• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Deskriptif Terhadap Engagement Behavior Pada Karyawan Divisi Sub Bisnis Unit Katun di PT. "X" Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Deskriptif Terhadap Engagement Behavior Pada Karyawan Divisi Sub Bisnis Unit Katun di PT. "X" Bandung."

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

v Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK

Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui gambaran mengenai engagement behavior pada karyawan divisi Sub Bisnis Unit Katun di PT. “X” Bandung. Pemilihan sampel menggunakan teknik purposive sampling dengan sampel sebanyak 31 orang. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan teknik survei.

Alat ukur yang digunakan berupa kuesioner yang disusun oleh peneliti berdasarkan teori dari William H. Macey, terdiri dari 30 item. Berdasarkan uji validitas dan reliabilitas, diperoleh hasil validitas sebesar 0.335 sampai 0.700 dan reliabilitas sebesar 0.948. Data diolah secara deskriptif dengan menggunakan program SPSS 17.0, melalui distribusi frekuensi dan tabulasi silang faktor yang memengaruhi.

Berdasarkan pengolahan data secara statistik, diketahui bahwa 80.6% karyawan termasuk engage dan 19.4% termasuk non engage. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar karyawan divisi Sub Bisnis Unit Katun di PT. “X” Bandung telah menampilkan engagement behavior. Artinya, sebagian besar karyawan divisi Sub Bisnis Unit Katun menunjukkan perilaku yang persistent, proaktif, bekerja melampaui peran, dan adaptif.

(2)

vi Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT

This research has conducted to know the description of employee engagement behavior on Cotton Sub Business Unit Division at PT.”X” Bandung. Selection of the sample using purposive sampling technique with sample numbered 31 people. The design used in this research is descriptive method with survey techniques.

A measurement tool used in this research is a questionnaire developed by the researcher based on William H. Macey’s theory, it consists of 30 items. Based on validity and reliability testing, the validity of the results obtained for 0.335 to 0.700 and 0.948 for reliability. The data are processed descriptively through frequency distribution and cross tabulation using SPSS 17.0.

Based on statistical data processing, it’s known that 80.6% of employees belonging to engage and 19.4% classified as non engage. In conclusion, most employees on Cotton Sub Business Unit Division at PT.”X” Bandung has been performing engagement behavior. That is, most employees on Cotton Sub Business Unit Division showed that the behavior of persistent, proactive, role expansion, and adaptive.

(3)

x Universitas Kristen Maranatha DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR ORISINALITAS LAPORAN ... iii

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR BAGAN ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 10

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 10

1.3.1 Maksud Penelitian ... 10

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 10

1.4 Kegunaan Penelitian ... 10

1.4.1 Kegunaan Teoretis ... 10

(4)

xi

Universitas Kristen Maranatha

1.5 Kerangka Pemikiran ... 12

1.6 Asumsi ... 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Employee Engagement Behavior ... 19

2.1.1 Definisi EmployeeEngagement Behavior ... 19

2.1.2 Proses Pembentukan Employee EngagementBehavior ... 19

2.1.2.1 Engagement Sebagai Energi Psikis dan Energi Perilaku ... 19

2.1.2.2 Kondisi Untuk Membangun Karyawan Yang Engaged ... 22

2.1.3 Engagement Feeling Sebagai Faktor–faktor yang Memengaruhi Engagement Behavior ... 25

2.1.4 Aspek–aspek Engagement Behavior ... 27

2.1.5 Perbedaan antara Employee Engagement, Komitmen, danKepuasan Kerja ... 33

2.1.6 Budaya Organisasi Mempengaruhi EmployeeEngagement ... 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ... 36

3.2 Bagan Rancangan Penelitian ... 36

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 36

3.3.1 Variabel Penelitian ... 36

3.3.2 Definisi Operasional ... 37

(5)

xii

Universitas Kristen Maranatha

3.4.1 Alat Ukur Engagement Behavior ... 38

3.4.2 Data Pribadi dan Data Penunjang ... 44

3.4.3 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 45

3.4.3.1 Validitas Alat Ukur ... 45

3.4.3.2 Reliabilitas Alat Ukur ... 46

3.5 Populasi dan Teknik Penarikan Sampel ... 47

3.5.1 Populasi Sasaran ... 47

3.5.2 Karakteristik Sampel ... 47

3.5.2 Teknik Penarikan Sampel ... 47

3.6 Teknik Analisis Data ... 47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Responden ... 49

4.1.1 Gambaran Responden Berdasarkan Lamanya Bekerja ... 49

4.1.2 Gambaran Responden Berdasarkan Bagian Pekerjaan ... 49

4.2 Hasil Penelitian ... 50

4.2.1 Derajat Engagement Behavior ... 50

4.2.2 Tabulasi Silang Antara Derajat Engagement Behavior dan Aspek Engagement Behavior ... 50

4.2.2.1 Persistence ... 50

4.2.2.2 Proactive... 51

4.2.2.3 Role Expansion ... 52

(6)

xiii

Universitas Kristen Maranatha

4.3 Pembahasan ... 53

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 61

5.2 Saran ... 62

5.2.1 Saran Teoretis ... 62

5.2.2 Saran Praktis ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 64

DAFTAR RUJUKAN ... 65

(7)

xiv Universitas Kristen Maranatha DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-kisi Alat Ukur ... 39

Tabel 3.2 Skor Jawaban ... 43

Tabel 4.1 Gambaran Responden Berdasarkan Lamanya Bekerja ... 49

Tabel 4.2 Gambaran Responden Berdasarkan Bagian Pekerjaan ... 49

Tabel 4.3 Derajat Engagement Behavior ... 50

Tabel 4.4 Tabulasi Silang Antara Derajat Engagement Behavior dan Aspek Persistence ... 50

Tabel 4.5 Tabulasi Silang Antara Derajat Engagement Behavior dan Aspek Proactive ... 51

Tabel 4.6 Tabulasi Silang Antara Derajat Engagement Behavior dan Aspek Role Expansion ... 52

(8)

xv Universitas Kristen Maranatha DAFTAR BAGAN

(9)

xvi Universitas Kristen Maranatha DAFTAR LAMPIRAN

Company Profile PT.”X” ... 66

Alat Ukur Engagement Behavior ... 69

Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 73

Data Primer ... 75

Hasil Olah Data Utama: Engagement Behavior ... 77

Hasil Olah Data Penunjang: Engagement Feeling ... 83

Gambaran Umum Responden ... 85

Variasi Derajat Aspek Engagement Behavior Pada Responden Non Engaged ... 86

Tabulasi Silang Antara Derajat Engagement Behavior dan Engagement Feeling .... 87

Analisis Item ... 89

(10)

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sepanjang rentang hidupnya manusia berupaya untuk dapat memenuhi kebutuhannya terutama kebutuhan dasarnya. Salah satu kebutuhan dasar yang harus dipenuhi adalah kebutuhan akan pakaian. Kebutuhan akan pakaian muncul sebagai akibat adanya kebutuhan untuk melindungi tubuh dari keadaan iklim dan cuaca di sekitarnya. Namun, sekarang ini pakaian tidak hanya dipandang sebagai kebutuhan dasar manusia tetapi juga sebagai identitas diri dan trend mode

(estetis). Perkembangan jaman ikut pula memengaruhi perkembangan mode dari waktu ke waktu. Setiap waktu, gaya, bentuk, corak dan nuansanya berubah tanpa henti. Peminat mode juga tidak hanya dari golongan remaja saja tetapi juga golongan dewasa bahkan anak-anak, baik pria maupun wanita. (http://ranggatri.blogspot.com/, 2007)

Luasnya peminat mode membuka peluang usaha dalam bisnis dan industri garmen. Didukung pula dengan adanya perubahan pola kehidupan masyarakat yang lebih modern dan konsumtif terhadap produk pakaian siap pakai dan praktis. Hal tersebut menyebabkan maraknya bisnis dan industri garmen yang melahirkan persaingan di antara para pengusaha bisnis tersebut baik besar maupun kecil.

(11)

2

Universitas Kristen Maranatha celana secara total. Dalam industri garmen terdapat sistem berupa runtutan mata rantai proses pembuatan pakaian mulai dari pengolahan hingga pengepakan dan akhirnya produk garmen tersebut siap dipasarkan baik dalam pasar domestik maupun pasar internasional. Menurut Beny Sutrisno (2007), ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia, produk garmen merupakan salah satu komoditi yang sangat potensial untuk dikembangkan di pasar global. Beliau juga mengungkapkan bahwa kebutuhan produk tekstil dan pakaian jadi (garmen) akan terus meningkat dari tahun ke tahun. (http://batikyogya.wordpress.com, 2007)

Indonesia merupakan salah satu negara yang potensial dalam hal industri garmen. Banyak industri garmen yang tersebar di berbagai kota besar di Indonesia. Salah satu kota besar yang menjadi penghasil garmen terbesar di Indonesia adalah Bandung. Di Bandung terdapat beberapa industri garmen yang sedang berkembang, salah satunya adalah PT. “X”.

(12)

3

Universitas Kristen Maranatha PT. “X” mengoperasikan 10 unit manufaktur yang tersebar di ibukota Jawa Barat, Bandung, Indonesia, dan memekerjakan lebih dari 3.500 karyawan, didukung oleh sekitar 4000 unit mesin computerized up to date sehingga mampu menghasilkan satu juta keping garmen per bulan. Sekitar 65% dari produknya diekspor, sedangkan sisanya untuk pasar domestik. Adapun produk yang dihasilkan, antara lain kemeja, celana, jaket, polo shirt, T- shirt, dan uniform. (www.x.com)

PT. “X” mengkategorikan produk yang dihasilkannya ke dalam empat jenis, yaitu katun, pakaian formal, jeans, dan pakaian ladies. Dalam rangka menangani pengelolaan keempat jenis produk tersebut, PT. “X” membentuk divisi yang disebut Sub Bisnis Unit berdasarkan jenis produk yang dihasilkan. Pada awalnya terdapat tiga Sub Bisnis Unit, yaitu Sub Bisnis Unit Katun, Sub Bisnis Unit Formal, dan Sub Bisnis Unit Jeans. Namun semenjak tahun 2007, dibentuklah Sub Bisnis Unit Ladies sebagai wujud upaya pengembangan bisnis dengan memerhatikan banyaknya permintaan pasar terhadap pakaian khusus wanita.

(13)

4

Universitas Kristen Maranatha tanggungjawab tersendiri namun dalam prosesnya semua bagian saling terkait dan berkesinambungan.

Bagian Designer dan MD bertanggungjawab melakukan survei awal dan survei brand competitor, mencari arahan produk, menggambar desain, mencari bahan dan aksesoris, turun sampel kemudian mempresentasikannya ke bagian

marketing. Bagian Follow Up Produksi bertugas untuk melakukan follow up

produk dari sampel yang dibuat, membuat rencana produksi, dan memfollow up

produk sampai masuk gudang. Bagian Follow Up Marketing bertanggungjawab dalam melakukan follow up barang yang masuk gudang, menawarkan produk ke toko-toko dan sales, serta menganalisa toko yang pemasarannya menjanjikan.

Follow Up Counter bertanggungjawab untuk memasok produk ke counter-counter, mengatur rolling produk yang tidak laku, dan menganalisa data pengiriman dan penjualan. Sedangkan Administrasi Kirim bertugas untuk melakukan input surat jalan dan mengurus pengiriman produk yang sudah masuk gudang ke toko-toko berdasarkan pesanan dari marketing. Dalam prosesnya, semua bagian di divisi Sub Bisnis Unit Katun saling terkait satu sama lain dan menunjukkan kinerja berkesinambungan untuk mencapai target.

(14)

masing-5

Universitas Kristen Maranatha masing setiap bulannya yang pada akhirnya bertujuan mencapai target penjualan tahunan yang telah ditentukan perusahaan bagi divisi tersebut. Kegagalan pencapaian target bulanan pada satu bagian akan menjadi masalah dalam pencapaian target bagian lainnya dan ujungnya mengakibatkan tidak tercapainya target tahunan sesuai yang diharapkan. Sebaliknya keberhasilan dalam satu bagian akan mendukung keberhasilan di bagian lainnya dan akhirnya memungkinkan tercapainya target tahunan yang ditentukan perusahaan.

Berdasarkan data rata-rata hasil kinerja karyawan selama ini, karyawan di divisi Sub Bisnis Unit Katun hampir 90% telah mencapai target penjualan yang ditentukan perusahaan dan terdapat 10% yang belum tercapai. Divisi Sub Bisnis Unit Katun belum bisa sepenuhnya mencapai target penjualan dikarenakan beberapa alasan, yaitu adanya produk yang tidak sesuai dengan pesanan, kurangnya persediaan produk tertentu yang justru laku di pasaran, menumpuknya produk yang tidak laku, adanya pergantian permintaan produk dari sales yang tidak dapat diprediksi, serta belum maksimalnya counter visual merchandaise

yaitu tampilan atau dekorasi counter yang digunakan untuk mempromosikan produk.

(15)

6

Universitas Kristen Maranatha dari owner di luar job descriptionnya. Dalam kurun waktu sebulan setidaknya

owner memberi satu kali tugas tambahan, misalnya membuat kaos untuk panitia acara tertentu yang disponsori oleh PT. “X”, atau mengatur tampilan counter

untuk promo produk di luar jadwal yang ditentukan. Keadaan ini terjadi mengingat PT. “X” mengembangkan budaya kekeluargaan yang segala keputusannya berada di tangan owner sehingga jika owner memberikan tugas tambahan maka karyawan dituntut mengerjakannya tanpa mengabaikan job description. Hal tersebutlah yang secara umum dirasakan sebagai tuntutan kinerja yang tinggi bagi karyawan di divisi ini.

Secara khusus, tuntutan kinerja yang tinggi lebih dirasakan oleh karyawan di bagian MD. Hal tersebut terjadi mengingat karyawan di bagian MD memiliki tuntutan pekerjaan yang lebih tinggi dibandingkan bagian lainnya. Karyawan di bagian ini tidak hanya dituntut untuk menguasai product knowledge saja tetapi juga terampil dalam membuat produk sesuai permintaan pasar. Meskipun karyawan dituntut untuk terus menerus belajar mengenai teknik produksi hingga menjadi terampil, tetapi karyawan tidak difasilitasi dengan pelatihan khusus. Karyawan hanya diberi bimbingan dan arahan dari karyawan yang lebih terampil dan berpengalaman selama proses produksi berlangsung. Hal tersebut dirasa berat oleh sebagian besar karyawan di bagian MD.

(16)

7

Universitas Kristen Maranatha pelayanan yang terbaik secara konsisten bagi kepuasan pelanggan”. Oleh karena itu, PT. “X” menuntut karyawannya untuk mencapai target penjualan maksimal guna mewujudkan visi dan misinya di tengah ketatnya kompetisi di dunia industri garmen. Terlebih lagi, sejak tahun 2008 PT. “X” bersaing ketat dengan sebuah perusahaan kompetitor dalam memasarkan produk katun.

Untuk tetap kompetitif dan mencapai keberhasilan sesuai dengan visi dan misinya, PT. “X” melakukan berbagai upaya. Salah satunya adalah upaya pengoptimalan sumber daya manusianya, dalam hal ini dengan memerhatikan karyawannya melalui pemberian berbagai informasi yang terkait dengan pekerjaan, memberi kesempatan belajar melalui supervisi, dan memberi tunjangan di luar gaji pokok, seperti THR dan bonus. Dengan dilakukannya upaya tersebut diharapkan karyawan dapat bekerja optimal sehingga dapat meningkatkan daya saing PT. “X”.

(17)

8

Universitas Kristen Maranatha Menurut William H. Macey (2009), engagement muncul sebagai hasil dari interaksi yang timbal balik antara perusahaan dan karyawannya. Hal tersebut tercermin dari empat prinsip engagement yang harus dipenuhi untuk membangun

engagement, yaitu capacity to engage, motivation to engage, freedom to engage, dan how to engage.

Terkait dengan pemenuhan prinsip engagement, peneliti melakukan survei awal terhadap sepuluh orang karyawan yang mewakili semua bagian di divisi Sub Bisnis Unit Katun di PT. “X” Bandung. Berdasarkan hasil survei awal, sebanyak 8 orang karyawan (80%) mengungkapkan bahwa PT. “X” memfasilitasi karyawannya dengan informasi yang bermanfaat (misalnya mengenai prosedur kerja, atau perubahan job description), memberikan kesempatan belajar dengan adanya supervisi sebelum mulai bekerja mandiri, dan adanya tunjangan di luar gaji pokok (THR, bonus/premi prestasi) meski jumlahnya relatif kecil. Sedangkan 2 orang (20%) mengungkapkan tidak tahu mengenai fasilitas yang diberikan perusahaan. Hal tersebut menjaring prinsip pertama engagement, yaitu capacity to engage.

Sebanyak 7 orang karyawan (70%) mengungkapkan bahwa mereka merasa tertantang dengan pekerjaan yang dilakukan karena adanya target penjualan yang harus dicapai disertai adanya kompetitor yang kuat. Sedangkan 3 orang karyawan (30%) menganggap pekerjaannya biasa saja, tidak menantang, bahkan membosankan karena monoton. Hal tersebut menjaring prinsip kedua

(18)

9

Universitas Kristen Maranatha Sebanyak 9 orang karyawan (90%) mengungkapkan bahwa mereka merasa memiliki kebebasan dalam mengungkapkan pendapat maupun ide meskipun belum tentu diikuti oleh PT. “X”, merasa aman ketika bekerja, dan menganggap atasan berlaku adil. Sedangkan 1 orang (10%) mengungkapkan bahwa ia merasa nyaman saat bekerja, tetapi ia merasa bahwa pendapat yang diungkapkannya tetap tidak akan digubris oleh PT. “X”, dan atasan kurang adil dalam hal pemberian gaji. Hal tersebut menjaring prinsip ketiga engagement, yaitu freedom to engage.

Sebanyak 8 orang karyawan (80%) mengungkapkan bahwa mereka mengetahui visi, misi, dan tujuan PT. “X” yaitu menjadi perusahaan nomor satu di bidangnya dengan cara mencapai target produksi dan penjualan. Mereka juga mengungkapkan bahwa mereka memiliki tujuan yang sama. Sedangkan 2 orang karyawan (20%) tidak mengetahui visi dan misi perusahaan, mereka hanya tahu bahwa mereka harus mencapai target. Hal tersebut menjaring prinsip keempat

engagement, yaitu how to engage.

Dari uraian survei awal tersebut diperoleh informasi mengenai interaksi antara PT. “X” dengan karyawan divisi Sub Bisnis Unit Katun yang mencerminkan prinsip engagement. Didukung pula dengan hasil wawancara dengan Manager Sub Bisnis Unit Katun yang mengungkapkan mengenai tingginya tuntutan kinerja di divisi Sub Bisnis Unit Katun dalam rangka mewujudkan visi dan misi perusahaan di lingkungan yang kompetitif, maka

(19)

10

Universitas Kristen Maranatha

1.2 Identifikasi Masalah

Dari penelitian ini ingin diketahui seperti apakah gambaran engagement behavior pada karyawan divisi Sub Bisnis Unit Katun di PT. “X” Bandung.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai engagement behavior pada karyawan divisi Sub Bisnis Unit Katun di PT. “X” Bandung.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui derajat

engagement karyawan divisi Sub Bisnis Unit Katun di PT. “X” Bandung yang dilihat dari frekuensi kemunculan aspek-aspek engagementbehavior, yaitu persistence, proactive, role expansion, dan adaptability serta kaitannya dengan faktor-faktor yang memengaruhinya.

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoretis

(20)

11

Universitas Kristen Maranatha 2) Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan masukan bagi peneliti lain yang berminat mengembangkan dan melakukan penelitian lanjutan mengenai engagementbehavior.

1.4.2 Kegunaan Praktis

1) Memberikan informasi kepada pihak PT. “X” Bandung mengenai

engagement behavior pada karyawan divisi Sub Bisnis Unit Katun sebagai bahan pertimbangan dalam mengupayakan kinerja yang optimal dalam mencapai target dan memajukan perusahaan.

2) Sebagai masukan bagi departemen HRD di PT. “X” Bandung mengenai kondisi yang mungkin dialami karyawan di perusahaannya yang dapat memengaruhi hasil kerja karyawan, sehingga bagian HRD nantinya dapat menindaklanjuti melalui program pelatihan dengan memerhatikan engagement behavior

pada karyawan.

3) Memberikan informasi bagi pihak PT. “X” Bandung mengenai faktor-faktor yang memengaruhi engagement behavior pada karyawan divisi Sub Bisnis Unit Katun sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan engagement behavior

(21)

12

Universitas Kristen Maranatha

1.5 Kerangka Pemikiran

PT. “X” merupakan salah satu perusahaan manufaktur garmen terkemuka di Indonesia yang telah berhasil memasarkan produknya hingga ke mancanegara. PT.”X” menghasilkan beberapa jenis produk yang salah satunya adalah produk katun yang dikelola oleh divisi Sub Bisnis Unit Katun. Divisi Sub Bisnis Unit Katun memiliki tuntutan pekerjaan yang tinggi, karena karyawannya tidak hanya dituntut untuk mencapai target maksimal di tengah lingkungan yang kompetitif, tetapi juga dituntut untuk mengerjakan tugas-tugas tambahan. Hal tersebut dapat terjadi karena budaya perusahaan yang berkembang di PT.”X”.

Menurut William H. Macey (2009), ketika terdapat tuntutan kinerja yang tinggi pada karyawannya, suatu perusahaan dapat mencapai kinerja yang diharapkan serta memiliki keunggulan kompetitif bila karyawan di dalamnya dapat melakukan yang terbaik, yang disenangi, serta memiliki faktor psikologis yang kuat dalam melaksanakan dan memberikan hasil pada pekerjaannya Berkaitan dengan hal tersebut, William H. Macey (2009) mengemukakan sebuah konsep, yaitu employee engagement yang merupakan totalitas karyawan dalam bekerja yang memerlihatkan perilaku yang persistent, proactive, role expansion,

dan adaptive, yang diarahkan untuk mencapai tujuan perusahaan.

Terdapat empat faktor kunci dalam prinsip engagement untuk membangun karyawan yang engaged. Pertama, karyawan divisi Sub Bisnis Unit Katun dapat

engage ketika karyawan tersebut memiliki capacity to engage. Engagement

(22)

13

Universitas Kristen Maranatha informasi kepada karyawan, menyediakan kesempatan belajar, dan menciptakan keseimbangan dalam kehidupan karyawan, sehingga membangun energinya secara terus-menerus dan dengan adanya inisiatif dari karyawan yang memiliki otonomi dan juga kompetensi dalam pekerjaannya.

Kedua, karyawan divisi Sub Bisnis Unit Katun memiliki motivation to engage. Engagement terjadi apabila karyawan divisi Sub Bisnis Unit Katun merasa bahwa pekerjaannya menarik, menantang dan sejalan dengan nilai-nilai yang dimiliki oleh karyawan serta diperkuat dengan kecenderungan karyawan untuk saling membantu karyawan lainnya. Terlebih lagi karyawan di setiap bagian di divisi Sub Bisnis Unit Katun dituntut untuk dapat bekerja sama dengan tim di samping bekerja mandiri.

Berikutnya, karyawan divisi Sub Bisnis Unit Katun juga memiliki freedom to engage. Engagement terjadi ketika karyawan merasa aman untuk mengambil tindakan atas inisiatifnya sendiri, yaitu dengan adanya kepercayaan dari PT. “X” kepada karyawan, serta adanya keinginan karyawan untuk berubah.

Terakhir, karyawan divisi Sub Bisnis Unit Katun juga mengetahui how to engage. Strategi engagement terjadi ketika karyawan divisi Sub Bisnis Unit Katun mengetahui alasan dan strategi dari PT. “X” yang selaras dengan proses dan praktik pekerjaan dalam pencapaian tujuannya, yaitu mencapai target penjualan.

(23)

14

Universitas Kristen Maranatha

engagement feeling, antara lain feeling of urgency, feeling of being focused, feeling of intensity dan feeling of enthusiasm.

Karyawan divisi Sub Bisnis Unit Katun dikatakan memiliki feeling of urgency ketika karyawan merasakan adanya kekuatan yang mendorong tindakan dan tekad untuk mencapai target penjualan dan tetap bersemangat menjalankan tugas tambahan yang diberikan. Sedangkan feeling of being focused dapat muncul ketika karyawan dapat berkonsentrasi pada pekerjaannya, baik yang sesuai job description maupun tugas tambahan. Di samping itu, karyawan divisi Sub Bisnis Unit Katun dikatakan memiliki feeling of intensity ketika karyawan memanfaatkan kapasitas sumber daya yang dimilikinya, baik keterampilan, pengetahuan, maupun energinya dalam bekerja. Terakhir, karyawan memiliki

feeling of enthusiasm jika karyawan merasa antusias dengan pekerjaannya. Dalam hal ini, karyawan merasa pekerjaannya menantang, merasa senang atas pekerjaannya, dan berenergi ketika bekerja.

Engagement feeling yang dirasakan karyawan akan mengerahkan lebih banyak energi dan usaha dalam pekerjaan mereka. Semakin seorang karyawan merasa engage (engagement feeling), semakin besar kemungkinan karyawan untuk menunjukkan perilaku engaged (engagement behavior). Dengan kata lain,

engagementfeeling memengaruhi munculnya engagement behavior.

Engagement behavior dapat dilihat melalui empat aspek, yaitu persistence,

(24)

15

Universitas Kristen Maranatha hambatan. Seperti halnya pada karyawan divisi Sub Bisnis Unit Katun yang harus bekerja keras untuk mencapai target yang telah ditentukan oleh PT. “X” serta tetap menjalankan berbagai tugas tambahan yang diberikan owner dengan tekun. Karyawan yang proactive adalah karyawan yang mengambil tindakan efektif dan preventif secara bertanggung jawab untuk mencapai tujuan perusahaan. Contohnya, karyawan divisi Sub Bisnis Unit Katun tidak hanya mengejar target yang ditentukan PT. “X” tetapi juga menjaga kualitas produk, aktif memberi solusi atas permasalahan yang dihadapi, serta berinisiatif tinggi dalam bekerja. Di samping itu, karyawan divisi Sub Bisnis Unit Katun dikatakan menunjukkan perilaku role expansion jika karyawan dapat melakukan pekerjaan melampaui perannya, misalnya membantu rekan kerja dalam menyelesaikan tugas demi mencapai target, memerbaiki kesalahan yang dibuat oleh rekan kerja, atau bersedia mengerjakan tugas tambahan. Terakhir adalah adaptability yaitu karyawan menunjukkan perilaku yang memerlihatkan kesediaan untuk mengantisipasi dan merespon dengan cepat, hemat, dan berhasil dalam rangka membantu perusahaan ketika perusahaan melakukan perubahan dan inovasi di kondisi lingkungan yang kompetitif. Dalam hal ini, karyawan Sub Bisnis Unit Katun dikatakan adaptif ketika mampu menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi di PT. “X” seperti saat ini yaitu restrukturisasi menyeluruh di PT. “X”.

(25)

16

Universitas Kristen Maranatha semakin tinggi derajat untuk masing-masing aspek. Apabila derajat keempat aspek engagement behavior tinggi maka karyawan termasuk sebagai karyawan yang engaged. Akan tetapi, jika terdapat minimal satu aspek engagementbehavior

dengan derajat yang rendah maka karyawan tersebut termasuk non engaged. Jadi, karyawan Sub Bisnis Unit Katun yang engaged adalah karyawan yang persisten dalam menyelesaikan tugas-tugasnya, bertindak proaktif dalam mencapai tujuan perusahaan, bekerja melampaui perannya, serta adaptif terhadap perubahan yang terjadi di perusahaan. Sementara karyawan yang non engaged

(26)

17

Universitas Kristen Maranatha

Bagan 1.1 Kerangka Pikir

Aspek:

- Persistence - Proactive - Role expansion - Adaptability

Engaged

Non engaged Employee

engagement behavior Employee

engagement feeling - Feeling of urgency

- Feeling of being focused

- Feeling of intensity

- Feeling of enthusiasm

Job description

Karyawan Divisi Sub Bisnis Unit Katun

di PT. “X” Bandung Karakteristik perusahaan:

(27)

18

Universitas Kristen Maranatha

1.6 Asumsi

Berdasarkan uraian di atas, maka diperoleh asumsi-asumsi sebagai berikut: 1. Karyawan divisi Sub Bisnis Unit Katun di PT. “X” Bandung memiliki

job description yang dalam pelaksanaannya dipengaruhi oleh budaya perusahaan yang berkembang di PT. “X”.

2. Budaya perusahaan di PT. “X” yang tercermin dari perlakuan PT. “X” terhadap karyawan dan bagaimana PT. “X” memfasilitasi karyawannya untuk bekerja sesuai bahkan melampaui job description

dapat memengaruhi munculnya engagement feeling pada diri karyawan divisi Sub Bisnis Unit Katun.

3. Karyawan divisi Sub Bisnis Unit Katun di PT. “X” Bandung yang memiliki engagement feeling dapat memunculkan engagement behavior yang dilihat dari perilaku yang persistence, proactive, role expansion, dan adaptability.

4. Apabila keempat aspek dari engagement behavior dimiliki oleh karyawan divisi Sub Bisnis Unit Katun di PT. “X” Bandung, maka

engagement behavior dapat diukur dalam bentuk derajat masing-masing aspek yang akhirnya dikategorikan sebagai engaged dan non

(28)

61 Universitas Kristen Maranatha BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasannya maka diperoleh suatu gambaran mengenai engagement behavior pada karyawan divisi Sub Bisnis Unit Katun di PT. “X” Bandung dengan kesimpulan sebagai berikut:

1) Sebagian besar karyawan divisi Sub Bisnis Unit Katun di PT.”X” Bandung dikategorikan sebagai karyawan yang engaged. Dari 31 orang karyawan yang diteliti, sebesar 80.6% karyawan termasuk

engaged dan 19.4% karyawan termasuk non engaged.

2) Karyawan yang engaged memiliki derajat yang tinggi pada keempat aspek engagement behavior, baik persistence, proactive, role expansion, maupun adaptability. Sedangkan karyawan yang non

engaged memiliki derajat yang bervariasi pada masing-masing aspek, ada yang rendah dan ada yang tinggi.

3) Aspek yang paling mencolok dari semua karyawan yang non

(29)

62

Universitas Kristen Maranatha 4) Sebagian besar karyawan yang engaged memiliki engagement feeling yang tinggi, tetapi terdapat sebagian kecil karyawan yang

engagement feelingnya rendah.

5) Sebagian besar karyawan yang non engaged memiliki engagement feeling yang tinggi, dan sebagian kecil karyawan memiliki

engagement feeling yang rendah.

6) Engagement feeling yang rendah pada karyawan divisi Sub Bisnis Unit Katun di PT.”X” dirasakan sebagai akibat dari goal yang tidak realistis, karakteristik pekerjaan yang monoton, dan tugas tambahan yang mendadak.

7) Engagement behavior pada karyawan divisi Sub Bisnis Unit Katun di PT.”X” tidak selalu berkaitan dengan engagement feeling yang mereka rasakan.

8) Terdapat faktor lain yang memengaruhi munculnya engagement behavior pada karyawan divisi Sub Bisnis Unit Katun di PT.”X”, yaitu faktor eksternal seperti karakteristik pekerjaan dan budaya perusahaan.

5.2 Saran

5.2.1 Saran Teoretis

(30)

63

Universitas Kristen Maranatha 2) Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai engagement behavior, terutama aspek role expansion dikaitkan dengan budaya perusahaan dan karakteristik pekerjaan.

5.2.2 Saran Praktis

1) Bagi pihak PT. “X” Bandung, diharapkan dapat menjaga konsistensi dalam memfasilitasi karyawannya untuk mempertahankan engagement behavior karyawan.

2) Bagi pihak PT. “X” Bandung juga diharapkan untuk dapat menentukan goal yang realistik dan menginformasikan kepada karyawannya mengenai cara mencapai goal tersebut, sehingga karyawan tetap merasa tertantang untuk mencapainya.

3) Bagi manager divisi Sub Bisnis Unit Katun di PT.”X” diharapkan untuk melakukan rotasi pekerjaan bagi karyawan di bagian Administrasi Kirim, Follow Up Marketing, Follow Up Produksi, dan Follow Up Counter yang karakteristik pekerjaannya bersifat monoton.

4) Bagi karyawan divisi Sub Bisnis Unit Katun di PT.”X” yang non

(31)

64 Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: Grasindo.

Guilford, J.P. 1959. Psychometric Methods 2nd Edition. New York: Mc Graw-Hill Bool Company, Inc.

Kumar, Ranjit. 1999. Metodology Research. London: Sagd Publications.

Macey, William H. 2009. Employee Engagement: Tools for Analysis, Practice, and Competitive Advantage.United Kingdom: Qiley-Blackwell.

(32)

65 Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN

Meily Margaretha. 2008. Employee Engagement: Upaya Peningkatan Kinerja Perusahaan. The 2nd National Conference UKWMS: Universitas Kristen Maranatha.

Macey, William H. 2009. The Meaning of Employee Engagement. Society for Industrial and Organzational Psychology.

Referensi

Dokumen terkait

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN MELIPAT MENGGUNTING DAN MENEMPEL PADA ANAK USIA DINI KELOMPOK B TK PERTIWI KOTA SERANG TAHUN PELAJARAN

Penelitian ini dimaksudkan untuk dapat: mendeskripsikan pelaksanaan Program Magang prodi PGSD, mendapatkan informasi tentang hambatan, dan kendala pelaksanaan Magang

The results showed that: (1) an increase in critical thinking skills students acquire Collaborative learning is better than students who received conventional learning;

Di dalam penulisan ini penulis menitik beratkan pada suatu hal bahwa Teknologi Animasi sangat baik untuk dijadikan sokongan dalam pengemasan informasi yang menarik dan interaktif,

ditingkatkan, sehingga komunikasi dapat terjalin dengan baik, harmonis dan lancar. c) Mengoptimalkan penggunaan media pembelajaran yang telah tersedia di sekolah.

Psdiria diddo Fda joiDe sm s0 kv 3i*uir

Tujuan penelitian mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian perilaku seks berisiko pada remaja tunarungu di Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB) Kota

Penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan asap cair tempurung kelapa ( Cocos nucifera Linn ) dan lama penyimpanan beserta interaksinya dalam mempertahankan