STUDI ETNOBOTANI PADA TRADISI BALIMAU
DI KOTA PARIAMAN, SUMATERA BARAT
SKRIPSI SARJANA BIOLOGI
OLEH :
RAHMI HULYATI
B.P. 08 104 22 016
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
iii
ABSTRAK
Penelitian mengenai studi etnobotani pada tradisi balimau di Kota Pariaman telah
dilaksanakan pada bulan Juli sampai Oktober 2012. Tujuan dari penelitian ini adalah
menentukan jenis-jenis dan tingkat kepentingan budaya dari tumbuhan yang
digunakan dalam tradisi balimau di Kota Pariaman. Penelitian ini dilakukan
menggunakan metode survei, wawancara, dan pengoleksian langsung di lapangan.
Identifikasi jenis tumbuhan dilakukan di Herbarium Universitas Andalas (ANDA).
Tingkat kepentingan budaya ditentukan dengan menghitung nilai Indeks
Kepentingan Budaya (ICS) masing-masing tumbuhan pada masing-masing lokasi
penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 13 jenis tumbuhan telah digunakan
(terbagi ke dalam sepuluh famili) untuk tradisi balimau di Kota Pariaman yaitu:
Cananga odorata (Annonaceae), Michelia alba (Magnoliaceae), Michelia champaca
(Magnoliaceae),
Jasminum
sambac
(Oleaceae),
Pandanus
amaryllifolius
(Pandanaceae),
Vetiveria zizanioides
(Poaceae),
Rosa hybrida
(Rosaceae),
Ixora
javanica
(Rubiaceae),
Citrus aurantifolia
(Rutaceae),
Citrus hystrix
(Rutaceae),
Murraya paniculata
(Rutaceae),
Mimusops elengi
(Sapotaceae), dan
Alpinia
sp.
(Zingiberaceae). Nilai Index of Cultural Significance (ICS) tertinggi didapatkan pada
Citrus aurantifolia yang nilai tersebut di Cubadak Mentawai yaitu 56, Padang
Birik-Birik yaitu 40, dan Limau Puruik yaitu 56.
iv
ABSTRACT
Research on the ethnobotany studies of balimau tradition in Pariaman has been
conducted from July to October 2012. The purpose of this study was to determine the
plants species and their significant used for the balimau tradition in Pariaman. This
research was conducted using survey methods, interview, and direct collection in the
field. The samples were identified at Herbarium Universitas Andalas (ANDA). The
cultural significance used of plant for balimau tradition was determined. The Index
of Cultural Significance (ICS) was calculated to know the important plant species for
balimau tradition. The result showed that 13 species belonging to 10 families were
identified as plant species that used in balimau tradition, namely: Cananga odorata
(Annonaceae),
Michelia alba
(Magnoliaceae),
Michelia champaca
(Magnoliaceae),
Jasminum sambac
(Oleaceae),
Pandanus amaryllifolius
(Pandanaceae),
Vetiveria
zizanioides
(Poaceae), Rosa hybrida
(Rosaceae), Ixora javanica (Rubiaceae),
Citrus
aurantifolia
(Rutaceae),
Citrus hystrix
(Rutaceae),
Murraya paniculata
(Rutaceae),
Mimusops elengi
(Sapotaceae), and
Alpinia
sp. (Zingiberaceae). From 13 used
species for balimau tradition,
Citrus aurantifolia
has the highest value of Index of
Cultural Significance. The ICS value of this species in Cubadak Mentawai was 56,
Padang Birik-Birik was 40, and Limau Puruik was 56.
1
I.
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Indonesia memiliki etnis sangat beragam, yaitu terdiri atas 300 kelompok etnis. Setiap
kelompok masyarakat ini memanfaatkan tumbuhan untuk kehidupan mereka, seperti
untuk obat-obatan, peralatan rumah tangga, bermacam-macam anyaman/tali-temali,
bahan pelengkap upacara adat, disamping yang digunakan untuk kebutuhan sandang,
pangan, serta papan. Bentuk susunan ramuan, komposisi dan proses pembuatan/
pengolahan dilakukan secara tradisional menurut cara suku/kelompoknya
masing-masing yang mereka terima secara turun-temurun (Tamin dan Arbain, 1995).
Sampai saat ini berbagai kelompok etnis tersebut telah memanfaatkan tumbuhan
dalam jumlah keragaman yang cukup tinggi. Seperti masyarakat Indonesia
menggunakan lebih dari 6000 spesies tumbuhan berbunga (tumbuhan liar maupun yang
dibudidayakan) untuk memenuhi kebutuhan dasar akan pangan, papan dan kesehatan
(MENNEG LH, 1995).
Menurut Rifai (1998), kelompok etnik tradisional di Indonesia mempunyai
ciri-ciri dan jati diri budaya yang sudah jelas terdefinisi, sehingga diduga kemungkinan besar
persepsi dan konsepsi masyarakat terhadap sumber daya nabati di lingkungannya
berbeda, termasuk dalam pemanfaatan tumbuhan dalam upacara adat.
Diantara berbagai
macam pengetahuan masyarakat tentang tumbuhan yang dimiliki oleh masyarakat, ada
yang bersifat magis, spiritual dan ritual. Salah satu diantaranya adalah pemanfaatannya
di bidang upacara-upacara. Di berbagai etnis, tumbuhan-tumbuhan yang dipakai dalam
upacara berbeda-beda menurut pengetahuan masyarakat masing-masing (Kartiwa dan
2
Pemanfaatan tumbuhan oleh etnis/suku tertentu disebut dengan etnobotani.
Aspek melimpahnya keanekaragaman sumber daya hayati dan keanekaragaman produk
etnobotani merupakan sumber daya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia yang dapat
digunakan, diusahakan, dan dikembangkan untuk kepentingan kesejahteraan masyarakat
(Tamin dan Arbain, 1995).
Produk etnobotani ini berada dalam posisi rawan karena cepatnya laju erosi
sumber daya alam terutama flora. Indonesia kehilangan satu jenisnya setiap minggunya.
Hal ini disebabkan oleh rusaknya dan berubahnya habitat dimana suku bangsa dan
tumbuhan tersebut didapatkan. Akibatnya keanekaragaman hayati dengan cepat akan
berkurang dan musnah (Whitten dan Kartawinata, 1991). Maka, sebelum semuanya
hilang dan musnah sangat diperlukan usaha melakukan studi keanekaragaman produk
etnobotani maupun keanekaragaman hayati mulai dari yang paling mendasar berupa
inventarisasi dan koleksi. Selanjutnya diteruskan dengan melakukan studi lanjut tentang
aspek yang bermanfaat sekaligus menunjang perkembangan ilmu dan teknologi modern,
serta memberikan masukan terhadap aspek pembudidayaan dan pelestarian tumbuhan
dengan berbagai keperluan dan peruntukannya (Tamin dan Arbain, 1995).
Penelitian tentang pengetahuan dan pemanfaatan tumbuhan oleh masyarakat
lokal telah banyak dilakukan di Indonesia, diantaranya Yati (2004) mengenai studi
etnobotani tentang bahan obat tradisional yang digunakan oleh masyarakat pada tiga
kenagarian di Kabupaten Agam, Susanti (2010) meneliti tentang keanekaragaman jenis
tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat di Kenagarian Sungai Abu
Kecamatan Hiliran Gumanti Kabupaten Solok, dan Sundari (2011) meneliti tentang
perbandingan etnobotani upacara adat batagak panghulu masyarakat Minangkabau di
3
upacara adat umumnya masih jarang dilakukan, akan tetapi hanya penelitian tentang
pemanfaatan jenis tumbuhan obat-obatan yang banyak dilakukan.
Dalam masyarakat Minangkabau seperti yang terlihat sekarang, hampir tidak ada
upacara-upacara keagamaan yang penting dan khas. Upacara-upacara keagamaan yang
penting bagi umum adalah sembahyang hari raya puasa dan haji, yang dilakukan
menurut aturan-aturan agama Islam. Walaupun demikian, dulu ada upacara-upacara dan
tradisi yang penting seperti misalnya upacara tabuik, upacara kitan, upacara
memperingati orang mati, dan lain sebagainya (Koentjaraningrat, 1993).
Di Sumatera Barat, salah satu daerah yang masih menjaga tradisi leluhur dan
memiliki keragaman kebudayaan adalah Kota Pariaman. Keragaman budaya yang
dimiliki salah satunya adalah
balimau. Balimau
merupakan salah satu tradisi yang
sangat dekat dan familiar dalam kehidupan masyarakat.
Balimau
itu sendiri yaitu
pembersihan diri dalam menyambut bulan Ramadhan. Balimau bermakna mandi dengan
menggunakan air yang dicampur jeruk, yang oleh masyarakat disebut limau.
Semakin meningkatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi akan
cenderung menjadikan generasi muda memandang kebudayaan leluhur mereka sebagai
ciri dari masyarakat yang terbelakang, sehingga menyebabkan mereka melupakan pola
hidup tradisional dan lebih tertarik pada pola hidup di luar budayanya sendiri. Dengan
demikian, upaya perlindungan terhadap sumber daya hayati sangat penting, salah
satunya tradisi balimau ini yang sudah mulai ditinggalkan. Keanekaragaman hayati di
dalam upacara adat juga banyak yang belum tergali informasinya.
Berdasarkan survei pendahuluan yang telah dilakukan, ditemukan adanya variasi
penggunaan jenis tumbuh-tumbuhan yang berbeda pada tradisi balimau ini dari satu
4
etnobotani yang bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis tumbuhan yang digunakan pada
upacara adat tradisional oleh masyarakat serta pemanfaatan dari tumbuhan tersebut,
khususnya tradisi balimau penting untuk dilakukan.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1.
Jenis-jenis tumbuhan apa saja yang digunakan dalam tradisi balimau di Kota
Pariaman ?
2.
Bagaimanakah indeks kepentingan budaya (ICS) jenis-jenis tumbuhan yang
digunakan dalam tradisi balimau di Kota Pariaman ?
1.3
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
1.
Menentukan jenis-jenis tumbuhan yang digunakan dalam tradisi balimau di Kota
Pariaman
3.
Mengetahui indeks kepentingan budaya (ICS) jenis-jenis tumbuhan yang
digunakan dalam tradisi balimau di Kota Pariaman
1.4
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai data dasar untuk penelitian lebih