• Tidak ada hasil yang ditemukan

CRITICAL POLICY ANALYSIS PERATURAN DAERAH NO 2 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN PEMBERANTASAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT MASYARAKAT TERKAIT PEREDARAN MINUMAN BERALKOHOL (Studi Kasus: di Kota Serang, Provinsi Banten)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "CRITICAL POLICY ANALYSIS PERATURAN DAERAH NO 2 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN PEMBERANTASAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT MASYARAKAT TERKAIT PEREDARAN MINUMAN BERALKOHOL (Studi Kasus: di Kota Serang, Provinsi Banten)"

Copied!
560
0
0

Teks penuh

(1)

MINUMAN BERALKOHOL

(Studi Kasus: di Kota Serang, Provinsi Banten)

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Kebijakan Publik

Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Oleh: Agung Sudrajat NIM. 6661131241

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

SERANG

(2)

Terkait Peredaran Minuman Beralkohol (Studi Kasus: Di Kota Serang, Provinsi Banten). Program Studi Ilmu Administrasi Negara. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Pembimbing I: Rahmawati, M.Si dan Pembimbing II: Riswanda, Ph.D

Perlindungan secara hukum terhadap warga negara merupakan hal yang wajib dilakukan oleh negara, baik secara jasmani maupun rohani. Terkait hal tersebut Pemerintah Kota Serang membuat Peraturan Daerah Kota Serang No 2 Tahun 2010 Tentang Pencegahan Pemberantasan dan Penanggulangan Penyakit Masyarakat dalam rangka untuk tetap menjaga nilai-nilai luhur yang dijunjung tinggi oleh masyarkat Kota Serang sejak dahulu agar tidak terkontaminasi oleh gangguan ketertiban maupun keamanan. Yang salah satunya berkaitan dengan penyakit masyarakat. Adanya suatu Peraturan Daerah merupakan sesuatu yang sangat penting untuk menata berbagai aspek di daerah. Khususnya untuk mengatasi peredaran minuman beralkohol yang merupakan salah satu hal yang tergolong Penyakit Masyarakat di Kota Serang. Oleh karena itu fokus dan sekaligus merupakan judul penelitian ini adalah Critical Policy Analysis Peraturan Daerah No 2 Tahun 2010 Tentang Pencegahan Pemberantasan dan Penanggulangan Penyakit Masyarakat Terkait Minuman Beralkohol (Studi Kasus: Di Kota Serang, Provinsi Banten). Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kualitatif. Penelitian ini menggunakan teori Critical Systems Thinking dari Ulrich (Riswanda, 2016). Hasil penelitian menunjukan bahwa, Peraturan Daerah No 2 Tahun 2010 Tentang Pencegahan Pemberantasan dan Penanggulangan Penyakit Masyarakat khususnya terkait larangan peredaran minuman beralkohol di Kota Serang belum optimal dalam mengatasi masalah peredaran minuman beralkohol. Hal tersebut disebabkan karena masih adanya sejumlah pihak yang mengambil keuntungan dari adanya peredaran minuman beralkohol, kurang tegasnya pihak pelaksana aturan, adanya tempat usaha yang menyalahgunakan izin usahanya dengan menjual minuman beralkohol, adanya oknum aparat yang menjadi backing tempat usaha tersebut, peredaran minuman beralkohol terjadi tidak hanya di pusat Kota Serang namun juga hingga ke perkampungan, serta kenyataan bahwa minuman beralkohol ini sudah lekat dikonsumsi oleh kalangan tertentu di Kota Serang tidak dapat dipungkiri, karena kalangan tersebut cenderung mengabaikan bahaya mengkonsumsi minuman beralkohol padahal sudah mengetahui hal tersebut. Untuk mengatasi permasalahan peredaran minuman beralkohol ini, dibutuhkan suatu Peraturan Daerah yang baru yang membahas permasalahan minuman beralkohol secara khusus serta memiliki aturan dan sanksi yang tegas, yang tidak memiliki pengecualian dan inkonsistensi pada bunyi aturannya.

(3)

Departement of Public Administration. Faculty of Social and Political Sciences. Sultan Ageng Tirtayasa University. Advisor I: Rahmawati, M. Si and Advisor II: Riswanda, Ph. D.

Legal protection of citizens is a must for the state, both physically and spiritually. Related to that the City Government Serang make Regional Regulations Serang City No. 2 of 2010 on Prevention Eradication and Disease Prevention Society in order to keep the noble values are upheld by the people of Serang City since the first so as not to be contaminated by disturbances of order and security. One of them is related to community disease. The existence of a Regional Regulation is something that is very important to organize various aspects in the region. Especially to overcome the distribution of alcoholic beverages which is one of the things classified as Public Disease in Serang City. Therefore, the focus and at the same time is the title of this research is Critical Policy Analysis Local Regulation No. 2 Year 2010 on Prevention Eradication and Disease Control Society Related Alcoholic Beverages (Case Study: In Serang City, Banten Province). The method used in this research is qualitative method. This research uses the theory of Critical Systems Thinking from Ulrich (Riswanda, 2016). The results of research show that, Regional Regulation No. 2 of 2010 on Prevention Eradication and Disease Prevention Society especially related to the prohibition of alcoholic beverages circulation in Serang City has not been optimal in overcoming the problem of alcoholic beverage circulation. This is because there are still a number of parties who take advantage of the circulation of alcoholic beverages, less strictly the implementers of the rules, the existence of business places that abuse his business license by selling alcoholic beverages, the existence of apparatus who became the backing of the business, alcoholic circulation occurred not only in downtown Serang but also up to the village, as well as the fact that alcoholic beverages are already attached consumed by certain circles in the city of Serang can not be denied, because these people tend to ignore the dangers of consuming alcoholic beverages even though already know it. To solve the problem of alcoholic circulation, a new Regional Regulation that addresses the issue of alcoholic drinks in particular and has strict rules and sanctions, which have no exceptions and inconsistencies in the sound of the rules.

(4)
(5)
(6)
(7)

Karena percayalah akan ada

kebahagiaan menantimu setelah

banyaknya kepedihan yang engkau

rasakan”

PERSEMBAHAN

“Skripsi ini Aku persembahkan untuk kedua orangtuaku tercinta dan juga

adiku yang telah memberikan motivasi dan doa padaku untuk terus

melangkah maju, Serta Skripsi ini Aku persembahkan bukan untuk DIA,

tetapi untuk MEREKA yang selalu menyemangatiku tanpa menjatuhkanku

(8)

i

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya yang senantiasa memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul Critical Policy

Analysis Peraturan Daerah No 2 Tahun 2010 Tentang Pencegahan

Pemberantasan dan Penanggulangan Penyakit Masyarakat di Kota Serang

Terkait Peredaran Minuman Beralkohol (Studi Kasus: di Kota Serang,

Provinsi Banten). Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat tugas akhir Studi

Strata Satu (S1) untuk mendapat gelar kesarjanaan bidang studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa keberhasilan dan kesempurnaan pada penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya dukungan dari berbagai pihak yang telah membantu dalam memberikan motivasi dan masukan untuk menambah wawasan terkait bidang yang diteliti oleh penulis. Oleh sebab itu, maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Kepada Allah SWT yang telah memberikan kelancaran pada proses penyusuna proposal skripsi ini.

(9)

ii

3. Bapak Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd., Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

4. Bapak DR. Agus Sjafari, M.Si., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa sekaligus sebagai Dosen Pembimbing akademik.

5. Ibu Rahmawati, S.Sos., M.Si., Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang juga merupakan Dosen Pembimbing Skripsi I yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam mengembangkan pemikiran kepada penulis dalam menyelesaikan proposal penelitian ini.

6. Bapak Iman Mukhroman, S.Sos, M.Si., Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

7. Bapak Kandung Sapto Nugroho, S.Sos, M.Si., Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

8. Ibu Listyaningsih, M.Si., Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

(10)

iii

10.Kepada seluruh Dosen dan Staff Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang tidak bisa Saya sebutkan satu persatu, yang telah membekali ilmu selama perkuliahan dan membantu dalam memberikan informasi selama proses perkuliahan.

11.Kepada para sahabatku yang selalu memberikan kebahagiaan, semangat dan doa yaitu Ariansyah, Topik, Samsul, Yosep, Yosa, Jalaludin, Aris Setiadi, Asep F, Egi Dwi P, Iman Eka S, Jaka Permana,.

12.Kepada teman-teman seperjuangan Angkatan 2013, khususnya kelas B Administrasi Negara yang telah menjadi sumber kebahagiaan dan selalu ada disaat duka selama menjalani perkuliahan.

13.Kepada kawan-kawan KKM Perumpera kelompok 6 yang telah memberikan semangat dan memberikan pengalaman hidup kepada penulis..

(11)

iv

kesalahan dan kekurangan dalam proposal penelitian ini. Penulis mengharapkan segala masukan baik kritik maupun saran dari pembaca yang dapat membangun demi penyempurnaan skripsi ini.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu,

Serang, September 2017

Penulis

(12)

v

LEMBAR PERSETUJUAN

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1

1.2 Identifikasi Masalah 20 1.3 Batasan Masalah 21

1.4 Rumusan Masalah 22 1.5 Tujuan Penelitian 22

1.6 Manfaat Penelitian 23

1.6.1 Manfaat Praktis ...23

1.6.2 Manfaat Teoritis ...23

1.7 Sistematika Penulisan 23

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN ASUMSI DASAR PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 29

2.1.1. Pengertian Kebijakan Publik 30

2.1.1.1. Pengertian Kebijakan……...30

2.1.1.2. Pengertian Publik ...34

2.1.1.3. Pengertian Kebijakan Publik ...35

2.1.2. Critical System Thinking 38

(13)

vi

2.2.2. Test kadar alkohol Untuk Pengemudi (Breathalyzer Test)………...53

2.2.3. Batasan Umur Minum………...55

2.2.4. Kawasan Bebas Alkohol………...56

2.2.5. ID Night Club………...58

2.3 Penelitian Terdahulu 60

2.4 Kerangka Berfikir 62

2.5 Asumsi Dasar 66

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian 67 3.2 Fokus Penelitian 68

3.3 Lokasi Penelitian 69

3.4 Fenomena yang diamati ...70

3.4.1 Definisi Konsep ...70

3.4.1 Definisi Operasional ...70

3.5 Instrumen Penelitian 76

3.6 Informan Penelitian 77

3.7 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data 81

3.8 Uji Keabsahan Data 93

3.9 Jadwal Penelitian ...94

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Obyek Penelitian 97

4.1.1 Profil Kota Serang 97

4.1.1.1. Keadaan Geografis Kota Serang 99

4.1.1.2. Slogan Kota Serang Madani……….. 100

4.1.1.3. Visi Misi Kota Serang………101

(14)

vii

4.1.3 Profil Satpol PP Kota Serang………....108

4.1.3.1 Visi dan Misi Satuan Polisi Pamong Praja Kota Serang…….111

4.1.4 Profil Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Serang ………..113

4.1.4.1. Visi Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Serang……….114

4.1.4.2. Misi Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Serang……….115

4.1.5 Profil Dinas Kesehatan Kota Serang……….116

4.1.5.1 Visi dan Misi………..116

4.1.5.2 Tujuan dan Sasaran………118

4.1.6 Profil Dinas Sosial Kota Serang………....120

4.I.6.1 Kedudukan Dinas Sosial Kota Serang……….………...121

4.1.6.2 Visi dan Misi Dinas Sosial Kota Serang………….…………...121

4.1.6.3 Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Sosial Kota Serang…………..122

4.1.6.4 Susunan Organisasi Dinas Sosial Kota Serang………..123

4.1.6.5 Program dan Kegiatan Dinas Sosial Kota Serang….………….124

4.2 Analisis Perda No 2 Tahun 2010 Tentang Pencegahan Pemberantasan dan Penanggulangan Penyakit Masyarakat...126

4.2.1. Adanya Inkonsistensi Bunyi Ayat Pada Pasal 7 Tentang Minuman Keras...128

4.2.2. Kurangnya Kejelasan Pembahasan dan Keterangan Isi Perda...130

4.2.3. Penegakan Aturan yang Bergantung Pada Adanya Perwal……....133

4.2.4. Tidak Fokus dan Mrincinya Isi Perda...136

4.3 Deskripsi Data………..138

(15)

viii

4.4.1.2. Purpose (Tujuan)………..157

4.4.1.3. Measure of improvement (Ukuran perbaikan)…………..165

4.4.2. Sources of Power (Sumber Kekuatan)………170

4.4.2.1. Decision Maker (Pembuat Keputusan)………..170

4.4.2.2. Resources (Sumber daya)………187

4.4.2.3 Decision Environment (Lingkungan Keputusan)…….……206

4.4.3. Sources of Knowledge (Sumber Pengetahuan)……….225

4.4.3.1. Professional (Tenaga Ahli)……….225

4.4.3.2. Expertise (Keahlian)……….246

4.4.3.3. Guarantee (Jaminan)………....261

4.4.4. Sources of Legitimation (Sumber Pengesahan)……….…...295

4.4.4.1. Witness (Saksi)……….…...396

4.4.4.2. Emancipation (Emansipasi)……….……...312

4.4.4.3. World View (Pandangan Dunia)……….….…323

4.4.5. Narrative Inquiry (Kabid PPHD Satpol PP Kota Serang)…….…...341

4.5 Pembahasan……….….344

4.5.1. Stakeholder (Pemilik Kepentingan)………...345

4.5.2. Purpose (Tujuan)………..348

4.5.3. Measure of improvement (Ukuran perbaikan)………...357

4.5.4. Decision-maker (Pengambilan keputusan)………...364

4.5.5. Resources (Sumber daya)……….368

4.5.6. Decision Environment (Keputusan lingkungan)………...370

(16)

ix

4.5.11. Emancipation (Emansipasi)………....400 4.5.12. World View (Pandangan Dunia)………..405

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ………440 5.2 Saran...442

DAFTAR PUSTAKA

(17)

x

Gambar 1.2 Opini PublikTerkait Perda Pekat...8

Gambar 1.3 Berita Pengrebegan Gudang Miras di Serang 9

Gambar 1.4 Inkonsitensi Pasal ………..……13

Gambar 1.5 Catatan Peneliti ………..…...20

Gambar 2.1 The Eternal Triangle of Boundary Judgments.………..…41

Gambar 4.9 Toko yang Secara Khusus Menjual Minuman Beralkohol…....52

Gambar 4.10 Pemerikasaan Kadar Alkohol………...54

Gambar 4.11 Batasan Umur Minum Alkohol………...56

Gambar4.12 Larangan Mengkonsumsi Minuman Beralkohol di Tempat Umum…..………58

Gambar 4.13 Pemeriksaan Identitas Oleh Petugas Klub Malam…………..59

Gambar 2.2 Kerangka Berfikir………..65

Gambar 3.1 The Eternal Triangle of Boundary Judgments……….…..76

Gambar 3.2 Analisis Data………..90

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Sekda………..………...…95

Gambar 4.2 Struktur Organisasi Satpol PP………..……….110

Gambar 4.3 Berita Penggrebegan Gudang Miras di Kota Serang……..…..127

Gambar 4.4 Pasal 7………...…....129

Gambar 4.5 Pasal 4...131

Gambar 4.6 Pasal 16………...……..132

Gambar 4.7 Pasal 14...134

(18)

xi

Tabel 1.2 Tabel Informasi Media Mengenai Perda Pekat...16

Tabel 2.1 Table of Boundary Categories ……….…..43

Tabel 2.2 Panduan Pertanyaan Kritis ……….….44

Tabel 2.3 Table of Boundary Categories……….…63

Tabel 3.1 Table of Boundary Categories……….…71

Tabel 3.2 Informan Penelitian……….….78

Tabel 3.3 Pedoman Wawancara………...84

Tabel 3.4 Jadwal Penelitian………..95

Tabel 4.1 Pegawai Bagian Hukum………..….106

Tabel 4.2 Jenjang Pendidikan Pegawai Bagian Hukum………...…106

Tabel 4.3 Komposisi SDM Satpol PP Kota Serang.……….111

Tabel 4.3 Table of Boundary Categories……….………139

Tabel 4.4 Informan Penelitian...145

Tabel 4.5 Daftar Tempat, dan Kadar Minuman Beralkohol di Kota Serang...217

Tabel 4.6 Temuan Lapangan……….………...414

(19)

xii

Lampiran 2 : Lembar Catatan Bimbingan Skripsi Lampiran 3 : Pedoman Wawancara

Lampiran 4 : Member Ceck Lampiran 5 : Matriks Wawancara Lampiran 6: Dokumentasi Penelitian

Lampiran 7 : Data-data Penelitian/Dokumen Penelitian Lampiran 8 : Daftar Riwayat Hidup

(20)

1 I.1. Latar Belakang

Perlindungan secara hukum terhadap warga negara merupakan hal yang wajib dilakukan oleh negara, baik secara jasmani maupun rohani sebagaimana yang tertera pada alinea ke 4 (empat) pada UUD 1945, yang berbunyi melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Perlindungan secara hukum terhadap warga negara ini dilaksanakan oleh sebuah negara dengan membuat pelbagai kebijakan yang dianggap mampu memenuhi hak-hak warganya. Oleh karena itu untuk dapat mewujudkan perlindungan terhadap warganya baik pemerintah pusat maupun daerah membuat pelbagai macam kebijakan yang dianggap dapat memberikan perlindungan secara hukum terhadap warganya.

(21)

Kemudian dengan adanya otonomi daerah setiap daerah juga dapat membuat peraturan-peraturan daerah yang sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi dari masyarakat daerah itu sendiri yang berkaitan dengan masalah keamanan, kesehatan, sosial budaya, dan ekonomi. Terkait hal tersebut Pemerintah Kota Serang membuat Peraturan Daerah Kota Serang No 2 Tahun 2010 Tentang Pencegahan Pemberantasan dan Penanggulangan Penyakit Masyarakat dalam rangka untuk tetap menjaga nilai-nilai luhur yang dijunjung tinggi oleh masyarkat Kota Serang sejak dahulu, dalam hal ini pemerintah Kota Serang membuat suatu peraturan daerah yang dapat menjaga nilai-nilai luhur tersebut agar tidak terkontaminasi oleh gangguan ketertiban maupun keamanan. Yang salah satunya berkaitan dengan penyakit masyarakat.

(22)

nilai-nilai luhur yang ada di Masyarakat yang telah ada sejak dahulu. Penyakit Masyarakat ini pula dapat merusak moral Masyarakat terutama dapat merusak moral para pemuda yang merupakan generasi penerus bangsa. Menurut Kuncoro (2005:57) Penyakit Masyarakat seperti halnya penyakit-penyakit yang ada dalam tubuh manusia dapat menular dari individu yang satu kepada individu yang lain dengan media pergaulan. Menurut Kasmanto (2004:70) :

“pergaulan merupakan salah satu kunci terbentuknya moral suatu individu, dan tidak jarang pembentukan moral melalui pergaulan mendatangkan perilaku yang negatif atau menyimpang”.

Kemudian menurut Vander Zanden dalam Kasmanto (2004:176)

“penyimpangan merupakan perilaku yang oleh sejumlah besar orang dianggap

(23)

mempererat pergaulan diantara Masyarakat. begitulah hasil wawancara awal dengan beberapa pemuda di Kota Serang (Pembicaraan pribadi, 10 oktober 2016).

Mengacu pada hasil wawancara yang dilakukan oleh Peneliti tersebut, terkadang dalam suatu pergaulan pada pelaksaannya dapat melibatkan hal-hal yang bersifat negatif salah satunya konsumsi minuman beralkohol dikalangan pemuda khususnya dikalangan pemuda Kota Serang. Peredaran minuman beralkohol dikalangan pemuda ini tentu merupakan hal yang buruk bagi kehidupan bermasyarakat karena mengkonsumsi minuman beralkohol dapat berakibat buruk bagi individu maupun lingkungannya dikarenakan kandungan-kandungan bahan kimia yang ada didalamnya dapat membuat seseorang tidak sadar dan dapat melakukan perbuatan diluar kendali. Menurut Aminudin (2010:8) Minuman Beralkohol adalah:

“Minuman yang mengandung etanol dihasilkan dari penyulingan yang diproduksi dengan cara fermentasi biji-bijian, buah-buahan atau sayur-sayuran, mengkonsumsi minuman beralkohol dapat menimbulkan dampak negatif, bila dikonsumsi secara berlebihan dapat menimbulkan Gangguan Mental Organik (GMO), yaitu gangguan dalam fungsi berpikir, merasakan, dan berperilaku.”

(24)

mengkonsumsi minuman beralkohol tersebut maupun bagi Masyarakat. Seperti yang dikutip dari Aminudin (2010:10):

“Minuman yang mengandung Etanol. Etanol adalah bahan psikoaktif yang apabila dikonsumsi menyebabkan penurunan kesadaran. Adapun dampak negatif dari minuman beralkohol dari segi kesehatan yaitu gangguan fisik, gangguan jiwa, gangguan terhadap keamanan dan ketertiban masyarakat, serta menimbulkan gangguan kesehatan jasmani dan rohani.”

Melihat dampak negatif yang dapat ditimbulkan dari minuman beralkohol maka sudah selayaknya pemerintah memiliki kewenangan untuk membatasi peredaran serta penjualan minuman beralkohol dengan cara adanya pengawasan yang dilakukan Pemerintah Pusat atau daerah, untuk menanggulangi peredaran minuman beralkohol. Dalam hal ini Pemerintah Kota Serang membuat Peraturan Daerah No 2 Tahun 2010 Tentang Pencegahan Pemberantasan dan Penanggulangan Penyakit Masyarakat yang salah satunya pasalnya melarang peredaran minuman beralkohol di Kota Serang. Dikutip dari (media online) Radar Banten 21 januari 2015, Kepala Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi (Disperindagkop) Kota Serang, Akhmad Benbela saat ditemui pewarta di Serang pada rabu (21/1) mengatakan, bahwa:

(25)

Gambar 1.1

Pelarangan Minuman Beraalkohol di Kota Serang

(Sumber: Radar Banten News)

(26)

Mahasiswa sekalipun termasuk di dalamnya (Aminudin, 2010:30). Pada tanggal 04 Oktober 2016, peneliti melakukan observasi awal ke salah satu Tempat Hiburan di Kota Serang yang diduga menjadi tempat peredaran minuman beralkohol, dan menemukan pelbagai merk minuman keras yang disajikan. Selain Tempat Hiburan Malam, Warung-warung Remang di sekitar Terminal Kepandean Kota Serang pun menjual minuman beralkohol, hal itu diketahui ketika peneliti melakukan observasi lanjutan pada tanggal 15 Oktober 2016. Terlihat warung yang berjualan bahan-bahan pokok sepanjang Terminal Kepandean Kota Serang, yang anehnya tidak hanya barang kebutuhan pokok yang diperjualbelikan, namun minuman beralkohol juga diperjualbelikan di Warung tersebut. Peneliti selanjutnya mempertanyakan hal tersebut terhadap salah satu penjual di salah satu warung di Terminal Kepandean Kota Serang, S Pria berusia sekitar 35 tahun itu mengatakan “berjualan disini aman kan ada yang ngebackingin lagian udah bayar uang keamanan juga”. (Pembicaraan pribadi, 15 oktober 2016).

(27)

Dikutip dari (media online) PKS News 21 januari 2015, Sekertaris komisi DPRD Kota Serang, Iyus Gusmana saat ditemui pewarta di Serang pada rabu (21/1) mengatakan, bahwa:

“Warga menyayangkan banyak fasum (fasilitas umum) yang digunakan untuk maksiat. Seperti stadion, alun-alun, dan eks Terminal Kepandean yang disalahgunakan menjadi tempat maksiat tempat meinum minuman keras atau prostitusi” Ujar Iyus. Selain itu, lanjut iyus, “beberapa tempat karaoke keluarga mengurus izin sebagai rumah makan, ternyata banyak menjual minuman keras (miras)”. (Andi, Muhamad. Januari 2015, hal 1. 10 Oktober 2016)

Gambar 1.2

Opini Publik Mengenai Perda Pekat

(Sumber: PKS News)

(28)

semboyan dan orientasi hidup Masyarakat Kota Serang. Melihat kondisi yang sebenarnya, bahwa upaya yang dilakukan Pemerintah Kota Serang untuk memberikan solusi pada persoalan ini belum menyeluruh, mengakibatkan peredaran minuman beralkohol di Kota Serang semakin menjadi dan mudah untuk diperjualbelikan di berbagai wilayah Kota Serang. Argumen Peneliti sejalan dengan peristiwa Penggerebegan gudang miras yang terjadi pada Mei 2016 lalu di Kampung Unyur, Kelurahan Unyur, Kecamatan Serang, Kota Serang.

Gambar 1.3

Berita Penggrebegan Gudang Miras di Kota Serang

(Sumber: Radar Banten News)

(29)

tahun dan menyimpan ribuan botol minuman keras dari berbagai jenis. Seperti yang dikatakan, Kanit I Direktorat Reserse Kriminal Umum (Dirreskrimum) Polda Banten, Kompol Agus Suherman (26/5) Kepada wartawan:

“Terbongkarnya gudang miras yang sudah berdiri puluhan tahun ini berdasarkan informasi dari masyarakat yang resah dengan peredaran miras sehingga banyak tindakan kriminalitas. Ribuan botol miras berbagai merk kita sita dari gudang yang besar ini, kadar alkoholnya hingga 20 persen %.”. (Aria. 24 Mei 2016, hal. 1. 10 Oktober 2016).

(30)

Tabel 1.1

Data Kasus Minuman Beralkohol di Kota Serang Tahun 2016

No Tahun Jumlah Kasus Jumlah Hasil Sitaan (Botol)

1

2012 29 4337

2

2013 33 5683

3

2014 41 4968

4

2015 37 5069

5

2016 43 6150

(Sumber: Reskrimum Polres Serang 2016)

(31)

Pemerintah Kota Serang dalam hal ini sesungguhnya telah membentuk Peraturan Daerah No 2 Tahun 2010 Tentang Pencegahan, Pemberantasan dan Penanggulangan Penyakit Masyarakat (PEKAT). Dimana dalam Peraturan Daerah ini, telah diatur sedemikian rupa sehingga pelbagai bentuk tindakan atau kegiatan yang merangsang tumbuhnya Penyakit Masyarakat dilarang dan tidak diberikan izin untuk melakukan kegiatan yang berkenaan dengan Penyakit Masyarakat. Tetapi apa yang terjadi pada hari ini di Kota Serang, sungguh jauh dari apa yang diharapkan dari adanya Peraturan Daerah tersebut, kebijakan Pemerintah tidak dapat menyembuhkan Penyaki Masyarakat. Peraturan Daerah No 2 Tahun 2010 Tentang Pencegahan Pemberantasan dan Penanggulangan Penyakit Masyarakat tidak dapat berjalan dengan baik dan tidak memberikan solusi yang nyata dalam rangka memerangi Penyakit Masyarakat di Kota Serang, karena Peraturan Daerah yang disahkan pada 2010 ini tidak dapat menjadi pegangan yang kuat untuk mengatur pelbagai hal yang berkenaan dengan pemberantasan Penyakit Masyarakat, salah satunya ialah peredaran minuman beralkohol. Pemerintah seyogyanya memberikan obat mujarab/panacea (Ambardhi, 2009:56) lewat pelbagai kebijakannya. Tetapi dalam hal ini, Pemerintah Kota Serang tidak dapat mewujudkan semangat Peraturan

Daerah No 2 Tahun 2010 Tentang Pencegahan Pemberantasan dan Penanggulangan Penyakit Masyarakat dengan baik. Pada pasal tujuh (7) Perda Pekat berbunyi :

1. Setiap orang dilarang meminum minuman beralkohol.

(32)

3. Setiap orang dan/atau badan usaha dilarang menjadikan atau membiarkan tempatnya sebagai tempat dilakukannya perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2).

4. Setiap orang dilarang menjadi backing bagi tempat dilakukannya perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2).

5. Pengecualian dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada Ayat (2), adalah minuman beralkohol yang mengandung rempah - rempah, jamu dan sejenisnya untuk tujuan kesehatan dan yang berada di hotel berbintang. 6. Minuman untuk tujuan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3),

ditetapkan oleh Walikota sesuai peraturan perundang–undangan.

Gambar 1.4

Inkosistensi Pasal

(Sumber: Peneliti)

(33)

”Pengecualian dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada Ayat (2), adalah minuman beralkohol yang mengandung rempah - rempah, jamu dan sejenisnya untuk tujuan kesehatan dan yang berada di hotel berbintang.”

(34)

Pencegahan Pemberantasan dan Penanggulangan Penyakit Masyarakat yang membutuhkan penegasan supaya Peraturan Daerah tentang Pekat dapat berjalan dengan optimal. Seperti pada pasal 14 ayat 4 yang menyatakan bahwa, “Tata cara penutupan dan penyegelan tempat-tempat sebagaimana dimaksud ayat 1 dan 2,

(35)

Tabel 1.2

Tabel Informasi Media Mengenai Peredaran Minuman Beralkohol di Kota Serang

Lemahnya Perda Pekat sebagai payung hukum pelarangan peredaran penyimpanan minuman keras (miras) di tiga titik di Kota Serang. Gudang tersebut diduga digunakan sebagai tempat penyimpanan berbagai merek minuman keras dari dalam dan luar negeri yang berkadar alkohol tinggi yang mencapai lebih dari 20 %.” Penggerbegan tersebut dilakukan Kec. Lontar, Kec Serang dan Kec. Kasemen informasi tersebut didapat atas dasar laporan warga yang resah terhadapat peredaran minuman beralkohol.

2

Kepala Disdagperinkop Kota Serang Akhmad Benbela mengatakan, tidak ada kelonggaran bagi minuman beralkohol beredar di Kota Serang. Hal tersebut diperbolehkan. Jadi bagi minuman apapun yang mengandung alkohol itu tidak diperbolehkan,” kata Benbela kepada wartawan, melalui telpon seluler, Minggu (26/4/2015) sore.

“Gudang minuman keras (miras) di Desa Kaserangan, Kecamatan Cipocok jaya , Kota Serang digerebeg petugas Satuan Sabhara Polres Serang,”

(36)

3

Komisi II DPRD Kota Serang mengatakan, penegakkan Peraturan Daeran (Perda) tentang Penyakit Masyarakat (Pekat) harus diperketat, karena kalau tidak, kasus meninggalnya dua ABG (Afifah dan Atifah) akibat miras oplosan bisa terulang.

Wakil Ketua Komisi II DPRD Kota Serang Ali Surohman mengatakan, penegakkan Perda tentang Pekat perlu dilakukan agar kejadian serupa tidak kembali terjadi. Pemkot Serang melalui dinas terkait harus bertindak tegas dalam memberantas peredaran miras.

“Kota Serang kan sudah ada Perda Pekat yang mengatur peredaran miras di Kota Serang, jika itu benar-benar ditegakkan dipastikan Kota Serang bebas dari miras. Tidak perlu ada Perda Miras, cukup perketat saja pengawasannya melalui Perda Pekat,” ungkap Ali kepada wartawan via telpon seluler, Minggu (1/2/2015) malam.

“2 Remaja Putri tewas akibat meneggak minuman keras oplosan di Kota Serang” Ricard (32), peracik minuman keras (miras) oplosan yang membuat dua remaja asal Kota Serang, Banten, Apipah dan Atifah, tewas pada Januari 2015, diringkus jajaran Satreskrim Polres Serang. hotel tempatnya bekerja. Bahkan, pelaku yang membeli minuman keras lalu meracik serta menyediakannya kepada para korban. "Sudah tiga kali pesta (miras) sama mereka (korban). Saya yang meraciknya sendiri. Mereka bilang minta minuman yang biasa dipesan, itu juga yang minta pesta Atifah di hotel, dia katanya lagi galau abis diputusin," katanya di Mapolres Serang, Selasa (17/3/2015)

Sumber: (Radar Banten News dan Sindo News) Matriks. 1.1

(37)

permasalahan bagi Pemerintah Kota Serang selaku pemangku kepentingan, sehingga hal tersebut menjadi pekerjaan rumah yang harus segera dicarikan solusinya. Agar pelaksanaan Peraturan Daerah No 2 Tahun 2010 Tentang Pencegahan Pemberantasan dan Penanggulangan Penyakit Masyarakat ini dapat berjalan dengan semestinya, yaitu sebagai ujung tombak dalam pemberantasan dan penindakan peredaran serta permasalahan terkait minuman beralkohol di Kota Serang. Agar terwujudnya cita-cita Kota Serang menjadi Kota yang madani segera dapat terwujud. Permasalahan-permasalahn yang telah dijabarkan di atas membuat Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Peraturan Daerah No 2 Tahun 2010 Tentang Pencegahan Pemberantasan dan Penanggulangan Penyakit Masyarakat di Kota Serang yang terkait peredaran minuman beralkohol dengan judul ”Critical Policy Analysis Peraturan Daerah No 2 Tahun 2010 Tentang Pencegahan Pemberantasan dan Penanggulangan Penyakit Masyarakat Terkait Peredaran Minuman Beralkohol (Studi Kasus: di Kota Serang, Provinsi Banten)”

Dalam penelitian ini, Peneliti akan menggunakan critical systems thinking

sebagai paradigma untuk mengupas pelbagai persolan yang berkenaan dengan penelitian agar mendapatkan resolusi yang menyeluruh dari adanya suatu fenomena permasalahan dengan melihat tidak hanya dari satu sudut pandang namun secara

(38)

lain, jika Peneliti menggunakan cara ini, maka dapat dikatakan Peneliti menggunakan pelbagai kaca mata dalam melihat satu fenomena yang terjadi, sehingga hasilnya ialah mendalamnya data dan informasi yang didapat untuk penelitian.

(39)

Berikut ini, merupakan gambaran singkat tentang bagaimana cara critical systems thinking bekerja dalam membelah satu persoalan, dengan tulisan yang pernah dibuat :

Gambar 1.5 Catatan Penelitian

1.2 Identifikasi Masalah

(40)

Dari uraian latar belakang di atas Peneliti mendefinisikan adanya beberapa permasalahan yang terjadi pada Peraturan Daerah No 2 Tahun 2010 Tentang Pencegahan Pemberantasan dan Penanggulangan Penyakit Masyarakat dalam hal ini terkait peredaran minuman beralkohol. Identifikasi masalah penelitian ini adalah:

1. Peredaran minuman beralkohol di Kota Serang masih terjadi;

2. Peredaran minuman beralkohol terjadi di Tempat Hiburan Malam Life Musik, Karaoke dan Warung Remang-remang di Kota Serang;

3. Minimnya pengawasan, penindakan dari pihak yang berwajib terhadap peredaran minuman beralkohol yang terkesan adanya pembiaran terhadap hal tersebut;

4. Tidak adanya Peraturan Walikota yang mengatur pelaksanaan Perda No 2 Tahun 2010 Tentang Penyakit masyarakat;

5. Adanya Inkosistensi bunyi butir pasal tujuh (7) Pada Perda Perda No 2 Tahun 2010 Tentang Penyakit masyarakat.

1.3 Batasan Masalah

(41)

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas mengenai Peraturan Daerah No 2 Tahun 2010 Tentang Pencegahan, Pemberantasan dan Penanggulangan Penyakit Masyarakat Kota Serang terkait minuman beralkohol (Studi kasus : Kota Serang, Provinsi Banten). Maka perumusan masalahnya yaitu:

1. Apakah permasalahan-permasalahan yang terjadi pada Peraturan Daerah No 2 Tahun 2010 Tentang Pencegahan, Pemberantasan dan Penanggulangan Penyakit Masyarakat Kota Serang terkait peredaran minuman beralkohol ?. 2. Bagaimanakah resolusi Peraturan Daerah No 2 Tahun 2010 Tentang

Pencegahan, Pemberantasan dan Penanggulangan Penyakit Masyarakat di Kota Serang dalam mengatasi permasalahan peredaran minuman beralkohol ?.

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian Peraturan Daerah No 2 Tahun 2010 Tentang Pencegahan, Pemberantasan dan Penanggulangan Penyakit Masyarakat Kota Serang Terkait Minuman Beralkohol (Studi kasus : Kota Seran, Provinsi Banten)

(42)

2. Untuk mengetahui Bagaimanakah resolusi Peraturan Daerah No 2 Tahun 2010 Tentang Pencegahan, Pemberantasan dan Penanggulangan Penyakit Masyarakat di Kota Serang dalam mengatasi permasalahan minuman beralkohol.

1.6 Manfaat Penelitian

1.6.1 Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dari hasil Penelitian ini adalah agar dapat memberikan sumbangan akademis bagi perkembangan Ilmu Administrasi Negara umumnya dan pada kajian Kebijakan Publik khususnya.

1.6.2 Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari hasil penelitian ini adalah diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran dalam upaya peningkatan mutu pembuatan dan pelaksanaan kebijakan publik khususnya serta upaya untuk mengembangkan Ilmu Administrasi Negara.

1.7 Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

a. Latar Belakang Masalah

(43)

masalah yang akan diteliti yang tentunya relevan dengan judul yang diambil. Materi dari uraian ini, dapat bersumber dari hasil penelitian yang sudah ada sebelumnya, hasil seminar ilmiah, hasil pengamatan, pengalaman pribadi, dan intuisi logik. Latar belakang timbulnya masalah perlu diuraikan secara jelas, faktual dan logik.

b. Identifikasi Masalah

Mendeteksi aspek permasalahan yang muncul dan berkaitan dari judul penelitian atau dengan masalah atau variable yang akan diteliti. Identifikasi masalah biasanya dilakukan pada studi pendahuluan pada objek yang diteliti, observasi dan wawancara ke berbagai sumber sehingga semua permasalahan dapat diidentifikasi.

c. Rumusan Masalah

Menetapkan masalah yang paling penting dan berkaitan dengan judul penelitian.

d. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian mengungkapkan tentang sasaran yang ingin dicapai dengan dilaksanakannya penelitian, terhadap masalah yang telah dirumuskan. Isi dan rumusan tujuan penelitian sejalan dengan isi dan rumusan masalah.

e. Manfaat Penelitian

(44)

BAB II DESKRIPSI TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN ASUMSI DASAR

PENELITIAN

2.1 Deskripsi Teori

Mengkaji berbagai teori yang relevan dengan permasalahan variabel penelitian, kemudian menyusunnya secara teratur dan rapi yang digunakan untuk merumuskan masalah.

2.2 Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir menggambarkan alur pikiran penelitian sebagai kelanjutan dari kajian teori untuk memberikan penjelasan kepada pembaca.

2.3 Asumsi Dasar Penelitian

Menyajikan prediksi penelitian yang akan dihasilkan sebagai hipotesa kerja yang mendasari penulisan sebagai landasan awal penelitian.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

a. Metode Penelitian

Sub bab ini menjelaskan metode yang digunakan dalam penelitian

b. Instrumen Penelitian

Sub bab ini menjelaskan tentang proses penyusunan dan jenis alat pengumpul data yang digunakan. Dalam penelitian kualitatif instrumennya adalah peneliti itu sendiri.

c. Informan Penelitian

(45)

diperoleh dari kunjungan lapangan yang dilakukan di lokasi penelitian, dipilih secara purposive dan bersifat snowball sampling.

d. Teknik Pengumpulan Data

Menguraikan teknik pengumpulan data hasil penelitian dan cara menganalisis yang telah diolah dengan menggunakan teknik pengolahan data sesuai dengan sifat data yang diperoleh, melalui pengamatan, wawancara, dokumentasi dan bahan-bahan visual.

e. Teknik Analisis Data

Sub bab ini menggambarkan tentang proses penyederhanaan data ke dalam formula yang sederhana dna mudah dibaca serta mudah diinterpretasi, maksudnya analisis data di sini tidak saja memberikan kemudahan interpretasi, tetapi mampu memberikan kejelasan makna dari setiap fenomena yang diamati, sehingga implikasi yang lebih luas dari hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan simpulan akhir penelitian. Analisis data dapat dilakukan melalui pengkodean dan berdasarkan kategorisasi data.

f. Uji Keabsahan Data

(46)

g. Lokasi Penelitian

Tempat yang dijadikan penelitian

3.8 Jadwal Penelitian

Menjelaskan tentang tahapan waktu penelitian.

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian

Menjelaskan tentang objek penelitian yang meliputi lokasi penelitian secara jelas, struktur organisasi dari populasi atau sampel yang telah ditentukan serta hal lain yang berhubungan dengan objek penelitian.

4.2 Hasil Penelitian

Menjelaskan hasil penelitian yang telah diolah dari data mentah dengan menggunakan teknik analisis data kualitatif.

4.3 Pembahasan

Merupakan pembahasan lebih lanjut terhadap hasil analisis data dan wawancara narasumber.

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Menyimpulkan hasil penelitian yang diungkapkan secara singkat, jelas, sejalan dan sesuai dengan permasalahan serta hipotesis penelitian.

5.2 Saran

(47)
(48)

29

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN

ASUMSI DASAR

2.1 Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka adalah presentasi, klasifikasi dan evaluasi tentang apa yang

(49)

2.1.1 Pengertian Kebijakan Publik

2.1.1.1 Pengertian Kebijakan

Secara etimologis, kebijakan merupakan terjemahan dari kata policy, juga dapat dijumpai dalam bahasa latin, seperti Inggris, Latin, Yunani, dan Sanskrit. Di Inggris, “policy” berarti kebijakan yang mengandung makna kompleks dan beragam. Latin: politea; pemerintah settled course adopted and followed by a government (suatu cara yang ditetapkan, dibuat, dan dilaksanakan oleh pemerintah, perseorangan, kelompok, dan sebagainya). Polis dalam bahasa Yunani berarti negara kota. Pur dalam bahasa Sanskrit berarti kota. Kebijakan atau policy berkaitan dengan perencanaan, pengambilan dan perumusan keputusan, pelaksanaan keputusan, dan evaluasi terhadap dampak dari pelaksanaan keputusan tersebut terhadap orang banyak yang menjadi sasaran kebijakan (kelompok target). Kebijakan merupakan sebuah alat atau instrumen untuk mengatur penduduk dari atas ke bawah, dengan cara memberi rewards dan sanction.

Kebijakan (policy) menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) adalah “Rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis dan dasar rencana dalam pelaksanaan pekerjaan, kepemimpinan, serta cara bertindak (tetang perintah, organisasi, dan sebagainya).”

(50)

“Sekumpulan keputusan yang diambil oleh seorang pelaku atau kelompok politik dalam usaha memilih tujuan-tujuan dan cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut. Pada prinsipnya, pihak yang membuat kebijakan itu mempunyai kekuasaan untuk melaksanakannya”

Pengertian kebijakan dijelaskan oleh Jones dalam Abidin (2012:6), menjelaskan kebijakan sebagai :

‟Behavioral consistency and repetitiveness‟ associated with efforts in and through government to resolve public problems” (Perilaku yang tetap dan berulang dalam hubungan dengan usaha yang ada di dalam dan melalui pemerintah untuk memecahkan masalah umum). Kebijakan bersifat dinamis yang nanti dalam bagian lain akan dibicarakan secara khususdalam hubungannya dengan sifat dari kebijakan.”

Berbeda dengan Jones, pakar Prancis Lemieux dalam Wahab (2012:15) menjelaskan bahwa kebijakan merupakan :

The product of activities aimed at the resolution of public problems in the envirronment by political actors whose relationship are structured. The entire process evolves over time” (Produk aktivitas-aktivitas yang dimaksudkan unutk memecahkan masalah-masalah publik yang terjadi di lingkungan tertentu yang dilakukan oleh aktor-aktor politik yang hubungannya terstruktur. Keseluruhan proses aktivitas itu berlangsung sepanjang waktu).”

Kebijakan memang menjadi rana yang amat berbau kekuatan untuk saling mempengaruhi dan melakukan tekanan para pihak. Sehingga, tak heran jika Carl Friedrich dalam Indiahono (2009:18) pun mendefinisikan kebijakan sebagai :

(51)

Dari beberapa definisi kebijakan menurut para ahli diatas, kebijakan dapat disimpulkan sebagai suatu lingkup kegiatan yang diterapkan oleh pemerintah atau aktor pejabat pemerintahan yang dilaksanakan maupun tidak dilaksanakan oleh pemerintah atau kelompok lain untuk mencapai tujuan tertentu.

Penggunaan istilah “kebijakan” dalam pengertian modern menurut Hogwood dan Gunn dalam Parsons (2008:15) adalah:

a. Sebagai label untuk sebuah bidang aktivitas

b. Sebagai ekspresi tujuan umum atau aktivitas negara yang diharapkan c. Sebagai proposal spesifik

d. Sebagai keputusan pemerintah e. Sebagai otorisasi formal f. Sebagai sebuah program g. Sebagai output

h. Sebagai “hasil” (outcome)

i. Sebagai teori atau model j. Sebagai sebuah proses.

Menurut Heglo dalam Abidin ( 2004:21) menyebutkan bahwa kebijakan adalah suatu tindakan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.

(52)

berupa sebuah tindakan yang diambil untuk menentukan tujuan, dan adanya dampak yang timbul dari suatu program dalam masyarakat.

Menurut Poerwadarminta dalam Wasliman (2015:31) mengatakan bahwa kebijakan berasal dari kata bijak, yang artinya pandai, mahir, selalu menggunakan akal budi. Dengan demikian, kebijakan adalah kepandaian atau kemahiran.

Menurut The Lexicon Webster Dictionary dalam Wasliman (2015:32), yang dimaksud dengan kebijakan adalah:

“... Policy, n. pl. policies (politia, Gr. Politeia, polity): The principles on wich anymeasure or course of action is based, the line of conduct which the rules of a nation adopt on particular questions especially with regard to foreign countries prudence or wisdom of government or individuals in the management of the affairs, public or privat; general prudence or dexterity of management; sagacity”.

Dengan demikian, kebijakan merupakan prinsip-prinsip yang dijadikan landasan dari berbagai kegiatan.

Sedangkan menurut Ervin dalam Marzadi (2012:20) menyatakan bahwa kebijakan adalah cetak biru bagi tindakan (blueprint for action), yang akan mengarahkan dan mempengaruhi perilaku orang banyak yang terkena dampak keputusan tersebut.

(53)

pemerintah. Kebijakan pada intinya merupakan keputusan-keputusan atau pilihan-pilihan tindakan yang secara langsung mengatur pengelolaan dan pendistribusian sumberdaya alam, finansial dan manusia demi kepentingan publik, yakni rakyat banyak, penduduk, masyarakat atau warga negara.

Jadi, kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis dasar rencana dalam pelaksanaan pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak oleh pemerintah, organisasi, dan sebagai pernyataan cita-cita, tujuan, prinsip, atau maksud sebagai garis pedoman untuk manajemen dalam pencapaian sasaran.

2.1.1.2 Pengertian Publik

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) mendefinisikan Publik sebagai orang banyak (umum). Sedangkan dalam bahasa Inggris, Publik diserap dari kata Public

artinya milik bangsa, negara atau komunitas dalam jumlah yang besar atau dipertahankan atau digunakan oleh masyarakat/komunitas secara keseluruhan. Publik juga berasal dari bahasa latin Publicus yang artinya kedewasaan, dalam pengertian tentang pelajaran ini adalah membawa ide kepada masyarakat.

Menurut I. Bambang Sugiharto & Agus Rachmat W dalam Kartika (2012:53), Publik dapat diartikan sebagai :

(54)

Menurut Said Zainal Abidin dalam Abidin (2010:7) definisi dari Publik adalah :

“Pengertian publik dalam rangkaian kata Public Policy, publik memiliki tiga konotasi, yaitu pemerintah, masyarakat, dan umum. Hal ini dapat dilihat dalam dimensi subjek, objek, dan lingkungan dari kebijakan. Dalam dimensi subjek, publik merupakan kebijakan dari pemerintah. Dalam dimensi objek adalah masyarakat, sedangkan dari dimensi lingkungan adalah pelaksana kebijakan.”

Menurut Bilson Simamora dalam Aristo (2005:29) definisi publik adalah:

“Semua pihak yang peduli dengan perusahaan dan pendapatnya dapat mempengaruhi pencapaian sasaran perusahaan.”

Sedangkan menurut Pauline Pudjiastuti dalam Arhata (2011:78) definisi dari publik dapat diartikan sebagai:

“Orang-orang yang berada diluar keanggotaan, yang juga sangat mungkin tertarik pada isu yang akan dinaikkan.”

Dari beberapa definisi publik menurut para ahli diatas, publik dapat disimpulkan menjadi masyarakat umum yang menerima atau meminta hasil dari pejabat atau institusi politis yang dalam kesempatan tertentu menjadi objek pembangunan dan dapat mempengaruhi pencapaian sasaran pemerintahan.

2.1.1.3 Pengertian Kebijakan Publik

Kebijakan (policy) publik mempunyai arti yang bermacam-macam menurut William N. Dunn (1994) mendefinisikan kebijakan publik adalah

(55)

Menurut Carl J Federich (1963) dalam Wicaksono (2006:63), mendefinisikan kebijakan publik sebagai :

“suatu arah tindakan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu yang dapat memberikan hambatan-hambatan dan kesempatan-kesempatan yang diusulkan untuk menggunakan dan mengatasi dalam rangka mencapai suatu tujuan atau merealisasikan suatu sasaran atau suatu maksud tertentu. Oleh karena itu, kebijakan harus menunjukan apa yang seharusnya dikerjakan daripada apa yang diusulkan dalam beberapa kegiatan pada suatu masalah”.

Richard Rose (1969) dalam Wicaksono (2006:63) mendefinisikan kebijakan publik sebagai

“serangkaian kegiatan yang sedikit banyak berhubungan beserta konsekuensinya bagi mereka yang bersangkutan dari pada sebagai suatu keputusan tersendiri‟.

Selanjutnya karakteristik kebijakan publik yang dijelaskan oleh Easton dalam Islamy (2004:19) yang menegaskan bahwa

“Kebijakan publik adalah keputusan politik yang dikembangkan oleh badan dan pejabat pemerintah. Hanya pemerintah yang secara sah dapat berbuat sesuatu pada masyarakat dan pilihan pemerintah untuk melakukan sesuatu tersebut dirupakan dalam bentuk pengalokasian nilai-nilai pada masyarakat. Hal ini disebabkan karena pemerintah termasuk kedalam para penguasa suatu sistem politik yang terlibat dalam masalah sehari-hari yang telah menjadi tanggung jawab atau perannya”.

(56)

1. Memiliki tujuan yang didesain untuk dicapai atau tujuan yang dipahami 2. Melibatkan keputusan beserta dengan kosekuensinya

3. Terstruktur dan tersusun menurut aturan tertentu 4. Pada hakikatnya adalah politis

5. Bersifat dinamis

Selain kelima karakteristik di atas, Bridgman dan Davis mengemukakan pula bahwa Kebijakan Publik dapat ditinjau dari tiga dimensi yakni (1) as authoritative choice; (2) as hypotesis; dan (3) as objective dalam Wicaksono (2006:65).

Kebijakan publik adalah jalan mencapai tujuan bersama yang dicita-citakan. Jika cita-cita bangsa Indonesia adalah mencapai masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila (Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Demokrasi, dan Keadilan) dan UUD 1945 (Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan hukum dan tidak semata-mata kekuasaan), kebijakan publik adalah seluruh prasarana (jalan, jembatan, dan sebagainya) dan sarana (mobil, bahan bakar, dan sebagainya) untuk mencapai “tempat tujuan” tersebut dalam Nugroho (2012:170-171).

(57)

2.1.2 Critical Systems Thinking

Untuk dapat menghasilkan suatu penelitian kebijakan yang baik dan dapat memberikan suatu hasil penelitian yang relevan peneliti menggunakan pendekatan

critical systems thinking. Dimana dengan menggunakan pendekatan tersebut peneliti akan mellihat suatu permasalahan kebijakan dengan menggunakan berbagai kacamata dan sudut pandang, untuk dapat memilah fakta-fakta serta nilai-nilai yang ada pada suatu permasalahan kebijakan dengan menggunakan rangka pikir „critical heuristics‟. Dan diharapkan pada muaranya peneliti akan dapat menemukan sebuah resolusi kebijakan untuk mengatasi permasalahan yang ada pada Peraturan Daerah Kota Serang No 2 Tahun 2010 Tentang Pencegahan Pemberantasan dan Penanggulangan Penyakit Masyarakat terkait peredaran minuman beralkohol.

Critical systems thinking dalam Riswanda (2016) didefinisikan:

“Sebagai sebuah proses berdialektika, berdiskusi, serta melakukan refleksi pada pencarian „meanings‟ alternatif diantara kemajemukan, dan sisi lainnya antara asumsi, nilai, dan sudut pandang dalam konteks penelitian kualitatif, mencari keterkitan berbagai aspek dalam sebuah permasalahan kebijakan, sebagai usaha untuk menemukan missing link, dan keterkaitan antar fenomena yang dilupakan yang sebenarnya berpotensi untuk dapat memberikan jawaban dari permasalahan yang terjadi. Dengan sinergi penyajiannya pada pembangunan suatu argument penelitian. Untuk kemudian dijadikan dasar pijakan membangun argument penelitian dan mendesain kerangka teoritis di dalamnya. Rangka pikir tersebut dapat digunakan di semua fase kajian kebijakan-formulasi, implementasi, dan evaluasi.”

(58)

demi meningkatkan kualitas penelitian, agar dapat lebih tajam dalam mengupas pelbagai aspek yang berkaitan dengan penelitian kebijakan. Kemudian berfikir secara kritis juga dalam hal ini dapat membantu peneliti untuk dapat memberikan

relevansi antara fakta dan nilai yang terkandung dalam suatu penelitian kebijakan, meneliti keterkaitan antara keduanya sehingga tercipta suatu sinergi yang utuh antara fakta dan nilai yang ditemukan dengan hasil penelitian yang dilakukan. Tujuan pendekatan penelitian kebijakan dengan menggunakan critical systems thinking menurut Riswanda (2016) adalah:

“Kerangka untuk berfikir praktik reflektif berdasarkan filsafat praktis dan berpikir sistem. Tujuannya adalah pertama, untuk meningkatkan „kritis‟ (reflektif) kompetensi tidak hanya terlatih professional dalam pengambilan keputusan, melainkan juga orang-orang biasa. Kedua, praktik reflektif tidak dapat dijamin dengan cara teori saja, tetapi memerlukan dukungan „heuristik‟ dalam bentuk pertanyaan dan argumentasi yang membuat perbedaan dalam praktik. Ketiga, berpikir kritis dapat memberikan kita sebuah titik awal yang berguna untuk memahami persyaratan metodologis pendekatan semacam itu untuk praktik reflekktif.”

(59)

(realitas fenomena) dan mana values (norma nilai) menentukan bagaimana nantinya hasil penelitian dapat menggambarkan relevansi keterhubungan, saling keterkaitan ataupun sebaliknya diantara kedua hal tersebut (Riswanda, 2016). Hal itu menggambarkan bahwa dalam suatu penelitian kebijakan setiap fakta serta nilai yang ada seharusnya dipahami secara utuh dan merupakan suatu kesatuan yang seharusnya dipahami sebagai systemictriangulation, dimana fact, system dan values

tidak dapat dipahami secara terpisah (Riswanda, 2016). Dengan mengajukan penjelasan dari suatu permasalahan kebijakan secara akurat, serta mengedapankan sebuah resolusi kebijakan yang berasal dari pemahaman fakta dan nilai dengan cara

(60)

Gambar 2.1

The Eternal Triangle (Boundary Judgement)

Sumber: Ulrich dalam Riswanda (2016)

Gambar di atas menjelaskan bahwa pemahaman sistem digunakan sebagai acuan rangka pikir dari sudut pandang seseorang yang membentuk kontruksi dasar dari kebijakan. Menurut Riswanda (2016) menyatakan bahwa boundary judgments

memberikan pesan pada peneliti bahwa prinsip dasar metodologi penelitian dengan pendekatan kualitatif merupakan refleksi dari konsep boundary judgments.

Tujuan dari critical systems thinking ini adalah “to give „voice of the voiceless”. Pemberian „voice‟ kepada para individu atau pihak tertentu dalam masyarakat yang selama ini terpinggirkan atau tidak mendapatkan tempat dalam proses pembuatan kebijakan (Riswanda, 2015 dan Riswanda et.al, 2016). Karena dalam setiap permasalahan kebijakan selalu terdapat aspirasi-aspirasi dari masyarakat yang terabaikan oleh pemerintah, sehingga dengan menggunakan

critical systems thinking tersebut maka ada tempat untuk menempatkan kebijakan

Boundary Judgments

“SISTEM”

“FAKTA-FAKTA” “NILAI-NILAI”

(61)

dengan memperhatikan unsur-unsur tertentu yang terkait dengan kebijakan yang ada, seperti unsur religi, sosial, ekonomi, budaya, maupun keanekaragaman cara pendang dan berfikir dalam masyarakat saat menyikapi permasalahan sosial tertentu (Riswanda, 2016). Dalam penelitian dengan mnggunakan pendekatan critical systems thinking ini peneliti mengedepankan percakapan naratif dan wawancara mendalam untuk dapat mengetahui arti dari respon individu, terhadap suatu permasalahan kebijakan dimana respon tersebut bisa memberikan pandangan kepada Peneliti mengenai penyebab permasalahan kebijakan yang terjadi serta memberikan gambaran solusi dari emosi, pengalaman hidup, serta pandangan individu yang mengetahui, terpengaruh dan terlibat dalam kebijakan yang dapat memberikan pemahaman apa yang sebenarnya terjadi (fakta) di lapangan, kemudian memberikan pengetahuan tentang apa yang harus dilakukan untuk mengatasi permasalahan kebijakan tersebut dengan memakai kacamata persepsi. Dalam Riswanda (2016) menyatakan:

(62)

Berikut adalah rangka penelitian untuk memetakan siapa yang terlibat dalam pengambilan keputusan, dan siapa yang terkena dampak akhir dari produk keputusan kebijakan.

Tabel 2.1

Table of Boundary Categories

Batas Kategori Batas Persoalan

1. Pemilik Kepentingan

2. Tujuan Sumber motivasi

3. Ukuran perbaikan Sistem referensi

(sistem perhatian)

4. Pembuat keputusan yang menentukan 5. Sumber penghasilan Sumber kekuasaan Yang terlibat pengamatan (* fakta *)

6. Keputusan lingkungan dan evaluasi (* nilai *)

dianggap relevan ketika

7. Tenaga ahli datang untuk menilai

8. Keahlian Sumber pengetahuan manfaat atau cacat dari

9. Jaminan proposisi

10. Saksi

11. Pembebasan Sumber pengesahan Yang terpengaruh 12. Pandangan dunia

Sumber:... W. Ulrich dalam Riswanda (2016)

(63)

terjadi dari adanya suatu kebijakan, seperti siapa yang terlibat, siapa yang terkena dampak, idealnya seperti apa, hasilnya bagaimana, dan apa tujuan yang hendak dicapai dari kebijakan tersebut.

Untuk mengupas suatu permasalahan kebijakan dengan menggunakan

critical systems thinking peneliti menggunakan critically boundary questions yang menyediakan dua belas panduan pertanyaan kritis yang dapat dijadikan sebagai pedoman bagi peneliti kebijakan dalam melakukan pendalaman pada penelitian. Dengan melibatkan kedua selektivitas empiris dan normatif yaitu apa yang sebetulnya (fakta aktual di lapangan) dengan apa yang seharusnya terjadi pada mana, dalam lingkup permasalahan tersebut, yang suara kepentingannya mewakili atau terwakili oleh kelompok tertentu dalam masyarakat, termasuk didalamnya memuat nilai-nilai, tujuan, dan keinginan per individu maupun golongan?; Kepentingan pihak mana yang sebetulnya terlayani/ terfasilitasi/ terwakili/ tercermin

(64)

dalam sebuah produk kebijakan? baik berupa UU, PP, Perda, dan seterusnya. Pihak mana di masyarakat, dalam lingku kelompok target kebijakan yang mungkin tidak merasakan manfaat dari keputusan/ produk kebijakan tersebut, namun menanggung dampak eksekusi ataupun memiliki potensi untuk menanggung akses dampaknya. 2. Apa sebetulnya tujuan dari

rancangan kebijakan terkait permasalahan publik di mana kebijaan tersebut berpijak? Hal ini ditinjau dari konsekuensi factual dikeluarkannya kebijakan tersebut, bukan hanya dari pernyataan tertulis-strategis suatu kebijakan publik.

Apa yang seharusnya menjadi tujuan dari keebijakan dengan kata lain apa yang seharusnya menjadi capaian tujuan kebijakan untuk menjangkau kepentingan semua pemangku faktual menjadi pembuat kebijakan dan penentu perubahan ukuran keberhasilan kebijakan?

Siapa atau pihak mana seharusnya menjadi pembuat kebijakan? Pihak mana yang seharusnya memiliki power perubahan tolak ukur perbaikan kebijakan?

5. Apa sebetulnya yang menjadi (pra) kondisi suksesnya formulasi dan implementasi kebijakan? Apakah (pra) kondisi ini sepenuhnya dikontrol oleh pembuat kebijakan?

Seharusnya seberapa besar kontrol pembuat kebijakan terhadap sumberdayaa dan (penanganan) keterbatasan-keterbatasan

penyediannya? 6. Kondisi apa saja yang secara factual

berada di luar kontrol pembuat kebijakan? Impikasi apa yang sebetulnya terjadi paada masalah kebijakan saat pembuat kebijakan tidak memiliki kontrol pada kondisi tertentu dalam lingkup permasalahan kebijakan?

(65)

7. Siapa atau pihak mana saja yang sebetulnya dilibatkan sebagai formulator kebijakan, terkait permasalahan publik sebagai target solusi kebijakan tersebut?

Siapa atau pihak mana saja yang seharusnya dilibatkan sebagai formulator dalam sistem pembuatan kebijakan?

8. Siapa atau pihak mana yang dilibatkan sebagai “pakar” jenis kepakaran seperti apa dan peran apa yang diberikan pada para “pakar” tersebut terkait konteks pembuatan keputusan kebijakan dan fokus permasalahan publik berjalan?

Jenis kepakaran seperti apa yang seharusnya dilibatkan dalam formulasi kebijakan? Siapa atau pihak mana saja seharusnya yang terlibat sebagai “pakar” dan pada aspek mana saja kepakaran mereka diletakkan dalam proses pembuatan keputusan kebijakan?

9. Di mana dan bagaimana sebetulnya pihak yang dilibatkan dalam sistem mendapatkan jaminan keberhasilan perencanaan kebijakan. Hal ini dapat ditinjau dari kompetensi teoritis “pakar” yang terlibat, kesepakatan para “pakar” tersebut dala validitas data empiris yang digunakan sebagai dasar pertimbangan kebijakan, dukugan politik keterwakilan kelompok kepentingan terpaut isu kebijakan. Selanjutnya, tinjuauan penelitian dapat melihat seberapa jauh kontribusi kepakaran tersebut perbaikan kebijakan pada tataran implementasi?

10. Siapa atau pihak mana diantaranya mereka yang terlibat mewakili suara

those affected? Siapa saja kemudian diantara pihak terkena dampak yang justru tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan kebijakan?

Siapa atau pihak mana diantara

those affected, yang seharusnya dilibatkan karena mewakili kemungkinan terkena dampak dari rancangan atau hasil keputusan kebijakan?

11. Apakah the affected diberikan kesempatan untuk menyuarakan dan menentukan kepentingan mereka sendiri, terlepas dari pendapat para “pakar” menyangkut solusi kebijakan berjalan? Apakah arti

(66)

kualitas hidup bagi mereka? Apakah

the affected pada kenyataannya hanya menjadi “alat” pencapaian tujuan dari pihak di luar lingkaran solusi keputusan kebijakan?

12. Apakah sebetulnya world view

terpaut isu kebijakan publik yang dihadapi? Apakah pandangan ini merupakan atau menjadi lensa pandang (sebagian dari) the involved

dan (sebagian dari) the affected?

Pijakan world view apa yang seharusnya menjadi nilai tumpuan sistem pembuatan kebijakan? Nilai tumpuan ini, pada tatanan ideal, mewakili nilai-nilai yang dimiliki oleh the involved dan the affected?

Sumber: Diterjemahkan, diadapsi dan dimodifikasi dari Midgley, G. (2000) Systemic Intervention: Philosophy, Methodology and Practice. New York: Kluwer Academic,

hal. 141, dalam Riswanda. 2016. Metode Penelitian Kebijakan.

(67)

2.1.3 Pengertian Minuman Beralkohol

Minuman beralkohol merupakan minuman yang mengandung kandungan yang berbahaya untuk tubuh manusia. Menurut Aminudin (2010:8) Minuman Beralkohol adalah:

“Minuman yang mengandung etanol dihasilkan dari penyulingan yang diproduksi dengan cara fermentasi biji-bijian, buah-buahan atau sayur-sayuran, mengkonsumsi minuman beralkohol dapat menimbulkan dampak negatif, bila dikonsumsi secara berlebihan dapat menimbulkan Gangguan Mental Organik (GMO), yaitu gangguan dalam fungsi berpikir, merasakan, dan berperilaku.”

Minuman beralkohol merupakan minuman yang dilarang oleh agama karena memiliki banyak dampak negatif bagi tubuh karena mengandung etanol, yang diantaranya dapat menimbulkan ketergantungan yang dapat menimbulkan pelbagai penyakit untuk tubuh juga dapat menimmbulkan permasalahan sosial bagi individu yang mengkonsumsi minuman beralkohol tersebut maupun bagi masyarakat. Seperti yang dikutip dari Aminudin (2010:10)

“Minuman yang mengandung Etanol. Etanol adalah bahan psikoaktif yang apabila dikonsumsi menyebabkan penurunan kesadaran. Adapun dampak negatif dari minuman beralkohol dari segi kesehatan yaitu gangguan fisik, gangguan jiwa, gangguan terhadap keamanan dan ketertiban masyarakat, serta menimbulkan gangguan kesehatan jasmani dan rohani.”

A. Golongan Minuaman Beralkohol

(68)

a. Minuman beralkohol golongan A adalah minuman yang mengandung etil alkohol atau etanol (C2H5OH) dengan kadar sampai dengan 5% (lima persen);

b. Minuman beralkohol golongan B adalah minuman yang mengandung etilalkohol atau etanol (C2H5OH) dengan kadar lebih dari 5% (lima persen) sampai dengan 20% (dua puluh persen);

c. Minuman beralkohol golongan C adalah minuman yang mengandung etil alkohol atau etanol (C2H5OH) dengan kadar lebih dari 20% (dua puluh persen) sampai dengan 55% (lima puluh lima persen).

Menurut Aminudin (2010) Dampak negatif dari minuman beralkohol dari segi kesehatan antara lain sebagai berikut:

1. Gangguan Fisik: dapat menimbulkan kerusakan hati, jantung, pangkreas dan peradangan lambung, otot saraf, mengganggu metabolisme tubuh, impoten serta gangguan seks lainnya;

2. Gangguan Jiwa: dapat merusak secara permanen jaringan otak sehingga menimbulkan gangguan daya ingatan, kemampuan penilaian, kemampuan belajar dan gangguan jiwa tertentu;

3. Gangguan Kamtibmas: perasaan seseorang tersebut mudah tersinggung dan perhatian terhadap lingkungan juga terganggu, menekan pusat pengendalian diri sehingga yang bersangkutan menjadi berani dan agresif dan bila tidak terkontrol akan menimbulkan tindakan-tindakan yang melanggar norma dan sikap moral serta dapat menimbulkan tindakan pidana atau kriminal;

4. Menimbulkan gangguan kesehatan jasmani dan rohani, merusak fungsi organ vital tubuh: otak, jantung, ginjal, sumsum tulang belakang, menghambat pembentukan trombosit, anemia dan leukimia, hati, dan paru-paru serta menjauhkan diri dari Tuhan Yang Maha Esa.

(69)

2. Minuman Beralkohol Golongan B a. Anggur/ Wine

a. Minuman Fermentasi Pancar/Sparking Wine/Champagne b. Carbonated Wine

c. Koktail Anggur/Quinie Tonic Wine d. Honey Wine

e. Malt Wine

f. Meat Wine/Beef Wine 3. Minuman Beralkohol Golongan C

a. Brendi b. Rum c. Gin d. Vodka e. Cordial f. Tequila g. Aperitif h. Geneva i. Arak

2.2 Gambaran Singkat Aturan Peredaran Minuman Beralkohol di Australia

Gambar

Gambar di atas menunjukan bahwa minuman beralkohol dilarang beredar di
Gambar 1.4
Table of Boundary Categories
Tabel 2.2
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Pada penelitian akhir ini akan dilihat apakah terdapat hubungan atau tidak terhadap hubungan variabel X (Pengaruh Sinetron Putih Abu-Abu) dan variabel Y (Bahasa Pergaulan yang

Sampel ikan betok berjumlah 100 ekor, masing-masing 50 ekor betok Galam dan 50 ekor betok Parei yang diperoleh dari perairan rawa gambut Bakung Merang; rawa gambut

Rata-rata pemahaman siswa tentang keberagaman suku, ras, agama dalam bingkai Bhineka Tunggal Ika prasiklus adalah 63,83 dengan ketercapaian ketuntasan pemahaman siswa

Berikut ini dijelaskan beberapa teorema yang diambil dari Alanko, dkk (2011) yang akan digunakan untuk membentuk algoritma dalam mencari himpunan pemdominasi minimum pada graph

Apabila dikaitkan dengan perbedaan kemunculan ikan nike di wilayah barat dan timur Teluk Gorontalo, maka pada bulan Maret, April, dan Mei sebagai musim peralihan

Sejarah Manajemen Sumber Daya Manusia sebelum permulaan abad ke-20 manusia dipandang sebagai barang, benda mati yang dapat diperlakukan sekehendak oleh majikan, hingga

Syahrul Humaidi, M.Sc, sebagai sekretaris Departemen Fisika Universitas Sumatera Utara, dan seluruh staf pengajar serta pegawai Administrasi di Departemen Fisika Universitas Sumatera