• Tidak ada hasil yang ditemukan

Diagnosis dan remediasi kesulitan belajar siswa kelas VIII B SMP Pangudi Luhur Moyudan tahun ajaran 2017/2018 pada pokok materi bunyi dan getaran - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Diagnosis dan remediasi kesulitan belajar siswa kelas VIII B SMP Pangudi Luhur Moyudan tahun ajaran 2017/2018 pada pokok materi bunyi dan getaran - USD Repository"

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)

DIAGNOSIS DAN REMEDIASI KESULITAN BELAJAR SISWA KELAS VIII B SMP PANGUDI LUHUR MOYUDAN TAHUN AJARAN 2017/2018

PADA POKOK MATERI BUNYI DAN GETARAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Disusun oleh : Paskalis Sgraffiare

NIM : 121424015

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

DIAGNOSIS DAN REMEDIASI KESULITAN BELAJAR SISWA KELAS VIII B SMP PANGUDI LUHUR MOYUDAN TAHUN AJARAN 2017/2018

PADA POKOK MATERI BUNYI DAN GETARAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Disusun oleh : Paskalis Sgraffiare

NIM : 121424015

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(3)
(4)
(5)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 16 Januari 2019

(6)

LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Paskalis Sgraffiare

NIM : 121424015

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

DIAGNOSIS DAN REMEDIASI KESULITAN BELAJAR SISWA KELAS VIII B SMP PANGUDI LUHUR MOYUDAN TAHUN AJARAN 2017/2018 PADA POKOK MATERI BUNYI DAN GETARAN.

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan ke dalam bentuk media lain, mengolahnya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin diri saya ataupun memberi royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal 16 Januari 2019

Yang menyatakan

(7)

ABSTRAK

Paskalis Sgraffiare, 2018. Diagnosis dan Remediasi Kesulitan Belajar Siswa Kelas VIII B SMP Pangudi Luhur Moyudan Tahun Ajaran 2017/2018 Pada Pokok Materi Bunyi dan Getaran. Skripsi. Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan (1) mengetahui kesulitan yang dialami oleh siswa kelas VIII B SMP Pangudi Luhur Moyudan tahun ajaran 2017/2018 pada pokok materi bunyi dan getaran, (2) merancang model pembelajaran dalam pengajaran remedial, dan (3) mengetahui keberhasilan pengajaran remedial yang digunakan untuk membantu siswa kelas VIII B SMP Pangudi Luhur Moyudan tahun ajaran 2017/2018 pada pokok materi bunyi dan getaran.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksploratif dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Pangudi Luhur Moyudan dengan subjek penelitian adalah siswa kelas VIII B. Data penelitian dikumpulkan dengan instrumen tes awal dan tes akhir.

(8)

ABSTRACT

Paskalis Sgraffiare, 2018. The Diagnosis and Remediation of Learning Difficulties by the Students of Grade VIII B SMP Pangudi Luhur Moyudan in the Academic Year 2017/2018 in the topic of Sound and Vibration. Undergraduate Thesis. Physical Education Study Program, Department of Mathematics and Science Education, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

This research aims to (1) know the difficulties experienced by students of

Grade VIII B SMP Pangudi Luhur Moyudan in the academic year 2017/2018 in the

topic of sound and vibration, (2) designing models of learning in teaching remedial,

and (3) knowing the success of teaching remedial which was used to help students

grade VIII B SMP Pangudi Luhur Moyudan in the academic year 2017/2018 in the

topic of sound and vibration.

This type of research is exploratory research with qualitative and quantitative

approach. This research was conducted at SMP Pangudi Luhur Moyudan with the

research subjects were students of grade VIII B. Research data collected with

pretest instruments and final test.

Based on the results of the study it can be concluded that (1) the difficulties

experienced by the subject include the difficulty in understanding the question, so

the answer given is incorrect, (2) a remedial Teaching is done using the method of

questioning, lectures and discussion, and (3) student success after he did teaching

remedial experience increased from the initial test results, students can achieve as

many as 46% of KKM, a subject which has increased but has not yet reached the

KKM as much as 27%, subject decline as much as 15%, and there is a fixed value

(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Allah Bapa atas segala cinta kasih dan karunia-Nya sehingga skripsi berjudul Diagnosis dan Remediasi Kesulitan Belajar Siswa Kelas VIII B SMP Pangudi Luhur Moyudan Tahun Ajaran 2017/2018 pada pokok materi Bunyi dan Getaran ini dapat diselesaikan. Adapun maksud dari pembuatan skripsi ini guna memenuhi syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan di FKIP Universitas Sanata Dharma. Penulis skripsi ini dapat terselesaikan berkat bantuan, dukungan, dan saran dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih atas dukungan dan bantuan kepada :

1. Tuhan Allah Bapa yang senantiasa selalu menertai, membimbing, dan memberikan semangat, kesehatan dan menuntun langkah penulis serta memberikan kekuatan kepada penulis.

2. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd, M.Si selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

3. Dr. Marcellinus Andy Rudhitho, S.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

4. Dr. Ign. Edi Santosa, M.S selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

5. Ir. Sri Agustini Sulandari, M.Si selaku dosen pembimbing yang selalu meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan pengarahan serta memberikan saran kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

6. Drs. Domi Severinus, M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik yang selalu memberikan semangat dan dukungan.

7. Kepala Sekolah SMP Pangudi Luhur Moyudan.

8. Bapak Purwonggo selaku guru fisika SMP Pangudi Luhur Moyudan atas partisipasinya sehingga penelitian berjalan dengan lancer.

(10)

10.Siswa – siswi kelas 8 SMP Pangudi Luhur Moyudan.

11.Bapak Djuna Roosedi dan Ibu Lucia T.J, terima kasih atas cinta kasih yang telah diberikan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangannya sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar skripsi ini dapat disusun dengan baik lagi. Penulis juga berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan dunia pendidikan.

Yogyakarta, 16 Januari 2019

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... iv

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... v

B. Identifikasi Masalah ... 3

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. Diagnosis Kesulitan Belajar ... 12

(12)

G. Kerangka Berpikir ... 35

BAB III METODE PENELITIAN... 37

A. Jenis Penelitian ... 37

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 38

C. Subyek dan Obyek Penelitian ... 38

D. Variabel Penelitian ... 39

E. Metode Pengumpulan Data ... 39

F. Instrumen Penelitian ... 41

G. Prosedur Pengumpulan Data ... 43

H. Metode/Teknik Analisis Data ... 44

BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN ... 45

A. Pelaksanaan Penelitian ... 45

B. Hasil Penelitian ... 46

C. Pembahasan ... 53

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 69

A. Kesimpulan ... 69

B. Keterbatasan Penelitian ... 70

C. Saran ... 70

(13)

LAMPIRAN ... 72

A. Surat Keterangan Penelitian ... 73

B. Soal Tes Awal ... 74

C. Validasi Soal Oleh Dosen ... 77

D. Soal Tes Akhir ... 78

E. Pedoman Wawancara ... 79

F. Wawancara Guru ... 80

G. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 83

H. Hasil Tes Awal ... 84

I. Hasil Tes Akhir ... 88

J. Daftar Hadir Tes Awal ... 91

K. Daftar Hadir Tes Akhir ... 92

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-kisi Soal Tes Awal ... 42

Tabel 4.1 Hasil Tes Awal ... 47

Tabel 4.2 Persentase Keberhasilan Tes Awal ... 48

Tabel 4.3 Hasil Tes Akhir ... 58

Tabel 4.4 Persentase Keberhasilan Tes Akhir... 59

(15)

DAFTAR GAMBAR

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut Crow & Crow (1958) yang dikutip oleh Rohmah Noer (2012), menyatakan bahwa belajar adalah memperoleh kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan, dan sikap. Kebiasaan, pengetahuan, dan sikap yang diperoleh merupakan hasil dari belajar dan sifatnya relatif menetap dalam diri individu yang belajar. Menurut Hintzman seperti yang dikutip oleh Syah Muhibbin (2008), belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme (manusia atau hewan) yang disebabkan oleh pengalaman. Jadi, belajar merupakan suatu proses atau kegiatan mengolah pengetahuan dan pengalaman untuk memperoleh pengetahuan yang baru berdasarkan pengalaman, pengalaman manusia berinteraksi dengan orang lain atau lingkungannya.

Belajar menjadi landasan pokok dalam setiap usaha pendidikan. Sebagai suatu proses, belajar mendapatkan tempat dan perhatian yang besar dalam dunia pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu sarana manusia dalam belajar dan berlangsung dalam lingkungan pendidikan yaitu, keluarga, sekolah, dan masyarakat.

(17)

Pada mata pelajaran fisika yang memuat banyak konsep ilmiah, seringkali yang dialami siswa dalam memahami suatu konsep ilmiah sering berbeda dengan konsep yang dianut oleh para ahli fisika pada umumnya (Suparno, 2013). Sehingga setelah proses pembelajaran berlangsung tidak sedikit siswa yang mengalami kesulitan.

Kesulitan belajar yang sering dialami oleh peserta didik tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan-perbedaan di dalam hal kemampuan, kecerdasan, bakat, minat, dan latar belakang fisik serta sosial masing-masing murid, maka kemajuan belajar murid dalam satu kelas mungkin tidak sama. Ada murid yang cepat, cukup, dan ada yang lambat dalam menyerap materi belajar. Bakat yang dimiliki peserta didik juga memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap hasil belajar seseorang. Hal ini dapat diketahui bahwa siswa yang kurang berbakat dalam suatu pelajaran tertentu membutuhkan waktu yang lebih lama dan usaha ekstra untuk menguasai suatu bahan, dibandingkan dengan siswa yang berbakat dalam pelajaran tersebut. Hal ini sangat berpengaruh pada ketuntasan siswa dalam memahami konsep. Ketidakberhasilan dalam proses belajar mengajar untuk mencapai ketuntasan bahan tidak dapat dikembalikan pada satu faktor, tetapi pada beberapa faktor yang terlibat dalam proses belajar mengajar.

(18)

hubungannya dengan pengidentifikasian kesulitan belajar, sebab-sebabnya dan pelayanan remedialnya.

Dalam kegiatan proses diagnosis kesulitan belajar yang terpenting adalah menemukan letak kesulitan dan upaya pengajaran perbaikan yang dilakukan dapat dilaksanakan secara efektif.

Didalam kegiatan belajar mengajar seorang guru terlalu sulit memperhatikan pengalaman belajar oleh setiap siswa. Hal ini pernah dialami oleh peneliti sewaktu menempuh program pengalaman lapangan. Peneliti melihat hasil dari ulangan siswa banyak yang tidak mencapai nilai KKM.

Sehubungan dengan hal ini, peneliti tertarik melakukan penelitian untuk melihat sejauh mana pemahaman siswa mengenai materi bunyi di SMP Pangudi Luhur Moyudan karena nilai yang didapat oleh siswa sering kali tidak mencapai KKM.

B. Identifikasi masalah

Berdasarkan latar belakang, peneliti mengidentifikasi beberapa masalah, diantaranya :

1. Banyak siswa yang mendapat nilai dibawah KKM di setiap tes evaluasi mata pelajaran fisika.

2. Sebagian siswa mengaku mengalami kesulitan dalam mempelajari materi bunyi dan getaran.

(19)

C. Pembatasan masalah

Permasalahan dalam penelitian ini dibatasi pada upaya menemukan kesulitan siswa dalam mengerjakan soal-soal fisika tentang bunyi dan upaya untuk mengatasi kesulitan tersebut dengan melaksanakan pengajaran remedial.

D. Rumusan masalah

Beberapa rumusan masalah berdasarkan latar belakang masalah dan masalah yang teridentifikasi antara lain :

a. Apa saja kesulitan belajar yang dialami oleh siswa kelas VIII B SMP Pangudi Luhur Moyudan selama tahun ajaran 2017/2018 pada pokok materi bunyi dan getaran?

b. Bagaimana proses remediasi yang akan dilakukan untuk mengetahui kesulitan siswa?

c. Bagaimana pengajaran remedial yang digunakan untuk membantu siswa kelas VIII B SMP Pangudi Luhur Moyudan tahun ajaran 2017/2018 dalam mengatasi kesulitan pada pokok materi bunyi dan getaran?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, peneliti ini bertujuan untuk :

a. Mengetahui kesulitan yang dialami oleh siswa kelas VIII B SMP Pangudi Luhur Moyudan tahun ajaran 2017/2018 pada pokok materi bunyi dan getaran.

(20)

c. Mengetahui keberhasilan pengajaran remedial yang digunakan untuk membantu siswa kelas VIII B SMP Pangudi Luhur Moyudan tahun ajaran 2017/2018 pada pokok materi bunyi dan getaran.

F. Manfaat Penelitian 1. Bagi Siswa

Penelitian ini diharapkan dapat membantu siswa dalam mengatasi kesulitan belajar fisika.

2. Bagi Guru

Penelitian ini dapat digunakan untuk menambah wawasan dan memberikan gambaran dalam mengadakan diagnosis dan remediasi belajar untuk mengatasi kesulitan siswa dalam belajar fisika.

3. Bagi Peneliti

(21)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Belajar

Belajar merupakan hal terpenting yang harus dilakukan manusia untuk menghadapi perubahan lingkungan yang senantiasa berubah setiap waktu, oleh karena itu hendaknya seseorang mempersiapkan dirinya untuk menghadapi kehidupan yang dinamis dan penuh persaingan dengan belajar, dimana didalamnya termasuk belajar memahami diri sendiri, memahami perubahan, dan perkembangan globalisasi. Sehingga dengan belajar seseorang siap menghadapi perkembangan zaman yang begitu pesat. Belajar menurut pengertian psikologi merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Belajar adalah suatu proses atau kegiatan mengolah pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki individu untuk memperoleh suatu pengetahuan baru yang berguna bagi kehidupan dimasa yang akan datang. Hasil dari proses belajar ditandai dengan perubahan sikap dan berkembangnya pengetahuan yang dimiliki individu yang belajar.

Rohmah Noer (2012) menyatakan bahwa belajar adalah key term,‘istilah kunci’ yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar

(22)

berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik di sekolah, di lingkungan rumah, atau di dalam keluarga.

Di bawah ini dikemukakan beberapa pengertian belajar menurut beberapa ahli seperti dikutip dalam Buku Psikologi Pendidikan yang ditulis oleh Syah Muhibbin (2008), antara lain:

1. Menurut Chaplin, belajar dikemukakan dalam dua rumusan. Rumusan pertama, belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman. Rumusan kedua, belajar adalah proses memperoleh respon-respon sebagai akibat adanya latihan khusus.

2. Menurut Hintzman, belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme (manusia atau hewan) disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut.

3. Menurut Reber, belajar merupakan proses memperoleh pengetahuan dan perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat.

4. Menurut Biggs, belajar didefinisikan dalam tiga macam rumusan, yaitu belajar sebagai kegiatan pengisian atau pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-banyaknya, belajar sebagai proses “validasi” atau pengabsahan terhadap penguasaan siswa atas materi-materi

(23)

pemahaman-pemahaman serta cara-cara menafsirkan dunia disekeliling siswa.

Secara umum, belajar dapat dipahami sebagai suatu proses memperoleh pengetahuan dan perubahan tingkah laku individu berdasarkan pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif..

B. Belajar Tuntas

Belajar tuntas merupakan sistem belajar yang mengharapkan sebagian besar peserta didik dapat menguasai tujuan pembelajaran secara tuntas dengan memberikan kualitas pembelajaran yang sesuai dan memberi perhatian khusus bagi siswa-siswa yang lambat agar menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar. (“Mastery Learning: Teori dan Praktis”, 2013)

Suwarto (2013) dalam bukunya Pengembangan Tes Diagnostik juga mengemukakan hal-hal yang berkaitan dengan belajar tuntas, antara lain: 1. Ischak & Warji menyatakan bahwa belajar tuntas adalah suatu sistem

belajar yang mengharapkan sebagian besar siswa dapat menguasai tujuan instruksional umum dari suatu unit pembelajaran. Tujuan umum dilaksanakannya prinsip belajar tuntas adalah agar tujuan intruksional dapat dicapai secara optimal sehingga proses belajar mengajar menjadi lebih efektif dan efisien.

(24)

digunakan adalah penilaian acuan patokan, dan setiap komponen harus diberikan feedback; (3) pemberian pembelajaran remedial serta bimbingan dimana diperlukan; (4) pemberian program pengayaan bagi siswa yang mencapai ketuntasan belajar lebih awal.

C. Kesulitan Belajar

1. Pengertian kesulitan belajar

The Board of the Association for Children and Adulth with Learning

Disabilities (ACALD) seperti yang dikutip oleh Abdurrahman (2009)

mengemukakan definisi sebagai berikut:

a. Kesulitan belajar khusus adalah suatu kondisi kronis yang diduga bersumber neurologis yang secara selektif mengganggu perkembangan, integrasi, dan/atau kemampuan verbal dan/atau nonverbal.

b. Kesulitan belajar khusus tampil sebagai suatu kondisi ketidakmampuan yang nyata pada orang-orang yang memiliki intelegensi rata-rata hingga superior, yang memiliki sistem sensori yang cukup, dan kesempatan untuk belajar yang cukup pula. Berbagai kondisi tersebut bervariasi dalam perwujudan dan derajatnya.

(25)

Menurut Mulyadi (2010), pada umumnya “kesulitan” merupakan

suatu kondisi tertentu yang ditandai dengan adanya hambatan-hambatan dalam kegiatan mencapai tujuan, sehingga memerlukan usaha lebih giat lagi untuk dapat mengatasi. Kesulitan belajar dapat diartikan sebagai suatu kondisi dalam suatu proses belajar yang ditandai adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar. Kesulitan belajar adalah kegagalan dalam mencapai tujuan belajar, ditandai dengan prestasi belajar yang rendah (nilai yang diperoleh kurang dari tujuh puluh lima), yang terjadi pada proses belajar yaitu kesulitan materi pelajaran. Proses itu tidak dapat diamati, namun dapat diketahui atau disimpulkan melalui jawaban siswa atau soal-soal tes.

Suwarto (2013) mengemukakan pendapat bahwa kesulitan karena mata pelajaran mungkin berkenaan dengan keabstrakan konsep. Suatu mata pelajaran yang bersifat hierarki, yaitu dimulai dari yang paling mudah hingga yang paling sukar akan memerlukan pemahaman yang berkesinambungan. Apabila kesulitan di suatu konsep yang mendasar tidak segera diatasi, maka akan menimbulkan kesulitan untuk memahami konsep yang berikutnya.

(26)

dilakukan; (3) lambat dalam mengerjakan tugas-tugas; (4) sikap yang menunjukkan kurang wajar; (5) menunjukkan tingkah laku yang tidak seperti biasanya ditunjukkan kepada orang lain.

2. Komponen utama kesulitan belajar

Lovit (1989) seperti yang dikutip oleh Runtukahu & Selpius Kandou (2014) mengemukakan beberapa komponen kesulitan belajar yang utama adalah sebagai berikut:

a. Perhatian

Perhatian adalah kemampuan untuk memilih stimulus (rangsangan) dari sekian banyak stimulus ia dapat belajar. Kesulitan belajar terkait respons pada stimuli apa saja yang dihadapinya. Jika siswa tidak mampu memilih stimulus yang menunjang belajar, ia tidak tahan belajar dan tidak dapat memusatkan perhatian pada belajar

b. Mengingat (memory)

Mengingat adalah kemampuan untuk meningkatkan apa yang telah didengar, dilihat, dan dialami waktu belajar. Kesulitan belajar biasanya kurang atau tidak mampu dalam mengingat kembali apa yang telah dipelajari.

c. Persepsi

(27)

d. Berpikir

Kesulitan utama dalam operasi kognitif ialah adanya kelainan dalam berpikir, seperti pemecahan masalah, pembentukan konsep, dan asosiasi. Pemecahan masalah fisika membutuhkan kemampuan membuat analisis dan sintesis, yaitu perilaku yang dapat membantu anak mengadakan respons atau beradaptasi dengan situasi baru. Pembentukan suatu konsep sangat tergantung pada kemampuan mengklasifikasi objek dan peristiwa.

e. Bahasa

Kelainan jenis ini banyak ditemukan pada anak berkesulitan belajar yang tidak dapat berbicara dan tidak dapat mengadakan respons terhadap suatu perintah atau pernyataan verbal seperti yang dilakukan anak-anak normal.

D. Diagnosis Kesulitan Belajar

Diagnosis kesulitan belajar adalah proses menentukan jenis dan penyebab kesulitan serta alternatif strategi pengajaran remedial yang efektif dan efisien. (Abdurrahman, 2009)

1. Prinsip diagnosis

Ada beberapa prinsip diagnosis yang perlu diperhatikan oleh guru bagi anak berkesulitan belajar. Menurut Abdurrahman (2009) prinsip-prinsip tersebut adalah :

(28)

Diagnosis hendaknya mengumpulkan berbagai informasi yang bermanfaat untuk menyusun suatu program perbaikan atau program pengajaran remedial.

b. Efisien

Diagnosis kesulitan belajar sering berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Hal semacam ini dapat menjemukan, sehingga dapat berpengaruh buruk terhadap motivasi belajar anak. Diagnosis hendaknya berlangsung sesuai dengan derajat kesulitan anak.

c. Menggunakan catatan kumulatif dan memperhatikan berbagai informasi yang terkait.

Catatan kumulatif dibuat sepanjang tahun kehidupan anak di sekolah. Catatan semacam itu dapat memberikan informasi yang sangat berharga dalam pengajaran remedial. Informasi tersebut dapat digunakan sebagai landasan untuk menentukan pengelompokan yang sesuai dengan tingkat kesulitan belajar anak.

d. Valid dan reliabel

Dalam melakukan diagnosis hendaknya digunakan instrumen yang dapat mengukur apa yang seharusnya diukur (valid) dan instrumen tersebut hendaknya juga yang dapat diandalkan (reliable). Informasi yang dikumpulkan hendaknya hanya yang tepat, yang dapat dijadikan landasan dalam menentukan program pengajaran remedial.

(29)

Tes baku adalah tes yang telah dikalibrasi, yaitu tes yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya. Berbagai tes psikologis terutama tes inteligensi umumnya merupakan tes baku yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Tetapi tidak demikian halnya dengan tes prestasi belajar yang umunya dibuat guru. Di Indonesia tes prestasi belajar yang baku masih merupakan barang langka, lebih-lebih yang dapat digunakan untuk mendiagnosis kesulitan belajar. Hal ini mungkin disebabkan oleh karena menyusun tes baku lebih sulit dan memerlukan biaya tinggi dibandingkan dengan tes hasil belajar biasa. f. Penggunaan prosedur informal

Guru hendaknya memiliki perasaan bebas untuk melakukan evaluasi dan tidak terlalu terikat secara kaku oleh tes baku. Di negara yang masih belum banyak dikembangkan tes baku, hasil observasi guru memegang peranan yang sangat penting untuk menegakkan diagnosis kesulitan belajar anak. Dari observasi informal sering dapat diperoleh informasi yang bermanfaat bagi penyusunan program pengajaran remedial.

g. Kuantitatif

(30)

kesenjangan antara potensi dengan prestasi belajar anak saat pengajaran remedial akan dimulai. Informasi yang kuantitatif juga memungkinkan bagi guru untuk mengetahui keberhasilan pengajaran remedial yang diberikan kepada anak.

h. Berkesinambungan

Kadang-kadang anak gagal mencapai tujuan pengajaran remedial yang telah dikembangkan berdasarkan hasil diagnosis. Dalam keadaan semacam ini perlu dilakukan diagnosis ulang untuk landasan penyusunan program pengajaran remedial yang lebih efektif dan efisien. Dengan demikian, diagnosis dilakukan secara berkesinambungan untuk memperbaiki atau meningkatkan efektivitas dan efisiensi program pengajaran remedial.

2. Prosedur dan teknik diagnosis

Langkah-langkah pokok prosedur dan teknik diagnosis kesulitan belajar menurut Entang (1984) antara lain sebagai berikut:

(31)

yang dibuatnya, observasi pada saat pembelajaran, memeriksa buku catatan pribadi, dan melaksanakan sosiometris untuk melihat hubungan sosial psikologis yang terdapat pada para siswa.

b. Langkah 2: Melokalisasikan letaknya kesulitan (permasalahan). Setelah menemukan kelas atau individu siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar, maka selanjutnya yang perlu ditelaah adalah: 1) Dalam mata pelajaran (bidang studi) manakah kesulitan itu

terjadi.

Hal ini bisa dilakukan dengan mendekati kesulitan belajar pada bidang studi tertentu, sehingga menjawab persoalan apakah kesulitan itu terjadi pada beberapa atau hanya salah satu bidang studi tertentu saja.

2) Pada kawasan tujuan belajar (aspek perilaku) yang manakah kesulitan itu terjadi.Burton mengatakan bahwa pada langkah ini pendekatan yang paling tepat (kalau ada) seyogyanya menggunakan tes diagnostik. Test diagnostik itu pada hakekatnya adalah tes prestasi belajar (TPB atau THB). Dengan demikian dalam keadaan belum tersedia tes diagnostik yang khusus dipersiapkan untuk keperluan ini, maka analisa masih tetap dapat dilakukan dengan menggunakan naskah jawaban ujian tengah semester atau akhir semester.

(32)

4) Dalam segi-segi proses belajar manakah kesulitan itu terjadi. Hal ini bisa dilakukan dengan beberapa strategi pendekatan, yaitu dengan pelaksanaan pengumpulan informasi dalam mengidentifikasi permasalahan dapat dilakukan dengan cara evaluasi reflektif, formatif, dan sumatif, atau dengan desain

pre-post-test dan bisa dilakukan dengan tes diagnostik.

c. Langkah 3: Lokalisasi jenis faktor dan sifat yang menyebabkan mereka mengalami berbagai kesulitan.

Secara garis besar penyebab kesulitan dapat timbul dari dua hal yang berasal dari dalam diri dan luar diri individu, yaitu:

1) Faktor internal yaitu faktor yang berada dan terletak pada diri murid itu sendiri. Hal ini antara lain mungkin disebabkan oleh : a) Kelemahan mental, faktor kecerdasan, intelegensi, atau

kecakapan/bakat khusus tertentu yang dapat diketahui melalui test tertentu.

b) Kelemahan fisik, pancaindera, syaraf, kecacatan, karena sakit dan sebagainya.

c) Gangguan yang bersifat emosional.

d) Sikap dan kebiasaan yang salah dalam mempelajari bahan pelajaran-pelajaran tertentu.

(33)

2) Faktor eksternal yaitu faktor yang datang dari luar yang menyebabkan timbulnya hambatan atau kesulitan. Faktor eksternal antara lain meliputi:

a) Situasi atau proses belajar mengajar yang tidak merangsang murid untuk aktif antisifatif (kurang kemungkinannya siswa belajar secara aktif “student active learning”).

b) Sifat kurikulum yang kurang fleksibel.

c) Ketidakseragaman pola dan standar administrasi. d) Beban studi yang terlampau berat.

e) Metoda mengajar yang kurang memadai. f) Sering pindah sekolah.

g) Kurangnya alat dan sumber untuk kegiatan belajar mengajar. h) Situasi rumah yang kurang mendorong untuk melakukan

aktivitas belajar.

(34)

d. Langkah 4: Perkiraan kemungkinan bantuan.

Setelah mengetahui letak kesulitan siswa, jenis dan sifat kesulitan dengan latar belakangnya, faktor-faktor yang menyebabkannya, maka dapat diperkirakan:

a. Siswa tersebut masih mungkin ditolong untuk mengatasi kesulitannya atau tidak.

b. Lama waktu yang dibutuhkan untuk mengatasi kesulitan yang dialami siswa tertentu.

c. Waktu dan tempat pertolongan itu dapat diberikan. d. Orang yang dapat memberikan pertolongan.

e. Cara untuk menolong siswa agar dapat dilaksanakan secara efektif.

f. Siapa saja yang harus dilihat sertakan dalam menolong mahasiswa tersebut.

e. Langkah 5: Penetapan kemungkinan cara mengatasinya.

Langkah yang kelima ini adalah langkah menyusun satu rencana atau beberapa alternatif rencana yang dapat dilaksanakan untuk membantu mengatasi kesulitan yang dialami siswa tertentu. Rencana ini hendaknya berisi:

1) Cara-cara yang harus ditempuh untuk menyembuhkan kesulitan yang dialami siswa tersebut.

(35)

Ada baiknya rencana ini dapat didiskusikan dan dikomunikasikan dengan pihak-pihak yang dipandang berkepentingan yang kelak diperkirakan akan terlibat dalam pemberian bantuan kepada yang bersangkutan seperti penasehat akademis, guru, orangtua, pembimbing penyuluh dan ahli lain. f. Langkah 6: Tindak lanjut (Pelaksanaan Kegiatan Pemberian

Bantuan).

Kegiatan tindak lanjut adalah kegiatan melakukan pengajaran remedial yang diperkirakan paling tepat dalam membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar. Kegiatan tindak lanjut ini dapat berupa:

1) Melaksanakan bantuan berupa melaksanakan pengajaran remedial untuk mata pelajaran tertentu.

2) Membagi tugas dan peranan orang-orang tertentu (guru/dosen) dalam memberikan bantuan kepada siswa dan kepada dosen yang sedang melaksanakan kegiatan pengajaran remedial.

3) Senantiasa mencek dan recek kemajuan siswa baik pemahaman mereka terhadap bantuan yang diberikan berupa bahan, maupun mencek tepat guna program remedial yang dilakukan untuk setiap saat diadakan revisi dan improvisasi.

(36)

penyuluh atau guru BK (Bimbingan Konseling) di sekolah. Transfer bisa dilakukan kepada orang atau lembaga lain (psikolog, psikiater, lembaga bimbingan, lembaga psikologi, dan sebagainya) yang diperkirakan akan lebih dapat membantu siswa yang dihadapi.

3. Tes diagnostik

Tes diagnostik berguna untuk mengetahui kesulitan belajar yang dihadapi siswa, termasuk kesalahan pemahaman konsep. Tes diagnostik dilakukan apabila diperoleh informasi bahwa sebagian besar siswa gagal dalam mengikuti proses pembelajaran pada mata pelajaran tertentu. Dengan demikian tes diagnostik sangat penting dalam rangka membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar dan dapat diatasi dengan segera apabila guru atau pembimbing peka terhadap siswa tersebut. Hasil tes diagnostik memberikan informasi tentang konsep-konsep yang belum dipahami dan yang telah dipahami. (Suwarto, 2013)

a. Penaksiran Diagnostik

Menurut Nitko & Brookhart seperti yang dikutip oleh Suwarto (2013) ada enam pendekatan penaksiran diagnostik terkait dengan masalah pembelajaran, antara lain:

1) Pendekatan profil kekuatan dan kelemahan kemampuan pada suatu bidang.

(37)

Suatu mata pelajaran sekolah dibagi ke dalam bagian-bagian, dimana masing-masing bagian dianggap sebagai ciri atau kemampuan yang terpisah. Penaksiran diagnostik ini sangat bermanfaat untuk membentuk kelompok-kelompok di kelas, yang terdiri dari kelompok siswa-siswa kuat dan siswa-siswa yang lemah.

2) Pendekatan mengidentifikasi kekurangan pengetahuan prasyarat. Pendekatan ini mengeksplorasi apakah siswa-siswi tertinggal dikarenakan mereka tidak memiliki pengetahuan atau keahlian khusus yang dibutuhkan untuk memahami pelajaran yang akan datang. Caranya adalah dengan membuat suatu hierarki dari suatu target pembelajaran kemudian melakukan analisis untuk mengidentifikasi prasyarat-prasyarat yang harus dipahami oleh siswa.

3) Pendekatan mengidentifikasi target-target pembelajaran yang tidak dikuasai.

(38)

4) Pendekatan pengidentifikasian kesalahan siswa.

Tujuan pendekatan ini adalah untuk mengidentifikasi kekeliruan-kekeliruan siswa. Ketika guru mengidentifikasi dan mengklasifikasi kekeliruan siswa, selanjutnya guru dapat memberi pelajaran remidi. Mewawancarai siswa adalah cara terbaik untuk menemukan banyak kekeliruan pada siswa dengan meminta siswa menjelaskan bagaimana cara menyelesaikan sebuah soal, menjelaskan mengapa menjawab seperti itu dan memberitahukan aturan untuk menyelesaikan suatu soal.

5) Pendekatan mengidentifikasi struktur pengetahuan siswa.

Pendekatan ini dilakukan dengan mengidentifikasi struktur pengetahuan siswa dengan menggunakan peta konsep. Peta konsep adalah cara grafis untuk merepresentasikan bagaimana seorang siswa memahami hubungan konsep-konsep yang utama dalam materi pelajaran.

6) Pendekatan mengidentifikasi kompetensi untuk menyelesaikan soal cerita.

(39)

pengetahuan skematis, pengetahuan strategis, atau pengetahuan algoritmis.

b. Macam-macam Tes Diagnostik

Beberapa macam tes diagnostik yang pernah digunakan menurut Suwarto (2013) antara lain:

1) Tes diagnostik dengan instrumen pilihan ganda.

2) Tes diagnostik dengan instrumen pilihan ganda yang disertai alasan.

3) Tes diagnostik dengan instrumen pilihan ganda yang disertai pilihan alasan.

4) Tes diagnostik dengan instrumen pilihan ganda dan uraian. 5) Tes diagnostik dengan instrumen uraian.

E. Remediasi

1. Pengertian remediasi

(40)

Pengajaran remedial (remedial teaching) bertolak dari konsep belajar tuntas (mastery learning), yang ditandai oleh sistem pembelajaran dengan menggunakan modul. Pada tiap akhir kegiatan pembelajaran dari suatu unit pembelajaran, guru melakukan evaluasi formatif, dan setelah adanya evaluasi formatif itulah anak-anak yang belum menguasai bahan pelajaran diberikan pengajaran remedial, agar tujuan belajar yang telah ditetapkan sebelumnya dapat dicapai. Dengan demikian, pengajaran remedial pada hakikatnya merupakan kewajiban bagi semua guru setelah mereka melakukan evaluasi formatif dan menemukan adanya anak yang belum mampu meraih tujuan belajar yang telah ditetapkan sebelumnya. (Abdurrahman, 2009)

2. Langkah-langkah pengajaran remedial

Menurut Entang (1984), pengajaran remedial merupakan langkah lanjutan dari kegiatan diagnosis kesulitan belajar dan memang kegiatan ini harus dilandasi kegiatan diagnosis. Langkah-langkah dalam melaksanakan kegiatan pengajaran remedial menurut Entang (1984), antara lain:

a. Menelaah kembali siswa yang akan diberi bantuan.

(41)

b. Melakukan alternatif tindakan.

Kegiatan ini dilakukan setelah mendapatkan gambaran yang lengkap tentang siswa yang memerlukan bantuan. Merencanakan kegiatan alternatif tindakan ini dilakukan menyesuaikan dengan karakteristik kesulitan yang dihadapinya. Alternatif tindakan ini bisa berupa: 1) Mengulangi bahan yang telah diberikan dengan memberi

petunjuk antara lain:

a) Tentang berbagai istilah yang harus dipahami yang terdapat dalam bahan bacaan.

b) Menandai dan menunjukan bagian-bagian yang dianggap penting dan merupakan kelemahan bagi siswa yang bersangkutan.

c) Membuat pertanyaan-pertanyaan yang bermaksud mengarahkan siswa dalam mempelajari materi tersebut. d) Memberi dorongan dan semangat untuk belajar.

e) Menyediakan bahan lain yang bisa dibaca agar mempermudah pemahaman terhadap bahan yang sedang dipelajari.

f) Menyediakan waktu untuk berdiskusi dan menjawab pertanyaan siswa bila mendapat kesulitan.

(42)

tujuan yang sama baik yang sifatnya instruksional maupun efek pengiring.

3) Bila kesulitan belajar siswa yang bersangkutan bukan semata-mata kesulitan dalam belajar akan tetapi disebabkan juga karena hal lain seperti kesulitan belajar karena berlatar belakang sikap negatif terhadap guru, pelajaran dan situasi belajar, kebiasaan belajar yang salah atau masalah lain dalam hubungan dengan orang tua, teman sebayanya dan sebagainya, maka kepada siswa tersebut harus terlebih dahulu diberikan pelayanan bimbingan dan penyuluhan yang bersifat psikoterapi. Jika masalah ini sudah dapat diatasi barulah dilaksanakan pengajaran remidial seperti pada butir a dan b.

c. Evaluasi pengajaran remedial.

(43)

3. Metode pengajaran remedial

Metode pengajaran remedial merupakan metode yang dilaksanakan dalam keseluruhan kegiatan bimbingan kesulitan belajar mulai dari langkah-langkah identifikasi kasus sampai dengan langkah tindak selanjutnya.Beberapa metode yang dapat digunakan dalam pelaksanaan pengajaran remedial seperti yang dikutip oleh Mulyadi (2010) yaitu: a. Pemberian Tugas

Metode pemberian tugas ialah suatu metode yang dilakukan guru dengan memberikan tugas-tugas tertentu kepada murid baik secara kelompok maupun secara individual, kemudian mereka diminta pertanggungjawaban atas tugas-tugas tersebut. Metode pemberian tugas dapat juga digunakan dalam langkah mengenal kasus murid yang mengalami kesulitan belajar disamping juga untuk mengenal jenis dan sifat kesulitan belajar.

b. Diskusi

(44)

dengan cara sekelompok murid yang menghadapi kesulitan sama secara bersama-sama mendiskusikan cara-cara pembuatan tugas. Dengan demikian murid dapat saling membantu memperbaiki kegiatan belajarnya. Peranan guru dalam diskusi adalah merangsang dan mengarahkan jalannya diskusi.

c. Tanya Jawab

Dalam pengajaran remedial metode tanya jawab dapat dilakukan dalam bentuk dialog antara guru dan murid yang mengalami kesulitan belajar. Metode tanya jawab selain sebagai bentuk bantuan, juga dapat digunakan sebagai langkah pengenalan kasus dan langkah diagnosis dalam keseluruhan proses pengajaran remedial.

d. Kerja Kelompok

Metode kerja kelompok adalah penyajian dengan cara pemberian tugas-tugas untuk mempelajari sesuatu kepada kelompok-kelompok belajar yang sudah ditentukan dalam rangka mencapai tujuan. Dalam kerja kelompok yang terpenting adalah interaksi antara anggota kelompok dan dari interaksi ini diharapkan akan terjadi perbaikan pada murid yang mengalami kesulitan belajar.

e. Tutor Sebaya

(45)

dengan teman-temannya. Dalam pelaksanaan metode tutor sebaya, ternyata tutor ini dapat membantu teman-temannya baik secara individual maupun secara kelompok berdasarkan petunjuk-petunjuk yang diberikan oleh guru. Tutor dapat berperan sebagai pemimpin dalam kegiatan kelompok dan dalam hal tertentu tutor dapat berperan sebagai pengganti guru.

f. Pengajaran Individual

Pengajaran individual adalah suatu bentuk proses belajar mengajar yang dilakukan secara individual, artinya dalam bentuk interaksi antara guru dengan seorang murid secara individual. Dengan pengajaran individual ini guru mempunyai banyak waktu untuk memonitor kemajuan belajar murid, mendorong murid belajar lebih giat dan membantu secara langsung murid menghadapi kesulitan-kesulitannya.

F. Bunyi dan Getaran 1. Pengertian Bunyi

Bunyi merupakan gelombang longitudinal yang getarannya dirambatkan melalui suatu medium (gas, cair, atau padat) dalam bentuk rapatan dan renggangan.

2. Sifat-sifat Bunyi

(46)

b. Gelombang bunyi termasuk gelombang longitudinal. DI beberapa tempat, molekul udara didorong sehingga lebih berdekatan pada tekanan yang lebih tinggi (rapatan) dan di beberapa tempat lainnya molekul-molekul udara didorong saling menjauh pada tekanan yang lebih rendah (renggangan). Rapatan dan renggangan molekul-molekul udara dirambatkan sepanjang ruang ke telinga, sehingga bunyi dapat didengar. c. Bunyi dapat merambat melalui gas, zat cair, atau zat padat.

d. Panjang gelombang adalah satu bukit dan satu lembah gelombang.

cepat rambat bunyi = panjang gelombang (λ) × frekuensi (Hz)

e. Cepat rambat bunyi didefinisikan sebagai hasil bagi jarak antara sumber bunyi dan pendengar dengan selak waktu yang diperlukan bunyi untuk merambat.

cepat rambat bunyi =waktu(s)jarak(m)

3. Mendengarkan dan Menghasilkan Bunyi a. Telinga sebagai Penerima Bunyi

Getaran sumber bunyi menggetarkan udara di sekitarnya dan merambat ke segala arah sebagai gelombang longitudinal. Gelombang bunyi dikumpulkan oleh telinga luar dan selanjutnya menggetarkan gendang telinga.

(47)

Telinga normal manusia umumnya dapat mendengar bunyi dengan frekuensi 20 Hz – 20.000 Hz. Bunyi yang frekensinya terletak dalam daerah tersebut dinamakan Audiosonik.

c. Hewan Yang Bisa Mendengar Bunyi Infrasonik dan Ultrasonik

Bunyi Infrasonik adalah bunyi yang memiliki frekuensi lebih rendah dari 20 Hz. Hewan yang dapat mendengar dalam frekuensi ini contohnya jangkrik dan serangga sejenisnya. Bunyi Ultrasonik adalah bunyi yang memiliki frekuensi lebih dari 20.000 Hz. Contoh hewan yang dapat mendengar dalam frekuensi ini adalah anjing dan kelelawar. Kelelawar dapat mendengar bunyi infrasonik dan memancarkan gelombang ultrasonik.

d. Hubungan Nada dan Frekuensi Bunyi

Semakin tinggi frekuensi bunyi, makin tinggi nada bunyi yang dihasilkannya.

e. Hubungan Antara Kuat Bunyi dengan Amplitudo

Semakin kuat atau keras bunyi, maka amplitudo semakin besar; bunyi semakin lemah, maka amplitudo semakin kecil.

f. Warna Bunyi atau Timbre

(48)

g. Hukum Marsenne

(1) Frekuensi senar bergantung pada panjang senar; senar panjang memiliki frekuensi rendah, senar pendek memiliki frekuensi tinggi. (2) Frekuensi senar bergantung pada luas penampang senar; senar tebal

memiliki frekuensi rendah, senar tipis memiliki frekuensi tinggi. (3) Frekuensi senar bergantung pada tegangan senar; senar yang tegang

(kencang) memiliki frekuensi tinggi, frekuensi yang kendur memiliki frekuensi rendah.

(4) Frekuensi senar bergantung pada massa jenis senar; senar yang ringan (massa jenis kecil) memiliki frekuensi tinggi, senar yang berat (massa jenis besar) memiliki frekuensi rendah.

h. Resonansi

Ikut bergetarnya suatu benda ketika benda lain didekatnya digetarkan disebut resonansi. Syarat resonansi adalah frekuensi benda yang bergetar sama dengan frekuensi alami benda yang ikut bergetar.

4. Pemantulan Bunyi dan Pemanfaatannya a. Hukum Pemantulan Bunyi

(1) Bunyi datang, garis normal, dan bunyi pantul terletak pada satu bidang, dan ketiganya berpotongan pada satu titik.

(2) Sudut pantul = sudut datang.

sudut datang sudut pantul

garis normal BIDANG PANTUL

(49)

b. Pemanfaatan Pemantulan Bunyi

a. Menentukan cepat rambat bunyi di udara

b. Survei geofisika (pencatatan getaran pada seismograf) c. Mengukur kedalaman laut

d. Penggunaan dalam bidang kedokteran (alat USG) e. Mendeteksi cacat dan retak pada logam

f. Mengukur ketebalan pelat logam c. Macam-macam Bunyi Pantul

a. Bunyi pantul yang memperkuat bunyi asli, yaitu bunyi pantul yang dapat memperkuat bunyi asli jika jarak antara sumber bunyi dan bidang pemantul sangat dekat sehingga selang waktu yang diperlukan oleh bunyi pantul untuk kembali berlangsung singkat. Contohnya ketika seseorang mandi di kamar mandi, suaranya terdengar lebih keras dibandingkan di ruang terbuka.

b. Gaung atau kerdam, yaitu bunyi pantul yang sebagian bersamaan dengan bunyi aslinya, sehingga bunyi asli terdengar tidak begitu jelas. Contohnya jika seseorang berdiri di tengah sebuah ruangan dan berteriak atau membunyikan alat musik maka bunyinya akan dipantulkan oleh dinding, lantai, dan langit-langit.

(50)

kemudian berteriak) ada kemungkinan bunyi pantul kembali setelah bunyi asli selesai diucapkan.

G. Kerangka Berpikir

Fisika merupakan salah satu mata pelajaran yang dinilai sulit untuk dipelajari oleh para siswa. Dalam kenyataan di kelas, terdapat siswa yang mampu belajar fisika dengan baik, adapula yang dikatakan gagal dalam mempelajari suatu materi fisika yang ditunjukkan dengan rendahnya perolehan nilai akademiknya. Bagi siswa yang dikatakan kurang mampu atau gagal dalam menyelesaikan tes tersebut diindikasikan siswa tersebut memiliki kesulitan belajar fisika. Ciri-ciri siswa yang memiliki kesulitan belajar dapat dilihat dari perolehan nilai yang jauh dibawah nilai standar, serta sulitnya siswa menguasai suatu materi pembelajaran, sehingga perlu diberikan remediasi.

(51)

Oleh karena itu, penelitian ini mengarah pada kegiatan diagnosis dan remediasi untuk mengatasi siswa yang mengalami kesulitan belajar fisika. Penelitian ini memberikan gambaran langkah-langkah kegiatan diagnosis dan kegiatan remediasi serta mendeskripsikan kesulitan belajar yang dialami siswa yang ditinjau dari penyelesaian soal fisika pada materi bunyi dan getaran. Alur dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 2.2 Struktur Alur Penelitian

Pada akhirnya nanti, hasil yang diharapkan dalam penelitian ini adalah kegiatan diagnosis dan remediasi yang dilakukan peneliti ini dapat membantu subjek siswa mengatasi kesulitan belajar fisika pada materi bunyi dan getaran melalui proses pengajaran remedial.

Tes Awal Analisis hasil tes awal dan wawancara

Tes Akhir Pengajaran

remedial Diagnosis

(52)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah jenis penelitian eksploratif dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Penelitian eksploratif adalah penelitian yang dilakukan untuk menjajagi sesuatu apabila pengetahuan peneliti terhadap objek tersebut masih sangat sedikit atau terbatas, atau dilakukan untuk menyelidiki kemungkinan dilakukannya suatu penelitian lanjutan yang lebih lengkap. Termasuk dalam jenis penelitian adalah kegiatan pengembangan atau penentuan suatu peralatan atau prosedur. Sifat penelitian ini masih terbuka dan mencari-cari (Kartiko Widi, 2010). Dalam hal ini peneliti memusatkan perhatian pada masalah kesulitan siswa dalam belajar dan menyelesaikan soal fisika pada materi bunyi dan upaya mengatasi kesulitan tersebut.

(53)

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat Penelitian dilaksanakan di SMP Pangudi Luhur Moyudan. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap Tahun Ajaran 2017/2018 pada bulan Februari.

C. Subyek dan Obyek Penelitian 1. Subyek Penelitian

Adapun yang menjadi subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Pangudi Luhur Moyudan yang mengalami kesulitan belajar fisika pada materi bunyi. Untuk menentukan siswa-siswa yang mengalami kesulitan belajar tersebut peneliti menggunakan hasil observasi dan menggunakan ketentuan yang dikemukakan oleh Abin Syamsudin (Mulyadi, 2010) yaitu dengan PAP (Penilaian Acuan Patokan) dengan langkah sebagai berikut:

a. Peneliti menetapkan angka kualifikasi minimal yang digunakan sebagai batas lulus.

b. Peneliti membandingkan angka nilai hasil tes awal siswa dengan nilai batas lulus dan mencatat murid yang posisi angka nilai atau prestasinya berada di bawah nilai batas lulus tersebut.

(54)

d. Peneliti memberikan prioritas layanan kepada siswa yang diduga mengalami kesulitan paling berat atau yang paling banyak membuat kesalahan, dalam penelitian ini yaitu siswa-siswa yang mendapatkan skor terendah pada hasil tes awal.

2. Obyek Penelitian

Obyek dalam penelitian ini adalah kesulitan-kesulitan yang dialami siswa pada materi bunyi.

D. Variabel Penelitian

Variabel-variabel dalam penelitian ini, antara lain:

1. Kesulitan-kesulitan subjek dalam menyelesaikan soal-soal dengan materi bunyi.

2. Faktor-faktor yang menyebabkan subjek mengalami kesulitan pada materi bunyi.

3. Pengajaran remedial yang digunakan untuk membantu mengatasi kesulitan-kesulitan yang dialami subjek.

E. Metode Pengumpulan Data 1. Tes Awal

(55)

berdasarkan letak kesalahan siswa. Tes awal ini disusun berdasarkan tujuan tes tersebut dan cakupan materi bunyi. Dengan mempertimbangkan kedua hal tersebut kemudian disusun soal tes awal berbentuk uraian yang terdiri dari soal-soal yang mencakup materi bunyi sejumlah 5 butir soal meliputi materi syarat bunyi, manfaat bunyi, menghitung frekuensi dan periode, serta contoh peristiwa sehari-hari yang berkaitan dengan bunyi. Penyusunan tes awal ini melalui beberapa tahap, yaitu:

a. Tahap revisi dan telaah pakar

Soal-soal yang tidak valid kemudian diperbaiki dengan meneliti kembali setiap butir soal yang tidak valid dari aspek kejelasan soal, tingkat kesulitan soal, kesesuaian soal dengan silabus, ketepatan soal (memastikan soal tidak mengandung miskonsepsi), dan kesesuaian jumlah soal dengan waktu. Kegiatan revisi juga mempertimbangkan hasil telaah dari pakar/ahli yaitu dosen pendidikan fisika dan guru fisika berkaitan dengan isi dan kualitas soal.

b. Tahap validasi

Setelah tahap revisi atau perbaikan soal kemudian soal divalidasi oleh pakar/ahli sehingga soal yang digunakan dianggap layak dan sesuai untuk digunakan sebagai tes awal dengan tujuan untuk menentukan subjek penelitian dan proses diagnosis.

2. Wawancara

(56)

keterangan yang digunakan dalam penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara dengan pihak yang terkait yaitu guru fisika, untuk menambah keterangan mengenai penyebab kesulitan belajar yang dialami subjek yang dimungkinkan berasal dari luar materi pembelajaran. 3. Tes Akhir

Tes akhir merupakan tes evaluasi yang dilakukan setelah pengajaran remedial selesai dilakukan. Tes akhir ini digunakan untuk mendapatkan data hasil kemajuan subjek setelah dilakukannya proses pengajaran remedial. Peneliti dapat menemukan kesulitan-kesulitan siswa yang dapat diatasi berdasarkan hasil tes akhir ini.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini berupa: 1. Soal tes awal

(57)

Adapun kisi-kisi soal tes awal adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 kisi – kisi soal tes awal NOMOR

SOAL POKOK SOAL

SKOR

1 Menyebutkan 3 syarat terjadinya bunyi

3

2 Menyebutkan 3 manfaat bunyi dalam kehidupan sehari-hari.

3

3

Menentukan frekuensi dan periode dengan diketahui panjang

gelombang dan cepat rambat bunyi.

4

4

Menjelaskan alasan mengenai pendengaran manusia, pendengaran kelelawar, dan bunyi pada alat musik.

6

5

Menentukan frekuensi bunyi (dapat didengar oleh manusia atau tidak) dengan diketahui panjang

gelombang dan cepat rambat bunyi, beserta alasannya.

4

2. Pedoman Wawancara

(58)

3. Soal tes akhir

Soal tes remedial dalam penelitian ini berisi soal-soal tes yang hampir sama dengan soal tes awal. Soal ini digunakan untuk mengukur kemajuan belajar siswa sesudah pembelajaran remedial dilakukan.

G. Prosedur Pengumpulan Data 1. Tahap Persiapan

a. Peneliti mendatangi sekolah yang menjadi tempat penelitian yaitu SMP Pangudi Luhur Moyudan dan bertemu dengan kepala sekolah serta guru mata pelajaran fisika.

b. Peneliti meminta ijin kepada kepala sekolah dan guru mata pelajaran fisika untuk melakukan penelitian.

c. Peneliti melakukan observasi di kelas VIII SMP Pangudi Luhur Moyudan yang akan digunakan sebagai kelas uji coba dan kelas penelitian.

2. Tahap Pengambilan Data

a. Peneliti melakukan tes awal kepada seluruh siswa kelas VIII B SMP Pangudi Luhur Moyudan dengan jumlah 33 siswa.

b. Peneliti melakukan wawancara kepada guru.

(59)

H. Metode/Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kualitatif dan kuantitatif yang meliputi :

1. Pemberian skor tes awal

2. Membuat persentase keberhasilan siswa

3. Analisis keberhasilan siswa pada tiap soal tes awal

4. Membuat persentase keberhasilan siswa pada tiap soal tes awal 5. Membuat RPP pengajaran remedial berdasarkan hasil diagnosis 6. Menyusun soal tes akhir

7. Pemberian skor tes akhir

8. Membuat persentase keberhasilan siswa pada soal tes akhir 9. Analisis keberhasilan siswa pada tiap soal tes akhir

(60)

BAB IV

PELAKSANAAN PENELITIAN, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN

A. PELAKSANAAN PENELITIAN

Penelitian diawali dengan kegiatan observasi pada hari Rabu tangal 14 Februari 2018 bertempat di SMP Pangudi Luhur Moyudan. Observasi dilakukan di kelas 8A dan 8B. Observasi ini bertujuan untuk mengetahui kondisi dan karakteristik siswa. Dan dilakukan selama dua jam pelajaran untuk masing – masing kelas. Berdasarkan hasil observasi karakteristik dua kelas tersebut, peneliti memilih kelas 8A sebagai objek penelitian sebanyak 33 siswa.

Tes awal dilaksanakan pada hari Kamis, 1 Maret 2018 pukul 07.40-08.20 WIB. Setelah melakukan tes awal peneliti menganalisis hasil tes awal berdasarkan jawaban yang ditulis siswa pada lembar jawaban. Berdasarkan hasil tes tersebut peneliti memutuskan untuk melakukan kegiatan diagnosis.

(61)

Kegiatan tes akhir dilaksanakan setelah pengajaran remedial selesai dilaksanakan yaitu pada hari Kamis tanggal 3 Maret 2018 dan diikuti oleh 33 siswa. Kegiatan tes akhir ini bertujuan untuk mengetahui keberhasilan siswa setelah kegiatan diagnosis dan remediasi dilakukan.

B. HASIL PENELITIAN

1. Hasil observasi & wawancara dengan guru

Kegiatan observasi dilaksanakan pada hari Rabu, 14 Februari 2018 pada saat pembelajaran fisika berlangsung. Pembelajaran fiska diampu oleh Bapak Purwonggo, beliau mengajar dengan metode tanya jawab soal dengan bahan LKS dan diselingi dengan menjelaskan materi pada buku paket yang dipinjam dari perpustakan. Pada materi – materi tertentu ketika peneliti melaksanakan PPL, peneliti melihat Pak Purwonggo mengajak siswanya untuk melakukan praktikum di ruang laboratorium IPA. Pada saat siswa melakukan praktikum, mereka terlihat sangat antusias untuk mengikutinya. Hal ini sesuai dengan penjelasan Pak Purwonggo yang menjelaskan pada saat wawancara bahwa antusias siswa dalam belajar cukup tinggi namun nilai yang diperoleh siswa seringkali dibawah KKM. (transkrip wawancara terlampir).

2. Hasil pelaksanaan tes awal

(62)

direvisi tersebut kemudian diberikan kepada siswa kelas 8A untuk digunakan sebagai tes awal. Hasil tes awal disajikan sebagai berikut :

(63)

SISWA KEBERHASILAN

Tes awal ini digunakan untuk mengidentifikasi kesulitan siswa dan mengetahui pemahaman siswa pada materi bunyi yang sebelumnya sudah pernah dipelajari serta digunakan oleh peneliti sebagai tes diagnostik. Keberhasilan siswa dalam mengerjakan tes awal berdasarkan skor tiap soal disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 4.2

Persentase Keberhasilan Tes Awal

No

Soal Soal dan Jawaban Persentase keberhasilan

1 Sebutkan tiga syarat terjadinya bunyi!

Jawaban :

a. Ada sumber bunyi yang bergetar

(64)

No

Soal Soal dan Jawaban Persentase keberhasilan

b. Terdapat medium (zat antara) yang menghantarkan bunyi c. Ada penerima atau telinga

pendengar

mengetahui sama sekali apa saja syarat terjadinya bunyi.

2 Sebutkan 3 contoh manfaat bunyi dalam kehidupan sehari – hari! Jawaban :

a. Mengukur kedalaman laut atau kedalaman gua dengan memanfaatkan bunyi pantul

b. Mengukur cepat rambat bunyi di udara atau cepat rambat bunyi di dalam air

c. Melalukan USG

(Ultrasonografi) dengan memanfaatkan ultrasonik

d. Mengetahui tingkat keropos atau kerusakan logam dengan ultrasonik

e. Memecah batu ginjal dengan tembakan ultrasonik

f. Mendeteksi kumpulan ikan

g. Mencari kandungan mineral dan minyak di dalam bumi.

Soal nomor dua mengenai manfaat dari bunyi, sebanyak 48,50% siswa hanya menjawab satu dari tiga jawaban yang di minta. 21,20% siswa bisa menjawab dua manfaat dari bunyi, 18,20% siswa

menjawab tiga manfaat dari bunyi, dan sisanya 12,10% siswa tidak mengetahui manfaat apa saja dari bunyi.

3 Seorang anak mendengar bunyi yang memiliki panjang gelombang sebesar 7

8 meter. Jika cepat rambat

(65)

No

Soal Soal dan Jawaban Persentase keberhasilan

bunyi di udara adalah 350 m/s, tentukan:

a. Frekuensi sumber bunyi b. Periode sumber bunyi Jawaban : cepat rambat dan frekuensi gelombang:

f = ν / λ T = 1 / f

1. frekuensi sumber bunyi f = 350 / (7/8)

f = 400 Hz

2. periode sumber bunyi T = 1/f

= 1/400 sekon = 0,0025 s

hanya bisa menjawab soal yang menghitung frekuensi. Hanya 3,03% siswa yang mengetahui cara menghitung frekuensi dan periode. Dan sebanyak 39,40% siswa tidak menjawab sama sekali mengenai soal ini.

4 Berikanlah alasannya, mengapa peristiwa berikut dapat terjadi? Berikanlah alasannya!

(66)

No

Soal Soal dan Jawaban Persentase keberhasilan

a. Kita tidak dapat bercakap – cakap dengan orang lain dipermukaan bulan.

b. Kelelawar dapat terbang dalam keadaan gelap.

c. Suara siter berbeda dengan suara drum.

Jawaban :

a. Tidak ada medium untuk mengantarkan sumber bunyi b. Kelelawar mengeluarkan

suara dengan frekuensi yang sangat tinggi, atau disebut juga ultrasonik. Bunyi tersebut akan mengenai benda yang berada

disekitarnya lalu dipantulkan kembali ke telinga

kelelawar. Sehingga kelelawar tidak akan menabrak benda yg berada didepannya.

c. Karena, Suara siter berasal dari dawai sedangkan suara drum berasal dari rongga udara untuk memantukan bunyinya.

(67)

No

Soal Soal dan Jawaban Persentase keberhasilan

5 Bunyi dengan panjang gelombang 1,5 m memiliki kecepatan rambat sebesar 330 m/s. Dapatkah bunyi tersebut didengar oleh telinga manusia normal? berikanlah alasannya!

Jawaban:

Mencari frekuensi terlebih dahulu: f= ν / λ

f=330/1,5 f=220Hz

Jadi, bunyi dapat didengar manusia. Alasannya :

a. Bunyi dengan frekuensi antara 20 hingga 20000 Hz tergolong audiosonik , bisa didengar oleh manusia.

Selengkapnya:

infrasonik : frekuensi bunyi lebih kecil dari 20 Hz

ultrasonik : frekuensi bunyi lebih besar dari 20000 Hz

Kesulitan dalam menentukan alasan frekuensi pendengaran manusia. Dalam soal nomor lima ini 9,9% saja yang bisa menjawab poin a dan tidak bisa menjelaskan alasannya. 90,90% siswa tidak bisa menjawab pertanyaan yang

diberikan. Siswa tidak mengetahui rumus apa yang harus digunakan.

(68)

C. PEMBAHASAN 1. Proses Diagnosis

Proses diagnosis dilakukan dengan memberikan tes awal kepada siswa kelas VIII B. Tes awal ini digunakan untuk mengetahui kesulitan siswa dalam materi bunyi dan sekaligus sebagai tes diagnosis. Dari tes awal ini, peneliti meneliti letak kesulitan – kesulitan siswa dalam materi bunyi. Tes awal ini diikuti sebanyak 33 siswa, dari hasil tes awal ini banyak siswa yang masih kesulitan dalam mengerjakan soal yang diberikan. Materi bunyi sendiri baru dipelajari belum lama oleh siswa, tetapi dari hasil tes awal ini masih banyak siswa yang masih kesulitan dalam materi ini. Dari pihak sekolah, KKM untuk materi fisika adalah 75, tetapi tidak ada siswa yang dapat memenuhi nilai KKM.

(69)

tidak bisa mengaku lupa tentang syarat bunyi. Dilihat dari jawaban, siswa menggunakan logika untuk menjawab. Contohnya, ada siswa yang menjawab “longitudinal suara”.

Sama halnya dengan nomor satu, kebanyakan siswa menjawab soal nomor dua dengan menggunakan logikanya. Contohnya ada siswa yang menjawab “untuk membantu pekerjaan”. Siswa tersebut tidak menjelaskan

secara rinci apa pekerjaannya, ada juga yang menjawab “untuk membantu dalam berkomunikasi”. Jawaban siswa tersebut tidak bisa disebut salah,

karena untuk melakukan kegiatan komunikasi, manusia perlu mengeluarkan suara untuk menyampaikan sesuatu.

(70)

dalam mempelajari materi tentang bunyi, karena peneliti melihat di buku paket mereka terdapat rumus dan contoh soal mengenai bunyi tersebut

Dari soal nomor empat, siswa tidak mengetahui beda dari suara siter dengan suara drum, dari poin yang ini siswa mengaku tidak mengetahui apa itu siter. Dan masih ada yang tidak bisa menjawab soal nomor empat ini. Rata – rata siswa hanya bisa menjawab dua poin, yaitu poin a dan poin b. Dilihat dari jawaban siswa, siswa tidak bisa menjawab secara terperinci dalam menjawab soal a dan b, mereka hanya menjawab singkat saja. Siswa menjawab pertanyaan dengan logika dan hampir mendekati jawaban yang sesuai dengan buku paket yang dipakai acuan siswa. Hal ini dikarenakan kurangnya niat siswa untuk membaca buku paketnya. Ada juga siswa yang bilang lupa atau kurang teliti dalam menjawab persoalan.

Dari soal terakhir, rata – rata siswa menjawab sekenanya karena tidak tahu alasan yang benar. Mereka tidak tahu syarat bunyi bisa didengar manusia. Dalam soal nomor lima ini 9,9% saja yang bisa menjawab poin a dan tidak bisa menjelaskan alasannya. 90,90% siswa tidak bisa menjawab pertanyaan yang diberikan. Siswa tidak mengetahui rumus apa yang harus digunakan.

(71)

melihat mereka aktif dikelas, tetapi tidak serius dalam hal membaca dirumah.

Dari hasil diagnosis tersebut, dapat disimpulkan :

1. Siswa kurang mengetahui konsep dari materi bunyi dan getaran, dilihat hanya beberapa siswa saja yang dapat memecahkan persoalan. 2. Dari kemampuan siswa dalam mengerjakan soal, kemampuannya beragam, ada siswa yang dapat menjawab soal mengenai teori tetapi lemah dalam soal matematis, ada juga siswa yang mengetahui rumus dalam soal perhitungan tetapi masih salah dalam jawaban.

3. Dilihat dari nilai KKM yang ditetapkan sekolah, nilai untuk seluruh siswa tidak ada yang mencapai nilai KKM.

4. Dari jawaban siswa, jawabannya cukup beragam. Dari jawaban siswa ada yang mendekati, ada juga yang melenceng jauh

2. Proses Remediasi

(72)

Peneliti melaksanakan kegiatan remediasi dengan terjadwal dan dilaksanakan sesuai dengan RPP yang sudah dibuat (RPP terlampir). Dimulai dengan pendekatan dengan siswa, tanya jawab apa saja kesulitan dalam mengerjakan tes awal. Peneliti memberi kesempatan kepada siswa yang sudah menjawab dengan benar untuk menjelaskan kepada siswa lain mengenai materi bunyi dan getaran. Saat siswa menjelaskan, hampir semua siswa memperhatikan dan pada saat peneliti bertanya kepada siswa lain, siswa tersebut tidak dapat menjelaskannya kembali. Kemudian peneliti memulai memperjelas materi bunyi dan getaran, dimulai dengan menjelaskan mengapa bunyi bisa ada dan dapat terdengar sampai telinga manusia sampai penjelasan materi yang menggunakan rumus. Pada saat penjelasan mengenai perhitungan rumus. Peneliti memberi waktu yang lebih karena dilihat dari tes awal siswa terlihat masih kebingungan untuk menjawab.

3. Hasil Tes Akhir

Setelah siiswa diberikan pengajaran remedial, peneliti memberikan tes akhir untuk mengevaluasi pemahaman siswa setelah dilakukan pengajaran remedial. Hasil dari tes akhir tersebeut, sebagai berikut.

(73)
(74)

SISWA KEBERHASILAN

Dilihat dari hasil tes akhir, peneliti dapat melihat keberhasilan pengajaran remedial yang telah dilakukan.

Tabel 4.4

Persentase Keberhasilan Tes Akhir No.

Soal Hasil Tes Akhir Siswa Persentase keberhasilan 1 Sebutkan tiga syarat teradinya

bunyi!

Jawaban :

a. Ada sumber bunyi yang bergetar

b. Terdapat medium (zat antara) yang

menghantarkan bunyi c. Ada penerima atau telinga

pendengar

(75)

No.

Soal Hasil Tes Akhir Siswa

Persentase keberhasilan

2 Sebutkan 3 contoh manfaat bunyi dalam kehidupan sehari – hari!

Jawaban :

a. Mengukur kedalaman laut atau kedalaman gua dengan memanfaatkan bunyi pantul

b. Mengukur cepat rambat bunyi di udara atau cepat rambat bunyi di dalam air c. Melalukan USG

(Ultrasonografi) dengan memanfaatkan ultrasonik d. Mengetahui tingkat

keropos atau kerusakan logam dengan ultrasonik e. Memecah batu ginjal

dengan tembakan ultrasonik

(76)

No.

Soal Hasil Tes Akhir Siswa

Persentase keberhasilan

f. Mendeteksi kumpulan ikan

g. Mencari kandungan mineral dan minyak di dalam bumi.

3 Gelombang berfrekuensi 300 Hz merambat dalam zat cair dengan kecepatan 1.500 m/s. tentukan :

gelombang, cepat rambat dan

(77)

No.

Soal Hasil Tes Akhir Siswa

Persentase keberhasilan

4 Mengapa peristiwa dibawah ini dapat terjadi? Berikanlah alasannya!

a. Kita tidak dapat

bercakap – cakap dengan

(78)

No.

Soal Hasil Tes Akhir Siswa

Persentase keberhasilan

orang lain dipermukaan bulan.

b. Kelelawar dapat terbang dalam keadaan gelap. c. Suara siter berbeda

dengan suara drum

Jawaban :

a. Tidak ada medium untuk mengantarkan sumber bunyi

b. Kelelawar mengeluarkan suara dengan frekuensi yang sangat tinggi, atau disebut juga ultrasonik. Bunyi tersebut akan mengenai benda yang berada disekitarnya lalu dipantulkan kembali ke telinga kelelawar.

Sehingga kelelawar tidak

4, 21,21% siswa dapat

menjawab soal dengan benar, dan 6,06% siswa tidak

Gambar

Tabel 3.1  Kisi-kisi Soal Tes Awal  ..............................................................
Gambar 4.1 Diagram Presentase Keberhasilan Siswa ...................................  68
Gambar 2.1 Sudut Pemantulan Bunyi
Gambar 2.2 Struktur Alur Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sari (2008) menyatakan bahwa ekstraksi terdiri atas tahap penghancuran sampel, maserasi, penyaringan dan evaporasi. Penghancuran bertujuan untuk memperkecil

[r]

masuk kedalam aplikasi. Setelah berhasil melakukan login, Menu Utama baru bisa digunakan untuk melakukan proses yang diinginkan. Pada kasus ini akan dibahas proses

Prinsip kerja dari wind tunnel ini adalah menggerakkan udara dengan fan hisap dibagian belakang dan meletakkan benda uji pada external balance yang berfungsi

Dari penjelasan diatas daya tarik merupakan produk dari suatu daerah tujuan wisata, yang bersifat nyata (barang) maupun tidak nyata (jasa) yang dapat memberikan kenikmatan

Pasal 1 angka 9 yang dimaksud Pegawai Tidak Tetap adalah pegawai yang tidak termasuk dokter PTT, diangkat oleh Walikota atau pejabat lain yang ditunjuk dan

Steel Dalam Bentuk Tunggal dan Serabut Dengan Elektrolit NaCl ” merupakan penelitian yang baru dilakukan, maka untuk penelitian lebih lanjut disarankan. menggunakan

[r]