7 1. Pengertian Aljabar Max-Plus
Aljabar Max-Plus adalah himpunan { } dengan himpunan semua bilangan real yang dilengkapi dengan operasi maksimum, dinotasikan dengan dan operasi penjumlahan yang dinotasikan dengan . Selanjutnya (
, , ) dinotasikan dengan max dan dinotasikan dengan ε. Elemen ε merupakan elemen netral terhadap operasi dan 0 merupakan elemen identitas terhadap operasi .Banyak peranan Aljabar Max-Plus dalam menyelesaikan persoalan di beberapa bidang seperti teori graf, kombinatorik, teori sistem, teori antrian, dan proses stokastik. Hal ini telah dibahas dalam beberapa buku dan jurnal seperti B. De Schutter, et.al (1998), Heidergott (1999), Bacelli,et.al (2001), dan Kasie G. Farlow, (2009). 2. Matriks dan Vektor pada Aljabar Max-Plus
Masalah-masalah optimalisasi nonlinear dapat menjadi linear pada , maka dalam hal ini akan dibahas mengenai matriks dan max vektor pada (Kasie G. Farlow, 2009:11). max
Himpunan matriks n x m untuk n m, pada max dinotasikan dengan maxnxm. Dalam matriks, n menunjukkan jumlah baris dan m menunjukkan jumlah kolom. Secara khusus dalam Aljabar, matriks Amaxnxm ditulis sebagai berikut:
11 21 1 2 21 22 1 2 m m n n nm a a a a a a A a a a
Matriks A untuk nilai masukkan ke-i baris dan ke-j kolom dinotasikan denganAij. Penjumlahan dan maksimum pada matriks dan vektor Aljabar Max-Plus didefinisikan dengan cara yang berbeda yakni maksimum dan penjumlahan .
Definisi 2.1 (Kasie G. Farlow, 2009: 12)
a. UntukA B, maxnxn maksimumnya didefinisikan ABdengan:
AB
ij AijAij max(A Bij, ij)b. Transpose dari matriks dinotasikan dengan A dan secara khusus T
dalam Aljabar Max-Plus didefinisikan [AT]ij
A jic. Matriks identitas Aljabar Max-Plus nxn, En didefinisikan sebagai
berikut:
0 n ij jika i j E jika i j pada A dinotasikan dengan k A didefinisikan: ... k sampai ke k A A A A untuk k = 0 , A0 En
e. Untuk sebarang matriks Amaxnxm dan sebarang skalar
max
a ,aA didefinisikan sebagai berikut:
aA
ij a
Aij Contoh 2.1: Diberikan 2 3 4 A e dan 3 5 1 4 B , maka 2 3 3 5 max(2, 3) max(3, 5) 3 5 4 1 4 max( , 1) max(4, 4) 4 3 5 2 3 max(3, 2) max(5, 3) 3 5 1 4 4 max( 1, ) max(4, 4) 4 A B e e e B A e e e Jadi A B B A 2 3 3 5 4 1 4 max(2 3,3 ( 1)) max(2 5,3 4) max( 3, 4 ( 1)) max( 5, 4 4) 5 7 3 8 A B e e e 3 5 2 3 1 4 4 max(3 2, 5 ) max(3 3, 5 4) max(( 1) 2, 4 ) max(( 1) 3, 4 4) 5 9 4 8 B A e e e Operasi pada matriks A dan B bersifat komutatif untuk matriks karena A B B A, tetapi tidak. Matriks identitas merupakan identitas pada , AEnA untuk semua Amaxmxndan
m
E A Auntuk semua maxnxm A . b. Vektor
Anggota darixmaxn disebut vektor Max-Plus. Komponen ke-j dari vektor x dinotasikan dengan x atau xj
j. Kolom ke-j dari matriks identitas Endiketahui sebagai vektor basis ke-j pada . maxn Vektor ini dinotasikan dengan ej ( , , ,...., , , , ,... ) . Dengan kata lain, e merupakan masukkan ke-j pada vektor.B. Matriks Atas Aljabar Max-Plus
Operasi dan pada dapat diperluas untuk operasi-max operasi matriks seperti dalam definisi berikut: maxmxn
Definisi 2.2 (Rudhito, 2004: 4)
Diberikan mxnmax {A(Aij) |Aijmax untuk i1, 2,....,m
1, 2,..., }
dan j n
1. Diketahui max, ,A Bmaxmxn. Didefinisikan Aadalah matriks yang unsur ke-ij-nya:
adalah matriks yang unsur ke-ij-nya:
(AB)ij AijBij untuk i = 1,2, .. ,m dan j = 1,2, …., n
2. Diketahui Amxpmax,Bmaxpxn. DidefinisikanAB adalah matriks yang
unsur ke-ij-nya: 1 ( ) p ij ik kj k A B A B untuk i = 1,2, .. ,m dan j = 1,2, …., n Contoh 2.2: 1 5 3 1 3 5 3 2 3 2 3 4 3 3 4 3 3 3 1 3 5 3 2 3 3 4 3 3 4 8 5 7 0 1 5 1 5 1 1 5 5 2 3 6 2 3 6 4 3 4 4 4 4 3 4 max(1,1) max(5, 5) max(2, 3) max( , 6) max(4, 4) max( 3, 4) 1 5 3 6 4 4
7 3 5 7 3 6 5 3 7 1 3 0 5 4 6 0 2 8 2 6 8 3 1 2 0 8 4 3 4 max( , 9,8) max(8, 3, 9) max( ,8,11) max( , 2,12) 9 9 11 12 Definisi 2.3 (Rudhito, 2004: 4) Matriks , max mxn
A B dikatakan sama jika Aij Bijuntuk setiap i dan j. Operasi dan untuk matriks tersebut memiliki sifat-sifat berikut:
Teorema 2.1 (Subiono, 2010: 14)
Beberapa sifat berikut berlaku untuk sebarang matriks A, B, dan C dengan ukuran yang bersesuaian dan operasi matriks terdefinisi.
(i) (A B) C = A ( B C) (ii) (A B) C = A (B C) (iii) A (B C) = (A B) (A C) (iv) (A B) C =(A C) (B C) (v) A A = A Bukti:
Akan dibuktikan untuk (ii) dan (iii), sedangkan bukti yang lainnya mengikuti dari definisi operasi dan sifat-sifat operasi pada max. Bukti (ii),
, , , 1 1 q p i l l k k j ij k l A B C A B C
, , , 1 1 , , , 1 1 , q p i l l k k j k l p q i l l k k j l k i j A B C A B C A B C untuk i n dan j m. Bukti (iii) ambil sebarang matriks A maxn p
dan B, C maxq m
.
Elemen Baris ke-i kolom ke-j matriks A (B C) adalah sebagai berikut:
, , , 1 , , , , 1 , , , , 1 1 [( )] [( )] , untuk dan . p i k k j k j ij k p i k k j i k k j k p p i k k j i k k j k k ij ij A B C A B C A B A C A B A C A B A C i n j m Didefinisikan matriks ɛ ∈ x n max m dengan (ɛ)ij : = ɛ untuk setiap i dan j.
C. Semimodul Atas Aljabar Max-Plus
Aljabar Max-Plus memiliki beberapa sifat khusus yang selanjutnya akan dibuktikan bahwa sifat-sifat tersebut terpenuhi. Perluasan operasi pada
max
untuk matriks dalam x n max m
, semimodul nmax
dan relasi urutan berada di dalamnya.
Suatu semiring (S, +, ×) adalah suatu himpunan tak kosong S disertai dengan dua operasi biner + dan ×, yang memenuhi aksioma berikut:
1. (S, +) merupakan semigrup komutatif dengan elemen netral 0, yaitu ∀ a, b, c ∈ S memenuhi
a) a + b = b + a
b) (a + b) + c = a + (b + c) c) a + 0 = 0 + a = a,
2. (S, ×) adalah semigrup dengan elemen satuan 1, yaitu ∀a, b, c ∈ S memenuhi
a) (a × b) × c = a × (b × c) b) a × 1 = 1 × a = a,
3. Sifat penyerapan elemen netral 0 terhadap operasi ×, yaitu ∀a ∈ S memenuhi a × 0 = 0 × a = 0.
4. Operasi × distributif terhadap +, yaitu ∀a, b, c ∈ S berlaku a) (a + b) × c = (a × c) + (b × c)
b) a × (b + c) = (a × b) + (a × c)
Suatu semiring (S, +, ×) dikatakan komutatif jika operasi × bersifat komutatif, yaitu ∀a, b ∈ S : a × b = b × a.
Diberikan := { } dengan adalah himpunan semua bilangan real dan : . didefinisikan operasi berikut: a b, ,
ab: = max{a, b} dan ab: = a + b.
Misalkan 9-3 = max{9, -3} = 9 dan -3 12 = -3 +12 = 9. Selanjutnya ditunjukkan (, , ) merupakan semiring dengan elemen netral = -∞ dan elemen satuan e = 0, karena untuk setiap a, b, c ∈ berlaku :
(i) a ⊕ b = max{a, b} = max{b, a} = b ⊕ a, (a ⊕ b) ⊕ c = max{max{a, b}, c} = max{a, b, c} = max{a, max{b,c}} = a ⊕ (b ⊕ c), a ⊕ = max{a, -∞} = max{-∞, a} = ⊕ a = a.
(ii) (a ⊗ b) ⊗ c = (a + b) + c = a + (b + c) = a ⊗ (b ⊗ c), a ⊗ e = a + 0 = 0 + a = e ⊗ a = a,
(iii) a ⊗ = a + (-∞) = -∞= -∞ + a = ⊗ a,
(a ⊕ b) ⊗ c = max{a, b} + c = max{a + c, b + c} = (a ⊗ c)⊕(b⊗c), a ⊗ (b ⊕ c) = a + max{b, c} = max{a + b, a + c} = (a ⊗ b)⊕(a⊗b) Selanjutnya untuk lebih ringkasnya, penulisan semiring (, , ) ditulis sebagai max.
Definisi 2.5 (Rudhito, 2004: 133)
Suatu semiring (S, +, ×) mempunyai sifat idempoten terhadap operasi + berlaku a + a = a, ∀a ∈ S.
max
merupakan semiring komutatif yang sekaligus idempoten, sebab untuk setiap a, b ∈ berlaku a ⊗ b = a + b = b + a = b ⊗ a dan a ⊕ a = max{a, a} = a
Definisi 2.6 (Rudhito, 2004: 133)
Suatu semiring komutatif (S, +, ×) dinamakan semifield bila setiap elemen x di S - {0} mempunyai invers terhadap operasi ×, yaitu untuk setiap x di S - {0} ada a-1 sehingga a × a-1= a-1 × a = 1.
Struktur aljabar dari max adalah semifield (Bacelli, et.al, 1992: 102), yaitu:
1. (
, ) merupakan semigrup komutatif dengan elemen netral.2. (
, )merupakan grup komutatif dengan elemen identitas 0. 3. Operasi dan bersifat distributif.4. Elemen netral bersifat menyerap terhadap operasi , yaitu max,
a a a
Contoh 2.6:
Semiring komutatif (, , ) merupakan semifield karena untuk setiap a terdapat a sehingga berlaku a (a) = a + (a) = 0. Contoh berikut terlihat bahwa maxmerupakan semifield idempoten.
max
disebut juga dengan skalar. Dalam hal urutan pengoperasian (jika tanda kurung tidak dituliskan), operasi mempunyai prioritas yang lebih tinggi dari pada operasi .
Pangkat dalam Aljabar Max-Plus secara biasa diperkenalkan dengan menggunakan sifat assosiatif. Himpunan bilangan asli digabung dengan bilangan nol dinotasikan oleh dan didefinisikan untuk xmaxdan untuk semua n ∈ dengan n ≠ 0
: ...
n
n
x x x x
untuk n = 0 didefenisikan xn: e( 0). Perhatikan bahwa untuk setiap n ∈ , n
x dalam aljabar biasa dibaca sebagai
: ... ...
n
n n
x x x x x x x nx
Pangkat Aljabar Max-Plus mempunyai prioritas tertinggi dibandingkan operasi ⊕ dan ⊗ dalam hal urutan pengoperasian.
Definisi 2.7 (Subiono, 2010: 15)
(S,+,x) adalah semiring komutatif dengan elemen netral 0 dan 1. Semimodul M atas S adalah semigrup komutatif (M,+) bersama operasi perkalian skalar ● : S x M → M, dituliskan sebagai (α, x) → α.x yang memenuhi aksioma berikut: α,β S dan x,y M berlaku:
1. α ● ( x + y ) = α ● x + α ● y 2. ( α + β ) ● x = α ● x + β ● x 3. α ● ( β ● x ) = ( α x β ) ● x
4. 1 ● x = x 5. 0 ● x = 0
Suatu elemen dari suatu semimodul dinamakan vektor. Suatu contoh, nmax1 adalah semimodul atas max. Dalam hal ini nmax1 cukup ditulis nmax. Elemen ke-j dari suatu vektor x nmaxdinotasikan oleh xj
dan ditulis sebagai [x]j. Vektor di max n
dengan semua elemennya sama dengan e dinamakan vektor satuan dinotasikan oleh u ditulis sebagai [u]j
= e untuk semua j n. Untuk setiap α maxvektor α u adalah vektor yang semua elemennya sama dengan α. Untuk setiap j n kolom ke-j dari matriks satuan E(n,n) dinamakan vektor basis ke-j dari nmaxdan dinotasikan oleh ej. Jadi, elemen ke-j dari vektor ej sama dengan e
sedangkan elemen lainnya sama dengan e. Berikut ini diberikan suatu relasi pada ahimpunan yang berkaitan dengan urutan dalam himpunan tersebut. Pengertian dari relasi ini dan beberapa sifat akan berguna dalam kajian Aljabar Max-Plus max.
Contoh 2.7:
Diberikan x max n n
:= { x = [ x1, x2, …, xn]T | xi ∈ max, i = {1, 2,.., n}. Untuk setiap x, y nmax
dan untuk setiap
maxdidefinisikan operasi dengan x y = [x1 y1, x2 y2, …, xn yn]T dan operasimax n
dapat dipandang sebagai x 1 max n
. Dengan memperhatikan Teorema 1 1) dan 2) terlihat bahwa (nmax,) merupakan semigrup komutatif dengan elemen netral = [, , ..., ]T. Kemudian dengan memperhatikan Teorema 1 10), 9), dan 8), nmax
merupakan semimodul atas max. Definisi 2.8 (Jek Siang, 2002: 323)
Relasi pada suatu himpunan P dinamakan urutan parsial pada P jika untuk semua x, y, z P memenuhi,
1. a a, sifat refleksi
2. bila a b dan b a, maka a = b, sifat antisimetri 3. bila a b dan b c, maka a c, sifat transitif
Selanjutnya, bila berlaku a b atau b a, maka a dan b dikatakan komparabel. Penulisan a b juga bisa ditulis b a. Bila a b dan a ≠ b, maka ditulis dengan ab. Apabila dua elemen dari P dapat dibandingkan, maka urutan parsial dinamakan urutan total
Berikut ini diberikan suatu teorema yang berkaitan dengan pengertian urutan parsial pada suatu semigrup komutatif idempotent. Contoh 2.8.1:
Himpunan + adalah himpunan bilangan bulat positif. Relasi (kurang atau sama dengan) adalah sebuah parsial order pada + .
Jawab : Bila (a,b) ada didalam R jika a b.
Karena setiap bilangan bulat = dirinya sendiri refleksi Karena a b dan b a kecuali a = b antisimetri
Jika a b dan b c maka a c transitif Jadi terbukti bahwa ( +,) merupakan urutan parsial Contoh 2.8.2:
Relasi R yang didefinisikan himpunan bilangan bulat positif oleh (x, y) R jika x membagi y (tanpa sisa). Akan ditunjukkan bahwa relasi R ini adalah refleksif, antisimetris, dan transitif.
Karena jika x membagi habis y berarti y tidak membagi habis x kecuali x = y, R adalah sebuah relasi antisimetri
Karena setiap bilangan bulat membagi habis dirinya sendiri, R merupakan suatu relasi refleksi
Karena jika x membagi habis y, dan y membagi habis z, maka x membagi habis z, R adalah sebuah relasi transitif.
Dengan demikian R adalah sebuah relasi pengurutan parsial. Contoh 2.8.3:
didefinisikan himpunan bilangan bulat (,≤) merupakan poset yang terurut total
Relasi kurang dari atau sama dengan pada bilangan bulat adalah urutan total karena jika x dan y bilangan bulat, maka x y atau y x.
Teorema 2.2 (Subiono, 2010: 21)
Jika ( , +) semigrup komutatif idempotent, maka relasi yang didefiniskan pada dengan a b a + b = b, maka relasi adalah urutan parsial pada .
Bukti :
Diberikan sebarang elemen a , b dan c di , maka : (i) karena idempotent, maka a + a = a a a
(ii) jika a b dan b a , maka a + b = b dan b + a = a dan karena komutatif, maka a + b = b + a = a , jadi a = b,
(iii) jika a b dan b c, maka a + b = b dan b + c = c dan karena mempunyai sifat assosiatif, maka a + b = a + ( b + c ) = ( a + b ) + c = b + c = c, jadi a c.
Akibat 2.1 (Subiono, 2010: 21)
Relasi “m” yang didefinisikan pada dengan max a b a b b merupakan urutan parsial pada . Relasi ini max merupakan urutan total pada . max
Bukti :
Karena (, ) merupakan semigrup idempotent, maka menurut Teorema 2 relasi “m” yang didefinisikan pada di atas merupakan urutan max parsial pada . Jika diambil max a b, , maka berlaku max
max( , ) max( , )
a b a b a atau a b a b a
Akibat 2.2 (Subiono, 2010: 22) :
Relasi “m” yang didefinisikan pada maxmxn
dengan
ij
m ij ij ij m
A B A B B A B A B untuk setiap i dan j
merupakan urutan parsial pada max mxn .
Bukti:
Dengan menggunakan Teorema 2 (i) dan (ii) dan (iii) terlihat bahwa max
(mxn, ) merupakan semigrup komutatif idempotent. Sehingga menurut Teorema 2 relasi “m” yang didefinisikan pada max
mxn
di atas merupakan urutan parsial.
Akibat 2.3 (Subiono, 2010: 21):
Relasi “m” yang didefinisikan pada max n
dengan
m
x y x y y xi m yi untuk setiap i dan j merupakan urutan parsial pada . maxn
Bukti:
max
(n , ) merupakan semigrup komutatif idempotent, maka relasi “m” yang didefinisikan pada maxn merupakan urutan parsial pada maxn . Relasi “m” yang didefinisikan pada diatas bukan merupakan maxmxn urutan total, karena untuk dua matriks A dan B masing-masing berukuran 2 x 2 sebagai mana berikut ini:
0 1 2 1 2 1
1 2 1 0 1 2
A dan B dengan A B
.
Sehingga A B B dan A B A. Demikian juga relasi “m” yang
didefinisikan pada max n
diatas bukan merupakan urutan total, karena
2, 0, 1
T 2, 2,3
T maka A B B dan A B A. Teorema 2.3 (Subiono, 2010: 23):
Diberikan matriks A m nmax
. Bila vektor x, y m nmax
dengan x
m
y, maka (A x) m A y.
Bukti :
Untuk sebarang x, y max m n dengan x m y, maka x y = y A ( x y ) = A y (A x ) ( A y ) = A y A x m A y Contoh 2.9: Diberikan matriks 3 2 5 4 A dan vektor 4 6 x , 6 8 y Jelas bahwa x m y. 3 2 4 8 5 4 6 10 A x dan 3 2 6 10 5 4 8 12 A y Terlihat bahwa A ⊗ x m A ⊗ y.
D. Sistem Persamaan Linear Max-Plus A x b
Sub penyelesaian terbesar pada sistem persamaan linier max-plus
A x b akan dibahas pada sub bab ini. Kekurangan dari aljabar max-plus adalah tidak adanya invers additive. Hal ini yang menyulitkan untuk
menyelesaikan sistem persamaan linear A x b. Dalam aljabar penyelesaian persamaan A x b tidak selalu ada, bila ada hal ini belum tentu tunggal.
Contoh 2.10:
Matriks A tidak harus matriks bujur sangkar, untuk matriks A ini selalu didapat sub penyelesaian terbesar dari A x b. Subpenyelesaian terbesar adalah vektor terbesar x yang memenuhi A x b. Penyelesaian ini dinotasikan oleh x*(A, b). Sub-penyelesaian terbesar tidak harus merupakan suatu penyelesaian dari A x b (Subiono, 2010: 38).
Diberikan sistem persamaan linear 1 2 3 3 7 9 5 x x
Persamaan A x b tidak punya penyelesaian, sebab bila punya
penyelesaian berarti ada 1 2 x x x sehingga 1 2 3 3 7 9 5 x x .
Didapat x1 = 0 dan max{7, 9 + x2} = 5, terlihat bahwa tidak akan ada x2 ∈
max
sehingga max{7, 9 + x2}= 5. Jadi A ⊗ x = b tidak punya
penyelesaian. Untuk itulah, masalah penyelesaian A x = b dapat diperlemah dengan mendefinisikan konsep subpenyelesaian berikut. Definisi 2.8 (Rudhito, 2005: 160)
Diberikan A maxmxn dan b maxm . Vektor x’ maxn disebut suatu sub penyelesaian sistem persamaan linear A x = b jika vektor x tersebut memenuhi A x’
m b
Subpenyelesaian A x = b selalu ada, karena untuk = [,, … , ]T selalu berlaku A=
m b
.
Definisi 2.9 (Rudhito, 2005: 160)
Suatu subpenyelesaian ˆx dari sistem A x = b disebut subpenyelesaian terbesar sistem A x = b jika x ’ ˆ
m x
untuk setia subpenyelesaian x ’ dari sistem A x = b.
Teorema 2.4 (Baccelli, et.al., 2001: 110)
Diberikan Amaxmxn dengan unsur-unsur setiap kolomnya tidak
semuanya sama dengan dan bm. Subpenyelesaian terbesar A x = b ada dan diberikan oleh ˆx dengan - ˆxj max( bi Aij) untuk setiap i = 1, 2, 3, …. ,m dan j = 1, 2, …. , n Bukti : 11 1 12 2 1 1 21 1 22 2 2 2 1 1 2 2 ... ... ( ) : ... n n m n n m m m mn n m m A x A x A x b A x A x A x b A x b A x A x A x b
, , ( ) , ( ) , ( ) , ij j i i j ij j m i i j ij j i i j A x b A x b A x b Unsur setiap kolom matriks A tidak semuanya sama dengan , maka untuk setiap j selalu ada i sehingga Aij yang berarti - Aij ada. Mengingat setiap a berlaku max a dan a a, maka
koefisien-koefisien Aij= tidak akan berpengaruh pada nilai A x . Sehingga oleh karena itu, berlaku:
, , , ( ) , ( , ) ( , ) ( min( ), ) ( max( ), ) ij j i i j ij j i i j ij j i ij i j ij j i ij j ij i j i ij j i A x b A x b dengan A x b A dengan A x b A dengan A x b A
Jadi, subpenyelesaian sistem A x = b adalah setiap vektor x ’ yang komponen-komponennya memenuhi 'j max( i ij), j
i x b A . Jika vektorˆ [ ,ˆ ˆ1 2,...,ˆ ] T n
x x x x didefinisikan dengan ˆj max( i ij) i
x b A
untuk
setiap j = 1, 2, 3, …, n, maka diperoleh
ˆ ( max( ), ) ˆ ( min( ), ) ˆ ( , ) ˆ ( , ˆ j i ij j i j i i ij j ij j i ij j ij ij j m i i j m x b A x b A dengan A x b A dengan A A x b A x b Vektor ˆx tersebut merupakan subpenyelesaian sistem A x = b karena
ˆj max( i ij) ˆj, j i x b A x , maka x'j xˆ ,j j. Akibatnya ' ˆ m x x
sehingga vektor ˆx tersebut merupakan subpenyelesaian terbesar sistem A x = b.
Terkait hal tersebut, maka dapat diketahui cara untuk menyelesaikan sistem persamaan A x b. Langkah pertama, dihitung
terlebih dahulu subpenyelesaian terbesarnya. Kemudian diperiksa subpenyelesaian terbesarnya itu memenuhi sistem persamaan atau tidak. Untuk mempermudah menghitung subpenyelesaian terbesar A x b, diperhatikan bahwa: 1 2 1 2 1 2 ˆ ˆ ˆ ˆ max( ) max( ) max( ) max( ) max( ) max( ) n i i i i i i i im i i i i i i i im i i x x x x b A b A b A A b A b A b
11 1 21 2 1 12 1 22 2 2 1 1 2 2 ... ... ... ( ) m m m m n n mn m T A b A b A b A b A b A b A b A b A b A b Subpenyelesaian terbesar A x b dapat ditentukan dengan langkah pertama menghitung xˆ AT ( b).
Dalam Teorema 4 tersebut, karena diasumsikan bahwa komponen setiap kolom matriks A tidak semuanya sama dengan , maka subpenyelesaian terbesar ˆx . n
Contoh 2.11:
Sebelum mencari penyelesaian terbesar sistem persamaan berikut, terlebih dahulu menentukan subpenyelesaian terbesarnya.
1 2 3 3 14 5 8 2 6 13 x x Hitung nilai AT ( b) 14 3 5 2 11 ( ) 8 3 6 7 13 T A b
Sehingga didapatkan subpenyelesaian terbesar sistem persamaan di atas
adalah 11 7 Karena 3 3 14 11 5 8 7 2 6 13 maka 11 7 merupakan penyelesaian sistem di atas. Contoh 2.12:
Sebelum mencari penyelesaian terbesar sistem persamaan berikut, terlebih dulu menentukan subpenyelesaian terbesarnya.
1 2 3 3 14 5 12 2 6 13 x x
14 3 5 2 11 ( ) 12 3 6 7 13 T A b
Sehingga didapatkan subpenyelesaian terbesar sistem persamaan di atas
adalah 11 7 Karena 3 3 14 11 5 12 7 2 6 13 maka 11 7 bukan merupakan
penyelesaian sistem di atas.
Persamaan linear Max-Plus A x b mempunyai subpenyelesaian terbesar yang bukan merupakan penyelesaian, maka Sistem Persamaan Linear Max-Plus tersebut tidak mempunyai penyelesaian. Ini dapat ditunjukkan sebagai berikut, andaikan x adalah penyelesaian Sistem Persamaan Linear Max-Plus A x b yang berarti
(Ax)i bi untuk setiap i = 1, 2, …., m. Misalkan Sistem Persamaan Linear Max-Plus A x b mempunyai subpenyelesaian terbesar ˆx yang bukan merupakan penyelesaian yang berarti terdapat i {1, 2, ….., m}, sehingga (Axˆ)i bi. Untuk itu, x merupakan subpenyelesaian, maka
ˆ m
x x. Akibatnya berlaku (A x) m(Axˆ) yang berarti
ˆ
(Ax)i (Ax), untuk setiap i = 1, 2, …., m. Hal ini berakibat terdapat i {1, 2, …. m}, sehingga (Ax)i (A xˆ) bi, yang kontadiksi dengan pengandaian di atas.
Akibat 2.4 (Schutter and Boom, 2000: 3)
Diberikan A maxmxndengan unsur-unsur setiap kolomnya tidak
semuanya sama dengan dan b . Jika m ˆx adalah subpenyelesaian terbesar sistem persamaan linear Max-Plus A x b maka untuk setiap indeks j {1, 2, …. m} terdapat suatu indeks i(j) {1, 2, …. m} sedemikian sehingga Ai j( ),j xˆj bi j( ).
Bukti :
Karena ˆx subpenyelesaian terbesar sistem A x b, maka menurut Teorema 4 ˆj min( i ij)
i
x b A untuk j = 1, 2, …., n dengan
ij
A . Hal ini berarti untuk setiap indeks j {1, 2, …..n) terdapat suatu indeks i(j) {1, 2, ….., m} sedemikian sehingga xˆj bi j( )Ai j( ),jatau
( ), ˆ ( ) i j j j i j A x b Definisi 2.10 (Rudhito, 2005 :162) Diberikan x[ ,x x1 2,...,xn]Tn. Didefinisikan i i x maks x untuk i = 1, 2, ….,n. Diberikan masalah optimisasi yang berkaitan
dengan sistem persamaan linear max-plus A x b berikut :
Diberikan A maxmxndengan setiap kolom matriks A tidak
semuanya sama dengan , dan x , maka m A x b . m
Akibatnya b - A x merupakan hasil operasi pengurangan vektor dalam m
Berikut teorema yang memberikan penyelesaian masalah optimisasi tersebut.
Teorema 2.5 (Schutter, 1996 : 37)
Diberikan A maxmxn dengan komponen setiap kolomnya tidak
semuanya sama dengan , dan b . Vektor m # 2
x x dengan ˆx subpenyelesaian terbesar sistem A x = b dan b A xˆ , merupakan vektor yang meminimalkan b A xˆ . Selanjutnya
ˆ 2 b A x
Bukti :
Misalkan ˆx subpenyelesaian terbesar sistem A x b
(i) Jika ˆxadalah penyelesaian sistem A x b, maka
(ii) ˆ i ( ˆ)i 0
i
b A x maks b Ax . Akibatnya ˆx meminimalkan b A xˆ
(iii) Jika ˆxbukan merupakan penyelesaian sistem A x b, maka
ˆ i ( ˆ)i 0
i
b A x maks b Ax . Karena A xˆ mb, maka
ˆ ˆ
( ) ( )
i i i i
i i
maks b Ax maks b Ax . Himpunan indeks i yaitu {1, 2, ….., m} dapat dipartisi menjadi tiga himpunan bagianI J K, ,
sedemikian sehingga:
ˆ
b A x untuk semua iJ
ˆ ,
b A x untuk semua iK, dengan 0 i 1
ˆx merupakan subpenyelesaian terbesar sistem A x = b, maka menurut Akibat 2.4 untuk setiap indeks j{1, 2,..., }n terdapat suatu indeks i j( ) {1, 2,..., } m sedemikian sehingga Ai j( ),jxˆj bi j( ). Akibatnya I tidak kosong, karena ˆx bukan merupakan penyelesaian sistem A x b, maka terdapat suatu indeks i, sehingga
ˆ
( )
i i
i
maks b Ax . Akibatnya himpunan J juga tidak kosong. Sementara himpunan K dapat kosong atau tidak kosong.
Teorema 2.6 (Rudhito, 2005 :163)
Setiap x yang memenuhi xm xˆ berlaku (A x) m(Axˆ), yang berakibat i ( ˆ)i i maks b Ax i ( ˆ)i i maks b A x untuk setiap xm xˆ.
Dengan memperhatikan Teorema 2.5 diperoleh bahwa untuk sebarang
max
a berlaku (A xˆ) a A (xˆ a). Jika a0, maka ˆx m
ˆ (xa) yang berakibat i ( ˆ)i i maks b Ax i ( ˆ)i i maks b A x untuk
suatu skalar positif a0max.
Didefinisikan bx a( ) : xˆ a dengan amax,a0,
ˆ
( ( )) (( ) )
i i i
, ( ( )) , , i i i a jika i I b A x a a jika i J a jika i K
I dan J tidak kosong dan 0 i 1untuk semua iK, maka 0 ( ) max i ( ( ))i max( , ) i a b A x a b A x a a a yang mempunyai
nilai minimum untuk
2
a . Diperoleh # ( ) ˆ
2 2
x x x merupakan
vektor yang meminimumkan b A x dan diperoleh
# b A x max , 2 2 2 .
Ditunjukkan bahwa tidak ada vektor x yang memenuhi
2
b A x . Misalkan terdapat vektor n
x sedemikian sehingga
2
b A x ……… (1)
Didefinisikan x xˆ maka A x A (xˆ ). ˆx merupakan subpenyelesaian terbesar sistemA x b maka menurut Akibat 2.4 untuk setiap j{1, 2,...., }n maka terdapat suatu indeks i(j) sedemikian sehingga Ai j( ),jxˆj bi j( ). ( ) ( ), ˆ ( ), ˆ ( )i j max( i j j j j) i j j j j j Ax A x A x , maka diperoleh ( )
(Ax)i j bj j. Karena ketaksamaan (1) maka
2
j
(2) untuk
ˆx merupakan subpenyelesaian terbesar sistem A x b maka terdapat suatu indeks i{1, 2,...., }m sedemikian sehingga
ˆ ( ) i i b Ax ataubi (Axˆ)i.(Axˆ)i Ai1 xˆ1 Ai2 xˆ2... ˆ m m A x max(Ai1 x Aˆ ,1 i2 xˆ2,...,Amxˆm), maka Aij xˆj bi untuk setiap j{1, 2,...., }n . Akibatnya(Ax)i max( ij ˆj j) j A x max(j bi j) max i j j
b . Ketaksamaan (2), maka max
2 i j i j b b 2 i b
. Jadi, terdapat suatu indeks i{1, 2,...., }m sedemikian, sehingga
( ) 2 i i Ax b ( ) 2 i i
atau b Ax . Hal ini berakibat bahwa
( )
b Ax , 2
yang bertentangan dengan bahwa ( ) . 2 b Ax
E. Sistem Event Diskret (SED) dan Aljabar Max-Plus
Menurut Necoara et.al. (2008: 1), SED merupakan suatu keadaan sistem pasti bergantung dengan waktu yakni setiap waktu bertambah, maka keadaan sistem dipastikan berubah pula. Sistem yang demikian ini disebut dengan sistem terkendali waktu (time-driven system). Selain sistem tersebut, sering dijumpai pula suatu sistem yang berkembang berdasarkan kemunculan kejadiannya. Transisi keadaan merupakan hasil dari kejadian lain yang selaras (kejadian-kejadian yang bertindak sebagai kejadian input bagi transisi keadaan yang bersangkutan). Dengan kata
lain, perubahan keadaan merupakan hasil dari kejadian sebelumnya. Sistem seperti ini disebut dengan sistem terkendali kejadian (event-driven system).
Aljabar Max-Plus dapat digunakan untuk menggambarkan secara linear dinamika waktu dari suatu sistem nonlinear dalam aljabar konvensional, sehingga pembahasan menjadi lebih mudah. Pendekatan Aljabar Max-Plus berguna untuk menentukan dan menganalisa berbagai sifat sistem, tetapi pendekatan hanya bisa diterapkan pada sebagian klas SED. Sub klas ini adalah sub klas dari waktu invarian SED deterministik.
Tujuan utama dari jenis sistem event diskret dapat dijabarkan menggunakan model Sistem linear Max-Plus waktu invariant sebagai berikut:
( 1) ( ) ( )
x k A x k B u k ……….(1)
( ) ( )
y k C x k ……….(2)
Diperhatikan suatu sistem produksi sederhana yang disajikan dalam Gambar 1 berikut:
Gambar 1. Contoh Sistem Produksi Sederhana (Schutter, 1996 : 5)
P1 P2 P3 d1 = 5 t5 = 0 d3 = 3 u(k) y(k) t2 = 0 t1 = 2 t3 = 1 d2 = 6 t4 = 0
Sistem ini terdiri dari 3 unit pemrosesan P1, P2, P3 . Bahan baku
dimasukkan ke P1 dan P2, diproses dan dikirimkan ke P3. Waktu
pemrosesan untuk P1, P2 dan P3 berturut-turut adalah d1 = 5, d2 = 6 dan
d3 = 3 satuan waktu. Diasumsikan bahwa bahan baku memerlukan t1 = 2
satuan waktu untuk dapat masuk dari input ke P1 dan memerlukan t3 = 1
satuan waktu dari produk yang telah diselesaikan di P1 untuk sampai di
P3, sedangkan waktu transportasi yang lain diabaikan. Pada input sistem
dan antara unit pemrosesan terdapat penyangga (buffer), yang berturut-turut disebut buffer input dan buffer internal, dengan kapasitas yang cukup besar untuk menjamin tidak ada penyangga yang meluap (overflow). Suatu unit pemrosesan hanya dapat mulai bekerja untuk suatu produk baru jika ia telah menyelesaikan pemrosesan produk sebelumnya. Diasumsikan bahwa setiap unit pemrosesan mulai bekerja segera setelah bahan tersedia. Didefinisikan (Rudhito, 2003):
i) u(k+1) : waktu saat bahan baku dimasukkan ke sistem untuk pemrosesan ke-(k+1),
ii) xi(k) : waktu saat unit pemrosesan ke-i mulai bekerja untuk
pemrosesan ke-k,
iii) y(k) : waktu saat produk ke-k yang diselesaikan meninggalkan sistem.
Waktu saat P1 mulai bekerja untuk pemrosesan ke-(k+1) dapat
ditentukan sebagai berikut. Jika bahan mentah dimasukkan ke sistem untuk pemrosesan ke-(k+1), maka bahan mentah ini tersedia pada input
unit pemrosesan P1 pada waktu t = u(k+1) + 2. P1 hanya dapat mulai
bekerja pada sejumlah bahan baku baru segera setelah menyelesaikan pemrosesan sebelumnya, yaitu sejumlah bahan baku untuk pemrosesan ke-k. Waktu pemrosesan pada P1 adalah d1 = 5 satuan waktu, maka
produk setengah jadi ke-k akan meninggalkan P1 pada saat t = x1(k) + 5.
Hal ini dapat dituliskan dengan:
x1(k+1) = max (u(k+1) + 2, x1(k) + 5) untuk k = 1, 2, 3, ... .
Dengan alasan yang sama untuk P2, P3 dan waktu saat produk ke-k yang
diselesaikan meninggalkan sistem, diperoleh: x2(k+1) = max (u(k+1) + 0, x2(k) + 6)
x3(k+1) = max (x1(k+1) + 5 + 1, x2(k+1) + 6 + 0, x3(k) + 3)
= max (max (u(k+1) + 2, x1(k) + 5) + 6, max (u(k+1) + 0, x2(k)
+ 6) + 6, x3(k) + 3)
= max (u(k+1) + 2 + 6, x1(k+1) + 5 + 6, u(k+1) + 0 + 6, x2(k) + 6 + 6, x3(k) + 3)
= max ( x1(k) + 11, x2(k) + 12, x3(k) + 3, u(k+1) + 8) y(k) = x3(k) + 3 + 0 untuk k = 1, 2, 3, ... .
Menggunakan operasi Aljabar Max-Plus, persamaan-persamaan dalam model sistem produksi sederhana di atas dapat dituliskan sebagai berikut:
x1(k+1) = 5 x1(k) 2 u(k+1)
x3(k+1) = 11 x1(k) 12 x2(k) 3 x3(k) 8 u(k+1)
y(k) = 3 x3(k) .
Jika dituliskan dalam persamaan matriks dalam Aljabar Max-Plus, persamaan-persamaan di atas menjadi
x(k+1) = 3 12 11 6 5 x(k) 8 0 2 u(k+1)
y(k) =
3
x(k) untuk k = 1, 2, 3, ... , dengan x(k) = [x1(k),x2(k), x3(k)] T. Hasil di atas dapat juga dituliskan dengan:
x(k+1) = A x(k) B u(k+1) y(k) = C x(k)
untuk k = 1, 2, 3, ... , dengan x(k) = [x1(k), x2(k), x3(k)] T 3max, keadaan
awal x(0) = x0 , A = 3 12 11 6 5 3 3 max , B = 8 0 2 3 1 max dan C =
3
. 1 3maxSistem Event Diskret (SED) yang dibahas mempunyai waktu aktifitas dan barisan kejadian yang deterministik telah dilustrasikan pada contoh diatas. Matriks dalam persamaan sistemnya merupakan matriks konstan, yaitu tidak tergantung pada parameter k, sehingga sistemnya merupakan sistem waktu invariant. Sistem seperti dalam contoh di atas merupakan suatu contoh Sistem Linear Max-Plus Waktu Invariant seperti yang diberikan dalam definisi berikut.
Sistem Event Diskret waktu invariant dapat dianalisis menggunakan beberapa teknik Aljabar Max-Plus yang diilustrasikan antara lain pada sistem produksi. Ada 5 jenis Sistem Event Diskret (SED) pada sistem produksi , diasumsikan bahwa ui(k), xi(k) dan yi(k) diketahui
(Schutter, 1996: 8-11 ) yakni sebagai berikut: Jenis 1: Seri
Ada 2 unit pemroses P1 dan P2 yang dihubungkan secara seri. Di
antara P1 dan P2 ada penyangga dengan kapasitas terbatas N1.
Gambar 2. Sistem Produksi Seri
Output penyangga dari pemroses unit P1 mempunyai kapasitas
dari sebagian N1, P1 hanya dapat memulai proses ke-(k + 1) jika proses
(k-N1) telah meninggalkan output penyangga dari P1, kemudian unit P2
memulai proses ke-(k-N1).
Maka dari itu diperoleh:
1 1 1 2 1 1 2 2 1 1 2 2 ( 1) max( ( ), ( ) , ( )) ( 1) max( ( ) , ( 1) ) ( ) ( ) x k u k x k d x k N x k x k d x k d y k x k d Jenis 2: Assembly
Berikut merupakan keadaan dimana satu unit pemroses (Pn+1)
assembles yang berhubungan yang berasal dari unit-unit proses lainnya (P1, P2,…….. Pn ). N1 u(k) x1(k) d1 P1 P2 x2(k) d2 y(k)
1
( 1) max( ( ) , ( ), ( ))
i i i i n i
x k x k d u k x kN untuk i = 1, 2, 3, …. n
Gambar 3. Sistem Produksi Assembly
1 1 1 2 2 1 1 1 1 ( 1) max( ( 1) , ( 1) ..., ( 1) , ( 1) ) ( ) ( ) n n n n n n n x k x k d x k d x k d x k d y k x k d Jenis 3: Splitting
Sistem ini salah satu unit pemroses (P0) yang didistribusikan ke
unit pemroses lainnya (P1, P2,…., Pn). Keadaan tersebut ditunjukkan
sebagai berikut: 0 0 0 1 1 2 2 0 0 ( 1) max( ( ) , ( ), ( )..., ( )) ( 1) max( ( ) , ( 1) ) 1, 2,..., ( ) ( ) 1, 2,..., n n i i i i i x k x k d x k N x k N x k N x k x k d x k d untuk i n y k x k d untuk i n x2(k) N2 N1 Nn xn+1(k) dn+1 y(k) Pn+1 d2 d1 dn x3(k) x2(k) x1(k) u1(k) u2(k) u3(k) P1 P2 Pn
N2 Nn
u(k) x0(k) d0 P0 x1(k) N1 xn(k) dn Pn d2 P2 d1 P1 yn(k) y2(k) y1(k)Jenis 4: Paralel
Diasumsikan bahwa terdapat suatu sistem dengan 3 unit pemroses (P0, P1 dan P2) dengan mengikuti aturan
(i) Bagian yang diberi angka ganjil meninggalkan unit pemroses P0
kemudian melanjutkan ke unit pemroses P1
(ii) Bagian yang diberi angka genap meninggalkan unit pemroses P0
kemudian melanjutkan ke unit pemroses P2
Diketahui sistem yang digambarkan berikut ini:
(i) uo(k): waktu dimana bagian 2k-1 telah masuk ke dalam sistem (ii) ue(k): waktu dimana bagian 2k telah masuk ke dalam sistem (iii) x0o(k): waktu dimana bagian 2k–1 masuk ke unit pemroses P0
(iv) x (k): waktu dimana bagian 2k masuk ke unit pemroses P0e 0
Gambar 5. Sistem Produksi Paralel Sistem tersebut dapat dideskripsikan dengan
u0(k) x k00( ) d0 d1 ue(k) P0 N1 N2 x1(k) x2(k) d2 P1 P2 y1(k) y2(k) 0( ) e x k Bagian 1, 3,5,…. Bagian 2,4,6,….
0 0 0 1 1 0 0 0 0 2 2 0 1 1 1 0 0 1 2 2 0 0 1 1 1 2 2 2 ( 1) max( ( ) , ( 1), ( )) ( 1) max( ( 1) , ( 1), ( )) ( 1) max( ( ) , ( 1) ) ( 1) max(( ( ) , ( 1) ) ( ) ( ) ( ) ( ) o e o e e e x k x k d u k x k N x k x k d u k x k N x k x k d x k d x k x k d x k d y k x k d y k x k d
Dengan catatan bahwa
0( ) (2 2) 0( ) (2 1) 0
o e
u k u k dan u k u k untuk semua k
Jenis 5: Produksi Fleksibel dengan beberapa aktivitas
Diketahui bahwa sebuah sistem dengan 3 unit pemroses (P1, P3,
P4) pada dua jenis bagian (T1 dan T2) yang akan di produksi. Terdapat 4
aktivitas yang berbeda. T1 bagian yang pertama diproses pada unit P1
(aktivitas 1) dan kemudian dilakukan proses unit T3 (aktivitas 3). T2
pertama kali bagian yang diproses pada unit P1 (aktivitas 2) dan kemudian
dilakukan proses pada P4 (aktivitas 4). Sederetan proses pada P1 adalah P1,
P2, P1, P2……Waktu proses untuk aktivitas ke i adalah di.
Jika diketahui:
Gambar 6. Sistem Produksi Fleksibel dengan beberapa aktivitas x1(k) x2(k) u1(k) u2(k) T2 T1 T1 T2 P1 d1 d2 x3(k) x4(k) d3 N3 N4 d4 P3 P4 y1(k) y2(k)
(i) ui(k): waktu dimana material untuk T, dimasukkan ke sistem sampai
ke (k+1)
(ii) xi(k): waktu dimana aktivitas ke-i dimulai sampai ke-k
(iii) yi(k): waktu dimana produk diselesaikan untuk T, dan
meninggalkan sistem. Sehingga diperoleh: 1 2 2 1 3 3 2 1 1 2 4 4 3 3 3 1 1 4 4 4 2 2 1 3 3 2 4 4 ( 1) max( ( ) , ( ), ( )) ( 1) max( ( 1) , ( ), ( )) ( 1) max( ( ) , ( 1) ) ( 1) max( ( ) , ( 1) ) ( ) ( ) ( ) ( ) x k x k d u k x k N x k x k d u k x k N x k x k d x k d x k x k d x k d y k x k d y k x k d
Jika diketahui sistem yang terdiri dari sebuah kombinasi atas subsistem dari jenis 1 sampai dengan 5 dan dengan aktivitas yang ditentukan. Kemudian dari sistem tersebut dapat dideskripsikan secara umum dengan bentuk model:
0 1 ( 1) ( 1) ( ) ... ( ) ( ) ...(5.1) ( ) ( ) ...(5.2) q x k A x k A x k A x k q B u k y k C x k
Setelah itu subtitusi x(k+1) pada ruas kanan (1) dan mengembalikan x(k+1) yang tidak muncul (yang selalu terjadi jika sistem tidak memuat loop).
F. Sistem Linear Max-Plus Waktu Invariant Definisi 2.11 (Schutter, 1996 : 156)
Sistem Linear Max-Plus Waktu Invariant adalah SED (Sistem Event Diskret) yang dapat dinyatakan dengan persamaan berikut:
x(k+1) = A x(k) B u(k+1)……..(2.11.1) y(k) = C x(k)……….………...(2.11.2) untuk k = 1, 2, 3, ... , dengan kondisi awal x(0) = x0, A max
n n , B maxn m , dan C max l n . Vektor x(k) maxn
menyatakan keadaan (state),
u(k) maxm
adalah vektor input, dan y(k) maxl
adalah vektor output
sistem saat waktu ke-k.
SLMI seperti dalam definisi di atas secara singkat akan dituliskan dengan SLMI (A, B, C) dan dituliskan dengan SLMI (A, B, C, x0), jika
kondisi awal x(0) = x0 diberikan. SLMI dengan satu input dan satu output
akan disebut SLMI satu input satu output (SISO). Sedangkan SLMI dengan lebih dari satu input dan lebih dari satu output akan disebut SLMI multi input multi output (MIMO).
Analisis Input-Output Sistem Linear Max-Plus Waktu-Invariant Subbab ini akan membahas analisis dan beberapa masalah input-output SLMI. Jika kondisi awal dan suatu barisan input diberikan untuk suatu SLMI (A, B, C, x0 ), maka secara rekursif dapat ditentukan suatu
Diperhatikan sistem produksi sederhana (gambar 1), misalkan kondisi awal sistem x(0) = [0, 1, ]T yang berarti unit pemrosesan P1 dan
P2 berturut-turut memulai aktifitasnya saat waktu 0 dan 1 sementara unit
pemrosesan P3 masih kosong dan harus menunggu datangnya input dari
P1 dan P2 . Bahan mentah dimasukkan sistem saat waktu 0, 9, 12, 24 dan
seterusnya yang berarti diberikan barisan input u(1) = 0, u(2) = 9, u(3) = 12, u(4) = 24, dan seterusnya, dengan u(k) u(k+1) untuk setiap k = 1, 2, 3, .... Secara rekursif dapat ditentukan barisan vektor keadaan berikut
x(1) = A x(0) B u(1) = 3 12 11 6 5 1 0 8 0 2 0 = 13 7 5 8 0 2 = 13 7 5 x(2) = A x(1) B u(2) = 19 13 10 17 9 11 = 19 13 11 , x(3) = A x(2) B u(3) = 25 19 16 20 12 14 = 25 19 16 , x(4) = A x(3) B u(4) = 31 25 21 32 24 26 = 32 25 26 , dan seterusnya .
Kemudian diperoleh barisan output sistem sebagai berikut dengan menggunakan y(k) = x3(k) + 3 :
y(1) = 16, y(2) = 22, y(3) = 28, y(4) = 35, dan seterusnya yang berarti produk akan dapat diambil saat waktu 16, 22, 28, 35 dan seterusnya.. Teorema 2.7 (Input-Output SLMI (A, B, C, x0 )) (Schutter, 1996 : 161)
Diberikan suatu bilangan bulat positip p. Jika vektor output y = [y(1), y(2), ... , y(p)]T dan vektor input u = [u(1), u(2), ... , u(p)]T pada SLMI (A, B, C, x0 ) , maka
y = K x0 H u dengan K = p A C A C A C 2 dan 1 2 p p C B C A B C B H C A B C A B C B . Bukti:
Jika diberikan kondisi awal x(0) = x0 dan barisan input
u(k) k0,dengan induksi matematik akan dibuktikan berlaku x(k) = (Ak x(0) ) (
k
i 1
( Aki B u(i) ) untuk k = 1, 2, 3, ...(2.7.1)
Diperhatikan bahwa x(1) = A x(0)B u(1) = A x(0)A0Bu(1)
= (A1 x(0) ) (
1 1 i ( A1i B u(i) ).Jadi, (2.7.1) benar untuk k = 1. Misalkan benar untuk k = n yaitu x(n)=(An x(0))(
n
i 1
maka x(n +1) = A x(n) B u(n +1) = A ((An x(0)) (
n i 1 (Ani B u(i)))B u(n+1) = ((An1 x(0))(
n i 1 (A(n1)i B u(i)))B u(n +1) = ((An1 x(0))(
1 1 n i (A(n1)i B u(i)))Bu(n+1).Jadi, (2.7.1) benar untuk k = n +1. Akibatnya diperoleh y(k) = (CAk x(0)) (
k i 1 C Aki B u(i)……….(2.7.2) untuk k = 1, 2, 3, ... .Diberikan suatu bilangan bulat positip p. Jika didefinisikan y = [y(1), y(2), ... , y(p)]T dan u = [u(1), u(2), ... , y(p)]T maka dari persamaan (2.7.2) diperoleh: y(1) = C A x(0) C B u(1) y(2) = C 2 A x(0) C A B u(1) C B u(2) y(p) = C p A x(0) C Ap1B u(1) C Ap2B u(2) … C B u(p).
) ( (2) (1) p y y y = p A C A C A C 2 x(0) B C A B C B A C B C B A C B C p p 2 1 ) ( (2) (1) p u u u atau y = K x(0) H u ……….(2.7.3) dengan K = p A C A C A C 2 dan H = B C A B C B A C B C B A C B C p p 2 1
Dalam sistem produksi, Teorema 2.7 berarti bahwa jika diketahui kondisi awal sistem dan barisan waktu saat bahan mentah dimasukkan ke sistem, maka dapat ditentukan barisan waktu saat produk selesai diproses dan meninggalkan sistem.
Contoh 2.13:
Diperhatikan sistem produksi sederhana dalam Gambar 1. Didefinisikan y = [y(1), y(2), y(3), y(4)]T. Jika diberikan x(0) = [0, 1, ]T dan u = [0, 9, 12, 24 ]T, maka diperoleh y = K x(0) H u dengan
K = 15 33 29 12 27 24 9 21 19 6 15 14 dan H = 11 16 21 27 11 16 21 11 16 11 . Diperhatikan bahwa y = K x(0) H u = 33 28 22 16 35 25 20 11 = 35 28 22 16 .