• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Komitmen Relasional Petani Tebu di PT Perkebunan Nusantara XI (Persero).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Komitmen Relasional Petani Tebu di PT Perkebunan Nusantara XI (Persero)."

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Guna Mencapai Gelar Magister

PROGRAM STUDI

MAGISTER MANAJEMEN

Diajukan oleh:

FLORA PUDJI LESTARI

NPM : 0861020093

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR

SURABAYA

(2)

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Gelar Magister Program Studi

Magister Manajemen

Diajukan oleh:

FLORA PUDJI LESTARI

NPM : 0861020093

Kepada

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR

SURABAYA

(3)

FLORA PUDJI LESTARI NPM: 0861020093

Telah dipertahankan di depan Penguji pada tanggal 23 Oktober 2010

dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima

SUSUNAN DEWAN PENGUJI

Pembimbing Utama Anggota Dewan Penguji

Dr. Ignatia Martha, H,SE,ME Prof. Dr. Soeparlan Pranoto. SE, Ak, MM

Pembimbing Pendamping Ir. Baling Kustriyono, MM

Dr. Prasetyo Hadi, SE, MM Dra. Psi. Endang Iryanti, MM

Surabaya, ……….

UPN “Veteran” Jawa Timur

Program Pascasarjana Direktur

(4)

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat

menyelesaikan tesis yang berjudul “Analisis Komitmen Relasional Petani Tebu di PT Perkebunan Nusantara XI (Persero)”

Penyusunan tesis ini dimaksudkan untuk memenuhi satu syarat

penyelesaian Gelar Magister, Program Studi Magister Manajemen,

Pascasarjana Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Peneliti menyadari bahwa penyusunan tesis ini tidak akan selesai

dengan baik tanpa adanya dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu

peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP selaku Rektor Universitas

Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur.

2. Prof. Dr. H. Djohan Mashudi, SE, MS, selaku Direktur Pascasarjana

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur beserta

Staf yang telah setia mendukung kegiatan perkuliahan sampai dengan

proses penyusunan tesis ini.

3. Bapak Dr. Prasetyo Hadi, SE,MM selaku Ketua Program Studi

Magister Manajemen Universitas Pembangunan Nasional

(5)

terselesaikannya tesis ini.

5. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Magister Manajemen pada

Program Pasca Sarjana Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran”

Jawa Timur.

6. Pimpinan dan rekan-rekan di PT Perkebunan Nusantara XI (Persero).

7. Ibu, mas Bagus Sudaryanto, suamiku tercinta Yudi Kunsupriyanto dan

ketiga buah hatiku ; Dita, Diaz, Dea yang selalu memberikan doa dan

dukungan dalam proses menyelesaikan studi S2.

8. Rekan-rekan Program Studi Magister Manajemen angkatan 17 yang

telah memberikan dukungan dan semangat. (MM-UPN 17 is the best!)

Peneliti menyadari bahwa penyusunan tesis ini masih jauh dari

sempurna, untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat

peneliti harapkan. Akhir kata peneliti berharap, semoga tesis ini dapat

bermanfaat bagi semua pihak.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Surabaya, Oktober 2010

Peneliti

(6)

DAFTAR ISI ………. iii

DAFTAR TABEL ………. vii

DAFTAR GAMBAR ………. viii

DAFTAR LAMPIRAN ……….. ix

ABSTRAKSI ……… x

I. PENDAHULUAN ………. …….. 1

1.1. Latar Belakang Masalah ……….. 1

1.2. Perumusan Masalah ………. 7

1.3. Tujuan Penelitian ………... 7

1.4. Manfaat Penelitian ………. 8

II. KAJIAN TEORI & PENGEMBANGAN MODEL ….……… 9

2.1. Kajian Teori ……….……….. 9

2.1.1. Efektivitas Komunikasi ………... 9

2.1.2. Kualitas Jasa ………... 13

2.1.3. Kepercayaan ……… 15

2.1.4. Komitmen Relasional ……… 17

2.2. Hubungan Antar Variabel ………. 20

2.2.1. Hubungan Efektivitas Komunikasi dengan Kepercayaan… 20 2.2.2. Hubungan Kualitas Jasa (Teknis & Fungsional) dengan Kepercayaan ……… 21

2.2.3. Hubungan Kepercayaan dengan Komitmen Relasional .... 22

2.3. Kerangka Pemikiran ……… 24

(7)

3.2. Identifikasi Variabel ………..

3.3. Definisi Operasional ………. 26

3.3.1. Variabel Eksogen ……….. 26

3.3.2. Variabel Intervening ……… 28

3.3.3. Variabel Endogen ………. 29

3.4. Pengukuran Variabel ……… 29

3.5. Prosedur dan Pengumpulan Data ……… 30

3.5.1. Jenis Data ……….. 30

3.5.2. Teknik Pengumpulan Data ……… 31

3.5.3. Teknik Penentuan Sampel .……….. 32

3.6. Teknik Analisis Data ………. 34

3.6.1. Uji Validitas dan Reliabilitas ……… 35

3.6.2. Uji Kesesuaian Model ………. 36

3.6.3. Full Structural Equation Model (SEM) ……….. 39

IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ………. 42

4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian ……….. 42

4.1.1. Gambaran Umum Perusahaan ………. 42

4.1.2. Visi dan Misi Perusahaan ……….. 46

4.1.3. Maksud dan Tujuan Perusahaan ………. 46

4.1.4. Budaya Perusahaan ……….. 47

4.1.5. Struktur Organisasi ………. 48

4.1.6. Kegiatan dan Keadaan Perusahaan ………... 48

4.2. Hasil Penelitian ……… 49

(8)

4.2.2.3. Deskripsi Kualitas Fungsional ………. 54

4.2.2.4. Deskripsi Kepercayaan ………. 56

4.2.2.5. Deskripsi Komitmen Relasional ….…………. 57

4.3. Analisis Data ………. 59

4.3.1. Evaluasi Outliers ……….. 59

4.3.1.1. Univariate Outliers ………. 59

4.3.1.2. Multivarite Outliers ………. 60

4.3.2. Evaluasi Reliabilitas ……….. 62

4.3.3. Analisis Faktor Konfirmatory Variabel Laten …………. 63

4.3.3.1. Variabel Efektivitas Komunikasi ……….. 64

4.3.3.2. Variabel Kualitas Teknis ……….……….. 67

4.3.3.3. Variabel Kualitas Fungsional ……….….. 69

4.3.3.4. Variabel Kepercayaan ……….. 72

4.3.3.5. Variabel Komitmen Relasional .………... 75

4.3.4. Structural Equation Model (SEM) ……… 77

4.3.4.1. Uji Kesesuaian Model ……….. 79

4.3.4.2. Modifikasi Model ……… 80

4.3.5. Uji Hipotesis Kausalitas ………. 82

4.4. Pembahasan ……… 84

4.4.1. Variabel Efektivitas Komunikasi ……….. 85

4.4.2. Variabel Kualitas Teknis ……….……….. 86

4.4.3. Variabel Kualitas Fungsional ……….……… 87

4.4.4. Variabel Kepercayaan ……….. 88

4.4.5. Variabel Komitmen Relasional .………... 89

(9)

Kepercayaan ………. 4.4.6.3. Pengaruh Kualitas Fungsional terhadap

Kepercayaan ……….……… 92

4.4.6.4. Pengaruh Kepercayaan terhadap Komitmen Relasional .………... 93

V. KESIMPULAN DAN SARAN ……… 95

5.1. Kesimpulan ………. 95

5.2. Saran ……… 96

5.3. Keterbatasan dan Saran Untuk Riset Mendatang …………. 97

5.3.1. Keterbatasan ………. 97 5.3.2. Saran Untuk Penelitian Mendatang ………. 98 DAFTAR PUSTAKA ……… 100

(10)

4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Luas Kepemilikan

Lahan (Ha) ……….. 50

4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Kemitraan …….. 51

4.5 Frekuensi Hasil Jawaban Responden Untuk Efektivitas Komunikasi ……….. 52

4.6 Frekuensi Hasil Jawaban Responden Untuk Kualitas Teknis … 53 4.7 Frekuensi Hasil Jawaban Responden Untuk Kualitas Fungsional………..…… … 55

4.8 Frekuensi Hasil Jawaban Responden Untuk Kepercayaan …... 56

4.9 Frekuensi Hasil Jawaban Responden Untuk Komitmen Relasional .……… 57

4.10 Tabel Univariate Outliers ……….. 60

4.11 Tabel Multivariate Outliers ……… 61

4.12 Tabel Reliabilitas ……….. 62

4.13 Loading Factor dan Nilai t Indikator Efektivitas Komunikasi …… 66

4.14 Loading Factor dan Nilai t Indikator Kualitas Teknis ……… 68

4.15 Loading Factor dan Nilai t Indikator Kualitas Fungsional ………. 71

4.16 Loading Factor dan Nilai t Indikator Kepercayaan ……… . 74

4.17 Loading Factor dan Nilai t Indikator Komitmen Relasional ……… 76

4.18 Goodness of Fit SEM ……….… 79

4.19 Goodness of Fit SEM Modification ……… 81

4.20 Hasil Uji Kausalitas ………. 82

4.21 Ringkasan Hasil Uji Hipotesis ……… 84

4.22 Frekuensi dan Factor Loading Variabel Efektivitas Komunikasi .. 85

4.23 Frekuensi dan Factor Loading Variabel Kualitas Teknis ……... 86

4.24 Frekuensi dan Factor Loading Variabel Kualitas Fungsional ……. 87

(11)

1.2. Grafik Realisasi Pasokan Tebu Rakyat 2000-2009 ……….. 3

1.3. Grafik Daya Dukung Lahan Tahun 2005 -2009 ………. 4

2.1. Model Penelitian ………. 24

3.1. Pengembangan Model ……….. 41

4.1. Peta Wilayah Kerja PTPN XI (Persero) ……….. 45

4.2. Bagan Organisasi PTPN XI (Persero) ……….. 48

4.3. CFA Efektivitas Komunikasi ………... 64

4.4. CFA Kualitas Teknis ……… 67

4.5. CFA Kualitas Fungsional ……… 70

4.6. CFA Kualitas Kepercayaan ……… 72

4.7. CFA Kualitas Komitmen Relasional ……….. 75

4.8. Persamaan Model Struktural ……….. 78

(12)

2. Hasil Analisis Data ……… 106

(13)

Nasional “Veteran” Jawa Timur, Tahun 2010. Analisis Komitmen Relasional Petani Tebu di PT Perkebunan Nusantara XI (Persero)

PT Perkebunan Nusantara XI (Persero) yang bergerak di bidang industry gula, sekitar 70% memperoleh pasokan bahan baku dari tebu rakyat. Dalam kurun waktu 3 tahun terakhir perolehan bahan baku tebu rakyat cenderung menurun. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh efektivitas komunikasi petugas pabrik gula terhadap kepercayaan petani pada pabrik gula, pengaruh kualitas teknis yang diberikan pabrik gula terhadap kepercayaan petani pada pabrik gula, pengaruh kualitas fungsional yang diberikan pabrik gula terhadap kepercayaan petani pada pabrik gula dan pengaruh kepercayaan petani terhadap komitmen relasional antara petani dan pabrik gula

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini dikelompokkan dalam: (1) variabel eksogen yaitu efektivitas komunkasi, kualitas teknis dan kualitas fungsional (2) variabel intervening yaitu kepercayaan (3) variabel endogen yaitu komitmen relasional. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala likert dengan rentang 1 sampai 5. Sampel dalam penelitian ini adalah petani tebu di 16 pabrik gula wilayah kerja PT Perkebunan Nusantara (XI) Persero. Metode pengambilan sampel adalah probability sampling, dengan sampel sebesar 387 responden. Penelitian ini menggunakan Structural Equation Modeling sebagai alat analisa data untuk membuktikan hipotesis yang diajukan.

Hasil penelitian ini menunjukkan efektivitas komunikasi mempunyai kontribusi terhadap kepercayaan, kualitas teknis tidak mempunyai kontribusi terhadap kepercayaan, kualitas fungsional tidak mempunyai kontribusi terhadap kepercayaan, dan kepercayaan mempunyai kontribusi terhadap komitmen relasional

(14)

1.1. Latar Belakang Masalah

Gula merupakan salah satu komoditas strategis dalam perekonomian

Indonesia karena sangat vital keberadaannya untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat. Di Indonesia konsumsi gula terus mengalami peningkatan

setiap tahunnya. Pada tahun 2010, kebutuhan gula nasional diperkirakan 3

juta ton per tahun, dalam hal ini pemerintah menargetkan produksi sebanyak

2,9 hingga 3 juta ton sehingga diharapkan Indonesia tidak mengimpor gula

tahun ini. Akan tetapi hampir dipastikan target tersebut meleset, karena

berbagai faktor menyebabkan produksi gula nasional tahun 2010 hanya

tercapai 2,5 juta ton ( Suwandi, 2010).

Fenomena yang terjadi di PTPN XI (Persero) yang mengelola 16

Pabrik Gula dan mempunyai kontribusi sekitar 18% dari produksi gula

nasional, dalam kurun waktu 10 tahun produksi gula mengalami fluktuasi,

dan cenderung menurun dalam 3 tahun terakhir . Pada tahun 2000 produksi

gula PTPN XI sebesar 278 ribu ton sedangkan tahun 2009 menghasilkan

gula 360 ribu ton, sehingga dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, tingkat

pertumbuhannya rata-rata hanya 3 % . Fluktuasi produksi gula PTPN XI

(15)

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 PRODUKSI GULA 279 291 333 322 365 410 405 432 415 360

200 250 300 350 400 450

R

ib

u

T

o

n

Produksi Gula PTPN XI (Persero)

Sumber : PT. Perkebunan Nusantara XI (Persero) – Hasil Pasti Th.2000-2009

Gambar 1.1 Realisasi Produksi Gula Tahun 2000-2009

Sebagian besar bahan baku tebu Pabrik Gula di PTPN XI (Persero)

yaitu sekitar 70% diperoleh dari petani, sisanya dari lahan sewa dan

sebagian kecil hak guna usaha yang dikelola sendiri. Pola produksinya yang

melibatkan petani tebu selaku pemasok bahan baku PG, menjadikan fluktuasi

areal dan produktivitasnya secara otomatis berpengaruh terhadap kinerja

produksi.

Dalam sepuluh tahun terakhir, pasokan bahan baku yang berasal dari

tebu rakyat berfluktuasi dan cenderung menurun dalam 3 tahun terakhir.

(16)

ton, pada tahun 2009 hanya 3,6 juta ton dengan tingkat pertumbuhan

rata-rata 2,5 % per tahun (gambar 1.2).

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

TEBU RAKYAT 2,935 3,221 3,893 2,829 3,073 3,078 3,679 4,430 4,034 3,602

-500 1,000 1,500 2,000 2,500 3,000 3,500 4,000 4,500 5,000

R

ib

u

T

o

n

Pasokan Tebu Rakyat

Sumber : PT. Perkebunan Nusantara XI (Persero) – Hasil Pasti Th.2000-2009

Gambar 1.2 Realisasi Pasokan Tebu Rakyat Tahun 2000-2009

Di Jawa Timur terdapat 32 buah Pabrik Gula, yang mayoritas bahan

bakunya berasal dari tebu rakyat. Konsekuensi logisnya terjadi persaingan

dalam perolehan bahan baku tebu antar Pabrik Gula dan menjadikan

semakin sulit memastikan jumlah tebu rakyat yang dapat memenuhi jumlah

bahan baku ideal.

Menurunnya land bearing capacity (potensi kapasitas lahan untuk

memenuhi kapasitas produksi), dan dengan dilaksanakannya program

(17)

maka Pabrik Gula harus berupaya memperoleh jumlah tebu untuk memenuhi

kapasitas terpasang. Dalam 5 tahun terakhir land bearing capacity PT

Perkebunan Nusantara XI (Persero) juga fluktuatif, pada tahun 2005

mencapai 82,2%, meningkat di tahun 2006 dan semakin menurun dalam 4

tahun terakhir, seperti dalam gambar 1.3 di bawah ini.

2005 2006 2007 2008 2009 LBC 82.20 96.15 85.64 85.18 82.94

75 80 85 90 95 100

P

ro

s

e

n

Daya Dukung Lahan

Sumber : PT. Perkebunan Nusantara XI (Persero)-diolah

Gambar 1.3 Daya Dukung Lahan Tahun 2005-2009

Jumlah keajegan pasokan tebu rakyat antara lain dipengaruhi oleh

kualitas hubungan kemitraan antara petani tebu dan pabrik gula. Semakin

ketatnya persaingan dalam perolehan bahan baku tebu rakyat antara pabrik

gula di Jawa Timur mengharuskan pabrik gula untuk meningkatkan kualitas

(18)

Hubungan kemitraan sebagai wujud dari komitmen relasional antara

petani dan Pabrik Gula yang baik, akan tercipta keuntungan bersama dan

kesinambungan produksi. Petani mendapatkan jaminan harga dan kualitas

yang tinggi, terjaminnya sarana produksi usaha tani. Di sisi lain, PG sebagai

mitra kerja menjadi efisien, produktif, output gula terjamin, harga kompetitif

sehingga keuntungan yang diperoleh perusahaan lebih baik, keberhasilan

kemitraan sangat ditentukan oleh manfaat yang diterima oleh kedua pihak

dengan melihat kepuasan petani mitra.

Komunikasi kemitraan dalam upaya mendapatkan posisi yang saling

menguntungkan antara petani dan PG, yang berarti juga menghindarkan

upaya pengambilan keuntungan sepihak, tindakan-tindakan yang bersifat

jujur yang dapat diuji melalui transparansi di antara kedua belah pihak,

penumbuhan rasa saling percaya, yang disusun di atas pengetahuan tentang

resiko yang akan dialami oleh masing-masing pihak (Agusta, 2007).

Beberapa penelitian terdahulu mendukung teori bahwa terbentuknya

sebuah komitmen relasional dipengaruhi oleh factor kepercayaan yang

dibentuk dari efektivitas komunikasi, kualitas teknis dan kualitas fungsional

antara lain penelitian Daru Asih (2006) yang menjelaskan bahwa keefektifan

komunikasi berpengaruh kepada komitmen relasional yang dimediasi oleh

(19)

Pendapat serupa juga dibuktikan oleh penelitian Neeru Sharma, Paul

G. Patterson (1999) yang menyatakan bahwa efektivitas komunikasi baik

formal maupun informal dengan memberikan informasi yang bermakna dan

tepat waktu dapat membentuk harapan yang realistis, dan akhirnya terbentuk

suatu komitmen relasional.

Philippe Aurier & Gilles N’Goala (2009) juga berpendapat dalam

penelitiannya bahwa kepercayaan dan komitmen sebagai strategi

komplementer dalam rangka mempertahankan dan mengembangkan

hubungan pelayanan, kepercayaan juga berpengaruh pada komitmen

relasional yang mempunyai kontribusi kepada perusahaan dalam jangka

panjang.

Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa komitmen relasional sangat

penting untuk kelangsungan hidup perusahaan, maka efektifitas komunikasi,

kualitas layanan yaitu teknis dan fungsional yang diberikan pabrik gula

kepada petani akan mempengaruhi kepercayaan dan komitmen relasional

jangka panjang. Oleh karena itu studi ini berupaya memperoleh kejelasan

apakah teori tersebut dapat diterapkan di lingkungan Pabrik Gula, dimana

hubungan kemitraan antara petani dan Pabrik Gula dilandasi kepercayaan

(20)

1.2. Rumusan Masalah

Sebagaimana telah diuraikan tersebut di atas, maka untuk maksud tersebut,

masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah efektivitas komunikasi petugas pabrik gula mempengaruhi

kepercayaan petani pada pabrik gula?

2. Apakah kualitas teknis yang diberikan pabrik gula mempengaruhi

kepercayaan petani pada pabrik gula ?

3. Apakah kualitas fungsional yang diberikan pabrik gula mempengaruhi

kepercayaan petani pada pabrik gula ?

4. Apakah kepercayaan petani memepengaruhi komitmen relasional antara

petani dan pabrik gula ?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini, antara lain :

1. Menganalisis pengaruh efektivitas komunikasi petugas pabrik gula

terhadap kepercayaan petani pada pabrik gula.

2. Menganalisis pengaruh kualitas teknis yang diberikan pabrik gula

terhadap kepercayaan petani pada pabrik gula.

3. Menganalisis pengaruh kualitas fungsional yang diberikan pabrik gula

terhadap kepercayaan petani pada pabrik gula

4. Menganalisis pengaruh kepercayaan petani terhadap komitmen

(21)

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari hasil penelitian antara lain :

1. Memberikan kontribusi bagi manajemen PT Perkebunan Nusantara XI

(Persero) untuk mengetahui variabel yang mempengaruhi terbentuknya

komitmen relasional antara petani dan Pabrik Gula.

2. Sebagai bahan masukan bagi manajemen PT Perkebunan Nusantara XI

(Persero) untuk menentukan strategi dan program kerja serta

pengambilan kebijakan/keputusan di masa yang akan datang.

3. Untuk pengembangan ilmu pengetahuan, utamanya dalam industri

(22)

2.1. Kajian Teori

2.1.1. Efektivitas Komunikasi

Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti tercapai keberhasilan

yang telah ditetapkan. Menurut Sugandha (1988 dalam Cahyanto:2007)

dalam prinsip efektif itu adalah kemampuan untuk mencapai sasaran dan

tujuan akhir melalui kerja sama orang-orang dengan memanfaatkan

sumber-sumber yang ada seefisien mungkin. Komunikasi dikatakan efektif bila

rangsangan yang disampaikan dan dimaksudkan oleh pengirim atau sumber,

berkaitan erat dengan rangsangan yang ditangkap dan dipahami oleh

penerima. Semakin besar kaitan antara yang dimaksud oleh komunikator

dapat direspon oleh komunikan, maka semakin efektif pula komunikasi yang

dilaksanakan.

Selanjutnya Effendi (2001 dalam Cahyanto:2007) menyatakan

komunikasi untuk dapat dikatakan efektif jika dapat menimbulkan dampak

yaitu: 1) kognitif, yakni meningkatnya pengetahuan komunikan, 2) Afektif,

yaitu perubahan pandangan komunikan,karena hatinya tergerak akibat

komunikasi dan 3) Behavioral yaitu perubahan perilaku atau tindakan yang

terjadi pada komunikan. Efek pada aras kognitif meliputi peningkatan

(23)

Afektif meliputi efek berhubungan dengan emosi, perasaan dan sikap,

sedangkan efek kognitif berhubungan dengan perilaku dan niat untuk

melakukansesuatu menurut cara tertentu (Jahi 1988 Tubbs dan Moss 2000

dalam Cahyanto:2007) menyatakan ada lima hal yang menjadikan ukuran

bagi komunikasi yang efektif, yaitu: pemahaman, kesenangan, pengaruh

pada sikap, hubungan yang makin baik, dan tindakan yaitu :

1. Pemahaman

Arti pokok pemahaman adalah penerimaan yang cermat atas kandungan

stimuli seperti yang dimaksud oleh pengirim pesan (komunikator),

dikatakan efektif bila penerima memperoleh pemahaman yang cermat

atas pesan yang disampaikan.

2. Kesenangan

Komunikasi tidak semua ditujukan untuk menyampaikan maksud tertentu,

adakalanya komunikasi hanya sekedar untuk bertegur sapa dan

menimbulkan kebahagian bersama.

3. Mempengaruhi sikap

Tindakan mempengaruhi orang lain dan berusaha agar orang lain

memahami ucapan kita adalah bagian dari kehidupan sehari-hari. Pada

waktu menentukan tingkat keberhasilan berkomunikasi ternyata

kegagalan dalam mengubah sikap orang lain belum tentu karena orang

lain tersebut tidak memahami apa yang dimaksud. Dapat dikatakan

(24)

disamakan dengan kegagalan dalam meningkatkan pemahaman, karena

memahami dan menyetujui adalah dua hal yang sama sekali berlainan.

4. Memperbaiki hubungan

Komunikasi yang dilakukan dalam suasana psikologis yang positif dan

penuh kepercayaan akan sangat membantu terciptanya komunikasi yang

efektif. Apabila hubungan manusia dibayang bayangi oleh

ketidakpercayaan, maka pesan yang disampaikan oleh komunikator yang

paling kompeten pun bisa saja mengubah makna.

5. Tindakan

Mendorong orang lain untuk melakukan tindakan yang sesuai dengan

yang diinginkan merupakan hasil yang paling sulit dicapai dalam

berkomunikasi. Lebih mudah mengusahakan agar pesan dapat dipahami

orang lain daripada mengusahakan agar pesan tersebut disetujui,

tindakan merupakan feed back komunikasi paling tinggi yang diharapkan

pemberi pesan.

Komunikasi yang dijalin antara petani dan pabrik gula adalah

komunikasi kemitraan. Kemitraan antara pabrik gula dan petani melibatkan

kelembagaan yang sangat terkait yaitu : Asosiasi Petani Tebu Rakyat

(APTR) dan Koperasi Tebu Rakyat (KTR). Manfaat yang diperoleh petani

mitra antara lain :

1) Mendapatkan modal pinjaman dari perusahaan,

(25)

3) Mendapatkan jaminan penjualan

4) Membantu petani dalam pengadaan sarana produksi.

Asumsi kemitraan antara Pabrik Gula dan petani tebu menurut Agusta (2007)

adalah :

1. Upaya mendapatkan posisi yang saling menguntungkan antara petani

dan Pabrik Gula, yang berarti juga menghindarkan upaya pengambilan

keuntungan sepihak.

2. Tindakan-tindakan yang bersifat jujur ,yang dapat diuji melalui

transparansi diantara kedua belah pihak.

3. Penumbuhan saling percaya yang disusun diatas pengetahuan

tentang risiko yang akan dialami oleh masing-masing pihak.

Komunikasi kemitraan di Pabrik Gula melibatkan unsur-unsur sebagai berikut:

Organisasi yang terlibat :

1. Intern :Pabrik Gula, Asosiasi Petani Tebu Rakyat (APTR),

Koperasi

2. Ekstern : Pemerintah, Perbankan, Investor

Bentuk komunikasi :

1. Komunikasi interpersonal : dari petani ke petani

2. Forum Temu Kemitraan (FTK)

Isi/pesan yang disampaikan :

1. Usaha Tani : teknologi budidaya tebu, pengenalan varietas baru

(26)

kepercayaan dalam usahatani, kontinuitas pasokan bahan baku,

dan jaminan pemasaran gula dan tetes

3. Pendanaan : penyaluran kredit, penerimaan hasil

4. Lain-lain : program pemerintah, kebijakan pergulaan

Upaya efektivitas komunikasi adalah bagaimana menghubungi petani

secara teratur, memberikan informasi yang tepat waktu, menjalin

keakraban,menciptakan kedekatan, menjawab pertanyaan mereka dan

memberikan tindak lanjut secara nyata

2.1.2. Kualitas Jasa

Kualitas merupakan tingkat kesesuaian dengan persyaratan, dalam

hal ini persyaratan pelanggan. Total quality service merupakan konsep

tentang bagaimana menanamkan kualitas pelayanan pada setiap fase

penyelenggaraan jasa yang melibatkan semua personel yang ada dalam

organisasi (Handriana, 1998 dalam Munawaroh,:2005)

Beberapa dimensi kualitas jasa diteliti oleh banyak ahli.

(Parasuraman,dkk. 1985 dalam Munawaroh :2005) pada riset eksploratori

mereka meneliti kualitas jasa dan faktor- faktor yang menentukannya. Mereka

menemukan 5 dimensi kualitas jasa, yaitu:

1. Reliability: kemampuan untuk memberikan jasa dengan segera dan

memuaskan.

(27)

3. Assurance: kemampuan, kesopanan, dan sifat dapat dipercaya yang

dimiliki oleh para staf, bebas dari bahaya, resiko dan keragu-raguan.

4. Emphaty: kemudahan dalam melakukan hubungan komunikasi yang baik

dan memahami kebutuhan pelanggan.

5. Tangibles: fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai dan sarana komunikasi.

Gronroos (1984) membagi dimensi kualitas jasa menjadi 2, yaitu:

technical (kualitas teknis) dan functional (kualitas fungsional) Kualitas teknis

adalah apa yang pelanggan dapatkan, sedangkan kualitas fungsional

mengacu pada bagaimana mereka menerima jasa pelayanan.

Berbagai penelitian menjelaskan bahwa dimensi kualitas jasa akan

tergantung pada jenis industri jasa yang akan dinilai. Pada jenis industri jasa

yang berbeda kemungkinan memiliki dimensi kualitas yang berbeda pula.

Penelitian Sharma & Patterson (1999) menjelaskan bahwa kualitas

pelayanan terdiri dari dua komponen fundamental - kualitas teknis (layanan

inti atau "apa" yang disampaikan) dan kualitas fungsional ("bagaimana"

layanan ini diberikan) (Gronroos, 1983; Parasuraman et al, 1985.). Kualitas

teknis berkaitan dengan hasil aktual atau layanan inti yang dirasakan oleh

pelanggan (Lovelock, 1996).

Dimensi fundamental kedua kualitas pelayanan, kualitas fungsional,

yang bersangkutan tidak dengan "apa" yang disampaikan, melainkan proses

"bagaimana" inti atau layanan teknis yang diberikan. Gronroos (1978)

(28)

penyedia dan penerima layanan dan dinilai dengan cara yang sangat

subjektif. Hal ini dipandang penting untuk persepsi kualitas pelayanan secara

keseluruhan, terutama karena banyak perusahaan jasa sulit untuk

membedakan diri pada pelayanan inti mereka sendiri.

Dimensi kualitas fungsional menjadi semakin penting sebagai alat untuk

menciptakan keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. Kualitas fungsional

dikonseptualisasikan sebagai perilaku responsif sopan, peduli dan

profesional, membuat usaha-usaha menuju pemahaman, menampilkan

empati, memberikan pelayanan yang cepat, menanggapi pertanyaan dan

keluhan dengan cara yang bertanggung jawab sopan dan tepat waktu.

2.1.3. Kepercayaan

Penelitian Maharsi & Fenny (2006) menyampaikan bahwa Mukherjee

dan Nath (2003) menjelaskan bahwa kepercayaan dapat diukur melalui

technology orientation, reputation dan perceived risk.

1. Technology Orientation

Besarnya kepercayaan konsumen terhadap teknologi yang

digunakan. Ketika konsumen memperkirakan faktor kepercayaan,

beberapa persoalan muncul dalam pikiran mereka dan salah satu

persoalan tersebut adalah kesesuaian kemampuan dari teknologi

(29)

2. Reputation

Sebagai “keseluruhan kualitas atau karakter yang dapat dilihat

atau dinilai secara umum oleh masyarakat”. Ketika konsumen

menerima layanan dari suatu perusahaan mereka akan

mempertimbangkan reputasi perusahaan tersebut dimana reputasi

adalah faktor yang sangat penting dari kepercayaan. Ketika konsumen

merasa suatu perusahaan memiliki reputasi yang jelek, mereka akan

malas menggunakan layanan dari perusahaan tersebut.

2. Perceived Risk

Besarnya persepsi konsumen mengenai resiko mempengaruhi

besarnya kepercayaan mereka terhadap perusahaan dan layanan dari

perusahaan tersebut sehingga ketika menerima layanan, konsumen

sering menganggap bahwa ada resiko yang tinggi walaupun resiko

tersebut sebenarnya rendah .Konsumen yang lebih berpengalaman

mempunyai lebih banyak informasi mengenai layanan tersebut

sehingga mereka beranggapan resikonya rendah dan karena itu

mereka mempunyai kepercayaan yang lebih dalam layanan

Penelitian tersebut juga menjelaskan bahwa Morgan dan Hunt

(1994), Mukherjee dan Nath (2003) mengkonsepkan kepercayaan

dipengaruhi oleh shared value, communication dan opportunistic behaviour.

Shergill dan Li (2005) juga mengkonsepkan kepercayaan dipengaruhi oleh

(30)

2.1.4 Komitmen relasional

Mengutip penelitian Jasfar (2005) bahwa dalam pemasaran jasa,

komitmen dirumuskan sebagai suatu bentuk perjanjian yang tersurat maupun

tersirat untuk melanjutkan hubungan antar dua pihak. Komitmen dalam

konsep long term relationship, memegang peranan yang sangat penting

karena hubungan jangka panjang paling banyak didasarkan kepada

komitmen kedua belah pihak. Moorman, et al (1992), mendifinisikan

commitment as: “an enduring desire to maintain a valued relationship”.

Definisi ini lebih menekankan pengertian komitmen dari unsur perilaku

sebagai upaya untuk mempertahankan dan menjaga hubungan jangka

panjang antara kedua belah pihak agar hubungan ini lebih bernilai.

Pengertian “value relationship” dikaitkan dengan suatu keyakinan bahwa

tidak akan terjadi suatu komitmen, apabila salah satu pihak atau kedua

duanya merasa bahwa hubungan itu tidak saling menguntungkan. Dengan

perkataan lain komitmen berarti di dalamnya terdapat suatu hubungan yang

berharga yang perlu dipertahankan terus, di mana masing-masing pihak

bersedia bekerja sama untuk mempertahankan hubungan ini. Konsep ini

dipertegas oleh oleh Morgan and Hunt (1994) yang menyatakan

bahwa:“relationship commitment exist only when the relationship is

considered important and a commited partner wants relationship to endure

indefinitely and is willing to work at maintaining it”. Akhirnya Berry dan

(31)

hubungannya dengan komitmen menyatakan bahwa: “relationships are built

on the foundation of mutual commitment” (1991). Mereka menekankan pentingnya komitmen dalam membangun suatu hubungan antara

perusahaan dengan para pengguna jasa.

Menurut Indarjo (2002 dalam Arifianto:2005), komitmen didefinisikan

sebagai sikap dan tingkah laku yang mencerminkan keeratan hubungan

antara dua pihak yang semakin mendekatkan keduanya menjadi satu

kesatuan bagian. Komitmen dapat diukur menggunakan 3 (tiga) skala

pengukuran yaitu :

1. Affective Commitment

Merupakan kehendak untuk melanjutkan hubungan karena adanya

pengaruh positif terhadap partner.

2. Harapan akan kelanjutan hubungan

Mencakup persepsi baik kehendak perusahaan yang bersangkutan

maupun konsumen untuk tetap tinggal dalam hubungan tersebut.

3. Kemauan untuk berinvestasi

Mencerminkan suatu kehendak untuk melakukan suatu hal yang lebih

daripada sekedar bertahan dalam hubungan tersebut.

Komitmen relasional dalam konteks hubungan kemitraan antara

petani dan Pabrik Gula dimulai pada saat petani bersedia menerima menjadi

(32)

diawali dari penyaluran kredit ketahanan pangan sesuai plafon dari

pemerintah berupa : biaya beban hidup diberikan sebelum petani menanam

tebu, bibit, pupuk , biaya garap/.pemeliharaan tebu, dan tebang angkut.

Sedangkan untuk penggilingan tebu komitmen kemitraan tentang

penggilingan tebu berupa perjanjian penggilingan tebu yang berisi tentang

hak dan kewajiban masing-masing pihak sebagai berikut

1. Petani, mempunyai hak : menerima bagi hasil dengan ketentuan

pemerintah ( gula sekitar 66% dan tetes 2,5% dari tebu) dengan

harga talangan gula sesuai ketentuan pemerintah, uang muka

pembelian tetes sesuai kesepakatan dan menerima sharing

gula/tetes setelah atas penjualan gula yang dilaksanakan dengan

sistem lelang dan mempunyai kewajiban : menyerahkan tebu

miliknya dalam kondisi mutu tebu yang memenuhi persyaratan

layak giling yaitu Manis, Bersih Dan Segar (MBS) , mengembalikan

semua pinjaman beserta biaya-biaya lainnya yang akan dipotong

dari pencairan Delivery Order (DO) bagi hasil.

2. Pabrik Gula mempunyi hak : menerima bagi hasil gula dan tetes

sesuai ketentuan pemerintah (gula sekitar 34% dan tetes 2%) dan

mempunyai kewajiban untuk menggiling tebu milik petani dan

(33)

2.2. Hubungan Antar Variabel

2.2.1. Hubungan Efektifitas Komunikasi dengan Kepercayaan

Komunikasi terutama komunikasi tepat waktu (Moorman,

Deshpande, dan Zaltman 1993 dalam Morgan & Hunt:1994)

menumbuhkan kepercayaan dengan membantu dalam menyelesaikan

perselisihan dan menyelaraskan persepsi dan harapan (Etgar, 1979

Anderson & Narus,1990 dalam Morgan & Hunt :1994).

Ketrampilan komunikasi yang efektif juga penting dalam

menghasilkan kepercayaan klien. (Moorman et al.1993 dalam Sharma

& Patterson:1999) dan juga menekankan bahwa komunikasi tepat

waktu adalah penting untuk menyelaraskan persepsi dan dengan

demikian mendorong kepercayaan. Komunikasi yang berarti dan tepat

waktu membantu klien untuk membantu menyelesaikan masalah dan

kesalahpahaman. Dengan menghubungi klien secara sering,

menjawab pertanyaan mereka dan memberi mereka tindak lanjut dari

investasi membantu pengembangan kepercayaan dalam hubungan

tersebut.

Morgan dan Hunt (1994 dalam Sharma & Patterson:1999)

menemukan bahwa kualitas komunikasi yang sering dan tinggi

menghasilkan kepercayaan yang lebih besar, sementara Anderson

(34)

bahwa dari kedua produsen dan sudut pandang distributor, komunikasi

yang positif berkaitan dengan kepercayaan.

Penelitian Sharma & Patterson (1999) membuktikan bahwa

efektivitas komunikasi baik formal maupun informal dengan

memberikan informasi yang bermakna dan tepat waktu dapat

membentuk harapan yang realistis dan kepercayaan.

2.2.2. Hubungan Kualitas Jasa (Teknis & Fungsional) dengan kepercayaan

Menurut Sharma & Patterson (1999) , kualitas teknis mengacu

pada kompetensi auditor dalam mencapai tingkat pengembalian

investasi terbaik bagi klien mereka pada tingkat risiko yang dapat

diterima, dengan demikian membantu klien untuk mencapai tujuan

keuangan mereka. Selain itu kualitas fungsional yang

dikonseptualisasikan sebagai perilaku, responsif sopan, peduli dan

profesional ditampilkan dalam penciptaan dan pengiriman layanan inti.

Dalam penelitian tersebut dijelaskan bahwa wawancara dengan para

responden diperoleh kesimpulan bahwa dari sebuah pengalaman yang

memuaskan dengan interaksi berulang dapat memperkuat

kepercayaan auditor.

Gounaris (2003) yang meneliti tentang Kepercayaan dan

(35)

tingkat kepercayaan antara penyedia layanan dan pelanggan secara

langsung dipengaruhi oleh kualitas layanan dan strategi ikatan dan

teknik provider, kualitas pelayanan terutama dimensi-dimensi yang

berkaitan dengan layanan utama yang ditawarkan kepada klien

(kualitas output) sebagai penguat ikatan kepercayaan.

Menurut Coulter (2003 dalam Sharma & Patterson:1999),

kepribadian yang terkait dan kinerja yang terkait dengan dimensi

kualitas pelayanan memiliki pengaruh positif terhadap kepercayaan,

oleh karena itu proses pengiriman dan penciptaan pelayanan adalah

penting dalam membentuk kepercayaan. Konsekuensi dari kualitas

(Parasuraman et al. 1988; Ostrom dan Lacobucci 1995; Cronin et al.

2000; Holbrook 1999 dalam Sharma & Patterson:1999). juga

dipandang sebagai anteseden langsung dari kepercayaan dan/ atau

hubungan komitmen.

2.2.3. Hubungan kepercayaan dengan komitmen relasional

Kepercayaan memainkan peran penting dalam membangun

dan mempertahankan relationship dan merupakan prediktor yang

signifikan terhadap komitmen. Pelanggan dapat komit pada pihak lain

yang diyakini dapat dipercaya.

Dikutip dalam penelitian Bagdoniene (2009) bahwa

(36)

(Doney & Cannon, 1997; Sharma & Pattersson:1999) dan kesuksesan

mereka (Kramer & Tyler, 1995). Smaliukienė (2005) juga berpendapat bahwa kepercayaan mendorong komunikasi yang terbuka antara

mitra, pertukaran gagasan dan berbagi sumber daya.. Hal ini

kemungkinan bahwa hubungan penyedia layanan dan klien akan

memiliki perspektif jangka panjang.

Hubungan itu merupakan proses pemahaman dan penciptaan

nilai saling bekerjasama (Schurr, 2007) didasarkan pada pemahaman,

kerjasama, komitmen dan kemampuan beradaptasi (Kasper

dkk,:2006), kontak pribadi, komunikasi (Castro et al.:2005) dan

kepercayaan (Fullerton & West, 1996; Kasper et al., 2006).

Kepercayaan sebagai konstruksi dasar di sebagian besar kegiatan

jangka panjang, terutama untuk layanan profesional, diuraikan oleh

Jaakkola & Halinen (2006), Sharma & Patterson (1999). Galbreath

(2002) mencatat, bahwa jika pihak terkait percaya bahwa semua

orang akan melakukan apa yang dimiliki dan kedua belah pihak akan

menguntungkan, berubah menjadi hubungan yang dapat diandalkan.

Ini adalah dasar untuk win-win strategi dalam pembangunan

hubungan. Hubungan yang dinamis, dari waktu ke waktu, dan semakin

(37)

2.3. Kerangka Pemikiran

[image:37.612.120.523.171.510.2]

Gambar 2.1 Model Penelitian

2.4. Hipotesis

H1. Makin tinggi efektivitas komunikasi yang dijalin, makin besar

kepercayaan petani pada pabrik gula.

H.2. Makin besar kualitas teknis yang diberikan kepada petani, makin

kuat kepercayaan petani pada pabrik gula

H.3. Makin besar kualitas fungsional yang diberikan kepada petani,

makin kuat kepercayaan petani pada pabrik gula.

H.4 Makin besar kepercayaan petani pada pabrik gula, makin kuat

komitmen relasional antara petani dan pabrik gula.

Efektivitas Komunikasi

Kualitas Teknis

Kualitas

Fungsional

Kepercayaan

Komitmen Relasional

H1

H2

H3

(38)

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini apabila ditinjau dari sudut kedalaman ilmu

yang ingin dikembangkan tergolong penelitian terapan yang bertujuan

untuk memecahkan sebuah masalah yang saat ini dihadapi oleh

manajemen PTP Nusantara XI (Persero).

Berdasarkan jenis penjelasan ilmu yang akan dihasilkan,

penelitian ini merupakan penelitian kausalitas, yang ingin mencari

penjelasan dalam bentuk hubungan sebab akibat antar beberapa

variabel.

Berdasarkan metode yang digunakan untuk menjelaskan teori

yang dikembangkan, penelitian ini adalah penelitian untuk menguji

hipotesis. (Ferdinand :2006)

3.2. Identifikasi Variabel

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini

dikelompokkan dalam :

1. Variabel eksogen terdiri dari : keefektifan komunikasi, kualitas

teknis dan kualitas fungsional

2. Variabel intervening yaitu : kepercayaan

(39)

3.3. Definisi Operasional

Definisi operasional menjelaskan pengertian masing-masing

variabel dan memberikan batasan pembahasan permasalahan

sebagai berikut :

3.3.1 Variabel Eksogen

Variabel eksogen terdiri dari :

1. Efektivitas Komunikasi (X1)

Efektivitas komunikasi adalah sejauhmana komunikasi

kemitraan disampaikan petugas pabrik gula kepada petani melalui

komunikasi interpersonal yang dilakukan dari rumah ke rumah,

pertemuan kelompok tani dan pertemuan dalam forum kemitraan

wakil petani dapat meningkatkan pengetahuan, merubah

pandangan dan perilaku petani. Dalam penelitian ini, indikator

komunikasi yang efektif mengacu pendapat Effendy (2001 dalam

Cahyanto:2007) yaitu :

1. Peningkatan pengetahuan (X1.1)

Petani yang semula tidak tahu menjadi tahu dan yang sudah

tahu menjadi lebih memahami.

2. Perubahan pandangan (X1.2)

Pandangan petani dalam usaha budidaya tebu berubah menjadi

lebih baik

3. Perubahan perilaku (X1.3)

(40)

sesuai baku teknis akan merubah perilaku mereka.

2. Kualitas Teknis (X2)

Kualitas teknis adalah layanan inti atau “apa” yang diterima

petani. Kualitas Teknis dalam penelitian ini menerapkan 3 indikator

dari Lovelock (1996 dalam Sharma & Patterson :1999) yaitu :

1. Kompetensi (X2.1)

Kompetensi petugas pabrik gula meliputi petugas di bagian

tanaman dalam budidaya tebu, petugas bagian pengolahan

dalam teknologi pengolahan gula, petugas bagian teknik dalam

persiapan mesin2 pengolahan gula dan petugas bagian

keuangan dalam administrasi.

2. Layanan inti (X2.2)

Layanan inti yang diberikan pabrik gula kepada petani meliputi :

penyaluran fasilitas kredit untuk budidaya tebu, penyediaan

sarana dan prasarana terkait pengolahan gula dan perhitungan

bagi hasil.

3. Hasil aktual (X2.3)

Penyaluran fasilitas kredit untuk budidaya tebu dapat

bermanfaat bagi petani, penggilingan tebu dapat memberikan

hasil yang memuaskan petani.

3. Kualitas Fungsional (X3)

Kualitas fungsional mengacu pada “bagaimana” petani

(41)

3 indikator sesuai studi dari Groonross (1983 dalam Sharma &

Patterson:1999) meliputi :

1. Empati (X3.1)

Empati merupakan keperdulian petugas pabrik gula dari seluruh

jajaran kepada petani. Kepedulian dalam memahami kebutuhan

petani dan keinginan petani.

2. Kecepatan pelayanan (X3.2)

Dalam penyaluran kredit dan pembagian bagi hasil kepada

petani dilaksanakan dengan cepat dan tepat waktu

3. Responsif (X3.3)

Cepat tanggap dalam melayani kebutuhan dan permasalahan

petani

3.3.2 Variabel Intervening (Y)

Variabel intervening dalam penelitian ini adalah

kepercayaan, dengan indikator yang diukur dari studi Muchrejee &

Nath (2003 dalam Maharsi & Fenny :2006) meliputi :

1. Teknologi yang digunakan (Y1)

Peralatan dan teknologi yang digunakan dalam pengolahan

gula, misalnya ketepatan analisa rendemen sebagai dasar bagi

hasil antara pabrik gula dan petani

2. Reputasi perusahaan (Y2)

(42)

3. Risiko yang dirasakan (Y3)

Risiko minimal yang dirasakan petani dalam menggilingkan

tebunya

3.3.3 Varibel Endogen (Z)

Variabel endogen adalah komitmen relasional yang diukur

dengan 3 indikator dari Indarjo ,2002 dalam Arifianto,2005 meliputi :

1. Kehendak melanjutkan hubungan (Z1)

Petani akan tetap melakukan kerjasama kemitraan dalam

usaha budidaya tebu dan penggilingan tebu.

2. Harapan mempertahankan hubungan (Z2)

Hubungan kemitraan yang terjalin antara pabrik gula dan petani

bertahan dalam beberapa tahun kedepan

3. Kemauan berinvestasi (Z3)

Investasi dalam bentuk peningkatan luas tanaman tebu rakyat

dan pasokan tebu

3.4. Pengukuran Variabel

Skala pengukuran yang digunakan adalah skala likert, yaitu

skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan

persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena

sosial. Skala likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai

sangat negatif, yang dapat berupa kata-kata antara lain: Sangat

setuju (SS), setuju (S), netral (N), tidak setuju (TS) dan sangat tidak

(43)

mudah dibuat dan diterapkan, terdapat kebebasan dalam

memasukan pertanyaan-pertanyaan asalkan sesuai dengan

konteks permasalahan, jawaban berupa 5 alternatif sehingga

informasi mengenai item tersebut jelas, dan reliabilitas pengukuran

bisa diperoleh dengan jelas

Pengukuran ini dilakukan dengan meminta responden untuk

menyatakan pendapatnya tentang serangkaian pernyataan yang

berkaitan dengan obyek yang diteliti dalam bentuk nilai yang

berada dalam rentang dua sisi.

Menggunakan skala penilaian (skor) 1 sampai 5, kelima

skala yang dipakai dalam penelitian ini sebagai berikut :

1 2 3 4 5

Sangat Tidak Setuju

Tidak Setuju

Netral Setuju Sangat Setuju

Tanggapan atau pendapat tersebut dinyatakan dengan

memberi skor yang berada dalam rentang nilai 1 sampai dengan 5

pada masing-masing skala, dimana nilai 1 menunjukkan nilai

terendah dan nilai 5 nilai tertinggi

3.5. Prosedur dan Pengumpulan Data 3.5.1 Jenis Data

Data dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi 2 (dua) macam,

(44)

1. Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari

responden dalam hal ini adalah petani tebu dari masing-masing

Pabrik Gula melalui pengisian kuesioner yang diberikan kepada

responden berkaitan dengan variabel dan indikator yang diteliti.

Data dikumpulkan secara cross section yaitu pada titik waktu

yang sama atau tanpa memperhatikan perbedaan waktu,

dengan pertimbangan bahwa dengan keterbatasan waktu

penelitian data cross section dapat menggambarkan keadaan

subyek pada saat tertentu

2. Data Sekunder

Data yang dikumpulkan berupa data yang diperoleh dari PT

Perkebunan Nusantara XI (Persero) untuk mendukung data

primer antara lain : jumlah produksi gula, kapasitas pabrik,

jumlah petani dan lain lain.

3.5.2. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi

Mengamati secara langsung maupun tidak langsung kondisi di

lapangan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan penelitian

atas pelaksanaan pengelolaan pabrik gula.

2. Wawancara

Melakukan tanya jawab untuk mendapatkan informasi secara

langsung dengan pihak-pihak yang terkait sebagai data

(45)

3. Kuesioner

Memberikan daftar pernyataan yang terkait dengan variabel

penelitian yang diisi oleh petani tebu sebagai responden dalam

penelitian ini.

3.5.3. Teknik Penentuan Sampel 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah petani tebu yang terikat

dalam perjanjian kredit KKPE/ kontrak giling dan telah bermitra

dengan Pabrik Gula minimal 5 tahun, dengan tujuan telah

memahami dan merasakan hubungan kemitraan dengan pabrik

gula berjumlah 4.813 orang

2. Sampel

Metode penentuan sampel menggunakan Probability Sampling

dengan Rumus Slovin :

N

n = N d2+1

dimana:

n = ukuran sampel

N = ukuran populasi

d = galat pendugaan (dalam penelitian ini 5%)

Sehingga :

4.813

(46)

4.813 n =

13

n = 369 sampel

Sampel dihitung secara proporsional ke masing-masing Pabrik Gula

[image:46.595.152.464.270.547.2]

sebagai berikut :

Tabel. 3.1. Pembagian Sampel

PABRIK GULA POPULASI SAMPEL

Soedhono 250 19 Poerwodadie 221 17 Redjosarie 369 28 Pagottan 362 28 Kanigoro 164 13 Kedawoeng 330 25 Wonolangan 308 24 Gending 245 19 Padjarakan 193 15 Djatiroto 412 32 Semboro 661 50 Wringin Anom 118 9 Olean 104 8 Pandjie 165 13 Assembagoes 310 24 Pradjekan 601 45

PTPN XI 4,813 369

Sumber : PTPN XI (Persero)

b. Pengumpulan data

Pengumpulan data diperoleh dengan menyebarkan

kuesioner yang dikirimkan kepada responden melalui

masing-masing Pabrik Gula sebagai mitra kerja petani tebu.

Kuesioner yang diisi oleh para responden terdiri atas 20

pertanyaan, yaitu 5 butir tentang keefektifan komunikasi, 6 butir

tentang kualitas teknis, 3 butir tentang kualitas fungsional, 3 butir

(47)

3.6. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah Structural Equation Modeling (SEM) yaitu metode multivariat

yang memungkinkan peneliti untuk menguji hubungan antara

variabel yang kompleks. SEM merupakan pendekatan terintegrasi

antara analisis faktor, model struktural dan analisis path (jalur).

Dengan menggunakan SEM dapat dilakukan 3 (tiga)

kegiatan secara serempak, yaitu pemeriksaan validitas dan

reliabilitas instrumen (analisis faktor konfirmatori), pengujian model

hubungan antara variabel (analisis path), dan mendapatkan model

yang bermanfaat untuk prediksi (model struktural dan analisis

regresi).

Tujuan akhir dari SEM pada prinsipnya adalah mendapatkan

model struktural. Bilamana pendugaan parameternya didasarkan

pada data input matriks kovarians, maka SEM bermanfaat untuk

prediksi atau untuk pembuktian model.

Menurut Ghozali (2008), estimasi parameter dalam SEM

pada umumnya berdasarkan pada metode Maximum

likeli-hood(ML). Estimasi dengan metode ML menghendaki adanya

asumsi yang harus dipenuhi yaitu:

(48)

Analisis struktur kovarian atau SEM umunya berdasar pada

large sample size theory. Jumlah sampel yang besar sangat

kritis untuk mendapatkan estimasi parameter yang tepat

b. Distribusi dari observed variabel harus normal multivariat

Analisis SEM menghendaki variabel harus berdistribusi normal

multivariat sebagai bentuk dari asumsi sampel besar

(asymptotic) dan penggunaan metode estimasi ML. Asumsi

tersebut dapat diuji dengan menghitung nilai jarak kuadrat pada

setiap pengamatan.

c. Tidak terdapat Multikolinieritas

Sama seperti halnya pada analisis multivariat pada umumnya,

salah satu asumsi yang seharusnya dipenuhi adalah

multiko-linieritas. Asumsi multikolinieritas mengharuskan tidak ada-nya

korelasi yang sempurna atau besar diantara variabel-variabel

independen. Nilai korelasi antara variabel observasi yang tidak

diperbolehkan adalah sebesar 0,9 atau lebih.

3.6.1. Uji Validitas dan Reliabilitas

Validitas berkaitan dengan seberapa besar suatu variabel itu

mengukur apa yang akan diukur. Untuk mengukur validitas

konstruk maka dapat dilihat nilai loading faktornya. Hair, dkk (2006)

dalam menyatakan bahwa loading faktor harus sama dengan 0,5

(49)

dikatakan sebagai signifikan. Statistik uji menggunakan t-test dan

kriteria penolakan H0 apabila p-value < α dengan hipotesis yang

mungkin adalah:

H0 : λ = 0 ≈ variabel indikator tidak valid sebagai indikator variabel

laten

H1: λ ≠ 0 ≈ variabel indikator valid sebagai indikator variabel laten

Pada model struktural digunakan pengukuran Confimatory Factor

Analysis Model (CFA). hubungan antara variabel laten dapat

ditaksir dengan matrik kovariannya

Reliabilitas adalah konsistensi suatu pengukuran. Reliabilitas

tinggi menunjukkan bahwa indikator-indikator mempunyai

konsistensi tinggi dalam mengukur peubah latennya. Besarnya nilai

Construct Reliability dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

3.6.2 Uji Kesesuaian Model

Uji Kesesuaian Model (Goodness of fit test) digunakan untuk

mendapatkan model yang benar-benar baik dan menguji apakah

indikator indikator tersebut mampu mendefinisikan sebuah

(50)

a. Chi-Square Statistic

Chi-square statistic merupakan suatu ukuran fundamental dari

overall fit yang biasa disebut likelihood-ratio chi-square. Menurut

Ghozali(2008) nilai chi-square yang tinggi relatif terhadap

derajat bebas yang menunjukkan bahwa matrik varians atau

korelasi yang diobservasi dengan yang diprediksi berbeda

secara nyata dan ini menghasilkan probabilitas lebih kecil dari

tingkat signifikansi. Alat uji ini bersifat sangat sensitif terhadap

besarnya sampel yang digunakan. Hipotesis pengujiannya

adalah:

H0 : = 

atau matriks varian kovarian populasi sama

dengan matriks varian kovarian sampel yang ditaksir.

H1 : ≠ 

atau matriks varian kovarian populasi tidak sama

dengan matriks varian kovarian sampel yang ditak-sir.

Model yang diuji akan dipandang baik atau memuaskan bila nilai

chi-square-nya rendah. Semakin kecil nilai 2

berarti

benar-benar tidak ada perbedaan, Ho gagal tolak berdasarkan

probabilitas dengan cut-off value sebesar p > 0,05 atau p >

0,10.

b. RMSEA

Root mean square error of approximation (RMSEA) merupakan

(51)

Chi-Square menolak model dengan jumlah sampel yang besar.

Nilai RMSEA antara 0.05 sampai 0.08 merupakan ukuran yang

dapat diterima.

c. GFI

Goodness of Fit Index (GFI) yaitu ukuran non-statistik yang

nilainya berkisar dari nilai 0 sampai 1.0. Nilai GFI tinggi

menunjukkan kecocokan model yang lebih baik dan berapa nilai

GFI yang diterima sebagai nilai yang layak belum ada

standarnya. Banyak peneliti menganjurkan nilai diatas 90%

sebagai ukuran good fit.

d. AGFI

Adjusted Goodness of Fit Indeks (AGFI) merupakan

pengembangan dari GFI yang disesuaikan dengan ratio degree

of freedom untuk null model. Nilai yang direkomendasikan

adalah sama atau > 0.90.

e. CFI

Besaran indeks ini adalah pada rentang nilai sebesar nol

sampai satu, dimana semakin mendekati satu mengindikasi-kan

tingkat fit yang paling tinggi a very good fit. Nilai yang

direkomendasikan adalah CFI ≥ 0,95. Keunggulan dari indeks

ini bahwa indeks ini tidak dipengaruhi oleh ukuran sampel

karena itu sangat baik untuk mengukur tingkat penerimaan

(52)

3.6.3 Full Structural Equation Model

Setelah model dianalisa melalui confirmatary factor analysis dan

dilihat bahwa masing-masing variable dapat digunakan untuk

mendefinisikan sebuah konstruk laten, maka langkah berikutnya

adalah menggunakan analisa full model SEM dengan aplikasi

AMOS 16. Estimasi parameter dalam Strctural Equation Modeling

(SEM) umumnya berdasarkan pada metode maximum likelihood

(ML). Metode ML menghendaki adanya asumsi yang harus

dipenuhi yaitu:

a. Distribusi Normal Multivariat

Analisis SEM juga menghendaki distribusi variabel harus

multinormal sebagai konsekuensi dari asumsi sampel besar

(asymptotic) dan penggunaan metode estimasi Maximum

like-lihood(ML). Kemultinormalan data dapat diuji dengan

meng-hitung nilai jarak kuadrat pada setiap pengamatan,

(Johnson,1992) yaitu :

n j

x x S x x

dj2 ( j )' 1( j ), 1,2,..., (2.6)

dimana xj = pengamatan ke-j

S-1 = invers matriks varian kovarians

Hipotesis yang digunakan sebagai berikut.

H0 : data mengikuti distribusi multinormal.

(53)

Data mengikuti distribusi multinormal jika gagal tolak H0,

artinya daerah dibawah kurva (0.05, p). multivariat lebih dari

50%.

b. Multikolineritas atau Singularity

Untuk melihat apakah data dari suatu penelitian terdapat

multikolinearitas (multicollinearity) atau (singularity) dalam

kombinasi-kombinasi variabel, maka yang perlu diamati

adalah determinan dari matriks kovarians sampelnya.

Nilai deter-minan yang kecil atau mendekati 0 akan

mengindikasikan ada-nya multikolinearitas atau singularitas,

sehingga data itu tidak dapat digunakan untuk penelitian.

c. Tidak ada Outlier

Outlier merupakan observasi yang muncul dengan nilai-nilai

ekstrim baik secara univariate maupun multivariate dan

terlihat sangat jauh berbeda dengan observasi-observasi

lainnya. Dalam analisis multivariat, outliers dapat diuji

dengan membandingkan nilai mahalanobis distance

squared (d2) dengan nilai 2

dengan derajat bebas sebesar

variabel yang digunakan dan tingkat p < 0,001. Sedangkan

untuk Univariate akan dikategorikan sebagai outliers

dengan cara mengkonversi nilai data ke dalam Z-score,

(54)

[image:54.595.125.540.130.543.2]

(55)

4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian 4.1.1. Gambaran Umum Perusahaan

PT Perkebunan Nusantara XI (Persero) atau PTPN XI adalah badan

usaha milik negara (BUMN) agribisnis perkebunan dengan core business

gula. Perusahaan ini bahkan satu-satunya BUMN yang mengusahakan

komoditas tunggal, yakni gula, dengan kontribusi sekitar16-18% terhadap

produksi nasional. Sebagian besar bahan baku berasal dari tebu rakyat yang

diusahakan para petani sekitar melalui kemitraan dengan pabrik gula (PG).

Kegiatan utama usaha dari PT. Perkebunan Nusantara XI (Persero)

adalah produksi gula. Bidang usaha yang lain meliputi produksi / pembuatan

alkohol serta spiritus dari tetes tebu dan produksi karung goni dari serat

kenaff dan karung plastik. Perusahaan juga menyediakan jasa pelayanan

medis dari Rumah Sakit Umum yang dimilikinya

PT. Perkebunan Nusantara (Persero) yang berkantor di jalan merak

No.1, Surabaya, mengoperasikan 16 pabrik gula, 4 rumah sakit, 1 pabrik goni

(56)

Sejak nasionalisasi atau pengambilalihan dari Pemerintahan Belanda

ke Pemerintahan Indonesia perusahaan perkebunan telah mengalami

beberapa kali mengalami restrukturisasi, sampai yang terakhir dari yang

sebelumnya berjumlah 32 perusahaan perkebunan menjadi 14 perusahaan,

dimana dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Indonesia nomor 16

tahun 1996 tanggal 14 Februari 1996, PT Perkebunan Nusantara XI

(Persero) merupakan gabungan antara PT Perkebunan XX (Persero) dan PT

Perkebunan XXIV-XXV (Persero) yang masing-masing didirikan berdasarkan

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 6 Tahun 1972 dan No. 15

Tahun 1975. Anggaran Dasar Perusahaan Perseroan yang dibuat

berdasarkan Akte Notaris Harun Kamil SH, No. 44 tanggal 11 Maret 1996,

telah dilakukan perubahan dan mendapat persetujuan sesuai Keputusan

Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No.

C-21048HT.01.04.Th.2002 tanggal 29 Oktober 2002.

Persetujuan Perubahan Anggaran Dasar tersebut sesuai dengan

format isian Akta Notaris Model II yang tersimpan dalam database Salinan

Akta Nomor 02 tanggal 02 Oktober 2002, yang dibuat oleh Notaris Sri

Rahayu Hadi Prasetyo SH, berkedudukan di Tangerang.

Walaupun demikian, secara umum sebagian besar unit usaha di

(57)

Belanda. Kantor Pusat PTPN XI sendiri merupakan peninggalan HVA yang

dibangun pada tahun 1924 dan merupakan lambang konglomerasi industri

gula saat itu.

PTPN XI bergerak dalam bidang usaha agribisnis perkebunan tebu

yang menghasilkan produk utama gula pasir dan tetes. Di samping itu

PTPN XI juga memiliki unit usaha yang menghasilkan :

Kemasan karung goni dari bahan baku serat.

Kemasan karung plastik dari bahan baku biji plastik.

Alkohol/Spiritus dari bahan baku tetes.

Rumah Sakit Umum melayani perawatan kesehatan karyawan

perusahaan dan penderita dari masyarakat umum.

Secara keseluruhan, unit usaha dan wilayah kerja PTPN XI dan lokasinya

(58)
[image:58.612.113.543.140.673.2]

Tabel 4.1. Unit Usaha PTPN XI (Persero)

Unit Usaha Kabupaten/Kota Nama Unit Usaha Pabrik Gula Kabupaten Ngawi

Kabupaten Magetan Kabupaten Madiun Kabupaten Pasuruan Kabupaten Probolinggo Kabupaten Lumajang Kabupaten Jember Kabupaten Situbondo Kabupaten Bondowoso PG Soedhono

PG Poerwodadie, PG Redjosarie PG Pagottan, PG Kanigoro PG Kedawoeng

PG Wonolangan, PG Gending, PG Padjarakan PG Djatiroto

PG Semboro

PG Wringinanom, PG Olean, PG Pandjie, PG Assembagoes

PG Pradjekan Pabrik Alkohol

dan Spiritus

Kabupaten Lumajang PASA Djatiroto

Pabrik Karung Kota Surabaya PK Rosella Baru

Rumah Sakit Kota Malang

Kabupaten Probolinggo Kabupaten Lumajang Kabupaten Situbondo RS Lavalette RS Wonolangan RS Djatiroto RS Elizabeth Sumber : http://www.ptpn-11.com

Sumber : http://www.ptpn-11.com

(59)

4.1.2. Visi Dan Misi Perusahaan

Visi PT. Perkebunan Nusantara XI (Persero) adalah :

1. Menjadi Perusahaan yang mampu meningkatkan kesejahteraan

stakeholders secara berkesinambungan.

2. Menjadi perusahaan perkebunan berbasis tebu yang unggul dan

memberikan nilai tambah bagi stakeholders secara berkelanjutan

Sedangkan Misi PT. Perkebunan Nusantara XI (Persero) adalah :

1. Menyelenggarakan kegiatan agribisnis, utamanya yang berbasis

tebu, melalui pemanfaatan sumber daya secara lestari dengan

tetap mempertahankan kelestariannya.

2. Mengelola bisnis, khususnya agribisnis berbasis tebu, dengan

teknologi akrab lingkungan; menjunjung tinggi etika bisnis dalam

menjalankan usaha; serta memposisisikan sumber daya manusia

dan mitra usaha sebagai faktor kunci pencapaian keberhasilan

4.1.3. Maksud dan Tujuan Perusahaan

Sesuai dengan Anggaran Dasar Perusahaan, maksud dan tujuan

perseroan adalah untuk turut melaksanakan dan menunjang kebijakan

Program Pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional

(60)

seluas-luasnya dengan tujuan memupuk keuntungan berdasarkan

prinsip-prinsip perusahaan yang sehat berdasarkan pada azas :

a. Mempertahankan dan meningkatkan sumbangan bidang

perkebunan bagi pendapatan nasional melalui upaya peningkatan

produksi dan pemasaran dari berbagai jenis komoditi perkebunan

untuk kepentingan konsumsi dalam negeri maupun ekspor,

sekaligus dalam rangka meningkatkan ekspor non migas

b. Memperluas lapangan kerja dalam rangka meningkatkan

kesejahteraan rakyat pada umumnya serta meningkatkan

taraf hidup petani dan karyawan pada khususnya.

c. Memelihara kelestarian sumber daya alam dan lingkungan, air dan

kesuburan tanah.

4.1.4 Budaya Perusahaan

Sukses merupakan hasil kerjasama yang didukung prakarsa

perseorangan.

Senantiasa berorentasi pada pertumbuhan dengan menciptakan dan

memanfaatkan peluang.

(61)

4.1.5. Struktur Organisasi

[image:61.612.125.518.133.522.2]

Sumber : PTPN XI (Persero)

Gambar 4.2. Bagan Organisasi PTPN XI (Persero)

4.1.6 Kegiatan dan Keadaan Perusahaan

Hingga kini, gula yang merupakan core business PTPN XI merupakan

komoditas vital-strategik dalam ekonomi pangan Indonesia. Keberadaannya

tidak hanya diperlukan untuk sebagai pemanis berkalori yang menjadi salah

satu bahan kebutuhan pokok (basic needs) masyarakat, melainkan juga

bahan baku bagi industri makanan dan minuman. Pola produksinya yang

(62)

areal dan produktivitasnya secara otomatis berpengaruh terghadap kinerja

produksi. Lebih dari 70% bahan baku pada semua PG di lingkungan PTPN

XI berasal dari tebu rakyat. Keberhasilan dalam peningkatan produktivitas

tebu rakyat dengan sendirinya menjadi sangat penting.

Di

Gambar

Gambar 2.1 Model Penelitian
Tabel. 3.1. Pembagian Sampel
Gambar 3.1. Pengembangan Model
Tabel 4.1. Unit Usaha PTPN XI (Persero)
+7

Referensi

Dokumen terkait

100.000.000,00 BANTUAN SOSIAL UNTUK BEASISWA S1 KEPADA RISTI ANJARWATI, DENGAN ALAMAT KP. PANCORAN

Substansi dari Program Kerja Pemerintah Kota Depok Tahun 2016 tersebut merupakan penjabaran dari Visi, Misi dan program unggulan serta program andalan Kota Depok yang

Pengujian validitas dilakukan terhadap kuesioner yang digunakan untuk mengukur variabel kecerdasan emosional dan kescerdasan spiritual terhadap pemahaman

Dari penelitian yang telah dilakukan pada perawat IGD di RSUD Haji Makassar diperoleh 8 orang (26,7%) dengan umur muda dan tidak mengalami kelelahan kerja dan terdapat 6

(b) Dengan mempertimbangkan bahwa Nu Skin mengijinkan Anda untuk memasarkan dan menjual Peralatan dan Layanan Pendukung Bisnis Blue Diamond kepada para Distributornya, Anda

Kondisi dari pure bundling inilah yang kemudian dapat dikatakan memiliki kesamaan dengan suatu konsep tying agreement, dimana jika dilihat definisi dari tying agreement, pada

Manakala pada tahun 2007 pula, nilai pelaburan asing mencatatkan sebanyak RM13737.1j dalam sektor industri elektronik di Malaysia iaitu sebanyak 61.5% daripada jumlah

Menurut Isjoni dan Ismail (2008: 146), jika pembelajaran sejarah kurang mengikutsertakan siswa maka akan berdampak pada munculnya ‘budaya diam’ berlangsung di dalam