i
PENGARUH PENERAPAN METODE INKUIRI
TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP, KEAKTIFAN, DAN
MINAT SISWA KELAS X PADA MATERI HUKUM OHM
DI SMA N 1 CANDIMULYO
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh :
Nita Indra Purwanti
NIM: 101424025
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Mimpi-mimpi kamu,cita-cita kamu,
keyakinan kamu,apa yang mau kamu kejar,
biarkan ia menggantung, mengambang,
5 cm
di depan kening kamu, jadi dia nggak akan pernah lepas dari mata kamu,dan kamu bawa mimpi dan keyakinan kamu itu setiap hari,
kamu lihat setiap haridan percaya bahwa kamu bisa....
Apapum hambatannya, bilang sama diri kamu sendiri,
kalau kamu percaya sama keinginan itu dan kamu nggak bisa menyerah,
bahwa kamu akan berdiri lagi setiap kamu jatuh,
bahwa kamu akan mengerjarnya sampai dapat,
apapun segala keinginan, mimpi, cita-cita, keyakinan diri....
Biarkan keyakinan kamu
5 cm
mengambang di depan kening kamu, Dan.... sehabis itu yang kamu perlu cumakaki yang akan berjalan lebih jauh dari biasanya,
tangan yang akan berbuat lebih banyak dari biasanya,
mata yang akan menatap lebih banyak dari biasanya,
leher yang akan lebih sering melihat ke atas,
lapisan tekad yang seribu lebih keras dari baja,
serta mulut yang akan selalu berdoa....
Keep our dreams alive and we will survive....
(Donny Dirgantoro)
Karya kecil ini saya persembahkan untuk: Kedua orang tua tercinta: Almh. Ibu Djuwariyah
vi
ABSTRAK
Nita Indra Purwanti. 2014. Pengaruh Penerapan Metode Inkuiri Terhadap Pemahaman Konsep, Keaktifan dan Minat Belajar Siswa Kelas X pada Materi Hukum Ohm SMA N 1 Candimulyo. Skripsi, Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Pembimbing: Prof. Dr. Paul Suparno, S.J, M.S.T.
Kata Kunci: Metode Inkuiri, Pemahaman Konsep, Keaktifan, Minat Belajar Fisika.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) peningkatan pemahaman konsep siswa kelas X SMA N 1 Candimulyo kelas X tentang materi hukum ohm melalui metode inkuiri; (2) keaktifan belajar siswa kelas X SMA N 1 Candimulyo tentang materi hukum ohm melalui metode inkuiri; (3) minat belajar siswa kelas X SMA N 1 Candimulyo tentang materi hukum ohm melalui metode inkuiri.
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 22 April – 5 Mei 2014. Subyek penelitian yaitu 24 siswa kelas X-1 dan 23 siswa X-2 SMA N 1 Candimulyo, Kabupaten Magelang. Instrumen yang digunakan yaitu: tes tertulis berupa pre-test dan post-test, lembar pengamatan keaktifan, dan kuesioner minat belajar.
vii
ABSTRACT
Nita Indra Purwanti. 2014. The Effect of Application Inquiry Methods Toward Understanding Concepts, Student Activityand Learning Interests Grade X in the Topic Ohm’s Law in SMA N 1 Candimulyo.
Thesis, Physics Educations Study Program, Departement of Mathematics and Natural Sciences, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University in Yogyakarta. Supervisor: Prof. Dr. Paul Suparno, S.J., M.S.T.
Keywords: Inquiry methods, understanding concepts, activities and learning interest, subjects physics.
The study ispurposed to know whether inquiry method is able to: (1) increase the understanding concept in Class X SMA N 1 Candimulyo about topic of ohm’s law;(2) activate students class X SMA N 1 Candimulyo in the topic ohm’s law; (3) improve the students interest class X SMA N 1 Candimulyo in the topic ohm’s law.
The research was conducted on 21 April-5 May, 2014 in SMA N 1 Candimulyo, Magelang. Subject of the research is 24 students at class X-1 and 23 students at class X-2. Class X-1 was considered as the control class, while class X-2 as the experiment class. The instruments of the research werepre-test and post-test, observation sheet of activitiesand interest questionnaires.
The results of this research are that the inquiry method is able to: (1)increase the understanding of the concept of students (2) improve students activities (3) improve students interest class X SMA N 1
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat,
nikmat dan hidayahnya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi
yang berjudulPengaruh Penerapan Metode Inkuiri terhadap Pemahaman Konsep,
Keaktifan dan Minat Siswa Kelas X-1 pada Materi Hukum Ohm di SMA N 1
Candimulyo
Penulisan skripsi ini merupakan tugas akhir sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di FKIP Unversitas Sanata Dharma
Yogyakarta. Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari semua pihak yang turut
memberikan dukungan, doa, semangat, bantuan, dan saran yang sangat
bermanfaat bagi peneliti. Pada kesempatan ini peneliti mengucapkan banyak
terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. Paul Suparno, S.J., M.S.T selaku dosen pembimbing yang
selalu memberikan motivasi, masukan dan bantuan peneliti dalam
menyelesaikan skripsi ini.
2. Dr.Ignastius Edi Santosa, M.S., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Fisika yang memberikan dukungan dan motivasi.
3. Rohandi, Ph.D selaku Dosen Pembimbing Akademik yang memberikan
dukungan dan semangat.
4. Drs. Domi Severinus, M.Si. dan Ir. Sri Agustini Sulandari sebagai
dosen penguji atas semua saran dan masukan yang berguna demi
x
5. Segenap dosen dan karyawan Program Studi Pendidikan Fisika, yang
telah memberikan pengetahuan serta layanan dengan baik kepada
peneliti selama menempuh studi di Program Studi Pendidikan Fisika
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
6. Drs. Edi Yunanto, M.Pd, selaku kepala SMA N 1 Candimulyo yang
telah memberikan ijin penelitian.
7. Anisatul Masruroh, S.Pd, selaku guru mata pelajaran fisika kels X-1
dan X-2 yang telah memberikan dukungan, bantuan dan masukkan
dalam pelaksanaan penelitian.
8. Segenap bapak, ibu guru beserta karyawan karyawati SMA N 1
Candimulyo yang telah memberikan dukungan dan semangat kepada
peneliti dalam melaksanakan penelitian.
9. Teman- teman kelas X-1 dan X-2 SMA N 1 Candimulyo atas kerjasama
dan doa yang telah diberikan.
10. Bapak tercinta Sudaryanto, kakak-kakak ku Retno Indrawati, A.Md,
Letda Dadik Sri Karyanto, Bambang Indrayanto, Siti Anissa S.E,
Adikku Woro Indra Kusuma, Ponakan-ponakan tercinta Kharisma Sri
Indrawardani, Aurel Mahendra Wicaksono dan penyemangatku Briptu
Ari Yulianto yang telah memberikan motivasi, semangat, doa,
nasehatdan bantuan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan tepat waktu.
11. Teman-teman ku tersayang Yulita Adelfin Lede, Yani Indriyani,
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
ABSTRAK ... vi
ABSTRACT ... vii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR GAMBAR ... xviii
DAFTAR GRAFIK ... xix
DAFTAR LAMPIRAN ... xx
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A.LATAR BELAKANG ... 1
xiii
C. TUJUAN PENELITIAN ... 4
D.MANFAAT PENELITIAN ... 4
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 6
A.HAKIKAT IPA ... 6
B. PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVIS ... 8
1. Pengertian Pembelajaran ... 8
2. Pengertian Konstruktivisme ... 8
3. Makna Pembelajaran Konstruktivis ... 10
C. METODE INKUIRI ... 10
1. Pengertian Metode inkuiri ... 10
2. Langkah Metode Inkuiri ... 11
3. Keunggulan dan kelemahan Metode inkuiri ... 14
4. Syarat agar Inkuiri Dapat Berjalan Baik ... 15
D.PEMAHAMAN KONSEP ... 16
1. Pengertian Pemahaman ... 16
2. Pengertian Konsep ... 17
3. Pengertian Pemahaman Konsep ... 18
E. KEAKTIFAN ... 18
F. MINAT BELAJAR ... 20
G.LISTRIK DINAMIS ... 22
1. Hukum Ohm ... 22
xiv
BAB III METODE PENELITIAN ... 26
A.DESAIN PENELITIAN ... 26
B. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN ... 27
1. Waktu Penelitian ... 27
2. Tempat Penelitian... 27
C. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN ... 27
1. Populasi Penelitian ... 27
2. Sampel Penelitiaan ... 27
D.TREATMENT ... 27
E. INSTRUMENTASI ... 29
1. Instrumen Pembelajaran. ... 29
2. Instrumen Pengumpulan Data ... 30
3. Validitas ... 36
F. METODE ANALISIS DATA ... 36
1. Analisis Tingkat Pemahaman Konsep ... 36
2. Analisis Tingkat Keaktifan Siswa ... 42
3. Analisis Tingkat Minat Siswa ... 42
BAB IV DATA DAN ANALISIS ... 45
A.PELAKSANAAN PENELITIAN ... 45
1. Sebelum Penelitian ... 46
2. Selama Pelaksanaan Penelitian ... 48
B. DATA DAN ANALISIS DATA ... 64
xv
2. Keaktifan Belajar Siswa ... 84
3. Minat Belajar Siswa ... 89
C. KETERBATASAN PENELITIAN ... 95
BAB V PENUTUP ... 96
A.KESIMPULAN ... 96
B. SARAN ... 97
DAFTAR PUSTAKA ... 98
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Kisi-Kisi Soal Pre-Test dan Post-Test ... 31
Tabel 2. Kisi-Kisi Lembar Keaktifan ... 34
Tabel 3. Kisi-Kisi Kuesioner Minat Belajar ... 35
Tabel 4. Skoring Soal Nomor 1,2, dan 3 ... 36
Tabel 5. Skoring Soal Nomor 4,7, dan 8 ... 37
Tabel 6. Skoring Soal Nomor 5... 37
Tabel 7. Skoring Soal Nomor 6... 38
Tabel 8. Kategorisasi Minat Belajar Siswa ... 43
Tabel 9. Proses Pelaksanaan Penelitian Kelas Kontrol ... 48
Tabel 10. Proses Pelaksanaan Penelitian Kelas Eksperimen ... 49
Tabel 11 . Data Pre-Test Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 65
Tabel 12 . Analisis SPSS Pre-Test Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 66
Tabel 13 . Data nilai Pre-Test dan Post-Test Kelas Kontrol ... 68
Tabel 14 . Analisis SPSS Pre-Test dan Post-Test Kelas Kontrol ... 69
Tabel 15 . Data nilai Pre-Test dan Post-Test Kelas Eksperimen ... 70
Tabel 16 . Analisis SPSS Pre-Test dan Post-Test Kelas Eksperimen ... 71
Tabel 17 . Data Post-Test Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 73
xvii
Tabel 19 .Perubahan Konsep Siswa secara umum di Kelas Kontrol ... 78
Tabel 20 .Perubahan Konsep Siswa secara umum di Kelas Eksperimen ... 79
Tabel 21 . Pengamatan Keaktifan Siswa Kelas Eksperimen... 85
Tabel 22 . Data Kuesioner Minat Kelas Kontrol... 89
Tabel 23 . Data kuesioner minat kelas eksperimen ... 91
Tabel 24 . Analisis SPSS Minat Kelas kontrol dan Eksperimen... 92
Tabel 25 . Tabel Kategori Minat pada Kelas kontrol ... 93
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Siswa Kelas X-2 ( Kelas Eksperimen) Mengerjakan Soal Pre-Test di
Laboratorium Fisika ... 51
Gambar 2. Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen Ketika Praktikum mengenai hukum ohm ... 53
Gambar 3. Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen ketika praktikum hambatan kawat penghantar ... 55
Gambar 4. Siswa Kelas Eksperimen saat mengerjakan soal post-test ... 57
Gambar 5. Kelas Kontrol Ketika Mengerjakan Soal Pre-Test ... 59
Gambar 6. Salah satu siswa mengerjakan soal hambatan kawat ... 62
xix
DAFTAR GRAFIK
xx
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian Sekolah ... 101
Lampiran 2. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ... 102
Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 103
Lampiran 4.Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 122
Lampiran 5. Panduan Petunjuk Penggunaan Alat (Multimeter) ... 130
Lampiran 6. Soal Pre-Test ... 135
Lampiran 7. Kunci Jawaban Pre-Test ... 136
Lampiran 8. Soal Post-Test ... 139
Lampiran 9. Kunci Jawaban Post-Test... 140
Lampiran 10 . Lembar Keaktifan ... 143
Lampiran 11 . Kuesioner Minat Belajar ... 144
Lampiran 12 . Daftar Distribusi Skor Pre-Test Kelas Kontrol ... 146
Lampiran 13 . Daftar Distribusi Skor Pre-Test Kelas Eksperimen ... 147
Lampiran 14 . Daftar Distribusi Skor Post-Test Kelas Kontrol ... 148
Lampiran 15 . Daftar Distribusi Skor Post-Test Kelas Eksperimen ... 149
Lampiran 16 . Daftar Distribusi Skor Minat Kelas Kontrol ... 150
Lampiran 17 . Daftar Distribusi Skor Minat Kelas Eksperimen ... 151
xxi
Lampiran 19 . Jawaban Post- Test Siswa Kelas Kontrol ... 154
Lampiran 20 . Jawaban Pre-Test Siswa Kelas Eksperimen ... 156
Lampiran 21 . Jawaban Post-Test Siswa Kelas Eksperimen... 158
Lampiran 22 . Hasil pengamatan lembar keaktifan ... 160
Lampiran 23 . Jawaban Kuesioner Minat Siswa Kelas Kontrol ... 163
Lampiran 24 . Jawaban Kuesioner Minat Siswa Kelas Eksperimen ... 165
Lampiran 25 . Jawaban LKS 1 ... 167
1
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Indonesia adalah salah satu negara yang sering melakukan evaluasi
terhadap kurikulum pendidikan. Hal ini terlihat bahwa hampir setiap dekade
terjadi pergantian kurikulum baik perubahan sebagian pada salah satu
komponen maupun perubahan secara total dari kurikulum sebelumnya.
Pemerintah baru saja melakukan perubahan terhadap kurikulum secara total
yaitu mengganti kurikulum KTSP yang sudah berlaku sejak tahun 2006
menjadi kurikulum 2013.Tahun ajaran ini 2013/2014 adalah tahun ajaran
pertama diberlakukannya kurikulum 2013. Namun kurikulum 2013 ini baru
diterapkan di beberapa sekolah saja mulai dari SD, SMP, SMA dan SMK.
Pengembangan kurikulum 2013 ini bertujuan untuk menghasilkan insan
Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, afektif, melalui penguatan sikap,
ketrampilan dan penguatan yang berintegrasi (Mulyasa, 2013: 65). Oleh
karena itu kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang memberikan
kebebasan kepada siswa untuk berkreasi serta menekankan pada pendekatan
sciencetific. Jadi diharapkan bahwa pembelajaran yang terjadi bukanlah
sekedar proses menghafal dan menumpuk ilmu pengetahuan bahkan hanya
menerima transferan ilmu dari guru, akan tetapi disini lebih ditekankan
bagaimana siswa tersebut mendapatkan pengetahuannya melalui
siswa sebagai subyek belajar, ini berarti bahwa siswa tidak hanya berperan
sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal akan tetapi
mereka harus menemukan sendiri inti dari materi yang mereka pelajari.
Pada proses pembelajaran seorang guru menjadi fasilitator dan
motivator karena kurikulum 2013 ini ingin menonjolkan penanaman sikap,
karakter, pengetahuan, dan kebiasan siswa berfikir secara aktif dan kritis
dibandingkan dengan kurikulum yang sudah diberlakukan sebelumnya. Oleh
karena itu guru harus dapat menciptakan proses pembelajaran yang efektif
dan dapat mengembangkan beberapa metode pembelajaran sehingga dapat
mencapai tujuan tersebut.
Strategi pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran
yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk
mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang
dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya
jawab antara guru dengan siswa (Sanjaya, 2006: 196). Hal ini berarti bahwa
metode inkuiri adalah salah satu metode yang dapat digunakan dalam
pembelajaran karena menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, akan
tetapi sebagai motivator dan fasilitator.
Metode pembelajaran inkuiri juga dapat menumbuhkan sikap percaya
diri, karena siswa diarahkan untuk melakukan aktivitas untuk menemukan
jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan. Selain itu inkuiri juga dapat
mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis dan kritis atau
demikian siswa tidak hanya dituntut menguasai materi pelajaran, akan tetapi
bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimiliki (Sanjaya, 2006:
197).
Dengan metode inkuiri siswa diajak dan dibantu untuk dapat meneliti
dan menemukan sendiri. Biasanya digunakan metode ilmiah, siswa melihat
persoalan, harus mengamati, meneliti, mengumpulkan data dan mengambil
kesimpulan (Suparno, 2007). Oleh karena itu inkuiri ini juga dapat
dikembangkan sebagai salah satu metode pembelajaran IPA.
SMA Negeri 1 Candimulyo adalah salah satu SMA yang belum
menggunakan kurikulum 2013 pada tahun ajaran 2013/2014. Oleh karena itu
bertolak dari uraian diatas, peneliti ingin mencoba mengembangkan metode
pembelajaran inkuiri dan meneliti sejauh mana pengaruhnya terhadap
pemahaman konsep, keaktifan, dan minat siswa di SMA Negeri 1
Candimulyo.
B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang yang dikemukakan di atas, maka rumusan masalah
dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah penerapan metode inkuiri dapat meningkatkan pemahaman konsep
siswa kelas X SMA Negeri 1 Candimulyo pada materi hukum ohm?
2. Apakah penerapan metode inkuiri dapat mengaktifkan siswa kelas X SMA
Negeri 1 Candimulyo dalam belajar materi hukum ohm?
3. Apakah penerapan metode inkuiri dapat membuat siswa kelas X SMA
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Peningkatan pemahaman konsep siswa kelas X SMA Negeri 1
Candimulyo mengenai materi hukum ohm melalui penerapan
metode inkuiri;
2. Keaktifan siswa kelas X SMA Negeri 1 Candimulyo dalam
mempelajari materi hukum ohm melalui metode inkuiri;
3. Minat belajar siswa kelas X SMA Negeri 1 Candimulyo pada
materi hukum ohm melalui penerapan metode inkuiri;
D. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat diantaranya:
1. Bagi Sekolah
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai
salah satu pertimbangan dalam upaya meningkatkan pemahaman
konsep, keaktifan dan minat siswa di SMA Negeri 1 Candimulyo
terhadap mata pelajaran fisika dengan menggunakan metode inkuiri.
2. Bagi guru dan calon guru
Penelitian ini bermanfaat bagi guru atau calon guru mengenai
gambaran konkrit mengenai pengembangan pembelajaran
menggunakan metode inkuiri serta sebagai masukan untuk penelitian
3. Bagi penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah kekayaan
penelitian pendidikan di Indonesia berkaitan dengan pengaruh
penerapan metode inkuiri terhadap pemahaman konsep, motivasi dan
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. HAKIKAT IPA
Kajian mengenai hakikat IPA ini dirangkum dari buku Susanto (2013:
167-169) yang berjudul Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar.
Menurut Susanto, IPA dapat diartikan usaha manusia dalam memahami alam
semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan
prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapat suatu
kesimpulan. IPA merupakan salah satu pelajaran pokok dalam kurikulum
pendidikan di Indonesia. Oleh karena itu diharapkan semua guru IPA dapat
mengetahui dan mengerti hakikat pembelajaran IPA, sehingga dalam
pembelajaran IPA guru tidak kesulitan dalam mendesain dan melaksanakan
pembelajaran serta siswa yang melakukan pembelajaran juga tidak mendapat
kesulitan dalam memahami konsep sains. Hakikat IPA dapat diklasifikasikan
menjadi tiga bagian, yaitu: ilmu pengetahuan alam sebagai produk,
proses,dan sikap.
Pertama, ilmu pengetahuan alam sebagai produk, yaitu kumpulan hasil
penelitian yang telah ilmuwan lakukan dan sudah membentuk konsep yang
telah dikaji sebagai kegiatan empiris dan kegiatan analitis. Bentuk IPA
sebagai produk antara lain: fakta-fakta, prinsip, hukum dan teori IPA.
Kedua, Ilmu pengetahuan alam sebagai proses, yaitu untuk menggali dan
memahami pengetahuan tentang alam karena IPA merupakan kumpulan
menemukan fakta dan teori yang akan digeneralisasi oleh ilmuwan. Adapun
proses dalam memahami IPA yang disebut dengan keterampilan proses
sains (science process skills) adalah ketrampilan yang dilakukan oleh para
lmuwan, seperti mengamati, mengukur, mengklasifikasikan, dan
menyimpulkan. Ketiga, ilmu pengetahuan sebagai sikap. Sikap ilmiah harus
dikembangkan dalam pembelajaran sains. Hal ini sesuai dengan sikap yang
harus dimiliki oleh seorang ilmuwan dalam melakukan penelitian dan
mengkomunikasikan hasil penelitiannya. Menurut Sulistyorini (dalam
Susanto, 2013:169) ada sembilan aspek yang dikembangkan dalam sikap
ilmiah dalam pembelajaran sains yaitu: sikap ingin tahu, ingin mendapatkan
sesuatu baru, sikap kerja sama, tidak putus asa, tidak berprasangka, mawas
diri, bertanggung jawab, berpikir bebas, dan kedisiplinan diri.
Sebagian besar peserta didik menganggap IPA adalah pelajaran yang
sangat sulit. Hal ini dikarenakan lemahnya pelaksanaan proses pembelajaran
yang diterapkan para guru di sekolah. Proses pembelajaran yang terjadi
selama ini kurang mampu mengembangkan kemampuan berpikir peserta
didik. Pelaksanaan proses pembelajaran yang berlangsung di kelas hanya
diarahkan pada kemampuan siswa untuk menghafal informasi, otak siswa
dipaksa hanya untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa
dituntut untuk memahami informasi yang diperoleh dan menghubungkan
dengan situasi dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran IPA masih
banyak dilakukan secara konvensional. Para guru belum sepenuhnya
serta belum menggunakan berbagai pendekatan/strategi pembelajaran yang
bervariasi berdasarkan karakter materi pelajaran. Dalam proses belajar
mengajar, kebanyakan guru hanya terpaku pada buku teks sebagai sumber
belajar mengajar. Hal lain yang menjadi kelemahan dalam pembelajaran
IPA adalah masalah teknik penilaian yang tidak akurat dan menyeluruh.
Penyebab utama kelemahan pembelajaran tersebut adalah karena
kebanyakan guru tidak melakukan kegiatan pembelajaran dengan
memfokuskan pada pengembangan keterampilan proses sains anak.
B. PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVIS 1. Pengertian Pembelajaran
Menurut Bloom (dalam Siregar dan Nara, 2010)pembelajaran adalah
seperangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung proses belajar
siswa, dengan memperhitungkan kejadian dan peranannya siswa dalam
kegiatan yang diikuti. Dalam pembelajaran harus diciptakan dan diatur
kondisi-kondisi yang mendukung, sehingga dapat menunjang proses
belajar siswa dengan tidak ada hambatan.
2. Pengertian Konstruktivisme
Filsafat konstruktivisme adalah filsafat yang mempelajari hakikat
pengetahuan dan bagaimana pengetahuan itu terjadi (Suparno, 2007:8).
Teori ini memahami belajar sebagai proses pembentukan (konstruksi)
pengetahuan oleh siswa. Pengetahuan tidak langsung dapat dipindahkan
bentukan siswa itu sendiri, karena pengetahuan merupakan suatu proses
untuk menjadi tahu.
Driver dan Oldham (dalam Siregar dan Nara, 2010) mengemukakan
lima ciri-ciri belajar berbasis konstruktivisme, antara lain yaitu:
a. Orientasi, yaitu siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan
motivasi belajaranya dengan berobservasi.
b. Elisitasi, yaitu siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan idenya.
c. Restrukturisasi ide, yaitu klarifikasi ide dengan ide orang lain,
mengembangkan dan mengevaluasi idenya.
d. Penggunaan ide baru dalam berbagai situasi, jadi ide atau pengetahuan
yang telah dibentuk tadi dapat diterapkan dan dikembangkan dalam
berbagai situasi dan kondisi.
e. Review, dalam menerapkan atau mengaplikasikan pengetahuan, gagasan
yang ada perlu direvisi dengan menambahkan atau mengubahnya.
Tugas dari seorang guru dalam pembelajaran yang konstruktivis itu
lebih sebagai fasilitator dan mediator bagi siswanya.Disini guru membantu
agar proses pengkonstruksian pengetahuan siswanya dapat berjalan dengan
lancar.
Adapun kegiatan-kegiatan yang dapat guru lakukan guna
mendukung pembelajaran konstruktivis antara lain:
a. Menyediakan pengalaman belajar yang dapat membentuk karakter
b. Menyediakan atau memberikan kegiatan-kegiatan yang dapat
merangsang rasa ingin tahu dari siswanya, selain itu dapat membantu
siswa untuk membentuk pengetahuannya.
c. Memonitor, mengevaluasi dan menunjukan apakah pemikiran siswa
dapat berjalan dengan baik. Di sini guru dapat menggunakan
pertanyaan untuk mengetahui.
3. Makna Pembelajaran Konstruktivis
Pembelajaran konstruktivisme adalah pembelajaran yang membuat
siswa bertanggung jawab terhadap hasil belajar mereka dan membuat
penalaran dengan apa yang dipelajarinyadengan cara membandingkan
pengetahuan yang sudah diketahui dengan pengalaman yang baru melalui
proses pembentukan, dimana proses ini akan berkembang semakin luas,
lengkap dan sempurna.
C. METODE INKUIRI
1. Pengertian Metode inkuiri
Inkuiri merupakan proses belajar yang bervariasi dan meliputi
kegiatan-kegiatan mengobservasi, merumuskan pertanyaan yang relevan,
mengevaluasi buku dan sumber-sumber informasi lain secara kritis,
merencanakan penyelidikan atau investigasi, me-review apa yang telah
diketahui , melaksanakan percobaan atau eksperimen, dengan
menginterpretasi data, serta membuatprediksi dan mengkomunikasikan
hasilnya (Susanto,2013).
2. Langkah Metode Inkuiri
Menurut Kindsvatter dkk (dalam Suparno 2010: 66) langkah-langkah
metode inkuiri dibagi dalam lima tahapan, antara lain yaitu:
a. Identifikasi dan klarifikasi persoalan
Dalam penerapan metode inkuiri langkah awal yang dilakukan
adalah menentukan persoalan. Persoalan dapat disiapkan atau diajukan
oleh guru maupun oleh siswa sendiri. Jika persoalan diajukan oleh guru
maka persoalan harus jelas, real sehingga dapat dipikirkan, dikerjakan
dan dipecahkan oleh siswa. Berdasarkan persoalan yang diajukan maka
akan tampak jelas tujuan dari seluruh proses pembelajaran atau
penyelidikan. Persoalan yang diajukan sebaiknya jangan terlalu sulit
karena dapat membuat siswa tidak semangat, tetapi jangan juga terlalu
mudah atau yang sudah mereka ketahui karena tentu saja tidak menarik
minat siswa. Sangat baik bila persoalan yang diajukan adalah persoalan
yang menantang siswa sehingga dapat mendorong siswa untuk berfikir
untuk menemukan jawabannnya dengan tepat. Proses mencari jawaban
inilah yang sangat penting dalam penerapan metode inkuiri.
b. Membuat hipotesis
Langkah berikutnya adalah siswa diminta untuk mengajukan
jawaban/dugaan sementara tentang persoalan yang telah diajukan.
atau tidak. Bila belum jelas, sebaiknya guru mencoba membantu
memperjelas maksudnya lebih dulu.
Guru diharapkan tidak memperbaiki hipotesis siswa yang salah,
tetapi cukup memperjelas maksudnya saja. Hipotesis yang salah
nantinya akan terlihat setelah pengambilan data dan analisi data yang
diperoleh.
c. Mengumpulkan data
Langkah selanjutnya adalah siswa mencari dan mengumpulkan
data, aktivitas ini bertujuan untuk mendapatkan informasi
sebanyak-banyaknya sehingga dapat digunakan untuk menguji hipotesis yang
sudah dibuat apakah mereka benar atau tidak. Dalam mengumpulkan
data dibutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi
berfikirnya.
Disini tugas dan peran guru yaitu membantu siswa untuk
mendapatkan informasi-informasi tersebut dengan cara mengajukan
pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berfikir untuk mencari
informasi yang dibutuhkan. Selain itu ketika siswa mencari informasi
dengan melakukan eksperimen maka guru dapat membantu siswa untuk
mencari peralatan, merangkai peralatan, dan mengoperasikan peralatan
sehingga jalan dengan baik. Pengambilan data ini dapat dilakukan di
laboratorium maupun diluar ruang kelas. Ketika ada siswa yang tidak
paham mengenai pokok permasalahan maka guru hendaknya harus
untuk berfikir. Data yang sudah didapat sebaiknya ditulis dalam bentuk
tabel untuk memudahkan ketika menganalisanya.
d. Menguji Hipotesis
Menguji hipotesis ini merupakan proses menentukan jawaban
yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang
diperoleh. Disini ketika ada kelompok yang ternyata hipotesis awalnya
tidak dapat diterima maka guru jangan langsung menyalahkan akan
tetapi sebaiknya mereka diminta untuk mencari penjelasan mengapa
demikian dan guru juga dapat memberikan pertanyaan-pertanyaan yang
dapat mengarahkan atau membenarkan jawaban siswa.
e. Ambil kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendiskripsikan temuan
yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Dari data yang
telah dikelompokkan dan dianalisis, kemudian diuji apakah sesuai
dengan hipotesis. Pada akhirnya dapat diambil kesimpulan secara
generalisasi. Setelah itu guru masih dapat memberikan catatan untuk
menyatukan seluruh penelitian ini. Sangat baik bila dalam mengambil
keputusan, siswa dilibatkan sehingga mereka menjadi semakin yakin
bahwa mereka mengetahui secara benar. Bila ternyata hipotesis mereka
tidak dapat diterima, mereka diminta untuk mencari penjelasan
mengapa demikian. Guru dapat membantu dengan berbagai pertanyaan
3. Keunggulan dan kelemahan Metode inkuiri
a. Keunggulan
Metode inkuiri merupakan metode yang dianjurkan karena
memiliki beberapa kelebihan antara lain:
1) Metode inkuiri merupakan pembelajaran yang menekankan pada
aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik secara seimbang.
2) Memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya
beljar mereka
3) Merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan
psikologi moderen yang menganggap bahwa belajar merupakan
perubahan tingkah laku karena ada pengalaman.
b. Kelemahan
Disamping ada keunggulannya , metode inkuiri juga memiliki
kelemahan, antara lain seperti:
1) Dalam pembelajaran akan sulit mengontrol kegiatan dan
keberhasilan siswa
2) Sulit dalam merencanakan pembelajaran karena berlawanan
dengan kebiasaan siswa dalam belajar
3) Memerlukan waktu yang lama, sehingga sering guru mengalami
4. Syarat agar Inkuiri Dapat Berjalan Baik
Beberapa syarat agar inkuiri dapat berjalan dengan baik menurut
Suchman (dalam Suparno 2007: 69):
a. Kebebasan: perlu ada kebebasan siswa untuk menentukan dan mencari.
Siswa diberi kebebasan untuk mengungkapkan hipotesisnya, menyusun
eksperimen yang mau digunakan, dan mencari informasi apapun yang
dianggap perlu untuk memecahkan persoalan dalam peelitiannya.
b. Lingkungan atau suasana yang responsif: ada laboratorium, komputer,
kelas, pustaka, dan sarana yang mendukung terjadinya proses inkuiri.
c. Fokus: persoalan yang mau didalami harus jelas arahnya, dan dapat
dipecahkan siswa. Dalam inkuiri yang terarah persoalan memang harus
sangat jelas. Bila muncul banyak persoalan yang diajukan oleh siswa
dengan melihat gejala yang ada, dapat dipilih salah satu yang terpenting
dan soal itu memang mungkin dipecahkan oleh siswa. Sedangkan untuk
inkuiri yang bebas, persoalan tidak perlu terarah dan tidak perlu hanya
diambil satu. Biarlah tiap kelompok siswa menentukan persoalannya
sendiri.
d. Low pressure: tidak banyak tekanan dari siapa dan manapun sehingga
siswa dapat lebih berpikir kreatif dan kritis. Kadang siswa tidak dapat
melakukan penyelidikan secara sungguh- sungguh mendalam karena
ada tekanan dari luar seperti tekanan dari guru, waktu yang
dikejar-kejar, teman sekelompok yang tidak cocok, maupun bentuk
D. PEMAHAMAN KONSEP 1. Pengertian Pemahaman
Pemahaman diartikan sebagai kemampuan untuk menyerap arti dari
materi atau bahan yang dipelajari. Pemahaman yang dimaksud adalah
seberapa besar siswa mampu menerima, menyerap dan memahami
pelajaran yang diberikan oleh guru kepada siswa, atau sejauh mana siswa
dapat memahami serta mengerti apa yang ia baca, yang dilihat, dialami,
atau yang ia rasakan berupa hasil penelitian atau observasi langsung yang
ia lakukan ketika proses pembelajaran (Bloom dalam Susanto 2013: 6).
Menurut Purwanto, (2006: 45-46) pemahaman adalah tingkat
kemampuan yang menuntut siswa mampu memahami arti atau konsep,
situasi atau fakta yang diketahuinya. Di sini siswa tidak hanya menghafal
materi akan tetapi siswa harus memahami konsep dan fakta yang
ditanyakan. Kata-kata operasional yang cocok menyangkut kemampuan
memahami adalah membedakan, menyajikan, menginterpretasikan,
menjelaskan, mendemostrasikan, memberi contoh dan mengambil
kesimpulan.
Pemahaman dikategorikan ke dalam beberapa aspek, dengan
kriteria-kriteria sebagai berikut:
a. Pemahaman merupakan kemampuan untuk menerangkan dan
menginterpretasikan sesuatu. Siswa yang sudah paham tentang materi,
maka dia mampu untuk menerangkan dan menjelaskan kembali materi
b. Pemahaman bukan sekedar mengetahui namun lebih. Hal ini karena
pemahaman melibatkan proses mental yang dinamis, dengan
memahami maka siswa akan mampu memberikan uraian dengan
penjelasan yang lebih kreatif.
2. Pengertian Konsep
Konsep merupakan sesuatu yang tergambar dalam pikiran, gagasan,
atau suatu pengertian. Jadi konsep ini merupakan sesuatu yang telah
melekat dalam hati seseorang dan tergambar dalam pikiran, gagasan, atau
suatu pengertian. Orang yang telah memiliki konsep, berarti orang tersebut
telah mempunyai pemahaman yang jelas tentang sesuatu konsep, baik
dapat berupa objek konkret ataupun gagasan yang abstrak.
Untuk mengukur pemahaman konsep siswa yang berupa pemahaman
konsep, guru dapat melakukan evaluasi produk. Evaluasi produk ini dapat
dilaksanakan dengan mengadakan berbagai macam tes, baik secara lisan
maupun tertulis. Menurut Susanto, bentuk IPA sebagai produk antara lain:
fakta-fakta, prinsip, hukum dan teori IPA. Beberapa istilah yang dapat
diambil pengertian IPA sebagai produk, yaitu (Susanto, 2013: 168):
a. Fakta dalam IPA, pernyataan-pernyataan tentang benda-benda yang
benar-benar ada,atau peristiwa-peristiwa yang benar terjadi dan
mudah dikonfirmasi secara objektif.
b. Konsep IPA merupakan suatu ide yang mempersatukan fakta-fakta
IPA. Konsep merupakan penghubung antara fakta-fakta yang ada
c. Prinsip IPA yaitu generalisasi tentang hubungan diantara
konsep-konsep IPA.
d. Hukum-hukum alam (IPA), prinsip-prinsip yang sudah diterima
meskipun juga bersifat tentatif (sementara), akan tetapi karena
mengalami pengujian yang berulang-ulang maka hukum alam bersifat
kekal selama belum ada pembuktian yang lebih akurat dan logis.
e. Teori ilmiah merupakan kerangka yang lebih luas dari fakta-fakta,
konsep, prinsip yang saling berhubungan.
3. Pengertian Pemahaman Konsep
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
pemahaman konsep merupakan kemampuan siswa untuk menerima,
menyerap dan memahami materi yang telah dipelajari dan dapat
menjelaskan kembali.
E. KEAKTIFAN
Dalam suatu pembelajaran siswa dikatakan aktif apabila terlibat
dalam kegiatan pembelajaran, untuk selalu berfikir berinteraksi, berbuat
untuk mencoba, menemukan konsep baru, atau menghasilkan suatu karya.
Di sini anak- anak dapat belajar dengan baik dari pengalaman. Mereka
dapat belajar dengan cara melakukan, menggunakan indera mereka,
menjelajahi lingkungan yang berupa benda, tempat serta peristiwa-
peristiwa disekitar mereka. Keaktifan yang dilakukan siswa tentu saja
menyimpulkan dan menemukan pemahaman konsep baru, serta
mengintegrasikan dengan konsep yang sudah mereka ketahui sebelumnya.
Anak –anak juga akan belajar dengan baik dan memahami apabila apa
yang dipelajari terkait dengan yang sudah diketahui dan metode
pembelajarannya itu sesuai dengan materinya (Uno dan Mohamad, 2011:
76). Oleh karena itu aktivitas siswa sangatlah penting dalam kegiatan
belajar mengajar, sehingga siswa dituntut untuk aktif.
Selain itu siswa dikatakan aktif apabila terlibat dalam proses belajar
bersama guru untuk mencari dan menemukan suatu jawaban atas suatu
pertanyaan serta dapat mengelola dan menyampaikan hasil prolehannya
secara komunikatif (Siregar, 2010:108).
Pada dasarnya semua cara belajar itu mengandung unsur keaktifan
pada diri siswa, meskipun kadar keaktifan pada diri siswa itu
berbeda-beda. Keaktifan siswa itu dapat muncul dalam berbagai bentuk dengan
kadar yang berbeda beda. Untuk mengukur kadar keaktifan siswa dalam
belajar Mc.Keachi (dalam Daryono dan Rahardjo, 2012: 4)
mengemukakan tujuh dimensi dalam proses belajar mengajar dimana
terdapat variasi kadar keaktifan antara lain yaitu:
1. Keterlibatan siswa dalam menentukan tujuan kegiatan belajar;
2. Pratisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran;
3. Penekanan pada aspek afektif dalam pengajaran;
5. Penerimaan guru terhadap perbuatan dan sumbangan siswa yang kurang
relevan atau yang salah;
6. Siswa diberi kesempatan untuk menyimpulkan hasil pembelajaran
diakhir;
7. Dapat menyelesaikan masalah yang ada ketika pembelajaran;
Menurut Sudjana, penilaian terhadap siswa dalam kegiatan belajar
mengajar juga dilihat dari keaktifan siswa ketika proses pembelajaran.
Adapun indikator dari keaktifan siswa antara lain dapat dilihat dari:
a. turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya;
b. terlibat dalam pemecahan suatu permasalahan;
c. bertanya kepada siswa lain atau kepada guruapabila tidak memahami
persoalan yang dihadapinya;
d. berusaha untuk mencari informasi yang diperlukan untuk pemecahan
masalah;
e. melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru;
f. menilai kemampuan dan hasil yang diperoleh;
g. melatih untuk memecahkan soal atau permasalahan;
h. kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang telah diperoleh
dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapi (2010: 61).
F. MINAT BELAJAR
Menurut Slameto, minat adalah kecenderungan yang tetap untuk
pengaruhnya terhadap belajar. Kegiatan pembelajaran yang dapat menarik
minat siswa tentu akan lebih mudah dipelajari dan disimpan karena ada
ketertarikan ( 2010: 57).
Susanto, menegaskan bahwa minat merupakan dorongan diri seseorang
atau faktor yang menimbulkan ketertarikan atau perhatian secara efektif, yang
menyebabkan dipilihnya suatu objek atau kegiatan yang menguntungkan,
menyenangkan dan lama kelamaan akan mendatangkan kepuasan dalam
dirinya. Secara sederhana minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang
tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Seorang siswa yang
menaruh minat besar terhadap pelajaran akan memusatkan perhatiannya lebih
banyak daripada siswa lainnya. Karena pemusatan perhatian yang intensif
terhadap materi itulah memungkinkan siswa tadi untuk belajar lebih giat lagi,
dan akhirnya mencapai prestasi yang diinginkan (2013:58).
Dalam dunia pendidikan di sekolah, minat memegang peranan penting
dalam belajar karena minat ini merupakan suatu kekuatan motivasi yang
menyebabkan seseorang memusatkan perhatian terhadap seseorang, suatu
benda, atau kegiatan tertentu. Dengan demikian minat merupakan unsur yang
menggerakan motivasi seseorang sehingga orang tersebut dapat berkosentrasi
terhadap suatu benda atau kegiatan tertentu. Dengan adanya unsur minat
belajar pada diri siswa, maka siswa akan memusatkan perhatiannya pada
kegiatan belajar mengajar tersebut. Dengan demikian minat merupakan faktor
Menurut Susanto, minat akan berdampak pada kegiatan yang dilakukan
seseorang. Dalam hubungannya dengan kegiatan belajar minat tertentu
dimungkinkan akan berpengaruh terhadap pemahaman konsep siswa, hal ini
dikarenakan adanya minat siswa terhadap sesuatu dalam kegiatan belajar itu
sendiri (2013: 67).
Berdasarkan uraian singkat diatas, maka dapat ditegaskan bahwa minat
belajar siswa merupakan faktor yang sangat penting dalam menunjang
tercapainya efektivitas proses belajar mengajar, yang pada akhirnya akan
berpengaruh terhadap pemahaman konsep siswa yang bersangkutan.
G. LISTRIK DINAMIS 1. Hukum Ohm
Sumber yang digunakan dalam hukum ohm ini adalah buku fisika
untuk kelas X semester 2 tulisan Marthen Kanginan dan buku Fisika 1B
SMA dan MA untuk Kelas X Semester II tulisan Abdullah Mikrajuddin.
Pada rangkaian listrik tertutup, maka akan ada arus yang mengalir.
Terjadinya aliran arus listrik ini disebabkan karena adanya beda potensial
pada dua titik suatu penghantar. Alat-alat elektronik seperti radio, kipas
angin senter, televisi ini merupakan contoh alat yang dapat menyala,
karena adanya aliran listrik dari sumber tegangan yang dihubungkan
dengan peralatan-peralatan tersebut, sehingga ada beda potensial.
Orang yang menyelidiki mengenai hubungan antara kuat arus listrik
Dia merupakan ahli fisika dari Jerman. Dengan rasa keingintahuan Ohm
melakukan penyelidikan dan pada akhirnya dia berhasil menemukan
hubungan secara matematis antara kuat arus listrik dengan beda potensial
yang kemudian dikenal dengan hukum ohm.
Perbandingan beda potensial dan kuat arus listrik selalu tetap atau
konstan. , C adalah konstanta. Konstanta ini merupakan sebuah
hambatan suatu penghantar yang disimbolkan oleh huruf R. Jadi
didapat: . Semakin besar beda potensial listrik maka semakin besar
pula kuat arus yang mengalir. Jadi beda potensial sebanding dengan kuat
arus ( ). Secara matematis dapat dituliskan V= I x R. Hukum ohm:
“Besarnya kuat arus listrik yang mengalir pada suatu penghantar
sebanding dengan beda potensial antara ujung-ujung penghantar”.
Besar 1 =
Jadi, 1 ohm adalah besarnya tahanan atau hambatan yang
menunjukkan hubungan perbandingan antara 1 volt/ 1 ampere.
2. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Hambatan Dalam Suatu Penghantar
Dalam suatu penghantar, misalnya kawat listrik, memiliki hambatan
listrik. Pengukuran suatu hambatan listrik dapat diperoleh dari pengukuran
berbagai nilai kuat arus I untuk berbagai nilai tegangan seperti yang telah
dan nilai dari hambatan listriknya adalah kemiringan dari grafik V
terhadap I
.
V
I
Gambar 1. Grafik V versus I ketika suhu di jaga konstan
Untuk suatu penghantardari kawat logam, misalnya kawat tembaga,
jika suhu dan sifat-sifat fisik lainnya dijaga tetap maka kemiringan dari
grafik V terhadap I atau
. Secara umum, untuk kawat-kawat logam,
makin besar suhu makin besar hambatan listriknya. Namun untuk
kebanyakan logam paduan, misalnya konstanta, hambatannya hanya
sedikit dipengaruhi oleh perubahan suhu.
Hambatan dalam suatu penghantar dipengaruhi oleh beberapa
besaran antara lain yaitu: panjang kawat, jenis bahan dan luas penampang
kawat. Sehingga dapat dirumuskan . Dari persamaan tersebut
dapat dilihat bahwa hambatan seutas kawat penghantar sebanding dengan
L dan berbanding terbalik dengan A. Untuk penampang kawat umumnya
berbentuk lingkaran, sehingga luas penampangnya yaitu mengikuti
Satuan SI untuk R adalah ohm, A adalah m2 dan L adalam m. Sesuai
dengan persamaan diatas, maka satuan hambatan jenis adalah
26
BAB III
METODE PENELITIAN
A. DESAIN PENELITIAN
Penelitian yang dilakukan bersifat eksperimen kuantitatif dan kualitatif,
karena penelitian ini dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif dengan design
pre-test post-test kontrol group. Dikatakan eksperimen karena pada penelitian
ini ada perlakuan partisipan dengan menggunakan metode inkuiri dan
dikatakan kuantitatif karena data yang diperoleh untuk pemahaman konsep
dan minat siswa dalam bentuk skor atau angka yang diberikan penjelasan.
Dikatakan kualitatif karena untuk mengetahui keaktifan siswa, peneliti
menjelaskan gambaran tingkat keaktifan siswa selama penelitian. Design
pre-test post-pre-test kontrol group adalah penelitian yang terdiri dari dua grup yaitu
kelas kontrol dan kelas eksperimen. Kelas kontrol adalah kelas yang
pembelajarannya menggunakan metode ceramah sedangkan kelas eksperimen
adalah kelas yang pembelajarannya menggunakan metode inkuiri. Lalu kedua
kelas tersebut diukur dengan menggunakan tes dalam bentuk pre-test dan
post-test sebagai alat ukur pemahaman konsep (Suparno, 2010: 142). Dengan
skema sebagai berikut:
Kontrol group O X1 O
Treatment group O X2 O
O adalah observasi
X2 adalah treatment dengan menggunakan metode inkuiri.
B. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN 1. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 21 April – 5 Mei 2014, di SMA
Negeri 1 Candimulyo, Magelang, Jawa Tengah.
2. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisika SMA Negeri 1
Candimulyo, Magelang, Jawa Tengah.
C. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN 1. Populasi Penelitian
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi SMA Negeri
1 Candimulyo Tahun Ajaran 2013/2014.
2. Sampel Penelitiaan
Sampel penelitian ini adalah siswa-siswi SMA N 1 Candimulyo
Kelas X-1 dengan jumlah siswa 24 dan X-2 dengan jumlah siswa 23,
semester genap Tahun Ajaran 2013/2014.
D. TREATMENT
Treatment adalah perlakuan peneliti kepada subyek yang mau diteliti
agar nantinya mendapatkan data yang diinginkan (Suparno, 2010: 51).
metode inkuiri pada materi hukum ohm. Inkuiri yang digunakan adalah
inkuiri terarah (terbimbing). Jadi disini siswa melakukan percobaan sebanyak
dua kali yaitu mengenai hukum ohm dengan rangkaian sederhana pada
pertemuan ke dua dan percobaan hambatan kawat penghantar pada pertemuan
ketiga.
Pengajaran dengan menggunakan metode inkuiri dapat dilihat di RPP dan
LKS. RPP terlampir pada lampiran 1 dan LKS pada lampiran 2. Pembelajaran
menggunakan metode inkuiri dilakukan dalam 4 kali pertemuan dengan
jumlah 6 jam pelajaran.
Pertemuan pertama digunakan untuk pre-testdan menjelaskan mengenai
pengenalan dan penggunaan alat seperti multimeter, kabel, baterai dan
hambatan. Kemudian pertemuan keduadigunakan untuk pembelajaran
menggunakan inkuiri terbimbing dengan cara membagi kedalam 6 kelompok,
semua siswa mendapatkan LKS yang pertama yaitu mengenai hukum ohm.
Mereka melakukan praktikum sesuai dengan LKS yang pertama setelah itu
masing-masing kelompok melaporkan penemuannya. Pertemuan ketiga
semua siswa mendapatkan LKS yang kedua mengenai hambatan pada kawat
penghantar, kemudian mereka melakukan praktikum dan diakhir pelajaran
masing-masing kelompok mengemukakan hasil penemuanya mengenai
hambatan kawat penghantar. Selain melakukan inkuiri secara terbimbing
mereka juga mengisi kuesioner mengenai minat. Pertemuan kempat
E. INSTRUMENTASI
1. Instrumen Pembelajaran.
Instrumen pembelajaran terdiri dari tiga instrumen antara lain
yaitu:
a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Recana pelaksanaan pembelajaran, yaitu panduan
langkah-langkah yang akan dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran
yang disusun dalam skenario pembelajaran yang akan dilakukan
selama pengambilan data penelitian. Bagian dari Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran adalah 1) Identitas meliputi: Satuan
Pendidikan, Mata Pelajaran, Kelas/Semester, dan Alokasi Waktu, 2)
Standar Kompetensi, 3) Kompetensi Dasar, 4) Indikator, 5) Tujuan
Pembelajaran, 6) Metode Pembelajaran, 7) Kegiatan Pembelajaran 8)
Materi Pelajaran, 9) Sumber Belajar. RPP ini dibuat untuk kedua
kelas yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen. RPP lengkap dapat
dilihat pada lampiran 3.
b. Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk kelas eksperimen.
Lembar kegiatan siswa adalah panduan yang digunakan siswa
untuk melakukan penyelidikan atau pemecahan masalah. LKS ini
digunakan ketika kegiatan pembelajaran dengan menggunakan
metode inkuiri. LKS yang digunakan ini ada 2 yaitu LKS mengenai
hukum ohm dan LKS mengenai hambatan kawat penghantar. LKS
c. Petunjuk Penggunaan Alat (Multimeter)
Dalam praktikum mengenai hukum ohm dan hambatan kawat
pengantar, siswa melakukan sebuah percobaan. Alat yang digunakan
dalam percobaan salah satunya yaitu multimeter yang digunakan
untuk mengukur arus yang mengalir, tegangan dan hambatan pada
rangkaian. Oleh karena itu dalam penggunaan multimeter, siswa
diberikan petunjuk dan penjelasan. Petunjuk dan penjelasan
multimeter terlampir pada lampiran5.
2. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
antara lain:
a. Tes tertulis yang terdiri dari pre-test dan post-test
1) Pre-test
Pre-test dilakukan pada awal pertemuan, yaitu sebelum
proses belajar mengajar berlangsung. Pre-test bertujuan untuk
mengetahui kemampuan awal kognitif produk siswa mengenai
hukum ohm. Kelas eksperimen maupun kelas kontrol mendapatkan
soal pretest yang sama. Soal ini terdiri dari delapan soal.
Dalam pembuatan soal pre-test dibutuhkan kisi- kisi.
Kisi-kisi soal yang dibuat berdasarkan pada kompetensi dasar dan
indikator yang harus dicapai oleh siswa. Kisi-kisi soal pre-test dan
Tabel 1. Kisi-kisi soal pre-test dan soal post-test
Kompetensi
Dasar
Indikator Pertanyaan Aspek
Kognitif
Dari suatu hasil percobaan
diketahui bahwa
berupa baterai 1,5 volt.
a. Berapa hambatan dari
lampu tersebut?
memiliki hambatan 200 .
Berapa besar hambatan
kawat tersebut apabila
kawat dipotong dan
tinggal 1 meter?
2) Post-test
Post-test diberikan di akhir pertemuan, yaitu setelah proses
belajar mengajar berlangsung. Tujuan post-test yaitu untuk
mengetahui kemampuan akhir kognitif produk siswa mengenai
hukum ohm dan hambatan kawat penghantar. Kelas eksperimen
maupun kelas kontrol mendapatkan soal post-test yang sama.
Jumlah soal pre-test dan post-test sama yaitu 8 nomor. Soal
pre-testdapat dilihat pada lampiran 6 dan post-test pada lampiran 8.
b. Lembar observasi keaktifan
Lembar observasi ini digunakan untuk mengetahui keaktifan
siswa selama proses belajar mengajar dengan menggunakan metode
inkuiri.
Dalam pembuatan lembar observasi tentang keaktifan
diperlukan kisi-kisi. Indikator keaktifan yang digunakan sebanyak
enam, yang sudah dijelaskan di pada bagian kajian pustaka. Adapun
Tabel 2. Kisi- Kisi Lembar Kektifan
No Indikator Pernyataan No Item
1 Terjadi interaksi antara guru
dengan siswa
Siswa bertanya kepada guru 1
Siswa menjawab pertanyaan
yang diajukan oleh guru
2
2 Mengikuti kegiatan pembelajaran Siswa dapat menyelesaikan
soal
3
3 Mencari informasi yang diperlukan
untuk pemecahan masalah
Siswa membaca buku teks 4
4 Siswa dapat menyimpulkan hasil
pembelajaran
Siswa dapat menyimpulkan
hasil belajar
5
c. Kuesioner minat belajar
Kuesioner merupakan salah satu tehnik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau
pernyataan tertulis kepada siswa untuk dijawab. Kuesioner mengenai
minat ini diberikan kepada siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen.
Kuesioner ini digunakan untuk mengukur minat siswa. Dalam
pengisian kuesioner minat, setiap siswa menjawab sepuluh pernyataan
berdasarkan dengan pengalaman dan keadaan masing-masing. Dalam
kuesioner minat sudah disediakan alternatif jawaban dalam setiap
pernyataannya. Kuioner ini terdiri dari sepuluh pernyatan positif.
Pembuatan kuesioner minat belajar ini diperlukan kisi-kisi yang
berdasarkan paparan para ahli yang telah dipaparkan pada bab kajian
pustaka. Kisi- kisi kuesioner mengenai minat belajar ditunjukkan pada
Tabel 3. Kisi-kisi Kuesioner Minat Belajar
Aspek Indikator Pernyataan No item
Minat
Belajar
Memusatkan
perhatian
1. Saya menjadi paham mengenai
materi setelah pelajaran 4
2. Pikiran saya hanya tertuju pada
materi ketika pembelajaran
1. Saya merasa rugi jika tidak
mengikuti pembelajaran fisika 2
2. Saya menggunakan waktu istirahat
untuk mengerjakan soal atau
bertanya kepada guru
5
3. Saya menantikan pertemuan
berikutnya dengan penuh antusias 6
4. Saya mengusulkan pembelajaran
berikutnya dilakukan seperti ini 8
Ketertarikan
untuk belajar
fisika
1. Saya sudah mempelajari materi
pelajaran di rumah sebelum
dijelaskan oleh guru di sekolah
1
2. Saya mengerjakan soal latihan
dengan inisiatif sendiri tanpa
diperintah oleh guru
3
3. Saya belajar dirumah untuk
mengulangi materi yang sudah
Saya selalu mencari materi pelajaran
3. Validitas
Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi.
Validitas isi berpedoman pada kisi-kisi tes dan non tes yang diukur sesuai
dengan indikator. Adapun kisi-kisi tes yaitu meliputi soal pretest dan
postest, sedangkan kisi-kisi soal non tes yaitu lembar observasi keaktifan
dan kuesioner tentang minat.
F. METODE ANALISIS DATA
1. Analisis Tingkat Pemahaman Konsep
Pre-test diberikan sebelum siswa mempelajari subbab hukum ohm.
Sedangkan post-test dilakukan setelah siswa mempelajari mengenai
hukum ohm. Soal-soal pre-test dan post-test berupa soal-soal yang
berhubungan dengan materi yang dipelajari yaitu mengenai hukum ohm.
a. Pedoman Penskoran Soal
Soal pre-test dan post-test masing-masing terdiri dari 8 soal.
Skor masksimal untuk masing-masing soal benar disesuaikan dengan
bobot soal. Kriteria pemberian skor dapat dilihat pada tabel berikut:
1) Soal nomor 1, 2, dan 3 aspek hafalan/ ingatan. Memerlukan satu
langkah penyelesaian dengan bobot soal 2.
Tabel 4 . Skoring soal nomor 1, 2 dan 3
Keterangan Skor
Tidak mengerjakan 0
Siswa memberikan jawaban yang mendekati benar 1
Siswa menjawab hukum ohm dengan benar 2
2) Soal nomor 4, 7, dan 8 termasuk aspek aplikasi. Memerlukan
pemahaman soal dan penyelesaian dengan hitungan. Bobot soal 6.
Tabel 5. Skoring soal nomor 4,7 dan 8.
Keterangan Skor
Tidak mengerjakan soal 0
Memberikan jawaban salah 1
Memberikan jawaban 25% benar 2
Memberikan jawaban setengah benar 3
Memberikan jawaban hampir benar (75%) benar 4
Menuliskan jawaban dengan benar 5
Menuliskan jawaban dengan benar lengkap dengan satuan 6
3) Soal nomor 5, aspek pemahaman. Memerlukan pemahaman soal
dan dua kali penyelesaian dengan hitungan Bobot soal 11.
Tabel 6. Skoring soal nomor 5
Keterangan Skor
Tidak mengerjakan soal 0
Memberikan jawaban salah 1
Menjawab soal a 25% benar 2
Menjawab soal a setengah benar 3
Menjawab soal a hampir benar 4
Mengerjakan perhitunga soal a dengan benar 5
Mengerjakan perhitunga soal a dengan benar dan lengkap
dengan satuan
Menjawab soal a dengan benar dan lengkap dengan
satuan, dan mencoba menjawab soal b 25% benar
7
Menjawab soal a dengan benar dan lengkap, dan
menjawab soal b setengah benar
8
Menjawab soal a dengan benar dan lengkap, dan
menjawab soal b hampir benar
9
Menjawab soal a dan b secara benar 10
Menjawab soal a dan b secara benar dan lengkap dengan
satuan
11
4) Soal nomor 6, aspek pemahaman. Bobot soal 5
Tabel 7. Skoring soal nomor 6
Keterangan Skor
Tidak mengerjakan soal 0
Memberikan jawaban salah 0,5
Memberikan jawaban (faktor-faktornya) namun tidak
lengkap
1
Memberikan jawaban semua faktor – faktor denganbenar 2
Memberikan jawaban benar dengan disertai dengan
penjelasan namun kurang lengkap
3
Memberikan jawaban benar dengan disertai dengan
penjelasan hampir lengkap
4
Menjawab dengan benar dan disertai dengan penjelasan
dengan benar dan lengkap.
Perhitungan skor siswa dapat dihitung dengan cara jumlah skor
masing-masing siswa dibagi dengan skor maksimal dikali seratus.
Jumlah skor maksimal yaitu 40.
Skor =
b. Analisis Pre-test – Post-test
Untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep siswa
terhadap materi hukum ohm, maka peneliti menggunakan pre-test dan
post-test. Kedua kelas ini dilakukan pada kelas kontrol maupun kelas
eksperimen. Adapun statistik yang digunakan untuk mengetahui
peningkatan pemahaman konsep siswa terhadap materi hukum ohm
adalah menggunakan uji t-test.
1) Untuk menguji apakah sampel kelompok kontrol dengan
kelompok treatmentsama dalam pemahaman awal tentang materi
hukum ohm. Dengan menggunakan persamaan uji-t 2 group
independen.
̅̅̅ ̅̅̅
√[
] [ ]
Keterangan:
̅̅̅ = skor kelas kontrol
̅̅̅ = skor kelas treatment
= jumlah siswa kelas kontrol
= jumlah siswa kelas treatment
= standar deviasi kelas treatment
tcritical diperoleh dari tabel dengan level signifikan = 0.05; two
tailed
Jika | | | | maka signifikan, berarti ada
perbedaan hasil pre-test pada kelas kontrol dan kelas ekperimen.
Jika | | | | maka tidak signifikan, berarti tidak ada
perbedaan hasil pre-test untuk kelas kontrol dan eksperimen.
2) Apakah sampel penelitian meningkat pemahaman konsepnya
tentang hukum ohm. Dengan uji-t Dependen untuk:
a) Pre-test dan post-test pada kelompok kontrol dengan metode
ceramah
b) Pre-test dan post-testpada kelompok treatment dengan metode inkuiri
Test-T dependen ini biasa digunakan untuk menguji satu
kelompok yang diuji dua kali. Adapun rumus perhitungan untuk
uji T Dependen adalah sebagai berikut:
̅̅̅ ̅̅̅
√∑ ∑
X1 = skor pre-test
X2 = skor post-test
D = perbedaan antara skor tiap subyek ̅̅̅ ̅̅̅
N = jumlah pasang skor (jumlah pasangan)
T critical diperoleh dari tabel dengan level signifikan 0.05
Jika | |>| | maka signifikan, bearti ada
peningkatan pemahaman konsep tentang materi hukum ohm. Jika
| |<| | maka tidak signifikan, berarti tidak ada
peningkatan pemahaman konsep tentang hukum ohm.
3) Menguji apakah hasil penelitian kelas kontrol dengan kelas
eksperimen sama. Dengan uji T-independent, untuk mengetahui
apakah pemahaman konsep tentang materi hukum ohm kelas
eksperimen lebih baik dari kelas kontrol atau tidak. Adapun
persamaan yang digunakan dalam adalah uji Test-T 2 grup yang
independen, dapat dilihat di depan pada persamaan 1.
Jika | | | | maka signifikan, berarti ada
perbedaan hasil post-test pada kelas kontrol dan kelas ekperimen.
Jika | | | | maka tidak signifikan, berarti tidak ada
perbedaan hasil post-test untuk kelas kontrol dan kelas
eksperimen.
Dengan melakukan empat kali uji t-test seperti diatas
peneliti dapat mengetahui apakah penerapan metode inkuiri
sungguh-sungguh dapat meningkatkan pemehaman konsep siswa
c. Peningkatan Pemahaman Konsep Secara Kualitatif
Untuk mengetahui peningkatan pemahman konsep, maka disini
peneliti selain menggunakan uji t-test, peneliti juga menganilis
perubahan pemahaman konsep siswa secara kualitatif, yaitu dengan
merangkum secara umum pemahaman awal siswa tentang konsep
hukum ohm ketika pre-test dengan pemahaman konsep hukum ohm
diakhir setelah pembelajaranyang dapat kita lihat dalam hasilpost-test.
2. Analisis Tingkat Keaktifan Siswa
Peneliti melakukan pengukuran tingkat keaktifan belajar siswa kelas
eksperimen yaitu ketika siswa melakukan pembelajaran menggunakan
metode inkuiri. Jadi pengukuran keaktifan dilihat dari banyaknya siswa
yang aktif ketika mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode
inkuiri, sehingga untuk satu siswa yang aktif diukur dengan satu tally.
Selain itu peneliti juga memberikan catatan-catatan penting dalam lembar
observasi untuk memperkuat data. Untuk mengetahui pengaruh penerapan
metode inkuiri terhadap keaktifan siswa peneliti menganalisis hasil
observasi secara kuantitatif dan kualitatif.
3. Analisis Tingkat Minat Siswa
Minat siswa terhadap fisika dapat diukur dengan menggunakan
kuesioner minat siswa terhadap fisika. Kuesioner minat ini terdiri dari
sepuluh pernyataan, dimana semua pernyataannya positif. Untuk setiap
pernyataan dilengkapi dengan empat alternatif jawaban. Alternatif jawaban
ragu-ragu =3, tidak setuju = 2, sangat tidak setuju = 1. Sehingga skor untuk
setiap siswa yaitu:
Skor minimal = 1 x 10 = 10
Skor maksimal = 5 x 10 = 50
Range = 50 – 10 = 40 kemudian range tersebut dibagi menjadi lima.
Skor ini kemudian dikelompokkan menjadi lima kategori, yaitu
sangat berminat, berminat, cukup berminat, kurang berminat dan tidak
berminat. Berdasarkan kategori ini dapat ditentukan minat belajar siswa.
Penentuan kategori hasil pengukuran minat dapat dilihat pada tabel 8
berikut:
Tabel 8. Kategorisasi Minat Belajar Siswa
No Skor Kategori Minat
1 42 – 50 Sangat berminat
2 34 – 41 Berminat
3 26 – 33 Cukup berminat
4 18 – 25 Kurang berminat
5 10 – 17 Tidak berminat
Minat seluruh siswa dapat diketahui dari rata-rata skor minat seluruh
siswa yang kemudian dikelompokkan. Pengelompokan minat seluruh
siswa ditetapkan dengan kriteria seperti pada tabel diatas.
Kemudian untuk mengetahui apakah ada perbedaan minat siswa
dalam mengikuti pembelajaran di kelas kontrol maupun kelas eksperimen
independent, maka peneliti dapat mengetahui status minat siswa ketika
mengikuti pembelajaran fisika.
Jika | | | | maka signifikan, berarti ada perbedaan minat
pada kelas kontrol dan kelas ekperimen. Jika | | | | maka tidak
signifikan, berarti tidak ada perbedaan minat untuk kelas kontrol dan kelas