i SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan Teknik Otomotif
Oleh : Wisnu Riza Kartika NIM. 11504247001
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF FAKULTAS TEKNIK
v
Tak sekar menjual dan membeli patuh dan mematuhi tapi hari ini atau tidak sama sekali”. (ucok homicide)
vi
segalanya, memberikan dukungan, do’a serta bimbingannya untuk meraih apa yang diharapkan.
2. Adik dan keluargaku tercinta yang telah memberikan semangat dan motivasinya.
3. Segenap dosen dan staf karyawan Jurusan Pendidikan Teknik Otomotif Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta.
4. Teman-teman kelas PKS Pendidikan Teknik Otomotif FT UNY angkatan 2011 yang memberikan persaingan dan semangatnya.
vii 11504247001
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pelaksanaan ekstrakulikuler mengemudi siswa teknik kendaraan ringan kelas XII SMK muhammadyah prambanan.
Subjek penelitian adalah siswa kelas XII Tekni Kendaraan Ringan SMK muhammadiyah prambanan yang berjumlah 131 siswa, objek penelitian ini adalah kegiatan ekstrakulikuler. Penelitian ini merupakan penelitian deskriftif. Metode pengambilan data yang digunakan adalah menggunakan dokumentasi dan observasi untuk variabel efektivitas dalam kegiatan ekstrakulikuler mengemudi. Sebelum pengambilan data dan analisis data dilakukan terlebih dahulu dilakukan validasi instrumen yang dilakukan oleh ahli sebagai prasyarat instrumen. Data yang diperoleh dari dakumentasi dan observasi di analisis mengunakan metode deskriptif kuantitatif bersifat statistik menggunakan teknik prosentase atau statistik sederhana
Hasil penelitian secara keseluruhan pelaksanaan kegiatan ekstrakuliuler mengemudi siswa teknik kendaraan ringan kelas XII SMK muhammadiyah prambanan masuk kategori sangat efektif (92.5%). Proses pelaksanaan kegiatan dilaksanakan berdasarkan bagan kegitan , masuk kategori sangat efektif (95.28%), sarana prasarana pelaksanaan dikatakan memenuhi kebutuhan dalam mendukung setiap kali pelaksanaan kegiatan masuk kategori sangat efektif (94.44%), dan hasil(output) pelaksanaan masuk kategori sangat efektif (87.78%).
viii
Ekstrakulikuler Mengemudi Siswa Teknik Kendaraan Ringan Kelas XII SMK Muhammadiyah Prambanan” ini dapat selesai dengan baik.
Terselesaikannya Tugas akhir Skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak yang telah mendukung, baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Oleh karena itu, pada kesempatan ini rasa terima kasih disampaikan yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat.
1. Sudiyanto, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir Skripsi yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan Tugas Akhir Skripsi. 2. Dr. Mochamad Bruri Triyono, selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas
Negeri Yogyakarta.
3. Martubi, M.Pd., M.T., selaku Ketua Jurusan Teknik Otomotif Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta.
4. Noto Widodo, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Teknik Otomotif Fakultas Teknik Uiversitas Negeri Yogyakarta.
5. Martubi, M.Pd., M.T., selaku Pembimbing Akademik.
6. Prof. Dr. Herminanto Sofyan., selaku koordinator Tugas Akhir Skripsi. 7. Segenap Dosen Jurusan Teknik Otomotif Fakultas Teknik Universitas
Negeri Yogyakarta atas semua bimbingannya.
ix
Demikian Tugas Akhir Skripsi ini disusun, semoga dapat menambah wawasan dan bermanfaat. Atas segala bantuan yang telah diberikan diucapkan terima kasih.
Yogyakarta, 22 Mei 20115 Penyusun
x 1. Pengertian Sekolah Menengah Kejuruan ...
xi
B. Penelitian Yang Relevan ... C. Kerangka Berfikir ... E. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... F. Teknik Pengumpulan Data ... G. Instrumen Penelitian ... H. Validasi Instrumen ... I. Teknik Analisis Data ... BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data... B. Penyajian Data………... C. Pembahasan Hasil Penelitian... BAB V. Kesimpulan Dan Saran
xii
xiii
Tabel 2. Aspek Indikator Proses ... 50
Tabel 3. Aspek Indikator Sarana Prasarana ... 51
Tabel 4. Aspek Indikator Hasil ... 52
Tabel 5. Kepemilikan SIM... 53
Tabel 6. Kehadiran Instruktur ... 54
Tabel 7. Kehadiran Peserta ... 55
Tabel 8. Kepemilikan Silabus Atau Tahapan Belajar ... 56
Tabel 9. Alokasi Waktu……….. 56
Tabel 10. Kepemilikan Akte Atau Izin Pendiria……… 57
Tabel 11. Kepemilikan Ruang Kelas……….. 58
Tabel 12. Kepemilikan Lokasi Praktek……….. 59
Tabel 13. Kepemilikan Kendaraan………. 60
Tabel 14. Kepemilikan Media Pembelajaran………. 61
Tabel 15. Kepemilikan Pustaka ………..…... 62
Tabel 16. Aspek Hasil……… 62
Tabel 17. Penyajian Data Keseluruhan Sub Aspek……… 63
Tabel 18. Keseluruhan Aspek Proses……….. 64
Tabel 19. Keseluruhan Aspek Sarana Prasarana………. 65
Tabel 20. Keseluruhan Aspek Hasil……… 66
xiv
Lampiran 2. Surat Izin dari Setda DIY ... 89
Lampiran 3. Surat Izin dari Sekolah ... 90
Lampiran 4. Instrument Lembar Observasi ... 91
Lampiran 5. Kartu Bimbingan ... 92
Lampiran 6. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 93
Lampiran 7 Struktur Organisasi Kegitan Ektrakurikuler Mengemudi………. 94
Lampiran 8 Dokumentasi Foto Foto Kegitan Ekstakurikuler ………. 104
1 A. Latar Belakang
Pendidikan adalah salah satu langkah yang digunakan untuk
memajukan dan mencerdaskan, dilakukan dengan sadar dan terencana.
Pendidikan dimuka bumi ini dilakukan sejak manusia terlahir, tidak hanya
satu generasi saja melainkan akan terus berkesinambungan mulai dari
genersai lampau, generasi sekarang, hingga generasi mendatang. Pendidikan
menengah kejuruan adalah pendidikan pada jenjang pendidikan menengah
yang mengutamakan pengembangan kemampuan siswa untuk melaksanakan
jenis pekerjaan tertentu. Peraturan Pemerintah Nomor 29 tahun 1990 pasal 3
ayat (2) menyebutkan bahwa pendidikan menengah kejuruan mengutamakan
penyiapan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta mengembangkan sikap
profesional. Sekolah Menengah Kejuruan adalah suatu bentuk lembaga
pendidikan menengah kejuruan yang diharapkan mampu mencetak tenaga
kerja yang terampil tingkat menengah bagi industri.
Seiring berjalanya waktu peninggkatan mutu lulusan semakin
meningkat dengan ditandai adanya variasi tuntutan dunia kerja. Pendidikan
hendaknya tidak hanya berorientasi pada penyiapan tenaga kerja saja, tapi
pendidikan harus dapat memperkuat kemampuan dasar siswa untuk
berkembang sebagai individu, anggota masyarakat, maupun sebagai warga
negara dalam konteks kehidupan global. Untuk mencapai hal tersebut, maka
lulusan yang mempunyai kematangan secara akademik dan profesional.
Selain itu, untuk mengembangkan dan menggali lebih jauh potensi, minat,
kepribadian, dan bakat yang ada pada siswa.
Dalam upaya meningkatkan metu pendidikan diadakan kegiatan
intrakulikuler dan ekstrakurikuler. Kegitan intrakulukuler adalah kegiatan
pendidikan yang mengacu pada kurikulim yang dianut, sedangkan kegiatan
ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran sebagai
bagian integral dari kurikulum sekolah. Pengertian ekstrakulikuler menurut
kamus besar bahasa Indonesia (2002:291) yaitu: “suatu kegiatan yang berada
di luar program yang tertulis di dalam kurikulim seperti latihan
kepemimpinan dan pembinaan siswa”. Kegiatan ekstrakurikuler sangat
penting untuk megembangkan ketrampilan siswa karena dalam kegiatan
tersebut siswa mendapatkan pengalaman langsung.Hal ini berguna sebagai
bekal untuk memasuki dunia kerja.
Banyak siswa yang belum mengetahui fungsi dari kegiatan
ekstrakulikuler karena proses pelaksanaan dan sarana prasarana pendukung
yang belum terpenuhi, bahkan beberapa dari mereka tidak mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler yang di adakan sehingga banyak siswa yang kurang
mengetahui bakat dan minat yang ada pada dirinya. Mereka lebih suka
melakukan kegiatan di luar sekolah yang kurang bermanfaat. Kegiatan
tersebut lama-lama menjadi sebuah kebiasan yang justru merugikan diri
Kebiasaan berlalu lintas semakin hari semakin memprihatinkan.
Tingkat kesadaran para pengguna jalan raya terhadap pentingnya keselamatan
sangat minim, khususnya dikalangan para remaja. Hal ini terlihat dari
tingginya angka kecelakaan lalu lintas yang sebagian besar disebabkan
olehpelajar atau remaja.Sebagian besar remaja sekarang belum mengerti etika
berlalu lintas.Para pelajar atau remaja lebih suka mengendarai kendaraan
bermotor dengan kecepatan tinggi dan ugal-ugalan.Apalagi, sekarang banyak
siswa sekolah menengah yang menggunakan mobil.Perilaku inilah yang
menyebabkan banyaknya kecelakaan lalu lintas.
Menurut data Direktur Direktorat Lalu Lintas Polda DIY Di provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta, selama bulan Januari hingga bulan Juni 2012
angka kecelakaan lalu lintas di DIY tercatat 1.881 kasus dengan jumlah
korban meninggal dunia 171 orang. Jumlah ini mengalami peningkatan
dibandingkan pada tahun 2011 dimana angka kecelakaan lalu lintas tercatat
sebanyak 2.733 kasus dengan korban meninggal dunia sebanyak 161 jiwa.
(Nunung Listiyani, 2013 http://sosbud.kompasiana.com/2013/04/27/angka-kecelakaan-di-jogja-tinggi--555329.html)
Menurut Kapolresta Yogyakarta, di sepanjang tahun 2013 ada 491
kasus kecelakaan dengan korban meninggal 31 orang dan pelanggaran lalu
lintas sebanyak 13.069 kasus. Jadi bisa diperkirakan semakin lama jumlah
kecelakaan lalu lintas akan semakin meningkat. Dengan varian dari jumlah
Sumber ( http://jogja.okezone.com/read/2013/12/24/510/917028/kecelakaan-lalu-lintas-terjadi-tiap-hari-di-yogyakarta).
SMK Muhammadiyah Prambanan merupakan salah satu sekolah yang
melaksanakan kegitan ekstrakulikuler dalam upaya mendukung peningkatan
mutu pendidikan, hal ini sesuai dengan ketentuan umum Direktur Jendral
Menejemen Pendidikann Dasar Dan Menengah pasal 1 ayat (4) dan (5).
Adapun beberapa pelaksanaan kegiatan ekstrakulikuler yang diselenggarakan
di SMK Muhammadiyah Prambanan meliputi ekstrakulikuler wajib dan tidak
wajib. Salah satu kegiatan ekstrakulikuler yang di wajibkan adalah kegitan
esktrakulikuler mengemudi bagi jurusan otomotif. Pelaksanaan
ekstrakurikuler mengemudi merupakan upaya untuk meningkatkan
ketrampilan siswa dalam mengemudi dan mempersiapkan lulusan yang
mampu bersaing. Kegiatan ekstrakulikuler diharabkan juga dapat
mengurangi angka kecelakaan lalulintas yang disebabkan karena kurangnya
pemahaman dalam mengemudikan kendaraan. Ekstrakurikuler mengemudi
juga berguna sebagai bekal untuk menghadapi tuntutan dunia kerja yang
bermutu tinggi, yang nantinya diharapkan dapat mengurangi angka
pengangguran. Selain itu, dengan ekstrakurikuler mengemudi diharapkan
siswa mampu memahami dan mengerti nilai-nilai berlalulintas.
Dalam upaya meningkatkan mutu lulusan selain dengan menerapkan isi
pasal 1 ayat (4) dan (5) Direktur Jendral Menejemen Pendidikann Dasar Dan
Menengah SMK Muhammadiyah Prambanan juga harus berusaha dengan
baik itu yang bersifat intrakulikuler ataupun ekstrakulikuler. Hal ini di
lakukan agar tercapainya tujuan dari kegitan yang diselenggarakan dengan
efektif dan tepat sasaran. Dimana yang dimaksut dengan efektif adalah
bahasa yang berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang berarti kerhasil
atau sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik ( tingkat keberhasilan
proses).
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untukmelakukan penelitian
dengan judul “Efektivitas Pelaksanaan Ekstrakurikuler Mengemudi Siswa
TKR Kelas XII SMK Muhammadiyah Prambanan” untuk melihat keefektifan
penerapan ekstrakurikuler mengemudi di SMK Muhammadiyah Prambanan.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi
beberapa masalah yang timbul, seperti halnya belum mampunya sekolah
Menengah Kejuruan untuk mencetak tenaga kerja yang terampil bagi industry
sesuai dengan tujuanyan. Selain belum mampunya SMK dalam mencetak
tenaga kerja yang trampil sesuai dengan kebutuhan dunia kerja, di SMK juga
perlu diadakan kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan dan menggali
lebih jauh potensi, minat, kepribadian, dan bakat yang ada pada diri siswa.
Kegitan ekstrakulikuler yang diadakan terkadang proses pelaksananan dan
sarana prasarana pendukung belum sepenuhnya dipenuhi, serta belum
diketahui fungsinya oleh siswa. Kebanyakan dari siswa lebih suka berkegitan
di luar program sekolah yang kurang bermanfaat. Bahkan kegiatan tersebut
Misalnya kebiasaan berlalu lintas semakin hari semakin memprihatinkan,
khususnya dikalangan para remaja yang menyebabkan adanya angka
kecelakaan lalu lintas yang tinggi dan sebagian besar disebabkan oleh pelajar
atau remaja.
C. Batasan Masalah
Dalam upaya untuk menghindari penafsiran yang keliru dalam
penelitianini, maka diperlukan adanya batasan masalah, yaitu penelitian ini
hanya difokuskan untuk menilai keefektivan pelaksanaan ekstrakurikuler
mengemudi Siswa TKR Kelas XII Di SMK Muhammadiyah Prambanan.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah, maka dapat dirumuskan
permasalahan yang menjadi pusat perhatian penelitian ini, yaitu :
1. Bagaimanakah proses pelaksanaan ekstrakulikuler mengemudi di SMK
Muhammadiyah Prambanan?
2. Bagaimanakah fasilitas sarana dan prasarana ekstrakulikuler
mengemudi di SMK Muhammadiyah Prambanan?
3. Bagaimana tingkat efektivitas pelaksanaan ekstrakurikuler mengemudi
siswa TKR kelas XII di SMK Muhammadiyah Prambanan?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah :
1. Mengetahui proses pelaksanaan ekstrakulikuler mengemudi di SMK
2. Mengetahui fasilitas sarana prasarana ekstrakulikuler mengemudi siswa
TKR kelas XII di SMK Muhammadiyah Prambanan.
3. Mengetahui tingkat efektivitas pelaksanaan ekstrakurikuler mengemudi
siswa TKR kelas XII di SMK Muhammadiyah Prambanan.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat teoritis
Secara teoritik tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
tingkat efektivitas pelaksanaan ekstrakurikuler mengemudi siswa TKR
kelas XII di SMK Muhammadiyah Prambanan. Penelitian ini juga dapat
dijadikan kajian bagi penelitian selanjutnya untuk mengembankan
penelitian dengan tema yang sejenis.
2. Manfaat praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi bagi
siswa sebagai gambaran seberapa kemampuan mengemudi yang
dimiliki serta motivasi untuk meningkatkan kemampuan mengemudi
yang dimiliki. Penelitian ini dapat juga dijadikan sebagai bahan
masukan dan pertimbangan bagi penyelenggaraan kegiatan
ekstrakurikuler mengemudi guna mewujudkan siswa yang memiliki
skill mengemudi yang tertib lalu lintas, memberikan pengalaman
penelitian secara langsung, serta pengalaman bagaimana menciptakan
hubungan timbal balik yang saling menguntungkan antara peneliti dan
8 A. Deskripsi Teori
1. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
Di negara ini sistem pendidikan nasional diselengarakan menjadi dua
jalur yaitu; jalur pendidikan sekolah dan jalur luar sekolah. Kedua jalur
pendidikan tersebut memiliki beberapa tahapan atau jenjang pendidikan
berdasarkan jalurnya masing-masing. Jalur pendidikan sekolah meliputi
beberapa jenjang, yakni jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan
pendidikan tinggi. Sedangkan jalur pendidikan luar sekolah meliputi
pendidikan pra sekolah, pendidikan dalam keluarga, kelompok belajar (kejar)
paket A yang setara dengan sekolah dasar, kejar paket B yang setara dengan
sekolah lanjutan tingkat pertama, dan kejar paket C yang setara dengan
sekolah lanjutan tingkat atas, serta kursus-kursus keterampilan.
Sekolah menengah kejuruan tergolong dalam jalur pendidikan sekolah,
dimana kegiatan belajar mengajar yang diselenggarakan di sekolah secara
rutin, tahap demi tahap dan berkesinambungan. Pendidikan sekolah
menengah diselenggarakan untuk melanjutkan dan meluaskan pendidikan
dasar serta menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang
memiliki kemampuan mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan
sosial, budaya dan alam sekitar sekitar serta dapat mengembangkan
kemampuan lanjut dalam dunia kerja atau jenjang pendidikan yang lebih
menyelenggarakan program-program pendidikan yang disesuaikan dengan
jenis-jenis lapangan kerja (Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1990).
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 Bab I Pasal 1
Ayat (15), sekolah menengah kejuruan adalah salah satu bentuk satuan
pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang
pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk lain yang
sederajat. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1990 tentang Pendidikan
Menengah Bab 1 Pasal 1 Ayat (3), menyebutkan bahwa pendidikan
menengah kejuruan adalah pendidikan pada jenjang menengah yang
mengutamakan pengembangan kemampuan siswa untuk melaksanakan jenis
pekerjaan tertentu.
Berdasarkan pernyataan tersebut, jelas bahwa sekolah menengah
kejuruan memfokuskan pada satu program keahlian atau program-program
pendidikan tertentu. Program keahlian pada jenjang SMK juga menyesuaikan
pada permintaan masyarakat dan pasar. Hal ini dilakukan agar siswa siap
bekerja dalam bidang tertentu. Dengan adanya SMK siawa dapat memilih
bidang keahlian yang diminati. Kurikulum juga dibuat agar siswa siap untuk
langsung bekerja di dunia kerja serta melanjutkan kejenjang pendidikan yang
lebih tinggi. Muatan kurikulum yang ada disusun sedemikian rupa sesuai
dengan kebutuhan dunia kerja.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2013 tentang kerangka dasar dan
kurikulum 2013, dimana kurikulum 2013 memiliki karateristik sebagai
berikut :
a. Mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap
spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan
kemampuan intelektual dan psikomotorik.
b. Sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan
pengalaman belajar terencana dimana peserta didik menerapkan apa
yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan
masyarakat sebagai sumber belajar.
c. Mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta
menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat.
d. Member waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai
sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
e. Kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang
dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar Mata pelajaran.
f. Kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing
elemens) kompetensi dasar, dimana semua kompetensi dasar
danproses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai
kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi inti.
g. Kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip
akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya
(enriched) antar Mata pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi
Hal ini dilakukan agar siswa tidak mengalami kesulitan berbaur dengan
masyarakat dan ketika masuk di dunia kerja. Dengan masa studi sekitar tiga
atau empat tahun, lulusan SMK diharapkan mampu untuk bekerja sesuai
dengan keahlian yang telah ditekuni.
Sekolah menengah kejuruan merupakan bentuk satuan pendidikan
dijalur pendidikan sekolah pada pendidikan menengah kejuruan. Dengan
demikian sekolah menengah kejuruan merupakan sekolah yang
mempersiapkan tamatannya agar mampu bekerja pada bidang tertentu. Hal ini
merupakan upaya menyiapkan tenaga kerja terampil tingkat menengah guna
memenuhi kebutuhan industri dan dunia usaha. Penyelenggaraan sekolah
menengah kejuruan didasarkan ketentuan-ketentuan yang tertuang pada
Undang-Undang Republik Indonesia nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (USPN) Bab IV pasal 11 ayat (1) dan (3) yang bunyinya
adalah: “jenis pendidikan umum, pendidikan kejuruan, pendidikan luar biasa,
pendidikan kedinasan, pendidikan keagamaan, pendidikan akademik dan
pendidikan professional”. “Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan yang
mempersiapakan peserta didik untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu”.
Oleh sebap itu dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan menengah
kejuruan mengutamakan penyiapan siswa untuk memasuki lapangan kerja
dan mengembangkan sikap profesional dalam diri siswa.
Pendidikan ini juga mengandung pesan bekerja, bahwa setiap institusi
yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan harus berkomitmen untuk
istilah “mampu” mengandung arti seperti halnya mampu memilih karir sesuai
dengan bakat, minat, serta kemampuan kerja yang ada, mampu memasuki
lapangan kerja, mampu berkompetisi dan mampu mengembangkan dirinya di
lapangan kerja yang cepat berubah dan berkembang.
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, pendidikan menengah
kejuruan sebagai sub sistem dari pendidikan nasional mempunyai tujuan yang
terbagi menjadi tujuan umum dan tujuan khusus.
a. Tujuan umum pendidikan menengah kejuruan
1) Meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada
Tuhan Yang Maha Esa
2) Mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi warga
Negara yang berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, demokratis dan bertanggung jawab
3) Mengembangkan potensi peserta didik agar memiliki wawasan
kebangsaan, memahami dan menghargai keanekaragaman
budaya bangsa Indonesia
4) Mengembangkan potensi peserta didik agar memiliki kepedulian
terhadap lingkungan hidup dengan secara aktif turut memelihara
dan melestarikan lingkungan hidup, serta memanfaatkan sumber
daya alam dengan efektif dan efisien.
b. Tujuan khusus pendidikan menengah kejuruan
1) Menyiapkan peserta didik agar menjadi manusia produktif,
sebagai tenaga kerja tingkat menengah sesuai dengan kompetensi
dalam program keahlian yang dipilihnya
2) Menyiapkan peserta didik agar mampu memilih karir, ulet dan
gigih dalam berkompetensi, beradaptasi di lingkungan kerja dan
mengembangkan sikap profesional dalam bidang keahlian yang
diminatinya
3) Membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan, teknologi
dan seni agar mampu mengembangkan diri di kemudian hari baik
secara mandiri maupun melalui jenjang pendidikan yang lebih
tinggi; dan
4) Membekali peserta didik dengan kompetensi-kompetensi yang
sesuai dengan program keahlian yang dipilih.
Dari berbagai uraian diatas, dapat di simpulkan bahwa sekolah
menengah kejuruan SMK merupakan suatu instasi dalam bidang pendinikan
jengjang menengah yang bergerak secara khusus atau menuju terhadap suatu
keahlian tertentu dan melanjukat ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi
sesuai dengan keinginan pesrta didiknya. Dengan demikian diharapkan
peserta didik tidak hanya mampu menjadi manusia produktif, bekerja
mandiri, dan mengisi lowongan pekerjaan yang ada sesuai dengan
kompetensi dalam program keahlian yang dipilihnya tetapi juga dapat
melanjutkan pendikan hingga jenjang yang lebih tinggi sebelum memasuki
2. Efektifitas
Kata efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang berarti
berhasil atau sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik. Kamus ilmiah
populer mendefinisikan efetivitas sebagai ketepatan penggunaan, hasil guna
atau menunjang tujuan. Menurut Handoko T (2003: 7) efektivitas merupakan
kemampuan untuk memilih tujuan atau peralatan yang tepat untuk pencapaian
tujuan yang telah ditetapkan. Keefektifan bisa diartikan tingkat keberhasilan
yang dapat dicapai dari suatu cara atau usaha tertentu sesuai dengan tujuan
yang telah ditentukan.
Sedangkan Menurut Ravianto (1986:113), pengertian efektivitas adalah
seberapa baik pekerjaan yang dilakukan, sejauh mana orang menghasilkan
keluaran sesuai dengan yang diharapkan. Ini berarti bahwa suatu pekerjaan
dikatakan efektif apabila dapat diselesaikan sesuai dengan perencanaan, baik
itu dilihat dari segi waktuyang digunakan, biaya maupun mutunya.
Menurut mahmudi (2007:84), Efektifitas terkait dengan hubungan
antara hasil yang diharapkan dengan hasil yng sesungguhnya dicapai.
Semakin besar konstribusi output terhadap pencapaian tujuan, maka semakin
efektif suatu kegitan, program dan atau organisasi. Maka suatu organisasi,
program, atau kegiatan dikatakan efektif jika output yang dihasulkan bisa
memenuhi tujuan sebagaimana yang dikehendaki. Untuk mengukur
efektivitas kesuksesan suatu organisasi, program , atau aktivitas dalam
mencapai suatu tujuan selalu dikaitkan dengan output-nya dan tidak mungkin
adalah hasil langsung dari suatu proses, contoh dari output adalah jumlah
lulusan, jumlah kasus dan lain sebagainya. Sedangkan yang dimaksut dengan
outcome adalah hasil yang dicapai dari suatu program atau aktivitas
dibandingkan dengan hasil yang diharapkan. Pengukuran output merupakan
pengukuran kuluaran langsung suatu proses yang menunjukan hasil
implementasi program atau aktivitas. Dan pengukuran outcome merupakan
pengukuran dampak social suatu aktivitas dengan mengukur nilai kualitas
dari output.
Steers dalam Hessel Nogi S (2005:140), ada lima kreteria dalam
pengukuran efektivitas organisasi, yaitu :
a. Produktivitas yaitu hasil atau output.
b. Kemampuan adaptasi.
c. Kemampuan kerja.
d. Kemampuan berlaba.
e. Pencarian suberdaya.
Masih dalam Hessel Nogi S (2005:140) menurut Gibson et al. yang
dikutip siagian mengatakan bahwa pengukuran efektivitas sebagai berikut:
a. Kejelasan tujuan yang hendak dicapai.
b. Kejelasan strategi pencapaian tujuan.
c. Proses analisis dan perumusan kebijaksanaan.
d. Perencanaan yang matang.
e. Penyusunan program yang tepat.
g. System pengawasan dan pengendalian yng bersifat mendidik.
Selanjutnya menurut James L yang dikutip oleh Hari lubis dalam Zafar
abindin (2002) pengukuran efektivitas dilakukan berdasarkan tiga bagian
secara terpisah, yaitu :
a. Berdasarkan sasaran.
b. Berdasarkan sumber.
c. Berdasarkan proses.
Sedangkan menurut Mudlofir dalam Nurul Hidayah (2010: 10-11)
ukuran efektifitas dapat diukur dari berapa jumlah siswa yang berhasil
mencapai tujuan dalam kurun waktu yang telah ditentukan. Spesifkasi
jumlahnya dinyatakan dalam bentuk prosentase dari jumlah peserta. Besarnya
prosentase tingkat efektifitas kegiatan ditentukan oleh instruktur atau
pengajar yang bersangkutan. Prosentase tingkat efektivitas pelaksanaan
kegiatan yang di maksut mengunakan kreteria sebagai berikut :
No Prosentase (%) Keterangan
1 80 – 100 Sangat efektif
2 66 – 79 Efektif
3 56 – 65 Cukup efektif
4 40 – 55 Kurang efektif
5 0 – 39 Tidak efektif
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa efektivitas merupakan
suatu ukuran tercapainya suatu tujuan yang diharapkan, baik itu organisasi,
progam, atau kegiatan. Dimana semakin besar prosentase hasil (output) yang
dicapai dibandingkan dengan target yang dinginkan dalam pelaksanaan
kegiatan (tujuan kegiatan), maka semakin tinggi tingkat efektivitasnya.
standar keberhasilan yang telah ditentukan oleh yang bersangkutan. Menurut
pendapat para ahli di atas indikaotor efektifitas yang dapat di definisikan
dalam pengukuran efektifitas pelaksanaan ektstrakulikuler mengemudi adalah
sebagai berikut; produk yaitu hasil (output), proses, dan sasaran prasarana.
Dengan membandingkan antara hasil nyata yang telah diwujudkan dengan
rencana yang telah ditentukan.
3. Ekstrakurikuler
Sebagai lembaga pendidikan sekolah adalah tempat menampung dan
membina siswa atau peserta didik agar mereka memiliki kemampuan,
kecerdasan dan keterampilan. Dalam proses pendidikan diperlukan
pembinaan secara berkoordinasi dan terarah. Dengan demikian siswa
diharapkan dapat mencapai prestasi atau mutu belajar yang maksimal
sehingga tercapainya tujuan pendidikan. Proses untuk mencapai prestasi atau
mutu belajar dapat di tempuh dengan kegiatan kegitan di sekitar lingkungan
sekolah. Kegitan tersebut melibatkan peran guru dan siswa yang saling
melengkapi satu sama lain, kegiatan intrakulikuler dan ekstrakurikuler
merupakan buntuk aplikasi kegitan di lingkungan sekolah yang bertujuan
dalam meningkatkan prestasi dan mutu belajar siswa secara berkoordinasi dan
terarah.
Kegitan intrakulukuler adalah kegiatan pendidikan yang mengacu pada
kurikulim yang dianut, kegiatan kurikuler (intra) sendiri adalah upaya untuk
mempersiapkan siswa untuk memiliki kemampuan intelektual, emosiaonal,
mengajar di kelas, praktek di bengkel, praktek kerja lapangan (di industri),
tugas kelompok dan lain-lain. Sedangkan kegiatan ekstrakurikuler adalah
kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran sebagai bagian integral dari
kurikulum sekolah. Tetapi karena sasaran kompetensi yang diharapkan itu
meliputi jangkauan kompetensi yang amat luas, berupa aspek intelektual,
sikap emosional, dan keterampilan, maka pada akhirnya kegiatan
ekstrakurikuler menjadi tidak terbatas pada program untuk membantu
ketercapaian tujuan kurikuler saja, melainkan juga mencakup pemantapan dan
pembentukan kepribadian yang utuh di dalam pengembangan minat dan bakat
siswa.
Pengertian ekstrakurikuler menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(2002:291) yaitu suatu kegiatan yang berada di luar program yang tertulis di
dalam kurikulum seperti latihan kepemimpinan dan pembinaan siswa.
Kegiatan ekstrakurikuler sendiri merupakan kegiatan pendidikan di luar mata
pelajaran yang dilaksanakan diluar jam pelajaran wajib sebagai bagian
integral dari kurikulum sekolah. Kegiatan ini memberi keleluasaan waktu dan
memberikan kebebasan pada siswa, terutama dalam menentukan jenis
kegiatan yang sesuai dengan bakat serta minat mereka. Ketentuan umum
Direktur Jendral Menejemen Pendidikann Dasar Dan Menengah pasal 1 ayat
(4) menyebutkan bahawa Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan belajar
mengajar di sekolah yang telah ditentukan sesuai dengan tujuan, isi, dan
struktur kurikulum ditujukan untuk mengembangkan kompetensi peserta
keahlian lainnya. Jenis kegiatan ekstrakulikuler yang diprogramkan disekolah
dijelaskan oleh Depdibud (1995: 3) antara lain: pendidikan kepramukaan,
pasukan pengibar bendera, palang merah remaja, pasukan keamanan sekolah,
gema pencinta alam, filateli, koperasi sekolah, usaha kesehatan sekolah,
kelompok ilmiah remaja, olahraga dan kesenian.
Menurut Sudirjo (1989: 86) yang dimaksud ekstrakurikuler adalah
kegiatan yang dilakukan diluar jam belajar biasa yang bertujuan agar siswa
lebih menghayati apa yang dipelajari dalam kegiatan intrakurikuler. Adapun
ruang lingkup kegiatan ekstrakurikuler yang dilaksanakan di sekolah harus
bertitik tolak pada kegiatan yang dapat menunjang serta mendukung program
intrakurikuler sekolah itu sendiri. Masih menurut Sudirjo dalam Nurul
Hidayah (2010: 11-14), ada beberapa hal mengenai tujuan dan ruang lingkup
ekstakurikuler :
a. Tujuan ekstrakurikuler meliputi:
1) Kegiatan ekstrakurikuler harus dapat meingkatkan pengetahuan
siswa baik ranah kognitif, afektif, maupun psikomotorik.
2) Kegiatan ekstrakurikuler harus dapat mengembangkan bakat
dan minat siswa dalam upaya pembinaan pribadi menuju
pembinaan manusia seutuhnya yang positif.
3) Siswa dapat mengetahui, mengenal dan membedakan
hubungan antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran
lainnya.
1) Harus dapat meningkatkan pengayaan pengetahuan siswa, baik
ranah kognitif, afektif maupun psikomotor.
2) Memberikan tempat atau wadah kegiatanyang dapat
mendorong penyaluran bakat dan minat siswa, sehingga siswa
akan terbiasa melakukan kesibukan-kesibukan yang positif.
3) Adanya perencanaan, persiapan, dan pembiayaan yang telah
diperhitungkan secara matang sehingga program
ekstrakurikuler dapat mencapai tujuan.
4) Faktor-faktor para pelaksanaan untuk memonitor dan
memberikan penilaian.
c. Bentuk pelaksanaan ekstrakurikuler
Pelaksanaan ekstrakurikuler dapat dilaksanakan secara
individual, kelompok, klasikal maupun gabungan.
1) Individual, yaitu format kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti
peserta didik secara perorangan.
2) Kelompok, yaitu format kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti
oleh kelompok-kelompok peserta didik.
3) Klasikal, yaitu format kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti
oleh peserta didik dalam satu kelas.
4) Gabungan, yaitu format kegiatan ekstraurikuler yang diikuti
peserta didik antar kelas atau antar sekolah.
Selain tujuan dan ruang lingkupnya yang berfariasi, kegiatan
Perbedaan keduanya ini dapat dilihat dari beberapa aspek, aspek aspek
tersebut antara lain :
a. Sifat kegiatan
Jika diliahat dari kegiatan, kegitan kurikuler atau intrakulikuler
lebih bersifat wajab bagi para peserta didik atau siswa. Kegiatan
kulikuler lebih bersifat melekat, berisi berbagai kemampuan dasar
dan kemampuan minimal yang harus dimiliki siswa. Sebaliknya,
kegiatan ektrakurikuler lebih bersifat sebagai kegiatan penunjang
untuk mencapai program kegiatan kurikuler serta untuk mencapai
tujuan pendidikan yang lebih luas, walaupun ada beberapa kegiatan
yang kadang di wajibkan sebagai kegitan penunjang.
b. Waktu pelaksanana
Jika dilihat dari waktu pelaksanannya kegitan intrakulikuler
dilaksanakan secara terus-menerus pasti dan tetep sesuai dengan
kalender akademik. Sedangkan kegiatan ekstrakurikuler sangat
bergantung pada sekolah yang bersangkutan, lebih bersifat fleksibel
dan dinamis.
c. Teknis pelaksanaan
Secara teknis pelaksanaan kegiatan intrakurikuler merupakan
kegiatan inti sekolahan, sangat ketat dan teratur dengan struktur
program yang pasti sesuai kalender akademik. Kegiatan kurikuler
berada di bawah tanggungjawab guru. Sedangkan kegiatan
bidang studi yang mungkin lebih bersifat team work, sesuai dengan
keahlian para guru tersebut untuk bidang-bidang tertentu. Bahkan
terkadang tak jarang sekolah tertentu mendatangkan tenaga dari
luar yang memiliki keahlian-keahlian khusus untuk melaksanakan
kegiatan ekstrakurikuler.
d. Sasaran
Sebagai kegiatan sekolah yang wajib diikuti oleh seluruh siswa,
kegiatan intrakurikuler memiliki sasaran yang berbeda dengan
kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan intrakurikuler berhubungan
dengan kegiatan menumbuhkan kemampuan akademik siswa,
sementara kegiatan ekstrakurikuler lebih menumbuhkan
pengembangan aspek-aspek pengembangan baik berupa minat,
bakat, kepribadian, dan kemampuan siawa sebagai makhluk sosial,
disamping itu juga sebagai pembantu pencapaian tujuan kegiatan
kurikuler.
e. Evaluasi dan kriteria keberasilan
Evaluasi keberhasilan kegiatan kurikuler ditentukan oleh
keberhasilan siswa dalam menguasai kompetensi yang sesuai
dengan kurikulum yang diberlakukan oleh sekolah.
Kegitan ekstrakulikuler merupakan media pengembangan diri siswa
sesuai dengan minat, bakat, kepribadian, dan kemampuan yang dimiliki siswa
harus memliki konsep pengembangan diri. Sebagai mana yang dimaksut
dengan konsep pengembangan diri tersebut yaitu :
a. Visi dan Misi
Visi dan misi tentunnya tidak pernah bias dipisahkan. Visi dari
kegiatan ekstrakurikuler adalah berkembangnya potensi, bakat dan
minat secara optimal, serta tumbuhnya kemandirian dan
kebahagiaan peserta didik dalam hal ini siswa yang berguna untuk
dirinya sendiri, keluarga dan masyarakat. Sedangkan misi dari
kegitan ekstrakulikuler adalah menyediakan sejumlah kegiatan
yang dapat dipilih oleh siswa sesuai dengan kebutuhan, potensi,
bakat, dan minat mereka.
b. Fungsi
Secra umum fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk
mengembangkan kemampuan dan kreativitas peserta didik sesuai
dengan potensi, bakat dan minat mereka. Namun jika di spesifik
fungsikegitan ekstrakulikuler meliputi fungsi Sosial, fungsi
rekreatif, dan fungsi persiapan karir.
1) Sosial yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk
mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial.
2) Rekreatif, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk
mengembangkan suasana rileks, menggembirakan dan
menyenangkan bagi peserta didik yang menunjang proses
3) Persiapan karir, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk
mengembangkan kesiapan karir peserta didik.
c. Muatan kegitan
Kegiatan ekstrakurikuler dapat dikembangkan dalam bebagai
ragam cara dan isi. Kegiatan Penyelenggaraannya yang
memberikan kesempatan luas kepada pihak sekolah dan pihak yang
berkepentingan lainnya untuk secara kreatif merancang sejumlah
kegiatan sebagai muatan kegiatan ekstrakurikuler.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kegiatan ekstrakulikuler
adalah salah satu uapaya sekolah dalam meningkatkan mutu pendidakan
melalui jalur ekstra yang dilakukan setelah kegiatan intrakulikuler selesai,
atau di luar jam sekolah. Ekstrakulikuler yang dilakukan di sekolah memiliki
tunjuan, misi dan visi dalam kegiatanya. Dengan adanya kegiatan
ekstrakulikuler diharapakan siswa yang mengikultinya dapat
mengembangkan bakat dan ketrampilanya sesuai jalur yang di ikutinya.
Dengan ndemikian siswa akan lebih siap berbaur dengan masyarakat sekitar
dan fariasi tuntutan dunia kerja nantinya ketika mereka lulus kemudian
memasuki dunia kerja.
4. Mengemudi
Mengemudi (driving) adalah kemampuan dalam mengendalikan dan
mengoperasikan suatu kendaraan, baik berupa bus, truk, mobil, ataupun
isi Undang-undang RI No. 14 Tahun 1992 Tentang Lalu-lintas dan Angkutan
Jalan pasal 18 ayat (1) dan ayat (2).
Saat ini, banyak terjadi kasus kecelakaan dan pelanggaran lalu lintas
karena pengemudi yang kurang hati-hati saat mengemudi ataupun karena
kurangnya pengalaman pengemudi dalam mengemudi. Menurut Nagayama
dalam Fajri Hamit (2008 : 11) ada 2 hal utama yang berkaitan dengan
terjadinya kecelakaan, yaitu perilaku berlalu lintas dan situasi lalu lintas.
Penyebab utama terjadinya kecelakaan adalah perilaku berlalu lintas yang
tidak baik seperti penggunaan alkohol, obat-obatan, mengantuk, sembrono,
mengemudi dengan kecepatan tinggi dan kebiasaan menggunakan ponsel saat
mengemudi. Penyebab kecelakaan yang lain adalah karena situasi lalu lintas,
seperti kondisi jjalan, kondisi kendaraan, jarak penglihatan dan cuaca.
Kasus pelanggaran dan kecelakaan lalu lintas diatas dapat diatasi
dengan perilaku mengemudi yang baik. Saat ini dikenal dengan 3 (tiga) cara
mengemudi, cara mengemudi tersebut yaitu : “Safety Driving” , “Aggressive
Driving”, dan “Defensive Driving”. Sedangkan yang dimaksut dengan
“Safety Driving” adalah perilaku mengemudi yang aman yang bisas
membantu menghindari masalah lalu lintas. Dengan menerapkan safety
driving, tingkat kesadaran pengemudi terhadap segala kemungkinan yang
terjadi saat mengemudi akan meningkat. Safety driving merupakan dasar
pelatihan lebih lanjut yang lebih memperhatikan keselamatan, baik itu bagi
pengemudi, penumpang dan penguna jalan yang lainya. Sedangkan yang
dengan lebih “garang/menyerang/ugal-ugalan”, kadang pengemudi juga
sudah tidak memperhatikan peraturan yang berlaku, dan sangat
membahayakan dirinya dan pemakai jalan lain. Perilaku mengemudi ini
biasanya sudah tidak peduli dengan apapun yang berhubungan dengan
keselamatan melainkan mengutamakan ke egoisan deri sendiri tampa
memikirkan penguna jalan lain. Kemudian yang dimaksut dengan “Defensive
Driving” adalah cara mengemudi dengan lebih aman, dan tak jarang
pengemudi lebih sering mengalah. Hal ini memberikan nilai aman bagi
pengemui sendiri dan pengemudi yang lain. Dari ketiga cara mengemudi di
atas dapat disimpulkan perilaku mengemudi yang baik itu harus tertanam
dalam diri setiap pengemudi agar selamat dalam perjalan. (Achmad Salumun
Sa, 2011
http://teknologi.kompasiana.com/terapan/2011/10/08/cara-mengemudi-yang-aman-defensive-driving-transporatsi-6-399869.html.)
Untuk menjadi seorang pengemudi atau yang mengemudikan
kendaraan, baik itu berupa bus, truk, mobil, ataupun sepeda motor harus
menguasai kemampuan dasar mengemudi. Dalam Undang-undang RI No. 14
Tahun 1992 Tentang Lalu-lintas dan Angkutan Jalan pasal 19 ayat (1) yang
bunyinya adalah “Kemampuan mengemudi dapat diperoleh melelui
pendidikan mengemudi”. Penyelenggara pendidikan mengemudi dapat
dilaksanakan oleh pemerintah, lembaga hukum Indonesia, dan atau
perseorangan warga Negara Indonesia.
Tentunya untuk mendapatkan perizinan dalam hal pendidikan
Nomor KM.36 Tahun 1994 tentang Pendidikan Mengemudi Kendaraan
Bermotor Bab II pasal 9 menyebutkan syarat syarat untuk penyelenggaraan
pendidikan mengemudikan kendaraan bermotor sebagai berikut :
a. Memiliki akte pendirian perusahaan bagi pemohon badan hukum
atau kartu tanda penduduk bagi pemohon perorangan;
b. Memiliki atau menguasai ruang/kelas untuk belajar yang memadai;
c. Memiliki atau menguasai lokasi yang memenuhi persyaratan untuk
praktek mengemudi kendaraan bermotor;
d. Memiliki atau menguasai kendaraan bermotor yang memenuhi
persyaratan teknis dan laik jalan untuk praktek mengemudi
kendaraan bermotor;
e. Memiliki alat bantu untuk kepentingan pengajaran berupa alat-alat
instruksi dan alat-alat penolong instruksi;
f. Memiliki kepustakaan di bidang lalu-lintas; memiliki struktur
organisasi penyelenggara pendidikanmengemudi kendaraan
bermotor;
g. Lengkap dengan personil dan uraian tugas masing-masing;
h. Menyerahkan daftar nama personil dan riwayat hidup pengelola
dan instruktur yang memenuhi kualifikasi yang dipersyaratkan;
i. Menyerahkan peraturan tata tertib penyelenggaraan pendidikan dan
j. Menyerahkan rekomendasi penyelenggaraan kursus mengemudi
dari Kepala Wilayah Departemen Perhubungan dan Kepala
Wilayah Satuan Lalu Lintas Kepolisian Republik Indonesia.
k. Menyerahkan kurikulum pendidikan dan pelatihan mengemudi
kendaraan bermotor;
Sedangkan persyaratan untuk instruktur, peserta, kurikilum, alokasi
waktu, dan sarana prasarana yang digunakan dalam kegiatan pendidikan
mengemudi harus mencakup tentang pendidikan teori dan praktek khusunya
untuk kurikulum yang diajarkan, seperti yang tertera dalam Keputusan
Menteri Perhubungan Nomor KM.36 Tahun 1994 tentang Pendidikan
Mengemudi Kendaraan Bermotor Bab III pasal 12, Bab IV pasal 13 dan 14,
Bab V pasal 15, yaitu :
1. Kurikulum pendidikan mengemudi menurut bab III pasl 12, yaitu:
a. Kurikulum penyelengaraan pendidikan mengemudi
kendaraan bermotor mencakup teori dan praktek
b. Kurikulum yang mencakup teori sebagai mana yang
dimaksud dalam ayat (1), meliputi;
a) Pendidikan pancasila.
b) Peraturan perundang-undangan di bidang lalulintas dan
angkutan jalan.
c) Pengetahuan praktis mengenai teknis dasar kendaraan
bermotor, kecelakaan lalulintas seta pertolongan pertama
c. Kurikulum yang mencakup praktek seperti yang dimaksud
dalam ayat (1), meliputi;
a) Praktek mengemudi kendaraan bermotor di lapangan
praktek.
b) Praktek mengemudi kendaraan bermotor dalam
berlalulintas di jalan.
c) Praktek perawatan kendaraan bermotor.
2. Peserta dan alokasi waktu pendidikan mengemudi menurut bab IV
pasal 13 dan 14, yaitu:
a. Alokasi waktu
a) Jumlah jam pengajaran pendidikan mengemudi
kendaraan bermotor sekurang-kurangnya 80 jam
pelajaran atau sebanyak banyaknya 100 jam pelajaran
dengan satu jam pelajarannya 45 menit.
b) Perimbangan jumlah jam pengajaran teori dan praktek
adalah 40% dan 60%.
b. Peserta
a) Dapat menulis dan membaca huruf.
b) Sehat jasmani dan rohani yang ditunjukan surat
keterangan dokter.
c) Berkelakuan baik yang dibuktikan dengan surat
d) Sekurang-kurangnya berusia 16 tahun untuk pesrta
pendidikan mengemudikan kendaraan bermotor roda
dua, dan sekurang kurangnya berusia 17 tahun untuk
pesrta pendidikan mengemudikan kendaraan bermotor
roda tiga dan empat.
3. Instruktur pendidikan mengemudi menurut bab V pasal 15, yaitu:
a. Untuk memperoleh kualifikasi instruktur pengemudi
kendaraan bermotor harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
a) Warganegara Indonesia.
b) Memiliki surat ijin mengemudi sesuai dengan kendaraan
yang dikemudikan.
c) Memiliki pengalaman mengemudikan kendaraan
sekurang-kurangnya tiga tahun pada golongan yang
bersangkutan.
d) Sehat jasmani dan rohani.
e) Berkelakuan baiky ang dibuktikan dengan surat
keterangan kelakuan baik dari Kepala Kesatuan
Kewilayahan Kepolisian Negara Republik Indonesia.
f) Telah mengikuti kursus intruktur mengemudikan
kendaraan bermotor selama 150 jam pelajaran yang di
selenggarakan oleh POLRI atau instansi yang
b. Program latian bagi instruktur sebagai mana yang dimaksud
dalam poin (a) huruf f harus disahkan oleh Direktur Bina
Instruktur Dan Tenaga Pelatihan Departemen Tenaga Kerja.
c. Kualifikasi sebagai instruktur pendidikan mengemudi sebagai
mana yang dimaksud dalam poin (a) diatur oleh mentri yang
bertanggung jawab dibidangnya.
Meneurut lembaga pendidikan mengemudi NASWA, ada beberapa hal
yang mencakup kemampuan dasar mengemudi, yaitu ; mamapu memehami
fungsi dari sistem kemudi, memehami posisi gigi (menambah/mengurangi),
mampum parkir di tempat umum, dan berjalan perlahan dikemacetan.
Seorang pengemudi yang baik hendaknya harus selalu memiliki sikap
waspada, sadar dan tanggap.
a. Waspada (kewaspadaan)
Dengan memiliki ketrampilan dalam safety driving, seorang
pengemudi akan mengetahui bagaimana cara mengendalikan
kendaraan (mobil) dan keluar dari kondisi bahaya yang ada atau
terjadi pada saat itu.
b. Sadar (kesadaran)
Faktor ini merupakan salah satu aspek dalam safety driving agar
pengemudi menyadari keterbatasan dan kemampuan diri sendiri
serta kendaraan atau mobil. Sebagai contoh, dalam kasus kegagalan
fungsi rem, dalam safety driving diajarkan bagaimana
atau memindahkan perseneling/ gigi (gear) tanpa harus kehilangan
kendali.
c. Tanggap
Tanggap, dalam hal ini merupakan tingkah laku yang diharapkan
pada pengemudi agar lebih gesit saat mengemudi, pengemudi
diharapkan dapat mengantisipasi potensial bahaya yang
ditimbulkan oleh lingkungan sekitar (pengemudi lain) dari pada
harus melakukan tindakan yang tidak baik atau negatif yang
membahayakan pengemudi lain.
Selain harus selalau memiki sikap waspada, sadar dan tanggap seorang
pengemidi atau yang mengemdikan kendaraan harus memiliki surat izin
mengemudi (SIM). Pasal 77 ayat (1) UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan menyatakan bahwa setiap orang yang
mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan wajib memiliki Surat Izin
Mengemudi sesuai dengan jenis Kendaraan Bermotor yang dikemudikan.
Untuk mendapat kan surat izin mengemudi seorang pengmudi harus
memenuhi persyaratan. Adapaun persyaratan yang dimaksut menurut
Kepolisian Negara Republik Indonesian Divisi Humas Mabes Polri sesuai
dengan kegunaan Surat Izin Mengemudi (SIM) adalah bukti registrasi dan
identifikasi yang diberikan oleh Polri kepada seseorang yang telah memenuhi
persyaratan administrasi, sehat jasmani dan rohani, memahami peraturan lalu
Di Indonesia SIM sudah dikenal cukup lama bagi para pengemudi
kendaraan bermotor untuk memiliki SIM dalam mengemudikan kendaraan
baik itu kendaraan pribadi maupun kendaraan yang bersifat umum, SIM itu
sendiri digolongkan menjadi dua jenis yaitu SIM untuk kedaraan bermotor
perseorangan atau pribadi dan SIM untuk kendaraan bermotor umum atau
yang dikenal dengan angkutan umum. Dengan adanya program SIM yang
diwajibkan sebagai persyaratan mengemudi yang diselengarakan oleh
pemerintah, pemerintah menentukan beberapa persyaratan umum untuk
pembutan SIM bagi calon pengemudi kendaraan bermotor berdasarkan Pasal
81 UU No. 22 Tahun 2009 yaitu :
a. Usia
Usia adalah tolak ukur kedewasaan bago seorang pengemudi yang
ingin mengurus SIM.
1) 17 tahun untuk SIM C dan D.
2) 18 tahun untuk SIM A.
3) 21 tahun untuk SIM B.
4) 21 tahun untuk SIM B2.
b. Administratif
Administratif adalah salahsutu bukti identitas yang sah, dan
seorang pemohon harus memilikinya. Identitas yang di maksut :
1) Memiliki Kartu Tanda Penduduk.
2) Mengisi formulir permohonan.
c. Kesehatan
Seorang pemohan harus dalam kondisi sehat, kesehatan yang di
maksut yaitu :
1) Sehat jasmani dengan surat keterangan dari dokter
2) Sehat rohani dengan surat lulus tes psikologis
d. Lulus ujian
Ujian di sini dimaksut sebagai indicator ukur kemampuan
mengmudi. Jenis ujian yang dimaksut yaitu :
1) Ujian teori
2) Ujian praktek dan atau
3) Ujian kertampilan melalui simulator
e. Biaya pembuatan
Biaya yang dimaksut adalah untuk biaya cetak atau pembuatan dan
biaya asuransi, dengan rincian sebagai berikut :
1) Biaya Pembuatan SIM A Rp 120.000
2) SIM C Rp. 100.000
3) Biaya asuransi: Rp 30.000
Adapun fungsi dari SIM itu sendiri sesuai yang tertera pada Pasal 86
UU no 22 th 2009 ;
a. Surat Izin Mengemudi berfungsi sebagai bukti kompetensi
b. Surat Izin Mengemudi berfungsi sebagai registrasi Pengemudi
Kendaraan Bermotor yang memuat keterangan identitas lengkap
Pengemudi.
c. Data pada registrasi Pengemudi dapat digunakan untuk mendukung
kegiatan penyelidikan, penyidikan, dan identifikasi forensik
kepolisian.
Dari uraian di atas, dapat dismpulkan bahwasannya yang dimaksut
dengan mengemudi adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang dalam
hal mengendalikan atau mengoprasikan kendaraan. Seseorang yang
mengemidikan atau mengoiprasikan kendaraan disebut pengemudi. Dalam
mengemudikan kendaran dikenal 3 (tiga) istilah mengemudi yaitu “Safety
Driving” , “Aggressive Driving”, dan “Defensive Driving”. Dalam
mengemudi juga harus menguasai teknik dasar mengemudi agar lebih
kompeten dalam mengemudikan kendaraan. Bagi seorang pengemudi yang
sedang mengemudiakan kendaraan hendaknya selau waspada, sadar, tanggap
terhadap kondisi kendaraan dan lingkungan sekita, agar terhindar dari
kecelakkaan lalulintas. Selain itu pengemudi juga harus melengkapi
kelengkapan kendaraan dan memiliki surat izin mengemudi (SIM).
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan adalah penelitian yang dilakukan oleh:
1. Mia Kusumawati pada tahun 2011 yang berjudul Dampak Kegiatan
Ekstrakurikuler Olahraga Terhadap Perilaku Sosial. Hasil penelitian
lebih besar terhadap perilaku sosial terhadap siswa dibandingkan
kegiatan ekstrakurikuler non olahraga, karena dengan mengikuti
kegiatan ekstrakurikuler olahraga secara tidak sadar siswa akan dapat
merubah perilaku sosial kearah yang lebih positif dengan sendirinya
yaitu melalui permainan atau pertandingan.
2. Nurul Hidayah dengan judul Efektivitas Kegiatan Ekstrakurikuler
Pramuka Dalam Menanamkan Nilai-Nilai Agama Islam Di Man Wates
Kulonprogo Tahun 2010. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penanaman nilai-nilai agama islam dengan kegiatan ekstrakurikuler
pramuka dinyatakan efektif. Nilai-nilai yang terkandung antara lain nilai
kedisiplinan, kemandirian, kepemimpinan, persaudaraan, kedewasaan,
dan kesabaran. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif
dengan statistik sederhana, yang juga digunakan dalam penelitian yang
akan dilakukan.
Meninjau dari ke dua hasil penelitian di atas maka perlu adanya
penelitian efektivitas pelaksanaan ekstrakulikuler mengemudi siswa TKR
Kelas XII di SMK Muhammadiyah Prambanan. Diharapkan dari penelitian
ini akan mengetahui efektif atau tidaknya pelaksanaan ekstrakulikuler
mengemudi siswa TKR Kelas XII di SMK Muhammadiyah Prambanan yang
nantinya akan membantu pengembangan pencapaian peserta didik serta
membantu kemajuan sekolah baik dari segi pembelajaran di kelas maupun di
C. Kerangka Berpikir
Sekolah Menengah Kejuruan adalah suatu bentuk lembaga pendidikan
menengah kejuruan yang diharapkan mampu mencetak tenaga kerja yang terampil
ditingkat menengah bagi industri. Pendidikan hendaknya tidak hanya berorientasi
pada penyiapan tenaga kerja saja, tapi pendidikan harus dapat memperkuat
kemampuan dasar siswa untuk berkembang sebagai individu, anggota masyarakat,
maupun sebagai warga negara dalam konteks kehidupan global. Kegiatan
ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran sebagai bagian
integral dari kurikulum sekolah yang berguna untuk megembangkan ketrampilan
siswa yang dapat digunakan sebagai bekal untuk memasuki dunia kerja.
Banyak siswa yang belum mengetahui fungsi dari kegiatan ekstrakulikuler,
bahkan beberapa dari mereka tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler karena
proses pelaksanaan dan sarana prasarana pendukung yang belum terpenuhi,
sehingga banyak siswa yang kurang mengetahui bakat dan minat yang ada pada
dirinya. Mereka lebih suka melakukan kegiatan di luar sekolah yang kurang
bermanfaat. Kegiatan tersebut lama-lama menjadi sebuah kebiasan yang justru
merugikan diri sendiri dan lingkungan sekitar.
Saat ini kesadaran berlalu lintas masyarakat rendah, hal ini terbukti dari
banyaknya kasus kecelakaan lalu lintas. Apalagi akhir-akhir ini marak kecelakaan
lalu lintas yang korbannya adalah pelajar. Para pelajar saat ini banyak yang
menggunakan kendaraan bermotor, bahkan dikota-kota besar banyak yang belum
cukup umur menggunakan mobil baik untuk bersekolah maupun aktivitas diluar
semua kalangan baik remaja maupun dewasa demi terlaksananya lalu lintas yang
aman. SMK sebagai lembaga sekolah yang menanungi para remaja diharapkan
mampu memberikan pengetahuan kepada para siswanya untuk selalu menaati
segala peraturan yang ada terutama dalam berlalu lintas. SMK Muhammadiyah
Prambanan sebagai salah satu SMK di Yogyakarta telah menerapkan
ekstrakurikuler mengemudi.
Ekstrakurikuler mengemudi dilaksanakan sebagai salah satu cara untuk
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan para siswa SMK dalam
mengemudi yang taat berlalu lintas. Terutama pada siswa jurusan teknik
kendaraan ringan, siswa yang diajarkan tentang kendaraan akan lebih lengkap
pengetahuannya ketika mengikuti kegiatan ekstrakurikuler mengemudi.
Mengingat SMK merupakan sekolah yang menyiapkan tenaga keja yang terampil
dan siap terjun dalam dunia kerja, keterampilan siswa yang didapat dari kegiatan
ekatrakurikuler akan menjadi nilai tambah pada saat memasuki dunia bekerja
dengan kemampuan kemampuan yang diperoleh pada saat mengikuti kegiatan
ekstrakulikuler. Hal tersebut akan tercapai apabila kegiatan dan tujuannya tercapai
dengan efektif dan tepat sasaran. Dimana yang dimaksud dengan efektif adalah
keberhasilan atau sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik. Sehingga, para
siswa yang lulus akan memperoleh pengetahuan dan kemampuan yang lebih
dibandingkan dengan yang tidak mengikuti kegitan ekstrakulikuler. Khusnya
dalam kegitan ekstrakulikuler mengemudi diharapkan siswanya akan memperoleh
pengetahuan atau pemahaman tentang nilai nilai dalam berlalu lintas dan mamapu
Untuk melihat keefektifan penerapan ekstrakurikuler mengemudi siswa
TKR kelas XII di SMK Muhammadiyah Prambanan dan seperti apa proses
pelaksanaan serta fasilitas sarana prasarana pendukung, dapat dilihat dengan
pedoman pengukuran efektivitas, dimana efektivitas (tingkat keberhasilan proses)
yaitu perbandingan antara hasil (output) yang dicapai dibandingkan dengan target
yang dinginkan. Indicator yang dapat digunakan meliputi produktifitas atau hasil
(output) dari kegitan (ekstrakulikuler mengemudi), proses dari kegigitan
(ekstrakulikuler mengemudi) sarana dan prasarana yang tersedia dalam
mendukung kegitan.
D. Pertanyaan penelitian
Adapun pertanyaan penelitian yang dapat digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Seperti apa efektivitas proses pelaksanaan ekstrakulikuler mengemudi
siswa TKR kelas XII di SMK Muhammadiyah Prambanan?
2. Seperti apa efektivitas sarana dan prasarana ekstrakulikuler mengemudi
siswa TKR kelas XII di SMK Muhammadiyah Prambanan?
3. Berapa tingkat efektivitas pelaksanaan ekstrakurikuler mengemudi siswa
40
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pelaksanaan
ekstrakurikuler mengemudi siswa TKR kelas XII SMK Muhammadiyah
Prambanan tahun ajaran 2013/2014. Dalam penelitian ini menggunakan
metode penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian kuantitaif sesuai dengan
namanya kuantitatif banyak dituntut menggunakan angka mulai dari data
sampai dengan hasilnya. Selain dari anagka penelitian kuantitatif juga ada
data yang berupa informasi kulitatif. Dan jika dilihat dari sifatnya penelitian
ini merulkan penelitian expost facto, dimana dalam penelitian ini tidak
melakukan control pada variabel dan hanya mengungkap fakta serta
keterangan secara factual tentang efektivitas pelaksanaan ekstrakurikuler
mengemudi siswa TKR kelas XII SMK Muhammadiyah Prambanan
B. Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMK Muhammadiyah Prambanan sebagai
penyelengara kegitan ekstrakulikuler mengemudi yang beralamatkan di Jl.
Prambanan Piyungan Gatak, Bokoharjo, Prambanan, Sleman. Penelitiannya
di fokuskan pada siswa TKR kelas XII yang mengikuti kegitan
ekstrakulikuler mengemudi.
C. Populasi
Populasi menurut Arikunto populasi adalah keseluruhsn objek
TKR kelas XII yang mengikuti kegitan ekstrakurikuler mengemudi yang
terbagi dalam 4 kelas dengan rincian sebagai berikut:
1. Kelas TKR A sebanyak 35 siswa
2. Kelas TKR B sebanyak 35 siswa
3. Kelas TKR C sebanyak 30 siswa
4. Kelas TKR D sebanyak 31 siswa
Dari seluruh peserta ekstrakulikuler yang terdapat pada 4 kelas diatas
dibagi menjadi 11 kelompok dimana rata rata setiap kelompok terdiri dari 12
siswa. Dimana semua populasi merupakan seluruh peserta kegiatan
ekstrakulikuler mengemudi akan diberlakukan sebagai objek penelitian, hal
ini dilakaukan karena untuk mengetehui kefektifan kegiatan ekstrakulikuler
tersebut.
D. Variabel
Dalam penelitian ini terdapat objek penelitian atau yang disebut dengan
variabel (Arikunto,2010 : 161). Variable dapat dibedakan atas yang
kuantitatif dan kualitatif. Dalam penelitian ini terdapat variable kuntitatif
yaitu variable efektifitas, yang tergolong dalam kategori variable dikrit atau
variable kategorik karena hanya dapat dikategorikan atas 2 kutup yang
berlawanan saja (Arikunto,2010 : 159).
E. Definisi Operasional Variabel
Efektivitas adalah suatu ukuran tercapainya suatu tujuan yang
diharapkan, baik itu organisasi, program, atau kegiatan. Sedangkan dalam
pelaksanaan kegiatan ekstrakulikuler mengemudi. Dimana semakin besar
prosentase hasil (output) yang dicapai dibandingkan dengan target yang
dinginkan dalam pelaksanaan kegiatan (tujuan kegiatan) , maka semakin
tinggi tingkat efektivitas pelaksanaan kegiatan tersebut. Sedangkan yang
dimaksut dengan tujuan atau target dari kegiatan ekstrakulikuler mengemudi
yang nantinya menjadi tolak ukur keberhasilan antara lain yaitu ; (1) proses
pelaksanaan ekstrakulikuler mengemudi; (2) fasilitas sarana dan prasarana
ekstrakulikuler mengemudi; (3) hasil (output) atau jumlah lusan . Indikator yang berkaitan dengan efektivitas meliputi:(1) proses yaitu yang berhubungan
dengan instruktur,peserta,materi,alokasi waktu; (2) sasaran prasarana yaitu
yang berhubungan dengan akte atau izin pendirian, ruang/kelas, tempat atau
lokasi praktik, kendaraan bermotor untuk praktik, alat bantu pengajaran
(media belajar), kepustakaan lalu-lintas; dan (3) hasil (output) yaitu yang berhungan denghan jumlah lulusan.
F. Teknik Pengumpulan Data
Dalam setiap penelitian ada kegitan pengumpulkan data dalam rangka
proses memperoleh data penunjang penelitian. Adapun metode pengumpulan
meliputi :
1. Observasi, adalah cara pengumpulan data dengan melakukan
pengamatan secara langsung pada obyek penelitian dan hal-hal yang
berhubungan dengan masalah (sukardi 2013: 78-79). Dalam penelitian
ini metode observasi digunakan untuk mengumpulkan data objek yang
berhubungan dengan indikator sarana dan prasarana. Bentuk observasi
yang digunakan adalah format atau blangko observasi untuk mencatat
lebih detail tentang tingkatan atau keadaan sesungguhnya.
2. Dokumentasi, adalah metode pengumpulan data untuk memperoleh
data yang berupa catatan , transkrip, buku, notulen, dan sebagainya.
Data-data tersebut nantinya digunakan sebagai sumber data dalam
pengmpulan data objek yang akan diteliti yang berhubungan dengan
indikator hasil (output). Dalam kegitan ekstrakulikuler mengemudi yang menjadi tolak ukur adalah keberhasilan, yaitu kemampuan peserta
dalam mengemudi dalam pembelajaran kegitan ektrakulikuler
mengemudi, maka dari itu jenis data dokumentasi yang digunakan
dalam penelitian ini adalah dokumentasi transkrip yang berupa nialai.
Nilai tersebut diperoleh dari hasil tes yang diberikan pada peserta
melalui ujian teori dan praktik.
G. Instrumen Penelitian
Instrument adalah alat untuk yang digunakan untuk mengukur,
mengumpulkan data dan atau informasi yang dibutuhkan oleh peneliti untuk
menanyakan atau mengamati responden sehingga memperoleh informasi
yang dibutuhkan. Untuk mengukur variable efektifitas mengunakan metode
observasi dan dokumentasi. Metode obsevasi dilakukan untuk melihat secara
langsung pada obyek penelitian dan hal-hal yang berhubungan dengan
masalah sarana dan prasana. Dalam hal ini observasi rating scale dilakukan
pertanyaan atau keadaan sesungguhnya pada obyek yang di teliti, kemudian
diberi tanda cek ( √ ) pada pertanyaan atau keadaan sesungguhnya. Metode
dokumentasi transkrip yang berupa nilai digunakan untuk melihat
kemamapuan yang menjadi tolak ukur keberhasilan yang berhubungan
dengan jumlah kelulusan peserta. Dalam hal ini pemberian nilai atau skor
berdasarkan kunci jawaban yang telah dibuat oleh instruktur yang nantinya
akan digunakan sebagai penentu jumlah kelulusan sebagai hasil (output) dari kegiatan.
Berdasarkan definisi operasional terdapat beberapa indikator, kemudian
indikator-indikator tersebut dimasukkan dalam kisi-kisi instrumen.
Instrument yang digunakan dalam metode observasi disebut format observasi
yang berisi tentang item-item yang akan diamati.
Kisi-kisi instrument dengan format observasi No Variabel Aspek
Indikator
Sub Aspek Indikator
Keteranag/jawaban 1 Efektifitas Proses Kepemilikan surat
izin mengemudi Kehadiran peserta a. Kehadiran
75%-100%
b. Kehadiran 50%-74%
Kepemilikan
a. Ada sesuai dengan kerikulum (teori dan praktek) b. Ada tidak sesuai
kurikulum (teori c. Kurang dari 80 jam Sarana
dan prasana
Memiliki akte atau izin pendirian Memiliki alat bantu