• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENERAPAN METODE INKUIRI TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP, KEAKTIFAN, DAN MINAT SISWA KELAS X PADA MATERI HUKUM OHM DI SMA N 1 CANDIMULYO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGARUH PENERAPAN METODE INKUIRI TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP, KEAKTIFAN, DAN MINAT SISWA KELAS X PADA MATERI HUKUM OHM DI SMA N 1 CANDIMULYO"

Copied!
195
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGARUH PENERAPAN METODE INKUIRI

TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP, KEAKTIFAN, DAN

MINAT SISWA KELAS X PADA MATERI HUKUM OHM

DI SMA N 1 CANDIMULYO

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh :

Nita Indra Purwanti

NIM: 101424025

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Mimpi-mimpi kamu,cita-cita kamu,

keyakinan kamu,apa yang mau kamu kejar,

biarkan ia menggantung, mengambang,

5 cm

di depan kening kamu, jadi dia nggak akan pernah lepas dari mata kamu,

dan kamu bawa mimpi dan keyakinan kamu itu setiap hari,

kamu lihat setiap haridan percaya bahwa kamu bisa....

Apapum hambatannya, bilang sama diri kamu sendiri,

kalau kamu percaya sama keinginan itu dan kamu nggak bisa menyerah,

bahwa kamu akan berdiri lagi setiap kamu jatuh,

bahwa kamu akan mengerjarnya sampai dapat,

apapun segala keinginan, mimpi, cita-cita, keyakinan diri....

Biarkan keyakinan kamu

5 cm

mengambang di depan kening kamu, Dan.... sehabis itu yang kamu perlu cuma

kaki yang akan berjalan lebih jauh dari biasanya,

tangan yang akan berbuat lebih banyak dari biasanya,

mata yang akan menatap lebih banyak dari biasanya,

leher yang akan lebih sering melihat ke atas,

lapisan tekad yang seribu lebih keras dari baja,

serta mulut yang akan selalu berdoa....

Keep our dreams alive and we will survive....

(Donny Dirgantoro)

Karya kecil ini saya persembahkan untuk: Kedua orang tua tercinta: Almh. Ibu Djuwariyah

(5)
(6)

vi

ABSTRAK

Nita Indra Purwanti. 2014. Pengaruh Penerapan Metode Inkuiri Terhadap Pemahaman Konsep, Keaktifan dan Minat Belajar Siswa Kelas X pada Materi Hukum Ohm SMA N 1 Candimulyo. Skripsi, Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Pembimbing: Prof. Dr. Paul Suparno, S.J, M.S.T.

Kata Kunci: Metode Inkuiri, Pemahaman Konsep, Keaktifan, Minat Belajar Fisika.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) peningkatan pemahaman konsep siswa kelas X SMA N 1 Candimulyo kelas X tentang materi hukum ohm melalui metode inkuiri; (2) keaktifan belajar siswa kelas X SMA N 1 Candimulyo tentang materi hukum ohm melalui metode inkuiri; (3) minat belajar siswa kelas X SMA N 1 Candimulyo tentang materi hukum ohm melalui metode inkuiri.

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 22 April – 5 Mei 2014. Subyek penelitian yaitu 24 siswa kelas X-1 dan 23 siswa X-2 SMA N 1 Candimulyo, Kabupaten Magelang. Instrumen yang digunakan yaitu: tes tertulis berupa pre-test dan post-test, lembar pengamatan keaktifan, dan kuesioner minat belajar.

(7)

vii

ABSTRACT

Nita Indra Purwanti. 2014. The Effect of Application Inquiry Methods Toward Understanding Concepts, Student Activityand Learning Interests Grade X in the Topic Ohm’s Law in SMA N 1 Candimulyo.

Thesis, Physics Educations Study Program, Departement of Mathematics and Natural Sciences, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University in Yogyakarta. Supervisor: Prof. Dr. Paul Suparno, S.J., M.S.T.

Keywords: Inquiry methods, understanding concepts, activities and learning interest, subjects physics.

The study ispurposed to know whether inquiry method is able to: (1) increase the understanding concept in Class X SMA N 1 Candimulyo about topic of ohm’s law;(2) activate students class X SMA N 1 Candimulyo in the topic ohm’s law; (3) improve the students interest class X SMA N 1 Candimulyo in the topic ohm’s law.

The research was conducted on 21 April-5 May, 2014 in SMA N 1 Candimulyo, Magelang. Subject of the research is 24 students at class X-1 and 23 students at class X-2. Class X-1 was considered as the control class, while class X-2 as the experiment class. The instruments of the research werepre-test and post-test, observation sheet of activitiesand interest questionnaires.

The results of this research are that the inquiry method is able to: (1)increase the understanding of the concept of students (2) improve students activities (3) improve students interest class X SMA N 1

(8)
(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat,

nikmat dan hidayahnya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi

yang berjudulPengaruh Penerapan Metode Inkuiri terhadap Pemahaman Konsep,

Keaktifan dan Minat Siswa Kelas X-1 pada Materi Hukum Ohm di SMA N 1

Candimulyo

Penulisan skripsi ini merupakan tugas akhir sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di FKIP Unversitas Sanata Dharma

Yogyakarta. Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari semua pihak yang turut

memberikan dukungan, doa, semangat, bantuan, dan saran yang sangat

bermanfaat bagi peneliti. Pada kesempatan ini peneliti mengucapkan banyak

terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Paul Suparno, S.J., M.S.T selaku dosen pembimbing yang

selalu memberikan motivasi, masukan dan bantuan peneliti dalam

menyelesaikan skripsi ini.

2. Dr.Ignastius Edi Santosa, M.S., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Fisika yang memberikan dukungan dan motivasi.

3. Rohandi, Ph.D selaku Dosen Pembimbing Akademik yang memberikan

dukungan dan semangat.

4. Drs. Domi Severinus, M.Si. dan Ir. Sri Agustini Sulandari sebagai

dosen penguji atas semua saran dan masukan yang berguna demi

(10)

x

5. Segenap dosen dan karyawan Program Studi Pendidikan Fisika, yang

telah memberikan pengetahuan serta layanan dengan baik kepada

peneliti selama menempuh studi di Program Studi Pendidikan Fisika

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

6. Drs. Edi Yunanto, M.Pd, selaku kepala SMA N 1 Candimulyo yang

telah memberikan ijin penelitian.

7. Anisatul Masruroh, S.Pd, selaku guru mata pelajaran fisika kels X-1

dan X-2 yang telah memberikan dukungan, bantuan dan masukkan

dalam pelaksanaan penelitian.

8. Segenap bapak, ibu guru beserta karyawan karyawati SMA N 1

Candimulyo yang telah memberikan dukungan dan semangat kepada

peneliti dalam melaksanakan penelitian.

9. Teman- teman kelas X-1 dan X-2 SMA N 1 Candimulyo atas kerjasama

dan doa yang telah diberikan.

10. Bapak tercinta Sudaryanto, kakak-kakak ku Retno Indrawati, A.Md,

Letda Dadik Sri Karyanto, Bambang Indrayanto, Siti Anissa S.E,

Adikku Woro Indra Kusuma, Ponakan-ponakan tercinta Kharisma Sri

Indrawardani, Aurel Mahendra Wicaksono dan penyemangatku Briptu

Ari Yulianto yang telah memberikan motivasi, semangat, doa,

nasehatdan bantuan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan tepat waktu.

11. Teman-teman ku tersayang Yulita Adelfin Lede, Yani Indriyani,

(11)
(12)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR GRAFIK ... xix

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.LATAR BELAKANG ... 1

(13)

xiii

C. TUJUAN PENELITIAN ... 4

D.MANFAAT PENELITIAN ... 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 6

A.HAKIKAT IPA ... 6

B. PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVIS ... 8

1. Pengertian Pembelajaran ... 8

2. Pengertian Konstruktivisme ... 8

3. Makna Pembelajaran Konstruktivis ... 10

C. METODE INKUIRI ... 10

1. Pengertian Metode inkuiri ... 10

2. Langkah Metode Inkuiri ... 11

3. Keunggulan dan kelemahan Metode inkuiri ... 14

4. Syarat agar Inkuiri Dapat Berjalan Baik ... 15

D.PEMAHAMAN KONSEP ... 16

1. Pengertian Pemahaman ... 16

2. Pengertian Konsep ... 17

3. Pengertian Pemahaman Konsep ... 18

E. KEAKTIFAN ... 18

F. MINAT BELAJAR ... 20

G.LISTRIK DINAMIS ... 22

1. Hukum Ohm ... 22

(14)

xiv

BAB III METODE PENELITIAN ... 26

A.DESAIN PENELITIAN ... 26

B. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN ... 27

1. Waktu Penelitian ... 27

2. Tempat Penelitian... 27

C. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN ... 27

1. Populasi Penelitian ... 27

2. Sampel Penelitiaan ... 27

D.TREATMENT ... 27

E. INSTRUMENTASI ... 29

1. Instrumen Pembelajaran. ... 29

2. Instrumen Pengumpulan Data ... 30

3. Validitas ... 36

F. METODE ANALISIS DATA ... 36

1. Analisis Tingkat Pemahaman Konsep ... 36

2. Analisis Tingkat Keaktifan Siswa ... 42

3. Analisis Tingkat Minat Siswa ... 42

BAB IV DATA DAN ANALISIS ... 45

A.PELAKSANAAN PENELITIAN ... 45

1. Sebelum Penelitian ... 46

2. Selama Pelaksanaan Penelitian ... 48

B. DATA DAN ANALISIS DATA ... 64

(15)

xv

2. Keaktifan Belajar Siswa ... 84

3. Minat Belajar Siswa ... 89

C. KETERBATASAN PENELITIAN ... 95

BAB V PENUTUP ... 96

A.KESIMPULAN ... 96

B. SARAN ... 97

DAFTAR PUSTAKA ... 98

(16)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kisi-Kisi Soal Pre-Test dan Post-Test ... 31

Tabel 2. Kisi-Kisi Lembar Keaktifan ... 34

Tabel 3. Kisi-Kisi Kuesioner Minat Belajar ... 35

Tabel 4. Skoring Soal Nomor 1,2, dan 3 ... 36

Tabel 5. Skoring Soal Nomor 4,7, dan 8 ... 37

Tabel 6. Skoring Soal Nomor 5... 37

Tabel 7. Skoring Soal Nomor 6... 38

Tabel 8. Kategorisasi Minat Belajar Siswa ... 43

Tabel 9. Proses Pelaksanaan Penelitian Kelas Kontrol ... 48

Tabel 10. Proses Pelaksanaan Penelitian Kelas Eksperimen ... 49

Tabel 11 . Data Pre-Test Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 65

Tabel 12 . Analisis SPSS Pre-Test Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 66

Tabel 13 . Data nilai Pre-Test dan Post-Test Kelas Kontrol ... 68

Tabel 14 . Analisis SPSS Pre-Test dan Post-Test Kelas Kontrol ... 69

Tabel 15 . Data nilai Pre-Test dan Post-Test Kelas Eksperimen ... 70

Tabel 16 . Analisis SPSS Pre-Test dan Post-Test Kelas Eksperimen ... 71

Tabel 17 . Data Post-Test Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 73

(17)

xvii

Tabel 19 .Perubahan Konsep Siswa secara umum di Kelas Kontrol ... 78

Tabel 20 .Perubahan Konsep Siswa secara umum di Kelas Eksperimen ... 79

Tabel 21 . Pengamatan Keaktifan Siswa Kelas Eksperimen... 85

Tabel 22 . Data Kuesioner Minat Kelas Kontrol... 89

Tabel 23 . Data kuesioner minat kelas eksperimen ... 91

Tabel 24 . Analisis SPSS Minat Kelas kontrol dan Eksperimen... 92

Tabel 25 . Tabel Kategori Minat pada Kelas kontrol ... 93

(18)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Siswa Kelas X-2 ( Kelas Eksperimen) Mengerjakan Soal Pre-Test di

Laboratorium Fisika ... 51

Gambar 2. Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen Ketika Praktikum mengenai hukum ohm ... 53

Gambar 3. Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen ketika praktikum hambatan kawat penghantar ... 55

Gambar 4. Siswa Kelas Eksperimen saat mengerjakan soal post-test ... 57

Gambar 5. Kelas Kontrol Ketika Mengerjakan Soal Pre-Test ... 59

Gambar 6. Salah satu siswa mengerjakan soal hambatan kawat ... 62

(19)

xix

DAFTAR GRAFIK

(20)

xx

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian Sekolah ... 101

Lampiran 2. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ... 102

Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 103

Lampiran 4.Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 122

Lampiran 5. Panduan Petunjuk Penggunaan Alat (Multimeter) ... 130

Lampiran 6. Soal Pre-Test ... 135

Lampiran 7. Kunci Jawaban Pre-Test ... 136

Lampiran 8. Soal Post-Test ... 139

Lampiran 9. Kunci Jawaban Post-Test... 140

Lampiran 10 . Lembar Keaktifan ... 143

Lampiran 11 . Kuesioner Minat Belajar ... 144

Lampiran 12 . Daftar Distribusi Skor Pre-Test Kelas Kontrol ... 146

Lampiran 13 . Daftar Distribusi Skor Pre-Test Kelas Eksperimen ... 147

Lampiran 14 . Daftar Distribusi Skor Post-Test Kelas Kontrol ... 148

Lampiran 15 . Daftar Distribusi Skor Post-Test Kelas Eksperimen ... 149

Lampiran 16 . Daftar Distribusi Skor Minat Kelas Kontrol ... 150

Lampiran 17 . Daftar Distribusi Skor Minat Kelas Eksperimen ... 151

(21)

xxi

Lampiran 19 . Jawaban Post- Test Siswa Kelas Kontrol ... 154

Lampiran 20 . Jawaban Pre-Test Siswa Kelas Eksperimen ... 156

Lampiran 21 . Jawaban Post-Test Siswa Kelas Eksperimen... 158

Lampiran 22 . Hasil pengamatan lembar keaktifan ... 160

Lampiran 23 . Jawaban Kuesioner Minat Siswa Kelas Kontrol ... 163

Lampiran 24 . Jawaban Kuesioner Minat Siswa Kelas Eksperimen ... 165

Lampiran 25 . Jawaban LKS 1 ... 167

(22)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Indonesia adalah salah satu negara yang sering melakukan evaluasi

terhadap kurikulum pendidikan. Hal ini terlihat bahwa hampir setiap dekade

terjadi pergantian kurikulum baik perubahan sebagian pada salah satu

komponen maupun perubahan secara total dari kurikulum sebelumnya.

Pemerintah baru saja melakukan perubahan terhadap kurikulum secara total

yaitu mengganti kurikulum KTSP yang sudah berlaku sejak tahun 2006

menjadi kurikulum 2013.Tahun ajaran ini 2013/2014 adalah tahun ajaran

pertama diberlakukannya kurikulum 2013. Namun kurikulum 2013 ini baru

diterapkan di beberapa sekolah saja mulai dari SD, SMP, SMA dan SMK.

Pengembangan kurikulum 2013 ini bertujuan untuk menghasilkan insan

Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, afektif, melalui penguatan sikap,

ketrampilan dan penguatan yang berintegrasi (Mulyasa, 2013: 65). Oleh

karena itu kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang memberikan

kebebasan kepada siswa untuk berkreasi serta menekankan pada pendekatan

sciencetific. Jadi diharapkan bahwa pembelajaran yang terjadi bukanlah

sekedar proses menghafal dan menumpuk ilmu pengetahuan bahkan hanya

menerima transferan ilmu dari guru, akan tetapi disini lebih ditekankan

bagaimana siswa tersebut mendapatkan pengetahuannya melalui

(23)

siswa sebagai subyek belajar, ini berarti bahwa siswa tidak hanya berperan

sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal akan tetapi

mereka harus menemukan sendiri inti dari materi yang mereka pelajari.

Pada proses pembelajaran seorang guru menjadi fasilitator dan

motivator karena kurikulum 2013 ini ingin menonjolkan penanaman sikap,

karakter, pengetahuan, dan kebiasan siswa berfikir secara aktif dan kritis

dibandingkan dengan kurikulum yang sudah diberlakukan sebelumnya. Oleh

karena itu guru harus dapat menciptakan proses pembelajaran yang efektif

dan dapat mengembangkan beberapa metode pembelajaran sehingga dapat

mencapai tujuan tersebut.

Strategi pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran

yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk

mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang

dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya

jawab antara guru dengan siswa (Sanjaya, 2006: 196). Hal ini berarti bahwa

metode inkuiri adalah salah satu metode yang dapat digunakan dalam

pembelajaran karena menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, akan

tetapi sebagai motivator dan fasilitator.

Metode pembelajaran inkuiri juga dapat menumbuhkan sikap percaya

diri, karena siswa diarahkan untuk melakukan aktivitas untuk menemukan

jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan. Selain itu inkuiri juga dapat

mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis dan kritis atau

(24)

demikian siswa tidak hanya dituntut menguasai materi pelajaran, akan tetapi

bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimiliki (Sanjaya, 2006:

197).

Dengan metode inkuiri siswa diajak dan dibantu untuk dapat meneliti

dan menemukan sendiri. Biasanya digunakan metode ilmiah, siswa melihat

persoalan, harus mengamati, meneliti, mengumpulkan data dan mengambil

kesimpulan (Suparno, 2007). Oleh karena itu inkuiri ini juga dapat

dikembangkan sebagai salah satu metode pembelajaran IPA.

SMA Negeri 1 Candimulyo adalah salah satu SMA yang belum

menggunakan kurikulum 2013 pada tahun ajaran 2013/2014. Oleh karena itu

bertolak dari uraian diatas, peneliti ingin mencoba mengembangkan metode

pembelajaran inkuiri dan meneliti sejauh mana pengaruhnya terhadap

pemahaman konsep, keaktifan, dan minat siswa di SMA Negeri 1

Candimulyo.

B. RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang yang dikemukakan di atas, maka rumusan masalah

dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah penerapan metode inkuiri dapat meningkatkan pemahaman konsep

siswa kelas X SMA Negeri 1 Candimulyo pada materi hukum ohm?

2. Apakah penerapan metode inkuiri dapat mengaktifkan siswa kelas X SMA

Negeri 1 Candimulyo dalam belajar materi hukum ohm?

3. Apakah penerapan metode inkuiri dapat membuat siswa kelas X SMA

(25)

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Peningkatan pemahaman konsep siswa kelas X SMA Negeri 1

Candimulyo mengenai materi hukum ohm melalui penerapan

metode inkuiri;

2. Keaktifan siswa kelas X SMA Negeri 1 Candimulyo dalam

mempelajari materi hukum ohm melalui metode inkuiri;

3. Minat belajar siswa kelas X SMA Negeri 1 Candimulyo pada

materi hukum ohm melalui penerapan metode inkuiri;

D. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat diantaranya:

1. Bagi Sekolah

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai

salah satu pertimbangan dalam upaya meningkatkan pemahaman

konsep, keaktifan dan minat siswa di SMA Negeri 1 Candimulyo

terhadap mata pelajaran fisika dengan menggunakan metode inkuiri.

2. Bagi guru dan calon guru

Penelitian ini bermanfaat bagi guru atau calon guru mengenai

gambaran konkrit mengenai pengembangan pembelajaran

menggunakan metode inkuiri serta sebagai masukan untuk penelitian

(26)

3. Bagi penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah kekayaan

penelitian pendidikan di Indonesia berkaitan dengan pengaruh

penerapan metode inkuiri terhadap pemahaman konsep, motivasi dan

(27)

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. HAKIKAT IPA

Kajian mengenai hakikat IPA ini dirangkum dari buku Susanto (2013:

167-169) yang berjudul Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar.

Menurut Susanto, IPA dapat diartikan usaha manusia dalam memahami alam

semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan

prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapat suatu

kesimpulan. IPA merupakan salah satu pelajaran pokok dalam kurikulum

pendidikan di Indonesia. Oleh karena itu diharapkan semua guru IPA dapat

mengetahui dan mengerti hakikat pembelajaran IPA, sehingga dalam

pembelajaran IPA guru tidak kesulitan dalam mendesain dan melaksanakan

pembelajaran serta siswa yang melakukan pembelajaran juga tidak mendapat

kesulitan dalam memahami konsep sains. Hakikat IPA dapat diklasifikasikan

menjadi tiga bagian, yaitu: ilmu pengetahuan alam sebagai produk,

proses,dan sikap.

Pertama, ilmu pengetahuan alam sebagai produk, yaitu kumpulan hasil

penelitian yang telah ilmuwan lakukan dan sudah membentuk konsep yang

telah dikaji sebagai kegiatan empiris dan kegiatan analitis. Bentuk IPA

sebagai produk antara lain: fakta-fakta, prinsip, hukum dan teori IPA.

Kedua, Ilmu pengetahuan alam sebagai proses, yaitu untuk menggali dan

memahami pengetahuan tentang alam karena IPA merupakan kumpulan

(28)

menemukan fakta dan teori yang akan digeneralisasi oleh ilmuwan. Adapun

proses dalam memahami IPA yang disebut dengan keterampilan proses

sains (science process skills) adalah ketrampilan yang dilakukan oleh para

lmuwan, seperti mengamati, mengukur, mengklasifikasikan, dan

menyimpulkan. Ketiga, ilmu pengetahuan sebagai sikap. Sikap ilmiah harus

dikembangkan dalam pembelajaran sains. Hal ini sesuai dengan sikap yang

harus dimiliki oleh seorang ilmuwan dalam melakukan penelitian dan

mengkomunikasikan hasil penelitiannya. Menurut Sulistyorini (dalam

Susanto, 2013:169) ada sembilan aspek yang dikembangkan dalam sikap

ilmiah dalam pembelajaran sains yaitu: sikap ingin tahu, ingin mendapatkan

sesuatu baru, sikap kerja sama, tidak putus asa, tidak berprasangka, mawas

diri, bertanggung jawab, berpikir bebas, dan kedisiplinan diri.

Sebagian besar peserta didik menganggap IPA adalah pelajaran yang

sangat sulit. Hal ini dikarenakan lemahnya pelaksanaan proses pembelajaran

yang diterapkan para guru di sekolah. Proses pembelajaran yang terjadi

selama ini kurang mampu mengembangkan kemampuan berpikir peserta

didik. Pelaksanaan proses pembelajaran yang berlangsung di kelas hanya

diarahkan pada kemampuan siswa untuk menghafal informasi, otak siswa

dipaksa hanya untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa

dituntut untuk memahami informasi yang diperoleh dan menghubungkan

dengan situasi dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran IPA masih

banyak dilakukan secara konvensional. Para guru belum sepenuhnya

(29)

serta belum menggunakan berbagai pendekatan/strategi pembelajaran yang

bervariasi berdasarkan karakter materi pelajaran. Dalam proses belajar

mengajar, kebanyakan guru hanya terpaku pada buku teks sebagai sumber

belajar mengajar. Hal lain yang menjadi kelemahan dalam pembelajaran

IPA adalah masalah teknik penilaian yang tidak akurat dan menyeluruh.

Penyebab utama kelemahan pembelajaran tersebut adalah karena

kebanyakan guru tidak melakukan kegiatan pembelajaran dengan

memfokuskan pada pengembangan keterampilan proses sains anak.

B. PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVIS 1. Pengertian Pembelajaran

Menurut Bloom (dalam Siregar dan Nara, 2010)pembelajaran adalah

seperangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung proses belajar

siswa, dengan memperhitungkan kejadian dan peranannya siswa dalam

kegiatan yang diikuti. Dalam pembelajaran harus diciptakan dan diatur

kondisi-kondisi yang mendukung, sehingga dapat menunjang proses

belajar siswa dengan tidak ada hambatan.

2. Pengertian Konstruktivisme

Filsafat konstruktivisme adalah filsafat yang mempelajari hakikat

pengetahuan dan bagaimana pengetahuan itu terjadi (Suparno, 2007:8).

Teori ini memahami belajar sebagai proses pembentukan (konstruksi)

pengetahuan oleh siswa. Pengetahuan tidak langsung dapat dipindahkan

(30)

bentukan siswa itu sendiri, karena pengetahuan merupakan suatu proses

untuk menjadi tahu.

Driver dan Oldham (dalam Siregar dan Nara, 2010) mengemukakan

lima ciri-ciri belajar berbasis konstruktivisme, antara lain yaitu:

a. Orientasi, yaitu siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan

motivasi belajaranya dengan berobservasi.

b. Elisitasi, yaitu siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan idenya.

c. Restrukturisasi ide, yaitu klarifikasi ide dengan ide orang lain,

mengembangkan dan mengevaluasi idenya.

d. Penggunaan ide baru dalam berbagai situasi, jadi ide atau pengetahuan

yang telah dibentuk tadi dapat diterapkan dan dikembangkan dalam

berbagai situasi dan kondisi.

e. Review, dalam menerapkan atau mengaplikasikan pengetahuan, gagasan

yang ada perlu direvisi dengan menambahkan atau mengubahnya.

Tugas dari seorang guru dalam pembelajaran yang konstruktivis itu

lebih sebagai fasilitator dan mediator bagi siswanya.Disini guru membantu

agar proses pengkonstruksian pengetahuan siswanya dapat berjalan dengan

lancar.

Adapun kegiatan-kegiatan yang dapat guru lakukan guna

mendukung pembelajaran konstruktivis antara lain:

a. Menyediakan pengalaman belajar yang dapat membentuk karakter

(31)

b. Menyediakan atau memberikan kegiatan-kegiatan yang dapat

merangsang rasa ingin tahu dari siswanya, selain itu dapat membantu

siswa untuk membentuk pengetahuannya.

c. Memonitor, mengevaluasi dan menunjukan apakah pemikiran siswa

dapat berjalan dengan baik. Di sini guru dapat menggunakan

pertanyaan untuk mengetahui.

3. Makna Pembelajaran Konstruktivis

Pembelajaran konstruktivisme adalah pembelajaran yang membuat

siswa bertanggung jawab terhadap hasil belajar mereka dan membuat

penalaran dengan apa yang dipelajarinyadengan cara membandingkan

pengetahuan yang sudah diketahui dengan pengalaman yang baru melalui

proses pembentukan, dimana proses ini akan berkembang semakin luas,

lengkap dan sempurna.

C. METODE INKUIRI

1. Pengertian Metode inkuiri

Inkuiri merupakan proses belajar yang bervariasi dan meliputi

kegiatan-kegiatan mengobservasi, merumuskan pertanyaan yang relevan,

mengevaluasi buku dan sumber-sumber informasi lain secara kritis,

merencanakan penyelidikan atau investigasi, me-review apa yang telah

diketahui , melaksanakan percobaan atau eksperimen, dengan

(32)

menginterpretasi data, serta membuatprediksi dan mengkomunikasikan

hasilnya (Susanto,2013).

2. Langkah Metode Inkuiri

Menurut Kindsvatter dkk (dalam Suparno 2010: 66) langkah-langkah

metode inkuiri dibagi dalam lima tahapan, antara lain yaitu:

a. Identifikasi dan klarifikasi persoalan

Dalam penerapan metode inkuiri langkah awal yang dilakukan

adalah menentukan persoalan. Persoalan dapat disiapkan atau diajukan

oleh guru maupun oleh siswa sendiri. Jika persoalan diajukan oleh guru

maka persoalan harus jelas, real sehingga dapat dipikirkan, dikerjakan

dan dipecahkan oleh siswa. Berdasarkan persoalan yang diajukan maka

akan tampak jelas tujuan dari seluruh proses pembelajaran atau

penyelidikan. Persoalan yang diajukan sebaiknya jangan terlalu sulit

karena dapat membuat siswa tidak semangat, tetapi jangan juga terlalu

mudah atau yang sudah mereka ketahui karena tentu saja tidak menarik

minat siswa. Sangat baik bila persoalan yang diajukan adalah persoalan

yang menantang siswa sehingga dapat mendorong siswa untuk berfikir

untuk menemukan jawabannnya dengan tepat. Proses mencari jawaban

inilah yang sangat penting dalam penerapan metode inkuiri.

b. Membuat hipotesis

Langkah berikutnya adalah siswa diminta untuk mengajukan

jawaban/dugaan sementara tentang persoalan yang telah diajukan.

(33)

atau tidak. Bila belum jelas, sebaiknya guru mencoba membantu

memperjelas maksudnya lebih dulu.

Guru diharapkan tidak memperbaiki hipotesis siswa yang salah,

tetapi cukup memperjelas maksudnya saja. Hipotesis yang salah

nantinya akan terlihat setelah pengambilan data dan analisi data yang

diperoleh.

c. Mengumpulkan data

Langkah selanjutnya adalah siswa mencari dan mengumpulkan

data, aktivitas ini bertujuan untuk mendapatkan informasi

sebanyak-banyaknya sehingga dapat digunakan untuk menguji hipotesis yang

sudah dibuat apakah mereka benar atau tidak. Dalam mengumpulkan

data dibutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi

berfikirnya.

Disini tugas dan peran guru yaitu membantu siswa untuk

mendapatkan informasi-informasi tersebut dengan cara mengajukan

pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berfikir untuk mencari

informasi yang dibutuhkan. Selain itu ketika siswa mencari informasi

dengan melakukan eksperimen maka guru dapat membantu siswa untuk

mencari peralatan, merangkai peralatan, dan mengoperasikan peralatan

sehingga jalan dengan baik. Pengambilan data ini dapat dilakukan di

laboratorium maupun diluar ruang kelas. Ketika ada siswa yang tidak

paham mengenai pokok permasalahan maka guru hendaknya harus

(34)

untuk berfikir. Data yang sudah didapat sebaiknya ditulis dalam bentuk

tabel untuk memudahkan ketika menganalisanya.

d. Menguji Hipotesis

Menguji hipotesis ini merupakan proses menentukan jawaban

yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang

diperoleh. Disini ketika ada kelompok yang ternyata hipotesis awalnya

tidak dapat diterima maka guru jangan langsung menyalahkan akan

tetapi sebaiknya mereka diminta untuk mencari penjelasan mengapa

demikian dan guru juga dapat memberikan pertanyaan-pertanyaan yang

dapat mengarahkan atau membenarkan jawaban siswa.

e. Ambil kesimpulan

Merumuskan kesimpulan adalah proses mendiskripsikan temuan

yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Dari data yang

telah dikelompokkan dan dianalisis, kemudian diuji apakah sesuai

dengan hipotesis. Pada akhirnya dapat diambil kesimpulan secara

generalisasi. Setelah itu guru masih dapat memberikan catatan untuk

menyatukan seluruh penelitian ini. Sangat baik bila dalam mengambil

keputusan, siswa dilibatkan sehingga mereka menjadi semakin yakin

bahwa mereka mengetahui secara benar. Bila ternyata hipotesis mereka

tidak dapat diterima, mereka diminta untuk mencari penjelasan

mengapa demikian. Guru dapat membantu dengan berbagai pertanyaan

(35)

3. Keunggulan dan kelemahan Metode inkuiri

a. Keunggulan

Metode inkuiri merupakan metode yang dianjurkan karena

memiliki beberapa kelebihan antara lain:

1) Metode inkuiri merupakan pembelajaran yang menekankan pada

aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik secara seimbang.

2) Memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya

beljar mereka

3) Merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan

psikologi moderen yang menganggap bahwa belajar merupakan

perubahan tingkah laku karena ada pengalaman.

b. Kelemahan

Disamping ada keunggulannya , metode inkuiri juga memiliki

kelemahan, antara lain seperti:

1) Dalam pembelajaran akan sulit mengontrol kegiatan dan

keberhasilan siswa

2) Sulit dalam merencanakan pembelajaran karena berlawanan

dengan kebiasaan siswa dalam belajar

3) Memerlukan waktu yang lama, sehingga sering guru mengalami

(36)

4. Syarat agar Inkuiri Dapat Berjalan Baik

Beberapa syarat agar inkuiri dapat berjalan dengan baik menurut

Suchman (dalam Suparno 2007: 69):

a. Kebebasan: perlu ada kebebasan siswa untuk menentukan dan mencari.

Siswa diberi kebebasan untuk mengungkapkan hipotesisnya, menyusun

eksperimen yang mau digunakan, dan mencari informasi apapun yang

dianggap perlu untuk memecahkan persoalan dalam peelitiannya.

b. Lingkungan atau suasana yang responsif: ada laboratorium, komputer,

kelas, pustaka, dan sarana yang mendukung terjadinya proses inkuiri.

c. Fokus: persoalan yang mau didalami harus jelas arahnya, dan dapat

dipecahkan siswa. Dalam inkuiri yang terarah persoalan memang harus

sangat jelas. Bila muncul banyak persoalan yang diajukan oleh siswa

dengan melihat gejala yang ada, dapat dipilih salah satu yang terpenting

dan soal itu memang mungkin dipecahkan oleh siswa. Sedangkan untuk

inkuiri yang bebas, persoalan tidak perlu terarah dan tidak perlu hanya

diambil satu. Biarlah tiap kelompok siswa menentukan persoalannya

sendiri.

d. Low pressure: tidak banyak tekanan dari siapa dan manapun sehingga

siswa dapat lebih berpikir kreatif dan kritis. Kadang siswa tidak dapat

melakukan penyelidikan secara sungguh- sungguh mendalam karena

ada tekanan dari luar seperti tekanan dari guru, waktu yang

dikejar-kejar, teman sekelompok yang tidak cocok, maupun bentuk

(37)

D. PEMAHAMAN KONSEP 1. Pengertian Pemahaman

Pemahaman diartikan sebagai kemampuan untuk menyerap arti dari

materi atau bahan yang dipelajari. Pemahaman yang dimaksud adalah

seberapa besar siswa mampu menerima, menyerap dan memahami

pelajaran yang diberikan oleh guru kepada siswa, atau sejauh mana siswa

dapat memahami serta mengerti apa yang ia baca, yang dilihat, dialami,

atau yang ia rasakan berupa hasil penelitian atau observasi langsung yang

ia lakukan ketika proses pembelajaran (Bloom dalam Susanto 2013: 6).

Menurut Purwanto, (2006: 45-46) pemahaman adalah tingkat

kemampuan yang menuntut siswa mampu memahami arti atau konsep,

situasi atau fakta yang diketahuinya. Di sini siswa tidak hanya menghafal

materi akan tetapi siswa harus memahami konsep dan fakta yang

ditanyakan. Kata-kata operasional yang cocok menyangkut kemampuan

memahami adalah membedakan, menyajikan, menginterpretasikan,

menjelaskan, mendemostrasikan, memberi contoh dan mengambil

kesimpulan.

Pemahaman dikategorikan ke dalam beberapa aspek, dengan

kriteria-kriteria sebagai berikut:

a. Pemahaman merupakan kemampuan untuk menerangkan dan

menginterpretasikan sesuatu. Siswa yang sudah paham tentang materi,

maka dia mampu untuk menerangkan dan menjelaskan kembali materi

(38)

b. Pemahaman bukan sekedar mengetahui namun lebih. Hal ini karena

pemahaman melibatkan proses mental yang dinamis, dengan

memahami maka siswa akan mampu memberikan uraian dengan

penjelasan yang lebih kreatif.

2. Pengertian Konsep

Konsep merupakan sesuatu yang tergambar dalam pikiran, gagasan,

atau suatu pengertian. Jadi konsep ini merupakan sesuatu yang telah

melekat dalam hati seseorang dan tergambar dalam pikiran, gagasan, atau

suatu pengertian. Orang yang telah memiliki konsep, berarti orang tersebut

telah mempunyai pemahaman yang jelas tentang sesuatu konsep, baik

dapat berupa objek konkret ataupun gagasan yang abstrak.

Untuk mengukur pemahaman konsep siswa yang berupa pemahaman

konsep, guru dapat melakukan evaluasi produk. Evaluasi produk ini dapat

dilaksanakan dengan mengadakan berbagai macam tes, baik secara lisan

maupun tertulis. Menurut Susanto, bentuk IPA sebagai produk antara lain:

fakta-fakta, prinsip, hukum dan teori IPA. Beberapa istilah yang dapat

diambil pengertian IPA sebagai produk, yaitu (Susanto, 2013: 168):

a. Fakta dalam IPA, pernyataan-pernyataan tentang benda-benda yang

benar-benar ada,atau peristiwa-peristiwa yang benar terjadi dan

mudah dikonfirmasi secara objektif.

b. Konsep IPA merupakan suatu ide yang mempersatukan fakta-fakta

IPA. Konsep merupakan penghubung antara fakta-fakta yang ada

(39)

c. Prinsip IPA yaitu generalisasi tentang hubungan diantara

konsep-konsep IPA.

d. Hukum-hukum alam (IPA), prinsip-prinsip yang sudah diterima

meskipun juga bersifat tentatif (sementara), akan tetapi karena

mengalami pengujian yang berulang-ulang maka hukum alam bersifat

kekal selama belum ada pembuktian yang lebih akurat dan logis.

e. Teori ilmiah merupakan kerangka yang lebih luas dari fakta-fakta,

konsep, prinsip yang saling berhubungan.

3. Pengertian Pemahaman Konsep

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

pemahaman konsep merupakan kemampuan siswa untuk menerima,

menyerap dan memahami materi yang telah dipelajari dan dapat

menjelaskan kembali.

E. KEAKTIFAN

Dalam suatu pembelajaran siswa dikatakan aktif apabila terlibat

dalam kegiatan pembelajaran, untuk selalu berfikir berinteraksi, berbuat

untuk mencoba, menemukan konsep baru, atau menghasilkan suatu karya.

Di sini anak- anak dapat belajar dengan baik dari pengalaman. Mereka

dapat belajar dengan cara melakukan, menggunakan indera mereka,

menjelajahi lingkungan yang berupa benda, tempat serta peristiwa-

peristiwa disekitar mereka. Keaktifan yang dilakukan siswa tentu saja

(40)

menyimpulkan dan menemukan pemahaman konsep baru, serta

mengintegrasikan dengan konsep yang sudah mereka ketahui sebelumnya.

Anak –anak juga akan belajar dengan baik dan memahami apabila apa

yang dipelajari terkait dengan yang sudah diketahui dan metode

pembelajarannya itu sesuai dengan materinya (Uno dan Mohamad, 2011:

76). Oleh karena itu aktivitas siswa sangatlah penting dalam kegiatan

belajar mengajar, sehingga siswa dituntut untuk aktif.

Selain itu siswa dikatakan aktif apabila terlibat dalam proses belajar

bersama guru untuk mencari dan menemukan suatu jawaban atas suatu

pertanyaan serta dapat mengelola dan menyampaikan hasil prolehannya

secara komunikatif (Siregar, 2010:108).

Pada dasarnya semua cara belajar itu mengandung unsur keaktifan

pada diri siswa, meskipun kadar keaktifan pada diri siswa itu

berbeda-beda. Keaktifan siswa itu dapat muncul dalam berbagai bentuk dengan

kadar yang berbeda beda. Untuk mengukur kadar keaktifan siswa dalam

belajar Mc.Keachi (dalam Daryono dan Rahardjo, 2012: 4)

mengemukakan tujuh dimensi dalam proses belajar mengajar dimana

terdapat variasi kadar keaktifan antara lain yaitu:

1. Keterlibatan siswa dalam menentukan tujuan kegiatan belajar;

2. Pratisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran;

3. Penekanan pada aspek afektif dalam pengajaran;

(41)

5. Penerimaan guru terhadap perbuatan dan sumbangan siswa yang kurang

relevan atau yang salah;

6. Siswa diberi kesempatan untuk menyimpulkan hasil pembelajaran

diakhir;

7. Dapat menyelesaikan masalah yang ada ketika pembelajaran;

Menurut Sudjana, penilaian terhadap siswa dalam kegiatan belajar

mengajar juga dilihat dari keaktifan siswa ketika proses pembelajaran.

Adapun indikator dari keaktifan siswa antara lain dapat dilihat dari:

a. turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya;

b. terlibat dalam pemecahan suatu permasalahan;

c. bertanya kepada siswa lain atau kepada guruapabila tidak memahami

persoalan yang dihadapinya;

d. berusaha untuk mencari informasi yang diperlukan untuk pemecahan

masalah;

e. melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru;

f. menilai kemampuan dan hasil yang diperoleh;

g. melatih untuk memecahkan soal atau permasalahan;

h. kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang telah diperoleh

dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapi (2010: 61).

F. MINAT BELAJAR

Menurut Slameto, minat adalah kecenderungan yang tetap untuk

(42)

pengaruhnya terhadap belajar. Kegiatan pembelajaran yang dapat menarik

minat siswa tentu akan lebih mudah dipelajari dan disimpan karena ada

ketertarikan ( 2010: 57).

Susanto, menegaskan bahwa minat merupakan dorongan diri seseorang

atau faktor yang menimbulkan ketertarikan atau perhatian secara efektif, yang

menyebabkan dipilihnya suatu objek atau kegiatan yang menguntungkan,

menyenangkan dan lama kelamaan akan mendatangkan kepuasan dalam

dirinya. Secara sederhana minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang

tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Seorang siswa yang

menaruh minat besar terhadap pelajaran akan memusatkan perhatiannya lebih

banyak daripada siswa lainnya. Karena pemusatan perhatian yang intensif

terhadap materi itulah memungkinkan siswa tadi untuk belajar lebih giat lagi,

dan akhirnya mencapai prestasi yang diinginkan (2013:58).

Dalam dunia pendidikan di sekolah, minat memegang peranan penting

dalam belajar karena minat ini merupakan suatu kekuatan motivasi yang

menyebabkan seseorang memusatkan perhatian terhadap seseorang, suatu

benda, atau kegiatan tertentu. Dengan demikian minat merupakan unsur yang

menggerakan motivasi seseorang sehingga orang tersebut dapat berkosentrasi

terhadap suatu benda atau kegiatan tertentu. Dengan adanya unsur minat

belajar pada diri siswa, maka siswa akan memusatkan perhatiannya pada

kegiatan belajar mengajar tersebut. Dengan demikian minat merupakan faktor

(43)

Menurut Susanto, minat akan berdampak pada kegiatan yang dilakukan

seseorang. Dalam hubungannya dengan kegiatan belajar minat tertentu

dimungkinkan akan berpengaruh terhadap pemahaman konsep siswa, hal ini

dikarenakan adanya minat siswa terhadap sesuatu dalam kegiatan belajar itu

sendiri (2013: 67).

Berdasarkan uraian singkat diatas, maka dapat ditegaskan bahwa minat

belajar siswa merupakan faktor yang sangat penting dalam menunjang

tercapainya efektivitas proses belajar mengajar, yang pada akhirnya akan

berpengaruh terhadap pemahaman konsep siswa yang bersangkutan.

G. LISTRIK DINAMIS 1. Hukum Ohm

Sumber yang digunakan dalam hukum ohm ini adalah buku fisika

untuk kelas X semester 2 tulisan Marthen Kanginan dan buku Fisika 1B

SMA dan MA untuk Kelas X Semester II tulisan Abdullah Mikrajuddin.

Pada rangkaian listrik tertutup, maka akan ada arus yang mengalir.

Terjadinya aliran arus listrik ini disebabkan karena adanya beda potensial

pada dua titik suatu penghantar. Alat-alat elektronik seperti radio, kipas

angin senter, televisi ini merupakan contoh alat yang dapat menyala,

karena adanya aliran listrik dari sumber tegangan yang dihubungkan

dengan peralatan-peralatan tersebut, sehingga ada beda potensial.

Orang yang menyelidiki mengenai hubungan antara kuat arus listrik

(44)

Dia merupakan ahli fisika dari Jerman. Dengan rasa keingintahuan Ohm

melakukan penyelidikan dan pada akhirnya dia berhasil menemukan

hubungan secara matematis antara kuat arus listrik dengan beda potensial

yang kemudian dikenal dengan hukum ohm.

Perbandingan beda potensial dan kuat arus listrik selalu tetap atau

konstan. , C adalah konstanta. Konstanta ini merupakan sebuah

hambatan suatu penghantar yang disimbolkan oleh huruf R. Jadi

didapat: . Semakin besar beda potensial listrik maka semakin besar

pula kuat arus yang mengalir. Jadi beda potensial sebanding dengan kuat

arus ( ). Secara matematis dapat dituliskan V= I x R. Hukum ohm:

“Besarnya kuat arus listrik yang mengalir pada suatu penghantar

sebanding dengan beda potensial antara ujung-ujung penghantar”.

Besar 1 =

Jadi, 1 ohm adalah besarnya tahanan atau hambatan yang

menunjukkan hubungan perbandingan antara 1 volt/ 1 ampere.

2. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Hambatan Dalam Suatu Penghantar

Dalam suatu penghantar, misalnya kawat listrik, memiliki hambatan

listrik. Pengukuran suatu hambatan listrik dapat diperoleh dari pengukuran

berbagai nilai kuat arus I untuk berbagai nilai tegangan seperti yang telah

(45)

dan nilai dari hambatan listriknya adalah kemiringan dari grafik V

terhadap I

.

V

I

Gambar 1. Grafik V versus I ketika suhu di jaga konstan

Untuk suatu penghantardari kawat logam, misalnya kawat tembaga,

jika suhu dan sifat-sifat fisik lainnya dijaga tetap maka kemiringan dari

grafik V terhadap I atau

. Secara umum, untuk kawat-kawat logam,

makin besar suhu makin besar hambatan listriknya. Namun untuk

kebanyakan logam paduan, misalnya konstanta, hambatannya hanya

sedikit dipengaruhi oleh perubahan suhu.

Hambatan dalam suatu penghantar dipengaruhi oleh beberapa

besaran antara lain yaitu: panjang kawat, jenis bahan dan luas penampang

kawat. Sehingga dapat dirumuskan . Dari persamaan tersebut

dapat dilihat bahwa hambatan seutas kawat penghantar sebanding dengan

L dan berbanding terbalik dengan A. Untuk penampang kawat umumnya

berbentuk lingkaran, sehingga luas penampangnya yaitu mengikuti

(46)

Satuan SI untuk R adalah ohm, A adalah m2 dan L adalam m. Sesuai

dengan persamaan diatas, maka satuan hambatan jenis adalah

(47)

26

BAB III

METODE PENELITIAN

A. DESAIN PENELITIAN

Penelitian yang dilakukan bersifat eksperimen kuantitatif dan kualitatif,

karena penelitian ini dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif dengan design

pre-test post-test kontrol group. Dikatakan eksperimen karena pada penelitian

ini ada perlakuan partisipan dengan menggunakan metode inkuiri dan

dikatakan kuantitatif karena data yang diperoleh untuk pemahaman konsep

dan minat siswa dalam bentuk skor atau angka yang diberikan penjelasan.

Dikatakan kualitatif karena untuk mengetahui keaktifan siswa, peneliti

menjelaskan gambaran tingkat keaktifan siswa selama penelitian. Design

pre-test post-pre-test kontrol group adalah penelitian yang terdiri dari dua grup yaitu

kelas kontrol dan kelas eksperimen. Kelas kontrol adalah kelas yang

pembelajarannya menggunakan metode ceramah sedangkan kelas eksperimen

adalah kelas yang pembelajarannya menggunakan metode inkuiri. Lalu kedua

kelas tersebut diukur dengan menggunakan tes dalam bentuk pre-test dan

post-test sebagai alat ukur pemahaman konsep (Suparno, 2010: 142). Dengan

skema sebagai berikut:

Kontrol group O X1 O

Treatment group O X2 O

O adalah observasi

(48)

X2 adalah treatment dengan menggunakan metode inkuiri.

B. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN 1. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 21 April – 5 Mei 2014, di SMA

Negeri 1 Candimulyo, Magelang, Jawa Tengah.

2. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisika SMA Negeri 1

Candimulyo, Magelang, Jawa Tengah.

C. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN 1. Populasi Penelitian

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi SMA Negeri

1 Candimulyo Tahun Ajaran 2013/2014.

2. Sampel Penelitiaan

Sampel penelitian ini adalah siswa-siswi SMA N 1 Candimulyo

Kelas X-1 dengan jumlah siswa 24 dan X-2 dengan jumlah siswa 23,

semester genap Tahun Ajaran 2013/2014.

D. TREATMENT

Treatment adalah perlakuan peneliti kepada subyek yang mau diteliti

agar nantinya mendapatkan data yang diinginkan (Suparno, 2010: 51).

(49)

metode inkuiri pada materi hukum ohm. Inkuiri yang digunakan adalah

inkuiri terarah (terbimbing). Jadi disini siswa melakukan percobaan sebanyak

dua kali yaitu mengenai hukum ohm dengan rangkaian sederhana pada

pertemuan ke dua dan percobaan hambatan kawat penghantar pada pertemuan

ketiga.

Pengajaran dengan menggunakan metode inkuiri dapat dilihat di RPP dan

LKS. RPP terlampir pada lampiran 1 dan LKS pada lampiran 2. Pembelajaran

menggunakan metode inkuiri dilakukan dalam 4 kali pertemuan dengan

jumlah 6 jam pelajaran.

Pertemuan pertama digunakan untuk pre-testdan menjelaskan mengenai

pengenalan dan penggunaan alat seperti multimeter, kabel, baterai dan

hambatan. Kemudian pertemuan keduadigunakan untuk pembelajaran

menggunakan inkuiri terbimbing dengan cara membagi kedalam 6 kelompok,

semua siswa mendapatkan LKS yang pertama yaitu mengenai hukum ohm.

Mereka melakukan praktikum sesuai dengan LKS yang pertama setelah itu

masing-masing kelompok melaporkan penemuannya. Pertemuan ketiga

semua siswa mendapatkan LKS yang kedua mengenai hambatan pada kawat

penghantar, kemudian mereka melakukan praktikum dan diakhir pelajaran

masing-masing kelompok mengemukakan hasil penemuanya mengenai

hambatan kawat penghantar. Selain melakukan inkuiri secara terbimbing

mereka juga mengisi kuesioner mengenai minat. Pertemuan kempat

(50)

E. INSTRUMENTASI

1. Instrumen Pembelajaran.

Instrumen pembelajaran terdiri dari tiga instrumen antara lain

yaitu:

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Recana pelaksanaan pembelajaran, yaitu panduan

langkah-langkah yang akan dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran

yang disusun dalam skenario pembelajaran yang akan dilakukan

selama pengambilan data penelitian. Bagian dari Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran adalah 1) Identitas meliputi: Satuan

Pendidikan, Mata Pelajaran, Kelas/Semester, dan Alokasi Waktu, 2)

Standar Kompetensi, 3) Kompetensi Dasar, 4) Indikator, 5) Tujuan

Pembelajaran, 6) Metode Pembelajaran, 7) Kegiatan Pembelajaran 8)

Materi Pelajaran, 9) Sumber Belajar. RPP ini dibuat untuk kedua

kelas yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen. RPP lengkap dapat

dilihat pada lampiran 3.

b. Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk kelas eksperimen.

Lembar kegiatan siswa adalah panduan yang digunakan siswa

untuk melakukan penyelidikan atau pemecahan masalah. LKS ini

digunakan ketika kegiatan pembelajaran dengan menggunakan

metode inkuiri. LKS yang digunakan ini ada 2 yaitu LKS mengenai

hukum ohm dan LKS mengenai hambatan kawat penghantar. LKS

(51)

c. Petunjuk Penggunaan Alat (Multimeter)

Dalam praktikum mengenai hukum ohm dan hambatan kawat

pengantar, siswa melakukan sebuah percobaan. Alat yang digunakan

dalam percobaan salah satunya yaitu multimeter yang digunakan

untuk mengukur arus yang mengalir, tegangan dan hambatan pada

rangkaian. Oleh karena itu dalam penggunaan multimeter, siswa

diberikan petunjuk dan penjelasan. Petunjuk dan penjelasan

multimeter terlampir pada lampiran5.

2. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

antara lain:

a. Tes tertulis yang terdiri dari pre-test dan post-test

1) Pre-test

Pre-test dilakukan pada awal pertemuan, yaitu sebelum

proses belajar mengajar berlangsung. Pre-test bertujuan untuk

mengetahui kemampuan awal kognitif produk siswa mengenai

hukum ohm. Kelas eksperimen maupun kelas kontrol mendapatkan

soal pretest yang sama. Soal ini terdiri dari delapan soal.

Dalam pembuatan soal pre-test dibutuhkan kisi- kisi.

Kisi-kisi soal yang dibuat berdasarkan pada kompetensi dasar dan

indikator yang harus dicapai oleh siswa. Kisi-kisi soal pre-test dan

(52)

Tabel 1. Kisi-kisi soal pre-test dan soal post-test

Kompetensi

Dasar

Indikator Pertanyaan Aspek

Kognitif

Dari suatu hasil percobaan

diketahui bahwa

berupa baterai 1,5 volt.

a. Berapa hambatan dari

(53)

lampu tersebut?

memiliki hambatan 200 .

Berapa besar hambatan

kawat tersebut apabila

kawat dipotong dan

tinggal 1 meter?

(54)

2) Post-test

Post-test diberikan di akhir pertemuan, yaitu setelah proses

belajar mengajar berlangsung. Tujuan post-test yaitu untuk

mengetahui kemampuan akhir kognitif produk siswa mengenai

hukum ohm dan hambatan kawat penghantar. Kelas eksperimen

maupun kelas kontrol mendapatkan soal post-test yang sama.

Jumlah soal pre-test dan post-test sama yaitu 8 nomor. Soal

pre-testdapat dilihat pada lampiran 6 dan post-test pada lampiran 8.

b. Lembar observasi keaktifan

Lembar observasi ini digunakan untuk mengetahui keaktifan

siswa selama proses belajar mengajar dengan menggunakan metode

inkuiri.

Dalam pembuatan lembar observasi tentang keaktifan

diperlukan kisi-kisi. Indikator keaktifan yang digunakan sebanyak

enam, yang sudah dijelaskan di pada bagian kajian pustaka. Adapun

(55)

Tabel 2. Kisi- Kisi Lembar Kektifan

No Indikator Pernyataan No Item

1 Terjadi interaksi antara guru

dengan siswa

Siswa bertanya kepada guru 1

Siswa menjawab pertanyaan

yang diajukan oleh guru

2

2 Mengikuti kegiatan pembelajaran Siswa dapat menyelesaikan

soal

3

3 Mencari informasi yang diperlukan

untuk pemecahan masalah

Siswa membaca buku teks 4

4 Siswa dapat menyimpulkan hasil

pembelajaran

Siswa dapat menyimpulkan

hasil belajar

5

c. Kuesioner minat belajar

Kuesioner merupakan salah satu tehnik pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau

pernyataan tertulis kepada siswa untuk dijawab. Kuesioner mengenai

minat ini diberikan kepada siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen.

Kuesioner ini digunakan untuk mengukur minat siswa. Dalam

pengisian kuesioner minat, setiap siswa menjawab sepuluh pernyataan

berdasarkan dengan pengalaman dan keadaan masing-masing. Dalam

kuesioner minat sudah disediakan alternatif jawaban dalam setiap

pernyataannya. Kuioner ini terdiri dari sepuluh pernyatan positif.

Pembuatan kuesioner minat belajar ini diperlukan kisi-kisi yang

berdasarkan paparan para ahli yang telah dipaparkan pada bab kajian

pustaka. Kisi- kisi kuesioner mengenai minat belajar ditunjukkan pada

(56)

Tabel 3. Kisi-kisi Kuesioner Minat Belajar

Aspek Indikator Pernyataan No item

Minat

Belajar

Memusatkan

perhatian

1. Saya menjadi paham mengenai

materi setelah pelajaran 4

2. Pikiran saya hanya tertuju pada

materi ketika pembelajaran

1. Saya merasa rugi jika tidak

mengikuti pembelajaran fisika 2

2. Saya menggunakan waktu istirahat

untuk mengerjakan soal atau

bertanya kepada guru

5

3. Saya menantikan pertemuan

berikutnya dengan penuh antusias 6

4. Saya mengusulkan pembelajaran

berikutnya dilakukan seperti ini 8

Ketertarikan

untuk belajar

fisika

1. Saya sudah mempelajari materi

pelajaran di rumah sebelum

dijelaskan oleh guru di sekolah

1

2. Saya mengerjakan soal latihan

dengan inisiatif sendiri tanpa

diperintah oleh guru

3

3. Saya belajar dirumah untuk

mengulangi materi yang sudah

Saya selalu mencari materi pelajaran

(57)

3. Validitas

Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi.

Validitas isi berpedoman pada kisi-kisi tes dan non tes yang diukur sesuai

dengan indikator. Adapun kisi-kisi tes yaitu meliputi soal pretest dan

postest, sedangkan kisi-kisi soal non tes yaitu lembar observasi keaktifan

dan kuesioner tentang minat.

F. METODE ANALISIS DATA

1. Analisis Tingkat Pemahaman Konsep

Pre-test diberikan sebelum siswa mempelajari subbab hukum ohm.

Sedangkan post-test dilakukan setelah siswa mempelajari mengenai

hukum ohm. Soal-soal pre-test dan post-test berupa soal-soal yang

berhubungan dengan materi yang dipelajari yaitu mengenai hukum ohm.

a. Pedoman Penskoran Soal

Soal pre-test dan post-test masing-masing terdiri dari 8 soal.

Skor masksimal untuk masing-masing soal benar disesuaikan dengan

bobot soal. Kriteria pemberian skor dapat dilihat pada tabel berikut:

1) Soal nomor 1, 2, dan 3 aspek hafalan/ ingatan. Memerlukan satu

langkah penyelesaian dengan bobot soal 2.

Tabel 4 . Skoring soal nomor 1, 2 dan 3

Keterangan Skor

Tidak mengerjakan 0

(58)

Siswa memberikan jawaban yang mendekati benar 1

Siswa menjawab hukum ohm dengan benar 2

2) Soal nomor 4, 7, dan 8 termasuk aspek aplikasi. Memerlukan

pemahaman soal dan penyelesaian dengan hitungan. Bobot soal 6.

Tabel 5. Skoring soal nomor 4,7 dan 8.

Keterangan Skor

Tidak mengerjakan soal 0

Memberikan jawaban salah 1

Memberikan jawaban 25% benar 2

Memberikan jawaban setengah benar 3

Memberikan jawaban hampir benar (75%) benar 4

Menuliskan jawaban dengan benar 5

Menuliskan jawaban dengan benar lengkap dengan satuan 6

3) Soal nomor 5, aspek pemahaman. Memerlukan pemahaman soal

dan dua kali penyelesaian dengan hitungan Bobot soal 11.

Tabel 6. Skoring soal nomor 5

Keterangan Skor

Tidak mengerjakan soal 0

Memberikan jawaban salah 1

Menjawab soal a 25% benar 2

Menjawab soal a setengah benar 3

Menjawab soal a hampir benar 4

Mengerjakan perhitunga soal a dengan benar 5

Mengerjakan perhitunga soal a dengan benar dan lengkap

dengan satuan

(59)

Menjawab soal a dengan benar dan lengkap dengan

satuan, dan mencoba menjawab soal b 25% benar

7

Menjawab soal a dengan benar dan lengkap, dan

menjawab soal b setengah benar

8

Menjawab soal a dengan benar dan lengkap, dan

menjawab soal b hampir benar

9

Menjawab soal a dan b secara benar 10

Menjawab soal a dan b secara benar dan lengkap dengan

satuan

11

4) Soal nomor 6, aspek pemahaman. Bobot soal 5

Tabel 7. Skoring soal nomor 6

Keterangan Skor

Tidak mengerjakan soal 0

Memberikan jawaban salah 0,5

Memberikan jawaban (faktor-faktornya) namun tidak

lengkap

1

Memberikan jawaban semua faktor – faktor denganbenar 2

Memberikan jawaban benar dengan disertai dengan

penjelasan namun kurang lengkap

3

Memberikan jawaban benar dengan disertai dengan

penjelasan hampir lengkap

4

Menjawab dengan benar dan disertai dengan penjelasan

dengan benar dan lengkap.

(60)

Perhitungan skor siswa dapat dihitung dengan cara jumlah skor

masing-masing siswa dibagi dengan skor maksimal dikali seratus.

Jumlah skor maksimal yaitu 40.

Skor =

b. Analisis Pre-test – Post-test

Untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep siswa

terhadap materi hukum ohm, maka peneliti menggunakan pre-test dan

post-test. Kedua kelas ini dilakukan pada kelas kontrol maupun kelas

eksperimen. Adapun statistik yang digunakan untuk mengetahui

peningkatan pemahaman konsep siswa terhadap materi hukum ohm

adalah menggunakan uji t-test.

1) Untuk menguji apakah sampel kelompok kontrol dengan

kelompok treatmentsama dalam pemahaman awal tentang materi

hukum ohm. Dengan menggunakan persamaan uji-t 2 group

independen.

̅̅̅ ̅̅̅

√[

] [ ]

Keterangan:

̅̅̅ = skor kelas kontrol

̅̅̅ = skor kelas treatment

= jumlah siswa kelas kontrol

= jumlah siswa kelas treatment

(61)

= standar deviasi kelas treatment

tcritical diperoleh dari tabel dengan level signifikan = 0.05; two

tailed

Jika | | | | maka signifikan, berarti ada

perbedaan hasil pre-test pada kelas kontrol dan kelas ekperimen.

Jika | | | | maka tidak signifikan, berarti tidak ada

perbedaan hasil pre-test untuk kelas kontrol dan eksperimen.

2) Apakah sampel penelitian meningkat pemahaman konsepnya

tentang hukum ohm. Dengan uji-t Dependen untuk:

a) Pre-test dan post-test pada kelompok kontrol dengan metode

ceramah

b) Pre-test dan post-testpada kelompok treatment dengan metode inkuiri

Test-T dependen ini biasa digunakan untuk menguji satu

kelompok yang diuji dua kali. Adapun rumus perhitungan untuk

uji T Dependen adalah sebagai berikut:

̅̅̅ ̅̅̅

√∑ ∑

X1 = skor pre-test

X2 = skor post-test

D = perbedaan antara skor tiap subyek ̅̅̅ ̅̅̅

N = jumlah pasang skor (jumlah pasangan)

(62)

T critical diperoleh dari tabel dengan level signifikan 0.05

Jika | |>| | maka signifikan, bearti ada

peningkatan pemahaman konsep tentang materi hukum ohm. Jika

| |<| | maka tidak signifikan, berarti tidak ada

peningkatan pemahaman konsep tentang hukum ohm.

3) Menguji apakah hasil penelitian kelas kontrol dengan kelas

eksperimen sama. Dengan uji T-independent, untuk mengetahui

apakah pemahaman konsep tentang materi hukum ohm kelas

eksperimen lebih baik dari kelas kontrol atau tidak. Adapun

persamaan yang digunakan dalam adalah uji Test-T 2 grup yang

independen, dapat dilihat di depan pada persamaan 1.

Jika | | | | maka signifikan, berarti ada

perbedaan hasil post-test pada kelas kontrol dan kelas ekperimen.

Jika | | | | maka tidak signifikan, berarti tidak ada

perbedaan hasil post-test untuk kelas kontrol dan kelas

eksperimen.

Dengan melakukan empat kali uji t-test seperti diatas

peneliti dapat mengetahui apakah penerapan metode inkuiri

sungguh-sungguh dapat meningkatkan pemehaman konsep siswa

(63)

c. Peningkatan Pemahaman Konsep Secara Kualitatif

Untuk mengetahui peningkatan pemahman konsep, maka disini

peneliti selain menggunakan uji t-test, peneliti juga menganilis

perubahan pemahaman konsep siswa secara kualitatif, yaitu dengan

merangkum secara umum pemahaman awal siswa tentang konsep

hukum ohm ketika pre-test dengan pemahaman konsep hukum ohm

diakhir setelah pembelajaranyang dapat kita lihat dalam hasilpost-test.

2. Analisis Tingkat Keaktifan Siswa

Peneliti melakukan pengukuran tingkat keaktifan belajar siswa kelas

eksperimen yaitu ketika siswa melakukan pembelajaran menggunakan

metode inkuiri. Jadi pengukuran keaktifan dilihat dari banyaknya siswa

yang aktif ketika mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode

inkuiri, sehingga untuk satu siswa yang aktif diukur dengan satu tally.

Selain itu peneliti juga memberikan catatan-catatan penting dalam lembar

observasi untuk memperkuat data. Untuk mengetahui pengaruh penerapan

metode inkuiri terhadap keaktifan siswa peneliti menganalisis hasil

observasi secara kuantitatif dan kualitatif.

3. Analisis Tingkat Minat Siswa

Minat siswa terhadap fisika dapat diukur dengan menggunakan

kuesioner minat siswa terhadap fisika. Kuesioner minat ini terdiri dari

sepuluh pernyataan, dimana semua pernyataannya positif. Untuk setiap

pernyataan dilengkapi dengan empat alternatif jawaban. Alternatif jawaban

(64)

ragu-ragu =3, tidak setuju = 2, sangat tidak setuju = 1. Sehingga skor untuk

setiap siswa yaitu:

Skor minimal = 1 x 10 = 10

Skor maksimal = 5 x 10 = 50

Range = 50 – 10 = 40 kemudian range tersebut dibagi menjadi lima.

Skor ini kemudian dikelompokkan menjadi lima kategori, yaitu

sangat berminat, berminat, cukup berminat, kurang berminat dan tidak

berminat. Berdasarkan kategori ini dapat ditentukan minat belajar siswa.

Penentuan kategori hasil pengukuran minat dapat dilihat pada tabel 8

berikut:

Tabel 8. Kategorisasi Minat Belajar Siswa

No Skor Kategori Minat

1 42 – 50 Sangat berminat

2 34 – 41 Berminat

3 26 – 33 Cukup berminat

4 18 – 25 Kurang berminat

5 10 – 17 Tidak berminat

Minat seluruh siswa dapat diketahui dari rata-rata skor minat seluruh

siswa yang kemudian dikelompokkan. Pengelompokan minat seluruh

siswa ditetapkan dengan kriteria seperti pada tabel diatas.

Kemudian untuk mengetahui apakah ada perbedaan minat siswa

dalam mengikuti pembelajaran di kelas kontrol maupun kelas eksperimen

(65)

independent, maka peneliti dapat mengetahui status minat siswa ketika

mengikuti pembelajaran fisika.

Jika | | | | maka signifikan, berarti ada perbedaan minat

pada kelas kontrol dan kelas ekperimen. Jika | | | | maka tidak

signifikan, berarti tidak ada perbedaan minat untuk kelas kontrol dan kelas

Gambar

Tabel 25 . Tabel Kategori Minat pada Kelas kontrol ...........................................
Gambar 3. Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen ketika praktikum hambatan kawat
Grafik 1. Gravik V vs I ketika suhu dijaga konstan  ............................................
Gambar 1. Grafik V versus I ketika suhu di jaga konstan
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

” Dididik untuk mendahulukan orang lain dalam makanan atau permainan yang disenangi, dengan dibiasakan agar menghormati saudara-saudaranya, sanak familinya yang masih kecil,

Hal ini memberi konsekuensi bagi upaya pencegahan dan penanganan risiko atau dampak keselamatan dan kesehatan kerja yang harus dipikirkan dan diperhatikan guru

1 cc suspensi konidia dan diinokulasikan ke dalam medium jagung (25 g) kemudian diinkubasi selama 14 hari (komposisi dan cara kerja terlampir pada Lampiran 3).. Tahap awal

Merencanakan pembelajaran dengan membentuk kelompok diskusi siswa, kelompok siswa dibentuk dalam bentuk buzz group (kelompok kecil dengan anggota 6 - 7 orang

Penelitian ini merupakanpenelitian pengembangan(Research and Development) yang bertujuan untuk mengetahui kelayakan produk bahan pembelajaran brosur pada materi virus kelas

Berdasarkan analisis terhadap 200 kosakata yang terdapat pada bahasa Angkola, bahasa Simalungun, dan bahasa Toba diketahui kekerabatan antara bahasa Angkola dan

Setiap macam nutrisi memiliki spesifikasi yang sudah diformulasikan secara khusus untuk setiap jenis tanaman tersebut. Nutrisi dikemas dalam dua bagian yaitu bagian A dan bagian B