PENINGKATAN KEMAMPUAN MERINGKAS WACANA DENGAN TEKNIK
RUMUS 4P (PANTAU, PANGKAS, PADUKAN, PANGGIL)
DI SD NEGERI 060814 MEDAN
TAHUN 2012/2013
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Pada Program Studi Pendidikan Dasar
Oleh :
AMIN BASRI NIM: 8116182002
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
i
PENINGKATAN KEMAMPUAN MERINGKAS WACANA DENGAN TEKNIK
RUMUS 4P (PANTAU, PANGKAS, PADUKAN, PANGGIL)
DI SD NEGERI 060814 MEDAN
TAHUN 2012/2013
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Pada Program Studi Pendidikan Dasar
Oleh :
AMIN BASRI NIM: 8116182002
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
i
BSTRAK
Amin Basri, 8116182002, Peningkatan Kemampuan Meringkas Wacana Dengan Teknik
Rumus 4P (Pantau, Pangkas, Padukan, Panggil) di SD Negeri 060814 Medan.
Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan meringkas wacana menggunakan teknik rumus 4P di kelas V SD Negeri 060814 Medan.
Pelaksanaan pembelajaran dilakukan selama 2 siklus, yang tiap siklus terdiri dari 6 (enam) kali pertemuan dengan waktu 2 x 35 menit. Setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu : perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Subyek dari penelitian ini adalah siswa kelas V SD negri 060814 Medan yang berjumlah 32 orang siswa. Instrumen yang digunakan adalah 1) tes meringkas wacana pembelajaran untuk hasil belajar, 2) wawancara untuk memperoleh tanggapan guru dan siswa tentang teknik pembelajaran meringkas yang diterapkan, dan 3) observasi dilakukan pada setiap tindakan untuk memperoleh data tentang aktifitas guru dan siswa yang berkembang selama pembelajaran berlangsung. Pengolahan data dilakukan dengan analisi deskriptif.
ABSTRACT
Amin Basri, 8116182002, Discourse Summarizing Upgrades With Formulas Engineering 4P
(Monitor, Trim, Pair, Call) 060814 In SD Country Medan.
Classroom Action Research was conducted in an attempt to discover whether the application of discourse summarizing learning techniques 4P formula learn can improve student outcomes. The subjects were thirty-two students of class V and assisted by 1 person observer.
Data collected by: 1) summarizes the test results of the discourse of learning to learn, 2) interviews to obtain feedback about the teachers and students summarize learning techniques are applied, and 3) observations made on any action to obtain data on teacher and student activities that develop during learning takes place. Data processing is done by descriptive analysis.
The results showed: 1) learning in the first cycle of the process and the results have not shown improvement in outcome measures learn with an average of (73.34%) which has not been established researchers achieve 80% of the number of students, 2) in the second cycle based learning process and results learn summarizing discourse with the average value (82.84%) in cycle two learning has reached a satisfactory value with the result that 80% of the researchers determined the number of students.
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmatNya sehingga penulis mampu menyelesaikan tesis ini dengan baik. Tesis ini disusun untuk memenuhi Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada Progran Studi Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan tahun 2013 yang berjudul “Peningkatan
Kemampuan Meringkas Wacana Dengan Teknik Rumus 4P (Pantau, Pangkas, Padukan, Panggil) di SD Negeri 060814 Medan Tahun 2012/2013”.
Penulisan tesis ini dapat diselesaikan berkat bantuan moral maupun material dari banyak pihak yang tidak disebutkan satu persatu. Tidak ada kata yang paling indah untuk diucapkan selain terimakasih yang sedalam dalamnya penulis haturkan kepada mereka yang telah meringankan beban dan membukakan pikiran selama penulisan tesis ini. Semoga Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang memberikan rahmat dan hidayahNya kepada mereka yang telah membantu penulis.
Terimakasih penulis sampaikan kepada Bapak Dr. Abdurahman Adisaputera, M. Hum selaku dosen pembimbing I dan Dr. Evi Evianti, M. Pd, sebagai dosen pembimbing II yang telah mengorbankan pikiran dan waktu dalam memberikan bimbingan penulisan tesis ini. Terimakasih juga kepada Bapak Prof. Dr. Khairil Ansari, M. Pd., Bapak Dr. Deny Setiawan, M.Si., dan Ibu Dr. Sri Minda Murni, M.S. Selaku narasumber sekaligus dosen penguji yang telah banyak memberikan masukan dalam kesempurnaan tesis ini. Demikian juga penulis menucapkan terimakasih kepada:
2. Bapak Prof. Dr. Abdul Muin Sibuea, M. Pd selaku Direktur PPs Universitas Negeri Medan, yang telah membantu dan memberikan izin penelitian dalam menyelesaikan tesis ini.
3. Bapak Dr. Deny Setiawan, M. Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan Dasar dan Ibu Dr. Anita Yus, M. Pd selaku sekretaris Progran Studi Pendidikan Dasar yang telah banyak memberikan masukan demi untuk perbaikan tesis ini.
4. Para Bapak/Ibu Dosen di Progran Studi Pendidikan Dasar Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
5. Hizrah Syahputra Harahap, S. Pd selaku Staf Administrasi Progran Studi Pendidikan Dasar Pascasarjana Universitas Negeri Medan yang telah membantu penulis sejak dalam perkuliahan sampai pada penyelesaian tesis.
6. Ibu Kepala Sekolah Dasar Negeri 060808 Medan yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk mengadakan penelitian tindakan kelas, beserta seluruh staf dan karyawan yang juga membantu penulis dalam melakukan penelitian untuk menyusun tesis ini.
7. Rekan-rekan mahasiswa seperjuangan Progran Studi Pendidikan Dasar Pascasarjana Universitas Negeri Medan yang telah memberikan saran dan masukan sehingga terselesaikannya tesis ini dengan baik.
8. Rasa haru dan hormat yang sedalam-dalamnya penulis sampaikan kepada Ayahanda H. Amir Husin dan Ibunda Hj. Sapariah yang telah memberikan do’a dan dukungan yang tulus kepada saya untuk menyelesaikan program magister tersebut.
v
Harapan penulis semoga tesis ini menjadi bermanfaat bagi kemajuan pendidikan dan peningkatan mutu pendidikan bangsa Indonesia di masa yang akan datang.
Medan, September 2013 Penulis,
DAFTAR ISI
1.2. Identifikasi Masalah 17
1.3. Batasan Masalah 17
1.4. Rumusan Masalah 18
1.5. Tujuan Penelitian 18
1.6. Manfaat Penelitian 18
BAB II KAJIAN PUSTAKA 20
2.1. Kerangka Teoretis 20
2.1.1 Hakikat Meringkas 20
2.1.2 Tujuan dan Ciri-ciri Meringkas 31
2.1.3 Manfaat Membuat Ringkasan 32
2.2 Langkah-langkah Meringkas 33
2.3. Cara Membuat Rangkuman 34
2.4. Kriteria Rangkuman/Ringkasan 37
2.5. Teknik Pembelajaran Meringkas Dengan Rumus 4P 39
2.6. Pengajaran Meringkas dengan Rumus 4P 40
2.7. Keunggulan dan Kelemahan 4P (Pantau, Pangkas, Padukan,
Panggil) 43
2.8. Kerangka Konseptual 47
2.10. Hipotesis Penelitian 50
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 52
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 52
3.2. Subjek Penelitian 52
3.3.Desain Penelitian 52
3.4. Prosedur Penelitian 54
3.5. Analisis Data 56
3.6. Indikator Keberhasilan Tindakan 57
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 61
4.1 Pelaksanaan dan Temuan Penelitian Pada Siklus I 61
vii
4.1.2. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I 62
4.1.3.Proses Kemampuan Meringkas Wacana Menggunakan
Rumus 4P (Pantau, Pangkas, Padukan, Panggil) 65 4.1.4. Hasil Pembelajaran Meringkas dengan Teknik Rumus 4P
(Panatau, Pangkas, Padukan, Panggil) Siklus I 68
4.1.5 Observasi Siklus I 70
1. Observasi Proses Tindakan Pembelajaran 70
2. Observasi Hasil Pembelajaran 72
4.1.6 Hasil Dokumentasi Foto Siklua I 73
4.1.7 Hasil Refleksi Siklus I 74
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II 77
4.2.1. Proses Kemampuan Meringkas Wacana Menggunakan
Rumus 4P (Pantau, Pangkas, Padukan, Panggil) 77 4.2.2 Hasil Pembelajaran Meringkas dengan Teknik Rumus 4P
(Panatau, Pangkas, Padukan, Panggil) Siklus II 80
4.2.3 Observasi Siklus II 80
1. Observasi Proses Tindakan Pembelajaran 80
2. Observasi Hasil Pembelajaran 81
4.2.4. Hasil Dokumentasi Foto Siklus II 82
4.2.5. Hasil Refleksi Siklus II 83
4.3. Pembahasan Hasil Penelitian 84
4.3.1 Proses Pembelajaran Meringkas Wacana Menggunakan
Teknik Rumus 4P (Pantau, Pangkas, Padukan, Panggil) 85 4.3.2 Peningkatan Kemampuan Meringkas Wacana Pembelajaran
DAFTAR TABEL
Hal Tabel 1.2 Keriteria Ketuntasan Minimal Siswa SD Negeri 060808
Medan 14
Tabel 2.1 Langkah-langkah Pembelajaran Guru dan Siswa 45
Tabel 4.1. Hasil Tes Kemampuan Awal Siswa 62
Tabel. 4.2 Daftar Hasil Meringkas Wacana pada Tes Kemampuan
Awal 63
Tabel 4.3. Hasil Kemampuan Meringkas Wacana Siklus I 65 Tabel. 4.4 Daftar Hasil Meringkas Wacana pada Siklus I 67 Tabel 4.5. Hasil Tes Kemampuan Meringkas Wacana Siklus II 77 Tabel 4.6 Daftar Hasil Meringkas Wacana pada Siklus II 78 Tabel 4.5 Perbandingan Skor Rata-rata Pretes, siklus I dan siklus II
Peningkatan Kemampuan Meringkas Wacana Pembelajaran
ix
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 3.1. Alur PTK Menurut Kemmis dan Tanggart 53
Gambar 4.1 Tingkat Kemampuan Meringkas Wacana Siswa dengan
Teknik Rumus 4P Pada Siklus I 68
Gambar 4.2. Proses Pembelajaran Meringkas Wacana pada Siklus I 73 Gambar 4.3 Tingkat Kemampuan Meringkas Wacana Siswa dengan
Teknik Rumus 4P Pada Siklus II 79
Gambar 4.4. Proses Pembelajaran Meringkas Wacana pada Siklus II 82 Gambar 4.5 Perbandingan Tingkat Kemampuan Meringkas Wacana
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Nilai Pretes Meringkas Wacana Pembelajaran Lampiran 2 Nilai Pretes Kemampuan Meringkas Wacana Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II Lampiran 5 Silabus Kelas 5 SD
Lampiran 6 Tes Meringkas Wacana Siklus I Lampiran 7 Tes Meringkas Wacana Siklus II
Lampiran 8 Nilai Kemampuan Meringkas Wacana Siklus I Lampiran 9 Nilai Kemampuan Meringkas Wacana Siklus II Lampiran 10 Lembar Observasi Guru
Lampiran 11 Hasil Observasi Siswa
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Keterampilan meringkas tidak bisa tercipta sendiri begitu saja tanpa melalui proses. Keterampilan ini tumbuh dan berkembang akibat adanya proses yang berulang. Makin sering seseorang berlatih merangkum dan kualitas rangkumannya pun akan lebih baik.
Kompetensi kemampuan meringkas wacana merupakan kemampuan yang harus dikuasai oleh siswa. Oleh sebab itu, konsep wacana sangat penting dipahami siswa. Tingkat pemahaman yang tinggi terhadap wacana bacaan dapat meningkatkan daya kritis siswa yang tinggi
Kompetensi meringkas wacana termasuk kegiatan menulis, dimana kegiatan meringkas merupakan mengambil kata-kata kunci dari setiap bacaan dan yang sepuluh halaman bisa jadi diringkas tiga halaman, sedangkan meringkas hasil dari penyaringan isi tulisan wacana dengan kata-kata sendiri. Salah satu keterampilan yang diutaran di atas merupakan keterampilan merangkum wacana merupakan bahasa yang paling lengkap, memiliki kesatuan yang utuh, berkesinambungan, tersusun, dan teratur baik secara lisan maupun tulisan.
2
kemampuan siswa dalam meringkas wacana merupakan pertsiswa yang tidak baik dalam pembelajaran. Terlebih dalam proses belajar meringkas wacana dalam meningkatkan perkembangan intelektual siswa. Dampaknya, siswa tidak dapat menyalurkan bakat dan keterampilannya dalam meringkas wacana dengan baik, bahkan membuat minat siswa berkurang untuk mempelajari wacana. Padahal pembelajaran meringkas wacana seharusnya dilaksanakan secara kreatif agar dapat memacu siswa untuk terampil dalam berkreatifitas. Hal ini menyebabkan tidak tercapainya standar kompetensi kemampuan meringkas wacana dengan kata lain tingkat berpikir kreatifitas siswa dalam merangkum wacana pembelajaran masih rendah.
Permasalahan yang dialami siswa dalam meringkas wacana belum dapat teratasi. Penggunaan metode ceramah dan tanya jawab yang dominan cenderung mengondisikan pembelajaran wacana bersifat teoretis. Akan tetapi, pengajaran meringkas ini tenyata tidak terlepas dari faktor minat siswa terhadap sebuah wacana. Oleh karenanya, kemampuan meringkas wacana bukan kemampuan yang mudah dan dapat diwariskan begitu saja melainkan hasil dari proses belajar dan berlatih. Dalam hal ini guru merupakan salah seorang yang berperan dalam menggali dan meningkatkan kualitas kemampuan meringkas para siswa.
3
Adapun teks wacana yang akan diringkas dan akan mengrmbangkan ringkasn siswa seperti berikut:
Contoh prodak dan produk yang akan dihasilksn oleh siswa dalam meringkas teks wacana yang diberikan guru.
PRODAK MERINGKAS WACANA PRODUK YANG DIHASILKAN MERINGKAS WACANA mampu menyaingi besarnya gajah. Saat ini, gajah terdapat di Afrika, India, Sri Lanka, dan daerah-daerah di sekitar Asia.
Gajah adalah hewan tinggi yang bertubuh dan berkepala besar. Kepalanya memiliki dua ciri khas, yakni belalai yang panjang dan gading. Belalai tidak lain adalah moncong dan bibir atas yang memanjang. Gadingnya merupakan gigi khusus yang memanjang dan digunakan sebagai senjata atau alat penggali.
Belalai gajah adalah organ yang berotot kuat. Belalai ini berfungsi memegang benda. Selain itu, belalai berguna untuk mengisap air. Walaupun demikian, belalai itu sebenarnya tidak digunakan untuk minum. Mula-mula, air diisap dengan belalainya, kemudian disemprotkan ke dalam mulut gajah.
Belalai gajah juga berguna untuk
Gajah hewan
Terbesar di dunia
Gajah adalah hewan darat terbesar yang masih ada sampai saat ini. Di antara semua hewan hanya ikan paus, yang mampu menyaingi besarnya gajah. . Kepalanya memiliki dua ciri khas, yakni belalai yang panjang dan gading. Gajah adalah hewan yang memiliki tubuh besar dan panjang tubuh gajah Asia bila diukur dari belalai, kepala sampai pangkal ekor sekitar 550 cm s.d 640 cm dan beratnya mencapai 2 ton s.d 3 ton.
Gajah ini bisa hidup sampai 70 tahun. Karena badannya yang cukup besar, hewan ini juga mempunyai otak yang besar pula dan lebih cerdas dari hewan mamalia lainnya. Masa kehamilan gajah betina yang sangat panjang ini hanya menghasilkan 1 anak saja dan berat anak itu biasanya 90 kg.
Habitat Gajah Sumatera
4
memasukkan makanan ke mulut. Dengan menggunakan organ ini, gajah dapat leluasa memakan tanaman yang ada di tanah atau ranting-ranting dan cabangcabang lunak dari bagian atas pohon. Kadang-kadang, ranting pohon itu demikian tinggi sehingga sulit dijangkau dengan belalai. Oleh karena itu, gajah sering mengatasi masalah itu dengan cara merobohkan pohon dengan kepalanya.
Ketika melawati daerah ber hutan, gajah melindungi penunggangnya dari ranting dan cabang pohon yang merintangi perjalanan. Selain itu, gajah dapat digunakan untuk mengangkut batang pohon atau balok kayu yang besar.
Ciri-ciri Gajah Sumatera
Gajah adalah hewan yang memiliki tubuh besar dan panjang tubuh gajah Asia bila diukur dari belalai, kepala sampai pangkal ekor sekitar 550 cm s.d 640 cm. Panjang ekornya mencapai 120 cm s.d 150 cm, tinggi badannya diukur dari bahu ke bawah antara 250 cm s.d 300 cm dan beratnya mencapai 2 ton s.d 3 ton. Panjang gading maksimum 175 cm dengan berat mencapai 41 kg. Ukuran telapak kaki dengan lebar kaki betina sekitar 35 cm dan kaki jantannya mencapai 45 cm. Gajah adalah hewan liar yang termasuk cerdas dimana beberapa pola tingkah lakunya
dalam 1 habitat karena wilayah jelajah yang luas jadi bisa berpindah-pindah, berikut eberapa habitat gajah ini yaitu:
Di hutan rawa seperti padang rumput, rawa primer, rawa sekunder yang dipenuhi oleh Gluta Renghas, Campenosperma auriculata, C. Macrophylla, Alstonia Spp, dan Eugenia spp gajah bisa hidup disana.
Di hutan rawa gambut yang mempunyai jenis vegetasi seperti Gonystilus Bancanus, Dyera Costulana, Licuala spinosa, Shorea spp, Alstonia Spp, dan Eugenia spp. Gajah ini pun bisa hidup disini danpun bisa hidup di hutan daratan rendah yang berada di ketinggian 0-750 m di atas permukaan laut. Gajah ini pun bisa hidup di hutan hujan pegunungan rendah yang berada pada ketinggian 750 sampai 1500 meter di atas permukaan laut. Vegetasi dominan yang ada di hutan ini adalah altingia excelsa,
Dipterocarpus spp, Shorea spp, Quercus spp, dan Castanopsis spp.
Perilaku Gajah Sumatera
Gajah ini ternyata mempunyai beberapa perilaku sosial dan pribadi. Perilaku sosial yang dimiliki gajah
5
memperlihatkan kemampuan untuk menyampaikan perasaan dan keinginannya bahkan bisa berusaha memberikan informasi pada sesamanya.
Gajah ini mempunyai bentuk badan yang gemuk juga lebar dan mempunyai rambut. Sera memiliki ketebalan kulit setebal 2 sampai 4 cm. Walaupun cukup tebal, tetapi kulit gajah ini sensitif. Belalai yang terdapat pada semua gajah termasuk gajah Sumatera mempunyai 40.000 otot yang merupakan perpanjangan hidung dan bibir atasnya.
Belalai gajah bisa difungsikan untuk mendapatkan makanan dan air. Bentuk kepala gajah ini membundar dengan sepasang mata kecil dan kupingnya yang besar dan lebar untuk mengatur suhu tubuhnya. Gajah juga mempunyai kelenjar minyak yang terdapat di lubang kecil diantara mata dan telinganya.
Kelenjar minyak ini akan dikeluarkan gajah jantan dewasa jika mereka dalam keadaan musth. Kaki-kaki yang terdapat pada gajah ini berfungsi dengan baik. Kaki depannya berfungsi sebagai tiang penunjang tubuh sedangkan kaki belakangnya berfungsi sebagai pendorong tubuh saat bergerak.
Gajah ini bisa hidup sampai 70 tahun. Karena badannya yang cukup besar, hewan ini juga mempunyai otak yang besar
yang melakukan hidup berkelompok ini bertujuan untuk melindungi anggota
kelompoknya. Jumlah satu kelompok gajah terbilang cukup besar yaitu 20-35 ekor.
6 jantan reproduksi bisa dimulai sejak umur 12-15 tahun. Masa reproduksi gajah betina yaitu 4 tahun sekali.
Masa kehamilan gajah betina yang sangat panjang ini hanya menghasilkan 1 anak saja dan berat anak itu biasanya 90 kg. Jadi hail melahirkan gajah hampir sama seperti manusia yang menghasilkan kebanyakan 1 anak. Anak gajah ini akan menyusui selam 2 tahun pada induknya. Hal ini sama seperti anak bayi yang diusahakan menyusui pada ibunya selama 2 tahun. Anak gajah ini pun akan hidup dalam pengasuhan selama 3 tahun.
7
Habitat Gajah Sumatera
Sekitar 83% gajah ini biasanya tinggal di hutan atau perkebunan. Bisanya gajah ini bisa melakukan perambahan pada perkebunannya. Jadi gajah tidak terpaku dalam 1 habitat karena wilayah jelajah yang luas jadi bisa berpindah-pindah, berikut eberapa habitat gajah ini yaitu:
Di hutan rawa seperti padang rumput, rawa primer, rawa sekunder yang dipenuhi oleh Gluta Renghas, Campenosperma auriculata, C. Macrophylla, Alstonia Spp, dan Eugenia spp gajah bisa hidup disana.
8
spp, Shorea spp, Quercus spp, dan Castanopsis spp.
Perilaku Gajah Sumatera
Gajah ini ternyata mempunyai beberapa perilaku sosial dan pribadi. Perilaku sosial yang dimiliki gajah
Sumatera adalah hidup berkelompok. Gajah yang melakukan hidup berkelompok ini bertujuan untuk melindungi anggota kelompoknya. Jumlah satu kelompok gajah terbilang cukup besar yaitu 20-35 ekor.
Terbayang jika gajah sudah berkelompok dan berlari, pastinya tanah akan bergemuruh. Jika biasanya kelompok itu dipimpin oleh hewan jantan, tetapi ketua kelompok gajah adalah gajah betina yang paling besar. Sedangkan gajah jantannya hanya dia untuk periode kawin berikutnya dengan betina-betina lain yang ada di kelompoknya.
Untuk gajah Sumatera yang sudah tua, mereka tidak akan ikut berkelompok dengan gajah lain karena sudah tidak mampu bergerak. Sedangkan para gajah betina yang sudah beranjak dewasa harus meninggalkan kelompoknya untuk bergabung dengan kelompok jantan untuk kawin.
9
tahun perjalanan. Dalam 1 malam, gajah bisa berpetualang sampai 7 km, tetapi jika pada musim kering atau musim buah kelompok gajah ini bisa menjelajah sampai 15 km jauhnya.
Dalam hal mencari makan, gajah ini adalah hewan yang aktif. Mereka bisa mencari makan dari 2 jam sebelum petang sampai 2 jam sebelum fajar. Cara mencari makan gajah dilakukan pada malam hari selama 16 sampai 18 jam setiap harinya. Gajah pun selalu minum menggunakan mulutnya. Jika gajah minum dari rawa atu sungai rendah, dia bisa mempergunakan belalainya dengan mencapai 9 liter air sekali hisap.
Gajah ini pun senang berkubang di dalam lumpur di kala pagi dan sore. Hal ini dilakukan ketika mereka sedang mengambil minum. Selain untuk mendinginkan tubuhnya, cara berkubang gajah dilakukan untuk melindungi kulit dari gigitan serangga ektoparasit.
Gajah juga suka menjilat-jilat benda apapun yang mengandung garam dengan belalainya. Anehnya, gajah juga suka membuat tubuhnya luka sampai berdarah agar lukanya bisa dijilati karena di dalam lukanya mengandung garam.
10
tidur gajah juga sama seperti manusia loh. Gajah sering merebahkan diri ke samping tubuhnya ketika tidur di malam hari. Bantalnya yang terbuat dari kumpulan rumput bisa membuat tidurnya nyenyak.
Gajah pun ternyata sama seperti manusia, jika dia kelelahan dia kan medengkur dengan keras. Percaya atau tidak, gajah ternyata akan tidur berdiri di bawah pohon yang rindang. Menakjubkan sekali. Hal ini dilakukan karena siang hari menjaga kondisi keamanan lingkungan. Jadi, jika ada hal-hal yang tidak akan gajah bisa cepat berlari tanpa harus bangun dari tidur.
Prodak yang dibuat oleh guru akan menghasilkan produk yang diciptakan oleh siswa itu sendiri dengan menggunakan teknik meringkas dengan rumus 4P, dimana dalam produk yang diberikan siswa belum bisa melakukan meringkas secara sempur na dimana siswa tidak mengerti bagai mana cara meringkas yang baik.
11
mengenai pada tujuan pembelajaran yang diharapkan. Pada umumnya guru masih sering menggunakan metode konvensional dalam proses belajar mengajar.
Teknik pembelajaran yang tepat tentunya merupakan hal yang esensial untuk diperhatikan oleh guru sebagai pendidik, karena dengan adanya teknik pembelajaran, proses belajar mengajar akan lebih berjalan lancar dan menarik. Berdasarkan rendahnya hasil belajar siswa dalam meringkas wacana seperti yang dijelaskan di atas peneliti akan menggunakan salah satu teknik pembelajaran yang lebih efektif yaitu teknik pembelajaran yang mampu meningkatkan dan mengembangkan keterampilan siswa dalam meringkas wacana. Dalam hal ini proses pembelajaran dapat dilakukan dengan menggunakan teknik pembelajaran meringkas efektif dengan rumus 4P yaitu proses penambahan rincian sehingga informasi yang baru akan menjadi lebih bermakna. Teknik meringkas efektif dengan rumus 4P menyatakan bahwa suatu cara yang efektif untuk menyajikan suatu karangan yang panjang dalam bentuk yang singkat, walaupun bentuknya ringkas namun ringkasan itu tetap mempertahankan pikiran pengarang dan pendekatannya yang asli.
12
Padukan, Panggil). Dan untuk memahami wacana eksposisi diperlukan proses berpikir.
Teknik pembelajaran meringkas efektif dengan rumus 4P yaitu pantau, pangkas, padukan, panggil. Pantau adalah membuat tinjauan yang menyeluruh dari materi bacaan. Pangkas adalah mencari dan memilih kata-kata kunci atau memotong yang terpenting dari yang dibaca. Padukan adalah menggabungkan kata kunci dan membuat pemetaan pikiran lalu tempelkan ringkasan atau letakkan ditempat khusus yang mudah dilihat atau dibawa kemana-mana. Panggil adalah menguji ulang kembali kemampuan mengingat dan cek seberapa banyak yang bisa di ingat dengan baik.
Konsep kemampuan meringkas wacana merupakan konsep yang harus dikuasai oleh siswa, sebab wacana sangat penting dipahami siswa. Rendahnya minat siswa, boleh jadi disebabkan kurang menariknya cara pengajaran merangkum. Siswa juga memiliki daya kritis yang rendah karena pemahaman terhadap sebuah wacana juga rendah.
13
kemana-mana, panggil disini siswa menguji kembali apa yang benar-benar diingatnya.
Keterampilan ini tumbuh dan berkembang akibat adanya proses yang berulang. Makin sering seseorang berlatih meringkas dan kualitas rangkumannya pun akan lebih baik. Salah satu keterampilan sebagaimana yang diutarakan di atas adalah kemampuan meringkas wacana. Abdul Rozak (2007:66) Mengatakan Wacana adalah satuan bahasa yang paling lengkap yang memiliki kesatuan yang utuh, berkesinambungan, tersusun, teratur baik secara lisan maupun tulisan.
Pembelajaran meringkas dapat membawa siswa ke dalam proses berpikir kreatif. Hal ini dapat dijadikan sarana yang tepat untuk melatih keterampilan siswa terhadap masalah-masalah dalam meringkas sebuah wacana. Kegiatan ini dapat menumbuhkembangkan minat siswa untuk meringkas sebuah wacana, siswa yang responsif terhadap hal-hal yang ada dalam kehidupan mereka.
Kurangnya kemampuan siswa dalam meringkas sebuah wacana bacaan yang merupakan pertsiswa yang tidak baik dalam pembelajaran. Terlebih dalam proses belajar meringkas dalam meningkatkan perkembangan intelektual dan berpikir siswa. Dampaknya, siswa tidak dapat menyalurkan bakat dan keterampilannya dalam meringkas wacana bacaan dengan baik, bahkan membuat minat siswa berkurang dalam meringkas wacana.
14
nasional terdapat 20% atau 7 siswa yang tuntas dari 35 siswa dan yang belum mencapai nilai ujian nasional 80% atau 28 siswa belum tuntas.
Tabel 1.2 Keriteria Ketuntasan Minimal Siswa SD Negeri 060814 Medan
Kriteria Ketuntasan Nilai % KKM
65 - 70 2 6,5
70 - 75 3 6,5
75 - 80 1 6,5
80 - 85 1 6,5
85 - 90 0 6,5
95 - 100 0 6,5
Jumlah 7 6,5
(Hasil wawancara dengan guru kelas V SD)
Dari hasil observasi pembelajaran meringkas siswa SD kurang memahami bacaan yang dibuat. Demikian juga yang dialami oleh siswa kelas V SD Negeri No. 060814 Medan dalam memahami bacaan dan meringkas wacana yang masih mengalami kegagalan. Berdasarkan hasil penilaian yang dilakukan setiap akhir proses pembelajaran dengan nilai KKM adalah 6,5 hanya 20% (7 siswa) dari 35 siswa yang dinilai sudah terampil memahami dan meringkas wacana sehinggga belum tercapailah nilai stsiswar yang diingingkan untuk mencapai kurikulum yang telah ditentukan pada pembelajaran.
Hal ini tidak terlepas dari berbagai faktor dalam proses pembelajaan Bahasa Indonesia yang dinilai belum memuaskan. Salah satu yang dimaksud adalah metode yang digunakan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia masih belum sesuai.
15
kata lain tingkat berpikir kreatifitas siswa dalam meringkas wacana bacaan masih rendah. Oleh karenanya, kemampuan meringkas wacana bukan kemampuan yang mudah dan dapat diwariskan begitu saja melainkan hasil dari proses belajar dan berlatih. Dalam hal ini guru sangat berperan dalam menggali dan meningkatkan kualitas kemampuan meringkas para siswa.
Dalam pencapaian tujuan pembelajaran, salah satu yang tidak kalah penting adalah memilih teknik pembelajaran yang baik, mengikutsertakan siswa dalam proses belajar mengajar dengan kata lain siswa harus terlibat aktif dalam proses belajar mengajar. Dengan adanya teknik pembelajaran, siswa akan lebih mudah dan efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran dan guru juga harus memiliki strategi agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien pada tujuan pembelajaran yang diharapkan. Pada umumnya guru mengajar masih sering menggunakan metode ceramah dalam proses belajar mengajar.
Proses pembelajaran yang dilakukan guru mengajar di kelas masih menggunakan model ceramah, sehingga siswa menjadi jenuh dan tidak bersemangat mengikuti pembelajaran. Terbukti bahwa selama proses belajar berlangsung terdapat hasil 20% atau 7 dari 35 siswa yang dapat mengikuti pembelajaran dengan baik, dan yang belum bisa mengikuti pelajaran terdapat hasil 80% atau 28 siswa yang belum mampu mengikuti pembelajaran, akibatnya siswa belum bisa meringkas sebuah wacana dengan baik.
16
dijelaskan di atas, peneliti mengembangkan salah satu teknik pembelajaran yang lebih efektif yaitu teknik pembelajaran yang dapat meningkatkan dan mengembangkan keterampilan siswa dalam meringkas wacana pembelajaran.
Proses pembelajaran meringkas wacana yang efektif dapat dilakukan dengan menerapkan teknik meringkas dengan rumus 4P (Pantau, Pangkas, Padukan, Panggil) model 4P adalah proses penambahan rincian sehingga informasi yang baru akan menjadi lebih bermakna. Teknik meringkas dengan rumus 4P suatu cara yang efektif untuk menyajikan suatu karangan yang panjang dalam bentuk yang singkat, walaupun bentuknya ringkas namun ringkasan itu tetap mempertahankan pikiran pengarang dan pendekatannya yang asli.
Yanti (2010:5) menjelaskan teknik pembelajaran meringkas dengan rumus 4P yaitu pantau, pangkas, padukan, panggil. Pantau adalah membuat tinjauan yang menyeluruh dari materi bacaan. Pangkas adalah mencari dan memilih kata-kata kunci atau memotong yang terpenting dari yang dibaca. Padukan adalah menggabungkan kata kunci dan membuat pemetaan pikiran lalu tempelkan ringkasan atau letakkan ditempat khusus yang mudah dilihat atau dibawa kemana-mana. Panggil adalah menguji ulang kembali kemampuan mengingat dan cek seberapa banyak yang bisa di ingat dengan baik.
Olivia (2009:7) mengatakan bahwa, “ Meringkas dengan teknik 4P adalah
17
detail-detail, ilustrasi-ilustrasi, hal-hal yang spesifik atau digeneralisasikan atau diabstrakkan.
Dengan menggunakan teknik meringkas dengan rumus 4P diharapkan para siswa dapat lebih cepat memahami bagaimana meringkas suatu wacana dengan mengambil intisari dari wacana tersebut dan tidak merubah isi dari wacana yang aslinya.
1.2. Identifikasi Masalah
Bedasarkan latar belakang dan permasalahan dalam meringkas wacana identik dengan rumus 4P di sekolah, khususnya sekolah dasar, antara lain (1) kebutuhan kemampuan siswa dalam meringkas wacana pembelajaran bagi siswa, (2) kurangnya minat siswa untuk meringkas wacana pembelajaran, (3) kemandirian siswa dalam meringkas wacana bacaan kurang, (4) kurangnya pengetahuan siswa dalam meringkas wacana pembelajaran, (5) kurangnya keterampilan guru dalam memilih teknik meringkas wacana.
1.3. Batasan Masalah
18
1.4. Rumusan Masalah
Berdasakan uraian pembatasan masalah di atas, yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana kemampuan meringkas wacana siswa kelas V SD Negeri No. 060814 Medan dengan menggunakan teknik rumus 4P?
2. Bagaimana peningkatan kemampuan pembelajaran meringkas wacana dengan teknik rumus 4P oleh siswa kelas V SD Negeri No. 060814 Medan ?
1.5. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk (1) Meningkatkan kemampuan meringkas kembali wacana pembelajaran dengan teknik meringkas dengan rumus 4P oleh siswa kelas V SD Negeri No. 060814 Medan (2) Mengetahui kemampuan meringkas wacana dengan rumus 4P tehadap kemampuan meringkas wacana oleh siswa kelas V SD Negeri No. 060814 Medan.
1.6. Manfaat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai inovasi dalam pembelajaran. Ada beberapa manfaat yang diharapkan melalui penelitian ini untuk:
1. Gambaran bagi peneliti dan bahan informasi untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam meringkas wacana
2. Dapat membantu penulis dalam melaksanakan tugas sebagai seorang tenaga pendidik di waktu yang akan datang
19
90
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan pelaksanaan dan hasil temuan penelitian analisi data, dapat
disimpulkan bahwa:
1. Kemampauan meringkas wacana pembelajara menggunakan teknik rumus 4P (Pantau, Pangkas, Padukan, Panggil) dapat meningkatkan kemampuan meringkas wacana pembelajaran. Hal ini dapat diketahui dari nilai rata-rata kemampuan meringkas wacana pembelajaran pada siklus I adalah 73,34 meningkat menjadi 82,84 pada siklus II. Secara klasikal tingkat kemampuan meringkas wacana pembelajaran pada siklus I 22 orang siswa (73, 43%) meningkat menjadi 29 orang siswa (91%) dari 32 orang siswa yang mengikuti pembelajaran. Dengan menggunakan teknik meringkas dengan rumus 4P, guru lebih muda menjelaskan dan mengarahkan siswa tentang bagaimana cara meringkas wacana yang baik dan benar terhadap proses pembelajaran meringkas.
2. Penerapan pembelajaran teknik rumus 4P (Pantau, Pangkas, Padukan, Panggil) dapat meningkatkan proses pembelajaran. Hal ini dapat dilihat pada setiap aspek penilaian proses pembelajaran dengan nilai yang telah ditetapkan pada KKM 65. Dengan nilai rata-rata keseluruhan telah mencapai > 65 dari nilai KKM dan telah mencapai nilai indikator yang telah ditetapkan 80. Melalui pembelajarana meringkas dengan teknik rumus 4P sangat menarik dan menyenangkan bagi siswa sehingga dapat memotivasi dalam membuat ringkasan.
91
5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan di atas, dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut:
1. Kemampuan meringkas wacana pembelajaran, hasil belajara, dan respon siswa selama pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan teknik rumus 4P (Pantau, Pangkas, Padukan, Panggil) pada materi pokok bahasan wacana pembelajaran untuk mengetahui kata ejaan, kata baca, kesatuan kalimat, kesesuaian antar judul dan rangkuman, ilustrasi, dan fakta dalam wacana pembelajaran, mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Untuk itu pembelajaran dengan menggunakan teknik rumus 4P (Pantau, Pangkas, Padukan, Panggil) ini dapt digunakan sebagai alternatif lain dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.
92
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta, Rineka Cipta.
Ampera, Taufik, 2010. Pengajaran Sastera. Bandung.Widya Padjadjaran.
Darmayanti, Nani. 2006. Tips Meringkas Buku. http://cafemotivasi.com/tips meringkas-buku/Motivasi Belajar.
Depdiknas. 2003. Undangan-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
Tentang Pendidikan Nasiona. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Djuharni 2001. http://tentangndha.blogspot.com/2011/04/pengertian-rangkuman-ringkasan.html
Djuharie, Sehoman, O. dan Suherli. 2001. Panduan Membuat Karya Tulis. Jakarta: Yrama widya
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/05/ringkasan-dan-rangkuman/.diambil pada tanggal 16 April 2013
http://tentangndha.blogspot.com/2011/04/pengertian-rangkuman-ringkasan.html. diambil pada tanggal 16 April 2013
Yanita, Utami. Blogspot.Com/2012/12/Bahasa-Indonesia-2-Bagaimana.Membuat. Html. diambil pada tanggal 16 April 2013
Kunandar, 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Rajawali Pers
2008. Langkah Mudah Pendidikan Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Keraf, Gorys.1994. Eksposisi. Jakarta: PT Grasindo . 1995. Komposisi. Ende Flores: Nusa Indah Lie, Anita. 2000. Cooperative Learning . Jakarta . Balai Pustaka
Marahimin, Ismail. 1993. Menulis Secara Populer. Jakarta: Pustaka Jaya. 1999. Olivia, Femi. 2009. Teknik Meringkas Efektif Dengan Rumus 4P. Jakarta:
Gramedia.
93
Pusat Bahasa, Depdiknas (2001). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Pusat Bahasa, Depdiknas (2003). Pengindonesiaan Kata-kata Asing. Jakarta: Pusat Bahasa
Wormeli,Rick. 2011. Meringkas Mata Pelajaran. Jakarta: Erlangga. . 2011. Meringkas Mata Pelajaran. Jakarta: Erlangga. Widyamartaya, A. 1990. Seni Menuangkan Gagasan. Yogyakarta.
Yanti, Efrina. 2010. Efektivitas teknik pembelajaran meringkas Efektif dengan rumus 4p (pantau, pangkas, Padukan, panggil) terhadap kemampuan merangkum wacana eksposisi oleh Siswa kelas XI MAN Siabu.