LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019
Page |
VII
- 1
Bab
7.
RENCANA PEMBANGUNAN
INFRASTRUKTUR CIPTA KARYA
7.1.
SEKTOR PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN (PKP)
Sesuai dengan Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman bahwa Pengembangan Permukiman adalah bertujuan
untuk:
Memenuhi kebutuhan
pengembangan
permukiman
melalui
penyediaan sarana dan prasarana permukiman,
Mewujudkan permukiman layak dalam lingkungan sehat, aman,
serasi dan teratur,
Menjadi bagian penting dalam menentukan arah perkembangan
perkotaan, dan
Menunjang kegiatan ekonomi melalui penyediaan infrastruktur
Sesuai Peraturan Menteri PUPR No.15/PRT/M/2015 bahwa tugas Direktorat Pengembangan
Kawasan Permukiman adalah melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,
pembinaan teknis, pengawasan teknis, pengendalian dan pengaturan teknis pembangunan
dan pengembangan kawasan permukiman perkotaan, kawasan permukiman perdesaan, serta
kawasan permukiman khusus. Sedangkan fungsi yang diamantkan terhadap Penegmbangan
Kawasan Permukiman seperti dijelaskan pada skema berikut.
Skema 7.1. Tugas dan Fungsi Direktorat Pengembangan Kawasan Permukiman
LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019
Page |
VII
- 2
7.1.1.
KONDISI EKSISTING SEKTOR PKP KABUPATEN KARO
7.1.1.1.
Sebaran Kawasan Permukiman Kabupaten Karo
Sebaran peruntukan kawasan permukiman eksisting di Kabupaten Karo secara umum berada
pada kawasan di sepanjang jalan lintas provinsi dan jalan kabupaten serta lebih terpusat pada
ibu kota kecamatan. Sesuai arahan dalam rencana tata ruang Kabupaten Karo,
kawasan-kawasan permukiman ini dikembangkan sebagai pusat pelayanan kegiatan sesuai arahan
hirarki struktur ruang yaitu fungsi ruang perkotaan dan perdesaan.
Sebaran peruntukan kawasan permukiman eksisting di Kabupaten Karo seperti ditunjukan
dalam Peta Sebaran Kawasan Permukiman sebagai berikut.
Peta Kawasan Permukiman Eksisting Kabupaten Karo
Sumber peta :SPPIP Kabupaten Karo, 2012
LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019
Page |
VII
- 3
7.1.1.2.
Kondisi Eksisting Kawasan Permukiman Perkotaan
Pengembangan kawasan permukiman perkotaan diarahkan
pada daerah pusat‐pusat
pelayanan, yaitu pada setiap ibukota kecamatan dengan arahan kawasan permukiman
perkotaan utama berada pada Kota Kabanjahe. Pengembangan kawasan permukiman
perkotaan di Kabupaten Karo diarahkan pada penyediaan prasarana dan sarana dasar (PSD)
bagi kawasan rumah sehat sederhana (RSH), penataan dan peremajaan kawasan, serta
peningkatan kualitas permukiman.
A.
Kawasan Permukiman Perkotaan di Kabupaten Karo
Data BPS tahun 2014 terhadap jumlah rumah di kws. permukiman Kabanjahe dan Berastagi
menunjukkan kemiripan angka terhadap jumlah bangunan hunian yang ada dengan pembagian
fisik rumah adalah permanen, semi permanen dan darurat, seperti ditunjukan pada tabel
berikut.
Tabel 7.1. Banyaknya Rumah Menurut Jenisnya di Kws. Permikiman Perkotaan
Kabanjahe dan Berastagi, 2014
N0. Desa/Kelurahan Permanen Semi
Permanen Darurat Jumlah
A. Kws. Perkotaan Kabanjahe
1. Lau Simomo 48 140 3 191
B. Kws. Perkotaan Berastagi
1. Gurusinga 600 251 149 1000
Sumber: BPS Kabanjahe dan Berastagi Dalam Angka, 2015
LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019
Page |
VII
- 4
dasar jaringan jalan dan pola lainnya (irregular), yaitu kelurahan Kampung Dalam (linier, tree,
irregular), Lau Cimba (linier, tree, loop), Padang Mas (grid, tree, linier), Gung Negeri (linier,
tree, loop), T.L. Mulgap I (grid, linier, irregular), Gundaling I (linier, tree, irregular) dan
Gundaling II (linier, tree dan loop).
B.
Kawasan Perkotaan Prioritas Kabupaten Karo
Kawasan perkotaan di Kabupaten Karo merupakan hasil penentuan atas hasil analisis dalam
dokumen SPPIP Kabupaten Karo 2013-2032 terhadap kondisi kawasan permukiman yang ada
khususnya di Ibukota kecamatan masing-masing kecamatan. Hasil yang analisis yang diperoleh
merupakan kesimpulan deliniasi kawasan perkotaan (atau kawasan yang cenderung/mengarah
menjadi kawasan perkotaan). Berdasarkan analisis dan indikator-indikator standar yang
digunakan pada dokumen SPPIP didapat penentuan kawasan perkotaan untuk Kabupaten
Karo yaitu berada pada
Kecamatan Berastagi
dan
Kecamatan Kabanjahe.
C.
Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan Prioritas
Keterangan profil masing-masing wilayah kawasan perkotaan di Kabupaten Karo tersebut
seperti dijelaskan pada tabel dan gambar peta berikut.
Kondisi Kawasan Permukiman Perkotaan di Pusat Kota Kabanjahe
Kondisi Kawasan Permukiman Perkotaan di Pusat Kota Brastagi
LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019
Page |
VII
- 5
Tabel 7.2. Profil Kawasan Perkotaan Prioritas Kabanjahe - Berastagi
No Desa/Kelurahan Luas Wilayah (km2)
Sumber :Dokumen Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) Kabupaten Karo 2013-2032
Dokumen SPPIP Kabupaten Karo tahun 2012 merupakan salah satu rujukan data primer terkait
kondisi eksisting sektor PKP telah menentukan delienasi kawasan perkotaaan Kabupaten Karo
yaitu
Kecamatan Kabanjahe
dan
Kecamatan Berastagi
. Kajian lebih mendalam terhadap kedua
kawasan tersebut telah dilaksanakan melalui Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman
Prioritas (RPKPP) di tahun 2013. Hasil penentuan pengembangan kawasan adalah sesuai skala
prioritasnya seperti ditunjukkan pada tabel dan gambar peta berikut.
Tabel 7.3. Kawasan Permukiman Prioritas Kabupaten Karo
No Kawasan Permukiman Perkotaan Prioritas Permasalah Penilaian Permukiman
Penilaian Indikasi
Kawasan Prioritas Prioritas
1 Permukiman Rawan Kumuh Kabanjahe (Lau
Cimba, Kp. Dalam) 11 5 1
2 Permukiman Rawan Banjir dan Longsor
Berastagi (Gundaling I) 9 10 2
3 Permukiman pusat kota Berastagi
(Gundaling I, Gundaling II) 8 12,5 3
4 Permukiman pusat kota Kabanjahe (Padang
Mas, Gung Leto, Gung Negeri) 7 13,66 4
5 Permukiman Agrowisata Berastagi
(TL.Mulgap II dan Sempajaya) 5 21 5
LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019
Page |
VII
- 6
Sumber: RPKPP Kabupaten Karo ,2013
D.
Profil Kawasan Permukiman Perkotaan Prioritas
Permukiman di kawasan perkotaan Kabanjahe terletak di sekitar kawasan pusat pelayanan dan
berjarak 0.5-1.0 km, sedangkan pada kawasan perkotaan Berastagi terletak di sekitar kawasan
pusat pelayan dan berjarak 1.2-1.3 km dari kawasan pusat pelayanan tersebut. Tipologi kawasan
permukiman ini termasuk kedalam tipologi kawasan permukiman dekat pada pusat pelayanan
perkotaan (CBD). Peta Profil Lokasi Kawasan Perkotaan Kabanjahe dan Brastagi seperti
ditunjukkan pada gambar berikut.
Gambar 7.3. Tingkat Urgenitas Penanganan Permukiman Kws. Perkotaan Kabanjahe - Berastagi
Peta Rencana Penanganan Kawasan Perkotaan Kabanjahe dan Berastagi
TINGKAT URGENITASLAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019
Page |
VII
- 7
Gambar 7.4.Peta Profil Kawasan Perkotaan Prioritas Kec. Kabanjahe
Peta Kawasan Perkotaan
Kabanjahe Kabupaten Karo
Sumber peta : SPPIP Kabupaten Karo, 2012 Kawasan Perkotaan
LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019
Page |
VII
- 8
Peta Kawasan Perkotaan
Kabanjahe Kabupaten Karo
Sumber peta :SPPIP Kabupaten Karo, 2012 Kawasan
Perkotaan Brastagi
7.1.1.3.
Kawasan Kumuh
Tingginya kebutuhan perumahan dan permukiman di kawasan perkotaan Kabupaten Karo
membawa dampak tumbuhnya kantong‐kantong permukiman kumuh
(slum area). Hal ini
LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019
Page |
VII
- 9
menggambarkan bahwa kebutuhan akan lahan dan ruang untuk tempat tinggal dan kegiatan
usaha semakin meningkat sedangkan ketersediaan lahan dan ruang di perkotaan semakin
terbatas, disisi lainnya tingginya kecenderungan masyarakat yang ingin berdomisili dekat
dengan pusat kota. Konsekuensi logisnya pusat kota tidak mampu lagi mengakomodir aktifitas
masyarakat sehingga berdampak pada sistem pelayanan perkotaan, kualitas lingkungan dan
masalah sosial semakin kompleks.
Sesuai arahan dalam pasal 98 ayat (2) Undang-undang Nomor 1 tahun 2011 tentang
Perumahan, pemerintah Kabupaten karo telah menetapkan lokasi permukiman kumuh di
Kabupaten Karo melalui Keputusan Bupati Karo Nomor 050/297/Bappeda/2015 tentang
Penetapan lokasi Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh di Kabupaten Karo.
Penetapan Lokasi Permukiman Kumuh tersebut selanjutnya menjadi dasar penyusunan
Rencana Aksi Peningkatan Kualitas Permukiman sebagai komitmen Pemerintah daerah dalam
mendukung Program Nasional Pengentasan Permukiman Kumuh dan pencapaian Target
Nasional Permukiman Tanpa Kumuh.
Sejalan dengan itu pada awal tahun 2016 Pemerintah juga telah menetapkan kebijakan terbaru
mengenai penanganan kawasan kumuh yaitu melalui
Permen PUPR Nomor 02 Tahun 2016
tentang Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh
dengan
tujuan untuk meningkatkan mutu kehidupan dan penghidupan masyarakat penghuni
perumahan kumuh dan permukiman kumuh. Dengan adanya Permen ini diharapkan dapat
menjadi acuan bagi pemerintah daerah sebagai penyelenggara peningkatan kualitas terhadap
perumahan kumuh dan permukiman kumuh.
Rincian lokasi, jumlah lokasi serta peta sebaran lokasi permukiman yang telah ditetapkan
tersebut seperti dijelaskan pada tabel dan gambar peta berikut.
LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019
Page |
VII
- 10
Kec. Kabanjahe
Kec. Berastagi
LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019
Page |
VII
- 11
Tabel 7.5. Kondisi Eksisiting Kawasan Permukiman Kumuh Kabupaten Karo Thun 2014
N0. Nama Kws. Kumuh
Luas Wilayah
(ha)
Kondisi kependudukan Eksisting 2014 Kondisi Rumah Eksisting 2014 Kepadatan penduduk (jiwa/ha)
Luas Kws. Kumuh
Penduduk
Rmh Tangga
2014
Ratarata Rmh
Tangga Permanen
Semi
Permanen Darurat Jumlah
Luas (ha)
Perbandingan Luas (%) tahun 2014 A. Kws. Perkotaan Kabanjahe
1. Lau Cimba 200 11.859 2.723 4,40 1637 799 285 2721
59,30
28,13 21,142. Padang Mas 300 9.494 2.307 4,10 1313 895 80 2288
31,65
19,40 14,583. Gung Leto 200 5.640 1.421 4,00 1061 296 14 1371
28,20
3,70 2,784. Gung Negeri 450 12.342 2.980 4,10 2019 892 69 2980
27,43
24,18 18,175. Kampung Dalam 200 7.914 1.851 4,30 920 788 68 1776
39,57
23,67 17,79Jumlah Kws. Kumuh Kabanjahe 1.350 47.249 11.282 4,13 6950 3670 516 11136
35,00
99,08 74,46B. Kws. Perkotaan Berastagi
6. Tl.Mulgap II 100 2.934 665 4,41 372 162 50 584
29,34
2,87 2,167. Gundaling II 200 5.376 1.251 4,29 653 362 78 1093
26,88
16,41 12,338. Gundaling I 200 8.392 1.954 4,29 792 684 108 1584
41,96
13,59 10,219. Tl.Mulgap I 100 2.425 620 3,91 302 175 107 584
24,25
1,11 0,83Jumlah Kws. Kumuh Berastagi 600 19.127 4.490 17 2.119 1.383 343 3.845
31,88
34 25,54Jumlah Kabupaten Karo 1.950 66.376 15.772 21 9.069 5.053 859 14.981
34,04
133 100,00LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019
Page |
VII
- 12
Permukiman kumuh yang ada di kawasan permukiman perkotaan Kabanjahe dan Berastagi
berada di tengah-tengah kota dengan ciri fungsi kegiatan dominan adalah perdagangan. Visual
permukiman yang padat dan kurang tertata tampak jelas pada kawasan ini sebagai tampilan
fisik perumahan yang kurang layak huni.
Kondisi Kawasan Permukiman Kumuh pusat kota Kabanjahe : Kampung Dalam, Lau
Cimba, Gung Leto, Gung Negeri dan Padang Mas
Kondisi Kawasan Permukiman Kumuh pusat kota Brastagi : Gundaling 1 Gundaling 2, Lau
Mulgap 1 dan Lau Mulgap 2
LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019
Page |
VII
- 13
Sesuai dengan kondisi fisik kawasan kumuh umumnya, hunian pada kawasan ini tergolong
tidak sehat dan kurang layak. Selain kepadatan bagunan yang cukup tinggi, terlihat beberapa
jalan lingkungan yang ada sudah rusak dan banyak tumpukan sampah domestik yang belum
tertangani/terangkut ke TPS.
1.
Air bersih dan Sanitasi
Pada umumnya di kawasan permukiman sudah tersambung jaringan air bersih, kecuali di
kelurahan Lau Cimba masih tersambung hanya 52% dari rumah yang ada, Pada umumnya
penanganan sanitasi masih secara individual dan per-masalahannya terletak pengangkutan
tinja dan pengolahannya.
2.
Drainase lingkungan dan Persampahan
Pada umumnya jaringan drainase sudah tersedia dan permasalahannya terdapat pada
sistem yang belum optimal, antara lain dimensi saluran dan pemeliharaannya. Di kawasan
permukiman masih terdapat genangan air pada saat hujan seperti di kelurahan Lau Cimba,
Gung Negeri, Kampung Dalam dan Gundaling II. Pada umumnya saluran pembuangan air
kotor belum memadai dan sebagian besar masih bercampur dengan saluran drainase.
Pada kawasan ini sudah ada sistem persampahan namun bak sampah yang tersedia belum
merata seperti di kelurahan Lau Cimba, Kampung Dalam, T.L.Mulgap I dan Gundaling II
sehingga tumbuh pembuangan sampah liar. Tumpukan sampah masih bercampur antara
organik dan bukan organik, armada pengangkutan sampah (kereta sampah dan truk sampah)
kurang memadai dan masalah lokasi TPA).
7.1.1.4.
Kondisi Eksisting Kawasan Permukiman Perdesaan
A.
Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL)
Kawasan permukiman perdesaan adalah kawasan permukiman skala kecil yang ditujukan
sebagai pusat kegiatan dalam suatu wilayah pertanian tertentu. Kawasan ini berfungsi sebagai
pusat koleksi pertama dalam rantai produksi pertanian dan melayani kegiatan skala antar desa.
Di Kabupaten Karo kawasan ini yang berfungsi sebagai Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL),
pendidikan, pertanian, perikanan, perkebunan dan industri. Penetapan PPL di Kabupaten Karo
adalah kota-kota kecamatan diluar PKL dan PPK yang ditentukan berdasarkan fungsi dan
potensi masing-masing desa dan kecamatan.
Selain itu untuk mendukung kegiatan di kawasan PPL ini, kawasan permukiman pedesaan di
Kabupaten Karo juga dikembangkan sarana jalan penghubung antar desa maupun antar
LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019
Page |
VII
- 14
kabupaten sebagai upaya untuk peningkatan sistem transportasi sehingga arus barang/hasil
produksi menjadi lancar yang berdampak dengan meningkatnya kemajuan ekonomi di
perdesaan.
B.
Kawasan Permukiman Agrowisata
Sesuai arahan kebijakan RTRW Kabupaten Karo, bahwa pengembangan kawasan permukiman
perdesaan di Kabupaten Karo diarahkan pada pengembangan Kawasan Terpilih Pusat
Pengembangan Desa (KTP2D) dan Pengembangan Kawasan Agropolitan. Pembangunan
Kawasan Terpilih Pusat Pertumbuhan Desa (KTP2D) merupakan pendekatan pembangunan
kawasan perdesaan dengan cara mengembangkan potensi unggulannya. Kawasan agropolitan
di kecamatan Berastagi terletak di Desa Sempa Jaya, dengan luas ± 100 ha dan kepadatan
pendudu ± 1.00 jiwa/km². Kawasan ini sudah dikenal sebagai kawasan pariwisata di Provinsi
Sumatera Utara. Suasana pegunungan dengan panorama alam yang indah serta pemandangan
pertaniannya menjadi andalan kawasan wisata ini.
Gambar 7.9. Kawasan Permukiman Perdesaan Kabupaten Karo sebagai potensi Agrowisata
Permukiman yang ada di Kawasan ini merupakan permukiman swadaya masyarakat yang
mengelola lahan-lahan perkebunan pribadinya selain sebagai hasil pertanian juga dapat
dikomersialkan kepada pengunjung (wisatawan). Selain pengelolaan oleh masyarakat
setempat, beberapa kawasan dikelola oleh pengembang swasta pada beberapa titik lokasi
permukiman perdesaan. Pengelolaan dilakukan dengan lebih terencana sehingga fungsi
komersilnya dapat berkembang lebih luas lagi.
LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019
Page |
VII
- 15
7.1.1.5.
Kondisi Eksisting Kawasan Permukiman Khusus Rawan Bencana
A.
Kawasan Rawan Bencana Alam di Kabupaten Karo
Kawasan rawan bencana alam adalah kawasan yang sering atau berpotensi tinggi mengalami
bencana alam. Sesuai data rencana dalam RTRW Kabupaten Karo pengaruh kawasan rawan
bencana alam secara umum di Kabupaten Karo adalah terdiri dari:
1.
Kawasan Rawan Tanah Longsor
Kawasan rawan bencana alam di Kabupaten Karo berada pada ketinggian 1.000 meter dpl
dengan kelerengan lebih dari 40%, bercurah hujan tinggi dan mampu meresapkan air
kedalam tanah; termasuk di dalamnya kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan hutan
lindung; hutan register dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL). Berdasarkan hasil analisis
dalam dokumen RTRW kawasan ini berada di sepanjang punggung Pegunungan Bukit
Barisan terutama yang berada dalam jalur lintas umum. Terdapat tiga zona bahaya
longsoran, yaitu :
Kawasan rawan bencana longsor tinggi.
Kawasan rawan bencana longsor menengah.
Kawasan rawan bencana longsor rendah.
2.
Kawasan Rawan Bencana Gempa bumi
Penentuan kawasan rawan bencana gempa bumi di Kabupaten Karo telah dianalisis
sebelumnya pada dokumen RTRW Kabupaten Karo. Parameter yang dilaksanakan adalah
melalui kajian dan geologi dalam menentukan penentuan kawasan rawan bencana gempa
yaitu berdasarkan sifat batuan, kemiringan lereng, struktur geologi serta kondisi
kegempaan. Peta kawasan rawan gempa bumi Kabupaten Karo seperti ditunjukan pada
gambar peta di halaman berikut.
3.
Kawasan Rawan Bencana Letusan Gunung Api
Berdasarkan potensi bahaya yang akan ditimbulkan dan konsidi topografinya, maka
kawasan rawan bencana Letusan Gunung api di Kabupaten Karo adalah letusan Gunung
api Sibayak dan Sinabung.
a.
Kawasan Rawan Bencana Gunung api Sinabung
Terdiri dari Kawasan Rawan Bencana Gunungapi II atau Daerah Bahaya dan Kawasan
Rawan Bencana Gunungapi I atau Daerah Waspada. Daerah ini meliputi seluruh tubuh
gunungapi Sinabung dengan pola sebaran melingkar dengan jari-jari sekitar 3 - 5 km sesuai
tingkat bahya yang ditimbulkannya.
LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019
Page |
VII
- 16
Gambar 7.11. Klasifikasi Tingkat Bahaya di Sekitar Gunung Api Sianabung
Sumber: Website Kabupaten Karo ,2016
Jenis bahaya yang dapat terjadi pada kawasan ini adalah : Kawasan yang sangat
berpotensi terlanda awan panas, piroklastik, lontaran batu pijar dan hujan abu lebat
(berwarna merah) dan lahar/banjir lahar dan tidak tertutup kemungkinan dapat terkena
perluasan awan dan aliran lava (warna kuning).
Jumlah pengungsi pada kawasan bencana tersebut tercatat kian bertambah, melalui data
website resmi Badan Nasional Penanggulangan Bebeberapa (BNPB) jumlah pengungsi
Sinabung telah lebih dari 20.000 jiwa yang sekarang berada ditempat-tempat posko
pengungsian yang tersebar di beberapa lokasi. Data pengungsi terbaru yang diperoleh
seperti ditunjukan pada tabel berikut.
LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019
Page |
VII
- 17
b.
Kawasan Rawan Bencana Gunung Api Sibayak
Menyusul bencana Gunung Api Sinabung, kini Gunung Api Sibayak juga telah ditetapkan
menjadi kawasan sangat rawan letusan gunung api. Beberapa status bahaya telah
diteapkan pihak BNPB di sekitar gunung api tersebut, mulai dari Kawasan Bencana II atau
daerah bahaya dan Kawasan Rawan Bencana I atau Daerah Waspada. Daerah ini meliputi
radius lebih kurang 2 km sampai 6 km dari pusat kawah aktif Gunung Api Sibayak.
Kemungkinan bahaya yang akan terlanda oleh bahaya langsung, berupa luncuran awan
panas, aliran lava dan lontaran piroklastik serta lahar hujan dan ancaman secara tidak
langsung dari letusan seperti timbulnya aliran lahar akibat turun hujan yang cukup lebat
yang dapat mengangkut rempah-rempah lepas seperti piroklastik, serta daerah yang
rawan terhadap hujan abu dan kemungkinan dapat terkena lontaran batu pijar yang
terendapkan disekitar puncak.
B.
Kawasan Rawan Bencana di Permukiman Perkotaan Kabanjahe
Merupakan Kawasan Rawan Bencana Longsor yang berada di permukiman sepanjang alur
sungai di Kelurahan Kampung Dalam dan Lau Cimba. Alur ini mengikuti badan Sungai Lau
Berneh. Tingginya kebutuhan akan lahan perumahan di Kawasan Perkotaan Kabanjahe
mengakibatkan penduduk membangun rumah mereka di sepanjang alur ini. Untuk masa yang
akan datang perlu penetapan kawasan ini sebagai daerah perlindungan setempat pada
rencana tata ruang yang ada, guna menghindari pembangunan di masa yang akan datang.
Gambar 7.12. Kondisi Kawasan Permukiman Rawan Bencana Longsor Kabanjahe
Untuk kondisi sekarang perlu dilakukan revitalisasi kawasan perumahan guna meninjau
kembali kondisi yang ada. Antisipasi yang dapat dilakukan guna menghindari dampak
pembangunan terhadap lingkungan pada kawasan ini adalah dengan penetapan kawasan
lindung Pada rencana tata ruang dan relokasi perumahan penduduk dengan pembangunan
Rusunawa.
C.
Kawasan Rawan Bencana di Permukiman Perkotaan Berastagi
LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019
Page |
VII
- 18
rawan untuk terjadinya bencana longsor dan banjir. Luas kawasan ini ± 100 ha, dengan
kepadatan penduduk 3.715 jiwa/km².
Gambar 7.13. Kondisi Kawasan Permukiman Rawan Bencana Longsor Berastagi
Permukiman ini berkembang karena tuntutan lahan yang semakin sulit di kawasan perkotaan
Berastagi. Pada masa yang akan datang kawasan ini perlu ditetapkan sebagai kawasan lindung
setempat dalam rencana tata ruang kawasan perkotaan, untuk mencegah pembangunan oleh
penduduk lebih lanjut. Pada kondisi sekarang perlu dilakukan revitalisasi permukiman yang ada
untuk dilakukan relokasi penduduk ke lokasi yang lebih aman. Untuk itu perlu dicanangkan
pembangunan Rusunawa untuk menampung tempat tinggal penduduk yang direlokasi.
Tabel 7.3. Data Kejadian Bencana Kabupaten Karo, 2012-2015
LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019
Page |
VII
- 19
Peta Kawasan Rawan
Bencana Longsor Kabupaten
Karo
Sumber peta :Bantek Penyusunan RTRW Kabupaten Karo, 2010
LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019
Page |
VII
- 20
Peta Kawasan Rawan
Bencana Gempa Bumi
Kabupaten Karo
Sumber peta :Bantek Penyusunan RTRW Kabupaten Karo, 2010
LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019
Page |
VII
- 21
Peta Kawasan Rawan
Bencana Gunung Berapi
Kabupaten Karo
Sumber peta :Bantek Penyusunan RTRW Kabupaten Karo, 2010
LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019
Page |
VII
- 22
7.1.1.6.
Evaluasi Program-Program Sektor PKP yang Telah Dilaksanakan
Melalui RPJMD, Pemerintah Kabupaten Karo telah berkomitmen untuk terus mengalokasikan
sebagian anggaran belanja daerahnya sebagai bentuk keberlanjutan pembangunan
didaerahnya. Terhadap program-program kegiatan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta
Karya telah banyak dilaksanakankan selama ini, namun dengan permasalahan keterbatasan
fiskal daerah berakibat tertundanya pembangunan infrastruktur yang dibutuhkan tersebut
ditambah lagi kebutuhan dana untuk penanganan bencana alam Gunung Sinabung yang
semakin mempersulit pemerintah daerah sehingga pemgalokasian dana bagi pelaksanaan
program-program Bidang Cipta Karya menjadi sangat terbatas.
Data-data Program-program kegiatan yang telah dilaksanakan beberapa tahun belakangan ini
melalui alokasi dana APBD I, APBD II dan bantuan pihak swasta sebagai bentuk komitmen
Pemda/masyarakat swasta setempat maupun terhadap program-program dari Pemerintah
Pusat yang dudanai melalui penganggaran APBN terhadap kegiatan pembangunan
infrastruktur Bidang Cipta Karya seperti ditunjukkan pada tabel berikut.
Tabel 7.4.Program-program PKP yang telah dilaksanakan di Kab. Karo
No Program/Kegiatan Lokasi Satuan (Rp Ribu)Biaya Pendanaan Sumber Status Tahun 2014
Pembangunan Infrastruktur Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan Kab. Karo 1. Peningkatan Infrastruktur Kawasan
1. Peningkatan Jalan Jurusan Kelabangen -
Ketawaren (Tahap I) Kec. Juhar Kab. Karo Kec. Juhar Kab. Karo 953.849 APBN Selesai 2. Pengawasan dan Supervisi PSD
Permukiman Perdesaan Kab. Karo
Permukiman
Perdesaan Kab. Karo 858.465 APBN Selesai
Tahun 2015
Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman Perdesaan Potensial Kab. Karo 1. Pengawasan dan Supervisi Pembangunan
Infrastruktur Kawasan Kab Karo (SV-KR) Kab Karo (SV-KR) 1 Pkt 118.261 APBN Selesai 2.
LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019
Page |
VII
- 23
Tabel 7.5. Program-program PKP yang telah dilaksanakan di Kab. Karo (APBD 2012)
LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019
Page |
VII
- 24
Tabel 7.6. Kegiatan Pembangunan Non Fisik Permukiman Kabupaten Karo thn 2014 (APBN)
Sumber : LPSE Kab. Karo, 2016
7.1.1.7.
Isu Strategis, Permasalahan dan Tantangan Sektor PKP Kabupaten Karo
A.
Isu Strategis
Terhadap isu-isu strategis yang ada terkait pembangunan infrastruktur permukiman di
Kabupaten Karo secara umum dan pada Kawasan Permukiman Perkotaan khususnya adalah
seperti di jelaskan pada tabel berikut.
Tabel 7.7. Isu-Isu Strategis Sektor Pengembangan Permukiman Perkotaan
No. Isu Strategis / Permasalahan Sub Bidang
1. Masih banyaknya perumahan kurang layak huni dan kurangnya penataan/pengembangan prasarana lingkungan permukiman
Perumahan
2. Semakin tumbuhnya permukiman kumuh di kawasan perkotaan Perumahan
4. Masih terbatasnya pelayanan air bersih Air Bersih
5. Sarana sanitasi masih dalam skala individual Sanitasi
6. Sistem pelayanan persampahan masih minim, prasarana/sarana persampahan belum dikembangkan
Persampahan
7. Belum terbentuknya sistem drainase lingkungan yang baik Drainase Lingkungan
8. Belum jelasnya arah penataan bangungan dan lingkungan akibat ketiadaan RDTR dan RTBL (yang dilegalisasi)
Bangunan dan Lingkungan
9. Bantuan Rumah bagi pengungsi bencana Gn. Sinabung Perumahan
Sumber : Hasil analisis dan sumber dokumen SPPIP Kabupaten Karo 2013-2032
LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019
Page |
VII
- 25
Sebagai indikasi arah pengembangan kawasan perkotaan serta pembangunan permukiman
dan infrastruktur permukiman perkotaan, telah direncanakan melalui Dokumen Strategi
Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) Kabupaten Karo 2013-2032
yaitu sebagai berikut.
1.
Pengembangan kawasan permukiman perkotaan diarahkan pada:
Penyediaan prasarana dan sarana dasar (PSD) bagi kawasan rumah sehat
sederhana (RSH),
Penataan dan Peremajaan Kawasan Permukiman, serta
Peningkatan Kualitas Permukiman.
2.
Pengembangan perumahan diarahkan pada rumah sederhana dan menengah,
3.
Pelayanan air minum diarahkan pada penambahan instalasi dan jaringan perpipaan
baru,
4.
Pengembangan sistim pembuangan air limbah diarahkan pada pembangunan instalasi
pengolahan air limbah,
5.
Pengembangan sistim pengelolaan sampah di-arahkan pada proses pengangkut-an
sampah dan penyediaan TPA,
6.
Penanganan drainase diarahkan pada penyediaan bangunan resapan buatan/alamiah,
7.
Penataan lingkungan permukiman diarahkan pada pengupaya-an legalitas pola ruang
perkotaan dan penegakan zonasi tata guna tanah.
Dalam rangka mempercepat pertumbuhan dan pengembangan permukiman, Pemerintah
Kabupaten Karo telah menetapkan Desa Pusat Pertumbuhan (DPP) di beberapa lokasi dan
Pengembangan Kawasan Agropolitan. Dalam proses penetapannya dengan memperhatikan
berbagai faktor, seperti potensi ekonomi kawasan, jumlah penduduk, prasarana dan sarana
dasar serta potensi-potensi lain yang belum tergali yang diperkirakan mampu meningkatkan
kawasan menjadi lebih mandiri dan berkembang.
B.
Permasalahan Dan Tantangan
LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019
Page |
VII
- 26
Tabel 7.8. Identifikasi Permasalahan Dan Tantangan PKP Kabupaten Karo
No. Aspek Pengembangan
Permukiman Permasalahan yang Dihadapi Tantangan Pengembangan Alternatif Solusi
1. Aspek Teknis
1. Adanya kawasan permukiman yang rawan bencana longsor dan banjir di kawasan perkotaan dan perdesaan
2. Adanya potensi bencana tetusan gunung berapi (Gunung Sinabung dan Gunung sibayak) terhadap kawasan permukiman di Kabupaten Karo
3. Masih minimnya sarana dan prasarana dasar di kawasan permukiman di perkotaan
4. Penangan kawasan permukiman kumuh di kawasan perkotaan belum maksimal ditangani
5. Masih terbatasnya prasarana sarana dasar pada daerah tertinggal, daerah terpencil, dan kawasan perbatasan.
6. Belum maksimalnya perkembangan permukiman Kawasan Perdesaan Potensial.
1. Upaya mengurangi kawasan permukiman kumuh di Kabupaten Karo.
2. Upaya penanggulangan bencana pada kawasan permukiman terhadap potensi tanah longsor, banjir dan antisipasi/ prasarana evakuasi bencana gunung berap. 3. Pencapaian target/sasaran pembangunan
dalam Rencana Strategis Ditjen Cipta Karya sektor Pengembangan Permukiman pada tahun rencana 2019
4. Pencapaian target MDG’s 2015, termasuk
didalamnya pencapaian Program-Program Pro Rakyat (Direktif Presiden).
5. Upaya peningkatan kesejahteraan petani dan pengelola kawasan agrowisata untuk meningkatkan produksi pertanian dan perkebunan dengan meningkatkan sarana dan prasarananya.
1. Pembangunan Infrastruktur kawasan permukiman kumuh
2. Pembangunan infrastruktur permukiman RSH dengan meningkatkan kualitasnya
3. Pembangunan Infrastruktur Kawasan Permukiman Perdesaan Potensial dengan Meningkatkan kualitasnya.
4.Pembangunan Infrastruktur Kawasan Permukiman Rawan Bencana baik di perkotaan maupun perdesaan
5. Membangun prasarana dan sarana daerah untuk menunjang kegiatan ekonomi daerah dengan tetap memperhatikan keseimbangan antar kecamatan dan antar desa.
6.Membangun kerja sama antar daerah dan kerja sama pemerintah daerah dengan pihak swasta, serta membangun kerja sama regional dan internasional melalui partisipasi Pemerintah Kabupaten Karo di berbagai kegiatan kerjasama pembangunan..
2. Aspek Kelembagaan 1. Tidak aktifnya fungsi kelembagaan/Badan Koordinasi Pembangunan dan
Pengembangan Perumahan di daerah 2. Kurangnya koordinasi, sinergi, dan
kerjasama antar pelaku pengembangan permukiman
3. Belum kuatnya komitmen daerah
terhadap peraturan perundang-undangan yang ada
1. Upaya strategi perubahan menajemen dan strategi komunikasi dalam rangka
reformasi birokrasi
1.Program Penguatan dan Penataan Organisasi, meliputi: restrukturisasi tugas dan fungsi unit kerja, serta penguatan unit kerja yang menangani organisasi, tata laksana, pelayanan publik,
kepagawaian dan diklat.
2.Program Penguatan dan Penataan Peraturan Perundang-undangan, meliputi: penataan berbagai peraturan perundang-undangan yang
LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019
Page |
VII
- 27
No. Aspek Pengembangan
Permukiman Permasalahan yang Dihadapi Tantangan Pengembangan Alternatif Solusi
4. Terbatasnya jumlah SDM yang berkualitas 5. Lemahnya pengawasan pembangunan di
daerah
3.Penguatan Akuntabilitas, meliputi: penguatan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, pengembangan sistem manajemen kinerja organisasi dan penyusunan Indikator Kinerja Utama (IKU).
4.Penguatan Pelayanan Publik, meliputi: penerapan standar pelayanan pada unit kerja masing-masing, penerapan SPM
5.Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan. 3. Aspek Pembiayaan untuk pembangunan sarana dan prasarana khususnya bidang Cipta Karya.
2. Kurangnya monitoring dan pengendalian pembangunan khususnya bidang Cipta Karya
1.Upaya meningkatkan sumber pendaanaan melalui kerjasama dengan pemerintah provinsi, pemerintah pusat, dan swasta
1. Meningkatkan koordinasi dan aktif dengan pemerintah provinsi dan pemerintah pusat (APBN) untuk mendanai pembangunan bidang Cipta Karya di Kabupaten Karo.
2. Meningkatkan kerjasama dengan pihak swasta melaui kerjasama pemerintah dan swasta (KPS) maupun melaui CSR.
3. Meningkatkan dana sharing (DDUB) untuk kegiatan Infrastruktur Bidang Cipta Karya. 4. Aspek Peran Serta
Masyarakat/ Swasta
Peran serta masyarakat dalam pembangunan sarana dan prasarana masih sangat minim, hal ini disebabkan oleh masih banyak masyarakat yang berpenghasilan rendah dan tidak mampu, dan masayarakat yang kurang peduli dan masih menganggap pembangunan adalah masalah dan tanggung jawab pemerintah saja.
Mengikutsertakan masyarakat dalam pembangunan di Kabupaten Karo untuk aktif mulai dari peremcanaan hingga pembangunan.
LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019
Page |
VII
- 28
7.1.2.
SASARAN PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN
Dari kondisi eksisting seperti telah diuraikan diatas yamg merupakan kesimpulan terhadap
berbagai permasalahan dan isu-isu strategis pengembangan Sektor PKP di Kabupaten Karo,
selanjutnya perlu dipahami dukungan program-program PKP yang telah diprioritaskan
pemerintah pusat guna memdapatkan stimulan dukungan APBN sebagai salah satu solusi
keterbatasan dana di daerah.
Terdapat arahan-arahan kebijakan pengembangan PKP serta program-program yang
diprioritaskan menurut sasaran dan target yang telah ditetapkan baik melalui amanat RPJMN
maupun yang telah ditetapkan dalam Rencana Strategis Bidang Cipta Karya tahun 2015-2019
dengan uraian sebagai berikut.
A.
Arahan Kebijakan
Arahan kebijakan pengembangan permukiman mengacu pada amanat peraturan perundangan
sebagai kebijakan nasional, yaitu:
1)
Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional.
Kota tanpa permukiman kumuh
2)
Arahan
RPJMN Tahap 3 (2015-2019)
menyatakan bahwa pemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana
dan sarana pendukung bagi seluruh masyarakat terus meningkat, sehingga kondisi
tersebut mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh pada awal tahapan
RPJMN berikutnya.
3)
Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang
Perumahan dan Kawasan Permukiman
.
Pasal 4 mengamanatkan bahwa ruang lingkup penyelenggaraan perumahan dan
kawasan permukiman juga mencakup penyelenggaraan perumahan (butir c),
penyelenggaraan kawasan permukiman (butir d), pemeliharaan dan perbaikan (butir
e), serta pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan
permukiman kumuh (butir f).
4)
Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang
Rumah Susun
.
Pasal 15 mengamanatkan bahwa pembangunan rumah susun umum, rumah susun
khusus, dan rumah susun negara merupakan tanggung jawab pemerintah.
5)
Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang
Percepatan Penanggulangan Kemiskinan.
Peraturan ini menetapkan salah satunya terkait dengan penanggulangan kemiskinan
yang diimplementasikan dengan penanggulangan kawasan kumuh.
6)
Perpres No. 2/2015 tentang
Rencana Pembangunan Jangka menengah nasional
Program pembinaan dan pengembangan infrastruktur permukiman, dengan kegiatan
pembangunan dan pengembangan kawasan perkotaan guna mewujudkan sasaran
meningkatnya kualitas permukiman di 38.431 Ha daerah perkotaan.
7)
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang
Standar Pelayanan
Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang
.
Peraturan ini menetapkan target berkurangnya luas permukiman kumuh di kawasan
perkotaan sebesar 10% pada tahun 2014.
LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019
Page |
VII
- 29
9)
Permen PUPR Nomor 13.1 Tahun 2015 tentang
Rencana Strategis Kementerian PUPR
Sasaran : Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan hunian dan
permukiman yang layak.
Kegiatan : Pengaturan, Pembinaan, dan Pelaksanaan Pengembangan Kawasan
Permukiman
10)
Permen PUPR Nomor 2 Tahun 2016
Tentang Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan
Kumuh dan Permukiman Kumuh
Pola Penanganan Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman
Kumuh
B.
Lingkup Kegiatan
Mengacu pada Permen PUPR No.15/PRT/M/2015 tentang Tugas dan Fungsi Direktorat
Pengembangan Kawasan Permukiman, yaitu :
Tugas
Direktorat Pengembangan Kawasan Permukiman adalah melaksanakan perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, pembinaan teknis, pengawasan teknis, pengendalian dan pengaturan
teknis pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman perkotaan, kawasan
permukiman perdesaan, serta kawasan permukiman khusus.
Adapun
fungsi
Direktorat Pengembangan Permukiman adalah:
a)
Penyusunan, penyiapan, pelaksanaan kebijakan dan strategi, perencanaan teknis,
evaluasi dan pelaporan;
b)
Bimbingan teknis dan supervisi;
c)
Norma, standar, prosedur, dan kriteria;
d)
Kelembagaan dan pemberdayaan masyarakat; dan
e)
Tata usaha dan rumah tangga Direktorat.
Dari penjelasan tugas dan fungsi Direktorat Pengembangan Permukiman tersebut selanjutnya
merupakan arahan untuk mengalokasikan rencana usulan-usulan kegiatan untuk Sektor
Pengembangan Permukiman yang disesuaikan dengan Tipologi
Pengembangan masing
kawasan permukiman.
7.1.2.1.
Arahan Kebijakan Strategis Program PKP Tahun 2017
Melalui Renstra Sitjen Cipta Karya, terdapat arahan dan kebiajakan-kebijakan strategis
Program PKP yang selanjutnya dapat direncanakan melalui RPIJM di tahun perencanaan 2017
ini dalam rangka pencapaian Target Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman
Tahun 2015-2019 melalui Gerakan Nasional 100-0-100,
Tipologi Kawasan Pengembangan
Permukiman
dibagi menjadi 3 (tiga) kawasan sesuai arahan pengembangannya masing-masing
yaitu:
1)
Kawasan Permukiman Perkotaan,
2)
Kawasan Permukiman Perdesaan dan
3)
Kawasan Permukiman Khusus.
LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019
Page |
VII
- 30
Tabel 7. 9. Lingkup Pengembangan Permukiman Sesuai Tipologi Kawasan
7.1.2.2.
Sasaran Dan Target Pencapaian Program PKP
Rencana Strategis Ditjen Cipta Karya tahun 2015-2019 telah mengamanatkan berbagai arahan
dan kebijakan sasaran Program Pengembangan Infrastruktur Permukiman yang harus dicapai
dalam masa 5 (lima) tahun kedepan. Adapaun strategi pelaksanaannya dilakukan melalui 3
(tiga) pendekatan utama yaitu :
1)
Menbangun Sistem;
2)
Fasilitasi Daerah/Pemda Provinsi/Kab/ Kota (Termasuk Kemitraan); dan
3)
Memberdayakan Masyarakat
Sasaran strategis terhadap ke tiga pendekatan tersebut secara umum direncanakan melalui
dua kegiatan utama yaitu kegiatan fisik dan non fisik. Secara rinci sasaran startegis
pelaksanaan kegiatan serta alur proses perencanaan terhadap program-program kegiatan
Sektor Pengembangan Permukiman
–
kegiatan seperti dijelaskan pada tabel dan alur program
berikut.
Tabel 7.10. Sasaran Strategis Pelaksanaan Kegiatan Program PKP Tahun 2017
Pendekatan
Pelaksanaan Sasaran Strategis Kegiatan Pengembangan Permukiman
Membangun Sistem
Bangkim Kws. Perkotaan & Pusat Pertumbuhan
Fasilitasi Rencana Daerah Kawasan Permukiman
TIPOLOGI TARGET SASARAN NASIONAL
Kawasan Permukiman Perkotaan
Penurunan kumuh perkotaan menjadi 0 %; Penataan 11 kawasan kampung nelayan;
Pemenuhan SPP dan pengembangan Kota Layak Huni, Kota Hijau, & Kota Cerdas di 18 kota, 12 kawasan perkotaan metropolitan, 744 kota/kawasan perkotaan;
Pendampingan pemberdayaan masyarakat di 11.067 Kelurahan; dan Inkubasi 10 Kota Baru
Kawasan Permukiman Perdesaan
Meningkatnya kualitas permukiman perdesaan seluas 78.384 Ha
Kawasan Permukiman Khusus
Meningkatnya kualitas permukiman khusus seluas 3.099 Ha
berkembangnya 10 PKSN sebagai pusat pertumbuhan ekonomi kawasan perbatasan dan berkembangnya 16 PKSN lainnya sebagai persiapan
meningkatnya akses masyarakat terhadap infrastruktur dasar wilayah (terutama transportasi, informasi, tekekomunikasi, energi, dan air bersih) dan sosial dasar (terutama pendidikan, kesehatan, dan perumahan) di 187 Kecamatan Lokasi Prioritas (Lokpri)
meningkatnya kesejahteraan masyarakat pulau-pulau kecil/terluar melalui pengembangan ekonomi dan penyediaan sarana prasarana dan fasilitas layanan dasar (31 pulau-pulau kecil terluar)
tersedianya sarana dan prasarana mitigasi dan kesiapsiagaan menghadapi bencana di kawasan permukiman dengan Indeks Risiko Bencana tinggi
LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019
Page |
VII
- 31
Pendekatan
Pelaksanaan Sasaran Strategis Kegiatan Pengembangan Permukiman
pembantuan Binwas Pengembangan Permukiman Dukungan Penanganan Bencana
Bantuan Penyusunan Rencana Kerja Masyarakat
Sumber : Materi paparanDirektorat Pembinaan Penataan Bangunan pada Workshop Persiapan Pelaksanaan Kegiatan Perencanaan dan pengendalian PIP DJCK tahun 2016
1.
Program Penanganan Permukiman Kumuh Perkotaan
Sesuai Pasal 94-104 Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman, pemerintah telah mengeluarkan ketentuan Penanganan Permukiman Kumuh
Perkotaan melalui Permen PUPR Nomor 2/PRT/M/2016 Tentang Peningkatan Kualitas
Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh melalui tahapan-tahapan yaitu:
1.
Penetapan Permukiman Kumuh sesuai Indikator Permukiman Kumuh;
2.
Pencegahan Terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh ;
3.
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh ;
Adapun persyaratan teknis dalam Program Penanganan Permukiman Kumuh Perkotaan adalah
sebagai berikut:
Kriteria Umum
1.
Kawasan Strategis Nasional (
PKN, PKSN
)
2.
Wilayah Pengembangan Strategis Kementerian PUPR (35
WPS
)
3.
Memiliki
Perda RTRW
4.
Memiliki
Perda Bangunan Gedung
5.
Tersedianya
Dana Daerah
untuk Urusan Bersama (DDUB)/dana daerah untuk
pembiayaan komponen kegiatan
6.
Institusi pengelola
pasca konstruksi (KPP) terkait serah terima asset
Kriteria Khusus
1.
Memiliki
Rencana Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan
(RKP-KP/RP2KPKP)/
Sedang dalam proses penyusunan tahun 2016
2.
Memiliki
SK Penetapan Lokasi
Kawasan Permukiman Kumuh
3.
Memiliki
Profil kawasan
Kumuh
4.
Memiliki
Surat Pernyataan Minat
untuk kegiatan Peningkatan Kualitas Permukiman
Kumuh Perkotaan
5.
Kesiapan dan kesediaan Lahan
6.
Rencana aksi Penanganan dan Pemaketan serta Jadwal Pelaksanaan (Kurva-S)
7.
Sudah ada
Perencanaan
:
Masterplan, DED
yang ditandatangani Dinas Teknis
Kab/Kota, serta
RAB, TOR
dan
RKS
sudah siap lelang
LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019
Page |
VII
- 32
Tabel 7.11. Program-Program Penanganan Permukiman Kumuh Perkotaan sesuai Kebijakan Ditjen Cipta Karya tahun 2015-2019
No
Kesesuaian terhadap perizinan, standar teknis dan pemeriksaan sesuai dengan peraturan
perundang-II PENINGKATAN KUALITAS
Pemugaran Perbaikan, pembangunan kembali menjadi permukiman layak huni
Mewujudkan permukiman yang lebih baik guna melindungi keselamatan dan keamanan masyarakat sekitar dengan terlebih dahulu menyediakan tempat tinggal bagi masyarakat
Advokasi Pemda
Pemindahan masyarakat dari lokasi yang tidak mungkin dibangun kembali/ tidak sesuai dengan rencana tata ruang dan/ atau rawan bencana serta menimbulkan bahaya bagi barang ataupun manusia (contoh: penyediaan Rusunawa)
dilakukan untuk mempertahankan dan menjaga kualitas perumahan dan permukiman secara berkelanjutan Infrastruktur O &P
Serah terima & OP ke pemda
LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019
Page |
VII
- 33
2.
Program Pendampingan Peningkatan Kapasitas Masyarakat Dalam Penanganan
Permukiman Kumuh.
Dalam upaya Penanganan Permukiman Kumuh tidak terlepas dari kegiatan pendampingan
sebagai bagian kegiatan pelaksanaanya. Melalui program Penanganan Kawasan Kumuh
Perkotaan (P2KKP), proses pendampingan Peningkatan Kapasitas Masyarakat Dalam
Penanganan Permukiman Kumuh dilakukan melalui komponen-komponen program & kegiatan
seperti dijelaskan pada skema alur program berikut.
Gambar 7.17. Komponen Program & Alur Kegiatan P2KPP
3.
Program Pengembangan Kawasan Permukiman Perdesaan
Melalui Kementerian PPN/Bappenas, pemerintah telah menyiapkan
Grand Design
Pembangunan Perdesaan
sebagai upaya pembangunan dan pengembangan desa-desa di
seluruh Indonesia. Arahan kebijakan yang telah ditetapkan adalah melalui berbagai
pendekatan baik secara Sosial, Ekonomi serta Ekologi. Program-program perdesaan yang telah
disiapkan terbut adalah :
1)
Program Desa Tertinggal
Desa yang belum terpenuhi Standar Pelayanan Minimum (SPM) pada aspek kebutuhan
sosial, infrastruktur, sarana, pelayanan umum, dan penyelenggaraan pemerintahan.
2)
Desa Berkembang
Desa yang sudah terpenuhi SPM namun secara pengelolaan belum menunjukkan
keberlanjutan
3)
Desa Mandiri
Desa yang telah terpenuhi pada aspek kebutuhan sosial dasar, infrastruktur dasar,
sarana dasar, pelayanan umum, dan penyelenggaraan pemerintahan desa dan secara
kelembagaan telah memiliki keberlanjutan.
LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019
Page |
VII
- 34
Adapun sasaran strategis sebagai target nasional yang hendak dicapai adalah
Peningkatan
kualitas permukiman perdesaan seluas 78.384 Ha
(pada kawasan perdesaan yang memiliki
komoditi unggulan).
4.
Program Pengembangan Kawasan Permukiman Khusus
Sesuai Permen PUPR No.15 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian PUPR, terhadap
penanganan
Kawasan Permukiman Khusus dilaksanakan melalui pembinaan teknik,
pengawasan teknik dan fasilitasi penyelenggaraan permukiman khusus, yaitu melalui
kawasan-kawasan :
1.
Kawasan Perbatasan;
2.
Kawasan Pulau-Pulau Kecil Terluar;
3.
Kawasan Pasca Bencana, dan
4.
Kawasan Tertentu Yang Ditetapkan Oleh Peraturan Perundang-Undangan.
Identifikasi lokasi Kawasan Permukiman Khusus adalah sesuai regulasi serta peraturan yang
telah ditetapkan sebelumnya menurut tipplogi masing-masing jenis kawasan.
7.1.2.3.
Standar Pelayanan Minimal Bidang PU Penataan Ruang Sub Bidang Cipta Karya
Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang adalah
ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar bidang pekerjaan umum dan penataan
ruang yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara
minimal dalam hal pelayanan dasar pelayanan publik bidang pekerjaan umum dan penataan
ruang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam kehidupan sosial, ekonomi dan
pemerintahan. SPM ini ditetapkan melalui Pemen PU No. 01/M/PRT/2014 tentang Standar
Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang. Indikator SPM yang digunakan
terhadap penmenuhan SPM ini menggambarkan besaran sasaran yang hendak dipenuhi dalam
pencapaian SPM berupa masukan, proses keluaran, hasil dan/atau manfaat pelayanan dasar.
Terhadap Sub Bidang Cipta Karya Sektor PKP, selanjutnya SPM ini merupakan dasar acuan bagi
Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam melaksanakan SPM bidang PU dan Penataan
Ruang dan dasar perhitungan bagi pemenuhan kebutuhan program sektor PKP yaitu
penurunan permukiman kumuh perkotaan yang direncanakan untuk tingkat pecapaian
kabupaten/kota.
Kebutuhan penyediaan program sektor PKP di tingkat Kabupaten/Kota sesuai Ketentuan SPM
Bidang PU dan Penataan Ruang Sub. Bid Cipta Karya adalah seperti dijelaskan pada tabel
berikut.
Tabel 7.12. Standar Pelayanan Minimal Bid. PU dan Penataan Ruang di tingkat Kab/ kota
No Pelayanan DasarJenis Sasaran Indikator Satuan Target Tahun 2019
LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019
Page |
VII
- 35
7.1.2.4.
Analisa Kebutuhan Program PKP
A.
Kebutuhan penanganan pembangunan
Sesuai dengan kebijakan strategis Ditjen Cipta Karya, kebutuhan penanganan pembangunan
kawasan permukiman dan infra-struktur permukiman di Kabupaten Karo diarahkan sesuai
dengan isu-isu strategis daerah maupun nasional serta permasalahan yang ada pada
masing-masing kawasan yaitu dengan kesimpulan arahan pegembangan sebagai berikut:
1.
Penanganan Kawasan Permukiman Kumuh Kabupaten Karo.
Penanganan permukiman perkotaan dikhususkan pada Kawasan Kumuh di Perkotaan
Kabanjahe dan Berastagi dengan fokus target penurunan 0% luas kawasan kumuh ditahun
2019. Lokasi-lokasi prioritas penanganan sesuai yang ada pada SK Penetapan Kawasan
Kumuh Kabupaten Karo. Penanganan kawasan kumuh dapat dilaksanakan melalui
pengembangan infrastruktur permukiman yang dibutuhkan, pemenuhan rumah layak huni
dengan harga terjangkau (Kasiba/Lisiba dan Rusunawa), pemenuhan kenutuhan air
minum layak dan peningkatan sarana sanitasi bagi penduduk dan lingkungan kws.
2.
Penanganan Kawasan Rawan Bencana Longsor.
Penanganan daerah rawan longsor sesuai perencanaan dalam dokumen SPPIP Kabupaten
Karo tahun 2012 diprioritaskan di sepanjang DAS Lau Berneh dan di dalam kawasan
perkotaan Kabanjahe-Berastagi. Longsor terjadi pada kawasan Lau Berneh akibat erosi
tanah di lereng-lereng sungai akibat gerusan air sungai atau aliran air drainase pada bagian
kaki lereng kawasan tersebut. Di kawasan permukiman yang topografinya berbukit-bukit
dengan lereng curam memungkinkan kawasan tersebut menjadi rawan longsor. Aturan
yang efektif untuk menghindari dan mengantisipasi kemungkinan bencana longsor pada
kawasan-kawasan ini adalah melalui pemetapkan aturan garis sempadan bangunan
melalui peraturan tata ruang kabupaten/kota (RTRW/RDRTR, Perda BG, RTBL atau
penetpan melalui IMB) dengan legalitas hukum tetap melalui kepada daerah setempat
(Bupati karo).
3.
Pengembangaan Kawasan Permukiman Khusus
Kawasan Permukiman Perdesaan
Penanganan kawasan permukiman perdesaan sesuai Draf RTRW Kabupaten Karo
diarahkan pada pengembangan Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) dan
Pengembangan Kawasan Agropolitan serta melalui peningkatan fasilitas yang diperlukan
sebagai syarat suatu permukimanyang sehat dan layah huni. Dari 17 kecamatan dengan 17
Ibukota kecamatannya (IKK) di Kabupaten Karo, sebagian besarnya masih berupa
pedesaan. Terdapat 4 (empat) ibukota kecamatan yang diarahkan menjadi Kawasan
perkotaan yaitu Kecamatan Kabanjahe dan Berastagi yang fungsinya di-arahkan selain dari
pertanian atau pengolahan pertanian. Sedangkan untuk IKK Kecamatan Merek dan IKK
Kecamatan Tiga kondisi yang ada belum merupakan kawasan perkotaan sehingga fungsi
yang diberikan untuk pengembangannya masih dengan fungsi pertanian (permukiman
perdesaaan).
Kawasan Permukiman Agropolitan
LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019
Page |
VII
- 36
menggerakkan pertumbuhan ekonomi wilayah sekitarnya. Lokasi kawasan permukiman
perdesaaan strategis dengan fungsi-fungsi pengembangan agropolitan adalah seperti
dijelaskan pada tabel berikut.:
Tabel 7.17. Kawasan Strategis Cepat Tumbuh Kabupaten Karo
Sumber: Peraturan Bupati Karo No. 278 Tahun 2013
4.
Kecamatan Merek Sebagai Kws. Strategis Pengembangan Pariwisata Nasional (KSPN)
Kecamatan Merek sebagai wilayah bagian Kabupaten Karo telah ditetapkan sebagai salah
satu kawasan dalam program Inkubasi Pengembangan Kawasan Danau Toba dan
Sekitarnya melalui Perpres No. 81. Tahun 2014 tentang RTR Kawasan Danau Toba dan
Sekitarnya, dengan kebijakan pengembangan sebagai berikut:
Kebijakan Pengembangan Kawasan Danau Toba:
1.
Pemertahanan kestabilan kuantitas dan pengendalian kualitas air Danau Toba
2.
Pelestarian ekosistem penting perairan danau dan sekitarnya
3.
Pelestarian kawasan kampung dan budaya masyarakat adat Batak
4.
Pengembangan dan pengendalian pemanfaatan kawasan pariwisata yang berdaya
tarik internasioanal , nasional dan regional
5.
Pengendalian kawasan budidaya perikanan danau
6.
Pempertahanan kawasan pertanian tanaman pangan
7.
Pengendalian kawasan peternakan, holtikultura, dan perkebunan berbasis masyarakat
dan ramah lingkungan
8.
Perwujudan kerja sama pengelolaan dan pemeliharaan kualitas lingkungan hidup,
pemasaran produksi kawasan budidaya, dan peningkatan pelayanan sarana dan
prasarana.
Sasaran lokasi-lokasi/desa sebagai arahan pengembangan infrastruktur bidang Cipta karya
di Kecamatan Merek seperti ditunjukan pada peta berikut.
Peraturan Bupati Karo No. 278 Tahun 2013tentangPenetapan Kawasan Strategis Cepat Tumbuh Kabupaten Karo
Arahan Pengembangan Kawasan Kecamatan
Penguatan Ketahanan Pangan Mardingding
Penguatan Ketahanan Pangan Laubaleng
Perdagangan dan Jasa
Penguatan Ketahan Pangan Tigabinanga
Penguatan Ketahanan Pangan Juhar
Penguatan Ketahanan Pangan Munte
Penguatan Ketahanan Pangan Tiganderket
Holtikultura
Pariwisata Naman Teran
Holtikultura Merdeka
Perdagangan dan Jasa Kabanjahe
LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019
Page |
VII
- 37
Peta Kecamatan Merek sebagai
KSPN Dabau Toba Dan sekitarnya
Sumber peta :Bantek Penyusunan RTRW Kabupaten Karo, 2010
KECAMATAN MEREK
LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019
Page |
VII
- 38
5.
Kawasan Rawan Bencana Gunung Api Sinabung.
Berdasarkan data terakhir yang telah dihimpun melalui Media Center Penanganan Tanggap
Darurat Bencana Erupsi Gunung Sinabung Kabupaten Karo, jumlah pengungsi akibat
dampak erupsi Gunung Sinabung saat ini mencapai 3.395 jiwa atau 2.992 KK.
Pada tahun 2014, Bersama dengan BNPB, Ditjen Cipta Karya telah dilakukan upaya
antisipasi dan penyelamatan warga dari dampak letusan Gunung Sinabung untuk jangka
panjang dengan melakukan relokasi permukiman warga melalui hunian tetap (Huntap) dan
telah menyusun mekanisme relokasi warga yang terkena dampak erupsi Gunung Sinabung
ke tempat yang lebih aman. Huntap yang dibangun di atas lahan yang disediakan oleh
Pemda Kabupaten Karo dengan luas lahan 25 Ha ini, diperuntukkan bagi 1.000 Kepala
Keluarga (KK).
Selain itu, dalam penanganan korban bencana Sinabung, Ditjen Cipta Karya telah
memberikan bantuan sama dengan yang dimanfaatkan oleh pengungsi di 42 titik
pengungsian berupa Tenda Hunian Darurat (THD) dan kebutuhan dasar sanitasi bagi
pengungsi (Hidran Umum, WC knock down dan jerigen air).
Hingga kini, Ditjen Cipta Karya terus berkoordinasi dengan Dinas PU Kabupaten Karo yang
didukung oleh Satuan Kerja Provinsi di lingkungan Ditjen Cipta Karya dan Satgas Tanggap
Darurat Ditjen Cipta Karya, Sumatera Utara terhadap kesiagaan bencana serta pelayanan
bagi bantuan infrastruktur pengembangan permukiman pengungsi Kabupaten Karo.
B.
Ktiteria Teknis Perencanaan:
Kriteria-kriteria teknis perencanaan sektor PKP mengacu Undang-undan, peraturan dan
standar teknis perencanaan yang umum berlaku di Indonesia antara lain adalah:
UU No. 01 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman.
Tahap pertama pembangunan rumah hunian tetap (Huntap) sebanyak 370 unit dan tahap ke kedua sebanyak 320 unit di Desa Siosar tahun 2015 dan kini telah ditempati.
Sumber : BNPB
Gambar 7.19. Tahap Awal Pengembangan Kws. Permukiman Untuk Pengungsi Gunung
LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019
Page |
VII
- 39
UU No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun.
UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
UU No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana
UU No. 07 Tahun 2007 tentang Bangunan Gedung
PP No. 14 tahun 2016 Tentang penyelenggaraan Perumahan Dan Kawasan Permukiman.
Permen PU No. 6 tahun 2007 tentang Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
PermenPera No. 11 tahun 2008 tentang Pedoman Keserasian Kawasan Perumahan dan
Permukiman.
SNI 03-7013-2004 Tata Cara Perencanaan Fasilitas Linkungan Rumah Sususn
SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perenc Lingkungan Perumahan Di Perkotaan;
Standar kebutuhan minimal terhadap pemenuhan hunian berikut infrastruktur pendukungnya
adalah seperti dijelasakan pada tabel berikut.
Tabel 7.13. Ktiteria-kriteria Teknis Perencanaan Sektor PKP
No. Deskripsi Standar Teknis
1 Besaran standar minimal terhadap kepadatan kawasan: <200 jiwa/ha
2
Kebutuhan luas lantai minimum hunian layak tidak bertingkat/jiwa:
Luas per-jiwa (dewasa)
Luas per-jiwa (anak anak)
9,6 m2 4,8 m2
3 Kebutuhan luas lantai minimum hunian layak tidak bertingkat
untuk 1 rumah tangga (5 jiwa/KK): 51 m2
4
Kebutuhan luas kavling maksimum Rumah Sederhana maks. 113 m2 (perdesaan) maks. 102 m2 (perkotaan)
4 Kebutuhan luas kavling Rumah Menengah 54 s/d 600 m2
Kebutuhan luas kavling Rumah Mewah 200 s/d 600 m2
LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019
Page |
VII
- 40
Persyaratan Lingkungan Hunian Berimbang (LHB) sesuai lokasi geografis (perkotaan peerdesaan):
Persyaratan prasarana jalan lingkungan permukiman: