• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan Hasil Belajar Bahasa Inggris melalui Model Think Pair Share (TPS) pada Siswa Kelas VIIIA SMP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Peningkatan Hasil Belajar Bahasa Inggris melalui Model Think Pair Share (TPS) pada Siswa Kelas VIIIA SMP"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

2020, Vol. 6, No. 1, 21 – 26 Artikel Penelitian

Peningkatan Hasil Belajar Bahasa Inggris melalui Model Think Pair Share (TPS) pada Siswa Kelas VIIIA SMP

Siti Hadimah *

Sekolah Menengah Pertama Negeri 32 Satap, Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan

Histori Artikel:

Pengiriman: Januari 2020 Revisi: Februari 2020 Diterima: Maret 2020

ABSTRACT

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terjadi peningkatan hasil belajar siswa, aktivitas siswa dan pelaksanaan pembelajaran guru dengan model Think Pair Share (TPS). Penelitian ini mengggunakan Penelitian Tindakan Kelas atau Action Research. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIIIA SMPN 32 Satap Hulu Sungai Tengah sebanyak 20 orang yang terdiri dari 11 laki-laki dan 9 perempuan. Teknik analisis data yang digunakan adalah dengan interprestasi atau persentase keberhasilan dengan menganalisis pembelajaran oleh guru, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa. Teknik pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 siklus masing masing siklus 2 kali pertemuan yang terdiri dari empat tahapan yaitu pelaksanaan, perencanaan, evaluasi, dan refleksi. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa melalui penerapan model Think Pair Share (TPS) dapat meningkatkan hasil belajar siswa yaitu nilai rata-rata 81,5 dan secara klasikal ketercapaian 90%, aktivitas siswa 93% dengan kategori sangat aktif dan pelaksanaan pembelajaran guru 93,3% dengan kategori sangat baik.

Kata Kunci: Hasil Belajar, Think Pair Share (TPS)

*Corresponding author:

dim260402@gmail.com

Pendahuluan

Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 pasal 1 tentang sistem Pendidikan Nasional bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterapilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (Sisdiknas, 2012)

Dalam globalisasi dimana kemajuan teknologi dan informasi yang meningkat dan berkembang, generasi muda dihadapakan dengan tantangan-tantangan kehidupan masa kini yang mana menuntut generasi-generasi muda Indonesia agar memiliki berbagai macam keterempilan yang mampu menghadapi tantangan tersebut dan mampu bersaing, hal ini sejalan dengan pendapat Khaerudin Kurniawan (Azan, 2013) bahwa salah satu tantangan diera globalisasi adalah bagaimana

menghasilkan karya-karya kreatif yang berkualitas sebagai hasil pemikiran, penemuan dan penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.

Dalam paradigma baru pendidikan, tujuan pembelajaran bukan hanya untuk merubah perilaku siswa, tetapi membentuk karakter dan sikap mental profesional yang berorientasi pada global mindset. Fokus pembelajarannya adalah pada mempelajari cara belajar (learning how to learn) dan bukan hanya semata pada mempelajari substansi mata pelajaran, sehingga kegiatan pembelajaran selalu menantang dan menyenangkan (Sardiman, 2011).

Berdasarkan hasil observasi peneliti pada siswa kelas VIIIA SMP Negeri 32 Satap Hulu Sungai Tengah diketahui bahwa sebagai berikut : (a) rendahnya tingkat keberhasilan siswa dalam pencapaian KKM, jumlah siswa yang mencapai nilai sama atau di atas KKM hanya 55% dari jumlah 20 siswa yang mengikuti KBM, (b) pendekatan dan metode

(2)

kurang dilibatkan dalam kegiatan belajar mengajar, dan (c) manajemen kelas yang dikelola guru cendrung pasif, sehingga menyebabkan siswa cendrung tidak termotivasi dalam belajar serta timbulnya aktivitas keributan dalam kelas.

Masalah diatas dapat di atasi dengan banyak cara yang dapat diterapkan guru dalam mengajar sehingga dapat meningkatkan keaktifan dan pemahaman siswa dalam belajar.

Menurut Skinner, “belajar adalah suatu perilaku” menurutnya belajar sebagai suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif (Sutikno, 2013). W.S. Winkel menyatakan bahwa belajar adalah suatu aktivitas mental yang berlansung dalam interaksi aktif antara seseorang dengan lingkungan, yang menghasikan perubahan- perubahan dalam pemahaman, pengertahun, keterampilan dan sikap yang bersifat relative konstan dan dan berbekas (Susanto, 2016).

Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman, belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami dalam hasil belajar bukan suatu usaha hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan (Hamalik, 2011). Sejalan dengan yang pendapat Musfiqon (2016) yang berpendapat bahwa belajar merupakan perubahan yang relative permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat melalui pengalaman.

Belajar erat sekali hubungannya dengan pembelajaran. Proses pembelajaran dapat digambarkan sebagai berikut: (1) Merumuskan tujuan pembelajaran khusus, yaitu merumuskan kemampuan apa yang secara spesifik diharapkan dapat dimiliki siswa setelah proses pembelajaran berakhir, baik berupa pengetahuan, sikap, maupun keterampilan; (2) Penilaian awal, yaitu penilaian kesiapan belajar siswa; (3) Penyediaan pengalaman belajar, artinya dalam tahap ini bahan pelajaran dan metode mengajar dipadukan dan dirancang untuk membantu siswa dalam mencari tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan; (4) Penilaian akhir, yang bertujuan untuk melihat

sejauh mana prestasi belajar siswa dalam suatu program pengajaran (Sudaryono, 2012).

Guru merupakan tokoh utama dalam pembelajaran. Dalam proses belajar dan pembelajaran guru memiliki peran penting untuk membantu dan mengarahkan siswa untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Dalam UU No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, menyatakann bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah . Beberapa hal yang dapat dilakukan guru dalam menjalankan perannya sebagai pengajar dalam kegiatan pembelajaran yang meliputi: Membuat Ilustrasi, membuat definisi, melakukan sintesis, melakukan analisis, mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa, memberikan respon terhadap keggiatan siswa dalam kegiatan pembelajaran, mendengarkan secara aktif apa yang disampaikan siswa, membangun kepercayaan diri siswa, memberikan berbagai macam pendangan secara bervariasi, menyediakan media yang sesuai dengan kompetensi mata pelajaran, serta membuat pembelajaran aktif, kreatif, edukaif dan menyenangkan (Supardi, 2014).

Selain dari guru, factor aktivitas siswa juga sangat mempengaruhi berhasil tidaknya pembelajaran. Ruhimat (2015) mengatakan bahwa Siswa merupakan salah satu pihak yang sangat penting dalam proses belajar mengajar, sebab tujuan dilakukannya pembelajaran adalah untuk mengubah perilaku siswa itu sendiri. Suriyasyah, dkk juga mengungkapkan bahwa iswa sebagai peserta didik adalah sebagai subjek didik, bukan objek yang siap diisi dengan ilmu pengengetahuan dari otak guru. Aktivitas siswa yang baik dalam pembelajaran menurut Sanjaya (2013) diantaranya dapat dilihat dari: (1) Dilihat dari proses perencanaan, yaitu siswa terlibat dalam merumuskan tujuan belajaran, siswa terlibat dalam menyusun rancangan pembelajaran, siswa terlibat dalam menentukan dan memilih sumber belajar yang diperlukan, serta siswa terlibat dalam menentukan dan mengadakan media

(3)

pembelajaran yang akan digunakan (2) Dilihat dari proses pembelajaran, yaitu siswa terlibat baik secara fisik, mental, emosisnal. maupun intelektual dalam setiap proses pembelajaran, siawa belajar secara langsung, adanya keinginan siswa untuk menciptakan iklim belajar yang kondusif, siswa terlibat dalam mencari dan memanfaatkan sumber belaiar yang tersedia

dan relevan dengan tujuan

pembelajaran, siswa terlibat dalam melakukan prakarsa seperti menjawab dan mengajukan pertanyaan, berusaha memecahkan masalah yang diajukan, dan terjadinya interaksi multi arah, baik antara siswa dengan siswa ataupun siswa dengan guru (3) Dilihat dari kegiatan evaluasi pembelajaran, yaitu siswa terlibat untuk mengevaluasi sendiri hasil pembelajaran yang telah dilakukannya, siswa terlibat secara mandiri untuk melaksanakan kegiatan semacam tes dan tugas yang harus dikerjakan, dan siswa mau menyusun laporan baik tertulis maupun secara lisan berkenaan hasil belajar yang diperolehnya.

Paul B.Diedrick Menggolongkan kegiatan siswa dalam belajar menjadi 8 yaitu , (1) Visual activities, yang termasuk didalamnya sepeti membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi, pecoaan, pekerjaan orang lain.

(2) Oral Activities, yang termasuk didalamnya sepeti menyatakan, merumuskan bartanya, memberi saran, Mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, dan intrupsi.

(3) Listening Activities, sebagai contoh kegiatan tersebut adalah mendenarkan uraian, percakapan, diskusi musik, dan pidato. (4) Writing Activities, sebagai contoh kegiatan tersebut adalah menulis cerita, karangan, laporan, angket, daan menyalin. (5) Drawing Activities, misalnya menggambar,. membuat grafik, peta, dan diagram. (6) Motor Activities, yang termasuk didalamnya antara lain melakukan percobaan, membuat kontruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, dan berternak. (7) Mental Activities, kegiatan yang meliputinya adalah menaggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan. (8) Emotional Activities, Seperti misalnya menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat,

bergairah, berani, tenang, gugup (Sardiman, 2014)

Agar siswa bisa lebih aktif, maka guru harus kreatif dan inovatif, salah satunya adalah menggunakan model pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. Banyak model yang diperkenalkan oleh para ahli, salah satunya adalah model think pair share. Model think pair share ini berkembang dari penelitian belajar kooperatif dan waktu tunggu. Pertama kali dikembangkan oleh Frang Lyman dan Koleganya di universitas Maryland sesuai yang dikutip Arends (1997), menyatakan bahwa think pair share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa semua resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam think pair share dapat memberi siswa lebih banyak waktu berpikir, untuk merespon dan saling membantu. Guru memperkirakan hanya melengkapi penyajian singkat atau siswa membaca tugas, atau situasi yang menjadi tanda tanya. Ciri utama pada model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair- Share adalah tiga langkah utamanya yang dilaksanakan dalam proses pembelajaran, yaitu langkah Think (berpikir secara individual), Pair (berpasangan dengan teman sebangku)dan Share (berbagi jawaban deng- an pasangan lain atau seluruh kelas).

Model Think Pair Share ini mungkin sangat cocok untuk pembelajaran bahasa Inggris terutama pada materi describing animal. Describing animals artinya meng- gambarkan atau mendeskripsikan binatang.

Dimana, dalam menggambarkan seekor binatang ini perlu mencari informasi bagaimana penampilan secara fisik binatang tersebut baik dari mata, telinga, mulut, bentuk tubuh, dan lain sebagainya. Selain itu, perlu juga digali informasi bagaimana binatang tersebut berperilaku.

Penerapan model Thing Pair Share pada materi Describing Animal diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar siswa. hasil menunjukan pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahannya input secara

(4)

fungsional, sedangkan belajar dilakukannya untuk mengusahakan adanya perubahan perilaku pada individu yang belajar (Purwanto, 2011). Hasil belajar adalah bukti keberhasilan yang telah dicapai siswa dimana setiap kegiatan dapat menimbulkan suatu perubahan yang khas, dalam hal ini hasil belajar meliputi keaktifan, keterampilan proses, motivasi, dan prestasi belajar (Winkel, 1991). Dimyati dan Mudjiono (2006) menjelaskan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang dicapai dalam bentuk angka atau skor setelah diberikan tes hasil belajar kepada siswa dalam waktu tertentu. Hasil belajar merupakan hasil akhir setelah mengalami proses belajar, perubahan itu tampak dalam perbuatan yang dapat diamati dan dapat diukur (Arikunto, 1990) dan menurut Slameto (2013) hasil belajar itu dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal.

Oleh karena itu, penting sekali bagi guru untuk mengetahui faktor-faktor tersebut agar dapat membimbing siswa secara optimal untuk meningkatkan hasil belajar siswa terutama pada siswa kelas VIIIA SMPN 32 Satap Hulu Sungai Tengah

Metodologi Penelitian

Metodologi memberikan gambaran yang jelas terhadap pencapaian tujuan penelitian (Dalle, 2010). Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan di dalam kelas sebagaimana pendapatnya Arikunto, 2006 PTK merupakan suatu penelitian yang akan permasalahannya muncul dikelas dan dirasakan langsung oleh guru.

Menurut Hopkins (1993) dalam Wiraatmadja (2007) PTK ini bertujuan membantu persoalan praktis untuk mencapai tujuan, baik sosial maupun pendidikan. Tempat penelitian ini dilaksanakan pada SMPN 32 Satap Hulu Sungai Tengah, dengan alamat desa Tabat Kecamatan Labuan Amas Utara Kabupaten Hulu Sungai Tengah Kalimantan Selatan pada kelas VIIIA berjumlah 20 orang yang terdiri dari 11 laki- laki dan 9 perempuan pada semester genap 2019/2020.

Faktor yang diteliti dalam penelitian ini adalah (1) faktor guru, untuk mengetahui kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran Thing Pair Share (TPS); (2) Faktor siswa, untuk mengamati aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran dan (3) Faktor hasil belajar, untuk mengukur kemampuan siswa dalam materi Describing Animal dengan model Thing Pair Share (TPS).

Penelitian tindakan kelas ini berupa siklus dan dalam pelaksanaan tindakan pada tiap siklus mencakup tahap-tahap meliputi: a) perencanaan, Tahapan ini berupa penyusunan rancangan tindakan yang menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan dan dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut akan dilakukan. b) pelaksanaan, Pada tahapan ini rancangan strategi dan skenario penerapan pembelajaran akan diterapkan. Pelaksanaan merupakan implementasi dari perencanaan yang sudah dibuat, c) pengamatan, Pada tahapan ini, peneliti melakukan pengamatan dan mencatat semua hal-hal yang diperlukan dan terjadi selama pelaksaan tindakan berlangsung. Pengumpulan data ini dilakukan

dengan memggunakan lembar

observasi/penilaian yang telah disusun. dan d) refleksi, Tahapan ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan berdasar data yang telah terkumpul, dan kemudian melakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan berikutnya.

(Arikunto, 2010)

Untuk pengumpulan data hasil belajar diperoleh dari tes tertulis, untuk aktivitas siswa dan pelaksanaan pembelajaran menggunakan lembar observasi. Data hasil belajar siswa, aktivitas siswa dan pelaksanaan pembelajaran guru dianalisis secara deskriptif berdasarkan nilai persen (%) (Sudijono, 2003).

Keberhasilan penelitian tindakan kelas ini adalah apabila hasil belajar siswa pada materi kerjasama di berbagai bidang kehidupan melalui tes tertulis pada akhir pembelajaran mencapai: (1) daya serap perorangan ( individual), seorang siswa telah tuntas belajar apabila mencapai nilai 60 atau lebih,(2) secara klasikal, dalam suatu kelas telah tuntas belajar apabila jumlah siswa yang memperoleh nilai 60 atau lebih mencapai 85%.

Keberhasilan penelitian ini dilihat dari aktivitas siswa menggunakan model pembelajaran Thing Pair Share (TPS)

(5)

memperoleh skor minimal 65% atau dengan kreteria aktif.(Ngalim Purwanto, 2011)

Sedangkan keberhasilan penelitian ini dilihat dari pelaksanaan pembelajaran guru dengan model pembelajaran Thing Pair Share (TPS) memperoleh skor minimal 76% atau dengan kreteria Baik.(Ngalim Purwanto, 2010).

Hasil dan Pembahasan

Hasil belajar siswa berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan model pembelajaran Thing Pair Share (TPS) di kelas VIIIA meningkat pada setiap pertemuan. Hasil nilai rata-rata siswa siklus I adalah 73,5 dan siklus II adalah 81,5, terjadi peningkatan sebesar 8. Sedangkan untuk ketuntasan klasikal pada siklus I diperoleh 70% dan pada siklus II diperoleh 90%, terjadi peningkatan sebesar 20%.

Aktivitas siswa dalam pembelajaran berdasarkan hasil penelitian selalu meningkat pada setiap pertemuannya, pada siklus I adalah 64% dengan kreteria cukup aktif dan siklus II adalah 93%, terjadi peningkatan sebesar 29%

atau dengan kreteria sangat aktif. Peningkatan aktivitas siswa dikarenakan adanya model pembelajaran yang menurut keaktifan, ini sejalan dengan pendapat Hamalik, (2009) bahwa sistem pembelajaran dewasa ini sangat menekankan pada pendayagunaan asas keaktifan (aktivitas) dalam proses belajar dan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Pelaksanaan pembelajaran guru berdasarkan hasil penelitian selalu meningkat pada siklus I adalah 73,3% dan siklus II adalah 93,3%, terjadi peningkatan sebesar 20%

dengan kreteria sangat baik.

Model yang digunakan dalam pembelajaran ini bukan hanya penguasaan secara kognitif atau pengetahuan, tapi juga melibatkan keterampilan dan emosional. Hal ini sejalan dengan pendapatnya Paul D. Dierich bahwa kegiatan belajar itu melibatkan beberapa aktivitas seperti visual, oral, listening, writing, drawing, motor dan mental (Sardiman, 2006).

Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan penelitian yang dilakukan melalui pelaksanaan penelitian tindakan kelas dapat disimpulkan bahwa penerepan model Think Pair Share dalam pembelajaran ternyata berhasil. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar pada siklus II ketuntasan secara klasikal adalah 90%, aktivitas siswa pada siklus II 93% dengan kreteria “Sangat Aktif”dan pelaksanaan pembelajaran pada siklus II memperoleh skor 93,3% dengan kreteria “sangat baik”.

Karena dengan model Think Pair Share ini mampu meningkatkan hasil belajar, aktivitas siswa, maka di sarankan kepada guru-guru untuk mencoba menerapkan model ini pada mata pelajarannya, tentu saja di sesuaikan dengan tema atau materi.

References

Arends, A. (1997). Model-Model Pembelajaran Inovatif berorientasi Konstuktivitis,. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher

Arikunto, S. (1990). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta

Arikunto, S. (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara

Arikunto, S. (2010). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara

Azan, K. (2013). Tantangan Pendidikan di Era Globalisasi http://.kompasiana.com./khairulazan130320/59dc880e3 f8b43be42512e2/tantangan-pendidikan-di-era- globalisasi (diakses 02 Januari 2020)

Afriani, I. (2009). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: CV Pustaka Setia.

Dalle, J. (2010). Metodologi umum penyelidikan reka bentuk bertokok penilaian dalaman dan luaran: Kajian kes sistem pendaftaran siswa Indonesia. Thesis PhD Universiti Utara Malaysia.

Landriany, E. (2014). Implementasi kebijakan adiwiyata dalam upaya mewujudkan pendidikan lingkungan hidup di SMA kota malang. Jurnal Kebijakan dan Pengembangan Pendidikan, 2, 82-88.

Monalisa. (2013). Program Adiwiyata dalam pengelolaan Lingkungan Sekolah di SMPN 24 Padang. Skripsi.

Universitas Negeri Padang.

Rahmawati, I. dan M. Suwanda. (2015). Upaya pembentukan perilaku peduli lingkungan siswa.

Soerjani, M. et al. (2007). Lingkungan hidup (the living environment). Jakarta: IPPL.

Sudarwati, T. M. (2012). Implementasi kebijakan pendidikan lingkungan hidup sekolah.

Dimyati dan Mudijono, (2006). Belajar dan Pembelajaran.

Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Hamalik, O. (2009). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta:Bumi Aksara

Hamalik, O. (2011). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta:Bumi Aksara

Musfiqon, M. (2016). Gaya Mengajar. Sidoarjo: Nizamia Learning Center

Ngalim Purwanto, M. (2011). Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya

(6)

Remaja Rosdakarya

Ruhimat, T. (2015). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Sardiman. A. M. (2006). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.

Jakarta: Rajawali Press

Sardiman. A. M. (2014). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.

Jakarta: Rajawali Press

Sisdiknas. (2012). Undang-udang R.I. Nomor 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS & Peraturan Pemerintahan R.I. Tahun 2010 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan Serta Wajib Belajar. Bandung: Citra Umbara.

Slameto. (2013). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Winkel, W.S. (1991). Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT. Grasindo Wiriaatmadja, R. (2007). Metode Penelitian Tindakan Kelas. PPS

UPI dan Remaja Rosdakarya; Bandung

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan Rintisan Rumah Pintar dilakukan dalam bentuk penataan kelembagaan, peningkatan sarana dan prasarana, pembelajaran dan/atau pelatihan, serta pendampingan. Kegiatan yang

Aplikasi yang dibangun pada artikel ini dapat membantu pengguna mencari informasi alam tanpa harus melakukan pencocokan dengan kata kunci pencarian. 5.2

Analisis secara bersamaan keberadaan satu faktor dengan faktor yang lainnya (simultan) mendapatkan tingkat pendapatan, pekerjaan, vantilasi hunian, kepadatan hunian, pencahayaan,

Sebagai contoh, untuk suatu spesialisasi mesin komisi terjadi: Untuk menyingkat siswa berelaksasi cepat persis sama benar bentuk wujud di mana telah mencapai generalisasi tetapi

Guru dituntut tidak hanya mengetahui teori-teori tentang demokrasi dan menciptakan pembelajaran hanya sebagai sebuah transfer ilmu pengetahuan saja, tetapi

Sebaliknya, pada perlakuan DNA yang dipapari 10 µl ekstrak asap rokok dan sinar ultraviolet sela ma 4 jam dan DNA yang dipapari ekstrak asap rokok, β -

Demikian surat tugas ini dibuat untuk dilaksanakan sebagaimana mestinya, setelah melaksanakan tugas diharap melapor ke atasan langsung. Rancabungur, 30 Agustus

[r]