UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA PADA PELAJARAN BAHASA INGGRIS DENGAN MODEL
PEMBELAJARAN TPS (THINK PAIR SHARE) DI KELAS V SD IMMANUEL MEDAN
TAHUN AJARAN 2011/2012
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Pra Sekolah Dan Sekolah Dasar
Oleh : FRIDAWATI R. T
108 113 029
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan penyertaanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini yang merupakan salah satu syarat bagi penulis untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan PGSD – S1 Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Medan.
Skripsi ini berjudul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Berbicara Siswa pada Pelajaran Bahasa Inggris dengan Menggunakan Model Pembelajaran TPS
(Think Pair Share) di kelas V SD Immanuel Medan TA. 2011/2012”. Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini , penulis banyak mendapat bantuan dan bimbingan serta pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terimakasih yang sebesar – besarnya kepada yang terhormat :
1. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.Si selaku rektor UNIMED yang telah memberikan kesempatan kepada penulis melaksanakan studi di Universitas Negeri Medan.
2. Bapak Drs. Nasrun Nasution, M.S, selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan . Bapak Prof. Dr. Yusnadi, M.S selaku Pembantu Dekan I, Bapak Drs. Aman Simare-mare, M.S selaku Pembantu Dekan II.
3. Bapak Drs. Khairul Anwar, M.Pd selaku ketua jurusan PPSD Fakultas Ilmu Pendidikan UNIMED, Bapak Drs. Ramli Sitorus, M.Ed selaku sekretaris Jurusan PPSD FIP UNIMED.
4. Ibu Dra. Naeklan Simbolon, M.Pd selaku Dosen Pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan, dukungan dan arahan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
5. Bapak Drs. Ramli Sitorus, M.Ed, Ibu Dra. Eva Betty S, M.Pd, dan Ibu Dra. Mastiana Ritonga, M.Pd selaku dosen Penyelaras/ Penguji yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran dalam perbaikan sripsi ini.
6. Seluruh dosen – dosen Akademik dan seluruh tenaga Administrasi FIP UNIMED 7. Ibu Herimawaty Hutabarat, S.Pd, selaku Kepala Sekolah SD Immanuel Medan
dan Miss Marta Pasaribu, S.S, selaku guru bahasa Inggris kelas V SD Immanuel Medan serta Bapak / Ibu Guru dan Siswa yang membantu penulis selama penelitian.
8. Teristimewa, tercinta dan tersayang Penulis sampaikan kepada kedua Orang tua saya, Ayahanda R. Tambunan dan Ibunda St. H. Hutabarat, S.Pd sebagai rasa hormat, saya ucapkan terimakasih yang tak terhingga atas pengorbanan,
dukungan dan doa yang telah diberikan kepada penulis selama ini sehingga dapat menyelesaikan studi di UNIMED.
9. Kepada adik-adik saya Febrina Susilawati Tambunan, Immanuel Herbert Tambunan dan Jois Kartini Tambunan serta seluruh keluarga besar penulis yang telah memberikan dorongan dan doanya.
10. Buat teman-temanku NHKBP-Sidorame, MCS (Medan Chamber Singers) juga
“pinokio” yang selalu memberikan semangat kepada penulis.
11. Kepada teman-temanku seperjuangan Eka, Yuli, Bayu, Asni, Rati yang selalu bersama- sama menyelesaikan skripsi dari awal hingga akhir. Terima kasih juga buat teman-temanku juga Sri, Octa, Erni. Buat PKK ku kak Lasma Butar-Butar, terima kasih atas bimbingan rohaninya.
12. Buat teman-teman kelas A1-Reg PGSD S1 2008 yang telah banyak membantu dan memberika motivasi selama perkuliahan hingga akhir.
13. Seluruh pihak yang membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas dukungan, motivasi dan doanya.
Atas segala bantuan dan bimbingan yang telah penulis terima, penulis tidak dapat membalasnya, kiranya Tuhan Yesus yang akan membalasnya.Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan kejanggalan baik kata-kata maupun susunan kalimatnya, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran pembaca yang bersifat membantu demi kesempurnaan skripsi ini.Akhirnya penulis dengan penuh harapan kiranya skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya, penulis mengucapkan terimakasih.
Medan , Juni 2012 Penulis
FRIDAWATI R. T NIM : 108113029
ABSTRAK
FRIDAWATI R. T, NIM 108113029, Upaya Meningkatkan Kemampuan Berbicara Siswa pada Pelajaran Bahasa Inggris dengan Model Pembelajaran TPS (Think Pair Share) di Kelas V SD Immanuel Medan Tahun Ajaran 2011 / 2012. Jurusan PPSD Fakultas Ilmu Pendidikan Unimed 2008.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan berbicara siswa dengan menggunakan model pembelajaran TPS (Think Pair Share) pada pelajaran Bahasa Inggris di kelas V SD Immanuel.
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Objek penelitian dalam skripsi ini adalah antusias siswa dalam kegiatan pembelajaran, pelafalan bunyi bahasa, ketepatan intonasi, pemilihan kata, penyusunan kalimat, ketenangan, kesopanan, kekompakan, dan topik pembicaraan. Subjek penelitian sebanyak 41 orang siswa. Alat pengumpulan data yang digunakan adalah observasi yang dilakukan pada siswa.
iv
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK... i
KATA PENGANTAR... . ii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GRAFIK ... ix
DAFTAR LAMPIRAN... ... x
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 5
1.3 Batasan Masalah ... 5
1.4 Rumusan Masalah ... 5
1.5 Tujuan Penelitian ... 6
1.6 Manfaat Penelitian ... 6
BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kerangka Teori ... 7
2.1.1 Kemampuan Berbicara ... 7
2.1.2 Tujuan Berbicara ... 9
2.1.3 Pengajaran Berbicara ... 10
v 2.1.5 Langkah-Langkah Penggunaan Pembelajaran dengan
TPS (Think Pair Share) ... 12
2.1.6 Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran TPS (Think Pair Share) ... 16
2.1.7 Pembelajaran Bahasa Inggris di SD ... 17
2.2 Kerangka Berfikir ... 21
2.3 Hipotesis Tindakan ... 22
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 23
3.2 Subjek Penelitian ... 23
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian ... 23
3.4 Defenisi Operasional Variabel ... 23
3.5 Desain Penelitian ... 24
3.6 Prosedur Penelitian ... 24
a. Siklus I ... 25
b. Siklus II ... 27
3.7 Pengumpul Data ... 28
3.8 Teknik Analisis Data... 31
3.9 Jadwal Penelitian ... 33
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 34
vi BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ... 70
5.2 Saran ... 72
vii DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Persentase Hasil Skor Observasi Kemampuan Berbicara Siklus I
Pertemuan I... 37
Tabel 2 : Perubahan Tingkat Kemampuan Berbicara Siswa Siklus I
Pertemuan I... 39
Tabel 3: Persentase Hasil Tingkat Ketuntasan Kemampuan Berbicara
Siswa Siklus I Pertemuan I... 41
Tabel 4 : Persentase Hasil Skor Observasi Kemampuan Berbicara Siklus I
Pertemuan II ……… 45
Tabel 5 : Perubahan Tingkat Kemampuan Berbicara Siswa Siklus I
Pertemuan II……… 47
Tabel 6 : Persentase Hasil Tingkat Ketuntasan Kemampuan Berbicara
Siswa Siklus I Pertemuan II……….………... 49
Tabel 7 : Persentase Hasil Skor Observasi Kemampuan Berbicara Siklus II
Pertemuan I……… 53
Tabel 8: Perubahan Tingkat Kemampuan Berbicara Siswa Siklus II
Pertemuan I……… 55
Tabel 9 : Persentase Hasil Tingkat Ketuntasan Kemampuan Berbicara
Siswa Siklus II Pertemuan I……….……….. 56
Tabel 10 : Persentase Hasil Skor Observasi Kemampuan Berbicara Siklus II
Pertemuan II……… 60
Tabel 11 : Perubahan Tingkat Kemampuan Berbicara Siswa Siklus II
Pertemuan II……… 62
viii Siswa Siklus II Pertemuan II……….……… 63
Tabel 13 : Rekapitulasi Peningkatan Hasil Observasi Kemampuan Berbicara
Pada Siklus I & II ……… 65
Table 14 : Rekapitulasi Perubahan Tingkat Kemampuan Berbicara Siswa Pada
Siklus II & II……… 67
Tabel 15 : Rekapitulasi Hasil Tingkat Ketuntasan Kemampuan Berbicara
ix DAFTAR GRAFIK
Gambar 1 : Persentase Skor Perubahan Tingkat Kemampuan Berbicara
Siswa pada Siklus I Pertemuan I……….. 40 Gambar 2 : Persentase Hasil Tingkat Ketuntasan Kemampuan Berbicara
Siswa pada Siklus I Pertemuan I………... 41 Gambar 3 : Persentase Skor Perubahan Tingkat Kemampuan Berbicara
Siswa pada Siklus I Pertemuan II……… 48 Gambar 4 : Persentase Hasil Tingkat Ketuntasan Kemampuan Berbicara
Siswa pada Siklus I Pertemuan II………... 49 Gambar 5 : Persentase Skor Perubahan Tingkat Kemampuan Berbicara
Siswa pada Siklus II Pertemuan II……… 56 Gambar 6 : Persentase Hasil Tingkat Ketuntasan Kemampuan Berbicara
Siswa pada Siklus II Pertemuan II………... 57 Gambar 7 : Persentase Skor Perubahan Tingkat Kemampuan Berbicara
Siswa pada Siklus II Pertemuan II……… 63 Gambar 8 : Persentase Hasil Tingkat Ketuntasan Kemampuan Berbicara
Siswa pada Siklus I Pertemuan II………... 64 Gambar 9 : Rekapitulasi Persentase Skor Perubahan Tingkat Kemampuan
Berbicara Siswa pada Siklus I & II... 68
Gambar 10 : Rekapitulasi Persentase Hasil Tingkat Ketuntasan Kemampuan
x DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Daftar Nama Siswa dalam Sampel Penelitian………. 74
Lampiran 2 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran……….………… 75
Lampiran 3 : Lembar Observasi Siswa……….………. 77
Lampiran 4 : Hasil Observasi Siklus I Pertemuan 1……….………. 78
Lampiran 5 : Hasil Observasi Siklus I Pertemuan 2……….………. 80
Lampiran 6 : Hasil Observasi Guru Siklus I……….………. 82
Lampiran 7 : Rencana Pelaksanaan Siklus II……….……… 84
Lampiran 8 : Hasil Observasi Guru Siklus II Pertemuan 1…….……… 86
Lampiran 9 : Hasil Observasi Guru Siklus II Pertemuan 2………. 88
Lampiran 10 : Hasil Observasi Guru Siklus II……….……… 90
Lampiran 11 : Rekapitulasi Hasil Observasi Siswa Siklus I dan II………. 92
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kurikulum nasional untuk mata pelajaran Bahasa dan Sastra Inggris berorientasi pada
hakikat pembelajaran bahasa dan sastra Inggris. Hakikat belajar bahasa adalah belajar
berkomunikasi. Hakikat belajar sastra adalah memahami manusia dan nilai-nilai kemanusiaan.
Dengan demikian, hakikat pembelajaran bahasa dan sastra Inggris ialah peningkatan kemampuan
siswa untuk berkomunikasi dalam bahasa Inggris yang baik dan benar secara lisan dan tulis.
Pembelajaran Bahasa Inggris yang diberikan kepada para siswa meliputi empat aspek,
yaitu menyimak (listening), berbicara (speaking), membaca (reading), dan menulis (writting). Di
antara keempat aspek tersebut dalam makalah ini, penulis hanya memfokuskan pada aspek
berbicara (speaking). Aspek berbicara ini dipilih karena sangat mendukung terjadinya proses
berkomunikasi secara lisan. Dengan belajar berbicara siswa belajar berkomunikasi.
Menurut Nuraeni (2002), “Kemampuan berbicara tidak dinyatakan secara eksplisit tetapi
dinyatakan secara implisit pada tema.” Akibatnya kalau guru kurang benar-benar memberikan
perhatian terhadap keterampilan berbicara itu, mungkin akan terabaikan pengajarannya.
Kemungkinan guru akan lebih menekankan keterampilan berbahasa tertulis dan mengabaikan
keterampilan berbahasa lisan.
Berbicara merupakan suatu proses penyampaian informasi, ide atau gagasan dari
pendengar sebagai komunikan. Informasi yang disampaikan secara lisan dapat diterima oleh
pendengar apabila pembicara mampu menyampaikannya dengan baik dan benar. Dengan
demikian, kemampuan berbicara merupakan faktor yang sangat mempengaruhi kemahiran
seseorang dalam penyampaian informasi secara lisan.
Agar pembicaraan itu mencapai tujuan, pembicara harus memiliki kemampuan dan
keterampilan untuk menyampaikan informasi kepada orang lain. Hal ini bermakna bahwa
pembicara harus memahami betul bagaimana cara berbicara yang efektif sehingga orang lain
(pendengar) dapat menangkap informasi yang disampaikan pembicara secara efektif pula.
Untuk dapat menjadi seorang pembicara efektif, tentu dituntut kemampuan menangkap
informasi secara kritis dan efektif. Karena dengan memiliki keterampilan menangkap informasi
secara efektif dan kritis, pembicara akan memiliki rasa tenggang rasa kepada lawan berbicara
(pendengar), sehingga pendengar dapat pula menangkap informasi yang disampaikan pembicara
secara efektif.
Berbicara mengenai kemampuan menangkap informasi berarti kita berbicara pula
mengenai aktivitas menyimak. Tentu hal tersebut berkenaan dengan kegiatan menyimak tepat
guna dan menyimak efektif. Oleh karena itu, para siswa perlu dilatih sejak dini mengenai upaya
menyimak tepat guna dan efektif agar kemampuan berbicaranya menjadi efektif pula.
Menurut Nuraeni (2002), “Banyak orang beranggapan berbicara adalah suatu pekerjaan
yang mudah dan tidak perlu dipelajari.” Untuk situasi yang tidak resmi barangkali anggapan ini
ada benarnya, namun pada situasi resmi pernyataan tersebut tidak berlaku. Kenyataannya tidak
terampil sebagai akibat dari kurangnya latihan berbicara. Untuk itu, guru bahasa Inggris merasa
perlu melatih siswa untuk berbicara. Latihan pertama kali yang perlu dilakukan guru ialah
menumbuhkan keberanian siswa untuk berbicara.
Berdasarkan pengalaman di lapangan (empiris) diketahui bahwa kemampuan berbicara
siswa kelas V SD Immanuel Medan dalam proses pembelajaran masih rendah. Hal ini diketahui
berdasarkan hasil wawancara dengan guru bahasa Inggrisnya yang menyatakan rendahnya
kemampuan siswa kelas V tersebut dalam hal berbicara. Dari data yang ada menunjukkan dari
hasil perolehan nilai tersebut dari jumlah siswa 41 orang, hanya 36,59% (15 siswa) yang
mendapat nilai 60 ke atas (batas ketuntasan guru), sedangkan sisanya atau sebanyak 63,41% (26
siswa) mendapat nilai di bawah 60. Selain itu, dari tugas sebelumnya yang diberikan oleh guru
tidak menampakkan adanya peningkatan kemampuan berbicara siswa.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru bahasa Inggris dan hasil observasi awal, dapat
diidentifikasi penyebab rendahnya kemampuan berbicara siswa yakni: (1) sikap dan minat siswa
dalam mengikuti pembelajaran berbicara rendah, khususnya dalam pembelajaran bahasa Inggris
siswa merasa takut dan malu saat ditugasi untuk tampil berbicara di depan teman-temannya, (2)
siswa kurang terampil berbicara sebagai akibat dari kurangnya latihan yang diberikan oleh guru,
sebab kegiatan berbicara selama ini masih kurang mendapat perhatian sehingga penguasaan
kosakata siswa pun kurang, (3) pembelajaran berbicara yang dilakukan guru dapat dikatakan
masih konvensional karena masih bertumpu pada buku pelajaran. Ketergantungan pada buku
pelajaran tersebut menyebabkan guru enggan untuk mengubah kebiasaan yang dilakukan guru.
Untuk mengoptimalkan hasil belajar, terutama kemampuan berbicara, diperlukan model
siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Hal ini diperkuat oleh pendapat Nurhatim dalam
Henry Guntur Tarigan (2007:45) yang mengatakan bahwa penggunaan suatu model
pembelajaran yang memiliki arti penting sebagai variasi pembelajaran, dengan tujuan siswa
dapat mengikuti aktivitas pembelajaran di kelas yang menyenangkan dan tidak membosankan.
Untuk itu guru perlu mengubah model pembelajaran selama ini bersifat konvensional, dengan
penerapan model pembelajaran oleh Frank Lymn dalam Trianto (2009:81) penerapan pengajaran
efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas ialah think pair share (TPS). Model
pembelajaran ini merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi
pola interaksi siswa yaitu berpikir berpasangan berbagi.
Dengan menggunakan model pembelajaran think pair share ini diharapkan dapat
mengubah model pembelajaran dalam pengajaran konvensional menjadi pengajaran yang efektif
dan menyenangkan. Keuntungan dari think pair share yakni optimalisasi partisipasi siswa,
membantu siswa mengembangkan kemampuan untuk berbagi informasi dan menarik
kesimpulan, serta mengembangkan kemapuan untuk mempertimbangkan nilai-nilai dari suatu
materi pelajaran.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti mencoba membuat penelitian melalui
penelitian tindakan kelas dengan judul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Berbicara Siswa pada Pelajaran Bahasa Inggris dengan Menggunakan Model Pembelajaran TPS (Think Pair Share) di kelas V SD Immanuel Medan TA. 2011/2012”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijabarkan di atas, maka dapat
1. Siswa kurang percaya diri untuk mengungkapkan pikirannya.
2. Rendahnya penguasaan kosa kata.
3. Guru kurang mengaktifkan siswa.
4. Metode pembelajaran guru yang bersifat konvensional.
1
.3 Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah maka dibatasi masalah penelitian pada penggunaan
model pembelajaran TPS (Think Pair Share) untuk meningkatkan kemampuan siswa berbicara.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “
Apakah dengan menggunakan model pembelajaran TPS (Think Pair Share) dapat Meningkatkan
Kemampuan Berbicara siswa pada Pelajaran Bahasa Inggris di kelas V SD Immanuel Medan
TA. 2011/2012?”
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah model pembelajaran TPS (Think
Pair Share) dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa kelas V SD Immanuel Medan
Tahun Ajaran 2011/2012.
1.6 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang ingin dicapai dari hasil penelitian ini adalah:
Sebagai bahan masukan agar siswa lebih kreatif lagi dalam menuangkan ide, gagasan
serta pikirannya dalam berbicara.
2. Bagi Guru
Memberikan alternatif pilihan penggunaan teknik, sehingga guru lebih kreatif lagi dalam
mengembangkan dan menggunakan teknik pembelajaran.
3. Bagi Sekolah
Upaya meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah yang disajikan tempat penelitian.
4. Bagi Peneliti
Menambah wawasan bagi peneliti dan sebagai bekal untuk meningkatkan
profesionalisme untuk calon guru dimasa yang akan datang dan ingin mengetahui
seberapa besar pengaruh model pembelajaran Think Pair Share dalam meningkatkan
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1.1
Hasil Penelitian
Penelitian ini berbentuk Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan di SD Immanuel
Medan di kelas V. Di mana pembelajaran ini dilaksanakan menggunakan model
pembelajaran think pair share untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa dalam
proses belajar mengajar. Penelitian ini terdiri dari dua siklus, di mana siklus pertama
dilaksanakan dalam dua kali pertemuan dan siklus kedua juga dilaksanakan dalam dua kali
pertemuan.
Untuk mendapat data yang konkrit dari siswa dan guru, digunakan instrumen berupa
observasi kegiatan belajar Bahasa Inggris yang terdiri dua observasi yaitu observasi untuk
mengetahui kemampuan individu (siswa) dan observasi untuk mengetahui kemampuan
keseluruhan siswa setelah melakukan tindakan. Dan lembar observasi guru untuk mengetahui
keterampilan yang diperoleh pada saat mengajar berlangsung dan observasi siswa digunakan
untuk melihat keterampilan berbicara siswa secara individu dan keseluruhan (klasikal).
1.1.1 Deskripsi Hasil Observasi Kemampuan Berbicara Siswa A. Deskripsi Siklus I
1. Pertemuan I a. Perencanaan
Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas V peneliti menyiapkan :
1. RPP menggunakan think pair share (TPS)
2. Menyiapkan instrumen yang digunakan dalam penelitian, berupa lembar observasi
untuk siswa dan guru.
3. Menyiapkan lembar kerja siswa yakni teks pecakapan tentang “Neighbours” dan
mengembangkan skenario.
b. Pelaksanaan
Langkah tindakan peneliti saat melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas V
adalah :
1. Guru melaksanakan apersepsi, untuk mengetahui kondisi kesiapan siswa.
2. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dengan menggunakan media
pembelajaran (teks percakapan).
3. Guru membentuk kelompok siswa yang terdiri dari 2 siswa perkelompok.
4. Guru memberikan tugas kelompok siswa.
5. Guru memantau dan memberi bimbingan pada kegiatan siswa.
6. Guru menyuruh siswa mempresentasikan kegiatan belajar ke depan kelas.
7. Guru memantau kegiatan siswa selama proses persentase.
8. Guru memberi bimbingan siswa dalam menyimpulkan hasil kerja kelompok
siswa. Tindakan ini dilakukan selama 2 x pertemuan.
c. Observasi
Observer pada saat pelaksanaan kegiatan pembelajaran adalah guru bahasa
Inggris kelas V SD Immanuel Medan. Setelah mengobservasi semua kegiatan siswa pada
siklus I, maka ditemukan beberapa hal antara lain :
1. Banyak siswa yang belum memberikan perhatian dan konsentrasi penuh terhadap
pembelajaran.
2. Banyak siswa membaca teks percakapan sebagai latihan.
3. Hanya ada beberapa siswa yang membaca teks percakapan dengan lafal dan
intonasi yang masih rata, tidak perbedaan penggunaan tanda baca.
5. Banyak siswa yang tidak menguasai pelajaran.
6. Banyak siswa yang masih takut untuk tampil.
7. Beberapa siswa giat dan rajin melakukan kegiatan belajar.
Untuk memperoleh data dari proses penelitian ini, peneliti menggunakan responden siswa
dan guru bidang studi Bahasa Inggris di kelas V di awal pelaksanaan penelitian pada siklus I
pada pertemuan ke 1. Adapun aspek penilaian pengamatan tentang kemampuan berbicara
siswa yakni pada aspek kebahasaan dan aspek non kebahasaan. Hal ini dapat dilihat pada
tabel di bawah ini :
No Indikator Deskriptor Skala Penilaian
1 2 3 4
Berdasarkan hasil dari lembar observasi guru terhadap siswa mengenai indikator
kemampuan berbicara (speaking) siswa , maka dapat dilihat persentase skor tingkat
kemampuan berbicara (speaking) siswa sebagai berikut :
Tabel 1. Hasil Observasi Siklus I (Pertemuan 1) No. Kode Siswa Skor Siklus I Pertemuan I
1 001 16 66,7% Cukup
2 002 17 70,8% Baik
3 003 8 33,3% Kurang
4 004 10 41,7% Kurang
5 005 18 75% Baik
6 006 10 41,7% Kurang
7 007 8 33,3% Kurang
8 008 11 45,8% Kurang
9 009 23 95,8% Sangat Baik
10 010 8 33,3% Kurang
11 011 8 33,3% Kurang
12 012 12 50% Kurang
13 013 18 75% Baik
14 014 15 62,5% Cukup
15 015 15 62,5% Cukup
16 016 17 70,8% Baik
17 017 14 58,3% Cukup
18 018 12 50% Kurang
19 019 11 45,8% Kurang
20 020 12 50% Kurang
21 021 11 45,8% Kurang
22 022 10 41,7% Kurang
23 023 10 41,7% Kurang
24 024 10 41,7% Kurang
25 025 12 50% Kurang
26 026 21 87,5% Sangat Baik
28 028 11 45,8% Kurang
29 029 24 100% Sangat Baik
30 030 14 58,3% Cukup
31 031 12 50% Kurang
32 032 13 54,2% Kurang
33 033 10 41,7% Kurang
34 034 11 45,8% Kurang
35 035 12 50% Kurang
36 036 15 62,5% Cukup
37 037 21 87,5% Sangat Baik
38 038 10 41,7% Kurang
39 039 8 33,3% Kurang
40 040 9 37,5% Kurang
41 041 16 66,7% Cukup
Jumlah 534
Rata-Rata 13
Dari hasil tabel di atas terdapat siswa yang mengalami tingkat kemampuan berbicara
(speaking) kurang, cukup, baik, dan sangat baik. Kemampuan berbicara (speaking) siswa
yang tergolong kurang mencapai hasil persentase skor 33,3% - 54,2%. Kemampuan
berbicara (speaking) siswa yang tergolong cukup mencapai persentase skor 58,3% - 66,7%.
Kemampuan berbicara (speaking) siswa yang tergolong baik mencapai persentase skor 70,8%
- 75%. Kemampuan berbicara (speaking) siswa yang tergolong sangat baik mencapai
persentase skor 87,5% - 100%.
Perubahan Tingkat Kemampuan Berbicara (Speaking) Siswa & Tingkatnya Pada Siklus I Pertemuan I Secara Klasikal
No Kategori Penilaian Siklus I Pertemuan I
Jumlah siswa %
1 Sangat baik 4 9,8%
2 Baik 4 9,8%
3 Cukup 7 17%
4 Kurang 26 63,4%
Jumlah 41 100%
Dari tabel di atas pada siklus I pertemuan I dengan jumlah siswa sebanyak 41 orang ,
diperoleh data bahwa 26 orang siswa (63,4%) tingkat kemampuan berbicara (speaking)
tergolong kurang, 7 orang siswa (17%) tingkat kemampuan berbicara (speaking) tergolong
cukup, 4 orang siswa (9,8%) tingkat kemampuan berbicara (speaking) tergolong baik dan 4
orang siswa (9,8%) yang tingkat kemampuan berbicara (speaking) tergolong sangat baik.
Diagram I
Dari hasil diagram di atas dapat dilihat persentase tingkat kemampuan berbicara
(speaking) siswa dalam pelajaran bahasa Inggris. Dari 41 orang siswa, 4 siswa (10%) yang
tingkat kemampuan berbicara (speaking) sangat baik, 4 orang siswa (10%) tingkat
kemampuan berbicara (speaking) baik, 7 orang siswa (17%) tingkat kemampuan berbicara
(speaking) cukup dan 26 orang siswa (63%) tingkat kemampuan berbicara (speaking) kurang.
Tabel III
Persentase Hasil Tingkat Ketuntasan Kemampuan Berbicara (Speaking) siswa secara klasikal Siklus I Pada Pertemuan I
No Tingkat ketuntasan Kemampuan Jumlah Siswa % 0%
10% 20% 30% 40% 50% 60% 70%
4 orang SB 4 orang B 7 orang C 26 orang K
Sangat Baik
Baik
Cukup
Berbicara
1 Tuntas ≥ 65% 10 24,4%
2 Tidak Tuntas ≤ 65% 31 75,6%
Jumlah 41 100%
Dari tabel di atas bahwa dari 41 orang siswa dinyatakan tingkat ketuntasan
kemampuan berbicara dari 10 orang siswa (24,4%) sudah tuntas dan 31 orang siswa (75,6%)
dinyatakan tidak tuntas.
Diagram II
Grafik Persentase Hasil Tingkat Ketuntasan Kemampuan Berbicara (Speaking) secara Klasikal Siklus I Pada Pertemuan I
Dari hasil grafik di atas bahwa ada 41 orang siswa (75,6%) dinyatakan tidak tuntas
berbicara (speaking), dan ada 1o orang siswa (24,4%) tuntas.
d. Refleksi
Pada tahap ini peneliti mengamati semua kegiatan yang telah dilakukan oleh
siswa mulai dari awal sampai akhir kegiatan tindakan observasi hasil data di atas kemampuan
berbicara siswa yaitu :
2. Terdapat 4 siswa yang baik dalam hal berbicara atau 9,8%
3. Terdapat 7 siswa yang cukup dalam hal berbicara atau 17%
4. Dan terdapat 26 siswa yang kurang dalam hal berbicara atau 63,4%
Berdasarkan hasil observasi diperoleh refleksi sebagai berikut :
1. Dari Guru
a. Waktu digunakan tidak efisien
b. Kesempatan belajar belum merata
c. Pengelolaan bahan belajar yang belum efektif
2. Dari Siswa
a. Siswa belum memberikan perhatian dan konsentrasi penuh terhadap
pembelajaran.
b. Siswa tidak menjalankan latihan pada kerja kelompok dengan serius
dan mengganggu teman yang lain.
c. Siswa terlihat cuek dan bosan terhadap kegiatan pembelajaran.
d. Siswa tampil ke depan kelas dengan tertib.
e. Siswa giat dan rajin melakukan kegiatan belajar.
Dari hasil refleksi di atas, disarankan :
1. Peneliti/guru menyiapkan bahan ajar lebih efektif.
2. Menyiapkan media yang lebih menarik.
3. Memberikan kesempatan siswa untuk mengembangkan kreatifitas mereka.
4. Guru memperhatikan siswa secara merata.
5. Menciptakan pembelajaran lebih menarik.
2. Pertemuan II a. Perencanaan
1. RPP menggunakan think pair share (TPS)
2. Menyiapkan instrumen yang digunakan dalam penelitian, berupa lembar observasi
untuk siswa dan guru.
3. Menyiapkan lembar kerja siswa yakni teks pecakapan tentang “Neighbours” dan
mengembangkan skenario.
b. Pelaksanaan
Langkah tindakan peneliti saat melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas V
adalah :
1. Guru melaksanakan apersepsi, untuk mengetahui kondisi kesiapan siswa.
2. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dengan menggunakan media
pembelajaran (teks percakapan).
3. Guru membentuk kelompok siswa yang terdiri dari 2 siswa perkelompok.
4. Guru memberikan tugas kelompok siswa.
5. Guru memantau dan memberi bimbingan pada kegiatan siswa.
6. Guru menyuruh siswa mempresentasikan kegiatan belajar ke depan kelas.
7. Guru memantau kegiatan siswa selama proses persentase.
8. Guru memberi bimbingan siswa dalam menyimpulkan hasil kerja kelompok
siswa. Tindakan ini dilakukan selama 2 x pertemuan.
c. Observasi
Observer pada saat pelaksanaan kegiatan pembelajaran adalah guru bahasa
Inggris kelas V SD Immanuel Medan. Setelah mengobservasi semua kegiatan siswa pada
siklus I, maka ditemukan beberapa hal antara lain :
1. Banyak siswa yang belum memberikan perhatian dan konsentrasi penuh terhadap
pembelajaran.
3. Hanya ada beberapa siswa yang membaca teks percakapan dengan lafal dan
intonasi yang masih rata, tidak perbedaan penggunaan tanda baca.
4. Beberapa siswa terlihat cuek dan bosan terhadap kegiatan pembelajaran.
5. Banyak siswa yang tidak menguasai pelajaran.
6. Banyak siswa yang masih takut untuk tampil.
7. Beberapa siswa giat dan rajin melakukan kegiatan belajar.
Untuk memperoleh data dari proses penelitian ini, peneliti menggunakan responden siswa
dan guru bidang studi Bahasa Inggris di kelas V di awal pelaksanaan penelitian pada siklus I
pada pertemuan ke 2. Adapun aspek penilaian pengamatan tentang kemampuan berbicara
siswa yakni pada aspek kebahasaan dan aspek non kebahasaan. Hal ini dapat dilihat pada
tabel di bawah ini :
No Indikator Deskriptor Skala Penilaian
1 2 3 4
Berdasarkan hasil dari lembar observasi guru terhadap siswa mengenai indikator
kemampuan berbicara (speaking) siswa , maka dapat dilihat persentase skor tingkat
kemampuan berbicara (speaking) siswa sebagai berikut :
Persentase Hasil Skor Observasi Kemampuan Berbicara (Speaking) Siswa Pada Siklus I Pertemuan II
No. Kode Siswa Skor Siklus I Pertemuan II
% Kategori
1 001 19 73,1% Baik
2 002 19 73,1% Baik
3 003 15 57,7% Cukup
4 004 15 57,7% Cukup
5 005 20 76,9% Baik
6 006 16 61,5% Cukup
7 007 15 57,5% Cukup
8 008 16 66,7% Cukup
9 009 24 92,3% Sangat Baik
10 010 16 61,5% Cukup
11 011 15 57,7% Cukup
12 012 15 57,7% Cukup
13 013 20 76,9% Baik
14 014 17 65,4% Cukup
15 015 17 65,4% Cukup
16 016 17 65,4% Cukup
17 017 14 53,8% Kurang
18 018 12 46,2% Kurang
19 019 11 42,3% Kurang
20 020 13 50% Kurang
21 021 15 57,7% Cukup
23 023 12 46,2% Kurang
24 024 13 50% Kurang
25 025 13 50% Kurang
26 026 22 84,6% Sangat Baik
27 027 14 53,8% Kurang
28 028 14 53,8% Kurang
29 029 26 100% Sangat Baik
30 030 18 69,2% Cukup
31 031 17 65,4% Cukup
32 032 16 66,7% Cukup
33 033 15 57,7% Cukup
34 034 14 53,8% Kurang
35 035 15 57,7% Cukup
36 036 18 69,2% Cukup
37 037 22 84,1% Sangat Baik
38 038 15 57,7% Cukup
39 039 13 50% Kurang
40 040 14 53,8% Kurang
41 041 19 73,1% Baik
Jumlah 663
Rata-Rata 16,2
Dari tabel di atas terdapat siswa yang mengalami tingkat kemampuan berbicara
(speaking) kurang, cukup, baik, dan sangat baik. Kemampuan berbicara (speaking) siswa
yang tergolong kurang mencapai hasil persentase skor 42,3% - 53,8%. Kemampuan
berbicara (speaking) siswa yang tergolong cukup mencapai persentase skor 57,7% - 69,2%.
- 76,9%. Kemampuan berbicara (speaking) siswa yang tergolong sangat baik mencapai
persentase skor 84,6% - 100%.
Tabel V
Perubahan Tingkat Kemampuan Berbicara (Speaking) Siswa Pada Siklus I Pertemuan II Secara Klasikal
No Kategori Penilaian Siklus I Pertemuan II
Jumlah siswa %
1 Sangat baik 4 9,8%
2 Baik 5 12,2%
3 Cukup 19 46,3%
4 Kurang 13 31,7%
Jumlah 41 100%
Dari tabel di atas pada siklus I pertemuan II dengan jumlah siswa sebanyak 41 orang
, diperoleh data bahwa 13 orang siswa (31,7%) tingkat kemampuan berbicara (speaking)
tergolong kurang, 19 orang siswa (46,3%) tingkat kemampuan berbicara (speaking) tergolong
cukup, 5 orang siswa (12,2%) tingkat kemampuan berbicara (speaking) tergolong baik dan 4
orang siswa (9,8%) tingkat kemampuan berbicara (speaking) tergolong sangat baik.
Diagram III
Dari hasil diagram di atas dapat dilihat persentase tingkat kemampuan berbicara
(speaking) siswa dalam pelajaran bahasa Inggris. Dari 41 orang siswa terdapat 4 orang siswa
(10%) tingkat kemampuan berbicara (speaking) sangat baik, 5 orang siswa (12%) tingkat
kemampuan berbicara (speaking) baik, 19 orang siswa (46%) tingkat kemampuan berbicara
(speaking) cukup dan 13 orang siswa (32%) tingkat kemampuan berbicara (speaking) kurang.
Tabel VI
Persentase Hasil Tingkat Ketuntasan Kemampuan Berbicara (Speaking) Siswa Secara Klasikal Siklus I Pada Pertemuan II
No Tingkat Ketuntasan Kemampuan
Dari tabel di atas bahwa dari 41 orang siswa dinyatakan tingkat ketuntasan
kemampuan berbicara dari 17 orang siswa (41,5%) sudah tuntas dan 24 orang siswa (58,5%)
dinyatakan tidak tuntas.
Diagram IV
Grafik Persentase Hasil Tingkat Ketuntasan Kemampuan Berbicara (Speaking) Secara Klasikal Siklus I Pada Pertemuan II
Dari hasil grafik di atas bahwa ada 24 orang siswa (58,5%) dinyatakan tidak tuntas
berbicara (speaking) dan ada 17 orang siswa (41,5%) tuntas berbicara.
d. Refleksi
Dari hasil analisis data I dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkat kemampuan
berbicara siswa dari hasil observasi yang dilakukan oleh guru dinyatakan belum tuntas /
masih rendah. Hal ini dikarenakan metode yang digunakan oleh guru kurang menarik
perhatian siswa. Maka untuk mencapai ketuntasan maka perlu dilakukan perbaikan pada
siklus ke II.
Berdasarkan refleksi yang peneliti dan guru cermati dapat ditarik kesimpulan
pada siklus I adalah sebagai berikut :
1. Pengelolaan bahan belajar yang belum efektif. 0
5 10 15 20 25
>= 65 <= 65
Tuntas
2. Siswa belum memberikan perhatian dan konsentrasi penuh terhadap
pembelajaran.
3. Siswa tidak menjalankan latihan pada kerja kelompok dengan serius dan
mengganggu teman yang lain.
4. Masih ada siswa yang malu untuk maju ke depan kelas berinteraksi dengan
teman yang lain.
B. Siklus II 1. Pertemuan 1 a. Perencanaan
Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas V peneliti menyiapkan :
1. RPP menggunakan think pair share (TPS)
2. Menyiapkan instrumen yang digunakan dalam penelitian, berupa lembar observasi
untuk siswa dan guru.
3. Menyiapkan lembar kerja siswa yakni teks pecakapan tentang “Neighbours” dan
mengembangkan skenario.
b. Pelaksanaan
Langkah tindakan peneliti saat melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas V
adalah :
1. Guru melaksanakan apersepsi, untuk mengetahui kondisi kesiapan siswa.
2. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dengan menggunakan media
pembelajaran (teks percakapan).
3. Guru membentuk kelompok siswa yang terdiri dari 2 siswa perkelompok.
4. Guru memberikan tugas kelompok siswa.
5. Guru memantau dan memberi bimbingan pada kegiatan siswa.
7. Guru memantau kegiatan siswa selama proses persentase.
8. Guru memberi bimbingan siswa dalam menyimpulkan hasil kerja kelompok
siswa. Tindakan ini dilakukan selama 2 x pertemuan.
c. Observasi
Observer pada saat pelaksanaan kegiatan pembelajaran adalah guru bahasa
Inggris kelas V SD Immanuel Medan. Setelah mengobservasi semua kegiatan siswa pada
siklus I, maka ditemukan beberapa hal antara lain :
1. Banyak siswa yang belum memberikan perhatian dan konsentrasi penuh terhadap
pembelajaran.
2. Banyak siswa membaca teks percakapan sebagai latihan.
3. Hanya ada beberapa siswa yang membaca teks percakapan dengan lafal dan
intonasi yang masih rata, tidak perbedaan penggunaan tanda baca.
4. Beberapa siswa terlihat cuek dan bosan terhadap kegiatan pembelajaran.
5. Banyak siswa yang tidak menguasai pelajaran.
6. Banyak siswa yang masih takut untuk tampil.
7. Beberapa siswa giat dan rajin melakukan kegiatan belajar.
Untuk memperoleh data dari proses penelitian ini, peneliti menggunakan responden siswa
dan guru bidang studi Bahasa Inggris di kelas V di awal pelaksanaan penelitian pada siklus II
pada pertemuan ke 1. Adapun aspek penilaian pengamatan tentang kemampuan berbicara
siswa yakni pada aspek kebahasaan dan aspek non kebahasaan. Hal ini dapat dilihat pada
tabel di bawah ini :
No Indikator Deskriptor Skala Penilaian
1 2 3 4
1 Aspek
Kebahasaan
a. Pelafalan bunyi bahasa
c. Pemilihan kata
d. Penyusunan kalimat
2 Aspek
Nonkebahasaan
a. Ketenangan
b. Kesopanan
c. Kekompakan
d. Topik pembicaraan
Berdasarkan hasil dari observasi kemampuan berbicara yang dilakukan peneliti
dengan menggunakan model pembelajaran TPS (think pair share) maka didapat data sebagai
berikut :
Tabel VII
Persentase Hasil Skor Observasi Kemampuan Berbicara (speaking) Siswa Secara Individual Pada Siklus II Pertemuan I
No. Kode Siswa Skor Siklus II Pertemuan I
% Kategori
1 001 24 85,7% Sangat Baik
2 002 23 82,1% Baik
3 003 17 60,7% Cukup
4 004 18 64,3% Cukup
5 005 24 85,7% Sangat Baik
6 006 18 64,3% Cukup
7 007 16 57,1% Cukup
8 008 19 67,9% Cukup
10 010 16 57,1% Cukup
11 011 16 57,1% Cukup
12 012 20 71,4% Baik
13 013 25 89,3% Sangat Baik
14 014 22 78,6% Baik
15 015 22 78,6% Baik
16 016 25 89.3% Sangat Baik
17 017 15 53,6% Kurang
18 018 14 50% Kurang
19 019 12 42,9% Kurang
20 020 14 50% Kurang
21 021 19 67,9% Cukup
22 022 14 50% Kurang
23 023 13 46,4% Kurang
24 024 14 50% Kurang
25 025 14 50% Kurang
26 026 26 92,9% Sangat Baik
27 027 19 67,9% Cukup
28 028 19 67,9% Cukup
29 029 28 100% Sangat Baik
30 030 21 75% Baik
31 031 20 71,4% Baik
32 032 21 75% Baik
33 033 19 67,9% Cukup
34 034 22 78,6% Baik
35 035 23 82,1% Baik
37 037 24 85,7% Sangat Baik
38 038 20 71,4% Baik
39 039 16 57,1% Cukup
40 040 18 64,4% Cukup
41 041 24 85,7% Sangat Baik
Jumlah 802
Rata-Rata 19,6
Terdapat siswa yang mengalami tingkat kemampuan berbicara (speaking) kurang,
cukup, baik, dan sangat baik. Kemampuan berbicara (speaking) siswa yang tergolong kurang
mencapai hasil persentase skor 42,9% - 53,6%. Kemampuan berbicara (speaking) siswa yang
tergolong cukup mencapai persentase skor 57,1% - 67,9%. Kemampuan berbicara (speaking)
siswa yang tergolong baik mencapai persentase skor 71,4% - 82,1 %. Kemampuan membaca
(reading) siswa yang tergolong sangat baik mencapai persentase skor 85,7% - 100%.
Tabel VIII
Perubahan Tingkat Kemampuan Berbicara (speaking) Siswa & Pada Siklus II Pertemuan I Secara Klasikal
No Kategori Penilaian Siklus II Pertemuan I
Jumlah siswa %
1 Sangat Baik 9 22%
2 Baik 11 26,8%
3 Cukup 13 31,7%
4 Kurang 8 19,5%
Dari table di atas pada siklus II pertemuan I dengan jumlah siswa sebanyak 41 orang ,
diperoleh data bahwa 8 orang siswa (19,5%) tingkat kemampuan berbicara (speaking)
tergolong kurang, 13 orang siswa (31,7%) tingkat kemampuan berbicara (speaking) tergolong
cukup, 11 orang siswa (26,8%) tingkat kemampuan berbicara (speaking) tergolong baik dan 9
orang siswa (22%) tingkat kemampuan berbicara (speaking) tergolong sangat baik.
Diagram V
Persentase Skor Perubahan Tingkat Kemampuan Berbicara (Speaking)siswa secara Klasikal Pada Mata Pelajaran Bahasa Inggris
Dari hasil diagram di atas dapat dilihat persentase tingkat kemampuan berbicara
(speaking) siswa dalam pelajaran bahasa Inggris. Dari 41 orang siswa terdapat 9 orang siswa
(22%) tingkat kemampuan berbicara (speaking) sangat baik, 11 orang siswa (26,8%) tingkat
Persentase Hasil Tingkat Ketuntasan kemampuan Berbicara (speaking) siswa secara klasikal Siklus II Pada Pertemuan I
No Tingkat Ketuntasan Kemampuan
Berbicara
Jumlah Siswa %
1 Tuntas ≥65% 24 58,5%
2 Tidak tuntas ≤65% 17 41,5%
Jumlah 41 100%
Dari tabel di atas bahwa dari 41 orang siswa dinyatakan tingkat ketuntasan
kemampuan berbicara dari 24 orang siswa (58,5%) sudah tuntas dan 17 orang siswa (41,5%)
dinyatakan tidak tuntas.
Diagram VI
Grafik Persentase Hasil Tingkat Kemampuan Berbicara (Speaking) secara Klasikal Siklus II pada Pertemuan I
Dari hasil grafik di atas bahwa ada 17 orang siswa (41,5%) yang tingkat ketuntasan
berbicara (speaking) tidak tuntas dan ada 24 orang siswa (58,5%) tuntas.
d. Refleksi 0 5 10 15 20 25
>= 65% <= 65 %
Tuntas
Pada tahap ini peneliti mengevaluasi semua tahap kegiatan yang telah dilakukan
mulai dari pelaksanaan kegiatan tindakan hingga observasi.
2. Pertemuan II a. Perencanaan
Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas V peneliti menyiapkan :
1. RPP menggunakan think pair share (TPS)
2. Menyiapkan instrumen yang digunakan dalam penelitian, berupa lembar observasi
untuk siswa dan guru.
3. Menyiapkan lembar kerja siswa yakni teks pecakapan tentang “Neighbours” dan
mengembangkan skenario.
b. Pelaksanaan
Langkah tindakan peneliti saat melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas V
adalah :
1. Guru melaksanakan apersepsi, untuk mengetahui kondisi kesiapan siswa.
2. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dengan menggunakan media
pembelajaran (teks percakapan).
3. Guru membentuk kelompok siswa yang terdiri dari 2 siswa perkelompok.
4. Guru memberikan tugas kelompok siswa.
5. Guru memantau dan memberi bimbingan pada kegiatan siswa.
6. Guru menyuruh siswa mempresentasikan kegiatan belajar ke depan kelas.
7. Guru memantau kegiatan siswa selama proses persentase.
8. Guru memberi bimbingan siswa dalam menyimpulkan hasil kerja kelompok
siswa. Tindakan ini dilakukan selama 2 x pertemuan.
Observer pada saat pelaksanaan kegiatan pembelajaran adalah guru bahasa
Inggris kelas V SD Immanuel Medan. Setelah mengobservasi semua kegiatan siswa pada
siklus I, maka ditemukan beberapa hal antara lain :
1. Banyak siswa yang belum memberikan perhatian dan konsentrasi penuh terhadap
pembelajaran.
2. Banyak siswa membaca teks percakapan sebagai latihan.
3. Hanya ada beberapa siswa yang membaca teks percakapan dengan lafal dan
intonasi yang masih rata, tidak perbedaan penggunaan tanda baca.
4. Beberapa siswa terlihat cuek dan bosan terhadap kegiatan pembelajaran.
5. Banyak siswa yang tidak menguasai pelajaran.
6. Banyak siswa yang masih takut untuk tampil.
7. Beberapa siswa giat dan rajin melakukan kegiatan belajar.
Untuk memperoleh data dari proses penelitian ini, peneliti menggunakan responden siswa
dan guru bidang studi Bahasa Inggris di kelas V di awal pelaksanaan penelitian pada siklus II
pada pertemuan ke 2. Adapun aspek penilaian pengamatan tentang kemampuan berbicara
siswa yakni pada aspek kebahasaan dan aspek non kebahasaan. Hal ini dapat dilihat pada
tabel di bawah ini :
No Indikator Deskriptor Skala Penilaian
c. Kekompakan
d. Topik pembicaraan
Berdasarkan hasil dari observasi kemampuan berbicara yang dilakukan peneliti
dengan menggunakan model pembelajaran TPS (think pair share) maka didapat data sebagai
berikut :
Tabel X
Persentase Hasil Skor Observasi Kemampuan Berbicara (Speaking) siswa Secara Individual Pada Siklus II Pertemuan II
No. Kode Siswa Skor Siklus II Pertemuan II
% Kategori
1 001 28 87,5% Sangat Baik
2 002 27 84,4% Baik
3 003 24 75% Baik
4 004 24 75% Baik
5 005 28 87,5% Sangat Baik
6 006 24 75% Baik
7 007 23 71,9% Baik
8 008 24 75% Baik
9 009 28 87,5% Sangat Baik
10 010 24 75% Baik
11 011 21 65,6% Cukup
12 012 23 71,9% Baik
13 013 29 90,6% Sangat Baik
14 014 27 84,4% Baik
16 016 28 87,5% Sangat Baik
17 017 21 65,6% Cukup
18 018 21 65,6% Cukup
19 019 22 68,8% Cukup
20 020 22 68,8% Cukup
21 021 23 71,9% Baik
22 022 24 75% Baik
23 023 24 75% Baik
24 024 25 78,1% Baik
25 025 21 65,6% Cukup
26 026 30 93,8% Sangat Baik
27 027 25 78,1% Baik
28 028 26 81,3% Baik
29 029 32 100% Sangat Baik
30 030 29 90,6% Sangat Baik
31 031 25 78,1% Baik
32 032 26 81,3% Baik
33 033 25 78,1% Baik
34 034 24 75% Baik
35 035 24 75% Baik
36 036 26 81,3% Baik
37 037 32 100% Sangat Baik
38 038 26 81,3% Baik
39 039 24 75% Baik
40 040 24 75% Baik
41 041 29 90,6% Sangat Baik
Rata-Rata 24,9
Dari tabel di atas terdapat siswa yang mengalami tingkat kemampuan berbicara
(speaking) cukup, baik, dan sangat baik. Kemampuan berbicara (speaking) siswa yang
tergolong cukup mencapai persentase skor 62,5% - 68,8%. Kemampuan berbicara (speaking)
siswa yang tergolong baik mencapai persentase skor 71,9% - 84,4%. Kemampuan berbicara
(speaking) siswa yang tergolong sangat baik mencapai persentase skor 87,5% - 100%.
Tabel XI
Perubahan Tingkat Kemampuan Berbicara (Speaking) Siswa Secara Klasikal Pada Siklus II Pertemuan II
No Kategori Penilaian Siklus II Pertemuan II
Jumlah siswa %
1 Sangat baik 10 24,4%
2 Baik 25 61%
3 Cukup 6 14,6%
4 Kurang 0 0%
Jumlah 41 100%
Dari tabel di atas ada siklus II pertemuan II dengan jumlah siswa sebanyak 41 orang ,
diperoleh data bahwa 6 orang siswa (14,6%) tingkat kemampuan berbicara (speaking)
tergolong cukup, 25 orang siswa (61%) tingkat kemampuan berbicara (speaking) tergolong
baik dan 10 orang siswa (24,4%) tingkat kemampuan berbicara (speaking) tergolong sangat
baik.
Persentase Skor Perubahan Tingkat Kemampuan Berbicara (Speaking) siswa Secara Klasikal Pada Mata Pelajaran Bahasa Inggris
Dari hasil diagram di atas dapat dilihat persentase tingkat kemampuan berbicara
(speaking) siswa dalam pelajaran bahasa Inggris. Dari 41 orang siswa terdapat 10 orang siswa
(24,4%) tingkat kemampuan berbicara (speaking) sangat baik, 25 orang siswa (61%) tingkat
kemampuan berbicara (speaking) baik, 6 orang siswa (14,6%) tingkat kemampuan berbicara
(speaking) cukup.
Tabel XI
Persentase Hasil Tingkat Ketuntasan Kemampuan Berbicara (Speaking) siswa secara klasikal Siklus II Pada Pertemuan II
No Tingkat ketuntasan Kemampuan
Membaca
Jumlah Siswa %
1 Tuntas ≥65% 41 100%
2 Tidak tuntas ≤65% 0 0%
Jumlah 41 100%
Dari tabel di atas bahwa dari 41 orang siswa dinyatakan tingkat ketuntasan
Diagram VIII
Grafik Persentase Hasil Tingkat Ketuntasan Kemampuan Berbicara (Speaking) secara Klasikal Siklus II Pada pertemuan II
Dari hasil grafik di atas bahwa siswa kelas V SD tingkat ketuntasan kemampuan
berbicara (speaking) siswa dinyatakan telah tuntas.
d. Refleksi
Dari hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan
kemampuan berbicara siswa mulai dari siklus I pertemuan I, pertemuan II sampai dengan
siklus II pertemuan I dan II. Dimana Pada siklus pertama, pertemuan I terdapat 10 orang
siswa yang sudah tuntas mencapai tingkat ketuntasan kemampuan berbicara atau persentase
skor nya mencapai 24,4% sedangkan 31 orang siswa belum tuntas mencapai tingkat
ketuntasan kemampuan membaca atau persentase skornya 75,6%. Pada pertemuan II di dapat
hasil 17 orang siswa atau persentase skor 41,5% sudah tuntas mencapai tingkat ketuntasan
kemampuan berbicara dan 24 orang siswa atau persentase skor 58,5% belum tuntas mencapai
tingkat ketuntasan kemampuan berbicara. Namun pada siklus II pertemuan I didapat hasil
bahwa 24 orang siswa atau persentase skor 58,5% tuntas mencapai tingkat ketuntasan
kemampuan berbicara dan 17 orang siswa atau persentase skor 41,5% belum tuntas mencapai
seluruh siswa sudah tuntas mencapai tingkat ketuntasan kemampuan berbicara atau
persentase skor 100%.
Berdasarkan hasil refleksi dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan
model pembelajaran TPS (Think Pair Share) pada pelajaran bahasa Inggris dapat
meningkatkan kemmapuan berbicara (speaking)siswa di kelas V SD Immanuel Medan baik
secara individual maupun klasikal.
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian
Setelah melakukan penelitian selama 2 siklus (4 pertemuan) dapat disimpulkan bahwa
penerapan TPS (Think Pair Share) pada pelajaran bahasa Inggris dapat meningkatkan
kemampuan berbicara (speaking) siswa baik secara individual maupun secara klasikal.
Hal ini juga dapat dilihat dari hasil data rekapitulasi mulai dari siklus I sampai dengan
siklus II.
Tabel XIII
Rekapitulasi Peningkatan Hasil Observasi Tingkat Kemampuan Berbicara (Speaking) Pada Siklus I (Pertemuan I dan II) dan Siklus II (Pertemuan I dan II)
15 62,5% Cukup 65,4% Cukup 65,4% Cukup 84,4% Baik
peningkatan kemampuan berbicara (speaking) siswa secara individual terus meningkat
selama 2 siklus (4 Pertemuan). Pada siklus I pertemuan I, persentase rata – rata nilai tingkat
kemampuan berbicara siswa adalah 54,3% (Kurang). Pada siklus I pertemuan II, persentase
rata – rata nilai tingkat kemampuan berbicara siswa adalah 62,4% ( Cukup). Pada siklus II
(Baik) dan pada siklus II pertemuan II mengalami peningkatan rata – rata nilai tingkat
kemampuan berbicara mencapai 79,2% (Baik).
Tabel XIV
Rekapitulasi Perubahan Tingkat Kemampuan Berbicara Siswa Secara Klasikal Pada Siklus I (Pertemuan I dan II) dan Siklus II (Pertemuan I dan II)
No. Kategori Siklus I
mengalami peningkatan yakni sebagai berikut :
1. Pada kriteria sangat baik mengalami peningkatan dari siklus I pada pertemuan 1 dan 2 ke
siklus II pada pertemuan 1 dan 2 sebesar 24,4% atau sebanyak 10 0rang siswa.
2. Pada kriteria baik mengalami peningkatan yang signifikan dari siklus I pada pertemuan 1
dan 2 ke siklus II pada pertemuan 1 dan 2 sebesar 61% atau sebanyak 25 orang siswa.
3. Pada kriteria cukup mengalami penurunan dari siklus I pada pertemuan I dan 2 ke siklus
4. Sedangkan untuk kriteria kurang mengalami penurunan dari siklus I pada pertemuan 1
dan 2 ke siklus II pada pertemuan 1 dan 2 sebesar 0% atau tidak ada siswa yang kurang
dalam hal berbicara.
Grafik IX
Persentase Skor Perubahan Tingkat Kemampuan Berbicara Siswa Secara Klasikal pada Siklus I (Pertemuan I dan II) dan Siklus II (Pertemuan I dan II)
Pada diagram di atas dapat dilihat perubahan tingkat kemampuan berbicara siswa
secara klasikal pada siklus I dan siklus II. Pada siklus I pertemuan I dari 41 orang siswa
terdapat 9,8% siswa tingkat kemampuan berbicara sangat baik, 9,8% siswa memiliki tingkat
kemampuan berbicara baik, 17,1% siswa memiliki tingkat kemampuan berbicara cukup dan
63,4% siswa memiliki tingkat kemampuan berbicara kurang. Pada siklus I pertemuan II dari
41 orang siswa terdapat 9,8% siswa tingkat kemampuan berbicara sangat baik, 12,2% siswa
memiliki tingkat kemampuan berbicara baik, 46,3% siswa memiliki tingkat kemampuan
berbicara cukup dan 31,7% siswa memiliki tingkat kemampuan berbicara kurang. Pada siklus
II pertemuan I dari 41 orang siswa terdapat 22% siswa tingkat kemampuan berbicara sangat
baik, 26,8% siswa memiliki tingkat kemampuan berbicara baik, 31,7% siswa memiliki
kurang. Dan pada siklus II pertemuan II persentase tingkat kemampuan berbicara siswa
meningkat dari 41 orang siswa terdapat 24,4% siswa tingkat kemampuan berbicara sangat
baik, 61% siswa tingkat kemampuan berbicara baik dan 14,6% siswa tingkat kemampuan
berbicara cukup.
Tabel XV
Rekapitulasi Persentase Hasil Tingkat Ketuntasan kemampuan Berbicara (speaking) siswa secara klasikal Siklus I (Pertemuan I & II) dan Siklus II (Pertemuan I & II) No Tingkat Ketuntasan
Kemampuan
Dari Grafik diatas dapat disimpulkan bahwa persentase hasil tingkat ketuntasan
kemampuan berbicara siswa dari 41 orang siswa pada siklus I pertemuan I mencapai 24,4%
siswa yang tuntas dan 75,6% siswa tidak tuntas. Pada siklus I pertemuan II terdapat 41,5%
siswa yang tuntas dan 58,5% siswa yang tidak tuntas. Pada siklus II pertemuan I terdapat
58,5% siswa yang tuntas dan 41,5% siswa yang tidak tuntas sedangkan pada siklus II
pertemuan II meningkat menjadi 100% atau 41 orang siswa yang tuntas. 0.00%
10.00% 20.00% 30.00% 40.00% 50.00% 60.00% 70.00% 80.00% 90.00% 100.00%
>= 65 % <= 65%
Siklus I (pert 1)
Siklus I (pert 2)
Siklus II (pert 1)
DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Zainal., Maftuh, M., Sujak., Kawentar. 2009. Penelitian Tindkan Kelas untuk Guru
SMP, SMA, SMK. Bandung : Yrama Widya
Dewi, Rosmala. 2010. Profesionalisasi Guru Melalui Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Negeri Medan
Riyanto, Yatim. 2010. Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi bagi
Guru/Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas. Jakarta
: Kencana
Rogers, Tony. 2011. Foundation English 5 Course Book. Jakarta : Rizky Grafis
Satata, Sri. 2011. Modul I Aspek-Aspek Keterampilan Berbahasa. Pusat Pengembangan Bahan Ajar-UMB, 13
Singaram, Christie. 2011. Foundation English 5 Activity Book. Jakarta : Rizky Grafis
Syah, Muhubbin. 2010. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung : Remaja Rosdakarya
Tarigan, Henry Guntur. 2007. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung : Angkasa
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakata : Kencana
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (1990) Kamus Besar Bahasa Indonesia cetakan 3, Jakarta : Balai Pustaka
http://wawan-junaidi.blogspot.com/2009/06/model-pembelajaran-tipe-think-pair.html (diakses 20 Januari 2012)
http://odazzander.blogspot.com/2011/12/definisi-think-pair-and-share.html (diakses 20 Januari 2012)
http://zhynobe.blogspot.com/2011/11/peningkatan-kemampuan-berbicara-siswa.html (diakses 27 Maret 2012)