• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Tujuan dari pembangunan nasional adalah terciptanya suatu masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Pasar modal mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan nasional sebagai salah satu sumber pembiayaan bagi dunia usaha dan wahana investasi bagi masyarakat. Pasar Modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Sedangkan Bursa Efek adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek diantara mereka. (Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995)

Pasar modal atau Bursa Efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar Modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC. Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia ke I dan II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan sebagimanamestinya. Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah. (www.idx.co.id diakses pada 17 April 2015)

Salah satu pedoman bagi investor untuk melakukan investasi di pasar modal adalah adanya indeks. Indeks harga saham adalah indikator atau cerminan pergerakan harga saham. Saat ini Bursa Efek memiliki 11 jenis indeks, yang secara terus menerus disebarluaskan melalui media cetak maupun elektronik.

(2)

2

Salah satunya adalah Indeks Harga Saham Gabungan. Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG menggunakan semua perusahaan tercatat sebagai komponen perhitungan indeks. Agar IHSG dapat menggambarkan keadaan pasar yang wajar, Bursa Efek Indonesia berwenang mengeluarkan dan atau tidak memasukkan satu atau beberapa Perusahaan Tercatat dari perhitungan IHSG. Dasar pertimbangannya antara lain, jika jumlah saham Perusahaan Tercatat tersebut yang dimiliki oleh publik (free float) relatif kecil sementara kapitalisasi pasarnya cukup tinggi, sehingga perubahan harga saham Perusahaan Tercatat tersebut berpotensi mempengaruhi kewajaran pergerakan IHSG. IHSG adalah milik Bursa Efek Indonesia. Bursa Efek Indonesia tidak bertanggung jawab atas produk yang diterbitkan oleh pengguna yang mempergunakan IHSG sebagai acuan (benchmark). Bursa Efek Indonesia juga tidak bertanggung jawab dalam bentuk apapun atas keputusan investasi yang dilakukan oleh siapapun pihak yang menggunakan IHSG sebagai acuan (benchmark). (www.idx.co.id diakses pada 17 April 2015).

Berikut perkembangan IHSG dari April 2013 sampai dengan Oktober 2015:

Gambar 1.1

Grafik Perbandingan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Jakarta Islamic Indeks (JII), dan Indeks LQ45 Periode April 2013-Oktober 2015

(3)

3

Dapat dilihat bahwa perkembangan Indeks Harga Saham Gabungan mengalami peningkatan sebesar 7,94% dari April 2013 sampai dengan Oktober 2015. Demikian halnya juga dengan indeks saham lain seperti Jakarta Islamic Indeks sebesar 5,24% dan lebih tinggi lagi pada indeks LQ45 yaitu sebesar 10,5%.

Mengawali perdagangan di 2014 yang dibuka Wakil Presiden Budiono, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 20,31 poin atau 0,47 persen ke level 4.294,59. Indeks LQ45 pun naik 6,699 poin (0,94 persen) ke level 717,834. Penguatan IHSG ini seiring dengan kenaikan bursa global. Indeks Nikkei menguat 112,37 poin atau 0,69 persen ke 16.291,31. Indeks Hang Seng naik 65,60 poin atau 0,28 persen ke 23.371,99, dan indeks Straits Times naik 0,41 persen ke 3.180,55. Sebelumnya, pada penutupan perdagangan saham, IHSG berhasil ditutup menguat 61,19 poin atau 1,45 persen ke level 4.274. Meski ditutup menguat di zona hijau, penutupan IHSG pada 2013 masih lebih rendah 42 poin dibandingkan 2012 di level 4.316. (www.sinarharapan.co diakses pada tanggal 17 April 2015)

1.2 Latar Belakang Penelitian

Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi), ekuiti (saham), reksa dana, instrumen derivatif maupun instrumen lainnya. Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain (misalnya pemerintah), dan sebagai sarana bagi kegiatan berinvestasi. Dengan demikian, pasar modal memfasilitasi berbagai sarana dan prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan terkait lainnya. Instrumen keuangan yang diperdagangkan di pasar modal merupakan instrumen jangka panjang (jangka waktu lebih dari 1 tahun) seperti saham, obligasi, waran, right, reksa dana, dan berbagai instrumen derivatif seperti option, futures, dan lain-lain. Pasar Modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu pertama sebagai sarana bagi pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang diperoleh dari pasar modal dapat digunakan untuk pengembangan usaha,

(4)

4

ekspansi, penambahan modal kerja dan lain-lain. Kedua pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi pada instrument keuangan seperti saham, obligasi, reksa dana, dan lain-lain. Dengan demikian, masyarakat dapat menempatkan dana yang dimilikinya sesuai dengan karakteristik keuntungan dan risiko masing-masing instrument. (www.idx.co.id, diakses 19 Februari 2014).

Dana yang ditempatkan atau diinvestasikan tentu tidak di tanamkan begitu saja. Ada banyak pertimbangan yang dilakukan seorang investor sebelum menanamkan modalnya disebuah perusahaan. Pertimbangan yang dilakukan bisa berdasarkan analisis fundamental dan teknikal. Menurut Husnan (2005:349) analisis teknikal merupakan upaya untuk memperkirakan harga saham dengan mengamati perubahan harga saham .

Analisis fundamental erat kaitannya dengan perkembangan kondisi perusahaan baik secara manajerial maupun struktural, kondisi industri perusahaan, dan kondisi makro ekonomi negara dimana perusahaan tersebut berada. Ada banyak faktor yang dapat dijadikan analisis fundamental ketika membeli atau menanamkan modal pada sebuah perusahaan, diantaranya adalah likuiditas.

Konsep likuiditas memiliki sekurang-kurangnya empat dimensi (Larry Harris, 2003) yaitu (1) Immediacy, merupakan biaya melakukan transaksi dalam jumlah dan tingkat harga tertentu dengan segera. (2) Width, menunjukkan market spread atau selisih antara minat beli terbaik dan minat jual terbaik dalam jumlah tertentu. (3) Depth, mengungkapkan jumlah atau nilai transaksi yang dapat dilaksanakan pada tingkat harga tertentu. (4) Resiliency, menyatakan seberapa cepat harga dapat kembali pada tingkat yang semestinya apabila pada suatu saat terdapat arus order (order flow) yang tidak seimbang.

Dari beberapa pengertian diatas, dapat kita simpulkan likuiditas erat kaitannya dengan volume transaksi perdagangan saham. Volume transaksi perdagangan saham dipengaruhi oleh minat beli dan minat jual antara investor dan emiten yang digambarkan dalam bid-ask spread. Semakin kecil spread, maka sebuah perusahaan bisa dinyatakan likuid dan artinya ada banyak transaksi saham di perusahaan tersebut.

(5)

5

Perubahan fraksi harga dapat pula meningkatkan minat untuk berinvestasi pada suatu saham tertentu karena perubahan harga yang semakin kecil akan membuat pelaku pasar mengeluarkan modal yang lebih kecil untuk berinvestasi (Wu, Krehbiel dan Bronsen, 2011).

Fraksi harga menjadi salah satu yang dirubah pada bursa efek yang ada di dunia dengan tujuan untuk peningkatan likuiditas saham-saham yang ada pada bursa efek tersebut. Pada 7 Mei 1997, American Stock Exchange menjadi bursa efek pertama di Amerika yang mengganti fraksi harganya dari $1/8 menjadi $1/16. Kemudian pada tahun 2001, New York Exchange juga ikut melakukan perubahan fraksi harganya yang diikuti oleh Chicago Merchatile Exchange pada tahun 2006. Singapore Stock Exchange juga pernah mengurangi fraksi harga saham yang dijual pada saham dengan harga diatas$25, dari $0,5 menjadi $0,1 pada1994. Thailand Stock Exchange juga melakukan pengurangan fraksi harga sahamnya pada November 2001. Beberapa bursa lain di Asia seperti Hongkong Stock Exchange mengurangi fraksi harganya pada tahun 2005, Bursa Malaysia mengurangi fraksi harganya pada tahun 2009, dan Tokyo Stock Exchange pada awal Januari 2014. (Rosby, 2014)

Surat Keputusan Direksi PT. Bursa Efek Indonesia, Kep-00071/BEI/11-2013, perihal Perubahan Satuan Perdagangan dan Fraksi Harga yang diberlakukan pada tanggal 6 Januari 2014 lalu, banyak menimbulkan dampak positif dan negatif. Dampak positifnya modal yang dibutuhkan untuk membeli saham menjadi semakin kecil, dan lebih mudah dalam pengelolaan untuk manjemen uang dan risiko. Dampak negatifnya volume transaksi cenderung lebih ekstrem dan beban psikologi yang dialami trader. Disisi lain, dengan adanya perubahan lot size ini, diharapkan masyarakat banyak yang terdorong untuk berpartisipasi dalam bursa saham dan adanya diversifikasi saham.

Dijelaskan dalam Surat Keputusan tersebut bahwa besaran satuan perdagangan dan fraksi harga merupakan komponen struktur mikro pasar yang memiliki peranan penting dalam meningkatkan likuiditas saham, kapitalisasi pasar, dan meningkatkan daya saing bursa.

(6)

6

Terkait fraksi harga saham, Direktur Pengawasan Kepatuhan Anggota BEI, Samsul Hidayat, mengatakan, perubahan itu akan mendekatkan jarak antara penawaran dan permintaan (bid dan ask) dalam transaksi saham. Saat ini spread antara penawaran dan permintaan terlalu lebar sehingga banyak transaksi yang mengantri, dengan tick price baru akan lebih banyak transaksi yang match. Konsep ini juga dapat membuat turunnya suatu saham lebih pelan, dan naiknya bisa cepat (http://www.jurnalasia.com/ diakses pada tanggal 16 Maret 2015).

Poltak Hotradero, Head of Research BEI, mengatakan dari sekian banyak informasi dan saran untuk bursa Indonesia, salah satu persoalan utama BEI adalah kekurangan market depth. Contohnya, untuk saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) sebagai salah satu saham big cap paling dalam hanya senilai US$ 20 juta sampai US$ 22 juta per hari. Rendahnya kedalaman pasar Indonesia dipaparkan data dari World Federation of Exchanges pada Agustus 2013. Angka exchange velocity yang menghitung rasio nilai perdagangan dibagi dengan total kapitalisasi pasar (market cap) di BEI hanya 24,9% atau kurang dari seperempat total market cap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sekitar Rp 4.300 triliun. Artinya yang ditransaksikan itu hanya sekitar Rp 1.000 triliun saja. Angka tersebut jauh di bawah bursa Shenzen sebesar 356,8%, bursa Tokyo 176,9%, Shanghai 167,2%, Korea Selatan 134,3%, Thailand 82,9%, Taiwan 74,3%, dan Singapura 46,9%. ”Bursa Thailand itu market depth-nya US$ 2 miliar per hari,” ujar Poltak. Berdasarkan studi dan survei yang dilakukan BEI, lanjut Poltak, ada satu hal yang bisa dilakukan untuk tingkatkan exchange velocity yaitu mempersempit jarak antara penawaran dan permintaan (bid – ask) saham. Semakin dekat ask, likuiditas perdagangan akan meningkat. ”Memangkas bid-ask bisa kami lakukan dengan menurunkan tick price (fraksi harga saham). Kami paham memang di negara lain pun mulanya turunkan tick price ini dikira turunkan likuiditas. Tetapi ternyata tidak,” ujar Poltak. Dihitung berdasarkan statistik, formasi fraksi saat ini bisa menekan spread antara bid –ask sebesar 69,41 basis poin (bps) menjadi 29,2 bps. ”Kami belum bisa perkirakan dampaknya seberapa besar terhadap likuiditas nantinya sebab kondisi pasar berbeda-beda. Tapi dari studi dan pengalaman di beberapa bursa lain seperti di Singapura dan Thailand, mereka turunkan spread sebesar 30 persen dan imbasnya nilai perdagangan naik

(7)

7

40%,” imbuhnya. Ketika spread semakin tipis didukung pendeknya rentang fraksi harga saham, maka formasi harga semakin banyak pilihan, baik saat terjadi kenaikan maupun penurunan. Akhirnya antrian transaksi jauh berkurang. ”Misalnya saham harga Rp 205. Dengan fraksi yang berlaku saat ini tunggu naik jadi Rp 205, dan bisa naik lagi langsung ke Rp 210. Tapi dengan fraksi baru, dari Rp 200 ke Rp 205 itu tahapannya ada Rp 201, Rp 202, Rp 203, dan seterusnya. Investor bisa lebih disiplin dan manajemen risiko lebih baik,” ujar Samsul Hidayat, Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa. (http://www.ift.co.id/ diakses pada tanggal 16 Maret 2015).

Hasil penelitian tentang pengurangan tick size di pasar modal dunia memberikan kesimpulan bahwa kebijakan tersebut akan mengurangi bid ask spread seperti yang dilakukan oleh Bessembinder (2000) yang meneliti pada NASDAQ dan Goldstein dan Kavajecz (2000) yang meneliti perubahan fraksi harga Juni 1997 di New York Stock Exchange. Purwoto dan Tandelilin (2004) dan Ekaputra dan Ahmad (2007) dalam penelitiannya tentang pengurangan fraksi harga mengakibatkan menurunnya Relative Spread. Menurut Libert (2014), ketika spread menurun, depth meningkat, sedangkan volume tidak berbeda secara signifikan, maka dapat secara yakin dikatakan bahwa terjadi peningkatan likuiditas.

Namun menurut Goldstein dan Kavajecz (2000) yang meneliti pada perubahan fraksi harga New York Stock Exchange pada Juni 1997 menjelaskan bahwa terjadi penurunan market depth yang artinya juga terjadi penurunan likuiditas pada New York Stock Exchange. Demikian halnya Bacidore (1997) dalam Ekaputra dan Ahmad (2007) yang meneliti perubahan fraksi harga pada Toronto Exchange di bulan Maret 1997 yang juga mengalami penurunan market depth. Tidak sesuai dengan tujuan semulanya untuk meningkatkan likuiditas.

Berikut tabel perubahan fraksi harga di Bursa Efek Indonesia sebelum dan sesudah 6 Januari 2014:

(8)

8 Tabel 1.1

Kebijakan Fraksi Harga di Bursa Efek Indonesia Perubahan Fraksi Harga

Lama Baru Kelompok Harga Fraksi Jenjang Maks Kelompok Harga Fraksi Jenjang Maks <Rp200 Rp1 Rp10 <Rp500 Rp1 Rp20 Rp200-Rp500 Rp5 Rp50 Rp500-Rp2000 Rp10 Rp100 Rp500-Rp5000 Rp5 Rp100 Rp2000-Rp5000 Rp25 Rp250 >Rp5000 Rp50 Rp500 >Rp5000 Rp25 Rp500 Sumber : Data Sekunder diolah dari Surat Keputusan Direksi BEI

Kep-00071/BEI/11-2013

Berdasarkan kebijakan perubahan fraksi saham yang dilakukan oleh Bursa Efek Indonesia ini, penulis ingin meneliti pengaruh perubahan fraksi harga yang timbul terhadap likuiditas perusahaan di Indeks Harga Saham Gabungan dengan judul penelitian Analisis Pengaruh Perubahan Fraksi Harga Saham Terhadap Likuiditas Perusahaan pada Indeks Harga Saham Gabungan Periode Juli 2013-Juni 2014.

1.3 Perumusan Masalah

Berdasarkan fenomena diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

a. Apakah terdapat pengaruh signifikan Perubahan Fraksi Harga Saham terhadap Bid-Ask Spread pada likuiditas saham di IHSG Periode Juli 2013 – Juni 2014?

b. Apakah terdapat pengaruh signifikan Perubahan Fraksi Harga Saham terhadap Depth pada likuiditas saham di IHSG Periode Juli 2013 – Juni 2014?

(9)

9 1.4 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka tujuan dari penulisan penelitian ini adalah:

a. Mengetahui pengaruh Perubahan Fraksi Harga Saham terhadap Bid-Ask Spread pada likuiditas saham di IHSG Periode Juli 2013 – Juni 2014

b. Mengetahui pengaruh Perubahan Fraksi Harga Saham terhadap Depth pada likuiditas saham di IHSG Periode Juli 2013 – Juni 2014.

1.5 Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini adalah bahwa diharapkan penelitian ini dapat berguna pada pihak-pihak yang terkait dan pihak-pihak yang membutuhkan. Adapun kegunaan dari penelitian ini dilihat dari beberapa aspek diantaranya:

1. Aspek Teoritis

Dengan penelitian ini juga diharapkan penelitian ini dapat dijadikan acuan terhadap penelitian-penelitian selanjutnya dengan topik yang berhubungan. 2. Apek Praktis

1) Hasil ini bagi investor diharapkan akan menjadi acuan dan masukan dalam keputusan investasi berdasarkan analisis kinerja keuangan perusahaan.

2) Bagi perusahaan sebagai bahan penyeimbangan dalam perbaikan atau peningkatan kinerja keuangan serta menerapkan alat ukur kinerja keuangan perusahaan yang dapat mencerminkan nilai perusahaan.

1.6 Sistematika Penulisan

Penyusunan sistematika penulisan ini bertujuan untuk memberikan gambaran umum tentang penelitian yang dilakukan.

1. BAB I PENDAHULUAN

Bab I berisi tentang gambaran objek penelitian, latar belakang, masalah, perumusan masalah, tujuan dari penelitian kegunaan penelitian dan sistematika dari penulisan.

2. BAB II TINJAUAN PUSTAKAN DAN LINGKUP PENELITIAN

(10)

10

Bab II berisi tentang teori-teori yang mendukung penelitian ini, literatur yang digunakan, kerangka pemikiran dan ruang lingkup penelitian.

3. BAB III METODE PENELITIAN

Bab III berisi mengenai tahapan penelitian, jenis penelitian, oprasional variabel, skala pengukuran, jenis dan teknik pengumpulan data, teknik sampling dan analisis data yang digunakan dalam penelitian.

4. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab IV berisi mengenai hasil dan pembahasan dari berbagai aspek, analisis data dan pembahasan atas hasil pengolahan data. 5. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab V berisi mengenai kesimpulan dari hasil analisis penelitian yang telah dilakukan, saran yang diberikan pada perusahaan dan saran bagi penelitian selanjutnya.

Referensi

Dokumen terkait

dibantu perencana Comprehensive Planning Perencana dibantu aspirasi masyarakat Strategic Planning Stakeholders di- bantu perencana Participatory Planning Masyarakat

Persetujuan tertulis dibuat dalm bentuk pernyataan yang tertuang dalam formulir persetujuan tindakan kedokteran sebelum ditandatangani atau dibubuhkan cap ibu

Cooper, (1982:38) latihan aerobik adalah kerja tubuh yang memerlukan oksigen untuk kelangsungan proses metabolisme energi selama latihan. Sehingga latihan aerobik

Dalam melakukan perilaku menggosok gigi adalah dengan memecah langkah-langkah yang harus dilakukan dalam sebuah task analysis. Berikut ini merupakan task analysis

Terdapat implementasi pengelolaan fauna tetapi tidak mencakup kegiatan pengelolaan secara keseluruhan sesuai dengan ketentuan terhadap jenis-jenis yang

(2) Menjelaskan penerapan model kooperatif tipe Contextual Teaching and Learning Pada Tema 4 Berbagai Pekerjaan Muatan IPS dan Bahasa Indonesia untuk Meningkatkan Hasil Belajar

Nilai raw accelerometer yang dihasilkan dimana pada dasarnya memiliki (noise) difilter dengan menggunakan low-pass filter dan nilai raw gyroscope yang dihasilkan memiliki

Metode yang digunakan yaitu metode penelitian kuantitatif dan (one-shot) model yaitu model pendekatan yang menggunakan satu kali pengumpulan data dengan cara