RENCANA
TERPADU DAN
PROGRAM
INVESTASI
INFRASTRUKTUR
JANGKA
MENENGAH
KABUPATEN
MURUNG
RAYA
Pada bab ini berisikan penjelasan mengenai rencana program investasi infrastruktur Bidang Cipta Karya seperti rencana pengembangan permukiman, rencana penataan bangunan dan lingkungan (PBL), rencana pengembangan sistem penyediaan air minum, dan rencana penyehatan lingkungan permukiman (PLP). Pada setiap sektor dijelaskan isu strategis, kondisi eksisting, permasalahan, dan tantangan daerah, analisis kebutuhan, serta usulan program dan pembiayaan masing-masing sektor.
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU DAN PROGAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2016-2020 Bab ini menjabarkan rencana pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya mencakup 4 (empat) sektor yaitu pengembangan permukiman, penataan bangunan dan lingkungan, pengembangan air minum, serta pengembangan penyehatan lingkungan yang terdiri atas air limbah, persampahan, dan drainase. Penjabaran perencanaan teknis untuk setiap sektor tersebut dimulai dari pemetaan isu-isu strategis yang memengaruhi, penjabaran kondisi eksisting sebagai dasar awal perencanaan, serta permasalahan dan tantangan yang harus diantisipasi. Tahapan berikutnya adalah analisis kebutuhan dan pengkajian terhadap program-program sektoral, dengan mempertimbangkan kriteria kesiapan pelaksanaan kegiatan. Kemudian dilanjutkan dengan merumuskan usulan program dan kegiatan yang dibutuhkan.
6.1.
PENGEMBANGAN PERMUKIMAN
Berdasarkan UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, permukiman didefinisikan sebagai bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau perdesaan. Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan.
Pengembangan permukiman kawasan perkotaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman baru dan peningkatan kualitas permukiman kumuh, sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman perdesaan, kawasan pusat pertumbuhan, serta desa tertinggal.
6.1.1.
ARAHAN KEBIJAKAN DAN LINGKUP KEGIATAN
Arahan kebijakan pengembangan permukiman mengacu pada amanat peraturan perundangan, antara lain:
1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional
Arahan RPJMN Tahap 3 (2015-2019) menyatakan bahwa pemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung bagi seluruh masyarakat terus meningkat, sehingga kondisi tersebut mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh pada awal tahapan RPJMN berikutnya.
2. Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman
Pasal 4 mengamanatkan bahwa ruang lingkup penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman juga mencakup penyelenggaraan perumahan (butir c), penyelenggaraan kawasan permukiman (butir d), pemeliharaan dan perbaikan (butir e), serta pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh (butir f).
3. Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun
Pasal 15 mengamanatkan bahwa pembangunan rumah susun umum, rumah susun khusus, dan rumah susun negara merupakan tanggung jawab pemerintah.
4. Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU DAN PROGAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2016-2020
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar
Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang
Peraturan ini menetapkan target berkurangnya luas permukiman kumuh di kawasan perkotaan sebesar 10% pada tahun 2014.
Mengacu pada Permen PU No. 08/PRT/M/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum maka Direktorat Pengembangan Permukiman mempunyai tugas di bidang perumusan dan pelaksanaan kebijakan, pembinaan teknik dan pengawasan teknik, serta standardisasi teknis dibidang pengembangan permukiman. Adapun fungsi Direktorat Pengembangan Permukiman adalah:
1. Penyusunan kebijakan teknis dan strategi pengembangan permukiman di perkotaan dan perdesaan;
2. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi pengembangan kawasan permukiman baru di perkotaan dan pengembangan kawasan perdesaan potensial;
3. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan kualitas permukiman kumuh termasuk peremajaan kawasan dan pembangunan rumah susun sederhana;
4. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan kualitas permukiman di kawasan tertinggal, terpencil, daerah perbatasan dan pulau-pulau kecil termasuk penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial; 5. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pembinaan
kelembagaan dan peran serta masyarakat di bidang pengembangan permukiman;
6. Pelaksanaan tata usaha Direktorat.
6.1.2.
ISU STRATEGIS, KONDISI EKSISTING, PERMASALAHAN
DAN TANTANGAN
A. Berdasarkan arahan-arahan yang telah dipaparkan pada bab 2 (dua), isu-isu strategis nasional yang memberikan pengaruh terhadap pengembangan permukiman saat ini diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Mengimplementasikan konsepsi pembangunan berkelanjutan serta mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim.
2. Percepatan pencapaian target MDGs 2020 yaitu penurunan proporsi rumah tangga kumuh perkotaan.
3. Perlunya dukungan terhadap pelaksanaan Program-Program Direktif Presiden yang tertuang dalam MP3EI dan MP3KI.
4. Percepatan pembangunan di wilayah timur Indonesia (Provinsi NTT, Papua, dan Papua Barat) untuk mengatasi kesenjangan.
5. Meminimalisir penyebab dan dampak bencana sekecil mungkin.
6. Meningkatnya urbanisasi yang berimplikasi terhadap proporsi penduduk perkotaan yang bertambah, tingginya kemiskinan penduduk perkotaan, dan bertambahnya kawasan kumuh.
7. Belum optimalnya pemanfaatan Infrastruktur Permukiman yang sudah dibangun.
8. Perlunya kerjasama lintas sektor untuk mendukung sinergitas dalam pengembangan kawasan permukiman.
9. Belum optimalnya peran pemerintah daerah dalam mendukung pembangunan permukiman.
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU DAN PROGAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2016-2020 memenuhi standar pelayanan minimal di bidang pembangunan perumahan dan permukiman.
Untuk memperoleh informasi awal dalam perencanaan, selain isu strategis secara nasional perlu juga diketahui isu strategis yang bersifat lokal yakni di kabupaten/kota terkait. Isu terkait pengembangan permukiman yang bersifat lokal dan spesifik untuk Kabupaten Murung Raya adalah sebagai berikut.
Tabel 6. 1 Isu Strategis Sektor Pengembangan Permukiman Kabupaten Murung Raya
No Isu Strategis Keterangan
1 Penggunaan lahan di sepanjang sungai Barito
Masih banyaknya permukiman yang berada di sempadan Sungai Barito dimana permukiman tersebut berupa rumah nonpermanen yang cenderung menjadi kawasan kumuh
2 Permukiman kumuh Permukiman kumuh di Kabupaten Murung Raya banyak terlihat di sepanjang aliran sungai Barito yang sangat padat dan tidak teratur
3 Perkembangan Permukiman yang Tidak Terencana
Permukiman yang ada pada saat ini merupakan permukiman kampung yang berkembang secara alamiah dan tidak tertata. Permukimannya sangat padat dan mengelompok serta kondisi bangunannya sangat rapat
4 Peningkatan Kebutuhan Perumahan Seiring meningkatnya populasi penduduk akibat daripada lokasi pertambangan yang besar berada di Kabupaten Murung Raya serta lokasi tambang tersebut berdekatan dengan Kota Puruk Cahu maka akan semakin besar pula kebutuhan akan perumahan 5 Rawan Genangan dan Banjir Perumahan penduduk yang bermukim disekitar
Sungai Barito merupakan lokasi rawan banjir karena berada di daerah genangan
6 Kualitas Perumahan di Pedesaan Masih Rendah
Kawasan permukiman di pedesaan belum terjangkau infrastruktur yang memadahi sehingga permukiman masih sederhana
7 Pemberdayaan Komunitas Masih Rendah
Peran masyarakat dalam pembangunan disekitarnya masih rendah
Sumber: BAPPEDA Kabupaten Murung Raya, Dokumen Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Perkotaan Puruk Cahu
B. Kondisi Eksisting Pengembangan Permukiman
Kondisi eksisting pengembangan permukiman terkait dengan capaian suatu kota/ kabupaten dalam menyediakan kawasan permukiman yang layak huni. Terlebih dahulu perlu diketahui peraturan perundangan di tingkat kabupaten/kota (meliputi peraturan daerah, peraturan gubernur, peraturan walikota/bupati, maupun peraturan lainya) yang mendukung seluruh tahapan proses perencanaan, pembangunan, dan pemanfaatan pembangunan permukiman.
Tabel 6. 2 Peraturan Daerah Terkait Pengembangan Permukiman
No
Perda/Pergub/Perwal/Perbup/Peraturan Lainnya
Amanat Kebijakan Daerah Jenis Produk
Pengaturan No./Tahun Perihal
1 Peraturan Daerah
10/2013 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Murung Raya Tahun 2013-2018
Meningkatkan pembangunan perumahan rakyat
2 Peraturan Daerah
10/2008 Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kebupaten Murung Raya
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU DAN PROGAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2016-2020
No
Perda/Pergub/Perwal/Perbup/Peraturan Lainnya
Amanat Kebijakan Daerah Jenis Produk
Pengaturan No./Tahun Perihal
mencukupi dan berkualitas yang dikelola secara profesional, terpercata, mandiri dan efisien
Sumber: Kompilasi Peraturan Daerah, 2015
Secara umum, kawasan permukiman di Kabupaten Murung Raya memiliki kecenderungan berkembang secara linier atau memanjang (ribbon development)
dan mengelompok & menyebar. Pola perkembangan seperti ini menunjukkan ketidakmerataan perembetan areal kekotaan di semua bagian sisi-sisi luar dari pada daerah kota utama. Perkembangan terjadi di sepanjang jalur transportasi yang ada, khususnya yang bersifat menjari (radial) dari pusat kota. Perkembangan linier ini juga dikarenakan adanya faktor pembatas yang menjadi penghalang bagi pertumbuhan permukiman. Hal ini menyebabkan adanya inefisiensi dalam pemerataan fasilitas dan utilitas, karena perkembangan yang linier tersebut menyebabkan pola perkembangan fasilitas dan utilitas mengikuti pola jaringan jalan yang ada.
Guna mengatasi permasalahan tersebut, disusunlah program percepatan pembangunan desa dan kelurahan yang telah dilegalkan melalui peraturan Bupati Kabupaten Murung Raya tentang percepatan pembangunan desa dan kelurahan.
Tabel 6. 3 Data Program Perdesaan Di Kabupaten Murung Raya
No Program/Kegiatan Lokasi Volume/Satuan Status Kondisi Infrastruktur
1 Percepatan
Pembangunan desa dan Kelurahan
Kab. Murung Raya
Mengacu jumlah usulan program pembangunan desa setiap tahun
Ada setiap tahun
Pembangunan
infrastruktur terkait program percepatan pembangunan desa dan kelurahan bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan desa agar tercipta pemerataan pembangunan
2 PPIP Desa di
Kabupaten Murung Raya
Mengacu jumlah usulan program pembangunan desa setiap tahun
Ada setiap tahun
Peningkatan
infrastruktur pada desa-desa miskin
Sumber: Kompilasi Dokumen Perencanaan Daerah, 2015
Sasaran yang ingin dicapai dalam program Percepatan Pembangunan Desa dan Kelurahan antara lain:
1. Peningkatan kuantitas dan kualitas infrastruktur/fisik desa dan kelurahan
2. Peningkatan kualitas pendidikan dan kesehatan; 3. Peningkatan perekonomian masyarakat;
4. Peningkatan keamanan dan ketertiban;
5. Peningkatan kinerja aparatur pemerintahan desa dan kelurahan; 6. Peningkatan lapangan pekerjaan di desa dan kelurahan;
7. Peningkatan peran lembaga kemasyarakatan; 8. Peningkatan partisipasi masyarakat.
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU DAN PROGAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2016-2020 pada masyarakat desa dan kelurahan, perencanaan dari bawah untuk menentukan prioritas kegiatan melalui mekanisme musyawarah perencanaan pembangunan desa dan kelurahan dan pembangunan sarana dan prasarana dasar desa dan kelurahan yang ditujukan untuk mendorong perekonomian serta meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan dasar pendidikan, kesehatan, peribadatan, jalan, olahraga, ruang terbuka hijau, pasar dan pelayanan masyarakat.
C. Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman di Kabupaten Murung Raya
Permasalahan permukiman pada tingkat nasional diantaranya adalah sebagai berikut
1. Masih luasnya kawasan kumuh sebagai permukiman tidak layak huni sehingga dapat menyebabkan terjadinya degradasi lingkungan, dan pelayanan infrastruktur yang masih terbatas.
2. Masih terbatasnya prasarana sarana dasar pada daerah tertinggal, pulau kecil, daerah terpencil, dan kawasan perbatasan.
3. Belum berkembangnya Kawasan Perdesaan Potensial.
Sementara tantangan pengembangan permukiman pada tingkat nasional adalah sebagai berikut.
1. Percepatan peningkatan pelayanan kepada masyarakat.
2. Pencapaian target/sasaran pembangunan dalam Rencana Strategis Ditjen Cipta Karya sector Pengembangan Permukiman.
3. Pencapaian target MDG’s 2015, termasuk didalamnya pencapaian Program-Program Pro Rakyat (Direktif Presiden).
4. Perhatian pemerintah daerah terhadap pembangunan bidang Cipta Karya khususnya kegiatan Pengembangan Permukiman yang masih rendah.
5. Memberikan pemahaman kepada pemerintah daerah bahwa pembangunan infrastruktur permukiman yang saat ini sudah menjadi tugas pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota.
6. Penguatan Sinergi RP2KP/RTBL KSK dalam Penyusunan RPI2JM bidang Cipta Karya pada Kabupaten/Kota
Penjabaran permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman yang bersifat lokal yang ada pada Kabupaten Murung Raya antara lain:
Tabel 6. 4 Identifikasi Permasalahan Dan Tantangan Pengembangan Permukiman Di Kabupaten Murung Raya
No
Permasalahan Pengembangan Permukiman
Tantangan Pengembangan Alternatif Solusi
1 Aspek Teknis 1) Perkembangan
Permukiman yang Tidak Terencana 2) Rawan Genangan
dan Banjir 3) Terdapatnya
permukiman kumuh
1) Pengembangan permukiman eksisting menghindari pola perkembangan linier (ribbon development) diarahkan mengikuti pola cluster
2) Mendorong partisipasi masyarakat untuk mengadakan pengembangan rumah sendiri, tetapi penataannya harus mengikuti rencana tata ruang yang telah ada
3) Peningkatan Kebutuhan Perumahan
4) Peningkatan aksesbilitas pada
1) Membuat tanggul pada beberapa kawasan banjir dikarenakan sungai sungai yang ada belum dibuat tanggul
2) Membuat sodetan pada kawasan rawan banjir di daerah cekungan untuk mengalirkan air ke sungai atau anak sungai
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU DAN PROGAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2016-2020
No
Permasalahan Pengembangan Permukiman
Tantangan Pengembangan Alternatif Solusi
kawasan pedesaan
5) Didalam pengembangan perumahan tidak boleh merusak lingkungan
teknis atau peraturan daerah mengenai kawasan rawan banjir)
4) Pemenuhan kebutuhan perumahan dengan penambahan luas kawasan permukiman perkotaan di lahan yang tingkat produktivitasnya rendah, yaitu lahan pertanian kering (tegalan, perkebunan, dll)
5) Pengembangan program PPIP dan Percepatan Pembangunan Pedesaan dalam menyediakan infrastruktur
2 Aspek Kelembagaan 1) Belum terdapatnya
Regulasi mengenai pengelolaan
persampahan, airbersih, drainase dan sanitasi sebagai prasarana dasar yang menunjang
permukiman
2) Kurangnya jumlah personil aparatur pemerintah
3)Kurangnya kemampuan
aparatur pemerintah daerah sebagai fasilitator
pembangunan di perdesaan
1) Terciptanya pembangunan infrastruktur yang partisipatif, transparan dan berkelanjutan
1) Dibutuhkan pembuatan regulasi terkait prasarana permukiman sebagai penunjang kelayakan permukiman
2) Peningkatan jumlah dan pelatihan aparatur pemerintah
3 Aspek Pembiayaan 1) Terdapat hambatan
pendanaan baik yang berasal dari pemerintah baik dana pusat, daerah maupun swadaya
2) Alokasi Pembiayaan untuk pemeliharaan infrastruktur
perkotaan masih terbatas
3) Kurangnya
keikutsertaan pihak swasta dalam penyediaan
infrastruktur
4) Lemahnya kapasitas pemda dalam menggali potensi pembiayaan
1) Penyediaan infrastruktur yang layak bagi masyarakat 2) Pemerataan pembangunan
untuk menghindari ketimpangan
3) Penggalian potensi pembiayaan untuk pembangunan infrastruktur
1) Penyusunan program pembangunan
infrastruktur yang mencakup pihak swasta dalam pendanaan dan memiliki benefit bagi semua pihak
4 Aspek Peran Serta Masyarakat/Swasta 1) Peran serta
masyarakat masih kurang
1) Terciptanya pembangunan yang partisipatif sehingga masyarakat dapat berperan aktif dalam pembangunan daerahnya
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU DAN PROGAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2016-2020
No
Permasalahan Pengembangan Permukiman
Tantangan Pengembangan Alternatif Solusi
2) Kualitas SDM yang masih rendah
program-programnya
5 Aspek Lingkungan Permukiman
1) Kerawanan kawasan permukiman di sekitar sungai Barito terhadap banjir 2) Belum adanya
regulasi terkait pengaturan
lingkungan dalam pengembangan permukiman 3) Terdapatnya
permukiman kumuh pada kawasan sekitar sungai
1) Terciptanya pembangunan yang berwawasan lingkungan
1) Penyusunan regulasi terkait pemanfaatan lingkungan
2) Program-program penanganan kawasan kumuh
Sumber: Kompilasi Dokumen Perencanaan Daerah, 2015
6.1.3.
ANALISIS KEBUTUHAN PENGEMBANGAN PERMUKIMAN
Analisis kebutuhan merupakan tahapan selanjutnya dari identifikasi kondisi eksisting. Analisis kebutuhan mengaitkan kondisi eksisting dengan target kebutuhan yang harus dicapai. Terdapat arahan kebijakan yang menjadi acuan penetapan target pembangunan bidang Cipta Karya khususnya sektor pengembangan permukiman baik di tingkat Pusat maupun di tingkat kabupaten/kota.
Pada analisis kebutuhan perumahan di Kabupaten Murung Raya, didasarkan pada jumlah penduduk berdasarkan data BPS pada tahun 2012-2014. Berdasarkan hasil proyeksi penduduk yang dilakukan, maka dapat diketahui jumlah kebutuhan perumahan yang ada di Kabupaten Murung Raya hingga tahun 2019 dapat dilihat pada table berikut ini.
Tabel 6. 5 Perkiraan Kebutuhan Program Pengembangan Permukiman Untuk 5 Tahun
No Uraian Unit Tahun I Tahun II Tahun III
Tahun
IV Tahun V
1 Jumlah
Penduduk Jiwa 115.249 119.060 122.996 127.063 131.264 2 Kepadatan
Penduduk Jiwa/km2 4.86 5.02 5.2 5.36 5.54 3 Proyeksi
Kebutuhan Hunian
Unit 23.050 23.812 24.599 25.413 26.253
Sumber: Hasil Analisa, 2015
6.1.4.
PROGRAM-PROGRAM
SEKTOR
PENGEMBANGAN
PERMUKIMAN
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU DAN PROGAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2016-2020 Dalam implementasi program yang direncakan terbagi menjadi 2 (dua) jenis program pengembangan permukiman, yaitu Program pengembangan permukiman untuk perkotaan dan program pengembangan permukiman untuk perdesaaan.
Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan:
1. Penyusunan DED dan supervisi permukiman kumuh 2. Supervisi penanganan kawasan kumuh perkotaan
3. Penyediaan infrastruktur penanganan kawasan kumuh perkotaan 4. Program Penyusunan RDTR/Zoning Regulation
5. Perda Rencana Detail Tata Ruang
6. Penyusunan RTBL kawasan pusat pertumbuhan 7. Penyusunan dokumen RP2KP
8. Pengembangan infrastruktur permukiman
Pengembangan Kawasan Permukiman Pedesaan:
1. Penyediaan infrastruktur kawasan pedesaan 2. Supervisi kawasan perdesaan potensial
3. Penyediaan infrastruktur kawasan permukiman rawan bencana
6.1.5.
USULAN PROGRAM DAN KEGIATAN PENGEMBANGAN
PERMUKIMAN
A.Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan Permukiman
Setelah melalui tahapan analisis kebutuhan, maka perlu disusun usulan program dan kegiatan guna mengisi kesenjangan antara kondisi eksisting dengan kebutuhan. Akan tetapi usulan program dan kegiatan dibatasi oleh waktu dan kemampuan pendanaan pemerintah kabupaten/kota. Sehingga untuk jangka waktu perencanaan 5 (lima) tahun dalam RPI2JM dibutuhkan suatu kriteria untuk menentukan prioritasi dari tahun pertama hingga kelima. Dengan memperhatikan kriteria kesiapan yang telah dipaparkan pada sub subbab sebelumnya maka dapat dirumuskan usulan program dan kegiatan pengembangan permukiman Kabupaten Murung Raya yang disusun berdasarkan prioritasnya. Usulan program dan kegiatan tersebut adalah sebagai berikut.
Tabel 6. 6 Usulan dan Prioritas Program Infrastruktur Permukiman Kabupaten Murung Raya
No Program/Kegiatan Volume/Satuan Tahun Biaya
(x1000) Lokasi
1
Penyusunan DED dan supervisi permukiman kumuh
1 2017 300.000 Perkotaan Puruk Cahu
2
Supervisi penanganan kawasan kumuh perkotaan
1 2017 500.000 Perkotaan Puruk Cahu
3
Penyediaan infrastruktur
penanganan kawasan kumuh perkotaan
- 2018-2020 10.000.000 Puruk Cahu Perkotaan
4
Program Penyusunan RDTR/Zoning
Regulation
1 2016 500.000 Kab Murung Raya
5 Perda Rencana Detail
Tata Ruang 1 2017 500.000
Kab Murung Raya
6 Penyusunan RTBL
kawasan pusat 1 2017 350.000
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU DAN PROGAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2016-2020
No Program/Kegiatan Volume/Satuan Tahun Biaya
(x1000) Lokasi
pertumbuhan
7 Penyusunan dokumen
RP2KP 1 2016 500.000
Kab Murung Raya
8
Pengembangan infrastruktur permukiman
- 2016-2020 10.000.000 Kab Murung Raya
9 Supervisi kawasan
perdesaan potensial 1 2018 500.000
Kab Murung Raya
10
Penyediaan
infrastruktur kawasan permukiman rawan bencana
- 2018-2020 10.000.000 Kab Murung Raya
Total 33.150.000
Sumber: Hasil Rencana, 2015
B. Usulan Pembiayaan Pengembangan Permukiman
Dalam pengembangan permukiman, Pemerintah Daerah didorong untuk terus meningkatkan alokasi dana pada sektor tersebut serta mencari alternatif sumber pembiayaan dari masyarakat dan swasta (KPS, CSR). Berdasarkan usulan program dan kegiatan pengembangan permukiman yang telah dipaparkan sebelumnya, maka perlu diidentifkasi kemungkinan sumber pembiayaan baik dari APBD Kabupaten, APBD Provinsi, APBN, maupun dari masyarakat dan swasta sesuai dengan kemampuan pembiayaan pemerintah Kabupaten.
Tabel 6. 7 Usulan Pembiayaan Proyek
No Program/Kegiatan APBN APBD Prov
APBD
Kab Masyarakat Swasta CSR
1
Penyusunan DED dan supervisi permukiman kumuh
√
2
Supervisi penanganan kawasan kumuh perkotaan
√
3
Penyediaan infrastruktur
penanganan kawasan kumuh perkotaan
√ √
4
Program Penyusunan RDTR/Zoning Regulation Kawasan Perkotaan
√
5 Perda Rencana Detail Tata Ruang √
6
Penyusunan RTBL kawasan pusat pertumbuhan
√
7 Penyusunan dokumen
RP2KP √
8
Pengembangan infrastruktur permukiman
√
9 Supervisi kawasan
perdesaan potensial √
10
Penyediaan
infrastruktur kawasan permukiman rawan bencana
√
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU DAN PROGAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2016-2020
6.2.
PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN
6.2.1.
ARAHAN KEBIJAKAN DAN LINGKUP KEGIATAN
A.
Arahan kebijakan pengembangan penataan bangunan dan lingkungan mengacu pada amanat peraturan perundangan, antara lain:1. UU No.1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman
UU No. 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman memberikan amanat bahwa penyelenggaraan penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman adalah kegiatan perencanaan, pembangunan, pemanfaatan, dan pengendalian, termasuk di dalamnya pengembangan kelembagaan, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat yang terkoordinasi dan terpadu. Pada UU No. 1 tahun 2011 juga diamanatkan pembangunan kaveling tanah yang telah dipersiapkan harus sesuai dengan persyaratan dalam penggunaan, penguasaan, pemilikan yang tercantum pada rencana rinci tata ruang dan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL).
2. UU No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
UU No. 28 tahun 2002 memberikan amanat bangunan gedung harus diselenggarakan secara tertib hukum dan diwujudkan sesuai dengan fungsinya, serta dipenuhinya persyaratan administratif dan teknis bangunan gedung. Persyaratan administratif yang harus dipenuhi adalah:
a. Status hak atas tanah, dan/atau izin pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah
b. Status kepemilikan bangunan gedung c. Izin mendirikan bangunan gedung.
Persyaratan teknis bangunan gedung melingkupi persyaratan tata bangunan dan persyaratan keandalan bangunan. Persyaratan tata bangunan ditentukan pada RTBL yang ditetapkan oleh Pemda, mencakup peruntukan dan intensitas bangunan gedung, arsitektur bangunan gedung, dan pengendalian dampak lingkungan. Sedangkan, persyaratan keandalan bangunan gedung mencakup keselamatan, kesehatan, keamanan, dan kemudahan. UU No. 28 tahun 2002 juga mengamatkan bahwa dalam penyelenggaraan bangunan gedung yang meliputi kegiatan pembangunan, pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran, juga diperlukan peran masyarakat dan pembinaan oleh pemerintah.
3. PP 36/2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun 2002
tentang Bangunan Gedung
Secara lebih rinci UU No. 28 tahun 2002 dijelaskan dalam PP No. 36 Tahun 2005 tentang peraturan pelaksana dari UU No. 28/2002. PP ini membahas ketentuan fungsi bangunan gedung, persyaratan bangunan gedung, penyelenggaraan bangunan gedung, peran masyarakat, dan pembinaan dalam penyelenggaraan bangunan gedung. Dalam peraturan ini ditekankan pentingnya bagi pemerintah daerah untuk menyusun Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) sebagai acuan rancang bangun serta alat pengendalian pengembangan bangunan gedung dan lingkungan.
4. Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana
Tata Bangunan dan Lingkungan
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU DAN PROGAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2016-2020 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan.Dalam peraturan tersebut, dijelaskan bahwa RTBL disusun pada skala kawasan baik di perkotaan maupun perdesaan yang meliputi kawasan baru berkembang cepat, kawasan terbangun, kawasan dilestarikan, kawasan rawan bencana, serta kawasan gabungan dari jenis-jenis kawasan tersebut. Dokumen RTBL yang disusun kemudian ditetapkan melalui peraturan walikota/bupati.
5. Permen PU No.14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal
bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Permen PU No: 14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang mengamanatkan jenis dan mutu pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal. Pada Permen tersebut dilampirkan indikator pencapaian SPM pada setiap Direktorat Jenderal di lingkungan Kementerian PU beserta sektor-sektornya.
B. Lingkup Kegiatan
1.
Lingkup kegiatan untuk dapat mewujudkan lingkungan binaan yang baik sehingga terjadi peningkatan kualitas permukiman dan lingkungan meliputi: Kegiatan penataan lingkungan permukiman
Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL);
Bantuan Teknis pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH);
Pembangunan Prasarana dan Sarana peningkatan lingkungan pemukiman kumuh dan nelayan;
Pembangunan prasarana dan sarana penataan lingkungan pemukiman tradisional.
2.
Kegiatan pembinaan teknis bangunan dan gedung Diseminasi peraturan dan perundangan tentang penataan bangunan dan lingkungan;
Peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan dan gedung;
Pengembangan sistem informasi bangunan gedung dan arsitektur;
Pelatihan teknis.
3.
Kegiatan pemberdayaan masyarakat di perkotaan Bantuan teknis penanggulangan kemiskinan di perkotaan;
Paket dan Replikasi.
6.2.2.
ISU STRATEGIS, KONDISI EKSISTING, PERMASALAHAN
DAN TANTANGAN
A.
Isu Strategis PBL
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU DAN PROGAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2016-2020 Agenda internasional yang terkait PBL diantaranya adalah pencapaian
MDG’s 2015, khususnya tujuan 7 yaitu memastikan kelestarian lingkungan hidup. Target MDGs yang terkait bidang Cipta Karya adalah target 7C, yaitu menurunkan hingga separuhnya proporsi penduduk tanpa akses terhadap air minum layak dan sanitasi layak pada 2015, serta target 7D, yaitu mencapai peningkatan yang signifikan dalam kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh pada tahun 2020.
Agenda internasional lainnya adalah isu Pemanasan Global (Global Warming). Pemanasan global yang disebabkan bertambahnya karbondioksida (CO2) sebagai akibat konsumsi energi yang berlebihan mengakibatkan naiknya suhu permukaan global hingga 6.4°C antara tahun 1990 dan 2010, serta meningkatnnya tinggi muka laut di seluruh dunia hingga mencapai 10-25 cm selama abad ke-20. Kondisi ini memberikan dampak bagi kawasan-kawasan yang berada di pesisir pantai, yaitu munculnya bencana alam seperti banjir, kebakaran serta dampak sosial lainnya.
Agenda Habitat juga merupakan salah satu Agenda Internasional yang juga mempengaruhi isu strategis sektor PBL. Konferensi Habitat I yang diselenggarakan di Vancouver, Canada, pada 31 Mei – 11 Juni 1976, sebagai dasar terbentuknya UN Habitat pada tahun 1978, yaitu sebagai lembaga PBB yang mengurus permasalahan perumahan dan permukiman serta pembangunan perkotaan. Konferensi Habitat II yang dilaksanakan di lstanbul, Turki, pada 3 – 14 Juni 1996 dengan dua tema pokok, yaitu "Adequate Shelter for All" dan "Sustainable Human Settlements Development in an Urbanizing World", sebagai kerangka dalam penyediaan perumahan dan permukiman yang layak bagi masyarakat.
Dari agenda-agenda tersebut maka isu strategis tingkat nasional untuk bidang PBL dapat dirumuskan adalah sebagai berikut.
1.
Penataan Lingkungan Permukimana. Pengendalian pemanfaatan ruang melalui RTBL;
b. PBL mengatasi tingginya frekuensi kejadian kebakaran di perkotaan; c. Pemenuhan kebutuhan ruang terbuka publik dan ruang terbuka hijau
(RTH) di perkotaan;
d. Revitalisasi dan pelestarian lingkungan permukiman tradisional dan bangunan bersejarah berpotensi wisata untuk menunjang tumbuh kembangnya ekonomi lokal;
e. Peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka pemenuhan SPM; f. Pelibatan pemerintah daerah dan swasta serta masyarakat dalam
penataan bangunan dan lingkungan.
2.
Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negaraa.
Tertib pembangunan dan keandalan bangunan gedung (keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan);b.
Pengendalian penyelenggaraan bangunan gedung dengan perda bangunan gedung di kab/kota;c.
Tantangan untuk mewujudkan bangunan gedung yang fungsional, tertib, andal dan mengacu pada isu lingkungan/ berkelanjutan;d.
Tertib dalam penyelenggaraan dan pengelolaan aset gedung dan rumah negara;e.
Peningkatan kualitas pelayanan publik dalam pengelolaan gedung dan rumah Negara.3.
Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan KemiskinanPENYUSUNAN RENCANA TERPADU DAN PROGAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2016-2020 b. Realisasi DDUB tidak sesuai dengan komitmen awal termasuk sharing
in-cash sesuai MoU PAKET;
c. keberlanjutan dan sinergi program bersama pemerintah daerah dalam penanggulangan kemiskinan.
Isu strategis Kabupaten Murung Raya terkait Penataan Bangunan dan Lingkungan antara lain:
Tabel 6. 8 Isu Strategis Sektor PBL di Kabupaten Murung Raya
No Kegiatan Sektor PBL Isu Strategis Sektor PBL
1 Penataan Lingkungan Permukiman
Adanya kebutuhan masyarakat akan perumahan yang semakin meningkat terutama di perkotaan, mengakibatkan alih fungsi lahan tidak terbendung Belum maksimalnya peran aktif dari pemangku kepentingan dalam penyelenggaraan pembangunan di bidang perumahan
Keterbatasan akses masyarakat berpenghasilan menengah kebawah terhadap lahan untuk perumahan serta terbatasnya anggaran pemerintah dalam memfasilitasi penyediaan perumahan yang layak huni, terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah Adanya kawasan cagar budaya Rumah Betang sebagai kawasan strategis Provinsi Kalimantan Tengah Masih terdapatnya kawasan permukiman kumuh pada perkotaan
2 Penyelenggaraan
Bangunan Gedung dan Rumah Negara
Belum optimalnya pelayanan teknis bangunan gedung negara, bangunan gedung yang dilindungi dan dilestarikan, dikarenakan SDM yang kurang
3 Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan
Masih tingginya jumlah keluarga miskin pada Kabupaten Murung Raya
Adanya program PPIP dan Percepatan Pembangunan Pedesaan
Sumber: Kompilasi Dokumen Perencanaan Daerah, 2015
B.
Kondisi Eksisting
Kondisi eksisting penataan bangunan dan lingkungan terkait dengan capaian suatu kota/kabupaten dalam penataan bangunan dan lingkungan yang nyaman. Terlebih dahulu perlu diketahui peraturan perundangan di tingkat kabupaten/kota (meliputi peraturan daerah, peraturan gubernur, peraturan walikota/bupati, maupun peraturan lainya) yang mendukung seluruh tahapan proses perencanaan, pembangunan, dan pemanfaatan penataan bangunan dan lingkungan.
Tabel 6. 9 Peraturan Daerah Terkait Penataan Bangunan dan Lingkungan
No
Perda/Pergub/Perwal/Perbup/Peraturan Lainnya
Amanat Kebijakan Daerah Jenis Produk
Pengaturan No./Tahun Perihal
1 Peraturan Daerah
10/2013 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Murung Raya Tahun 2013-2018
Peningkatan kualitas lingkungan sehat perumahan
2 Peraturan Daerah
10/2008 Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kebupaten Murung Raya
Penyelenggaraan pembangunan perumahan yang berkelanjutan, memadai, layak, dan terjangkau oleh daya beli masyarakat serta didukung oleh prasarana dan sarana permukiman yang mencukupi dan berkualitas yang dikelola secara profesional, terpercata, mandiri dan efisien
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU DAN PROGAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2016-2020 Secara umum kondisi penataan lingkungan permukiman akan dijelaskan pada tabel berikut ini:
Tabel 6. 10 Penataan Lingkungan Permukiman
Kawasan Tradisional/
Bersejarah RTH Penanganan Kebakaran
Nama
Instansi Kebakaran Prasarana
Kawasan 6. Jaringan Jalan 7. Sistem
persampahan Murung 2.43 0.010
Kawasan
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU DAN PROGAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2016-2020 Pada Kabupaten Murung Raya terdapat program penanganan kimiskinan melaui PPIP dan Percepatan Pembangunan Desa dan Kelurahan. Berikut merupakan penjabaran dari program tersebut.
Tabel 6. 11 Peraturan Daerah Terkait Penataan Bangunan dan Lingkungan
No Kecamatan Kegiatan PPIP Percepatan Pembangunan Desa dan Kelurahan
1 Permata Intan - Pembangunan Infrastruktur Pedesaan
2 Sungai Babuat - Pembangunan Infrastruktur Pedesaan
3 Murung Infrastruktur Pedesaan Pembangunan Pembangunan Infrastruktur Pedesaan
4 Laung Tuhup - Pembangunan Infrastruktur Pedesaan
5 Barito Tuhup - Pembangunan Infrastruktur Pedesaan
6 Tanah Siang - Pembangunan Infrastruktur Pedesaan
7 Tanah Siang
Selatan -
Pembangunan Infrastruktur Pedesaan
8 Sumber Barito - Pembangunan Infrastruktur Pedesaan
9 Seribu Riam Pembangunan Infrastruktur Pedesaan
Pembangunan Infrastruktur Pedesaan
10 Uut Murung - Pembangunan Infrastruktur Pedesaan
Sumber: Kompilasi Dokumen PPIP dan Percepatan Pembangunan Desa dan Kelurahan Kab. Murung Raya, 2015
C.
Permasalahan dan Tantangan
Dalam kegiatan penataan bangunan dan lingkungan terdapat beberapa permasalahan dan tantangan yang dihadapi. Berikut merupakan penjabaran permasalahan dan tantangan dalam penataan bangunan dan lingkungan.
Tabel 6. 12 Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Penataan Bangunan dan Lingkungan
No Aspek PBL Permasalahan Tantangan
Pengembangan Alternatif Solusi I Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman
1 Aspek Teknis Terdapatnya kawasan permukiman kumuh di bantaran sungai Barito
Penangan lingkungan kumuh
Pembuatan supervisi penanganan
permukiman kumuh serta program penanganan
lingkungan kumuh beserta tindak lanjutnya 2 Aspek
Kelembagaan
Kurangnya kemampuan aparatur pemerintah daerah sebagai fasilitator
pembangunan di perdesaan
Penyediaan penataan lingkungan
permukiman yang layak
Pelatihan aparatur pemerintah dalam upaya peningkatan SDM
3 Aspek Pembiayaan Terdapat hambatan
pendanaan baik yang
berasal dari pemerintah baik dana pusat, daerah
maupun swadaya
Penyediaan penataan lingkungan
permukiman yang layak
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU DAN PROGAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2016-2020
No Aspek PBL Permasalahan Tantangan
Pengembangan Alternatif Solusi
4 Aspek Peran Serta manusia masih sangat rendah
Adanya partisipasi masyarakat dalam penataan lingkungan
Sosialisasi terkait program penataan lingkungan
5 Aspek Lingkungan Permukiman
1.Belum adanya regulasi terkait pengaturan kawasan sekitar sungai
Terciptanya
pembangunan yang berwawasan
lingkungan
1.Penyusunan regulasi terkait pemanfaatan lingkungan
2. Program-program penanganan kawasan kumuh
II Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara
1 Aspek Teknis 1.Banyaknya Bangunan Gedung Negara yang belum
Sarana hidran kebakaran banyak yang tidak berfungsi dan kurang Bangunan Gedung dan Peraturan Pemerintah No. 36 tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UUBG, bahwa semua Bangunan Gedung harus layak fungsi pada tahun 2010
Penyelenggaraan bangunan gedung yang sesuai dengan peraturan
2 Aspek Kelembagaan
Masih adanya kelembagaan bangunan gedung yang belum berfungsi efektif dan efisien dalam pengelolaan Bangunan Gedung dan Rumah Negara
Amanat Undang-Undang No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung dan Peraturan Pemerintah No. 36 tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UUBG, bahwa semua Bangunan Gedung harus layak fungsi pada tahun 2010
Penigkatan kinerja lembaga dalam penyelenggaraan bangunan gedung
3 Aspek Pembiayaan Minimnya
anggaran untuk perawatan
Amanat Undang-Undang No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung dan Peraturan Pemerintah No. 36 tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UUBG, bahwa semua Bangunan Gedung harus layak fungsi pada tahun 2010
Penggalian skema pendanaan lain yang potensial
4 Aspek Peran Serta
Masyarakat/Swasta - - -
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU DAN PROGAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2016-2020
No Aspek PBL Permasalahan Tantangan
Pengembangan Alternatif Solusi
Permukiman
III Kegiatan Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan
1 Aspek Teknis Program-program penanganan kemiskinan masih belum menjangkau seluruh wilayah kabupaten
Amanat program
MDG’s yaitu
peningkatan yang signifikan dalam kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh pada tahun 2020
Pengoptimalan program penanganan kemiskinan agar dapat mencakup seluruh wilayah kabupaten
2 Aspek
Kelembagaan - - -
3 Aspek Pembiayaan Minimnya
anggaran dalam program
penanganan kemiskina
Amanat program
MDG’s yaitu
peningkatan yang signifikan dalam kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh pada tahun 2020
Penggalian skema pendanaan lain yang manusia masih sangat rendah
Adanya partisipasi masyarakat/komunitas kawasan kumuh akibat kurangnya penanganan pada kemiskinan
Amanat program
MDG’s yaitu
peningkatan yang signifikan dalam kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh pada tahun 2020
1. Penyusunan regulasi terkait pemanfaatan lingkungan
2. Program-program penanganan kawasan kumuh
Sumber: Kompilasi Dokumen Perencanaan Daerah, 2015
6.2.3.
ANALISIS KEBUTUHAN PENGEMBANGAN PBL
Analisis kebutuhan merupakan tahapan selanjutnya dari identifikasi kondisi eksisting. Analisis kebutuhan mengaitkan kondisi eksisting dengan target kebutuhan yang harus dicapai. Terdapat arahan kebijakan yang menjadi acuan penetapan target pembangunan bidang Cipta Karya khususnya sektor penataan bangunan dan lingkungan baik di tingkat Pusat maupun di tingkat kabupaten/kota. Berikut merupakan penjabaran dari analisis kebutuhan pengembangan PBL.
Tabel 6. 13 Kebutuhan Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan
No Uraian Satuan Kebutuhan
Tahun I Tahun II Tahun III Tahun IV Tahun V I Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman
1 Ruang
II Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara
1 Bangunan Fungsi
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU DAN PROGAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2016-2020
No Uraian Satuan Kebutuhan
Tahun I Tahun II Tahun III Tahun IV Tahun V
2 Bintek Pembanguna n Gedung
Negara Laporan
Penyusunan Dokumen
Bintek Pembangunan
Gedung Negara
Penyusunan Dokumen
Bintek Pembangunan
Gedung Negara
III Kegiatan Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan
1 PPIP
-
Penyediaan Infrastruktur Pedesaan yang belum tercakup
Penyediaan Infrastruktur Pedesaan yang belum tercakup
Penyediaan Infrastruktur Pedesaan yang belum tercakup
Penyediaan Infrastruktur Pedesaan yang belum tercakup
Penyediaan Infrastruktur Pedesaan yang belum tercakup
2 Program Percepatan Pembanguna
n Perdesaan -
Penyediaan Infrastruktur Pedesaan yang belum tercakup
Penyediaan Infrastruktur Pedesaan yang belum tercakup
Penyediaan Infrastruktur Pedesaan yang belum tercakup
Penyediaan Infrastruktur Pedesaan yang belum tercakup
Penyediaan Infrastruktur Pedesaan yang belum tercakup
Sumber: Hasil Analisis, 2015
6.2.4.
PROGRAM DAN KRITERIA PENYIAPAN SERTA SKEMA
KEBIJAKAN PENDANAAN SEKTOR PBL
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU DAN PROGAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2016-2020
Tabel 6. 14 Usulan Program dan Lingkungan Pengembangan Penataan Bangunan dan Lingkungan Kabupaten Murung Raya
No
Output
Lokasi Vol Satuan
Sumber Pendanaan Tahun
Indikator Output APBN APBD
Prov
APBD
Kab Masyarakat Swasta CSR 1 2 3 4 5
Rincian RP Murni PHLN
KEGIATAN: PENGATURAN, PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PENYELENGGARAAN DALAM PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN TERMASUK PENGELOLAAN GEDUNG DAN RUMAH NEGARA
1 Pengaturan Pengembangan Permukiman
Jumlah NSPK Bid Penataan Bangunan dan Lingkungan 1a. Penyusunan NSPK, Legalisasi draft NSPK
Kab. Murung
Raya 1 Paket
500 Juta 2 Pembinaan Pelaksanaan Penataan Bangunan dan Lingkungan, Pengelolaan Gedung dan Rumah Negara
Jumlah Laporan Penyelenggaraan Bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan
2a. Penyusunan Perda BG Kab. Murung
Raya 1 Paket
350 Juta 2b. Penyusunan RTBL
Kawasan perkotaan Puruk Cahu
Perkotaan
Puruk Cahu 1 Paket 350
Juta
2c. Rencana Tindak Sistem Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Kab. Murung
Raya 1 Paket 350
Juta
2d. Fasilitas Penguatan Kelembagaan Penataan Bangunan dan
Lingkungan
Kab. Murung Raya
1 Kegiatan 300 Juta
3 Pengawasan dan Pelaksanaan Penataan Bangunan dan Lingkungan, Pengelolaan Gedung dan Rumah Negara
Jumlah Laporan Pengawasan Penyelenggaraan Bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan
3a. Pemeriksaan Kendala Bangunan Gedung
Kab. Murung
Raya 1
Kegiat an
1 Miliar 4 Bangunan Gedung dan Fasilitasnya
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU DAN PROGAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2016-2020
No
Output
Lokasi Vol Satuan
Sumber Pendanaan Tahun
Indikator Output APBN APBD
Prov
APBD
Kab Masyarakat Swasta CSR 1 2 3 4 5
Rincian RP Murni PHLN
4a. Pengembangan Bangunan Keraton Maya
Kelurahan Saripoi, Kecamatan Tanah Siang
1 Kegiat an
3
Miliar 3 Miliar
5 Sarana dan Prasarana Lingkungan Permukiman
Jumlah Kawaasan yang Tertata Bangunan dan Lingkungannya
5a. Pengembangan Sarana dan Prasarana untuk Proteksi Kebakaran
Kab. Murung
Raya 1 Kegiatan Miliar 20 Miliar 20 10 Miliar
5b. Pengembangan Sarana dan Prasarana Untuk Aksesbilitas BG
Kab. Murung
Raya 1 Kegiat an
10 Miliar
5c. Sarana dan Prasarana Preservasi Benteng Belanda
Di Kompi Antang 631 TNI AD (Puruk Cahu)
1 Kegiat an
3
Miliar 2 Miliar
5d. Konservasi Batu Antik Lada
Kelurahan Saripoi (Kecamatan tanah Siang)
1 Kegiatan Miliar 1 1 Miliar
5e. Rehabilitasi Makam Beras Kuning
Desa Datah Kotou (Kecamatan Tanah Siang Selatan)
1 Kegiat an
3
Miliar 2 Miliar
5f. Rehabilitas Puruk Kambang
Desa Oreng (Kecamatan Tanah Siang Selatan)
1 Kegiat an
3
Miliar 2 Miliar
5e. Sarana dan Prasarana Ruang Terbuka Hijau
Kab. Murung
Raya 1
Kegiat an
3
Miliar 2 Miliar
6 Keswadayaan /Pemberdayaan Masyarakat
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU DAN PROGAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2016-2020
No
Output
Lokasi Vol Satuan
Sumber Pendanaan Tahun
Indikator Output APBN APBD
Prov
APBD
Kab Masyarakat Swasta CSR 1 2 3 4 5
Rincian RP Murni PHLN
Pemberdayaan Sosial (PPIP) 6a. Pendampingan
Pemberdayaan Sosial (PPIP)
Desa-Desa tertentu yang mendapatkan program
√
Jumlah Kel/Desa Yang Mendapatkan Pendampingan Pemberdayaan Sosial (Program Percepatan Pembangunan Pedesaan) 6b. Pendampingan
Pemberdayaan Sosial (Program Percepatan Pembangunan Pedesaan)
Desa-Desa tertentu yang mendapatkan program
√
Total 300 Juta 33
Miliar
35,05
Miliar 22 Miliar
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU DAN PROGAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2016-2020
6.3.
PENGEMBANGAN AIR MINUM
Penyelenggaraan pengembangan SPAM adalah kegiatan merencanakan, melaksanakan konstruksi, mengelola, memelihara, merehabilitasi, memantau, dan/atau mengevaluasi sistem fisik (teknik) dan non fisik penyediaan air minum. Penyelenggara pengembangan SPAM adalah badan usaha milik negara (BUMN)/ badan usaha milik daerah (BUMD), koperasi, badan usaha swasta, dan/atau kelompok masyarakat yang melakukan penyelenggaraan pengembangan sistem penyediaan air minum. Penyelenggaraan SPAM dapat melibatkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan SPAM berupa pemeliharaan, perlindungan sumber air baku, penertiban sambungan liar, dan sosialisasi dalam penyelenggaraan SPAM.
6.3.1.
ARAHAN KEBIJAKAN DAN LINGKUP KEGIATAN
A.Arahan kebijakan pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) mengacu pada amanat peraturan perundangan, antara lain:
1. Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
Pada pasal 40 mengamanatan bahwa pemenuhan kebutuhan airbaku untuk air minum rumah tangga dilakukan dengan pengembangan sistem penyediaan air minum (SPAM). Untuk pengembangan sistem penyediaan air minum menjadi tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah.
2. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Program Jangka
Panjang (RPJP) Tahun 2005-2025
Perundangan ini mengamanatkan bahwa kondisi sarana dan prasarana masih rendah aksesibilitas, kualitas, maupun cakupan pelayanan.
3. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem
Penyediaan Air Minum
Bahwa Pengembangan SPAM adalah kegiatan yang bertujuan membangun, memperluas dan/atau meningkatkan sistem fisik (teknik) dan non fisik (kelembagaan, manajemen, keuangan, peran masyarakat, dan hukum) dalam kesatuan yang utuh untuk melaksanakan penyediaan air minum kepada masyarakat menuju keadaan yang lebih baik. Peraturan tersebut juga menyebutkan asas penyelenggaraan pengembangan SPAM, yaitu asas kelestarian, keseimbangan, kemanfaatan umum, keterpaduan dan keserasian, keberlanjutan, keadilan, kemandirian, serta transparansi dan akuntabilitas.
4. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2006 tentang
Kebijakan dan Strategi Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum Peraturan ini mengamanatkan bahwa dalam rangka peningkatan pelayanan/penyediaan air minum perlu dilakukan pengembangan SPAM yang bertujuan untuk membangun, memperluas, dan/atau meningkatkan sistem fisik dan non fisik daam kesatuan yang utuh untuk melaksanakan penyediaan air minum kepada masyarakat menuju keadaan yang lebih baik dan sejahtera.
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU DAN PROGAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2016-2020
B. Lingkup Kegiatan
SPAM dapat dilakukan melalui sistem jaringan perpipaan dan/atau bukan jaringan perpipaan. SPAM dengan jaringan perpipaan dapat meliputi unit air baku, unit produksi, unit distribusi, unit pelayanan, dan unit pengelolaan. Sedangkan SPAM bukan jaringan perpipaan dapat meliputi sumur dangkal, sumur pompa tangan, bak penampungan air hujan, terminal air, mobil tangki air, instalasi air kemasan, atau bangunan perlindungan mata air. Pengembangan SPAM menjadi kewenangan/ tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk menjamin hak setiap orang dalam mendapatkan air minum bagi kebutuhan pokok minimal sehari-hari guna memenuhi kehidupan yang sehat, bersih, dan produktif sesuai dengan peraturan perundang-undangan, seperti yang diamanatkan dalam PP No. 16 Tahun 2005.
Pemerintah dalam hal ini adalah Direktorat Pengembangan Air Minum, Ditjen Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum yang mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas pokok Direktorat Jenderal Cipta Karya di bidang perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan produk pengaturan, pembinaan dan pengawasan serta fasilitasi di bidang pengembangan sistem penyediaan air minum. Adapun fungsinya antara lain mencakup:
Menyusun kebijakan teknis dan strategi pengembangan system penyediaan air minum;
Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi pengembangan sistem penyediaan air minum termasuk penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial;
Pengembangan investasi untuk sistem penyediaan air minum;
Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria serta pembinaan kelembagaan dan peran serta masyarakat di bidang air minum.
6.3.2.
ISU,
KONDISI
EKSITING,
PERMASALAHAN
DAN
TANTANGAN
A. Isu Strategis Pengembangan SPAM
Terdapat isu-isu strategis yang diperkirakan akan mempengaruhi upaya Indonesia untuk mencapai target pembangunan di bidang air minum. Isu ini didapatkan melalui serangkaian konsultasi dan diskusi dalam lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum khususnya Direktorat Jenderal Cipta Karya. Isu-isu strategis tersebut adalah:
1. Peningkatan Akses Aman Air Minum 2. Pengembangan Pendanaan
3. Peningkatan Kapasitas Kelembagaan
4. Pengembangan dan Penerapan Peraturan Perundang-undangan 5. Pemenuhan Kebutuhan Air Baku untuk Air Minum
6. Rencana Pengamanan Air Minum
7. Peningkatan Peran dan Kemitraan Badan Usaha dan Masyarakat
8. Penyelenggaraan Pengembangan SPAM yang Sesuai dengan Kaidah Teknis dan Penerapan Inovasi Teknologi
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU DAN PROGAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2016-2020 1. Masyarakat masih menggunakan pompa listrik secara individual untuk
menyedot air dari sungai tanpa mengetahui apakah air tersebut sudah sesuai standar kelayakan untuk dikonsumsi.
2. Jika rumahnya cukup jauh dari sungai, masyarakat membuat sumur. adapula yang sudah secara kolektif membangun perpipaan dari sumber air/mata air terdekat.
3. Masyarakat masih ada yang tinggal di rumah apung di beberapa titik di Sungai Barito, dan menggunakan air Sungai Barito untuk pemenuhan semua kebutuhan airnya.
4. Masyarakat yang berada di daerah permukiman khususnya di perkotaan yang sudah sebagian dilayani oleh PDAM memiliki minat untuk berlangganan PDAM dan memiliki kemampuan untuk membayar tagihan airnya dengan syarat PDAM menghasilkan air yang kuantitasnya mencukupi serta kualitasnya baik.
5. Masyarakat yang selama ini yang menggunakan sumber air/mata air baik melalui perpipaan ataupun sumur bor dan belum dilayani oleh jaringan distribusi PDAM, juga memiliki minat untuk berlangganan PDAM, tetapi tidak semua warga mau dan mampu untuk membayar tagihan air dan biaya untuk membuat sambungan rumah/distribusi.
6. Belum sepenuhnya masyarakat mendapatkan akses terhadap air minum yang layak.
7. Masyarakat masih menggunakan Sungai Barito sebagai jalur transportasi dan juga daerah yang dapat ditinggali menggunakan rumah apung. Hal tersebut meningkatkan potensi pencemaran pada Sungai Barito.
8. Masyarakat masih membuang sisa limbah dari rumah
tangga/perkantoran melalui saluran drainase yang menuju ke sungai. 9. Belum terpenuhinya target penambahan air baku.
B. Kondisi Eksisting Pengembangan SPAM
Pembahasan yang perlu diperhatikan terkait dengan Kondisi Eksisting Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum di Kabupaten Murung Raya secara umum adalah:
i. Aspek Teknis
Jenis jaringan penyediaan air yang ada pada Kabupaten Murung Raya terbagi menjadi dua yaitu, penyediaan air melalui PDAM dan mandiri. Melalui PDAM, jaringan air minum yang diberikan masih memiliki kualitas sebagai air bersih. Jangkauan pelayanan PDAM masih di area perkotaan Puruk Cahu dan Muara Lahung, pelayanan terjauh adalah sampai Rumah Jabatan Wakil Bupati dan sebelum Perumahan Cilik Riwut di km 2. Sumber air bakunya berasal dari DAM di Dirung Karengkang dengan debit 2 x 50 liter/detik, namun baru bisa berfungsi sekitar 60%. Berikut merupakan data jumlah pelanggan pengguna jaringan PDAM.
Tabel 6. 15 Data Jumlah Pelanggan per Golongan Tahun 2014
Jenis Pelayanan Golongan Tarif Jumlah Pelanggan Rumah Tangga Biasa III.1 3.307
Industri Rumah Tangga III.3 25 Rumah Sakit Pemerintah II.5 6
Tempat Ibadah I.4 28
Sekolah II.4 23
Instansi Pemerintah II.6 23
Niaga Kecil III.2 415
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU DAN PROGAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2016-2020
Jenis Pelayanan Golongan Tarif Jumlah Pelanggan TNI/Polri Kabupaten II.7 3
Hidran Umum I.1 3
MCK I.2 -
Rumah Mewah IV.3 24
Total 3.878
Sumber : Laporan Teknis PDAM Kabupaten Murung Raya
Water Treatment Plan (WTP) yang dikelola oleh PDAM juga berada di Dirung Karengkang. Penyaluran air bersih dari PDAM masih menggunakan sistem gravitasi, sehingga tidak bisa melayani area yang memiliki kontur bergelombang, meskipun area tersebut masik dalam wilayah perkotaan.
Tingkat pelayanan air bersih yang diproduksi PDAM rata-rata per hari pada tahun 2014 dapat melayani penduduk di wilayah Kabupaten Murung Raya baru mencapai 23,38%.
Tabel 6. 16 Tingkat Pelayanan Air Bersih PDAM
Jumlah Penduduk (Jiwa) 105.100
Eksisting Kebutuhan Air Minum
Domestik (86 liter/jiwa/hr) 9.038.600 Non Domestik (20% x domestik) 1.807.720
Jumlah (liter) 10.846.320
Produksi PDAM (liter/hari) 2.536.389
Tingkat Pelayanan PDAM (%) 23,38
Sumber: Dokumen RISPAM, 2015
Sedangkan penyediaan air minum selain PDAM, menggunakan air baku yang berasal dari sungai, mata air dan sumur bor. Penyediaan air minum yang berasal dari sungai dan mata air selama ini tanpa diolah, hanya ditampung kemudian disalurkan melalui pipa sebagai air bersih belum air minum, bangunannya dibuat oleh pemerintah lalu diserahkan ke desa-desa, dengan sistem pengalirannya gravitasi. Sedangkan penggunaan sumur bor umumnya mencapai kedalaman 4-5 meter, yaitu di kompleks perkantoran Jalan Jenderal Sudirman berupa air gambut.
Penyediaan air bersih di wilayah yang tidak terjangkau PDAM juga telah diupayakan oleh pemerintah melalui Dinas PU Sumber Daya Air melalui pembangunan sarana air bersih pedesaan.
Tabel 6. 17 Pelayanan Air Bersih Pedesaan
Desa Jumlah Penduduk (Jiwa)
Pelayanan Air Bersih (liter/hari)
Tumbang Bahan 233 20.038
Batu Tuhup 603 51.858
Muara Tuhup 3.733 321.038
Muara Tupuh 1.409 121.174
Lakutan 189 16.254
Tewai Haui 338 29.068
Tumbang Bana 421 36.206
Muara Maruwei II 545 46.870
Penda Siron 339 29.154
Batu Bua I 1.157 99.502
Batu Bua II 524 45.064
Dirung 497 42.742
Malasan 523 44.978
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU DAN PROGAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2016-2020
Desa Jumlah Penduduk (Jiwa)
Pelayanan Air Bersih (liter/hari)
Muara Jaan 461 39.646
Danau Usung 960 82.560
Kalapeh Baru 709 60.974
Sungai Lunuk 1.004 86.344
Karali 700 60.200
Doan Arung 247 21.242
Saripoi 1.247 107.242
Kalang Kaluh 366 31.476
Mahanyan 187 16.082
Datah Kotou 465 39.990
Jumlah 17.444 1.500.184
Non Domestik 261.660
Pelayanan 1.569.960
Sumber: Dokumen RISPAM, 2015
Tabel 6. 18 Tingkat Pelayanan Air Bersih Pedesaan
Jumlah Penduduk (Jiwa) 105.100
Eksisting Kebutuhan Air Minum
Domestik (75 liter/jiwa/hr) 9.038.600 Non Domestik (20% x domestik) 1.807.720
Jumlah 10.846.320
Pelayanan Air Bersih Pedesaan (liter/hari) 1.800.221 Tingkat Pelayanan Air Bersih Pedesaan (%) 16,60 Tingkat Pelayanan Air Bersih Pedesaan & PDAM(%) 39,98
Sumber: Dokumen RISPAM, 2015
Dapat diketahui dari tabel di atas bahwa jika diasumsikan seluruh penduduk di desa-desa tersebut mendapatkan pelayanan air bersih, maka jumlah pelayanan air bersih pedesaan adalah 1,5 juta liter/hari. Tingkat pelayanan air bersih pedesaan adalah 16,60%, jika digabungkan dengan pelayanan PDAM maka tingkat pelayanan air bersih keseluruhan adalah 39,98%.
Berdasarkan data pemakaian air dari PDAM dan wawancara dengan penduduk, diperoleh rata-rata pemakaian air harian. Untuk kegiatan domestik, rata-rata pemakaian airnya adalah 86 liter/hari. Sedangkan untuk kegiatan non domestik, rata-rata pemakaian airnya adalah 135 liter/hari.
ii. Aspek Pendanaan
Pembiayaan dalam pengembangan SPAM bersumber dari APBD Kabupaten Murung Raya. Pembiayaan pengembangan SPAM berupa pembangunan sarana air bersih di berbagai desa yang telah dilakukan oleh Dinas PU Sumber Daya Air. Biaya pengembangan SPAM pada tahun 2014 adalah 9,7 milyar rupiah.
Tabel 6. 19 Pengembangan SPAM Tahun 2014
Judul Pekerjaan Nilai HPS (juta
rupiah)
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU DAN PROGAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2016-2020
Judul Pekerjaan Nilai HPS (juta
rupiah)
Pembangunan Sarana Air Bersih Ds. Kalapeh Baru 325 Pembangunan Sarana Air Bersih Ds. Doan Arung 306 Pembangunan Sarana Air Bersih Kota Puruk Cahu (Tahap II) 900 Peningkatan Sarana Air Bersih Desa T. Molut 337 Peningkatan Sarana Air Bersih Desa Olong Liko 337 Peningkatan Sarana Air bersih Desa Sungai Bakanon 245 Peningkatan Sarana air bersih Sungai Matoi Desa Tahujan Ontu 424 Pembuatan DAM dan Jaringan Air Bersih Ds. Kalang Kaluh 405 Pembangunan Sarana Air Bersih Ds. Muara Tupuh 235 Rehabilitasi/Pemeliharaan Sarana Air Bersih RT.I Ds.Datah Kotou 405 Pembangunan Sarana Air Bersih Ds.Dirung 581 Pembangunan Sarana Air Bersih Ds. Malasan 405 Rehabilitasi / Pemeliharaan Sarana Air Bersih Ds. M. Jaan 381 Pembangunan Sarana Air Bersih RT. II Ds. Datah Kotou 382 Pembangunan Sarana Air Bersih Ds.Danau Usung 214 Perencanaan Pembangunan Sarana Air Bersih Tosah (Lanjutan) 79
Jumlah 9.722
Sumber: LPSE Kab. Murung Raya
iii. Kelembagaan
Dalam pengembangan SPAM di Kabupaten Murung Raya, aspek kelembagaan dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Murung Raya melalui Dinas PU Sumber Daya Air dan PDAM. Dalam prosesnya, Dinas PU Sumber Daya Air bertugas membangun sarana air bersih yaitu menyalurkan air bersih dari sumber air baku hingga sampai saluran perpipaan primer. Sedangkan PDAM bertugas untuk mengelola pelayanan air bersih dan memasang sambungan rumah (SR) dari saluran perpipaan primer.
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU DAN PROGAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2016-2020
Gambar 6. 1 Struktur Organisasi Kelembagaan SPAM
iv. Peraturan Perundangan
Landasan hukum kegiatan Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kabupaten Murung Raya adalah sebagai berikut:
1. Undang-Undang No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi; 2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air 3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional;
4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014, tentang Pemerintahan Daerah;
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang;
6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan Dan Kawasan Permukiman;
7. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang- Undangan
8. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
9. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten Kota;
10. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
11. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air
12. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2009 Tentang Pengelolaan Kawasan Perkotaan
13. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2010 Tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang
14. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat Dalam Penataan Ruang
15. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2011 tentang Sungai
16. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2012 Tentang Daerah Aliran Sungai
Penanggung Jawab
BUPATI
Regulator
BAPPEDA
Pelaksana Teknis
DINAS PU SDA
Operator
PDAM
Operator
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU DAN PROGAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2016-2020 17. Keputusan Menteri Prasarana Wilayah 534/KPTS/M/2001
Tentang Pedoman Penentuan Standar Pelayanan Minimal SPAM; 18. Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No.
260/KPTS/M/2004;
19. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 23 Tahun 2006 tentang Pedoman Teknis dan Tata Cara Pengaturan Tarif Air Minum pada Perusahaan Daerah Air Minum;
20. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 18/PRT/M/2007 tentang Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum;
21. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 41/PRT/M/2007 Tentang Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budidaya;
22. Peraturan Menteri Dalam Negeri No.1 Tahun 2008 Tentang Pedoman Perencanaan Kawasan Perkotaan;
23. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 17/PRT/M/2009 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota;
24. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 01/PRT/M/2009 tentang Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum Bukan Jaringan Perpipaan;
25. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 08/PRT/M/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum;
26. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 12/PRT/M/2010 tentang Pedoman Kerjasama Pengusahaan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum;
27. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang;
28. SNI 03-6859-2002 tentang Metoda Pengujian Angka Rasa Dalam Air;
29. SNI 03-6860-2002 tentang Metoda Pengujian Angka Bau dalam Air;
30. SNI 03-2414-1991 tentang Metode Pengukuran Debit Sungai dan Saluran Terbuka;
31. SNI 06-2412-1991 tentang Metode Pengambilan Contoh Uji Kualitas Air;
32. SNI 19-1141-1989 tentang Cara Uji Suhu;
33. SK SNI M-03-1989-F tentang Metode Pengujian Kualitas Fisika Air;
34. RSNI T-01-2003 tentang Tata Cara Perencanaan Plambing. v. Peran Serta Masyarakat