,606 < 11,070). Dengan demikian

(37)

37 dapat diketahui bahwa data variabel motivasi belajar berdistribusi normal.

3. Uji Hipotesis

Untuk mengetahui adanya pengaruh dan besarnya pengaruh antara penerapan Sistem Kredit Semester (SKS) terhadap motivasi belajar siswa kelas X IPS pada mata pelajaran Ekonomi di SMA Negeri 2 Selong tahun pelajaran 2010/2011, maka perlu adanya pengujian hipotesis sebagai berikut:

a. Membuat hipotesis alternatif (Ha) dan hipotesis nihilnya (H0) dalam

bentuk kalimat:

Ha : Ada pengaruh yang signifikan antara penerapan Sistem Kredit

Semester (SKS) terhadap motivasi belajar siswa kelas X IPS pada mata pelajaran Ekonomi di SMA Negeri 2 Selong tahun pelajaran 2010/2011.

H0 : Tidak ada pengaruh yang signifikan antara penerapan Sistem

Kredit Semester (SKS) terhadap motivasi belajar siswa kelas X IPS pada mata pelajaran Ekonomi di SMA Negeri 2 Selong tahun pelajaran 2010/2011.

b. Merumuskan kaidah pengujian signifikansi

Jika Fhitung ≥ Ftabel, maka Ha diterima dan H0 ditolak (signifikan)

Jika Fhitung ≤ Ftabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak (tidak signifikan)

(38)

38 Berdasarkan hasil analisis di atas, maka ada beberapa hal yang perlu dibahas yaitu sebagai berikut:

Penelitian ini mengkaji masalah pengaruh penerapan Sistem Kredit Semester (SKS) terhadap motivasi belajar siswa kelas X IPS pada mata pelajaran Ekonomi di SMA Negeri 2 selong tahun pelajaran 2010/2011. Untuk menguji apakah ada pengaruh yang signifikan antara penerapan SKS terhadap motivasi belajar, maka telah dilakukan analisis data dengan teknik analisis deskriptif, uji normalitas data, dan uji hipotesis dengan teknik regresi linear sederhana. Berdasarkan pengolahan data dengan teknik analisis di atas maka diperoleh hasil penelitian sebagai berikut:

1. Dari hasil analisis deskriptif diperoleh bahwa data variabel SKS dan motivasi belajar memiliki rata-rata kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan SKS berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa. Adapun hasil analisis deskriptif untuk keperluan pengkategorian data variabel SKS dan motivasi belajar dapat dilihat pada tabel berikut:

Pengkategorian Data SKS dan Motivasi Belajar

Variabel Kriteria

Pengkategorian Rentang Nilai

Rata-rata (Mean) Kategori Data SKS Tinggi Sedang Rendah 54 – 72 36 – 54 18 – 36 54,9 Tinggi Motivasi Belajar Tinggi Sedang Rendah 51 – 68 34 – 51 17 – 34 56,6 Tinggi

2. Hasil uji normalitas data (χ²) pada variabel SKS = 5,68 dan variabel motivasi belajar = 5,606 dengan χ²tabel = 11,070 (pada α = 0,05). Dengan

(39)

39 kriteria χ²hitung < χ²tabel, maka data variabel SKS dan motivasi belajar

berdistribusi normal.

3. Hasil perhitungan regresi sederhana diperoleh nilai Ŷ = 11,39 + 0,824x. Konstanta sebesar 11,39 menyatakan bahwa jika tidak ada kenaikan nilai dari variabel SKS (X = 0), maka motivasi belajar (Y) adalah sebesar 11,39. Koefisien regresi sebesar 0,824 menyatakan bahwa setiap penambahan (karena tanda +) satu skor nilai SKS (X) akan memberikan peningkatan skor sebesar 0,824 untuk motivasi belajar. Selanjutnya untuk mengetahui keberartian uji regresi sederhana diperoleh nilai Fhitung= 165,99 dan Ftabel =

4,17 dengan taraf signifikansi 5%. Karena Fhitung > Ftabel maka H0 (hipotesis

nihil) ditolak dan Ha (hipotesis alternatif) diterima, artinya bahwa ada pengaruh yang signifikan antara penerapan Sistem Kredit Semester (SKS) terhadap motivasi belajar siswa kelas X IPS pada mata pelajaran Ekonomi di SMA Negeri 2 Selong tahun pelajaran 2010/2011.

Jadi, dapat diketahui bahwa sistem penyelenggaraan pendidikan sekolah dengan menggunakan SKS dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa. Berdasarkan hasil analisis deskriptif diperoleh bahwa motivasi belajar siswa kelas X IPS pada mata pelajaran ekonomi di SMA Negeri 2 Selong dianggap tinggi dengan rata-rata skor 56,6. Adanya fakta tersebut didukung oleh dua faktor. Pertama, pelaksanaan sistem SKS yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempersingkat waktu penyelesaian studinya kurang dari 3 tahun menjadi salah satu faktor pendorong motivasi belajar siswa khususnya yang ada di kelas akselerasi.

(40)

40 Siswa yang berkemampuan dan berkemauan tinggi dapat menyelesaikan masa studinya di SMA dalam waktu 2 tahun, namun dengan tetap memperhatikan ketuntasan belajarnya.

Kedua, dalam SKS siswa harus dapat mencapai KKM yang sudah

ditetapkan untuk bisa mencapai ketuntasan belajar. Jika nilai siswa tidak bisa mencapai KKM, maka siswa terpaksa harus mengulang untuk memperbaiki nilainya pada semester pendek, dan tentunya dengan biaya ekstra yang dikeluarkan. Adanya keinginan untuk mencapai ketuntasan belajar inilah yang juga menjadi faktor pendukung motivasi belajar siswa.

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat dikatakan bahwa sistem pengelolaan pembelajaran yang digunakan sekolah berupa sistem kredit semester menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa. Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Rahmat yang mengatakan bahwa dalam pelaksanaan SKS, motivasi sangat diperlukan sebagai dasar pertimbangan untuk dapat menyelesaikan beban belajar yang diambil oleh siswa. Menurut Rahmat, SKS menerapkan filosofi belajar tuntas. Ketuntasan belajar siswa sangat dipengaruhi oleh dua hal, yang salah satunya adalah motivasi seperti fakta yang telah dikemukakan di atas. Penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Juniman Silalahi (2007) yang menyatakan bahwa selain persepsi siswa tentang iklim kelas, faktor lain yang turut mempengaruhi motivasi belajar siswa adalah faktor lingkungan sekolahnya.

(41)

41 Berdasarkan hasil pembahasan di atas maka penelitian ini membuktikan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara penerapan Sistem Kredit Semester (SKS) terhadap motivasi belajar siswa kelas X IPS pada mata pelajaran Ekonomi di SMA Negeri 2 Selong tahun pelajaran 2010/2011.

F.

KESIMPULAN

Bertitik tolak pada masalah yang ada, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan Sistem Kredit Semester (SKS) terhadap motivasi belajar siswa kelas X IPS pada mata pelajaran Ekonomi di SMA Negeri 2 Selong tahun pelajaran 2011/2012.

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang dikemukakan sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara penerapan SKS terhadap motivasi belajar siswa kelas X IPS pada mata pelajaran Ekonomi di SMA Negeri 2 Selong tahun pelajaran 2010/2011. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis terhadap uji hipotesis dengan menggunakan regresi linier sederhana yang dikonsultasikan dengan nilai Fhitung dan Ftabel dengan taraf signifikansi 5%. Dari hasil analisis tersebut,

nilai Fhitung > Ftabel atau (165,99) > (4,17) sehingga Ha diterima dan H0 ditolak,

dengan arah regresi Ŷ = 11,39 + 0,824x. Persamaan regresi tersebut berarti bila penerapan SKS tidak ditingkatkan nilainya (X = 0), maka nilai motivasi belajar sebesar 11,39. Hal tersebut menunjukkan adanya pengaruh yang positif signifikan antara penerapan SKS terhadap motivasi belajar siswa. Hal ini sesuai dengan hasil analisis deskriptif yang menunjukkan rata-rata skor SKS

(42)

42 dan motivasi belajar yang sama-sama tergolong tinggi, yang berarti bahwa penerapan SKS berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa.

(43)

43

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi V. Jakarta: PT Rineka Cipta.

BSNP. (2010). Panduan Penyelenggaraan Sistem Kredit Semester untuk

SMP/MTs dan SMA/MA. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan.

Depdiknas. (2008). Implementasi Sistem Kredit Semester Pada Sekolah

Menengah Kejuruan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar Menengah & Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.

Firdaus, M. (2011). Motivasi Belajar. www://motivasibelajar-modelpembelajaran-BSEdownload.htm. Di akses pada tanggal 22 September 2011.

Hasan, I. (2001). Pokok-Pokok Materi Statistik 2 - Statistik Inferensif edisi Kedua. Jakarta : PT Bumi Aksara.

Hodijah. (2010). Hubungan Antara Intensitas Komunikasi Orang Tua dan Anak

Dengan Motivasi Belajar Anak. Tersedia pada

http://jurnal.pdii.lipi.go.id. Di akses pada tanggal 12 Mei 2011.

Masterweb. (2011). Data penelitian.

http://www.4skripsi.com/metodologi-penelitian/data-penelitian.html. Di akses pada tanggal 10 Mei 2011.

Nashar. (2004). Peranan Motivasi dan Kemampuan Awal dalam Kegiatan

Pembelajaran. Jakarta: Delia Press.

Rahmat. (2008). Apa dan Bagaimana SKS. http: //gurupembaharu.com. Di akses pada tanggal 16 maret 2011.

Rakhmat, Budiman, dan Herawati. (2006). Psikologi Pendidikan. Bandung: Upi Press.

Redaksi Penerbit Asa mandiri. (2006). Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Asa Mandiri.

Sardiman. (2006). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT raja Grafindo persada.

Silalahi, J. (2007). Pengaruh Iklim Kelas Terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas 2 Jurusan Bangunan SMK 1 Padang Tahun Pelajaran 2006/2007.

(44)

44 http://www.Gunadarma.Ac.Id/Library/Articles/Graduate/Psychology/ 2008/Artikel0502105.Pdf. Di akses pada tanggal 12 Mei 2011.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suryabrata, S. (2001). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Syah, M. (2006). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Wahidah. (2010). Pengaruh penggunaan metode inquiri terhadap motivasi

belajar Sosiologi kelas X SMA Muhammadiyah Pohgading Tahun Pelajaran 2009/2010. Skripsi.

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Hasil penelitian (Tabel 5) menunjukkan bahwa perlakuan TKHB1G (tanah + kompos + aplikasi pupuk hayati sebanyak 2 kali (saat tanam + 3 hari sebelum fase generatif)

Atas kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “FOTOGRAFI LUBANG JARUM SEBAGAI MEDIA EDUKASI KREATIVITAS DAN APRESIASI SENI: STUDI KASUS DI

Perhitungan kebutuhan modal didasarkan pada ATMR. Pengertian aktiva dalam perhitungan ini mencakup aktiva yang tercantum dalam neraca maupun aktiva yang bersifat

Dari hasil penelitian yang dilakukan diperoleh COP dari sistem adalah sebesar 5,25, laju pengeringan ( drying rate ) sebesar 3,74 gr/menit, energi pengeringan

dihasilkan tersebut tidak bisa mencari konsumen sendiri. Oleh karena itu dibutuhkannya adanya strategi komunikasi pemasaran yang tepat agar suatu pruduk sukses

Dalam pelaksanaan lompat jauh terdiri dari empat bagian yaitu awalan sebagai langkah awal yang dilakukan dengan jarak ke papan (tumpuan).Tumpuan merupakan tempat

Dalam penelitian ini diukur kapasitas penukar ion pada resin sebelum digunakan (resin baru) dan sesudah terpakai selama 13 tahun. Pengukuran kapasitas dilakukan pada

pencarian ataupun pertukaran informasi, penulis ingin menawarkan suatu aplikasi dengan penggunaan teknologi client-server, sehingga nantinya seluruh anggota pada suatu biro