vi DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR.. ... iii
UCAPAN TERIMAKASIH... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xi
B A B I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ……… ... 12
C. Tujuan Penelitian ... 12
D. Kegunaan Penelitian ... 13
E. Anggapan Dasar ... 14
F. Hipotesis Penelitian ... 16
G. Pembatasan Penelitian ... 17
H. Metode Penelitian ... 17
I. Lokasi Populasi dan Sampel Penelitian ... 17
B A B I I K A J I A N P U S T A K A A. Kegiatan Ekstrakurikuler ... 19
vii
C. Harga Diri (Self Esteem) ... 39
D. Beberapa Penelitian Terkait ... 81
B A B I I I M E T O D O L O G I P E N E L I T I A N A. Metode Penelitian ... 92
B. Variabel dan Definisi Operasional ... 93
C. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 96
D. Alat Pengumpul Data ... 97
E. Populasi dan Sampel Penelitian ... 102
F. Sumber Data ... 103
G. Prosedur Penelitian ... 104
H. Teknik Analisis Data ... 105
I. Program Latihan ... 109
B A B I V H A S I L P E N E L I T I A N D A N P E M B A H A S A N A. Hasil Pengujian Instrumen Penelitian ... 111
B. Gambaran Umum Hasil Penelitian ... 113
C. Hasil Statistik Deskripsi ... 116
D. Hasil Uji Normalitas dan Homogenitas ... 119
E. Hasil Uji Rata-rata Dua Sampel Berpasangan ... 124
F. Hasil Uji ANOVA ... 126
G. Hasil Pengujian Hipotesis ... 127
viii
2. Hipotesis 2 ... 135
3. Hipotesis 3 ... 136
4. Hipotesis 4 ... 137
H. Diskusi Temuan Penelitian ... 143
B A B V K E S I M P U L A N D A N R E K O M E N D A S I A. Kesimpulan ... 162
B. Rekomendasi ... 162
DAFTAR PUSTAKA ... 166
LAMPIRAN-LAMPIRAN Lampiran 1. Angket SERS ... 174
Lampiran 2. Data dan Analisis Uji Coba Instrumen ... 181
Lampiran 3 Data Angket SERS ... 184
Lampiran 4. Hasil Analisis SPSS 17.0 Untuk Uji t dan ANOVA ... 186
Lampiran 5. Kisi-kisi Program latihan Ekstrakurikuler Bola Basket ... 201
Lampiran 6. Surat Keputusan Pembimbing Tesis ... 207
Lampiran 7. Surat Pengantar Penelitian ... 209
Lampiran 8. Surat Bukti Penelitian ... 210
Lampiran 9. Dokumentasi Penelitian ... 211
ix
DAFTAR TABEL Tabel
1.1 Jenis Aktivitas Fisik dan Pengeluaran Energi ... 6
2.1 Fase Pertumbuhan ... 57
3.1 Jadwal kegiatan ekstrakurikuler ... 97
3.2 Kisi-kisi Angket ... 99
4.1 Rata-rata Hasil Observasi Pre dan Post Tes ... 114
4.2 Statistik Deskripsi Pre Test dan Post Test Kegiatan Ekstrakurikuler Olahraga Frekuensi Tinggi ... 116
4.3 Statistik Deskripsi Pre Test dan Post Test Kegiatan Ekstrakurikuler Olahraga Frekuensi Rendah ... 117
4.4 Statistik Deskripsi Pre Test dan Post Test Ekstrakurikuler Bukan Olahraga .... 118
4.5 Hasil Uji Normalitas Data Hasil Penelitian ... 120
4.6 Hasil Penghitungan Uji Homogenitas Data Variabel ... 122
4.7 Hasil Pengujian Perbedaan Rata-rata SPSS Self-esteem Siswa Sebelum dan Sesudah Kegiatan Ekstrakurikuler Olahraga Frekuensi Tinggi ... 125
4.8 Hasil Pengujian Perbedaan Rata-rata SPSS Self-esteem Siswa Sebelum dan Sesudah Kegiatan Ekstrakurikuler Olahraga Frekuensi Rendah ... 125
4.9 Hasil Pengujian Perbedaan Rata-rata SPSS Self-esteem Siswa Sebelum dan Sesudah Kegiatan Ekstrakurikuler Bukan Olahraga ... 125
[image:4.595.112.514.229.617.2]x
4.11 Hasil Pengujian Scheffe SPSS Self-esteem Siswa Sebelum Perlakuan ... 126 4.12 Hasil Pengujian ANOVA SPSS Siswa Self-esteem Sesudah Perlakuan ... 127 4.13 Hasil Pengujian Scheffe SPSS Self-esteem Sesudah Perlakuan ... 127 4.14 Hasil Pengujian Hipotesis Perbedaan Rata-rata Self-esteem Siswa Sebelum dan
Sesudah Pembelajaran (Uji T Berpasangan) ... 128 4.15 Hasil Pengujian Hipotesis Perbedaan Rata-rata Self-esteem Siswa Sebelum dan
xi
[image:6.595.110.513.240.631.2]DAFTAR GAMBAR
Gambar
2.1 Self concept menurut Burns ... 47 2.2 The exercise-self-esteem-model ... 65 2.3 The EXCEM Model ... 66 2.4 Proses Perkembangan Self-Esteem melalui Aktivitas Jasmani Berbasis Pendidikan
Berhasil ... 67 2.5 Hierarki Perkembangan Self-esteem ... 70 3.1 Desain Kuasi Eksperimen non equivalent control groups pre test post test design
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah sebuah sarana yang sangat penting untuk meningkatkan
kualitas seorang manusia. Pendidikan yang berkualitas tinggi akan menghasilkan
Sumber Daya Manusia (SDM) yang kualitasnya dapat dipertanggungjawabkan
dan produktif. Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 tahun 2003
Bab II pasal 3 menyatakan bahwa :
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Pendidikan akan membuat kepribadian, kecerdasan, keterampilan seseorang
menjadi lebih baik, selain itu pendidikan juga memperluas wawasan sehingga
dapat meningkatkan dan mengembangkan potensi diri.
Di dalam pendidikan banyak hal yang dapat diperoleh seseorang, mulai materi
pendidikan yang meningkatkan kemampuan kognitif seseorang, materi yang
meningkatkan kualitas afektif, sampai materi yang meningkatkan kemampuan
psikomotorik.
Dalam masyarakat kita, pendidikan secara formal dapat diperoleh melalui
berbagai institusi pendidikan, mulai dari sekolah-sekolah, perguruan tinggi,
Perkembangan fisik, mental dan emosional anak pada masa sekarang ini perlu
mendapat perhatian yang khusus. Kesalahan dalam mengarahkan perilaku saat
mereka di usia anak-anak dan remaja akan mengakibatkan terganggunya proses
perkembangan secara menyeluruh. Kehidupan remaja pada era modern ini
menghadapi tantangan yang amat berat, terutama akibat perkembangan teknologi
yang sangat pesat menjadikan arus informasi sulit dibendung. Beragam jenis
informasi dapat dengan mudah diperoleh sehingga remaja pada masa sekarang ini
cenderung lebih mudah untuk mendapatkan sesuatu. Keadaan ini perlu
diantisipasi oleh para orang tua dan pendidik karena dapat menciptakan karakter
yang negatif. Kemajuan teknologi melahirkan internet dan berbagai permainan
komputer yang bila tidak diantisipasi dengan tepat dapat membuat anak-anak dan
remaja menjadi malas bergerak dan berhubungan secara langsung dengan
orang-orang di sekitarnya. Oleh karena itu, orang-orang tua perlu mendorong anak-anaknya
untuk mengikuti kegiatan-kegiatan yang positif dan bermanfaat.
Setiap individu pada dasarnya memiliki banyak potensi. Potensi-potensi
tersebut dapat dikembangkan melalui berbagai bentuk aktivitas yang dilakukan
individu itu. Aktivitas-aktivitas untuk mengembangkan potensi tersebut didorong
oleh kebutuhan yang dirasakan oleh masing-masing individu. Siswa sebagai
individu juga mempunyai keinginan mengembangkan potensinya, yaitu meraih
prestasi baik di sekolah maupun di lingkungan masyarakat.
Sekolah sebagai salah satu institusi pendidikan formal melakukan berbagai
aktivitas dalam rangka mencapai tujuan pendidikan, yaitu meningkatkan kualitas
berbagai kegiatan yang menunjang pengembangan bakat dan minat para siswa.
Salah satu kegiatan yang menunjang pengembangan bakat dan minat para siswa
adalah kegiatan ekstrakurikuler.
Maqi (Wikipedia, 2011) menyatakan bahwa :
Ekstrakurikuler adalah kegiatan yang dilakukan siswa sekolah atau universitas, di luar jam belajar kurikulum standar. Kegiatan ekstrakurikuler ditujukan agar siswa dapat mengembangkan kepribadian, bakat, dan kemampuannya di berbagai bidang di luar bidang akademik. Kegiatan dari ekstrakurikuler ini sendiri dapat berbentuk kegiatan pada seni, olahraga, pengembangan kepribadian, dan kegiatan lain yang bertujuan positif untuk kemajuan dari siswa-siswi itu sendiri.
Kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler secara garis besar dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu : ekstrakurikuler olahraga dan ekstrakurikuler bukan olahraga.
Kegiatan-kegiatan yang termasuk ekstrakurikuler olahraga antara lain :
ekstrakurikuler olahraga permainan (bola basket, futsal, sepakbola, dan bola voli),
ekstrakurikuler olahraga akuatik (renang), ekstrakurikuler olahraga atletik (lari,
lompat, lempar), ekstrakurikuler olahraga beladiri (karate, silat, dan taekwondo).
Kegiatan-kegiatan yang termasuk ekstrakurikuler bukan olahraga antara lain :
ekstrakurikuler musik (band, marching band, paduan suara, dan degung),
ekstrakurikuler tari (tari tradisional, modern dance, dan cheerleader),
ekstrakurikuler teater, ekstrakurikuler karya ilmiah, ekstrakurikuler pramuka,
pencinta alam, paskibra, ekstrakurikuler komputer, ekstrakurikuler elektronika,
dan ekstrakurikuler fotografi.
Kegiatan ekstrakurikuler ini juga memiliki fungsi sebagai sarana bagi para
siswa untuk menyalurkan energi, kreatifitas, dan pikirannya dalam berbagai
mengembangkan kepribadian, bakat, dan kemampuannya di luar kegiatan
belajar-mengajar di sekolah. Keikutsertaan siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler
diharapkan dapat mengembangkan fisik, mental, dan emosional siswa secara
optimal. Ketika bakat, kreatifitas, kemampuan, dan keahlian seseorang
berkembang menjadi lebih baik, dia akan lebih menghargai dirinya. Orang
tersebut akan memiliki penilaian yang positif terhadap dirinya atau dapat
dikatakan orang itu mempunyai self esteem (harga diri) yang positif.
Kegiatan ekstrakurikuler merupakan sebuah sarana untuk mengembangkan
kualitas siswa agar dapat menjadi sumber daya manusia yang unggul. Salah satu
kualitas sumber daya manusia yang dikembangkan dalam institusi pendidikan dan
kegiatan ekstrakurikuler adalah kebugaran jasmani.
Kebugaran jasmani adalah keadaan kemampuan jasmani yang dapat menyesuaikan fungsi alat-alat tubuhnya terhadap tugas jasmani tertentu dan/atau terhadap keadaan lingkungan yang harus diatasi dengan cara yang efisien, tanpa kelelahan yang berlebihan dan telah pulih sempurna sebelum datang tugas yang sama pada esok harinya. (Giriwijoyo, 2007: 23).
Kebugaran jasmani ini dapat ditingkatkan dengan melakukan pola hidup aktif.
Salah satu aktivitas yang dilakukan pelaku pola hidup sehat adalah berolahraga.
“Olahraga adalah serangkaian gerak raga yang teratur dan terencana yang
dilakukan orang dengan sadar untuk meningkatkan kemampuan fungsionalnya.“
(Giriwijoyo, 2007:31).
Pembinaan kebugaran jasmani harus terus dilakukan secara
berkesinambungan tanpa terkecuali mulai anak SD, SMP, bahkan SMA. Hal ini
sangat penting karena berkaitan dengan masa depan anak ketika dewasa. Hal
Melalui program pendidikan jasmani yang dirancang dan diorganisasi dengan baik (well-directed), anak-anak akan berkembang keterampilan fisiknya, mentalnya, emosionalnya, kecerdasannya, serta aspek-aspek sosialnya. Demikian pula faktor-faktor adaptive-nya, judgement, insight, dan pengertian serta kesadaran akan pentingnya berolahraga untuk bisa dan terbiasa hidup sehat.
Tingkat kebugaran jasmani manusia dipengaruhi oleh lingkungan seperti
halnya ekstrakurikuler olahraga di setiap sekolah, yang tentunya akan
berpengaruh terhadap tingkat kebugaran jasmani dan keterampilan dasar mereka,
sebagaimana yang dikemukakan oleh Rusli Lutan (1988:367) bahwa :
“Perkembangan dan penguasaan keterampilan gerak pada umumnya dipengaruhi
oleh kondisi lingkungan sosial budaya.“
Di lingkungan sekolah, olahraga dilakukan terutama pada saat jam pelajaran
pendidikan jasmani. Praktek pengajaran pendidikan jasmani yang sistematis dan
terencana untuk meningkatkan mutu penyajian bahan ajar, selain dapat mencapai
tujuan pengajaran berupa peningkatan kemampuan partisipasi dalam aktivitas
jasmani, juga dapat berpengaruh terhadap perkembangan emosi, sosial, kognitif,
dan pengalaman spiritual. Pendidikan jasmani juga memungkinkan terjadinya
penemuan atlet-atlet berpotensi yang kemudian dapat dikembangkan melalui
kegiatan ekstrakurikuler.
Hal yang menjadi permasalahan adalah saat siswa tersebut berprestasi di salah
satu cabang olahraga, maka fasilitas harus diberikan kepada mereka minimal
menjamin mereka agar dapat meningkatkan kemampuan ke tingkat yang lebih
tinggi. Sarana untuk memenuhi kebutuhan ini adalah dengan mengikuti kegiatan
Kegiatan ekstrakurikuler olahraga merupakan salah satu sarana untuk
meningkatkan tingkat kebugaran siswa melalui aktivitas fisik. Manusia harus
melakukan aktivitas fisik atau olahraga yang cukup agar kebugaran jasmaninya
terjaga dengan baik. Salah satu contoh olahraga kesehatan untuk dewasa dengan
intensitas rendah menurut Cooper (Giriwijoyo, 2007 : 70) sebagai perbandingan
adalah sebagai berikut :
Olahraga kontinu dan homogen (jalan, lari lambat, renang, bersepeda) selama 20-30 menit yang mencapai target heart rate yaitu : 65-80% (220-umur dalam tahun) dan dilakukan dalam 3-5 kali dalam seminggu, misalnya jalan sejauh 2 mile (3.2 km) dalam waktu < 40 menit.
Agoes dan Poppy (Agoes, 2003:42) menguraikan mengenai jenis aktivitas
fisik dengan kategori serta waktu dan sejumlah pengeluaran energi selama
melakukan aktivitas fisik :
T a b e l 1 . 1
Jenis Aktivitas Fisik dan Pengeluaran Energi
Intensitas Kerja Kegiatan yang dilakukan kkal/jam
Ringan Membaca, menulis, makan, menonton TV, mendengarkan radio, merapikan tempat tidur, mandi, berdandan, berjalan lambat, bermain kartu dan berbagai kegiatan yang dilakukan dengan duduk tanpa menggerakan lengan.
80-160 k.kal 1-3 jam
Sedang Bermain dengan mendorong benda, bermain pingpong, menyetrika, merawat tanaman, menjahit, mengetik, mencuci baju dengan tangan, menjemur pakaian, berjalan, kecepatan sedang, dan kegiatan yang dikerjakan dengan berdiri/dudk yang menggunakan lengan.
170-240 k.kal 4-6 jam
Berat Berjalan cepat, bermain dengan mengangkat benda berat, berlari, berenang, bermain tenis, naik turun tangga, bersepeda, dansa, sepakbola, dan berkebun.
Selain sebagai penyaluran bakat dan minat, ekstrakurikuler olahraga juga
diharapkan dapat menanamkan kebiasaan gaya hidup aktif dan sehat bagi peserta
didiknya sehingga mampu menekan berbagai faktor yang dapat menyebabkan
munculnya berbagai penyakit non infeksi seperti obesitas, diabetes melilitus,
darah tinggi dan sebagainya, namun sebaliknya diharapkan dapat meningkatnya
self esteem, kebugaran, dan bahkan prestasi akademiknya.
Agoes (2003:42) kemudian memberikan penjelasan lebih lanjut sebagai
berikut :
Anak atau remaja yang kurang atau enggan melakukan aktivitas sehari-hari menyebabkan tubuhnya kurang mengeluarkan energi. Oleh karena itu jika asupan enegi berlebihan tanpa diimbangi dengan aktivitas fisik yang seimbang, maka seorang anak remaja akan mudah menderita kegemukan (Agoes, 2003 : 19).
Obesitas pada anak usia dini (usia sekolah) harus dihindari, sehingga aktivitas
fisik harus menjadi salah satu solusi untuk meminimalisir obesitas. Obesitas
menurut WHO yang dikutip dari (WHO, 2011), diakses tanggal 27 Januari 2011,
menjelaskan :
Overweight and obesity are defined as abnormal or excessive fat accumulation that presents a risk to health. A crude population measure of obesity is the body mass index (BMI), a person’s weight (in kilograms) divided by the square of his or her height (in metres). A person with a BMI of 30 or more is generally considered obese. A person with a BMI equal to or more than 25 is considered overweight.Overweight and obesity are major risk factors for a number of chronic diseases, including diabetes, cardiovascular diseases and cancer.
Artinya kegemukan dan obesitas didefinisikan sebagai akumulasi lemak
abnormal atau berlebihan yang menyajikan risiko bagi kesehatan. Ukuran
populasi mentah obesitas adalah indeks massa tubuh (BMI), berat badan
Seseorang dengan BMI 30 atau lebih umumnya dianggap obesitas. Seseorang
dengan BMI sama dengan atau lebih dari 25 dianggap kelebihan berat badan.
Kegemukan dan obesitas merupakan faktor risiko utama untuk sejumlah penyakit
kronis, termasuk diabetes, penyakit jantung dan kanker.
Obesitas selain membahayakan dari sisi kesehatan juga dapat berdampak pada
penilaian seseorang terhadap dirinya. Tubuh gemuk, gerakan yang lamban dapat
membuat seseorang merasa tidak puas terhadap citra dirinya (body image). Citra
diri (body image) merupakan bagian dari cara seseorang menilai dirinya (self
esteem). Citra diri (body image) yang buruk dapat membuat seseorang menjadi
minder, sulit bergaul, dan menjadi mudah tersinggung.
Jaffee & Manzer (Duncan, 1993:78) mengatakan bahwa : “Succesfull sport
experience can also building confidence, self esteem, and positive body image,
personal qualities adolescent especially needs.” Pengalaman olahraga yang sukses
juga dapat membangun percaya diri, self esteem, dan body image yang positif,
kualitas-kualitas personal yang secara khusus dibutuhkan remaja.
Harga diri (self esteem) adalah nilai yang kita letakkan pada diri kita. “. . .
another facet of self-concept is self esteem, the value which we place on
ourselves.“ (Malim, 1997:52).
Penbat (Wikipedia, 2011) menyatakan bahwa :
Pernyataan ini berarti harga diri (self esteem) adalah suatu istilah psikologi yang
merefleksikan evaluasi menyeluruh seseorang terhadap nilai dirinya. Harga diri
(self esteem) meliputi kepercayaan diri dan emosi seperti kemenangan, putus asa,
kebanggaan, dan rasa malu. Harga diri (self esteem) dapat diaplikasikan secara
spesifik terhadap dimensi tertentu atau meliputi hal yang lebih luas.
Self-esteem memiliki hubungan yang erat dengan aktivitas fisik. Fox dan
Corbin (Lane, 2008:179) menyatakan bahwa : “Changes in physical activity and
associated physical parameters (e.g fitness, weight) that are brought about by
exercise or physical activity are proposed to have indirect effect on changes in
global self esteem.” Perubahan dalam aktivitas fisik dan parameter-parameter
fisik yang berhubungan (kebugaran, berat badan) yang dihasilkan dari latihan atau
aktivitas fisik memiliki pengaruh tidak langsung terhadap perubahan dalam global
self esteem.
Banyak penelitian telah dilakukan untuk mempelajari hubungan antara
partisipasi ekstrakurikuler dan self esteem (harga diri) namun saat ini masih
sedikit dilakukan penelitian mengenai hubungan antara kegiatan ekstrakurikuler,
secara khusus ekstrakurikuler olahraga dan self esteem di Indonesia. Peixoto
(2004:1) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa :
Participation in extracurricular activities seems, also, to be positively related to self-esteem and/or self-concept. However, the majority of this research has been carried out in anglo-saxon countries where extracurricular activities are socially valued (at least by academic population).
Pernyataan ini berarti bahwa partisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler
demikian, mayoritas riset ini dilakukan di negara-negara anglo-saxon yang sangat
menghargai kegiatan ekstrakurikuler secara sosial.
Fredricks & Eccles (2006:699) juga membahas masalah ini dalam penelitian
mereka. Mereka menyatakan bahwa :
Another criticism is that much of the research has focused on White, suburban, middle-class youths. There is a critical need for studies of the association between extracurricular participation and youth development for minority adolescents living in a variety of ecological contexts (Lisella & Serwatka, 1996; Pederson & Seidman, 2005). Surprisingly little research has been done to examine how ethnicity, socioeconomic status, and gender may moderate the relation between activity participation and development (Mahoney, Larson, Eccles, & Lord, 2005).
Hal ini berarti bahwa penelitian mengenai partisipasi kegiatan ekstrakurikuler
cenderung berfokus kepada pemuda-pemuda kulit putih, suburban, dan dari
kalangan menengah. Terdapat kebutuhan yang mendesak terhadap penelitian
mengenai hubungan antara partisipasi ekstrakurikuler dan pengembangan pemuda
untuk remaja minoritas yang hidup dalam berbagai konteks ekologikal (Lisella &
Serwatka, 1996; Pederson & Seidman, 2005). Hal yang mengejutkan adalah
bahwa masih sangat sedikit riset yang dilakukan untuk mempelajari bagaimana
etnik, status sosial ekonomi, dan jenis kelamin dapat menjadi perantara hubungan
antara partisipasi suatu kegiatan dan perkembangan (Mahoney, Larson, Eccles, &
Lord, 2005).
Hal ini memunculkan pertanyaan : apakah kegiatan ekstrakurikuler juga
memberikan pengaruh positif terhadap harga diri (self esteem) siswa SMP di
Indonesia? Apakah kegiatan ekstrakurikuler olahraga memberikan pengaruh yang
lebih baik terhadap harga diri (self esteem) siswa SMP di Indonesia daripada
ekstrakurikuler olahraga berpengaruh positif terhadap nilai harga diri (self esteem)
siswa?
Hal lain yang menjadi pertimbangan adalah bahwa evaluasi terhadap kegiatan
ekstrakurikuler olahraga cenderung bersifat linear, yaitu ketercapaian bakat dan
minat siswa yang diukur melalui prestasi yang diraihnya pada bakat dan minat
yang ditekuninya. Faktor pendukung prestasi seperti self esteem merupakan
bagian yang juga sangat berguna untuk menunjang kehidupan individu agar lebih
produktif namun usaha untuk mengembangkan faktor pendukung tersebut seperti
penambahan intensitas dan frekuensi, sangat jarang dilakukan.
Penelitian-peneltian terhadap dimensi tersebut sangatlah jarang.
Atas dasar pemikiran itu, penelitian ini dimaksudkan untuk mengisi
kekosongan tersebut dengan cara mengungkap pengaruh kegiatan aktivitas fisik
siswa di sekolah terhadap self esteem. Penelitian ini sangat penting dilakukan
mengingat kegiatan ekstra kurikuler yang sekarang ini berlangsung cenderung
bersifat tradisional hanya meraih tujuan linear saja. Melalui penelitian ini
diharapkan kegiatan ekstrakurikuler olahraga tidak hanya berorientasi pada
prestasi olahraga saja melainkan juga memberi kontribusi terhadap pemecahan
masalah kurang gerak, kebugaran jasmani, self-esteem, dan bahkan prestasi
akademik siswa di sekolahnya.
Latar belakang inilah yang mendasari niat peneliti untuk membuat penelitian
yang akan memfokuskan pada pengaruh (bila ada) kegiatan ekstrakurikuler
B. Rumusan Masalah
Masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
Bagaimana pengaruh (bila ada) kegiatan ekstrakurikuler olahraga terhadap harga
diri (self esteem) siswa di SMP Santa Maria Bandung ?
Berkaitan dengan beberapa masalah di atas, maka bisa dikemukakan
pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Apakah kegiatan ekstrakurikuler olahraga dengan frekuensi 3 kali per
minggu berpengaruh positif terhadap harga diri (self esteem) siswa di
SMP Santa Maria Bandung ?
2. Apakah kegiatan ekstrakurikuler olahraga dengan frekuensi 1 kali per
minggu berpengaruh positif terhadap harga diri (self esteem) siswa di
SMP Santa Maria Bandung ?
3. Apakah kegiatan ekstrakurikuler bukan olahraga berpengaruh positif
terhadap harga diri (self esteem) siswa di SMP Santa Maria Bandung ?
4. Apakah ada perbedaan nilai harga diri (self esteem) antara siswa-siswa
yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler olahraga frekuensi 3 kali per
minggu, frekuensi 1 kali per minggu, dan bukan olahraga?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. memahami pengaruh (kalau ada) kegiatan ekstrakurikuler olahraga
frekuensi 3 kali per minggu terhadap harga diri (self esteem) siswa di
2. memahami pengaruh (kalau ada) kegiatan ekstrakurikuler olahraga
frekuensi 1 kali per minggu terhadap harga diri (self esteem) siswa di
SMP Santa Maria Bandung.
3. memahami pengaruh (kalau ada) kegiatan ekstrakurikuler bukan
olahraga terhadap harga diri (self esteem) siswa di SMP Santa Maria
Bandung.
D. Kegunaan Hasil Penelitian
Penelitian ini diharapkan akan bermanfaat untuk:
1. Manfaat Secara Teoritis
a. Diharapkan dapat menjadi bahan informasi dan sumbangan bahan
pemikiran untuk kajian ilmu olahraga mengenai pentingnya
aktivitas fisik dalam menunjang harga diri (self esteem) anak-anak
tingkat sekolah menengah pertama.
b. Diharapkan dapat menjadi salah satu bahan masukan untuk
pembuat kebijakan para penyusun dan pelaksana Kurikulum
Pendidikan Jasmani (Penjaskes) pada khususnya untuk guru-guru
pendidikan jasmani dan pelatih di lapangan.
c. Diharapkan dapat menjadi bahan rujukan untuk penelitian lebih
lanjut bagi pengembangan ilmu olahraga.
2. Manfaat Secara Praktis
a. Guru-guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan anak-anak
Sekolah Menengah Pertama dalam menentukan frekuensi dan
b. Sebagai masukan untuk pihak-pihak yang terkait dengan
pembinaan olahraga usia sekolah menengah pertama.
c. Sebagai bahan argumentasi untuk meyakinkan orang tua murid
mengenai pentingnya olahraga bagi pertumbuhan fisik dan psikis
siswa SMP.
E. Anggapan Dasar
Anggapan dasar merupakan teori atau prinsip yang kebenarannya dapat
diterima oleh orang banyak. Anggapan dasar ini adalah titik tolak yang akan
digunakan peneliti untuk menelaah penelitian ini. Anggapan dasar dalam
penelitian ini berasal dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya
mengenai pengaruh aktivitas fisik terhadap berbagai aspek kehidupan.
Tremblay (Tremblay et al., 2010 : 312) dalam penelitiannya mengenai
hubungan antara aktivitas fisik, harga diri, dan prestasi akademik pada anak-anak
usia 12 tahun di New Brunswick, Canada menyimpulkan bahwa :
Physical activity has a negative relationship with body-mass index. Physical activity has a positive relationship with self-esteem, and a trivial negative relationship with academic achievement. The analysis revealed that both females and males who were physically active had considerably higher self esteem.
Pernyataan ini berarti bahwa aktivitas fisik memiliki hubungan yang negatif
dengan body-mass index. BMI merupakan suatu pengukuran yang
menghubungkan (membandingkan) berat badan dengan tinggi badan. BMI
sebenarnya adalah rasio atau nisbah yang dinyatakan sebagai berat badan (dalam
kilogram) dibagi dengan kuadrat tinggi badan (dalam meter). Seseorang dikatakan
menemukan bahwa aktivitas fisik memiliki hubungan yang positif dengan self
esteem. Hal ini ditemukan baik pada anak-anak laki-laki maupun perempuan.
Hal ini didukung Strauss (Strauss, 2001:897) dalam penelitiannya yang
menyatakan bahwa “. . . increased high-level physical activity is an important
component in the development of self-esteem in children.“ (Strauss, 2001:897).
Aktivitas fisik pada tingkat yang tinggi merupakan komponen yang penting dalam
perkembangan harga diri (self esteem) pada anak-anak.
Hasil yang serupa juga ditemukan Davis (2004:26) dalam penelitiannya yang
menemukan bahwa :
The students who participated provided data that confirmed previous findings pertaining to the levels of self-esteem of individuals who participate in some form of athletics. Also, students who view themselves as being successful in a sport had self-esteem levels that were higher than those students who reported not participating in athletics. On the other hand, the current research found results that were not previously reported. According to the results of this study, the number of days a week that a competitive athlete participates in athletics does not play a role in their individual level of self-esteem.
Pernyataan ini berarti bahwa siswa-siswa yang berpartisipasi dalam olahraga
memiliki self-esteem yang lebih tinggi daripada siswa-siswa yang tidak
berpartisipasi. Hasil penelitian ini juga mengindikasikan bahwa siswa yang
merasa sukses dalam olahraga yang diikutinya memiliki self-esteem yang lebih
tinggi daripada siswa yang tidak sukses dalam olahraga yang diikutinya. Selain
itu, penelitian ini juga menyimpulkan bahwa jumlah hari dalam satu minggu, saat
atlet berpartisipasi dalam olahraga kompetitif tidak berperan dalam peningkatan
Kegiatan ekstrakurikuler secara umum (baik olahraga maupun bukan
olahraga) memiliki hubungan yang positif dengan self esteem. Peixoto (2004:1)
dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa : “Participation in extracurricular
activities seems, also, to be positively related to self-esteem and/or self-concept.”
Pernyataan ini berarti bahwa partisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler
berhubungan secara positif terhadap self esteem dan/atau self concept.
Aktivitas fisik dapat mempengaruhi kondisi kejiwaan manusia secara umum,
self esteem pada khususnya. Harsono (1988:242) mengatakan bahwa :
Manusia adalah suatu kesatuan dari jiwa dan raga, suatu psychosomatic unity, yang satu dengan yang lainnya selalu akan saling mempengaruhi. Pengaruh yang dirasakan oleh jiwa kita akan pula berpengaruh terhadap raga kita. Demikian pula sebaliknya.
F. Hipotesis
Mengacu kepada anggapan dasar tersebut di atas, hipotesis dari penelitian ini
adalah :
H1 : Terdapat pengaruh positif kegiatan ekstrakurikuler olahraga frekuensi 3 kali
per minggu terhadap self esteem siswa di SMP Santa Maria Bandung
H2 : Terdapat pengaruh positif kegiatan ekstrakurikuler olahraga frekuensi 1 kali
per minggu terhadap self esteem siswa di SMP Santa Maria Bandung
H3 : Terdapat pengaruh positif kegiatan ekstrakurikuler bukan olahraga terhadap
self esteem siswa di SMP Santa Maria Bandung
H4 : Kegiatan ekstrakurikuler olahraga frekuensi 3 kali per minggu memberikan
Bandung dibandingkan dengan kegiatan ekstrakurikuler olahraga frekuensi
1 kali per minggu dan bukan olahraga.
G. Pembatasan Penelitian
Penelitian ini terbatas pada pengaruh kegiatan ekstrakurikuler olahraga
terhadap harga diri (self esteem) siswa. Kegiatan ekstrakurikuler yang menjadi
subjek penelitian adalah semua kegiatan ekstrakurikuler di SMP Santa Maria
Bandung. Penelitian ini hanya dilakukan pada siswa-siswa SMP Santa Maria
Bandung kelas VII putra dan putri.
H. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode desain
eksperimental semu (Quasi Experimental Design) dengan teknik non equivalent
control groups pre test post test design (Gay, 2006 : 258). Teknik pengumpulan
data yang digunakan adalah melalui angket Self Esteem Rating Scale (SERS) yang
dikembangkan oleh William R. Nugent dan Janita W. Thomas.
I. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah di SMP Santa Maria Jalan Jenderal A. Yani no. 273
Bandung.
2. Waktu penelitian
Proses penelitian dilaksanakan selama 6 minggu. Kegiatan ekstrakurikuler
pertemuan berlangsung selama 90 menit. Kegiatan ekstrakurikuler frekuensi
rendah dan bukan olahraga dilakukan sebanyak 6 kali pertemuan dengan
setiap pertemuan berlangsung selama 90 menit.
3. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian adalah semua siswa siswi kelas VII SMP Santa Maria pada
tahun ajaran 2010-2011, yang berlatar belakang ekstrakurikuler olahraga 45
siswa dan ekstrakurikuler bukan olahraga sebanyak 30 siswa Jumlah
keseluruhan 75 siswa.
Kegiatan ektrakurikuler olahraga di SMP Santa Maria terdiri dari : bola
basket, futsal, badminton, dan taekwondo. Sementara itu, kegiatan
ekstrakurikuler bukan olahraga terdiri dari : pramuka, paskibra, paduan suara,
fotografi, kuliner, teater, modern dance, dan science club.
Metode sampling yang digunakan adalah total sampling (sensus). Semua
siswa kelas VII SMP Santa Maria akan dijadikan subjek penelitian.
Sampel penelitian dibagi menjadi 3 kelompok (siswa yang mengikuti
ekstrakurikuler olahraga frekuensi 3 kali per minggu, siswa yang mengikuti
ekstrakurikuler olahraga frekuensi 1 kali per minggu, dan siswa yang
92 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam tesis ini adalah desain eksperimental
semu (Quasi Experimental Design) dengan teknik non equivalent control groups
pre test post test design (Gay et.al., 2006 : 258).
Ruseffendi (2006 : 36). menyatakan bahwa :
Seperti pada penelitian percobaan, yang ingin diketahui dalam penelitian kuasi percobaan adalah juga hubungan sebab-akibat. Bedanya dengan penelitian eksperimen, pada penelitian eksperimen biasanya subjek dikelompokkan secara acak dan perlakuan dimanipulasi. Secara sengaja, perlakuan dan kontrol pada penelitian eksperimen diatur, sedangkan pada penelitiaan kuasi percobaan perlakuan itu sudah terjadi dan pengawasan (kontrol) tidak bisa dilakukan.
Desain eksperimental semu memiliki kelemahan. Gay (2006:258) menyatakan
bahwa : “The inability to randomly assign individuals to treatments adds validity
threats such as regression and interactions between selection, maturation, history,
and testing.“ Ketidakmampuan untuk melakukan pengelompokan individu secara
acak pada saat pemberian perlakuan menambahkan ancaman terhadap validitas,
seperti regresi dan interaksi antar pilihan, pendewasaan, sejarah, dan proses
pengetesan.
Desain eksperimental semu dipilih karena peneliti tidak memiliki kebebasan
mengambil sampel secara acak dan harus menerima keadaan subjek seadanya.
Peneliti tidak dapat memaksa siswa yang akan diteliti untuk mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler yang tidak disukainya. Oleh karena itu, peneliti membatasi dengan
penelitian. Siswa-siswa kelas VII dipilih agar subjek penelitian memiliki nilai self
esteem awal yang tidak begitu berbeda. Hal ini dilakukan untuk mencegah
experimenter bias. Kelas VII adalah tahun pertama di SMP sehingga dapat
dianggap siswa-siswa kelas VII belum banyak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler.
Keikutsertaan mereka dalam kegiatan ekstrakurikuler ini mungkin saja dapat
mempengaruhi self esteem mereka.
B. Variabel dan Definisi Operasional
1. Variabel-variabel Penelitian
Variabel-variabel penelitian di dalam tesis ini adalah sebagai berikut :
a. Variabel bebas (Independent Variabel), yaitu :
1) ekstrakurikuler olahraga frekuensi 3 kali per minggu (X1)
2) ekstrakurikuler olahraga frekuensi 1 kali per minggu (X2)
3) ekstrakurikuler bukan olahraga sebagai control group 1 kali per
minggu (X3)
b. Variabel terikat (dependent variabel), yaitu :
Harga diri (self esteem) siswa-siswi SMP Santa Maria yang mengikuti
pembelajaran ekstrakurikuler olahraga dengan ekstrakurikuler bukan
Gambar 3.1 Desain Kuasi Eksperimen non equivalent control groups pre test post test design (Gay et.al., 2006 : 255)
Keterangan gambar :
A = kelompok siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler olahraga dengan frekuensi 3 kali per minggu
B = kelompok siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler olahraga dengan frekuensi 1 kali per minggu
C = kelompok siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler bukan olahraga X1 = ekstrakurikuler olahraga dengan frekuensi 3 kali per minggu
X2 = ekstrakurikuler olahraga dengan frekuensi 1 kali per minggu X3 = ekstrakurikuler bukan olahraga / control group
O = pre test dan post test self esteem dengan menggunakan instrument SERS
2. Definisi Operasional Variabel
Penafsiran seseorang terhadap suatu istilah belum tentu sama sehingga dapat
menimbulkan kekeliruan dalam penafsiran atau kesalahan pengertian. Oleh karena
itu penulis perlu menjelaskan istilah-istilah yang terkait dengan penelitian ini
dengan mengacu kepada literatur.
a. Pengaruh
Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang atau
benda) yang berkuasa atau berkekuatan (Poerwadarminta, 1984:713).
Dalam penelitian ini maksud pengaruh ialah daya yang timbul dari
proses pembelajaran ekstrakurikuler olahraga dan bukan olahraga
b. Siswa-siswa yang mengikuti kegiatan “ekstrakurikuler olahraga
dengan frekuensi 3 kali per minggu”
Siswa-siswa yang mengikuti kegiatan “ekstrakurikuler olahraga
dengan frekuensi 3 kali per minggu” adalah siswa-siswa kelas VII di
SMP Santa Maria yang mendaftar sebagai anggota kegiatan
ekstrakurikuler olahraga dan yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler
olahraga di sekolah secara regular (3 kali per minggu) selama
penelitian. Siswa-siswa ini menghadiri sekurang-kurangnya 80% dari
jumlah keseluruhan pertemuan.
c. Siswa-siswa yang mengikuti kegiatan “ekstrakurikuler olahraga
dengan frekuensi 1 kali per minggu”
Siswa-siswa yang mengikuti kegiatan “ekstrakurikuler olahraga
dengan frekuensi 1 kali per minggu” adalah siswa-siswa kelas VII di
SMP Santa Maria yang mendaftar sebagai anggota kegiatan
ekstrakurikuler olahraga dan yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler
olahraga di sekolah secara regular (1 kali per minggu) selama
penelitian. Siswa-siswa ini menghadiri sekurang-kurangnya 80% dari
jumlah keseluruhan pertemuan.
d. Siswa-siswa yang mengikuti kegiatan “ekstrakurikuler bukan
olahraga”
Siswa-siswa yang mengikuti kegiatan “ekstrakurikuler bukan
olahraga” adalah siswa-siswa kelas VII di SMP Santa Maria yang
dan yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler bukan olahraga di
sekolah secara regular (1 kali per minggu) selama penelitian.
Siswa-siswa ini menghadiri sekurang-kurangnya 80% dari jumlah
keseluruhan pertemuan.
e. Self esteem
Self esteem didefinisikan sebagai suatu sikap yang positif atau negatif
seseorang terhadap suatu objek yang khusus yaitu pribadi orang itu
sendiri. High self esteem (nilai harga diri yang tinggi) dalam skala
milik Rosenberg, mengekspresikan perasaan bahwa seseorang merasa
“cukup baik”. Seorang individu yang merasa dirinya berharga akan
menghargai dirinya sendiri apa adanya. Hal ini berarti dia menerima
segala kelebihan dan kekurangannya. Dia tidak menganggap dirinya
sendiri lebih unggul daripada orang lain. Dia tidak perlu merasa lebih
dari orang lain.
Self-esteem, as noted, is a positive or negative attitude toward a particular object, namely, the self . . . High self-esteem, as reflected in our scale items, expresses the feeling that one is “good enough.” The individual simply feels that he is a person of worth; he respects himself for what he is, but he does not stand in awe of himself nor does he expect others to stand in awe of him. He does not necessarily consider himself superior to others. (Rosenberg, 1979: 30–31).
C. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian adalah di SMP Santa Maria Jalan Jenderal A. Yani no. 273
Setiap kelompok akan melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler masing-masing
selama 6 minggu. Kegiatan ekstrakurikuler olahraga dengan frekuensi 3 kali per
minggu, dimulai tanggal 21 April-26 Mei 2011 sehingga jumlah pertemuannya
adalah 16 kali. Sementara itu, kegiatan ekstrakurikuler olahraga dengan frekuensi
3 kali per minggu dan kegiatan ekstrakurikuler bukan olahraga dilakukan satu kali
per minggu. Berikut ini adalah jadwal kegiatan ekstrakurikuler yang dilaksanakan.
T a b e l 3 . 1
Jadwal kegiatan ekstrakurikuler
D. Alat Pengumpul Data
Self esteem (harga diri) diukur dengan menggunakan instrumen Self Esteem
Rating Scale (SERS) yang dikembangkan oleh William R. Nugent dan Janita W.
Thomas. Corcoran (Corcoran, Kevin & Joel Fischer, 2000 : 690-691) menyatakan
bahwa SERS adalah instrumen yang didesain untuk menyediakan pengukuran
esteem namun juga self esteem yang positif. Pertanyaan-pertanyaan tersebut
dibuat dengan melingkupi area self evaluation, termasuk di dalamnya self worth,
kompetensi sosial, kemampuan menyelesaikan masalah, kemampuan intelektual,
kompetensi diri, dan nilai diri secara relatif terhadap orang lain. SERS dibagi
dalam dua kelompok pertanyaan, pertanyaan yang bernilai negatif (poin yang
didapat akan mendapat nilai minus di depannya) dan pertanyaan yang bernilai
positif. Nilai-nilai dari setiap nomor kemudian dijumlahkan sehingga akan
menghasilkan skor di antara -120 sampai +120. Responden harus menilai diri
mereka dengan 7 skala poin (Never = 1, Rarely = 2, A little of the time = 3, Some
of the time = 4, A good part of the time = 5, Most of the time = 6, and Always
=7). Skor-skor yang positif mengindikasikan self esteem yang positif, sementara
skor-skor negatif mengindikasikan self esteem yang negatif. SERS memiliki
internal consistency yang sangat baik, dengan α = 0.97. SERS dilaporkan
memiliki konten yang baik dan validitas factorial. SERS juga memiliki validitas
konstruk yang baik dengan korelasi yang signifikan dengan Index of Self-Esteem
dan the Generalized Contentment Scale. SERS secara umum memiliki korelasi
yang rendah dengan keragaman variabel-variabel demografik. Semakin tinggi
nilai positif maka nilai self esteem seseorang akan semakin baik.
produce a total score ranging from - 120 to + 120. Positive scores indicate more positive self-esteem and negative scores indicate more negative levels of self-esteem. The SERS has excellent internal consistency, with an alpha of 0.97. The SERS was reported as having good content and factorial validity. The SERS has good construct validity, with significant correlations with the Index of Self-Esteem and the Generalized Contentment Scale (a measure of depression) as predicted, and generally low correlations with a variety of demographic variables, also as predicted.
T a b e l 3 . 2
Kisi-kisi angket
Pertanyaan dalam angket SERS adalah sebagai berikut :
___ 1. Saya merasa bahwa orang-orang tidak akan menyukai saya jika mereka
mengenal diri saya dengan baik.
___ 2. Saya merasa bahwa orang lain melakukan pekerjaan yang jauh lebih baik
daripada saya.
___ 4. Saya merasa percaya diri dengan kemampuan saya untuk berhubungan
dengan orang lain.
___ 5. Saya merasa bahwa saya sering gagal dalam setiap hal yang saya lakukan.
___ 6. Saya merasa bahwa orang senang berbicara dengan saya.
___ 7. Saya merasa bahwa saya adalah seorang yang kompeten.
___ 8. Saat saya bersama dengan orang lain, saya merasa bahwa mereka senang
sewaktu saya bersama mereka.
___ 9. Saya merasa bahwa saya membuat kesan yang baik pada orang lain.
___ 10. Saya merasa percaya diri bahwa saya dapat memulai suatu hubungan baru
bila saya menginginkannya .
___ 11. Saya merasa bahwa saya jelek.
___ 12. Saya merasa bahwa saya membosankan.
___ 13. Saya merasa sangat gugup saat bersama dengan orang asing.
___ 14. Saya merasa percaya diri dengan kemampuan saya untuk belajar hal-hal
baru.
___ 15. Saya merasa senang dengan diri saya.
___ 16. Saya merasa malu dengan diri saya.
___ 17. Saya merasa minder (rendah diri).
___ 18. Saya merasa bahwa teman saya menilai diri saya menarik.
___ 19. Saya merasa bahwa saya memiliki selera humor yang baik.
___ 20. Saya merasa marah kepada diri saya karena apa yang saya lakukan.
___ 21. Saya merasa santai saat bertemu orang-orang baru.
___ 23. Saya tidak menyukai diri saya.
___ 24. Saya merasa percaya diri dengan kemampuan saya menghadapi
situasi-situasi yang sulit.
___ 25. Saya merasa bahwa saya sulit untuk disukai.
___ 26. Teman-teman saya sangat menghargai saya.
___ 27. Saya takut akan tampak bodoh di mata orang lain.
___ 28. Saya merasa bahwa saya adalah seorang yang OK.
___ 29. Saya merasa bahwa saya dapat mengandalkan diri saya dalam mengatur
berbagai hal dengan baik.
___ 30. Saya berharap bahwa saya bisa menghilang saat saya berkumpul dengan
banyak orang.
___ 31. Saya merasa malu untuk menyampaikan ide-ide saya.
___ 32. Saya merasa saya adalah orang yang baik.
___ 33. Saya merasa bahwa jika saya bisa lebih mirip dengan orang lain maka
saya akan merasa lebih baik dengan diri saya.
___ 34. Saya merasa bahwa saya lebih tertekan daripada orang lain.
___ 35. Saya merasa bahwa orang-orang menyukai saya.
___ 36. Saya merasa bahwa orang-orang memiliki saat yang menyenangkan
ketika sedang bersama dengan saya.
___ 37. Saya merasa percaya diri bahwa saya dapat melakukan apa pun dengan
baik.
___ 38. Saya mempercayai kompetensi orang lain lebih daripada saya
___ 39. Saya merasa bahwa saya mengacaukan segala hal
___ 40. Saya berharap bahwa saya adalah orang lain.
(p/+) 3,4,6,7,8,9,10,14,15,18,19,21,24,26,28,29,32,35,36,37.
(N/-) 1,2,5,11,12,13,16,17,20,22,23,25,27,30,31,33,34,38,39,40.
(Corcoran, Kevin & Joel Fischer, 2000 : 690-691)
E. Populasi dan Sampel Penelitian
Untuk menghindari kemungkinan timbulnya bias, maka penulis membatasi
penelitian ini sebagai berikut :
1. Populasi
“Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian” (Arikunto, 1997:115).
Populasi penelitian adalah semua siswa siswi kelas VII SMP Santa Maria
pada tahun ajaran 2010-2011, yang berlatar belakang ekstrakurikuler
olahraga sebanyak 45 siswa dan yang ekstrakurikuler bukan olahraga
sebanyak 30 siswa. Jumlah keseluruhan adalah 75 siswa.
Kegiatan ektrakurikuler olahraga di SMP Santa Maria terdiri dari : bola
basket, futsal, badminton, dan taekwondo. Sementara itu, kegiatan
ekstrakurikuler bukan olahraga terdiri dari : pramuka, paskibra, paduan
suara, fotografi, kuliner, teater, modern dance, dan science club.
2. Sampel
Ruseffendi (2006:107) menyatakan bahwa, “Ukuran sampel untuk
percobaan, minimum 30 subjek/kelompok.”. Oleh karena anggota
ekstrakurikuler yang masih berada di kelas VII dan mengikuti baik pre test
kelompok ekstrakurikuler olahraga dengan frekuensi 3 kali per minggu 18
orang, jumlah anggota kelompok ekstrakurikuler olahraga dengan
frekuensi 1 kali per minggu 14 orang, dan jumlah anggota kelompok
ekstrakurikuler bukan olahraga 24 orang), maka semua anggota akan
dijadikan sampel. Penelitian ini menggunakan total sampling. Arikunto
(2006:130) dalam pembahasannya mengenai sampel menyatakan bahwa:
Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi. Untuk sekedar ancer- ancer apabila subyeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subyek besarnya telah melebihi 100 maka diambil antara 10% - 25% atau 20% - 25% atau lebih.
Sampel penelitian dibagi menjadi tiga kelompok (siswa yang mengikuti
ekstrakurikuler olahraga dengan frekuensi 3 kali per minggu, siswa yang
mengikuti ekstrakurikuler olahraga dengan frekuensi 1 kali per minggu,
dan siswa yang mengikuti ekstrakurikuler bukan olahraga).
F. Sumber Data
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber utama,
yang kemudian diamati dan dicatat. Dalam penelitian ini data primer
didapat dari hasil pelaksanaan tes self esteem terhadap siswa kelas VII
SMP Santa Maria Bandung.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari membaca buku-buku
dan literatur yang digunakan sebagai dasar untuk membuat landasan
G. Prosedur Penelitian
Tiga kelompok eksperimen dalam penelitian ini adalah :
a. kelompok siswa-siswa yang mengikuti ekstrakurikuler olahraga
frekuensi 3 kali per minggu
b. kelompok siswa-siswa yang mengikuti ekstrakurikuler olahraga
frekuensi 1 kali per minggu
c. kelompok siswa-siswa yang mengikuti ekstrakurikuler bukan olahraga
Ketiga kelompok akan diberikan pre-test self esteem (SERS). Setiap kelompok
akan melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler masing-masing selama 6 minggu.
Kegiatan ekstrakurikuler olahraga dengan frekuensi 3 kali per minggu, dimulai
tanggal 21 April-26 Mei 2011 sehingga jumlah pertemuannya adalah 16 kali.
Frekuensi perlakuan adalah 3 kali per minggu dengan selang satu hari istirahat
untuk memberikan waktu pemulihan yang cukup bagi para siswa. Harsono
(1988:135) mengatakan bahwa : “Dalam keadaan normal, kelelahan yang timbul
akan dapat diatasi dalam waktu antara 12 sampai 24 jam.” Gambaran umum
program latihan untuk kegiatan ekstrakurikuler frekuensi 3 kali per minggu dapat
dilihat di lampiran 1. Sementara itu, kegiatan ekstrakurikuler olahraga dengan
frekuensi 1 kali per minggu dan kegiatan ekstrakurikuler bukan olahraga
dilakukan satu kali per minggu setiap hari Kamis. Di akhir perlakuan para siswa
akan mengikuti post tes (SERS).
Data pretest dan post test dari masing-masing kelompok akan dibandingkan.
kali per minggu, kegiatan ekstrakurikuler olahraga frekuensi 1 kali per minggu,
dan kegiatan ekstrakurikuler bukan olahraga) kemudian juga dibandingkan.
H. Teknik Analisis Data
1. Uji Coba Instrumen
Oleh karena instrumen ini disadur dari instrumen berbahasa Inggris maka
sebelum digunakan perlu dikonsultasikan dengan psikolog dan diujicobakan
terlebih dahulu. Uji coba dilakukan pada tanggal 7 April 2011 di SMP Santa
Maria Bandung terhadap siswa kelas VII yang tidak ikut serta dalam dua
kelompok penelitian sebanyak 20 responden.
Pelaksanaan uji coba dimaksudkan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas
instrumen ukur yang telah disusun berdasarkan angket SERS, sehingga dapat
diketahui layak tidaknya instrumen ukur tersebut untuk dipergunakan sebagai alat
pengumpul data.
Arikunto (1995:63-69) menjelaskan bahwa “Validitas adalah suatu ukuran
yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Alat ukur
yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah.”
Jenis validitas yang ingin diketahui dalam angket ini adalah validitas isi dan
butir. Penelaahan validitas isi dilakukan melalui analisis rasional atau melalui
professional judgement. Tujuannya untuk mengetahui kesesuaian item-item tes
yang dibuat mencerminkan ciri atribut yang hendak diukur. Angket SERS yang
dipakai dalam penelitian ini telah dikonsultasikan dengan psikolog.
Setelah pengujian konstruk selesai dari para ahli, maka diteruskan uji coba instrument. Instrumen yang telah disetujui para ahli tersebut diujicobakan pada sampel dari mana populasi diambil. Setelah data didapat dan ditabulasikan, maka pengujian validitas konstruksi dilakukan dengan analisis faktor, yaitu dengan mengkorelasikan antara skor item instrument.
Uji validitas butir memiliki tujuan untuk mengetahui apakah item-item tes
yang digunakan baik atau tidak. Cara pengujiannya dilakukan dengan
mengkorelasikan skor tiap-tiap item dengan skor total. Indeks koefisien korelasi
yang tinggi menunjukkan ada kesesuaian antara fungsi-fungsi butir item dengan
fungsi angket keseluruhan. Teknis analisis yang digunakan untuk menguji
validitas butir adalah korelasi Product Moment dari Pearson. Kaidah
pengujiannya adalah item dinyatakan valid jika indeks koefisien korelasi yang
diperoleh > 0,400. Sebaliknya jika < 0,400 maka dinyatakan gugur (Riduwan,
2010:110). Setelah dianalisis, dari 50 item pernyataan yang diuji cobakan terdapat
10 item yang dinyatakan gugur dan sisanya sebanyak 40 butir dinvatakan valid,
ini merupakan uji coba instrumen yang pertama.
2. Analisis instrumen
Setelah instrumen diujicobakan pada 20 siswa kelas VII SMP Santa Maria
Bandung, maka langkah selanjutnya dilakukan analisis untuk menentukan tingkat
reliabilitas instrumen dengan sistematika analisis instrument. Sistematika analisis
instrumen ini diuraikan sebagai berikut :.
• Menentukan Tingkat Reliabilitas
Syarat lain yang juga penting bagi seorang peneliti adalah reliabilitas.
Menurut Arikunto (2002:154) menjelaskan bahwa:
instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius mengarahkan responder untuk memilih jawaban-jawaban tertentu. Instrumen yang sudah dapat dipercaya atau yang reliable akan menghasilkan data yang dapat dipercaya.
Ada beberapa teknik penghitungan yang biasa digunakan. Analisis instrumen
dalam kajian ini akan menggunakan teknik formula Alfa Cronbach dengan rumus
sebagai berikut:
=
(Suharsimi Arikunto, 2002: 171)
Penjelasan :
r11 = reliabilitas instrumen
k = banyak butir pemyataan atau banyaknya soal
= jumlah varians butir
σt2 = varians total
Langkah-langkah mencari nilai reliabilitas dengan metode Alpha adalah :
1. Hitung varians skor tiap-tiap item (Si)
2. Jumlahkan varians semua item ( )
3. Masukkan nilai Alpha (r11)
Selanjutnya dengan menggunakan taraf signifikansi α = 0.05,reliabilitas yang
diperoleh dari hasil perhitungan (r11) dibandingkan dengan nilai dari tabel korelasi
nilai r dengan kritenia:
Jika ri > rtabel ---> reliabel
Analisis data dilakukan untuk mengetahui makna dari data yang telah
dikumpulkan. Teknik analisis data yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Menyeleksi data untuk diolah lebih lanjut dengan memeriksa jawaban
responden sesuai dengan kriteria yang ditetapkan
b. Menentukan bobot nilai untuk setiap kemungkinan jawaban pada
setiap item variabel penelitian dengan menggunakan skala penilaian
yang telah ditentukan, selanjutnya menentukan skornya.
c. Uji Persyaratan Analisis
a) Uji Homogenitas, digunakan untuk mengetahui apakah data
yang dihubungkan sejenis (homogen) dengan menggunakan
teknik anova satu jalur (one way anova). Kriteria pengujiannya,
bila Zhitung≤ Ztabel maka homogen (Sugiono, 2004:266).
b) Uji Normalitas, digunakan untuk mengetahui apakah data yang
dihubungkan berdistribusi normal, dengan menggunakan
perhitungan uji kolmogorov smirvov, kriteria pengujian, bila
Fhitung ≤Ftabel atau bila asymtop signifikan > 0,05 maka
distribusi data normal (Riduwan, 2003:191). Uji normalitas
juga bisa dilakukan dengan uji χ kuadrat.
c) Jika data normal dan homogen, uji perbedaan rerata (dua
sampel) dapat dilakukan dengan uji t.
d) Jika data tidak normal, uji perbedaaan rerata (dua sampel)
kelompok ekstrakurikuler) dan Wilcoxon (pre test dan post
test)
e) Uji perbedaan rerata (tiga sampel) dilakukan dengan metode
one way ANOVA.
f) Uji Scheffe kemudian dilakukan untuk mengetahui rerata
kelompok mana yang memiliki perbedaan signifikan.
Analisis statistik akan dilakukan dengan menggunakan SPSS 17.0.
I. Program Latihan
Kegiatan ekstrakurikuler di SMP Santa Maria di luar waktu penelitian
biasanya dilakukan satu kali per minggu (Kamis). Kegiatan ekstrakurikuler
olahraga sebagian besar waktu diisi dengan game. Latihan fisik, teknik, taktik,
dan mental dilakukan dengan waktu yang relatif sedikit daripada game.
Kegiatan ektrakurikuler olahraga di SMP Santa Maria terdiri dari : bola
basket, futsal, badminton, dan taekwondo. Sementara itu, kegiatan ekstrakurikuler
bukan olahraga terdiri dari : pramuka, paskibra, paduan suara, fotografi, kuliner,
teater, modern dance, dan science club.
Sampel penelitian akan dibagi menjadi tiga kelompok (siswa yang mengikuti
ekstrakurikuler olahraga frekuensi 3 kali per minggu, siswa yang mengikuti
ekstrakurikuler olahraga frekuensi 1 kali per minggu, dan siswa yang mengikuti
ekstrakurikuler bukan olahraga).
Kegiatan untuk masing-masing kelompok penelitian dilakukan pada hari dan
a. Kelompok ekstrakurikuler olahraga dengan frekuensi 3 kali per minggu
diwakili oleh kegiatan ekstrakurikuler bola basket melakukan latihan pada
pukul 14.15 s.d pukul 15.45 setiap hari Selasa, Kamis, dan Sabtu.
b. Kelompok ekstrakurikuler olahraga dengan frekuensi 1 kali per minggu
terdiri dari kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler olahraga selain basket.
Kelompok ini melakukan latihan pada pukul 14.15 s.d pukul 15.45 setiap
hari Kamis.
c. Kelompok ekstrakurikuler bukan olahraga terdiri dari semua kegiatan
ekstrakurikuler yang tidak termasuk kegiatan olahraga. Kelompok ini
melakukan kegiatan pada pukul 14.15 s.d pukul 15.45 setiap hari Kamis.
Sedangkan lamanya perlakuan yaitu selama enam minggu.
162 BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil analisis dan pembahasan tentang
pengaruh kegiatan ekstrakurikuler olahraga terhadap self-esteem siswa SMP
Santa Maria Bandung adalah sebagai berikut :
1. Kegiatan ekstrakurikuler olahraga frekuensi 3 kali per minggu
berpengaruh positif terhadap harga diri (self esteem) siswa di SMP
Santa Maria Bandung
2. Kegiatan ekstrakurikuler olahraga frekuensi 1 kali per minggu tidak
berpengaruh positif terhadap harga diri (self esteem) siswa di SMP
Santa Maria Bandung
3. Kegiatan ekstrakurikuler bukan olahraga tidak berpengaruh positif
terhadap harga diri (self esteem) siswa di SMP Santa Maria Bandung
4. Kegiatan ekstrakurikuler olahraga frekuensi 3 kali per minggu
cenderung lebih baik daripada kegiatan ekstrakurikuler olahraga
frekuensi 1 kali per minggu dan bukan olahraga dalam
mengembangkan self-esteem siswa SMP Santa Maria.
B. Rekomendasi
Rekomendasi yang dapat diajukan berdasarkan hasil analisis dan pembahasan
tentang pengaruh kegiatan ekstrakurikuler olahraga terhadap self-esteem
Kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler yang dapat mengembangkan self esteem
yang baik perlu dikembangkan.
Siswa-siswa SMP dianjurkan untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler
olahraga dalam rangka mengembangkan self-esteem mereka secara lebih optimal.
Siswa-siswa SMP harus dirangsang untuk menikmati dan terlibat dalam berbagai
kegiatan fisik dan olahraga.
Kegiatan ekstrakurikuler olahraga sebaiknya dilakukan sesuai program latihan
yang baik dan dalam frekuensi yang lebih sering dan dengan intensitas untuk
olahraga kesehatan (antara 70-85% dari Denyut Nadi Maksimal (DNM)) agar
efek latihan dapat dirasakan dan self esteem para siswa dapat berkembang secara
optimal. Kegiatan ekstrakurikuler olahraga di SMP Santa Maria sebaiknya
dilakukan dengan frekuensi yang lebih banyak daripada yang berlaku saat ini (1
kali per minggu).
Kelompok-kelompok kegiatan ekstrakurikuler di SMP Santa Maria sebaiknya
memperbaiki program kegiatannya agar para siswa merasa tertantang untuk
meningkatkan kemampuan dan kompetensi dirinya.
Keikutsertaan dalam berbagai kejuaraan dapat meningkatkan kemauan dan
semangat anak-anak untuk terus meningkatkan kompetensi dirinya.
Kelompok-kelompok kegiatan ekstrakurikuler di SMP Santa Maria disarankan untuk
mengikuti berbagai kejuaraan antar sekolah.
Guru pendidikan jasmani atau para pelatih ekstrakurikuler olahraga
penerapannya pada proses belajar mengajar atau latihan, di samping tujuan utama
pendidikan jasmani atau prestasi klub ekstrakurikuler olahraga.
Lembaga pendidikan tenaga kependidikan di bidang pendidikan jasmani dan
olahraga perlu mempersiapkan tenaga guru pendidikan jasmani atau pelatih yang
terampil dan cakap dalam model pengembangan self- esteem. Lembaga
pendidikan tersebut dapat mengarahkan para calon guru olahraga atau pelatih
untuk lebih memahami model pengembangan self esteem dengan cara
memasukkan model pengembangan self esteem ini dalam mata perkuliahan.
Lembaga pendidikan terkait sekolah, Dinas Pendidikan Nasional, para
penentu kebijakan, pengembang kurikulum, dan para penulis buku perlu
mendorong agar pendidikan self-esteem melalui aktivitas jasmani berbasis
pendidikan dapat diterapkan dalam pengajaran pendidikan jasmani dan kegiatan
ekstrakurikuler olahraga. Selain itu juga pengajaran pendidikan jasmani dan
ekstrakurikuler olahraga perlu diarahkan pada pengembangan kemampuan
emosional siswa. Pihak-pihak terkait di atas dapat menindak-lanjuti hasil
penelitian ini menjadi berbagai produk yang dapat langsung menyentuh siswa dan
praktik pendidikan jasmani dan ekstrakurikuler olahraga di sekolah.
Penelitian ini masih dapat dikembangkan lagi dalam beberapa penelitian
lanjutan berikut :
1. Oleh karena pada penelitian ini populasi dibatasi para siswa kelas VII
SMP, maka dianjurkan untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh
kegiatan ekstrakurikuler olahraga dan bukan olahraga terhadap self-esteem
(pemula), kelas VIII (sudah 2 tahun mengikuti), dan kelas IX (sudah 3
tahun mengikuti)).
2. Oleh karena pada penelitian ini populasi dibatasi para siswa SMP, maka
dianjurkan untuk melakukan penelitian mengenai kegiatan ekstrakurikuler
olahraga dan bukan olahraga terhadap self-esteem kelompok sampel SMP,
SMA, dan mahasiswa.
3. Oleh karena pada penelitian ini yang dipelajari adalah pengaruh kegiatan
ekstrakurikuler olahraga secara umum terhadap self esteem, maka
dianjurkan untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh berbagai jenis
olahraga secara khusus (misalnya : cabang olahraga kelompok vs cabang
olahraga perorangan, cabang olahraga basket, badminton, atau renang)
terhadap self-esteem siswa. Penelitian ini dapat diperkaya dengan variasi
frekuensi latihan dan periode latihan (lama waktu penelitian).
4. Oleh karena pada penelitian ini yang dipelajari adalah pengaruh kegiatan
ekstrakurikuler olahraga terhadap self esteem para siswa secara umum
tanpa membedakan jenis kelamin, maka dianjurkan untuk melakukan
penelitian mengenai pengaruh kegiatan ekstrakurikuler olahraga dan
bukan olahraga terhadap self-esteem siswa dan siswi.
5. Oleh karena pada penelitian ini yang dipelajari adalah pengaruh kegiatan
ekstrakurikuler bukan olahraga secara umum terhadap self esteem, maka
dianjurkan untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh berbagai jenis
kegiatan ekstrakurikuler bukan olahraga secara khusus (misalnya : sains
166
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, D, Poppy M. (2003). Mencegah dan Mengatasi Kegemukan Pada Balita, Jakarta :Puspa Swara.
Arikunto, Suharsimi. (1995). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi ketiga. Jakarta: Rineka Cipta.
. (1997). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi keempat. Jakarta: Rineka Cipta.
. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi kelima. Jakarta Rineka Cipta.
. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi keenam. Jakarta Rineka Cipta.
Azwar, Saifuddin. (1998). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
Basich, William C. (2006). The Impact of Physical Activity and Sports on Self Esteem. Tesis kepadaMarietta College.
Binsinger, Carolin et al. (2006). “Regular Extra Curricular Sports Practice Does Not Prevent Moderate or Severe Variation in Self Esteem or Trait Anxiety in Early Adolescent”. Journal of Sports Science and Medicine. France. Halaman 123-129
Bridges, Kaci A. et al. (2007). “Physical Activity, Exercise, and Physical Fitness: Definitions and Distinctions for Health-Related Research”. Californian Journal of Health Promotion. USA.
Bobbio, Andrea. (2009). “Relation of Physical Activity and Self Esteem”. Perceptual and Motor Skills. University of Padua.
Caspersen, Carl J. et al. (1985). “Yoga, Physical Education, and Self-Esteem: Off the Court and Onto the Mat for Mental Health”. Public Health Report.
Castelli. Darla M. et al. (2007). “Physical Fitness and Academic Achievement in Third and Fifth Grade Students”. Journal of Sport & Exercise Psychology. Halaman 239-252.
Coe, Dawn Podulka. et al. (2006). “Effect of Physical Education and Activity Level on Academic Achievement in Children”. Medicine & Science in Sports & Exercise, American College of Sports Medicine. Halaman 1515-1519
Coladarci, Theodore & Cobb, Casey D. (1996) “Extracurricular Participation, School Size, and Achievement and Self-Esteem Among High School Students: A National Look”. Journal of Research in Rural Education. Halaman 92-103
Corcoran, Kevin & Joel Fischer, (2000). Measures for Clinical Practice Vol. 2. New York: The Free Press.
Cung, Pak-kwong. (2003). “Physical self concept between PE major and non-PE major student in Hong Kong”. Journal Exercise Science and Fitness. Halaman 41-46.
Davis, Brooke. (2004). Athletic Participation and Self-Esteem in Eighth Grade Students. Research Paper for University of Wisconsin.
Depdikbud. (1998). Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler sebagai salah satu Jalur Pembinaan Kesiswaan. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan : Dirjend Dikdasmen
Duncan, Margaret. (1997). Sociological dimensions. Presidents Council on Physical Fitness and Sports Report (Section III). USA: The Center for Research on Girl