• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA PADA PELAJARAN BAHASA INGGRIS DENGAN MODEL PEMBELAJARAN TPS (THINK PAIR SHARE) DI KELAS V SD IMMANUEL MEDAN TAHUN AJARAN 2011 / 2012.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA PADA PELAJARAN BAHASA INGGRIS DENGAN MODEL PEMBELAJARAN TPS (THINK PAIR SHARE) DI KELAS V SD IMMANUEL MEDAN TAHUN AJARAN 2011 / 2012."

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA PADA PELAJARAN BAHASA INGGRIS DENGAN MODEL

PEMBELAJARAN TPS (THINK PAIR SHARE) DI KELAS V SD IMMANUEL MEDAN

TAHUN AJARAN 2011/2012

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Pra Sekolah Dan Sekolah Dasar

Oleh : FRIDAWATI R. T

108 113 029

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan penyertaanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini yang merupakan salah satu syarat bagi penulis untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan PGSD – S1 Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Medan.

Skripsi ini berjudul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Berbicara Siswa pada Pelajaran Bahasa Inggris dengan Menggunakan Model Pembelajaran TPS

(Think Pair Share) di kelas V SD Immanuel Medan TA. 2011/2012”. Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini , penulis banyak mendapat bantuan dan bimbingan serta pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terimakasih yang sebesar – besarnya kepada yang terhormat :

1. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.Si selaku rektor UNIMED yang telah memberikan kesempatan kepada penulis melaksanakan studi di Universitas Negeri Medan.

2. Bapak Drs. Nasrun Nasution, M.S, selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan . Bapak Prof. Dr. Yusnadi, M.S selaku Pembantu Dekan I, Bapak Drs. Aman Simare-mare, M.S selaku Pembantu Dekan II.

3. Bapak Drs. Khairul Anwar, M.Pd selaku ketua jurusan PPSD Fakultas Ilmu Pendidikan UNIMED, Bapak Drs. Ramli Sitorus, M.Ed selaku sekretaris Jurusan PPSD FIP UNIMED.

4. Ibu Dra. Naeklan Simbolon, M.Pd selaku Dosen Pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan, dukungan dan arahan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

5. Bapak Drs. Ramli Sitorus, M.Ed, Ibu Dra. Eva Betty S, M.Pd, dan Ibu Dra. Mastiana Ritonga, M.Pd selaku dosen Penyelaras/ Penguji yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran dalam perbaikan sripsi ini.

6. Seluruh dosen – dosen Akademik dan seluruh tenaga Administrasi FIP UNIMED 7. Ibu Herimawaty Hutabarat, S.Pd, selaku Kepala Sekolah SD Immanuel Medan

dan Miss Marta Pasaribu, S.S, selaku guru bahasa Inggris kelas V SD Immanuel Medan serta Bapak / Ibu Guru dan Siswa yang membantu penulis selama penelitian.

8. Teristimewa, tercinta dan tersayang Penulis sampaikan kepada kedua Orang tua saya, Ayahanda R. Tambunan dan Ibunda St. H. Hutabarat, S.Pd sebagai rasa hormat, saya ucapkan terimakasih yang tak terhingga atas pengorbanan,

(6)

dukungan dan doa yang telah diberikan kepada penulis selama ini sehingga dapat menyelesaikan studi di UNIMED.

9. Kepada adik-adik saya Febrina Susilawati Tambunan, Immanuel Herbert Tambunan dan Jois Kartini Tambunan serta seluruh keluarga besar penulis yang telah memberikan dorongan dan doanya.

10. Buat teman-temanku NHKBP-Sidorame, MCS (Medan Chamber Singers) juga

“pinokio” yang selalu memberikan semangat kepada penulis.

11. Kepada teman-temanku seperjuangan Eka, Yuli, Bayu, Asni, Rati yang selalu bersama- sama menyelesaikan skripsi dari awal hingga akhir. Terima kasih juga buat teman-temanku juga Sri, Octa, Erni. Buat PKK ku kak Lasma Butar-Butar, terima kasih atas bimbingan rohaninya.

12. Buat teman-teman kelas A1-Reg PGSD S1 2008 yang telah banyak membantu dan memberika motivasi selama perkuliahan hingga akhir.

13. Seluruh pihak yang membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas dukungan, motivasi dan doanya.

Atas segala bantuan dan bimbingan yang telah penulis terima, penulis tidak dapat membalasnya, kiranya Tuhan Yesus yang akan membalasnya.Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan kejanggalan baik kata-kata maupun susunan kalimatnya, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran pembaca yang bersifat membantu demi kesempurnaan skripsi ini.Akhirnya penulis dengan penuh harapan kiranya skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya, penulis mengucapkan terimakasih.

Medan , Juni 2012 Penulis

FRIDAWATI R. T NIM : 108113029

(7)

ABSTRAK

FRIDAWATI R. T, NIM 108113029, Upaya Meningkatkan Kemampuan Berbicara Siswa pada Pelajaran Bahasa Inggris dengan Model Pembelajaran TPS (Think Pair Share) di Kelas V SD Immanuel Medan Tahun Ajaran 2011 / 2012. Jurusan PPSD Fakultas Ilmu Pendidikan Unimed 2008.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan berbicara siswa dengan menggunakan model pembelajaran TPS (Think Pair Share) pada pelajaran Bahasa Inggris di kelas V SD Immanuel.

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Objek penelitian dalam skripsi ini adalah antusias siswa dalam kegiatan pembelajaran, pelafalan bunyi bahasa, ketepatan intonasi, pemilihan kata, penyusunan kalimat, ketenangan, kesopanan, kekompakan, dan topik pembicaraan. Subjek penelitian sebanyak 41 orang siswa. Alat pengumpulan data yang digunakan adalah observasi yang dilakukan pada siswa.

(8)

iv

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR... . ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GRAFIK ... ix

DAFTAR LAMPIRAN... ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 5

1.3 Batasan Masalah ... 5

1.4 Rumusan Masalah ... 5

1.5 Tujuan Penelitian ... 6

1.6 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kerangka Teori ... 7

2.1.1 Kemampuan Berbicara ... 7

2.1.2 Tujuan Berbicara ... 9

2.1.3 Pengajaran Berbicara ... 10

(9)

v 2.1.5 Langkah-Langkah Penggunaan Pembelajaran dengan

TPS (Think Pair Share) ... 12

2.1.6 Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran TPS (Think Pair Share) ... 16

2.1.7 Pembelajaran Bahasa Inggris di SD ... 17

2.2 Kerangka Berfikir ... 21

2.3 Hipotesis Tindakan ... 22

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 23

3.2 Subjek Penelitian ... 23

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian ... 23

3.4 Defenisi Operasional Variabel ... 23

3.5 Desain Penelitian ... 24

3.6 Prosedur Penelitian ... 24

a. Siklus I ... 25

b. Siklus II ... 27

3.7 Pengumpul Data ... 28

3.8 Teknik Analisis Data... 31

3.9 Jadwal Penelitian ... 33

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 34

(10)

vi BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 70

5.2 Saran ... 72

(11)

vii DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Persentase Hasil Skor Observasi Kemampuan Berbicara Siklus I

Pertemuan I... 37

Tabel 2 : Perubahan Tingkat Kemampuan Berbicara Siswa Siklus I

Pertemuan I... 39

Tabel 3: Persentase Hasil Tingkat Ketuntasan Kemampuan Berbicara

Siswa Siklus I Pertemuan I... 41

Tabel 4 : Persentase Hasil Skor Observasi Kemampuan Berbicara Siklus I

Pertemuan II ……… 45

Tabel 5 : Perubahan Tingkat Kemampuan Berbicara Siswa Siklus I

Pertemuan II……… 47

Tabel 6 : Persentase Hasil Tingkat Ketuntasan Kemampuan Berbicara

Siswa Siklus I Pertemuan II……….………... 49

Tabel 7 : Persentase Hasil Skor Observasi Kemampuan Berbicara Siklus II

Pertemuan I……… 53

Tabel 8: Perubahan Tingkat Kemampuan Berbicara Siswa Siklus II

Pertemuan I……… 55

Tabel 9 : Persentase Hasil Tingkat Ketuntasan Kemampuan Berbicara

Siswa Siklus II Pertemuan I……….……….. 56

Tabel 10 : Persentase Hasil Skor Observasi Kemampuan Berbicara Siklus II

Pertemuan II……… 60

Tabel 11 : Perubahan Tingkat Kemampuan Berbicara Siswa Siklus II

Pertemuan II……… 62

(12)

viii Siswa Siklus II Pertemuan II……….……… 63

Tabel 13 : Rekapitulasi Peningkatan Hasil Observasi Kemampuan Berbicara

Pada Siklus I & II ……… 65

Table 14 : Rekapitulasi Perubahan Tingkat Kemampuan Berbicara Siswa Pada

Siklus II & II……… 67

Tabel 15 : Rekapitulasi Hasil Tingkat Ketuntasan Kemampuan Berbicara

(13)

ix DAFTAR GRAFIK

Gambar 1 : Persentase Skor Perubahan Tingkat Kemampuan Berbicara

Siswa pada Siklus I Pertemuan I……….. 40 Gambar 2 : Persentase Hasil Tingkat Ketuntasan Kemampuan Berbicara

Siswa pada Siklus I Pertemuan I………... 41 Gambar 3 : Persentase Skor Perubahan Tingkat Kemampuan Berbicara

Siswa pada Siklus I Pertemuan II……… 48 Gambar 4 : Persentase Hasil Tingkat Ketuntasan Kemampuan Berbicara

Siswa pada Siklus I Pertemuan II………... 49 Gambar 5 : Persentase Skor Perubahan Tingkat Kemampuan Berbicara

Siswa pada Siklus II Pertemuan II……… 56 Gambar 6 : Persentase Hasil Tingkat Ketuntasan Kemampuan Berbicara

Siswa pada Siklus II Pertemuan II………... 57 Gambar 7 : Persentase Skor Perubahan Tingkat Kemampuan Berbicara

Siswa pada Siklus II Pertemuan II……… 63 Gambar 8 : Persentase Hasil Tingkat Ketuntasan Kemampuan Berbicara

Siswa pada Siklus I Pertemuan II………... 64 Gambar 9 : Rekapitulasi Persentase Skor Perubahan Tingkat Kemampuan

Berbicara Siswa pada Siklus I & II... 68

Gambar 10 : Rekapitulasi Persentase Hasil Tingkat Ketuntasan Kemampuan

(14)

x DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Daftar Nama Siswa dalam Sampel Penelitian………. 74

Lampiran 2 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran……….………… 75

Lampiran 3 : Lembar Observasi Siswa……….………. 77

Lampiran 4 : Hasil Observasi Siklus I Pertemuan 1……….………. 78

Lampiran 5 : Hasil Observasi Siklus I Pertemuan 2……….………. 80

Lampiran 6 : Hasil Observasi Guru Siklus I……….………. 82

Lampiran 7 : Rencana Pelaksanaan Siklus II……….……… 84

Lampiran 8 : Hasil Observasi Guru Siklus II Pertemuan 1…….……… 86

Lampiran 9 : Hasil Observasi Guru Siklus II Pertemuan 2………. 88

Lampiran 10 : Hasil Observasi Guru Siklus II……….……… 90

Lampiran 11 : Rekapitulasi Hasil Observasi Siswa Siklus I dan II………. 92

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kurikulum nasional untuk mata pelajaran Bahasa dan Sastra Inggris berorientasi pada

hakikat pembelajaran bahasa dan sastra Inggris. Hakikat belajar bahasa adalah belajar

berkomunikasi. Hakikat belajar sastra adalah memahami manusia dan nilai-nilai kemanusiaan.

Dengan demikian, hakikat pembelajaran bahasa dan sastra Inggris ialah peningkatan kemampuan

siswa untuk berkomunikasi dalam bahasa Inggris yang baik dan benar secara lisan dan tulis.

Pembelajaran Bahasa Inggris yang diberikan kepada para siswa meliputi empat aspek,

yaitu menyimak (listening), berbicara (speaking), membaca (reading), dan menulis (writting). Di

antara keempat aspek tersebut dalam makalah ini, penulis hanya memfokuskan pada aspek

berbicara (speaking). Aspek berbicara ini dipilih karena sangat mendukung terjadinya proses

berkomunikasi secara lisan. Dengan belajar berbicara siswa belajar berkomunikasi.

Menurut Nuraeni (2002), “Kemampuan berbicara tidak dinyatakan secara eksplisit tetapi

dinyatakan secara implisit pada tema.” Akibatnya kalau guru kurang benar-benar memberikan

perhatian terhadap keterampilan berbicara itu, mungkin akan terabaikan pengajarannya.

Kemungkinan guru akan lebih menekankan keterampilan berbahasa tertulis dan mengabaikan

keterampilan berbahasa lisan.

Berbicara merupakan suatu proses penyampaian informasi, ide atau gagasan dari

(16)

pendengar sebagai komunikan. Informasi yang disampaikan secara lisan dapat diterima oleh

pendengar apabila pembicara mampu menyampaikannya dengan baik dan benar. Dengan

demikian, kemampuan berbicara merupakan faktor yang sangat mempengaruhi kemahiran

seseorang dalam penyampaian informasi secara lisan.

Agar pembicaraan itu mencapai tujuan, pembicara harus memiliki kemampuan dan

keterampilan untuk menyampaikan informasi kepada orang lain. Hal ini bermakna bahwa

pembicara harus memahami betul bagaimana cara berbicara yang efektif sehingga orang lain

(pendengar) dapat menangkap informasi yang disampaikan pembicara secara efektif pula.

Untuk dapat menjadi seorang pembicara efektif, tentu dituntut kemampuan menangkap

informasi secara kritis dan efektif. Karena dengan memiliki keterampilan menangkap informasi

secara efektif dan kritis, pembicara akan memiliki rasa tenggang rasa kepada lawan berbicara

(pendengar), sehingga pendengar dapat pula menangkap informasi yang disampaikan pembicara

secara efektif.

Berbicara mengenai kemampuan menangkap informasi berarti kita berbicara pula

mengenai aktivitas menyimak. Tentu hal tersebut berkenaan dengan kegiatan menyimak tepat

guna dan menyimak efektif. Oleh karena itu, para siswa perlu dilatih sejak dini mengenai upaya

menyimak tepat guna dan efektif agar kemampuan berbicaranya menjadi efektif pula.

Menurut Nuraeni (2002), “Banyak orang beranggapan berbicara adalah suatu pekerjaan

yang mudah dan tidak perlu dipelajari.” Untuk situasi yang tidak resmi barangkali anggapan ini

ada benarnya, namun pada situasi resmi pernyataan tersebut tidak berlaku. Kenyataannya tidak

(17)

terampil sebagai akibat dari kurangnya latihan berbicara. Untuk itu, guru bahasa Inggris merasa

perlu melatih siswa untuk berbicara. Latihan pertama kali yang perlu dilakukan guru ialah

menumbuhkan keberanian siswa untuk berbicara.

Berdasarkan pengalaman di lapangan (empiris) diketahui bahwa kemampuan berbicara

siswa kelas V SD Immanuel Medan dalam proses pembelajaran masih rendah. Hal ini diketahui

berdasarkan hasil wawancara dengan guru bahasa Inggrisnya yang menyatakan rendahnya

kemampuan siswa kelas V tersebut dalam hal berbicara. Dari data yang ada menunjukkan dari

hasil perolehan nilai tersebut dari jumlah siswa 41 orang, hanya 36,59% (15 siswa) yang

mendapat nilai 60 ke atas (batas ketuntasan guru), sedangkan sisanya atau sebanyak 63,41% (26

siswa) mendapat nilai di bawah 60. Selain itu, dari tugas sebelumnya yang diberikan oleh guru

tidak menampakkan adanya peningkatan kemampuan berbicara siswa.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru bahasa Inggris dan hasil observasi awal, dapat

diidentifikasi penyebab rendahnya kemampuan berbicara siswa yakni: (1) sikap dan minat siswa

dalam mengikuti pembelajaran berbicara rendah, khususnya dalam pembelajaran bahasa Inggris

siswa merasa takut dan malu saat ditugasi untuk tampil berbicara di depan teman-temannya, (2)

siswa kurang terampil berbicara sebagai akibat dari kurangnya latihan yang diberikan oleh guru,

sebab kegiatan berbicara selama ini masih kurang mendapat perhatian sehingga penguasaan

kosakata siswa pun kurang, (3) pembelajaran berbicara yang dilakukan guru dapat dikatakan

masih konvensional karena masih bertumpu pada buku pelajaran. Ketergantungan pada buku

pelajaran tersebut menyebabkan guru enggan untuk mengubah kebiasaan yang dilakukan guru.

Untuk mengoptimalkan hasil belajar, terutama kemampuan berbicara, diperlukan model

(18)

siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Hal ini diperkuat oleh pendapat Nurhatim dalam

Henry Guntur Tarigan (2007:45) yang mengatakan bahwa penggunaan suatu model

pembelajaran yang memiliki arti penting sebagai variasi pembelajaran, dengan tujuan siswa

dapat mengikuti aktivitas pembelajaran di kelas yang menyenangkan dan tidak membosankan.

Untuk itu guru perlu mengubah model pembelajaran selama ini bersifat konvensional, dengan

penerapan model pembelajaran oleh Frank Lymn dalam Trianto (2009:81) penerapan pengajaran

efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas ialah think pair share (TPS). Model

pembelajaran ini merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi

pola interaksi siswa yaitu berpikir berpasangan berbagi.

Dengan menggunakan model pembelajaran think pair share ini diharapkan dapat

mengubah model pembelajaran dalam pengajaran konvensional menjadi pengajaran yang efektif

dan menyenangkan. Keuntungan dari think pair share yakni optimalisasi partisipasi siswa,

membantu siswa mengembangkan kemampuan untuk berbagi informasi dan menarik

kesimpulan, serta mengembangkan kemapuan untuk mempertimbangkan nilai-nilai dari suatu

materi pelajaran.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti mencoba membuat penelitian melalui

penelitian tindakan kelas dengan judul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Berbicara Siswa pada Pelajaran Bahasa Inggris dengan Menggunakan Model Pembelajaran TPS (Think Pair Share) di kelas V SD Immanuel Medan TA. 2011/2012”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijabarkan di atas, maka dapat

(19)

1. Siswa kurang percaya diri untuk mengungkapkan pikirannya.

2. Rendahnya penguasaan kosa kata.

3. Guru kurang mengaktifkan siswa.

4. Metode pembelajaran guru yang bersifat konvensional.

1

.3 Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah maka dibatasi masalah penelitian pada penggunaan

model pembelajaran TPS (Think Pair Share) untuk meningkatkan kemampuan siswa berbicara.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “

Apakah dengan menggunakan model pembelajaran TPS (Think Pair Share) dapat Meningkatkan

Kemampuan Berbicara siswa pada Pelajaran Bahasa Inggris di kelas V SD Immanuel Medan

TA. 2011/2012?”

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah model pembelajaran TPS (Think

Pair Share) dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa kelas V SD Immanuel Medan

Tahun Ajaran 2011/2012.

1.6 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang ingin dicapai dari hasil penelitian ini adalah:

(20)

Sebagai bahan masukan agar siswa lebih kreatif lagi dalam menuangkan ide, gagasan

serta pikirannya dalam berbicara.

2. Bagi Guru

Memberikan alternatif pilihan penggunaan teknik, sehingga guru lebih kreatif lagi dalam

mengembangkan dan menggunakan teknik pembelajaran.

3. Bagi Sekolah

Upaya meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah yang disajikan tempat penelitian.

4. Bagi Peneliti

Menambah wawasan bagi peneliti dan sebagai bekal untuk meningkatkan

profesionalisme untuk calon guru dimasa yang akan datang dan ingin mengetahui

seberapa besar pengaruh model pembelajaran Think Pair Share dalam meningkatkan

(21)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1.1

Hasil Penelitian

Penelitian ini berbentuk Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan di SD Immanuel

Medan di kelas V. Di mana pembelajaran ini dilaksanakan menggunakan model

pembelajaran think pair share untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa dalam

proses belajar mengajar. Penelitian ini terdiri dari dua siklus, di mana siklus pertama

dilaksanakan dalam dua kali pertemuan dan siklus kedua juga dilaksanakan dalam dua kali

pertemuan.

Untuk mendapat data yang konkrit dari siswa dan guru, digunakan instrumen berupa

observasi kegiatan belajar Bahasa Inggris yang terdiri dua observasi yaitu observasi untuk

mengetahui kemampuan individu (siswa) dan observasi untuk mengetahui kemampuan

keseluruhan siswa setelah melakukan tindakan. Dan lembar observasi guru untuk mengetahui

keterampilan yang diperoleh pada saat mengajar berlangsung dan observasi siswa digunakan

untuk melihat keterampilan berbicara siswa secara individu dan keseluruhan (klasikal).

1.1.1 Deskripsi Hasil Observasi Kemampuan Berbicara Siswa A. Deskripsi Siklus I

1. Pertemuan I a. Perencanaan

Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas V peneliti menyiapkan :

1. RPP menggunakan think pair share (TPS)

2. Menyiapkan instrumen yang digunakan dalam penelitian, berupa lembar observasi

untuk siswa dan guru.

(22)

3. Menyiapkan lembar kerja siswa yakni teks pecakapan tentang “Neighbours” dan

mengembangkan skenario.

b. Pelaksanaan

Langkah tindakan peneliti saat melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas V

adalah :

1. Guru melaksanakan apersepsi, untuk mengetahui kondisi kesiapan siswa.

2. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dengan menggunakan media

pembelajaran (teks percakapan).

3. Guru membentuk kelompok siswa yang terdiri dari 2 siswa perkelompok.

4. Guru memberikan tugas kelompok siswa.

5. Guru memantau dan memberi bimbingan pada kegiatan siswa.

6. Guru menyuruh siswa mempresentasikan kegiatan belajar ke depan kelas.

7. Guru memantau kegiatan siswa selama proses persentase.

8. Guru memberi bimbingan siswa dalam menyimpulkan hasil kerja kelompok

siswa. Tindakan ini dilakukan selama 2 x pertemuan.

c. Observasi

Observer pada saat pelaksanaan kegiatan pembelajaran adalah guru bahasa

Inggris kelas V SD Immanuel Medan. Setelah mengobservasi semua kegiatan siswa pada

siklus I, maka ditemukan beberapa hal antara lain :

1. Banyak siswa yang belum memberikan perhatian dan konsentrasi penuh terhadap

pembelajaran.

2. Banyak siswa membaca teks percakapan sebagai latihan.

3. Hanya ada beberapa siswa yang membaca teks percakapan dengan lafal dan

intonasi yang masih rata, tidak perbedaan penggunaan tanda baca.

(23)

5. Banyak siswa yang tidak menguasai pelajaran.

6. Banyak siswa yang masih takut untuk tampil.

7. Beberapa siswa giat dan rajin melakukan kegiatan belajar.

Untuk memperoleh data dari proses penelitian ini, peneliti menggunakan responden siswa

dan guru bidang studi Bahasa Inggris di kelas V di awal pelaksanaan penelitian pada siklus I

pada pertemuan ke 1. Adapun aspek penilaian pengamatan tentang kemampuan berbicara

siswa yakni pada aspek kebahasaan dan aspek non kebahasaan. Hal ini dapat dilihat pada

tabel di bawah ini :

No Indikator Deskriptor Skala Penilaian

1 2 3 4

Berdasarkan hasil dari lembar observasi guru terhadap siswa mengenai indikator

kemampuan berbicara (speaking) siswa , maka dapat dilihat persentase skor tingkat

kemampuan berbicara (speaking) siswa sebagai berikut :

Tabel 1. Hasil Observasi Siklus I (Pertemuan 1) No. Kode Siswa Skor Siklus I Pertemuan I

(24)

1 001 16 66,7% Cukup

2 002 17 70,8% Baik

3 003 8 33,3% Kurang

4 004 10 41,7% Kurang

5 005 18 75% Baik

6 006 10 41,7% Kurang

7 007 8 33,3% Kurang

8 008 11 45,8% Kurang

9 009 23 95,8% Sangat Baik

10 010 8 33,3% Kurang

11 011 8 33,3% Kurang

12 012 12 50% Kurang

13 013 18 75% Baik

14 014 15 62,5% Cukup

15 015 15 62,5% Cukup

16 016 17 70,8% Baik

17 017 14 58,3% Cukup

18 018 12 50% Kurang

19 019 11 45,8% Kurang

20 020 12 50% Kurang

21 021 11 45,8% Kurang

22 022 10 41,7% Kurang

23 023 10 41,7% Kurang

24 024 10 41,7% Kurang

25 025 12 50% Kurang

26 026 21 87,5% Sangat Baik

(25)

28 028 11 45,8% Kurang

29 029 24 100% Sangat Baik

30 030 14 58,3% Cukup

31 031 12 50% Kurang

32 032 13 54,2% Kurang

33 033 10 41,7% Kurang

34 034 11 45,8% Kurang

35 035 12 50% Kurang

36 036 15 62,5% Cukup

37 037 21 87,5% Sangat Baik

38 038 10 41,7% Kurang

39 039 8 33,3% Kurang

40 040 9 37,5% Kurang

41 041 16 66,7% Cukup

Jumlah 534

Rata-Rata 13

Dari hasil tabel di atas terdapat siswa yang mengalami tingkat kemampuan berbicara

(speaking) kurang, cukup, baik, dan sangat baik. Kemampuan berbicara (speaking) siswa

yang tergolong kurang mencapai hasil persentase skor 33,3% - 54,2%. Kemampuan

berbicara (speaking) siswa yang tergolong cukup mencapai persentase skor 58,3% - 66,7%.

Kemampuan berbicara (speaking) siswa yang tergolong baik mencapai persentase skor 70,8%

- 75%. Kemampuan berbicara (speaking) siswa yang tergolong sangat baik mencapai

persentase skor 87,5% - 100%.

(26)

Perubahan Tingkat Kemampuan Berbicara (Speaking) Siswa & Tingkatnya Pada Siklus I Pertemuan I Secara Klasikal

No Kategori Penilaian Siklus I Pertemuan I

Jumlah siswa %

1 Sangat baik 4 9,8%

2 Baik 4 9,8%

3 Cukup 7 17%

4 Kurang 26 63,4%

Jumlah 41 100%

Dari tabel di atas pada siklus I pertemuan I dengan jumlah siswa sebanyak 41 orang ,

diperoleh data bahwa 26 orang siswa (63,4%) tingkat kemampuan berbicara (speaking)

tergolong kurang, 7 orang siswa (17%) tingkat kemampuan berbicara (speaking) tergolong

cukup, 4 orang siswa (9,8%) tingkat kemampuan berbicara (speaking) tergolong baik dan 4

orang siswa (9,8%) yang tingkat kemampuan berbicara (speaking) tergolong sangat baik.

Diagram I

(27)

Dari hasil diagram di atas dapat dilihat persentase tingkat kemampuan berbicara

(speaking) siswa dalam pelajaran bahasa Inggris. Dari 41 orang siswa, 4 siswa (10%) yang

tingkat kemampuan berbicara (speaking) sangat baik, 4 orang siswa (10%) tingkat

kemampuan berbicara (speaking) baik, 7 orang siswa (17%) tingkat kemampuan berbicara

(speaking) cukup dan 26 orang siswa (63%) tingkat kemampuan berbicara (speaking) kurang.

Tabel III

Persentase Hasil Tingkat Ketuntasan Kemampuan Berbicara (Speaking) siswa secara klasikal Siklus I Pada Pertemuan I

No Tingkat ketuntasan Kemampuan Jumlah Siswa % 0%

10% 20% 30% 40% 50% 60% 70%

4 orang SB 4 orang B 7 orang C 26 orang K

Sangat Baik

Baik

Cukup

(28)

Berbicara

1 Tuntas ≥ 65% 10 24,4%

2 Tidak Tuntas ≤ 65% 31 75,6%

Jumlah 41 100%

Dari tabel di atas bahwa dari 41 orang siswa dinyatakan tingkat ketuntasan

kemampuan berbicara dari 10 orang siswa (24,4%) sudah tuntas dan 31 orang siswa (75,6%)

dinyatakan tidak tuntas.

Diagram II

Grafik Persentase Hasil Tingkat Ketuntasan Kemampuan Berbicara (Speaking) secara Klasikal Siklus I Pada Pertemuan I

Dari hasil grafik di atas bahwa ada 41 orang siswa (75,6%) dinyatakan tidak tuntas

berbicara (speaking), dan ada 1o orang siswa (24,4%) tuntas.

d. Refleksi

Pada tahap ini peneliti mengamati semua kegiatan yang telah dilakukan oleh

siswa mulai dari awal sampai akhir kegiatan tindakan observasi hasil data di atas kemampuan

berbicara siswa yaitu :

(29)

2. Terdapat 4 siswa yang baik dalam hal berbicara atau 9,8%

3. Terdapat 7 siswa yang cukup dalam hal berbicara atau 17%

4. Dan terdapat 26 siswa yang kurang dalam hal berbicara atau 63,4%

Berdasarkan hasil observasi diperoleh refleksi sebagai berikut :

1. Dari Guru

a. Waktu digunakan tidak efisien

b. Kesempatan belajar belum merata

c. Pengelolaan bahan belajar yang belum efektif

2. Dari Siswa

a. Siswa belum memberikan perhatian dan konsentrasi penuh terhadap

pembelajaran.

b. Siswa tidak menjalankan latihan pada kerja kelompok dengan serius

dan mengganggu teman yang lain.

c. Siswa terlihat cuek dan bosan terhadap kegiatan pembelajaran.

d. Siswa tampil ke depan kelas dengan tertib.

e. Siswa giat dan rajin melakukan kegiatan belajar.

Dari hasil refleksi di atas, disarankan :

1. Peneliti/guru menyiapkan bahan ajar lebih efektif.

2. Menyiapkan media yang lebih menarik.

3. Memberikan kesempatan siswa untuk mengembangkan kreatifitas mereka.

4. Guru memperhatikan siswa secara merata.

5. Menciptakan pembelajaran lebih menarik.

2. Pertemuan II a. Perencanaan

(30)

1. RPP menggunakan think pair share (TPS)

2. Menyiapkan instrumen yang digunakan dalam penelitian, berupa lembar observasi

untuk siswa dan guru.

3. Menyiapkan lembar kerja siswa yakni teks pecakapan tentang “Neighbours” dan

mengembangkan skenario.

b. Pelaksanaan

Langkah tindakan peneliti saat melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas V

adalah :

1. Guru melaksanakan apersepsi, untuk mengetahui kondisi kesiapan siswa.

2. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dengan menggunakan media

pembelajaran (teks percakapan).

3. Guru membentuk kelompok siswa yang terdiri dari 2 siswa perkelompok.

4. Guru memberikan tugas kelompok siswa.

5. Guru memantau dan memberi bimbingan pada kegiatan siswa.

6. Guru menyuruh siswa mempresentasikan kegiatan belajar ke depan kelas.

7. Guru memantau kegiatan siswa selama proses persentase.

8. Guru memberi bimbingan siswa dalam menyimpulkan hasil kerja kelompok

siswa. Tindakan ini dilakukan selama 2 x pertemuan.

c. Observasi

Observer pada saat pelaksanaan kegiatan pembelajaran adalah guru bahasa

Inggris kelas V SD Immanuel Medan. Setelah mengobservasi semua kegiatan siswa pada

siklus I, maka ditemukan beberapa hal antara lain :

1. Banyak siswa yang belum memberikan perhatian dan konsentrasi penuh terhadap

pembelajaran.

(31)

3. Hanya ada beberapa siswa yang membaca teks percakapan dengan lafal dan

intonasi yang masih rata, tidak perbedaan penggunaan tanda baca.

4. Beberapa siswa terlihat cuek dan bosan terhadap kegiatan pembelajaran.

5. Banyak siswa yang tidak menguasai pelajaran.

6. Banyak siswa yang masih takut untuk tampil.

7. Beberapa siswa giat dan rajin melakukan kegiatan belajar.

Untuk memperoleh data dari proses penelitian ini, peneliti menggunakan responden siswa

dan guru bidang studi Bahasa Inggris di kelas V di awal pelaksanaan penelitian pada siklus I

pada pertemuan ke 2. Adapun aspek penilaian pengamatan tentang kemampuan berbicara

siswa yakni pada aspek kebahasaan dan aspek non kebahasaan. Hal ini dapat dilihat pada

tabel di bawah ini :

No Indikator Deskriptor Skala Penilaian

1 2 3 4

Berdasarkan hasil dari lembar observasi guru terhadap siswa mengenai indikator

kemampuan berbicara (speaking) siswa , maka dapat dilihat persentase skor tingkat

kemampuan berbicara (speaking) siswa sebagai berikut :

(32)

Persentase Hasil Skor Observasi Kemampuan Berbicara (Speaking) Siswa Pada Siklus I Pertemuan II

No. Kode Siswa Skor Siklus I Pertemuan II

% Kategori

1 001 19 73,1% Baik

2 002 19 73,1% Baik

3 003 15 57,7% Cukup

4 004 15 57,7% Cukup

5 005 20 76,9% Baik

6 006 16 61,5% Cukup

7 007 15 57,5% Cukup

8 008 16 66,7% Cukup

9 009 24 92,3% Sangat Baik

10 010 16 61,5% Cukup

11 011 15 57,7% Cukup

12 012 15 57,7% Cukup

13 013 20 76,9% Baik

14 014 17 65,4% Cukup

15 015 17 65,4% Cukup

16 016 17 65,4% Cukup

17 017 14 53,8% Kurang

18 018 12 46,2% Kurang

19 019 11 42,3% Kurang

20 020 13 50% Kurang

21 021 15 57,7% Cukup

(33)

23 023 12 46,2% Kurang

24 024 13 50% Kurang

25 025 13 50% Kurang

26 026 22 84,6% Sangat Baik

27 027 14 53,8% Kurang

28 028 14 53,8% Kurang

29 029 26 100% Sangat Baik

30 030 18 69,2% Cukup

31 031 17 65,4% Cukup

32 032 16 66,7% Cukup

33 033 15 57,7% Cukup

34 034 14 53,8% Kurang

35 035 15 57,7% Cukup

36 036 18 69,2% Cukup

37 037 22 84,1% Sangat Baik

38 038 15 57,7% Cukup

39 039 13 50% Kurang

40 040 14 53,8% Kurang

41 041 19 73,1% Baik

Jumlah 663

Rata-Rata 16,2

Dari tabel di atas terdapat siswa yang mengalami tingkat kemampuan berbicara

(speaking) kurang, cukup, baik, dan sangat baik. Kemampuan berbicara (speaking) siswa

yang tergolong kurang mencapai hasil persentase skor 42,3% - 53,8%. Kemampuan

berbicara (speaking) siswa yang tergolong cukup mencapai persentase skor 57,7% - 69,2%.

(34)

- 76,9%. Kemampuan berbicara (speaking) siswa yang tergolong sangat baik mencapai

persentase skor 84,6% - 100%.

Tabel V

Perubahan Tingkat Kemampuan Berbicara (Speaking) Siswa Pada Siklus I Pertemuan II Secara Klasikal

No Kategori Penilaian Siklus I Pertemuan II

Jumlah siswa %

1 Sangat baik 4 9,8%

2 Baik 5 12,2%

3 Cukup 19 46,3%

4 Kurang 13 31,7%

Jumlah 41 100%

Dari tabel di atas pada siklus I pertemuan II dengan jumlah siswa sebanyak 41 orang

, diperoleh data bahwa 13 orang siswa (31,7%) tingkat kemampuan berbicara (speaking)

tergolong kurang, 19 orang siswa (46,3%) tingkat kemampuan berbicara (speaking) tergolong

cukup, 5 orang siswa (12,2%) tingkat kemampuan berbicara (speaking) tergolong baik dan 4

orang siswa (9,8%) tingkat kemampuan berbicara (speaking) tergolong sangat baik.

Diagram III

(35)

Dari hasil diagram di atas dapat dilihat persentase tingkat kemampuan berbicara

(speaking) siswa dalam pelajaran bahasa Inggris. Dari 41 orang siswa terdapat 4 orang siswa

(10%) tingkat kemampuan berbicara (speaking) sangat baik, 5 orang siswa (12%) tingkat

kemampuan berbicara (speaking) baik, 19 orang siswa (46%) tingkat kemampuan berbicara

(speaking) cukup dan 13 orang siswa (32%) tingkat kemampuan berbicara (speaking) kurang.

Tabel VI

Persentase Hasil Tingkat Ketuntasan Kemampuan Berbicara (Speaking) Siswa Secara Klasikal Siklus I Pada Pertemuan II

No Tingkat Ketuntasan Kemampuan

(36)

Dari tabel di atas bahwa dari 41 orang siswa dinyatakan tingkat ketuntasan

kemampuan berbicara dari 17 orang siswa (41,5%) sudah tuntas dan 24 orang siswa (58,5%)

dinyatakan tidak tuntas.

Diagram IV

Grafik Persentase Hasil Tingkat Ketuntasan Kemampuan Berbicara (Speaking) Secara Klasikal Siklus I Pada Pertemuan II

Dari hasil grafik di atas bahwa ada 24 orang siswa (58,5%) dinyatakan tidak tuntas

berbicara (speaking) dan ada 17 orang siswa (41,5%) tuntas berbicara.

d. Refleksi

Dari hasil analisis data I dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkat kemampuan

berbicara siswa dari hasil observasi yang dilakukan oleh guru dinyatakan belum tuntas /

masih rendah. Hal ini dikarenakan metode yang digunakan oleh guru kurang menarik

perhatian siswa. Maka untuk mencapai ketuntasan maka perlu dilakukan perbaikan pada

siklus ke II.

Berdasarkan refleksi yang peneliti dan guru cermati dapat ditarik kesimpulan

pada siklus I adalah sebagai berikut :

1. Pengelolaan bahan belajar yang belum efektif. 0

5 10 15 20 25

>= 65 <= 65

Tuntas

(37)

2. Siswa belum memberikan perhatian dan konsentrasi penuh terhadap

pembelajaran.

3. Siswa tidak menjalankan latihan pada kerja kelompok dengan serius dan

mengganggu teman yang lain.

4. Masih ada siswa yang malu untuk maju ke depan kelas berinteraksi dengan

teman yang lain.

B. Siklus II 1. Pertemuan 1 a. Perencanaan

Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas V peneliti menyiapkan :

1. RPP menggunakan think pair share (TPS)

2. Menyiapkan instrumen yang digunakan dalam penelitian, berupa lembar observasi

untuk siswa dan guru.

3. Menyiapkan lembar kerja siswa yakni teks pecakapan tentang “Neighbours” dan

mengembangkan skenario.

b. Pelaksanaan

Langkah tindakan peneliti saat melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas V

adalah :

1. Guru melaksanakan apersepsi, untuk mengetahui kondisi kesiapan siswa.

2. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dengan menggunakan media

pembelajaran (teks percakapan).

3. Guru membentuk kelompok siswa yang terdiri dari 2 siswa perkelompok.

4. Guru memberikan tugas kelompok siswa.

5. Guru memantau dan memberi bimbingan pada kegiatan siswa.

(38)

7. Guru memantau kegiatan siswa selama proses persentase.

8. Guru memberi bimbingan siswa dalam menyimpulkan hasil kerja kelompok

siswa. Tindakan ini dilakukan selama 2 x pertemuan.

c. Observasi

Observer pada saat pelaksanaan kegiatan pembelajaran adalah guru bahasa

Inggris kelas V SD Immanuel Medan. Setelah mengobservasi semua kegiatan siswa pada

siklus I, maka ditemukan beberapa hal antara lain :

1. Banyak siswa yang belum memberikan perhatian dan konsentrasi penuh terhadap

pembelajaran.

2. Banyak siswa membaca teks percakapan sebagai latihan.

3. Hanya ada beberapa siswa yang membaca teks percakapan dengan lafal dan

intonasi yang masih rata, tidak perbedaan penggunaan tanda baca.

4. Beberapa siswa terlihat cuek dan bosan terhadap kegiatan pembelajaran.

5. Banyak siswa yang tidak menguasai pelajaran.

6. Banyak siswa yang masih takut untuk tampil.

7. Beberapa siswa giat dan rajin melakukan kegiatan belajar.

Untuk memperoleh data dari proses penelitian ini, peneliti menggunakan responden siswa

dan guru bidang studi Bahasa Inggris di kelas V di awal pelaksanaan penelitian pada siklus II

pada pertemuan ke 1. Adapun aspek penilaian pengamatan tentang kemampuan berbicara

siswa yakni pada aspek kebahasaan dan aspek non kebahasaan. Hal ini dapat dilihat pada

tabel di bawah ini :

No Indikator Deskriptor Skala Penilaian

1 2 3 4

1 Aspek

Kebahasaan

a. Pelafalan bunyi bahasa

(39)

c. Pemilihan kata

d. Penyusunan kalimat

2 Aspek

Nonkebahasaan

a. Ketenangan

b. Kesopanan

c. Kekompakan

d. Topik pembicaraan

Berdasarkan hasil dari observasi kemampuan berbicara yang dilakukan peneliti

dengan menggunakan model pembelajaran TPS (think pair share) maka didapat data sebagai

berikut :

Tabel VII

Persentase Hasil Skor Observasi Kemampuan Berbicara (speaking) Siswa Secara Individual Pada Siklus II Pertemuan I

No. Kode Siswa Skor Siklus II Pertemuan I

% Kategori

1 001 24 85,7% Sangat Baik

2 002 23 82,1% Baik

3 003 17 60,7% Cukup

4 004 18 64,3% Cukup

5 005 24 85,7% Sangat Baik

6 006 18 64,3% Cukup

7 007 16 57,1% Cukup

8 008 19 67,9% Cukup

(40)

10 010 16 57,1% Cukup

11 011 16 57,1% Cukup

12 012 20 71,4% Baik

13 013 25 89,3% Sangat Baik

14 014 22 78,6% Baik

15 015 22 78,6% Baik

16 016 25 89.3% Sangat Baik

17 017 15 53,6% Kurang

18 018 14 50% Kurang

19 019 12 42,9% Kurang

20 020 14 50% Kurang

21 021 19 67,9% Cukup

22 022 14 50% Kurang

23 023 13 46,4% Kurang

24 024 14 50% Kurang

25 025 14 50% Kurang

26 026 26 92,9% Sangat Baik

27 027 19 67,9% Cukup

28 028 19 67,9% Cukup

29 029 28 100% Sangat Baik

30 030 21 75% Baik

31 031 20 71,4% Baik

32 032 21 75% Baik

33 033 19 67,9% Cukup

34 034 22 78,6% Baik

35 035 23 82,1% Baik

(41)

37 037 24 85,7% Sangat Baik

38 038 20 71,4% Baik

39 039 16 57,1% Cukup

40 040 18 64,4% Cukup

41 041 24 85,7% Sangat Baik

Jumlah 802

Rata-Rata 19,6

Terdapat siswa yang mengalami tingkat kemampuan berbicara (speaking) kurang,

cukup, baik, dan sangat baik. Kemampuan berbicara (speaking) siswa yang tergolong kurang

mencapai hasil persentase skor 42,9% - 53,6%. Kemampuan berbicara (speaking) siswa yang

tergolong cukup mencapai persentase skor 57,1% - 67,9%. Kemampuan berbicara (speaking)

siswa yang tergolong baik mencapai persentase skor 71,4% - 82,1 %. Kemampuan membaca

(reading) siswa yang tergolong sangat baik mencapai persentase skor 85,7% - 100%.

Tabel VIII

Perubahan Tingkat Kemampuan Berbicara (speaking) Siswa & Pada Siklus II Pertemuan I Secara Klasikal

No Kategori Penilaian Siklus II Pertemuan I

Jumlah siswa %

1 Sangat Baik 9 22%

2 Baik 11 26,8%

3 Cukup 13 31,7%

4 Kurang 8 19,5%

(42)

Dari table di atas pada siklus II pertemuan I dengan jumlah siswa sebanyak 41 orang ,

diperoleh data bahwa 8 orang siswa (19,5%) tingkat kemampuan berbicara (speaking)

tergolong kurang, 13 orang siswa (31,7%) tingkat kemampuan berbicara (speaking) tergolong

cukup, 11 orang siswa (26,8%) tingkat kemampuan berbicara (speaking) tergolong baik dan 9

orang siswa (22%) tingkat kemampuan berbicara (speaking) tergolong sangat baik.

Diagram V

Persentase Skor Perubahan Tingkat Kemampuan Berbicara (Speaking)siswa secara Klasikal Pada Mata Pelajaran Bahasa Inggris

Dari hasil diagram di atas dapat dilihat persentase tingkat kemampuan berbicara

(speaking) siswa dalam pelajaran bahasa Inggris. Dari 41 orang siswa terdapat 9 orang siswa

(22%) tingkat kemampuan berbicara (speaking) sangat baik, 11 orang siswa (26,8%) tingkat

(43)

Persentase Hasil Tingkat Ketuntasan kemampuan Berbicara (speaking) siswa secara klasikal Siklus II Pada Pertemuan I

No Tingkat Ketuntasan Kemampuan

Berbicara

Jumlah Siswa %

1 Tuntas ≥65% 24 58,5%

2 Tidak tuntas ≤65% 17 41,5%

Jumlah 41 100%

Dari tabel di atas bahwa dari 41 orang siswa dinyatakan tingkat ketuntasan

kemampuan berbicara dari 24 orang siswa (58,5%) sudah tuntas dan 17 orang siswa (41,5%)

dinyatakan tidak tuntas.

Diagram VI

Grafik Persentase Hasil Tingkat Kemampuan Berbicara (Speaking) secara Klasikal Siklus II pada Pertemuan I

Dari hasil grafik di atas bahwa ada 17 orang siswa (41,5%) yang tingkat ketuntasan

berbicara (speaking) tidak tuntas dan ada 24 orang siswa (58,5%) tuntas.

d. Refleksi 0 5 10 15 20 25

>= 65% <= 65 %

Tuntas

(44)

Pada tahap ini peneliti mengevaluasi semua tahap kegiatan yang telah dilakukan

mulai dari pelaksanaan kegiatan tindakan hingga observasi.

2. Pertemuan II a. Perencanaan

Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas V peneliti menyiapkan :

1. RPP menggunakan think pair share (TPS)

2. Menyiapkan instrumen yang digunakan dalam penelitian, berupa lembar observasi

untuk siswa dan guru.

3. Menyiapkan lembar kerja siswa yakni teks pecakapan tentang “Neighbours” dan

mengembangkan skenario.

b. Pelaksanaan

Langkah tindakan peneliti saat melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas V

adalah :

1. Guru melaksanakan apersepsi, untuk mengetahui kondisi kesiapan siswa.

2. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dengan menggunakan media

pembelajaran (teks percakapan).

3. Guru membentuk kelompok siswa yang terdiri dari 2 siswa perkelompok.

4. Guru memberikan tugas kelompok siswa.

5. Guru memantau dan memberi bimbingan pada kegiatan siswa.

6. Guru menyuruh siswa mempresentasikan kegiatan belajar ke depan kelas.

7. Guru memantau kegiatan siswa selama proses persentase.

8. Guru memberi bimbingan siswa dalam menyimpulkan hasil kerja kelompok

siswa. Tindakan ini dilakukan selama 2 x pertemuan.

(45)

Observer pada saat pelaksanaan kegiatan pembelajaran adalah guru bahasa

Inggris kelas V SD Immanuel Medan. Setelah mengobservasi semua kegiatan siswa pada

siklus I, maka ditemukan beberapa hal antara lain :

1. Banyak siswa yang belum memberikan perhatian dan konsentrasi penuh terhadap

pembelajaran.

2. Banyak siswa membaca teks percakapan sebagai latihan.

3. Hanya ada beberapa siswa yang membaca teks percakapan dengan lafal dan

intonasi yang masih rata, tidak perbedaan penggunaan tanda baca.

4. Beberapa siswa terlihat cuek dan bosan terhadap kegiatan pembelajaran.

5. Banyak siswa yang tidak menguasai pelajaran.

6. Banyak siswa yang masih takut untuk tampil.

7. Beberapa siswa giat dan rajin melakukan kegiatan belajar.

Untuk memperoleh data dari proses penelitian ini, peneliti menggunakan responden siswa

dan guru bidang studi Bahasa Inggris di kelas V di awal pelaksanaan penelitian pada siklus II

pada pertemuan ke 2. Adapun aspek penilaian pengamatan tentang kemampuan berbicara

siswa yakni pada aspek kebahasaan dan aspek non kebahasaan. Hal ini dapat dilihat pada

tabel di bawah ini :

No Indikator Deskriptor Skala Penilaian

(46)

c. Kekompakan

d. Topik pembicaraan

Berdasarkan hasil dari observasi kemampuan berbicara yang dilakukan peneliti

dengan menggunakan model pembelajaran TPS (think pair share) maka didapat data sebagai

berikut :

Tabel X

Persentase Hasil Skor Observasi Kemampuan Berbicara (Speaking) siswa Secara Individual Pada Siklus II Pertemuan II

No. Kode Siswa Skor Siklus II Pertemuan II

% Kategori

1 001 28 87,5% Sangat Baik

2 002 27 84,4% Baik

3 003 24 75% Baik

4 004 24 75% Baik

5 005 28 87,5% Sangat Baik

6 006 24 75% Baik

7 007 23 71,9% Baik

8 008 24 75% Baik

9 009 28 87,5% Sangat Baik

10 010 24 75% Baik

11 011 21 65,6% Cukup

12 012 23 71,9% Baik

13 013 29 90,6% Sangat Baik

14 014 27 84,4% Baik

(47)

16 016 28 87,5% Sangat Baik

17 017 21 65,6% Cukup

18 018 21 65,6% Cukup

19 019 22 68,8% Cukup

20 020 22 68,8% Cukup

21 021 23 71,9% Baik

22 022 24 75% Baik

23 023 24 75% Baik

24 024 25 78,1% Baik

25 025 21 65,6% Cukup

26 026 30 93,8% Sangat Baik

27 027 25 78,1% Baik

28 028 26 81,3% Baik

29 029 32 100% Sangat Baik

30 030 29 90,6% Sangat Baik

31 031 25 78,1% Baik

32 032 26 81,3% Baik

33 033 25 78,1% Baik

34 034 24 75% Baik

35 035 24 75% Baik

36 036 26 81,3% Baik

37 037 32 100% Sangat Baik

38 038 26 81,3% Baik

39 039 24 75% Baik

40 040 24 75% Baik

41 041 29 90,6% Sangat Baik

(48)

Rata-Rata 24,9

Dari tabel di atas terdapat siswa yang mengalami tingkat kemampuan berbicara

(speaking) cukup, baik, dan sangat baik. Kemampuan berbicara (speaking) siswa yang

tergolong cukup mencapai persentase skor 62,5% - 68,8%. Kemampuan berbicara (speaking)

siswa yang tergolong baik mencapai persentase skor 71,9% - 84,4%. Kemampuan berbicara

(speaking) siswa yang tergolong sangat baik mencapai persentase skor 87,5% - 100%.

Tabel XI

Perubahan Tingkat Kemampuan Berbicara (Speaking) Siswa Secara Klasikal Pada Siklus II Pertemuan II

No Kategori Penilaian Siklus II Pertemuan II

Jumlah siswa %

1 Sangat baik 10 24,4%

2 Baik 25 61%

3 Cukup 6 14,6%

4 Kurang 0 0%

Jumlah 41 100%

Dari tabel di atas ada siklus II pertemuan II dengan jumlah siswa sebanyak 41 orang ,

diperoleh data bahwa 6 orang siswa (14,6%) tingkat kemampuan berbicara (speaking)

tergolong cukup, 25 orang siswa (61%) tingkat kemampuan berbicara (speaking) tergolong

baik dan 10 orang siswa (24,4%) tingkat kemampuan berbicara (speaking) tergolong sangat

baik.

(49)

Persentase Skor Perubahan Tingkat Kemampuan Berbicara (Speaking) siswa Secara Klasikal Pada Mata Pelajaran Bahasa Inggris

Dari hasil diagram di atas dapat dilihat persentase tingkat kemampuan berbicara

(speaking) siswa dalam pelajaran bahasa Inggris. Dari 41 orang siswa terdapat 10 orang siswa

(24,4%) tingkat kemampuan berbicara (speaking) sangat baik, 25 orang siswa (61%) tingkat

kemampuan berbicara (speaking) baik, 6 orang siswa (14,6%) tingkat kemampuan berbicara

(speaking) cukup.

Tabel XI

Persentase Hasil Tingkat Ketuntasan Kemampuan Berbicara (Speaking) siswa secara klasikal Siklus II Pada Pertemuan II

No Tingkat ketuntasan Kemampuan

Membaca

Jumlah Siswa %

1 Tuntas ≥65% 41 100%

2 Tidak tuntas ≤65% 0 0%

Jumlah 41 100%

Dari tabel di atas bahwa dari 41 orang siswa dinyatakan tingkat ketuntasan

(50)

Diagram VIII

Grafik Persentase Hasil Tingkat Ketuntasan Kemampuan Berbicara (Speaking) secara Klasikal Siklus II Pada pertemuan II

Dari hasil grafik di atas bahwa siswa kelas V SD tingkat ketuntasan kemampuan

berbicara (speaking) siswa dinyatakan telah tuntas.

d. Refleksi

Dari hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan

kemampuan berbicara siswa mulai dari siklus I pertemuan I, pertemuan II sampai dengan

siklus II pertemuan I dan II. Dimana Pada siklus pertama, pertemuan I terdapat 10 orang

siswa yang sudah tuntas mencapai tingkat ketuntasan kemampuan berbicara atau persentase

skor nya mencapai 24,4% sedangkan 31 orang siswa belum tuntas mencapai tingkat

ketuntasan kemampuan membaca atau persentase skornya 75,6%. Pada pertemuan II di dapat

hasil 17 orang siswa atau persentase skor 41,5% sudah tuntas mencapai tingkat ketuntasan

kemampuan berbicara dan 24 orang siswa atau persentase skor 58,5% belum tuntas mencapai

tingkat ketuntasan kemampuan berbicara. Namun pada siklus II pertemuan I didapat hasil

bahwa 24 orang siswa atau persentase skor 58,5% tuntas mencapai tingkat ketuntasan

kemampuan berbicara dan 17 orang siswa atau persentase skor 41,5% belum tuntas mencapai

(51)

seluruh siswa sudah tuntas mencapai tingkat ketuntasan kemampuan berbicara atau

persentase skor 100%.

Berdasarkan hasil refleksi dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan

model pembelajaran TPS (Think Pair Share) pada pelajaran bahasa Inggris dapat

meningkatkan kemmapuan berbicara (speaking)siswa di kelas V SD Immanuel Medan baik

secara individual maupun klasikal.

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian

Setelah melakukan penelitian selama 2 siklus (4 pertemuan) dapat disimpulkan bahwa

penerapan TPS (Think Pair Share) pada pelajaran bahasa Inggris dapat meningkatkan

kemampuan berbicara (speaking) siswa baik secara individual maupun secara klasikal.

Hal ini juga dapat dilihat dari hasil data rekapitulasi mulai dari siklus I sampai dengan

siklus II.

Tabel XIII

Rekapitulasi Peningkatan Hasil Observasi Tingkat Kemampuan Berbicara (Speaking) Pada Siklus I (Pertemuan I dan II) dan Siklus II (Pertemuan I dan II)

(52)

15 62,5% Cukup 65,4% Cukup 65,4% Cukup 84,4% Baik

peningkatan kemampuan berbicara (speaking) siswa secara individual terus meningkat

selama 2 siklus (4 Pertemuan). Pada siklus I pertemuan I, persentase rata – rata nilai tingkat

kemampuan berbicara siswa adalah 54,3% (Kurang). Pada siklus I pertemuan II, persentase

rata – rata nilai tingkat kemampuan berbicara siswa adalah 62,4% ( Cukup). Pada siklus II

(53)

(Baik) dan pada siklus II pertemuan II mengalami peningkatan rata – rata nilai tingkat

kemampuan berbicara mencapai 79,2% (Baik).

Tabel XIV

Rekapitulasi Perubahan Tingkat Kemampuan Berbicara Siswa Secara Klasikal Pada Siklus I (Pertemuan I dan II) dan Siklus II (Pertemuan I dan II)

No. Kategori Siklus I

mengalami peningkatan yakni sebagai berikut :

1. Pada kriteria sangat baik mengalami peningkatan dari siklus I pada pertemuan 1 dan 2 ke

siklus II pada pertemuan 1 dan 2 sebesar 24,4% atau sebanyak 10 0rang siswa.

2. Pada kriteria baik mengalami peningkatan yang signifikan dari siklus I pada pertemuan 1

dan 2 ke siklus II pada pertemuan 1 dan 2 sebesar 61% atau sebanyak 25 orang siswa.

3. Pada kriteria cukup mengalami penurunan dari siklus I pada pertemuan I dan 2 ke siklus

(54)

4. Sedangkan untuk kriteria kurang mengalami penurunan dari siklus I pada pertemuan 1

dan 2 ke siklus II pada pertemuan 1 dan 2 sebesar 0% atau tidak ada siswa yang kurang

dalam hal berbicara.

Grafik IX

Persentase Skor Perubahan Tingkat Kemampuan Berbicara Siswa Secara Klasikal pada Siklus I (Pertemuan I dan II) dan Siklus II (Pertemuan I dan II)

Pada diagram di atas dapat dilihat perubahan tingkat kemampuan berbicara siswa

secara klasikal pada siklus I dan siklus II. Pada siklus I pertemuan I dari 41 orang siswa

terdapat 9,8% siswa tingkat kemampuan berbicara sangat baik, 9,8% siswa memiliki tingkat

kemampuan berbicara baik, 17,1% siswa memiliki tingkat kemampuan berbicara cukup dan

63,4% siswa memiliki tingkat kemampuan berbicara kurang. Pada siklus I pertemuan II dari

41 orang siswa terdapat 9,8% siswa tingkat kemampuan berbicara sangat baik, 12,2% siswa

memiliki tingkat kemampuan berbicara baik, 46,3% siswa memiliki tingkat kemampuan

berbicara cukup dan 31,7% siswa memiliki tingkat kemampuan berbicara kurang. Pada siklus

II pertemuan I dari 41 orang siswa terdapat 22% siswa tingkat kemampuan berbicara sangat

baik, 26,8% siswa memiliki tingkat kemampuan berbicara baik, 31,7% siswa memiliki

(55)

kurang. Dan pada siklus II pertemuan II persentase tingkat kemampuan berbicara siswa

meningkat dari 41 orang siswa terdapat 24,4% siswa tingkat kemampuan berbicara sangat

baik, 61% siswa tingkat kemampuan berbicara baik dan 14,6% siswa tingkat kemampuan

berbicara cukup.

Tabel XV

Rekapitulasi Persentase Hasil Tingkat Ketuntasan kemampuan Berbicara (speaking) siswa secara klasikal Siklus I (Pertemuan I & II) dan Siklus II (Pertemuan I & II) No Tingkat Ketuntasan

Kemampuan

(56)

Dari Grafik diatas dapat disimpulkan bahwa persentase hasil tingkat ketuntasan

kemampuan berbicara siswa dari 41 orang siswa pada siklus I pertemuan I mencapai 24,4%

siswa yang tuntas dan 75,6% siswa tidak tuntas. Pada siklus I pertemuan II terdapat 41,5%

siswa yang tuntas dan 58,5% siswa yang tidak tuntas. Pada siklus II pertemuan I terdapat

58,5% siswa yang tuntas dan 41,5% siswa yang tidak tuntas sedangkan pada siklus II

pertemuan II meningkat menjadi 100% atau 41 orang siswa yang tuntas. 0.00%

10.00% 20.00% 30.00% 40.00% 50.00% 60.00% 70.00% 80.00% 90.00% 100.00%

>= 65 % <= 65%

Siklus I (pert 1)

Siklus I (pert 2)

Siklus II (pert 1)

(57)

DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Zainal., Maftuh, M., Sujak., Kawentar. 2009. Penelitian Tindkan Kelas untuk Guru

SMP, SMA, SMK. Bandung : Yrama Widya

Dewi, Rosmala. 2010. Profesionalisasi Guru Melalui Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Negeri Medan

Riyanto, Yatim. 2010. Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi bagi

Guru/Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas. Jakarta

: Kencana

Rogers, Tony. 2011. Foundation English 5 Course Book. Jakarta : Rizky Grafis

Satata, Sri. 2011. Modul I Aspek-Aspek Keterampilan Berbahasa. Pusat Pengembangan Bahan Ajar-UMB, 13

Singaram, Christie. 2011. Foundation English 5 Activity Book. Jakarta : Rizky Grafis

Syah, Muhubbin. 2010. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung : Remaja Rosdakarya

Tarigan, Henry Guntur. 2007. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung : Angkasa

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakata : Kencana

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (1990) Kamus Besar Bahasa Indonesia cetakan 3, Jakarta : Balai Pustaka

(58)

http://wawan-junaidi.blogspot.com/2009/06/model-pembelajaran-tipe-think-pair.html (diakses 20 Januari 2012)

http://odazzander.blogspot.com/2011/12/definisi-think-pair-and-share.html (diakses 20 Januari 2012)

http://zhynobe.blogspot.com/2011/11/peningkatan-kemampuan-berbicara-siswa.html (diakses 27 Maret 2012)

Gambar

Gambar 1 : Persentase Skor Perubahan Tingkat Kemampuan Berbicara
Tabel 1. Hasil Observasi Siklus I (Pertemuan 1)
Tabel II
Tabel III
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan analisis observasi diperoleh data bahwa keterampilan berbicara siswa pada siklus I mencapai persentase 76,6%. Persentase ini sudah termasuk dalam kategori

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan strategi pembelajaran think pair share dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa pada mata

Badan Standar Nasional Pendidikan (2006: 765-770) berisi kompetensi dasar dalam KTSP 2006 menyebutkan tujuan keterampilan berbicara bahasa Prancis adalah siswa

Selain memiliki manfaat, model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) memiliki kelebihan untuk dapat meningkatkan keterampilan berbicara peserta didik di Sekolah

pembelajaran Thing Pair Share (TPS); (2) Faktor siswa, untuk mengamati aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran dan (3) Faktor hasil belajar, untuk mengukur kemampuan

Dari hasil yang diperoleh data hasil peningkatan kemampuan berbicara dengan metode demonstrasi pada siswa kelas III di SD Negeri 157 Pekanbaru pada data awal diperoleh

Oleh karena itu dapat dikatakan jika model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan think-pair-share pada siklus 2 telah sukses karena kemampuan berbicara anak telah

Nilai rata-rata kemampuan kompetensi ranah kognitif kelas yang menggunakan model pembelajaran jigsaw adalah 82,97 dengan persentase jumlah siswa yang tuntas adalah 85,18% dan persentase