• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERENCANAAN BANGUNAN RUMAH SEDERHANA TAHAN GEMPA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERENCANAAN BANGUNAN RUMAH SEDERHANA TAHAN GEMPA"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

PERENCANAAN BANGUNAN

RUMAH SEDERHANA TAHAN GEMPA

1.

Pengertian Umum Bencana

Secara umum ‘Bencana” dapat diklasifikasikan menjadi 2 (dua) bagian :

a. Bencana Alam

Misalnya : Gempa Bumi, Gunung Meletus, Banjir, Longsor, Angin Topan, Kebakaran Hutan, Tanah Amblas, dsb.

b. Bencana akibat Kelalaian Manusia

Misalnya : Kebakaran, Bangunan Runtuh, dsb

2. Pengertian Umum ‘Gempa Bumi’

o ‘GEMPA BUMI’ merupakan suatu fenomena alam yang tidak dapat

dihindari, tidak dapat diramalkan kapan terjadi dan berapa besarnya, serta akan menimbulkan kerugian baik harta maupun jiwa bagi daerah yang ditimpanya dalam waktu relatif singkat.

o Menurut ‘Teori Pelat Tektonik’, para ahli geologi mengasumsikan

bahwa dunia terdiri dari beberapa lempengan yang mengambang, dimana masing-masing lempengan tersebut bergerak pada arah yang berlainan sehingga tabrakan/tumbukan antara dua atau lebih dari lempengan tersebut tidak dapat dihindari, dimana lempeng yang kuat akan melengkung ke atas, itulah peristiwa terjadinya ‘pegunungan’, sedangkan lempeng yang lemah akan terdesak ke bawah atau patah, peristiwa terjadi ‘jurang’.

Pada peristiwa tabrakan/tumbukan tersebut akan terjadinya gesekan antara dua atau lebih lempengan yang mengakibatkan adanya pelepasan ‘energi’ yang besar sekali, yang berpengaruh pada daerah-daerah yang lemah pada lempengan tersebut.

Bila daerah lemah berada di daerah puncak, akan terjadi ‘letusan gunung api’ yang diawali dengan adanya ‘gempa vulkanik’. Pada daerah di bawah, bila terjadi patahan pada lempengan, akan terjadi peristiwa ‘gempa tektonik’.

3. Filosofi Bangunan Tahan Gempa

Bila terjadi Gempa Ringan, bangunan tidak boleh mengalami kerusakan baik pada komponen non-struktural (dinding retak, genting dan langit-langit jatuh, kaca pecah, dsb) maupun pada komponen strukturalnya (kolom dan balok retak, pondasi amblas, dsb).

Bila terjadi Gempa Sedang, bangunan boleh mengalami kerusakan pada komponen non-strukturalnya akan tetapi komponen struktural tidak boleh rusak.

(2)

Bila terjadi Gempa Besar, bangunan boleh mengalami kerusakan baik pada komponen non-struktural maupun komponen strukturalnya, akan tetapi jiwa penghuni bangunan tetap selamat, artinya sebelum bangunan runtuh masih cukup waktu bagi penghuni bangunan untuk keluar/mengungsi ketempat aman.

4. Pembagian Jalur ‘Gempa Bumi’ di Dunia

Di dunia ini, berdasarkan hasil pencatatan tentang gempa-gempa tektonik yang terjadi, terdapat 3 (tiga) Jalur Gempa Bumi, dimana Indonesia dilalui oleh 2 (dua) jalur tersebut.

a. Jalur Sirkum Pasific ( Circum Pacific Belt )

Antara lain melalui daerah-daerah Chili, Equador, Caribia, Amerika Tengah, Mexico, California, Columbia, Alaska, Jepang, Taiwan,

Philipina, Indonesia (Sulawesi Utara, Irian), Selandia Baru, dan

negara-negara Polinesia.

b. Jalur Trans Asia ( Trans Asiatic Belt )

Antara lain melalui daerah-daerah Azores, Mediterania, Maroko, Portugal, Italia, Rumania, Turki, Irak, Iran, Afganistan, Himalaya,

Myanmar, Indonesia (Bukit Barisan, Lepas pantai selatan P. Jawa,

Kep. Sunda Kecil, Maluku).

c. Jalur Laut Atlantic ( Mid-Atlantic Oceanic Belt )

Antara lain melalui Splitbergen, Iceland dan Atlantik Selatan.

5. Pembagian Jalur ‘Gempa Bumi’ di Indonesia

Indonesia dibagi menjadi 6 Wilayah Gempa

16o 14o 12o 10o 8o 6o 4o 2o 0o 2o 4o 6o 8o 10o 16o 14o 12o 10o 8o 6o 4o 2o 0o 2o 4o 6o 8o 10o 94o 96o 98o 100o 102o 104o 106o 108o 110o 112o 114o 116o 118o 120o 122o 124o 126o 128o 130o 132o 134o 136o 138o 140o 94o 96o 98o 100o 102o 104o 106o 108o 110o 112o 114o 116o 118o 120o 122o 124o 126o 128o 130o 132o 134o 136o 138o 140o Banda Aceh Padang Bengkulu Jambi Palangkaraya Samarinda Banjarmasin Palembang Bandarlampung Jakarta Sukabumi Bandung Garut Semarang Tasikmalaya Solo Blitar Malang

BanyuwangiDenpasarMataram

Kupang Surabaya Jogjakarta Cilacap Makasar Kendari Palu Tual Sorong Ambon Manokwari Merauke Biak Jayapura Ternate Manado Pekanbaru : 0,03 g : 0,10 g : 0,15 g : 0,20 g : 0,25 g : 0,30 g Wilayah Wilayah Wilayah Wilayah Wilayah Wilayah 1 1 1 2 2 3 3 4 4 5 6 5 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 6 6 6 4 2 5 3 6 0 80 Kilometer 200 400

(3)

6. Pengukuran Kekuatan ‘Gempa Bumi’

Terdapat 2 (dua) besaran yang biasa dipakai untuk mengukur kekuatan gempa bumi :

1) Magnitude ( M )

Yaitu suatu ukuran dari besarnya energi yang dilepaskan oleh Sumber

Gempa (hypocenter).

Skala yang biasa dipakai adalah Skala Magnitude dari Richter.

2) Intensitas Gempa ( MMI )

Yaitu besar kecilnya getaran permukaan di tempat bangunan berada. Skala Intensitas dibuat berdasarkan pengamatan manusia terhadap derajat kerusakan yang ditimbulkan oleh gempa terhadap bangunan. Skala Intensitas yang biasa digunakan adalah Skala Intensitas dari

Mercalli yang telah dimodifikasi.

7. Acuan yang dipergunakan

SNI – 03 - 1726 - 2002 (revisi) tentang “Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Rumah dan Gedung”

8. Pengertian Rumah Sederhana

Rumah yang dibangun oleh masyarakat tanpa direncanakan dan dilaksanakan oleh para akhli pembangunan.

9. Beberapa Batasan dalam Perencanaan dan Pelaksanaan

a. Denah Bangunan

Denah bangunan sebaiknya sederhana, simetris dan tidak terlalu panjang.

Simetris dan sederhana

Simetris tetapi tidak sederhana

(4)

Simetris tetapi terlalu panjang, harus diperhatikan perubahan bentuk pada kedua ujungnya.

Alur pemisah

Tidak Baik Lebih Baik

Alur pemisa h

Tidak Baik Lebih Baik

Alur pemisah

Tidak Baik Lebih Baik

(5)

Jendela Pintu Pintu Jendela Pintu Pintu Jendela

Denah tidak baik Denah baik ditinjau dari

rencana struktur maupun sistim aliran udara (ventilasi) b. Atap Bangunan

Konstruksi atap harus menggunakan bahan yang ringan dan sederhana

Tidak Baik Lebih Baik

c. Pondasi

o Sebaiknya tanah dasar pondasi merupakan tanah kering, padat, dan

merata kekerasannya. Dasar pondasi sebaiknya lebih dalam dari 45 cm.

(6)

o Pondasi sebaiknya dibuat menerus keliling bangunan tanpa terputus. Pondasi dinding penyekat juga dibuat menerus. Bila pondasi terdiri dari batukali maka perlu dipasang balok pengikat/sloof sepanjang pondasi tersebut.

o Pondasi setempat perlu diikat kuat satu sama lain dengan memakai

(7)

Pondasi Umpak

Pondasi Umpak Tiang Kayu

(8)

10. Bangunan Rangka Bambu

Dengan dinding gedek atau anyaman bambu

Potongan rangka bangunan

(9)
(10)
(11)

Catatan : Pemakaian bahan bambu untuk bangunan ini sebaiknya diawetkan terlebih dahulu dengan cara diberi bahan pengawet (misalnya garam wolman) atau direndam dalam air. Bambu yang dipakai harus yang tua dan kering.

(12)

11. Bangunan Rangka Kayu

(13)
(14)

Sistim Rangka Pemikul Kayu dengan Dinding Pengisi Bata

(15)

Adukan untuk Tembok Bata Merah atau Batako

- Untuk Dinding

1 PC : ½ KP : 5 Pasir (baik sekali) 1 Kapur : 1 Semen merah : 3 Pasir 1 Kapur : 5 Trass

- Pondasi

1 Kapur : 4 trass

1 PC : ½ Kapur : 5 Pasir

1 Kapur : 1 Semen merah : 3 Pasir

Semua kayu yang dipergunakan harus kering dan diawetkan menurut persyaratan pengawetan kayu.

Panjang paku yang dipergunakan harus minimum 2.5 kali tebal kayu yang terkecil.

Kuda – kuda Papan Paku

12. Bangunan Pasangan Bata (Dinding Tembok) a. Dinding

Sistem dinding pemikul

a) Bangunan sebaiknya tidak dibuat bertingkat

b) Besar lubang pintu dan jendela dibatasi. Jumlah lebar lubang-lubang dalam satu bidang dinding tidak melebihi ½ panjang dinding itu. Letak lubang pintu/jendela tidak terlalu dekat dengan sudut-sudut dinding, misalnya minimum 2 kali tebal dinding. Jarak antara dua lubang sebaiknya tidak kurang dari 2 kali tebal dinding. Ukuran bidang dinding juga dibatasi, misalnya tinggi maksimum 12 kali tebal dinding, dan panjangnya diantara dinding-dinding penyekat tidak melebihi 15 kali tebalnya.

(16)

c) Apabila bidang dinding diantara dinding-dinding penyekat lebih besar daripada itu maka dipasang pilaster / tiang tembok. Balok lintel dibuat menerus keliling bangunan dan sekaligus berfungsi sebagai pengaku horizontal. Balok lintel tersebut perlu diikat kuat dengan pilaster.

d) Pilaster diperkuat dengan jangkar. Janghkar dapat terdiri dari kawat anyaman ataupun seng tebal yang diberi lubang-lubang paku seperti parutan.

(17)

e) Pada bagian ats dinding dipasang balok pengikat keliling/ring balok. Ring balok dijangkarkan dengan baik kepada pilaster.

f) Pada sudut-sudut pertemuan dinding, hubungan antara balok-balok pengikat keliling (ring balok-balok) perlu dibuat kokoh.

g) Hubungan antara bidang-bidang dinding pada pertemuan dan sudut-sudut dinding perlu diperkuat dengan jangkar-jangkar. Jangkar dapat berupa seng tebal dengan lubang-lubang bekas paku atau berupa kawat anyaman.

(18)
(19)

h) Disekeliling lubang pintu dan jendela dapat dipasang perkuatan ekstra

b. Persyaratan Bahan dan Pengerjaan Bata Merah

Ukuran bentuk bata harus benar, tidak mudah patah atau pecah, sudutnya-sudutnya siku-siku, bebas dari debu dan kotoran yang menempel, bila diketuk ringan dengan benda keras berbunyi nyaring.

Sesaat sebelum dipakai, bata harus dibasahi dulu dengan air bersih. Hasil produksi bata merah tidak lazim di uji. Kualitas bata merah yang rendah disebut “bata rakyat” dan kualitas yang menengah dan baik disebut “ bata pabrik”.

Semen Portland

Harus memenuhi Standar Industri Indonesia (SII) dan dihasilkan dari pabrik yang mempunyai riwayat kualitas yang baik.

Tempat penyimpanan semen harus terlindung dari kelembaban atau terlindung dari keadaan cuaca yang merusak, jarak minimal dasar penyimpanan 30 cm dari permukaan tanah.

(20)

Pasir

Tempat penimbunan pasir harus dibersihkan, pasir harus bersih dan bebas dari gumpalan tanah liat, zat alkali, bahan organik dan kotoran lain yang merusak. Pasir tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5 %, apabila kadar lumpur melampaui 5 %, maka pasir tersebut harus dicuci.

Adukan pasangan tembok

Komposisi campuran untuk adukan yaitu 1 PC : 5 Pasir : dan 1 PC : 6 Pasir memenuhi persyaratan teknis pasangan bata.

Bentuk dan ukuran

Bentuk bata yang prismatis dan mempunyai sudut siku sangat membantu dalam kemudahan pemasangan dan menambah produktivitas pekerjaan.

Penyerapan (absorbsi)

Daya serap yang rendah nilainya dapat mengurangi penggunaan air pada adukan yang akan digunakan untuk pemasangan.

Kuat tekan

Nilai kuat tekan ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

P P = beban tekan (kg)

σtk = (kg/cm2)

A A = luas permukaan yang ditekan

(cm2)

Kuat geser

P P = beban (kg)

τ = (kg/cm2)

A A = luas bidang geser (cm2)

Pekerjaan Pemasangan

Adukan diletakan, cukup untuk satu buah, bata diletakkan dengan cara seolah-olah pesawat udara mendarat. Dengan cara ini kita meletakannya pada posisi yang dituju sekaligus ujungnya menggaruk/mendorong sedikit adukan, untuk penyesuaian posisi cukup digeser kedepan dan kebelakang secara mendatar. Pasangan harus tetap datar dan tegak lurus dan gunakan tali

(21)

penutup pasangan tembok diberikan plesteran dengan tebal 2 cm, yang gunanya sebagai pelindung dari pengaruh cuaca, mekanik dan untuk meratakan permukaan pasangan.

Kecakapan pekerjaan

Ketrampilan kerja atau kecakapan tukang yang melaksanakan pekerjaan pasangan adalah sangat penting karena merupakan penentu terhadap kualitas pekerjaan pasangan.

13. Ketentuan untuk Rangka Pemikul Beton Perkuatan dengan Rangka

Balok Pondasi, Kolom Praktis dan Balok Pengikat (Ring Balok)

Bangunan tembok dengan perkuatan sangat dianjurkan untuk daerah rawan gempa. Untuk dinding tembok sebaiknya memakai kolom praktis, balok pondasi, dan balok pengikat (ring balok) ini biasanya disebut rangka bangunan yang dapat dibuat dari beton bertulang maupun kayu.

(22)

Ikatan Kolom Struktur dan Balok, Ring Balok

(23)

Pemilihan Bahan

Semen Portland, Beton, Kerikil

Perkuatan dengan rangka beton bertulang boleh dibangun diseluruh wilayah gempa, dengan mutu campuran beton yang dianjurkan yaitu 1 PC : 2 Pasir : 3 Kerikil, bahan pasir dan kerikil harus bersih dari lumpur, pencampuran bahan tersebut menggunakan air setengah (0,5) bagian. Untuk tulangan utama minimum pada kolom 4 buah

dengan ∅ 12 mm dan tulangan sengkang ∅ 8 mm dengan jarak 10

cm, dan untuk balok 4 buah dengan ∅ 12 mm dan tulangan

sengkang ∅ 8 mm dengan jarak 15 cm. pada pertemuan pasangan

dinding dibuat kolom praktis dengan tulang utama 4 buah dengan ∅

10 mm dan tulangan sengkang ∅ 8 mm dengan jarak 10 cm, serta

masing-masing kolom dilengkapi dengan angkur sebagai pengikat.

Daftar Pustaka

1. Ir. Teddy Boen, “ Manual Bangunan Tahan Gempa ”, Yayasan Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan, Bandung.

2. Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan, “ Pedoman Teknik Perencanaan dan Pembangunan Perumahan Desa Tahan Gempa ”, Bandung 1979.

3. Ir. Murdiati Munandar, Dipl.E.Eng., “Bangunan Tahan Gempa di Lokasi Mitigasi, Liwa, Lampung Barat ”, Jurnal Penelitian Puslitbang Permukiman, Bandung, 2000.

4. Ir. Murdiati Munandar, Dipl.E.Eng. “ Ketentuan Dinding Tembok di Wilayah Gempa “, Buletin Pengawasan, LIPI, 2001.

5. Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan, “ Bamboo In Indonesia ”

6. Yayasan Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan, “ Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia ”.

7. Standar Nasional Indonesia 03 – 1726 – 2002 (revisi), “ Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Gedung ”, 2002.

8. Ir. R.B.Tular (alm), “Perencanaan Bangunan Tahan Gempa”, Yayasan Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan, Bandung, Agustus, 1984.

9. IAEE Committee, “Guidelines for Earthquake Resistant Non-Engineered

Referensi

Dokumen terkait

alat pengumpulan data dalam bentuk test, angket, untuk pedoman wawancara atau observasi. Pengumpulan data dilakukan pada obyek tertentu baik berupa populasi maupun sampel,

Ikan rucah merupakan pakan alami atau pakan segar yang umumnya digunakan sebagai pakan utama dalam usaha budidaya kepiting bakau, karena dianggap dapat menghasilkan

Berdasarkan jatah panen pada masing-masing sistem penangkaran sebagaimana telah disampaikan di muka, maka diperoleh ukuran populasi pada saat pemanenan (Nt) sebesar

Korupsi, Kejaksaan dan Kepolisian dalam melakukan penyidikan terhadap pejabat pemerintah daerah yang melakukan tindak pidana korupsi?.. 1) Proses penyidikan terhadap

Tujuan dari penelitian ini adalah menguji penggunaan Lactobacillus plantarum IIA-2C12 dan Lactobacillus acidophilus IIA-2B4 sebagai kultur starter probiotik salami asal

Dari hasil perhitungan Indeks Williamson dan Indeks Entropi Theil menunjukkan bahwa ketimpangan yang terjadi di Wilayah Pembangunan I Jawa Tengah menunjukkan

Hal tersebut dibuktikannya dengan beberapa indikasi yang menunjukkan bahwa sistem pemerintahan yang dibangun Indonesia sekarang adalah demokratis, yaitu adanya parlemen

Penggunaan alat analisis gender Harvard dilakukan pada setiap aspek pembagian kerja, akses dan kontrol terhadap sumber daya serta akses dan kontrol terhadap manfaat