• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Parameter Preparasi Nanopartikel Perak yang Disintesis Menggunakan Air Rebusan Daun Bisbul (Diospyros blancoi) terhadap Sifat Optisnya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Parameter Preparasi Nanopartikel Perak yang Disintesis Menggunakan Air Rebusan Daun Bisbul (Diospyros blancoi) terhadap Sifat Optisnya"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Pengaruh Parameter Preparasi Nanopartikel Perak yang

Disintesis Menggunakan Air Rebusan Daun Bisbul

(

Diospyros blancoi

) terhadap Sifat Optisnya

Abdul Kodir, Cuk Imawan

Departemen Fisika, FMIPA UI, Kampus UI Depok 16424 abdul.kodir@ui.ac.id, cuk.imawan@ui.ac.id

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh parameter preparasi nanopartikel perak yang disintesis menggunakan air rebusan daun bisbul (Diospyros blancoi) terhadap sifat optisnya. Parameter preparasi yang divariasikan adalah konsentrasi air rebusan: 1, 2, 3, 4 dan 5 %, rasio volume reaktan: 2/30, 3/30, 5/30, 6/30 dan 10/30, pH campuran: 2, 6, 7, 8, 9 dan 10 dan temperatur reaksi: 25, 40, 50, 60 dan 80° C. Sifat optis dikarakterisasi dengan mengukur spektrum absorbansi nanopartikel perak menggunakan spektrofotometer UV-Vis. dan mengambil gambar larutan nanopartikel perak menggunakan kamera. Prediksi ukuran nanopartikel perak dilakukan dengan menggunakan peranti lunak MiePlot yang bekerja berdasarkan teori hamburan Mie. Hasil eksperimen menunjukkan semakin tinggi nilai semua parameter, warna larutan nanopartikel perak yang dihasilkan semakin cokelat gelap. Pengaruh konsentrasi air rebusan dan temperatur reaksi lebih dominan terhadap absorbansi. Rasio volume rekatan lebih berpengaruh terhadap FWHM. Pengaruh pH campuran lebih dominan terhadap λmax. Hasil perbandingan kurva teori dengan

eksperimen menyatakan bahwa nanopartikel perak yang dihasilkan berada pada kisaran diameter 50 – 74 nm. Hasil ini membuktikan bahwa parameter proses biosintesis dapat memengaruhi sifat optis nanopartikel perak. Dengan mengetahui efek parameter proses biosintesis terhadap nanopartikel perak akan memudahkan dalam mendapatkan nanopartikel perak dengan sifat optis sesuai dengan yang diinginkan.

Abstract

The present research deals with investigating the effects of preparation parameters of silver nanoparticles synthesized using Diospyros blancoi leaf infusion towards its optical properties. Varied preparation parameters are: leaf broth concentration: 1, 2, 3, 4 dan 5 %, reactant volume ratio: 2/30, 3/30, 5/30, 6/30 and 10/30, mixture pH: 2, 6, 7, 8, 9 and 10, reaction temperature: 25, 40, 50, 60 and 80°C. The formation of silver nanoparticles was confirmed using UV-Vis. spectrophotometer measuring absorbance spectrum and digital camera capturing solution color. Theoretical predictions of optical properties of silver nanoparticles were made by means of Mie scattering theory employing software Mie Plot. The results show that the higher the value of all preparation parameters, the darker brown of silver nanoparticles solutions produced. Leaf infusion concentration and reaction temperature influence absorbance dominantly. Reactant volume ratio prefer to affect FWHM. Mixture pH can govern λmax much more than others. Comparison of

theoretical and experimental result has shown that the diameter of nanoparticles present in the solutions varies in the range of 50 – 74 nm. These results show that process parameter could affect the optical properties of silver nanoparticles. Understanding the factors that influence the optical properties of silver nanoparticles will enable us to control its optical properties.

(2)

1. PENDAHULUAN

Ada dua metode yang umum digunakan dalam sintesis nanopartikel yaitu metode top-down dan bottom-up. Metode top-down didasarkan pada proses fisis yaitu pengurangan ukuran material yang berukuran besar secara perlahan-lahan hingga mencapai ukuran nano. Metode bottom-up didasarkan pada proses kimiawi yaitu perangkaian atom atau molekul hingga mencapai struktur molekuler dalam rentang skala nano. Metode fisika dan kimia adalah dua metode yang banyak digunakan sejak awal kemunculan nanopartikel hingga saat ini karena memiliki beberapa keunggulan, di antaranya dapat menghasilkan nanopartikel dalam jumlah banyak dalam waktu yang relatif singkat serta bentuk, ukuran dan orientasi nanopartikel dapat dikontrol dengan baik [1].

Namun, dibalik keunggulan yang dimilikinya, kedua metode tersebut memiliki beberapa kekurangan yaitu memerlukan biaya yang relatif mahal serta menggunakan bahan yang bersifat racun. Terlebih lagi, metode sintesis secara kimia dapat memicu hadirnya senyawa toksin yang melekat pada permukaan nanopartikel sehingga berbahaya jika diaplikasikan dalam bidang medis karena nanopartikel tersebut kontak langsung dengan tubuh manusia [2]. Untuk menyiasati hal tersebut, perlu dicari metode lain yang dapat menghasilkan nanopartikel dengan biaya relatif murah dan lebih ramah lingkungan. Metode tersebut adalah sintesis dengan menggunakan bahan-bahan yang berasal dari tumbuhan atau biasa disebut biosintesis [3].

Pada prinsipnya, metode biosintesis merupakan metode pembuatan nanopartikel secara kimia, hanya saja bahan yang digunakan sebagai reagen berasal dari bahan organik seperti tumbuhan dan mikroba [2]. Banyak peneliti lebih memilih menggunakan tumbuhan dibanding mikroba karena prosedur yang lebih sederhana dan biaya yang relatif murah [4]. Akan tetapi, bentuk dan ukuran nanopartikel yang dihasilkan melalui proses biosintesis tidak reproducible karena komposisi dan struktur tanaman yang digunakan untuk reproduksi, walaupun dari spesies yang sama, tidak selalu sama [2]. Hal ini karena komposisi tanaman dipengaruhi oleh berbagai faktor, di antaranya kondisi tanah dan curah hujan.

(3)

Untuk menyiasati hal tersebut, beberapa peneliti telah melakukan studi untuk mempelajari faktor apa saja yang dapat mempengaruhi bentuk dan ukuran nanopartikel, khususnya nanopartikel emas dan perak [2]. Dipilih nanopartikel emas dan perak karena kedua nanopartikel tersebut memiliki sifat optis yang sangat sensitif terhadap bentuk, ukuran dan lingkungan nanopartikel [5]. Hasilnya, mereka mendapatkan bahwa beberapa parameter seperti pH, temperatur, konsentrasi ekstrak dan rasio volume reaktan dapat mempengaruhi bentuk dan ukuran nanopartikel emas dan perak yang pada akhirnya berpengaruh terhadap sifat optisnya. Oleh karena itu, pada penelitian ini penulis ingin mempelajari bagaimana pengaruh empat parameter preparasi yaitu: konsentrasi air rebusan daun bisbul (selanjutnya disebut konsentrasi air rebusan), rasio volume air rebusan dengan larutan AgNO3 (selanjutnya disebut rasio volume reaktan), pH

campuran, dan temperatur reaksi terhadap sifat optis nanopartikel perak (selanjutnya disingkat NPP) yang disintesis menggunakan air rebusan daun bisbul

(Diospyros blancoi).

2. TINJAUAN TEORITIS

Sathishkumar dkk. (2010) telah mendapatkan bahwa ketika disintesis dengan menggunakan ekstrak dan serbuk curcuma longa tuber, NPP dengan ukuran lebih besar terbentuk pada pH rendah sedangkan NPP dengan ukuran kecil dan terdispersi merata terbentuk pada pH tinggi. Mereka melaporkan bahwa pada pH basa, sejumlah gugus fungsional bermuatan negatif tersedia untuk berikatan dengan Ag, memfasilitasi sejumlah besar ion Ag(I) untuk berikatan dan membentuk sejumlah besar NP dengan diameter lebih kecil karena lebih cenderung terjadi melalui proses nukleasi dibanding agregasi.

Pada sintesis NPP dengan menggunakan Lemon verbena yang dilakukan oleh Cruz dkk (2010), didapatkan bahwa laju reduksi meningkat ketika temperatur reaksi ditingkatkan. Laju reaksi yang tinggi mengisyaratkan bahwa nukleasi nanopartikel lebih cenderung terjadi pada temperatur lebih tinggi, sementara proses reduksi sekunder cenderung tidak terjadi. Terlebih lagi, nanopartikel perak yang sangat polikristal lebih banyak didapatkan pada temperatur tinggi (95° C) dibanding pada temperatur ruang dimana NPP yang dihasilkan kurang bersifat

(4)

kristal. Selain itu, Lukman dkk (2011) melaporkan bahwa ekstrak biji Medicago

sativa hanya bisa menghasilkan NPP berbentuk segitiga pada suhu di atas 30° C

karena agen pemberi bentuk terhalang pada suhu rendah.

Selain itu, efek perbandingan volume ekstrak dengan Ag telah diobservasi oleh Prathna dkk. (2011) dalam sintesis NPP dengan menggunakan larutan ekstrak Citrus limon (lemon). Dengan meningkatkan perbandingan volume campuran antara biomassa tumbuhan dan larutan metal, terbentuk nanopartikel dengan ukuran lebih kecil. Sebagaimana dikemukakan oleh mereka, ketika konsentrasi ekstrak tumbuhan ditingkatkan, densitas elektron sebagai pereduksi ikut meningkat. Hal ini akan memaksa elektron bebas dari cluster metal berada dalam volume kecil dan meningkatkan muatan permukaan pada cluster

nanopartikel. Adanya muatan permukaan ini akan menimbulkan gaya tolak-menolak antara nanopartikel yang satu dengan lainnya sehingga ukuran nanopartikel yang terbentuk menjadi kecil.

Pengaruh konsentrasi ekstrak terhadap pembentukan NPP telah diamati oleh Tripathy dkk. (2009). NPP yang disintesis dengan konsentrasi ekstrak sebesar 5% menghasilkan nilai plasmon resonance band (λmax) yang sangat rendah yaitu 417 nm (nilai absorbansi 0.509). Ketika konsentrasi ekstrak ditingkatkan menjadi 20%, λmax meningkat menjadi 444 nm dengan nilai absorbansi sebesar 0.815. Ketika nilai konsentrasi ekstrak ditingkatkan lagi menjadi 40%, perubahan kecil terjadi pada menjadi 441 nm walaupun absorbansi menurun menjadi 0.476. Ukuran NPP dipengaruhi oleh perbandingan ion perak terhadap agen penstabil / penyelimut. Dengan demikian, mereka menyimpulkan bahwa perubahan kecil pada λmax menandakan perubahan ukuran partikel karena perubahan perbandingan konsentrasi antara ekstrak daun Neem dengan ion perak.

3. METODE PENELITIAN 3.1. Alur Penelitian

Ada tiga tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini. Pertama, biosintesis yaitu membuat larutan NPP dengan cara mencampurkan larutan AgNO3 dengan air rebusan daun bisbul disertai dengan variasi parameter yang telah ditentukan.

(5)

Campuran tersebut kemudian didiamkan selama 24 jam hingga diperoleh NPP. Kedua, karakterisasi yaitu menguji sifat optis NPP yang telah didapatkan dengan mengukur serapannya terhadap gelombang EM dengan menggunakan UV-Vis. spektrofotometer dan merekam gambarnya menggunakan kamera. Pada tahap ini diperoleh data penelitian berupa spektrum UV-Vis. dan gambar larutan NPP. Ketiga, analisis yaitu mengolah dan menginterpretasikan data yang diperoleh dari tahap kedua. Dari hasil pengolahan data spektrum UV-Vis. diperoleh tiga buah parameter yaitu : absorbansi yang menyatakan konsentrasi NPP, λmax yang menyatakan ukuran NPP dan FWHM yang menyatakan keseragaman ukuran NPP. Data λmax dijadikan sebagai acuan untuk memprediksi ukuran NPP sehingga diperoleh data diameter prediksi NPP.

3.2. Peralatan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian meliputi Oven (LAB LINE), timbangan analitik (Shimadzu LIBROR AEL-200), Spektrofotometer UV-Vis (Thermo UV-Vis 10S Genesys), mikropipet 0,5-5 mL (BOECO), hot plate ,

waterbath dan pengaduk magnetik (IKAMAG RCT). Alat-alat gelas yang

digunakan antara lain Erlenmeyer, beaker glass, labu ukur, gelas ukur, corong, batang pengaduk, vial 30 mL dan vial 5 mL. Selain itu, digunakan kamera digital, pH meter digital, kuvet disposable 280-700 nm (Kartel), plat tetes, corong, blender, kertas saring Whatman no. 1 dan no. 41, kertas perkamen dan sendok plastik.

3.3.Bahan

Bahan yang digunakan adalah daun Bisbul (Diospyros blancoi) yang diperoleh di lingkungan kampus FMIPA UI. Bahan-bahan kimia yang digunakan antara lain AgNO3 (Dhucefa Biochemies), NaOH (Merck), Potassium Hydrogen Pthalate (Merck), H2SO4 (Merck), akuabides dan akuades.

3.4. Pembuatan Larutan AgNO3 1mM dan Air Rebusan Daun Bisbul

Larutan AgNO3 1mM dibuat dengan cara melarutkan 0,017 gram serbuk

(6)

merebus serbuk kering daun bisbul dengan massa 0,2, 0,4, 0,6, 0,8 dan 1,0 gram ke dalam 20 ml akuabides.

3.5. Biosintesis Nanopartikel Perak dan Karakterisasi

Biosintesis NPP dilakukan dengan mencampurkan larutan AgNO3 1mM dengan air rebusan daun bisbul. Pengaruh konsentrasi air rebusan terhadap NPP dilakukan dengan mencampurkan air rebusan dengan konsentrasi 1, 2, 3, 4 dan 5% ke dalam larutan AgNO3 1mM. Pengaruh rasio volume reaktan terhadap NPP

dilakukan dengan mencampurkan air rebusan 2% dengan larutan AgNO3 1mM

dengan rasio volume : 2/30, 3/30, 5/30, 6/30 dan 10/30. Pengaruh pH campuran terhadap NPP dilakukan dengan menambahkan larutan H2SO4 60 mM (pH 2),

NaOH 1,2, 0,12, 0,012, 0,0012 dan 0,00012 mM berturut-turut untuk pH 6, 7, 8, 9 dan 10. Pengaruh temperatur terhadap NPP dilakukan dengan merendam campuran ke dalam waterbath pada suhu 40, 50, 60 dan 80°C. Campuran tersebut kemudian didiamkan selama 24 jam hingga diperoleh NPP. Larutan NPP selanjutnya dikarakterisasi menggunakan UV-Vis spektrofotometer dan kamera. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Pengaruh Parameter Preparasi terhadap Spektrum UV-Vis. NPP

Pengaruh parameter preparasi terhadap spektrum UV-Vis. NPP ditampilkan dalam gambar 1. Dari gambar tersebut terlihat adanya serapan pada panjang gelombang 400-an nm yang mengindikasikan terbentuknya NPP [6]. Nilai absorbansi NPP semakin meningkat dan puncaknya semakin melebar seiring dengan meningkatnya nilai parameter preparasi. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh dari keempat parameter preparasi terhadap absorbansi, FWHM dan λmax. Pada beberapa spektrum terlihat adanya noise di puncaknya. Munculnya noise ini dikarenakan tingginya nilai absorbansi NPP sementara spektrofotometer tidak mampu untuk mengukur absorbansi yang tinggi tersebut [9].

4.2. Pengaruh Parameter Preparasi terhadap Warna Larutan NPP

Warna larutan NPP yang dipengaruhi oleh parameter preparasi ditampilkan dalam gambar 2. Dari gambar tersebut terlihat bahwa warna larutan NPP semakin

(7)

cokelat gelap seiring dengan meningkatnya nilai parameter. Munculnya warna cokelat karena gelombang EM yang diserap oleh larutan NPP adalah pada panjang gelombang 400-500an nm yaitu warna biru dan sian. Warna yang tampak oleh mata yaitu komplemen dari warna yang diserap yaitu campuran warna kuning dan jingga. Karena intensitas cahaya yang diserap tinggi, maka intensitas cahaya yang masuk ke mata manusia adalah warna kuning-jingga dengan intensitas rendah yaitu cokelat [8]. Semakin tinggi intensitas cahaya yang diserap semakin gelap warna larutan NPP yang tampak [9].

4.3. Diskusi Pengaruh Preparasi terhadap Sifat Optis NPP

Keempat parameter preparasi memiliki pengaruh yang berbeda terhadap absorbansi, FWHM, λmax dan diameter. Perbedaan tersebut bisa dilihat dalam gambar 3. Dari gambar 3.a terlihat bahwa parameter yang paling dominan pengaruhnya terhadap perubahan nilai absorbansi adalah konsentrasi air rebusan.

300 400 500 600 700 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 4.0 4.5 5.0 A b so rb a n si Panjang gelombang (nm) NPP yang disintesis dengan rasio volume (air rebusan/AgNO3) : 2/30 3/30 5/30 6/30 10/30 300 400 500 600 700 0 1 2 3 4 5 Absorba nsi Panjang gelombang (nm) NPP yang disintesis pada temperatur : 25 C 40 C 50 C 60 C 80 C 300 400 500 600 700 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 4.0 A b so rb a n si Panjang gelombang (nm) NPP yang disintesis dengan pH : pH 2 pH 6 pH 7 pH 8 pH 9 pH 10 300 400 500 600 700 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 4.0 4.5 5.0 Ab so rb a n si Panjang gelombang (nm) NPP dgn konsentrasi daun bisbul : 1% 2% 3% 4% 5%

Gambar 1. Spektrum UV-Vis. NPP yang dipengaruhi oleh : (a) konsentrasi air rebusan, (b) rasio volume reaktan, (c) pH campuran dan (d) temperatur reaksi.

(d)  

(a)   (b)  

(8)

Ketika konsentrasi air rebusan 1% nilai absorbansinya di bawah 1. Nilai tersebut terus meningkat seiring dengan meningkatnya konsentrasi air rebusan hingga mencapai puncaknya yaitu 5,4 pada konsentrasi air rebusan 5%. karena dengan meningkatnya konsentrasi air rebusan, jumlah molekul yang berperan sebagai reduktor meningkat sehingga laju reduksi ion Ag+ jadi meningkat. Artinya, jumlah ion Ag+ yang direduksi pada saat yang bersamaan semakin banyak. Dengan makin banyaknya Ag0 yang terbentuk, jumlah NPP yang terbentuk melalui nukleasi semakin banyak sehingga konsentrasi NPP semakin meningkat [10]. Sedangkan untuk parameter lainnya perubahan absorbansi yang dihasilkan tidak terlalu signifikan atau tidak lebih besar dari apa yang dihasilkan oleh konsentrasi air rebusan. Dari gambar tersebut juga dapat diperoleh informasi bahwa jika ingin mendapatkan nanopartikel perak dengan nilai absorbansi tinggi—yang berarti jumlah nanopartikel peraknya banyak—maka parameter preparasi yang perlu diatur adalah sbb.: konsentrasi air rebusan 5%, rasio volume reaktan 10/30, pH campuran 10 dan temperatur reaksi 80°C.

Pengaruh parameter preparasi terhadap FWHM ditampilkan dalam gambar 4.15. Dari gambar tersebut terlihat bahwa parameter yang paling berpengaruh terhadap perubahan nilai FWHM adalah rasio volume reaktan. Ketika rasio volume reaktan 2/30 nilai FWHM adalah 104 nm. Nilai tersebut terus meningkat dengan peningkatan terbesar terjadi dari nilai parameter ke-2 menuju ke-3 kemudian mencapai puncaknya yaitu 179 nm pada nilai parameter ke-4 (6/30).

Gambar 2. Warna larutan NPP yang dipengaruhi oleh : (a) konsentrasi air rebusan, (b) rasio volume reaktan, (c) pH campuran dan (d) temperatur reaksi.

(a)   (d)  

(a)   (b)  

(9)

Hal ini dimungkinkan karena dengan meningkatnya rasio volume, banyak terdapat gugus molekul yang justru menghalangi proses reduksi sehingga proses nukleasi dan pertumbuhan tidak terjadi secara bersamaan. Ini membuat terjadinya ostwald

ripening sehingga ukuran akhir NPP sangat beragam [11]. Sedangkan untuk

parameter lainnya perubahan FWHM yang dihasilkan tidak terlalu signifikan dan mengalami fluktuasi. Dari gambar tersebut juga dapat diperoleh informasi bahwa jika ingin mendapatkan nanopartikel perak dengan nilai FWHM rendah—yang berarti semakin homogen—maka parameter preparasi yang perlu diatur adalah sbb.: konsentrasi air rebusan 2%, rasio volume reaktan 2/30, pH campuran 9 dan temperatur reaksi 25°C.

Selanjutnya, bagaimana pengaruh parameter preparasi terhadap λmax ditampilkan dalam gambar 4.16. Dari gambar tersebut terlihat bahwa parameter preparasi yang paling berpengaruh terhadap perubahan λmax adalah pH campuran. Meskipun pada konsentrasi air rebusan terjadi perubahan λmax yang sangat

1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 7 Ab so rb a n si Nilai Parameter

Konsentrasi air rebusan Rasio volume reaktan pH campuran Temperatur reaksi 0 1 2 3 4 5 6 7 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 F WH M

Nilai Parameter

Konsentrasi air rebusan Rasio volume reaktan pH campuran Temperatur reaksi 1 2 3 4 5 6 405 410 415 420 425 430 435 λma x

Nilai Parameter

Konsentrasi air rebusan Rasio volume reaktan pH campuran Temperatur reaksi

Gambar 3. Pengaruh keempat parameter preparasi terhadap (a) absorbansi, (b) FWHM, (c)

λmax dan (d) diameter NPP.

(d)   1 2 3 4 5 6 45 50 55 60 65 70 75 D ia m ete r

Nilai Parameter

Konsentrasi air rebusan Rasio volume reaktan pH campuran Temperatur reaksi

(a)   (b)  

(10)

signifikan pada nilai parameter ke-1 menuju 2, setelahnya perubahan tidak terlalu signifikan. Pada pH campuran, nilai λmax terus mengalami penurunan dari nilai tertinggi 434 nm pada pH 2 hingga mencapai titik terendah 417 nm pada pH 10. Hal ini karena pada pH basa, sejumlah gugus fungsional bermuatan negatif tersedia untuk berikatan dengan Ag, memfasilitasi sejumlah besar ion Ag(I) untuk berikatan dan membentuk sejumlah besar NP dengan diameter lebih kecil karena lebih cenderung terjadi melalui proses nukleasi dibanding agregasi [12]. Dari gambar tersebut juga dapat diperoleh informasi bahwa jika ingin mendapatkan NPP dengan nilai λmax kecil—yang berarti ukurannya kecil—maka parameter preparasi yang perlu diatur adalah sebagai berikut: konsentrasi air rebusan 1%, rasio volume reaktan 10/30, pH campuran 10 dan temperatur reaksi 25°C.

Terakhir, pengaruh parameter preparasi terhadap diameter NPP ditampilkan dalam gambar 4.17. Dari gambar tersebut terlihat bahwa parameter preparasi yang paling berpengaruh terhadap perubahan diameter adalah pH campuran, sama dengan parameter yang berpengaruh terhadap perubahan λmax. Parameter preparasi yang perlu diatur untuk mendapatkan NPP dengan diameter kecil juga sama dengan pengaturan parameter yang terpengaruh terhadap λmax.

5. KESIMPULAN

Konsentrasi air rebusan daun bisbul, rasio volume reaktan, pH campuran dan temperatur reaksi dapat memengaruhi sifat optis NPP dengan kecenderungan yang berbeda-beda :

• Pengaruh konsentrasi air rebusan daun bisbul lebih dominan terhadap

absorbansi.

• Pengaruh rasio volume reaktan lebih dominan terhadap nilai FWHM. • Pengaruh pH campuran lebih dominan terhadap nilai λmax dan diameter

NPP.

(11)

UCAPAN TERMA KASIH

Terima kasih penulis sampaikan kepada :

• Bapak Dr. Ing. Cuk Imawan selaku pembimbing yang telah banyak

memberikan saran dan petunjuk selama penelitian.

• Ibu Dr. Susiani Purbaningsih, DEA, yang telah memberikan izin untuk

menggunakan Laboratorium Kultur Jaringan.

• Kak Windri, Indra, Reza dan Ratih yang banyak memberikan masukan

dan saran dalam berdiskusi.

DAFTAR ACUAN

[1] Willets, K. A., & Van Duyne, R. P. (2006). Localized Surface Plasmon Resonance Spectroscopy and Sensing. The Annual Review of Physical

Chemistry, 267-297.

[2] Gan, P. P., & Li, S. F. (2012). Potential of plant as a biological factory to synthesize gold and silver nanoparticles and their applicatons. Reviews in

Environmental Science and Bio/Technology, 169-206.

[3] Tran, Q. H., Nguyen, V. Q., & Le, A.-T. (2013). Silver nanoparticles: synthesis, properties, toycology, applications and perspectives. Advances in

Natural Science: Nanoscience and Nanotechnology, 1-20.

[4] Bankar, A., Joshi, B., Kumar, A. R., & Zinjarde, S. (2010). Banana peel extract mediated synthesis of gold nanoparticles. Colloids and Surfaces B :

Biointerfaces, 45-50.

[5] Petryayeva, Eleonora, & Krull, U. J. (2011). Localized surface plasmon resonance : nanostructures, bioassay and biosensing. Analytica Chemica Acta, 8-24.

[6] Solomon, S. D., Bahadory, M., Jeyarajasingam, A. V., Rutkowsky, S. A., & Boritz, C. (2007). Synthesis and Study of Silver Nanoparticles. Journal of

(12)

[7] Chhatre, A., Solasa, P., Sakle, S., Thaokar, R., & Anurag, M. (2012). Color and surface plasmon effects in nanoparticle systems: Case of silver. Colloids

and Surfaces A: Physicochemical and Enginering Aspects, 83-92.

[8] Waldman, G. (1983). Introduction to Light : The Physics of Light, Vision,

and Color. New York: Prenctice-Hall.

[9] Owen, T. (2000). Funamentals of modern UV-Visible Spectroscopy.

Germany: Agilent Techologies.

[10] Tripathy, A., Raichur, A. M., Chandrasekaran, N., Prathna, T., &

Mukherjee, A. (2010). Process variables in biomimetic synthesis of silver nanoparticles by aqueous extract of Azadirachta indica (Neem) leaves.

Journal Nanoparticle Research, 237-246.

[11] Fiehn, O., Kopka, J., Trethewey, R. N., & Willmitzer, L. (2000). Identification of Uncommon Plant Metabolites Based on Calculation of Elemental Compositions Using Gas Chromatography and Quadrupole Mass Spectrometry. Analytical Chemistry, 3573-3580.

[12] Sathishkumar, M., Sneha, K., & Yun, Y. S. (2010). Immobilization of silver nanoparticles synthesized using Curcuma longa tuber powder and extract on cotton cloth for bacterial activity. Bioresource Technology, 7958-7965.

Gambar

gambar  3.  Dari  gambar  3.a  terlihat  bahwa  parameter  yang  paling  dominan  pengaruhnya terhadap perubahan nilai absorbansi adalah konsentrasi air rebusan
Gambar 2. Warna larutan NPP yang dipengaruhi oleh : (a) konsentrasi air rebusan, (b) rasio
Gambar 3. Pengaruh keempat parameter preparasi terhadap (a) absorbansi, (b) FWHM, (c)

Referensi

Dokumen terkait

Dari persamaan model SUI yang ada, parameter-parameter yang digunakan dalam analisis antara lain: frekuensi yang digunakan (f), jarak base station dengan penerima (d) dan tinggi

Intuitively, using more than one sub-space in conjunction in every round of rule refinement will generate better rules, as several versions of the rule to be refined are generated

Strategi, program, dan kegiatan dimaksud bermuara pada pencapaian sasaran strategis BPMRPK Kemendikbud tahun 2015-2019 yakni “terlaksananya pengembangan dan

Double side shear adalah salah satu fasilitas yang terdapat di plate rolling plant yang berfungsi untuk memotong bagian samping atau sisi lebar dari mother plate sesuai

Dalam rangka merangsang petani melakukan pasca panen tiga hal yang perlu diperhatikan adalah: (I) petani perlu diarahkan untuk melakukan pasca panen secara

Dimana masih banyak permasalahan yang timbul di dalam internal perusahaan, terutama hal yang terkait dengan produktivitas dan peningkatan kualitas produk dan

Susut masak hasil penelitian terlihat bahwa semakin tinggi kadar protein sosis sapi semakin rendah susut masaknya dan setelah dilakukan analisis sidik ragam

Berdasarkan hasil penentuan posisi setiap atribut pada aspek kebijakan dapat dilihat bahwa garis yang membatasi kuadran adalah garis X=1,48 yang merupakan