• Tidak ada hasil yang ditemukan

RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR CIPTA KARYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR CIPTA KARYA"

Copied!
190
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019

Page |

VII

- 1

Bab

7.

RENCANA PEMBANGUNAN

INFRASTRUKTUR CIPTA KARYA

7.1.

SEKTOR PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN (PKP)

Sesuai dengan Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan

Permukiman bahwa Pengembangan Permukiman adalah bertujuan

untuk:

Memenuhi kebutuhan

pengembangan

permukiman

melalui

penyediaan sarana dan prasarana permukiman,

Mewujudkan permukiman layak dalam lingkungan sehat, aman,

serasi dan teratur,

Menjadi bagian penting dalam menentukan arah perkembangan

perkotaan, dan

Menunjang kegiatan ekonomi melalui penyediaan infrastruktur

Sesuai Peraturan Menteri PUPR No.15/PRT/M/2015 bahwa tugas Direktorat Pengembangan

Kawasan Permukiman adalah melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,

pembinaan teknis, pengawasan teknis, pengendalian dan pengaturan teknis pembangunan

dan pengembangan kawasan permukiman perkotaan, kawasan permukiman perdesaan, serta

kawasan permukiman khusus. Sedangkan fungsi yang diamantkan terhadap Penegmbangan

Kawasan Permukiman seperti dijelaskan pada skema berikut.

Skema 7.1. Tugas dan Fungsi Direktorat Pengembangan Kawasan Permukiman

(2)

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019

Page |

VII

- 2

7.1.1.

KONDISI EKSISTING SEKTOR PKP KABUPATEN KARO

7.1.1.1.

Sebaran Kawasan Permukiman Kabupaten Karo

Sebaran peruntukan kawasan permukiman eksisting di Kabupaten Karo secara umum berada

pada kawasan di sepanjang jalan lintas provinsi dan jalan kabupaten serta lebih terpusat pada

ibu kota kecamatan. Sesuai arahan dalam rencana tata ruang Kabupaten Karo,

kawasan-kawasan permukiman ini dikembangkan sebagai pusat pelayanan kegiatan sesuai arahan

hirarki struktur ruang yaitu fungsi ruang perkotaan dan perdesaan.

Sebaran peruntukan kawasan permukiman eksisting di Kabupaten Karo seperti ditunjukan

dalam Peta Sebaran Kawasan Permukiman sebagai berikut.

Peta Kawasan Permukiman Eksisting Kabupaten Karo

Sumber peta :SPPIP Kabupaten Karo, 2012

(3)

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019

Page |

VII

- 3

7.1.1.2.

Kondisi Eksisting Kawasan Permukiman Perkotaan

Pengembangan kawasan permukiman perkotaan diarahkan

pada daerah pusat‐pusat

pelayanan, yaitu pada setiap ibukota kecamatan dengan arahan kawasan permukiman

perkotaan utama berada pada Kota Kabanjahe. Pengembangan kawasan permukiman

perkotaan di Kabupaten Karo diarahkan pada penyediaan prasarana dan sarana dasar (PSD)

bagi kawasan rumah sehat sederhana (RSH), penataan dan peremajaan kawasan, serta

peningkatan kualitas permukiman.

A.

Kawasan Permukiman Perkotaan di Kabupaten Karo

Data BPS tahun 2014 terhadap jumlah rumah di kws. permukiman Kabanjahe dan Berastagi

menunjukkan kemiripan angka terhadap jumlah bangunan hunian yang ada dengan pembagian

fisik rumah adalah permanen, semi permanen dan darurat, seperti ditunjukan pada tabel

berikut.

Tabel 7.1. Banyaknya Rumah Menurut Jenisnya di Kws. Permikiman Perkotaan

Kabanjahe dan Berastagi, 2014

N0. Desa/Kelurahan Permanen Semi

Permanen Darurat Jumlah

A. Kws. Perkotaan Kabanjahe

1. Lau Simomo 48 140 3 191

B. Kws. Perkotaan Berastagi

1. Gurusinga 600 251 149 1000

Sumber: BPS Kabanjahe dan Berastagi Dalam Angka, 2015

(4)

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019

Page |

VII

- 4

dasar jaringan jalan dan pola lainnya (irregular), yaitu kelurahan Kampung Dalam (linier, tree,

irregular), Lau Cimba (linier, tree, loop), Padang Mas (grid, tree, linier), Gung Negeri (linier,

tree, loop), T.L. Mulgap I (grid, linier, irregular), Gundaling I (linier, tree, irregular) dan

Gundaling II (linier, tree dan loop).

B.

Kawasan Perkotaan Prioritas Kabupaten Karo

Kawasan perkotaan di Kabupaten Karo merupakan hasil penentuan atas hasil analisis dalam

dokumen SPPIP Kabupaten Karo 2013-2032 terhadap kondisi kawasan permukiman yang ada

khususnya di Ibukota kecamatan masing-masing kecamatan. Hasil yang analisis yang diperoleh

merupakan kesimpulan deliniasi kawasan perkotaan (atau kawasan yang cenderung/mengarah

menjadi kawasan perkotaan). Berdasarkan analisis dan indikator-indikator standar yang

digunakan pada dokumen SPPIP didapat penentuan kawasan perkotaan untuk Kabupaten

Karo yaitu berada pada

Kecamatan Berastagi

dan

Kecamatan Kabanjahe.

C.

Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan Prioritas

Keterangan profil masing-masing wilayah kawasan perkotaan di Kabupaten Karo tersebut

seperti dijelaskan pada tabel dan gambar peta berikut.

Kondisi Kawasan Permukiman Perkotaan di Pusat Kota Kabanjahe

Kondisi Kawasan Permukiman Perkotaan di Pusat Kota Brastagi

(5)

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019

Page |

VII

- 5

Tabel 7.2. Profil Kawasan Perkotaan Prioritas Kabanjahe - Berastagi

No Desa/Kelurahan Luas Wilayah (km2)

Sumber :Dokumen Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) Kabupaten Karo 2013-2032

Dokumen SPPIP Kabupaten Karo tahun 2012 merupakan salah satu rujukan data primer terkait

kondisi eksisting sektor PKP telah menentukan delienasi kawasan perkotaaan Kabupaten Karo

yaitu

Kecamatan Kabanjahe

dan

Kecamatan Berastagi

. Kajian lebih mendalam terhadap kedua

kawasan tersebut telah dilaksanakan melalui Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman

Prioritas (RPKPP) di tahun 2013. Hasil penentuan pengembangan kawasan adalah sesuai skala

prioritasnya seperti ditunjukkan pada tabel dan gambar peta berikut.

Tabel 7.3. Kawasan Permukiman Prioritas Kabupaten Karo

No Kawasan Permukiman Perkotaan Prioritas Permasalah Penilaian Permukiman

Penilaian Indikasi

Kawasan Prioritas Prioritas

1 Permukiman Rawan Kumuh Kabanjahe (Lau

Cimba, Kp. Dalam) 11 5 1

2 Permukiman Rawan Banjir dan Longsor

Berastagi (Gundaling I) 9 10 2

3 Permukiman pusat kota Berastagi

(Gundaling I, Gundaling II) 8 12,5 3

4 Permukiman pusat kota Kabanjahe (Padang

Mas, Gung Leto, Gung Negeri) 7 13,66 4

5 Permukiman Agrowisata Berastagi

(TL.Mulgap II dan Sempajaya) 5 21 5

(6)

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019

Page |

VII

- 6

Sumber: RPKPP Kabupaten Karo ,2013

D.

Profil Kawasan Permukiman Perkotaan Prioritas

Permukiman di kawasan perkotaan Kabanjahe terletak di sekitar kawasan pusat pelayanan dan

berjarak 0.5-1.0 km, sedangkan pada kawasan perkotaan Berastagi terletak di sekitar kawasan

pusat pelayan dan berjarak 1.2-1.3 km dari kawasan pusat pelayanan tersebut. Tipologi kawasan

permukiman ini termasuk kedalam tipologi kawasan permukiman dekat pada pusat pelayanan

perkotaan (CBD). Peta Profil Lokasi Kawasan Perkotaan Kabanjahe dan Brastagi seperti

ditunjukkan pada gambar berikut.

Gambar 7.3. Tingkat Urgenitas Penanganan Permukiman Kws. Perkotaan Kabanjahe - Berastagi

Peta Rencana Penanganan Kawasan Perkotaan Kabanjahe dan Berastagi

TINGKAT URGENITAS

(7)

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019

Page |

VII

- 7

Gambar 7.4.Peta Profil Kawasan Perkotaan Prioritas Kec. Kabanjahe

Peta Kawasan Perkotaan

Kabanjahe Kabupaten Karo

Sumber peta : SPPIP Kabupaten Karo, 2012 Kawasan Perkotaan

(8)

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019

Page |

VII

- 8

Peta Kawasan Perkotaan

Kabanjahe Kabupaten Karo

Sumber peta :SPPIP Kabupaten Karo, 2012 Kawasan

Perkotaan Brastagi

7.1.1.3.

Kawasan Kumuh

Tingginya kebutuhan perumahan dan permukiman di kawasan perkotaan Kabupaten Karo

membawa dampak tumbuhnya kantong‐kantong permukiman kumuh

(slum area). Hal ini

(9)

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019

Page |

VII

- 9

menggambarkan bahwa kebutuhan akan lahan dan ruang untuk tempat tinggal dan kegiatan

usaha semakin meningkat sedangkan ketersediaan lahan dan ruang di perkotaan semakin

terbatas, disisi lainnya tingginya kecenderungan masyarakat yang ingin berdomisili dekat

dengan pusat kota. Konsekuensi logisnya pusat kota tidak mampu lagi mengakomodir aktifitas

masyarakat sehingga berdampak pada sistem pelayanan perkotaan, kualitas lingkungan dan

masalah sosial semakin kompleks.

Sesuai arahan dalam pasal 98 ayat (2) Undang-undang Nomor 1 tahun 2011 tentang

Perumahan, pemerintah Kabupaten karo telah menetapkan lokasi permukiman kumuh di

Kabupaten Karo melalui Keputusan Bupati Karo Nomor 050/297/Bappeda/2015 tentang

Penetapan lokasi Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh di Kabupaten Karo.

Penetapan Lokasi Permukiman Kumuh tersebut selanjutnya menjadi dasar penyusunan

Rencana Aksi Peningkatan Kualitas Permukiman sebagai komitmen Pemerintah daerah dalam

mendukung Program Nasional Pengentasan Permukiman Kumuh dan pencapaian Target

Nasional Permukiman Tanpa Kumuh.

Sejalan dengan itu pada awal tahun 2016 Pemerintah juga telah menetapkan kebijakan terbaru

mengenai penanganan kawasan kumuh yaitu melalui

Permen PUPR Nomor 02 Tahun 2016

tentang Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

dengan

tujuan untuk meningkatkan mutu kehidupan dan penghidupan masyarakat penghuni

perumahan kumuh dan permukiman kumuh. Dengan adanya Permen ini diharapkan dapat

menjadi acuan bagi pemerintah daerah sebagai penyelenggara peningkatan kualitas terhadap

perumahan kumuh dan permukiman kumuh.

Rincian lokasi, jumlah lokasi serta peta sebaran lokasi permukiman yang telah ditetapkan

tersebut seperti dijelaskan pada tabel dan gambar peta berikut.

(10)

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019

Page |

VII

- 10

Kec. Kabanjahe

Kec. Berastagi

(11)

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019

Page |

VII

- 11

Tabel 7.5. Kondisi Eksisiting Kawasan Permukiman Kumuh Kabupaten Karo Thun 2014

N0. Nama Kws. Kumuh

Luas Wilayah

(ha)

Kondisi kependudukan Eksisting 2014 Kondisi Rumah Eksisting 2014 Kepadatan penduduk (jiwa/ha)

Luas Kws. Kumuh

Penduduk

Rmh Tangga

2014

Ratarata Rmh

Tangga Permanen

Semi

Permanen Darurat Jumlah

Luas (ha)

Perbandingan Luas (%) tahun 2014 A. Kws. Perkotaan Kabanjahe

1. Lau Cimba 200 11.859 2.723 4,40 1637 799 285 2721

59,30

28,13 21,14

2. Padang Mas 300 9.494 2.307 4,10 1313 895 80 2288

31,65

19,40 14,58

3. Gung Leto 200 5.640 1.421 4,00 1061 296 14 1371

28,20

3,70 2,78

4. Gung Negeri 450 12.342 2.980 4,10 2019 892 69 2980

27,43

24,18 18,17

5. Kampung Dalam 200 7.914 1.851 4,30 920 788 68 1776

39,57

23,67 17,79

Jumlah Kws. Kumuh Kabanjahe 1.350 47.249 11.282 4,13 6950 3670 516 11136

35,00

99,08 74,46

B. Kws. Perkotaan Berastagi

6. Tl.Mulgap II 100 2.934 665 4,41 372 162 50 584

29,34

2,87 2,16

7. Gundaling II 200 5.376 1.251 4,29 653 362 78 1093

26,88

16,41 12,33

8. Gundaling I 200 8.392 1.954 4,29 792 684 108 1584

41,96

13,59 10,21

9. Tl.Mulgap I 100 2.425 620 3,91 302 175 107 584

24,25

1,11 0,83

Jumlah Kws. Kumuh Berastagi 600 19.127 4.490 17 2.119 1.383 343 3.845

31,88

34 25,54

Jumlah Kabupaten Karo 1.950 66.376 15.772 21 9.069 5.053 859 14.981

34,04

133 100,00

(12)

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019

Page |

VII

- 12

Permukiman kumuh yang ada di kawasan permukiman perkotaan Kabanjahe dan Berastagi

berada di tengah-tengah kota dengan ciri fungsi kegiatan dominan adalah perdagangan. Visual

permukiman yang padat dan kurang tertata tampak jelas pada kawasan ini sebagai tampilan

fisik perumahan yang kurang layak huni.

Kondisi Kawasan Permukiman Kumuh pusat kota Kabanjahe : Kampung Dalam, Lau

Cimba, Gung Leto, Gung Negeri dan Padang Mas

Kondisi Kawasan Permukiman Kumuh pusat kota Brastagi : Gundaling 1 Gundaling 2, Lau

Mulgap 1 dan Lau Mulgap 2

(13)

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019

Page |

VII

- 13

Sesuai dengan kondisi fisik kawasan kumuh umumnya, hunian pada kawasan ini tergolong

tidak sehat dan kurang layak. Selain kepadatan bagunan yang cukup tinggi, terlihat beberapa

jalan lingkungan yang ada sudah rusak dan banyak tumpukan sampah domestik yang belum

tertangani/terangkut ke TPS.

1.

Air bersih dan Sanitasi

Pada umumnya di kawasan permukiman sudah tersambung jaringan air bersih, kecuali di

kelurahan Lau Cimba masih tersambung hanya 52% dari rumah yang ada, Pada umumnya

penanganan sanitasi masih secara individual dan per-masalahannya terletak pengangkutan

tinja dan pengolahannya.

2.

Drainase lingkungan dan Persampahan

Pada umumnya jaringan drainase sudah tersedia dan permasalahannya terdapat pada

sistem yang belum optimal, antara lain dimensi saluran dan pemeliharaannya. Di kawasan

permukiman masih terdapat genangan air pada saat hujan seperti di kelurahan Lau Cimba,

Gung Negeri, Kampung Dalam dan Gundaling II. Pada umumnya saluran pembuangan air

kotor belum memadai dan sebagian besar masih bercampur dengan saluran drainase.

Pada kawasan ini sudah ada sistem persampahan namun bak sampah yang tersedia belum

merata seperti di kelurahan Lau Cimba, Kampung Dalam, T.L.Mulgap I dan Gundaling II

sehingga tumbuh pembuangan sampah liar. Tumpukan sampah masih bercampur antara

organik dan bukan organik, armada pengangkutan sampah (kereta sampah dan truk sampah)

kurang memadai dan masalah lokasi TPA).

7.1.1.4.

Kondisi Eksisting Kawasan Permukiman Perdesaan

A.

Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL)

Kawasan permukiman perdesaan adalah kawasan permukiman skala kecil yang ditujukan

sebagai pusat kegiatan dalam suatu wilayah pertanian tertentu. Kawasan ini berfungsi sebagai

pusat koleksi pertama dalam rantai produksi pertanian dan melayani kegiatan skala antar desa.

Di Kabupaten Karo kawasan ini yang berfungsi sebagai Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL),

pendidikan, pertanian, perikanan, perkebunan dan industri. Penetapan PPL di Kabupaten Karo

adalah kota-kota kecamatan diluar PKL dan PPK yang ditentukan berdasarkan fungsi dan

potensi masing-masing desa dan kecamatan.

Selain itu untuk mendukung kegiatan di kawasan PPL ini, kawasan permukiman pedesaan di

Kabupaten Karo juga dikembangkan sarana jalan penghubung antar desa maupun antar

(14)

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019

Page |

VII

- 14

kabupaten sebagai upaya untuk peningkatan sistem transportasi sehingga arus barang/hasil

produksi menjadi lancar yang berdampak dengan meningkatnya kemajuan ekonomi di

perdesaan.

B.

Kawasan Permukiman Agrowisata

Sesuai arahan kebijakan RTRW Kabupaten Karo, bahwa pengembangan kawasan permukiman

perdesaan di Kabupaten Karo diarahkan pada pengembangan Kawasan Terpilih Pusat

Pengembangan Desa (KTP2D) dan Pengembangan Kawasan Agropolitan. Pembangunan

Kawasan Terpilih Pusat Pertumbuhan Desa (KTP2D) merupakan pendekatan pembangunan

kawasan perdesaan dengan cara mengembangkan potensi unggulannya. Kawasan agropolitan

di kecamatan Berastagi terletak di Desa Sempa Jaya, dengan luas ± 100 ha dan kepadatan

pendudu ± 1.00 jiwa/km². Kawasan ini sudah dikenal sebagai kawasan pariwisata di Provinsi

Sumatera Utara. Suasana pegunungan dengan panorama alam yang indah serta pemandangan

pertaniannya menjadi andalan kawasan wisata ini.

Gambar 7.9. Kawasan Permukiman Perdesaan Kabupaten Karo sebagai potensi Agrowisata

Permukiman yang ada di Kawasan ini merupakan permukiman swadaya masyarakat yang

mengelola lahan-lahan perkebunan pribadinya selain sebagai hasil pertanian juga dapat

dikomersialkan kepada pengunjung (wisatawan). Selain pengelolaan oleh masyarakat

setempat, beberapa kawasan dikelola oleh pengembang swasta pada beberapa titik lokasi

permukiman perdesaan. Pengelolaan dilakukan dengan lebih terencana sehingga fungsi

komersilnya dapat berkembang lebih luas lagi.

(15)

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019

Page |

VII

- 15

7.1.1.5.

Kondisi Eksisting Kawasan Permukiman Khusus Rawan Bencana

A.

Kawasan Rawan Bencana Alam di Kabupaten Karo

Kawasan rawan bencana alam adalah kawasan yang sering atau berpotensi tinggi mengalami

bencana alam. Sesuai data rencana dalam RTRW Kabupaten Karo pengaruh kawasan rawan

bencana alam secara umum di Kabupaten Karo adalah terdiri dari:

1.

Kawasan Rawan Tanah Longsor

Kawasan rawan bencana alam di Kabupaten Karo berada pada ketinggian 1.000 meter dpl

dengan kelerengan lebih dari 40%, bercurah hujan tinggi dan mampu meresapkan air

kedalam tanah; termasuk di dalamnya kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan hutan

lindung; hutan register dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL). Berdasarkan hasil analisis

dalam dokumen RTRW kawasan ini berada di sepanjang punggung Pegunungan Bukit

Barisan terutama yang berada dalam jalur lintas umum. Terdapat tiga zona bahaya

longsoran, yaitu :

Kawasan rawan bencana longsor tinggi.

Kawasan rawan bencana longsor menengah.

Kawasan rawan bencana longsor rendah.

2.

Kawasan Rawan Bencana Gempa bumi

Penentuan kawasan rawan bencana gempa bumi di Kabupaten Karo telah dianalisis

sebelumnya pada dokumen RTRW Kabupaten Karo. Parameter yang dilaksanakan adalah

melalui kajian dan geologi dalam menentukan penentuan kawasan rawan bencana gempa

yaitu berdasarkan sifat batuan, kemiringan lereng, struktur geologi serta kondisi

kegempaan. Peta kawasan rawan gempa bumi Kabupaten Karo seperti ditunjukan pada

gambar peta di halaman berikut.

3.

Kawasan Rawan Bencana Letusan Gunung Api

Berdasarkan potensi bahaya yang akan ditimbulkan dan konsidi topografinya, maka

kawasan rawan bencana Letusan Gunung api di Kabupaten Karo adalah letusan Gunung

api Sibayak dan Sinabung.

a.

Kawasan Rawan Bencana Gunung api Sinabung

Terdiri dari Kawasan Rawan Bencana Gunungapi II atau Daerah Bahaya dan Kawasan

Rawan Bencana Gunungapi I atau Daerah Waspada. Daerah ini meliputi seluruh tubuh

gunungapi Sinabung dengan pola sebaran melingkar dengan jari-jari sekitar 3 - 5 km sesuai

tingkat bahya yang ditimbulkannya.

(16)

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019

Page |

VII

- 16

Gambar 7.11. Klasifikasi Tingkat Bahaya di Sekitar Gunung Api Sianabung

Sumber: Website Kabupaten Karo ,2016

Jenis bahaya yang dapat terjadi pada kawasan ini adalah : Kawasan yang sangat

berpotensi terlanda awan panas, piroklastik, lontaran batu pijar dan hujan abu lebat

(berwarna merah) dan lahar/banjir lahar dan tidak tertutup kemungkinan dapat terkena

perluasan awan dan aliran lava (warna kuning).

Jumlah pengungsi pada kawasan bencana tersebut tercatat kian bertambah, melalui data

website resmi Badan Nasional Penanggulangan Bebeberapa (BNPB) jumlah pengungsi

Sinabung telah lebih dari 20.000 jiwa yang sekarang berada ditempat-tempat posko

pengungsian yang tersebar di beberapa lokasi. Data pengungsi terbaru yang diperoleh

seperti ditunjukan pada tabel berikut.

(17)

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019

Page |

VII

- 17

b.

Kawasan Rawan Bencana Gunung Api Sibayak

Menyusul bencana Gunung Api Sinabung, kini Gunung Api Sibayak juga telah ditetapkan

menjadi kawasan sangat rawan letusan gunung api. Beberapa status bahaya telah

diteapkan pihak BNPB di sekitar gunung api tersebut, mulai dari Kawasan Bencana II atau

daerah bahaya dan Kawasan Rawan Bencana I atau Daerah Waspada. Daerah ini meliputi

radius lebih kurang 2 km sampai 6 km dari pusat kawah aktif Gunung Api Sibayak.

Kemungkinan bahaya yang akan terlanda oleh bahaya langsung, berupa luncuran awan

panas, aliran lava dan lontaran piroklastik serta lahar hujan dan ancaman secara tidak

langsung dari letusan seperti timbulnya aliran lahar akibat turun hujan yang cukup lebat

yang dapat mengangkut rempah-rempah lepas seperti piroklastik, serta daerah yang

rawan terhadap hujan abu dan kemungkinan dapat terkena lontaran batu pijar yang

terendapkan disekitar puncak.

B.

Kawasan Rawan Bencana di Permukiman Perkotaan Kabanjahe

Merupakan Kawasan Rawan Bencana Longsor yang berada di permukiman sepanjang alur

sungai di Kelurahan Kampung Dalam dan Lau Cimba. Alur ini mengikuti badan Sungai Lau

Berneh. Tingginya kebutuhan akan lahan perumahan di Kawasan Perkotaan Kabanjahe

mengakibatkan penduduk membangun rumah mereka di sepanjang alur ini. Untuk masa yang

akan datang perlu penetapan kawasan ini sebagai daerah perlindungan setempat pada

rencana tata ruang yang ada, guna menghindari pembangunan di masa yang akan datang.

Gambar 7.12. Kondisi Kawasan Permukiman Rawan Bencana Longsor Kabanjahe

Untuk kondisi sekarang perlu dilakukan revitalisasi kawasan perumahan guna meninjau

kembali kondisi yang ada. Antisipasi yang dapat dilakukan guna menghindari dampak

pembangunan terhadap lingkungan pada kawasan ini adalah dengan penetapan kawasan

lindung Pada rencana tata ruang dan relokasi perumahan penduduk dengan pembangunan

Rusunawa.

C.

Kawasan Rawan Bencana di Permukiman Perkotaan Berastagi

(18)

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019

Page |

VII

- 18

rawan untuk terjadinya bencana longsor dan banjir. Luas kawasan ini ± 100 ha, dengan

kepadatan penduduk 3.715 jiwa/km².

Gambar 7.13. Kondisi Kawasan Permukiman Rawan Bencana Longsor Berastagi

Permukiman ini berkembang karena tuntutan lahan yang semakin sulit di kawasan perkotaan

Berastagi. Pada masa yang akan datang kawasan ini perlu ditetapkan sebagai kawasan lindung

setempat dalam rencana tata ruang kawasan perkotaan, untuk mencegah pembangunan oleh

penduduk lebih lanjut. Pada kondisi sekarang perlu dilakukan revitalisasi permukiman yang ada

untuk dilakukan relokasi penduduk ke lokasi yang lebih aman. Untuk itu perlu dicanangkan

pembangunan Rusunawa untuk menampung tempat tinggal penduduk yang direlokasi.

Tabel 7.3. Data Kejadian Bencana Kabupaten Karo, 2012-2015

(19)

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019

Page |

VII

- 19

Peta Kawasan Rawan

Bencana Longsor Kabupaten

Karo

Sumber peta :Bantek Penyusunan RTRW Kabupaten Karo, 2010

(20)

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019

Page |

VII

- 20

Peta Kawasan Rawan

Bencana Gempa Bumi

Kabupaten Karo

Sumber peta :Bantek Penyusunan RTRW Kabupaten Karo, 2010

(21)

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019

Page |

VII

- 21

Peta Kawasan Rawan

Bencana Gunung Berapi

Kabupaten Karo

Sumber peta :Bantek Penyusunan RTRW Kabupaten Karo, 2010

(22)

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019

Page |

VII

- 22

7.1.1.6.

Evaluasi Program-Program Sektor PKP yang Telah Dilaksanakan

Melalui RPJMD, Pemerintah Kabupaten Karo telah berkomitmen untuk terus mengalokasikan

sebagian anggaran belanja daerahnya sebagai bentuk keberlanjutan pembangunan

didaerahnya. Terhadap program-program kegiatan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta

Karya telah banyak dilaksanakankan selama ini, namun dengan permasalahan keterbatasan

fiskal daerah berakibat tertundanya pembangunan infrastruktur yang dibutuhkan tersebut

ditambah lagi kebutuhan dana untuk penanganan bencana alam Gunung Sinabung yang

semakin mempersulit pemerintah daerah sehingga pemgalokasian dana bagi pelaksanaan

program-program Bidang Cipta Karya menjadi sangat terbatas.

Data-data Program-program kegiatan yang telah dilaksanakan beberapa tahun belakangan ini

melalui alokasi dana APBD I, APBD II dan bantuan pihak swasta sebagai bentuk komitmen

Pemda/masyarakat swasta setempat maupun terhadap program-program dari Pemerintah

Pusat yang dudanai melalui penganggaran APBN terhadap kegiatan pembangunan

infrastruktur Bidang Cipta Karya seperti ditunjukkan pada tabel berikut.

Tabel 7.4.Program-program PKP yang telah dilaksanakan di Kab. Karo

No Program/Kegiatan Lokasi Satuan (Rp Ribu)Biaya Pendanaan Sumber Status Tahun 2014

Pembangunan Infrastruktur Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan Kab. Karo 1. Peningkatan Infrastruktur Kawasan

1. Peningkatan Jalan Jurusan Kelabangen -

Ketawaren (Tahap I) Kec. Juhar Kab. Karo Kec. Juhar Kab. Karo 953.849 APBN Selesai 2. Pengawasan dan Supervisi PSD

Permukiman Perdesaan Kab. Karo

Permukiman

Perdesaan Kab. Karo 858.465 APBN Selesai

Tahun 2015

Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman Perdesaan Potensial Kab. Karo 1. Pengawasan dan Supervisi Pembangunan

Infrastruktur Kawasan Kab Karo (SV-KR) Kab Karo (SV-KR) 1 Pkt 118.261 APBN Selesai 2.

(23)

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019

Page |

VII

- 23

Tabel 7.5. Program-program PKP yang telah dilaksanakan di Kab. Karo (APBD 2012)

(24)

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019

Page |

VII

- 24

Tabel 7.6. Kegiatan Pembangunan Non Fisik Permukiman Kabupaten Karo thn 2014 (APBN)

Sumber : LPSE Kab. Karo, 2016

7.1.1.7.

Isu Strategis, Permasalahan dan Tantangan Sektor PKP Kabupaten Karo

A.

Isu Strategis

Terhadap isu-isu strategis yang ada terkait pembangunan infrastruktur permukiman di

Kabupaten Karo secara umum dan pada Kawasan Permukiman Perkotaan khususnya adalah

seperti di jelaskan pada tabel berikut.

Tabel 7.7. Isu-Isu Strategis Sektor Pengembangan Permukiman Perkotaan

No. Isu Strategis / Permasalahan Sub Bidang

1. Masih banyaknya perumahan kurang layak huni dan kurangnya penataan/pengembangan prasarana lingkungan permukiman

Perumahan

2. Semakin tumbuhnya permukiman kumuh di kawasan perkotaan Perumahan

4. Masih terbatasnya pelayanan air bersih Air Bersih

5. Sarana sanitasi masih dalam skala individual Sanitasi

6. Sistem pelayanan persampahan masih minim, prasarana/sarana persampahan belum dikembangkan

Persampahan

7. Belum terbentuknya sistem drainase lingkungan yang baik Drainase Lingkungan

8. Belum jelasnya arah penataan bangungan dan lingkungan akibat ketiadaan RDTR dan RTBL (yang dilegalisasi)

Bangunan dan Lingkungan

9. Bantuan Rumah bagi pengungsi bencana Gn. Sinabung Perumahan

Sumber : Hasil analisis dan sumber dokumen SPPIP Kabupaten Karo 2013-2032

(25)

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019

Page |

VII

- 25

Sebagai indikasi arah pengembangan kawasan perkotaan serta pembangunan permukiman

dan infrastruktur permukiman perkotaan, telah direncanakan melalui Dokumen Strategi

Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) Kabupaten Karo 2013-2032

yaitu sebagai berikut.

1.

Pengembangan kawasan permukiman perkotaan diarahkan pada:

Penyediaan prasarana dan sarana dasar (PSD) bagi kawasan rumah sehat

sederhana (RSH),

Penataan dan Peremajaan Kawasan Permukiman, serta

Peningkatan Kualitas Permukiman.

2.

Pengembangan perumahan diarahkan pada rumah sederhana dan menengah,

3.

Pelayanan air minum diarahkan pada penambahan instalasi dan jaringan perpipaan

baru,

4.

Pengembangan sistim pembuangan air limbah diarahkan pada pembangunan instalasi

pengolahan air limbah,

5.

Pengembangan sistim pengelolaan sampah di-arahkan pada proses pengangkut-an

sampah dan penyediaan TPA,

6.

Penanganan drainase diarahkan pada penyediaan bangunan resapan buatan/alamiah,

7.

Penataan lingkungan permukiman diarahkan pada pengupaya-an legalitas pola ruang

perkotaan dan penegakan zonasi tata guna tanah.

Dalam rangka mempercepat pertumbuhan dan pengembangan permukiman, Pemerintah

Kabupaten Karo telah menetapkan Desa Pusat Pertumbuhan (DPP) di beberapa lokasi dan

Pengembangan Kawasan Agropolitan. Dalam proses penetapannya dengan memperhatikan

berbagai faktor, seperti potensi ekonomi kawasan, jumlah penduduk, prasarana dan sarana

dasar serta potensi-potensi lain yang belum tergali yang diperkirakan mampu meningkatkan

kawasan menjadi lebih mandiri dan berkembang.

B.

Permasalahan Dan Tantangan

(26)

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019

Page |

VII

- 26

Tabel 7.8. Identifikasi Permasalahan Dan Tantangan PKP Kabupaten Karo

No. Aspek Pengembangan

Permukiman Permasalahan yang Dihadapi Tantangan Pengembangan Alternatif Solusi

1. Aspek Teknis

1. Adanya kawasan permukiman yang rawan bencana longsor dan banjir di kawasan perkotaan dan perdesaan

2. Adanya potensi bencana tetusan gunung berapi (Gunung Sinabung dan Gunung sibayak) terhadap kawasan permukiman di Kabupaten Karo

3. Masih minimnya sarana dan prasarana dasar di kawasan permukiman di perkotaan

4. Penangan kawasan permukiman kumuh di kawasan perkotaan belum maksimal ditangani

5. Masih terbatasnya prasarana sarana dasar pada daerah tertinggal, daerah terpencil, dan kawasan perbatasan.

6. Belum maksimalnya perkembangan permukiman Kawasan Perdesaan Potensial.

1. Upaya mengurangi kawasan permukiman kumuh di Kabupaten Karo.

2. Upaya penanggulangan bencana pada kawasan permukiman terhadap potensi tanah longsor, banjir dan antisipasi/ prasarana evakuasi bencana gunung berap. 3. Pencapaian target/sasaran pembangunan

dalam Rencana Strategis Ditjen Cipta Karya sektor Pengembangan Permukiman pada tahun rencana 2019

4. Pencapaian target MDG’s 2015, termasuk

didalamnya pencapaian Program-Program Pro Rakyat (Direktif Presiden).

5. Upaya peningkatan kesejahteraan petani dan pengelola kawasan agrowisata untuk meningkatkan produksi pertanian dan perkebunan dengan meningkatkan sarana dan prasarananya.

1. Pembangunan Infrastruktur kawasan permukiman kumuh

2. Pembangunan infrastruktur permukiman RSH dengan meningkatkan kualitasnya

3. Pembangunan Infrastruktur Kawasan Permukiman Perdesaan Potensial dengan Meningkatkan kualitasnya.

4.Pembangunan Infrastruktur Kawasan Permukiman Rawan Bencana baik di perkotaan maupun perdesaan

5. Membangun prasarana dan sarana daerah untuk menunjang kegiatan ekonomi daerah dengan tetap memperhatikan keseimbangan antar kecamatan dan antar desa.

6.Membangun kerja sama antar daerah dan kerja sama pemerintah daerah dengan pihak swasta, serta membangun kerja sama regional dan internasional melalui partisipasi Pemerintah Kabupaten Karo di berbagai kegiatan kerjasama pembangunan..

2. Aspek Kelembagaan 1. Tidak aktifnya fungsi kelembagaan/Badan Koordinasi Pembangunan dan

Pengembangan Perumahan di daerah 2. Kurangnya koordinasi, sinergi, dan

kerjasama antar pelaku pengembangan permukiman

3. Belum kuatnya komitmen daerah

terhadap peraturan perundang-undangan yang ada

1. Upaya strategi perubahan menajemen dan strategi komunikasi dalam rangka

reformasi birokrasi

1.Program Penguatan dan Penataan Organisasi, meliputi: restrukturisasi tugas dan fungsi unit kerja, serta penguatan unit kerja yang menangani organisasi, tata laksana, pelayanan publik,

kepagawaian dan diklat.

2.Program Penguatan dan Penataan Peraturan Perundang-undangan, meliputi: penataan berbagai peraturan perundang-undangan yang

(27)

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019

Page |

VII

- 27

No. Aspek Pengembangan

Permukiman Permasalahan yang Dihadapi Tantangan Pengembangan Alternatif Solusi

4. Terbatasnya jumlah SDM yang berkualitas 5. Lemahnya pengawasan pembangunan di

daerah

3.Penguatan Akuntabilitas, meliputi: penguatan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, pengembangan sistem manajemen kinerja organisasi dan penyusunan Indikator Kinerja Utama (IKU).

4.Penguatan Pelayanan Publik, meliputi: penerapan standar pelayanan pada unit kerja masing-masing, penerapan SPM

5.Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan. 3. Aspek Pembiayaan untuk pembangunan sarana dan prasarana khususnya bidang Cipta Karya.

2. Kurangnya monitoring dan pengendalian pembangunan khususnya bidang Cipta Karya

1.Upaya meningkatkan sumber pendaanaan melalui kerjasama dengan pemerintah provinsi, pemerintah pusat, dan swasta

1. Meningkatkan koordinasi dan aktif dengan pemerintah provinsi dan pemerintah pusat (APBN) untuk mendanai pembangunan bidang Cipta Karya di Kabupaten Karo.

2. Meningkatkan kerjasama dengan pihak swasta melaui kerjasama pemerintah dan swasta (KPS) maupun melaui CSR.

3. Meningkatkan dana sharing (DDUB) untuk kegiatan Infrastruktur Bidang Cipta Karya. 4. Aspek Peran Serta

Masyarakat/ Swasta

Peran serta masyarakat dalam pembangunan sarana dan prasarana masih sangat minim, hal ini disebabkan oleh masih banyak masyarakat yang berpenghasilan rendah dan tidak mampu, dan masayarakat yang kurang peduli dan masih menganggap pembangunan adalah masalah dan tanggung jawab pemerintah saja.

Mengikutsertakan masyarakat dalam pembangunan di Kabupaten Karo untuk aktif mulai dari peremcanaan hingga pembangunan.

(28)

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019

Page |

VII

- 28

7.1.2.

SASARAN PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN

Dari kondisi eksisting seperti telah diuraikan diatas yamg merupakan kesimpulan terhadap

berbagai permasalahan dan isu-isu strategis pengembangan Sektor PKP di Kabupaten Karo,

selanjutnya perlu dipahami dukungan program-program PKP yang telah diprioritaskan

pemerintah pusat guna memdapatkan stimulan dukungan APBN sebagai salah satu solusi

keterbatasan dana di daerah.

Terdapat arahan-arahan kebijakan pengembangan PKP serta program-program yang

diprioritaskan menurut sasaran dan target yang telah ditetapkan baik melalui amanat RPJMN

maupun yang telah ditetapkan dalam Rencana Strategis Bidang Cipta Karya tahun 2015-2019

dengan uraian sebagai berikut.

A.

Arahan Kebijakan

Arahan kebijakan pengembangan permukiman mengacu pada amanat peraturan perundangan

sebagai kebijakan nasional, yaitu:

1)

Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang

Rencana Pembangunan Jangka Panjang

Nasional.

Kota tanpa permukiman kumuh

2)

Arahan

RPJMN Tahap 3 (2015-2019)

menyatakan bahwa pemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana

dan sarana pendukung bagi seluruh masyarakat terus meningkat, sehingga kondisi

tersebut mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh pada awal tahapan

RPJMN berikutnya.

3)

Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang

Perumahan dan Kawasan Permukiman

.

Pasal 4 mengamanatkan bahwa ruang lingkup penyelenggaraan perumahan dan

kawasan permukiman juga mencakup penyelenggaraan perumahan (butir c),

penyelenggaraan kawasan permukiman (butir d), pemeliharaan dan perbaikan (butir

e), serta pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan

permukiman kumuh (butir f).

4)

Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang

Rumah Susun

.

Pasal 15 mengamanatkan bahwa pembangunan rumah susun umum, rumah susun

khusus, dan rumah susun negara merupakan tanggung jawab pemerintah.

5)

Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang

Percepatan Penanggulangan Kemiskinan.

Peraturan ini menetapkan salah satunya terkait dengan penanggulangan kemiskinan

yang diimplementasikan dengan penanggulangan kawasan kumuh.

6)

Perpres No. 2/2015 tentang

Rencana Pembangunan Jangka menengah nasional

Program pembinaan dan pengembangan infrastruktur permukiman, dengan kegiatan

pembangunan dan pengembangan kawasan perkotaan guna mewujudkan sasaran

meningkatnya kualitas permukiman di 38.431 Ha daerah perkotaan.

7)

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang

Standar Pelayanan

Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang

.

Peraturan ini menetapkan target berkurangnya luas permukiman kumuh di kawasan

perkotaan sebesar 10% pada tahun 2014.

(29)

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019

Page |

VII

- 29

9)

Permen PUPR Nomor 13.1 Tahun 2015 tentang

Rencana Strategis Kementerian PUPR

Sasaran : Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan hunian dan

permukiman yang layak.

Kegiatan : Pengaturan, Pembinaan, dan Pelaksanaan Pengembangan Kawasan

Permukiman

10)

Permen PUPR Nomor 2 Tahun 2016

Tentang Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan

Kumuh dan Permukiman Kumuh

Pola Penanganan Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman

Kumuh

B.

Lingkup Kegiatan

Mengacu pada Permen PUPR No.15/PRT/M/2015 tentang Tugas dan Fungsi Direktorat

Pengembangan Kawasan Permukiman, yaitu :

Tugas

Direktorat Pengembangan Kawasan Permukiman adalah melaksanakan perumusan dan

pelaksanaan kebijakan, pembinaan teknis, pengawasan teknis, pengendalian dan pengaturan

teknis pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman perkotaan, kawasan

permukiman perdesaan, serta kawasan permukiman khusus.

Adapun

fungsi

Direktorat Pengembangan Permukiman adalah:

a)

Penyusunan, penyiapan, pelaksanaan kebijakan dan strategi, perencanaan teknis,

evaluasi dan pelaporan;

b)

Bimbingan teknis dan supervisi;

c)

Norma, standar, prosedur, dan kriteria;

d)

Kelembagaan dan pemberdayaan masyarakat; dan

e)

Tata usaha dan rumah tangga Direktorat.

Dari penjelasan tugas dan fungsi Direktorat Pengembangan Permukiman tersebut selanjutnya

merupakan arahan untuk mengalokasikan rencana usulan-usulan kegiatan untuk Sektor

Pengembangan Permukiman yang disesuaikan dengan Tipologi

Pengembangan masing

kawasan permukiman.

7.1.2.1.

Arahan Kebijakan Strategis Program PKP Tahun 2017

Melalui Renstra Sitjen Cipta Karya, terdapat arahan dan kebiajakan-kebijakan strategis

Program PKP yang selanjutnya dapat direncanakan melalui RPIJM di tahun perencanaan 2017

ini dalam rangka pencapaian Target Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman

Tahun 2015-2019 melalui Gerakan Nasional 100-0-100,

Tipologi Kawasan Pengembangan

Permukiman

dibagi menjadi 3 (tiga) kawasan sesuai arahan pengembangannya masing-masing

yaitu:

1)

Kawasan Permukiman Perkotaan,

2)

Kawasan Permukiman Perdesaan dan

3)

Kawasan Permukiman Khusus.

(30)

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019

Page |

VII

- 30

Tabel 7. 9. Lingkup Pengembangan Permukiman Sesuai Tipologi Kawasan

7.1.2.2.

Sasaran Dan Target Pencapaian Program PKP

Rencana Strategis Ditjen Cipta Karya tahun 2015-2019 telah mengamanatkan berbagai arahan

dan kebijakan sasaran Program Pengembangan Infrastruktur Permukiman yang harus dicapai

dalam masa 5 (lima) tahun kedepan. Adapaun strategi pelaksanaannya dilakukan melalui 3

(tiga) pendekatan utama yaitu :

1)

Menbangun Sistem;

2)

Fasilitasi Daerah/Pemda Provinsi/Kab/ Kota (Termasuk Kemitraan); dan

3)

Memberdayakan Masyarakat

Sasaran strategis terhadap ke tiga pendekatan tersebut secara umum direncanakan melalui

dua kegiatan utama yaitu kegiatan fisik dan non fisik. Secara rinci sasaran startegis

pelaksanaan kegiatan serta alur proses perencanaan terhadap program-program kegiatan

Sektor Pengembangan Permukiman

kegiatan seperti dijelaskan pada tabel dan alur program

berikut.

Tabel 7.10. Sasaran Strategis Pelaksanaan Kegiatan Program PKP Tahun 2017

Pendekatan

Pelaksanaan Sasaran Strategis Kegiatan Pengembangan Permukiman

Membangun Sistem

Bangkim Kws. Perkotaan & Pusat Pertumbuhan

Fasilitasi Rencana Daerah Kawasan Permukiman

TIPOLOGI TARGET SASARAN NASIONAL

Kawasan Permukiman Perkotaan

Penurunan kumuh perkotaan menjadi 0 %; Penataan 11 kawasan kampung nelayan;

Pemenuhan SPP dan pengembangan Kota Layak Huni, Kota Hijau, & Kota Cerdas di 18 kota, 12 kawasan perkotaan metropolitan, 744 kota/kawasan perkotaan;

Pendampingan pemberdayaan masyarakat di 11.067 Kelurahan; dan Inkubasi 10 Kota Baru

Kawasan Permukiman Perdesaan

Meningkatnya kualitas permukiman perdesaan seluas 78.384 Ha

Kawasan Permukiman Khusus

Meningkatnya kualitas permukiman khusus seluas 3.099 Ha

berkembangnya 10 PKSN sebagai pusat pertumbuhan ekonomi kawasan perbatasan dan berkembangnya 16 PKSN lainnya sebagai persiapan

meningkatnya akses masyarakat terhadap infrastruktur dasar wilayah (terutama transportasi, informasi, tekekomunikasi, energi, dan air bersih) dan sosial dasar (terutama pendidikan, kesehatan, dan perumahan) di 187 Kecamatan Lokasi Prioritas (Lokpri)

meningkatnya kesejahteraan masyarakat pulau-pulau kecil/terluar melalui pengembangan ekonomi dan penyediaan sarana prasarana dan fasilitas layanan dasar (31 pulau-pulau kecil terluar)

tersedianya sarana dan prasarana mitigasi dan kesiapsiagaan menghadapi bencana di kawasan permukiman dengan Indeks Risiko Bencana tinggi

(31)

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019

Page |

VII

- 31

Pendekatan

Pelaksanaan Sasaran Strategis Kegiatan Pengembangan Permukiman

pembantuan Binwas Pengembangan Permukiman Dukungan Penanganan Bencana

Bantuan Penyusunan Rencana Kerja Masyarakat

Sumber : Materi paparanDirektorat Pembinaan Penataan Bangunan pada Workshop Persiapan Pelaksanaan Kegiatan Perencanaan dan pengendalian PIP DJCK tahun 2016

1.

Program Penanganan Permukiman Kumuh Perkotaan

Sesuai Pasal 94-104 Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan

Permukiman, pemerintah telah mengeluarkan ketentuan Penanganan Permukiman Kumuh

Perkotaan melalui Permen PUPR Nomor 2/PRT/M/2016 Tentang Peningkatan Kualitas

Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh melalui tahapan-tahapan yaitu:

1.

Penetapan Permukiman Kumuh sesuai Indikator Permukiman Kumuh;

2.

Pencegahan Terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh ;

3.

Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh ;

Adapun persyaratan teknis dalam Program Penanganan Permukiman Kumuh Perkotaan adalah

sebagai berikut:

Kriteria Umum

1.

Kawasan Strategis Nasional (

PKN, PKSN

)

2.

Wilayah Pengembangan Strategis Kementerian PUPR (35

WPS

)

3.

Memiliki

Perda RTRW

4.

Memiliki

Perda Bangunan Gedung

5.

Tersedianya

Dana Daerah

untuk Urusan Bersama (DDUB)/dana daerah untuk

pembiayaan komponen kegiatan

6.

Institusi pengelola

pasca konstruksi (KPP) terkait serah terima asset

Kriteria Khusus

1.

Memiliki

Rencana Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan

(RKP-KP/RP2KPKP)/

Sedang dalam proses penyusunan tahun 2016

2.

Memiliki

SK Penetapan Lokasi

Kawasan Permukiman Kumuh

3.

Memiliki

Profil kawasan

Kumuh

4.

Memiliki

Surat Pernyataan Minat

untuk kegiatan Peningkatan Kualitas Permukiman

Kumuh Perkotaan

5.

Kesiapan dan kesediaan Lahan

6.

Rencana aksi Penanganan dan Pemaketan serta Jadwal Pelaksanaan (Kurva-S)

7.

Sudah ada

Perencanaan

:

Masterplan, DED

yang ditandatangani Dinas Teknis

Kab/Kota, serta

RAB, TOR

dan

RKS

sudah siap lelang

(32)

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019

Page |

VII

- 32

Tabel 7.11. Program-Program Penanganan Permukiman Kumuh Perkotaan sesuai Kebijakan Ditjen Cipta Karya tahun 2015-2019

No

Kesesuaian terhadap perizinan, standar teknis dan pemeriksaan sesuai dengan peraturan

perundang-II PENINGKATAN KUALITAS

Pemugaran Perbaikan, pembangunan kembali menjadi permukiman layak huni

Mewujudkan permukiman yang lebih baik guna melindungi keselamatan dan keamanan masyarakat sekitar dengan terlebih dahulu menyediakan tempat tinggal bagi masyarakat

 Advokasi Pemda

Pemindahan masyarakat dari lokasi yang tidak mungkin dibangun kembali/ tidak sesuai dengan rencana tata ruang dan/ atau rawan bencana serta menimbulkan bahaya bagi barang ataupun manusia (contoh: penyediaan Rusunawa)

dilakukan untuk mempertahankan dan menjaga kualitas perumahan dan permukiman secara berkelanjutan  Infrastruktur O &P

 Serah terima & OP ke pemda

(33)

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019

Page |

VII

- 33

2.

Program Pendampingan Peningkatan Kapasitas Masyarakat Dalam Penanganan

Permukiman Kumuh.

Dalam upaya Penanganan Permukiman Kumuh tidak terlepas dari kegiatan pendampingan

sebagai bagian kegiatan pelaksanaanya. Melalui program Penanganan Kawasan Kumuh

Perkotaan (P2KKP), proses pendampingan Peningkatan Kapasitas Masyarakat Dalam

Penanganan Permukiman Kumuh dilakukan melalui komponen-komponen program & kegiatan

seperti dijelaskan pada skema alur program berikut.

Gambar 7.17. Komponen Program & Alur Kegiatan P2KPP

3.

Program Pengembangan Kawasan Permukiman Perdesaan

Melalui Kementerian PPN/Bappenas, pemerintah telah menyiapkan

Grand Design

Pembangunan Perdesaan

sebagai upaya pembangunan dan pengembangan desa-desa di

seluruh Indonesia. Arahan kebijakan yang telah ditetapkan adalah melalui berbagai

pendekatan baik secara Sosial, Ekonomi serta Ekologi. Program-program perdesaan yang telah

disiapkan terbut adalah :

1)

Program Desa Tertinggal

Desa yang belum terpenuhi Standar Pelayanan Minimum (SPM) pada aspek kebutuhan

sosial, infrastruktur, sarana, pelayanan umum, dan penyelenggaraan pemerintahan.

2)

Desa Berkembang

Desa yang sudah terpenuhi SPM namun secara pengelolaan belum menunjukkan

keberlanjutan

3)

Desa Mandiri

Desa yang telah terpenuhi pada aspek kebutuhan sosial dasar, infrastruktur dasar,

sarana dasar, pelayanan umum, dan penyelenggaraan pemerintahan desa dan secara

kelembagaan telah memiliki keberlanjutan.

(34)

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019

Page |

VII

- 34

Adapun sasaran strategis sebagai target nasional yang hendak dicapai adalah

Peningkatan

kualitas permukiman perdesaan seluas 78.384 Ha

(pada kawasan perdesaan yang memiliki

komoditi unggulan).

4.

Program Pengembangan Kawasan Permukiman Khusus

Sesuai Permen PUPR No.15 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian PUPR, terhadap

penanganan

Kawasan Permukiman Khusus dilaksanakan melalui pembinaan teknik,

pengawasan teknik dan fasilitasi penyelenggaraan permukiman khusus, yaitu melalui

kawasan-kawasan :

1.

Kawasan Perbatasan;

2.

Kawasan Pulau-Pulau Kecil Terluar;

3.

Kawasan Pasca Bencana, dan

4.

Kawasan Tertentu Yang Ditetapkan Oleh Peraturan Perundang-Undangan.

Identifikasi lokasi Kawasan Permukiman Khusus adalah sesuai regulasi serta peraturan yang

telah ditetapkan sebelumnya menurut tipplogi masing-masing jenis kawasan.

7.1.2.3.

Standar Pelayanan Minimal Bidang PU Penataan Ruang Sub Bidang Cipta Karya

Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang adalah

ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar bidang pekerjaan umum dan penataan

ruang yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara

minimal dalam hal pelayanan dasar pelayanan publik bidang pekerjaan umum dan penataan

ruang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam kehidupan sosial, ekonomi dan

pemerintahan. SPM ini ditetapkan melalui Pemen PU No. 01/M/PRT/2014 tentang Standar

Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang. Indikator SPM yang digunakan

terhadap penmenuhan SPM ini menggambarkan besaran sasaran yang hendak dipenuhi dalam

pencapaian SPM berupa masukan, proses keluaran, hasil dan/atau manfaat pelayanan dasar.

Terhadap Sub Bidang Cipta Karya Sektor PKP, selanjutnya SPM ini merupakan dasar acuan bagi

Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam melaksanakan SPM bidang PU dan Penataan

Ruang dan dasar perhitungan bagi pemenuhan kebutuhan program sektor PKP yaitu

penurunan permukiman kumuh perkotaan yang direncanakan untuk tingkat pecapaian

kabupaten/kota.

Kebutuhan penyediaan program sektor PKP di tingkat Kabupaten/Kota sesuai Ketentuan SPM

Bidang PU dan Penataan Ruang Sub. Bid Cipta Karya adalah seperti dijelaskan pada tabel

berikut.

Tabel 7.12. Standar Pelayanan Minimal Bid. PU dan Penataan Ruang di tingkat Kab/ kota

No Pelayanan DasarJenis Sasaran Indikator Satuan Target Tahun 2019

(35)

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019

Page |

VII

- 35

7.1.2.4.

Analisa Kebutuhan Program PKP

A.

Kebutuhan penanganan pembangunan

Sesuai dengan kebijakan strategis Ditjen Cipta Karya, kebutuhan penanganan pembangunan

kawasan permukiman dan infra-struktur permukiman di Kabupaten Karo diarahkan sesuai

dengan isu-isu strategis daerah maupun nasional serta permasalahan yang ada pada

masing-masing kawasan yaitu dengan kesimpulan arahan pegembangan sebagai berikut:

1.

Penanganan Kawasan Permukiman Kumuh Kabupaten Karo.

Penanganan permukiman perkotaan dikhususkan pada Kawasan Kumuh di Perkotaan

Kabanjahe dan Berastagi dengan fokus target penurunan 0% luas kawasan kumuh ditahun

2019. Lokasi-lokasi prioritas penanganan sesuai yang ada pada SK Penetapan Kawasan

Kumuh Kabupaten Karo. Penanganan kawasan kumuh dapat dilaksanakan melalui

pengembangan infrastruktur permukiman yang dibutuhkan, pemenuhan rumah layak huni

dengan harga terjangkau (Kasiba/Lisiba dan Rusunawa), pemenuhan kenutuhan air

minum layak dan peningkatan sarana sanitasi bagi penduduk dan lingkungan kws.

2.

Penanganan Kawasan Rawan Bencana Longsor.

Penanganan daerah rawan longsor sesuai perencanaan dalam dokumen SPPIP Kabupaten

Karo tahun 2012 diprioritaskan di sepanjang DAS Lau Berneh dan di dalam kawasan

perkotaan Kabanjahe-Berastagi. Longsor terjadi pada kawasan Lau Berneh akibat erosi

tanah di lereng-lereng sungai akibat gerusan air sungai atau aliran air drainase pada bagian

kaki lereng kawasan tersebut. Di kawasan permukiman yang topografinya berbukit-bukit

dengan lereng curam memungkinkan kawasan tersebut menjadi rawan longsor. Aturan

yang efektif untuk menghindari dan mengantisipasi kemungkinan bencana longsor pada

kawasan-kawasan ini adalah melalui pemetapkan aturan garis sempadan bangunan

melalui peraturan tata ruang kabupaten/kota (RTRW/RDRTR, Perda BG, RTBL atau

penetpan melalui IMB) dengan legalitas hukum tetap melalui kepada daerah setempat

(Bupati karo).

3.

Pengembangaan Kawasan Permukiman Khusus

Kawasan Permukiman Perdesaan

Penanganan kawasan permukiman perdesaan sesuai Draf RTRW Kabupaten Karo

diarahkan pada pengembangan Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) dan

Pengembangan Kawasan Agropolitan serta melalui peningkatan fasilitas yang diperlukan

sebagai syarat suatu permukimanyang sehat dan layah huni. Dari 17 kecamatan dengan 17

Ibukota kecamatannya (IKK) di Kabupaten Karo, sebagian besarnya masih berupa

pedesaan. Terdapat 4 (empat) ibukota kecamatan yang diarahkan menjadi Kawasan

perkotaan yaitu Kecamatan Kabanjahe dan Berastagi yang fungsinya di-arahkan selain dari

pertanian atau pengolahan pertanian. Sedangkan untuk IKK Kecamatan Merek dan IKK

Kecamatan Tiga kondisi yang ada belum merupakan kawasan perkotaan sehingga fungsi

yang diberikan untuk pengembangannya masih dengan fungsi pertanian (permukiman

perdesaaan).

Kawasan Permukiman Agropolitan

(36)

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019

Page |

VII

- 36

menggerakkan pertumbuhan ekonomi wilayah sekitarnya. Lokasi kawasan permukiman

perdesaaan strategis dengan fungsi-fungsi pengembangan agropolitan adalah seperti

dijelaskan pada tabel berikut.:

Tabel 7.17. Kawasan Strategis Cepat Tumbuh Kabupaten Karo

Sumber: Peraturan Bupati Karo No. 278 Tahun 2013

4.

Kecamatan Merek Sebagai Kws. Strategis Pengembangan Pariwisata Nasional (KSPN)

Kecamatan Merek sebagai wilayah bagian Kabupaten Karo telah ditetapkan sebagai salah

satu kawasan dalam program Inkubasi Pengembangan Kawasan Danau Toba dan

Sekitarnya melalui Perpres No. 81. Tahun 2014 tentang RTR Kawasan Danau Toba dan

Sekitarnya, dengan kebijakan pengembangan sebagai berikut:

Kebijakan Pengembangan Kawasan Danau Toba:

1.

Pemertahanan kestabilan kuantitas dan pengendalian kualitas air Danau Toba

2.

Pelestarian ekosistem penting perairan danau dan sekitarnya

3.

Pelestarian kawasan kampung dan budaya masyarakat adat Batak

4.

Pengembangan dan pengendalian pemanfaatan kawasan pariwisata yang berdaya

tarik internasioanal , nasional dan regional

5.

Pengendalian kawasan budidaya perikanan danau

6.

Pempertahanan kawasan pertanian tanaman pangan

7.

Pengendalian kawasan peternakan, holtikultura, dan perkebunan berbasis masyarakat

dan ramah lingkungan

8.

Perwujudan kerja sama pengelolaan dan pemeliharaan kualitas lingkungan hidup,

pemasaran produksi kawasan budidaya, dan peningkatan pelayanan sarana dan

prasarana.

Sasaran lokasi-lokasi/desa sebagai arahan pengembangan infrastruktur bidang Cipta karya

di Kecamatan Merek seperti ditunjukan pada peta berikut.

Peraturan Bupati Karo No. 278 Tahun 2013tentangPenetapan Kawasan Strategis Cepat Tumbuh Kabupaten Karo

Arahan Pengembangan Kawasan Kecamatan

Penguatan Ketahanan Pangan Mardingding

Penguatan Ketahanan Pangan Laubaleng

Perdagangan dan Jasa

Penguatan Ketahan Pangan Tigabinanga

Penguatan Ketahanan Pangan Juhar

Penguatan Ketahanan Pangan Munte

Penguatan Ketahanan Pangan Tiganderket

Holtikultura

Pariwisata Naman Teran

Holtikultura Merdeka

Perdagangan dan Jasa Kabanjahe

(37)

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019

Page |

VII

- 37

Peta Kecamatan Merek sebagai

KSPN Dabau Toba Dan sekitarnya

Sumber peta :Bantek Penyusunan RTRW Kabupaten Karo, 2010

KECAMATAN MEREK

(38)

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019

Page |

VII

- 38

5.

Kawasan Rawan Bencana Gunung Api Sinabung.

Berdasarkan data terakhir yang telah dihimpun melalui Media Center Penanganan Tanggap

Darurat Bencana Erupsi Gunung Sinabung Kabupaten Karo, jumlah pengungsi akibat

dampak erupsi Gunung Sinabung saat ini mencapai 3.395 jiwa atau 2.992 KK.

Pada tahun 2014, Bersama dengan BNPB, Ditjen Cipta Karya telah dilakukan upaya

antisipasi dan penyelamatan warga dari dampak letusan Gunung Sinabung untuk jangka

panjang dengan melakukan relokasi permukiman warga melalui hunian tetap (Huntap) dan

telah menyusun mekanisme relokasi warga yang terkena dampak erupsi Gunung Sinabung

ke tempat yang lebih aman. Huntap yang dibangun di atas lahan yang disediakan oleh

Pemda Kabupaten Karo dengan luas lahan 25 Ha ini, diperuntukkan bagi 1.000 Kepala

Keluarga (KK).

Selain itu, dalam penanganan korban bencana Sinabung, Ditjen Cipta Karya telah

memberikan bantuan sama dengan yang dimanfaatkan oleh pengungsi di 42 titik

pengungsian berupa Tenda Hunian Darurat (THD) dan kebutuhan dasar sanitasi bagi

pengungsi (Hidran Umum, WC knock down dan jerigen air).

Hingga kini, Ditjen Cipta Karya terus berkoordinasi dengan Dinas PU Kabupaten Karo yang

didukung oleh Satuan Kerja Provinsi di lingkungan Ditjen Cipta Karya dan Satgas Tanggap

Darurat Ditjen Cipta Karya, Sumatera Utara terhadap kesiagaan bencana serta pelayanan

bagi bantuan infrastruktur pengembangan permukiman pengungsi Kabupaten Karo.

B.

Ktiteria Teknis Perencanaan:

Kriteria-kriteria teknis perencanaan sektor PKP mengacu Undang-undan, peraturan dan

standar teknis perencanaan yang umum berlaku di Indonesia antara lain adalah:

UU No. 01 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman.

Tahap pertama pembangunan rumah hunian tetap (Huntap) sebanyak 370 unit dan tahap ke kedua sebanyak 320 unit di Desa Siosar tahun 2015 dan kini telah ditempati.

Sumber : BNPB

Gambar 7.19. Tahap Awal Pengembangan Kws. Permukiman Untuk Pengungsi Gunung

(39)

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019

Page |

VII

- 39

UU No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun.

UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

UU No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana

UU No. 07 Tahun 2007 tentang Bangunan Gedung

PP No. 14 tahun 2016 Tentang penyelenggaraan Perumahan Dan Kawasan Permukiman.

Permen PU No. 6 tahun 2007 tentang Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)

PermenPera No. 11 tahun 2008 tentang Pedoman Keserasian Kawasan Perumahan dan

Permukiman.

SNI 03-7013-2004 Tata Cara Perencanaan Fasilitas Linkungan Rumah Sususn

SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perenc Lingkungan Perumahan Di Perkotaan;

Standar kebutuhan minimal terhadap pemenuhan hunian berikut infrastruktur pendukungnya

adalah seperti dijelasakan pada tabel berikut.

Tabel 7.13. Ktiteria-kriteria Teknis Perencanaan Sektor PKP

No. Deskripsi Standar Teknis

1 Besaran standar minimal terhadap kepadatan kawasan: <200 jiwa/ha

2

Kebutuhan luas lantai minimum hunian layak tidak bertingkat/jiwa:

 Luas per-jiwa (dewasa)

 Luas per-jiwa (anak anak)

9,6 m2 4,8 m2

3 Kebutuhan luas lantai minimum hunian layak tidak bertingkat

untuk 1 rumah tangga (5 jiwa/KK): 51 m2

4

Kebutuhan luas kavling maksimum Rumah Sederhana maks. 113 m2 (perdesaan) maks. 102 m2 (perkotaan)

4 Kebutuhan luas kavling Rumah Menengah 54 s/d 600 m2

Kebutuhan luas kavling Rumah Mewah 200 s/d 600 m2

(40)

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019

Page |

VII

- 40

Persyaratan Lingkungan Hunian Berimbang (LHB) sesuai lokasi geografis (perkotaan peerdesaan):

Persyaratan prasarana jalan lingkungan permukiman:

Gambar

Gambar 7.6. Peta Lokasi Permukiman Kumuh Di Kabupaten Karo BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019
Tabel 7.5. Kondisi Eksisiting Kawasan Permukiman Kumuh Kabupaten Karo Thun 2014
Gambar 7.7. Kondisi Eksisting Kawasan Permukiman Kumuh pusat kota Kabanjahe
Tabel 7.2. Data Jumlah Pengungsi Bencana Gunung Api Terbaru dari BNPB
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kampanye tersebut diwujudkan dalam bentuk kegiatan antara lain seminar membangun karakter bangsa untuk menghadapi degradasi moral yang dengan sasaran 75 orang perwakilan

Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis kualitatif berupa deskripsi dari hasil survei primer yang dilakukan pada pihak bank dan nasabah yang digunakan

Penyajian sama dengan PSAK 2004, kecuali tidak ada lagi: (1) asset keuangan; (2) property investasi yang diukur dengan nilai wajar; (3) asset bilogik yang

Hasil pengujian menunjukkan bahwa rasio Return On Equity (ROE), ,Book Value (BV), Price Book Value (PBV), Earning Per Share (EPS) Berpengaruh signifikan terhadap

Perlu dilakukan pengelolaan potensi kawasan ekowisata Danau Linting sehingga dapat dilakukan juga perencanaan program interpretasi lingkungan yang nantinya akan

Berdasar hasil uji statistik, antara konsumsi junk food dengan kejadian dismenore primer diperoleh p-value = 0,334 (&gt;0,05) artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara

Penelitian ini mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas hidup ODHA (Orang dengan HIV dan AIDS) di Yayasan Lantera Minangkabau kota Padang tahun 2016. Desain

Puji dan syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT dan tak lupa juga shalawat serta salam untuk nabi besar Muhammad SAW, karena berkat rahmat dan