• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANJING PELIHARAAN DALAM PERSPEKTIF MASYARAKAT MINANGKABAU KECAMATAN TANJUNG ARYA KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANJING PELIHARAAN DALAM PERSPEKTIF MASYARAKAT MINANGKABAU KECAMATAN TANJUNG ARYA KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT."

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

ANJING PELIHARAAN (SIRICIH) DALAM PERSPEKTIF

MASYARAKAT MINANGKABAU KECAMATAN

TANJUNG RAYA KABUPATEN AGAM

SUMATERA BARAT

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

OLEH:

FIRA GUSTINA NIM : 3103122017

ROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANTROPOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Fira Gustina: 3103122017, Anjing Peliharaan dalam Perspektif Masyarakat Minangkabau Kecamatan Tanjung Arya Kabupaten Agam Sumatera Barat. Program Studi Pendidikan Antropologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.

Penelitian ini mengenai Anjing Peliharaan dalam Persfektif Masyarakat Minangkabau Kecamatan Tanjung Raya Kabupaten Agam Sumatera Barat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kedekatan antara anjing dan masyarakat Minangkabau, serta pandangan mereka terhadap anjing tersebut.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Penelitian kualitatif ini menggunakan teknik pengumpulan data dengan observasi partisipasi serta wawancara, peneliti terlibat langsung dengan atifitas masyarakat yang sedang diamati dan melalui tanya jawab. Data dari hasil penelitian ini didukung oleh hasil wawancara yang peneliti lakukan,yaitu terlibat langsung dengan aktifitas yang sedang diamati dalam penelitian Anjing Peliharaan (Siricih) dalam Perspektif Masyarakat Minangkabau Kecamatan Tanjung Raya Kabupaten Agam Sumatera Barat.

Memelihara anjing (Siricih) telah menjadi kebiasaan pada masyarakat Minangkabau khususnya di daerah Kenagarian Tanjung Sani Kecamatan Tanjung Raya Kabupaten Agam Sumatera Barat.. Anjing yang dipelihara diperlakukan dengan baik oleh masyarakat karena bagi mereka anjing (Siricih) dianggap sebagai teman dekat dan banyak keuntungan yang dperoleh dengan memelihara anjing tersebut, yaitu menjaga rumah, ternak, sawah, ladang, serta anjing digunakan sebagai hewan pemburu babi. Tujuannya yaitu membasmi hama ( babi hutan) yang merusak lahan pertanian serta pemukiman penduduk.

Kegiatan berburu babi ini dilakukan baik oleh masyarakat pedesaan maupun perkotaan. Permainan ini diminati oleh kaum lelaki saja baik muda maupun yang telah paruh baya. Sasaran objek yang akan diburu adalah binatang-binatang yang meresahkan dan merugikan masyarakat, terutama masyarakat yang berusaha disektor pertanian dan perkebunan seperti babi hutan.

(6)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, yang mana telah memberika kesehatan dan karunia-Nya kepada penulis serta kekuatan untuk menyelesaikan skripsi : Anjing Peliharaan (Siricih) dalam Perspektif Masyarakat Minangkabau di Kecamatan Tanjung Raya Kabupaten Agam Sumatera Barat.

Penyelesaian tulisan ini tidak terlepas bantuan dari berbagai pihak yang terkait secara langsung maupun tidak langsung, terutuama dan teristimewa dipersembahkan kepada kedua orang tua, Ayahanda Afrizal dan Ibunda Irnawati tercinta yang senantiasa mencurahkan rasa sayang, didikan, materi serta doa yang tak henti-hentinya kepada penulis. Selanjutnya maka penulis dalam hal ini mengucapkan terimakasih dan kerendahan hati kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Ibnu Hajar Damanik, M.Si selaku Rektor Universitas

Negeri Medan beserta jajarannya.

2. Bapak Dr. Restu M.Si Selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial beserta jajarannya.

3. Ibu Dra. Puspitawati M.Si selaku Ketua Prodi Pendidikan Antropologi 4. Bapak Drs. Tumpal Simarmata M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi

yang memberikan arahan serta masukan yang sangat berarti hingga penyelesaian skripsi ini.

(7)

M.Hum sebagai penguji III. Serta ucapan terimakasih juga kepada seluruh dosen-dosen Pendidikan Antropologi UNIMED diantaranya adalah Prof. Dr. Bungaran Antonius Simanjuntak, Dr. Phill Ichwan Azhari MS, Drs. Payerli Pasaribu M.Si, Bakhrul Khair M.Si, Sulian Ekomila, S.Sos MSp, Murni Eva Marlina Rumapea M.Si, Rosramdhana Nasution M.Si, Muhammad Iqbal S.Sos, Onggal Sihite M.Si, dan Agung Suharyanto M.Si yang telah banyak sekali memberikan bantuan, arahan, semangat serta motivasi , petunjuk dan juga telah memberikan begitu banyak sumber dan referensi sehingga terselesaikannya skripsi ini walaupun didalamnya masih terdapat kekurangan pada penulisannya.

6. Bapak Camat Tanjung Raya, Bapak Wali Nagari Tanjung Sani beserta staf yang telah memberi izin penelitian dan data yang dibutuhkan penulis untuk menyelesaikan skripsi..

7. Tserkhusus untuk adik-adik yang penulis sayangi dan banggakan Adri,Tata, dan Rozi yang telah membangkitkan semangat penulis untuk menyelasaikan skripsi ini, serta seluruh pihak keluarga, kakek Mawardi, kakek Joan, Nek Nur, Nenek Dalu-dalu, Om Pan, Abang Udin sekeluarga yang telah banyak membantu penulis, kak Ririn, terimakasih motivasi dan kemurahan hati kakak.

8. Seluruh Informan, Cik Pai, Abang Patiah,serta informan lainnya yang telah memberi kebanyak informasi yang menyangkut penelitian penulis 9. Sahabat-sahabat penulis Yuni Harahap, Anisa M, Winda F, Irma Ries,

(8)

semester satu sampai dengan proses penyelesaian skripsi ini dan insyaAllah pertemanan ini tetap berlanjut seterusnya. Dan kepada teman satu bimbingan skripsi penulis Wirma, Andre, Ichsan, Salvina terimakasih atas kerjasama dan informasinya selama kita dalam proses bimbingan skripsi. Serta kawan-kawan 2010 seperjuangan yang telah membantu penulis. semoga kita sama-sama bisa membesarkan nama Pendidikan Antropologi di luar sana. Amiin

10. Sahabat kos Pondok Anisa terkhusus untuk Vivi Altio, Fauziah Fadlah, Raudhati Maulina Ritonga, yang telah memberi meotivasi serta masukan dalam menyelesaikan skripsi.

11. Teman-teman penulis Siska Filanova, Agus Riyaf, Castrovia jodi, Suchi Mayumi, dan yang penulis kagumi Ahmad Arfah Fansury yang selalu memberi motivasi, dukungan dan semangat kepada penulis. Abangda Asror Syukri Habibie yang senantiasa memberi dukungan, mendoakan, dan sering memberi solusi atas masalah-masalah yang terjadi dalam proses penyelesaian tulisan ini Abangda Taufik Hidayah Tanjung beserta teman-teman IKAMAMI yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

12. Kakanda Ayu Febryani dan Anisa Rodia Harahap yang telah membantu penulis dalam penyusunan berkas penulis, juga untuk seluruh kakak dan abang stambuk 2008,2009,adik-adik 2011,2012,dan 2013, penulis ucapkan terimakasih.

(9)

dalam penyelesaian skripsi ini kelak dapat memberikan hasil yang bermanfaat bagi seluruh pihak. Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini olehkarenanya segala kritik dan saran yang membangun, akan penulis terima sebagai perbaikan yang positif. Semoga Allah SWT meridhoi tulisan ini sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Amin ya Rabbal’alamin.

Medan, Juni 2014 Penulis

(10)

DAFTAR ISI

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR... x

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 4

1.3 Pembatasan Masalah ... 5

1.4 Perumusan Masalah ... 5

1.5 Tujuan penelitian ... 5

1.6 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka ... 7

2.2 Kerangka Konseptual ... 8

2.2.1 Anjing peliharaan ... 8

2.2.2 Perspektif ... 10

2.2.3 Masyarakat Minangkabau ... 11

2.2.4 Mitos ... 13

2.3 Kerangka Teori ... 16

2.3.1 Nilai ... 16

2.3.2 Folklore ... 18

(11)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian ... 23

3.2 Lokasi Penelitian ... 23

3.3 Penentuan Informan ... 24

3.4 Teknik Pengumpulan data ... 24

3.5 Teknik Analisa Data ... 27

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 29

(12)

4.2.4 Cerita Rakyat Berburu Babi ... 57

4.2.4.1 Bentuk Pelaksanaan Kegiatan Buru Babi ... 62

4.2.4 Dampak Sosial dalam Masyarakat Minangkabau ... 64

4.2.5.1 Gotong Royong ... 65

4.2.5.2 Sosial ekonomi Masyarakat ... 67

4.2.5.3 Dampak Psikologi dan Kesehatan ... 68

4.3 Pembahasan ... 71

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 74

5.2 Saran ... 76

DAFTAR PUSTAKA

PEDOMAN WAWANCARA

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Batas Wilayah Kecamatan Tanjung Raya... 30

Tabel 2. Etnis ... 31

Tabel 3. Luas Kecamatan... 32

Tabel 4. Jumlah Penduduk Kabupaten Agam ... 34

Tabel 5. Jumlah Penduduk Nagari Tanjung Sani... 38

Tabel 6. Usia ... 38

Tabel 7.Tingkat Pendidikan Masyarakat... 39

Tabel 8. Jumlah Sekolah dan SD Menurut Kecamatan... 41

Tabel 9.Mata Pencaharian Pokok... 44

(14)

DAFTAR GAMBAR

(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Suku bangsa Minangkabau mendiami daratan tengah Pulau Sumatera

bagian barat yang sekarang menjadi Propinsi Sumatera Barat. Daerah asli

orang Minangkabau ada tiga kesatuan wilayah, yaitu sering disebut Luhak

Nan Tigo (wilayah yang tiga). Pertama adalah Luhak Agam yang sekarang

menjadi Kabupaten Agam; Luhak Lima puluh Koto yang sekarang menjadi

Kabupaten Limapuluh Kota; dan luhak Tanah datar yang sekarang menjadi

Kabupaten Tanah datar. Dari ketiga luhak tersebutlah kebudayaan

Minangkabau tersebar pengaruhnya ke daerah sekitarnya.

Asal usul nama Minangkabau cukup beragam, tetapi umumnya

beranggapan nama itu timbul setelah kemenangan adu kerbau dengan

pendatang yang dianggap lebih kuat. Kata Minangkabau bisa berasal dari

manang kabau (menang kerbau), bisa juga dari kata minang kabau (sejenis

senjata tajam yang dipasang pada kepala kerbau). Ada pula yang membantah

bahwa asal nama Minangkabau itu bukan dari adu kerbau, melainkan sudah

ada sejak dulu. Tetapi yang jelas, bangunan rumah adat Minangkabau

memang mencirikan tanduk kerbau.

Garis keturunan orang Minangkabau bersifat (matrilineal), dengan

harta dan tanah diwariskan dari ibu kepada anak perempuan, sementara

urusan agama dan politik merupakan urusan kaum lelaki (walaupun setengah

(16)

2

Minangkabau kuat dalam pegangan agama Islam, orang Minang juga kuat

dalam mengamalkan amalan turun-temurun yang digelar adat. Beberapa

unsur adat Minangkabau berasal dari fahaman animisme dan agama Hindu

yang telah lama bertapak sebelum kedatangan Islam. Walau bagaimanapun,

pengaruh agama Islam masih kuat di dalam adat Minangkabau, seperti yang

tercatat di dalam pepatah mereka, Adat basandi syara', syara' basandi

Kitabullah, yang bermaksud, adat (Minangkabau) bersendi hukum Islam dan

hukum Islam bersendi Al Qur'an.

Masyarakat Minangkabau pada umumnya memelihara anjing sebagai

hewan pemburu, penjaga ternak, penjaga ladang, bahkan dijadikan sebagai

kawan. Di Ranah Minang, khususnya di Kabupaten Agam Kecamatan

Tanjung Raya, mereka menyebut hewan tersebut dengan sebutan “Siricih”,

yang berarti anjing. Petinggi Adat (Mawardi) menyebutkan bahwa Siricih

merupakan sebutan halus untuk anjing di Kecamatan Tanjung Raya. Karena

bagi masyarakatnya, kata anjing dalam bahasa Minangnya anjiang bisa juga

gacik merupakan kata dan sebutan yang kasar bagi masyarakat di daerah

tersebut. Kata Siricih berawal dari seorang Bapak yang memanggil anjingnya

dengan cara bersorak menyebut kata “cih cih cih cih” walaupun sebenarnya

anjing tersebut telah diberi nama oleh induk semangnya. Namun, dalam

memanggil anjing yang tidak tahu keberadaanya, tetap di panggil “cih cih cih

cih”. Sejak itulah muncul kata “Siricih” sebutan lain yang lebih halus untuk

(17)

3

Masyarakat Tanjung Raya mempunyai hubungan yang sangat dekat

dengan anjing. Anjing dijadikan sebagai teman dekat, teman bermain bahkan

teman dikala kejenuhan, anjing juga di jadikan sebagai penjaga ternak, dan

ladang warga. Sebagaimana yang diketahui bahwa dalam falsafah adat

Minangkabau “Adat basandi syara', syara' basandi Kitabullah, yang

bermaksud, adat (Minangkabau) bersendi hukum Islam dan hukum Islam

bersendi Al-Quran. Dalam Al-Quran dijelaskan bahwa air liur anjing itu

merupakan najis besar. Sebagian ulama berpendapat bahwa anjing adalah

hewan yang diharamkan, namun mengapa masyarakat Minangkabau yang

kuat dalam ajaran Islam, tetapi mereka memelihara dan akrab dengan anjing?

Hingga saat sekarang ini sebagian masyarakat Minang, khususnya di

kecamatan Tanjung Raya masih mempercayai apa yang dipercayai oleh orang

tuanya dulu tentang anjing. Ada tradisi lisan (Folklore),mitos (mite) yaitu

adanya larangan dan pantangan jika melempar anjing,membunuh anjing, dan

juga memakan anjing. Konon, barangsiapa yang melempar anjing apalagi

membunuhnya akan celaka, baik itu terhadap dirinya sendiri maupun

keluarganya. Masyarakat menjadikan anjing sebagai teman dekat mereka dan

partner dalam permainan rakyat (berburu babi) Minang yang masih

(18)

4

Kegiatan berburu babi ini dilakukan baik oleh masyarakat pedesaan

maupun perkotaan. Permainan ini diminati oleh kaum lelaki saja baik muda

maupun yang telah paruh baya. Sasaran objek yang akan diburu adalah

binatang-binatang yang meresahkan dan merugikan masyarakat, terutama

masyarakat yang berusaha disektor pertanian dan perkebunan seperti babi

hutan. Kegiatan berburu babi hutan ini sampai saat ini masih tetap

dipertahankan dan bahkan banyak diminati tidak saja oleh masyarakat

pedesaan, tetapi juga oleh masyarakat yang tinggal di perkotaan, dan menjadi

semacam kegemaran (hobi) yang mereka lakukan setiap akhir pekan.

Dari uraian latar belakang diatas, penulis melaksanakan penelitian

dengan judul; ”Anjing Peliharaan (Siricih) dalam Perspektif Masyarakat

Minangkabau Kecamatan Tanjung Raya Kabupaten Agam Sumatera

Barat.”

1.2. Identifikasi Masalah

Dari pemaparan latar belakang di atas penulis mengidentifikasi hal

yang ingin diketahui oleh penulis dalam penelitian yang akan dilakukan,

sebagai berikut:

1. Kedekatan antara anjing dan masyarakat Minang Kecamatan

Tanjung Raya

2. Kepercayaan masyarakat terhadap anjing peliharaan di Kecamatan

(19)

5

3. Larangan dan pantangan dalam memelihara anjing

4. Konsep pendidikan generasi muda dalam menyikapi mitos tentang

anjing, dalam kehidupan sosial masyarakat Minangkabau?

5. Falsafah pemeliharaan anjing bagi masyarakat Minangkabau

1.3. Pembatasan Masalah

Untuk mendapatkan data yang lebih mendalam dan terarah maka penulis

membatasi masalah yang akan diteliti pada “Anjing Peliharaan (Siricih) dalam

Perspektif Masyarakat Minangkabau di Kecamatan Tanjung Raya”.

1.4. Rumusan Masalah

1. Bagaimana makna antara anjing dengan masyarakat Minang

Kecamatan Tanjung Raya?

2. Bagaimana cerita rakyat berburu babi dalam masyarakat Minangkabau

di Kecamatan Tanjung Raya?

3. Bagaimana dampak sosial memelihara ajing (Siricih) dalam

masyarakat Minangkabau di Kecamatan Tanjung Raya?

1.5.Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui makna antara anjing dengan masyarakat Minang

Kecamatan Tanjung Raya,

2. Untuk mengetahui cerita rakyat berburu babi dalam masyarakat

(20)

6

3. Untuk mengetahui dampak sosial memelihara anjing ( Siricih) dalam

masyarakat Minangkabau di Kecamatan Tanjung Raya

1.6. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang dikaji oleh penulis sebagai berikut :

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan, memperluas pengetahuan

kepada peneliti dan juga kepada pembaca mengenai identitas dan

nilai-nilai budaya. Dengan ini dapat memberikan gambaran mengenai

kedekatan antara hewan peliharaan “Anjing” dengan manusia. Dan

memberikan gambaran tentang adanya nilai-nilai budaya yang terdapat

dalam tradisi lisan (Folklore, mite) tentang anjing pada masyarakat

Minang Kecamatan Tanjung Raya

2. Memberikan gambaran tentang pandangan masyarakat terhadap anjing

peliharaan (Siricih), pengaruh terhadap kehidupan sosialnya serta

perkembangannya sesuai dengan tuntutan kebutuhan, sehingga

diketahui bagaimana kondisinya pada saat ini dan perubahan yang

terjadi sesuai dengan jamannya.

3. Sebagai penelitian lanjutan terhadap realitas sosial gaya hidup dan

(21)

74

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Masyarakat Minangkabau merupakan masyarakat yang berpegang teguh

terhadap Syriat Islam. Berdasarkan filosofi adatnya yaitu “Adat Basandi Syara’,

Syara’ Basandi Kitabullah”. Artinya “ Adat bersendikan Syariat (agama), Syariat

bersendikan Kitab Allah (Alquran dan Hadist).

1. Kebiasaan masyarakat dalam memelihara anjing telah ada sejak nenek

moyang dahulu. Konon, dahulu ranah Minang di penuhi oleh hutan

dan pemukiman penduduk jarang ditemui, kemudian nenek moyang

mulai berfikir untuk memelihara anjing sebagai teman dalam

kesehariannya, sebagai penjaga rumah dan ladangnya. Dalam

Masyarakat Minangkabau ada mitos yang berangggapan bahwa akan

ada kesialan terhadap orang yang menyiksa anjing. Mistos tersebut

merupakan suatu informasi yang sebenarnya salah tetapi dianggap

benar karena telah beredar dari generasi ke generasi. Informasi yang

menjadi mitos tersebut hanyalah larangan untuk tidak menyakiti

sesama makhluk ciptaan Tuhan. Sebenarnya tidak hanya anjing saja

yang dilarang untuk disakiti, tetapi semua hewan yang dipelihara

maupun tidak. Oleh karena anjing (Siricih) merupakan binatang yang

banyak dipelihara masyarakat, maka muncullah suatu mitos bahwa

(22)

75

Hingga saat sekarang masyarakat minangkabau masih memelihara

anjing sebagai temannya, penjaga ladang serta lahan pertanian lainnya,

selain daripada itu anjing merupakan lakon utama dalam permainan rakyat

berburu babi, yang telah mentradisi di ranah Minang khususnya di

Kecamatan Tanjung Raya Kabupaten Agam Sumatera Barat.

Di sanalah etnis Minangkabau berdiam. Banyaknya tradisi unik

khas suku Minangkabau, membuat wilayah yang masuk jajaran Bukit

Barisan ini dicalonkan menjadi salah satu daerah cagar budaya dunia.

Maklum, kekayaan tradisi Minangkabau memang sangat beragam. Satu

diantaranya tradis berburu babi atau kandiak. Kata kandiakdalam bahasa

setempat berarti babi hutan. Dengan begitu, tradisi ini disebut pula sebagai

berburu celeng atau babi hutan.

2. Tradisi berburu babi di Ranah Minang diperkirakan telah berlangsung

secara turun-temurun, lebih dari sepuluh abad lampau. Tradisi ini juga

menjadi bagian dari kehidupan agraris di Sumatra Barat. Sebagian

orang Minang mewariskan tradisi tersebut karena mereka

menggantunkan kehidupan dari hasil pertanian. Biasanya, saat

memasuki masa panen, sawah para petani kerap diganggu dengan

kehadiran babi-babi hutan. Gangguan ini jelas menjengkelkan.

3. Dari bentuk dan fungsi permainan berburu babi yang di mainkan

masyarakat Minangkabau di Sumatera Barat, terlihat sebuah bentuk

kerjasama dan gotongroyong yang tetrbentuk dari sebuah aktifitas

(23)

lembaga-76

lembaga adat dan merupakan kebanggan bagi ninik mamak di

Minangkabau. Identitas inilah yang membedakan bentuk permainan ini

dengan permainan serupa dilakukan masyarakat etnis lainnya.

Kegiatan berburu babi ini masih digemari oleh berbagai kalangan

masyarakat Minangkabau di Sumatera Barat hingga saat ini. Oleh

karenanya permainan rakyat ini terus berkembang dan digemari kaum

laki-laki di pedesaan propinsi Sumatera Barat.

5.2. Saran

Setelah melakukan penelitian tentang Anjing peliharaan dalam perspektif

masyarakat Minangkabau,maka penulis menyarankan untuk:

1. Merawat anjing peliharaan sesuai dengan kebutuhannya,

2. Hindari kedekatan yang berlebihan dengan anjing, karena air liurnya

merupakan najis besar yang dapat menyebabkan tersebarnya virus

penyakit yang mengganggu kesahatan tubuh

3. Memelihara bentuk dan tradisi permainan rakyat berburu babi

sehingga tidak tergilas oleh kemajuan peradaban dan penggunaan

teknologi yang semakin canggih ditengah-tengah masyrakat

4. Menghlangkan perilaku dalam barter( jual beli) anjing yang dapat

menimbulkan polemic di masyarakat,

5. Memperbaiki pola perilaku para pemburu terhadap cara

memperlakukan anjing-anjing pemburunya, sehingga tidak

(24)

76

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku:

A.A. Navis, Alam terkembang jadi Guru, Bandung, 1982

Danandjaja. James. 1984. Folklor Indonesia. Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti.

Furaxa dada. 1974. Sejarah Kebudayaan Sumatera. Jakarta.: firma “husmar”

Haib Darwis. 1965. Seluk-beluk Adat Minangkabau. Percetakan nusantara

Bukittinggi.

Hidayat zulyani. 1997. Ensiklopedia suku bangsa di indonesia. Jakarta:

PT.pustaka Lp3Es indonesia.

Hoed, Benny H. 2011. Semiotik dan Dinamika Sosial Budaya. Depok : Komunitas

Bambu

Koentjaraningrat,dkk. 2003. Kamus Istilah Antropologi. Jakarta: Progres

Kontjaraningrat. 2009 Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : Kencana

Maryaeni. 2005. Metode Penelitian Kebudayaan.Malang: Bumi Aksara

Naim moctar. 1984. Persepsi Minangkabau Minang Rantau. : Jakarta. PT. Madju

Nasroen. M. 1971. Dasar Falsafah Minangkabau. Jakarta: Bulan Bintang

Nurana. 1991. Nilai Budaya Dalam Permainan Rakyat. Jakarta

Poerwadarminta, W.J.S,. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Putra. Yerri S. 2007. Minangkabau di Persimpangan Generasi : Padang. Pusat

Studi Humaniora dan Fakultas Sastra UNAND

(25)

77

Yelmi Kusnel dkk. Pengetahuan, Sikap, Kepercayaan, dan Perilaku Generasi

Muda dalam Adat Minangkabau di Kota Padang. Padang

Sumber Skripsi dan Thesis:

Dermawan. Yuda Gusti. Tabu dan Mitos Seputar Wanita Hamil pada Etnik Jawa

di Desa Bakaran Batu Kabupaten Deli Serdang.Skripsi. Medan :

Universitas Negeri Medan

Soeprayogi, Heri. 2004. Berburu Babi: Kajian Antropologis Terhadap Permainan

Rakyat Minangkabau Sebagai Salah Satu Pembentuk Identitas Budaya di

Sumatera Barat: Tesis. Medan : Pascasarjana Universitas Negeri Medan

Sumber Jurnal dan Artikel:

Arifin Zainal. 2012. Berburu babi: Politik Identitas Laki-laki Minangkabau.

Jurnal: Padang: Humaniora.vol

Munir. Misnal.2005. Hidup Dirantau Dengan Damai: Nilai-nilai Kehidupan

Orang Minangkabau dalam Menyesuaikan Diri dengan Lingkungan

Budaya Baru. Jurnal: Yogyakarta: Fakultas Filsasat.Universitas Gajah

Mada

(26)

78

Sumber Internet:

Assad. Muhammad. 2010. Hukum Orang Islam Memelihara Anjing. Diunduh

pada http://www.google.com/search?client=msorang-islam-memelihara

anjing. Diakses 18 Maret 2014

Mardiansyah. Achmad. 2010. Orang yang Memelihara Anjing. Diunduh pada

http:/muslim.or.id/fiqh-dan-muamalah/ -memelihara-anjing.html.

Diakses 24 April 2014

Nizhamul. Hifni H. Sistem Pemerintahan Minangkabau. Diunduh pada

https://bundokanduang.wordpress.com/tag/sejarah-minangkabau/.

Diakses pada 18 Maret 2014

Udaeko. 2007. Orang Minangkabau. Diunduh pada

http://id.m.wikipedia.org/wiki/orang_Minang. Diakses 18 Maret 2014.

Ulfa. Maria. 2012.Definisi Mitos, Legenda, dan Cerita Rakyat. Diunduh pada

(

Gambar

Tabel 1. Batas Wilayah Kecamatan Tanjung Raya.........................................
Gambar 1. Kerangka Berfikir........................................................................18

Referensi

Dokumen terkait

Trip Assignment digunakan untuk mengetahui dan menghitung prosentase jumlah kendaraan yang melewati masing-masing ruas jalan, dalam Tugas Akhir ini digunakan untuk

permohonan dari pihak korban ke polisi agar persoalan tersebut dapat diselesaikan secara kekeluargaan untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapi. Kemudian atas permohonan

energi nasional yang mengarah pada pemanfaatan energi baru seperti energi nuklir, sudah tentu juga mencakup usaha-usaha dalam peningkatan keselamatan reaktor dan optimalisasi

Sementara pada kenyataannya, secara ekonomi masyarakat India Punjabi di kota Medan lebih mapan dibandingkan masyarakat Tamil, hal ini dapat terlihat dengan bertahannya toko-toko

Sedangkan, pada bagian belakang kartu matching cards menggunakan warna kontras dari biru tua yaitu merah marun dengan warna emas yang melambangkan pekerjaan

Hasil dari pengukuran dapat dilihat pada tabel 3,tabel 4,gambar 14 dan 15 berdasarkan pengamatan perubahan heaving pada gelombang gel 1, Tinggi Muatan 1/4 H dan

Berdasarkan percakapan tersebut dapat disimpulkan, bahwa alih kode tidak hanya terbatas pada pengalihan dari satu bahasa ke bahasa yang lain seperti dalam masyarakat dwibahasa

Metode AHP dalam penelitian ini digunakan untuk mendukung keputusan pemilihan jenis investasi yang didasarkan pada empat kriteria yaitu modal, jangka waktu, keuntungan, dan