• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK MENGGUNAKAN METODE INVESTIGASI KELOMPOK DALAM MENGEMBANGKAN KECERDASAN INTERPERSONAL SISWA : Penelitian Quasi Experimental terhadap Siswa Kelas X Madrasah Aliyah Negeri Talaga Tahun Ajaran 2012/2013.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK MENGGUNAKAN METODE INVESTIGASI KELOMPOK DALAM MENGEMBANGKAN KECERDASAN INTERPERSONAL SISWA : Penelitian Quasi Experimental terhadap Siswa Kelas X Madrasah Aliyah Negeri Talaga Tahun Ajaran 2012/2013."

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK MENGGUNAKAN METODE INVESTIGASI KELOMPOK DALAM MENGEMBANGKAN KECERDASAN

INTERPERSONAL SISWA

(Penelitian Quasi Experimental terhadap Siswa Kelas X Madrasah Aliyah Negeri Talaga Tahun Ajaran 2012/2013)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

Oleh

Bambang Setiawan

0804554

JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

LEMBAR HAK CIPTA

EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK MENGGUNAKAN METODE INVESTIGASI KELOMPOK DALAM MENGEMBANGKAN KECERDASAN

INTERPERSONAL SISWA

(Penelitian Quasi Experimental terhadap Siswa Kelas X Madrasah Aliyah Negeri Talaga Tahun Ajaran 2012/2013)

Oleh

Bambang Setiawan

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Bambang Setiawan 2013

Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)
(4)

ABSTRAK

Bambang Setiawan (2013). Efektivitas Bimbingan Kelompok menggunakan Metode Investigasi Kelompok dalam Mengembangkan Kecerdasan Interpersonal Siswa (Penelitian Quasi Experimental terhadap Siswa Kelas X Madrasah Aliyah Negeri Talaga Tahun Ajaran 2012/2013).

Penelitian dilatarbelakangi oleh fenomena dalam dunia pendidikan Indonesia yang masih mempunyai pola pikir tradisional bahwa untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas, sekolah-sekolah hanya menekankan pada pengembangan kemampuan logika-matematika dan bahasa saja terhadap siswa-siswanya. Kecerdasan tidak hanya mencakup pada dua parameter kemampuan logika-matematika dan bahasa saja, ada kemampuan yang sangat penting untuk dimiliki oleh setiap siswa yakni kecerdasan interpersonal. Pada dasarnya tidak semua siswa memiliki kecerdasan interpersonal, kecerdasan interpersonal siswa perlu dikembangkan seoptimal mungkin guna membantu siswa untuk dapat berhasil dalam interaksi sosialnya. Oleh karena itu, perlu adanya pengembangan secara khusus terhadap kecerdasan interpersonal siswa di sekolah, yakni melalui bimbingan kelompok menggunakan metode investigasi kelompok.

Penelitian ini bertujuan menguji efektivitas bimbingan kelompok menggunakan metode investigasi kelompok dalam mengembangkan kecerdasan interpersonal siswa. Dalam penelitian ini digunakan pendekatan kuantitatif, dengan metode penelitian Quasi Experimental. Desain eksperimen yang digunakan adalah desain eksperimen Nonequivalent Pretest-Postest Control Group Design. Penelitian dilakukan di MAN Talaga dengan mengambil subjek penelitian yakni siswa kelas X yang ditentukan menggunakan teknik purposive sampling (sampel bertujuan). Instrumen penelitian yang digunakan adalah Angket Kecerdasan Interpersonal. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan analisis statistik uji t independen (independent sample t-test). Hasil penelitian menunjukkan bahwa intervensi bimbingan kelompok menggunakan metode investigasi kelompok teruji efektif dalam mengembangkan kecerdasan interpersonal siswa.

(5)

ABSTRACT

Bambang Setiawan (2013). The Effectiveness of Group Guidance by Using the

Group Investigation Method in Developing Students’ Interpersonal Intelligence (A

Quasi Experimental Study of X Grade Students of Madrasah Aliyah Negeri Talaga year of study 2012/2013).

The research was basically back-grounded by the issue in Indonesian educational situation. The school apparatus are generally having a traditional perception; that is in order to gain a good quality students; the school needs to focus on developing the students’ ability of logical-mathematic and language only. But again, intelligences are basically not only covered by two main parameters namely ability of logical-mathematic and language, but also there is another main domain of intelligence, which is very important to be owned by the students, that is; the Interpersonal Intelligence.

Basically not all of the students have an interpersonal intelligence, the interpersonal intelligence itself has to be developed in order to facilitate the students to gain a successful social interaction. Therefore, there should be an intensive way of developing of the students’ interpersonal intelligence; one of the solutions is by conducting the Group Guidance in a form of Group Investigation Method. The study is aimed to test the effectiveness of Group Guidance by using the Group Investigation Method in developing students’ interpersonal intelligence. The quantitative approach with the quasi experimental method is used in this study. This research is also use the Non-equivalent Pretest-Post-test Control Group Design. The study was conducted in MAN Talaga. The samples of the study were the X grade students. The samples were chosen by using the purposive sampling technique. The instrument of the research was the Interpersonal Intelligence Questionnaires. The t independent statistical analysis was used in this research. The result shows that the intervention of Group Guidance by using the Group Investigation method was proofed to be significant in developing the students’ interpersonal intelligence.

(6)

Bambang Setiawan,2013

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahim.

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah swt., dengan rahmat-Nya skripsi ini pada akhirnya dapat diselesaikan. Skripsi ini merupakan sebuah kehormatan yang diajukan sebagai prasyarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan FIP UPI.

Kecerdasan Interpersonal menjadi topik yang menarik untuk diteliti, mengingat bahwa betapa pentingnya kecerdasan interpersonal dalam kehidupan manusia. Manusia diciptakan oleh Allah swt., sebagai makhluk sosial, yang

dalam keseharian kehidupannya pasti akan melakukan interaksi dengan manusia lainnya. Kecerdasan interpersonal akan mengatur keterampilan seseorang untuk berhubungan dengan orang lain, hal ini sangat dibutuhkan karena dapat memudahkan seseorang dalam membangun interaksi sosial, menciptakan dan mempertahankan relasi sosialnya, dan dapat menyelesaikan permasalahan dengan solusi yang saling menguntungkan satu sama lain. Skripsi ini difokuskan pada efektivitas bimbingan kelompok menggunakan metode investigasi kelompok dalam mengembangkan kecerdasan interpersonal siswa.

Hasil penelitian disajikan dalam bentuk karya ilmiah yang tersusun menjadi lima bab. Bab I pendahuluan, memaparkan latar belakang masalah, identifikasi dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penulisan, dan sistematika penulisan. Bab II konseptualisasi bimbingan kelompok menggunakan metode investigasi kelompok dalam mengembangkan kecerdasan interpersonal. Bab III metode penelitian, memaparkan lokasi, populasi dan sampel penelitian, pendekatan dan desain penelitian, definisi operasional variabel, pengembangan instrumen penelitian, penimbang instrumen, uji validitas dan reliabilitas instrumen penelitian, prosedur dan

(7)

Bambang Setiawan,2013

dan keterbatasan-keterbatasan penelitian. Bab V merupakan bab penutup yang memaparkan kesimpulan dan rekomendasi.

Demikian skripsi ini diajukan dengan harapan dapat memberikan manfaat dan kontribusi kepada berbagai pihak, khususnya bagi pengembangan ilmu bimbingan dan konseling di masa kini dan masa yang akan mendatang.

Bandung, Juli 2013 Penulis,

Bambang Setiawan

(8)

Bambang Setiawan,2013

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah swt., yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menempuh pendidikan sarjana di Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan FIP UPI, dan dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa penulisan skirpsi ini tidak luput dari bantuan dan dukungan berbagai pihak, baik secara materil maupun moril. Dengan segala kerendahan hati dan ketulusan hati, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Agus Taufiq, M.Pd., selaku pembimbing I atas semua waktu yang diluangkan, arahan, bimbingan, motivasi, doa, dan ilmu yang diberikan kepada penulis selama proses penyelesaian skripsi ini.

2. Bapak Dr. Nurhudaya, M.Pd., selaku pembimbing II yang selalu meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, motivasi, berbagi cerita, doa, dan dukungan tiada henti yang diberikan kepada penulis selama proses penyelesaian skripsi ini.

3. Bapak Prof. Dr. Furqon, Ph.D., selaku Ketua Dewan Skripsi yang telah memberikan izin dan kemudahan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian ini.

4. Bapak Prof. Dr. Ahman, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan. 5. Bapak Dr. H. Nandang Rusmana, M.Pd., selaku Ketua Jurusan dan Ibu Dr.

Ipah Saripah, M.Pd., selaku Sekretaris Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan FIP UPI yang telah memfasilitasi segala keperluan penulis. 6. Bapak Drs. Sudaryat dan Ibu Dra. Sri Wuryan Indrawati, M.Pd., selaku

dosen pembimbing akademik yang senantiasa memberikan bimbingan, arahan, dan solusi kepada penulis terkait permasalahan akademik.

7. Bapak H. Nandang Budiman, S.Pd., M.Si., selaku dosen wali tingkat

(9)

Bambang Setiawan,2013

8. Bapak Drs. Sudaryat, Ibu Dra. Sri Wuryan Indrawati, M.Pd., dan Ibu Dr. Ipah Saripah, M.Pd., untuk kesediaannya memberikan judgement terhadap instrumen penelitian yang telah penulis susun.

9. Bapak Dr. H. Mubiar Agustin, M.Pd., dan Ibu Dra. Hj. Setiawati, M.Pd., untuk kesediaannya memberikan memberikan judgement terhadap program intervensi yang telah penulis susun.

10. Seluruh Dosen Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan FIP UPI, atas segala kesabaran, didikan, bimbingan, dan ilmu yang telah diberikan selama penulis menempuh masa studi.

11. Bapak Edwin selaku staf tata usaha jurusan PPB FIP UPI, untuk segala

bantuan administrasi selama penulis menempuh masa studi.

12. Staf Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah memberikan bantuan administrasi selama penulis menempuh masa studi.

13. Bapak Drs. H. Abdul Fatah, MA., selaku kepada sekolah MAN Talaga yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di sekolah yang beliau pimpin.

14. Bapak Ujang Husaenudin, SP. M.Pd., selaku koordinator Bimbingan dan Konseling MAN Talaga yang telah memfasilitasi proses penelitian dengan penuh keikhlasan dan kesabaran.

15. Siswa-siswa X MAN Talaga, untuk kesediaan membantu pengumpulan data, dan pemberian intervensi selama penelitian.

16. Ibunda tercinta Hj. Iin Inayaturrohim dan Ayahanda tercinta H. Solehuddin, yang senantiasa memberikan didikan, motivasi, dukungan moril dan materil, nasehat, kasih sayang dan doa yang tidak pernah putus. Semoga Allah senantiasa melimpahkan kesehatan dan kebahagiaan dunia dan akhirat. Allahhummaghfirlii waliwaalidayya warhamhumaa kamaa rab’bayaanii shagiiraa. Amin.

17. Fitri Aprianti atas cinta, kasih dan sayangnya, dan tak pernah lelah

(10)

Bambang Setiawan,2013

18. Kakak-kakak tersayang, Linawati, S.E. dan Suami Deni Husni Latief, S.E., Endang Saefuddin, M.Pd. dan Istri Hj. Yuke Hediawati, A.Md., Ernawati, S.Pd. dan Suami Ir. Iwan Suparjan, yang senantiasa memberikan perhatian, kasih sayang, dukungan, dan doa.

19. Keponakan-keponakanku tersayang, yang selalu memberikan keceriaan kepada penulis.

20. Sahabat-sahabatku Anggi Azzi Purnama, S.Pd., Detria, S.Pd., Cecep Muztofa Zajuli, Muhibbu Abivian, Restu Ginanjar, Oby Kutby Abdillah, S.HI., Gamal Abdul Natser, S.Pd., dan Deni, atas persahabatan, keceriaan, pengorbanan, pelajaran hidup, canda tawa, dan suka duka yang menghiasi

persahabatan kita.

21. Teman-teman PPB angkatan 2008, atas kebersamaan yang tak akan pernah terlupakan.

Akhir kata, kepada seluruh pihak yang secara langsung dan tidak langsung telah memberikan dukungan, semoga Allah swt. membalas kebaikan yang telah diberikan kepada penulis dengan berkah yang tiada putusnya. Amin yaa rabbal alamin.

Bandung, Juli 2013 Penulis,

(11)

Bambang Setiawan,2013

DAFTAR ISI

ABSTRAK……….. i

KATA PENGANTAR……… iii

UCAPAN TERIMA KASIH……….. v

DAFTAR ISI……….. viii

DAFTAR TABEL……….. x

DAFTAR GRAFIK……… xii

DAFTAR LAMPIRAN……….. xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian... 1

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah... 8

C. Tujuan Penelitian... 13

D. Manfaat Penelitian... 14

E. Metodologi Penelitian... 15

F. Sistematika Penulisan………. 16

BAB II KONSEPTUALISASI KECERDASAN INTERPERSONAL DAN METODE INVESTIGASI KELOMPOK A. Kajian Pustaka……… 17

1. Konsep Dasar Kecerdasan Interpersonal………. 17

2. Konsep Bimbingan Kelompok………. 37

3. Metode Investigasi Kelompok………. 39

4. Efektivitas Bimbingan Kelompok menggunakan Metode Investigasi Kelompok dalam Mengembangkan Kecerdasan Interpersonal Siswa... 52

B. Penelitian Terdahulu………... 57

(12)

Bambang Setiawan,2013

D. Asumsi dan Hipotesis Penelitian……… 59

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian……… 62

B. Pendekatan dan Desain Penelitian……….. 65

C. Definisi Operasional Variabel………. 66

D. Pengembangan Instrumen Penelitian……….. 73

E. Penimbang Instrumen………. 77

F. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian………. 78

G. Prosedur dan Teknik Pengolahan Data……….. 83

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian……….. 88

B. Pembahasan Hasil Penelitian………. 135

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan………... 168

B. Rekomendasi……….. 169

DAFTAR PUSTAKA………. 173 LAMPIRAN-LAMPIRAN

(13)

Bambang Setiawan,2013

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Populasi Penelitian……….. 62

Tabel 3.2 Tingkat Kecerdasan Interpersonal Siswa Kelas X MAN Talaga… 64 Tabel 3.3 Sampel Penelitian……… 64

Tabel 3.4 Pola Penyekoran Butir Pernyataan Instrumen Kecerdasan Interpersonal………... 74

Tabel 3.5 Kisi-Kisi Instrumen Kecerdasan Interpersonal Siswa (Sebelum Judgement)……….………. 74

Tabel 3.6 Kisi-Kisi Instrumen Kecerdasan Interpersonal Siswa (Setelah Judgement)……….. 76

Tabel 3.7 Hasil Judgement Instrumen………. 78

Tabel 3.8 Hasil Uji Validitas………... 80

Tabel 3.9 Interpretasi Reliabilitas………...……… 82

Tabel 3.10 Reliability Statistic………..……… 82

Tabel 3.11 Pola Penskroran Butir Pernyataan Instrumen Kecerdasan Interpersonal………... 83

Tabel 3.12 Kriteria Pengelompokkan Tingkat Kecerdasan Interpersonal…… 85

Tabel 3.13 Interpretasi Kategori Tingkat Kecerdasan Interpersonal Siswa…………... 85

Tabel 4.1 Profil Kecerdasan Interpersonal Siswa Kelas X MAN Talaga Tahun Ajaran 2012/2013……….. 88

Tabel 4.2 Tingkat Kecerdasan Interpersonal Siswa Kelas X MAN Talaga Tahun Ajaran 2012/2013………... 90

Tabel 4.3 Deskripsi Data Tes Awal (Pre-Test)………. 114

Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Skor Tes Awal (Pre-Test) Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol………. 115

Tabel 4.5 Hasil Uji Homogenitas Skor Tes Awal (Pre-Test) Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol………. 116

Tabel 4.6 Hasil Uji Independent Sample T-Test Skor Tes Awal (Pre-Test) Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol……….. 117

Tabel 4.7 Deskripsi Data Tes Akhir (Post-Test)……….. 118

Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas Skor Tes Akhir (Post-Test) Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol………. 119

(14)

Bambang Setiawan,2013

Tabel 4.10 Hasil Uji Independent Sample T-Test Skor Tes Akhir (Post-Test) Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol……….. 121 Tabel 4.11 Komposisi Interpretasi Data Indeks Gain……… 122 Tabel 4.12 Statistik Deskripsi Data Indeks Gain……… 123 Tabel 4.13 Hasil Uji Normalitas Data Indeks Gain Kelas Eksperimen dan

Kelas Kontrol……….. 124

Tabel 4.14 Hasil Uji Mann-Whitney Data Indeks Gain Kelas Eksperimen

dan Kelas Kontrol………... 125

Tabel 4.15 Hasil Uji t Kecerdasan Interpersonal Siswa Kelas X MAN Talaga Tahun Ajaran 2012/2013……….. 126 Tabel 4.16 Hasil Uji t Setiap Indikator Kecerdasan Interpersonal Siswa

Kelas X MAN Talaga Tahun Ajaran 2012/2013……….. 127 Tabel 4.17 Perbandingan Capaian Skor Kecerdasan Interpersonal Kelas

Eksperimen pada Tes Awal (Pre-Test) dan Tes Akhir

(Post-Test)……… 130

Tabel 4.18 Perbandingan Capaian Skor Kecerdasan Interpersonal Kelas Kontrol pada Tes Awal (Pre-Test) dan Tes Akhir

(Post-Test)……… 131

(15)

Bambang Setiawan,2013

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Tingkat Kecerdasan Interpersonal Siswa Kelas X MAN Talaga

Tahun Ajaran 2012/2013………... 90

Grafik 4.2 Tingkat Kecerdasan Interpersonal Siswa pada setiap Aspek…… 92 Grafik 4.3 Tingkat Kecerdasan Interpersonal Siswa pada setiap Indikator… 96 Grafik 4.4 Capaian Skor Kecerdasan Interpersonal Kelas Eksperimen

(Kelas X-3) pada Tes Awal (Pre-test) dan Tes Akhir

(Post-Test)……… 129

Grafik 4.5 Capaian Skor Kecerdasan Interpersonal Kelas Kontrol (Kelas X-4) pada Tes Awal (Pre-test) dan Tes Akhir (Post-Test)………… 130 Grafik 4.6 Perbandingan Capaian Skor Kecerdasan Interpersonal Kelas

Eksperimen dan Kelas Kontrol pada Tes Awal (Pre-Test)….….. 132 Grafik 4.7 Perbandingan Capaian Skor Kecerdasan Interpersonal Kelas

Eksperimen dan Kelas Kontrol pada Tes Akhir (Post-Test)….….. 133 Grafik 4.8 Perbandingan Capaian Skor Kecerdasan Interpersonal Kelas

Eksperimen dan Kelas Kontrol Berdasarkan Setiap

Indikator……….. 134

Grafik 4.9 Capaian Skor Tingkat Kecerdasan Interpersonal Kelas

(16)

Bambang Setiawan,2013

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat-Surat Penelitian………. 181 Lampiran 2 Kisi-Kisi Instrumen dan Instrumen Penelitian……… 182 Lampiran 3 Uji Validitas, Uji Reliabilitas, Uji Normalitas, Uji

Homogenitas, dan Uji-t……….. 183 Lampiran 4 Data Pre-Test dan Post-Test, Data Gambaran Umum

Kecerdasan Interpersonal Siswa……… 184 Lampiran 5 Program Intervensi Bimbingan Kelompok Menggunakan

Metode Investigasi Kelompok dalam Mengembangkan Kecerdasan Interpersonal Siswa……… 185 Lampiran 6 Jurnal Kegiatan dan Lembar Kerja Siswa……… 186

(17)
(18)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pendidikan adalah hal yang sangat penting untuk diperoleh oleh setiap individu. Pendidikan menjadi salah satu modal bagi seseorang agar dapat berhasil dan mampu meraih kesuksesan dalam kehidupannya. Mengingat akan pentingnya pendidikan, maka pemerintah pun mencanangkan program wajib belajar 9 tahun, melakukan perubahan kurikulum untuk mencoba mengakomodasi kebutuhan siswa.

Dalam UU No. 20 Tahun 2003 diungkapkan bahwa tujuan pendidikan adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Secara tersirat, kemampuan yang harus dimiliki siswa selain kemampuan akademis juga kemampuan pribadi, sosial, kemampuan intelektual dan sistem nilai peserta didik.

Kendala bagi dunia pendidikan untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas adalah masih banyak sekolah yang mempunyai pola pikir tradisional dalam menjalankan proses belajarnya yaitu sekolah hanya menekankan pada kemampuan logika (matematika) dan bahasa. Kenyataan ini senada dengan yang diungkapkan oleh seorang praktisi pendidikan anak yaitu Seto Mulyadi (Susanto, 2005:3) bahwa suatu kekeliruan yang besar jika setiap kenaikan kelas, prestasi siswa hanya diukur dari kemampuan matematika dan bahasa.

Kecerdasan intelektual tidak hanya mencakup dua parameter yaitu kemampuan matematika dan bahasa, tetapi juga harus dilihat dari aspek kinetis, musical, visual-spatial, interpersonal, intrapersonal, dan naturalis

(19)

Gardner (Musfiroh, 2008:112) menetapkan tujuh kecerdasan yaitu: kecerdasan bahasa (verbal linguistic), kecerdasan logika-matematika, kecerdasan keruangan/gambar (visual spasial), kecerdasan gerak (kinestetik), kecerdasan musikal, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan interpersonal. Kemudian Gardner (1993) memunculkan dua kecerdasan lagi yaitu kecerdasan naturalis dan kecerdasan eksistensial

Teori Multiple Intelligences didasarkan pada pemikiran bahwa kemampuan intelektual yang diukur melalui tes IQ sangatlah terbatas karena tes IQ hanya menekan pada kemampuan logika (matematika) dan bahasa (Gardner, 2003). Setiap individu memiliki inteligensi yang berbeda-beda, hal

ini tergantung pada dimensi inteligensi apa yang lebih berpengaruh pada individu tersebut.

Kecerdasan interpersonal merupakan salah satu bagian dari Multiple Intelligences. Berdasarkan pendapat Amstrong (Musfiroh, 2005:67) kecerdasan interpersonal melibatkan banyak kecakapan, yakni kemampuan berempati pada orang lain, kemampuan mengorganisasi sekelompok orang menuju ketujuan bersama, kemampuan mengenali dan membaca pikiran orang lain, kemampuan berteman atau menjalin kontak.

Safaria (2005:23) mengartikan kecerdasan interpersonal sebagai kemampuan dan keterampilan seseorang dalam menciptakan relasi sosialnya sehingga kedua belah pihak berada dalam situasi menang-menang atau saling menguntungkan. Individu yang tingggi kecerdasan interpersonalnya akan mampu menjalin komunikasi yang efektif dengan orang lain, berempati secara baik, mengembangkan hubungan yang harmonis dengan orang lain, dapat dengan cepat memahami temperamen, sifat, suasana hati, motif orang lain (Safaria, 2005: 23).

Senada dengan pengertian di atas, Gardner (DePorter et al., 2000) mendefinisikan kecerdasan interpersonal sebagai kecerdasan berpikir lewat

(20)

manipulasi, menjadi pendamai, permainan kelompok, klub, berteman, dan bekerjasama dalam kelompok.

Berdasarkan pengertian yang telah dipaparkan di atas dapat ditegaskan bahwa kecerdasan interpersonal merupakan kemampuan yang sangat penting bagi manusia. Menurut Lwin et al. (2008: 199–201) dengan kecerdasan interpersonal yang baik seseorang dapat menjadi orang dewasa yang sadar secara sosial dan mudah menyesuaikan diri, menjadi berhasil dalam pekerjaan, dan mewujudkan kesejahteraan emosional dan fisik.

Kecerdasan interpersonal mempunyai peran penting dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam berhubungan dengan orang lain. Dengan

kecerdasan interpersonal akan memudahkan seseorang menyesuaikan diri, bersosialisasi dengan orang lain maupun lingkungan, menjadi orang dewasa yang sadar secara sosial, dan akan berhasil dalam pekerjaan (Surya, 2006:31). Peranan lain kecerdasan interpersonal antara lain, seseorang yang memiliki kecerdasan interpersonal cenderung mudah memahami perasaan orang lain sehingga akan disenangi banyak teman, menjadi pemimpin diantara teman-temannya dan pandai mengkomunikasikan keinginannya pada orang lain.

Kecerdasaan intelektual tak dapat bekerja dengan sebaik-baiknya tanpa kecerdasan interpersonal. Hal ini sesuai dengan pernyataan Goleman (Mansur, 2007:56):

(21)

Kecerdasan interpersonal sangat penting dan berperan besar dalam kesuksesan kehidupan seseorang. Beberapa tokoh dunia yang memiliki kecerdasan interpersonal yang tinggi dan sukses dalam hidupnya ialah Mahatma Gandhi, Ronald Reagan, Bill Gates, Oprah Winfrey, dan sebagainya. Sebagai contohnya, Bill Gates tahu betul bahwa ia cerdas dalam menyusun program-program komputer (software). Tapi hal itu tidak cukup untuk menjadi wirausaha. Ia juga harus memahami keinginan, kebutuhan, dan kepentingan pasar global terhadap teknologi komunikasi informasi yang mudah dipahami (user friendly). Kemampuannya berempati dengan keinginan, kebutuhan, dan kepentingan orang lain itulah yang membuat Bill Gates sukses dalam

menjalankan pekerjaannya dan juga kehidupannya.

Orang yang memiliki kecerdasan interpersonal sering juga disebut dengan istilah “Smart People”. Tidak hanya itu, kecerdasan interpersonal ini melibatkan banyak hal, seperti kemampuan untuk masuk ke dalam diri orang lain, mengerti dunia orang lain, mengerti pandangan dan sikap orang lain. Selain itu, kemampuan untuk berempati terhadap orang lain, kemampuan memimpin kelompok/organisasi yang terdiri dari banyak orang untuk pencapaian tujuan bersama, kemampuan berteman, serta kemampuan dalam mengelola konflik pribadi atau konflik orang lain.

Orang yang memiliki kecerdasan interpersonal yang rendah dapat memunculkan konflik interpersonal. Hal ini ditegaskan oleh Sullivan (Chaplin, 2000:257) bahwa penyakit mental dan perkembangan kepribadian terutama sekali lebih banyak ditentukan oleh interaksi interpersonalnya daripada oleh faktor-faktor konstitusionalnya.

Siswa yang tidak memiliki kecerdasan interpersonal akan kesulitan dalam menjalin hubungan dengan orang lain sekalipun orang tersebut memiliki tingkat intelektual (IQ) yang tinggi. Hal ini menggambarkan bahwa kecerdasan interpersonal sangat penting untuk dimiliki oleh setiap individu,

(22)

akselerasi sejak tahun 1978 dan telah menghasilkan 673 wisudawan usia dini, dan dinyatakan sekitar 15% mahasiswa akselerasinya memiliki kecerdasan interpersonal rendah dengan kecenderungan mahasiswa akselerasi tersebut menjadi bersikap introvert.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh Hartati (2009) terhadap siswa kelas X-2 SMAN 8 Bandung Tahun Ajaran 2007/2008 diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa siswa masih memiliki kecerdasan interpersonal yang rendah. Hal ini ditunjukkan bahwa siswa masih belum mampu untuk bersikap simpati dan empati terhadap orang lain, belum mampu bekerja sama dalam kelompok, dan masih adanya klik diantara para siswa

yang terbagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dimana antara satu kelompok dengan kelompok lainnya tidak mampu melakukan kerja sama, baik dalam belajar maupun dalam pergaulan sehari-hari.

Kemudian hasil penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Hartati terhadap siswa kelas XI SMAN 8 Bandung Tahun Ajaran 2008/2009, menunjukkan hasil bahwa siswa kelas XI SMAN 8 Bandung Tahun Ajaran 2008/2009 memiliki tingkat kecerdasan interpersonal pada kategori sedang, yaitu sebesar 53%. Hal ini mengandung arti bahwa siswa mampu memanifestasikan perilaku interpersonalnya, namun belum terampil mengaplikasikannya.

Berdasarkan pada fakta dan gambaran fenomena seputar kecerdasan interpersonal siswa, maka dibutuhkan layanan bantuan yang dapat membantu siswa untuk meningkatkan kecerdasan interpersonalnya. Bimbingan dan konseling merupakan upaya proaktif dan sistematik dalam memfasilitasi individu mencapai perkembangan yang optimal, pengembangan perilaku efektif, pengembangan lingkungan perkembangan, dan peningkatan keberfungsian individu dalam lingkungannya. Semua perilaku tersebut merupakan proses perkembangan yakni proses interaksi antara individu

dengan lingkungan.

(23)

layanan bimbingan untuk membantu individu dalam menyelesaikan masalah-masalah pribadi sosial. Bimbingan pribadi sosial diberikan dengan cara menciptakan lingkungan yang kondusif, interaksi pendidikan yang akrab, mengembangkan sistem pemahaman diri, dan sikap-sikap yang positif, serta keterampilan-keterampilan sosial yang tepat (Nurihsan, 2007:16).

Orang yang memiliki kecerdasan interpersonal menyukai dan menikmati bekerja secara berkelompok, belajar sambil berinteraksi dan bekerja sama, juga kerap merasa senang bertindak sebagai penengah dalam perselisihan sampai pada kemampuan untuk memanipulasi sekelompok besar orang menuju pencapaian tujuan bersama seperti halnya seorang diktator atau

direktur perusahaan besar. Bimbingan kelompok dapat digunakan dalam mengembangkan kecerdasan interpersonal.

Prayitno (1995:178) mengemukakan bahwa bimbingan kelompok adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok. Artinya, semua peserta dalam kegiatan kelompok saling berinteraksi, bebas mengeluarkan pendapat, menanggapi, memberi saran, dan lain-lain sebagainya, apa yang dibicarakan itu semuanya bermanfaat untuk diri peserta yang bersangkutan sendiri dan untuk peserta lainnya. Sementara itu, Wibowo (2005:17) menyatakan bahwa bimbingan kelompok adalah suatu kegiatan kelompok dimana pemimpin kelompok menyediakan informasi-informasi dan mengarahkan diskusi agar anggota kelompok menjadi lebih sosial atau membantu anggota kelompok untuk mencapai tujuan bersama.

Pemberian bantuan dalam mengembangkan kecerdasan interpersonal siswa bisa dengan menggunakan metode group investigation atau investigasi kelompok. Investigasi kelompok berawal dari perspektif filosofis terhadap konsep belajar. Untuk dapat belajar, orang harus memiliki pasangan atau teman. Pada tahun 1916, John Dewey menulis sebuah buku Democracy and

(24)

diwujudkan dalam metode investigasi kelompok yang kemudian dikembangkan oleh Herbert Thelen. Thelen (Arends, 1997) menyatakan bahwa kelas hendaknya merupakan miniatur demokrasi yang bertujuan mengkaji masalah-masalah sosial antar pribadi.

Investigasi kelompok merupakan metode bimbingan yang melatih para siswa berpartisipasi dalam pengembangan sistem sosial dan melalui pengalaman, secara bertahap belajar bagaimana menerapkan metode ilmiah untuk meningkatkan kualitas masyarakat (Joyce & Weil, 2009: 313). Metode ini merupakan bentuk metode yang mengkombinasikan dinamika proses demokrasi dengan proses inquiry akademik. Melalui negosiasi siswa-siswa

belajar pengetahuan akademik dan mereka terlibat dalam pemecahan masalah sosial. Dengan demikian kelas harus menjadi sebuah miniatur demokrasi yang menghadapi masalah-masalah dan melalui pemecahan masalah, memperoleh pengetahuan dan menjadi sebuah kelompok sosial yang lebih efektif.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Setyarini (2009) menunjukkan hasil bahwa kecerdasan interpersonal siswa meningkat setelah pemberian investigasi kelompok. Siswa memperoleh pengalaman belajar yang baru yaitu adanya hubungan interpersonal antar siswa yang dapat menjalin interaksi positif antar siswa dalam satu kelompok maupun dalam kelas. Rata-rata kecerdasan interpersonal pada siklus I adalah 61,79%, terjadi peningkatan sebesar 22,76% pada siklus II menjadi 84,55%. Hal ini terjadi karena dalam investigasi kelompok, siswa dilatih untuk saling bekerja dalam satu kelompok sehingga siswa mempuyai jiwa kooperatif yang tinggi, saling menghormati dan menghargai antar siswa.

Menurut David Narudin (2009) dalam

(www.akhmadsudrajat.wordpress.com/2009/06/20/strategi-pembelajaran- kooperatif-metode-group-investigation/) efektivitas penggunaan metode investigasi kelompok dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap siswa

(25)

siswa berperan aktif. Kedua, dengan investigasi kelompok membuat suasana saling bekerjasama dan berinteraksi antar siswa dalam kelompok tanpa memandang latar belakang, setiap siswa dalam kelompok memadukan berbagai ide dan pendapat, saling berdiskusi dan beragumentasi dalam memahami suatu pokok bahasan serta memecahkan suatu permasalahan yang dihadapi kelompok. Ketiga, dengan investigasi kelompok siswa dilatih untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi, semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari, semua siswa dalam kelas saling terlihat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai suatu topik permasalahan. Keempat, adanya

motivasi yang mendorong siswa agar aktif dalam proses bimbingan mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir bimbingan.

Berdasarkan fenomena seputar kecerdasan interpersonal diatas, peneliti tertarik untuk meneliti upaya peningkatan kecerdasan interpersonal siswa dengan bimbingan kelompok menggunakan metode investigasi kelompok. Maka dari itu penelitian ini diberi judul “Efektivitas Bimbingan Kelompok Menggunakan Metode Investigasi kelompok dalam Mengembangkan Kecerdasan Interpersonal Siswa”

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Gardner (DePorter et al., 2000) mendefinisikan kecerdasan interpersonal sebagai kecerdasan berpikir lewat berkomunikasi dengan orang lain. Orang yang memiliki kecerdasan interpersonal dengan baik, umumnya pandai dalam memimpin, mengorganisasi, berinteraksi, berbagi, menyayangi, berbicara, bersosialisasi, manipulasi, menjadi pendamai, permainan kelompok, klub, berteman, dan bekerjasama dalam kelompok.

Kecerdasan interpersonal mempunyai peran penting dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam berhubungan dengan orang lain. Dengan

(26)

Kecerdasaan intelektual tak dapat bekerja dengan sebaik-baiknya tanpa kecerdasan interpersonal. Hal ini sesuai dengan pernyataan Goleman (Mansur, 2007:56):

Khusus pada orang-orang yang murni hanya memiliki kecerdasan akademis tinggi, mereka cenderung memiliki rasa gelisah yang tidak beralasan, terlalu kritis, rewel, cenderung menarik diri, terkesan dingin dan cenderung sulit mengekspresikan kekesalan dan kemarahannya secara tepat. Bila didukung dengan rendahnya taraf kecerdasan emosionalnya, maka orang-orang seperti ini sering menjadi sumber masalah. Bila seseorang memiliki IQ tinggi namun taraf kecerdasan interpersonal rendah maka cenderung akan terlihat sebagai orang yang keras kepala, sulit bergaul, mudah frustrasi, tidak mudah percaya kepada orang lain, tidak peka dengan kondisi lingkungan dan cenderung putus asa bila mengalami stress. Kondisi sebaliknya, dialami oleh orang-orang yang memiliki taraf IQ rata-rata namun memiliki kecerdasan interpersonal yang tinggi.

Menurut May Lwin et al. (2008:201) kecerdasan interpersonal menjadi penting karena dalam kehidupan manusia tidaklah bisa hidup sendiri, ada

ungkapan “No man is an island” (tidak ada orang yang dapat hidup sendiri). Sesungguhnya orang memerlukan orang lain agar mendapatkan kehidupan

seimbang secara sosial, emosional dan fisik. Kurangnya kecerdasan interpersonal adalah salah satu akar penyebab tingkah laku yang tidak diterima secara sosial. Individu yang memiliki kecerdasan interpersonal yang rendah nantinya cenderung tidak peka, tidak peduli, egois dan menyinggung perasaan orang lain.

Orang yang memiliki kecerdasan interpersonal yang rendah dapat memunculkan konflik interpersonal. Hal ini ditegaskan oleh Sullivan (Chaplin, 2000:257) bahwa penyakit mental dan perkembangan kepribadian terutama sekali lebih banyak ditentukan oleh interaksi interpersonalnya daripada oleh faktor-faktor konstitusionalnya.

(27)

bahwa pada masa remaja tugas perkembangan yang tersulit dan terpenting adalah berhubungan dengan penyesuaian sosial. Dalam mencapai tujuan dari pola sosialisasi dewasa, remaja harus membuat banyak penyesuaian yang baru.

Menurut Goleman (Berlina, 2012:53) individu dengan tingkat kecerdasan interpersonal tinggi tidak terlalu mengalami kesulitan dalam membina hubungan dengan orang lain, baik dengan orang yang baru dikenal maupun dengan teman lama. Individu yang memiliki kecerdasan interpersonal tinggi senantiasa berkata dua kali sebelum mengeluarkan kata-kata yang akan diucapkananya, tidak serta merta menanggapi perkataan orang lain secara

langsung tanpa dicerna walaupun perkataan itu menurut orang lain cukup meyakinkan. Kebanyakan individu yang memiliki kecerdasan interpersonal yang tinggi pandai mempengaruhi dan tutur kata yang dimiliki lembut baik secara lisan maupun tulisan.

Anderson (Safaria, 2005:24) menyatakan kecerdasan interpersonal memiliki tiga dimensi utama, yaitu sebagai berikut.

a. Social Sensitivity (Kepekaan Sosial)

Kepekaan Sosial yaitu kemampuan siswa untuk mampu merasakan dan mengamati reaksi-reaksi atau perubahan orang lain yang ditunjukkannya baik secara verbal maupun nonverbal. Sensitivitas sosial meliputi:

1) sikap empati, dan 2) sikap prososial.

b. Social Insight (Wawasan Sosial)

Wawasan Sosial yaitu kemampuan siswa untuk memahami dan mencari pemecahan masalah yang efektif dalam suatu interaksi sosial, sehingga masalah tidak menghambat apalagi menghancurkan relasi sosial yang telah dibangun siswa. Pondasi dasar dari social insight adalah berkembangnya kesadaran diri siswa secara baik. Pemahaman sosial ini

meliputi:

1) kesadaran diri,

(28)

3) kemampuan dalam mencari pemecahan masalah yang efektif. c. Social Comunication (Komunikasi Sosial)

Komunikasi Sosial merupakan kemampuan individu untuk menggunakan proses komunikasi dalam menjalin dan membangun hubungan interpersonal yang sehat. Keterampilan komunikasi yang harus dikuasai adalah keterampilan mendengarkan efektif, dan keterampilan berbicara dengan orang lain.

Bimbingan dan konseling merupakan sebuah bagian yang terintegrasi dalam sistem pendidikan yang berada pada ranah pengembangan potensi siswa. Kecerdasan interpersonal akan membantu siswa dalam

mengembangkan potensi yang dimilikinya, apabila siswa tidak memiliki kecerdasan interpersonal maka akan mengganggu dalam pengembangan potensi siswa. Sehingga dibutuhkan layanan bimbingan dan konseling dalam membantu siswa mengembangkan kecerdasan interpersonalnya. Intervensi bimbingan dan konseling yang bisa digunakan ialah layanan bimbingan kelompok menggunakan metode investigasi kelompok, yang diaplikasi dari model pembelajaran kooperatif.

Prayitno (1995:178) mengemukakan bahwa bimbingan kelompok adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok. Artinya, semua peserta dalam kegiatan kelompok saling berinteraksi, bebas mengeluarkan pendapat, menanggapi, memberi saran, dan lain-lain sebagainya, apa yang dibicarakan itu semuanya bermanfaat untuk diri peserta yang bersangkutan sendiri dan untuk peserta lainnya.

Investigasi kelompok merupakan metode bimbingan yang melatih para siswa berpartisipasi dalam pengembangan sistem sosial dan melalui pengalaman, secara bertahap belajar bagaimana menerapkan metode ilmiah untuk meningkatkan kualitas masyarakat (Joyce & Weil, 2009: 313). Metode

(29)

sosial. Dengan demikian kelas harus menjadi sebuah miniatur demokrasi yang menghadapi masalah-masalah dan melalui pemecahan masalah, memperoleh pengetahuan dan menjadi sebuah kelompok sosial yang lebih efektif.

Jhonson, Maruyana, Nelson, Skon, dan Jhonson (Joyce & Weil, 2009:321) mempunyai anggapan bahwa bekerja sama dapat meningkatkan energi belajar dan bahwa penghargaan terhadap performa kelompok sangatlah efektif, serta dalam menimbulkan sebuah peningkatan yang cukup signifikan terhadap energi kelompok. Sharan dan Hertz Lazarowitz (Joyce & Weil, 2009:321) telah meneliti metode investigasi kelompok, dan melaporkan bahwa semakin tinggi daya kooperatif suatu kelompok, maka akan semakin positif

energi yang dimiliki siswa dalam mengerjakan tugas ataupun dalam bergaul dengan temannya.

Metode investigasi kelompok ini sangatlah menarik dan bermanfaat, serta komprehensif. Metode ini memadukan tujuan penelitian akademik, integrasi sosial, pembelajaran, dan proses sosial. Thelen (Joyce & Weil, 2009:322) mengemukakan bahwa metode investigasi kelompok dapat dianggap sebagai suatu cara yang langsung mengena dan begitu efektif dalam pengajaran ilmu pengetahuan secara akademik, serta mampu menyentuh proses dan aspek-aspek sosial. Metode investigasi kelompok memunculkan sebuah pembimbingan atau pengarahan satu sama lain dengan suasana kehangatan dan penuh kepercayaan, respon positif terhadap peraturan serta kebijakan yang dinegosiasikan, pembelajaran yang mandiri dan tidak terikat, serta peka terhadap hak-hak orang lain.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Setyarini (2009), bahwa metode investigasi kelompok dapat meningkatkan kecerdasan interpersonal siswa dan juga partisipasi belajar siswa. Investigasi kelompok akan melatih siswa untuk berempati terhadap orang lain, melatih siswa dalam berkomunikasi dengan orang lain, melatih siswa untuk mampu mendengar

(30)

dapat menyelesaikan konflik yang terjadi ketika dalam proses diskusi terjadi perbedaan pendapat.

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana keefektifan bimbingan kelompok menggunakan metode investigasi kelompok dalam mengembangkan kecerdasan interpersonal siswa ?

Permasalahan tersebut diuraikan ke dalam bentuk pertanyaan penelitian yang akan dijadikan sebagai acuan dalam melaksanakan penelitian ini, yaitu sebagai berikut.

1. Bagaimana profil kecerdasan interpersonal siswa kelas X Madrasah Aliyah

Negeri Talaga tahun ajaran 2012/2013 sebelum memperoleh bimbingan kelompok menggunakan metode investigasi kelompok ?

2. Seperti apa rancangan bimbingan kelompok menggunakan metode investigasi kelompok yang diperlukan atau secara hipotetik efektif dalam mengembangkan kecerdasan interpersonal siswa kelas X Madrasah Aliyah Negeri Talaga tahun ajaran 2012/2013 ?

3. Bagaimana efektivitas bimbingan kelompok menggunakan metode investigasi kelompok dalam mengembangkan kecerdasan interpersonal siswa kelas X Madrasah Aliyah Negeri Talaga tahun ajaran 2012/2013 ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui profil kecerdasan interpersonal siswa kelas X Madrasah Aliyah Negeri Talaga tahun ajaran 2012/2013 sebelum memperoleh bimbingan kelompok menggunakan metode investigasi kelompok.

2. Menyusun rancangan bimbingan kelompok menggunakan metode investigasi kelompok yang diperlukan atau secara hipotetik efektif dalam mengembangkan kecerdasan interpersonal siswa kelas X Madrasah Aliyah

(31)

3. Untuk menguji efektivitas bimbingan kelompok menggunakan metode investigasi kelompok dalam mengembangkan kecerdasan interpersonal siswa kelas X Madrasah Aliyah Negeri Talaga tahun ajaran 2012/2013.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

a. Menambah khazanah keilmuan mengenai kecerdasan interpersonal siswa Sekolah Lanjutan Tingkat Atas.

b. Menambah dan memperkaya keilmuan Bimbingan dan Konseling dalam penggunaan bimbingan kelompok menggunakan metode

investigasi kelompok yang dapat mengembangkan kecerdasan interpersonal siswa.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Konselor

Konselor diharapkan dapat mengaplikasikan hasil dari penelitian ini berupa alternatif layanan bimbingan dan konseling yang dapat digunakan untuk membantu siswa.

b. Bagi Pihak Sekolah

Pihak sekolah diharapkan mendapat bahan acuan untuk mengembangkan program-program sekolah yang dapat membantu siswa meningkatkan kecerdasan interpersonalnya. Selain itu, pihak sekolah bisa memfasilitasi terlaksananya pengembangan bimbingan kelompok menggunakan metode investigasi kelompok ini dalam layanan Bimbingan dan Konseling yang dapat mengembangkan kecerdasan interpersonal siswa.

c. Bagi Siswa

Siswa memiliki kecerdasan interpersonal yang tinggi, dan mampu mengaplikasikan kecerdasan interpersonal yang dimilikinya dalam

(32)

E. Metodologi Penelitian

1. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di MAN Talaga yang berlokasi di Kecamatan Talaga Kabupaten Majalengka. Menurut Arikunto (2010:173), populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Dalam penelitian ini populasi penelitiannya adalah siswa kelas X MAN Talaga Tahun Ajaran 2012/2013 yang secara administratif terdaftar dan aktif dalam pembelajaran yang berjumlah 225 orang siswa. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling (sampel bertujuan). Pusposive

sampling (sampel bertujuan yaitu teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2012:124). Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas X MAN Talaga Tahun Ajaran 2012/2013 yang secara umum skor tingkat kecerdasan interpersonal kelas tersebut paling rendah berdasarkan pada hasil analisis pretest instrumen kecerdasan interpersonal. 2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, yaitu pendekatan penelitian untuk menjawab pertanyaan penelitian atau hipotesis yang membutuhkan jawaban secara spesifik dengan penggunaan statistik. Pendekatan kuantitatif memungkinkan dilakukannya pencatatan dan penganalisisan data hasil penelitian secara eksak mengenai efektivitas bimbingan kelompok menggunakan metode investigasi kelompok dalam mengembangkan kecerdasan interpersonal siswa kelas X MAN Talaga Tahun Ajaran 2012/2013 dalam bentuk angka, sehingga memudahkan dalam proses analisis dan penafsirannya dengan menggunakan perhitungan statistik.

3. Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi

Experimental. Quasi experimental mempunyai kelompok kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel

(33)

Nonequivalent Pretest-Postest Control Group Design merupakan desain penelitian yang dilaksanakan terhadap dua kelompok, yakni kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Dalam penelitian ini, kelompok eksperimen diberikan perlakuan berupa program layanan bimbingan kelompok menggunakan metode investigasi kelompok, sedangkan kelompok kontrol selaku kelompok pembanding tidak diberikan perlakuan.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini melalui instrumen berupa angket mengenai keceerdasan interpersonal siswa, dengan menggunakan angket pengungkap tingkat kecerdasan interpersonal yang

dikembangkan dari definisi operasional variabel kecerdasan interpersonal.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian ini ialah sebagai berikut.

1. Bab I Pendahuluan. Mencakup latar belakang masalah, identifikasi dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penulisan, dan sistematika penulisan.

2. Bab II Konseptualisasi Bimbingan Kelompok Menggunakan Metode Investigasi Kelompok dalam Mengembangkan Kecerdasan Interpersonal.

3. Bab III Metode Penelitian. Mencakup lokasi, populasi dan sampel penelitian, pendekatan dan desain penelitian, definisi operasional variabel, pengembangan instrumen penelitian, penimbang instrumen, uji validitas dan reliabilitas instrumen penelitian, prosedur dan teknik pengolahan data.

4. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. Mencakup hasil penelitian, dan pembahasan hasil penelitian.

(34)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di MAN Talaga yang berlokasi di Kecamatan Talaga Kabupaten Majalengka. Menurut Arikunto (2010:173), populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Dalam penelitian ini populasi penelitiannya adalah siswa kelas X MAN Talaga Tahun Ajaran 2012/2013 yang secara administratif terdaftar dan aktif dalam pembelajaran yang berjumlah 225 orang siswa.

Tabel 3.1 Populasi Penelitian

Tahun

Ajaran Kelas Jumlah

2012/2013

X-1 33

X-2 31

X-3 31

X-4 33

X-5 34

X-6 31

X-7 32

Jumlah Keseluruhan 225

Alasan rasional yang menjadi pertimbangan dalam menentukan lokasi, populasi, dan sampel penelitian di Madrasah Aliyah Negeri Talaga sebagai berikut:

1. Madrasah Aliyah Negeri Talaga merupakan sekolah yang berbasis agama, yang membedakan dengan sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA) lainnya adalah jumlah mata pelajarannya yang lebih banyak dibandingkan dengan

SLTA. Sehingga jam sekolah lebih lama, dengan waktu sekolah yang lebih lama siswa dituntut lebih banyak dan lebih lama dalam berinteraksi dengan siswa lainnya.

(35)

adalah berhubungan dengan penyesuaian sosial. Dalam mencapai tujuan dari pola sosialisasi dewasa, remaja harus membuat banyak penyesuaian yang baru. Greenberger et al. (Hurlock, 1980:213) menyatakan bahwa yang terpenting dan tersulit adalah penyesuaian diri dengan meningkatnya pengaruh kelompok sebaya, perubahan dalam perilaku sosial, pengelompokan sosial yang baru, nilai-nilai baru dalam seleksi persahabatan, nilai-nilai baru dalam dukungan dan penolakan sosial, dan nilai-nilai baru dalam seleksi pemimpin.

3. Siswa kelas X merupakan warga baru di MAN Talaga, yang masih dalam proses penyesuaian diri dengan lingkungan sekolah dan juga dengan warga

sekolah lainnya.

Menurut Arikunto (2010:174), sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling (sampel bertujuan). Pusposive sampling (sampel bertujuan yaitu teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2012:124).

Pengambilan sampel dengan teknik purposive sampling dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan berdasarkan strata, random atau daerah tetapi berdasarkan adanya tujuan tertentu (Arikunto, 2010:183). Dengan menggunakan teknik purposive sampling, peneliti dapat mengambil sampel dengan tujuan tertentu, tetapi ada syarat-syarat yang harus dipenuhi (Arikunto, 2010:183).

1. Pengambilan sampel harus didasarkan atas ciri-ciri, sifat-sifat atau karakteristik tertentu, yang merupakan ciri-ciri pokok populasi.

2. Subjek yang diambil sebagai sampel benar-benar merupakan subjek yang paling banyak mengandung ciri-ciri yang terdapat pada populasi (key

subjectis).

3. Penentuan karakteristik populasi dilakukan dengan cermat didalam studi

(36)

Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas X MAN Talaga Tahun Ajaran 2012/2013 yang secara umum skor tingkat kecerdasan interpersonal kelas tersebut paling rendah berdasarkan pada hasil analisis pretest instrumen kecerdasan interpersonal.

Tabel 3.2

Tingkat Kecerdasan Interpersonal Siswa Kelas X MAN Talaga Tahun Ajaran 2012/2013

Kelas

Tingkat Kecerdasan Interpersonal Siswa Kelas X MAN Talaga Tahun Ajaran

2012/2013

X-1 73

X-2 77

X-3 66

X-4 71

X-5 75

X-6 78

X-7 76

Berdasarkan tabel 3.2 kelas X-3 dan kelas X-4 mendapatkan nilai terendah dalam tingkat ketercapaian kecerdasan interpersonal siswa kelas X MAN Talaga tahun ajaran 2012/2013 yaitu kelas X-3 sebesar 66 dan kelas X-4 sebesar 71. Sehingga peneliti mengambil kelas X-3 dan X-4 menjadi sampel penelitian, kelas X-3 merupakan kelas eksperimen yang akan diberikan

perlakuan berupa layanan bimbingan kelompok menggunakan metode investigasi kelompok, dan kelas X-4 merupakan kelas kontrol yang berperan sebagai kelompok pembanding yang tidak diberikan perlakuan.

Adapun banyaknya sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 64 siswa, dengan rincian sebagai berikut.

Tabel 3.3 Sampel Penelitian

Kelas Tingkatan Kecerdasan

Interpersonal Jumlah

X-3 66 31

X-4 71 33

Jumlah 64

(37)

B. Pendekatan dan Desain Penelitian 1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, yaitu pendekatan penelitian untuk menjawab pertanyaan penelitian atau hipotesis yang membutuhkan jawaban secara spesifik dengan penggunaan statistik. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk memperoleh data mengenai tingkat kecerdasan interpersonal siswa. Pendekatan kuantitatif memungkinkan dilakukannya pencatatan dan penganalisisan data hasil penelitian secara eksak mengenai efektivitas bimbingan kelompok menggunakan metode investigasi kelompok dalam mengembangkan kecerdasan interpersonal siswa kelas X

MAN Talaga Tahun Ajaran 2012/2013 dalam bentuk angka, sehingga memudahkan dalam proses analisis dan penafsirannya dengan menggunakan perhitungan statistik.

Data yang dihasilkan dalam penelitian ini berupa profil kecerdasan interpersonal siswa kelas X MAN Talaga tahun ajaran 2012/2013 yang dijadikan landasan dalam menyusun layanan bimbingan kelompok menggunakan metode investigasi kelompok sebagai teknik dalam mengembangkan kecerdasan interpersonal siswa kelas X MAN Talaga tahun ajaran 2012/2013.

2. Desain Penelitian

Penelitian eksperimen merupakan penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan (Sugiyono, 2012:107). Dalam penelitian ini penelitian eksperimen dilakukan untuk mengetahui perlakuan bimbingan kelompok menggunakan metode investigasi kelompok dalam mengembangkan kecerdasan interpersonal siswa kelas X MAN Talaga tahun ajaran 2012/2013. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi

(38)

variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen (Sugiyono, 2012:114).

Desain eksperimen yang digunakan adalah Nonequivalent Pretest-Posttest Control Group Design. Nonequivalent Pretest-Posttest Control Group Design merupakan desain penelitian yang dilaksanakan terhadap dua kelompok, yakni kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Dalam desain Nonequivalent Pretest-Posttest Control Group, kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random. Kelompok kontrol merupakan kelompok pembanding. Kedua kelompok dikenakan pengukuran sebanyak dua kali

sebelum dan sesudah diberikan perlakuan (Sugiyono, 2012:116).

Data pretest-posttest diambil melalui instumen untuk mengungkap tingkat kecerdasan interpersonal siswa. Skema model penelitian quasi eksperimental dengan desain Nonequivalent Pretest-Posttest Control Group, sebagai berikut.

O1 x O2 O3 O4

(Sugiyono, 2012:116) Dalam penelitian ini, kelompok eksperimen diberikan perlakuan berupa program layanan bimbingan kelompok menggunakan metode investigasi kelompok, sedangkan kelompok kontrol selaku kelompok pembanding tidak diberikan perlakuan.

C. Definisi Operasional Variabel 1. Kecerdasan Interpersonal

Gardner (2003:45), mengartikan kecerdasan interpersonal sebagai kemampuan individu untuk memahami dan memperkirakan perasaan, temperamen, suasana hati, maksud dan keinginan orang lain dan menanggapinya secara layak.

(39)

sehingga kedua belah pihak berada dalam situasi menang-menang atau saling menguntungkan. Individu yang tingggi kecerdasan interpersonalnya akan mampu menjalin komunikasi yang efektif dengan orang lain, berempati secara baik, mengembangkan hubungan yang harmonis dengan orang lain, dapat dengan cepat memahami temperamen, sifat, suasana hati, motif orang lain.

Lwin et al. (2008:201) kecerdasan interpersonal menjadi penting karena dalam kehidupan manusia tidaklah bisa hidup sendiri, ada ungkapan “No man is an island” (tidak ada orang yang dapat hidup sendiri). Sesungguhnya orang memerlukan orang lain agar mendapatkan kehidupan seimbang secara sosial, emosional dan fisik. Kurangnya kecerdasan

interpersonal adalah salah satu akar penyebab tingkah laku yang tidak diterima secara sosial. Individu yang memiliki kecerdasan interpersonal yang rendah nantinya cenderung tidak peka, tidak peduli, egois dan menyinggung perasaan orang lain.

Kecerdasan interpersonal dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa kelas X MAN Talaga tahun ajaran 2012/2013 dalam menciptakan relasi sosial yang positif, dan menjaga relasi sosialnya itu dengan baik sehingga akan terwujudnya keharmonisan dan kenyamanan dalam kehidupan sosial siswa. Siswa yang memiliki kecerdasan interpersonal memiliki 3 dimensi yang merupakan satu kesatuan utuh, yaitu dimensi kepekaan sosial (social sensitivity) meliputi kemampuan untuk bersikap empati, dan bersikap prososial terhadap orang lain; dimensi wawasan sosial (social insight) meliputi kemampuan dalam mengelola konflik secara efektif, memiliki kesadaran diri yang baik, dan memiliki pemahaman tentang etika sosial dan situasi sosial; dan dimensi komunikasi sosial (social communication) meliputi kemampuan berkomunikasi secara efektif.

Anderson (Safaria, 2005:24) menyatakan kecerdasan interpersonal memiliki tiga dimensi utama, dimensi kecerdasan interpersonal ini merupakan

(40)

a. Social Sensitivity (Kepekaan Sosial)

Kepekaan Sosial yaitu kemampuan siswa untuk mampu merasakan dan mengamati reaksi-reaksi atau perubahan orang lain yang ditunjukkannya baik secara verbal maupun nonverbal. Siswa yang memiliki kepekaan sosial yang tinggi mudah memahami dan menyadari adanya reaksi-reaksi tertentu dari orang lain, baik reaksi positif maupun reaksi negatif. Sensitivitas sosial meliputi:

1) Memiliki kemampuan untuk bersikap empati terhadap orang lain. Empati adalah pemahaman tentang orang lain berdasarkan sudut pandang, prespektif, kebutuhan-kebutuhan, pengalaman-pengalaman

orang lain. Menurut Daniel Goleman (2007 : 114) yang menjadi indikator dari sikap empati yaitu:

(1) Mampu menerima sudut pandang orang lain (2) Memiliki kepekaan terhadap perasaan orang lain (3) Mampu mendengarkan orang lain.

2) Memiliki sikap prososial. Menurut Corey (Berlina, 2012:46), perilaku proposial merupakan tindakan moral yang harus dilakukan secara kultural seperti berbagi, membantu seseorang yang membutuhkan, bekerjasama dengan orang lain dan mengungkapkan simpati. Menurut Staub (Dayakisni dan Hudaniah, 2006) dalam (http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/46665/BAB-II-Tinjauan-Pustaka_-2011ldi.pdf) ada tiga indikator yang menjadi

tindakan prososial, yaitu:

(1) Bertindak tanpa menuntu keuntungan ketika memberi bantuan kepada orang lain.

(2) Bertindak secara sukarela.

(3) Bertindak untuk menghasilkan kebaikan. b. Social Insight (Wawasan Sosial)

(41)

dibangun siswa. Pondasi dasar dari social insight adalah berkembangnya kesadaran diri siswa secara baik. Pemahaman sosial ini meliputi:

1) Memiliki kesadaran diri. Kesadaran diri adalah mampu menyadari dan menghayati totalitas keberadaannya didunia, seperti menyadari keinginan-keinginannya, cita-citanya, harapan-harapannya, dan tujuan-tujuannya dimasa depan. Menurut Antonius Atosokhi Gea dalam bukunya yang berjudul “Relasi dengan Diri Sendiri” (2004) dalam (http://ekoharianto.wordpress.com/2010/01/02/) mengemukakan indikator dari kesadaran diri yaitu:

(1) Menyadari kekhasan fisik, kepribadian, watak, dan

temperamennya.

(2) Mengenal bakat-bakat alamiah yang dimilikinya.

(3) Menyadari gambaran diri sendiri dengan segala kekuatan dan kelemahannya.

2) Memiliki pemahaman terhadap situasi sosial dan etika sosial. Dalam bertingkah laku tentunya harus diperhatikan mengenai situasi dan etika sosial. Pemahaman ini mengatur perilaku mana yang harus dilakukan dan perilaku mana yang dilarang untuk dilakukan. Untuk sukses dalam membina dan mempertahankan sebuah hubungan, individu perlu memahami norma-norma moral dan sosial yang berlaku di masyarakat (Safaria 2005:65).

3) Memiliki kemampuan dalam memecahkan masalah atau konflik secara efektif. Setiap individu membutuhkan keterampilan untuk memecahkan masalah secara efektif. Apalagi jika masalah tersebut berkaitan dengan konflik interpersonal. Menurut Pickering (2001: 41-47) ada lima gaya dalam memecahkan konflik yaitu:

(1) Kolaborasi (2) Mengalah

(42)

c. Social Comunication (Komunikasi Sosial)

Komunikasi sosial merupakan kemampuan individu untuk menggunakan proses komunikasi dalam menjalin dan membangun hubungan interpersonal yang sehat. Keterampilan komunikasi yang harus dikuasai adalah keterampilan mendengarkan efektif, dan keterampilan berbicara dengan orang lain.

2. Bimbingan Kelompok Menggunakan Metode Investigasi Kelompok Prayitno (1995:178) mengemukakan bahwa bimbingan kelompok adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok. Artinya, semua peserta dalam kegiatan

kelompok saling berinteraksi, bebas mengeluarkan pendapat, menanggapi, memberi saran, dan lain-lain sebagainya, apa yang dibicarakan itu semuanya bermanfaat untuk diri peserta yang bersangkutan sendiri dan untuk peserta lainnya. Sementara itu, Wibowo (2005:17) menyatakan bahwa bimbingan kelompok adalah suatu kegiatan kelompok dimana pemimpin kelompok menyediakan informasi-informasi dan mengarahkan diskusi agar anggota kelompok menjadi lebih sosial atau membantu anggota kelompok untuk mencapai tujuan bersama.

Investigasi Kelompok berawal dari perspektif filosofis terhadap konsep belajar. Untuk dapat belajar, orang harus memiliki pasangan atau teman. Pada tahun 1916, John Dewey menggagas konsep bahwa tujuan pendidikan adalah untuk mengembangkan tanggung jawab sosial. Oleh karena itu, lingkungan pendidikan haruslah mencerminkan dunia demokratis yang nyata sehingga memberi kesempatan pada siswa untuk belajar tanggung jawab sosial.

Joyce & Weil (2009:313) mengungkapkan bahwa investigasi kelompok merupakan metode pembelajaran yang melatih para siswa berpartisipasi dalam pengembangan sistem sosial dan melalui pengalaman, secara bertahap belajar bagaimana menerapkan metode ilmiah untuk

(43)

proses inquiry akademik, melalui negosiasi siswa-siswa belajar pengetahuan akademik dan terlibat dalam pemecahan masalah sosial.

Metode investigasi kelompok tidak hanya fokus dalam penguasaan materi akademik saja. Investigasi kelompok dapat merubah kelas menjadi sebuah lingkungan sosial, dimana setiap anggotanya bisa saling menghargai satu sama lain, saling bertukar pengetahuan, dan saling menjaga hubungan interpersonal didalam lingkungan kelas tersebut. Metode investigasi kelompok dapat melatih siswa untuk lebih sadar akan pentingnya kehidupan sosial.

Bimbingan kelompok menggunakan metode investigasi kelompok dalam penelitian ini adalah satuan layanan bimbingan yang dikembangkan

untuk melatih siswa terlibat aktif dalam pemecahan masalah secara berkelompok, sehingga terjadi proses interaksi sosial dan terjalin relasi sosial antar siswa, dengan memberikan rangsangan berupa permasalahan-permasalahan seputar aspek pribadi sosial yang dirancang untuk mengembangkan kecerdasan interpersonal siswa kelas X MAN Talaga tahun ajaran 2012/2013.

Tahapan bimbingan kelompok dalam penelitian ini disesuaikan dengan tahapan metode investigasi kelompok yang dijelaskan oleh Slavin (2008:218-220). Tahapan bimbingan kelompok menggunakan metode investigasi kelompok dalam penelitian ini secara operasional terdiri atas tahapan sebagai berikut.

1) Tahap I : Mengidentifikasi topik dan membagi siswa ke dalam kelompok

Tahapan ini menekankan pada permasalahan siswa untuk meneliti, dan mengajukan topik. Konselor membagi topik menjadi beberapa subtopik. Siswa yang memilih topik yang sama dikelompokkan menjadi satu kelompok dalam investigasi. Peran konselor adalah membatasi jumlah kelompok serta membantu mengumpulkan informasi dan memudahkan

(44)

2) Tahap II : Merencanakan tugas yang akan dipelajari

Para siswa merencanakan bersama mengenai apa yang akan dipelajari? bagaimana cara mempelajarinya? Siapa melakukan apa (pembagian tugas)? Untuk tujuan atau kepentingan apa siswa-siswa menginvestigasi topik tersebut? Setiap siswa menyumbangkan kontribusinya terhadap investigasi kelompok kecil. Kemudian setiap kelompok memberikan kontribusi dalam penelitian untuk seluruh kelas.

3) Tahap III : Melaksanakan investigasi

Siswa secara individual atau berkelompok mengumpulkan informasi, menganalisa dan mengevaluasi serta menarik kesimpulan. Setiap anggota

kelompok memberikan kontribusi satu dari bagian penting yang lain untuk mendiskusikan pekerjaannya dengan mengadakan saling tukar menukar informasi dan mengumpulkan ide-ide tersebut untuk menjadi suatu kesimpulan.

4) Tahap IV : Mempersiapkan laporan akhir

Tahap ini merupakan tahap transisi dari tahap pengumpulan data dan klarifikasi tahap dimana kelompok-kelompok yang ada melaporkan hasil investigasinya kepada seluruh kelas. Selama sesi perencanaan transisi para siswa mulai mengemban sebuah peran baru, yaitu peran guru. Para siswa tentunya selama ini sudah mengatakan kepada teman satu kelompoknya mengenai apa yang dilakukan dan dipelajari, sekarang siswa dan anggota kelompoknya mulai merencanakan bagaimana mengajari teman sekelasnya dengan cara yang lebih teratur mengenai inti dari apa yang telah para siswa pelajari.

5) Tahap V : Mempresentasikan laporan akhir

Setiap kelompok telah menunjuk salah satu anggota untuk mempresentasikan tentang laporan hasil penyelidikannya yang kemudian setiap anggotanya mendengarkan. Peran konselor di sini sebagai

(45)

penyajian presentasi yang beraneka macam tersebut, kelompok lain dapat aktif mengevaluasi kejelasan dari laporan setiap kelompok dengan melakukan tanya jawab. Presentasi yang disusun untuk seluruh kelas sehingga harus dapat didengar oleh seluruh siswa. Siswa anggota kelompok lain mendengarkan presentasi yang sedang berlangsung.

6) Tahap IV : Evaluasi

Pada tahapan akhir ini, evaluasi sangat dibutuhkan untuk melihat sejauh mana perubahan yang terjadi pada siswa selama mengikuti seluruh tahapan dalam investigasi kelompok. Konselor harus mampu membentuk evaluasi siswa yang dapat diandalkan yang didasarkan pada pengamatan dan

observasi yang dilakukan terhadap partisipasi siswa selama mengikuti seluruh tahapan bimbingan kelompok menggunakan metode investigasi kelompok. Evaluasi digunakan sebagai pemberian umpan balik terhadap siswa mengenai seluruh tahapan dalam layanan bimbingan kelompok menggunakan investigasi kelompok, yakni mengenai permasalahan yang diinvestigasi oleh siswa, mengenai tugas yang telah siswa kerjakan, dan mengenai keefektifan pengalaman-pengalaman siswa selama mengikuti seluruh tahapan layanan. Selain itu, penilaian terhadap seluruh tahapan layanan harus mengevaluasi potensi yang ingin diungkap dari siswa, yakni kecerdasan interpersonal siswa.

D. Pengembangan Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket atau kuesioner, yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya (Arikunto, 2010:194). Angket yang digunakan adalah angket tertutup, artinya responden tinggal memberikan jawaban yang sesuai dengan dirinya pada pilihan jawaban yang ada, dengan cara responden membubuhkan tanda check

list pada kolom yang sesuai.

Gambar

Grafik 4.1 Tingkat Kecerdasan Interpersonal Siswa Kelas X MAN Talaga
Tabel 3.1 Populasi Penelitian
Tabel 3.3 Sampel Penelitian
Tabel 3.4 Pola Penyekoran Butir Pernyataan Instrumen Kecerdasan Interpersonal
+7

Referensi

Dokumen terkait

ِةَرِخَاْلاَو اَيْنُدلا ِرْوُمُا ْنِم ِدِصاَقَمْلا ِعْيِمَج ِلْيِصْحَتِل (untuk menghasilkan segala sesuatu yang menjadi tujuan dari beberapa urusan

Sumatera Barat yang menyangkut kepegawaian sesuai kewenangan tugas dan fungsi Badan.. Kepegawaian Daerah Provinsi

Therefore, Muslim entrepreneur in Malaysia as well as Muslim of other countries shall develop a cooperative framework to promote Islamic entrepreneurship,

No Interval Peningkatan Jenjang Kenaikan (%) Keterangan 1.. sebangku, Dengan bersungguh-sungguh siswa melakukan diskusi kelompok. Demikian lah kenaikan

Jika jawaban yang diajukan oleh peserta didik kurang relevan dengan materi standar , maka guru dapat mengajukan pertanyaan lanjutan untuk memperoleh

Sasaran reformasi birokrasi pada lima tahun pertama difokuskan pada penguatan birokrasi pemerintah dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang bersih dan bebas KKN,

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui imbangan protein dan energi dalam ransum yang tepat pada sapi Madura dilihat dari produksi Volatile Fatty Acid

Bila dua sekering dikeluarkan dari satu kotak satu demi satu secara acak (tanpa mengembalikan yang pertama ke dalam kotak), berapakah peluang kedua sekering itu cacat.. • Suatu