• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA MATERI HIMPUNAN PADA SISWA KELAS VII MTS SWASTA YAYASAN PERGURUAN ISLAMIYAH �.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA MATERI HIMPUNAN PADA SISWA KELAS VII MTS SWASTA YAYASAN PERGURUAN ISLAMIYAH �."

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN

KONSEP MATEMATIKA MATERI HIMPUNAN PADA SISWA KELAS VII MTs SWASTA YAYASAN PERGURUAN

ISLAMIYAH – BATANG KUIS T.A 2012/2013

Oleh : Faisal Roni NIM 071744127059

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)

iv

KATA PENGANTAR

Segala puji hanyalah milik ALLAH SWT yang segala sesuatu ada pada

kuasa-NYA, dan hanya atas rahmat, kehendak, dan karunia-NYA penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Penerapan Model Pembelajaran

Contextual Teaching and Learning (CTL) Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematika Materi Himpunan Pada Siswa Kelas VII MTs Swasta Yayasan Perguruan Islamiyah – Batang Kuis T.A 2012/2013.” Untuk memperoleh gelar sarjana Pendidikan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.

Dalam penyelesaian skripsi ini penulis banyak menerima bimbingan dan

bantuan dari berbagai pihak. Melalui kesempatan ini penulis ingin mengucapkan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar M.Si.,

selaku Rektor Universitas Negeri Medan. Ucapan terima kasih juga disampaikan

kepada Bapak Prof. Drs. Motlan, M.Sc, Ph.D., selaku Dekan Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan. Ucapan

terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Drs. Syafari, M.Pd., sebagai Ketua

Jurusan Matematika Universitas Negeri Medan. Ucapan terima kasih juga

disampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Mukhtar, M.Pd., selaku Dosen

Pembimbing Skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran-saran

kepada penulis sejak awal penelitian sampai dengan selesainya penulisan skripsi

ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Drs. Syafari, M.Pd.,

Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si., dan Bapak Mulyono, S.Si, M.Si., selaku Dosen

Penguji yang telah memberikan masukan dan saran-saran dalam penyusunan

skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Ibu Dr. Nugaan Yulia

Wardhani Siregar, M.Psi., selaku Direktur Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Nonformal, dan Informal (PPTK PAUDNI),

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Republik Indonesia.

Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Ibu Dra. Rokayah, selaku Kepala

Sekolah MTs Swasta Yayasan Perguruan Islamiyah (YPI) – Batang Kuis dan Ibu

(3)

v

Teristimewa penulis mengucapkan terima kasih kepada ibunda tercinta

Hj. Norma Pasaribu dan ayahanda tercinta Fahyuril Azian Nasution, serta mertua tercinta ayahanda (Alm) Yunus dan ibunda Kancina yang sudah

memberikan restu, ridho, kasih-sayang dan doa kepada penulis dalam

menyelesaikan studi di UNIMED. Teristimewa juga kepada “belahan jiwaku” istri

tercinta Susiana, S.Si.,M.Si., yang selalu memberikan motivasi dan perhatiannya

untuk penulis, dan anak – anakku tercinta Safinah Annajah Nasution, Shada

Fathimah Nasution, Shada Zainab Nasution dan “si bungsu jagoanku” Musa Husayn Nasution, terima kasih dari ayah untuk kalian semua atas pengertian, semangat dan hiburan-hiburannya.

Tidak lupa penulis juga sangat berterima kasih kepada om Syahfan, etek

Nurhayati Pasaribu, adik-adik tercinta Ita, Irma, Arfan, Fitri, Dinda, dan ipar terbaik yuk Yamti, kang Sutikno, yuk Ponti, yuk Susiasni, yuk aini, Mariana,

dan keponakan Fajar, Panji, Nur, Rian dan Farhan serta semua anggota

keluarga lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas

pengertian dan bantuannya yang sudah diberikan selama ini.

. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada sahabat-sahabat

terbaikku, bang Syufrizal dan bang Chairul, sahabat-sahabat terbaikku dari RPG

2007 dan kelas Eks’07, khususnya Intan, Yudi, Tuti, Dewi, Fitri, Uteh, Shinta,

Pumpe dan teman-teman yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu serta buat teman-teman seangkatan seperjuangan. Terimakasih karena telah banyak

membantu penulis selama perkuliahan sampai menyelesaikan skripsi ini.

Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi

ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan. Untuk itu penulis

mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca demi

kesempurnaan penelitian ini. Kiranya penelitian ini bermanfaat dalam

memperkaya khasanah ilmu pendidikan.

Medan, Juli 2013 Penulis,

Faisal Roni

(4)

iii

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN

KONSEP MATEMATIKA MATERI HIMPUNAN PADA SISWA KELAS VII MTs SWASTA YAYASAN PERGURUAN

ISLAMIYAH – BATANG KUIS T.A 2012/2013

Faisal Roni (NIM 071744127059) ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) di kelas VII-1 MTs Swasta Yayasan Perguruan Islamiyah (YPI) – Batang Kuis dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa dalam materi Himpunan di kelas VII-1 MTs Swasta YPI – Batang Kuis Tahun Ajaran 2012/2013.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action

research). Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII-1 MTs Swasta YPI

– Batang Kuis yang berjumlah 24 orang. Tindakan dilaksanakan dalam dua siklus, masing masing siklus terdiri dari tiga pertemuan. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini berupa lembar observasi pelaksanaan pembelajaran matematika dengan penerapan model

Contextual Teaching and Learning (CTL), angket respons siswa, wawancara

terhadap siswa dan guru, tes tertulis, dan dokumentasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran matematika dengan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) melalui tujuh prinsip yang ada didalamnya yakni Constructivism, Questioning, Modelling,

Inquiry, Learning community, Authentic assessment, dan Reflection dapat

meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa. Hal ini ditunjukkan dengan rata-rata nilai siswa kelas VII-1 meningkat dari tes kemampuan awal sebesar 48,5 menjadi 68,33 pada siklus I dan 75,92 pada siklus II. Ketuntasan belajar siswa secara klasikal mencapai 62,5% pada siklus I, kemudian meningkat menjadi 83,33% pada siklus II. Selain itu, persentase nilai setiap indikator pemahaman konsep matematika telah mencapai kriteria tinggi pada akhir siklus II. Peningkatan rata-rata persentase nilai setiap indikator pemahaman konsep matematika dari siklus I ke siklus II yaitu : 1) menyatakan ulang sebuah konsep meningkat sebesar 7,09%; 2) mengklasifikasi objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsepnya meningkat sebesar 6,28 %; 3) memberi contoh dan bukan contoh dari suatu konsep meningkat sebesar 8,85%; 4) menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis meningkat sebesar 8,17%; 5) mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsep meningkat sebesar 6,25%; 6) menggunakan dan memanfaatkan serta memilih prosedur atau operasi tertentu meningkat sebesar 6,25%; 7) mengaplikasikan konsep atau algoritma pada pemecahan masalah meningkat sebesar 6,67%. Berdasarkan angket respons siswa terhadap pembelajaran matematika menggunakan

Contextual Teaching and Learning (CTL), menunjukkan respon sangat baik

(5)

vi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9

2.1 Kerangka Teoritis 9

2.1.1 Pembelajaran Matematika 9

2.1.2 Pemahaman Konsep Matematika 11

2.1.3 Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 14

2.2. Materi Pokok : Himpunan 21

2.2.1. Pengertian Himpunan 21

2.2.2 Notasi dan Anggota Himpunan 21

2.2.3 Menyatakan suatu Himpunan 22

2.2.4 Himpunan Kosong dan Himpunan Semesta 23

2.2.5 Diagram Venn 23

2.2.6 Himpunan Bagian 24

2.2.7 Hubungan Antar Himpunan 26

2.2.8 Operasi Himpunan 28

2.2.9 Menggunakan kopsep himpunan dalam pemecahan masalah 31

2.3 Kerangka Konseptual 32

2.4 Hipotesis Tindakan 33

BAB III METODE PENELITIAN 34

(6)

vii

3.4.3 Wawancara 36

3.5 Prosedur Penelitian 37

3.6 Teknik Analisis Data 42

3.6.1 Reduksi Data 42

3.6.1.1Analisis Data Hasil Observasi 42

3.6.1.2Analisis Data Hasil Angket Respon Siswa 43

3.6.1.3Analisis Data Hasil Tes 44

3.6.2 Paparan Data 45

3.6.3 Interpretasi Data atau Penyimpulan 45

3.7 Indikator Keberhasilan 45

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 47

4.1 Siklus I 47

4.1.1 Permasalahan I 47

4.1.2 Perencanaan Tindakan I (Alternatif Pemecahan) 48

4.1.3 Pelaksanaan Tindakan I 49

4.1.4 Tahap Observasi I 54

4.1.5 Tahap Analisa Data I 55

4.1.6 Tahap Refleksi I 59

4.2 Siklus II 60

4.2.1 Permasalahan II 60

4.2.2 Perencanaan Tindakan II (Alternatif Pemecahan) 61

4.2.3 Pelaksanaan Tindakan II 62

4.2.4 Tahap Observasi II 67

4.2.5 Tahap Analisa Data II 68

4.2.6 Tahap Refleksi II 72

4.3 Temuan Penelitian 73

4.4 Pembahasan 75

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 80

5.1 Kesimpulan 80

5.2 Saran 81

(7)

viii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Banyaknya Himpunan Bagian pada suatu Himpunan 25

Tabel 3.1 Pedoman Skor Angket Respons Siswa 43

Tabel 3.2 Kualifikasi Persentase Skor Angket Respons Siswa 44

Tabel 3.3 Kualifikasi Pemahaman Konsep Siswa 45

Tabel 4.1 Daftar Nilai Tes Akhir Siklus I 55

Tabel 4.2 Analisis Hasil Nilai Tes Akhir Siklus I 57

Tabel 4.3 Hasil Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran

untuk Guru Siklus I 58

Tabel 4.4 Hasil Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran

untuk Siswa Siklus I 58

Tabel 4.5 Daftar Nilai Tes Akhir Siklus II 68

Tabel 4.6 Analisis Hasil Nilai Tes Akhir Siklus II 69

Tabel 4.7 Hasil Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran

untuk Guru Siklus II 70

Tabel 4.8 Hasil Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran 71

Tabel 4.9 Analisis Hasil Angket Respon Siswa Terhadap Pembelajaran 72

Tabel 4.10 Nilai Rata-rata Siswa Kelas VII-1 76

Tabel 4.11 Ketuntasan Belajar Siswa Kelas VII-1 76

Tabel 4.12 Persentase Indikator Pemahaman Konsep Matematika

(8)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan salah satu bidang ilmu yang aplikasinya dapat

ditemukan hampir dalam setiap aktivitas kehidupan. Penggunaan matematika

dapat ditemukan dalam aktivitas seorang ibu yang sedang berbelanja di pasar,

seorang ibu yang sedang memasak kue di dapur, sekelompok anak yang sedang

bermain di taman, sekelompok eksekutif muda yang sedang berdiskusi dalam

rencana kerja, seorang dokter yang sedang mengobati pasiennya, dan

aktivitas-aktivitas kehidupan lainnya.

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan

teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan

memajukan daya fikir manusia. Perkembangan pesat dibidang teknologi dan

komunikasi sangat membutuhkan peran matematika. Untuk menguasai dan

menciptakan teknologi dimasa depan diperlukan penguasaan matematika yang

baik sejak dini.

Turmudi (2008:20) dalam bukunya menyatakan bahwa:

“ Kebutuhan untuk memahami matematika menjadi hal yang mendesak bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, karena matematika diperlukan dalam kehidupan sehari-hari; (1) matematika untuk kehidupan, (2) matematika merupakan bagian dari warisan budaya, (3) matematika diperlukan di dunia kerja, (4) matematika untuk masyarakat ilmiah dan masyarakat teknologi.”

Sejalan dengan hal diatas, mata pelajaran matematika perlu diberikan

kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi

untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berfikir logis, analisis,

sistematis, kritis, kreatif serta kamampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut

diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh,

mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang

(9)

2 Dalam sistem pendidikan di Indonesia, pembelajaran matematika telah

menjadi kurikulum wajib dan mendapat porsi waktu yang lebih banyak dibanding

dengan mata pelajaran lain pada setiap tingkat pendidikan. Namun, sampai saat

ini hasil belajar siswa dalam mata pelajaran matematika masih belum

memuaskan. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan PISA (Programme for

International Student Assesment), yang merupakan program penilaian skala

internasional yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana siswa (berusia 15

tahun) dapat menerapkan pengetahuan yang sudah mereka pelajari di sekolah.

Pada PISA matematika 2009, diperoleh hasil bahwa hampir setengah dari siswa

Indonesia (yaitu 43,5 %) tidak mampu menyelesaikan soal PISA paling

sederhana, sepertiga siswa Indonesia (yaitu 33,1 %) hanya bisa mengerjakan soal

jika pertanyaan dari soal kontekstual diberikan secara eksplisit serta semua data

yang dibutuhkan untuk mengerjakan soal diberikan secara tepat, dan hanya 0,1%

siswa Indonesia yang mampu mengembangkan dan mengerjakan pemodelan

matematika yang menuntut keterampilan berfikir dan penalaran (Wijaya, 2012:1).

Hal menarik yang dapat disimpulkan dari hasil PISA diatas adalah bahwa

kebanyakan siswa hanya sebatas mengetahui suatu konsep dan menggunakan

rumus tanpa mempunyai pemahaman yang menyeluruh tentang konsep tersebut.

Ini menyebabkan daya kreativitas dari siswa belum memuaskan, karena ruang

gerak siswa hanya terbatas dalam dinding-dinding rumus matematika tanpa paham

akan maknanya.

Fakta diatas juga menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah

pada siswa masih rendah. Kemampuan menyelesaikan suatu masalah sangat

dipengaruhi oleh pemahaman konsep matematika yang baik oleh siswa.

Kesalahan dalam memahami suatu konsep dapat menyebabkan kekeliruan dalam

penyelesaian suatu masalah.

Konsep-konsep dalam matematika terorganisasikan secara sistematis,

logis, dan hierarkis dari yang paling sederhana ke- yang paling kompleks. Seorang

siswa harus mampu menguasai suatu konsep yang menjadi prasyarat untuk

(10)

3 konsep dengan baik, dapat meng-elaborate suatu masalah sehingga diperoleh

solusi yang diinginkan.

Hasil diatas mungkin masih masuk akal, mengingat sampai saat ini

pelajaran matematika masih dikatakan sulit, matematika masih dianggap sebagai

pelajaran yang kurang menarik dan membosankan serta merupakan salah satu

mata pelajaran yang ditakuti oleh siswa (http://health.detik.com). Stigma negatif

inilah yang sering mengantarkan siswa menjadi fobia terhadap metematika

sehingga hasil yang diharapkan kurang memuaskan.

Pada kenyataannya, jika mau melihat ke dalam ruang-ruang kelas

pembelajaran matematika disekolah, masih banyak dijumpai suasana

pembelajaran matematika yang kurang menggairahkan (kurang hidup). Hanya

sebagian kecil siswa saja yang aktif dalam proses pembelajaran. Kebanyakan

siswa hanya diam, mendengar dan mencatat saja apa yang diucapkan oleh guru.

Memang tak dapat di-nafi-kan bahwa masih banyak ditemukan kelas-kelas

dimana guru hanya memberikan rumus-rumus matematika tanpa memberikan

makna, kemudian memberikan contoh penggunaan rumus tersebut dan selanjutnya

siswa diberikan latihan yang tentu saja berkenaan dengan penggunaan rumus

tersebut. Alhasil, matematika dikenal sebagai pelajaran yang penuh dengan

rumus-rumus yang harus dihapal. Hal itu pula-lah yang saat ini banyak dilakukan

oleh para siswa, senantiasa menghapal rumus tapi kosong akan makna.

Hal ini di perparah dengan adanya fakta bahwa tidak sedikit pula para guru

yang masih menganut paradigma transfer of knowledge dalam pembelajaran

matematika masa kini. Paradigma ini beranggapan bahwa siswa merupakan objek

atau sasaran belajar, sehingga dalam proses pembelajaran berbagai usaha lebih

banyak dilakukan oleh guru, mulai dari mencari, mengumpulkan, memecahkan

dan menyampaikan informasi ditujukan agar peserta didik memperoleh

pengetahuan (Ansari, 2009:2).

Pola seperti inilah yang terkadang dapat menyesatkan siswa dalam

pemecahan masalah. Pemahaman konsep yang belum matang membuat siswa

menjadi bingung dan putus asa ketika menghadapi situasi dan kondisi lain di luar

(11)

4 Pemahaman konsep dalam matematika merupakan pemahaman yang

dilandasi oleh pengetahuan tentang mengapa konsep tertentu digunakan dalam

memecahkan suatu masalah. Pada setiap pembelajaran diusahakan lebih

ditekankan pada penguasaan konsep agar siswa memiliki bekal dasar yang baik

untuk mencapai kemampuan dasar yang lain, seperti ; penalaran, komunikasi,

koneksi dan pemecahan masalah (http://mediaharja.blogspot.com).

Pemahaman yang baik terhadap suatu konsep matematika tertentu akan

memudahkan siswa dalam mengikuti materi-materi selanjutnya. Misalnya, untuk

menyelesaikan masalah sistem persamaan linier, seorang siswa harus sudah

memahami konsep operasi bentuk aljabar dengan baik.

Kondisi yang sama juga terjadi di Madrasah Tsanawiyah Swasta Yayasan

Perguruan Islamiyah (YPI) Batang Kuis. Sebagaimana pantauan dari peneliti

terhadap proses pembelajaran matematika di sekolah tersebut, dimana ketika

pembelajaran matematika berlangsung, sebagian besar siswa lebih banyak diam

(pasif) dan kurang memberikan respon yang positif terhadap materi yang

diajarkan. Hal ini dibenarkan oleh Ibu Nikmah Seri Pulungan, S.Pd selaku guru

bidang studi matematika di Yayasan tersebut. Beliau juga menambahkan bahwa: “ siswa-siswa seperti tidak mempunyai motivasi untuk belajar matematika, mereka diam ketika diberi waktu untuk bertanya tentang materi yang belum dipahami, terkadang mereka malah bermain ketika diberikan waktu untuk mengerjakan latihan. Untuk mengajarkan suatu konsep matematika, saya harus menerangkan secara detail, memberi contoh, dan memberi latihan persis seperti contoh yang saya berikan. Mereka akan kesulitan jika latihan yang diberikan berbeda dari contoh yang diberikan.”

Masih berdasarkan informasi dari ibu Nikmah Seri Pulungan, S.Pd bahwa

banyak siswa yang kurang tertarik dalam pembelajaran matematika dikarenakan

mereka menganggap bahwa matematika merupakan pelajaran yang sulit. Dalam

setiap kelas pembelajaran matematika yang dilakukannya hanya 3-5 siswa saja

yang aktif dan dapat memahami materi yang diajarkan serta mencapai hasil yang

memuaskan. Akhirnya pembelajaran matematika sering berjalan hanya sekedar

(12)

5 Salah satu materi yang diajarkan kepada siswa kelas VII Sekolah

Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) adalah materi himpunan.

Penguasaan yang baik oleh siswa terhadap kompetensi ini sangat penting

mengingat materi ini akan menjadi penunjang utama saat siswa belajar

materi-materi selanjutnya, seperti peluang dan logika.

Selanjutnya ibu Nikmah Seri Pulungan, S.Pd, juga menyatakan; bahwa

dalam proses pembelajaran matematika masih banyak ditemui permasalahan,

khususnya pada materi himpunan (untuk semester II), dimana siswa kurang

memahami sejumlah fakta-fakta matematika mengenai himpunan bagian, irisan

dan gabungan himpunan, selisih dua himpunan, komplemen dari sebuah

himpunan. Hal ini ditandai dengan banyaknya kesalahan yang dilakukan siswa

dalam menyelesaikan soal-soal pada materi ini, siswa terkadang salah dalam

menggunakan konsep yang sesuai dengan soal yang mereka hadapi.

Berdasarkan akar permasalahan yang dikemukakan di atas, maka perlu

dicarikan solusinya sehingga oleh peneliti dipandang perlu melakukan suatu

penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model yang mengakomodasi

peningkatan pemahaman konsep.

Berbagai usaha terus dikembangkan oleh para penggiat pendidikan untuk

memaksimalkan pembelajaran matematika guna mencapai tujuan yang

diinginkan, baik dari segi model, strategi, maupun metode pembelajaran yang

sesuai dengan konsep yang diajarkan. Salah satu alternatif yang disarankan adalah

pembelajaran matematika dengan pendekatan kontekstual (CTL). Model

Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) bertujuan membantu

siswa memahami makna materi ajar dengan mengaitkan materi tersebut terhadap

konteks kehidupan mereka sehari-hari baik sebagai pribadi, anggota keluarga,

maupun anggota masyarakat (Rosalin, 2008:25).

Adanya pengaitan antara pengalaman-pengalaman siswa terhadap materi

yang diajarkan dapat mendorong siswa untuk lebih terlibat dalam proses

pembelajaran karena mereka melakukan atau pernah melakukan apa yang sedang

dibicarakan. Para siswa akan lebih tertarik dan memiliki sense of belonging (rasa

(13)

6 adalah tentang mereka. Rasa memiliki (sense of belonging) merupakan modal

awal untuk melangkah lebih jauh dalam suatu proses pembelajaran dimana hal ini

dapat mendorong siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran tersebut.

Johnson (2011:35) dalam bukunya menyatakan tentang Contextual

Teaching and Learning (CTL) sebagai berikut:

“ Pembelajaran dan pengajaran kontekstual melibatkan para siswa dalam aktivitas penting yang membantu mereka mengaitkan pelajaran akademis dengan konteks kehidupan nyata yang mereka hadapi. Dengan mengaitkan keduanya, para siswa melihat makna di dalam tugas sekolah. Ketika para siswa menyusun proyek atau menemukan permasalahan yang menarik, ketika mereka membuat pilihan dan menerima tanggung jawab, mencari informasi dan menarik kesimpulan, ketika mereka secara aktif memilih, menyusun, mengatur, menyentuh, merencanakan, menyelidiki, mempertanyakan, dan membuat keputusan, mereka mengaitkan isi akademis dengan konteks dalam situasi kehidupan, dan dengan cara ini mereka menemukan makna.”

Sanjaya (2011:225) menyatakan bahwa CTL merupakan strategi yang

melibatkan siswa secara penuh dalam proses pembelajaran. Lebih jauh beliau

menyatakan bahwa:

“Dalam CTL, siswa didorong untuk beraktivitas mempelajari materi pelajaran sesuai dengan topik yang akan dipelajarinya. Belajar dalam konteks CTL bukan hanya sekedar mendengar dan mencatat, tetapi belajar adalah proses berpengalaman secara langsung. Melalui proses berpengelaman itu diharapkan perkembangan siswa terjadi secara utuh, yang tidak hanya berkembang dalam aspek kognitif saja, tetapi juga aspek efektif dan juga psikomotor. Belajar melalui CTL diharapkan siswa dapat menemukan sendiri materi yang dipelajarinya.

Dari beberapa pendapat tentang model pembelajaran CTL diatas dapat

dikatakan bahwa model pembelajaran CTL dapat menciptakan suasana

pembelajaran yang bermakna. Pembelajaran yang bermakna akan memberikan

pengalaman-pengalaman yang akan bertahan lama dalam memori siswa. Kegiatan

yang mendorong siswa berfikir, melakukan, serta menemukan sendiri

penyelesaian dari suatu masalah tentu akan memberikan pemahaman konsep yang

baik bagi siswa

. Berdasarkan uraian-uraian di atas, dapat dikatakan model pembelajaran

(14)

7 untuk diterapkan. Sehubungan dengan itu, penulis merasa tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematika Materi Himpunan pada Siswa Kelas VII MTs Swasta Yayasan Perguruan Islamiyah – Batang Kuis T.P 2012/2013”.

1.2. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah yang sudah diuraikan, dapat diidentifikasikan

beberapa masalah antara lain :

1. Pemahaman siswa kelas VII-1 MTs Swasta Yayasan Perguruan

Islamiyah (YPI) Batang Kuis terhadap konsep matematika yang

diajarkan masih rendah.

2. Hasil belajar matematika siswa kelas VII-1 MTs Swasta Yayasan

Perguruan Islamiyah (YPI) Batang Kuis masih rendah.

3. Siswa mengalami kesulitan jika diberikan soal dengan variasi konteks

yang berbeda.

4. Siswa tidak aktif (kurang tertarik) dalam proses pembelajaran

matematika.

1.3. Batasan Masalah

Sesuai dengan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas,

maka perlu adanya pembatasan masalah agar lebih jelas dan terarah. Batasan

masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Model pembelajaran yang digunakan model pembelajaran Contextual

Teaching and Learning (CTL).

2. Materi yang diterapkan adalah Himpunan

3. Peningkatan pemahaman konsep siswa dibatasi dua aspek yaitu aspek

kognitif dan aspek afektif. Aspek kognitif dibatasi pada pemahaman

terhadap materi. Sedangkan aspek afektif dibatasi pada keaktifan siswa

(15)

8 1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas bahwa rumusan

masalah pada penelitian ini adalah : Apakah Penerapan Model Pembelajaran

Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan pemahaman

konsep matematika siswa pada Materi Himpunan di Kelas VII-1 MTs Swasta

Yayasan Perguruan Islamiyah – Batang Kuis?.

1.5. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan

pemahaman konsep matematika siswa dengan menerapkan Model Pembelajaran

Contextual Teaching and Learning (CTL) pada Materi Himpunan di Kelas VII-1

MTs Swasta Yayasan Perguruan Islamiyah – Batang Kuis setelah diterapkan

Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)?.

1.6. Manfaat Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini, diharapkan dapat

memberikan sumbangan pemikiran dan masukan yang berguna terhadap

peningkatan kualitas pendidikan, terutama bagi :

1. Bagi sekolah, sebagai masukan dan sumbangan pemikiran dalam rangka

perbaikan kualitas pembelajaran terutama dalam upaya meningkatkan

pemahaman konsep matematika.

2. Bagi guru, menambah variasi model pembelajaran. Penelitian ini

diharapkan mampu memperluas wawasan dan pengetahuan guru mengenai

model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) sebagai

pembelajaran alternatif dalam upaya meningkatkan pemahaman konsep

matematika.

3. Bagi siswa, memperoleh pengalaman belajar bagaimana cara memahami

suatu konsep matematika dengan pendekatan kontekstual.

4. Bagi peneliti, menambah dan membekali diri untuk menjadi seorang

(16)

80 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan hasil observasi serta pembahasannya

dapat diperoleh kesimpulan bahwa penerapan model pembelajaran Contextual

Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan pemahaman konsep

matematika siswa pada materi himpunan di kelas VII-1 MTs Swasta Yayasan

Perguruan Islamiyah – Batang Kuis.

Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya nilai rata-rata siswa dari tes

kemampuan awal 48,5 menjadi 68,33 pada tes akhir siklus I dan 75,92 pada tes

akhir siklus II. Selain itu juga didukung dengan meningkatnya persentase

indikator pemahaman konsep matematika siswa dari siklus I ke siklus II dan

mencapai kriteria tinggi pada akhir siklus II, yakni: 1) menyatakan ulang sebuah

konsep.meningkat sebesar 7,09% dari yang sebelumnya 69,58% pada siklus I

menjadi 76,67% pada siklus II; 2) mengklasifikasi objek menurut sifat-sifat

tertentu sesuai dengan konsepnya meningkat sebesar 6,28% dari yang

sebelumnya 67,26% pada siklus I menjadi 73,54% pada siklus II; 3) memberi

contoh dan bukan contoh dari suatu konsep mengalami kenaikan yang paling

tinggi sebesar 8,85% dari yang semula hanya 72,92% menjadi 81,77% setelah

pelaksanaan siklus II; 4) menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi

matematis meningkat sebesar 8,17% yakni 70,45% menjadi 78,62%;5)

mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsep meningkat

sebesar 6,25% dari 64.58% menjadi 70,83%; 6) menggunakan dan memanfaatkan

serta memilih prosedur atau operasi tertentu juga mengalami kenaikan sebesar

6,25% dari yang semula hanya 66,67% menjadi 72,5%; 7) mengaplikasikan

konsep atau algoritma pada pemecahan masalah meningkat sebesar 6,67% dari

(17)

81 5.2 Saran

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dilakukan terhadap

pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang menerapkan model pembelajaran CTL

pada pembelajaran matematika di kelas VII-1 MTs Swasta YPI-Batang Kuis,

peneliti memberikan masukan atau saran yang perlu dipertimbangkan oleh

berbagai pihak yang terkait dengan hal ini, yaitu:

1. Kepada pihak sekolah/guru, diharapkan agar model pembelajaran CTL ini

dapat menjadi model pembelajaran alternatif yang digunakan di MTs

Swasta YPI-Batang Kuis dan dapat dilaksanakan secara bergantian dengan

model pembelajaran yang lain. Karena penerapan model pembelajaran

CTL ini dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa.

2. Kepada peneliti lain dapat melakukan penelitian lebih lanjut menggunakan

model pembelajaran CTL dengan mencakup aspek selain pemahaman

konsep dan mengaplikasikannya pada materi pembelajaran yang berbeda

(18)

ii

RIWAYAT HIDUP

Faisal Roni dilahirkan di Medan, pada tanggal 04 Oktober 1980. Ayah

bernama Fahyuril Azian Nasution dan Ibu bernama Hj. Norma Pasaribu,

merupakan anak pertama dari enam bersaudara. Pada tahun 1987 penulis masuk

SD Negeri 070690 Medan, dan lulus pada tahun 1993. Pada tahun 1993 penulis

melanjutkan sekolah di SMP Negeri 3 Medan, dan lulus pada tahun 1996. Pada

tahun 2007 penulis sekolah ke SMK Negeri 8 Medan dan lulus pada tahun 2000.

Selanjutnya pada tahun 2004 penulis aktif/mengabdi di PKBM (Pusat

Kegiatan Belajar Masyarakat) yang bernama PKBM Harapan Indonesia yang

konsern di bidang sosial-pendidikan anak putus sekolah dan anak jalanan dan

menjabat sebagai Tutor Paket B dan C, dan selanjutnya menghantarkan penulis

pada tahun 2007 memperoleh beasiswa Rintisan Pendidikan Gelar (RPG) dari

Direktorat Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Nonformal,

dan Informal (PPTK PAUDNI), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

(Kemendikbud) Republik Indonesia dan mendapat tugas belajar di Universitas

Negeri Medan (UNIMED) Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

(FMIPA) Jurusan Matematika Program Studi Pendidikan Matematika.

Referensi

Dokumen terkait

6.5.5 Terdapat prosedur untuk menjamin bahwa Jika terjadi perubahan terhadap sarana dan peralatan produksi, perubahan tersebut harus sesuai dengan persyaratan

Saya memiliki tato gambar anak kecil, yang berhiaskan hati di dekat kepalanya, saya memiliki tato ini hanya sebagai identitas diri saya kalau saya sudah mempunyai anak,

Buku Pegangan Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, Kelas 4, Depdikbud, 2013. 2.6 Memiliki sikap amanah sebagai implementasi dari pemahaman kisah

Tumbuhan berduri yang kebanyakan tumbuh pada daerah gersang seperti gurun adalah (Kaktus)3. Negara terluas keempat di dunia adalah

Pokja Barang/Jasa Konsultansi dan Jasa Lainnya pada Unit Layanan Pengadaan Barang/Jasa Kabupaten Aceh Barat Daya akan melakukan klarifikasi dan/atau verifikasi kepada penerbit

school, regarding “the silent Chinese learners”. This did not catch my attention until I was asked to reflect on what I had not noticed before by Fiona English, a lecturer of

Fakta yang menjadi ciri model pembelajaran Problem Based Learning sesuai dengan pembelajaran ini, karena pada pembelajaran satu ini guru meminta siswa

[r]