• Tidak ada hasil yang ditemukan

DOCRPIJM 1495181302Bab VII DAN VIII

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DOCRPIJM 1495181302Bab VII DAN VIII"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

B

BA

AB

B V

VIIII

K

KE

ETTE

ER

RP

PA

AD

DU

UA

AN

N P

PR

RO

OG

GR

RA

AM

M B

BE

ER

RD

DA

AS

SA

AR

RK

KA

AN

N

E

EN

NTTIITTA

AS

S

Bagian ini menjabarkan tentang keterpaduan seluruh program

pembangunan bidang Cipta Karya, maka Pemerintah Kabupaten/Kota

dapat mengelompokan usulan program-program pembangunan bidang

Cipta Karya-nya sesuai dengan desain program keterpaduan.

Desain program keterpaduan pembangunan bidang Cipta Karya

dikelompokkan berdasarkan 4 (empat) skala entitas yaitu entitas regional,

entitas kabupaten/kota, entitas kawasan dan entitas lingkungan/komunitas.

7

7..1

1..

E

En

nttiitta

ass R

Re

eg

giio

on

na

all

Entitas Regional didefinisikan sebagai suatu wilayah lintas batas

administratif yang memiliki kesamaan fungsi, antara lain fungsi ekonomi, sosial

dan lingkungan, yang mendorong terjadinya kerjasama antar daerah.

Pengembangan infrastruktur Bidang Cipta Karya entitas regional antara lain

dalam rangka pengembangan kota metropolitan, KAPET, KEK dan lain-lain.

Adapun contoh program software/non fisik, yang termasuk pada

pengembangan infrastruktur Bidang Cipta Karya entitas regional antara lain

adalah :

a. Masterplan Infrastruktur Bidang Cipta Karya Kawasan Regional

b. Feasibility Study Infratruktur Bidang Cipta karya Kawasan Regional

Untuk program pembangunan fisik, yang termasuk pada pengembangan

infrastruktur Bidang Cipta karya entitas regional antara lain adalah :

a. Sistem Pengembangan Air Minum (SPAM) Regional, sektor

Pengembangan Air Minum

(2)

7

7..2

2..

E

En

nttiitta

ass K

Ka

ab

bu

up

pa

atte

en

n//K

Ko

otta

a

Pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya entitas merupakan

infrastruktur yang memiliki tingkat pelayanan skala kabupaten/kota, sebagai

berikut:

a. Program software/non fisik antara lain berupa:

i. Rencana Induk Sistem Pengembangan Air Minum (RISPAM), sektor

Pengembangan Air Minum;

ii. Rencana Pembangunan dan pengembangan kawasan

permukiman (RP2KP), sektor Pengembangan Permukiman;

iii. Perda Bangunan Gedung dan Rencana Tata Bangunan dan

Lingkungan di Kawasan Strategis Kabupaten/Kota (RTBL KSK), sektor

Penataan Bangunan dan Lingungan;

iv. Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota (SSK), program dari Direktorat

Pengembangan PLP Ditjen Cipta Karya.

b. Program Pembangunan Fisik antara lain berupa:

i. Penyehatan PDAM, sektor Pengembangan Air Minum;

ii. Sistem Pengembangan Air Minum (SPAM) Kabupaten/Kota, sektor

Pengembangan Air Minum;

iii. Infrastruktur Air Limbah Terpusat , sektor Pengembangan PLP;

iv. Infrastruktur Drainase Perkotaan, sektor Pengembangan PLP;

v. Infrastruktur TPA Sampah, sektor Pengembangan PLP.

7

7..3

3..

E

En

nttiitta

ass K

Ka

aw

wa

assa

an

n

Seperti telah disamp/kota terhadap ekonomi, sosial, budaya dan/atau

lingkungan.aikan pada Bab sebelumnya bahwa pada RTRW Kabupaten/Kota

telah ditetapkan Kawasan Strategis Kabupaten/Kota (KSK) yang

pembangunannya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat

(3)

entitas kawasan yang dikembangkan oleh Direktorat Jenderal Cipta karya

akan diprioritaskan pada Kawasan Strategis Kabupaten/Kota.

Untuk program software /non fisik, yang termasuk dalam entitas kawasan

antara lain adalah :

a. Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), sektor Penataan

Bangunan dan Lingkungan;

b. Desain Kawasan.

Sedangkan untuk program pembangunan fisik, yang termasuk dalam entitas

kawasan antara lain adalah sebagai berikut :

a. Sistem Pengembangan Air Minum (SPAM) MBR di Rusuna, Kawasan

Kumuh dan Kawasan Nelayan, sektor Pengembangan Air Minum;

b. Sistem Pengembangan Air Minum (SPAM) di Kawasan KAPET/MP3EI/KEK,

sektor Pengembangan Air Minum;

c. Sistem Pengembangan Air Minum (SPAM) IKK, sektor Pengembangan Air

Minum;

d. Sistem Pengembangan Air Minum (SPAM) di Pelabuhan Perikanan, sektor

Pengembangan Air Minum;

e. Sistem Pengembangan Air Minum (SPAM) di Kawasan Perbatasan, sektor

Pengembangan Air Minum;

f. Rusunawa, sektor Pengembangan Permukiman;

g. Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh, sektor Pengembangan

Permukiman;

h. PSD Kawasan Rawan Bencana, Kawasan Perbatasan, Pulau kecil Terluar

dan Kawasan Perdesaan Potensial (Agro/Minapolitan dan KTM), sektor

Pengembangan Permukiman;

i. Infrastruktur Air Limbah Komunal, sektor Pengembangan PLP;

j. Infrastruktur TPST/3R, sektor Pengembangan PLP;

(4)

m. PSD Permukiman Tradisional /Bersejarah, sektor Penataan Bangunan dan

Lingkungan

7

7..4

4..

E

En

nttiitta

ass LLiin

ng

gk

ku

un

ng

ga

an

n//K

Ko

om

mu

un

niitta

ass

Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta karya pada eennttiittaass

lliinnggkkuunnggaann diutamakan diselenggarakan pada pembangunan berbasis

komunitas dan lokasi pembangunan diutamakan pada KSK.

Untuk program software/non fisik, kegiatan dapat berupa penyusunan

Rencana Kerja Masyarakat/ community action plan , sedangkan pada program fisik dapat berupa:

a. Sistem Pengembangan Air Minum (SPAM) Desa Rawan

Air/Pesisir/Terpencil, sektor Pengembangan Air Minum;

b. Pengembangan Air Minum dan Sanitasi Masyarakat (PAMSIMAS), sektor

Pengembangan Air Minum;

c. Program Pengembangan Infrastruktur Perdesaan (PPIP), sektor

Pengembangan Permukiman;

d. SANIMAS, sektor pengembangan PLP;

e. Program Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas /Neighbourhood

Development (PLP-BK/ND), sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan;

f. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (P2KP),

sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan;

g. Perbaikan Kampung/Program Lingkungan Permukiman Berbasis

(5)

B

Beerrddaassaarrkkaann EEnnttiittaass

ENTITAS BENTUK DUKUNGAN/KEGIATAN

SOFTWARE/NON FISIK PEMBANGUNAN FISIK

(1) (2) (3) (4) (5)

Regional ● masterplan ● Feasibility Study

Sektor AM ● SPAM Regional

Sektor PLP ● TPA Regional Kabupaten/Kota Sektor AM

● RISPAM

Sektor Bangkim ● RP2KP/RTBL KSK

Sektor AM

● Penyehatan PDAM

Sektor PPLP

● Infrastruktur Air Limbah Terpusat

● Infrastruktur Drainase Sektor PLP

Rusunawa, Kws

Kumuh dan Kws

● Peningkatan Kualitas

Permukiman Kumuh

● PSD Kws Rawan bencana, Kws

Perbatasan, Pulau

Kecil Terluar & Kws

Perdesaan Potensial

(agro/minapolitan

& KTM)

Sektor PPLP ● Infrastruktur Air

Limbah Komunal

● Infrastruktur TPST/3R

Sektor PBL

● Revitalisasi Kawasan , Pengembangan RTH

dan PSD Permukiman

Tradisional/Bersejarah

Lingkungan ● Rencana Kerja

Masyarakat/Community

(6)

Kampung/Penataan

Lingkungan

Permukiman Berbasis

(7)

B

BA

AB

B V

VIIIIII

A

AS

SP

PE

EK

K LLIIN

NG

GK

KU

UN

NG

GA

AN

N D

DA

AN

N S

SO

OS

SIIA

ALL

RPIJM bidang Cipta Karya membutuhkan kajian pendukung dalam

hal lingkungan dan sosial untuk meminimalisir pengaruh negatif

pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya terhadap lingkungan

permukiman baik di perkotaan maupun di perdesaan. Kajian aspek

lingkungan dan sosial meliputi acuan peraturan perundang-undangan,

kondisi eksisting lingkungan dan sosial, analisis dengan instrumen, serta

pemetaan antisipasi dan rekomendasi perlindungan lingkungan dan sosial

yang dibutuhkan.

8

8..11 AAssppeekk LLiinnggkkuunnggaann

Kajian lingkungan dibutuhkan untuk memastikan bahwa dalam

penyusunan RPIJM bidang Cipta Karya oleh pemerintah kabupaten/kota

telah mengakomodasi prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan

hidup. Adapun amanat perlindungan dan pengelolaan lingkungan adalah

sebagai berikut:

UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan 1.

Hidup: “Instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan

lingkungan hidup terdiri atas antara lain Kajian Lingkungan Hidup

Strategis (KLHS), Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL),

dan Upaya Pengelolaan Lingkungan-Upaya Pemantauan

Lingkungan (UKL-UPL) dan Surat Pernyataan Kesanggupan

(8)

UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang 2.

Nasional: “Dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang

baik perlu penerapan prinsip-prinsip pembangunan yang

berkelanjutan secara konsisten di segala bidang”

Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana 3.

Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014:

“Dalam bidang lingkungan hidup, sasaran yang hendak dicapai adalah perbaikan mutu lingkungan hidup dan pengelolaan sumber

daya alam di perkotaan dan pedesaan, penahanan laju kerusakan

lingkungan dengan peningkatan daya dukung dan daya tampung

lingkungan; peningkatan kapasitas adaptasi dan mitigasi

perubahan iklim”

4.

Permen LH No. 9 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Kajian Lingkungan

Hidup Strategis:

Dalam penyusunan kebijakan, rencana dan/atau program, KLHS

digunakan untuk menyiapkan alternatif penyempurnaan kebijakan,

rencana dan/atau program agar dampak dan/atau risiko lingkungan

yang tidak diharapkan dapat diminimalkan

5. Permen LH No. 16 Tahun 2012 tentang Penyusunan Dokumen

Lingkungan. Sebagai persyaratan untuk mengajukan ijin lingkungan

maka perlu disusun dokumen Amdal, UKL dan UPL, atau Surat

Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan Lingkungan Hidup atau

disebut dengan dengan SPPL bagi kegiatan yang tidak membutuhkan

Amdal atau UKL dan UPL.

a. Tugas dan wewenang pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan

pemerintah kabupaten/kota dalam aspek lingkungan terkait bidang

Cipta Karya mengacu pada UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan

(9)

1. Pemerintah Pusat

Menetapkan kebijakan nasional.

a.

Menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria.

b.

Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai KLHS.

c.

Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal

d.

dan UKL-UPL.

Melaksanakan pengendalian pencemaran dan/atau

e.

kerusakan lingkungan hidup.

Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai

f.

pengendalian dampak perubahan iklim dan perlindungan

lapisan ozon.

Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap

g.

pelaksanaan kebijakan nasional, peraturan daerah, dan

peraturan kepala daerah.

Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan

h.

hidup.

Mengembangkan dan melaksanakan kebijakan pengaduan

i.

masyarakat.

Menetapkan standar pelayanan minimal.

j.

2. Pemerintah Provinsi

Menetapkan kebijakan tingkat provinsi.

a.

Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat provinsi.

b.

Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengena l amdal

c.

dan UKL-UPL.

Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap

d.

pelaksanaan kebijakan, peraturan daerah, dan peraturan

(10)

Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan

e.

hidup.

Melakukan pembinaan, bantuan teknis, dan

f.

pengawasan kepada kabupaten/kota di bidang program

dan kegiatan.

Melaksanakan standar pelayanan minimal.

g.

3. Pemerintah Kabupaten/Kota

Menetapkan kebijakan tingkat kabupaten/kota.

a.

Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat kabupaten/kota.

b.

Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal

c.

dan UKL-UPL.

Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan

d.

hidup.

Melaksanakan standar pelayanan minimal.

e.

8

8..11..11 KKaajjiiaann LLiinnggkkuunnggaann HHiidduupp SSttrraatteeggiiss ((KKLLHHSS))

Menurut UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup, Kajian Lingkungan Hidup Strategis, yang selanjutnya

disingkat KLHS, adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh,

dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan

berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan

suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program.

KLHS perlu diterapkan di dalam RPI2-JM antara lain karena:

RPI2-JM membutuhkan kajian aspek lingkungan dalam perencanaan

1.

pembangunan infrastruktur.

KLHS dijadikan sebagai alat kajian lingkungan dalam RPI 2-JM adalah

(11)

karena RPI 2-JM berada pada tataran

Kebijakan/Rencana/Program. Dalam hal ini, KLHS menerapkan

prinsip-prinsip kehati-hatian, dimana kebijakan, rencana dan/atau

program menjadi garda depan dalam menyaring kegiatan

pembangunan yang berpotensi mengakibatkan dampak negatif

terhadap lingkungan hidup

KLHS disusun oleh Tim Satgas RPI2-JM Kabupaten/Kota dengan dibantu

oleh Dinas Lingkungan Hidup sebagai instansi yang memiliki tugas dan

fungsi terkait langsung dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan

hidup di kota/kabupaten. Koordinasi penyusunan KLHS antar instansi

diharapkan dapat mendorong terjadinya transfer pemahaman mengenai

pentingnya penerapan prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan

hidup untuk mendorong terjadinya pembangunan berkelanjutan.

TTaahhaappaann PPeellaakkssaannaaaann KKLLHHSS

Tahapan pelaksanaan KLHS diawali dengan penapisan usulan

rencana/program dalam RPI 2-JM per sektor dengan

mempertimbangkan isu-isu pokok seperti (1) perubahan iklim, (2)

kerusakan, kemerosotan, dan/atau kepunahan keanekaragaman hayati,

(3) peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor,

kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan lahan, (4) penurunan mutu dan

kelimpahan sumber daya alam, (5) peningkatan alih fungsi kawasan hutan

dan/atau lahan, (6) peningkatan jumlah penduduk miskin atau

terancamnya keberlanjutan penghidupan sekelompok masyarakat;

dan/atau (7) peningkatan risiko terhadap kesehatan dan keselamatan

manusia. Isu-isu tersebut menjadi kriteria apakah rencana/program yang

disusun teridentifikasi menimbulkan resiko atau dampak terhadap isu-isu

(12)

Tahap 1 dilakukan dengan penapisan (screening) dengan menyusun tabel

8.1.

TTaabbeell 88.. 11.. KKrriitteerriiaa PPeennaappiissaann UUssuullaann PPrrooggrraamm//KKeeggiiaattaann

B

Biiddaanngg CCiippttaa KKaarryyaa

N

Noo.. KKrriitteerriiaa PPeennaappiissaann PPeenniillaaiiaann

U Urraaiiaann

Pertimbangan*

K

Keessiimmppuullaann ::

((SSiiggnniiffiikkaann//TTiiddaakk

S

Siiggnniiffiikkaann))

1. Perubahan Iklim

2. Kerusakan, kemerosotan,

dan/atau kepunahan

3. Peningkatan intensitas dan

cakupan wilayah bencana banjir,

longsor, kekeringan, dan/atau

kebakaran hutan

4. Penurunan mutu dan kelimpahan

sumber daya

5. Peningkatan alih fungsi kawasan

hutan, dan/atau lahan

6. Peningkatan jumlah penduduk

miskin atau terancamnya

keberlanjutan penghidupan

sekelompok

(13)

kesehatan dan keselamatan

*) didukung data dan informasi yang menjelaskan apakah kebijakan, rencana dan/atau program yang ditapis menimbulkan risiko/dampak terhadap lingkungan hidup

Tahap ke-2 setelah penapisan terdapat dua kegiatan. Jika melalui

proses penapisan di atas tidak teridentifikasi bahwa rencana/program dalam

RPI2-JM tidak berpengaruh terhadap kriteria penapisan di atas maka

berdasarkan Permen Lingkungan Hidup No. 9/2011 tentang Pedoman Umum

KLHS, Tim Satgas RPI 2-JM Kabupaten/Kota dapat menyertakan Surat

Pernyataan bahwa KLHS tidak perlu dilaksanakan, dengan ditandatangani

oleh Ketua Satgas RPI2JM dengan persetujuan BPLHD, dan dijadikan lampiran

dalam dokumen RPI2JM.

Namun, jika teridentifikasi bahwa rencana/program dalam RPI 2JM

berpengaruh terhadap kriteria penapisan di atas maka Satgas RPI 2JM

didukung dinas lingkungan hidup (BPLHD) dapat menyusun KLHS dengan

tahapan sebagai berikut:

1. Pengkajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup di

Wilayah Perencanaan, dilaksanakan melalui 4 (empat) tahapan

sebagai berikut:

a) Identifikasi Masyarakat dan Pemangku Kepentingan Lainnya

Tujuan identifikasi masyarakat dan pemangku kepentingan

adalah:

Menentukan secara tepat pihak-pihak yang akan

1)

dilibatkan dalam pelaksanaan KLHS;

Menjamin diterapkannya azas partisipasi yang diamanatkan

2)

UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan

(14)

Menjamin bahwa hasil perencanaan dan evaluasi kebijakan,

3)

rencana dan/atau program memperoleh legitimasi atau

penerimaan oleh publik;

Agar masyarakat dan pemangku kepentingan mendapatkan

4)

akses untuk menyampaikan informasi, saran, pendapat,

dan pertimbangan tentang pembangunan berkelanjutan

melalui proses penyelenggaraan KLHS.

TTaabbeell 88..22 IIddeennttiiffiikkaassii PPeemmaannggkkuu KKeeppeennttiinnggaann ddaann MMaassyyaarraakkaatt ddaallaamm

p

peennyyuussuunnaann KKLLHHSS BBiiddaanngg CCiippttaa KKaarryyaa

Masyarakat dan Pemangku

Kepentingan Contoh Lembaga

Pembuat keputusan a. Bupati/Walikota DPRD

b. Penyusun kebijakan, rencana

dan/atau program

Dinas PU-Cipta Karya

Instansi a. Dinas PU-Cipta Karya BPLHD

b. Masyarakat yang memiliki

informasi dan/atau keahlian (perorangan/tokoh/ kelompok)

Perguruan tinggi atau lembaga a.

penelitian lainnya Asosiasi profesi b.

Forum-forum pembangunan b.

berkelanjutan dan lingkungan hidup LSM/Pemerhati Lingkungan hidup c.

Perorangan/tokoh d.

kelompok yang memiliki data dan e.

informasi berkaitan dengan SDA Masyarakat terkena Dampak a. Lembaga Adat

Asosiasi Pengusaha

Kelompok masyarakat tertentu e.

(nelayan, petani dll)

Pengkajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup di

Wilayah Perencanaan, dilaksanakan melalui 4 (empat) tahapan sebagai

(15)

a) Identifikasi Masyarakat dan Pemangku Kepentingan Lainnya

Tujuan identifikasi masyarakat dan pemangku kepentingan adalah:

Menentukan secara tepat pihak-pihak yang akan dilibatkan

1)

dalam pelaksanaan KLHS;

Menjamin diterapkannya azas partisipasi yang diamanatkan UU

2)

No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup;

Menjamin bahwa hasil perencanaan dan evaluasi kebijakan,

3)

rencana dan/atau program memperoleh legitimasi atau

penerimaan oleh publik;

Agar masyarakat dan pemangku kepentingan mendapatkan

4)

akses untuk menyampaikan informasi, saran, pendapat, dan

pertimbangan tentang pembangunan berkelanjutan melalui

proses penyelenggaraan KLHS.

TTaabbeell 88..33 PPrroosseess IIddeennttiiffiikkaassii PPeemmaannggkkuu KKeeppeennttiinnggaann ddaann MMaassyyaarraakkaatt ddaallaamm

p

peennyyuussuunnaann KKLLHHSS BBiiddaanngg CCiippttaa KKaarryyaa

Masyarakat dan Pemangku

Kepentingan Contoh Lembaga

Pembuat keputusan a. Bupati/Walikota DPRD

b. Penyusun kebijakan, rencana dan/atau program

Dinas PU-Cipta Karya

Instansi a. Dinas PU-Cipta Karya BPLHD

b. Masyarakat yang memiliki informasi dan/atau keahlian (perorangan/tokoh/ kelompok)

Perguruan tinggi atau a.

lembaga penelitian lainnya Asosiasi profesi

b.

Forum-forum pembangunan b.

berkelanjutan dan lingkungan LSM/Pemerhati Lingkungan hidup c.

(16)

kelompok yang memiliki data e.

dan informasi berkaitan Masyarakat terkena Dampak a. Lembaga Adat

Asosiasi Pengusaha b.

Tokoh masyarakat c.

Organisasi masyarakat d.

Kelompok masyarakat e.

tertentu (nelayan, petani

b) Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan

Tujuan identifikasi isu pembangunan berkelanjutan:

1) penetapan isu-isu pembangunan berkelanjutan yang meliputi

aspek sosial, ekonomi dan lingkungan hidup atau keterkaitan

antar ketiga aspek tersebut;

2) pembahasan fokus terhadap isu signifikan; dan

3) membantu penentuan capaian tujuan pembangunan

berkelanjutan.

TTaabbeell 88..44 CCoonnttoohh PPrroosseess IIddeennttiiffiikkaassii IIssuu PPeemmbbaanngguunnaann BBeerrkkeellaannjjuuttaann

B

Biiddaanngg CCiippttaa KKaarryyaa

Pengelompokan Isu-isu Pembangunan

Berkelanjutan Bidang Cipta Karya

Penjelasan Singkat*

Lingkungan Hidup Permukiman

Isu 1: kecukupan air baku untuk air minum Contoh: Kekeringan, menurunnya kualitas air

Kota ... mempunyai sumber air baku dari sungai ... yang sudah tercemar

Isu 2: Pencemaran lingkungan oleh infrastruktur yang tidak berfungsi maksimal

(17)

Isu 3: dampak kawasan kumuh terhadap kualitas lingkungan

Contoh: kawasan kumuh menyebabkan penurunan kualitas lingkungan

Ekonomi

Isu 4: kemiskinan berkorelasi dengan kerusakan lingkungan

Contoh: pencemaran air mengurangi kesejahteraan nelayan di pesisir

Sosial

Isu 5: Pencemaran menyebabkan berkembangnya wabah penyakit

Contoh: menyebarnya penyakit diare di permukiman kumuh

*) meliputi deskripsi lokasi, penyebab, intensitas dan sebaran dampak

c) Identifikasi Kebijakan/Rencana/Program (KRP)

Tabel 8.5 Tabel Identifikasi KRP

No. Komponen kebijakan,

rencana / program

Kegiatan Lokasi

(Kelurahan)

1. Pengembangan Permukiman 1).

Dst 2).

2. Penataan Bangunan dan Lingkungan 1).

Dst 2).

3. Pengembangan Air Minum

1).

(18)

4. Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman 1).

Dst 2).

d) Kajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup di Suatu Wilayah

Tabel 8.6 Kajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup di Suatu

Wilayah

Pengaru h pada Isu-Isu Strategis Berdasarkan Aspek-Aspek

Pembangunan Berkelanjutan** Bobot Lingkungan

Hidup Permukiman

Bobot Sosial Bobot Ekonomi

1. Pengembangan Permukiman

3. Pengembangan Air minum 1).

2).

(19)

Ket: *) Program sesuai dengan Renstra Cipta Karya

**) ditentukan melalui argumen/logika sederhana melalui diskusi antar pemangku kepentingan, dengan melihat data dan kondisi eksisting seperti peta, data angka, dll.

***) pembobotan ditentukan dari nilai -3 sd. +3, yang menunjukkan besaran pengaruh keterkaitan yang merugikan (-) maupun menguntungkan atau bernilai positif (+). Bobot dengan nilai negatif merupakan prioritas untuk ditentukan alternatif penyempurnaan KRPnya.

2. Perumusan Alternatif Penyempurnaan KRP

Tujuan perumusan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana,

dan/atau program untuk mengembangkan berbagai alternatif

perbaikan muatan kebijakan, rencana, dan/atau program dan

menjamin pembangunan berkelanjutan. Setelah dilakukan kajian, dan

disepakati bahwa kebijakan, rencana dan/atau program yang dikaji

potensial memberikan dampak negatif pada pembangunan

berkelanjutan, maka dilakukan pengembangan beberapa alternatif

untuk menyempurnakan rancangan atau merubah kebijakan, rencana

dan/atau program yang ada.

Beberapa alternatif untuk menyempurnakan dan atau mengubah

rancangan kebijakan, rencana dan/atau program ini dengan

mempertimbangkan antara lain:

Memberikan arahan atau rambu-rambu mitigasi terkait dengan

a.

kebijakan, rencana, dan/atau program yang diperkirakan akan

menimbulkan dampak lingkungan atau bertentangan dengan

kaidah pembangunan berkelanjutan.

Menyesuaikan ukuran, skala, dan lokasi usulan kebijakan,

b.

rencana, dan/atau program.

Menunda, memperbaiki urutan, atau mengubah prioritas

c.

pelaksanaan kebijakan, rencana, dan/atau program.

Mengubah kebijakan, rencana, dan/atau program.

(20)

TTaabbeell 88..66 PPeerruummuussaann AAlltteerrnnaattiiff PPeennyyeemmppuurrnnaaaann KKRRPP

No. Komponen kebijakan,

rencana dan/atau program

Alternatif Penyempurnaan KRP

1. Pengembangan Permukiman 1).

2).

2. Penataan Bangunan dan Lingkungan

1). 2).

3. Pengembangan Air minum 1).

2).

4. Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman 1)

2)

3. Rekomendasi Perbaikan KRP dan Pengintegrasian Hasil KLHS

TTaabbeell 88..77 RReekkoommeennddaassii PPeerrbbaaiikkaann KKRRPP ddaann PPeennggiinntteeggrraassiiaann HHaassiill KKLLHHSS

No. Komponen Kebijakan,

Rencana dan/atau Program

Rekomendasi Perbaikan KRP dan

Pengintegrasian Hasil KLHS

1. Pengembangan Permukiman 2. Penataan Bangunan dan

Lingkungan

3. Pengembangan Air minum 4. Pengembangan Penyehatan

Lingkungan Permukiman

Untuk Kabupaten/Kota yang telah menyusun dan memiliki dokumen

KLHS RTRW Kabupaten/Kota, maka hasil olahan di dalam KLHS tersebut dapat

dijadikan bahan masukan bagi kajian perlindungan lingkungan dalam

RPI2-JM.

KLHS merupakan instrumen lingkungan yang diterapkan pada tataran

(21)

instrumen yang lebih tepat diterapkan adalah Amdal, UKL-UPL. Dan SPPLH.

Tabel 8.8 menjelaskan beberapa perbedaan antara KLHS dan Amdal.

TTaabbeell 88..88 PPeerrbbeeddaaaann IInnssttrruummeenn KKLLHHSS ddaann AAMMDDAALL

Deskripsi Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal)

a) Rujukan

Peraturan

Perundangan

UU 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan i.

Pengelolaan Lingkungan Hidup

Permen LH 09/2011 tentang Pedoman umum ii.

KLHS

UU 32 tahun 2009 tentang Perlindun i.

Lingkungan Hidup

Permen PPU 10/PRT/M/2008 ten ii.

bidang PU wajib UKL UPL

Permen LH 5/2012 tentang jenis renc iii.

b) Pengertian

Umum

Rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan

partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip

pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan

terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah

dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program.

Kajian mengenai dampak penting suatu usaha dan/atau

kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang

diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang

penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan. Usaha dan/atau

Kegiatan adalah segala bentuk aktivitas yang dapat

menimbulkan perubahan terhadap rona lingkungan hidup c) Kewajiban

pelaksanaan

Pemerintah dan Pemerintah Daerah Pemrakarsa rencana usaha dan/atau kegiatan yang masuk

kriteria sebagai wajib AMDAL (Pemerintah/swasta) d) Keterkaitan

studi

lingkungan

dengan:

Penyusunan atau evaluasi RTRW, RPJP dan i.

RPIM

Kebijakan, rencana dan/atau program yang ii.

berpotensi menimbulkan dampak dan/atau resiko

Tahap perencanaan suatu usaha dan atau kegiatan

e) Mekanisme

pelaksanaan

pengkajian pengaruh kebijakan, rencana, dan/ i.

atau program terhadap kondisi lingkungan hidup di

suatu wilayah;

perumusan alternatif penyempurnaan kebijakan, ii.

rencana, dan/atau program; dan

rekomendasi perbaikan untuk

iii.

pengambilan

Pemrakarsa dibantu oleh pihak lain y i.

sebagai penyusun AMDAL

Dokumen AMDAL dinilai oleh komisi ii.

dibentuk oleh Menteri, Gubernur,

sesuai kewenangannya dan dibantu oleh Tim Teknis.

Komisi penilai AMDAL menyampai iii.

berupa kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan kepada

Deskripsi Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal)

iv. Menteri, gubernur, dan bupati/walikota

rekomendasi komisi penilai AMDAL

(22)

f) Muatan Studi

Lingkungan

Isu Strategis terkait Pembangunan Berkelanjutan i.

Kajian pengaruh rencana/program dengan isu- ii.

isu strategis terkait pembangunan berkelanjutan

Alternatif rekomendasi untuk rencana/program iii.

Kerangka acuan; i.

Andal; dan ii.

iii. RKL-PL.

Kerangka acuan menjadi dasar penyusunan Andal dan

RKLRPL. Kerangka acuan wajib sesuai dengan rencana

tata ruang wilayah dan/atau rencana tata ruang kawasan. g) Output Dasar bagi kebijakan, rencana, dan/atau program

pembangunan dalam suatu wilayah.

Keputusan Menteri, gubernur dan bupati/walikota sesuai

kewenangan tentang kelayakan atau ketidaklayakan

lingkungan.

h) Outcome i. Rekomendasi KLHS digunakan sebagai alat untuk

melakukan perbaikan kebijakan, rencana,

dan/atau program pembangunan yang melampaui

daya dukung dan daya tampung lingkungan.

segala usaha dan/atau kegiatan yang ii.

telah melampaui daya dukung dan daya

tampung

Dasar pertimbangan penetapan kelayakan atau ketidak i.

layakan lingkungan

Jumlah dan jenis izin perlindungan hidup yang diwajibkan ii.

Persyaratan dan kewajiban pemrakarsa sesuai yang iii.

(23)

i) Pendanaan APBD Kabupaten/Kota i. Kegiatan penyusunan AMDAL (KA, ANDAL, RKL-RPL)

didanai oleh pemrakarsa,

Kegiatan KomisiPenilai AMDAL,Tim Teknis dan ii.

sekretariat Penilai AMDAL dibebankan pada APBN/APBD

Jasa penilaian KA, ANDAL dan RKL-RPL oleh komisi iii.

AMDAL dan tim teknis dibiayai oleh pemrakarsa.

Dana pembinaandan pengawasan dibebankan pada iv.

anggaran instansi lingkungan hidup pusat, provinsi dan

Deskripsi Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal)

j) Partisipasi

Masyarakat

Masyarakat adalah salah satu komponen dalam

kabupaten/kota yang dapat mengakses dokumen

pelaksanaan KLHS

Masyarakat yang dilibatkan adalah:

Yang terkena dampak; i.

Pemerhati lingkungan hidup; dan/atau ii.

Yang terpengaruh atas segala bentuk keputusan dalam iii.

k) Atribut

Lainnya:

Posisi a.

Hulu siklus pengambilan keputusan Akhir sklus pengambilan keputusan

Pendekatan

b. Cenderung pro aktif Cenderung bersifat reaktif

Fokus c.

analisis

Evaluasi implikasi lingkungan dan pembangunan

berkelanjutan

Identifikasi, prakiraan dan evaluasi dampak lingkungan

Dampak d.

kumulatif

Peringatan dini atas adanya dampak komulatif Amat terbatas

e.

Titik berat

Memelihara keseimbangan alam, pembangunan

berkelanjutan

Mengendalikan dan meminimalkan dampak negative

Alternatif

(24)

Kedalaman

g. Luas dan tidak rinci sebagai landasan untuk

mengarahkan visi dan kerangka umum

Sempit, dalam dan rinci

Deskripsi h.

proses

Proses multi pihak, tumpang tindih komponen, KRP

merupakan proses iteratif dan kontinu

Proses dideskripsikan dengan jelas, mempunyai awal dan

akhir Fokus

i.

pengendali

an dampak

Fokus pada agenda pembangunan berkelanjutan Menangani gejala kerusakan lingkungan

Institusi j.

Penilai

Tidak diperlukan institusi yang berwenang

memberikan penilaian dan persetujuan KLHS

Diperlukan institusi yang berwenang memberikan penilaian

dan persetujuan AMDAL

Sumber: - hasil analisa

- Triarko Nurlambang dalam KLHS Penyeberangan Selat Sunda; Identifikasi Awal

8

8..11..22 AAmmddaall,, UUKKLL--UUPPLL,, ddaann SSPPPPLLHH

Pengelompokan atau kategorisasi proyek mengikuti ketentuan yang telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri

Lingkungan Hidup No. 5 tahun 2012 tentang jenis rencana usaha dan/atau kegiatan Wajib AMDAL dan Peraturan

Menteri Pekerjaan Umum No. 10 Tahun 2008 Tentang Penetapan Jenis Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan Bidang

Pekerjaan Umum yang Wajib Dilengkapi dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan

Lingkungan Hidup, yaitu:

Proyek wajib AMDAL

(25)

Proyek tidak wajib UKL-UPL tapi SPPLH

3.

Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya dan batasan kapasitasnya yang wajib

dilengkapi dokumen AMDAL adalah sebagai berikut:

TTaabbeell 88..99 PPeennaappiissaann RReennccaannaa KKeeggiiaattaann WWaajjiibb AAMMDDAALL

No. Jenis Kegiatan Skala/Besaran

A. Persampahan:

Pembangunan TPA Sampah Domestik dg sistem a.

Control landfill/sanitary landfill:

- luas kawasan TPA, atau > 10 ha > 100.000 ton TPA di daerah pasang surut: -

b.

luas landfill, atau - Kapasitas Total

semua

kapasitas/besaran Pembangunan transfer station:

c.

- Kapasitas > 500 ton/hari Pembangunan Instalasi Pengolahan Sampah

d.

terpadu: - Kapasitas

> 500 ton/hari Pengolahan dengan insinerator:

e.

- Kapasitas

Composting Plant: f.

- Kapasitas

Transportasi sampah dengan kereta api: g.

semua kapasitas > 500 ton/hari

> 500 ton/hari

No. Jenis Kegiatan Skala/Besaran

B. Pembangunan Perumahan/Permukiman: Kota metropolitan, luas

a.

Kota besar, luas b.

Kota sedang dan kecil, luas c.

(26)

- Luas, atau - Kapasitasnya

b. Pembangunan IPAL limbah domestik, termasuk fasilitas penunjangnya:

> 2 ha > 11 m3/hari

> 3 ha c. Pembangunan sistem perpipaan air limbah:

- Luas layanan, atau - Debit air limbah

> 500 ha

> 16.000 m3/hari

D. Pembangunan Saluran Drainase (Primer dan/atau sekunder) di permukiman

Kota besar/metropolitan, panjang: a.

Kota sedang, panjang: b.

> 5 km > 10 km E. Jaringan Air Bersih Di Kota Besar/Metropolitan

Pembangunan jaringan distribusi a.

- Luas layanan > 500 ha

Pembangunan jaringan transmisi -b.

panjang > 10 km

Sumber: Permen LH 5/2012

Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya yang kapasitasnya masih di

bawah batas wajib dilengkapi dokumen AMDAL menjadikannya tidak

wajib dilengkapi dokumen AMDAL tetapi wajib dilengkapi dengan

dokumen UKL-UPL. Jenis kegiatan bidang Cipta karya dan batasan

kapasitasnya yang wajib dilengkapi dokumen UKL-UPL tercermin dalam

tabel 8.10

TTaabbeell 88..1100 PPeennaappiissaann RReennccaannaa KKeeggiiaattaann TTiiddaakk WWaajjiibb AAMMDDAALL ttaappii WWaajjiibb

U

UKKLL--UUPPLL

(27)

a. Persampahan

landfill atau sanitary landfill termasuk instansi penunjang: Luas kawasan, atau < 10 Ha

Kapasitas total < 10.000 ton

ii. TPA daerah pasang surut Luas landfill, atau < 5 Ha

Kapasitas total < 5.000 ton

iii. Pembangunan Transfer Station Kapasitas < 1.000 ton/hari

iv. Pembangunan Instalasi/Pengolahan Sampah Terpadu Kapasitas < 500 ton

b. Air Limbah

Domestik/

Permukiman

i. Pembangunan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) termasuk fasilitas penunjang

Luas < 2 ha

Atau kapasitas < 11 m3/hari

ii. Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Luas < 3 ha

Atau bahan organik < 2,4 ton/hari

iii. Pembangunan sistem perpipaan air limbah

(sewerage/offsite sanitation system) diperkotaan/permukiman Luas < 500 ha

Atau debit air limbah < 16.000 m3/hari

c. Drainase

Permukaan

Perkotaan

i. Pembangunan saluran primer dan sekunder Panjang < 5 km

ii Pembangunan kolam retensi/polder di area/kawasan pemukiman

Luas kolam retensi/polder (1 5) ha

d. Air Minum

i. Pembangunan jaringan distribusi: luas layanan : 100 ha s.d. < 500 ha

(28)

Pedesaan, Panjang :

-

iii. Pengambilan air baku dari sungai, danau sumber air Sungai danau : 50 lps s.d. < 250 lps

Mata air : 2,5 lps s.d. < 250 lps

iv. Pembangunan Instalasi Pengolahan air lengkap Debit : > 50 lps s.d. < 100 lps

v. Pengambilan air tanah dalam (debit) untuk kebutuhan: Pelayanan masyarakat oleh penyelenggara SPAM : 2,5

lps - < 50 lps

Kegiatan lain dengan tujuan komersil: 1,0 lps - < 50 lps

e. Pembangunan i. Pembangunan bangunan gedung di atas/bawah tanah:

Gedung 1) Fungsi usaha meliputi bangunan gedung

perkantoran, perdagangan, perindustrian, perhotelan, wisata dan

Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid termasuk 2)

mushola, bangunan gereja termasuk kapel, bangunan pura, bangunan vihara, dan bangunan kelenteng : 5000 m2 s.d. 10.000 m2Fungsi sosia l dan budaya, meliputi 3)

bangunan gedung pelayanan pendidikan,pelayanan kesehatan, kebudayaan, laboratorium, dan

Fungsi khusus, seperti reaktor nuklir, 4)

instalasi

pertahanan dan keamanan dan bangunan sejenis yang Semua bangunan yang tidak dipersyaratkan untuk Amdal maka wajib dilengkapi UKL dan UPL

ii. Pembangunan bangunan gedung di bawah tanah yang melintasi prasarana dan atau sarana umum:1) Fungsi usaha meliputi bangunan gedung perkantoran ,

perdagangan, perindustrian, perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal dan bangunan gedung tempat penyimpanan: 5000 m2 s.d. 10.000 m2

Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid termasuk 2)

(29)

bangunan gedung pelayanan, pendidikan,pelayanan kesehatan,

Fungsi khusus, seperti reaktor nuklir, instalasi 4)

pertahanan dan keamanan dan bangunan sejenis yang ditetapkan oleh menteri

Semua bangunan yang tidak dipersyaratkan untuk Amdal maka wajib dilengkapi UKL dan UPL

iii. Pembangunan bangunan gedung di bawah atau di atas air:

Fungsi usaha meliputi bangunan gedung 1)

perkantoran, perdagangan, perindustrian, perhotelan, wisatadan

Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid termasuk 2)

mushola, bangunan gereja termasuk kapel, bangunan pura, bangunan vihara, dan bangunan kelenteng : 5000 m2 s.d. 10.000 m2

Fungsi sosial dan budaya, meliputi bangunan 3)

gedung pelayanan pendidikan, pelayanan

kesehatan, kebudayaan, laboratorium, dan bangunan gedung

Fungsi khusus, seperti reaktor nuklir, 4)

instalasi

pertahanan dan keamanan dan bangunan sejenis yang Semua bangunan yang tidak dipersyaratkan untuk Amdal maka wajib dilengkapi UKL dan UPL

i. Kawasan Permukiman Sederhana untuk masyarakat

f. Pengembangan

kawasan

berpenghasilan rendah (MBR), misalnya PNS, TNI/POLRI, buruh/pekerja;

Permukiman Jumlah hunian: < 500 unit rumah;

(30)

kegiatan sosial ekonomi lokal pedesaan (Kota Terpadu Mandiri KTM eks transmigrasi, fasilitas pelintas batas PPLB di perbatasan);

Jumlah hunian: < 500 unit rumah;

Luas kawasan: < 10 ha

Pengembangan kawasan permukiman baru dengan pendekatan Kasiba/Lisiba (Kawasan Siap Bangun/ Lingkungan Siap Bangun)

g. Peningkatan

Kualitas

Permukiman

i.

Penanganan kawasan kumuh di perkotaan dengan pendekatan pemenuhan kebutuhan dasar ( basic need) pelayanan infrastruktur, tanpa pemindahan penduduk;

Luas kawasan: < 10 ha

ii. Pembangunan kawasan tertinggal, terpencil, kawasan perbatasan, dan pulau-pulau kecil;

Luas kawasan: < 10 ha

iii. Pengembangan kawasan perdesaan untuk meningkatkan ekonomi lokal (penanganan kawasan agropolitan, kawasan

h. Penanganan Kawasan

Kumuh

Perkotaan

i. Penanganan menyeluruh terhadap kawasan kumuh berat di perkotaan metropolitan yang dilakukan dengan pendekatan peremajaan kota ( urban renewal ), disertai dengan pemindahan penduduk, dan dapat dikombinasikan dengan penyediaan bangunan rumah susun

Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 10 Tahun 2008

Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya yang kapasitasnya masih di bawah

batas wajib dilengkapi dokumen UKL-UPL menjadikannya tidak wajib

dilengkapi dokumen UKL UPL tetapi wajib dilengkapi dengan Surat

Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan

(31)

TTaabbeell 88..1111 CChheecckklliisstt KKeebbuuttuuhhaann AAnnaalliissiiss PPeerrlliinndduunnggaann LLiinnggkkuunnggaann

p

paaddaa PPrrooggrraamm CCiippttaa KKaarryyaa

No. Komponen Kegiatan Lokasi Amdal UKL/UPL SPPLH

1. Pengembangan Permukiman 1).

2).

2. Penataan Bangunan dan Lingkungan

1). 2).

3. Pengembangan Air minum

1).

4. Pengembangan

Penyehatan Lingkungan Permukiman

1)

Keterangan: Beri tanda centang (v) dalam kolom Amdal, UKL-UPL atau SPPLH

8

8..22 AAssppeekk SSoossiiaall

Aspek sosial terkait dengan pengaruh pembangunan infrastruktur

bidang Cipta Karya kepada masyarakat pada taraf perencanaan,

pembangunan, maupun pasca pembangunan/pengelolaan. Pada taraf

perencanaan, pembangunan infrastruktur permukiman seharusnya

menyentuh aspek-aspek sosial yang terkait dan sesuai dengan isu-isu yang

marak saat ini, seperti pengentasan kemiskinan serta pengarusutamaan

gender. Sedangkan pada saat pembangunan kemungkinan masyarakat

terkena dampak sehingga diperlukan proses konsultasi, pemindahan

(32)

diidentifikasi apakah keberadaan infrastruktur bidang Cipta Karya tersebut

membawa manfaat atau peningkatan taraf hidup bagi kondisi sosial

ekonomi masyarakat sekitarnya.

Dasar peraturan perundang-undangan yang menyatakan perlunya

memperhatikanaspek sosial adalah sebagai berikut:

UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang

1.

Nasional:

> Dalam rangka pembangunan berkeadilan, pembangunan sosial

juga dilakukan dengan memberi perhatian yang lebih besar pada

kelompok masyarakat yang kurang beruntung, termasuk masyarakat

miskin dan masyarakat yang tinggal di wilayah terpencil, tertinggal,

dan wilayah bencana.

> Penguatan kelembagaan dan jaringan pengarusutamaan

gender dan anak di

tingkat nasional dan daerah, termasuk ketersediaan data dan

statistik gender.

UU No. 2/2012 tentang Pengadaan UU No. 2/2012 tentang Pengadaan

2.

Lahan bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum:

> Pasal 3: Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum bertujuan

menyediakan tanah bagi pelaksanaan pembangunan guna

meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran bangsa, negara,

dan masyarakat dengan tetap menjamin kepentingan hukum

Pihak yang Berhak.

Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka

3.

Menengah Nasional Tahun 2010-2014:

> Perbaikan kesejahteraan rakyat dapat diwujudkan melalui

sejumlah program pembangunan untuk penanggulangan

kemiskinan dan penciptaan kesempatan kerja, termasuk

(33)

> Untuk mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender,

peningkatan akses dan partisipasi perempuan dalam

pembangunan harus dilanjutkan.

Peraturan Presiden No. 15/20 10 tentang Percepatan penanggulangan

4.

Kemiskinan

> Pasal 1: Program penanggulangan kemiskinan adalah kegiatan

yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah dunia

usaha, serta masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat miskin melalui bantuan sosial, pemberdayaan

masyarakat, pemberdayaan usaha ekonomi mikro dan kecil, serta

program lain dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi.

Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender

5.

dalam Pembangunan Nasional

> Menginstruksikan kepada Menteri untuk melaksanakan

pengarusutamaan gender guna terselenggaranya

perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan

evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional yang

berperspektif gender sesuai dengan bidang tugas dan fungsi,

serta kewenangan masing-masing.

Tugas dan wewenang pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan

pemerintah kabupaten/kota terkait aspek sosial bidang Cipta Karya adalah:

1. Pemerintah Pusat:

Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum yang

a.

bersifat strategis nasional ataupun bersifat lintas provinsi.

Menjamin tersedianya pendanaan untuk kepentingan umum

b.

yang bersifat strategis nasional ataupun bersifat lintas provinsi.

Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui

c.

(34)

meningkatkan kegiatan ekonomi di tingkat pusat.

Melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya

d.

perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan

evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional

berperspektif gender, khususnya untuk bidang Cipta Karya.

2. Pemerintah Provinsi:

Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum yang

a.

bersifat regional ataupun bersifat lintas kabu paten/kota.

Menjamin tersedianya pendanaan untuk kepentingan umum

b.

yang bersifat regional atau pun bersifat lintas kabupaten/kota.

Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui

c.

bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan

usaha mikro dan kecil, serta program lain dalam rangka

meningkatkan kegiatan ekonomi di tingkat provinsi.

Melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya

d.

perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan

evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan di tingkat

provinsi berperspektif gender, khususnya untuk bidang Cipta

Karya.

3. Pemerintah Kabupaten/Kota:

Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum di

a.

kabupaten/kota.

Menjamin tersedianya pendanaan untuk kepentingan umum di

b.

kabupaten/kota.

Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui

c.

bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan

usaha mikro dan kecil, serta program lain dalam rangka

(35)

perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan

evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan di

tingkat kabupaten/kota berperspektif gender, khususnya

untuk bidang Cipta Karya.

8

8..22..11 AAssppeekk SSoossiiaall ppaaddaa PPeerreennccaannaaaann PPeemmbbaanngguunnaann BBiiddaanngg CCiippttaa KKaarryyaa

K

Keemmiisskkiinnaann

Aspek sosial pada perencanaan pembangunan bidang Cipta Karya

diharapkan mampu melengkapi kajian perencanaan teknis sektoral. Salah

satu aspek yang perlu ditindak lanjuti adalah isu kemiskinan. Kajian aspek

sosial lebih menekankan pada manusianya sehingga yang disasar adalah

kajian mengenai penduduk miskin, mencakup data eksisting,

persebaran, karakteristik, sehingga kebutuhan penanganannya, seperti

tertuang pada tabel 8.12 berikut.

TTaabbeell 88..1122 AAnnaalliissiiss KKeebbuuttuuhhaann PPeennaannggaannaann PPeenndduudduukk MMiisskkiinn

Kondisi Umum Permasal

ahan

Mata Pencaharian secara umum: ... Kondisi lingkungan: ...

Kondisi hunian umum: ...

Status kepemilikan hunian secara

Menurut standar BPS terdapat 14 kriteria yang dipergunakan untuk

menentukan keluarga/rumah tangga dikategorikan miskin, yaitu:

Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 per orang.

(36)

murahan.

Jenis dinding tempat tinggal dari bambu/rumbia/kayu berkualitas

3.

rendah/tembok tanpa diplester.

Tidak memiliki fasilitas buang air besar/bersama-sama dengan rumah

4.

tangga lain.

Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.

5.

Sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak

6.

terlindung/sungai/air hujan.

Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu

7.

bakar/arang/minyak tanah.

Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali dalam

8.

seminggu.

Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun.

9.

Hanya sanggup makan sebanyak satu/dua kali dalam sehari.

10.

Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di

11.

puskesmas/poliklinik.

Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani dengan

12.

luas lahan 500 m2, buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh

perkebunan dan atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan

dibawah Rp. 600.000,- per bulan.

Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga: tidak sekolah/tidak

13.

tamat SD/hanya SD.

Tidak memiliki tabungan / barang yang mudah dijual dengan

14.

minimal Rp. 500.000,- seperti sepeda motor kredit / non kredit, emas,

ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya.

Jika minimal 9 variabel terpenuhi maka suatu rumah tangga dikategorikan

(37)

P

Peennggaarruussuuttaammaaaann GGeennddeerr

Selain itu aspek yang perlu diperhatikan adalah responsivitas

kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya terhadap gender. Saat ini

telah kegiatan responsif gender bidang Cipta Karya meliputi Program

Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan,

Neighborhood Upgrading and Shelter Sector Project (NUSSP), Pengembangan Infrasruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW), Penyediaan Air

Minum dan Sanitasi Berbasia Masyarakat (PAMSIMAS), Program

Pembangunan Infrastruktur Perdesaan (PPIP), Rural Infrastructure Support (RIS) to PNPM, Sanitasi Berbasis Masyarakat (SANIMAS), Rencana Tata

Bangunan dan Lingkungan (RTBL), dan Studi Evaluasi Kinerja Program

Pemberdayaan Masyarakat bidang Cipta Karya. Menindaklanjuti hal

tersebut maka diperlukan suatu pemetaan awal untuk mengetahui bentuk

responsif gender dari masing-masing kegiatan, manfaat, hingga

permasalahan yang timbul sebegai pembelajaran di masa datang di

(38)

No. Program / yang Perlu Diantisipasi di Masa Datang

1 Pemberdayaan Masyarakat A PNPM

2 Non Pemberdayaan Masyarakat A Penyusuna

n RTBL

b. Dll.

8

8..22..22 AAssppeekk SSoossiiaall ppaaddaa PPeellaakkssaannaaaann PPeemmbbaanngguunnaann BBiiddaanngg CCiippttaa KKaarryyaa

Pelaksanaan pembangunan bidang Cipta Karya secara lokasi,

besaran kegiatan, dan durasi berdampak terhadap masyarakat. Untuk

meminimalisir terjadinya konflik dengan masyarakat penerima dampak

maka perlu dilakukan beberapa langkah antisipasi, seperti konsultasi,

pengadaan lahan dan pemberian kompensasi untuk tanah dan

(39)

Konsultasi masyarakat

Konsultasi masyarakat diperlukan untuk memberikan informasi

kepada masyarakat, terutama kelompok masyarakat yang mungkin terkena

dampak akibat pembangunan bidang Cipta Karya di wilayahnya. Hal ini

sangat penting untuk menampung aspirasi mereka berupa pendapat,

usulan serta saran-saran untuk bahan pertimbangan dalam proses

perencanaan. Konsultasi masyarakat perlu dilakukan pada saat persiapan

program bidang Cipta Karya, persiapan AMDAL dan pembebasan lahan.

Pengadaan lahan dan pemberian kompensasi untuk tanah dan

1.

bangunan Kegiatan pengadaan tanah dan kewajiban pemberian

kompensasi atas tanah dan bangunan terjadi jika kegiatan

pembangunan bidang cipta karya berlokasi di atas tanah yang bukan

milik pemerintah atau telah ditempati oleh swasta/masyarakat selama

lebih dari satu tahun. Prinsip utama pengadaan tanah adalah

bahwa semua langkah yang diambil harus dilakukan untuk

meningkatkan, atau memperbaiki, pendapatan dan standar

kehidupan warga yang terkena dampak akibat kegiatan pengadaan

tanah ini.

Permukiman kembali penduduk (resettlement)

2.

Seluruh proyek yang memerlukan pengadaan lahan harus

mempertimbangkan adanya kemungkinan pemukiman kembali

penduduk sejak tahap awal proyek. Bilamana pemindahan

penduduk tidak dapat dihindarkan, rencana pemukiman kembali

harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga penduduk yang

terpindahkan mendapat peluang ikut menikmati manfaat proyek. Hal

ini termasuk mendapat kompensasi yang wajar atas kerugiannya,

serta bantuan dalam pemindahan dan pembangunan kembali

(40)
(41)

No. Program dan

1. Pengembangan Perm ukiman 1).

2). Dst

2. Penataan Bangunan dan Lingkungan 1).

2). Dst

3. Pengembangan Air minum

1). 2).

4. Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman

1) 2)

Keterangan: Untuk kolom konsultasi, pemindahan penduduk dan permukiman kembali diberi tanda centang (v) apabila telah dilaksanakan.

*) Informasi Kegiatan Mencakup Lokasi

8

8..22..33 AAssppeekk SSoossiiaall ppaaddaa PPaassccaa PPeellaakkssaannaaaann PPeemmbbaanngguunnaann BBiiddaanngg CCiippttaa

K Kaarryyaa

Output kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya seharusnya

memberi manfaat bagi masyarakat. Manfaat tersebut diharapkan minimal

dapat terlihat secara kasat mata dan secara sederhana dapat terukur,

seperti kemudahan mencapai lokasi pelayanan infrastruktur, waktu tempuh

yang menjadi lebih singkat, hingga pengurangan biaya yang harus

dikeluarkan oleh penduduk untuk mendapatkan akses pelayanan tersebut. TTaabbeell 88..1155 IIddeennttiiffiikkaassii KKeebbuuttuuhhaann PPeennaannggaannaann AAssppeekk SSoossiiaall PPaassccaa

P

(42)

2. Penataan Bangunan dan Lingkungan

3. Pengembangan Air Minum

4. Pengembangan Penyehatan Lingkungan

Gambar

Tabel 8.5 Tabel Identifikasi KRP
Tabel 8.6 Kajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup di Suatu
Tabel 8.8 menjelaskan beberapa perbedaan antara KLHS dan Amdal.
tabel 8.10TTaabbeel 88.1100 PPeenaappiisaann RReennccaannaa KKeeggiiattaann TTiidaakk WWaajjiib AAM

Referensi

Dokumen terkait

Perpustakaan Lembaga Pemasyarakatan Pe- rempuan Klas IIA Tangerang hanya memfasili-tasi untuk para narapidananya melalui penye-diaan seperti halnya informasi tentang agama,

18 Hospitalitas Pentakostal, melalui pembacaan reflektif Kisah Para Rasul 2:44-47, tidak sekadar menampilkan perilaku sosial atau diakonia, melainkan juga sebuah

Bersumber dari latar belakang yang telah ditemukan dan dijelaskan peneliti diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Peran efikasi diri

Persyaratan tata bangunan dan keandalan bangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3) diatur lebih lanjut dalam Peraturan Bupati dengan berpedoman pada

if the unidirectional voltage required is smaller than the output voltage of the solar cell then used dc converter type step down or also known as

Gambar 4.11 Hasil Perhitungan Fk Pada Lokasi Pengamatan Dengan Perencanaan Dinding Penahan Dengan Menggunakan Software Slide 6.0

Untuk memberikan kejelasan mengenai objek yang menjadi fokus penelitian dalam penulisan hukum ini, menghindari masuknya hukum yang tidak berkaitan dengan penelitian

Front Office night report : Laporan rangkuman seluruh transaksi kamar, total tamu yang menginap, total kamar terjual, total tamu checkin, total tamu checkout dan informasi