PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN
KONSEP MATEMATIKA MATERI HIMPUNAN PADA SISWA KELAS VII MTs SWASTA YAYASAN PERGURUAN
ISLAMIYAH – BATANG KUIS T.A 2012/2013
Oleh : Faisal Roni NIM 071744127059
Program Studi Pendidikan Matematika
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
iv
KATA PENGANTAR
Segala puji hanyalah milik ALLAH SWT yang segala sesuatu ada pada
kuasa-NYA, dan hanya atas rahmat, kehendak, dan karunia-NYA penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Penerapan Model Pembelajaran
Contextual Teaching and Learning (CTL) Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematika Materi Himpunan Pada Siswa Kelas VII MTs Swasta Yayasan Perguruan Islamiyah – Batang Kuis T.A 2012/2013.” Untuk memperoleh gelar sarjana Pendidikan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.
Dalam penyelesaian skripsi ini penulis banyak menerima bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak. Melalui kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar M.Si.,
selaku Rektor Universitas Negeri Medan. Ucapan terima kasih juga disampaikan
kepada Bapak Prof. Drs. Motlan, M.Sc, Ph.D., selaku Dekan Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan. Ucapan
terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Drs. Syafari, M.Pd., sebagai Ketua
Jurusan Matematika Universitas Negeri Medan. Ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Mukhtar, M.Pd., selaku Dosen
Pembimbing Skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran-saran
kepada penulis sejak awal penelitian sampai dengan selesainya penulisan skripsi
ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Drs. Syafari, M.Pd.,
Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si., dan Bapak Mulyono, S.Si, M.Si., selaku Dosen
Penguji yang telah memberikan masukan dan saran-saran dalam penyusunan
skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Ibu Dr. Nugaan Yulia
Wardhani Siregar, M.Psi., selaku Direktur Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Nonformal, dan Informal (PPTK PAUDNI),
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Republik Indonesia.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Ibu Dra. Rokayah, selaku Kepala
Sekolah MTs Swasta Yayasan Perguruan Islamiyah (YPI) – Batang Kuis dan Ibu
v
Teristimewa penulis mengucapkan terima kasih kepada ibunda tercinta
Hj. Norma Pasaribu dan ayahanda tercinta Fahyuril Azian Nasution, serta mertua tercinta ayahanda (Alm) Yunus dan ibunda Kancina yang sudah
memberikan restu, ridho, kasih-sayang dan doa kepada penulis dalam
menyelesaikan studi di UNIMED. Teristimewa juga kepada “belahan jiwaku” istri
tercinta Susiana, S.Si.,M.Si., yang selalu memberikan motivasi dan perhatiannya
untuk penulis, dan anak – anakku tercinta Safinah Annajah Nasution, Shada
Fathimah Nasution, Shada Zainab Nasution dan “si bungsu jagoanku” Musa Husayn Nasution, terima kasih dari ayah untuk kalian semua atas pengertian, semangat dan hiburan-hiburannya.
Tidak lupa penulis juga sangat berterima kasih kepada om Syahfan, etek
Nurhayati Pasaribu, adik-adik tercinta Ita, Irma, Arfan, Fitri, Dinda, dan ipar terbaik yuk Yamti, kang Sutikno, yuk Ponti, yuk Susiasni, yuk aini, Mariana,
dan keponakan Fajar, Panji, Nur, Rian dan Farhan serta semua anggota
keluarga lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas
pengertian dan bantuannya yang sudah diberikan selama ini.
. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada sahabat-sahabat
terbaikku, bang Syufrizal dan bang Chairul, sahabat-sahabat terbaikku dari RPG
2007 dan kelas Eks’07, khususnya Intan, Yudi, Tuti, Dewi, Fitri, Uteh, Shinta,
Pumpe dan teman-teman yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu serta buat teman-teman seangkatan seperjuangan. Terimakasih karena telah banyak
membantu penulis selama perkuliahan sampai menyelesaikan skripsi ini.
Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi
ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan. Untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca demi
kesempurnaan penelitian ini. Kiranya penelitian ini bermanfaat dalam
memperkaya khasanah ilmu pendidikan.
Medan, Juli 2013 Penulis,
Faisal Roni
iii
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN
KONSEP MATEMATIKA MATERI HIMPUNAN PADA SISWA KELAS VII MTs SWASTA YAYASAN PERGURUAN
ISLAMIYAH – BATANG KUIS T.A 2012/2013
Faisal Roni (NIM 071744127059) ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) di kelas VII-1 MTs Swasta Yayasan Perguruan Islamiyah (YPI) – Batang Kuis dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa dalam materi Himpunan di kelas VII-1 MTs Swasta YPI – Batang Kuis Tahun Ajaran 2012/2013.
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action
research). Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII-1 MTs Swasta YPI
– Batang Kuis yang berjumlah 24 orang. Tindakan dilaksanakan dalam dua siklus, masing masing siklus terdiri dari tiga pertemuan. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini berupa lembar observasi pelaksanaan pembelajaran matematika dengan penerapan model
Contextual Teaching and Learning (CTL), angket respons siswa, wawancara
terhadap siswa dan guru, tes tertulis, dan dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran matematika dengan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) melalui tujuh prinsip yang ada didalamnya yakni Constructivism, Questioning, Modelling,
Inquiry, Learning community, Authentic assessment, dan Reflection dapat
meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa. Hal ini ditunjukkan dengan rata-rata nilai siswa kelas VII-1 meningkat dari tes kemampuan awal sebesar 48,5 menjadi 68,33 pada siklus I dan 75,92 pada siklus II. Ketuntasan belajar siswa secara klasikal mencapai 62,5% pada siklus I, kemudian meningkat menjadi 83,33% pada siklus II. Selain itu, persentase nilai setiap indikator pemahaman konsep matematika telah mencapai kriteria tinggi pada akhir siklus II. Peningkatan rata-rata persentase nilai setiap indikator pemahaman konsep matematika dari siklus I ke siklus II yaitu : 1) menyatakan ulang sebuah konsep meningkat sebesar 7,09%; 2) mengklasifikasi objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsepnya meningkat sebesar 6,28 %; 3) memberi contoh dan bukan contoh dari suatu konsep meningkat sebesar 8,85%; 4) menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis meningkat sebesar 8,17%; 5) mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsep meningkat sebesar 6,25%; 6) menggunakan dan memanfaatkan serta memilih prosedur atau operasi tertentu meningkat sebesar 6,25%; 7) mengaplikasikan konsep atau algoritma pada pemecahan masalah meningkat sebesar 6,67%. Berdasarkan angket respons siswa terhadap pembelajaran matematika menggunakan
Contextual Teaching and Learning (CTL), menunjukkan respon sangat baik
vi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9
2.1 Kerangka Teoritis 9
2.1.1 Pembelajaran Matematika 9
2.1.2 Pemahaman Konsep Matematika 11
2.1.3 Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 14
2.2. Materi Pokok : Himpunan 21
2.2.1. Pengertian Himpunan 21
2.2.2 Notasi dan Anggota Himpunan 21
2.2.3 Menyatakan suatu Himpunan 22
2.2.4 Himpunan Kosong dan Himpunan Semesta 23
2.2.5 Diagram Venn 23
2.2.6 Himpunan Bagian 24
2.2.7 Hubungan Antar Himpunan 26
2.2.8 Operasi Himpunan 28
2.2.9 Menggunakan kopsep himpunan dalam pemecahan masalah 31
2.3 Kerangka Konseptual 32
2.4 Hipotesis Tindakan 33
BAB III METODE PENELITIAN 34
vii
3.4.3 Wawancara 36
3.5 Prosedur Penelitian 37
3.6 Teknik Analisis Data 42
3.6.1 Reduksi Data 42
3.6.1.1Analisis Data Hasil Observasi 42
3.6.1.2Analisis Data Hasil Angket Respon Siswa 43
3.6.1.3Analisis Data Hasil Tes 44
3.6.2 Paparan Data 45
3.6.3 Interpretasi Data atau Penyimpulan 45
3.7 Indikator Keberhasilan 45
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 47
4.1 Siklus I 47
4.1.1 Permasalahan I 47
4.1.2 Perencanaan Tindakan I (Alternatif Pemecahan) 48
4.1.3 Pelaksanaan Tindakan I 49
4.1.4 Tahap Observasi I 54
4.1.5 Tahap Analisa Data I 55
4.1.6 Tahap Refleksi I 59
4.2 Siklus II 60
4.2.1 Permasalahan II 60
4.2.2 Perencanaan Tindakan II (Alternatif Pemecahan) 61
4.2.3 Pelaksanaan Tindakan II 62
4.2.4 Tahap Observasi II 67
4.2.5 Tahap Analisa Data II 68
4.2.6 Tahap Refleksi II 72
4.3 Temuan Penelitian 73
4.4 Pembahasan 75
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 80
5.1 Kesimpulan 80
5.2 Saran 81
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Banyaknya Himpunan Bagian pada suatu Himpunan 25
Tabel 3.1 Pedoman Skor Angket Respons Siswa 43
Tabel 3.2 Kualifikasi Persentase Skor Angket Respons Siswa 44
Tabel 3.3 Kualifikasi Pemahaman Konsep Siswa 45
Tabel 4.1 Daftar Nilai Tes Akhir Siklus I 55
Tabel 4.2 Analisis Hasil Nilai Tes Akhir Siklus I 57
Tabel 4.3 Hasil Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran
untuk Guru Siklus I 58
Tabel 4.4 Hasil Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran
untuk Siswa Siklus I 58
Tabel 4.5 Daftar Nilai Tes Akhir Siklus II 68
Tabel 4.6 Analisis Hasil Nilai Tes Akhir Siklus II 69
Tabel 4.7 Hasil Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran
untuk Guru Siklus II 70
Tabel 4.8 Hasil Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran 71
Tabel 4.9 Analisis Hasil Angket Respon Siswa Terhadap Pembelajaran 72
Tabel 4.10 Nilai Rata-rata Siswa Kelas VII-1 76
Tabel 4.11 Ketuntasan Belajar Siswa Kelas VII-1 76
Tabel 4.12 Persentase Indikator Pemahaman Konsep Matematika
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Matematika merupakan salah satu bidang ilmu yang aplikasinya dapat
ditemukan hampir dalam setiap aktivitas kehidupan. Penggunaan matematika
dapat ditemukan dalam aktivitas seorang ibu yang sedang berbelanja di pasar,
seorang ibu yang sedang memasak kue di dapur, sekelompok anak yang sedang
bermain di taman, sekelompok eksekutif muda yang sedang berdiskusi dalam
rencana kerja, seorang dokter yang sedang mengobati pasiennya, dan
aktivitas-aktivitas kehidupan lainnya.
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan
teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan
memajukan daya fikir manusia. Perkembangan pesat dibidang teknologi dan
komunikasi sangat membutuhkan peran matematika. Untuk menguasai dan
menciptakan teknologi dimasa depan diperlukan penguasaan matematika yang
baik sejak dini.
Turmudi (2008:20) dalam bukunya menyatakan bahwa:
“ Kebutuhan untuk memahami matematika menjadi hal yang mendesak bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, karena matematika diperlukan dalam kehidupan sehari-hari; (1) matematika untuk kehidupan, (2) matematika merupakan bagian dari warisan budaya, (3) matematika diperlukan di dunia kerja, (4) matematika untuk masyarakat ilmiah dan masyarakat teknologi.”
Sejalan dengan hal diatas, mata pelajaran matematika perlu diberikan
kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi
untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berfikir logis, analisis,
sistematis, kritis, kreatif serta kamampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut
diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh,
mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang
2 Dalam sistem pendidikan di Indonesia, pembelajaran matematika telah
menjadi kurikulum wajib dan mendapat porsi waktu yang lebih banyak dibanding
dengan mata pelajaran lain pada setiap tingkat pendidikan. Namun, sampai saat
ini hasil belajar siswa dalam mata pelajaran matematika masih belum
memuaskan. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan PISA (Programme for
International Student Assesment), yang merupakan program penilaian skala
internasional yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana siswa (berusia 15
tahun) dapat menerapkan pengetahuan yang sudah mereka pelajari di sekolah.
Pada PISA matematika 2009, diperoleh hasil bahwa hampir setengah dari siswa
Indonesia (yaitu 43,5 %) tidak mampu menyelesaikan soal PISA paling
sederhana, sepertiga siswa Indonesia (yaitu 33,1 %) hanya bisa mengerjakan soal
jika pertanyaan dari soal kontekstual diberikan secara eksplisit serta semua data
yang dibutuhkan untuk mengerjakan soal diberikan secara tepat, dan hanya 0,1%
siswa Indonesia yang mampu mengembangkan dan mengerjakan pemodelan
matematika yang menuntut keterampilan berfikir dan penalaran (Wijaya, 2012:1).
Hal menarik yang dapat disimpulkan dari hasil PISA diatas adalah bahwa
kebanyakan siswa hanya sebatas mengetahui suatu konsep dan menggunakan
rumus tanpa mempunyai pemahaman yang menyeluruh tentang konsep tersebut.
Ini menyebabkan daya kreativitas dari siswa belum memuaskan, karena ruang
gerak siswa hanya terbatas dalam dinding-dinding rumus matematika tanpa paham
akan maknanya.
Fakta diatas juga menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah
pada siswa masih rendah. Kemampuan menyelesaikan suatu masalah sangat
dipengaruhi oleh pemahaman konsep matematika yang baik oleh siswa.
Kesalahan dalam memahami suatu konsep dapat menyebabkan kekeliruan dalam
penyelesaian suatu masalah.
Konsep-konsep dalam matematika terorganisasikan secara sistematis,
logis, dan hierarkis dari yang paling sederhana ke- yang paling kompleks. Seorang
siswa harus mampu menguasai suatu konsep yang menjadi prasyarat untuk
3 konsep dengan baik, dapat meng-elaborate suatu masalah sehingga diperoleh
solusi yang diinginkan.
Hasil diatas mungkin masih masuk akal, mengingat sampai saat ini
pelajaran matematika masih dikatakan sulit, matematika masih dianggap sebagai
pelajaran yang kurang menarik dan membosankan serta merupakan salah satu
mata pelajaran yang ditakuti oleh siswa (http://health.detik.com). Stigma negatif
inilah yang sering mengantarkan siswa menjadi fobia terhadap metematika
sehingga hasil yang diharapkan kurang memuaskan.
Pada kenyataannya, jika mau melihat ke dalam ruang-ruang kelas
pembelajaran matematika disekolah, masih banyak dijumpai suasana
pembelajaran matematika yang kurang menggairahkan (kurang hidup). Hanya
sebagian kecil siswa saja yang aktif dalam proses pembelajaran. Kebanyakan
siswa hanya diam, mendengar dan mencatat saja apa yang diucapkan oleh guru.
Memang tak dapat di-nafi-kan bahwa masih banyak ditemukan kelas-kelas
dimana guru hanya memberikan rumus-rumus matematika tanpa memberikan
makna, kemudian memberikan contoh penggunaan rumus tersebut dan selanjutnya
siswa diberikan latihan yang tentu saja berkenaan dengan penggunaan rumus
tersebut. Alhasil, matematika dikenal sebagai pelajaran yang penuh dengan
rumus-rumus yang harus dihapal. Hal itu pula-lah yang saat ini banyak dilakukan
oleh para siswa, senantiasa menghapal rumus tapi kosong akan makna.
Hal ini di perparah dengan adanya fakta bahwa tidak sedikit pula para guru
yang masih menganut paradigma transfer of knowledge dalam pembelajaran
matematika masa kini. Paradigma ini beranggapan bahwa siswa merupakan objek
atau sasaran belajar, sehingga dalam proses pembelajaran berbagai usaha lebih
banyak dilakukan oleh guru, mulai dari mencari, mengumpulkan, memecahkan
dan menyampaikan informasi ditujukan agar peserta didik memperoleh
pengetahuan (Ansari, 2009:2).
Pola seperti inilah yang terkadang dapat menyesatkan siswa dalam
pemecahan masalah. Pemahaman konsep yang belum matang membuat siswa
menjadi bingung dan putus asa ketika menghadapi situasi dan kondisi lain di luar
4 Pemahaman konsep dalam matematika merupakan pemahaman yang
dilandasi oleh pengetahuan tentang mengapa konsep tertentu digunakan dalam
memecahkan suatu masalah. Pada setiap pembelajaran diusahakan lebih
ditekankan pada penguasaan konsep agar siswa memiliki bekal dasar yang baik
untuk mencapai kemampuan dasar yang lain, seperti ; penalaran, komunikasi,
koneksi dan pemecahan masalah (http://mediaharja.blogspot.com).
Pemahaman yang baik terhadap suatu konsep matematika tertentu akan
memudahkan siswa dalam mengikuti materi-materi selanjutnya. Misalnya, untuk
menyelesaikan masalah sistem persamaan linier, seorang siswa harus sudah
memahami konsep operasi bentuk aljabar dengan baik.
Kondisi yang sama juga terjadi di Madrasah Tsanawiyah Swasta Yayasan
Perguruan Islamiyah (YPI) Batang Kuis. Sebagaimana pantauan dari peneliti
terhadap proses pembelajaran matematika di sekolah tersebut, dimana ketika
pembelajaran matematika berlangsung, sebagian besar siswa lebih banyak diam
(pasif) dan kurang memberikan respon yang positif terhadap materi yang
diajarkan. Hal ini dibenarkan oleh Ibu Nikmah Seri Pulungan, S.Pd selaku guru
bidang studi matematika di Yayasan tersebut. Beliau juga menambahkan bahwa: “ siswa-siswa seperti tidak mempunyai motivasi untuk belajar matematika, mereka diam ketika diberi waktu untuk bertanya tentang materi yang belum dipahami, terkadang mereka malah bermain ketika diberikan waktu untuk mengerjakan latihan. Untuk mengajarkan suatu konsep matematika, saya harus menerangkan secara detail, memberi contoh, dan memberi latihan persis seperti contoh yang saya berikan. Mereka akan kesulitan jika latihan yang diberikan berbeda dari contoh yang diberikan.”
Masih berdasarkan informasi dari ibu Nikmah Seri Pulungan, S.Pd bahwa
banyak siswa yang kurang tertarik dalam pembelajaran matematika dikarenakan
mereka menganggap bahwa matematika merupakan pelajaran yang sulit. Dalam
setiap kelas pembelajaran matematika yang dilakukannya hanya 3-5 siswa saja
yang aktif dan dapat memahami materi yang diajarkan serta mencapai hasil yang
memuaskan. Akhirnya pembelajaran matematika sering berjalan hanya sekedar
5 Salah satu materi yang diajarkan kepada siswa kelas VII Sekolah
Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) adalah materi himpunan.
Penguasaan yang baik oleh siswa terhadap kompetensi ini sangat penting
mengingat materi ini akan menjadi penunjang utama saat siswa belajar
materi-materi selanjutnya, seperti peluang dan logika.
Selanjutnya ibu Nikmah Seri Pulungan, S.Pd, juga menyatakan; bahwa
dalam proses pembelajaran matematika masih banyak ditemui permasalahan,
khususnya pada materi himpunan (untuk semester II), dimana siswa kurang
memahami sejumlah fakta-fakta matematika mengenai himpunan bagian, irisan
dan gabungan himpunan, selisih dua himpunan, komplemen dari sebuah
himpunan. Hal ini ditandai dengan banyaknya kesalahan yang dilakukan siswa
dalam menyelesaikan soal-soal pada materi ini, siswa terkadang salah dalam
menggunakan konsep yang sesuai dengan soal yang mereka hadapi.
Berdasarkan akar permasalahan yang dikemukakan di atas, maka perlu
dicarikan solusinya sehingga oleh peneliti dipandang perlu melakukan suatu
penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model yang mengakomodasi
peningkatan pemahaman konsep.
Berbagai usaha terus dikembangkan oleh para penggiat pendidikan untuk
memaksimalkan pembelajaran matematika guna mencapai tujuan yang
diinginkan, baik dari segi model, strategi, maupun metode pembelajaran yang
sesuai dengan konsep yang diajarkan. Salah satu alternatif yang disarankan adalah
pembelajaran matematika dengan pendekatan kontekstual (CTL). Model
Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) bertujuan membantu
siswa memahami makna materi ajar dengan mengaitkan materi tersebut terhadap
konteks kehidupan mereka sehari-hari baik sebagai pribadi, anggota keluarga,
maupun anggota masyarakat (Rosalin, 2008:25).
Adanya pengaitan antara pengalaman-pengalaman siswa terhadap materi
yang diajarkan dapat mendorong siswa untuk lebih terlibat dalam proses
pembelajaran karena mereka melakukan atau pernah melakukan apa yang sedang
dibicarakan. Para siswa akan lebih tertarik dan memiliki sense of belonging (rasa
6 adalah tentang mereka. Rasa memiliki (sense of belonging) merupakan modal
awal untuk melangkah lebih jauh dalam suatu proses pembelajaran dimana hal ini
dapat mendorong siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran tersebut.
Johnson (2011:35) dalam bukunya menyatakan tentang Contextual
Teaching and Learning (CTL) sebagai berikut:
“ Pembelajaran dan pengajaran kontekstual melibatkan para siswa dalam aktivitas penting yang membantu mereka mengaitkan pelajaran akademis dengan konteks kehidupan nyata yang mereka hadapi. Dengan mengaitkan keduanya, para siswa melihat makna di dalam tugas sekolah. Ketika para siswa menyusun proyek atau menemukan permasalahan yang menarik, ketika mereka membuat pilihan dan menerima tanggung jawab, mencari informasi dan menarik kesimpulan, ketika mereka secara aktif memilih, menyusun, mengatur, menyentuh, merencanakan, menyelidiki, mempertanyakan, dan membuat keputusan, mereka mengaitkan isi akademis dengan konteks dalam situasi kehidupan, dan dengan cara ini mereka menemukan makna.”
Sanjaya (2011:225) menyatakan bahwa CTL merupakan strategi yang
melibatkan siswa secara penuh dalam proses pembelajaran. Lebih jauh beliau
menyatakan bahwa:
“Dalam CTL, siswa didorong untuk beraktivitas mempelajari materi pelajaran sesuai dengan topik yang akan dipelajarinya. Belajar dalam konteks CTL bukan hanya sekedar mendengar dan mencatat, tetapi belajar adalah proses berpengalaman secara langsung. Melalui proses berpengelaman itu diharapkan perkembangan siswa terjadi secara utuh, yang tidak hanya berkembang dalam aspek kognitif saja, tetapi juga aspek efektif dan juga psikomotor. Belajar melalui CTL diharapkan siswa dapat menemukan sendiri materi yang dipelajarinya.
Dari beberapa pendapat tentang model pembelajaran CTL diatas dapat
dikatakan bahwa model pembelajaran CTL dapat menciptakan suasana
pembelajaran yang bermakna. Pembelajaran yang bermakna akan memberikan
pengalaman-pengalaman yang akan bertahan lama dalam memori siswa. Kegiatan
yang mendorong siswa berfikir, melakukan, serta menemukan sendiri
penyelesaian dari suatu masalah tentu akan memberikan pemahaman konsep yang
baik bagi siswa
. Berdasarkan uraian-uraian di atas, dapat dikatakan model pembelajaran
7 untuk diterapkan. Sehubungan dengan itu, penulis merasa tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematika Materi Himpunan pada Siswa Kelas VII MTs Swasta Yayasan Perguruan Islamiyah – Batang Kuis T.P 2012/2013”.
1.2. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah yang sudah diuraikan, dapat diidentifikasikan
beberapa masalah antara lain :
1. Pemahaman siswa kelas VII-1 MTs Swasta Yayasan Perguruan
Islamiyah (YPI) Batang Kuis terhadap konsep matematika yang
diajarkan masih rendah.
2. Hasil belajar matematika siswa kelas VII-1 MTs Swasta Yayasan
Perguruan Islamiyah (YPI) Batang Kuis masih rendah.
3. Siswa mengalami kesulitan jika diberikan soal dengan variasi konteks
yang berbeda.
4. Siswa tidak aktif (kurang tertarik) dalam proses pembelajaran
matematika.
1.3. Batasan Masalah
Sesuai dengan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas,
maka perlu adanya pembatasan masalah agar lebih jelas dan terarah. Batasan
masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Model pembelajaran yang digunakan model pembelajaran Contextual
Teaching and Learning (CTL).
2. Materi yang diterapkan adalah Himpunan
3. Peningkatan pemahaman konsep siswa dibatasi dua aspek yaitu aspek
kognitif dan aspek afektif. Aspek kognitif dibatasi pada pemahaman
terhadap materi. Sedangkan aspek afektif dibatasi pada keaktifan siswa
8 1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas bahwa rumusan
masalah pada penelitian ini adalah : Apakah Penerapan Model Pembelajaran
Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan pemahaman
konsep matematika siswa pada Materi Himpunan di Kelas VII-1 MTs Swasta
Yayasan Perguruan Islamiyah – Batang Kuis?.
1.5. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan
pemahaman konsep matematika siswa dengan menerapkan Model Pembelajaran
Contextual Teaching and Learning (CTL) pada Materi Himpunan di Kelas VII-1
MTs Swasta Yayasan Perguruan Islamiyah – Batang Kuis setelah diterapkan
Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)?.
1.6. Manfaat Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini, diharapkan dapat
memberikan sumbangan pemikiran dan masukan yang berguna terhadap
peningkatan kualitas pendidikan, terutama bagi :
1. Bagi sekolah, sebagai masukan dan sumbangan pemikiran dalam rangka
perbaikan kualitas pembelajaran terutama dalam upaya meningkatkan
pemahaman konsep matematika.
2. Bagi guru, menambah variasi model pembelajaran. Penelitian ini
diharapkan mampu memperluas wawasan dan pengetahuan guru mengenai
model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) sebagai
pembelajaran alternatif dalam upaya meningkatkan pemahaman konsep
matematika.
3. Bagi siswa, memperoleh pengalaman belajar bagaimana cara memahami
suatu konsep matematika dengan pendekatan kontekstual.
4. Bagi peneliti, menambah dan membekali diri untuk menjadi seorang
80 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan hasil observasi serta pembahasannya
dapat diperoleh kesimpulan bahwa penerapan model pembelajaran Contextual
Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan pemahaman konsep
matematika siswa pada materi himpunan di kelas VII-1 MTs Swasta Yayasan
Perguruan Islamiyah – Batang Kuis.
Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya nilai rata-rata siswa dari tes
kemampuan awal 48,5 menjadi 68,33 pada tes akhir siklus I dan 75,92 pada tes
akhir siklus II. Selain itu juga didukung dengan meningkatnya persentase
indikator pemahaman konsep matematika siswa dari siklus I ke siklus II dan
mencapai kriteria tinggi pada akhir siklus II, yakni: 1) menyatakan ulang sebuah
konsep.meningkat sebesar 7,09% dari yang sebelumnya 69,58% pada siklus I
menjadi 76,67% pada siklus II; 2) mengklasifikasi objek menurut sifat-sifat
tertentu sesuai dengan konsepnya meningkat sebesar 6,28% dari yang
sebelumnya 67,26% pada siklus I menjadi 73,54% pada siklus II; 3) memberi
contoh dan bukan contoh dari suatu konsep mengalami kenaikan yang paling
tinggi sebesar 8,85% dari yang semula hanya 72,92% menjadi 81,77% setelah
pelaksanaan siklus II; 4) menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi
matematis meningkat sebesar 8,17% yakni 70,45% menjadi 78,62%;5)
mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsep meningkat
sebesar 6,25% dari 64.58% menjadi 70,83%; 6) menggunakan dan memanfaatkan
serta memilih prosedur atau operasi tertentu juga mengalami kenaikan sebesar
6,25% dari yang semula hanya 66,67% menjadi 72,5%; 7) mengaplikasikan
konsep atau algoritma pada pemecahan masalah meningkat sebesar 6,67% dari
81 5.2 Saran
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dilakukan terhadap
pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang menerapkan model pembelajaran CTL
pada pembelajaran matematika di kelas VII-1 MTs Swasta YPI-Batang Kuis,
peneliti memberikan masukan atau saran yang perlu dipertimbangkan oleh
berbagai pihak yang terkait dengan hal ini, yaitu:
1. Kepada pihak sekolah/guru, diharapkan agar model pembelajaran CTL ini
dapat menjadi model pembelajaran alternatif yang digunakan di MTs
Swasta YPI-Batang Kuis dan dapat dilaksanakan secara bergantian dengan
model pembelajaran yang lain. Karena penerapan model pembelajaran
CTL ini dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa.
2. Kepada peneliti lain dapat melakukan penelitian lebih lanjut menggunakan
model pembelajaran CTL dengan mencakup aspek selain pemahaman
konsep dan mengaplikasikannya pada materi pembelajaran yang berbeda
ii
RIWAYAT HIDUP
Faisal Roni dilahirkan di Medan, pada tanggal 04 Oktober 1980. Ayah
bernama Fahyuril Azian Nasution dan Ibu bernama Hj. Norma Pasaribu,
merupakan anak pertama dari enam bersaudara. Pada tahun 1987 penulis masuk
SD Negeri 070690 Medan, dan lulus pada tahun 1993. Pada tahun 1993 penulis
melanjutkan sekolah di SMP Negeri 3 Medan, dan lulus pada tahun 1996. Pada
tahun 2007 penulis sekolah ke SMK Negeri 8 Medan dan lulus pada tahun 2000.
Selanjutnya pada tahun 2004 penulis aktif/mengabdi di PKBM (Pusat
Kegiatan Belajar Masyarakat) yang bernama PKBM Harapan Indonesia yang
konsern di bidang sosial-pendidikan anak putus sekolah dan anak jalanan dan
menjabat sebagai Tutor Paket B dan C, dan selanjutnya menghantarkan penulis
pada tahun 2007 memperoleh beasiswa Rintisan Pendidikan Gelar (RPG) dari
Direktorat Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Nonformal,
dan Informal (PPTK PAUDNI), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemendikbud) Republik Indonesia dan mendapat tugas belajar di Universitas
Negeri Medan (UNIMED) Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
(FMIPA) Jurusan Matematika Program Studi Pendidikan Matematika.