• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PROPORSI TEPUNG TERIGU : PISANG TANDUK KUKUS DAN PENAMBAHAN TELUR TERHADAP KUALITAS CAKE.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PROPORSI TEPUNG TERIGU : PISANG TANDUK KUKUS DAN PENAMBAHAN TELUR TERHADAP KUALITAS CAKE."

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

KUKUS DAN PENAMBAHAN TELUR TERHADAP

KUALITAS

CAKE

HASIL PENELITIAN

Oleh

:

PRAPTI AKHIRININGSIH

NPM : 0533010001

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “ VETERAN “ JAWA TIMUR SURABAYA

(2)

DAFTAR ISI

F. Prosedur Penelitian ... 31

(3)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Analisa Bahan Baku ... 34

B. Analisa Produk Cake ... 34

1. Kadar Air ... 34

2. Kadar Protein ... 36

3. Kadar Lemak ... 38

4. Kadar Pati ... 40

5. Volume Pengembangan ... 42

6. Tekstur (Pnetrometer) ... 44

C. Uji Organoleptik ... 46

1. Uji Kesukaan Warna ... 46

2. Uji Kesukaan Aroma ... 48

3. Uji Kesukaan Rasa ... 50

4. Uji Kesukaan Tekstur ... 51

D. Analisa Keputusan ... 53

E. Analisa Finansial ... 54

1. Kapasitas Produksi ... 54

2. Biaya Produksi ... 55

3. Harga Pokok Produksi ... 55

4. Harga Jual Produksi ... 56

5. Break Even Point (BEP) ... 56

6. Net Present Value (NPV) ... 57

7. Payback Period (PP) ... 57

8. Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C) ... 58

9. Internal Rate of Return (IRR) ... 58

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 59 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(4)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Tabel I. Formula kue basah (Cake) ………... 5

2. Tabel 2. Daftar komposisi tepung terigu per 100 gram bahan ... 7

3. Tabel 3. Komposisi Zat Gizi Pisang per 100 gram bahan ... 9

4. Tabel 4. Komposisi Zat Gizi Pisang Tanduk per 100 gram bahan ... 9

5. Tabel 5. Komposisi kimia telur ayam ... 13

6. Tabel 6. Daftar komposisi gula per 100 gram bahan ... 14

7. Tabel 7. Hasil analisa bahan baku pisang tanduk ... 34

8. Tabel 8. Nilai rata-rata kadar air cake dengan perlakuan proporsi tepung terigu : pisang tanduk kukus ... 35

9. Tabel 9. Nilai rata-rata kadar air cake dari perlakuan penambahan telur ... 35

10. Tabel 10. Nilai rata-rata kadar protein cake dengan perlakuan proporsi tepung terigu : pisang tanduk dan penambahan telur ... 37

11. Tabel 11. Nilai rata-rata kadar lemak cake dari perlakuan proporsi tepung terigu : pisang tanduk kukus ... 38

12. Tabel 12. Nilai rata-rata kadar lemak cake dari perlakuan penambahan telur ... 39

13. Tabel 13. Nilai rata-rata kadar Pati dari perlakuan proporsi tepung terigu:pisang tanduk kukus ... 40

14. Tabel 14. Rerata volume pengembangan cake dari perlakuan proporsi pisang tanduk kukus dan penambahan telur ... 42

15. Tabel 15. Rerata tekstur cake dari perlakuan proporsi tepung terigu : pisang tanduk kukus ... 44

16. Tabel 16. Nilai rata-rata tekstur cake dari perlakuan penambahan telur ... 45

17. Tabel 17. Nilai rata-rata uji organoleptik warna cake pisang dari perlakuan proporsi tepung terigu:pisang tanduk kukus dan penambahan telur ... 46

18. Tabel 18. Nilai rata-rata uji organoleptik aroma cake pisang dari perlakuan proporsi tepung terigu:pisang tanduk kukus dan penambahan telur ... 49

19. Tabel 19. Nilai rata-rata uji organoleptik rasa cake pisang dari perlakuan proporsi tepung terigu:pisang tanduk kukus dan penambahan telur ... 50

(5)

20. Tabel 20. Nilai rata-rata uji organoleptik tekstur cake pisang dari perlakuan proporsi tepung terigu:pisang tanduk kukus dan

penambahan telur ... 52

21. Tabel 21. Analisa keputusan pada cake pisang dengan

penambahan telur ... 54

(6)

viii

DAFTAR GAMBAR

1. Gambar 1. Pisang ... 10 2. Gambar 2. Reaksi Kimia NaHCO3 ……… 17 3. Gambar 3. Diagram alir proses pembuatan Cake (Charley,1982) ...…….. 19 4. Gambar 4. Prosedur Pembuatan Cake ..………..………... 33 5. Gambar 5. Hubungan antara proporsi pisang tanduk kukus

dan penambahan telur terhadap kadar protein ……….. 37

6. Gambar 6. Hubungan antara proporsi pisang tanduk kukus dan

penambahan telur terhadap kadar pati ..……….…… 41

7. Gambar 7. Hubungan antara proporsi pisang tanduk dan

(7)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Prosedur Analisa ... 2. Lembar Kuisioner Organoleptik ... 3. Kadar Air ... 4. Kadar Protein ... 5. Kadar Lemak ... 6. Kadar Pati ... 7. Volume Pengembangan ... 8. Tekstur (Pnetrometer) ... 9. Organoleptik Warna ... 10.Organoleptik Aroma ... 11.Organoleptik Rasa ... 12.Organoleptik Tekstur ... 13.Asumsi yang digunakan ... 14.Analisa Finansial Produk Cake Pisang ... 15.Perhitungan Modal Perusahaan ... 16.Perkiraan Biaya Produksi Perusahaan Tiap Tahun ... 17.Perhitungan Keuntungan Produksi Cake Pisang ... 18.Perhitungan Payback Period dan Break Event Point Produksi

Cake Pisang ... 19.Laju Pengembalian Modal ... 20.Net Present Value (NPV) dan Gross Benefit ...

(8)

Prapti Akhiriningsih

0533010001

ABSTRACT

Pada penelitian ini dilakukan pembuatan Cake pisang dari tepung terigu dengan penambahan lumatan pisang kukus. Pisang yang digunakan adalah pisang tanduk karena pisang ini mengandung kadar pati yang tinggi, serat kasar dan Vitamin C.

Permasalahan yang dihadapi pada pembuatan cake dengan penambahan bahan non terigu yaitu lumatan pisang tanduk kukus akan menyebabkan penurunan volume pengembangan cake, oleh karena itu pembuatan cake perlu ditambahkan bahan pengembang yaitu telur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh proporsi tepung terigu : pisang tanduk kukus dan penambahan telur pada kualitas produk cake dan menentukan perlakuan terbaik yang menghasilkan cake dengan kualitas yang baik dan dapat diterima konsumen.

Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap pola factorial dengan dua faktor. Faktor I adalah proporsi tepung terigu : pisang tanduk kukus (90:10,80:20, dan 70:30) sedangkan Faktor II adalah penambahan telur (75,100,dan 125 g). Berdasarkan hasil penelitian, perlakuan terbaik adalah perlakuan proporsi tepung terigu:pisang tanduk kukus = 80:20 dengan penambahan telur 125 gr yang menghasilkan cake pisang dengan nilai ranking kesukaan warna 130, rasa 104, tekstur 73,5; aroma 81 dan mempunyai kadar air 21,4837%, kadar protein 6,902%, kadar lemak 27,518%, kadar pati 31,6964%, kekerasan 35,5 mm/gt.dt dan volume pengembangan 93,576%. Perhitungan analisa finansial industri pembuatan Cake menunjukkan nilai NPV sebesar Rp 112.693.097,-; PP selama 4,5 tahun ; nilai gross B/C = 1,0049 ; nilai BEP sebesar 24,62% dan nilai IRR 22,47% yang berarti layak didirikan.

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Cake merupakan produk kue yang mengandung lemak yang terbuat

dari bahan utama yaitu tepung, gula, telur dan lemak (Kirk-Othmer,1992).

Cake biasanya terbuat dari tepung terigu dengan penambahan beberapa

bahan pembantu lainnya. Namun demikian Cake tidak selalu berbahan

dasar tepung terigu, semakin berkembanganya cara pengolahan makanan

maka cake juga dapat dimodifikasi dengan penambahan-penambahan

bahan, rasa maupun aroma lain.

Cake pisang biasanya dibuat dari tepung terigu dengan

penambahan tepung pisang sebagai proporsinya (

www.citarasa-cake,2009). Pada penelitian ini dilakukan pembuatan cake dari tepung

terigu : lumatan pisang tanduk kukus. Pisang yang digunakan adalah

pisang jenis tanduk karena pisang ini mempunyai kandungan pati yang

tinggi dan pati resisten yang tinggi.

Pisang tanduk adalah pisang jenis Plantain yaitu pisang yang

rasanya enak setelah mengalami proses pengolahan. Pisang tanduk

mengandung kadar pati, serat kasar, vitamin C dan pati resisten yang

tinggi. Buah pisang mengandung pati cukup tinggi yaitu 28 – 29 %

sehingga dapat diolah menjadi produk cake.

Permasalahan yang dihadapi pada pembuatan cake dengan

penambahan bahan non terigu yaitu lumatan pisang tanduk kukus akan

(10)

akan berpengaruh pada volume pengembangan cake, oleh karena itu

pembuatan cake perlu ditambahkan bahan pengembang yaitu telur.

Telur merupakan sumber protein yang penting bagi asam lemak tak

jenuh khususnya asam oleat, besi, fosfat, mineral mikro, vitamin A, B, E,

K dan B12 (Winarno,1993). Fungsi telur pada pembuatan cake adalah

dimaksudkan untuk menambah volume pengembangan, memberi warna,

memberi kelembapan, memberi tekstur yang lebih lembut dan juga

menambah kelezatan.

Cara pembuatan cake meliputi pembuatan adonan, pencetakan dan

pemanggangan (Anonim,2002). Dalam pembuatan adonan bahan-bahan

dicampur dan diaduk, tujuannya untuk menyeragamkan semua bahan

menjadi satu massa.

Hasil penelitian Langgeng (2007) menunjukkan, kombinasi

perlakuan terbaik adalah proporsi tepung beras : tepung kedelai (90:10)

dan penambahan telur (100gr) yang menghasilkan cake dengan kualitas

terbaik.

B. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengaruh proporsi tepung terigu : pisang tanduk

kukus dan penambahan telur pada kualitas produk cake yang

dihasilkan.

2. Untuk menentukan perlakuan terbaik antara proporsi tepung terigu :

pisang tanduk kukus dan penambahan teluryang mrnghasilkan cake

(11)

C. Manfaat

1. Penganekaragaman produk makanan dari pisang.

(12)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Cake

Cake merupakan produk kue yang mengandung lemak dan terbuat

dari bahan utama yaitu tepung, gula, telur, dan lemak (Kirk-Othmer,1992).

Bahan-bahan tersebut dicampur melalui proses pengocokan (mixing)

sehingga terbentuk suatu adonan. Selama pengocokan, udara akan

terperangkap dalam adonan sehingga pada waktu dipanggang akan terjadi

pengembangan volume adonan sehingga terbentuk suatu produk yang

memiliki pori-pori kecil dan relatif seragam, tidak memiliki sifat renyah

serta kadar air tinggi (Charley,1992).

Secara garis besar bahan-bahan untuk pembuatan cake dibedakan

berdasarkan fungsinya sebagai berikut :

 Pengeras : Bahan bersifat mengeraskan, memperbaiki struktur

cake. Bahan-bahan tersebut misalnya : tepung dan

putih telur.

 Pengempuk : Bahan yang bersifat mengempukkan cake

misalnya margarin, mentega, kuning telur dan

bahan lain yang mengandung lemak.

 Pelembab : Bahan bersifat memberikan cairan dan

mempertahankan kualitas cake, misalnya

(13)

 Penambah rasa: Bahan bersifat memberikan rasa, misalnya coklat,

mentega, telur dan bahan-bahan lainnya.

Pada umumnya untuk menghasilkan cake yang bermutu baik

diperlukan adanya keseimbangan diantara bahan-bahan yang digunakan.

Dalam membuat kesimbangan bahan dalam resep perlu diperhatikan

keseimbangan antara bahan pengeras dan bahan pengempuk, bahan

pengering dan bahan pelembab sehingga dihasilkan cake yang empuk dan

halus (www.citarasa-cake,2009)

Menurut Meyer (1973), cake yang bermutu baik adalah cake yang

memiliki permukaan datar pada bagian atas, dengan pori-pori kecil dan

seregam, dinding pori-pori tipis, empuk, lembut dan sedikit lembab serta

memiliki flavor yang enak.

Bahan cair yang diperlukan untuk melarutkan gula dan

bahan-bahan terlarut lainnya. Apabila bahan-bahan cair yang terlalu sedikit dalam

adonan akan mengakibatkan cake terlalu kering serta kasar dan begitu pula

sebaliknya, jika terlalu banyak cairan maka adonan tidak dapat

mengembang selama proses pemanggangan. Formula pembuatan cake

dapat dilihat pada Tabel I.

Tabel I. Formula kue basah (Cake)

Bahan Formula

(14)

B. Bahan Pembuatan Cake

1. Tepung Terigu

Tepung terigu merupkan tepung yang dihasilkan dari penggilingan

biji gandum (Tritium vulgane). Tepung terigu sangat dibutuhkan dalam

pembuatan roti karena mengandung protein gluten. Protein dalam tepung

terigu merupakan komponen yang penting dalam pembentukan adonan.

Tepung terigu dapat membentuk adonan yang liat dan dapat menahan

gas-gas selama fermentasi dan pemanggangan sehingga dihasilkan cake yang

mengembang dan ringan. Gluten sebagian besar terdiri dari protein

(75%-80%), Gluten terbentuk dari gliadin dan glurenin yang mempunyai sifat

lentur dan dapat direnggangkan (Utami, 1992).

Tepung terigu berfungsi sebagai jaringan/ kerangka sebagai akibat

terbentuknya gelembung-gelembung udara hasil pengocokan yang diikat

oleh telur. Tepung terigu yang digunakan untuk pembuatan cake/ bolu

diharapkan yang berprotein rendah sampai sedang (8% – 10%). Bila

membuat cake dengan volume yang tinggi dan besar kita menggunakan

tepung yang berprotein 10 – 11%. Tetapi berakibat tekstur cake/bolu akan

besar dan kasar. Untuk mengatasi hal tersebut digunakan tepung maizena

sebagai bahan tambahan pembantu biasanya perbandingannya 70 : 30

(www.citarasa-cake,2009)

Menurut Anonymous (2009), berdasarkan kandungan proteinnya,

(15)

a. Protein tinggi (Hard flour)

Mempunyai kandungan protein 11-13%. Digunakan untuk produk

roti tawar, roti manis dan adonan pastry. Lebih dikenal dengan merk

b. Protein sedang (Medium flour)

Kandungan protein 9-10%. Lebih cocok digunakan untuk mie,

cake dan pastry. Di pasaran lebih dikenal dengan merk dagang Gunung

Bromo.

c. Protein rendah (Soft flour)

Kandungan protein 7-9% dengan merk dagang Roda Biru. Tepung

jenis ini lebih cocok digunakan untuk biscuit, cake dan crackers.

Komposisi kimiawi tepung terigu dapat dilihat pada Tabel 2

Tabel 2. Daftar komposisi tepung terigu per 100 gram bahan.

No Komposisi Kadar

1. Sumber : Samuel A Matz (1992).

2. Pisang Tanduk

Pisang tanduk berasal dari Sukabumi, Jawa Barat. Keistimeaan

pisang ini ialah bentuk buahnya yang besar panjang dan melengkung

seperti tanduk. Panjangnya dapat mencapai 35 cm. Pisang ini tidak seperti

(16)

menghasilkan tiga sisir, rata-rata tiap sisirnya terdiri dari 10 buah. Berat

per buah mencapai sekitar 300 g. Kulit buah tebal berwarna kuning

kemerahan berbintik cokelat. Daging buah berwarna merah kekuningan,

rasanya manis sedikit asam, dan aromanya kuat (sentra informasi

IPTEK,2009).

Tanaman pisang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat luas untuk

berbagai macam keperluan hidup. Produk utama dari tanaman pisang

adalah buahnya, selain sebagai buah segar buah pisang dapat pula

dimanfaatkan sebagai aneka makanan olahan (Rismunandar, 1986). Pisang

termasuk buah yang mudah rusak (perishable), oleh karena itu banyak

dilakukan proses pengolahan pisang untuk tujuan tertentu, misalnya

meningkatkan nilai ekonominya, meningkatkan rasa dan memperpanjang

umur simpannya. Pengolahan pisang secara tradisional antara lain dengan

cara direbus, dikukus, digoreng atau dibuat ceriping (Anonim,2007).

Berdasarkan cara konsumsi, pisang dikelompokkan dalam 2

golongan, yaitu Banana dan Plantain. Banana adalah pisang yang sering

dikonsumsi dalam bentuk segar setelah buah matang, contohnya pisang

Ambon, Susu, Raja, Seribu dan Sunripe. Plantain adalah pisang yang

dikonsumsi setelah digoreng, direbus, dibakar atau dikukus seperti pisang

Kepok, Siam, Kapas, Tanduk dan Uli (Anonim,2007).

Pisang mempunyai kandungan gizi sangat baik, antara lain

menyediakan energi cukup tinggi dibandingkan dengan buah-buahan lain.

Pisang kaya mineral seperti kalium, magnesium, fosfor, besi dan kalsium.

(17)

yang aktif sebagai neurotransmitter dalam kelancaran fungsi otak

(Anonim,2006).

Kandungan energi pisang merupakan energi instan, yang mudah

tersedia dalam waktu singkat, sehingga bermanfaat dalam menyediakan

kebutuhan kalori sesaat. Karbohidrat pisang merupakan karbohidrat

kompleks tingkat sedang dan tersedia secara bertahap, sehingga dapat

menyediakan energi dalam waktu tidak terlalu cepat. Karbohidrat pisang

merupakan cadangan energi yang sangat baik digunakan dan dapat secara

cepat tersedia bagi tubuh (Anonim, 2009). Komposisi kimia zat gizi pisang

per 100 gram dapat dilihat pada tabel 3 dan komposisi kimia zat gizi

pisang tanduk per 100 gram dapat dilihat pada tabel 4 :

Tabel 3. Komposisi Zat Gizi Pisang per 100 gram bahan :

SENYAWA KOMPOSISI Air (gram)

Energi (K)

Karbohidrat (gram) Protein (gram)

Sumber : Kantor Deputi Menteri Negara Ristek dan Teknologi (2002)

(18)

Hasil penelitian Rahmawati (2003) menunjukkan pisang raja

nangka dan pisang tanduk mempunyai kandungan pati resisten yang

tinggi setelah mengalami proses pengolahan (pengukusan dan

pendinginan). Kadar air pisang tanduk adalah 9,63% dan kadar pati pisang

tanduk adalah 29,89%.

Komposisi kimia buah pisang dipengaruhi oleh jenis pisang,

kondisi pertumbuhan dan tingkat pemasakannya. Buah pisang

mengandung pati cukup tinggi yaitu 28 – 29 %, sehingga buah pisang ini

cukup potensial dikembangkan sebagai sumber pati resisten.

Pati resisten (Resistant Starch/RS) didefinisikan sebagai pati atau

produk degradasi pati yang tidak dapat dicerna oleh usus manusia yang

sehat (Asp dan Bjorck, 1992. Pati resisten dapat dihasilkan dari proses

pengolahan (pemanasan dan pendinginan bahan berpati yang

berulang-ulang), sifat alami pati (pati kentang, pisang dan bahan nabati tinggi

amilosa lainya), dan sifat fisik bahan berpati (ukuran partikel dan derajat

hidrasi) dan sebagainya (Kingman dan Englyst, 1994).

(19)

3. Telur

Telur digunakan dalam pembuatan cake dimaksudkan untuk

menambah volume pengembangan, memberikan warna, memberikan

kelembapan, memberikan tekstur yang lebih lembut dan juga menambah

kelezatan (Anonymous,2002). Telur memiliki sifat dapat mengikat

udara,sehingga jika digunakan dalam jumlah yang banyak akan diperoleh

oleh produk cake yang lebih mengembang.

Menurut Muchtadi (1992), sifat-sifat fungsional telur didefinisikan

sebagai sekumpulan sifat dari pangan atau bahan pangan yang

mempengaruhi penggunaannya. Sifat-sifat tersebut antara lain :

a. Daya koagulasi, sifat ini ditandai dengan kelarutan atau berubahnya

bentuk cairan menjadi padat, disebabkan oleh pengaruh panas,

mekanik, asam, basa, dan garam. Sifat ini dimiliki oleh putih dan

kuning telur.

b. Daya buih (foaming), buih adalah bentuk disperse koloida gas dalam

cairan. Kestabilan buih ditentukan oleh kandungan ovomusin (salah

satu komponen putih telur).

c. Daya emulsi (emulsifying properties), emulsi merupakan campuran

antara dua jenis cairan yang secara normal tidak dapat bercampur,

dimana salah satu fase terdispersi dalam fase pendispersi. Kuning telur

mengandung bagian yang bersifat “surface active” yaitu lesitin.

d. Pemberi warna, sifat ini hanya dimilki oleh kuning telur yaitu pigmen

(20)

Komposisi telur utuh ialah kurang lebih 64% putih telur sebagai

(pengeras) : 36% kuning telur sebagai (pengempuk). Dalam menentukan

bagian apa yang digunakan, pertimbangan pertama adalah produk yang

dikehendaki (Desrosier, 1988).

Penggunaan kuning telur saja akan menghasilkan cake yang lebih

empuk dari pada memakai seluruh telur, tetapi penambahan kuning telur

tersebut harus diimbangi dengan penambahan cairan ekstra berupa air,

susu atau keduanya (Anonymous, 1983).

Menurut Winarno (1980), kuning telur mengandung lesitin yang

berkisar antara 7-10% dari total lipida. Dimana lesitin ini merupakan zat

pengemulsi, sehingga dengan adanya penambahan kuning telur dapat

memperbaiki struktur, memperbesar volume serta menambah kandungan

protein. Sedangkan putih telur seringkali digunakan dalam pembuatan

cake sebagai bahan penstabil (stabilizer) yaitu zat yang dapat membantu

mempertahankan emulsi, dan juga sebagai pengikat bahan-bahan pada saat

proses pembuatan produk pangan. Menurut Susrini dan Tohari (1989),

putih telur memiliki sifat-sifat sebagai berikut :

a. Leaving agent, sifat ini mempengaruhi tekstur dari hasil olahan

pangan.

b. Thickening agent, menghambat terjadinya proses kristalisasi dan

mencegah tekstur yang kasar.

c. Binding agent, kemampuan untuk mengikat bahan-bahan lain sehingga

(21)

d. Coating agent, untuk mencegah dehidrasi dan membuat permukaan

bahan olahan lebih kuat dan mengkilap.

Tabel 5. Komposisi kimia telur ayam Komponen Telur

utuh

Putih telur Kuning telur

Kadar air (%) Kadar protein (%) Kadar lemak (%) Kadar karbohidrat (%)

73,7 Sumber : Anonymous (1996)

4. Gula

Gula yang umum dipakai adalah sukrosa yang merupakan senyawa

kimia karbohidrat. Gula mempunyai rasa manis dan larut dalam air, serta

merupakan bahan makanan yang penting, karena mudah dicerna dalam

tubuh dan sebagai sumber kalori. Produk yang mengandung gula

mempunyai rasa manis dan akan mempunyai pengaruh yang baik pada

penerimaan produk tersebut (Winarno,1980).

Gula dalam pembuatan roti mempunyai fungsi untuk :

Penambah rasa manis

Pemberi warna coklat

Jumlah dan mutu gula berpengaruh terhadap tekstur, penampakan

dan cita rasa produk akhir. Jumlah gula harus tepat untuk menjamin hasil

yang diinginkan, yaitu lembut dan tidak keras (Anonymous,2006).

Menurut Ketschever (1975), penambahan gula dalam jumlah

terlalu banyak dapat mengakibatkan sifat pengawet pada gula muncul

(22)

kadar gula tinggi, adonan menjadi lebih cair, maka dalam kondisi ini

jumlah udara yang terperangkap akan menjadi berkembang.

Ketaren (1986) menyatakan bahwa penambahan gula dalam roti

disamping memberikan rasa manis juga berfungsi mengempukkan adonan.

Penambahan gula terlalu banyak dapat mengakibatkan adonan meleleh dan

hancur selama pemanggangan, karena terbentuk butiran keras (set form)

akibat koagulasi pati dan gluten pada tepung.

Komposisi kimiawi gula dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Daftar komposisi gula per 100 gram bahan.

No Komponen Jumlah

1. Sumber : Departemen Kesehatan RI (1996)

5. Garam

Penambahan garam berfungsi untuk memberikan rasa gurih pada

Cake (Marliyati,1992). Garam yang ditambahkan pada pembuatan cake

sebesar 1% atau kurang (Anonymous,2002). Garam yang umum dipakai

dalam susunan makanan sehari-hari atau dalam pengolahan makanan

ringan adalah garam dapur, yaitu Natrium Klorida (Winanro,1997). Garam

yang baik digunakan adalah garam yang halus, tidak bergumpal, bersih

(23)

Jumlah garam yang digunakan tergantung dari berbagai factor,

terutama tergantung pada jenis tepung yang dipakai. Tepung lemah (Weat

Flaor) lebih banyak membutuhkan garam, sebab garam akan berpengaruh

memperkuat protein. Faktor lain yang akan menentukan jumlah garam

ialah resep atau formula yang dipakai. Formula yang lebih lengkap

menentukan persentasi garam lebih banyak bila disbanding dengan

pemakaian formula yang kurang lengkap. Garam yang digunakan

hendaknya garam yang bermutu baik yaitu : bersih dari bahan yang tidak

larut, halus dan tidak bergumpal-gumpal serta mudah dan cepat larut

(Buckle, 1989)

Menurut Sultan (1983), fungsi penambahan garam pada pembuatan

roti, cake, biscuit dan sejenisnya adalah sebagai berikut :

Memberikan cita rasa pada produk.

Menghilangkan rasa hambar atau cita rasa yang kurang dari bahan

lain.

6. Margarin

Menurut Desrosier (1980), menerangkan bahwa semua jenis lemak

(hewani, nabati dan kombinasinya) dapat digunakan dalam produk cake.

Jenis lemak yang berbeda dapat member pengaruh yang sangat berbeda

terhadap adonan cake.

Margarin berperan dalam pembuatan tekstur cake yang dihasilkan.

Pemakaian margarine yang berlebihan akan mengakibatkan tekstur cake

menjadi lembek dan mudah mengalami ketengikan apabila penyimpanan

(24)

Fungsi lemak manurut Sultan (1983) adalah :

 Memberikan cita rasa pada produk.

 Memperbaiki tekstur.

 Mempermudah pengirisan / pemotongan.

 Menambahan volume pengembang

7. Na-Bikarbonat

Bahan pengembang yang biasa ditambahkan dalam pembuatan

cake adalah soda kue (NaHCO3). Soda kue ini apabila dipanaskan akan

menghasilkan CO2, sehingga akan membantu pengembangan volume

adonan (Desrosier,1988).

Yang dimaksud soda disini adalah sodium bikarbonat (NaHCO).

Bila soda dipanaskan maka akan melepaskan karbon dioksida atau gas

peragi. Juga akan melepaskan gas yang sama tersebut bila dicampur

dengan asam, baik dalam keadaan panas ataupun keadaan dingin

(Wheat,1981).

Menurut Winarno (1980), soda kue merupakan senyawa

pengembang, dengan adanya panas akan melepaskan gas CO2. Gas ini

akan terperangkap dalam rongga-rongga udara sehingga rongga-rongga

akan mengembang dan akan menyebabkan produk pangan lebih mekar.

Fungsi Na-Bikarbonat adalah untuk menghasilkan gas pada

campuran atau adonan dan membuat adonan menjadi ringan dan porus,

karena selama pengadukan dari bahan pengembang bersama-sama dengan

udara yang terperangkap dalam adonan dan uap air akan mengembang

(25)

Menurut Kirk dan Othmer (1992), soda kue dapat mengalami

penguraian karena panas menurut reaksi :

2 NaHCO3 + panas Na2CO3 + CO2 + H2O

Bahan pengembang mempunyai kelarutan dalam air yang

berbeda-beda. Pada suhu biasa kelarutannya dalam air akan menentukan

kecepatannya dalam melepaskan CO2.

Reaksi NaHCO3 dalam air adalah sebagai berikut :

NaHCO3 Na+ + HCO3

HNO3- + Ho HCO3 + OH

HCO3- CO3- + H+

Gambar 2. Reaksi Kimia NaHCO3

C. Pembuatan Cake

Cara pembuatan cake meliputi pembuatan adonan, pencetakan dan

pemanggangan (Anonim,2002). Dalam pembuatan adonan bahan-bahan

dicampur dan diaduk, tujuannya untuk menyeragamkan semua bahan

menjadi satu massa.

Menurut Desrosier (1988), metode yang biasa digunakan adalah

metode gula cair. Dalam metode ini, gula dan bahan cair seperti telur

ditempatkan kedalam mangkok dan dikocok. Selanjutnya margarin,

tepung, garam dan soda kue ditambahkan dan dikocok. Prosedur ini

menghasilkan warna kulit, keempukan dan volume yang lebih baik.

Menurut Ketaren (1986), selama proses pencampuran, penambahan lemak

dapat menghasilkan cake dengan volume yang lebih besar dan tekstur

(26)

gelembung-gelembung udara, sehingga selama proses pencampuran ini udara akan

terperangkap dalam adonan, dan tahapan ini dapat membantu proses

pengembangan pada waktu cake dipanggang.

Setelah semua bahan-bahan tercampur, adonan dicetak dalam

cetakan cake, dengan cara memasukkan adonan kedalam cetakan

(Anonim,2002). Adonan yang telah dicetak kemudian dimasukkan

kedalam oven bersuhu 1700-1800 C selama 30 menit. Menurut Desrosier

(1988), pemanggangan merupakan aspek yang sangat penting dari seluruh

urutan peristiwa yang mengarah kepada produk roti yang berkualitas

tinggi. Pada saat pemanggangan beberapa proses terjadi pada produk.

Pemanggangan dengan suhu rendah akan menyebabkan lapisan atas cake

menjadi datar dan disekelilingnya terjadi pengerutan yang berlebihan,

sehingga cake akan menjadi terlalu empuk dan apabila pemangganan

dengan suhu yang terlalu tinggi akan menghasilkan produk cake yang

memiliki banyak lubang di dalamnya, cake menjadi keras, volumenya

kecil, dan retak dibagian tengah.

Menurut Ketaren (1986), pada waktu adonan dipanggang,

gelembung udara yang berisi uap air dan gas akan memuai dan mendesak

dinding sekitarnya, akibatnya volume ruang udara yang terbentuk

bertambah besar. Makin besar jumlah gelembung udara yang diserap oleh

lemak dalam adonan, maka semakin besar volume cake yang dihasilkan

dan teksturnya semakin halus. Berikut adalah diagram alir pembuatan

(27)

 

 

 

 

 

Gambar 3. Diagram alir proses pembuatan Cake (Charley,1982)

D. Analisis Keputusan

Keputusan adalah suatu kesimpulan dari suatu proses untuk

memilih tindakan yang terbaik dari sejumlah alternatif yang ada.

Pengambilan keputusan adalah proses yang mencakup semua pikiran dan

kegiatan yang diperlukan guna membuktikan dan memperlihatkan pikiran

baik tersebut (Siagian, 1987).

Analisis keputusan pada dasarnya adalah suatu prosedur yang logis

dan kuantitatif yang tidak hanya menerangkan mengenai pengambilan

keputusan, tetapi juga merupakan suatu cara untuk membuat keputusan

(Mangkusubroto dan Listiani, 1987). Pengambilan keputusan pada

penelitian ini berdasarkan sifat fisik dan kimia terbaik.

Analisa keputusan pada dasarnya adalah suatu prosedur yang logis

dan kuantitatif yang tidak hanya menerangkan mengenai pengambilan Gula,garam, lemak, telur

Pencampuran I

Cake

Tepung Pencampuran II

Pemanggangan

(28)

keputusan, tetapi juga merupakan suatu cara untuk membuat keputusan

(Mangkusubroto dan Listiani, 1987).

E. Analisis Finansial

Suatau studi kelayakan yang merupakan pekerjaan membuat

ramalan atau taksiran didasarkan atas anggapan-anggapan yang selalu bias

dipenuhi. Konsekuensinya ialah bias terjadi

penyimpangan-penyimpangan. Salah satu penyimpangan itu adalah apabila pabrik

memproduksi dibawah kapasitasnya. Hal ini akan menyebabkan pengaruh

terhadap keuntungan (Susanto dan Saneto, 1994).

Data sekunder berupa harga-harga baik bahan baku maupun cake

dengan perlakuan proporsi pisang : tepung terigu dan penambahan telur

digunakan sebagai dasar perhitungan kelayakan financial pada produk

cake.

Analisa financial yang dilakukan meliputi : analisa nilai uang

dengan metode Net Present Value (NPV), Rate of Return dengan metode

Internal Rate of Return (IRR), Break Event Point (BEP), Payback Periode

dan Gross Benefit Cost Ratio.

1. Break Event Point (BEP)

Break Event Point (BEP) adalah suatu keadaan tingkat produksi

tertentu yang menyebabkan besarnya biaya produksi keseluruhan sama

dengan besarnya nilai atau hasil penjualan / laba. Jadi pada keadaan

(29)

mendapatkan kerugian. BEP dapat dihitung dengan persamaan sebagai

berikut:

a. Rumus Titik Impas

BEP =

c. Kapasitas Titik Impas

Kapasitas Titik Impas = Persen Titik Impas x Kapasitas Produksi

2. Net Present Value (Susanto dan Saneto, 1994)

Net Present Value (NPV) merupakan selisih antara nilai investasi

saat sekarang dengan nilai penerimaan kas bersih dmasa yang akan datang.

Suatu proyek dapat di[ilih bila NPV lebih besar dari 0 NPV dapat

ditunjukkan dengan persamaan sebagai berikut :

(30)

3. Payback Periods (Susanto dan Saneto, 1994)

Payback periods merupakan perhitungan jangka waktu yang

dibutuhkan untuk mengendalikan modal yang ditanam pada proyek.

Payback Periods tersebut harus lebih kecil dari nilai ekonomis proyek.

Nilai tersebut dapat berupa prosentase maupun waktu (baik tahun maupun

bulan).

Rumus penentuannya adalah sebagai berikut :

Payback Periods = Ab

1

Keterangan : I = jumlah modal

Ab= penerimaan kas bersih pertahun

4. Internal Rate of Return (IRR)

Internal Rate of Return (IRR) merupakan suku bunga yang

menggunakan nilai penerimaan kas bersih sekarang dengan jumlah

investasi awal dari proyek yang sedang dinilai. Dengan kata lain IRR

adalah tingkat suku bunga yang akan menyebabkan NPV = 0, jika ternyata

IRR > dari tingkat suku bunga yang berlaku di bank maka proyek dapat

diteruskan.

IRR = 1 +

" NPV ' NPV

NPV

 (I" – i')

Keterangan :

NPV’ = NPV positif hasil percobaan nilai i

NPV” = NPV negative percobaan nilai i

(31)

I” = tingkat suku bunga yang akan datang

5. Gross Benefit Cost Ratio

Gross Benefit Cost Ratio adalah merupakan perbandingan antara

penerimaan kotor dengan biaya kotor yang telah di present value

(dirupiahkan sekarang) (Susanto, 1994)

Gross B/C = Σ Bt /(1 + i)t Σ Ct /(1 + i)t

Dimana :

Bt : Penerimaan pada tahun ke-t

Ct : Biaya pada tahun ke-t

i : Suku bunga bank.

F. Landasan Teori

Cake merupakan produk kue yang mengandung lemak yang terbuat

dari bahan utama yaitu tepung, gula, telur dan lemak (Kirk-Othmer,1992),

yang kemudian dicampur, diaduk hingga mengembang, dicetak dan

selanjutnya dipanggang (Grist,1985). Pembuatan cake meliputi pembuatan

adonan, pencetakan dan pemanggangan (Anonim,1983). Dalam

pembuatan adonan, bahan-bahan dicampur dan diaduk, tujuannya untuk

menyeragamkan semua bahan seperti keseragaman rasa, tekstur dan warna

kue menjadi satu massa dengan membuat adonan menjadi homogen

sehingga adonan dapat tercampur dengan sempurna, bahan-bahan yang

(32)

berbentuk cair tercampur dengan sempurna, kemudian tepung dimasukkan

kedalam adonan secara perlahan-lahan.

Cake pisang biasanya dibuat dari tepung terigu dengan

penambahan tepung pisang (www.citarasa-cake,2009). Pisang tanduk

adalah pisang jenis Plantain yaitu pisang yang rasanya enak setelah

mengalami proses pengolahan. Pisang tanduk mengandung kadar pati,

serat kasar dan vitamin C yang tinggi. Kadar pati buah pisang cukup tinggi

yaitu 28 - 29% (www.citarasa-cake,2009).

Penambahan pisang pada cake akan menyebabkan kurang

mengembangnya cake maka perlu ditambahkan telur agar cake dapat

mengembang (www.citarasa-cake,2009).

Penambahan telur dalam pembuatan cake dimaksudkan untuk

menambah volume pengembangan, memberikan warna, memberikan

tekstur yang lebih lembut dan juga menambah kelezatan

(Anonymous,2002). Menurut Winarno (1986), kuning telur mengandung

lesitin, dimana lesitin ini merupakan zat pengemulsi, sehingga dengan

adanya penambahan telur dapat memperbaiki tekstur serta menambah

kandungan protein.

Menurut Ketaren (1986), selama proses pencampuran, penambahan

lemak dapat menghasilkan cake dengan volume yang lebih besar dan

tekstur yang lebih empuk, karena tiap partikel lemak mengandung

gelembung udara, dan udara akan terperangkap dalam adonan, sehingga

(33)

Pengadukan dengan menggunakan alat pengaduk seperti elektrik

mixer akan mempermudah dan mempercepat proses pengadukan. Setelah

semua bahan tercampur, adonan dicetak dalam cetakan cake, dengan cara

memasukkan adonan dalam cetakan (Anonymous,1983). Proses

pencetakan bertujuan untuk memberi bentuk adonan sesuai dengan

keinginan. Kekentalan adonan harus selalu diperhatikan. Adonan yang

terlalu encer atau kering akan menyulitkan proses pencetakan yang

menyebabkan bentuk kue menjadi tidak sempurna. Alat pencetakan juga

harus selalu diperhatikan kebersihannya dari sisa adonan yang dapat

menurunkan mutu produk karena kontaminasi.

Menurut Desrosier (1988), pemanggangan merupakan aspek yang

sangat penting dari seluruh urutan peristiwa yang mengarah kepada

produk yang berkualitas tinggi pada pembuatan cake. Menurut Ketaren

(1986) Pada waktu adonan dipanggang, gelembung udara yang berisi uap

air dan gas akan memuai dan mendesak dinding sekitarnya, akibatnya

volume ruang yang terbentuk bertambah besar. Semakin besar jumlah

gelembung udara yang diserap oleh lemak dalam adonan, maka semakin

besar volume cake yang dihasilkan. Suhu 1700-1800C selama 30 menit

merupakan suhu dan waktu yang paling baik untuk pemanggangan Cake

(Anonim,1983).

Dari hasil penelitian Langgeng (2007), diperoleh kombinasi

perlakuan terbaik adalah perlakuan proporsi tepung beras : tepung kedelai

(34)

G. Hipotesa

Diduga proporsi tepung terigu : pisang tanduk kukus dan

penambahan telur berpengaruh nyata pada mutu cake baik dari segi fisik,

(35)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisa Pangan,

Laboratorium Teknologi Pengolahan Pangan dan Laboratorium Uji

Inderawi Jurusan Teknologi Pangan UPN “Veteran” Jawa Timur, mulai

bulan Februari 2010 sampai dengan bulan April 2010.

B. Bahan

Bahan yang digunakan untuk pembuatan cake pisang adalah

tepung terigu merk “Segitiga Biru”, buah pisang jenis tanduk, gula, garam,

telur, soda kue, vanili, dan margarin merk “Blue band”.

Bahan-bahan untuk analisa kimia adalah aquades, ether, alcohol,

HCL, NaOH, pelarur petroeleum ether, asam sulfat, metal merah, Na2SO4.

C. Alat

Alat-alat yang digunakan untuk pembuatan Cake pisang adalah

mixer, timbangan kasar, timbangan analitik, oven, cetakan Loyang,

kompor.

Alat-alat yang digunakan untuk analisa adalah oven pengering,

deksikator, labu kjedahl, seperangkat alat ekstraksi, botol timbang, neraca

(36)

D. Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak

Lengkap (RAL) pola faktorial dengan dua faktor yang diulang dua kali.

Data yang diperoleh dianalisa dengan menggunakan analisa ragam. Untuk

mengetahui adanya perbedaan diantara perlakuan digunakan Uji Berjarak

Duncan (DMRT).

1. Peubah Berubah

Faktor I : Proporsi tepung terigu : Pisang tanduk kukus

A1 = 90 : 10

A2 = 80 : 20

A3 = 70 : 30

Faktor II : Penambahan telur

B1 = 75 gr

B2 = 100 gr

B3 = 125 gr

Dari kedua factor tersebut tersebut diatas didapat kombinasi perlakuan

sebagai berikut :

B A

B1 B2 B3

A1 A1B1 A1B2 A1B3

A2 A2B1 A2B2 A2B3

(37)

Keterangan :

A1B1 = Perbandingan tepung terigu 90 : 10 buah pisang dengan

penambahan telur 75 gr

A1B2 = Perbandingan tepung terigu 90 : 10 buah pisang dengan

penambahan telur 100 gr

A1B3 = Perbandingan tepung terigu 90 : 10 buah pisang dengan

penambahan telur 125 gr

A2B1 = Perbandingan tepung terigu 80 : 20 buah pisang dengan

penambahan telur 75 gr

A2B2 = Perbandingan tepung terigu 80 : 20 buah pisang dengan

penambahan telur 100 gr

A2B3 = Perbandingan tepung terigu 80 : 20 buah pisang dengan

penambahan telur 125 gr

A3B1 = Perbandingan tepung terigu 70 : 30 buah pisang dengan

penambahan telur 75 gr

A3B2 = Perbandingan tepung terigu 70 : 30 buah pisang dengan

penambahan telur 100 gr

A3B3 = Perbandingan tepung terigu 70 : 30 buah pisang dengan

penambahan telur 125 gr

Menurut Sutoyo (1993), model statistik yang menggunakan pola

faktorial dengan 2 faktor sebagai berikut :

(38)

Keterangan :

Yijk = nilai pengamatan pada suatu percobaan ke-k yang

memperoleh kombinasi perlakuan –ij (taraf ke-I dari faktor

A dan taraf ke-j dari faktor B)

µ = nilai tengah umum (rata-rata yang sesungguhnya)

αi = pengaruh perlakuan ke-i dari faktor A

βj = pengaruh perlakuan ke-j dari faktor B

(αβ)ij = pengaruh interaksi taraf ke-i dari faktor A dan taraf ke-j

dari faktor B

Εijk = penggunaan galat dari satuan percobaan ke-k yang

memperoleh kombinasi perlakuan ke-j.

Data yang diperoleh dianalisa dengan menggunakan analisis

ragam. Untuk mengetahui adanya perbedaan diantara perlakuan digunakan

uji DMRT dengan taraf 5% dan apabila terdapat perbedaan yang nyata

maka dilanjutkan dengan uji regresi.

2. Peubah Tetap

1. Total berat tepung terigu + pisang = 100 gr

2. Berat margarin = 100 gr

3. Berat gula pasir = 70 gr

4. Berat garam = 1,0 gr

5. Berat soda kue = 2,5 gr

6. Waktu pemanggangan = 30 menit

(39)

E. Parameter Yang Diamati

a. Parameter untuk analisa bahan baku ( Pisang Tanduk )

1. Analisa kadar air dengan metode pemanasan ( Sudarmadji, dkk.

1997)

2. Analisa kadar protein dengan metode Kjeldahl (Sudarmadji,

(1997).

3. Analisa kadar protein dengan metode Kjeldahl (Sudarmadji,

(1997).

b. Parameter untuk analisa produk :

1. Analisa kadar air

2. Analisa kadar protein dengan metode Kjeldahl (Sudarmadji,

(1997).

3. Analisa kadar lemak dengan metode Soxhlet (Sudarmadji, (1997).

4. Analisa kadar pati dengan metode hidrolisa asam(AOAC,

Sudarmadji, 1997)

5. Analisa Serat Kasar (Sudarmadji dkk, 1997)

6. Analisa Kadar Vitamin C ( Sudarmadji, 1984 )

7. Uji tekstur menggunakan Penetrometer

8. Volume pengembangan

9. Uji organoleptik ( warna, rasa, aroma, tekstur )

F. Prosedur Penelitian

1. Perebusan Pisang Tanduk

a. Pisang tanduk disortasi

(40)

c. Setelah dingin, pisang dihaluskan dan dianalisa 10 gr, 20 gr, 30 gr.

2. Pembuatan Cake

a. Persiapan bahan-bahan

Tahap persiapan dimulai dengan menimbang semua bahan antara

lain tepung terigu (90,80,70 gr), lumatan pisang tanduk kukus

(10,20,30 gr), margarin (100gr), gula (70gr), garam (1,0gr), soda

kue (2,5gr), vanili.

b. Gula dan telur dicampur dengan menggunakan mixer kecepatan

tinggi sampai homogen dan mengembang selama ± 40 menit

(Pencampuran I). Margarin dipanaskan hingga mencair.

c. Setelah homogen tepung terigu, soda kue dan vanili dimasukkan

(pencampuran III). Kemudian margarin yang telah dicairkan

dimasukkan sedikit demi sedikit sambil terus diaduk.

d. Pisang tanduk kukus yang telah dihaluskan kemudian dimasukkan

kedalam adonan I (pencampuran II) sambil diaduk perlahan (mixer

kecepatan rendah).

e. Adonan kemudian dimasukkan kedalam loyang yang sudah diolesi

margarin terlebih dahulu.

f. Dilakukan pemanggangan dalam oven selama 30 menit dengan

suhu 180oC.

(41)

Cake yang dihasilkan dilakukan analisa terhadap kadar air, protein,

lemak, pati, tekstur, volum pengembangan dan uji organoleptik

(42)

 

Gambar 4. Prosedur Pembuatan Cake Telur (75,100,125 gr) & Gula (70 gr)

Pencampuran I

Pencampuran II

Pencampuran III

Massa adonan

Penuangan ke dalam loyang

Pemanggangan T 1800C 30 menit

Margarin (100gr)

pencairan Tepung terigu (90,80,70 gr),

Soda kue (2,5gr), garam(1,0gr), vanili 0,5 g.

‐ Uji organoleptik

(warna,rasa aroma,tekstrur) Pencampuran IV

Lumatan Pisang kukus (10,20,30 gr)

Perlakuan terbaik Analisa : Kdr Serat Kasar

(43)

Analisa yang dilakukan pada penelitian ini adalah analisa bahan baku dan

produk cake yang dihasilkan. Terdiri dari analisa fisik, kimia dan organoleptik.

Analisa dilanjutkan dengan analisa keputusan dan financial yang didasarkan pada

segi ekonomis apabila produk ini digunakan sebagai produk industri.

A. Hasil Analisa Bahan Baku

Pada penelitian pembuatan cake dengan proporsi tepung terigu : pisang

tanduk kukus dan penambahan telur, dilakukan analisis bahan baku terhadap

pisang tanduk. Hasil analisis bahan baku dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Hasil analisa bahan baku pisang tanduk kukus. No. Komponen Pisang Tanduk Kukus

1. 2. 3. 4.

Kadar Air (%) Kadar Protein (%) Kadar Pati (%) Kadar Lemak (%)

71,70 1,25 18,33

0,76

Dari Tabel 7 diatas dapat diketahui kadar air pisang tanduk kukus adalah

71,70%, kadar protein 1,25%, kadar pati 18,33%, kadar lemak 0,76%.

B. Hasil Analisa Produk Cake

1. Kadar Air

Berdasarkan hasil analisis ragam (Lampiran 3), menunjukkan bahwa

perlakuan proporsi tepung terigu : pisang tanduk kukus dan penambahan telur

tidak berinteraksi nyata (p≤0,05) terhadap kadar air cake. Perlakuan proporsi

(44)

tepung terigu : pisang tanduk kukus berpengaruh nyata terhadap kadar air (Tabel

8) dan perlakuan penambahan telur juga berpengaruh nyata (p≤0,05) terhadap

kadar air Cake (Tabel 8).

Tabel 8. Nilai rata-rata kadar air cake dengan perlakuan proporsi tepung terigu : pisang tanduk kukus.

Proporsi Tepung Terigu:Pisang Tanduk Kukus (%) Keterangan : nilai rata-rata yang diikuti heruf berbeda berarti berbeda nyata.

Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa kisaran kadar air cake 16,941% -

24,898%. Kadar air terendah ada pada perlakuan proporsi tepung terigu : pisang

tanduk kukus (90:10) yaitu 16,94%. Sedangkan kadar air tertinggi pada perlakuan

proporsi tepung terigu : pisang tanduk kukus (70:30) yaitu 24,898%.

Dari Tabel diatas menunjukkan bahwa semakin tinggi proporsi pisang

tanduk kukus maka akan meningkatkan kadar air cake. Hal ini sesuai dengan hasil

analisa bahan baku bahwa pisang tanduk kukus mempunyai kandungan air yg

cukup tinggi yaitu 71,70%, sehingga semakin besar proporsi pisang tanduk kukus

maka kadar air cake akan semakin tinggi.

Nilai rata-rata kadar air pada perlakuan proporsi tepung terigu ; pisang

tanduk kukus dan penambahan telur dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Nilai rata-rata kadar air cake dari perlakuan penambahan telur. Penambahan Telur (gr) Kadar Air (%) Notasi DMRT Keterangan : nilai rata-rata yang diikuti heruf berbeda berarti berbeda nyata.

Dari Tabel 9 kadar air berkisar antara 19,054% - 23,013% yang

(45)

75gr yaitu 19,054% sedangkan kadar air tertinggi terdapat pada penambahan

telur 125gr yaitu 23,013%. Hal ini Menunjukkan bahwa semakin tinggi

penambahan telur maka kadar air cake semakin meningkat. Peningkatan

penambahan telur disebabkan karena telur mempunyai kadar air relatif tinggi

disamping itu telur protein tinggi yang memiliki kemampuan untuk mengikat

air.

Hal ini didukung oleh Anonymous (1996) bahwa kadar air telur adalah

(73,3%) dan kadar protein telur dalah (12,9%). Dan didukung oleh Naruki

(1992), bahwa protein pada telur mempunyai sifat mengikat air. Kemampuan

protein menyerap air dan menahannya dalam suatu produk pangan disebabkan

karena protein mempunyai sifat hidrofil (suka air) dan mempunyai gugus polar

seperti gugus karboksil.

Namun demikian perbedaan kadar air cake yang dihasilkan secara statistik

pada penambahan 100gr telur tidak berbeda nyata dengan penambahan telur

75gr. Sedangkan pada penambahan 125gr telur berbeda nyata dengan

penambahan 75gr dan 100gr telur.

2. Kadar Protein

Berdasarkan hasil analisis ragam (Lampiran 4), menunjukkan bahwa

perlakuan proporsi tepung terigu : pisang tanduk kukus dan penambahan telur

berinteraksi nyata (p≤0,05) dan masing-masing perlakuan berpengaruh nyata

terhadap kadar protein cake. Nilai rata-rata kadar protein cake dapat dilihat pada

(46)

Tabel 10. Nilai rata-rata kadar protein cake dengan perlakuan proporsi tepung terigu : pisang tanduk dan penambahan telur.

Perlakuan T. Terigu : Pisang Tanduk

Kukus Keterangan : nilai rata-rata yang diikuti huruf berbeda berarti berbeda nyata.

Pada Tabel 10 diatas diketahui bahwa rerata kadar protein pada cake

berkisar antara 5,616% - 7,829%. Perlakuan proporsi tepung terigu : pisang

tanduk kukus (70 : 30) dan penambahan telur 75gr menunjukkan kadar protein

terendah yaitu 5,616%, sedangkan pada perlakuan proporsi tepung terigu :

pisang tanduk kukus (90 : 10) dan penambahan telur 125gr menunjukkan kadar

protein tertinggi yaitu 7,829%.

Hubungan antara perlakuan proporsi tepung terigu : pisang tanduk kukus

dan penambahan telur dengan kadar protein cake ditunjukkan pada Gambar 5.

(47)

Gambar 5 menunjukkan semakin tinggi tepung terigu ( semakin rendah

pisang kukus) dan semakin tinggi penambahan telur maka akan meningkatkan

kadar protein cake. Hal ini dikarenakan tepung terigu dan telur mempunyai

kadar protein yang tinggi sehingga semakin tinggi proporsi tepung terigu dan

penambahan telur pada cake dapat menyebabkan kandungan protein cake

semakin meningkat. Sedangkan semakin tinggi proporsi pisang tanduk kukus

akan menurunkan kadar protein cake.

Menurut Anonymous (1994), bahwa kandungan protein tepung terigu

12% dan telur 12,9%, dan didukung oleh Purnomo (1994) bahwa penurunan

kadar protein terjadi dengan adanya penambahan bahan selain tepung terigu

yang dapat meningkatkan kandungan gluten dan protein dalam adonan

menjadi rendah, sehingga mempengaruhi kandungan kadar protein.

3. Kadar Lemak

Berdasarkan hasil analisis ragam (Lampiran 5), menunjukkan bahwa

perlakuan proporsi tepung terigu:pisang tanduk kukus dan penambahan telur

tidak berinteraksi nyata (p≤0,05) terhadap kadar lemak cake. Perlakuan proporsi

tepung terigu:pisang tanduk kukus dan perlakuan penambahan telur

masing-masing berpengaruh nyata terhadap kadar lemak cake. Nilai rata-rata kadar

lemak cake dengan perlakuan proporsi tepung terigu : pisang tanduk kukus

(48)

Tabel 11. Nilai rata-rata kadar lemak cake dari perlakuan proporsi tepung terigu : pisang tanduk kukus.

Proporsi Tepung Keterangan : nilai rata-rata yang diikuti huruf berbeda berarti berbeda nyata.

Dari Tabel 11 hasil penelitian menunjukkan nilai rata-rata kadar lemak

cake mempunyai kisaran antara 23,760% - 25,948%. Perlakuan proporsi tepung

terigu : pisang tanduk kukus (70 : 30) menunjukkan kadar lemak terendah

23,760%, sedangkan pada perlakuan proporsi tepung terigu : pisang tanduk

kukus (90 : 10) menunjukkan kadar lemak tertinggi 25,948%. Dari data diatas

masing-masing perlakuan proporsi berbeda nyata.

Tabel 11 menunjukkan bahwa semakin meningkatnya proporsi pisang

tanduk kukus maka kadar lemak cake semakin rendah, disebabkan karena

pisang dan tepung terigu mengandung lemak. Menurut analisa pisang tanduk

memiliki kandungan lemak yaitu (0,76%) dan kadar lemak terigu yaitu (3%)

(Anonymous, 1994).

Nilai rata-rata kadar air pada perlakuan proporsi tepung terigu ; pisang

tanduk kukus dan penambahan telur dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Nilai rata-rata kadar lemak cake dari perlakuan penambahan telur. Penambahan Telur (gr) Kadar Lemak

(%) Keterangan : nilai rata-rata yang diikuti huruf berbeda berarti berbeda nyata.

Dari Tabel 12, kadar lemak berkisar antara 23,29% - 26,89%. Perlakuan

(49)

sedangkan kadar lemak tertinggi ada pada penambahan telur 125gr yaitu

26,89%. Pada penambahan 100gr telur tidak berbeda nyata dengan penambahan

telur 75gr, sedangkan pada penambahan 125gr telur terdapat perbedaan yang

nyata terhadap penambahan 75gr dan 100gr telur. Yang menunjukkan bahwa

semakin tinggi penambahan telur maka kadar lemak cake juga semakin

meningkat,Hal ini disebabkan karena telur mengandung lemak tinggi sebesar

31,9% (Anonymous,1996), dan didukung oleh Matz (1987), semakin banyak

telur yang ditambahkan pada adonan cake maka adonan cake tersebut

mempunyai kandungan lemak yang tinggi.

4. Kadar Pati

Berdasarkan hasil analisis ragam (Lampiran 6) menunjukkan bahwa antara

perlakuan proporsi tepung terigu : pisang tanduk kukus dengan penambahan

telur berinteraksi nyata (p≤0,05) dan masing-masing perlakuan berpengaruh

nyata terhadap kadar pati cake. Nilai kadar pati cake dapat dilihat pada tabel 13.

Tabel 13. Nilai rata-rata kadar Pati dari perlakuan proporsi tepung terigu:pisang tanduk kukus

Perlakuan T. Terigu : Pisang Tanduk

(50)

Dari Tabel 13 menunjukkan bahwa kadar pati berkisar antara 29,81% -

40,23%. Perlakuan tertinggi pada perlakuan proporsi tepung terigu ; pisang tanduk

kukus (70 : 30) dan penambahan telur 75 gr yaitu 40,2333% sedangkan kadar pati

terendah pada perlakuan proporsi tepung terigu : pisang tanduk kukus (90 : 30)

dengan penambahan telur 125gr yaitu 29,8136%. Hubungan antara perlakuan

proporsi tepung terigu : pisang tanduk kukus dan penambahan telur dengan kadar

pati cake ditunjukkan pada Gambar 6.

Kadar

P

ati

(%)

Penambahan telur

Gambar 6. Pengaruh perlakuan proporsi tepung terigu : pisang tanduk kukus dan penambahan telur.

Gambar 6 menunjukkan bahwa semakin tinggi proporsi tepung terigu

(semakin rendah penambahan telur dan semakin rendah pisang tanduk kukus)

menyebabkan kadar pati cake akan semakin meningkat. Hal ini disebabkan karena

kandungan pati tepung terigu lebih tinggi daripada kada pati pada pisang tanduk

kukus sehingga semakin tinggi proporsi tepung terigu dan semakin rendah pisang

tanduk kukus akan meningkatkan kadar pati cake. Sesuai dengan analis abahan

baku, bahwa kadar pati pisang tanduk kukus yaitu (18,33%) dan didukung oleh

(51)

5. Volume Pengembangan

Berdasarkan analisa ragam (Lampiran 7) menunjukkan bahwa perlakuan

proporsi tepung terigu : pisang tanduk kukus dan penambahan telur berinteraksi

nyata (p≤0,05) dan masing-masing perlakuan berpengaruh nyata terhadap

volume pengembangan cake. Rerata volume pengembangan cake tiap perlakuan

dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Rerata volume pengembangan cake dari perlakuan proporsi pisang tanduk kukus dan penambahan telur.

Perlakuan T. Terigu : Pisang Tanduk

Kukus Keterangan : Nilai rerata yang diikuti huruf berbeda berarti berbeda nyata.

Pada Tabel 14. Menunjukkan volume pengembangan berkisar antara

88,792% - 151,7%, perlakuan proporsi tepung terigu:pisang tanduk kukus

(70:30) dan penambahan telur sebanyak 75gr memiliki volume pengembangan

paling rendah yaitu 88,792%, sedangkan pada perlakuan proporsi tepung

terigu:pisang tanduk kukus (90:10) dan penambahan telur 125gr memiliki

volume pengembangan yang paling tinggi yaitu 151,7%. Hubungan antara

perlakuan proporsi pisang tanduk kukus dan penambahan telur terhadap volume

(52)

Vol

u

me Pen

g

em

b

an

g

an

(

%

)

Penambahan Telur

Gambar 7. Pengaruh perlakuan proporsi tepung terigu : pisang tanduk kukus dan penambahan telur.

Gambar 7. menunjukkan bahwa semakin tinggi proporsi tepung terigu,

semakin rendah proporsi pisang tanduk kukus dan semakin tinggi penambahan

telur maka volume pengembangan cake akan semakin tinggi. Hal ini disebabkan

karena tepung terigu mengandung protein gluten. sedangkan telur berfungsi

mengikat udara, sehingga semakin tinggi proporsi tepung terigu dan semakin

tinggi penambahan telur maka akan diperoleh produk cake yang lebih

mengembang.

Menurut Desrosier (2008), bahwa pada tepung terigu terdapat protein jenis

glutein dan gliadin yang akan menjadi gluten. Gluten menentukan kekuatan

adonan dan volume produk yang dihasilkan . Selama pemanggangan volume gas

bersama dengan udara yang terperangkap dalam adonan akan mengembang

sehingga diperoleh volume cake yang besar. Daya kembang suatu produk juga

dapat ditingkatkan dengan penambahan telur. Telur mempunyai sifat

memerangkap udara dalam adonan, sehingga jika digunakan dalam jumlah yang

banyak akan diperoleh produk cake yang lebih mengembang

(53)

6. Tekstur

Berdasarkan analisa ragam (Lampiran 8) menunjukkan bahwa perlakuan

proporsi tepung terigu:pisang tanduk kukus dan penambahan telur tidak

berinteraksi nyata (p≤0,05) terhadap tekstur cake. Perlakuan proporsi tepung

terigu:pisang tanduk kukus dan penambahan telur masing-masing berpengaruh

nyata terhadap tekstur cake. Rerata tekstur cake pada perlakuan proporsi dapat

dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Rerata tekstur cake dari perlakuan proporsi tepung terigu : pisang tanduk kukus

Keterangan : Semakin tinggi nilai rerata menunjukkan cake maka semakin empuk.

Pada Tabel 15 menunjukkan keempukan tekstur cake berkisar antara

286,333 mm/gr dt – 405,333 mm/gr dt. Pada perlakuan proporsi tepung

terigu:pisang tanduk kukus (90:10) tekstur cake tertinggi yaitu 405,333mm/gr

dt. Sedangkan tekstur terendah pada perlakuan proporsi tepung terigu:pisang

tanduk kukus (70:30) yaitu 386,333mm/gr dt. Proporsi pisang tanduk kukus

20gr dan 30 gr tidak terdapat perbedaan yang nyata tapi berbeda nyata dengan

proporsi pisang tanduk kukus 10gr. Hubungan antara perlakuan proporsi pisang

tanduk kukus dan penambahan telur terhadap tingkat tekstur (kekerasan) cake

(54)

Tabel 16. Nilai rata-rata tekstur cake dari perlakuan penambahan telur. Penambahan Telur (%) Tekstur

(mm /g dt) Keterangan : Semakin tinggi nilai rerata menunjukkan cake maka semakin empuk.

Dari tabel 16. Tekstur terendah diperoleh pada perlakuan penambahan

telur 75gr yaitu 306,444mm/gr dt sedangkan tekstur tertinggi diperoleh pada

perlakuan penambahan telur sebanyak 125gr yaitu 365,444mm/gr dt. Dari data

tersebut menunjukkan bahwa dengan semakin tinggi penambahan telur dan

semakin rendah proporsi pisang tanduk kukus menyebabkan nilai tekstur yang

dihasilkan semakin empuk.

Hoseney dalam Hendiyanto (2002) menyatakan bahwa peningkatan

proporsi tepung terigu oleh bahan campuran, menyebabkan terjadinya

peningkatan kekerasan cake. Hal ini disebabkan oleh penurunan kandungan

gluten dalam adonan cake sehingga adonan bersifat hidrofilik. Semakin

tingginya gugus hidrofilik maka kemampuan penyerapan air oleh telur semakin

meningkat sehingga mengakibatkan tekstur cake yang dihasilkan menjadi

semakin baik.

7. Vitamin C Perlakuan Cake Terbaik

Dari hasil penelitian didapatkan perlakuan cake terbaik yaitu pada

perlakuan proporsi tepung terigu : pisang tanduk kukus 80 : 20 dan penambahan

telur sebanyak 125gr (A2B3). Dilakukan analisa lanjutan yaitu analisa vitamin

C. Vitamin C yang didapatkan pada perlakuan A2B3 yaitu 81,21mg/100gr. Dari

(55)

menyatakan bahwa kadar vitamin C pisang ±78 mg/100gr. Dari hasil analisa

vitamin C cake terjadi penurunan bila dibandingkan dengan kadar vitamin C

bahan baku pisang tanduk (104,20 mg/100gr). Hal ini terjadi karena vitamin C

akan rusak selama pengolahan dengan pemanasan. Menurut Apandi (1984),

vitamin C hilang sebanyak 40%-80% akibat pengolahan dengan pemanasan.

Anna (1996), menyatakan bahwa kehilangan vitamin C sering terjadi pada

pengolahan, pengeringan dan cahaya.

8. Serat Kasar Perlakuan Cake Terbaik

Dari hasil penelitian perlakuan terbaik cake memiliki kadar serat kasar

1,4339%. Sesuai dengan literatur bahwa kandungan serat kasar pada tepung

terigu yaitu 2,28 %, Samuel A Matz (1992), dan kandungan serat kasar pada

pisang yaitu 0,63% (FNRI, 1997)

9. Pati Resisten Perlakuan Cake Terbaik

Dari hasil penelitian perlakuan terbaik cake memiliki kadar pati resisten

2,6552%. Hal ini menunjukkan bahwa proporsi tepung terigu : pisang tanduk

kukus 80 : 20 dan penambahan telur 125gr (A2B3) pati resisten sedang.

Menurut Goni et al (1996), klasifikasi bahan-bahan yang mengandung pati

resisten antara lain serealia sarapan, kentang, produk ekstruksi kacang-kacangan

(56)

C. Uji Organoleptik

Sifat organoleptik adalah sifat bahan yang dimulai dengan menggunakan

indera manusia yaitu indera penglihatan, pembau dan perasa. Sifat organoleptik

cake pisang yang diuji meliputi: warna, aroma, rasa dan tekstur. Penelitian cake

pisang yang dihasilkan diujikan secara organoleptik meliputi:

1. Uji Kesukaan Warna

Warna merupakan parameter fisik pangan yang sangat penting. Kesukaan

konsumen terhadap produk pangan juga ditentukan oleh warna. Warna

merupakan indikator pertama yang dinilai apabila seseorang ingin memilih

produk makanan. Penerimaan warna suatu bahan berbeda-beda tergantung dari

faktor alam, geografis, dan aspek sosial masyarakat penerimaan

(Winarno,1997). Berdasarkan analisis Friedman (Lampiran 9), menunjukkan

bahwa perlakuan proporsi tepung terigu: pisang tanduk kukus dan penambahan

telur tidak berpengaruh nyata terhadap nilai kesukaan warna cake pisang. Nilai

tingkat kesukaan warna cake pisang dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17. Nilai rata-rata uji organoleptik warna cake pisang dari perlakuan proporsi tepung terigu:pisang tanduk kukus dan penambahan telur

Perlakuan Proporsi Tepung Terigu:Pisang

Tanduk kukus (%) Telur (%)

(57)

Berdasarkan Tabel 17 menunjukkan jumlah ranking kesukaan terhadap

warna cake didapatkan nilai rata-rata adalah berkisar 62-142. Perlakuan proporsi

tepung terigu : pisang tanduk (90:10) dan penambahan telur 125gr yaitu 142

menghasilkan warna cake dengan tingkat kesukaan tertinggi dan perlakuan

proporsi tepung terigu : pisang tanduk (70:30) dan penambahan telur 100gr

yaitu 62 menghasilkan warna cake dengan tingkat kesukaan terendah.

Cake yang dihasilkan berwarna sangat kuning cerah hingga kecoklatan.

Warna cake tersebut berasal dari bahan baku yang digunakan yaitu tepung terigu

dan pisang tanduk kukus. Makin tinggi penambahan pisang maka warna cake

akan makin kecoklatan. Makin tinggi penambahan telur maka warna cake akan

makin kekuningan. Warna cake yang disukai oleh panelis yaitu berwarna kuning

pada bagian dalam dan berwarna kuning kecoklatan pada bagian luar,

sedangkan warna yang tidak disukai oleh panelis yaitu warna cake pisang coklat

tua pada bagian luarnya dan warna coklat pada bagian dalam cake. Peningkatan

proporsi pisang tanduk kukus menyebabkan penurunan tingkat penerimaan

panelis terhadap warna cake.

Pewarnaan pada cake ini terjadi karena reaksi Maillard terutama pada

bagian kulit cake. Pemanasan menyebabkan sisi aktif beberapa asam amino

dalam protein tepung dan terjadi reaksi dengan gula reduksi yang akan berakhir

dengan terbentuknya melanoidin yang berwarna coklat (Mudjisihono, 1993).

Menurut Koswara (1995), menyatakan bahwa penambahan pisang dapat

mempengaruhi beberapa sifat adonan dan kualitas produk yang dihasilkan

diantaranya warna. Dengan proporsi pisang tanduk kukus yang rendah dan

(58)

yaitu kuning cerah, sedangkan cake yang proporsi pisang tanduk kukus yang

lebih tinggi akan berwarna coklat dan menjadi kurang menarik sehingga kurang

atau tidak disukai oleh konsumen. Menurut Winarni (1997), suatu bahan dinilai

bergizi, enak dan teksturnya sangat baik tidak akan dimakan apabila memiliki

warna yang tidak sedap dipandang atau menyimpang dari warna yang

seharusnya.

Hal ini diduga rendahnya proporsi pisang tanduk kukus yang berarti juga

tinggi kadar protein dalam adonan cake sehingga akan menghasilkan warna cake

yang disukai yaitu kuning kecoklatan akibat reaksi Maillard. Penambahan telur

juga mempengaruhi warna cake yang dihasilkan dikarenakan kuning telur

memneri sifat pemberi warna yaitu pigmen kuning santofil, lutein, betakaroten,

dan kriptosantin (Muchtadi,1992).

2. Uji Kesukaan Aroma

Menurut Winarno (1992), aroma merupakan indikator kedua setelah warna

dan banyak menentukan penerimaan bahan makanan oleh konsumen.

Berdasarkan analisis Friedman (Lampiran 9), menunjukkan bahwa perlakuan

proporsi tepung terigu:pisang tanduk kukus dan penambahan telur tidak

berpengaruh nyata terhadap nilai kesukaan aroma cake pisang. Nilai tingkat

(59)

Tabel 18. Nilai rata-rata uji organoleptik aroma cake pisang dari perlakuan proporsi tepung terigu:pisang tanduk kukus dan penambahan telur

Perlakuan Proporsi Tepung

Terigu:pisang tanduk kukus (%)

Keterangan : Nilai rerata semakin tinggi maka menunjukkan tingkat kesukaan semakin tinggi.

Berdasarkan Tabel 18 menunjukkan tingkat ranking kesukaan terhadap

aroma cake didapatkan nilai rata-rata adalah berkisar 69,5 – 124,5. Perlakuan

proporsi tepung terigu : pisang tanduk kukus (70:30) dan penambahan telur

100gr yaitu 124,5 menghasilkan aroma cake dengan tingkat kesukaan tertinggi

dan perlakuan proporsi tepung terigu : pisang tanduk kukus (80:20) dan

penambahan telur 75 gr yaitu 69,5 menghasilkan aroma cake dengan tingkat

kesukaan terendah.

Secara umum terlihat bahwa penambahan pisang tanduk kukus

meningkatkan penerimaan aroma cake yang dihasilkan karena pisang

mempunyai aroma yang khas. Adapun penambahan telur tidak mempengaruhi

aroma cake.

3. Uji Kesukaan Rasa

Rasa dapat dipakai sebagai indikator kesegaran dan penyimpangan bahan

(60)

Rasa makanan dapat dikenali dan dibedakan oleh kecapan yang ada pada lidah

(Winarno,1997). Berdasarkan analisis Friedman (Lampiran 9), menunjukkan

bahwa perlakuan proporsi tepung terigu:pisang tanduk kukus dan penambahan

telur berpengaruh nyata terhadap nilai kesukaan rasa cake pisang. Nilai tingkat

kesukaan panelis terhadap rasa cake pisang dapat dilihat pada Tabel 19.

Tabel 19. Nilai rata-rata uji organoleptik rasa cake pisang dari perlakuan proporsi tepung terigu:pisang tanduk kukus dan penambahan telur

Perlakuan Proporsi Tepung Terigu:Pisang

tanduk kukus (%) Telur (%) Keterangan : Nilai rerata yang diikuti huruf berbeda berarti berbeda nyata.

Berdasarkan Tabel 19 menunjukkan tingkat ranking kesukaan terhadap

cake pisang didapatkan nilai rata-rata adalah berkisar 44 - 151. Nilai tertinggi

terdapat pada perlakuan proporsi tepung terigu : pisang tanduk kukus (70:30)

dengan penambahan telur 125 gr sedangkan nilai terendah terdapat pada

perlakuan proporsi tepung terigu:pisang tanduk kukus (80:20) dengan

penambahan 75 gr telur dengan uji Friedman menunjukkan perbedaan yang

nyata.

Dengan semakin tingginya penambahan pisang tanduk kukus, tingkat

kesukaan terhadap rasa pada cake cenderung meningkat. Penyebab peningkatan

kesukaan terhadap rasa ini karena kaitannya dengan pisang tanduk mempunyai

(61)

cake. Semakin tinggi penambahan telur maka rasa cake akan menjadi semakin

lembut sehingga lebih banyak panelis yang suka. Pisang tanduk merupakan

pisang jenis Plantain yang artinya pisang ini akan menjadi lebih enak setelah

mengalami pengolah (Anonymous,2007)

Menurut Winarno (1984), penyebab terjadinya peningkatan kegurihan dari

suatu produk pangan ditentukan oleh besarnya protein dalam produk tersebut.

Pernyataan tersebut didukung oleh Sudarmadji, dkk (1997) bahwa kandungan

protein dari suatu bahan makanan berkolerasi cukup tinggi terhadap penilaian

konsumen terutama dalam hal rasa. Menurut Winarno (1984), penyebab

terjadinya peningkatan kegurihan dari suatu produk ditentukan oleh besarnya

protein dan lemak yang dikandungnya. Telur memiliki kandungan lemak dan

protein yang cukup besar, sehingga dua komponen inilah yang menambah

kontribusi rasa dalam cake.

4. Uji Kesukaan Tekstur

Berdasarkan analisis Friedman (Lampiran 9), menunjukkan bahwa

perlakuan proporsi tepung terigu:pisang tanduk kukus dan penambahan telur

berpengaruh nyata (p≤0,05) terhadap nilai kesukaan tekstur cake pisang. Nilai

tingkat kesukaan panelis terhadap tekstur cake pisang dapat dilihat pada Tabel

Gambar

Tabel I. Formula kue basah (Cake)
Tabel 2. Daftar komposisi tepung terigu per 100 gram bahan.
Tabel 3. Komposisi Zat Gizi Pisang per 100 gram bahan :
Gambar 1. Pisang Tanduk
+7

Referensi

Dokumen terkait

Seperti kegiatan pembelajaran (KBM):1) guru melontarkan stimulus dengan cara membaca cerita atau menampilkan gambar, foto atau film. Dalam hal ini diharapkan peserta didik

Hasil menyatakan bahwa etos kerja berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja pegawai di Badan Penanggulangan Bencana Kota Palu. Kemampuan untuk

Kemampuan aplikasi ini diharapkan dapat menangani inputan untuk user yang banyak (dengan tujuan meminimalisasi lisensi user sistem ERP) dan pembuatan laporan-laporan non

Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah: (1) Penggunaan model pembelajaran langsung dapat

Penelitian skripsi dari Muhammad Arif Mustofa yang berjudul Poligami Dalam Hukum Agama dan Negara dilakukan pada tahun 2017, penelitian ini membahas tentang

Dalam konteks mitologi lama, mitos bertalian dengan sejarah dan bentukan masyarakat pada masanya, tetapi Barthes memandangnya sebagai bentuk pesan atau tuturan yang harus

a. Tahapan ini dilakukan dengan menyiapkan data-data yang dibutuhkan terkait masyarakat sasaran yang berada di Desa Geneng, Kecamatan Geneng, Kabupaten Ngawi. Hal ini

Melihat hasil data yang telah dikumpulkan oleh peneliti dapat disimpulkan bahwa kinerja Pabrik Gula Modjopanggoong Tulungagung dalam pengadaan barang mulai dari