• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING DAN INTENSITAS MENGIKUTI KEGIATAN OSIS (ORGANISASI SISWA INTRA SEKOLAH) IMPLEMENTASI PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING DAN INTENSITAS MENGIKUTI KEGIATAN OSIS (ORGANISASI SISWA INTRA SEKOLAH) TERHADAP KEDISIPLINAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING DAN INTENSITAS MENGIKUTI KEGIATAN OSIS (ORGANISASI SISWA INTRA SEKOLAH) IMPLEMENTASI PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING DAN INTENSITAS MENGIKUTI KEGIATAN OSIS (ORGANISASI SISWA INTRA SEKOLAH) TERHADAP KEDISIPLINAN "

Copied!
152
0
0

Teks penuh

(1)

SISWA KELAS VIII SMP COKROAMINOTO KECAMATAN WANADADI KABUPATEN BANJARNEGARA

TAHUN AJARAN 2008/2009

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Oleh:

UJI WINDIYANTO A220020026

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

(2)

PERSETUJUAN

IMPLEMENTASI PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING DAN INTENSITAS MENGIKUTI KEGIATAN OSIS (ORGANISASI SISWA INTRA SEKOLAH) TERHADAP KEDISIPLINAN MENTAATI TATA TERTIB SEKOLAH PADA

SISWA KELAS VIII SMP COKROAMINOTO KECAMATAN WANADADI KABUPATEN BANJARNEGARA

TAHUN AJARAN 2008/2009

Yang dipersiapkan dan disusun oleh:

NAMA : UJI WINDIYANTO

NIM : A. 220 020 026

FAKULTAS : KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

JUR/PROG : IPS/PPKN

Disetujui untuk dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Skripsi S-1

Pembimbing I

DR. Nurhadiantomo NIK. 501

Pembimbing II

Dra. Risminawati, M.Pd NIP. 131126558

(3)

PENGESAHAN

IMPLEMENTASI PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING DAN INTENSITAS MENGIKUTI KEGIATAN OSIS (ORGANISASI SISWA INTRA SEKOLAH) TERHADAP KEDISIPLINAN MENTAATI TATA TERTIB SEKOLAH PADA

SISWA KELAS VIII SMP COKROAMINOTO KECAMATAN WANADADI KABUPATEN BANJARNEGARA

TAHUN AJARAN 2008/2009

Yang dipersiapkan dan disusun oleh UJI WINDIYANTO

A. 220 020 026

Telah dipertahankan didepan Dewan Penguji Pada tanggal: Januari 2009

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Dewan Penguji

1. DR. Nurhadiantomo (………..)

2. Dra. Risminawati, M.Pd (………..)

3. Drs. H. M. Abdul Choir, SH (………..)

Surakarta, Januari 2009

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta

a.n. Dekan FKIP Wakil Dekan I

Drs. H. Maryadi, MA NIP. 131602728

(4)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat kata atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila ternyata kelak di kemudian hari terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya, maka saya akan bertanggung jawab sepenuhnya.

Surakarta, Januari 2009 Yang menyatakan,

UJI WINDIYANTO NIM: A. 220 020 026

(5)

MOTTO

K egagalan m eru p ak an aw al d ari keberh asilan . M eratapi kegagalan

m eru pak an ju ran g kehancu ran.

(P en u lis)

(P en u lis)

(P en u lis)

(P en u lis)

(6)

PERSEMBAHAN

D en gan segen ap cin ta dan do’a karya sederhan a in i

pen u lis persem bahk an teru n tu k:

1.

B apak dan Ibu tercin ta

2.

P u tri adik ku dan K akak ku D idik.

3.

S ahabat-sahabatku P P K n 2002 .

4.

A lm am ater.

(7)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan Inayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa banyak pihak yang memberikan bimbingan dan arahan serta berbagai masukkan yang positif, sehingga membantu memperlancar terselesaikannya skripsi ini. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan berdo’a semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda kepada : 1. Drs. Sofyan Anif, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta, yang telah memberi ijin untuk mengadakan penelitian.

2. Drs Achmad Muthali’in, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan yang telah menunjuk dosen pembimbing dalam penyusunan skripsi ini, dan selaku pembimbing akademik yang mengarahkan penulis untuk menyelesaikan studi.

3. DR. Nurhadiantomo., selaku pembimbing I yang penuh kesabaran mengarahkan serta membimbing hingga terselesainya penyusunan skripsi ini.

(8)

4. Dra Risnawati, M.Pd, selaku pembimbing II yang penuh kesabaran mengarahkan serta kesediaan dan rasa tanggung jawab dalam membimbing penulis dalam menyusun hingga terselesaikannya skripsi ini.

5. Ibunda tercinta atas segala cinta, cita kasih sayang, motivasi dan doa restunya serta pengorbanan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Almarhum Bapak, tauladanmu adalah semangat hidupku, semoga engkau diterima disisi Allah SWT.

7. Keluargaku tercinta, terima kasih kasih sayang dan dukungan yang kalian berikan selama ini.

8. Temanku yang selalu menemaniku dalam suka dan duka Triyono (Bodonk) danYoyok.

9. Teman-teman PPKn angkatan 2002.

10.Semua pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini.

Penulis berdoa semoga amal baik yang telah diberikan mendapat ridho, rahmat dan pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam skripsi ini mengingat keterbatasan waktu dan tenaga serta ilmu penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun selalu penulis harapkan untuk lebih menyempurnakan skripsi ini.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Surakarta, Januari 2009

Uji Windiyanto

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL... xiv

DAFTAR LAMPIRAN... xvii

ABSTRAK ... xviii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 5

1. Obyek Penelitian ... 5

2. Subyek Penelitian ... 5

D. Perumusan Masalah... 6

E. Tujuan Penelitian... 6

F. Manfaat atau kegunaan Penelitian... 7

(10)

2. Manfaat dan Kegunaan Praktis ... 8

G. Sistematika Penulisan... 8

BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka ... 10

B. Kerangka Teoritik ... 12

1. Peran Guru Bimbingan Konseling ... 12

a) Pengertian Bimbingan... 12

b) Pengertian Konseling... 12

c) Unsur-unsur Bimbingan Konseling ... 13

d) Fungsi Bimbingan Konseling ... 13

e) Tujuan Bimbingan Konseling... 14

f) Prinsip Bimbingan Konseling... 15

g) Asas-asas Bimbingan Konseling ... 15

2. Intensitas mengikuti kegiatan OSIS ... 16

a) Pengertian Intensitas ... .. 16

b) Intensitas dalam Mengikuti Kegiatan OSIS... 16

c) Pengertian OSIS... 16

d) Tujuan OSIS ... 17

e) Fungsi OSIS ... 17

f) Struktur Organisasi OSIS... 18

3. Kedisiplinan Siswa di Sekolah... 19

a) Pengertian Kedisiplinan... .. 19

b) Faktor yang Mempengaruhi Kedisiplinan Anak... 19

(11)

4. Implementasi Peran Guru Bimbingan Konseling dan Intensitas Mengikuti Kegiatan OSIS kaitannya dengan

Kedisiplinan Mentaati Tata Tertib Sekolah pada Siswa ... 20

C. Kerangka Pemikiran ... 21

D. Hipotesis... 22

BABIII. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 23

B. Populasi, Sampel, Sampling dan Prosedur Pengambilan Sampel 24 1. Populasi Penelitian ... 24

2. Sampel Penelitian ... 25

3. Sampling dan Prosedur Pengambilan Sampel... 26

C. Variabel Penelitian ... 29

D. Metode dan Teknik Pengumpulan Data ... 33

1. Metode Pokok berupa Angket dan Dokumentasi ... 34

2. Metode Bantu berupa Observasi dan Wawancara ... 37

E. Teknik Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 37

1. Uji Validitas ... 38

2. Uji Reliabilitas... 40

F. Teknik Uji Persyaratan Analisis... 42

1. Uji Normalitas ... 42

2. Uji Independen ... 43

3. Uji Linieritas ... 44

G. Teknik Analisis Data ... 45

(12)

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data ... 48

1. Data Hasil Uji Coba (Try Out) Beserta Uji Validitas dan Reliabilitas... 48

a. Uji Validitas... 53

b. Uji Reliabilitas... 61

2. Data Hasil Penelitian... 72

a. Sampel Penelitian ... 73

b. Data Skor tentang Implementasi Peran Guru BK ... 74

c. Data Skor Intensitas mengikuti Kegiatan OSIS ... 75

d. Data Skor Kedisiplinan Mentaati Tata Tertib Sekolah .... 76

e. Data Gabungan ... 78

B. Pengujian Persyaratan Analisis ... 79

1. Uji Normalitas ... 79

a. Uji Normalitas Data Skor Implementasi Peran Guru BK ... 80

b. Uji Normalitas Data Skor Intensitas mengikuti Kegiatan OSIS ... 83

c. Uji Normalitas Data Skor Kedisiplinan Mentaati Tata Tertib Sekolaah ... 86

2. Uji Independen ... 89

a. Uji Independen antara Impementasi Peran Guru BK dengan Kedisipinan Mentaati Tata Tertib Sekolah... 89

(13)

b. Uji Independen antara Intensitas Mengikuti kegiatan OSIS dengan Kedisipinan Mentaati Tata

Tertib Sekolah ... 93

3. Uji Linearitas Regresi ... 96

a. Uji Linieritas Regresi Variabel Impementasi Peran Guru BK (X1) terhadap Kedisipinan Mentaati Tata Tertib Sekolah (Y)... 96

b. Uji Linieritas Regresi Variabel Intensitas Mengikuti kegiatan OSIS (X2) terhadap Kedisiplinan Mentaati Tata Tertib Sekolah (Y) ... 100

C. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis... 103

D. Pembahasan Hasil Analisis Data ... 110

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan... 113

1. Kesimpulan Teoritis ... 113

2. Kesimpulan Hasil Penelitian ... 113

B. Implikasi Hasil Penelitian... 115

1. Dampak Teoritis ... 115

2. Dampak Praktis ... 115

C. Saran-Saran... 116

1. Kepada Siswa ... 116

2. Kepada Sekolah ... 116

DAFTAR PUSTAKA ... 117

(14)

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

1. Perincian Kegiatan Pokok Penelitian ... 23

2. Distribusi Populasi Penelitian ... 24

3. Distribusi Sampel Penelitian ... 28

4. Daftar Nama Subyek Uji Coba (Try out)... 50

5. Data Skor Hasil Uji Coba Angket Implementasi Peran Guru BK ... 51

6. Data Skor Hasil Uji Coba Angket Intensitas Mengikuti Kegiatan OSIS... 52

7. Data Skor Hasil Uji Coba Angket Kedisiplinan Mentaati Tata Tertib Sekolah... 53

8. Persiapan Perhitungan Validitas Angket Implementasi Peran Guru BK ... 54

9. Ringkasan Hasil Perhitungan Validitas Item Angket Implementasi Peran Guru BK ... 55

10.Persiapan Perhitungan Validitas Angket Intensitas Mengikuti Kegiatan OSIS ... 57

11.Ringkasan Hasil Perhitungan Validitas Item Angket Intensitas Mengikuti Kegiatan OSIS... 58

12.Persiapan Perhitungan Validitas Angket Kedisiplinan Mentaati Tata Tertib Sekolah ... 59

13.Ringkasan Hasil Perhitungan Validitas Item Kedisiplinan Mentaati Tata Tertib Sekolah ... 61

14.Data Skor Hasil Uji Coba Angket Implementasi Peran Guru BK untuk Belahan Nomor Ganjil (X)... 62

(15)

15.Data Skor Hasil Uji Coba Angket Implementasi Peran Guru BK untuk

Belahan Nomor Genap (Y) ... 63

16.Persiapan Uji Reliabilitas Angket Intensitas mengikuti Kegiatan OSIS Untuk elahan Nomor Ganjil (X) dan Untuk Belahan Nomor Genap (Y) .. 64

17.Data Skor Hasil Uji Coba Angket Intensitas Mengikuti Kegiatan OSIS untuk Kelompok Belahan Item Nomor Ganjil (X) ... 66

18.Data Skor Hasil Uji Coba Angket Intensitas Mengikuti Kegiatan OSIS untuk Kelompok Belahan Item Nomor Genap (Y) ... 67

19.Persiapan Uji Reliabilitas Angket Intensitas Mengikuti Kegiatan OSIS untuk Skor Kelompok Belahan Nomor Item Ganjil (X) dan Skor Kelompok Belahan Item Nomor Genap (Y) ... 68

20.Persiapan Uji Reliabilitas Angket Kedisiplinan Mentaati Tata Tertib Sekolah untuk Skor Kelompok Belahan Nomor Item Ganjil (X) ... 70

21.Persiapan Uji Reliabilitas Angket Kedisiplinan Mentaati Tata Tertib Sekolah untuk Skor Kelompok Belahan Nomor Item Genap (Y)... 71

22.Persiapan Uji Reliabilitas Angket Kedisiplinan Mentaati Tata Tertib Sekolah untuk Skor Kelompok Belahan Nomor Item Ganjil (X) dan Kelompok Belahan Nomor Item Genap (Y) ... 72

23.Data Nama Sampel Penelitian... 74

24.Data Skor Implementasi Peran Guru BK ... 75

25.Data Skor Intensitas Mengikuti Kegiatan OSIS... 76

26.Data Skor Kedisiplinan Mentaati Tata Tertib Sekolah ... 78

(16)

27.Data Gabungan Skor Implementasi Peran Guru BK (X1), Intensitas Mengikuti Kegiatan OSIS (X2), dan Kedisiplinan Mentaati Tata Tertib Sekolah (Y) ... 79 28.Ringkasan Hasil Perhitungan Uji Normalitas Data Skor Implementasi

Peran Guru BK... 82 29.Ringkasan Hasil Perhitungan Uji Normalitas Data Skor Intensitas

Mengikuti Kegiatan OSIS ... 86 30.Ringkasan Hasil Perhitungan Uji Normalitas Data Skor Kedisiplinan

Mentaati Tata Tertib Sekolah... 89 31.Uji Independen Implementasi Peran Guru BK dengan Kedisiplinan

Mentaati Tata Tertib Sekolah... 90 32.Uji Independen antara Intensitas Mengikuti Kegiatan OSIS dengan

Kedisiplinan Mentaati Tata Tertib Sekolah ... 94 33.Uji Linieritas Implementasi Peran Guru BK (X1) terhadap Kedisiplinan

Mentaati Tata Tertib Sekolah (Y) ... 98 34.Uji Linieritas Intensitas Mengikuti Kegiatan OSIS (X1) terhadap

Kedisiplinan Mentaati Tata Tertib Sekolah (Y)... 101 35.Tabel Persiapan Analisis Regresi Dua Prediktor (X1 dan X2) dengan Y... 104

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Permohonan Kesediaan Menjadi Konsultan... 119 Lampiran 2 Surat Permohonan Ijin Research ... 121 Lampiran 3 Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian... 122 Lampiran 4 Kisi-Kisi Angket Implementasi Peran Guru Bimbingan

Konseling (BK), Intensitas Mengikuti Kegiatan OSIS, Terhadap Kedisiplinan Mentaati Tata Tertib Sekolah Siswa Kelas VIII SMP Cokroaminoto Kecamatan

Wanadadi Tahun Pelajaran 2008/2009 ... 123 Lampiran 5 Angket Implementasi Peran Guru Bimbingan Konseling

(BK), Intensitas Mengikuti Kegiatan OSIS, Terhadap Kedisiplinan Mentaati Tata Tertib Sekolah Siswa Kelas VIII SMP Cokroaminoto Kecamatan Wanadadi Tahun

Pelajaran 2008/2009... 126

(18)

ABSTRAK

IMPLEMENTASI PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING DAN

INTENSITAS MENGIKUTI KEGIATAN OSIS (ORGANISASI

SISWA INTRA SEKOLAH) TERHADAP KEDISIPLINAN

MENTAATI TATA TERTIB SEKOLAH PADA SISWA

KELAS VIII SMP COKROAMINOTO KECAMATAN

WANADADI KABUPATEN BANJARNEGARA

TAHUN AJARAN

2008/2009

Uji Windiyanto, A 220020026, Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh implementasi peran guru bimbingan konseling (BK) dan intensitas mengikuti kegiatan OSIS terhadap kedisiplinan mentaati tata tertib sekolah pada siswa kelas VIII SMP Cokroaminoto Kecamatan Wanadadi Tahun Pelajaran 2008/2009. Populasi penelitian adalah semua siswa kelas VIII SMP Cokroaminoto Kecamatan Wanadadi Tahun Pelajaran 2008/2009 yang keseluruhan berjumlah 70 siswa. Sampel penelitian sebanyak 30 siswa, yang didasarkan pada jenis penelitian berupa penelitian korelatif, sehingga jumlah sampel yang representative adalah 10% dari populasi.

Alat pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode pokok angket, sedangkan observasi dan wawancara sebagai metode Bantu. Metode angket digunakan untuk mengumpulkan data implementasi peran guru bimbingan konseling (BK), intensitas mengikuti kegiatan OSIS, dan kedisiplinan mentaati tata tertib sekolah. Di samping itu digunakan pula metode Bantu berupa observasi dan wawancara untuk mengkonfirmasikan data yang telah terkumpul melalui angket.

Data yang telah terkumpul dalam penelitian ini kemudian dianalisis dengan model analisis regresi dua prediktor dengan rumus:

Freg = ) 1 ( ) 1 ( 2 2 R m m N R − − −

Dari perhitungan analisis regresi diperoleh harga Freg = 6,743, dikonsultasikan dengan Ftabel pada taraf signifikansi 5% dengan db (2;37) adalah sebesar 3,26 dan pada taraf signifikansi 1% = 4,38, hasilnya Fhitung > Ftabel = 6,743 > 3,26 atau 6,743 > 4,38. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh positif implementasi peran guru bimbingan konseling (BK) dan intensitas mengikuti kegiatan OSIS terhadap kedisiplinan mentaati tata tertib sekolah pada siswa kelas VIII SMP Cokroaminoto Kecamatan Wanadadi Kabupaten Banjarnegara tahun pelajaran 2008/2009.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi peran guru bimbingan konseling (BK) berpengaruh terhadap kedisiplinan mentaati tata tertib sekolah sebesar 12,56%, sedangkan intensitas mengikuti kegiatan OSIS

(19)

memberikan pengaruh sebesar 14,15%. Artinya masih ada faktor-faktor lain yang besarnya 73,3% yang secara efektif mempengaruhi kedisiplinan mentaati tata tertib sekolah.

Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh positif yang signifikan dari implementasi peran guru bimbingan konseling (BK) dan intensitas mengikuti kegiatan OSIS terhadap kedisiplinan mentaati tata tertib sekolah. Oleh karena itu lebih lanjut dapat dikatakan bahwa semakin baik implementasi peran guru bimbingan konseling (BK) dan semakin tinggi intensitas mengikuti kegiatan OSIS, maka akan meningkatkan kedisiplinan mentaati tata tertib sekolah, demikian sebaliknya.

Surakarta, Januari 2009

Pembimbing I

DR. Nurhadiantomo NIK. 591

Pembimbing II

Dra. Risminawati, M.Pd NIP. 131126558

Mengetahui Dekan

Drs. H. Sofyan Anif, M.Si. NIK. 547

(20)

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan pendidikan menengah tidak dapat lepas dari peran Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) di sekolah sebagai pembinaan siswa. OSIS merupakan salah satu wadah yang sangat penting bagi anak didik, karena didalam pembinaan siswa diajarkan berbagai ketrampilan dan kedisiplinan. Pemanfaatan OSIS sebagai wadah dalam pembinaan siswa ini salah satu wujud kegiatannya adalah menyelenggarakan upacara bendera, yang dapat melatih dan menanamkan kedisiplinan pada siswa. Disiplin akan membantu siswa untuk menjadi matang pribadinya dan mengembangkannya dari ketergantungan menuju ketidak tergantungan, sehingga siswa mampu berdiri sendiri atas tanggung jawab sendiri.

Adanya disiplin siswa berarti siswa tunduk pada peraturan-peraturan yang ada dalam tata tertib sekolah dengan senang hati. Perlu dipahami bahwa OSIS akan berfungsi efektif sebagai salah satu wadah siswa, apabila didukung oleh partisipasi yang tinggi dari para peserta didik.

Manfaat dan perlunya kepatuhan terhadap peraturan bagi diri sendiri ialah adanya ketenangan batin dan ketentraman hati, tidak merasa khawatir karena dikejar-kejar oleh perasaan bersalah. Kepatuhan terhadap peraturan akan melatih hidup teratur dan berdisiplin yang akhirnya dapat membawa untuk mencapai kebahagiaan.

(21)

Membiasakan diri hidup tertib dan teratur dalam kehidupan sehari-hari harus dilatih sejak dini. Apabila hidup tertib dan teratur sudah mendarah daging dalam diri sendiri, maka apabila melihat ketidaktertiban dan ketidakteraturan akan tergeraklah hati untuk menertibkan dan membuatnya teratur.

Disiplin merupakan kunci sukses, karena dengan berdisiplin akan menumbuhkan sifat yang teguh dalam memegang prinsip tekun dalam berusaha mundur dalam kebenaran dan rela berkorban dan serta jauh dari sifat putus asa. Oleh karena itu disiplin sangat, penting dan besar pengaruhnya dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Tidak dapat disangkal bahwa orang-orang, yang berhasil mencapai sukses dalam hidupnya adalah orang-orang yang hidup berhasil mencapai disiplin, memanfaatkan waktunya. Disiplin tidak akan datang dengan sendirinya, akan tetapi melalui latihan yang ketat dalam kehidupan pribadinya.

(22)

Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakat dan kebangsaan (RI, 2003:30).

Di Indonesia yang berdasarkan Pancasila, di dalam dunia pendidikan formal untuk membina sikap dan moral yang dapat menumbuhkan sifat disiplin peserta didik dapat ditempuh antara lain melalui mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PKn). Melalui mata pelajaran PKn diharapkan para peserta didik dapat meningkatkan pengetahuan dan mengembangkan kemampuan, memahami, menghayati, dan meyakini nilai-nilai Pancasila sebagai pedoman berperilaku dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sehingga menjadi warga negara yang bertanggung jawab dan dapat diandalkan serta memberi bekal kemampuan untuk belajar lebih lanjut.

(23)

Sejak anak-anak manusia mulai mengenal atau belajar melalui norma, adat-istiadat, dan lingkungan sebagai pedoman tingkah laku untuk kehidupan selanjutnya. Pada waktu menginjak remaja usia remaja terjadilah perubahan dalam dirinya baik fisik, psikologis maupun sosialnya. Mereka ingin melepas saja sifat kekanak-kanakannya, tetapi mereka belum dapat bertingkah laku secara dewasa. Pada masa remaja akhir mulai menyadari bahwa manusia akan hidup sendiri, tanpa bantuan dari orang lain. Peranan sikap sosial ini memegang peranan yang sangat penting, baik dalam kehidupan bermasyarakat maupun dalam kehidupan berkelompok.

B. Identifikasi Masalah

Kedisiplinan siswa pada dasarnya dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling terkait baik yang berasal dari dalam maupun dari luar. Pada hakekatnya tidak ada faktor tunggal yang berdiri sendiri yang secara otomatis menentukan kedisiplinan siswa. Faktor-faktor tersebut antara lain faktor kesadaran dari individu, pola asuh dari orang tua, bimbingan guru konseling, sanksi yang diterapkan, intensitas kegiatan di sekolah, lingkungan pergaulan siswa, lingkungan tempat tinggal siswa, lingkungan sosial siswa, dan lain sebagainya.

(24)

C. Pembatasan Masalah

Permasalahan yang berkaitan dengan judul di atas sangat luas, sehingga tidak mungkin dari lapangan permasalahan yang ada itu dapat terjangkau dan terselesaikan semua. Oleh karena perlu adanya pembatasan permasalahan, selain itu juga untuk menghindari kesalahpahaman sehingga tidak timbul penafsiran yang berbeda-beda yang akan mengakibatkan kekacauan dalam penulisan skripsi atau penelitian tersebut, maka dalam hal ini penulis membatasi ruang lingkup dan fokus masalah yang diteliti sebagai berikut:

1. Obyek penelitian

a. Implementasi peran guru bimbingan konseling pada siswa kelas VIII SMP Cokroaminoto Wanadadi Kabupaten Banjarnegara tahun ajaran 2007/2008.

b. Intensitas mengikuti kegiatan OSIS pada siswa kelas VIII SMP Cokroaminoto Wanadadi Kabupaten Banjarnegara tahun ajaran 2007/2008.

c. Kedisiplinan mentaati tata tertib sekolah pada siswa kelas VIII SMP Cokroaminoto Wanadadi tahun ajaran 2007/2008.

2. Subyek penelitian

(25)

D. Perumusan Masalah

Perumusan masalah atau sering diistilahkan problematika merupakan bagian penting yang harus ada dalam penulisan suatu karya ilmiah. Oleh karena itu seorang peneliti sebelum melakukan penelitian harus mengetahui terlebih dahulu permasalahan yang ada. Dengan adanya permasalahan yang jelas maka proses pemecahannya akan terarah dan terfokus pada permasalahan tersebut.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas maka dapat dirumuskan suatu permasalahan sebagai berikut: “Adakah pengaruh positif yang berarti (signifikan) dari implementasi peran guru bimbingan konseling dan intensitas mengikuti kegiatan OSIS terhadap kedisiplinan mentaati tata tertib sekolah pada siswa kelas VIII SMP Cokroaminoto Wanadadi Kabupaten Banjarnegara tahun ajaran 2007/2008?”.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan merupakan titik pijak untuk mempengaruhi aktivitas yang akan di laksanakan, sehingga perlu dirumuskan secara jelas. Dalam penelitian ini pun perlu adanya tujuan yang berfungsi sebagai acuan pokok terhadap masalah yang diteliti, sehingga peneliti akan dapat bekerja secara terarah dalam mencari data sampai langkah pemecahan masalahnya.

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

(26)

b. Untuk mengetahui intensitas mengikuti kegiatan OSIS pada siswa kelas VIII SMP Cokroaminoto Wanadadi Kabupaten Banjarnegara tahun ajaran 2007/2008.

c. Untuk mengetahui kedisiplinan mentaati tata tertib pada siswa kelas VIII SMP Cokroaminoto Wanadadi Kabupaten Banjarnegara tahun ajaran 2007/2008. d. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh implementasi peran guru bimbingan

konseling dan intensitas mengikuti kegiatan OSIS terhadap kedisiplinan mentaati tata tertib sekolah pada siswa kelas VIII SMP Cokroaminoto Wanadadi Kabupaten Banjarnegara tahun ajaran 2007/2008.

F. Manfaat atau Kegunaan Penelitian

1. Manfaat atau Kegunaan Teoritis

a. Sebagai suatu karya ilmiah maka hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya maupun bagi masyarakat luas pada umumnya, mengenai pengaruh implementasi peran guru bimbingan konseling dan intensitas mengikuti kegiatan OSIS terhadap kedisiplinan dalam mentaati tata tertib sekolah pada siswa kelas VIII SMP Cokroaminoto Wanadadi Kabupaten Banjarnegara tahun ajaran 2007/2008.

(27)

c. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman untuk kegiatan penelitian berikutnya yang sejenis.

2. Manfaat atau Kegunaan Praktis

a. Menyebarluaskan informasi mengenai arti pentingnya peran guru bimbingan konseling dan intensitas mengikuti kegiatan OSIS terhadap kedisiplinan mentaati tata tertib sekolah pada siswa kelas VIII SMP Cokroaminoto Wanadadi Kabupaten Banjarnegara tahun ajaran 2007/2008.

b. Sebagai pendidik maka pengetahuan dan pengalaman selama mengadakan penelitian ini dapat ditransformasikan kepada peserta didik pada khususnya, maupun masyarakat luas pada umumnya.

G. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudahkan para pembaca dalam memahami skripsi ini maka sangat perlu penulis mengemukakan tentang sistematikanya. Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagaimana uraian berikut.

Bagian awal meliputi : Halaman Judul, Halaman Persetujuan, Halaman Pengesahan, Kata Pengantar, Daftar Tabel, Daftar Lampiran dan Abstrak. Bagian pokok skripsi ini terperinci dalam lima bab. Bab I Pendahuluan mencakup: Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Pembatasan Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat atau Kegunaan Penelitian, serta Sistematika Penulisan.

(28)

ini. Selanjutnya Kerangka Teoritik yang dimulai dengan Tinjauan Teoritis mengenai Peran Guru Bimbingan Konseling, yang berisi uraian tentang Pengertian Bimbingan, Pengertian Konseling, Unsur-Unsur Bimbingan Konseling, Fungsi Bimbingan Konseling, Tujuan Bimbingan Konseling, Prinsip Bimbingan Konseling, dan Asas-Asas Bimbingan Konseling. Selanjutnya uraian mengenai Intensitas Mengikuti Kegiatan OSIS, yang menguraikan mengenai Pengertian Intensitas, Intensitas dalam Kegiatan OSIS, Pengertian OSIS, Tujuan OSIS, Fungsi OSIS, dan Struktur Organisasi OSIS. Uraian selanjutnya adalah mengenai Kedisiplinan Siswa di Sekolah, di dalamnya berisi Pengertian Kedisiplinan, dan Faktor yang Mempengaruhi Kedisiplinan Anak. Selanjutnya adalah uraian mengenai Implementasi Peran Guru Bimbingan Konseling dan Intensitas Mengikuti Kegiatan OSIS kaitannya dengan Kedisiplinan Mentaati Tata Tertib sekolah pada siswa, yang kemudian dilanjutkan dengan penyusunan kerangka pemikiran serta hipotesis.

Bab III Metode Penelitian berisi Uraian: Tempat dan Waktu Penelitian; Populasi, Sampel, Sampling, dan Prosedur Pengambilan Sampel; Variabel Penelitian; Metode Pengumpulan Data; Teknik Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen; Teknik Uji Persyaratan Analisis; serta Teknik Analisis Data.

Bab IV Hasil Penelitian berisi: Deskripsi data yang mencangkup data hasil uji coba (Try out) Validitas dan Reliabilitas Instrumen beserta Analisisnya dan Data Hasil Penelitian, Pengujian Persyaratan Analisis, Analisis Data dan Pengujian Hipotesis, serta Pembahasan Hasil Analisis Data.

(29)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

Ketaatan siswa dalam mematuhi tata tertib sekolah, pada dasarnya dipengaruhi oleh beberapa faktor, yang antara satu dengan lainnya saling terkait erat. Kedisiplinan siswa dalam mematuhi tata tertib sekolah, salah satu faktornya adalah peran guru bimbingan konseling dan intensitas mengikuti kegiatan OSIS, dengan kata lain peran guru bimbingan konseling dan intensitas mengikuti kegiatan OSIS akan mempengaruhi kedisiplinan siswa mematuhi tata tertib.

Berbagai studi telah membuktikan tentang adanya keterkaitan antara peran guru bimbingan konseling, intensitas kegiatan OSIS, dan kedisiplinan mentaati tata tertib sekolah. Berdasar studi-studi yang sudah ada, sangat beralasan jika peneliti ingin mengadakan kajian mengenai kedisiplinan siswa dalam mentatuhi tata tertib yang dipengaruhi oleh peran guru bimbingan konseling dan intensitas mengikuti kegiatan OSIS, sebagaimana terfokus dalam penelitian ini.

Peran guru bimbingan konseling merupakan suatu proses bantuan dari seseorang kepada orang lain secara berkelanjutan untuk mengembangkan bakat dan minat anak didik, membuat keputusan dan unsur mengatasi masalah yang dihadapinya secara mandiri.

Organisasi siswa intra sekolah mempunyai tugas dan kewajiban mempertinggi moral dan etika, memperdalam rasa kebangsaan, mendorong

(30)

kreativitas, mengobarkan semangat dan tekad belajar untuk membentuk siswa teladan dan berdisiplin tinggi. Sehingga dengan demikian OSIS mempunyai peranan dalam meningkatkan belajar pengaruhnya terhadap kedisiplinan mentaati tata tertib sekolah bagi siswa.

Penelitian yang dilakukan Marsuciyati (2003:124), membuktikan adanya hubungan antara bimbingan orang tua dengan kedisiplinan mentaati tata tertib sekolah adalah signifikan yaitu memberikan sumbangan efektif (SE) sebesar 25,885%. Penelitian Purwanti (2004:128), menunjukkan bahwa keterlibatan siswa dalam OSIS mempengaruhi kedisiplinan siswa di sekolah secara efektif sebesar 69%.

Berdasar dari hasil penelitian di atas dapat dikemukakan bahwa ada pengaruh antara intensitas mengikuti kegiatan OSIS terhadap kedisiplinan mentaati tata tertib sekolah. Oleh karena itu sangat beralasan diadakannya kajian mengenai intensitas mengikuti kegiatan OSIS, terhadap kedisiplinan mentaati tata tertib sekolah dan dikaitkan dengan variabel lain, yaitu peran guru bimbingan konseling sebagaimana fokus penelitian ini.

(31)

B. Kerangka Teoritik

Kedisiplinan siswa mentaati tata tertib sekolah yang dikaitkan dengan peran guru bimbingan konseling dan intensitas mengikuti kegiatan OSIS paling tidak dibutuhkan suatu telaah yang cukup mendalam mengenai kedisiplinan, tata tertib, dan intensitas mengikuti kegiatan OSIS, serta kaitannya satu sama lain. Kesemuanya itu dipaparkan dalam kajian teoritis sebagaimana uraian berikut. 1. Peran Guru Bimbingan Konseling.

a. Pengertian Bimbingan. Marsudi dkk (2003:33) mengemukakan bahwa “Bimbingan itu suatu proses, artinya bahwa kegiatan bimbingan bukan sekali jadi melainkan sebagai suatu proses berkelanjutan sesuai dengan dinamika perkembangan individu”. Selanjutnya Haditono dalam Marsudi dkk (2003:33) menyatakan bahwa “bimbingan adalah bantuan dari seseorang kepada orang lain baik anak-anak, orang muda maupun orang tua untuk mengembangkan pandangannya sendiri, membuat keputusan sendiri, dan unsur cara pengatasannya sendiri”.

Berdasarkan definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa bimbingan adalah suatu proses bantuan dari seseorang kepada orang lain secara berkelanjutan untuk mengembangkan pandangannya sendiri, membuat keputusan sendiri dan unsur pengatasannya sendiri

(32)

yang sesuai dengan keadaan individu yang dihadapinya untuk mencapai kesejahteraan hidupnya”. Pepinsky dalam Marsudi dkk (2003:36) mengemukakan bahwa “konseling adalah interaksi yang terjadi antara dua orang individu, masing-masing sebagai konselor dan klien, terjadi dalam suasana profesional untuk memudahkan perubahan dalam tingkah laku klien”.

Berdasarkan kedua pendapat di atas maka konseling dapat didefinisikan sebagai bantuan yang diberikan konselor kepada klien dalam memecahkan masalahnya yang terjadi dalam suasana profesional dengan wawancara untuk memudahkan perubahan dalam tingkah laku klien dan mencapai kehidupan yang sejahtera.

c. Unsur-unsur Bimbingan Konseling. Bimbingan konseling mempunyai unsur-unsur yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Adanya wawancara langsung (face to face) dari dua individu, satu sebagai konselor dan yang lain sebagai klien.

2) Adanya masalah yang dihadapi klien yang harus dipecahkan.

3) Klien sangat memerlukan bantuan dari konselor dalam memecahkan masalah.

4) Ada hubungan timbal balik, saling menghargai dan menghormati sehingga tumbuh saling percaya mempercayai.

5) Konselor membantu untuk meningkatkan kemampuan agar klien mampu memecahkan masalahnya sendiri (Marsudi dkk, 2003:37)

d. Fungsi Bimbingan Konseling. Marsudi dkk (2003:38-39) menyatakan bahwa bimbingan konseling mempunyai fungsi:

1) Fungsi pemahaman.

2) Fungsi pencegahan (preventif)

(33)

Adapun penjelasan dari masing-masing fungsi adalah sebagai berikut: 1) Fungsi Pemahaman, fungsi pemahaman akan menghasilkan pemahaman

tentang sesuatu oleh pihak tertentu (konselor) guna mengembangkan kemampuan siswa. Fungsi pemahaman ini meliputi

a) Pemahaman tentang subyek sasaran

b) Pemahaman tentang lingkungan siswa termasuk keluarga, dan lingkungan sekolah terutama oleh siswa sendiri dan konselor.

c) Pemahaman tentang lingkungan yang lebih luas, termasuk informasi pendidikan, informasi jabatan, informasi nilai budaya.

2) Fungsi pencegahan (preventif), adalah fungsi bimbingan yang sifatnya mencegah, menghindarkan diri subyek bimbingan agar terhindar dari permasalahan yang dapat mengganggu, menghambat, atau menimbulkan kesulitan dalam proses perkembangan.

3) Fungsi perbaikan, pengobatan (curative), adalah bimbingan yang menghasilkan terpecahkannya masalah yang dihadapi individu (siswa) siswa yang sedang bermasalah ibarat berada dalam kondisi yang tidak enak, ia perlu bantuan orang lain agar kondisinya berubah menjadi enak.

e. Tujuan Bimbingan Konseling. Marsudi dkk (2003:40-41) mengemukakan bahwa tujuan bimbingan konseling adalah:

1) Memiliki kesadaran diri, yakni mengenal dirinya dan kekhususan dirinya sendiri.

2) Mengembangkan sikap positif. 3) Membuat pilihan secara sehat. 4) Mampu menghargai orang lain. 5) Memiliki rasa tanggung jawab.

(34)

8) Membuat keputusan secara efektif.

f. Prinsip Bimbingan Konseling. Belki dalam Marsudi dkk (2003:43)

mengemukakan ada 6 (enam) prinsip bagi konselor agar bimbingan konseling di sekolah memiliki makna, yaitu:

1) Konselor sejak awal harus memiliki kinerja yang tinggi sehingga harus bekerja keras melaksanakan bimbingan.

2) Konselor harus bekerja secara profesional menghindarkan sikap elitis (kesombongan, keangkuhan) profesional dan atau menjaga hubungan harmonis dengan personil sekolah yang lain.

3) Konselor harus mampu menerjemahkan peranannya dalam kegiatan nyata atau layanan bimbingan yang dilakukan memberi manfaat nyata bagi siswa.

4) Konselor bertanggung jawab kepada semua siswa baik siswa yang gagal, suka mengganggu teman, siswa yang mungkin putus sekolah, memiliki masalah, mengalami kesulitan belajar, prestasi rendah, pemalu dan sebagainya.

5) Konselor mampu mengembangkan potensi siswa melalui berbagai kegiatan.

6) Konselor mampu bekerja sama secara efektif dengan kepala sekolah untuk menegakkan citra bimbingan konseling.

g. Azas-azas Bimbingan Konseling. Marsudi dkk (2003:44-47) mengemukakan bahwa azas-azas bimbingan konseling adalah:

1) Azas Kerahasiaan. 2) Azas kesukarelaan. 3) Azas keterbukaan 4) Azas kekinian. 5) Azas kemandirian. 6) Azas kegiatan. 7) Azas kedinamisan. 8) Azas keterpaksaan. 9) Azas normatif. 10)Azas keahlian. 11)Azas alih tangan

(35)

2. Intensitas mengikuti kegiatan OSIS

a. Pengertian Intensitas. “Intensitas mempunyai pengertian keadaan (tingkatan atau ukuran) intensnya (hebat atau sangat kuat (tentang kekuatan, efek, dan sebagainya)” (Daryanto, 1997:286).

b. Intensitas dalam Mengikuti Kegiatan OSIS. Intensitas dalam mengikuti kegiatan OSIS adalah banyaknya ragam kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam rangka mewujudkan program OSIS di sekolah. Adapun macam-macam kegiatan dalam OSIS menurut Daryanto (1998:62-63) diantaranya adalah:

1) Kegiatan pengembangan pengetahuan dan kemampuan penalaran. a) Diskusi, temu karya, seminar dan lain-lain.

b) Penelitian. c) Karya wisata.

d) Penulisan karangan untuk berbagai media. e) Percobaan-percobaan akademis di luar sekolah. 2) Kegiatan pengembangan keterampilan berdasarkan hobi.

a) Latihan kepemimpinan. b) Palang Merah Remaja (PMR). c) Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). d) Pramuka.

e) Lintas alam. f) Olah raga. g) Kesenian.

h) Pengaturan Lalu Lintas.

i) Pengumpulan benda-benda bekas (perangko, binatang dan lain-lain). 3) Kegiatan-kegiatan pengembangan sikap.

a) Pengumpulan dana sosial.

b) Pengertian hari-hari besar nasional, keagamaan. c) Membantu masyarakat yang kena musibah.

c. PengertianOSIS.Daryanto (1998:62) menyatakan:

(36)

rangkaiannya dengan tujuannya, yaitu pengembangan pengetahuan dan kemampuan penalaran, pengembangan keterampilan dan pengembangan sikap, selaras dengan tujuan sekolah yang tertuang dalam kurikulum.

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa OSIS merupakan organisasi yang berada di sekolah yang bertujuan untuk melatih kepemimpinan serta memberikan wadah bagi murid untuk melakukan kegiatan yang sesuai dengan bakat dan minat siswa.

d. Tujuan OSIS. Pengembangan Organisasi murid yang efektif di sekolah, baik pendidikan dasar maupun pendidikan menengah harus dapat menjamin partisipasi murid dalam program sekolah yang bersangkutan, program pendidikan, dan program pengabdian masyarakat. Daryanto (1998:68) menyatakan bahwa tujuan OSIS sebagai organisasi intra sekolah adalah “membina generasi muda umumnya dan membina personel dan sosial murid khususnya”.

e. Fungsi OSIS. Salah satu ciri pokok suatu organisasi ialah memiliki

(37)

f. Struktur Organisasi OSIS. Menurut Daryanto (1998:67) “murid dalam kegiatan dapat diorganisir sedemikian sehingga merupakan suatu government

[image:37.612.134.522.247.560.2]

yang terdiri dari ketua, wakil, sekretaris, bendahara, dan seksi-seksi”. Adapun struktur organisasi OSIS di SMP Cokroaminoto Wanadadi Kabupaten Banjarnegara tahun ajaran 2007/2008, adalah sebagaimana gambar 1 berikut ini.

(38)

3. Kedisiplinan Siswa di Sekolah

a. Pengertian Kedisiplinan. Daryanto (1997:173) menyatakan “disiplin

adalah tertib, patuh aturan”. Maka dapat disimpulkan bahwa kedisiplinan adalah keteraturan perilaku individu untuk patuh terhadap aturan berdasarkan nilai moral yang telah mempribadi dalam dirinya tanpa tekanan atau dorongan dari faktor eksternal. Berdasarkan pengertian kedisiplinan tersebut maka kedisiplinan di sekolah adalah kepatuhan siswa terhadap peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh sekolah.

Kedisiplinan merupakan unsur yang penting bagi setiap individu dalam membentuk pola perilaku yang sesuai, baik ditinjau dari manusia sebagai mahkluk sosial maupun mahkluk spiritual. Individu yang disiplin diharapkan dapat melaksanakan tugas-tugasnya dengan tertib sesuai dengan tata tertib yang berlaku dalam lingkungan hidupnya.

b. Faktor yang Mempengaruhi Kedisiplinan Anak. Hurlock (1990:47) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kedisiplinan adalah: 1) Pola asuh. Perkembangan dimulai sejak masa kanak-kanak. Disiplin yang

ketat lebih aman digunakan untuk anak kecil daripada anak yang lebih besar. Misalnya saja pada remaja, sebaliknya diberikan secara lebih demokratis. Remaja dianggap sebagai teman sehingga pendapatnya tidak diabaikan, dalam arti kedisiplinan telah menjadi perilaku yang menetap dalam diri remaja bukan pengaruh dari luar.

(39)

peraturan sekolah. Siswa wanita lebih dituntut untuk patuh terhadap peraturan, sedangkan pria lebih diarahkan untuk berani mengekspresikan diri. Hal ini menyebabkan siswa wanita lebih enggan melanggar peraturan, sebaliknya pria lebih berani melanggar peraturan yang dirasa tidak sesuai dengan dirinya.

4. Implementasi Peran Guru Bimbingan Konseling dan Intensitas Mengikuti

Kegiatan OSIS Kaitannya dengan Kedisiplinan Mentaati Tata Tertib

Sekolah pada Siswa

Guru konseling mempunyai peran yang sangat krusial dalam pembentukan pribadi anak didik. Kegiatan bimbingan yang dilakukan di sekolah akan membentuk sikap anak yang mandiri, mengetahui kelebihan dan kekurangannya, serta meningkatkan daya nalar anak. Dengan bimbingan konseling tersebut diharapkan anak akan lebih mandiri dan dapat mengikuti kegiatan yang ada di sekolah dengan baik dan dengan penuh tanggung jawab.

Kegiatan OSIS merupakan salah satu organisasi formal yang ada di sekolah-sekolah baik tingkat SMP maupun SMA dan sederajad. Kegiatan tersebut bertujuan untuk membentuk pribadi dengan mengikuti kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh OSIS.

(40)

C. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran pada hakekatnya bersumber dari kajian teoritis dan sering diformulasikan dalam bentuk anggapan dasar. Menurut Surakhmad dalam Arikunto (1998:60), “Anggapan dasar atau postulat adalah sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh penyelidik”. Manfaat dari anggapan dasar adalah untuk memperkuat permasalahan dan membantu peneliti dalam memperjelas menetapkan obyek penelitian, wilayah pengambilan data, instrumen pengumpulan data. Dalam hal ini dimaksud bahwa setiap penyelidik harus mempunyai anggapan dasar yang dipakai sebagai dasar sementara bagi aktifitas penyelidikan atau penelitian secara ilmiah.

Berdasarkan kajian teoritis sebagaimana telah dipaparkan di muka, maka dalam penelitian ini penulis mengajukan anggapan dasar atau kerangka pemikiran sebagai berikut:

1. Konseling dapat didefinisikan sebagai bantuan yang diberikan konselor kepada klien dalam memecahkan masalahnya yang terjadi dalam suasana profesional, yaitu dengan wawancara untuk memudahkan perubahan dalam tingkah laku klien dan mencapai kehidupan yang sejahtera.

2. Intensitas dalam mengikuti kegiatan OSIS adalah tingkat ukuran, intensitasnya, kuatnya, bergeloranya siswa dalam mengikuti segala kegiatan yang ada dalam OSIS.

(41)

4. Implementasi peran guru bimbingan konseling yang ditunjang intensitas mengikuti kegiatan OSIS akan membentuk pribadi-pribadi yang berdisiplin mentaati tata tertib yang berlaku. Sebaliknya, intensitas mengikuti kegiatan OSIS yang tak beraturan dan tidak adanya bimbingan konseling maka akan membentuk pribadi-pribadi yang tidak atau sulit untuk berdisiplin.

D. Hipotesis

Menurut Arikunto (1998:67), hipotesis adalah ”suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul”. Pada hakekatnya hipotesis adalah sebuah keputusan atau simpulan yang masih bersifat sementara, karena masih harus diuji kebenarannya secara empiris..

(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

[image:42.612.128.526.388.645.2]

Tempat penelitian ini adalah di SMP Cokroaminoto Wanadadi Kabupaten Banjarnegara. Tahap-tahap pelaksanaan kegiatan sejak persiapan sampai dengan penulisan laporan penelitian, secara keseluruhan dilakukan selama kurang lebih lima bulan, yaitu sejak bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 2007. Adapun tahap-tahap maupun perincian kegiatan pokok yang dilakukan adalah tabel 1 berikut ini.

Tabel 1. Perincian Kegiatan Pokok Penelitian Bulan dan Minggu Pelaksanaan Juni

2007

Juli 2007

Agustus 2007

September 2007

Oktober 2007

No Nama

Kegiatan

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1. Persiapan dan

pra survey √ √

2. Penyusunan dan uji coba instrumen penelitian

√ √ √ √

3. Pengumpulan

data √ √ √ √

4. Tabulasi dan

formating √ √ √

5. Analisis dan

interpretasi √ √ √

6. Penyusunan konsep laporan penelitian (skripsi)

√ √ √ √

(43)

B. Populasi, Sampel, Sampling dan Prosedur Pengambilan Sampel

1. Populasi Penelitian

Populasi dapat diberi makna yang cukup beragam Sudjana (1988:5), memberikan batasan bahwa populasi adalah:

Totalitas semua nilai yang mungkin hasil menghitung ataupun pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif daripada karakteristik tertentu mengenai sekumpulan obyek yang lengkap dan kelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya.

Selanjutnya menurut Arikunto (1998:115), “Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian”. Sementara itu Nawawi (1998:220) memberi pengertian bahwa: Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang dapat terdiri dari manusia, benda, tumbuhan, gejala-gejala, nilai tes atau peristiwa – peristiwa sebagai sumber mata yang memiliki karakteristik tertentu sebagai sumber suatu penelitian.

[image:43.612.126.517.573.645.2]

Berdasarkan ketiga konsep di atas dapat disimpulkan bahwa populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang mempunyai sifat-sifat sama. Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas VIII SMP Cokroaminoto Wanadadi Kabupaten Banjarnegara tahun ajaran 2007/2008 yang keseluruhan berjumlah 70 siswa, dengan perincian sebagaimana dipaparkan pada tabel 2 berikut ini.

Tabel 2. Distribusi Populasi Penelitian Jumlah siswa

No Kelas

Putra Putri Total

1 VIII A 18 19 37

2 VIII B 17 16 33

(44)

2. Sampel Penelitian

Menurut Arikunto (1998:117), yang dimaksud dengan sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi-populasi yang diteliti, dengan kata lain, sampel adalah sebagian dari populasi yang jumlahnya lebih kecil dibanding dengan jumlah populasi yang dipandang representatif terhadap populasi tersebut untuk menentukan jumlah sampel dalam suatu penelitian ada aturan yang harus dipatuhi dan dijadikan pedoman dalam setiap kegiatan penelitian.

Pada prinsipnya semakin besar sampel-sampel yang diambil akan semakin baik. Menurut Danapriatna dan Setiawan (2005:62), pertimbangan dalam menentukan besar kecilnya sampel adalah :

a. Keanggotaan populasi, makin homogen makin sedikit sampelnya. b. Klasifikasi dari populasinya: makin banyak klasifikasi, sampel harus

semakin banyak.

c. Taraf ketepatan hasil penelitian: makin tinggi taraf ketepatan yang diharapkan, sampel harus semakin banyak.

d. Teknik sampling: pada random tidak terbatas (seluruh anggota populasi) sampelnya harus lebih banyak daripada random terbatas (stratified dan cluster).

e. Efisiensi: tergantung dari waktu, biaya dan tenaga yang tersedia.

Sementara itu menurut Gay sebagaimana dikutip oleh Danapriatna dan Setiawan (2005:63), bahwa ukuran minimum sampel yang dapat diterima berdasarkan pada desain atau metode penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut:

a. Desain deskriptif, minimal 10 % dari populasi. Untuk populasi yang relatif kecil minimal 20%.

(45)

Berdasarkan berbagai pendapat tersebut di atas maka dalam penelitian ini peneliti mengambil sampel sebanyak 40 orang siswa dari 70 orang siswa kelas VIII SMP Cokroaminoto Wanadadi Kabupaten Banjarnegara tahun ajaran 2007/2008 yang menjadi anggota populasi jumlah tersebut dipandang reprensentatif, karena sudah melampaui jumlah batas minimal sampel yang dapat diterima untuk jenis penelitian deskriptif korelasional sebagaimana jenis penelitian ini, yaitu 10 % dari populasi dari jumlah sampel minimal sebanyak 30 subyek.

3. Sampling dan Prosedur Pengambilan Sampel

Dalam setiap kegiatan penelitian, sampel yang digunakan harus benar-benar mencerminkan kondisi riil populasi yang ada melalui serangkaian aturan tertentu dalam pengambilan sampel yang disebut sampling. Menurut Danapriatna dan Setiawan (2005:59), sampling adalah “cara pengumpulan data sampel yang berasal dari suatu populasi“.

Sementara itu Nawawi (1998:152 ) merumuskan sampling adalah:

Cara untuk menentukan sampel yang jumlahnya sesuai dengan ukuran sampel yang akan dijadikan sumber data sebenarnya dengan memperhatikan sifat-sifat dan penjabaran populasi agar diperoleh sampel yang representatif atau benar-benar mewakili populasi.

Menurut Hadi (2001:75-86), sampling dapat digolongkan menjadi dua, yaitu

random sampling dan non random sampling. Random sampling adalah pengambilan sampel secara acak, setiap individu dalam populasi memiliki peluang yang sama untuk menjadi anggota sampel. Adapun cara randomisasinya sebagai berikut:

(46)

b. Cara ordinal.

c. Melalui tabel bilangan random.

Non random sampling adalah pengambilan sampel tidak secara acak, yaitu sampel dipilih berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu, dengan kata lain tidak setiap individu dalam populasi memiliki peluang yang sama untuk menjadi anggota populasi.

Penelitian ini menggunakan teknik atau cara pengambilan sampel kombinasi (combined sampling), yaitu “Quota purposive area proportional random sampling”. Adapun prosedurnya adalah sebagai berikut:

a. Quota sampling, berarti menetapkan terlebih dahulu jumlah sampel dari populasi. Dalam penelitian ini jumlah sampel ditetapkan sebanyak 40 orang siswa

b. Purposive sampling, berarti pengambilan sampel didasarkan atas ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu (karakteristik) yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Dalam hal ini karakteristiknya adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Cokroaminoto Wanadadi Kabupaten Banjarnegara Tahun Ajaran 2007/2008.

c. Area sampling yaitu pengambilan sampel mempertimbangkan daerah atau tempat populasi berada, dan tiap-tiap daerah diambil perwakilannya sebagai sampel penelitian.

(47)

Adapun distribusi sampel secara proportional sebagaimana tercantum dalam tabel 3 berikut ini.

Tabel 3. Tabel Distribusi Sampel Penelitian

No Kelas Distribusi dan Jumlah Sampel

1 VIII A

Pa = 40 70 18

× = 10,28571

Pi = 40 70 19

× = 10,85714

= 10 orang

= 11 orang

2 VIII B

Pa = 40

70 17

× = 9,714286

Pi = 40

70 16

× = 9,142857

= 10 orang

= 9 Orang

Jumlah seluruh anggota sampel = 40 = 40 orang siswa

e. Random Sampling, yaitu langkah menentukan siapa-siapa individu yang menjadi anggota sampel, yang penentuannya dilakukan dengan cara undian. Adapun langkah-langkahnya, menurut Hadi (1990:76) sebagai berikut:

1) Buatlah suatu daftar yang berisi semua subyek, obyek, gejala, peristiwa atau kelompok-kelompok yang ada dalam populasi.

2) Beri kode-kode yang berwujud angka-angka untuk tiap-tiap subyek, obyek, gejala, peristiwa atau kelompok yang dimaksudkan dalam (1). 3) Tulis kode-kode itu masing-masing dalam satu lembar kertas kecil. 4) Gulung kertas itu baik-baik

5) Masukkan gulungan-gulungan kertas itu ke dalam tempolong, kaleng atau tempat-tempat yang semacam.

6) Kocok baik-baik tempolong atau kaleng itu.

7) Ambillah kertas gulungan itu sebanyak yang dibutuhkan.

(48)

1. Membuat daftar yang berisi semua subyek yang ada dalam populasi (siswa kelas VIII SMP Cokroaminoto Wanadadi Kabupaten Banjarnegara Tahun Ajaran 2007/2008).

2. Memberi kode-kode yang berwujud angka-angka untuk tiap-tiap subyek yang dimaksud pada tiap kelas

3. Menulis kode-kode itu masing-masing dalam satu lembar kertas kecil. 4. Menggulung-gulung kertas itu baik-baik.

5. Memasukkan gulungan-gulungan kertas itu ke dalam masing-masing botol atau kaleng.

6. Mengocok baik-baik tempolong-tempolong atau botol-botol itu.

7. Mengambil kertas gulungan sebanyak yang dibutuhkan yaitu 40 orang siswa.

C. Variabel Penelitian

Variabel merupakan suatu istilah yang tidak pernah ditinggalkan dalam setiap jenis penelitian, istilah variabel ini bermacam-macam, sejalan dengan konsep masing-masing pemikiran. Arikunto (1998:99) telah mengkonsepsikan variabel sebagai “Objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian”. Hadi (2001:224), menyatakan bahwa “gejala-gejala yang menunjukkan variasi, baik dalam jenisnya, maupun dalam tingkatannya disebut variabel”. Berdasarkan hal tersebut variabel didefiniskan sebagai gejala-gejala yang bervariasi yang menjadi titik perhatian dari suatu penelitian.

(49)

variabel kendali dan variabel rambang. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi penyebab terjadinya sesuatu. Variabel moderator adalah variabel yang ikut diperhatikan meskipun tidak diutamakan. Variabel kendali adalah variabel yang ikut berpengaruh, tetapi kemudian dinetralisir atau dianggap tidak ada pengaruhnya. Variabel rambang adalah variabel yang diabaikan pengaruhnya karena tidak menimbulkan perbedaan yang berarti. Selanjutnya, variabel tergantung adalah variabel akibat yang ditimbulkan oleh pengaruh variabel bebas.

Berdasarkan klasifikasi di atas maka variabel-variabel dalam penelitian ini mencakup:

1. Variabel bebas pertama (X1) yaitu Implementasi Peran Guru Bimbingan Konseling yaitu keikutsertaan guru bimbingan konseling dalam memecahkan masalah yang dimiliki oleh para siswa. Variabel tersebut diukur berdasarkan indikator sebagai berikut:

a. Implementasi peran guru bimbingan konseling dalam bidang bimbingan pribadi, dengan pokok-pokok sebagai berikut:

1) Pemantapan kebiasaan dan pengembangan sikap dalam beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

2) Pemahaman kekuatan diri dan arah pengembangannya melalui kegiatan yang kreatif dan produktif baik dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat maupun untuk kehidupan di masa depan.

(50)

4) Pengenalan kelemahan diri dan upaya penanggulangannya 5) Pemahaman dan pengamalan hidup sehat

b. Implementasi peran guru bimbingan konseling bidang bimbingan sosial, dengan pokok-pokok sebagai berikut:

1) Pengembangan kemampuan berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan

2) Pengembangan kemampuan bertingkah laku dan berhubungan sosial 3) Pengembangan hubungan yang harmonis dengan teman sebaya 4) Pemahaman dan pengamalan disiplin dan peraturan sekolah

c. Implementasi peran guru bimbingan konseling dalam bimbingan belajar, pokok-pokoknya sebagai berikut:

1) Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang baik

2) Menumbuhkan disiplin belajar dan berlatih, baik secara individual maupun kelompok

3) Mengembangkan penguasaan materi program belajar

4) Mengembangkan pemahaman dan pemanfaatan kondisi fisik, sosial, dan pengembangan pengetahuan, keterampilan, dan pengembangan pribadi

5) Orientasi belajar di sekolah

d. Implementasi peran guru bimbingan konseling dalam bimbingan karier, dengan pokok-pokok kegiatan sebagai berikut:

(51)

2) Pengenalan bimbingan kerja atau karir, khususnya berhubungan dengan pilihan pekerjaan

3) Orientasi dan informasi jabatan dan usaha memperoleh penghasilan 4) Pengenalan berbagai lapangan kerja yang dapat dimasukinya 5) Orientasi dan informasi pendidikan selanjutnya.

2. Variabel bebas kedua (X2) yaitu intensitas mengikuti kegiatan OSIS adalah banyaknya ragam kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam rangka mewujudkan program OSIS di sekolah. Adapun indikatornya adalah:

4) Intensitas mengikuti kegiatan pengembangan pengetahuan dan kemampuan penalaran, yang mencakup:

a) Diskusi, temu karya, seminar dan lain-lain. b) Penelitian.

c) Karya wisata.

d) Penulisan karangan untuk berbagai media. e) Percobaan-percobaan akademis di luar sekolah.

5) Intensitas mengikuti kegiatan pengembangan keterampilan berdasarkan hobi, yang mencakup:

1) Latihan kepemimpinan. 2) Palang Merah Remaja (PMR). 3) Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). 4) Pramuka.

(52)

7) Kesenian.

8) Pengaturan Lalu Lintas.

9) Pengumpulan benda-benda bekas (perangko, binatang dan lain-lain). 6) Intensitas mengikuti kegiatan-kegiatan pengembangan sikap, yang

mencakup:

1) Pengumpulan dana sosial.

2) Pengertian hari-hari besar nasional, keagamaan. 3) Membantu masyarakat yang kena musibah.

3. Variabel terikat (Y) yaitu kedisiplinan mentaati tata tertib sekolah pada siswa adalah kepatuhan untuk menghormati dan melaksanakan suatu sistem yang mengharuskan orang tunduk pada keputusan, perintah, atau peraturan yang berlaku di sekolah. Adapun indikatornya meliputi:

a. Kedisiplinan siswa mentaati peraturan cara berpakaian b. Kedisiplinan siswa mentaati peraturan waktu di sekolah. c. Kedisiplinan siswa mentaati kewajiban mengikuti upacara. d. Kedisiplinan siswa mentaati larangan sekolah.

e. Kedisiplinan siswa menjaga almamater sekolah.

D. Metode Pengumpulan Data

(53)

Bagaimana memperoleh data adalah persoalan metodologik yang khusus membicarakan teknik-teknik pengumpulan data. Apakah seorang penyelidik akan menggunakan questionnaire, interview, observasi biasa, test, eksperimen, koleksi, atau metode lainnya, atau kombinasi dari pada beberapa metode itu, semuanya harus mempunyai dasar-dasar yang beralasan.

Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa cara pengumpulan data merupakan salah satu kegiatan utama yang harus diperhatikan dalam suatu penelitian. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Metode Pokok Berupa Angket

Arikunto (1998:140), mengatakan bahwa yang dimaksud dengan angket (kuesioner) adalah “Sejumlah pertanyaan yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadi atau mengenai hal-hal yang ia ketahui”. Dengan kata lain angket merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara menggunakan pertanyaan yang harus dikerjakan atau dijawab oleh orang yang menjadi sarana angket tersebut.

Dalam penelitian ini angket digunakan untuk mengumpulkan data implementasi peran guru bimbingan konseling dan intensitas mengikuti kegiatan OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah) serta data kedisiplinan mentaati tata tertib sekolah pada siswa kelas VIII SMP Cokroaminoto Wanadadi tahun ajaran 2006/2007.

(54)

memilih jawaban yang nilainya paling sesuai, sedangkan angket terbuka jika item pertanyaannya tanpa disediakan kemungkinan jawaban, sehingga responden harus memformulasikan sendiri isian jawaban yang dipandang sesuai.

Berdasarkan pada kaitan responden dengan jawaban yang diberikan, maka angket dapat dibedakan menjadi “angket langsung dan angket tidak langsung” (Faisal, 1981:4). Angket langsung bila item pertanyaan bermaksud menggali atau merekam mengenai diri responden itu sendiri, sedangkan angket tidak langsung bila item pertanyaannya bermaksud menggali atau merekam informasi dari apa yang diketahui responden mengenai obyek atau subyek tertentu dan informasi dimaksud tidak berbicara langsung mengenai diri responden bersangkutan.

Arikunto (1998:141) membedakan angket berdasarkan bentuknya menjadi: 1. Kuesioner pilihan ganda, yang dimaksud adalah sama dengan kuesioner

tertutup.

2. Kuesioner isian, yang dimaksud adalah kuesioner terbuka.

3. Check list, sebuah daftar, dimana responden tinggal membubuhkan tanda check ( √ ) pada kolom yang sesuai.

4. Rating scale (skala bertingkat) yaitu sebuah pertanyaan diikuti oleh kolom-kolom yang menunjukkan tingkat-tingkatan misalnya mulai dari sangat setuju sampai ke sangat tidak setuju.

Berdasarkan klasifikasi angket tersebut maka dalam penelitian ini digunakan jenis angket langsung karena peneliti langsung memberikan angket kepada siswa yang isinya menceritakan diri responden itu sendiri dan responden itu tinggal memberi tanda pada salah satu alternatif jawaban yang telah disediakan sesuai dengan pilihan masing-masing.

Keuntungan angket atau kuesioner menurut Arikunto (1998:141) adalah: 1. Tidak memerlukan hadirnya peneliti.

(55)

3. Dapat dijawab oleh responden menurut kecepatan masing-masing, dan menurut waktu senggang responden.

4. Dapat dibuat anonim sehingga responden bebas, jujur dan tidak malu-malu menjawab.

5. Dapat dibuat terstandar sehingga bagi semua responden dapat diberi pertanyaan yang benar-benar sama.

Arikunto (1998:141) menyatakan kelemahan-kelemahan angket , yaitu: 1. Responden sering tidak teliti dalam menjawab sehingga dalam

menjawab sehingga ada pertanyaan yang terlewat dan tidak terjawab, padahal sukar diulangi diberikan kembali padanya.

2. Seringkali sukar dicari validitasnya.

3. Walaupun dibuat anonim, kadang-kadang responden dengan sengaja memberikan jawaban yang tidak betul atau tidak jujur.

4. Seringkali tidak kembali, terutama jika dikirim lewat pos.

5. Waktu pengembaliannya tidak bersama-sama, bahkan kadang-kadang ada yang terlalu lama sehingga terlambat.

Dalam penelitian ini skoring atas jawaban tiap item dari masing-masing responden ditentukan sebagai berikut:

1. Untuk pertanyaan atau pernyataan yang bersifat positif maka skoring untuk setiap alternatif jawaban adalah:

a. Untuk jawaban a di beri skor 4 b. Untuk jawaban b diberi skor 3 c. Untuk jawaban c diberi skor 2 d. Untuk jawaban d diberi skor 1

2. Untuk pertanyaan atau pernyataan yang bersifat negatif maka skoring untuk setiap alternatif jawaban adalah:

(56)

2. Metode Bantu Berupa Observasi dan Wawancara

a. Metode observasi. Menurut Arikunto (1998:30) “Metode observasi adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis”. Metode Observasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengkonfirmasi data, terutama data mengenai implementasi peran guru bimbingan konseling, intensitas mengikuti kegiatan OSIS, maupun data kedisiplinan mentaati tata tertib sekolah. Dengan demikian hasil observasi ini sekaligus mengkonfirmasikan data yang telah terkumpul melalui angket dengan kenyataan yang sebenarnya.

b. Metode Wawancara. Wawancara atau interview atau kuesioner lisan adalah “Suatu metode atau cara yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari responden dengan tanya jawab sepihak” (Arikunto, 1998:30). Dalam penelitian ini metode wawancara digunakan untuk memperkuat dan memperjelas data yang diperoleh melalui angket, baik data implementasi peran guru bimbingan konseling, intensitas mengikuti kegiatan OSIS, dan kedisiplinan mentaati tata tertib sekolah pada siswa kelas VIII SMP Cokroaminoto Wanadadi Kabupaten Banjarnegara Tahun Ajaran 2007/2008.

E. Teknik Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

(57)

1. Uji Validitas

Menurut Arikunto (1998:158), uji validitas adalah “suatu alat ukur yang

menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur”. Arikunto (2001:64-72) telah memformulasikan adanya empat validitas yaitu: a. Validitas logis

1) Validitas isi (Content validity)

2) Validitas konstruksi (Construct Validity) b. Validitas Empiris

1) Validitas yang ada sekarang (Concurrent Validity) 2) Validitas Prediksi (Predictive Validity)

Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:

a. Validitas isi (Content Validity), artinya sebuah test dikatakan memiliki validitas isi bila mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan.

b. Validitas Konstruks (Construct Validity), artinya sebuah tes dikatakan memiliki validitas konstruksi apabila butir – butir soal yang membangun tes tersebut mengukur setiap aspek berfikir seperti yang disebutkan dalam Tujuan Instruksional Khusus (TIK).

c. Validitas yang ada sekarang (Concurrent validity), yang artinya sebuah tes dikatakan memiliki validitas jenis ini jika hasilnya sesuai dengan pengalaman. d. Validitas Prediksi (Predictive Validity), artinya bahwa sebuah tes dikatakan

(58)

Penelitian ini menggunakan jenis validitas isi (content validity), karena bahan yang akan diujikan relevan dengan kemampuan, pengetahuan, pelajaran, pengalaman, latar belakang orang yang akan diuji. Dalam hal ini isi instrumen disusun sesuai dengan kenyataan yang menunjukkan indikator implementasi peran guru bimbingan konseling, intensitas mengikuti kegiatan OSIS, dan kedisiplinan mentaati tata tertib sekolah pada siswa kelas VIII SMP Cokroaminoto Wanadadi Kabupaten Banjarnegara Tahun Ajaran 2007/2008. Untuk mengukur validitas item atau butir soal dapat digunakan rumus korelasi

product moment dari Karl Pearson sebagaimana yang dikutip oleh Arikunto (1998:256) yang terdiri dari dua macam yaitu:

a. Korelasi product moment dengan simpangan, dengan rumus:

(

2

)(

2

)

xy

Σy

Σx

Σxy r =

Dimana:

rxy = koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y, dan variabel yang dikorelasikan (x = X – X dan y = Y – Y )

xy = Jumlah hasil dari x dan y. x2 = (X- X)

(59)

b. Korelasi product moment dengan angka kasar, dengan rumus: rxy =

{

}{

}

− −

2 2

2 2

) ( .

) ( .

) )( ( .

Y Y

N X X

N

Y X XY

N

Dimana:

rxy = Koefisien korelasi antara X dan variabel Y. X = Skor tiap faktor.

Y = Skor seluruh faktor. N = Jumlah Subjek.

Dari kedua rumus tersebut digunakan rumus korelasi product moment

dengan angka kasar, karena dengan angka kasar relatif lebih mudah dan dapat menghindari angka pecahan. Mengenai perhitungan korelasinya didasarkan pada ketentuan jika rxy ≥ rtabel pada taraf signifikan 5% berarti item (butir soal) valid, dan sebaliknya bila rxy < rtabel 5% maka butir soal tersebut tidak valid dan sekaligus tidak memenuhi persyaratan. Menurut Arikunto (1998:260), mengenai cara interpretasi besarnya koefisien korelasi dapat digunakan ketentuan sebagai berikut:

a. Antara 0,800 sampai 1,000 = Sangat tinggi b. Antara 0

Gambar

Gambar 1. Struktur Organisasi OSIS SMP Cokroaminoto Wanadadi
Tabel 1. Perincian Kegiatan Pokok Penelitian
Tabel 2. Distribusi Populasi Penelitian
Tabel 4
+7

Referensi

Dokumen terkait

manajemen keuangan yang berhubungan dengan pengaruh Rasio Likuiditas, Aktiva Produktif, Rentabilitas dan Solvabilitas terhadap Perubahan Laba dan DPR pada

Efek antimikoba yang dihasilkan dari asap cair “waa sagu” selama proses pengasapan ikan tuna dimana selain pemanas dan pengeringan, ternyata yang paling utama

Metode inverse kinematics merupakan metode pergerakan robot lengan dengan variabel yang diketahui adalah titik koordinat tujuan, sehingga dibutuhkan perubahan besar

Karena selama ini pelayanan publik yang diberikan kepada masyarakat dirasakan masih jauh dari kata baik dan selain itu juga dapat mengurangi permasalahan dari

Dengan dikembangkannya handout dengan menggunakan teknik KWLH berbasis pendekatan saintifik dapat membantu siswa aktif dalam proses pembelajaran sehingga siswa lebih mudah

Sistem otomasi pendistribusian air secara keseluruhan dapat berkerja sesuai yang diharapkan, dengan proses pengisian air ke tanki maupun ke kedua bak mandi secara otomatis

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keaktifan belajar dan kedisiplinan pengumpulan tugas dengan menggunakan aplikasi Google Classroom pada siswa kelas IVB SD

Menurut Norwitz &amp; Schorge, faktor risiko abortus adalah usia ibu, graviditas yang meningkat (paritas), keguguran sebelumnya. Frekuensi abortus meningkat bersamaan