BAB 3
ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS
INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA
3.1. Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya dan Arahan Penataan Ruang
3.1.1. Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025
A.
Sesuai Undang-Undang No 17 Tahun 2007, visi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2000-2025 adalah untuk mewujudkan INDONESIAYANGMANDIRI, MAJU, ADILDAN MAKMUR. RPJPN 2005-2025 dilaksanakan dalam empat tahapan rencana pembangunan jangka menengah (RPJM), yang masing-masing tahapan telah pula memuat rumusan indikatif arahan prioritas kebijakan. Sesuai arahan RPJPN, pembangunan dalam RPJMN ke-3 (2015-2019) ditujukan untuk lebih memantapkan pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan pencapaian daya saing kompetitif perekonomian berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan IPTEK yang terus meningkat. Hal ini untuk memastikan bahwa Indonesia memiliki landasan pembangunan yang mantap sehingga b isa terlepas dari perangkap negara menengah, sehingga mulai tahun 2025 dapat memasuki gerbang untuk menjadi negara maju pada 2030.
Sumber: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019 B.
RPJMN 2015-2019 merupakan dokumen perencanaan nasional jangka menengah hasil penjabaran tahapan ketiga dari RPJPN 2005-2025 yang kemudian di sandingkan dengan Visi, Misi, dan Agenda Presiden/Wakil Presiden (Nawa Cita).
Dalam rangka mewujudkan cita-cita dan visi pembangunan jangka panjang, periode 2015- 2019 menjadi sangat penting karena merupakan titik kritis untuk meletakkan landasan yang kok oh untuk mendorong ekonomi Indonesia agar dapat maju lebih cepat dan bertransformasi dari kondisi saat ini sebagai negara berpenghasilan menengah menjadi negara maju dengan penghasilan per kapita yang cukup tinggi. Meskipun demikian, upaya peningkatan kinerja perekonomian Indonesia perlu memperhatikan kondisi peningkatan kesejahteraan yang berkelanjutan, warga yang berkepribadian dan berjiwa gotong royong, dan masyarakat memiliki keharmonisan antar kelompok sosial, serta postur perekonomian yang semakin men cerminkan pertumbuhan yang berkualitas, yakni bersifat inklusif, berbasis luas,
berlandaskan keunggulan sumber daya manusia serta kemampuan IPTEK
R RPPJJMM 44 2 2002200--22002255
Mendorong pertumbuhan
•
ekonomi melalui penciptaan iklim yang lebih kondusif termasuk memperbaiki infrastruktur
Percepatan pembangunan
•
infrastruktur didorong melalui peningkatan peran swasta dengan meletakkan dasar- dasar kebijakan dan regulasi serta reformasi dan restrukturisasi kelembagaan
Percepatan pembangunan
•
infrastruktur dengan lebih meningkatkan kerjasama antara pemerintah dan dunia usaha
Pengembangan jaringan
•
infrastruktur transportasi serta pos dan telematika Peningkatan pemanfaatan
•
energi terbarukan khususnya bio energi, panas bumi, tenaga air, angin, dan tenaga surya untuk kelistrikan Pengembangan sumber daya
•
air dan pengembangan perumahan dan permukiman
Ketersediaan infrastruktur
•
sesuai dengan tata ruang Berkembangnya
•
jaringan transportasi Terpenuhinya pasokan
•
tenaga listrik yang handal dan efisien
Mulai
•
dimanfaatkannya tenaga nuklir untuk pembangkit listrik Terwujudnya konservasi
•
sumber daya air dan terpenuhinya penyediaan air minum untuk kebutuhan dasar pengembangan infrastruktur perdesaan mendukung pertanian
Pemenuhan kebutuhan
•
hunian didukung sistem pembiayaan jangka panjang Terwujudnya kota tanpa
•
permukiman kumuh
Kondisi maju dan sejahtera
•
makin terwujud dengan terselenggaranya jaringan transportasi pos dan telematika yang andal bagi seluruh masyarajat yang menjangkau seluruh wilayah NKRI
Tercapainya elektrifikasi
•
perdesaan dan elektrifikasi rumah tangga
Terpenuhinya kebutuhan
•
dan bergerak menuju kepada keseimbangan antar sektor ekonomi dan antar wilayah, serta makin mencerminkan kehar monisan antara manusia dan lingkungan. Maka dari itu, ditetapkan visi pembangunan nasional untuk tahun 2015-2019 adalah:
“Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan
Berkepribadian Berlandaskan Gotong-Royong”.
Pembangunan infrastruktur diarahkan u ntuk memperkuat konektivitas nasional untuk mencapai keseimbangan pembangunan, mempercepat
penyediaan infrastruktur dasar (perumahan, air bersih, sanitasi, dan listrik), menjamin ketahanan air, pangan dan energi untuk mendukung ketahanan nasional, dan meng embangkan sistem transportasi massal perkotaan, yang seluruhnya dilaksanakan secara terintegrasi dan dengan meningkatkan peran kerjasama Pemerintah-Swasta. Adapun sasaran pokok yang ingin dicapai pada tahun 2019 terkait pembangunan perumahan dan kawasan permukiman adalah terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat untuk bertempat tinggal pada hunian yang layak yang didukung oleh prasarana, sarana dan utilitas yang memadai, meliputi akses terhadap air minum dan sanitasi yang layak dan terjangkau dan dipr ioritaskan dalam rangka meningkatkan standar hidup penduduk 40 persen terbawah.
Sasaran pembangunan kawasan permukiman yang tercantum dalam RPJMN 2015-2019 adalah sebagai berikut:
Tercapainya pengentasan permukiman kumuh perkotaan menjadi 0 persen; 1)
Tercapainya 100 persen pelayanan air minum bagi seluruh penduduk 2)
Indonesia;
Optimalisasi penyediaan layanan air minum; 3)
Peningkatan efisiensi layanan air minum dilakukan melalui penerapan 4)
prinsip jaga air, hemat air dan simpan air secara nasional;
Penciptaan dokumen perencanaan infrastruktur permukiman yang 5)
mendukung;
Meningkatnya akses penduduk terhadap sanitasi layak (air limbah 6)
tingkat kebutuhan dasar;
Meningkatnya keamanan dan keselamatan bangunan gedung termasuk 7)
keserasiannya terhadap lingkungan.
Arah Kebijakan Dan Strategi Ditjen Cipta Karya C.
Kebijakandanstrategi penyelenggaraankegiatan Direktorat Jenderal Cipta Karya diarahkan dengan memperhatikan tugas, fungsi dan tanggung jawab Direktorat Jenderal Cipta Karya yang meliputi kegiatan utama berupa Pengaturan, Pembinaan, dan Pengawasan (Turbinwas), dan kegiatan pembangunan (Bang).
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2015 tentang Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, tugas Ditjen Cipta Karya adalah menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbahdan drainase lingkungan serta persampahan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam
menyelenggarakan tugas tersebut, Ditjen Cipta Karya melaksanakan fungsi: perumusan kebijakan di bidang pengembangan kawasan permukiman, 1)
pembinaan penataan bangunan, pengembang an sistem penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan;
pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan kawasan permukiman, 2)
pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum, pe ngembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang 3)
kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan;
pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang pengembangan kawasan 5)
permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan ai r minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan;
pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Cipta Karya; dan 6)
pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri. 7)
Adapun dalam pelaksanaan pembangunan infrast ruktur keciptakaryaan, Ditjen Cipta Karya menggunakan tiga strategi pendekatan yaitu membangun sistem, memfasilitasi Pemerintah Daerah Provinsi, Kota dan Kabupaten, serta memberdayakan masyarakat melalui program-program pemberdayaan masyarakat. Dalam membangun sistem, Ditjen Cipta Karya memberikan dukungan pembangunan infrastruktur dengan memprioritaskan sistem infastruktur Provinsi/Kabupaten/Kota. Dalam hal fasilitasi Pemerintah Daerah, bentuk dukungan yang diberikan adalah fasilitasi kepada
Pemerintah Dae rah dalam penguatan kelembagaan, keuangan, termasuk pembinaan teknis terhadap tugas dekonsentrasi dan pembantuan. Untuk pemberdayaan masyarakat, bentuk dukungan yang diberikan adalah
pembangunan infrastruktur keciptakaryaan melalui program- program pemberdayaan masyarakat.
perencanaan, pemberian bantuan administrasi dan teknis, supervisi serta konsultasi. Untuk tugas pengawasan, peran pemerintah pusat dilakukan dalam bentuk monitoring dan evaluasi kinerja. Keseluruhan tugas
pengaturan, pembinaan dan pengawasan ini didanai oleh Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN), disertai dukungan dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD).
Meskipun fokus melakukan tugas Turbinwas, Ditjen Cipta Karya juga melakukan kegiatan pembangunan infrastruktur Cipta Karya. Berdasarkan Undang-Undang Pemerintah Daerah, Ditjen Cipta Karya diamanatkan
melakukan pembangunan infrastruktur skala nasional (lintas provinsi), serta infrastruktur untuk kepentingan nasional. Di samping itu, Ditjen Cipta Karya juga melakukan kegiatan pembangunan dalam rangka pemenuhan SPM sebagai stimulan bagi Pemerintah Daerah untuk meningkatkan komitmennya dalam melakukan pembangunan infrastruktur Cipta Karya. Pemda juga bertanggung jawab atas operasional dan pemeliharaan infrastruktur yang terbangun.
Ditjen Cipta Karya juga menyelenggarakan pembangunan dengan pendekatan pola pemberdayaan khususnya kegiatan yang mendorong peran serta masyarakat dalam pembangunan lingkungannya. Untuk tugas pembangunan juga ada melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk
memenuhi target pencapaian SPM berupa bantuan khusus yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah sesuai dengan
kewenangannya dengan kriteria-kriteria teknis tertentu. Selain itu terdapat pola hibah, yaitu bantuan yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk melaksanakan kegiatan strategis nasional yang mendesak.
Tabel 3.1 Pendekatan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Pendekatan Strategi
Pelaksanaan
Membangun Sistem 1. Pembangunan Infrastruktur Permukiman Skala Regional (TPA Regional atau SPAM Regional)
Pembangunan Infrastruktur Permukiman pada kawasan
2.
strategis (kawasan perbatasan, KSN, PKN, WPS) atau kawasan khusus (kawasan kumuh perkotaan, kawasan nelayan, kawasan rawan air/perbatasan/pulau terluar) Mendorong penyusunan Rencana Tata Bangunan dan
3.
Lingkungan sebagai alat sinergisasi seluruh sektor dalam
3.
Fasilitasi Pemda 1. Pendampingan penyusunan NSPK daerah antara lain Perda Bangunan Gedung, SK Kumuh, dsb.
Penyusunan Rencana Penanganan Kawasan/Induk Sektoral
2.
seperti Strategi Sanitasi Kota (SSK), Rencana Induk Sistem Pengembangan Air Minum (RISPAM), dan Rencana Penataan Bangunan dan Lingkungan (RTBL).
Pembangunan Indrastruktur Permukiman Skala kawsan seperti
3.
fasilitasi PDAM, fasilitasi kota hijau dan kota pusaka,
penanganan kumuh perkotaan, serta penataan bangunan dan
3.
Pemberdayaan Masyarakat
Pembangunan Infrastruktur Permukiman Berbasis
1.
Masyarakt melalui kegiatan Pamsimas, Sanimas, dan P2KP.
Bantuan Penyusunan Rencana Kerja Masyarakat
2.
2.
Keterpaduan pembangunan bidang Cipta Karya diarahkan untuk mendukung pengembangan wilayah pada Wilayah P engembangan Strategis (WPS). WPS merupakan wilayah-wilayah yang dipandang memerlukan prioritas pembangunan yang didukung keterpaduan penyelenggaraan infrastruktur dan meningkatkan peran serta seluruh stakeholder. Dalam Renstra Kementerian PU-PR 2015-2019 t elah ditetapkan 35 WPS yang merepresentasikan keseimbangan pembangunan antar wilayah dan
Gambar 3.2 Peta Wilayah Pengembangan Strategis Kementerian PUPR 2015-2019 Sumber: Rencana Strategis Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Tahun 2015-2019
Isu urbanisasi merupakan salah satu isu strategis dalam pembangunan infrastruktur permukiman. Hal ini dikarenakan de ngan semakin besarnya jumlah penduduk yang tinggal di perkotaan, maka dibutuhkan infrastruktur perkotaan yang handal untuk menunjang kegiatan sosial ekonomi penduduk perkotaan. Oleh karena itu, Ditjen Cipta Karya diberi mandat untuk turut berkontribusi dal am pencapaian sasaran pembangunan perkotaan nasional sesuai RPJMN 2015-2019 (tabel 3.3). Untuk itu, Ditjen Cipta Karya perlu melakukan pengembangan wilayah pada skala perkotaan (city-wide) maupun penataan kawasan di beberapa kota yang menjadi fokus perhati an pembangunan perkotaan nasional yaitu 7 kawasan metroplitan eksisting, 5 kawasan metropolitan baru, 20 kota sedang, 10 kota baru, dan 39 kawasan pusat pertumbuhan baru. Diharapkan melalui pembangunan perkotaan yang dilakukan Ditjen Cipta Karya dapat terc ipta kota yang aman, nyaman, dan layak huni dan terpenuhinya standar pelayanan perkotaan (SPP); kota hijau yang berketahanan iklim dan bencana; dan kota cerdas yang berdaya saing dan berbasis teknologi informasi dan komunikasi.
Tabel 3.2. Sasaran Pembangunan Perkotaan Nasional RPJMN 2015-2019 N
1 Pembangunan Kawasan Metropolitan baru di
luar Pulau Jawa – Bali
5 Kawasan Perkotaan
Metropolitan
Pusat investasi dan penggerak pertumbuhan ekonomi bagi wilayah sekitarnya guna
mempercepat pemerataan pembangunan di luar Jawa
2 Peningkatan peran dan fungsi sekaligus perbaikan
manajemen
pembangunan di Kawasan Perkotaan Metropolitan
yang sudah ada
7 Kawasan Perkotaan Metropolitan yang
sudah ada
Pusat kegiatan berskala global guna meningkatkan daya saing dan kontribusi ekonomi
3 Optimalisasi kota otonom berukuran sedang di Luar Jawa sebagai PKN/PKW dan penyangga urbanisasi
di Luar Jawa
20 Kota Otonom
Sedang
Pengendali (buffer) arus urbanisasi ke Pulau Jawa yang diarahkan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi bagi wilayah sekitarnya serta menjadi percontohan (best practices) perwujudan kota berkelanjutan
4 Pembangunan 10 Kota
Baru Publik
10 Kota Baru Publik Kota mandiri dan terpadu di sekitar kota atau kawasan perkotaan metropolitan di luar Pulau Jawa – Bali yang diperuntukkan bagi masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah serta diarahkan sebagai pengendali (buffer) urbanisasi di kota atau kawasan perkotaan metropolitan di luar Pulau Jawa-Bali
5 Memperkuat pusat-pusat pertumbuhan sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) atau Pusat
Kegiatan Lokal (PKL)
39 pusat pertumbuhan diperkuat perannya
peningkatan keterkaitan perkotaan dan perdesaan bertujuan menghubungkan keterkaitan fungsional antara pasar dan kawasan produksi.
Sumber: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019
Dalam rangka pengembangan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan, Direktorat Jenderal Cipta Karya mengembangkan konsep perencanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya yang terintegrasi dalam Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya, sebagai upaya mewujudkan keterpaduan pembangunan di kabupaten/kota. RPIJM Bidang Cipta Karya disusun oleh Pemerintah Kabupaten/Kota melalui fasilitasi Pemerintah Provinsi yang
pembangunan Bidang Cipta Karya dapat terwujud, dengan
mempertimbangkan aspek lingkungan, kelembagaan, dan kemampuan keuangan daerah.
Dalam mewujudkan sasaran 100-0-100 diperlukan peningkatan pendanaan yang signifikan dalam bidang Cipta Karya. Diperkirakan kebutuhan dana mencapai mencapai Rp. 830 Triliun untuk mencapai sasaran tersebut dalam jangka waktu 5 tahun. Pemerintah Pusat yang selama ini mendominasi pendanaan pembangunan bidang Cipta Karya pada periode 2010-2014 (66, 96% dari total seluruh pendanaan pembangunan),
mempunyai keterbatasan dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Berdasarkan prakiraan maju, baseline pendanaan pemerintah hanya cukup memenuhi 15% kebutuhan pendanaan tersebut. Berdasarkan skenario optimis maka pemerintah pusat dapat berkontribusi terhadap 30- 35% dari porsi pendanaan tersebut.
Untuk mengatasi gap pendanaan, maka sumber-sumber pendanaan alternatif dari para pemangku kepentingan lainnya perlu ditingkatkan.
Pemerintah Daerah sebagai ujung tombak penyel enggaraan pembangunan bidang Cipta Karya perlu meningkatkan komitmen sehingga kontribusi
pendanaannya meningkat dari 14,7% menjadi 25% pada periode 2015-2019. Sektor swasta dan perbankan yang selama ini hanya berperan dalam 2,25% dari total pembangunan bidang Cipta Karya, perlu didorong melalui skema KPS maupun CSR sehingga peranannya meningkat signifikan
menjadi 15%. Masyarakat juga dapat berkontribusi melalui kegiatan
Untuk meningkatkan efektifitas pencapaian sasaran Gerakan Nasional 100-0-100 perlu juga sinergi kemitraan dengan Kementerian/Lembaga lainnya, antara lain:
Ditjen Penyediaan Perumahan Kementerian PUPR, terkait perbaikan
rumah tidak layak
huni dan pembangunan Rusunawa di kawasan permukiman kumuh;
Ditjen Sumber Daya Air Kementerian PUPR, terkait penyediaan
air baku dan penanganan kawasan rawan genangan;
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, terkait keterpaduan
perencanaan dalam upaya
pencapaiansasaranpembangunannasionalbidangperumahandanpe rmukiman serta bidang perkotaan dan perdesaan;
Kementerian Kesehatan, terkait perubahan perilaku hidup bersih dan
sehat (PHBS);
Kementerian Dalam Negeri, terkait pengembangan kapasitas Pemerintah
Daerah;
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, terkait pengelolaan
persampahan;
Kementerian Kelautan dan Perikanan, terkait pengembangan
kawasan permukiman nelayan/pesisir dan pulau terluar;
Kementeran Agraria dan Tata Ruang, terkait keterpaduan
pembangunan berdasarkan RTRW dan RDTR;
Badan Nasional Pengembangan Kawasan Perbatasan, terkait
pengembangan kawasan perbatasan
Arahan Penataan Ruang Nasional (RTRW) A.
Sesuai dengan arahan pada PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Nasional, Pusat Kegiatan Strategis Nasional atau
PKSN adalah kawasan perkotaan yang ditetapkan untuk mendorong
pengembangan kawasan perbatasan neg ara. Penetapan PKSN dilakukan
berdasarkan beberapa kriteria yang terdapat pada pasal 15, yaitu sebagai
berikut:
pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas a.
batas dengan negara tetangga
pusat perkotaan yang berfungsi sebagai pintu gerbang internasional
b.
yang menghubungkan dengan negara tetangga
pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang c.
menghubungkan wilayah sekitarnya
pusat perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi yang d.
dapat mendorong perkembangan kawasan di sekitarnya.
Tabel 3. 3. Penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN) Berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRWN
No Pusat Kegiatan
Strategis Nasional
Status Provinsi
1 Kota Sabang I/A/2 Pengembangan Baru
Tahap I
Nangroe Aceh Darusalam
2 Kota Dumai I/A/1 Pengembangan/
Peningkatan Fungsi/Tahap I
Riau
3 Kota Batam I/A/1 Pengembangan/
Peningkatan Fungsi/Tahap I
Kepulauan Riau
4 Ranai (Ibukota Kab. Natuna)
I/A/2 Pengembangan Baru Tahap I
Kepulauan Riau
5 Atambua (Ibukota
Kab. Belu)
I/A/1 Pengembangan/ Peningkatan Fungsi/Tahap I
Nusa Tenggara Timur
6 Kalabahi (Ibukota Kab.Alor)
II/A/2 Pengembangan Baru Tahap II
Nusa Tenggara Timur
7 Kefemananu (Ibukota
Kab.Timor Tengah Utara)
I/A/2 Pengembangan Baru Tahap I
Nusa Tenggara Timur
8 Paloh – Aruk (Kab. Sambas)
I/A/2 Pengembangan Baru Tahap I
Kalimantan Barat
9 Jagoybabang (Kab.
Bengkayang)
I/A/2 Pengembangan Baru Tahap I
Kalimantan Barat
11 Entikong (Kab. Sanggau)
I/A/1 Pengembangan/ Peningkatan Fungsi/Tahap I
Kalimantan Barat
12 Jasa (Kab.Sintang) I/A/2 Pengembangan Baru
Tahap I
Kalimantan Barat
13 Nunukan (Kab.
Nunukan)
I/A/1 Pengembangan/ Peningkatan Fungsi/Tahap I
Kalimantan Timur 14 Simanggaris (Kab.
Nunukan)
I/A/2 Pengembangan Baru Tahap I
Kalimantan Timur
15 Long Bidang (Kab. Nunukan)
I/A/2 Pengembangan Baru Tahap I
Kalimantan Timur 16 Long Pahangai (Kab.
Kutai barat)
II/A/2 Pengembangan Baru Tahap II
Kalimantan Timur
17 Long Nawan (Kab.
Malinau)
II/A/2 Pengembangan Baru Tahap II
Kalimantan Timur
18 Melanguane (Kab.
Talaud
I/A/2 Pengembangan Baru Tahap I
Sulawesi Utara
19 Tahuna (Ibukota Kep. Sangihe
I/A/2 Pengembangan Baru Tahap I
Sulawesi Utara
20 Saumlaki (Kab. Maluku Tenggara Barat)
I/A/2 Pengembangan Baru Tahap I
Maluku
21 Ilwaki (Kab. Maluku Barat Daya)
II/A/2 Pengembangan Baru Tahap II
Maluku
22 Dobo (Kab.
Kepulauan Aru)
II/A/2 Pengembangan Baru Tahap II
Maluku
23 Daruba (Kab. Morotai) I/A/2 Pengembangan Baru Tahap I
Maluku Utara
24 Kota Jayapura I/A/1 Pengembangan/
Peningkatan Fungsi/Tahap I
Papua 25 Tanah Merah (Ibukota
Tanah Merah
I/A/1 Pengembangan/ Peningkatan Fungsi/Tahap I
Papua
26 Marauke (Ibukota Marauke)
I/A/1 Pengembangan/ Peningkatan Fungsi/Tahap I
Papua
Sistem Perkotaan a.
Sistem pusat kegiatan di Kabupaten Ogan Ilir dapat dirumuskan sebagai
berikut:
Pengembangan satu pusat kegiatan utama wilayah kabupaten sesuai 1)
arahan RTRW Provinsi Sumatera Selatan yaitu Indralaya sebagai Pusat
Kegiatan Wilayah Promosi
Pengembangan Kota Tanjung Raja sebagai Pusat Kegiatan Lokal 2)
(PKL) dan mempromosikan pusat utama lainnya sesuai dengan
potensinya.
Mempromosikan beberapa pusat kegiatan lainnya di wilayah Kabupaten 3)
Ogan Ilir yang berpotensi untuk dikembangkan Pusa t Kegiatan Lokal
promosi (PKLp), diantaranya:
Tanjung Batu a)
Indralaya Utara b)
Penetapan 3 (tiga) ibukota kecamatan lainnya di wilayah Kabupaten 4)
Ogan Ilir sebagai Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) yaitu :
Pemulutan a)
Muara Kuang b)
Payaraman c)
Penetapan 9 (sembilan) ib ukota kecamatan yang berpotensi sebagai 5)
pusat pertumbuhan pada masing-masing wilayah kecamatan di
Kabupaten Ogan Ilir sebagai Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL)
Tabel 3.4. Rencana Sistem Perkotaan di Kabupataen Ogan Ilir
NO IBUKOTA
KECAMATAN
HIRARKHI FUNGSI
FUNGSI UTAMA
1 Inderalaya PKWp Pusat pengembangan kabupaten
Pusat pemerintahan kabupaten
Pusat Pendidikan Tinggi
Pusat perdagangan jasa dan
pemasaran
Pusat perhubungan dan
komunikasi
Pusat produksi pengolahan
baru
2 Tanjung Raja PKL Pusat perdagangan jasa dan
pemasaran
3 Indralaya Utara PKLp Pusat pengembangan kabupaten
Pusat Pendidikan Tinggi
Pusat perdagangan jasa dan
pemasaran
Pusat perhubungan dan
komunikasi
Pusat industri pengolahan
Pusat pelayanan sosial
Pusat pengembangan permukiman
4 Tanjung Batu PKLp Pusat perdagangan jasa dan
pemasaran
Pusat Industri kerajinan rakyat
5 Pemulutan PPK Pusat perdagangan jasa dan
pemasaran
Pusat Industri pergudangan
6 Muara Kuang PPK Pertanian
Perkebunan
Perikanan
7 Payaraman PPK Pertanian
Perkebunan
8 Pemulutan Barat PPL Pertanian
Peternakan
Perikanan
9 Rambang Kuang PPL Pertanian
Perkebunan
Perikanan
10 Inderalaya Selatan PPL Pusat pengembangan kabupaten
Pusat pengembangan permukiman
11 Rantau Alai PPL Pertanian
Perkebunan
Perikanan
12 Lubuk Keliat PPL Pertanian
Perkebunan
Perikanan
13 Sungai Pinang PPL Pertanian
Perkebunan
Perikanan
14 Pemulutan Selatan PPL Pertanian
Perkebunan
Perikanan
15 Rantau Panjang PPL Pertanian
Peternakan
Perikanan
16 Kandis PPL Pertanian
Perkebunan
Perikanan
Penyediaan Air Bersih b.
Rencana Pengembangan Pelayanan Air Bersih di Kabupaten Ogan Ilir :
Memperluas pengembangan jaringan air minum perpipaan di kawasan 1)
perkotaan, terutama PKW dan PPK.
Sistem IPA Indralaya Kota dengan sumber air IPAS sungai Ogan
Sistem IPA Tanjung Raya dengan sumber air baku sungai kelekar
Sistem IPA Serai dengan sumber air baku sungai kelekar
Sistem IPA Tanjung Sejaro dengan sumber air baku sungai Ogan
Sistem IPA Tanjung Batu dengan sumber air baku Sumur Bor
Deep well Seri Tanjung dengan sumber air baku Sumur Bor
IPA Sungai Pinang sumber Air Baku Sungai Ogan
Deep well Meranjat
IPA Sungai Tanjung Raja sumber Air Baku Sungai Ogan
Deep well Payaraman sumber air baku Sumur Bor
Deep well Muara Kuang sumber air baku Sungai Ogan
Deep well Betung sumber air baku Sumur Bor
Sistem penyediaan air minum (SPAM) ditetapkan dalam rangka 2)
menjamin kuantitas, kualitas dan kontinuitas penyediaan air minum
bagi penduduk dan kegiatan ekonomi serta meningkatkan efisiensi
dan cakupan pelayanan.
Mengembangkan pelayanan air minum non perpipaan di kawasan 3)
perdesaan yang memenuhi syarat-syarat kesehatan
SPAM bukan jaringan perpipaan meliputi sumur dangkal, sumur 4)
pompa tangan, bak penampungan air hujan, terminal air, mobil tangki
air, instalasi air kemasan, atau b angunan perlindungan mata air diatur
lebih lanjut oleh Badan Pengusahaan.
Meningkatnya sarana pengolah air bersih pada daerah perairan. 5)
Sistem penyediaan air minum dipadukan dengan sistem jaringan
6)
sumber daya air, untuk menjamin ketersediaan air baku
Rencana Sistem Pengelolaan Sampah c.
Arahan rencana pengembangan sistem pengelolaan persampahan
dilakukan dengan melalui proses berikut :
Sistem Pewadahan , yaitu melalui penyediaan tong-tong sampah di 1)
setiap rumah maupun bangunan sarana kota, dengan ukuran 40 - 1 00
liter. Tong sampah di setiap rumah disediakan sendiri oleh
masing-masing keluarga, sedangkan tong-tong sampah pada sarana kota di
sediakan oleh pemerintah.
Sistem Pengumpulan, yang proses pengumpulan sampahnya dapat 2)
dilakukan baik secara individual maup un secara komunal melalui
bak-bak penampungan yang disediakan di setiap unit lingkungan perumahan
maupun pada unit kegiatan komersial dan pemerintahan/perkantoran.
Sampah domestik tersebut kemudian diangkut memakai gerobak
sampah ukuran 1 m 3 ke lokasi Tran sfer Depo atau Tempat
Penampungan Sementara (TPS) oleh pengelola swadaya masyarakat di
masing-masing unit lingkungan. Sedangkan sampah dari kegiatan
sepanjang jalan utama dikelola oleh instansi te rkait (Dinas Kebersihan
dan Pertamanan).
Sistem Pemindahan dan Pengangkutan , yaitu kontainer sampah 3)
maupun sampah dari tiap lokasi TPS atau Transfer Depo diangkut oleh
kendaraan truk sampah maupun armroll truck /dump truck ke lokasi
tempat pembuangan akhir (TPA) yang dikelola oleh Pemerintah Daerah.
Sistem Pembuangan/Pengolahan , yaitu mengembangkan sistem 4)
pengolahan sampah yang dilakukan di TPA saat ini (sistem open
dumping), yang selanjutnya ditingkatkan menjadi sistem lahan urug
(sanitary land fill ) yang dilengkapi sarana sistem drainase permukaan
maupun bawah permukaan, sistem pembuangan gas yang dihasilkan
oleh proses dekomposisi sampah dan sumur (pipa) pemantau leachate
(cairan yang ditimbulkan oleh sampah), serta daur ulang. Selain itu
sampah-sampah ya ng mempunyai potensi untuk dapat dimanfaatkan
kembali, seperti plastik, kertas dan kaleng dapat dijadikan sebagai
bahan baku industri pengolahan sampah, yang selanjutnya dilakukan
proses pengolahan dari sampah yang telah dipisahkan menjadi bahan
baku atau barang jadi.
Berdasarkan standar perencanaan diketahui bahwa setiap orang
menghasilkan sampah per hari mencapai 0,0025 m 3, maka dari besaran
standar tersebut dapat dihitung produksi sampah yang dihasilkan oleh
penduduk Kabupaten Ogan Ilir hingga akhir tah un perencanaan.
Berdasarkan standar tersebut di atas maka dapat diperkirakan timbunan
sampah di kabupaten Ogan Ilir yang mempunyai penduduk pada tahun 2029
mencapai 616,571 jiwa untuk timbunan sampah perhari sebanyak 694 m3.
Rencana pengembangan sistem persampahan di Kabupaten Ogan Ilir
diarahkan dikelola secara terpadu antara pemerintah dan masyarakat.
Partisipasi masyarakat terutama diarahkan untuk membuat bak-bak sampah
baik yang dilakukan secara individual maupun secara kelompok, dan
pengangkutan sampah dari bak-bak sampah melalui gerobak sampah yang
pelayanan pengelolaan sampah tersebut untuk melayani sampah-sampah
dari rumah tangga, kawasan komersil seperti pasar dan pertokoan,
perkantoran, serta pusat pemerintahan, terutama di kawasan perkotaan
(PKWp, PPK maupun PPL).
Sedangkan sistem pengolahan persampahan untuk daerah-daerah
yang belum terjangkau oleh sistem pelayanan ini, diarahkan penanganannya
dilakukan melalui pengelolaan secara ind ividu atau secara komunal
setempat, melalui cara penimbunan atau pembakaran. Dengan sistem
pengelolaan persam pahan seperti ini diharapkan dapat dihindari terjadinya
masalah-masalah lingkungan, seperti pencemaran lingkungan, timbulnya
genangan, gangguan est etika dan penyebaran penyakit. Tempat
pemrosesan akhir (TPA) yang ada saat ini di Kabuapten Ogan Ilir, meliputi:
TPA Pulau Negara di Kecamatan Pemulutan Barat; dan 1)
TPA Tanjung Raja di Kecamatan Tanjung Raja. 2)
Rencana Sistem Jaringan Limbah domestik dan limbah industri d.
Arah pengembangan jaringan limbah di wilayah perencanaan antara
lain adalah :
Sistem jaringan air limbah domestik dan limbah industri ditetapkan dalam (1)
rangka pengurangan, pemanfaatan kembali, dan pengolahan bagi limbah
dari kegiatan permukim an dan kegiatan ekonomi dengan memperhatikan
baku mutu limbah yang berlaku.
Sistem jaringan air limbah domestik meliputi sistem pembuangan air
(2)
limbah setempat dan/atau terpusat.
Sistem pembuangan air limbah setempat melalui pembuatan Tangki
(3)
Septik yang dil engkapi dengan bidang resapan, baik secara individual
maupun komunal diperuntukkan bagi kawasan perkotaan dengan
kepadatan penduduk dibawah 150 (seratus limapuluh) jiwa/hektar.
Untuk mengolah lumpur hasil pengurasan dari Tangki Septik pemerintah (4)
harus menyediakan instalasi pengolahan (IPLT).
Pada kawasan industri, perdagangan dan jasa, serta kawasan
(5)
air limbah dilakukan dengan sistem terpusat, pengumpulannya dilakukan
secara kolektif melalui jaringan pengumpul dan diolah secara terpusat.
Sistem pembuangan air limbah terpusat diperuntukkan bagi kawasan (6)
perkotaan pelayanan di kawasan perkotaan dengan kepadatan penduduk
diatas 150 (seratus limapuluh) jiwa/hektar.
Sistem pengelolaan air limbah bagi kegiatan domestik/rumah tangga
(7)
merupakan sistem yang terpisah dari pengelolaan air limbah industri.
Rencana Sistem Jaringan Drainase e.
Saluran drainase pada dasarnya berfungsi sebagai saluran
pembuangan air hujan. Saluran ini umumnya terdapat di sepanj ang jaringan
jalan yang terdapat di sekitar kawasan pusat kota dan pada lingkungan
pemukiman penduduk yang sudah teratur. Kondisi saluran drainase ini
sebagian besar relatif belum memadai, baik dari lebar serta kedalamannya.
Limpasan air hujan yang tidak t erkendali dapat mengakibatkan
kerugian besar. Untuk itu diperlukan sarana dan sistem yang baik dan
berguna antara lain untuk :
Mengeringkan daerah yang tergenang.
-Mengendalikan erosi tanah, kerusakan jalan dan sarana lainnya.
-Mengendalikan limbah air hujan yang berlebihan/banjir.
-Kegunaan tanah yang lebih baik, dan jika untuk daerah permukiman/
-perumahan, terhindar dari kelembaban yang serius.
Mencegah timbulnya penyakit.
-Dalam pembahasan utilitas drainase dibedakan antara drainase alam dan
drainase buatan :
Drainase Alam 1)
Kabupaten Ogan Ilir dilewati oleh sungai Ogan, Komering, Kelekar, sungai
Rambang dan beberapa sungai kecil lainnya. Sungai-sungai tersebut
diharapkan mampu berperan untuk mendukung wilayah Kabupaten Ogan
Ilir dari genangan air dan banjir.
Saluran drainase buatan di Kabupaten Ogan Ilir, umumnya terdapat di
sepanjang jaringan jalan dan pada lingkungan perumahan. Kondisi yang
ada diharapkan dapat ditingkatkan dan mendapat perhatian khusus,
sehingga tidak terjadi pendangkalan ak ibat endapan atau timbunan
sampah, hal ini dapat mengakibatkan banjir atau genangan air akibat dari
tersumbatnya saluran drainase tersebut. Oleh karena itu keberadaan
saluran drainase perlu diperhatikan. Keberadaan saluran drainase
semakin penting, tidak s aja untuk saluran air hujan tetapi juga untuk
saluran-saluran buangan tiap bangunan terutama di kawasan perumahan.
Alternatif penerapan saluran drainase yang dapat digunakan antara lain
berbentuk segi empat, trapesium, setengah lingkaran atau kombinasi dar i
bentuk-bentuk di atas. Saluran yang digunakan dapat terbuka dan
tertutup, jenis tertutup diperuntukan bagi kawasan permukiman yang
relatif padat dan pertokoan, sedangkan sistem terbuka untuk kawasan
permukiman yang relatif rendah dan daerah pertanian. Si stem pengaliran
air drainase menggunakan sistem aliran atau gravitasi menuju
sungai-sungai terdekat. Jenis saluran drainase tertutup dapat difungsikan
sebagai jalur pedestrian (trotoar).
Adapun untuk pengembangan jaringan drainase di wilayah perencanaan
adalah sebagai berikut:
Saluran induk ditempatkan di sepanjang jalan kolektor a.
Saluran sekunder ditempatkan di sepanjang jalan lokal. b.
Sistem pembuangan air hujan harus dihubungkan dengan Badan c.
Penerima yang dapat menyalurkan atau menampung air buangan
sedemikian rupa sehingga maksud pengeringan dapat terpenuhi.
Badan penerima dapat merupakan sungai, danau, kolam retensi atau d.
sumur resapan yang mempunyai daya tampung cukup.
Pembangunan infrastruktur Pekerjaan Um um dan Perumahan Rakyat akan diterpadukan pertama, dengan pengembangan 16 Kawasan Srategis Pariwisata Nasional Prioritas (KSPNP) yang terdiri dari Pulau Sumatera (KSPNP Danau Toba dsk); Pulau Jawa (KSPNP: Kep Seribu dsk, Kota Tua-Sunda Kelapa dsk, Borobudur dsk, dan BromoTengger- Semeru dsk); Pulau Bali- Nusa Tenggara (KSPNP: Kintamani-Danau Batur dsk, Menjangan- Pemuteran dsk, Kuta-Sanur-Nusa Dua dsk, Rinjani dsk, Pulau Komodo dsk, dan Ende- Kelimutu dsk); Pulau Kalimantan (KSPNPTanjung Puting dsk); Pulau Sulawesi (KSPNP: Toraja dsk, Bunaken dsk, dan Wakatobi dsk); dan Kepulauan Maluku (KSPNP Raja Ampat dsk).
Kedua, diterpadukan dengan program pengembangan 22 Kawasan Industri Prioritas (KIP), yaitu Pulau Sumatera (KIP: Kuala Tanjung, Sei Mangkei, dan Tanggamus); Pulau Jawa (KIP: Tangerang, Cikarang, Cibinong, Karawang, Bandung, Cirebon, Tuban, Surabaya, dan Pasuruan); Kalimantan (KIP: Batulicin, Ketapang, dan Landak); Pulau Sulawesi (KIP: Palu, Morowali, Bantaeng, Bitung, dan Konawe); Kepulauan Maluku (KIP Buli /Halmahera Timur); dan Pulau Papua (KIP Teluk Bintuni).
Ketiga, diterpadukan dengan program Pengembangan Perkotaan KSN, PKW dan PKSN . Kota Perbatasan yang terdiri dari Pulau Sumatera (9 PKN, 58 PKW, 4 PKSN); Pulau Jawa-Bali (12 PKN, 35 PKW); K epulauan Nusa Tenggara (2 PKN, 10 PKW, 3 PKSN); Pulau Kalimantan (5 PKN, 25 PKW, 10 PKSN); Pulau Sulawesi (5 PKN, 27 PKW, 2 PKSN); Kepulauan Maluku (2 PKN, 11 PKW, 4 PKSN); dan Pulau Papua (3 PKN, 11 PKW, 3 PKSN).
Pantoloan, Kendar dan Bitung); Kepulauan Maluku (Ternate: A. Yani dan Ambon); dan Pulau Papua (Sorong dan Jayapura).
Tabel 3.5. Daftar 35 WPS
Kelompok WPS WP
S
WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu Merak-Bakauheni-Bandar Lampung-Palembang-Tanjung Api-Api; Metro Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru; Jakarta-Bandung-Cirebon-Semarang; Malang-Surabaya Bangkalan; Yogyakarta-Solo-Semarang; Balikpapan-Samarinda-Maloy; Manado-Bitung-Amurang;
Makassar-Pare Pare- Mamuju
WPS Pertumbuhan Terpadu Kemaritiman
Ternate-Sofifi-Morotai; Ambon-Seram
WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu Kemaritiman
Batam-Bintan-Karimun;
Jambi-Palembang-Bangka Belitung (Pangkal Pinang) WPS Konektivitas Keseimbangan
Pertumbuhan Terpadu
Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi; Surabaya-Pasuruan-Banyuwangi
WPS Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang
Sibolga-Padang-Bengkulu; Yogyakarta-Prigi-Blitar-Malang; Banjarmasin- Batulicin-Palangkaraya;
Ketapang-Pontianak-Singkawang-Sambas; Gorontalo- Bolaang Mongondow;
Palu-Banggai; Sorong-Manokwari; Manokwari-intuni
WPS Konektivitas dan Pusat Pertumbuhan Wisata
Denpasar-Padang Bay
WPS Pusat Pertumbuhan Sedang
Berkembang dan Hinterland Sabang-Banda Aceh-Langsa
WPS Pusat Pertumbuhan Baru, Hinterland dan
Jayapura-Merauke
WPS Pusat Pertumbuhan Wisata dan Hinterland
Pulau Lombok
WPS Pertumbuhan Baru dan Perbatasan
Kupang-Atambua
WPS Pertumbuhan Baru Tanjung Lesung - Sukabumi - Pangandaran - Cilacap; Mamuju-Mammasa-Toraja-Kendari
WPS Pertumbuhan Terpadu Baru dan Wisata
Labuan Bajo-Ende
WPS Pertumbuhan Wisata dan Hinterland
Pulau Sumbawa
WPS Perbatasan Temajuk-Sebatik
WPS Aksesibilitan Baru Nabire-Enarotali-(Ilaga-Timika)-Wamena WPS Pulau Kecil Terluar Pulau Pulau Kecil Terluar (tersebar)
Sumber: Rencana Strategis Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Tahun 2015-2019
Visi Pembangunan Kabupaten Ogan Ilir Tahun 2010-2015 A.
Visi, Misi dan Program Pembangunan Daerah Kabupaten Ogan
Ilir Tahun 2010- 2015 merupakan Visi, Misi dan Program Kepala Daerah
Kabupaten Ogan Ilir yang terpilih melalui pemilukada tahun 2010 – 2015
yang telah ditetapkan menjadi Visi Dan Misi Pembangunan Daerah
Kabupaten Ogan Ilir Tahun 2010-2015. Adapun Visi Pembangunan
Daerah Kabupaten Ogan Ilir Tahun 2010 - 2015 tersebut adalah :
“Terwujudnya Masyarakat Ogan Ilir yang Lebih Maju,
Mandiri dan Berkualitas menuju Sejahtera Berl andaskan Iman, Taqwa, Moral dan Etika”
Batasan pengertiannya adalah :
Kata Masyarakat Ogan Ilir, adalah sejumlah penduduk dalam arti luas 1)
yang terikat oleh suatu tradisi sosial ekonomi dan budaya yang
berdiam/bertempat tinggal dalam wilayah Kabupaten Ogan Ilir.
Kata Maju dan Mandiri, adalah Kondisi masyarakat yang lebih baik, 2)
lebih meningkat dari tahun ke tahun, dan tercapainya Kemandirian
Hidup masing- masing keluarga di Kabupaten Ogan Ilir.
Kata Berkualitas dan Sejahtera , adalah kondisi masyarakat yang
3)
sudah berada pada kecukupan untuk keperluan hidupnya berupa
kecukupan pangan, sandang, rumah, dan keperluan lainnya seperti air
bersih, penerangan, komunikasi dan informasi, transportasi,
pendidikan, kesehatan dan kebutuhan rohani selain dari jumlahnya
cukup juga berkualitas atau bermutu baik.
Kata Iman, Taqwa, Moral dan Etika, adalah landasan aktivitas 4)
kehidupan masyarakat dan pemerintah dalam berbangsa dan
negara yang senantiasa dilandasi nilai-nilai keimanan, ketaqwaan,
moral yang baik dan beretika yang benar.
Harapan yang ingin dicapai pada akhir tahun 2015 adalah dapat terwujud
kondisi masyarakat Kabupaten Ogan Ilir sebagai berikut :
Terciptanya aparatur pemerintahan yang profesional dalam
memberikan pelayanan masyarakat yang prima, sehingga m emberikan
kemantapan kepercayaan masyarakat terhadap penyelenggara
pemerintahan daerah dalam semua tingkatan dan unit organisasi di
Kabupaten Ogan Ilir, tidak terjadinya praktek KKN dan tuntasnya
penegakan supremasi hukum atas berbagai kasus penyalahgunaan
wewenang oleh aparat, sehingga terwujud pemerintahan yang bersih,
jujur dan berwibawa.
Terpenuhinya sebagian besar tuntutan, kebutuhan, aspirasi masyarakat
2)
akan pelayanan publik yang lebih baik, lebih cepat dan lebih murah
yang telah diberikan oleh penyel enggara pemerintahan Kabupaten
Ogan Ilir.
Tergalinya potensi sumberdaya lokal yang khas untuk meningkatkan
3)
perekonomian dari rakyat, oleh rakyat dan untuk kesejahteraan rakyat,
tanpa membedakan suku (suku Ogan, Pegagan, Penesak, Jawa, Bali,
Sunda, dan lainnya) dan agama di Kabupaten Ogan ilir.
Terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat berupa pangan, sandang,
4)
kesehatan, pendidikan, melalui pembangunan infrastruktur wilayah dan
perekonomian rakyat, terutama dalam membuka ketertinggalan desa
dan kecamatan, menu ju PERCEPATAN terciptanya kesejahteraan
masyarakat dengan mengoptimalkan kemampuan dan potensi daerah
secara rasional dan berkelanjutan, serta berlandaskan Iman, Taqwa,
Moral dan Etika.
Terwujudnya kesejahteraan manusia Kabupaten Ogan Ilir yang tinggi
5)
menurut ukuran dan kriteria tertentu, yang ditunjukkan oleh Indeks
Pembangunan Manusia Kabupaten Ogan Ilir yang semakin baik.
Misi Pembangunan Kabupaten Ogan Ilir Tahun 2010-2015 B.
MISI merupakan sesuatu upaya yang harus dilaksanakan, agar tujuan dan sasaran organisasi dapat terlaksana dan berhasil dengan baik,
atau dengan kata lain Misi merupakan pernyataan tentang tujuan organisasi
yang diwujudkan dalam produk dan pelayanan, kebutuhan masyarakat, nilai
Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Ogan Ilir Tahun 2010 - 2015 telah
ditetapkan sebagai MISI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN OGAN
ILIR TAHUN 2011-2015, yaitu sebagai berikut :
Meningkatkan kualitas dan profesionalisme aparatur dalam tata kelola 1)
pemerintahan, pembangunan dan pelayanan pada masyarakat.
Meningkatkan pelayanan kesehatan, kualitas pendidikan dan 2)
kecerdasan masyarakat
Meningkatkan perekonomian masyarakat berdasarkan keunggulan lokal. 3)
Meningkatkan kualitas infrastruktur wilayah guna memperlancar 4)
aktivitas kehidupan dan perekonomian masyarakat.
Meningkatkan kualitas kehidupan beragama, sosial-budaya dan 5)
ketentraman masyarakat.
TUJUAN DAN SASARAN C.
Tujuan dan Sasaran dari Misi Kepala Daerah dan Wakil Kepala
Daerah yang telah ditetapk an sebagai Tujuan dan Sasaran Pembangunan
Daerah Kabupaten Ogan Ilir Tahun 2010-2015 adalah :
Tabel 3.6. Matrik Hubungan Misi, Tujuan dan Sasaran
MISI TUJUAN SASARAN
Misi I 1. Meningkatkan Kapasitas pemerintahan daerah dengan Pemerintahan yang amanah
Meningkatnya kualitas SDM Aparat
Meningkatnya efisiensi birokrasi
Meningkatnya transparansi dan akuntabilitas
kinerja pemerintahan
Meningkatnya tertib administrasi dan
manajemen pemerintahan serta kualitas pelayanan kepada masyarakat
Meningkatnya kemampu an penge-lolaan
keuangan dan kekayaan daerah
Meningkatnya informasi dan komunikasi
manajemen pemerintahan dan akses pemanfaatannya
Meningkatnya kerjasama daerah
2. Meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta dalam
penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan
Meningkatnya partisipasi masyarakat dan
swasta dalam penyusunan perencanaan dan kebijakan daerah
Meningkatnya partisipasi masyarakat dan
swasta dalam pengawasan
Meningkatnya partisipasi masyarakat dan
swasta dalam pembangunan
3.Menciptakan keamanan
dan ketertiban masyarakat Menurunnya kasus pelanggaran hukumMenurunnya kasus gangguan keamanan dan ketertiban
4.Mewujudkan kehidupan masyarakat yang demokratis
Meningkatnya kualitas partisipasi masyarakat
dalam menyampaikan pendapat dan berpolitik
Misi II 5. Meningkatkan kualitas hidup penduduk
Membaiknya Nilai IPM
terhadap layanan kesehatan Meningkatnya keluarga sejahtera
Meningkatnya akses pendidikan yang
merata bagi semua anak usia sekolah
Meningkatnya mutu dan kualitas
pendidikan
meningkatnya kualitas manajemen
pendidikan dan pencitraan publik
Meningkatnya pembinaan dan pemberdayaan
generasi muda serta olahraga
Misi III 6. Meningkatkan kestabilan
produksi barang dan jasa
Meningkatnya daya saing produk unggulan
daerah Meningkatan pemasaran produk Meningkatnya investasi
Meningkatnya kesejahteraan pekerja
Meningkatnya kompetensi tenaga kerja
7. Meningkatkan pendapatan masyarakat
Meningkatnya peran serta masyarakat dalam
kewirausahaan
Misi IV
8. Meningkatkan Kualitas Perencanaan dan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup yang lestari
Meningkatnya kualitas perencanaan,
penataan dan pemanfaatan ruang
Meningkatnya kualitas pengelolaan SDA dan
kualitas Lingkungan Hidup
9. Mewujudkan pemerataan
pembangunan antar wilayah
Meningkatnya kualitas prasarana dan sarana
perhubungan darat dan sungai
Meningkatnya kualitas prasarana- sarana dan
sanitasi lingkungan perumahan dan permukiman
Meningkatnya sarana dan prasarana
pengairan
Misi V 10. Meningkatkan perlindungan dan kesejahteraan sosial
Meningkatnya aksesibilitas dan kualitas hidup
PMKS
Menurunnya kesenjangan antara
perempuan dan laki-laki
Menurunnya tindak kekerasaan terhadap
perempuan dan anak
Meningkatnya kerukunan hidup
masyarakat
Meningkatnya pelestarian dan
pengembangan kebudayaan daerah
11.Mewujudkan
kehidupan beragama masyarakat yang aman dan nyaman
Terwujudnya masyarakat yang agamis dan
berakhlak mulia
Terwujudnya masyarakat maju yang
berakar pada nilai-nilai keagamaan
Terwujudnya lingkungan masyarakat
aman dan nyaman
3.2 Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya
3.2.1. Visi
Guna mewujudkan visi pembangunan nasional pada periode 2015-2019 yaitu menjadi Indonesia yang berdaulat, mandiri dan bekepribadian berlandaskan gotong royong melalui pembangunan nasional yang lebih cepat, kuat, inklusif serta berkelanjutan, maka Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat menjabarkan visi, misi, tujuan serta sasaran strategis untuk mendukung perwujudan visi pembangunana nasional. Adapun visi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat pada periode tahun 2015-2019 adalah “Terwujudnya Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang Handal dalam Mendukung Indonesia yang
Pencapaian visi Kementerian PUPR dijabarkan ke dalam 5 (lima) misi dimana terdapat 2 (dua) misi yang diamanatkan kepada Direktorat Jenderal Cipta Karya. Adapun kedua misi tersebut adalah sebagai berikut:
Mempercepat pembangunan infastruktur permukiman dan perumahan 1)
rakyat untuk mendukung layanan infrastruktur dasar yang layak dalam rangka mewujudkan kualit as hidup manusia Indonesia sejalan dengan prinsip ‘infrastruktur untuk semua’; dan
Mempercepat pembangunan infrastruktur pekerjaan umum dan 2)
perumahan rakyat secara terpadu dari peinggiran didukung industri konstruksi yang berkualitas untuk keseimbangan pe mbangunan antardaerah, terutama di kawasan tertinggal, kawasan perbatasan, dan kawasan perdesaan, dalam kerangka NKRI.
Gambar 3.3. Peta Strategi Kementerian PUPR 2015-2019
Sumber: Rencana Strategis Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Tahun 2015-2019
Berdasarkan Renstra Kementerian PU-PR 2015-2019, sasaran
strategis yang fokus p erhatian Ditjen Cipta Karya adalah meningkatnya kualitas dan cakupan pelayanan infrastruktur permukiman di perkotaan dan perdesaan. Adapun indikator kinerja outcome Direktorat Jenderal Cipta Karya meliputi:
L
ea
rn
in
g
&
G
ro
w
th
C
o
st
u
m
er
s/
St
a
ke
h
o
ld
er
s
In
te
rn
a
l
P
ro
ce
Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan air minum bagi 1)
masyarakat.
Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan hunian 2)
dan permukiman yang layak.
Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan akses sanitasi bagi 3)
masyarakat.
Berdasarkan visi, misi dan indikator kinerja outcome yang tela h dijabarkan, visi Direktorat Jenderal Cipta Karya Tahun 2015-2019 adalah:
“Terwujudnya permukiman perkotaan dan perdesaan yang
layak huni dan berkelanjutan melalui penyediaan
infrastruktur bidang keciptakaryaan yang terpadu dan
inklusif melalui pengemban gan kawasan permukiman,
pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem
penyediaan air minum dan pengembangan penyehatan
lingkungan permukiman.”
Misi 3.2.2.
Berdasarkan arahan kebijakan serta memperhatikan peluang dan tantangan yang ada dalam pembangunan infrastruktur permukiman, maka misi yang akan dicapai oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya dalam periode lima tahun ke depan adalah:
Melaksanakan fungsi pengaturan, pembinaan, dan pengawasan dalam 1)
bidang Cipta Karya dengan mengedepankan prinsip keterpaduan, inklusifitas, dan berkelanjutan.
Melaksanakan keterpaduan pembangunan infrastruktur permukiman 2)
serta penataan bangunan dan lingkungan berdasarkan penataan ruang dan Wilayah Pengembangan Strategis (WPS).
Menyediakan infrastruktur air minum dan sanitasi di perkotaan dan 3)
Meningkatkan kemandirian pemerintah daerah serta mendorong 4)
kemitraan dengan masyarakat dan dunia usaha dalam penyelenggaraan pembangunan infrastruktur permukiman.
Mewujudkan organisasi yang efisien, tata laksana yang efektif dan SDM 5)
yang profesional dengan menerapkan prinsip good governance.
Tujuan 3.2.3.
Tujuan dalam Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya merupakan penjabaran visi dan sasaran strategis yang hendak dicapai dalam rangka mencapai sasaran nasional yang tertuang dalam RPJMN 2015-2019. Selain itu, tujuan Direktorat Jenderal Cipta Karya merupakan penjabaran dari tujuan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yaitu
menyelenggarakan infrastruktur Pekerjaan Umum dan P erumahan Rakyat dengan tingkat kondisi ketersediaan, keterpaduan, serta kualitas dan cakupan pelayanan yang produktif dan cerdas, berkeselamatan, mendukung kesehatan masyarakat, menyeimbangkan pembangunan, memenuhi
kebutuhan dasar, serta berkelanjutan yang berasaskan gotong royong guna mencapai masyarakat yang lebih sejahtera.
Pencapaian tujuan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat perlu didukung oleh setiap satminkal di lingkungan kementerian salah satunya Direktorat Jenderal Cipta Karya. Dalam p encapaian tujuan tersebut, dukungan Ditjen Cipta Karya adalah melalui penyelenggaraan pembangunan bidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat untuk mendukung layanan infrastruktur dasar yang layak guna mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia sejalan dengan prinsip“infrastruktur untuk semua”.
Berdasarkan arahan tersebut, tujuan Direktorat Jenderal Cipta Karya 2015-2019 adalah: Penyelenggaraan dukungan layanan infrastruktur dasar permukiman yang berkualitas dengan prinsip“infrastruktur untuk
semua” melalui pembangunan yang terpadu, inklusif dan berkelanjutan.
Setelah mencapai target Millennium Development Goals (MDGs) tahun 2015, target SDGs adalah memastikan ketersediaan dan pengelolaan air serta sanitasi berkelanjutan bagi semua oran g, juga membangun kota dan permukiman warga yang inklusif, aman, dan kukuh. Target tersebut merupakan tantangan berat Indonesia di bidang infrastruktur permukiman adalah memberikan akses air minum 100%, mengurangi kawasan kumuh hingga 0%, dan menyediakan akses sanitasi layak 100% untuk masyarakat Indonesia. Target tersebut lebih dikenal sebagai Gerakan Nasional 100-0-100 sebagai aktualisasi visi Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dalam mewujudkan permukiman layak huni dan berkelanjutan. Ditjen Cipta Karya bertekad bekerja tidak sekedar business as usual, tidak bisa hanya bekerja berbasis output tanpa penyempurnaan perangkat dan melakukan terobosan. Perlu dilakukan perbaikan baik dari segi fungsi, teknis, kualitas/ mutu, administrasi, dan kelembagaan dalam penyelenggaraan pembangunan infrastruktur
permukiman. Dalam penyelenggaraan gerakan 100-0-100, Ditjen Cipta Karya akan melibatkan semua pemangku kepentingan, baik pemerintah daerah, dunia usaha, maupun masyarakat, mengingat target yang sangat tinggi dan kebutuhan dana yang sangat besar.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut, maka sasaran strategis Ditjen Cipta Karya adalah sebagai berikut:
Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan air minum bagi 1)
masyarakat, dengan indikator persentase peningkatan cakupan pelayanan akses air minum;
Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan hunian dan 2)
permukiman yang layak, dengan indikator persentase penurunan luasan permukiman kumuh perkotaan;
Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan akses sanitasi bagi 3)
masyarakat, dengan indikator persentase peningkatan cakupan pelayanan akses sanitasi.
INDIKATOR KINERJA SATUAN
2015 2016 2017 2018 2019 TOTAL
1 Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan air minum bagi masyarakat
Persentase peningkatan cakupan
pelayanan akses air minum % 73,7 78,8 84,8 92,1 100 100
2 Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan hunian dan permukiman yang layak
Persentase penurunan luasan
permukiman kumuh perkotaan
% 8 6 4 2 0 0
3 Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan akses sanitasi bagi masyarakat
Persentase peningkatan cakupan
pelayanan akses sanitasi % 64 72 85 92 100 100
Sesuai RPJMN 2015-2019, Ditjen Cipta Karya memberikan fasilitasi pembangunan prasarana dan sarana dasar permukiman seperti air minum, sanitasi, jalan lingkungan dan peningkatan kualitas permukiman. Pelaksanaan pembangunan prasarana dan sarana dasar permukiman tersebut juga dilaksanakan dengan model pemberdayaan yang melibatkan masyarakat sejak perencanaan hingga operasional dan pemeliharaan infrastruktur.
Khusus untuk penanganan kumuh, akan diprioritaskan pada kawasan-kawasan permukiman kumuh di kawasan-kawasan st rategis kabupaten/kota dan kabupaten/kota KSN yang akan ditangani secara terpadu sehingga dapat menjadi kawasan pemukiman yang layak huni dan berkelanjutan.
Sedangkan untuk air minum dan sanitasi akan dilaksanakan dengan pendekatan entitas yang diprioritas kan pada kawasan regional dan daerah-daerah rawan air/sanitasi. Dalam bidang penataan bangunan, program perlu difokuskan pada upaya pengaturan untuk menjamin keandalan bangunan gedung serta peningkatan kualitas kawasan di kota pusaka dan kota hijau. Sesuai arahan RPJMN, Ditjen Cipta Karya juga dituntut untuk
mengembangkan infrastruktur perdesaan. Pencapaian sasaran tersebut terjabarkan ke dalam pengembangan jaringan infrastruktur penunjang
Arah Kebijakan Dan Strategi 3.2.5.
Kebijakan dan strategi penyelenggaraan kegiatan Direktorat Jenderal Cipta Karya diarahkan dengan memperhatikan t ugas, fungsi dan tanggung jawab Direktorat Jenderal Cipta Karya yang meliputi kegiatan utama berupa Pengaturan, Pembinaan, dan Pengawasan (Turbinwas), dan kegiatan pembangunan (Bang).
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2015 tentang Kementerian P ekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, tugas Ditjen Cipta Karya adalah menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum,
pengembangansistempen gelolaanairlimbahdandrainaselingkungansertaper sampahan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam menyelenggarakan tugas tersebut, Ditjen Cipta Karya melaksanakan fungsi:
perumusan kebijakan di bidang pengembangan kawasan permukiman, 1)
pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan;
pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan kawasan permukiman, 2)
pembinaan penataan bangunan, pengembang an sistem penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang 3)
pengembangan kawasan perm ukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan; pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pengembangan 4)
kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan;
permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan;
pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Cipta Karya; dan 6)
pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri. 7)
Adapun dalam pelaksanaan pembangunan infrastruktur
keciptakaryaan, Ditjen Cipta Karya menggunakan tiga strategi pendekatan yaitu membangun sistem, memfasilitasi Pemerintah Daerah Provinsi, Kota dan Kabupaten, serta memberdayakan masyarakat melalui program-program pemberdayaan masyarakat. Dalam membangun sistem, Ditjen Cipta Karya memberikan dukungan pembangunan infrastruktur dengan memprioritaskan sistem infastruktur Provinsi/Kabupaten/Kota. Dalam hal fasilitasi Pemerintah Daerah, bentuk dukungan yang dibe rikan adalah fasilitasi kepada Pemerintah Daerah dalam penguatan kelembagaan, keuangan, termasuk pembinaan teknis terhadap tugas dekonsentrasi dan pembantuan. Untuk pemberdayaan masyarakat, bentuk dukungan yang diberikan adalah
pembangunan infrastruktur ke ciptakaryaan melalui program- program pemberdayaan masyarakat.
Pada dasarnya untuk bidang Cipta Karya, hampir semua tugas pembangunan dikerjakan bersama pemerintah daerah, baik pemerintah Provinsi maupun Kabupaten/Kota. Oleh karena itu, peran pemerintah pusat, dalam hal ini Ditjen Cipta Karya lebih terfokus kepada tugas pengaturan, pembinaan dan pengawasan (Turbinwas). Tugas pengaturan dilakukan melalui penyusunan kebijakan dan strategi, penyusunan Norma, Standar, Pedoman dan Kriteria (NSPK), penetapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) serta tugas-tugas lain yang bersifat penyusunan perangkat peraturan. Sedangkan tugas pembinaan dilakukan dalam bentuk dukungan perencanaan, pemberian bantuan administrasi dan teknis, supervisi serta konsultasi. Untuk tugas pen gawasan, peran pemerintah pusat dilakukan dalam bentuk monitoring dan evaluasi kinerja. Keseluruhan tugas
Pendapatan Belanja Negara (APBN), disertai dukungan dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD).
Meskipun fokus melakukan tugas Turbinwas, Ditjen Cipta Karya juga melakukan kegiatan pembangunan infrastruktur Cipta Karya. Berdasarkan Undang-Undang Pemerintah Daerah, Ditjen Cipta Karya diamanatkan
melakukan pembangunan infrastruktur skala n asional (lintas provinsi), serta infrastruktur untuk kepentingan nasional. Di samping itu, Ditjen Cipta Karya juga melakukan kegiatan pembangunan dalam rangka pemenuhan SPM sebagai stimulan bagi Pemerintah Daerah untuk meningkatkan komitmennya dalam melaku kan pembangunan infrastruktur Cipta Karya. Pemda juga bertanggung jawab atas operasional dan pemeliharaan infrastruktur yang terbangun.
Ditjen Cipta Karya juga menyelenggarakan pembangunan dengan pendekatan pola pemberdayaan khususnya kegiatan yang mendorong peran serta masyarakat dalam pembangunan lingkungannya. Untuk tugas
pembangunan juga ada melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk
memenuhi target pencapaian SPM berupa bantuan khusus yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah sesuai de ngan kewenangannya dengan kriteria-kriteria teknis tertentu. Selain itu terdapat pola hibah, yaitu bantuan yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk melaksanakan kegiatan strategis nasional yang mendesak.
Dalam melaksanakan kegiatan pembangunan, proses perencanaan perlu diselenggarakan dengan mengacu kepada amanat perundangan (Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, dan Peraturan Presiden), baik spasial maupun sektoral. Selain itu, perencanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya juga memperhatikan kondisi eksisting, isu strategis, serta potensi daerah.
Tabel 3.8. Pendekatan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Pendekatan Strategi
Membangun Sistem Pembangunan Infrastruktur Permukiman Skala Regional (TPA Regional atau SPAM Regional)
Pembangunan Infrastruktur Permukiman pada kawasan
strategis (kawasan perbatasan, KSN, PKN, WPS) atau kawasan khusus (kawasan kumuh perkotaan, kawasan nelayan, kawasan rawan air/perbatasan/pulau terluar)
Mendorong penyusunan Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan sebagai alat sinergisasi seluruh sektor dalam
Fasilitasi Pemda Pendampingan penyusunan NSPK daerah antara lain Perda Bangunan Gedung, SK Kumuh, dsb.
Penyusunan Rencana Penanganan Kawasan/Induk Sektoral
seperti Strategi Sanitasi Kota (SSK), Rencana Induk Sistem Pengembangan Air Minum (RISPAM), dan Rencana Penataan Bangunan dan Lingkungan (RTBL).
Pembangunan Indrastruktur Permukiman Skala kawsan seperti
fasilitasi PDAM, fasilitasi kota hijau dan kota pusaka, penanganan kumuh perkotaan, serta penataan bangunan dan
Pemberdayaan Masyarakat
Pembangunan Infrastruktur Permukiman Berbasis
Masyarakt melalui kegiatan Pamsimas, Sanimas, dan P2KP.
Bantuan Penyusunan Rencana Kerja Masyarakat
Untuk meningkatkan efektifitas pencapaian sasaran Gerakan Nasional 100-0-100 perlu juga sinergi kemitraan dengan Kementerian/Lembaga lainnya, antara lain:
Ditjen Penyediaan Perumahan Kementerian PUPR, terkait perbaikan
rumah tidak layak
huni dan pembangunan Rusunawa di kawasan permukiman kumuh;
Ditjen Sumber Daya Air Kementerian PUPR, terkait penyediaan air baku
dan penanganan kawasan rawan genangan;
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, terkait keterpaduan
perencanaan dalam upaya
pencapaiansasaranpembangunannasionalbidangperumahandanpermuki man serta bidang perkotaan dan perdesaan;
Kementerian Kesehatan, terkait perubahan perilaku hidup bersih dan
sehat (PHBS);
Kementerian Dalam Negeri, terkait pengembangan kapasitas
Pemerintah Daerah;
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, terkait pengelolaan
Kementerian Kelautan dan Perikanan, terkait pengembangan kawasan
permukiman nelayan/pesisir dan pulau terluar;
Kementeran Agraria dan Tata Ruang, terkait keterpaduan
pembangunan berdasarkan RTRW dan RDTR;
Badan Nasional Pengembangan Kawasan Perbatasan, terkait
pengembangan kawasan perbatasan
3.2.5.1. Rencana Kawasan Permukiman
Kebijakan dan Strategi Pembangunan dan Pengembangan A.
Permukiman
Kebijakan dan strategi pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman ditetapkan dengan mempertimbangkan kebutuhan pencapaian target berdasarkan prinsip pembangunan permukiman serta peran
pemerintah dalam pembangunan permukiman. Kebijakan dan strategi pembangunan dan pengembangan permukiman meliputi kebijakan umum terkait pengaturan, pembinaan dan pengawasan (Tur-Bin- Was) yang berlaku untuk semua tipologi permukiman serta kebijakan khusus meliputi pelaksanaan pembanguanan pada tipologi permukiman perkotaan,
perdesaan dan kawasan permukiman khusus. Kebijakan dan strategi tersebut dibagi menjadi 4 (empat) bagian yaitu:
Kebijakan dan Strategi Umum Pembangunan dan Pengembangan
Permukiman
Kebijakan dan Strategi Pembangunan dan Pengembangan
Permukiman Perkotaan
Kebijakan dan Strategi Pembangunan dan Pengembangan
Permukiman Perdesaan
Kebijakan dan Strategi Pembangunan dan Pengembangan
Permukiman Khusus
Permukiman
Kebijakan 1: Penyusunan dan penyiapan landasan penyelenggaraan
kawasan permukiman.
Strategi pelaksanaan kebijakan ini adalah: Menyiapkan peraturan perundang-undangan (PP, Peraturan Menteri, dan lain sebagainya) dan Pedoman
Pembangunan dan Pengembangan Permukiman (NSPK) sebagai landasan penyelenggaraan kawasan permukiman.
Landasan penyelenggaraan kawasan permukima n ini antara lain juga meliputi:
Regulasi dan aturan main yang harus tersedia sebagai acuan bagi a.
Pemerintah dan terutama pemerintah daerah dalam penyelenggaraan kawasan permukiman;
Landasan kebijakan jangka panjang daerah sebagai dasar bagi b.
pemerintah daer ah dalam menyelenggarakan peningkatan kualitas permukiman kumuh, yaitu RPJPD, RTRW, dan RP3KP serta RKP Kumuh Perkotaan;
SK Kepala Daerah mengenai penetapan lokasi kumuh;
c.
Menyusun Pedoman Teknis Penanganan Kawasan Permukiman.
d.
Kebijakan 2: Peningkatan kapa sitas kelembagaan untuk penanganan
permukiman.
Strategi pelaksanaan kebijakan ini adalah: Melakukan peningkatan dan penguatan kelembagaan dan SDM penyelenggara dan pengelola
permukiman (pemerintah, lembaga masyarakat, dan masyarakat/individu) melalui pelatihan, pendampingan, bimbingan/bantuan teknis.
Pembangunan dan pengembangankawasan permukiman membutuhkan dukungan seluruh pelaku yang berjalan dalam sistem yang disepakati bersama. Terkait aspek kelembagaan ini, maka akan dibutuhkan:
Kesepahaman bersama antarpelaku;
Komitmen dari seluruh pelaku;
Kemitraan antar pelaku: antar bidang pembangunan, kemitraan antara
dunia usaha – masyarakat, kemitraan dengan lembaga donor, kemitraan dengan praktisi, dan kemitraan dengan pelaku lainnya. Dalam hal ini, upaya membangun dan memperkuat kapasitas pemerintah daerah dilakukan agar pemerintah daerah mampu menjalankan perannya sebagai nakhoda yang menentukan keberhasilan pembangunan dan
pengembangan kawasan p ermukiman. Peningkatan kapasitas Pemda dilakukan kepada:
Kepala daerah yang memiliki visi dan kemampuan menjalankan visinya;
Seluruh SKPD terkait dalam penyelenggaraan kawasan permukiman
yang memiliki pengetahuan dan mampu berinovasi.
Kebijakan 3: Pengelolaan sistem informasi nasional yang terintegrasi
dengan sistem informasi daerah.
Strategi pelaksanaan kebijakan ini adalah: Membangun dan mengelola sistem informasi nasional yang terintegrasi dengan sistem informasi daerah dan dimutakhirkan secara berkala.
Sistem informasi ini akan dimanfaatkan untuk:
Mengukur perkembangan pencapaian target setiap tahun;
Pertukaran informasi yang dapat digunakan oleh seluruh pelaku, baik
di tingkat pusat maupun daerah;
Menjadi sistem informasi komunikasi sebagai alat pengembangan
pengetahuan dalam rangka pemberdayaan masyarakat dan pemerintah daerah, serta sebagai sarana berbagi informasi ketersediaan sumberdaya di antara pelaku.
Kebijakan 4: Pengawasan secara berkala penyelenggaraan kawasan
permukiman di pusat dan daerah.
Strategi untuk melaksanakan kebijakan ini adalah sebagai berikut:
Melakukan pengendalian perencanaan melalui monitoring perencanaan 1)
dan pemrograman;
Melakukan pengawasan (pemantauan, evaluasi, pelaporan) 2)