• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA DALAM MATERI MENAMPILKAN NILAI-NILAI PANCASILA PADA MATA PELAJARAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA DALAM MATERI MENAMPILKAN NILAI-NILAI PANCASILA PADA MATA PELAJARAN"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1

MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA DALAM MATERI MENAMPILKAN NILAI-NILAI PANCASILA PADA MATA PELAJARAN PKn MELALUI PENDEKATAN INDUKTIF DI KELAS II SDN 2 SUWAWA,

KECAMATAN SUWAWA, KABUPATEN BONE BOLANGO. Oleh : Sitty Sastia Malasai

Dra Elmia Umar. MPd dan Samsi Pomalingo SAg. MA Jurusan / Prodi : PGSD / S1 PGSD

ABSTRAK

Sitty Sastia Malasai, 2013. Meningkatkan Pemahaman Siswa Dalam Materi Menampilkan Nilai-Nilai Pancasila Pada Mata Pelajaran PKn Melalui Pendekatan Induktif Di Kelas II SDN 2 Suwawa, Kecamatan Suwawa, Kabupaten Bone Bolango. Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo,. Pembimbing I Dra. Elmia Umar. M.Pd dan Pembimbing II Samsi Pomalingo S.Ag. MA

Masalah dalam penelitian ini dirumuskan adalah “ Apakah dengan menggunakan pendekatan induktif siswa dapat meningkatkan pemahaman dalam materi menampilkan nilai-nilai pancasila melalui pendekatan induktif dalam pembelajaran PKn?” Tujuan penelitian adalah untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam materi menampilkan nilai-nilai pancasila melalui pendekatan induktif dalam pembelajaran PKn kelas II SDN 2 Suwawa, Kec. Suwawa, Kab. Bone Bolango.

Berdasarkan hasil yang diperoleh pada siklus I tentang Meningkatkan Pemahaman Siswa Dalam Materi Menampilkan Nilai-Nilai Pancasila Pada Mata Pelajaran PKn Melalui Pendekatan Induktif Di Kelas II SDN 2 Suwawa, Kecamatan Suwawa, Kabupaten Bone Bolango hanya mencapai 66,66% (12 orang) dari jumlah siswa sebanyak 18 orang. Sementara pada siklus II mencapai 88,88% (16 orang) dari

(2)

2

jumlah siswa sebanyak 18 orang. Berdasarkan hasil capaian tersebut, pemahaman nilai-nilai pancasila siswa kelas II SDN 2 Suwawa, Kec. Suwawa. Kab. Bone Bolango meningkat sebesar 22,22% dari siklus I ke siklus II.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendekatan pembelajaran induktif sangat efektif dalam meningkatkan pemahaman nilai-nilai pancasila siswa di kelas II SDN 2 Suwawa, Kec. Suwawa, Kab. Bone Bolango.

Kata Kunci : Pemahaman, Nilai-nilai Pancasila Siswa dan Pendekatan Induktif. PENDAHULUAN

Pelajaran PKn merupakan salah satu pelajaran yang berkaitan langsung dengan kehidupan masyarakat dan cenderung pada pendidikan afektif. Sedangkan sikap seseorang khususnya anak-anak banyak dipengaruhi oleh lingkungan, baik itu lingkungan keluarga maupun lingkungan teman bermainnya.

Beberapa usaha dalam rangka menciptakan kondisi yang efektif dan konduksif salah satunya adalah kecekatan dari seorang guru dalam memilih pendekatan pembelajaran. Jika guru kurang jeli dalam memilih pendekatan pembelajaran, maka akan menimbulkan kondisi yang jenuh, membosankan, monoton dan kurang direspon oleh siswa. Oleh karena itu, untuk menghindari keadaan seperti itu, maka harus diambil sebuah solusi dengan menerapkan sebuah pendekatan pembelajaran yang sekiranya dapat mengantisipasi demi tercapainya tujuan belajar.

Permasalahan yang sering terjadi pada siswa disekolah dasar adalah sangat kurangnya ketertarikan siswa pada mata pelajaran PKn dan juga masih kurangnya pemahaman siswa tentang materi mata pelajaran PKn yang disebabkan oleh kurangnya pengetahuan akan nilai-nilai pancasila. Serta dari hasil wawancara dengan guru kelas ternyata masih kurangnya guru dalam menggunakan pendekatan di kelas khususnya pendekatan pembelajaran Induktif.

(3)

3

TINJAUAN PUSTAKA Hakikat Pemahaman

Pemahaman berasal dari kata paham yang mempunyai arti mengerti benar, sedangkan pemahaman merupakan proses perbuatan cara memahami (Em Zul, Fajri & Ratu Aprilia Senja, 2008 : 607-608). Menurut Poesprodjo bahwa pemahaman bukan kegiatan berpikir semata, melainkan pemindahan letak dari dalam berdiri disituasi atau dunia orang lain, mengalami kembali situasi yang dijumpai pribadi lain didalam erlebnis (Sumber pengetahuan tentang hidup, kegiatan melakukan pengalaman pikiran), pengalaman yang terhayati, pemahaman merupakan suatu kegiatan berpikir secara diam-diam, menemukan dirinya dalam orang lain.

Pemahaman mencangkup kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari (W.S Winkel, 1996 : 245). W.S Winkel mengambil dari taksonomi Bloom, yaitu suatu taksonomi yang dikembangkan untuk mengklasifikasikan tujuan intruksional. Bloom membagi ke dalam 3 kategori, yaitu termasuk salah satu bagian dari aspek afektif. Bloom membagi dalam enam tingkatan, yaitu aspek pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi. Keenam aspek di ranah ini merupakan hierarki kesukaran tingkat berpikir dari yang rendah sampai yang tertinggi.

Suharsimi menyatakan bahwa pemahaman adalah bagaimana seorang mempertahankan, membedakan, menduga, merenagkan, memperluas, menyimpulkan, menggeneralisasi, memberikan contoh, menuliskan kembali dan memperkirakan. Dengan pemahaman siswa diminta untuk membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang sederhana di antara fakta-fakta atau konsep.

Pemahaman dapat diartikan menguasai sesuatu dengan pikiran. Karena itu belajar berarti harus mengerti maksud dan implikasinya, sehingga menyebabkan pebelajar dapat memahami suatu situasi. Pemahaman itu tidak sekedar tahu, tetapi

(4)

4

juga menghendaki agar pebelajar dapat memanfaatkan bahan-bahan yang telah dipahami. Kalau sudah demikian, belajar akan bersifat mendasar. Kemudian perlu juga ditegaskan bahwa pemahaman bersifat dinamis dan kreatif (Haling, 2006 : 7)

Pengertian Belajar

Dapat dikatakan belajar jika dalam diri orang tersebut terjadi suatu aktifitas yang mengakibatkan perubahan tingkah laku yang dapat diamati relatif lama. Dalam keseluruhan proses pendidikan, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai siswa. Oleh karena itu proses belajar dengan tanpa adanya usaha tidak di sebut belajar.

Belajar adalah suatu proses psikologis, yaitu perubahan perilaku perserta didik, baik berupa pengetahuan, sikap ataupun keterampilan. Proses belajar yang terjadi pada peserta didik selain dipengaruhi oleh factor internal yang bersangkutan, juga dapat dipengaruhi oleh factor lingkungan atau factor eksternal lainnya.

Albert Bandura dalam Sumantri Mulyani (2008 : 2.12) menjelaskan system pengendalian perilaku belajar adalah perubahan perilaku sebagai fungsi pengalaman. Yang di dalamnya tercakup perubahan-perubahan afektif, motorik dan psikognitif. Penulis akan memaparkan lebih jauh pendapat para ahli mengenai belajar itu sendiri.

Belajar adalah aktivitas peserta didik. Peserta didik sebagai pembelajar akan secara langsung mengalami, menghayati dan melakukan proses interaksi yang bertujuan untuk meningkatkan perkembangan mental menuju kemandirian. Di sinilah berarti belajar adalah proses internal peserta didik. Belajar adalah proses perubahan tingkah laku peserta didik baik yang sifatnya pengetahuan, sikap ataupun keterampilan.

(5)

5

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses interaksi dengan objek tertentu yang mengakibatkan perubahan dari orang yang melakukan proses belajar tersebut.

Pendekatan Induktif

Pendekatan ini dikembangkan oleh filosofis prancis Bacon yang menghendaki penarikan kesimpulan didasarkan atas fakta-fakta yang kongkrit sebanyak mungkin.

Dalam pendekatan induktif penyajian bahan ajar dimulai dari contoh-contoh kongkrit yang mudah di pahami siswa. Berdasarkan contoh-contoh tersebut siswa di harapkan mampu menyusun suatu kesimpulan di bawah bimbingan guru.

Menurut purwanto dalam ruminiati (2007 : 1.11) kebenaran kesimpulan yang disusun secara induktif ini di tentukan tepat tidaknya. Contoh yang dipilih biasanya semakin banyak contoh yang diberikan, semakin besar pula tingkat kebenaran kesimpulannya.

Model pembelajaran induktif dirancang berlandaskan teori konstruktivisme dalam belajar. Model ini membutuhkan guru yang terampil dalam bertanya dalam penerapannya. Melalui pertanyaan-pertanyaan inilah guru akan membimbing siswa membangun pemahaman terhadap materi pelajaran dengan cara berpikir dan membangun ide. Tingkat keefektifan model pembelajaran induktif ini, jadinya-sangat tergantung pada keterampilan guru dalam bertanya dan mengarahkan pembelajaran, dimana guru harus menjadi pembimbing yang akan untuk membuat siswa berpikir.

TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam materi menampilkan nilai-nilai pancasila melalui pendekatan induktif dalam pembelajaran PKn Kelas II SDN 2 Suwawa, Kec. Suwawa, Kab. Bone Bolango.

(6)

6

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini merupakan suatu penelitian tindakan kelas (PTK). Lokasi yang dipilih oleh peneliti adalah SDN 2 Suwawa, Desa Boludawa, Kecamatan Suwawa, Kabupaten Bone Bolango, Sulawesi Utara. Dan subjek penelitian adalah siswa kelas II dengan jumlah siswa keseluruhan 18 orang. 11 siswa laki-laki dan 7 orang siswa perempuan yang memiliki kemampuan heterogen khususnya pada mata pelajaran PKn

Variabel dalam penelitian ini yakni variabel Input (siswa, guru dan pendekatan), variabel Proses (berkaitan dengan kegiatan guru dalam proses belajar mengajar dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran ) variabel Output (hasil belajar siswa melalui media lingkungan sebagai sumber belajar)

Penelitian dilakukan dalam dua siklus. Masing-masing tahap terdiri dari empat tahap yakni tahap persiapan, tahap pelaksanaan tindakan, tahap pemantauan dan evaluasi serta tahap analisis dan refleksi.

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan tes, dokumentasi dan wawancara. Analisis data diperoleh dalam penelitian ini dianalisis dengan melihat hasil yang diperoleh pada tahap observasi dan hasilnya digunakan untuk merefleksikan apakah pemahaman dalam menampilkan nilai-nilai pancasila siswa sudah meningkat.

HASIL DAN PEMBAHASAN SIKLUS I

Hasil capaian belajar siswa yang merupakan akumulasi dari hasil penilaian terhadap pemahaman siswa dengan menggunakan pendekatan induktif pada siklus I ini belum tercapai. Dari 18 orang siswa kelas II yang dikenai tindakan dengan menggunakan pendekatan induktif dalam membelajarkan materi menampilkan nilai-nilai pancasila sebanyak 12 orang atau (66,66%) yang telah mencapai criteria

(7)

7

ketuntasan belajar sesuai dengan patokan yang ditetapkan disekolah dan 6 orang siswa atau (33,33%) belum mencapai criteria ketuntasan belajar.

Berdasarkan temuan diatas, guru bersama pengamat melakukan refleksi dari tidak tercapainya target yang telah ditetapkan dalam penelitian siklus I ini. Hasil refleksi menganjurkan peneliti untuk melanjutkan kegiatan yang berorientasi pada penggunaan pendekatan induktif pada materi menampilkan nilai-nilai pancasila dengan menekankan pada aspek-aspek yang belum tercapai.

SIKLUS II

Pada siklus II kegiatan belajar semakin baik, ditinjau dari segi guru dan siswa. Hal ini sesuai dengan hasil pengamatan terhadap kegiatan siswa dalam pembelajaran menunjukkan bahwa sebagian besar siswa yang aktif dalam proses pembelajaran berlangsung. Siswa sudah mampu mengajukan pertanyaan, siswa tidak ribut lagi pada saat belajar serta merespon pertanyaan guru. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dengan menggunakan pendekatan induktif dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam materi menampilkan nilai-nilai pancasila.

Kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran didalam kelas membuahkankan hasil belajar siswa yang semakin baik. Dari 18 orang siswa kelas II yangdikenai tindakan dengan menggunakan pendekatan induktif pada materi menampilkan nilai-nilai pancasila, ada sebanyak 16 orang siswa atau ( 88,88%) yang telah mencapai criteria ketuntasan belajar yang ditetapkan disekolah dan ada 2 orang siswa atau (11,11%) belum mencapai criteria ketuntasan belajar.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hipotesis yang telah dirumuskan yaitu “jika menggunakan pendekatan induktif aka akan terjadi peningkatan pemahaman pada materi menampilkan nilai-nilai pancasila oleh siswa dalam pembelajaran PKn dikelas II SD” dapat diterima.

(8)

8

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang mengacu pada permasalahan dalam penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa pemahaman siswa kelas II SDN 2 Suwawa, Kec. Suwawa, Kab.Bone Bolango dalam menampilkan nilai-nilai pancasila dapat meningkat dengan menggunakan pendekatan induktif. hasil belajar siklus I menunjukkan bahwa dari 18 orang siswa yangdikenai tindakan, 12 orang siswa atau (66,66%) memenuhi kriteria ketuntasan dan siklus II enjadi 16 orang atau 88,88%. Peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 22,22%.

Saran

1. Penggunaan pendekatan induktif terbukti mampu meningkatkan pemahaman siswa untuk dapat menampilkan nilai-nilai pancasila, maka disarankan kepada guru mata pelajaran agar menggunakan pendekatan pembelajaran ini pada materi-materi selanjutnya atau digunakan pada mata pelajaran ini karena siswa akan cepat mengerti dengan memberikan banyak contoh apalagi contoh gambar yang dapat langsung siswa amati dan juga mudah untuk diingat siswa.

2. Guru juga perlu mengkombinasikan pendekatan pembelajaran dengan pendekatan yang lainnya agar suasana tidak monoton dengan pendekatan itu-itu saja sehingga siswa tidak bosan menertima materi yangdisajikan guru.

3. Bahan penelitian ini masih perlu dilanjutkn oleh peneliti lain dengan memperhatikan aspek-aspek tertentu.

DAFTAR PUSTAKA Haitam, Ginanjar (2012) Hakikat Pemahaman Dalam

Http://dadanggani.blogspot.com/2012/11/hakikat pemahaman-bagian-1.html (23 Januari 2013)

(9)

9

I Winataputra, H. Udin S. (1997) Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Universitas Terbuka

Julianto, toni (2012) pembelajaran induktif dan deduktif Dalam

Http://tonijulianto.wordpress.com/2012/07/12/pembelajaran-induktif-dan- pembelajaran-deduktif.html (4 Maret 2013)

Kartadinata, Sunaryo (1998) Bimbingan di sekolah dasar. Bandung : Nusa Media Lapono, Nabisi (2009) Belajar dan Pembelajaran. Bandung : Nusa Media

Ruminiati (2007) Pengembangan pendidikan kewarganegaraan SD. Jakarta : D irektorat Jendral Pendidikan Nasional

Ruminiati (2011) Pembelajaran PKn SD. Jakarta : Rineka Cipta

Sumantri, Mulyani (2008) Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : Universitas Terbuka

Wahab , Abdul (1997) Pendidikan pancasila dan kewarganegaraan. Jakarta : Jendral Pendidikan Nasional

Wahyudin Dinn. Dkk (2007) Pengantar Pendidikan. Jakarta : Universitas Terbuka Wardani (2007) Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Universitas Terbuka

Winataputra. Dkk (2002) Materi dan Pembelajaran PKn SD. Jakarta : Universitas Terbuka

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menghasilkan bahwa penerapan internal sistem informasi akuntansi penggajian untuk outsourcing masih terdapat beberapa kendala seperti otorisasi dokumen

Nilai signifikansi Beban kerja dan lingkungan kerja kurang dari 0,05, dapat disimpulkan bahwa beban kerja dan lingkungan kerja berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja

BATAL AKIBAT GUGATAN Terhadap: Paten yang seharusnya tidak diberikan, Paten yang berasal dari SDG yang tidak memenuhi ketentuan Pasal 26, Paten yang sama dengan Paten lain,

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan struktur materi kuliah pemrograman mikrokontroler sebagai persiapan pelaksanaan pembelajaran kompetensi pemrograman mikrokontroler,

Kakitangan TNB Semua individu yang mempunyai ikatan kontrak secara langsung dengan syarikat dan organisasi kawalannya atas dasar pekerjaan termasuk pekerja dan pengarah

Untuk dampak yang kedua ini yakni lingkungan, yang mana lingkungan tersebut dari adanya air bersih ini juga harus disertai dengan perubahan perilaku masyarakat, yang

Margareta Ratih Vitaningrum, yang biasa disapa Ratih merupakan penulis skripsi berjudul Penggunaan Antibiotik Sitostatika pada Pengobatan Kemoterapi Geriatri

memberikan santunan kepada korban kecelakaan yang terjadi pada Perusahaan Otobus Sang Engon karena hal tersebut sudah menjadi kewajiban PT Asuransi Jasa Raharja