• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Ekstrak Kulit Batang Rhizophora mucronata Sebagai Antibakteri untuk Mencegah Perkembangan Bakteri Edwardsiella tardapada Ikan Mas (Cyprinuscarpio L.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas Ekstrak Kulit Batang Rhizophora mucronata Sebagai Antibakteri untuk Mencegah Perkembangan Bakteri Edwardsiella tardapada Ikan Mas (Cyprinuscarpio L.)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman Mangrove Rhizophora mucronata

Nama lokal dari R. mucronata adalah bakau kurap, bakau belukap, bakau gelukap, bakau jankar, bakau hitam, (Mal.) bangka itam, dongoh korap, bakau korap, bakau merah, jankar, lenggayong, belukap, lolaro (Ind.). Tanaman ini memiliki tegak pohon yang tinggi mencapai 27 – 30 m, kulit batang kasar, berwarna abu-abu kehitaman. Akar tunjang dan akar udara yang tumbuh dari cabang yang rendah. Stipula berukuran 5,5 – 8,5 cm. Tangkai daun berukuran 2,5 – 4 cm. Daun berbentuk elips sampai bulat panjang, ukuran 8,5 – 23 x 5 – 13 cm,

(2)

Gambar 2. Tanaman mangrove Rhizophora mucronata

Habitat alami dari Rhizophora mucronata adalah muara, sungai pasang surut dan daerah pantai yang datar kena banjir pasang sehari-hari. Tampaknya menjadi lebih toleran terhadap genangan dibandingkan jenis mangrove lainnya dan sering membentuk pinggiran hijau untuk kawasan mangrove (Batool, dkk., 2014). Mangrove ini tersebar di Afrika Timur di seluruh Southwest Asia, Asia Selatan, Asia Tenggara, Asia Timur, tropis Australia, ke Kepulauan Pasifik Barat. Kayu R. mucronata digunakan untuk kayu bakar dan pembuatan arang (Setyawan dan Yaya, 2012).

Rhizophora mucronata mengandung senyawa bioaktif dengan antimikroba, antijamur, antivirus, antitumor, insektisida dan kegiatan antileukemia. Secara tradisional, masyarakat pesisir menggunakan tanaman ini untuk mengobati hematuria (perdarahan dalam urin). Di Jepang dan Cina bakau ini digunakan sebagai antidiare (Rahman, dkk., 2011). Ekstrak metanol kulit batang R. mucronata juga mengandung senyawa terpenoid (Diastuti dan Suwandri, 2009).

Kandungan Kimiawi Tanaman R. mucronata

(3)

menyebabkan hemolisis sel darah merah. Dalam larutan yang sangat encer saponin sangat beracun untuk ikan, dan tumbuhan yang mengandung saponin telah digunakan sebagai racun ikan selama beratus-ratus tahun. Beberapa saponin juga bekerja sebagai antimikroba (Robinson, 1995). Darsana dkk. (2012) dalam Mubarokah (2014) menyatakan mekanisme kerja saponin sebagai antibakteri adalah mengganggu stabilitas membran sel bakteri yang mengakibatkan kerusakan membran sel dan menyebabkan keluarnya komponen penting dalam sel bakteri yaitu protein dan asam nukleat.

Fenol (asam karboksilat) digunakan secara luas sebagai desinfektan dan antiseptik. Golongan fenol diketahui memiliki aktivitas antimikroba yang bersifat bakterisidal namun tidak bersifat sporisidal. Fenol sebagai disinfektan cair tidak dipengaruhi oleh bahan organik, aktivitasnya rendah terhadap endospora bakteri, efektif pada konsentrasi 2 – 5% dengan mendenaturasi protein dan merusak membran sel bakteri serta aktif pada pH asam. Aktivitas antimikroba senyawa fenolik adalah dengan merusak lipid pada membran plasma mikroorganisme, sehingga menyebabkan isi sel keluar (Pratiwi, 2008).

(4)

Ajizah (2004) tanin memiliki aktivitas antibakteri dengan cara mengkerutkan dinding sel atau membran sel, sehingga mengganggu permeabilitas sel yang dapat mengakibat terganggunya aktivitas hidup sehingga pertumbuhannya terhambat dan mati.

Flavonoid diturunkan dari unit C6 – C3 (fenil-propana) yang bersumber dari asam sikimat (via fenilalanin) dan unit C6 yang diturunkan dari jalur poliketida. Makanan yang kaya flavanoid dianggap penting untuk mengobati penyakit-penyakit seperti kanker dan penyakit jantung (yang dapat memburuk akibat oksidasi lipoprotein densitas-rendah). Kuarsetin merupakan suatu flavanoid

yang banyak terdapat dalam berbagai makanan dan antioksidan kuat (Heinrich, dkk., 2010).

Alkaloid dapat ditemukan pada daun, kuncup muda, akar, pada getah yang diproduksi di tabung-tabung getah dalam epidermis dan sel-sel yang langsung di bawah epidermis seperti pada korteks. Oleh sebab itu, untuk simplisia-simplisia alkaloid digunakan akar, daun, buah, biji dan kulit (Sirait, 2007). Simbala (2009) menyatakan alkaloid merupakan salah satu metabolisme sekunder yang terdapat pada tumbuhan, yang bisa dijumpai pada bagian daun, ranting, biji, dan kulit batang. Alkaloid mempunyai efek dalam bidang kesehatan berupa pemicu sistem saraf, menaikkan tekanan darah, mengurangi rasa sakit, antimikroba, obat penenang, obat penyakit jantung dan lain-lain lain.

(5)

rusak sebagai pelindung fisik terhadap serangan oleh fungi dan bakteri. Selain itu banyak komponen terpenoid resin ini memiliki aktivitas antimikroba yang tinggi, baik membunuh mikroba yang berpotensi menyerang maupun memperlambat

pertumbuhannya hingga pohon dapat memperbaiki kerusakannya (Heinrich dkk., 2010).

Ekstraksi

Ekstraksi adalah kegiatan pemisahan kandungan kimia yang dapat larut dan terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair (Depkes RI, 2000). Sari (2008) menyatakan bahwa ekstraksi terdiri atas tahap penghancuran sampel, maserasi, penyaringan dan evaporasi. Penghancuran bertujuan untuk memperkecil ukuran partikel sehingga meningkatkan kontak antara bahan dengan pelarutnya. Maserasi adalah proses perendaman sampel dalam pelarut dengan waktu tertentu sehingga senyawa dalam sampel larut dalam pelarut tersebut dan umumnya proses maserasi dibantu dengan pengadukan. Pengadukan dimaksudkan untuk mencapai waktu ekstraksi yang lebih singkat. Teknik ekstraksi didasarkan pada kenyataan bahwa jika suatu zat dapat larut dalam dua fase yang tercampur, maka zat itu dapat dialihkan dari satu fase ke-fase lainnya dengan mengocoknya bersama-sama. Beberapa pertimbangandalam memilih pelarut yaitu:

1) Pelarut polar akan melarutkan senyawa polar dan pelarut non-polar akan melarutkan senyawa non-polar,

2) Pelarut organik cenderung melarutkan senyawa organik,

(6)

4) Asam-asam organik yang larut dalam pelarut organik dapat diekstraksi ke dalam air dengan menggunakan basa (NaOH, Na2CO3 dan NaHCO3).

Penyaringan bertujuan memisahkan sampel dengan senyawa bioaktif yang larut dalam pelarutnya. Evaporasi dilakukan untuk menguapkan pelarut sehingga ekstrak dapat terpisah dengan pelarutnya dan dilakukan pada suhu 30 – 40oC untuk mengurangi kerusakan senyawa aktif pada suhu tinggi.

Bakteri Edwardsiella tarda

Edwardsiella tarda adalah bakteri penyebab Edwardsiellosis pada ikan, bersifat gram negatif, bergerak dengan flagella, tidak membentuk spora atau berkapsul, ukuran (0,3 – 1,2) x (1,0 – 6,03) m. E. tarda dapat hidup di lingkungan air tawar (Austin dan Austin, 1999 dalam Firma, dkk., 2012). Bakteri E. tarda

dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Bakteri E. tarda (a) makroskopis, (b) mikroskopis

Bakteri E. tarda memiliki mekanisme toksisitas melalui produksi dua eksotoksin dermatonekrosis. Kedua jenis toksin yang dihasilkan merupakan antigenik dan tidak ditemukan pada sistem imun hewan. Toksin yang telah masuk ke dalam tubuh hewan akan menyebabkan nekrosis dan produksi gas pada bagian perut (dropsy). Gejala klinis yang muncul pada ikan uji berupa nekrosis dan ditandai dengan depigmentasi kulit, hemoragi dan luka bahkan tukak, sedangkan

(7)

pada organ dalam terlihat adanya gas pada bagian saluran pencernaan yang menyebabkan perut ikan akan terlihat kembung (dropsy).

Bakteri E. tarda dilaporkan juga dapat menjadi patogen bagi manusia. Infeksi yang terkait dengan spesies ini antara lain gastroenteritis (radang lambung/usus), infeksi luka seperti selulitis atau ganggren gas berhubungan dengan trauma pada mukosa/selaput lendir, dan meningitis. Faktor penyebab dari infeksi E. tarda yaitu paparan dari lingkungan perairan atau hewan peliharaan (jenis reptil atau amfibi), maupun dari kebiasaan memakan ikan mentah yang mengandung bakteri E. tarda (Janda dan Abbot, 1993 dalam Supriadi, 2012). Lesi patologis anatomis E. tarda adalah warna tubuh pucat. Infeksi ringan ditandai dengan adanya luka kecil, sementara jika infeksi akut ditandai dengan luka bernanah berisi gas dan berbau busuk (Firma, dkk., 2012).

Antimikroba

Senyawa antimikroba merupakan senyawa biologis atau kimia yang memiliki kemampuan untuk menghambat atau bahkan membunuh pertumbuhan dan aktivitas mikroba. Pengertian antimikroba secara umum adalah zat yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba dan digunakan untuk kepentingan pengobatan infeksi pada manusia dan hewan. Antibakteri termasuk dalam antimikroba yang digunakan untuk menghambat pertumbuhan bakteri (Fitrial, 2009).

(8)

mempengaruhi bagian-bagian vital sel seperti membran sel, enzim-enzim dan protein struktural (Widya, 2013). Sufriadi (2006) menyatakan bahwaada beberapa faktor yang mempengaruhi efektivitas dari suatu antimikroba yaitu konsentrasi, suhu, waktu, sifat fisik, dan kimia subtrat (pH, kadar air, jenis, dan jumlah zat terlarut). Adanya aktivitas antimikroba dapat dilihat dari terbentuknya zona bening di sekitar kertas cakram.

Senyawa antimikroba yang berasal dari tanaman, sebagian besar diketahui merupakan metabolit sekunder tanaman, terutama golongan fenolik dan terpenoid dalam minyak atsiri. Beberapa senyawa yang bersifat antimikroba alami berasal dari tanaman diantaranya adalah fitoleksin, asam organik, minyak esensial (atsiri), fenolik dan beberapa kelompok pigmen tanaman atau senyawa sejenis (Mawaddah, 2008).

Ikan Mas (Cyprinus carpio)

Ikan Mas atau ikan Karper (Cyprinus carpio Linn) (Gambar 4) adalah jenis ikan airtawar yang bernilai ekonomis. Di Indonesia, ikan mas memiliki beberapa nama kedaerahan, seperti kancra, tikeu, tombro, raja, rayo danameh. Ikan mas dapat hidup baik di daerah dengan ketinggian 150 – 600 meter di atas permukaan laut dan pada suhu antara 25 – 30oC (Hasrati dan Rini, 2011). Klasifikasi Ikan Mas adalah sebagai berikut :

(9)

Genus : Cyprinus

Spesies : Cyprinus carpio

Gambar 4. Ikan Mas

Secara morfologis, ikan mas mempunyai bentuk tubuh agak memanjang dan memipih tegak. Mulut terletak di ujung tengah dan dapat disembulkan. Bagian anterior mulut terdapat dua pasang sungut berukuran pendek. Secara umum, hampir seluruh tubuh ikan mas ditutupi oleh sisik berukuran besar dengan tipe sisik sikloid (Hasrati dan Rini, 2011). Sirip punggung (dorsal) memanjang dan bagian belakangnya berjari keras.Sementara itu sirip ketiga dan keempat bergigi. Letak antara kedua sirip, punggung dan perut berseberangan, sirip dada (pectoral) terletak di belakang tutup insang (operculum) (Laili, 2007).

Penyakit Ikan Mas

Ikan mas adalah salah satu ikan yang dibudidayakan dan merupakan ikan konsumsi yang banyak diminati. Hal yang paling ditakutkan para pembudidaya adalah serangan penyakit yang disebabkan oleh bakteri, jamur dan virus. Bakteri

(10)

meningitis, dan infeksi saluran kencing pada manusia. Sebenarnya peran mikroorganisme bisa merubah dari patogen primer ke penyerangan oportunitis yang ditularkan ke inang hingga hampir mati yang memicu proses penyakit.

Gambar

Gambar 2. Tanaman mangrove Rhizophora mucronata
Gambar 3. Bakteri E. tarda (a) makroskopis, (b) mikroskopis
Gambar 4. Ikan Mas

Referensi

Dokumen terkait

Pendekatan dalam memahami kemiskinan seyogyanya dilakukan dengan mempertimbangkan semua aspek yang dimiliki oleh orang miskin sehingga berbagai program

Masalah yang sering dihadapi oleh investor adalah ketidakpastian return dan risiko yang akan diperoleh dari investasinya. Untuk meminimalisir risiko dan memaksimalkan

Banyak siswa yang memiliki kemampuan dalam diskusi kelompok matematika. yang tidak mereka sadari, yang pada dasarnya setiap siswa pasti

Membahas mengenai sebuah perhitungan yang akan digunakan untuk mengetahui penyusutan suatu aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan sehingga dapat diketahui dengan terperinci

[r]

Dalam penulisan ilmiah ini penulis menganalisa biaya standar dan biaya sesungguhnya pada biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik untuk produksi buku cetak

Metode yang digunakan untuk memperoleh data dalam penulisan ilmiah ini adalah penelitian keperpustakaan di mana berpedoman pada buku-buku yang berhubungan dengan topik dalam

Tata Cara pengembalian kelebihan pembayaran pajak parkir merupakan prosedur yang dilakukan oleh Wajib Pajak untuk memperoleh pengembalian kembali terhadap kelebihan