• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION (GI) MELALUI PROYEK TERBIMBING DAN EKSPERIMEN TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATERI UNSUR, SENYAWA DAN CAMPURAN PADA SISWA KELAS VII SEMESTER I SMP NEGERI 2 KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 20112012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION (GI) MELALUI PROYEK TERBIMBING DAN EKSPERIMEN TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATERI UNSUR, SENYAWA DAN CAMPURAN PADA SISWA KELAS VII SEMESTER I SMP NEGERI 2 KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 20112012"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION

(GI) MELALUI PROYEK TERBIMBING DAN EKSPERIMEN TERHADAP PRESTASI

BELAJAR MATERI UNSUR, SENYAWA DAN CAMPURAN PADA SISWA

KELAS VII SEMESTER I SMP NEGERI 2 KARANGANYAR

TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Oleh:

CHRISTIN DEWI WULANSARI

NIM K3307018

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

ii

(GI) MELALUI PROYEK TERBIMBING DAN EKSPERIMEN TERHADAP PRESTASI

BELAJAR MATERI UNSUR, SENYAWA DAN CAMPURAN PADA SISWA

KELAS VII SEMESTER I SMP NEGERI 2 KARANGANYAR

TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Oleh:

CHRISTIN DEWI WULANSARI

NIM K3307018

Skripsi

Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan dalam Mendapatkan Gelar

Sarjana Kependidikan Program Pendidikan Kimia Jurusan

Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(3)

commit to user

(4)

commit to user

(5)

commit to user

(6)

commit to user

vi

ABSTRAK

Christin Dewi Wulansari. K3307018. PENGGUNAAN MODEL

PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION (GI) MELALUI PROYEK TERBIMBING DAN EKSPERIMEN TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATERI UNSUR, SENYAWA, DAN CAMPURAN

PADA SISWA KELAS VII SEMESTER I SMP NEGERI 2

KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2011/2012. Skripsi. Surakarta :

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret. Januari 2012.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) perbedaan prestasi belajar siswa aspek kognitif dengan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation melalui proyek terbimbing dan eksperimen pada materi pokok unsur, senyawa dan campuran. (2) perbedaan prestasi belajar siswa aspek afektif dengan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation melalui proyek dan eksperimen pada materi pokok unsur, senyawa dan campuran.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan menggunakan rancangan randomized pretest-posttest comparison group design untuk aspek kognitif dan rancangan randomized posttest only comparison group design untuk aspek afektif. Populasi dalam penelitian ini adalah kelas VII RSBI SMP Negeri 2 Karanganyar tahun ajaran 2011/2012. Pengambilan sampel menggunakan teknik

cluster random sampling. Sampel terdiri dua kelas yaitu kelas VIIB sebagai kelas eksperimen I (pembelajaran kooperatif GI melalui proyek terbimbing) dan kelas VII A sebagai kelas eksperimen II (pembelajaran kooperatif GI melalui eksperimen). Teknik pengumpulan data prestasi belajar aspek kognitif menggunakan metode tes dan prestasi belajar aspek afektif menggunakan metode angket. Teknik analisis data untuk pengujian hipotesis menggunakan uji t dua pihak.

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa: (1)terdapat perbedaan prestasi belajar siswa aspek kognitif antara pembelajaran kooperatif tipe group investigation melalui proyek terbimbing dan eksperimen pada materi pokok unsur, senyawa dan campuran.; (2)terdapat perbedaan prestasi belajar siswa aspek afektif antara pembelajaran kooperatif tipe group investigation melalui proyek terbimbing dan eksperimen pada materi pokok unsur, senyawa dan campuran.

(7)

commit to user

vii

ABSTRACT

Christin Dewi Wulansari. K3307018. THE USE OF GROUP

INVESTIGATION (GI) COOPERATIVE LEARNING MODEL

THROUGH GUIDED PROJECT AND EXPERIMENT METHODS TOWARD LEARNING ACHIEVEMENT ON ELEMENT, COMPOUND

AND MIXTURE SUBJECT MATERIAL IN VII GRADE STUDENT 1ST

SEMESTER STATE SECONDARY SCHOOL OF 2 KARANGANYAR

(SMP N 2 KARANGANYAR) ACADEMIC YEAR 2011/2012. Thesis.

Surakarta: Teacher Training and Education Faculty. Sebelas Maret University. January 2012.

The purposes of this research are to know: (1) the difference of student’s learning achievement in cognitive aspect between using cooperative learning model of group investigation through guided projects and experiments on the subject matter of element, compound and mixture, and (2) the difference of student’s learning achievement in affective aspect between using cooperative learning model group investigation through guided projects and experiments on the subject matter of element, compound and mixture.

This research used experimental method with randomized pretest-posttest comparison group design for cognitive aspect and randomized posttest only comparison group design for affective aspect. The population is VII RSBI grade students of SMP Negeri 2 Karanganyar, academic year 2011/2012. The sample consists of 2 classes, which are VII B class as experimental class I (cooperative learning type GI through guided projects) and VII A class as experimental class II (cooperative learning type GI through experiment). The sampling technique is cluster random sampling. The collecting data used test method to measure cognitive learning achievement and questionnaires method to measure affective learning achievement. The analyze data used two side t- test.

The research shows that: (1) there are difference of student’s learning achievement in cognitive aspect between using cooperative learning model group investigation through guided projects and experiments on the subject matter of element, compound and mixture. (2) there are difference of student’s learning achievement in affective aspect between using cooperative learning model group investigation through guided projects and experiments on the subject matter of element, compound and mixture.

(8)

commit to user

viii

MOTTO

" Sesuatu mungkin mendatangi mereka yang mau menunggu, namun hanya

didapatkan oleh mereka yang bersemangat mengejarnya "

(Abraham Lincoln)

“Impossible Is Nothing”

(Penulis)

“Kesulitan adalah tantangan bagi pemenang, tetapi menjadi halangan bagi

pecundang”

(9)

commit to user

ix

PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan untuk:

1. Ayah dan ibu, yang telah memberikan motivasi, dan senantiasa

mendoakan yang terbaik dan memberikan kasih sayang untuk saya;

2. Adik-adikku (Dian, Ina, Pipit ) yang saya sayangi;

3. Alm. Harjo Supardiyo, yang telah memberikan motivasi

4. Seorang sahabat kecilku yang telah memberikan dukungan,

motivasi, dan semangat;

5. Sahabat hebatku (Otit, Cui, Hani, Fatah, Falah, Eka );

6. Chemistry education brotherhood; dan

(10)

commit to user

x

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur hanya bagi Allah SWT yang telah melimpahkan

banyak rahmat, nikmat, hidayah dan inayah-Nya kepada penulis sehingga pada

waktu-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam

mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan Matematika

dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan, saran, dorongan dan perhatian

dari berbagai pihak, skrpsi ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Dalam

kesempatan ini dengan segenap kerendahan hati penulis mengucapkan terima

kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., Selaku Dekan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang

telah memberikan ijin penelitian.

2. Bapak Sukarmin, S.Pd, M.Si, Ph.D., selaku Ketua Jurusan P MIPA Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Ibu Dra. Bakti Mulyani, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Kimia Jurusan P. MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

4. Ibu Dra. Kus Sri Martini, M.Si., selaku pembimbing akademik yang telah

memberikan pengarahan sehingga memperlancar penulisan skripsi ini.

5. Bapak Dr. M. Masykuri, M.Si., selaku pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan, pengarahan, dorongan dan perhatian yang luar biasa sehingga

memperlancar penulisan skripsi ini.

6. Bapak Agung N.C.S, S.Pd, M.Sc., selaku pembimbing II yang juga telah

memberikan bimbingan, pengarahan, dorongan dan perhatian yang luar biasa

sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

7. Bapak Drs. Js. Sukardjo, M.Si., selaku penguji ujian skripsi yang juga telah

(11)

commit to user

xi

8. Ibu Sri Retno Dwi Ariani S.Si, M.Si., selaku penguji ujian skripsi yang juga

telah memberikan bimbingan dan pengarahan.

9. Hj. Sri Murni Pudyastuti, S.Pd., M.Pd., selaku Kepala SMP Negeri 2

Karanganyar yang telah memberikan ijin penelitian.

10.Wiji Lestari, S.Pd., M.Pd., selaku Guru Biologi SMP Negeri 2 Karanganyar

atas bimbingannya selama penelitian.

11.Siswa kelas VII A dan VII B SMP Negeri 2 Karanganyar, atas kerja samanya.

12.Orang tua dan keluarga yang telah memberikan fasilitas dan do’a restu

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

13.Seluruh sahabatku.

14.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang membantu

sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya skripsi yang telah dikerjakan ini masih

jauh dari kesempurnaan maka penulis menerima kritik dan saran yang bersifat

membangun demi kesempurnaan penulisan dimasa yang akan datang.

Akhirnya penulis berharap semoga karya ini bermanfaat bagi

perkembangan ilmu pengetahuan.

Surakarta, Januari 2012

(12)

commit to user

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGAJUAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN ... v

HALAMAN ABSTRAK... vi

HALAMAN ABSTRACT ... vii

HALAMAN MOTTO ... viii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Perumusan Masalah... 7

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II. LANDASAN TEORI ... 9

A. Tinjauan Pustaka ... 9

1. Belajar dan Pembelajaran ... 9

2. Model Pembelajaran ... 15

3. Pembelajaran Kooperatif ... 16

4. Pembelajaran Kooperatif Tipe Investigasi Kelompok ... 18

5. Metode Pembelajaran ... 20

(13)

commit to user

xiii

7. Metode Eksperimen ... 24

8. Prestasi Belajar ... 26

9. Materi Unsur, Senyawa dan Campuran ... 29

B. Penelitian Relevan ... 41

C. Kerangka Pemikiran ... 42

D. Hipotesis ... 44

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 45

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 45

1. Tempat Penelitian ... 45

2. Waktu Penelitian ... 45

B. Metode Penelitian... 45

1. Variabel Penelitian ... 47

2. Prosedur Penelitian ... 48

C. Penetapan Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ... 48

1. Penetapan Populasi penelitian ... 48

2. Teknik Pengambilan Sampel ... 48

D. Teknik Pengumpulan Data ... 49

1. Metode Tes ... 49

2. Metode Angket ... 49

E. Instrumen penelitian ... 49

1. Instrumen Penelitian Kognitif ... 50

2. Instrumen Penilaian Afektif ... 53

F. Teknik Analisis Data ... 56

1. Uji Prasyarat Analisis ... 56

2. Uji Hipotesis ... 58

BAB IV. HASIL PENELITIAN... 60

A. Pengujian Instrumen ... 60

1. Uji Validitas ... 60

2. Uji Reliabilitas ... 61

3. Uji Taraf Kesukaran Item ... 61

(14)

commit to user

xiv

B. Deskripsi data... 62

1. Prestasi Belajar Siswa ... 63

2. Data Selisih Nilai Kognitif... 63

3. Data Nilai Afektif ... 64

C. Uji Prasyarat Analisis ... 65

1. Uji Normalitas ... 65

2. Uji Homogenitas ... 66

3. Uji Keseimbangan ... 66

D. Pengujian Hipotesis ... 67

1. Uji Hipotesis Selisih Nilai Kognitif ... 67

2. Uji Hipotesis Nilai Afektif ... 68

E. Pembahasan Hasil Analisis Data... 68

BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 73

A. Kesimpulan ... 73

B. Implikasi ... 73

C. Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA ... 75

(15)

commit to user

xv

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 1 Nama-nama Unsur Beserta Lambangnya ... 31

Tabel 2 Sifat dan Kegunaan Logam ... 32

Tabel 3 Kegunaan Unsur Nonlogam ... 33

Tabel 4 Perbedaan Unsur Logam dan Nonlogam ... 33

Tabel 5 Senyawa Beserta Rumus Kimia dan Atom Penyusun Molekulnya .. 36

Tabel 6 Beberapa Senyawa dan Unsur Penyusunnya ... 37

Tabel 7 Angka dalam bahasa Yunani ... 37

Tabel 8 Nama Senyawa dan Rumus Kimianya ... 38

Tabel 9 Beberapa Campuran, Wujud, serta Penyusunnya ... 39

Tabel 10 Perbedaan Unsur dan senyawa ... 40

Tabel 11 Perbedaan Senyawa dan Campuran ... 40

Tabel 12 Design Penelitian Randomized Pretest-Postest Comparison Group Design ... 45

Tabel 13 Design Penelitian Randomized Postest Only Comparison Group Design. ... 46

Tabel 14 Skor Penilaian Afektif ... 54

Tabel 15 Ringkasan Hasil Tryout Instrumen Penelitian untuk Uji Validitas Soal ... 61

Tabel 16 Ringkasan Hasil Tryout Instrumen Penelitian untuk Uji Reliabilitas Soal ... 61

Tabel 17 Ringkasan Hasil Tryout Instrumen Penelitian untuk Uji Taraf Kesukaran Soal pada Aspek Kognitif... 61

Tabel 18 Ringkasan Hasil Tryout Instrumen Penelitian untuk Uji Daya Pembeda Soal pada Aspek Kognitif ... 62

(16)

commit to user

xvi

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 1 Skema Bentuk-Bentuk Belajar Ausebel ... 12

Gambar 2 Skema Kerangka Pemikiran ... 44

Gambar 3 Histogram Perbandingan Selisih Nilai Kognitif Kelas Eksperimen I

dan Kelas Eksperimen II pada Materi Unsur, Senyawa dan

Campuran ... 64

Gambar 4 Histogram Perbandingan Nilai Afektif Kelas Eksperimen I dan

Kelas Eksperimen II pada Materi Unsur, Senyawa dan Campuran

(17)

commit to user

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

Lampiran 1 Silabus ... 79

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 83

Lampiran 3 Lembar Kerja Siswa ... 100

Lampiran 4 Kisi-Kisi Soal Kognitif ... 119

Lampiran 5 Instrumen Soal Kognitif ... 125

Lampiran 6 Instrumen Soal Afektif... 154

Lampiran 7 Kisi Angket Kerjasama ... 161

Lampiran 8 Soal angket Kerjasama... 162

Lampiran 9 Pengolahan Data Try Out Aspek Kognitif ... 163

Lampiran 10 Pengolahan Data Try Out aspek Afektif ... 167

Lampiran 11 Lembar Validitas Isi ... 171

Lampiran 12 Hasil dan Perhitungan Validitas Isi ... 176

Lampiran 13 Acuan Syarat Pemilihan Kelas ... 179

Lampiran 14 Nilai Kerjasama Siswa dalam Kelompok ... 189

Lampiran 15 Data Induk Nilai Kognitif ... 190

Lampiran 16 Distribusi Frekuensi Data Induk Kognitif... 191

Lampiran 17 Uji Prasyarat Analisis Data Kognitif ... 197

Lampiran 18 Uji t dua Pihak Data Induk Kognitif ... 206

Lampiran 19 Data Induk Afektif ... 207

Lampiran 20 Distribusi Frekuensi Data Induk Afektif ... 209

Lampiran 21 Uji Prasyarat Analisis Data Induk Afektif ... 212

Lampiran 22 Uji t Dua Pihak Data Induk Afektif ... 215

(18)

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) sebagai bagian dari budaya

manusia modern mengalami perkembangan yang cukup pesat seakan-akan memaksa

negara-negara dunia untuk terus bersaing dalam menguasai dan mengembangkan

Iptek untuk mencapai suatu negara yang bermartabat. Indonesia sebagai negara yang

sedang berkembang berusaha untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang

berkualitas agar mampu menguasai dan mengembangkan Iptek demi mencapai

kemakmuran dan kejayaan bangsa sehingga mampu menjajarkan diri dengan

negara-negara maju di masa yang akan datang. Konsep pendidikan yang dicanangkan oleh UNESCO adalah pendidikan ditegakkan oleh empat pilar, yaitu learn to know, learn

to do, learn to live together, learn to be (Kris Tan, 2011). Pilar pertama dan kedua

lebih diarahkan untuk membentuk sense of having yaitu bagaimana pendidikan dapat

mendorong terciptanya sumber daya manusia yang memiliki kualitas di bidang ilmu

pengetahuan dan ketrampilan agar dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas

hidup, sehingga mendorong sikap proaktif, kreatif, dan inovatif ditengah kehidupan

masyarakat. Sementara pilar ketiga dan keempat diarahkan untuk membentuk

karakter bangsa atau sense of being, yaitu bagaimana harus terus menerus belajar dan

pembentukan karakter yang memiliki integritas dan tanggung jawab serta memiliki

komitmen untuk melayani sesama.

Untuk mengembangkan Iptek, konsep pendidikan di Indonesia ditegakan

dengan berlakunya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum ini

mulai diterapkan pada tahun ajaran 2006/2007. KTSP merupakan sebuah kurikulum

operasional pendidikan yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan

pendidikan. Salah satu wujud pelaksanaan KTSP adalah penggunaan model

pembelajaran yang open end, artinya guru sebagai pemegang otonomi dalam

pengelolaan pembelajaran yang cocok bagi peserta didiknya. Guru dituntut dapat

(19)

commit to user

agar siswa tertarik, aktif, kreatif, dan lebih mudah memahami materi pembelajaran.

Sikap aktif, kreatif, dan lebih mudah memahami materi pembelajaran akan

terwujud dengan menempatkan siswa sebagai subyek pendidikan. Sehingga dalam

pelaksanaannya, guru hanya bertindak sebagai fasilitator dan bukan sumber utama

pembelajaran.

Dalam proses pembelajaran guru dituntut dapat memahami perkembangan

peserta didik. Pemahaman terhadap perkembangan peserta didik sangat diperlukan

untuk merancang pembelajaran yang kondusif sehingga mampu meningkatkan

motivasi belajar siswa. Menurut teori perkembangan Piaget, tahapan kecerdasan

dibedakan dalam empat tahap, yaitu: 1) intelegensi sensori-motor (0-2 tahun), 2) pra

operasional (2-7 tahun), 3) operasional konkret (7-11 tahun), dan 4) operasional formal (11 tahun keatas) (Ratna Wilis Dahar, 1989 : 152).

Kimia merupakan salah satu materi pelajaran yang diberikan disekolah

menengah pertama, tetapi belum dalam mata pelajaran tersendiri, melainkan masih

tergabung dalam mata pelajaran IPA. Berdasarkan pengelompokan kecerdasan Piaget

tersebut, siswa SMP yang rata-rata berusia 12 tahun keatas diperkirakan sudah dapat

berpikir formal, artinya dalam periode ini anak tidak perlu berpikir dengan bantuan

benda atau hal-hal yang konkrit, ia mempunyai cara berpikir abstrak, sehingga anak

sudah mampu mempelajari ilmu kimia yamg umumnya bersifat abstrak.

Materi Unsur, Senyawa, dan Campuran adalah materi pokok yang diajarkan

pada siswa kelas VII SMP semester gasal. Unsur, Senyawa dan Campuran

merupakan hal yang penting dan banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.

Selain berkaitan erat dengan kehidupan sehari-hari, materi ini juga membutuhkan

cara berfikir abstrak. Cara berfikir abstrak ini nampak pada salah satu tuntutan

kompetensi dasar, dimana siswa diharuskan mampu membedakan sifat antara Unsur,

Senyawa dan Campuran. Misalnya siswa harus bisa membedakan sifat-sifat yang

membedakan antara karbon dengan kertas, dimana karbon adalah salah satu unsur

penyusun kertas. Menurut informasi dari guru, materi ini diajarkan sebagai materi

akhir. Guru cenderung untuk menyelesaikan mengajar materi biologi dan fisika

terlebih dahulu. Sebagai akibatnya penyampaian materi ini kurang maksimal karena

(20)

commit to user

SMP Negeri 2 Karanganyar adalah salah satu SMP Rintisan Sekolah

Bertaraf Internasional (RSBI). Dalam penerimaan siswa baru, calon siswa dituntut

memiliki kemampuan lebih. Hal ini dikarenakan seleksi masuk yang tidak hanya

menggunakan nilai hasil ujian akhir nasional, tetapi juga nilai raport, tes ujian masuk

dan hasil wawancara dengan wali murid. Hasil seleksi ini menghasilkan input

kemampuan siswa yang tinggi dengan rata-rata nilai PPDB > 70. Namun, menurut

informasi dari guru kemampuan kognitif yang tinggi itu tidak menjamin tingginya

prestasi siswa. Hal ini dibuktikan dengan pencapaian ketuntasan belajar materi

Unsur, Senyawa dan Campuran hanya sebesar 50,5%. Menurut informasi dari guru,

hal ini diperkirakan karena kemampuan kerjasama mereka dengan kelompok masih

rendah. Hal ini terlihat ketika siswa diberikan tugas kelompok, hasilnya tidak sebaik jika tugas tersebut diberikan secara individu. Selain itu, hal ini juga dimungkinkan

karena penggunaan metode ceramah dalam penyampaian materi. Siswa cenderung

sebagai obyek pembelajaran dan terbiasa belajar secara individu, sehingga ketika ada

tugas secara berkelompok mereka belum bisa mandiri mengerjakan.

Berdasarkan perkembangan intelektual siswa SMP, metode pembelajaran

yang sesuai adalah metode yang dapat merangsang siswa bersikap aktif, kreatif, dan

inovatif. Untuk menumbuhkan sikap aktif, kreatif dan inovatif pada diri siswa

tidaklah mudah. Proses pembelajaran yang terjadi selama ini memposisikan siswa

sebagai pendengar ceramah guru. Akibatnya proses belajar mengajar cenderung

membosankan, minat belajar siswa kurang dan ada kecenderungan siswa untuk

tergantung pada informasi guru. Ketergantungan ini membuat siswa mengalami

kesulitan saat bekerja secara kelompok, yang menuntut kemandirian dalam

melaksanakan tugas. Untuk mengantisipasi masalah tersebut berkelanjutan maka

perlu dicanangkan formula pembelajaran yang tepat.

Salah satu solusi untuk mengatasi masalah kerjasama siswa adalah dengan

penggunaan model pembelajaran kooperatif. Slavin mengatakan bahwa cooperative

learning adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam

kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6

(21)

commit to user

Dalam pelaksanaan model pembelajaran kooperatif memilki empat unsur

yaitu: 1) saling ketergantungan positif, 2) tanggung jawab perseorangan, 3) tatap

muka, 4) partisipasi dan komunikasi antar anggota. Dari keempat unsur tersebut,

saling ketergantungan positif dan komunikasi antar anggota mengisyaratkan adanya

kerjasama antar anggota kelompok.

Dalam model pembelajaran kooperatif, guru menyusun tugas sedemikian

rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar

yang lain bisa mencapai tujuan mereka. Kondisi belajar ini memungkinkan siswa

tergantung secara positif pada anggota kelompok lainnya dalam mempelajari dan

menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Selain itu, dalam mengerjakan tugas

kelompok, siswa juga berinteraksi dengan siswa lainnya agar tujuan mereka tercapai. Disinilah perilaku kerjasama yang baik dibutuhkan untuk menunjang ketercapaian

tujuan kelompok.

Ada bermacam macam tipe pembelajaran kooperatif, antara lain: Student

Team Achievement Division (STAD), Teams Game Tournament (TGT), Jigsaw,

Group Investigation (GI), Team Accelerated Instruction (TAI) dan sebagainya. Salah

satu tipe pembelajaran kooperatif adalah model Group Investigation. Tipe ini

merupakan model pembelajaran kooperatif yang kompleks karena memadukan

antara prinsip belajar kooperatif dengan pembelajaran yang berbasis konstruktivisme

dan prinsip pembelajaran demokratis.

Menurut Daniel Zingaro (2008) Group Investigation memiliki beberapa

keunggulan antara lain: 1) Siswa memiliki pertanyaan dengan tingkat lebih tinggi

mereka membutuhkan penjabaran respon atau penggunaan pemecahan masalah; 2)

Siswa lebih kooperatif dan altruistic, bahkan ketika mereka berinteraksi dengan

siswa di luar tim mereka atau dalam situasi luar; 3) Siswa mampu mengekspresikan

diri, memiliki kebebasan,tanggung jawab dan rasa diterima yang besar; 4) Siswa

pada kelas GI memiliki sifat etnik yang jauh lebih baik daripada siswa yang berada

di kelas tradisional

Tipe GI diharapkan mampu meningkatkan minat dan kerjasama siswa dalam

(22)

commit to user

input mereka cukup tinggi, mengingat langkah-langkah dalam GI memerlukan siswa

dengan input tinggi dalam memecahkan masalah.

Enam tahap dalam GI: 1) mengidentifikasi topik dan mengatur siswa dalam

kelompok, 2) merencanakan tugas yang akan dipelajari, 3) melaksanakan investigasi,

4) menyiapkan laporan akhir, 5) mempresentasikan laporan akhir dan 6) evaluasi.

Tahap ke 3 GI menyebutkan bahwa siswa melaksanakan investigasi. Siswa terlibat

dalam bermacam kegiatan investigasi baik didalam maupun diluar sekolah. Kegiatan

belajar didalam sekolah misalnya dengan melakukan eksperimen di laboratorium.

Sedangkan kegiatan diluar sekolah misalnya dengan menjalankan proyek yang telah

disusun.

Metode eksperimen adalah suatu cara yang digunakan guru untuk mengajar didepan kelas dengan membagi tugas meneliti suatu masalah. Siswa dibagi menjadi

beberapa kelompok, dan masing-masing kelompok mendapat tugas tertentu yang

harus dikerjakan, kemudian mereka mempelajari, meneliti, membahasnya dengan

kelompok dan menyusun laporan.

Metode proyek merupakan suatu metode instruksional yang melibatkan

penggunaan alat dan bahan yang diusahakan oleh siswa secara perseorangan atau

grup untuk mencari jawaban terhadap suatu masalah dengan perpaduan teori-teori

dari berbagai bidang studi dan dilaksanakan dalam jangka waktu tetentu,

menghasilkan sebuah produk, yang hasilnya kemudian ditampilkan atau

dipresentasikan. Pada penelitian ini akan digunakan metode proyek terbimbing.

Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation

melalui proyek dan eksperimen terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok

unsur senyawa dan campuran diharapkan diperoleh metode yang tepat untuk

(23)

commit to user

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang di atas dapat diidentifikasi beberapa masalah, yaitu: 1. rendahnya prestasi siswa, yang bertolak belakang dengan prestasi siswa saat

PPDB.

2. metode pembelajaran selama ini masih bersifat ekspositori, dimana pembelajaran

masih berpusat pada guru.

3. kecenderungan guru memperlakukan anak didik sebagai obyek sehingga siswa

cenderung tergantung pada guru.

4. rendahnya kemampuan bekerjasama dalam kelompok.

5. keterbatasan waktu belajar materi unsur, senyawa dan campuran yang disediakan

disekolah.

6. rendahnya minat belajar siswa

C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini lebih terarah maka diperhatikan pembatasan masalah.

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka pengkajian dan

pembatasan masalah dititikberatkan pada:

1. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah kelas VII RSBI Semester gasal SMP N 2

Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

2. Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran yang digunakan adalah pembelajaran kooperatif tipe

group investigation melalui proyek terbimbing (untuk kelas eksperimen I) dan

group investigation melalui eksperimen (untuk kelas eksperimen II).

3. Prestasi Belajar

Prestasi belajar yang diukur adalah aspek kognitif dan aspek afektif.

Prestasi belajar aspek kognitif dilakukan dengan uji statistik dari selisih nilai

pretest-posttest siswa. Prestasi belajar aspek afektif sebagai akibat dari proses pembelajaran

dianalisa secara statistik.

4. Materi Ajar

(24)

commit to user

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan

masalah diatas, maka dapat dirumuskan masalah yaitu

1. Apakah terdapat perbedaan prestasi belajar siswa aspek kognitif antara model

pembelajaran kooperatif tipe group investigation melalui proyek terbimbing dan

eksperimen pada materi pokok unsur, senyawa dan campuran?

2. Apakah terdapat perbedaan prestasi belajar siswa aspek afektif antara model

pembelajaran kooperatif tipe group investigation melalui proyek terbimbing dan

eksperimen pada materi pokok unsur, senyawa dan campuran?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :

1. Perbedaan prestasi belajar siswa aspek kognitif dengan model pembelajaran

kooperatif tipe group investigation melalui proyek terbimbing dan eksperimen

pada materi pokok unsur, senyawa dan campuran

2. Perbedaan prestasi belajar siswa aspek afektif dengan model pembelajaran

kooperatif tipe group investigation melalui proyek terbimbing dan eksperimen

pada materi pokok unsur, senyawa dan campuran

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dalam penelitian ini yaitu memberikan informasi mengenai

pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe group investigation melalui proyek

terbimbing dan eksperimen terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok Unsur,

(25)

commit to user

2. Manfaat Praktis

Manfaat teoritis dalam penelitian ini yaitu:

a. Memberikan masukan untuk mempertimbangkan proses peningkatan kualitas

guru kimia dalam mengembangkan pencapaian prestasi belajar siswa.

b. Bagi guru kimia, dapat dijadikan sebagai alternatif metode pembelajaran

dalam upaya memperbaiki proses pembelajaran yang sesuai dengan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

c. Bagi sekolah, penelitian ini dapat digunakan sebagai evaluasi professional

guru dalam memahami dan mengembangkan proses pembelajaran kimia.

d. Memberikan informasi kepada peneliti lainnya yang ingin mengembangkan

(26)

commit to user

9 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Belajar dan Pembelajaran

a. Pengertian Belajar

Belajar adalah kegiatan yang berproses dan unsur yang sangat fundamental

dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa

berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu sangat bergantung pada

proses belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada di sekolah maupun di

lingkungan keluarganya sendiri.

Pengertian belajar dapat ditemukan dalam berbagai sumber atau literatur.

Meskipun ada perbedaan-perbedaan dalam rumusan pengertian belajar tersebut,

namun secara prinsip ditemukan beberapa kesamaan. Burton dalam Aunurahman

(2009:35) merumuskan pengertian belajar sebagai perubahan tingkah laku pada diri

individu karena adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu

dengan lingkungannya sehingga mereka mampu berinteraksi dengan lingkungannya.

H.C. Witherington dalam Aunurahman (2009:35) mengemukakan belajar adalah

suatu perubahan kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari

reaksi berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepribadian atau suatu pengertian.

James O. Whittaker dalam Aunurahman (2009:35) juga mengemukakan

belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan

atau pengalaman. Belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai

hasil pengalaman individu itu sendiri di dalam interaksi dengan lingkungannya.

Sedangkan Abdillah dalam Aunnurahman (2009:35), belajar adalah suatu usaha

sadar yang dilakukan individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan

dan pengalaman yang menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotorik

(27)

commit to user

menyatakan belajar adalah suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya

akibat pengalaman.

Dari beberapa pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar dapat

dipahami sebagai proses perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif

menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan

aspek kognitif, afektif dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan tetentu.

b. Teori Belajar

Adapun teori-teori belajar yang mendasari pengertian belajar yang berkaitan

dengan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Teori Perkembangan Piaget

Menurut Piaget dalam Ratna Wilis Dahar (1989: 152), “setiap individu

mengalami tingkat-tingkat perkembangan intelektual sebagai berikut, sensori-motor

(0-2 tahun), pra-operasional (2-7 tahun), operasional kongkret (7-11 tahun),

operasional formal (11 tahun ke atas)”.

Pada tahap sensori motor, anak mengenal lingkungan dengan kemampuan

sensorik dan motorik. Anak mengenal lingkungan dengan penglihatan, penciuman,

pemdengaran, perabaan, dan pergerakannya. Pada tahap pra-operasional, anak

mengandalkan diri pada persepsi tentang realitas. Ia telah mampu menggunakan

simbol, bahasa, konsep sederhana, berpartisipasi, membuat gambar, dan

menggolong-golongkan. Pada tahap operasi konkret anak dapat mengembangkan

pikiran logis. Ia dapat mengikuti penalaran logis, walau kadang-kadang memecahkan

masalah secara “trial dan error”. Pada tahap operasi formal anak dapat berfikir abstrak seperti orang dewasa.

Teori perkembangan kognitif Piaget ini sangat erat kaitannya dengan

penelitian ini. Sebab, pada penelitian ini menggunakan siswa SMP sebagai sampel.

Menurut teori perkembangan Piaget, siswa SMP yang rata-rata berusia 12 tahun

keatas diperkirakan sudah dapat berpikir formal, artinya dalam periode ini anak tidak

perlu berpikir dengan bantuan benda atau hal-hal yang konkrit, ia mempunyai cara

berpikir abstrak. Sehingga anak sudah mampu mempelajari ilmu kimia yang

(28)

commit to user 2) Teori Belajar Penemuan Menurut Bruner

Menurut Rosser (1984) dalam Ratna Willis Dahar (1989:98), “Pendekatan Bruner terhadap belajar didasarkan pada dua asumsi, asumsi yang pertama adalah

bahwa perolehan pengetahuan merupakan suatu proses interaktif”. Bruner yakin

bahwa orang yang belajar berinteraksi dengan lingkungannya secara aktif, dimana

perubahan tidak hanya terjadi di lingkungan akan tetapi juga dalam diri orang itu

sendiri. Sedangkan untuk asumsi yang kedua adalah bahwa orang mengkontruksi

pengetahuannya dengan menghubungkan informasi yang masuk dengan informasi

yang disimpan yang sudah diperoleh sebelumnya. Model Bruner tersebut mendekati

sekali dengan struktur kognitif Ausubel.

Pendekatan Bruner terhadap belajar dapat juga dikatakan sebagai suatu

pendekatan kategorisasi. Bruner dalam Ratna Willis Dahar, “beranggapan bahwa

semua interaksi-interaksi kita dengan alam melibatkan kategori-kategori yang

diperlukan bagi pemfungsian manusia”. Menurut Bruner yang penting adalah

kategorisasi dapat membawa manusia ke tingkat yang lebih tinggi daripada informasi

yang diberikan. Manusia menentukan objek-objek tersebut dengan suatu kelas.

Apabila manusia mengklasifikasikan suatu objek, maka manusia tersebut akan

mempengaruhi objek tersebut dengan sekumpulan sifat-sifat, atribut-atribut kritis,

dan hubungan-hubungan. Manusia melakukan ini melalui inferensi, yaitu

menemukan lebih banyak daripada yang diperoleh secara langsung dari objek

tersebut.

Dari uraian tersebut dapat dikatakan bahwa belajar menurut Bruner merupakan pengembangan kategori-kategori dan pengembangan dari suatu sistem

pengkodean (coding). Berbagai ketegori-kategori saling berhubungan sedemikian

rupa, sehingga setiap individu mempunyai model yang unik suatu konsep. Pada

model ini, belajar baru dapat terjadi dengan cara mengubah model tersebut, ini bisa

terjadi melalui mengubah dan menghubungkan kategori-kategori dengan suatu cara

yang baru, atau dengan menambahkan kategri-kategori baru. Menurut Bruner, belajar

melibatkan tiga proses yang berlangsung hampir bersamaan. Ketiga proses tersebut

adalah : a) memperoleh informasi baru, Informasi baru dapat berfungsi sebagai

(29)

commit to user

transformasi Informasi, dalam transformasi pengetahuan, individu menjadikan

pengetahuan supaya sesuai atau tepat dengan tugas baru. Transformmasi informasi menyangkut cara seseorang memperlakukan pengetahuan, apakah dengan cara

ekstrapolasi, atau dengan mengubah kebentuk yang lain; c) menguji relevansi dan

ketepatan pengetahuan, seseorang menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan

dengan menilai apakah cara seseorang tersebut dalam memperlakukan pengetahuan

yang diperoleh sesuai dengan tugas yang ada. 3) Teori Belajar Bermakna Ausubel

Ausubel dalam Ratna Wilis Dahar (1989 : 111) berpendapat bahwa “belajar

dapat diklasifikasikan ke dalam dua dimensi” seperti yang ditunjukkan pada Gambar

1.

(30)

commit to user

Dari Gambar 1. dimensi yang pertama berhubungan dengan cara informasi

atau materi pelajaran yang disajikan pada siswa, yaitu melalui penerimaan atau penemuan. Kemudian untuk dimensi kedua menyangkut cara bagaimana siswa dapat

mengkaitkan informasi tersebut pada struktur kognitif yang sudah ada. Struktur

kognitif yang dimaksud disini adalah fakta-fakta, konsep-konsep dan

generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari siswa.

Menurut Ausubel dalam Ratna Wilis Dahar (1989: 111), “pada tingkat

pertama dalam belajar informasi dapat dikomunikasikan pada siswa baik dengan

bentuk belajaran penemuan, dimana bentuk ini mewajibkan siswa untuk menemukan

sendiri sebagian atau seluruh materi yang akan diajarkan”. Sedangkan pada tingkat

kedua, siswa menghubungkan atau mengkaitkan informasi tersebut pada

pengetahuan yang berupa konsep atau yang lain yang pernah mereka miliki, maka

dalam hal inilah terjadi belajar bermakna. Namun ada kemungkinan pula bahwa

siswa dalam hal ini hanya mencoba-coba menghafalkan informasi baru tersebut dan

tidak menghubungkannya pada kosep-konsep yang sudah ada dalam struktur

kognitifnya, maka disinilah terjadi belajar hafalan.

Ausubel dan Novak dalam Ratna Wilis Dahar (1989 : 115) menyebutkan tiga

kelebihan yang dimiliki oleh belajar bermakna (meaningful learning), yaitu antara

lain : a) Informasi yang dipelajari secara bermakna akan dapat diingat lebih lama; b)

Informasi yang tersubsumsi (yaitu proses interaksi antara materi yang baru dipelajari

dengan subssumer-subsumer yang ada) mengakibatkan adanya peningkatan

diferensiasi dari subsumer-subsumer, sehingga memudahkan berlangsungnya proses belajar selanjutnya untuk materi pelajaran yang mirip; c) Informasi yang didapatkan

tidak hilang begitu saja namun meninggalkan efek residual yang mempermudah

untuk mempelajari hal-hal yang mirip, meskipun telah lupa. 4) Teori Belajar Menurut Gagne

Menurut Gagne, belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana

suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman. Ada lima

bentuk belajar yang diungkapkan oleh Gagne yaitu belajar responden, belajar

kontiguitas, belajar operant, belajar observasional, dan belajar kognitif. Pertama,

(31)

commit to user

dari perpasangan suatu stimulus tak terkondisi dengan suatu stimulus terkondisi.

Sebagai suatu fungsi pengalaman, stimulus terkondisi itu pada suatu waktu memperoleh kemampuan untuk mengeluarkan respon terkondisi. Bentuk belajar

semacam ini disebut belajar responden dan menolong kita untuk memahami

bagaimana para siswa menyenangi atau tidak menyenangi sekolah atau

bidang-bidang studi. Kedua, belajar kontiguitas yaitu bagaimana dua peristiwa dipasangkan

satu dengan yang lain pada suatu waktu, dan hal ini sering kita alami. Ketiga, kita

belajar bahwa konsekuensi-konsekuensi perilaku mempengaruhi apakah perilaku itu

akan diulangi atau tidak, dan berapa besar pengulangannya. Belajar semacam ini

disebut belajar operant. Keempat, pengalaman belajar sebagai hasil observasi

manusia dan kejadian-kejadian. siswa belajar dari model-model, dan masing-masing

siswa mungkin menjadi suatu model bagi orang lain dalam belajar observasional.

Kelima, belajar kognitif terjadi dalam kepala, bila melihat dan memahami

peristiwa-peristiwa disekitar (Ratna Wilis Dahar, 1989: 11-21).

c. Pengertian Pembelajaran

Dalam berbagai kajian dikemukakan bahwa instruction atau pembelajaran

sebagai suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang

berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk

mendukung dan mempengaruhi terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal.

Sepintas pengertian mengajar hampir sama dengan pembelajaran, namun pada

dasarnya berbeda. Dalam pembelajaran, situasi atau kondisi yang memungkinkan

terjadinya proses belajar harus dirancang dan dipertimbangkan terlebih dahulu oleh guru. Istilah pembelajaran atau proses pembelajaran sering dipahami sebagai proses

belajar mengajar di mana di dalamnya terjadi interaksi guru dan siswa dan antara

sesama siswa untuk mencapai suatu tujuan yaitu terjadinya perubahan sikap dan

tingkah laku siswa.

Pembelajaran berupaya mengubah masukan berupa siswa yang belum

terdidik, menjadi siswa yang terdidik, siswa yang belum memiliki pengetahuan

tentang sesuatu, menjadi siswa yang memiliki pengetahuan. Demikian pula siswa

yang memiliki sikap, kebiasaan atau tingkah laku yang belum mencerminkan

(32)

commit to user

sikap, kebiasaan dan tingkah laku yang baik. Sebenarnya belajar dapat saja terjadi

tanpa pembelajaran, namun hasil belajar akan tampak jelas suatu aktivitas pembelajaran (Aunurrahman, 2009 :34).

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu

usaha sadar dari guru untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian

peristiwa yang dirancang, disusun untuk mendukung dan mempengaruhi terjadinya

proses belajar siswa yang bersifat internal sehingga mampu menimbulkan perubahan

tingkah laku pada siswa yang berlangsung relatif lama.

2. Model Pembelajaran

Model diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai

pedoman dalam melakukan kegiatan. Model mengajar menurut Joyce dan Weil

dalam Syaiful Sagala (2011:176) adalah suatu deskripsi dari lingkungan belajar yang

menggambarkan perencanaan kurikulum, kursus-kursus, desain unit-unit pelajaran

dan pembelajaran, perlengkapan belajar, buku-buku pelajaran, buku-buku kerja,

program multimedia dan bantuan belajar melalui program komputer.

Menurut Aunurrahman (2009:146), model pembelajran dapat diartikan

sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam

mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu,

berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru untuk

merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran. Model pembelajaran juga

dapat dimaknai sebagai perangkat rencana atau pola yang dapat dipergunakan untuk merancang bahan-bahan pembelajaran serta membimbing aktivitas pembelajaran di

kelas atau di tempat-tempat lain yang melaksanakan aktivitas pembelajaran.

Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran adalah kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam

melakukan kegiatan pembelajaran berupa deskripsi dari lingkungan belajar baik di

(33)

commit to user

3. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran kelompok yang memiliki aturan-aturan tertentu. Prinsip dasar pembelajaran

kooperatif adalah siswa membentuk kelompok kecil dan saling mengajar sesamanya

untuk mencapai tujuan bersama. Dalam pembelajaran kooperatif siswa pandai

mengajar siswa yang kurang pandai tanpa merasa dirugikan. Siswa kurang pandai

dapat belajar dalam suasana yang menyenangkan karena banyak teman yang

membantu dan memotivasinya. Siswa yang sebelumnya bersikap pasif setelah

menggunakan pembelajaran kooperatif akan terpaksa berpartisipasi secara aktif agar

bias diterima oleh anggota kelompoknya (Made Wena, 2009:189).

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar

menciptakan interaksi yang silih asah sehingga sumber belajar bagi siswa bukan

hanya guru dan buku ajar, tetapi juga sesama siswa (Made Wena, 2009:189)

Menurut Lie dalam Made Wena, (2009:189), pembelajaran kooperatif

adalah sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja

sama dengan sesama siswa untuk tugas-tugas yang terstruktur, dan dalam sistem ini

guru bertindak sebagai fasilitator.

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran kooperatif adalah sistem pembelajaran yang berusaha memanfaatkan

siswa lain dalam suatu kelompok kecil sebagai sumber belajar selain guru dan

sumber ajar lainnya

Prinsip-prinsip pembelajaran kooperatif antara lain :

a. Prinsip Ketergantungan Positif (Positive Interdependence).

Dalam pembelajaran kelompok, keberhasilan suatu penyelesaian tugas

sangat tergantung kepada usaha yang dilakukan setiap anggota kelompoknya. Oleh

sebab itu, perlu disadari oleh setiap anggota kelompok keberhasilan penyelesaian

tugas kelompok akan ditentukan oleh kinerja masing-masing anggota. Dengan

demikian semua anggota kelompok akan merasa saling ketergantungan.

b. Tanggung Jawab Perseorangan (Individual Accountability).

Prinsip ini merupakan konsekuensi dari prinsip yang pertama. Oleh karena

(34)

commit to user

kelompok harus memiliki tanggungjawab sesuai dengan tugasnya. Setiap anggota

kelompok harus memberikan yang terbaik untuk keberhasilan kelompoknya. Untuk mencapai hal tersebut, guru perlu memberikan penilaian terhadap individu dan juga

kelompok. Penilaian individu bisa berbeda, akantetapi penilaian kelompok harus

sama.

c. Interaksi Tatap Muka (Face to Face Promotion Interaction).

Pembelajaran kooperatif memberi ruang dan kesempatan yangluas kepada

setiap anggota kelompok untuk bertatap muka saling memberikan informasi dan

saling membelajarkan. Interaksi tatap muka akan memberikan pengalaman yang

berharga kepada setiapanggota kelompok untuk bekerja sama, menghargai setiap

perbedaan individu, memanfaatkan kelebihan masing-masing anggota, dan mengisi

kekurangan masing-masing. Kelompok belajar kooperatif dibentuk secara heterogen,

dari segi budaya, latar belakang sosial, dankemampuan akademik yang berbeda.

Perbedaan semacam ini akan menjadi modal utama dalam proses memperkaya antar

anggota kelompok.

d. PartisipasidanKomunikasi (Participation Communication).

Pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk dapat mampu berpartisipasi

aktif dan berkomunikasi. Kemampuan ini sangat penting sebagai bekal mereka

dalam kehidupan di masyarakat kelak. Oleh sebab itu, sebelum melakukan kooperatif

, guru perlu membekali siswa dengan kemampuan berkomunikasi. Tidak setiap siswa

mempunyai kemampuan berkomunikasi, misalnya kemampuan mendengarkan dan

kemampuan berbicara, padahal keberhasilan kelompok ditentukan oleh partisipasi setiap anggotanya.

Ada bermacam macam tipe pembelajaran kooperatif, antara lain : Student

Team Achievement Division (STAD), Teams Game Tournament (TGT), Jigsaw,

Group Investigation (GI) , Team Accelerated Instruction (TAI) dsb. Salah satu tipe

pembelajaran kooperatif adalah model Group Investigation. Tipe ini merupakan

model pembelajaran kooperatif yang kompleks karena memadukan antara prinsip

belajar kooperatif dengan pembelajaran yang berbasis konstruktivisme dan prinsip

(35)

commit to user

4. Pembelajaran Kooperatif Tipe Investigasi Kelompok (Group Investigation)

a. Pengertian Group Investigation

Salah satu tipe pembelajaran kooperatif adalah group investigation. Tipe ini

merupakan model pembelajaran kooperatif yang kompleks karena memadukan

antara prinsip belajar kooperatif dengan pembelajaran yang berbasis konstruktivisme

dan prinsip pembelajaran demokratis.

Model ini dikembangkan oleh John Dewey dan Herbert A. Thelen yang

menggabungkan pandangan-pandangan proses sosial yang demokratis dengan

penggunaan strategi-strategi intelektual atau ilmiah untuk membantu manusia

menciptakan pengetahuan dan masyarakat yang teratur dengan baik.

Group investigation yang dikembangkan oleh Sholomo dan Yael Sharan di

Universitas Tel aviv, merupakan perencanaan pengaturan kelas yang umum dimana

para siswa bekerja dalam kelompok kecil menggunakan pertanyaan kooperatif,

diskusi kelompok, serta perencanaan dan proyek kooperatif (Sharan and Sharan,

1992 dalam Salvin 2009: 25). Dalam model ini, para siswa dibebaskan membentuk

kelompoknya sendiri yang terdiri dari dua sampai enam orang anggota.

b. Tahap-Tahap Group Investigation

Dalam group investigation, siswa bekerja melalui enam tahap. Tahap-tahap

tersebut antara lain :

1) mengidentifikasi topik dan mengatur siswa kedalam kelompok;

Pada tahap ini siswa meneliti beberapa sumber, mengusulkan sejumlah

topik, dan mengkategorikan saran-saran. Kemudian siswa bergabung dengan kelompoknya untuk mempelajari topic yang mereka pilih. Komposisi kelompok

didasarkan pada ketertarikan siswa dan harus bersifat heterogen. Tugas guru

membantu dalam pengumpulan informasi dan memfasilitasi pengaturan. 2) merencanakan tugas yang akan dipelajari;

Para siswa merencanakan bersama mengenai hal-hal yang akan dipelajari,

cara yang digunakan untuk mempelajari hal-hal tersebut dan pembagian tugas

(36)

commit to user 3) melaksanakan investigasi;

Pada tahap ini siswamengumpulkan informasi, menganalisis data, dan membuat kesimpulan.Tiap anggota kelompok berkontribusi untuk usaha-usaha yang

dilakukan kelompoknya. Mereka saling bertukar, berdiskusi, mengklarifikasi,dan

mensintesis semua gagasan

4) menyiapkan laporan akhir;

Pada tahap ini anggota kelompok menentukan pesan-pesan esensial dari

proyek mereka. Mereka merencanakan apa yang akan mereka laporkan, dan

bagaimana mereka akan membuat presentasi mereka. Kemudian wakil-wakil

kelompok membentuk sebuah panitia acara untuk mengkoordinasi rencana-rencana

presentasi.

5) mempresentasikan laporan akhir;

Presentasi yang dibuat untuk seluruh kelas dalam berbagai macam bentuk.

Bagian presentasi tersebut harus dapat melibatkan pendengarnya secara aktif. Para

pendengar mengevaluasi kejelasan dan penampilan presentasi berdasarkan kriteria

yang telah ditentukan sebelumnya oleh seluruh anggota kelas. 6) evaluasi.

Para siswa saling memberikan umpan balik mengenai topik tersebut,

mengenai tugas yang telah mereka kerjakan, mengenai keefektifan

pengalaman-pengalaman mereka. Guru dan siswa berkolaborasi dalam mengevaluasi

pembelajaran siswa. Penilaian atas pembelajaran harus mengevaluasi pemikiran

paling tinggi.(Slavin, 2008 : 218-220)

c. Keunggulan Group Investigation

Menurut Daniel Zingaro (2008 : 4-6) Group Investigation memiliki

beberapa keunggulan antara lain :

1) Siswa memiliki pertanyaan dengan tingkat lebih tinggi, mereka

membutuhkan penjabaran respon atau penggunaan pemecahan masalah. 2) Siswa pada lebih kooperatif dan altruistic, bahkan ketika mereka

berinteraksi dengan siswa di luar tim mereka atau dalam situasi luar. 3) Siswa mampu mengekspresikan diri, memiliki kebebasan, tanggung

(37)

commit to user

4) Siswa memiliki sifat etnik yang jauh lebih baik daripada siswa yang

berada di kelas tradisional.

d. Kelemahan Group Investigation

Menurut Daniel Zingaro (2008 : 6) Group Investigation memiliki beberapa

kelemahan antara lain :

1) Ada siswa yang tidak puas dengan hasil penemuan sendiri.

2) Ada siswa merasa bahwa GI membuang banyak waktu dibandingkan

dengan instruksi secara langsung.

3) Siswa tidak belajar sub topik lain dari topik secara keselurruhan.

4) Siswa tidak memiliki ketrampilan secara keseluruhan.

5) Siswa tidak puas dengan kurangnya kerjasama.

5. Metode Pembelajaran

Ada beberapa pendapat mengenai pengertian metode. Menurut Mulyani

Sumantri (2001 : 114) metode merupakan cara-cara yang ditempuh guru untuk

menciptakan situasi pengajaran yang benar-benar menyenangkan dan mendukung

bagi kelancaran proses belajar dan tercapainya prestasi belajar anak yang

memuaskan.

Menurut Mulyati Arifin (1990 : 107) metode mengajar menyangkut

permasalahan kegiatan fisik apa yang harus diberikan kepada siswa sehingga

kemampuan intelektualnya dapat berkembang, sehingga belajar dapat berjalan secara

efisien dan bermakna bagi siswa.

Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan pengertian metode pembelajaran

adalah cara-cara yang ditempuh oleh guru untuk menciptakan situasi pengajaran

yang benar-benar menyenangkan dan membuat kemampuan intelektual siswa

berkembang, sehingga belajar dapat berjalan secara efisien dan bermakna bagi siswa.

Ada bermacam-macam metode pembelajaran antara lain metode ceramah,

metode tanya jawab, metode diskusi, metode demonstrasi, metode sosiodrama,

metode karyawisata, metode kerja kelompok, metode eksperimen, metode proyek

(38)

commit to user

6. Metode Proyek

Metode proyek adalah sebuah metode pembelajaran yang inovatif, dan lebih menekankan pada belajar kontekstual melalui kegiatan-kegiatan yang

kompleks. Fokus pembelajaran terletak pada prinsip dan konsep inti dari suatu

disiplin ilmu, melibatkan siswa dalam investigasi pemecahan masalah dan kegiatan

tugas-tugas bermakna lain, memberi kesempatan siswa bekerja secara otonom dalam

mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri, dan mencapai puncaknya untuk

menghasilkan produk nyata. Metode proyek memiliki potensi yang besar untuk

memberi pengalaman belajar yang lebih menarik dan bermakna bagi siswa (Made

Wena, 2009:145).

a. Tujuan Metode Proyek

Kerja proyek memuat tugas-tugas yang kompleks berdasarkan kepada

pertanyaan dan permasalahan (problem) yang sangat menantang, dan menuntut siswa

untuk merancang ,memecahkan masalah, membuat keputusan, melakukan kegiatan

investigasi, serta memberikan kesempatan kepada siwa untuk bekerja secara mandiri

(Thomas, dkk, 1999). Tujuannya adalah agar siswa mempunyai kemandirian dalam

menyelesaikan tugas yang dihadapinya (Made Wena, 2009 : 144).

b. Karakteristik Pembelajaran Proyek

Menurut Buck Institute for Education (1990) dalam Made Wena (2009:145)

belajar berbasis proyek memiliki karakteristik berikut : 1) Siswa membuat keputusan dan kerangka kerja.

2) Terdapat masalah yang pemecahannya tidak ditentukan sebelumnya.

3) Siswa merancang proses untuk mencapai hasil.

4) Siswa bertanggung jawab untuk mendapatkan dan mengelola informasi

yang dikumpulkan.

5) Siswa melakukan evaluasi secara kontinu.

6) Siswa secara teratur melihat kembali apa yang mereka kerjakan.

7) Hasil akhir berupa produk dan dievaluasi kualitasnya.

8) Kelas memiliki atmosfir yang memberi toleransi kesalahan dan

(39)

commit to user

Sebagai sebuah metode pembelajaran, menurut Thomas (2000) dalam Made

Wena (2009:146), pembelajaran proyek mempunyai beberapa prinsip, yaitu 1) Prinsip sentralistis (centrality)

Prinsip sentralistis (centrality) menegaskan bahwa kerja proyek merupakan

esesnsi dari kurikulum. Model ini merupakan pusat strategi pembelajaran, dimana

siswa belajar konsep utama dari suatu pengetahuan melalui kerja proyek. 2) Prinsip pertanyaan pendorong/penuntun (driving question)

Prinsip pertanyaan pendorong/penuntun (driving question) berarti bahwa

kerja proyek berfokus pada “pertanyaan atau permasalahan” yang dapat mendorong

siswa untuk berjuang memperoleh konsep atau prinsip utama suatu bidang tertentu. 3) Prinsip investigasi konstruktif (constructive investigation)

Prinsip investigasi konstruktif (constructive investigation) merupakan proses

yang mengarah kepada pencapaian tujuan, yang mengandung kegiatan inkuiri,

pembangunan konsep, dan resolusi. 4) Prinsip otonomi (autonomy)

Prinsip otonomi (autonomy) dalam pembelajaran berbasis proyek dapat

diartikan sebagai kemandirian siwa dalam melaksanakan proses pembelajaran, yaitu

bebas menentukan pilihannya sendiri, bekerja dengan minimal supervise, dan

bertanggung jawab.

5) Prinsip realistis (realism)

Prinsip realistis (realism) berarti bahwa proyek merupakan suatu yang nyata,

bukan seperti disekolah. Pembelajaran proyek harus dapat memberikan perasaan realistis kepada siswa termasuk dalam memilih topik, tugas, dan peran konteks kerja,

kolaborasi kerja, produk, pelanggan, maupun standart produknya.

Langkah-langkah pembelajaran model proyek adalah sebagai berikut : 1)

pengajar mengajukan sejumlah masalah. 2) siswa memilih topik/ masalah yang

diinginkan. 3) siswa membentuk kelompok kecil, menentukan langkah penyelesaian.

4) siswa menyusun cara kerja. 5) siswa mencari sumber yang diperlukan. 6)

mengadakan penyelidikan. 7) mengumpulkan segala hal yang dianggap penting. 8)

(40)

commit to user

c. Keunggulan Metode Proyek

Menurut Moursund (1997) dalam Made Wena (2009 :147), beberapa keuntungan dari metode proyek antara lain sebagai berikut :

1)Increased motivation

Pembelajaran proyek dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, terbukti

dari beberapa laporan penelitian tentang pembelajaran proyek yang menyatakan

bahwa siswa sangat tekun, berusaha keras untuk menyelesaikan proyek, siswa

merasa lebih bergairah dalam pembelajaran, dan keterlambatan dalam kehadiran

sangat berkurang.

2)Increased problem-solving ability

Beberapa sumber mendeskripsikan bahwa lingkungan belajar pembelajaran

proyek dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah, membuat siswa

lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-problem yang bersifat kompleks.

3)Improved library research skill

Karena pembelajaran proyek mempersyaratkan siswa harus mampu secara

cepat untuk memperoleh informasi melalui sumber-sumber informasi, sehingga

ketrampilan siswa untuk mencari dan mendapatkan informasi akan meningkat

4)Increased collaboration

Pentingnya kerja kelompok dalam proyek memerlukan siswa

mengembangkan dan mempraktikan ketrampilan komunikasi. Kerja kelompok

kooperatif, evaluasi siswa, pertukaran informasi online adalah aspek-aspek

kolaboratif dari sebuah proyek.

5)Increased resource-management skill

Pembelajaran berbasis proyek yang diimplementasikan secara baik

memberikan kepada siswa pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi proyek,

dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk

menyelesaikan tugas (Made Wena, 2009 : 147).

d. Kekurangan Metode Proyek

Beberapa kelemahan dari pembelajaran berbasis proyek antara lain : 1) untuk siswa yang apatis, malas, dan minder akan semakin tergeser dari

(41)

commit to user

2) untuk siswa dengan tingkat kemampuan menalar sedang dan rendah

kurang cocok dengan metode proyek

Penelitian ini menggunakan metode proyek terbimbing dimana pelaksanaan

proyek masih ada bimbingan dari guru.

7. Metode Eksperimen

Menuru Syaiful Sagala (2011: 220) percobaan untuk membuktikan suatu

pertanyaan atau hipotesis tertentu. Eksperimen bisa dilakukan pada suatu

laboratorium, pekerjaan eksperimen mengandung makna belajar untuk berbuat,

karena itu dapa dimasukkan kedalam metode pembelajaran. Metode eksperimen

adalah cara penyajian bahan pembelajaran dimana siswa melakukan percobaan

dengan mengalami untuk membuktikan pertanyaan atau hipotesis yang dipelajari.

a. Tujuan Metode Eksperimen

Tujuan dari pendekatan eksperimen antara lain:

1) agar peserta didik mampu menyimpulkan fakta-fakta, informasi atau

data yang diperoleh,

2) melatih peserta didik merancang, mempersiapkan, melaksanakan dan

melakukan percobaan, dan

3) melatih peserta didik menggunakan logika berfikir induktif untuk

menarik kesimpulan dari fakta, informasi atau data yang terkumpul

melalui percobaan (Mulyani Sumantri dan Johar Permana, 2001:136).

b. Karakteristik Metode Eksperimen

Metode eksperimen dibedakan menjadi dua yaitu metode yang terencana

atau terbimbing dan metode eksperimen yang bebas. Dalam pembelajaran kimia,

kebanyakan eksperimen dipilih yang terbimbing atau terencana. Alasan utama adalah

dengan metode eksperimen terbimbing, hasilnya akan lebih cepat selesai dan lebih

teratur dan terarah, sehingga siswa tidak mudah bingung. Metode eksperimen

terbimbing adalah metode eksperimen dimana seluruh jalannya percobaan sudah

dirancang oleh guru sebelum percobaan dilakukan siswa. Langkah-langkah yang

harus dilaksanakan oleh siswa, peralatan yang harus diamati dan diukur semuanya

(42)

commit to user

dimana guru tidak memberikan petunjuk percobaan secara terperinci. Dengan kata

lain siswa harus lebih banyak berfikir sendiri, bagaimana akan merangkai rangkaian, apa yang harus diamati, diukur, dan dianalisa serta disimpulkan (Arni Astuti, 2010 :

22).

Prosedur eksperimen menurut Syaiful Sagala (2011), adalah :

1) perlu dikemukakan pada siswa tentang tujuan eksperimen dengan cara

mengajukan pertanyaan/ memberi masalah, mereka harus memahami masalah yang

akan dibuktikan melalui eksperimen;

2) mengumpulkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam eksperimen,

hal-hal yang harus dikontrol ketat, urutan eksperimen, hal-hal yang perlu dicatat; 3) Selama eksperimen berlangsung guru harus mengawasi pekerjaan

siswa, bila perlu member saran atau pertanyaan yang menunjang jalannya

eksperimen;

4) Setelah eksperimen selesai guru harus mengumpulkan hasil penelitian

kemudian mendiskusikan dan mengevaluasi dengan tes atau tanya jawab.

c. Keunggulan Metode Eksperimen

Metode eksperimen sering digunakan karena memiliki keunggulan sebagai

berikut :

1) Siswa lebih terlatih menggunakan metode ilmiah dalam menghadapi

segala masalah, sehingga tidak mudah percaya pada sesuatu yang belum pasti

kebenarannya, dan tidak mudah percaya pula dengan kata orang, sebelum ia

membuktikan kebenarannya.

2) Mereka lebih aktif berpikir dan berbuat; suatu hal yang sangat

dikendaki oleh kegiatan belajar mengajar yang modern, dimana siswa lebih banyak

aktif belajar sendiri dengan bimbingan guru.

3) Siswa dalam melaksanakan proses eksperimen disamping memperoleh

ilmu pengetahuan, juga menemukan pengalaman praktis serta ketrampilan dalam

menggunakan alat-alat percobaan.

4) Siswa membuktikan sendiri kebenaran suatu teori, sehingga akan

mengubah sikap mereka yang tahayul, ialah peristiwa yang tidak masuk akal

(43)

commit to user

d. Kekurangan Metode Eksperimen

Eksperimen juga memiliki beberapa kekurangan, antara lain : 1) memerlukan peralatan percobaan yang komplit,

2) dapat menghambat laju pembelajaran dalam penelitian yang

memerlukan waktu yang lama,

3) menimbulkan kesulitan bagi guru dan peserta didik apabila kurang

berpengalaman dalam penelitian, dan

4) kegagalan dan kesalahan dalam bereksperimen akan berakibat pada

kesalahan menyimpulkan (Mulyani Sumantri dan Johar Permana, 2001:

136-137).

8. Prestasi Belajar

Kata ” prestasi” berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie. Kemudian

dalam bahasa Indonesia menjadi ”prestasi” yang berarti ”hasil usaha”. Prestasi

belajar merupakan suatu masalah yang utama dalam sejarah kehidupan manusia

karena sepanjang kehidupanya manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang dan

kemampuan masing-masing. Kehadiran prestasi belajar dalam kehidupan manusia

pada tingkat dan jenis tertentu dapat memberikan kepuasan tertentu pula pada

manusia, khususnya manusia yang berada pada bangku sekolah (Zainal Arifin 1990:

2-3).

a. Fungsi Prestasi Belajar

Fungsi utama prestasi belajar menurut Zainal Arifin (1990: 3-4) antara lain: 1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan

yang telah dikuasai anak didik.

2) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. Hal ini

didasarkan atas asumsi bahwa para ahli psikologi yang menyebut hal ini sebagai

tendensi keingintahuan (couriosity) dan merupakan kebutuhan umum pada manusia,

termasuk kebutuhan anak didik dalam suatu program pendidikan.

3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan.

Gambar

Gambar 1 Skema Bentuk-Bentuk Belajar Ausebel .........................................
Gambar 1. Skema bentuk-bentuk belajar Ausubel (Ratna Wilis Dahar 2011 : 94) commit to user
Tabel 1. Nama-nama Unsur Beserta Lambangnya
Tabel 2. Sifat dan Kegunaan Logam
+7

Referensi

Dokumen terkait

Secara makro ekonomi meningkatnya jumlah pengangguran atau menu- funoya kesempatan kerja akan mempengaruhi tingkat output dan pada akhirnya mempengaruhi

Berdasarkan dari deskripsi data, analisis hipotesis dan pembahasan, maka simpulan penelitian adalah: Pertama , uji kecenderungan data variabel supervisi akademik

Gambar 1 Grafik pola konsumsi pakan Ayam Kampung umur 8-12 minggu Berdasarkan hasil analilis ragam yang dapat dilihat pada Tabel 3 bahwa perlakuan tidak mempengaruhi

Pada era modern saat ini, perkembangan teknologi komputer saat ini sudah berkembang pesat dan sudah banyak instansi atau organisasi-organisasi pada perusahaan atau

menyaksikan, dan akan berakibat pada kepuasan dan ketidakpuasan khalayak.. Berikut adalah beberapa pertanyaan yang disampaikan kepada partisipan. mengenai teknik pengambilan gambar

Karakteristik pasien pada saat kontrol, seperti umur pada saat mulai terapi, severity, tingkat ekonomi dan pendidikan orangtua atau caregiver, kemudahan akses ke

[r]

[r]