• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Kepuasan Kerja, Komitmen Organisasi dan Motivasi Terhadap Kinerja Manajerial pada PT. Alter Trade Indonesia.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Kepuasan Kerja, Komitmen Organisasi dan Motivasi Terhadap Kinerja Manajerial pada PT. Alter Trade Indonesia."

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

PADA PT. ALTER TRADE INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Akuntansi

Diajukan oleh :

Melinda Indrawati

0513010275/FE/EA

Kepada

FAKULTAS

EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL”VETERAN”

JAWA TIMUR

(2)

SWT dan Rasulnya Nabi Muhammad SAW, karena atas segala rahmat dan

hidayah-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh

Kepuasan Kerja, Komitmen Organisasi dan Motivasi Terhadap Kinerja

Manajerial Pada PT. Alter Trade Indonesia”.

Penyusunan skripsi ini untuk memenuhi salah satu syarat dalam

memperoleh gelar Sarjana di Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran“ Jawa Timur. Keberhasilan menyelesaikan penulisan skripsi

ini tentu tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan

yang baik ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :

1.

Bapak Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2.

Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur., MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3.

Ibu Dr. Sri Trisnaningsih, MSi., selaku Ketua Program Studi Akuntansi

Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4.

Bapak Drs. Ec. Sjafi’I, MM. Ak., selaku Dosen Pembimbing yang telah

memberikan bimbingan dan pengarahan selama penyusunan penelitian ini.

5.

Seluruh Dosen dan Staf Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional

“Veteran” Jawa Timur yang telah mendidik penulis selama menjadi

mahasiswa.

(3)

 

ii

12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah

membantu penulis dalam melakukan penelitian ini.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna dan masih banyak

kekurangan. Untuk saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan dari

semua pihak. Peneliti juga meminta maaf apabila terdapat bagian di dalam skripsi

ini yang tidak berkenan bagi pihak-pihak tertentu Semoga penelitian ini

bermanfaat bagi pembaca dan bagi semua pihak yang berkepentingan serta dapat

dikembangkan lebih lanjut dikemudian hari.

Surabaya, Pebruari 2010

(4)

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

ABSTRAK ... xi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Masalah ... 1

1.2.

Perumusan Masalah ... 4

1.3.

Tujuan Penelitian ... 4

1.4.

Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Hasil Penelitian Terdahulu ... 6

2.1.1

Trisnaningsih (2003) ... 6

2.1.2

Riyadi (2000) ... 7

2.1.3

Maryadi dan Supomo (2000) ... 7

2.2

Landasan Teori ... 8

2.2.1.

Kepuasan Kerja ... 8

2.2.1.1.

Pengertian Kepuasan Kerja ... 8

2.2.1.2.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Kepuasan Kerja ... 10

(5)

2.2.2.1.

Pengertian Komitmen Organisasi ... 12

2.2.2.2.

Karakteristik Komitmen Organisasi ... 13

2.2.2.3.

Komponen Komitmen ... 13

2.2.3.

Motivasi ... 14

2.2.3.1.

Pengertian Motivasi ... 14

2.2.3.2.

Fungsi Motivasi ... 15

2.2.3.3.

Jenis-Jenis Motivasi ... 16

2.2.3.4.

Teori-Teori Yang Mendukung Motivasi .... 17

2.2.4.

Kinerja Manajerial ... 22

2.2.4.1.

Pengertian Manajerial ... 22

2.2.4.2.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja

Manajerial ... 23

2.2.4.3.

Evaluasi Kinerja ... 24

2.2.4.4.

Manfaat Penilaian Kinerja ... 24

2.2.4.5.

Reskilling Manajer ... 27

2.3.

Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Manajerial ... 27

2.4.

Pengaruh Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja

Manajerial ... 28

2.5.

Pengaruh Motivasi Terhadap Kinerja Manajerial ... 29

2.6.

Kerangka Berpikir ... 30

2.7.

Hipotesis ... 32

(6)

3.1.1.

Definisi Operasional ... 33

3.1.2.

Pengukuran Variabel ... 36

3.2

Teknik Penentuan Sampel ... 36

3.3

Teknik Pengumpulan Data ... 38

3.3.1.

Jenis Data ... 38

3.3.2.

Sumber Data ... 38

3.3.3.

Pengumpulan Data ... 38

3.4

Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 39

3.4.1.

Uji Validitas, Uji Reliabilitas dan Uji Normalitas ... 39

3.4.1.1.

Uji Validitas ... 39

3.4.1.2.

Uji Reliabilitas ... 40

3.4.1.3.

Uji Normalitas ... 41

3.4.2.

Uji Asumsi Klasik BLUE (Best Linier Unbiased

Estimator)... 42

3.4.3.

Uji Regresi Linear Berganda... 46

3.4.4.

Uji Hipotesis... 47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1.

Deskripsi Hasil Penelitian ... 49

4.1.1.

Sejarah Singkat Perusahaan ... 49

4.1.2.

Struktur Organisasi ... 52

4.1.3.

Uraian Tugas dan Tanggungjawab ... 53

(7)

4.2.2.

Deskripsi Variabel Kepuasan Kerja (X1) ... 58

4.2.3.

Deskripsi Variabel Komitmen Organisasi (X2) ... 59

4.2.4.

Deskripsi Variabel Motivasi (X3) ... 61

4.2.5.

Deskripsi Variabel Kinerja Manajerial (Y) ... 63

4.3.

Deskripsi Hasil Pengujian ... 65

4.3.1.

Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas ... 65

4.3.1.1.Pengujian Validitas ... 65

4.3.1.2.Pengujian Reliabilitas ... 67

4.3.1.3.Hasil Pengujian Normalitas ... 68

4.3.2.

Pengujian Asumsi Klasik ... 69

4.3.2.1.Autokorelasi ... 69

4.3.2.2.Mulitikolinieritas ... 70

4.3.2.3.Uji Heteroskedastisitas ... 71

4.3.3.

Hasil Pengujian Regresi Linier Berganda ... 72

4.3.4.

Pengujian Hipotesis Pengaruh Kepuasan Kerja,

Komitmen Organisasi dan Motivasi Terhadap

Kinerja Manajerial ... 74

4.4.

Pembahasan Hasil Penelitian ... 76

4.4.1. Implikasi Hasil Penelitian ... 80

4.5.

Perbedaan Penelitian yang Dilakukan Sekarang Dengan

Penlitian Terdahulu ... 80

(8)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.

Kesimpulan ... 83

5.2.

Saran ... 83

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(9)

Tabel 3.1 Penentuan nilai Durbin Watson ... 43

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur ... 58

Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Kategori Jenis Kelamin ... 58

Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenjang Pendidikan ... 58

Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bekerja ... 59

Tabel 4.5 Hasil Jawaban Responden untuk Pertanyaan Variabel Kepuasan

Kerja ... 59

Tabel 4.6 Hasil Jawaban Responden untuk Pertanyaan Variabel Komitmen

Organisasi ... 61

Tabel 4.7 Hasil Jawaban Responden untuk Pertanyaan Variabel Motivasi .. 62

Tabel 4.8 Hasil Jawaban Responden untuk Pertanyaan Variabel Kinerja

Manajerial ... 64

Tabel 4.9 Hasil Uji Validitas untuk Variabel Kepuasan Kerja ... 66

Tabel 4.10 Hasil Uji Validitas untuk Variabel Komitmen Organisasi ... 67

Tabel 4.11 Hasil Uji Validitas untuk Variabel Motivasi ... 67

Tabel 4.12 Hasil Uji Validitas untuk Variabel Kinerja Manajerial ... 67

Tabel 4.13 Hasil Uji Reliabilitas ... 69

Tabel 4.14 Hasil Pengujian Normalitas ... 70

Tabel 4.15 Hasil Uji Multikolinieritas ... 71

Tabel 4.16 Hasil Pengujian Heteroskedastisitas ... 72

Tabel 4.17 Perbedaan Penelitian ... 82

(10)

Gambar 3.1 Kurva Durbin Watson ... 44

Gambar 4.1. Distribusi Daerah Keputusan Autokorelasi ... 71

(11)

x

Lampiran 1.

Kuesioner

Lampiran. 2.1. Rekapitulasi Jawaban Responden Variabel Kepuasan Kerja

Lampiran. 2.2. Rekapitulasi Jawaban Responden Variabel Komitmen Organisasi

Lampiran 2.3. Rekapitulasi Jawaban Responden Variabel Motivasi

Lampiran 2.4. Rekapitulasi Jawaban Responden Variabel Kinerja Manajerial

Lampiran 3.1. Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas Variabel Kepuasan

Kerja

Lampiran 3.2. Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas Variabel Komitmen

Organisasi

Lampiran 3.3. Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas Variabel Motivasi

Lampiran 3.4. Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas Variabel Kinerja

Manajerial

Lampiran 4.

Hasil Pengujian Normalitas

Lampiran 5.

Hasil Uji Multikolinieritas

Lampiran 6.

Hasil Pengujian Heteroskedastisitas

Lampiran 7.

Tabel DW

(12)

Melinda Indrawati

ABSTRAKSI

Persaingan bisnis yang dihadapi perusahaan-perusahaan pada saat ini

semakin ketat, sehingga menuntut manajemen perusahaan untuk mempertahankan

perusahaan agar selalu dapat berjalan secara efektif dan efisien, salah satunya

adalah dengan berupaya untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Namun

peningkatan kinerja tidak akan berhasil apabila tidak didukung dengan sumber

daya yang memadai. Keberhasilan dari kinerja seseorang dalam suatu pekerjaan

banyak ditentukan oleh tingkat kompetensi, profesionalisme dan komitmen

terhadap bidang yang ditekuninya. Adanya komitmen, organisasi dan partisipan

dapat berkembang searah dan seiring sejalan dalam usaha mewujudkan program

organisasi, dengan kata lain komitmen organisasi dapat mempengaruhi motivasi

individu untuk menentukan suatu hal. PT. Alter Trade Indonesia merupakan salah

satu perusahaan yang mengalami penurunan laba, yang mempunyai pengaruh

besar terhadap kepuasan kerja, komitmen organisasi dan motivasi. Tujuan dalam

penelitian ini adalah untuk menguji kepuasan kerja, komitmen organisasi dan

motivasi mempunyai pengaruh terhadap kinerja manajerial.

Model yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini

adalah Regresi Linier Berganda. Variabel penelitian adalah Kepuasan Kerja (X1),

Komitmen Organisasi (X

2

), Motivasi (X

3

) dan Kinerja Manajerial (Y). Populasi

dalam penelitian ini adalah Manajer pada PT.Alter Trade Indonesia. Metode

pengambilan sampel yang digunakan adalah probability sampling dengan tipe

sampel random sampling, sehingga sampel dalam penelitian ini adalah berjumlah

37 orang manajer.

Berdasarkan hasil pengujian dapat ditarik kesimpulan bahwa hipotesis

yang menyatakan bahwa variabel Motivasi, Kepuasan Kerja dan Komitmen

Organisasi berpengaruh terhadap Kinerja Manajerial dapat terbukti kebenarannya.

Kata kunci : kepuasan kerja, komitmen organisasi, motivasi, kinerja manajerial

(13)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada Era Globalisasi ini kemajuan teknologi dan perkembangan ekonomi begitu cepat dirasakan,seiring dengan kemajuan dan perkembangan tersebut, tingkat persaingan antar perusahaan ikut pula mengalami peningkatan, hal ini memaksa perusahaan untuk mengembangkan usaha semaksimal mungkin, serta mempertahankan kondisi perusahaan agar selalu dapat berjalan secara efektif dan efisien.

PT. Alter Trade Indonesia adalah perusahaan yang memproduksi udang dari berbagai wilayah di Indonesia. Kemudian Hasilnya di eksport ke Negara Jepang. Perusahaan ini merupakan cabang dari perusahaan yang berada di Negara Jepang. Saham perusahaan ini 100% milik perusahaan asing yaitu Negara Jepang. Perusahaan ini sangat mengutamakan kesehatan para karyawannya dan sangat mengutamakan kualitas produknya.

Upaya mempertahankan perusahaan agar selalu dapat berjalan secara efektif dan efisien, perusahaaan berupaya untuk meningkatkan kinerjanya. Namun peningkatan kinerja tidak akan berhasil apabila tidak didukung dengan sumber daya yang memadai.

(14)

Komitmen Oraniganisasi merupakan tingkat sejauh mana seorang karyawan memihak pada suatu organisasi tertentu dan tujuan-tujuannya, serta berniat untuk mempertahankan keanggotaannya dalam organisasi itu (Ikhsan dan Ishak, 2005: 35).

Komitmen organisasi menentukan suatu daya dari seseorang dalam mengidentifikasi keterlibatannya dalam suatu bidang organisasi, oleh karena itu komitmen organisasi akan menimbulkan rasa ikut memiliki bagi pekerjaan terhadap organisasi.

Adanya komitmen, organisasi dan partisipan dapat berkembang searah dan seiring sejalan dalam usaha mewujudkan program organisasi, dengan kata lain komitmen organisasi dapat mempengaruhi motivasi individu untuk menentukan suatu hal.

Motivasi pada dasarnya merupakan proses untuk mencoba mempengaruhi seseorang agar melakukan sesuatu yang kita inginkan, dengan kata lain adalah dorongan dari luar terhadap seseorang agar mau melaksanakan sesuatu.

Secara psikologis tingkah laku individu dalam suatu organisasi kerja erat kaitanya dengan motif-motif yang dimiliknya, sedangkan motif individu ditentukan oleh kebutuhan, jika kebutuhan tersebut ingin terealisasi maka seseorang akan berusaha menimbulkan motif dirinya yang selanjutnya dapat dilihat pada tingkah laku dan performasinya.

(15)

Rangsangan ekonomis yaitu suatu stimulus yang dapat menimbulkan dan meningkatkan motivasi individu melalui pemberian atau pemenuhan pada kebutuhan ekonominya, sedangkan rangsangan non ekonomis merupakan bentuk stimulus untuk menumbuhkan motivasi kerja melalui penciptaan iklim kerja yang sehat dan penciptaan mekanisme kerja kelompok serta pelimpahan wewenang dibawah kepemimpinan yang efektif.

Kepuasan kerja adalah keadaan emosional karyawan dimana terjadi ataupun tidak terjadi titik temu antara nilai balas jasa karyawan dari perusahaan atau organisasi dengan tingkat nilai balas jasa yang memang diinginkan oleh karyawan yang bersangkutan (Martoyo, 2002:142).

Kepuasan kerja merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi kepuasan hidup karena sebagian besar waktu manusia dihabiskan ditempat kerja. Studi kepuasan kerja dan komitmen organisasi merupakan topik yang menarik dan dapat dijadikan pertimbangan saat mengkaji model pergantian karyawan.

Pada saat survey diperoleh informasi bahwa telah terjadi peningkatan kinerja perusahaan, dimana peningkatan tersebut, dapat dilihat melalui adanya peningkatan laba yang dicapai pada tahun 2005 dan pada tahun 2008 yaitu sebesar

Tahun Laba ditargetkan Laba yang dicapai

(16)

Tetapi terjadi hal yang sebaliknya pada tahun 2006 dan 2008 yaitu penurunan kinerja perusahaan, dikarenakan stock barang terlalu banyak, maka apabila stock terlalu banyak menyebabkan udang rusak. Penurunan laba ini mempunyai pengaruh besar terhadap kepuasan kerja, komitmen organisasi dan motivasi. Karena kepuasan kerja, motivasi dan komitmen organisasi mempunyai pengaruh terhadap peningkatan produktivitas. Karena penurunan laba ini banyak karyawan yang kehilangan penghasilan mereka. Yaitu banyak terjadinya Pemutusan Hubungan Kerja.

Berdasarkan uraian diatas , penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul ”Pengaruh Kepuasan Kerja, Komitmen

Organisasi dan Motivasi Terhadap Kinerja Manajerial pada PT.Alter

Trade Indonesia”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan deskriptif diatas, maka permasalahan yang diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut :

 Apakah Kepuasan Kerja, Komitmen Organisasi, dan Motivasi

berpengaruh terhadap Kinerja Manajerial ?

1.3. Tujuan Penelitian

Berpijak pada rumusan masalah penelitian diatas, tujuan penelitian ini adalah untuk menguji :

 Kepuasan kerja, komitmen organisasi dan motivasi mempunyai

(17)

1.4. Manfaat Penelitian

a. Bagi Perusahaan

Sebagai bahan masukan untuk lebih mengetahui Pengaruh Kepuasan Kerja, Komitmen Organisasi dan Motivasi terhadap Kinerja Manajerial, dimana kepuasan kerja, komitmen organisasi dan motivasi mempunyai pengaruh terhadap kinerja manajerial.

b. Bagi Peneliti

Sebagai Masukan bagi peneliti sendiri dalam memperoleh pengalaman yang nyata,sehingga dapat membandingkan teori yang telah diperoleh selama kuliah dengan keadaan yang sebenarnya.

c. Bagi pembaca

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

2.1.1. Trisnaningsih ( 2003 )

Judul : “Pengaruh Komitmen Terhadap Kepuasan Kerja Auditor :

Motivasi komitmen sebagai variabel Intervening (Studi Empiris pada

Kantor Akuntan Publik di Jawa Timur)”

Permasalahan

1. Apakah komitmen organisasional dan komitmen professional

mempunyai pengaruh terhadap kepuasan kerja ?

2. Apakah komitmen organisasional dan komitmen profesioanal

mempunyai pengaruh terhadap motivasi ?

3. Apakah motivasi mempunyai pengaruh terhadap kepuasan kerja ?

4. Apakah komitmen organisasional dan komitmen professional

mempunyai pengaruh terhadap kepuasan kerja melalui motivasi ?

Kesimpulan

Hasil analisis dari penelitian ini membuktikan bahwa :

1. Komitmen Organisasional dan komitmen professional mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan kerja.

2. Komitmen Organisasional dan Komitmen Profesional berpengaruh

secara signifikan terhadap motivasi.

3. Motivasi mempunyai pegaruh secara signifikan terhadap kepuasan

(19)

4. Komitmen Organsasional dan komitmen professional mempunyai

pengaruh secara tidak langsung melalui variabel intervening motivasi

terhadap kepuasan kerja.

2.1.2. Riyadi ( 2000 )

Judul :”Motivasi dan pelimpahan wewenang sebagai variabel moderating

dalam hubungan antara partisipasi penyusunan anggaran dan kinerja

manajerial.”

Permasalahan

Apakah motivasi dan derajat pelimpahan wewenang dalam organisasi

yang berfungsi sebagai variabel moderating mempengaruhi hubungan

antara partisipasi penyusunan anggaran dengan kinerja manajerial ?

Kesimpulan

Dari hasil analisis penelitian yang terdahuli, didapat kesimpulan bahwa

interaksi antara partisipasi penyusunan anggaran dengan motivasi akan

mempengaruhi kinerja manajerial. Pengaruh partisipasi dalam proses

penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial akan tinggi apabila

motivasi kerja yang dimiliki manajer tinggi, dan pengaruh partisipasi

dalam proses penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial akan

rendah apabila motivasi kerja yang dimiliki rendah.

2.1.3. Maryani dan Supomo ( 2001 )

Judul : ”Studi Empiris Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja

(20)

Permasalahan

Apakah ada pengaruh yang signifikan kepuasan kerja terhadap kinerja

individual.

Kesimpulan

Dari hasil analisis dalam penelitian ini, didapat kesimpulan bahwa

kepuasan kerja mempunyai hubungan yang signifikan dengan kinerja

individual. Kepuasan seseorang pekerja terhadap karakteristik pekerjaan,

sikap dan kemampan atasan, dukungan dan kerjasama rekan sekerja,

besarnya kompensasi dan kesempatan untuk promosi merupakan faktor

penting yang memotivasi pekerja untuk meningkatkan kinerjanya.

2.2. Landasan Teori

2.2.1 Kepuasan Kerja

2.2.1.1.Pengertian Kepuasan Kerja

Kepuasan Kerja (Job Satisfaction) adalah keadaan emosional

karyawan dimana terjadi ataupun tidak terjadi titik temu antara nilai balas

jasa kerja karyawan dari perusahaan/Organsasi dengan tingkat nilai balas

jasa yang memang diingankan oleh karyawan yang bersangkutan

(Martoyo, 2002: 142).

Menurut Davis (1996: 105), kepuasan kerja adalah seperangkat

perasaan pegawai tentang menyenangkan atau tidaknya pekerjaan mereka.

Perasaan senang ataupun tidak senang ini muncul disebabkan karena pada

saat karyawan bekerja mereka membawa serta keinginan, kebutuhan dan

(21)

tinggi harapan kerja ini dapat terpenuhi, maka makin tinggi kepuasan kerja

karyawan.

Kepuasan kerja tidak dapat dipisahkan oleh motivasi kerja yang

seringkali merupakan harapan kerja karyawan. Gambaran yang akurat

tentang hubungan ini adalah bahwa motivasi kerja menyumbang

timbulnya kepuasan kerja yang tinggi. Kepuasan kerja akan akan tinggi

apabila keinginan dan kebutuhan mereka yang menjadi motivasi kerja

terpenuhi.

Menurut Handoko (1988: 193), Kepuasan kerja adalah keadaan

emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dengan mana

karyawan memandang pekerjaan mereka. Kepuasan kerja mencerminkan

perasaan seseorang terhadap pekerjaannya. Ini tampak dalam sifat positif

karyawan terhadap pekerjaan dan segala sesuatu yang dihadapi dalam

lingkungan pekerjaannya. Manajer sumber daya manusia harus senantiasa

memonitor kepuasan kerja karena hal itu mempengaruhi tingkat absensi,

perputaran tenaga kerja, semangat kerja dan masalah sumber daya manusia

lainnya.

Fungsi sumber daya manusia biasanya membuat kontak langsung

dengan para penyelia dan karyawan dengan berbagai cara untuk

mempengaruhi mereka.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja itu

adalah jumlah dari perasaan itu sendiri yang dirasakan individu di dalam

(22)

Kerja yang tercipta merupakan indikator yang dapat dipakai oleh manajer

untuk menilai keberhasilan pelaksanaan dari kebijakan sumber daya

manusia.

2.2.1.2.Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja

Menurut Mangkunegara (2004: 120), ada dua faktor yang

mempengarui kepuasan kerja, yaitu faktor yang ada pada diri pegawai dan

faktor pekerjaannya.

a. Faktor pegawai, Yaitu kecerdasan (IQ), kecakapan khusus, umur, jenis

kelamin, kondisi fisik, pendidikan, pengalaman kerja, masa kerja,

kepribdian, emosi, cara berpikir, persepsi, dan sikap kerja.

b. Faktor pekerjaan , yaitu jenis pekerjaan, struktur organisasi, pangkat

(golongan), kedudukan, mutu pengawasan, jaminan financial,

kesempatan promosi jabatan, interaksi sosial, dan hubungan kerja.

Sedangkan menurut Hariandja (2002: 291), faktor-faktor yang

mempengaruhi adalah :

1. Gaji, adalah jumlah bayaran yang diterima seseorang sebagai akibat

dari pelaksanaan kerja apakah sesuai dengan kebutuhan dan dirasakan

adil.

2. Pekerjaan itu sendiri, yaitu isi pekerjaan yang dilakukan seseorang

apakah memiliki elemen yang memuaskan.

3. Rekan Sekerja, yaitu teman-teman kepada siapa seseorang senantiasa

berinteraksi dalam pelaksanaan pekerjaan. Seseorang dapat merasakan

(23)

4. Atasan, yaitu seseorang yang senantiasa memberi perintah atau

petunjuk dalam pelaksanaan kerja. Cara-cara atasan dapat tidak

menyenangkan bagi seseorang atau menyengkan dan hal ini dapat

mempengaruhi kepuasan kerja.

5. Promosi, yaitu kemungkinan seseorang dapat berkembang melalui

kenaikan jabatan. Seseorang dapat merasakan adanya kemungkinan

yang besar untuk naik jabatan atau tidak, proses kenaikan jabatan

kurang terbuka atau terbuka. Ini juga mempengaruhi tingkat kepuasan

kerja seseroang.

6. Lingkungan kerja, yaitu lingkungan fisik dan psikologis.

2.2.1.3.Survei Kepuasan Kerja

Survei Kepuasan Kerja dapat membuahkan hasil yang positif,

netral, atau negatif ( Davis dan Newstrom 1996:112 ) :

1. Kepuasan Kerja Umum.

Survei ini mengungkapkan bagaimana perasaan karyawan tentang

pekerjaan mereka, bagian pekerjaan yang menimbulkan perasaan itu,

departemen sangat berpengaruh perasaan siapa saja yang terlibat.

2. Komunikasi

Masalah lain adalah timbulnya komunikasi yang berharga melalui

survei kepuasan kerja. Komunikasi mengalir ke semua arah pada saat

(24)

3. Membaiknya Sikap

Dalam survey ini diungkapkan perhatian pimpinan terhadap

kesejahterahan pegawai, sehingga ada alasan bagi karyawan untuk

merasa lebih baik pada pimpinan

4. Masalah bagi Serikat Pekerja

Pimpinan perusahaan maupun serikat pekerja sering bertikai tentang

hal-hal yang diinginkan karyawan tetapi tidak satupun yang

benar-benar mengetahuinya.

5. Perencanaan dan Pemantauan Perubahan

Para manajer yang waspada menyadari perlunya mengkaji reaksi

pegawai terhadap perubahan kebijaksanaan dan program yang penting.

Syarat survey yang ideal menurut Davis dan Newston (1996:

113) Yaitu :

- Pimpinan terus mendukung survey secara aktif.

- Para pegawai terlibat sepenuhnya dalam perencanaan survey.

- Ada tujuan yang jelas untuk melaksanakan survey.

- Telah dirancang dan dilakukan sesuai dengan standar yang baik.

- Pimpinan mampu dan mau melakukan Tindak lanjut.

- Hasil dan rencana tindakan dikomunikasikan kepada pegawai.

2.2.2. Komitmen Organisasi

2.2.2.1Pengertian Komitmen Organisasi

Komitmen Organisasi merupakan tingkat sampai sejauh mana

(25)

tujuan-tujuannya, serta berniat untuk mempertahankan keanggotaannya dalam

organisasi itu (Ikhsan dan Ishak, 2005: 35).

Robinson (1996), dalam Ikhsan dan Ishak mengemukakan bahwa

komitmen karyawan pada organisasi merupakan salah satu sikap yang

mencerminkan perasaan suka atau tidak suka seorang karyawan pada

organisasi tempat dia bekerja.

Menurut Wiener (1982), dalam Darli (2002: 90) mendefinisikan

komitmen organisasi sebagai dorongan dari dalam diri individu untuk

berbuat sesuatu agar dapat menunjang keberhasilan organisasi sesuai

dengan tujuan dan lebih mengutamakan kepentingan organisasi.

2.2.2.2Karakteristik Komitmen Organisasi

Tiga karakteristik yang berhubungan dengan Komitmen Organisasi

menurut Cherrington (1996), dalam Ikhsan dan Ishak (2005: 35) :

1. Keyakinan dan penerimaan yang kuat terhadap nilai dan tujuan

organisasi.

2. Kemauan untuk sekuat tenaga melakukan yang diperlukan untuk

kepentingan organisasi.

3. Keinginan yang kuat untuk menjaga keanggotaan dalam organisasi.

2.2.2.3Kompenen Komitmen

Menurut Meyer dan Allen, dalam Ikhsan dan Ikhsan (2005: 35)

(26)

a. Komponen Afektif (affective commitment) terjadi apabila karyawan

ingin menjadi bagian dari organisasi karena adanya ikatan emosional

(emotional attachment).

b. Komitmen Kontinu (Continuance Commitment) muncul apabila

karyawan tetap bertahan pada suatu organisasi arena membutuhkan

gaji dan keuntungan-keuntungan lain, atau karena karyawan tersebut

tidak menemukan pekerjaan lain. Dengan kata lain karyawan tersebut

tinggal di organisasi itu karena dia membutuhkan organisasi tesebut.

c. Komitmen Normatif (Normative Commitment) timbul dari nilai-nilai

diri karyawan-karyawan bertahan menjadi anggota suatu organisasi

karena memiliki kesadaran bahwa komitmen terhadap organisasi

merupakan hal yang memang seharusnya dilakukan. Jadi, karyawan

tersebut tinggal di organisasi itu karena dia merasa berkewajiban untuk

itu.

Dari ketiga jenis komitmen tersebut, komitmen afektif adalah

jenis yang paling diinginkan oleh perusahaan. Meyer dan Allen, dalam

Ikhsan dan Ishak (2005: 36) menegaskan bahwa seorang biasa

memiliki pemahaman yang lebih baik mengenai hubungan antara

karyawan dengan organisasi ketika ketiga bentuk komitmen tersebut di

pertimbangkan bersama-sama.

2.2.3 Motivasi

2.2.3.1Pengertian Motivasi

Motivasi pada dasarnya merupakan proses untuk mencoba

(27)

dengan kata lain adalah dorongan dari luar terhadap seseorang agar mau

melaksanakan sesuatu. Ada 2 pengertian tentang motivasi, yaitu :

“Menurut Stephen P.Robbins (2002: 55), motivasi adalah

keinginan untuk melakukan sesuatu dan menentukan kemampuan

bertindak untuk memuaskan kebutuhan individu.”

“Menurut Anthony (1997: 53), motivasi dapat berupa keinginan

untuk tetap mempertahankan posisi, mendapatkan promosi, naik gaji,

mendapatkan status tertentu atau menjadi orang yang berpengaruh, atau

hanya ingin menganggur.”

Pada dasarnya motivasi memiliki dua komponen, yakni :

1. Komponen dalam (inner Component), yaitu perubahan dalam diri

seseorang, keadaan merasa tidak puas, ketegangan psikologis.

2. Komponen Luar (outher component), yaitu apa yang di inginkan

seseorang, tujuan yang menjadi arah tingah lakunya (Hamalik,

1993:73).

2.2.3.2. Fungsi Motivasi

Menurut Hamalik (1993: 75) ada 3 fungsi motivasi, yaitu :

1. Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. Tanpa Motivasi

tidak akan timbul sesuatu perbuatan /tindakan.

2. Motivasi berfungsi sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan

untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

3. Motivasi berfungsi sebagai penggerak. Besar kecilnya motivasi akan

(28)

2.2.3.3. Jenis-Jenis Motivasi

Berdasarkan pengertiannya, maka pada pokoknya motivasi dapat

dibagi menjadi dua jenis :

1. Motivasi Intrinsik adalah motivasi yang tercakup didalam situasi kerja

dan memenuhi kebutuhan da tujuan-tujuan staf. Motivasi ini sering

juga disebut motivasi murni, yakni motivasi yang sebenarnya, yang

timbul dari dalam diri sendiri.

2. Motivasi Entrinsik adalah motivasi yang disebabkan oleh factor-faktor

dari luar. Motivasi ekstrinsik ini tetap diperlukan sebab tidak semua

pekerjaan dapat menarik minat bawahan atau sesuai dengan

kebutuhannya. Seringkali bawahan belum memahami untuk apa dia

bekerja. Dalam keadaan ini motivasi terhadap pekerjaan perlu di

bangkitkan oleh manajer agar mereka mau dan ingin bekerja secara

lebih baik (Hamalik, 1993: 76).

Menurut Davis (1996:87) ada 4 pola motivasi yang sangat penting :

1. Motivasi Prestasi

Adalah dorongan dalam diri orang-orang untuk mengatasi segala

tantangan dan hambatan dalam upaya mencapai tujuan.

2. Motivasi Afiliasi

Adalah dorongan untuk berhubungan dengan orang-orang dasar social.

3. Motivasi Komperensi

Adalah dorongan untuk mencapai keunggulan kerja, meningkatkan

(29)

4. Motivasi Kekuasaan

Adalah dorongan untuk mempengaruhi orang-orang dan mengubah

situasi.

2.2.3.4 Teori-Teori Yang Mendukung Motivasi

1. Teori Kebutuhan

Kebutuhan dapat didefinisikan sebagai suatu kesenjangan atau

pertentangan yang dialami antara suatu kenyataan dengan dorongan

yang ada dalam diri.

Apabila pegawai kebutuhannya tidak terpenuhi maka pegawai

tersebut akan menunjukan perilaku kecewa. Sebaliknya, jika

kebutuhannya terpenuhi maka pegawai tersebut akan memperlihatkan

perilaku yang gembira sebagai manifestasi dari rasa puasnya.

Abraham Maslow megemukakan bahwa hirarki kebutuhan

manusia adalah sebagai berikut :

a. Kebutuhan Fisiologis

Yaitu kebutuhan untuk makan,minum, perlindungan fisik,

bernafas, seksual. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan tingkat

terendah atau di sebut pula sebagai kebutuhan paling dasar.

b. Kebutuhan Rasa Aman

Yaitu Kebutuhan akan perlindungan dari ancaman, bahaya,

(30)

c. Kebutuhan untuk merasa memiliki

Yaitu kebutuhan untuk diterima oleh kelompok, berafiliasi,

berinteraksi, dan kebutuhan untuk mencintai serta dicintai.

d. Kebutuhan Harga Diri

Yaitu kebutuhan untuk dihormati dan dihargai oleh orang lain.

e. Kebutuhan untuk Mengaktualisasi Diri

Yaitu kebutuhan untuk menggunakan kemampuan, skill, dan

potensi. Kebutuhan untuk berpendapat dengan mengemukan

ide-ide, memberi penilaian dan kritik terhadap sesuatu (Mangkunegara,

2004: 94).

2. Teori ERG (Existence, Relatedness, Growth)

Teori ERG merupakan refleksi dari nama tiga dasar kebutuhan,

yaitu:

a. Existence needs

Kebutuhan berhubungan dengan fisik dari eksistensi pegawai,

seperti makan, minum, pakaian, bernafas, gaji, keamanan kondisi

kerja.

b. Relatedness needs

Kebutuhan Interpersonal, yaitu kepuasan dalam interaksi dalam

lingkungan kerja.

d. Growth needs

Kebutuhan untuk mengembangkan dan meningkatkan pribadi. Hal

(31)

3. Teori Insting

Teori motivasi insting timbulnya berdasarkan teori evolusi

Charles Darwin, berpendapat bahwa tindakan yang intelligent

merupakan refleksi dan instingtif yang diwariskan. Oleh karena itu

tidak semua tingkah laku dapat direncanakan sebelumnya dan

dikontrol oleh pikiran. Selanjutnya William James, Sigmund freud dan

Mc.Dougall mengembangkan teori insting dsn menjadikan insting

sebagai konsep yang penting dalam psikologi. Teori freud

menempatkan motivasi pada insting agresif dan seksual. Mc Dougall

menyusun daftar insting yang berhubungan dengan semua tingkah laku

misalnya terbang, rasa ingin tahu, rasa rendah diri dan lain-lain

(Mangkunegara, 2004: 99).

4. Teori Drive

Konsep teori drive menjadi konsep yang tersohor dalam bidang

motivasi sampai tahun 1918. Wood Worth menggunakan konsep

tersebut sebagai energi yang mendorong organisme untuk melakukan

suatu tindakan. Kata drive dijelaskan sebagai aspek motivasi dari

tubuh yang tidak seimbang misalnya kekurangan makanan

mengakibatkan berjuang untuk memuaskan kebutuhanya agar kembali

seimbang. Motivasi di definisikan sebagai suatu dorongan yang

membangkitkan untuk keluar dari ketidak seimbagan atau tekanan.

Berdasarkan perumusan teori Hull dapat diambil kesimpulan bahwa

(32)

dirinya (drive) dan faktor Kebiasaan (habit) pegalaman belajar

sebelumnya (Mangkunegara, 2004: 99).

5. Teori Lapangan

Teori lapangan merupakn konsep dari Kurt Lewin yang merupakan

pendekatan kognitif untuk mempelajari perilaku dan motivasi. Teori

lapangan lebih memfokuskan pada pikiran nyata seorang pegawai

dibandingkan dengan insting atau habit. Kurt Lewin berpendapat

bahwa perilaku merupakan suatu fungsi dari lapangan pada momen

waktu. Kurt Lewin juga percaya pada pendapat para ahli psikologi

gatalt yang mengemukan bahwa perilaku itu merupakan fungsi dari

seseorang pegawai dengan lingkungannya (Mangkunegara, 2004: 99).

6 Teori X dan Y

Menurut Douglas Mc Gregor, teori ini mewakili persepsi yang

mungkin diberikan oleh seorang pengawas kepada karyawannya.

Ada dua pendapat persepsi yaitu :

a. Teori X

Karyawan tidak menyukai kerja serta tanggung jawab pekerjaan

dan akan berusaha menghindar jika mungkin.

b. Karyawan berkemauan untuk bekerja dan memilih tanggung jawab

yang lebih besar (Madura, 2001: 7).

7. Teori Penghargaan

Teori penghargaan menganjurkan bahwa usaha seorang

(33)

usaha tersebut. Dengan demikian, akan lebih memotivasi karyawan

untuk mencapai tujuan dan jika tujuan-tujuan tersebut tercapai mereka

akan memberikan beberapa perhargaan (Madura, 2001: 9).

8. Teori Ekuitas

Teori Ekuitas adalah motivasi menganjurkan bahwa

kompensasi haruslah adil atau sesuai dengan proposi kontribusi setiap

karyawan. Jika karyawan menyakini bahwa mereka memperoleh

kompensasi yang rendah, maka mereka akan meminta kompensasi

yang lebih tinggi. Jika kompensasi mereka tidak mengalami kenaikan,

karyawan akan mengurangi kontribusi mereka. Teori Ekuitas

menekankan bagaimana karyawan dapat menjadi tidak puas dengan

pekerjaan mereka, apabila mereka yakin bahwa mereka diberi

kompensasi tidak layak. Para pengawas harus mencegah ketidakpuasan

dengan mengupayakan untuk memberikan kompensasi yang layak.

Namun, permasalahannya adalah perbedaan persepsi dengan karyawan

atas kontribusi yang diberikan pada karyawan. Jika suatu perusahaan

dapat menentukan cara mengukur kontribusi dan kompensasi

karyawan yang sesuai, maka karyawannya akan lebih merasa puas dan

lebih termotivasi (Madura,2001: 10).

9. Teori Pemaksaan

Teori Pemaksaan (reinforcement theory), ada dua yaitu :

(34)

memotivasi karyawan dengan memberikan penghargaan untuk

kinerja yang tinggi. Bentuk penghargaannya dapat berdalam

bergerak mulai dari pujian hingga promosi atau bonus yang besar.

Karyawan dapat menanggapi dengan cara yang berbeda dalam

berbagai bentuk penguatan positif. Semakin mereka menghargai

bentuk pemaksaan, semakin besar motivasinya untuk melanjutkan

kinerja yang baik.

b. Pemaksaan Negatif (Negative Reinforcement)

Memotivasi karyawan dengan mendorong mereka untuk

berperilaku dalam sikap yang menghindari akibat yang tidak

diiginkan. Sebagai contoh, Karyawan akan lebih termotivasi untuk

menyelesaikan tugasnya hari ini, untuk menghindari keterlambatan

yang disampaikan dalam rapat kelompok atau untuk menghindari

evaluasi negative oleh pengawasnya.Berbagai macam bentuk dan

pemaksaan negative berupa mulai dari teguran hingga pemutusan

hubungan kerja (Madura, 2001: 10-11).

2.2.4. Kinerja Manajerial

2.2.4.1. Pengertian Kinerja Manajerial

Kinerja Manajerial adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas

yang dicapai oleh manajer dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan

(35)

2.2.4.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Manjerial

Ada banyak faktor yang mempengaruhi prestasi kerja/kinerja

manajer. Manajer bekerja dengan produktif atau tidak tergantung motivasi,

kepuasan kerja, tingkat stress, kondisi fisik pekerjaan, system kompensasi,

desain pekerjaan dan aspek-aspek ekonomis, teknik serta perilaku

lainnya.Pemahaman terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi

produktivitas ini sangat penting karena fungsi sumber daya manusia

kemudiaan memiliki faktor peningkatan produktivitas sesuai dengan

situasi tertentu.

Dua factor utama yang mempengaruhi pencapaian kinerja adalah :

1. Faktor Kemampuan

Secara psikologis, kemampuan(ability) manajer terdiri dari

kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan reality (knowledge +

skill).Artinya, manajer yang memiliki IQ di atas rata-rata (IQ 110-120)

dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan terampil

dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari, mka ia akan lebih muda

mencapai kinerja yang di harapkan. Oleh karena itu, manajer perlu

ditempatkan pada pekerjam yang sesuai dengan keahliannya (the right

man in the right place, the right man on the right job).

2. Faktor Motivasi

Motivasi terbentuk dari sikap (attitude) seorang manajer dalam

menghadapi situasi kerja. Motivasi merupakan kondisi yang

(36)

organisasi. Sikap mental merupakan kondisi mental yang mendorong

diri manajer intuk berusaha mencapai prestasi kerja (kinerja) secara

maksimal (Mangkunegara,2004: 67).

2.2.4.3. Evaluasi Kinerja

Peniaian kinerja sebagai suatu alat untuk membantu manajemen

dalam proses pengambilan keputusan pada organisasi melalui informasi

umpan balik yang dihasilkan.

Menurut Siegel dan Marconi (1989: 199), “performance

evaluation is the periodic assessment of the operasional effectiveness of an

organization, its sub units, and its personnel in light of predetermined

goals, standart, and criteria.”

Berdasarkan keterangan diatas, maka dapat dijelaskan secara

periodik dalam mengoperasikan kegiatan suatu organisasi perusahaan

secar efektif, baik itu tiap unit yang ada maupun pegawai yang melakukan

kegiatan operasional perusahaan sesuai dengan standart dan kriteria untuk

mencapai tujuan perusahaan.

2.2.4.4Manfaat Penilaian Kinerja

Manfaat penilaian kinerja adalah sebagai berikut :

1. Perbaikan Kinerja

Umpan balik pelaksanaan kerja memugkinkan karyawan, Manajer, dan

departemen sumber daya manusia dapat membetulkan kegiatan untuk

(37)

2. Penyesuaian Kompensasi

Evaluasi kinerja membantu para pengambil keputusan dalam

menentukan kenaikan upah, pemberian bonus dan bentuk kompensasi

lainnya.

3. Keputusan Penempatan

Promosi dan transfer didasarkan dari kinerja masa lalu atau

antisipasinya.Promosi sering merupakan bentuk penghargaan terhadap

kinerja masa lalu.

4. Latihan dan Pengembangan

Kinerja yang tidak baik menunjukan kebutuhan latihan. Demikian juga

prestasi yang baik, mungkin mencerminkan potensi yang harus

dikembangkan.

5. Perencanaan dan Pengembangan.

Umpan balik prestasi mengarahkan keputusan karier, yaitu tentang

jalur karier ang harus diteliti.

6. Proses Staffing

Kinerja mencerminkan kekuatan dan kelemahan prosedur staffing

departemen sumberdaya manusia.

7. Kekuatan Informasi

Kinerja yang tidak baik menunjukan kesalahan dalam informasi

analisis jabatan, rencana sumber daya manusia, atau komponen system

informasi manajemen sumber daya manusia. Informasi yang akurat

(38)

8. Desain Pekerjaan

Kinerja yang baik merupakan suatu tanda dalam desain pekerjaan.

9. Kesempatan yang adil

Penilaian kinerja secara akurat akan menjamin keputusan penempatan

internal diambil tanpa diskriminasi.

10.Tantangan Eksternal

Kinerja dipengaruhi oleh faktor-faktor diluar lingkungan kerja, seperti

keluarga, kesehatan kondisi financial atau masalah pribadi lainnya

(Sunarto dkk,2003: 87-88).

Ada beberapa alasan untuk menilai kinerja :

1. Penilaian memberikan informasi tentang dapat dilakukannya promosi

dan penetapan gaji.

2. Penilaian memberi peluang bagi manajer dan bawahan untuk meninjau

perilaku yang berhubungan dengan kerja bawahan.

Hal itu memungkinkan manajer dan bawahan mengembangkan

satu rencana untuk memperbaiki kemerosotan apa saja yang mungkin

sudah digali oleh penilaian, dan mendorong hal-hal yang baik yang sudah

dilakukan bawahan. Akhirnya, penilaian berpusat pada proses perencanaan

karier perusahaan, karena penilaian iti memberikan suatu peluang yang

baik untuk meninjau rencana karier orang itu dilihat dari karier orang itu

(39)

2.2.4.5. Reskilling Manajer

Reskilling merupakan usaha untuk membentuk skill baru manajer

melalui pendidikan dan pelatihan efektif. Secara lebih rinci, ada empat

alasan mengapa reskilling manajer perlu dilakukan :

1. Kebanyakan manajer hanya memiliki kemampuan dibidang teknis,

bukan manajerial skill

2. Umumnya organisasi tidak memiliki program untuk mendidik dan

melatih manajerial skill para manajernya.

3. Kebanyakan manajer memperoleh pendidikan manajemen yang

menggunakan proses skill approach, sehingga mereka hanya terampil

dalam planning, coordinating, staffing, controlling, namun tidak

terampil didalam menghasilkan value bagi bisnis.

4. Para manajer sekarang menghadapi era revolusi manajemen

(manajement evolution era) yang menuntut semua manajer untuk

mempertanyakan kembali paradigma, asumsi dasar, kepercayaan, dan

nilai yang selama ini digunakan untuk mengelola organisasi (Mulyadi

dkk, 1999: 422).

2.3. Pengaruh Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Manajerial

Teori Pemenuhan Kebutuhan (Need Fulfilment Theory) Menurut

teori ini, kepuasan bergantung kepada terpenuhi atau tidaknya kebutuhan.

Kepuasan ini akan tercapai apabila seseorang mendapatkan apa yang

(40)

Teori dua faktor ini dikembangkan oleh Frederick Herzberg. Dalam

teori ini menyatakan bahwa dua faktor yang dapat menyebabkan timbulnya

rasa puas atau tidak puas adalah faktor pemeliharaan (maintenance factor)

dan faktor pemotivasian.

Menurut penelitian terdahulu, Miner (1992: 121) mengatakan bahwa

’’satisfaction causes good performance and the letterin turn adds to the

feeling of satisfaction” maksud dari pernyataan tersebut adalah kepuasan

kerja dapat meningkatkan kinerja dan kinerja dapat pula meningkatkan

kepuasan kerja.

Jadi apabila dalam suatu perusahaan, kebutuhan karyawan bisa

terpenuhi sesuai dengan apa yang telah dia kerjakan. maka, karyawan

tersebut telah mendapatkan kepuasan kerja. Contonya, apabila karyawan

tersebut bekerja dan gaji yang diterima sesuai dengan apa yang telah dia

kerjakan maka karyawan tersebut telah mendapatkan kepuasan kerja.

2.4. Pengaruh Komitmen Organisasi terhadap Kinerja Manajerial

Teori Pembentukan Kelompok ini berasal dari George Homans yang

berdasarkan aktivitas-aktivitas, interaksi-interaksi, dan sentimen-sentimen

(perasaan emosi). Semakin banyak aktivitas-aktivitas seseorang yang

dilakukan dengan orang lain, semakin beraneka interaksi-interaksinya dan

juga semakin kuat tumbuhnya sentimen mereka. Semakin banyak interaksi

diantara orang-orang semakin tinggi kemungkinan aktivitas dan sentimen

(41)

dipahami orang lain, maka semakin banyak kemungkinan-kemungkinan

ditularkan aktivitasnya dan interaksinya.

Menurut penelitian sebelumnya, Teori pembentukan kelompok ialah

teori keseimbangan yang berasal dari Theodore Newcomb, yang

berdasarkan atas kesamaan sikap dalam menanggapi suatu tujuan yang

relevan satu sama lain (George C.Homans dalam Thoha,2002: 80).

Dengan adanya kesamaan sikap tersebut diharapkan komitmen

terhadap organisasi akan semakin tinggi karena, komitmen organisasi

merupakan suatu keadaan dimana seorang karyawan akan memihak pada

suatu organisasi dan tujuan-tujuannya, serta berniat memelihara

keanggotaannya dalam organisasi itu. Adanya kepemihakan karyawan

terhadap organisasi yang mempekerjakannya bearti dia akan bersikap dan

berperilaku sesuai dengan sistem yang diterapkan oleh organisasi tersebut

sehingga akan menguntungkan bagi perkembangan dan kesejahteraan kedua

belah pihak.

2.5. Pengaruh Motivasi terhadap Kinerja Manajerial

Menurut penelitian yang terdahulu, Teori isi menyatakan bahwa

penyebab perilaku terjadi adalah karena factor-faktor eksternal dan internal.

Faktor internal individu adalah kebutuhan atau motif yang menyebabkan

mereka memilih kegiatan, cara dan perilaku tertentu untuk memuaskan

kebutuhan yang dirasakan. Faktor eksternal, seperti gaji, kondisi kerja,

(42)

sebagainya memberikan nilai atau kegunaan untuk mendapatkan perilaku

karyawan yang positif dalam usaha pencapaian tujuan organisasi.

Dalam hal ini manajer harus dapat memotivasi karyawannya karena

tingkat motivasi seseorang menentukan keberhasilan/kegagalan suatu

pekerjaan. Apabila manajer dapat memotivasi bawahannya dengan baik

maka kinerja manajerial dapat berjalan secara efektif.

2.6. Kerangka Pikir

Berdasarkan teori dan hasil penelitian terdahulu yang telah

dikemukakan diatas, maka dapat diambil premis-premis yng kemudian

dari premis tersebut akan disimpulkan, sehingga dapat dijadikan dasar

dalam mengemukan hipotesis, maka premis tersebut adalah :

Premis 1 : interaksi antara partisipasi penyusunan anggaran dengan

motivasi akan mempengaruhi kinerja manajerial.

Pengaruh partisipasi dalam proses penyusunan anggaran

terhadap kinerja manajerial akan tinggi apabila motivasi

kerja yang dimiliki manajer tinggi, dan pengaruh

partisipasi dalam proses penyusunan anggaran terhadap

kinerja manajerial akan rendah apabila motivasi kerja

yang dimiliki rendah ( Slamet Ryadi, 2000).

Premis 2 : Kepuasan Kerja mempengaruhi produktivitas dan

profitabilitas (Parker and Kleemeir, 1951 dalam Dwi

(43)

Premis 3 : Produktivitas dapat ditingkatkan melalui peningkatan

kepuasan kerja, karena kepuasan kerja memberikan

semangat kepada pekerja untuk meningkatkn

produktivitas. Pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja

secara teoritis berlandaskan pada teori motivasi

kerja.(Vroom, 1960;1968 dalam Dwi Maryani dan

Bambang Supomo, 2001).

Premis 4 : Kepuasan seorang pekerja terhadap karakteristik

pekerjaan, sikap dan kemampuan atasan, dukungan dan

kerjasama sekerja, besarnya kompensasi dan kesempatan

untuk promosi merupakan faktor penting ntuk

memotivasi pekerja untuk meningkatkan kinerjanya (Dwi

Maryani dan Bambang Supomo, 2001).

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, dan tujuan

penelitian dapat digambarkan kerangka pikir sebagai berikut :

Variabel Bebas Variabel Terikat

Uji Regresi Linear Berganda Kepuasan Kerja ( X1)

Komitmen Organisasi (X2)

Motivasi ( X3 )

(44)

2.7. Hipotesis

“Bahwa terdapat pengaruh variable Kepuasan Kerja dan Komitmen

(45)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

3.1.1. Definisi Operasional

Mengacu pada judul penelitian yaitu: “ Pengaruh Kepuasan Kerja,

Komitmen Organisasi dan Motivasi Terhadap Kinerja Manajerial”. Maka

definisi beberapa variabel yang terkait adalah sebagai berikut :

1. Kepuasan Kerja (X1)

Adalah seperangkat perasaan pegawai tentang menyenangkan atau

tidaknya pekerjaan mereka. Seorang pegawai merasa mendapatkan

kepuasan kerja apabila balasan timbal balik sesuai dengan apa yang

telah kerjakan.Makin tinggi harapan kerja dapat terpenuhi, maka

makin tinggi kepuasan kerja karyawan atau keadaan emosional yang

menyenangkan atau tidak menyenangkan dengan mana seseorang

memandang pekerjaan mereka. Kuesioner atau item pertanyaan yang

digunakan dalam penelitian ini dikembangkan oleh Weiss, Dawis, dan

England (1967). Indikator yang digunakan adalah :

a. Kesempatan untuk melakukan sesuatu yang berbeda dari waktu ke

waktu.

b. Kesempatan untuk bekerja sendiri di dalam pekerjaan.

c. Kesempatan untuk menjadi ’seseorang’ di dalam

komunitas/lingkungan kerja.

(46)

e. Kesempatan untuk melakukan hal-hal untuk orang lain.

f. Kesempatan untuk mengatakan kepada orang lain tentang apa yang

harus dilakukan.

g. Kebebasan dalam penggunaan keputusan.

h. Kondisi pekerjaan.

i. Pujian/penghargaan.

j. Kesempatan untuk mencoba cara saya sendiri di dalam melakukan

pekerjaan/menyelesaikan masalah didalam pekerjaan.

2. Komitmen Organisasi (X2)

Adalah ikatan emosional dari diri karyawan terhadap organisasi yang

meliputi dukungan moral dan menerima nilai yang ada di dalam

organisasi atau perusahaan serta tekad dari dalam diri sendiri untuk

mengabdikan diri kepada organisasi. Komitmen organisasi juga

merupakan tingkat sejauh mana seorang karyawan memihak pada

suatu organisasi dan tujuan-tujuannya, serta berniat untuk

mempertahankan keanggotaannya dalam organisasi itu. Intensitas

seseorang untuk megidentifikasi dirinya serta tingkat keterlibatanya

dalam orang atau komitmen manajer terhadap organisasi tempat

bekerja. Kuesioner atau item pertanyaan tentang komitmen organisasi

dikembangkan oleh Mowday (1979) :

a. Membantu perusahaan menjadi sukses.

b. Membanggakan perusahaan kepada orang lain.

(47)

d. Merasa mempunyai nilai-nilai yang sama dengan perusahaan.

e. Bangga bekerja pada perusaahaan tersebut.

f. Memberikan peluang yang terbaik.

g. Pilihan tepat bekerja pada perusahaan tersebut.

h. Kepedulian terhadap perusahaan tersebut.

3. Motivasi (X3)

Adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan

individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai

tujuan tertentu.Motivasi pada dasarnya merupakan proses untuk

mencoba mempengaruhi seseorang agar melakukan sesuatu yang kita

inginkan,dengan kata lain adalah dorongan dari luar terhadap

seseorang agar mau melakukan sesuatu. Variabel ini diukur dengan

instrument yang dikembangkan oleh lawler et.al (1977). Dalam

penelitian ini motivasi kerja mengaji pada paradigma pengharapan

yang diturunkan dalam 2 bagian yaitu :

1. Bagian 1 berisi 6 pertanyaan

2. Bagian 2 berisi 5 pertanyaan.

4. Kinerja Manajerial (Y)

Adalah hasil kerja seorang manajer dalam mengoperasikan kegiatan

suatu organisasi perusahaan secara efektif dan efisien sesuai dengan

standart dan criteria yang diterapkan oleh perusahaan untuk mencapai

(48)

manjerialini dikembangkan oleh Mahoney (1963). Indikator yang

digunakan adalah :

a. Perencanaan

b. Evaluasi

c. Pengawasan

d. Penilaian kinerja

e. Investasi

f. Penilaian staff

g. Perwakilan

3.1.2. Pengukuran Variabel

Pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

skala interval, sedangkan teknik pengukurannya menggunakan Sematik

diferensial yang mempunyai skala 7 point dengan pola sebagai berikut :

Sangat tidak setuju 1 2 3 4 5 6 7

sangat setuju.Jawaban dengan nilai 1 berarti cenderung sangat tidak setuju

dengan pertanyan yang diberikan. Nilai 4 merupakan nilai tengah antara

tidak setuju dan setuju. Jawaban antara 5 sampai 7 cenderung sangat setuju

dengan pertanyaan yang diberikan.

3.2. Teknik Penentuan Sampel

a. Populasi

Populasi yaitu sekelompok orang, kejadian atau segala sesuatu

yang mempunyai karakteristik tertentu (Sumarsono, 2002: 44). Target

(49)

INDONESIA yang terletak di Kabupaten Sidoarjo. Manajer disini terdiri

dari 1 orang Jeneral Manajer, 3 orang Senior Manajer, 7 orang Manajer,

10 orang Asisten Manajer, 10 orang Supervisor, 6 orang Asisten

Supervisor, 2 orang sopir, 2orang security yang secara keseluruhan

berjumlah 41 orang.

b. Sampel

Adalah bagian dari sebuah populasi yang mempunyai ciri dan

karakteristik yang sama dengan populasi (Sumarsono, 2002: 44). Teknik

pengumpulan sampel yang digunakan adalah metode probability

sampling dengan tipe sampel random sampling, dimana tiap orang yang

memenuhi karakteristik populasi memiliki peluang yang sama untuk

dijadikan sampel. Banyaknya sampel yang diambil dalam penelitian ini

adalah 37 orang. Jumlah tersebut bisa dihitung dengan menggunakan

rumus sebagai berikut :

2

N(e) 1

N n

2

(0.05) 1 4 1

41 n

 = 37,18 = 37

Dimana :

n = Ukuran sampel

N = Ukuran populasi

E = Standart koefisien korelasi (kesalahan pengambilan sampel yang

diinginkan, yaitu 5%)

Para responden tersebut terdiri dari 1 orang jeneral manajer, 3 orang senior

manajer, 7 orang manajer, 10 orang assisten manajer, 10 orang supervisor,

(50)

3.3. Teknik Pengumpulan Data

3.3.1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

Data Primer

Merupakan Sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari

sumber asli (tidak melalui media perantara). Data primer ini secara khusus

dikumpulkan oleh peneliti untuk menjawab pertanyaan peneliti. Data

primer dapat berupa opini subyek (orang) secara individual atau

kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda (fisik), kejadian atau

kegiatan dan hasil pengujian

3.3.2. Sumber Data

Sumber data untuk keperluan penelitian ini di ambil dari PT. Alter

Trade Indonesia-Sidoarjo.

3.3.3. Pengumpulan Data

Data yang di dapat untuk penelitian ini dikumpulkan dengan

berbagai cara, antara lain :

a. Kuesioner

Suatu teknik pengumpulan data dimana peniliti menyediakan daftar

pertanyaan kepada para responden untuk kemudian diberikan nilai atau

scoring. Kuesioner tersebut dibagikan kepada pihak yang

berkepentingan yang secara langsung berhubungan dengan masalah

(51)

b. Wawancara

Data yang dikumpulkan di peroleh dari keterangan senior manajer

yang memberikan ijin untuk mengadakan penelitian di PT.Alter Trade

Indonesia.

3.4. Teknik Analisi dan Uji Hipotesis

3.4.1. Uji validitas, Uji Relibilitas, dan Uji Normalitas

3.4.1.1.Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau tidaknya suatu

kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner

mampu untuk mengungkapkan suatu uji validitas terhadap suluruh

variabel. Uji signifikan dilakukan dengan membandingkan nilai rhitung

dengan nilai rtabel untuk n jumlah sample. Jika rhitung (untuk r tiap buir dapat

dilihat pada kolom corrected item-total correclation) lebih besar dari rtabel

dan nilai r positif, maka butir atau pertanyaan tersebut dikatakan valid.

Dalam pengujian ini mengunakan bantuan program SPPS 10.0 (Ghozali,

2001: 45).

Ada 3 pendeketan yang dapat digunakan untuk mengukur validitas,

yaitu :

1. Content Validity

Merupakan suatu konsep pengukuran validitas dimana suatu

instrument dinilai memiliki content validity jika mengandung

(52)

2. Criterion Related Validity

Adalah konsep pengukuran validitas yang menguji tingkat akurasi dan

instrument yang baru dikembangkan.

3. Construct Validity

Merupakan konsep pengukura validitas yang menguji apakah suatu

instrument mengukur construct sesuai dengan yang diharapkan

(Indriantoro, dkk, 2002: 183).

Dasar pengambilan keputusan :

a. Jika r hasil positif, serta r hasil > r tabel, maka butir atau variabel

tersebut valid.

b. Jika r hasil tidak positif, serta r hasil < r tabel, maka butir atau variabel

tersebut tidak valid.

Jadi, jika r hasil > r tabel tapi bertanda negatif variabel tersebut

tidak valid (Santoso, 2002: 277).

3.4.1.2 Uji Reliabilitas

Uji reabilitas dimaksudkan untuk mengetahui sejumlah mana hasil

pengukuran terhadap konsistensi data yang dikumpulkan. Pengukuran

reabilitas dapat diukur melalui 3 pendekatan, yaitu :

1. Koefisien Stabilitas

Yaitu suatu penelitian yang menggunakan instrument pengukur

construct yang sama terhadap subyek penelitian tertentu sebanyak dua

(53)

2. Koefisien Ekuivalen

Yaitu pengukura reabilitas dengan menggunakan instrument

pengukuran yang berbeda untuk mengukur suatu construct terhadap

subyek penelitian tertentu pada saat yang sama.

3. Reabilitas Konsistensi Internal

Yaitu konsistensi diantara butir-butir pertanyaan atau

pernyataan dalam suatu instrument yang memerlukan sekali pengujian

dengan menggunakan teknik statistic tertentu terhadap skor jawaban

responden yang dihasilkan dari penggunaan instrument yang

bersangkutan, misalnya cronboach’s alpha (Indriantoro,dkk, 2002:

180)

Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliable jika memberikan nilai

Cronboach Alpha > 0,60 (Ghozali, 2001: 42).

3.4.1.3Uji Normalitas

Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi, variabel penganggu atau residual memiliki distribusi normal.

Variabel yang baik adalah variabel yang memiliki distribusi normal atau

mendekati normal (Ghozali, 2001: 110). Uji normalitas ini mengunakan

Kolmogorow Smirnow, apabila nilai probabilitasnya lebih besar dari 0,05

(54)

3.4.2. Asumsi Klasik BLUE (Best Linear Unbiased Estimator)

Persamaan regresi diatas harus bersifat BLUE (Best Linear

Unbiased Estimator), artinya pengambilan keputusan melalui uji F dan uji

t tidak boleh bias. Untuk menghasilkan keputusan yang BLUE maka harus

dipenuhi diantaranya tiga asumsi dasar.

Tiga asumsi dasar yang tidak boleh dilanggar oleh regresi linear

berganda yaitu :

1. Tidak boleh ada autokorelasi

2. Tidak boleh ada multikolinieritas

3. Tidak boleh ada heteroskedasitas

Apabila salah satu dari ketiga asumsi dasar tersebut dilanggar,

maka persamaan regresi yang diperoleh tidak lagi bersifat BLUE (Best

Linear Unbised Estimator), sehingga pengambilan keputusan melalui uji F

dan uji t menjadi bias.

a. Autokorelasi

Autokorelasi dapat didefinisikan sebagai korelasi antara data

observasi yang diurutkan berdasarkan urut waktu (data time series).

Jadi dalam model regresi linear diasumsikan tidak terdapat gejala

autokorelasi. Artinya nilai residual (Y observasi – Y prediksi) pada

waktu ke-t (et-1). Identifikasi ada atau tidaknya gejala autokorelasi

dapat di tes dengan menghitung nilai Durbin Watson (dW tes) dengan

persamaan: 2 N t 1 t

2 ( 1)

(55)

Keterangan :

d = nilai Durbin Watson

ut = residual pada waktu ke-t

ut-1 = residual pada waktu ke-t-1 (satu periode sebelumnya)

N = Banyaknya data (gujarati, 1995)

Identifikasi gejala autokorelasi dapat dilakukan dengan kurva

dibawah ini. Nilai tabel Durbin Watson dL dan dU dapat dicari dari

tabel, dengan mengetahui nilai k = jumlah variabel bebas dan N =

jumlah data.

Untuk mengetahui nilai dW tes berada di daerah mana dapat

[image:55.612.186.514.470.581.2]

digunakan tabel berikut :

Tabel 3.1. Penentuan nilai Durbin Watson

KRITERIA DW tes berada di

Ada autokorelasi positif 0 < dW < dL

Tidak ada keputusan dL ≤ dW ≤ dU

Tidak ada autokorelasi dU ≤ dW ≤ 4 - dU

Ada autokorelasi keputusan 4 – dU ≤ dW ≤ 4 – dL

Ada autokorelasi negative 4 – dL < dW < 4

Setelah nilai Durbin Watson tes diperoleh untuk dapat

mengetahui berada didaerah mana dapat diplotkan pada ganbar kurva

(56)
[image:56.612.173.528.109.319.2]

Gambar 3.1 Kurva Durbin Watson

b. Multikolinier

Multikolinier adalah terjadinya hubungan linier antar variabel

bebas dalam persamaan regresi linier berganda. Apabila ternyata ada

hubungan linier antar variabel bebas, maka persamaan regresi linier

berganda tersebut menjadi multikoliner.

Untuk mendeteksi adanya multikolinieritas dapat dilihat

ciri-cirinya sebagai berikut :

 Koefisien determinasi berganda (R square) tinggi.

 Koefisien korelasi sederhananya tinggi.

 Nilai F hitung tinggi (signifikan)

 Tapi tak satupun (atau sedikit sekali) diantara variabel bebas yang

(57)

Identifikasi secara statistik ada atau tidaknya gejala

multikolinier dapat dilakukan dengan menghitung Variance Inflantion

Factor (VIF), dengan rumus :

Nilai (1-R²j) disebut Toleransi (Tolerance) yang diperoleh

dengan meregresikan antar variabel bebas. R²j adalah nilai koefisien

determinasi persamaan regresi antar variabel bebas. Banyaknya nilai

munculnya VIF sebanyak jumlah variabel bebas yang ada dalam

persamaan regresi. Apabila nilai VIF < 10 maka persamaan regresi

linier berganda tersebut tidak terkena multikolinier (Gujarati, 1995:

339).

c. Heteroskedasitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam

metode regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu

pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu

pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut

Homoskedastisitas dan jika berada disebut Heteroskedastisitas

(Ghozali, 2002).

Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas digunakan

korelasi rank Spearman antara residual dengan seluruh variabel bebas.

Rumus Rank Spearman adalah :

(58)

Keterangan :

di = Perbedaan dalam rank antara residual dengan variabel setiap

bebas.

n = Banyaknya data

Hipotesis untuk menguji heteroskedastisitas.

Ho : σ1 = σm ( tidak bersifat heteroskedastisitas)

Ho : σ1 = σm ( bersifat heteroskedastisitas)

Apabila nilai signifikan hitung ( sig ) > tingkat signifikan = 0,05 maka

Ho diterima berarti tidak terjadi heteroskedastisitas.

Apabila nilai signifigan hitung ( sig ) < tingkat signifikan =

0,05 maka Ho diterima berarti terjadi heteroskedastisitas (Firdaus,

2002: 106-108).

3.4.3. Uji Regresi Linear Berganda

Untuk mengolah data guna membahas dan menarik kesimpulan

penelitian, peneliti menggunakan bantuan computer melalui program

SPSS (Statistical Package for the Social Science) version 1.10. Berikut ini

adalah persamaan regresi linear berganda :

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e

Sumber : Nazir, 1999

Dimana :

Y = Kinerja Manajerial

(59)

X2 = Komitmen Organisasi

X3 = Motivasi

a = Konstanta

b1- b3 = Koefisien Regresi

e = Standart error

3.4.3. Uji Hipotesis

1. Untuk pengujian hipotesis penelitian pengaruh secara simultan variabel

X1, X2, X3 terhadap Y digunakan uji F dengan prosedur sebagai berikut

:

a. Ho : b1, b2, b3 = 0 (tidak ada pengaruh yang signifikan antara X1,

X2, X3 secara simultan terhadap Y).

b. Rumus uji Fhitungadalah :

) /( ) R -(1 ) 1 /( R F 2 2 k n k hitung  

 ... (Anonim, 2008 : L – 22)

Dimana :

R² = koefisiaen determinasi

k = banyaknya variabel bebas

n = jumlah sampel

c. Nilai kritis dalam distribusi F dengan tingkat signifikan 5% = 0,05

d. Kriteria yang dipakai dalam uji Fhitungyaitu :

Ho diterima jika P. value ≤ 0,05

(60)

2. Untuk pengujian hipotesis penelitian pengaruh secara parsial variabel

X1, X2, X3terhadap Y digunakan untuk Uji T dengan prosedur sebagai

berikut:

a. Ho : b1,b2, b3 = 0 (tidak ada pengaruh yang signifikan antara X1,

X2, X3 terhadap Y)

H1 : b1, b2, b3≠ 0 (ada pengaruh yang signifikan antara X1, X2, X3

terhadap Y)

b. Rumus uji thitung adalah :

thit = β1

Se β1 (Anonim, 2008 : L – 21)

Dimana :

β1 = koefisien regresi

Se β1 = standart deviasi

c. Nilai kritis dalam distribusi t dengan tingkat signifikan 5% = 0,05

d. Kriteria yang dipakai dalam uji thitung yaitu :

Ho diterima jika P.value≥ 0,05

(61)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian

4.1.1. Sejarah singkat Perusahaan

PT. Alter Trade Indonesia (ATINA) didirikan tanggal 23 Juni

2003, perusahaan kami berlokasi di Jl. Raya Tebel Gedangan Sidoarjo. PT.

Alter Trade Indonesia (ATINA) ini adalah salah satu perusahaan eksportir

dan pembekuan udang. PT. Alter Trade Indonesia (ATINA) ini sahamnya

100% milik perusahaan asing. PT. Alter Trade Indonesia (ATINA) adalah

anak perusahaan dari PT. Alter Trade Japan (ATJ). PT. Alter Trade

Indonesia (ATINA) didirikan di Indonesia, karena pemiliknya melihat ada

potensi besar di Indonesia, yaitu Indonesia kaya akan hasil laut terutama

udang.

Pemilihan lokasi seperti di bawah ini merupakan beberapa faktor

penting yang mempengaruhi keuntungan, yaitu antara lain :

a. Bahan baku

Merupakan faktor utama bagi perusahaan dalam memproduksi garam

dan mudah didapat.

b. Musim atau iklim

Berpengaruh dalam peningkatan produksi garam. Karena prosesnya

(62)

musim kemarau panjang maka produksi garam meningkat, sebalinya

jika musim hujan maka produksi garam mengalami penurunan.

c. Lingkungan

Merupakan faktor yang berpengaruh terhadap keuntungan seperti

halnya PT. Garam, kondisi iklimnya rata-rata konstan maka tidak akan

terjadi fluktuasi menonjol.

d. Transportasi

Merupakan faktor penting dalam menunjang kelancaran proses

produksi.

e. Saluran distribusi

Sangat berpengaruh dalam menentukan jaringan pemasaran yang luas

khususnya dalam meningkatkan keuntungan.

f. Tenaga listrik

Sangat berpengaruh dalam kegiatan proses produksi, misalnya untuk

menggerakkan mesin pabrik.

Pemasaran produk dari PT. Alter Trade Indonesia (ATINA) ini

dengan mengeskpor hasil pengolahan udang dan pembekuan ke Jepang.

Semua hasil dikirim ke PT. Alter Trade Japan (ATJ) dan dipasarkan oleh

PT. Alter Trade Jepang (ATJ) ke seluruh bagian kota Jepang.

Dalam setiap tingkatan proses pengendalian kualitas, bahan baku

(63)

bahan baku. Proses stack digunakan untuk mengatur rata-rata aliran bahan

baku, sehingga tidak ada bottle neck dalam setiap tahapan proses. Prosedur

ketentuan kerja adalah seb

Gambar

Tabel 3.1. Penentuan nilai Durbin Watson
Gambar 3.1 Kurva Durbin Watson
Tabel 4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenjang Pendidikan
Tabel 4.5. Hasil Jawaban Responden untuk Pernyataan Variabel Kepuasan Kerja (X1)
+7

Referensi

Dokumen terkait

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, KOMITMEN ORGANISASI, PENGENDALIAN INTERN, MOTIVASI, AKUNTABILITAS, DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KINERJA ORGANISASI KOTA SURAKARTA..

Judul Skripsi : Pengaruh Budaya Organisasi, Komitmen Organisasi, Pengendalian Intern, Motivasi, Akuntabilitas, Dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Organisasi

anggaran, komitmen organisasi, dan motivasi kerja terhadap kinerja manajerial.. SKPD kota pekanbaru menunjukan bahwa desentralisasi berpengaruh

Berdasarkan uraian tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh motivasi kerja, kepuasan kerja dan komitmen organisasi terhadap kinerja

Pengaruh Karakteristik Tujuan Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial Pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Di Kabupaten Blora Dengan Komitmen Organisasi Sebagai

PENGARUH MOTIVASI, KOMITMEN ORGANISASI, DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI BANK JATIM KANTOR..

PENGARUH KOMPETENSI, KOMITMEN ORGANISASI, KOMITMEN PROFESIONAL, KEPUASAN KERJA, MOTIVASI, DAN LETAK KENDALI DIRI TERHADAP KINERJA

Pengujian Pengaruh Variabel Tindakan Supervisi, Motivasi, Komitmen Organisasi, Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Manajerial