• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMAKAIAN JERAMI AMONIASI DALAM RANSUM TERHADAP TINGKAT DAN LAJU DEGRADASI BAHAN KERING DAN SERAT KASAR DALAM RUMEN SECARA IN SACCO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PEMAKAIAN JERAMI AMONIASI DALAM RANSUM TERHADAP TINGKAT DAN LAJU DEGRADASI BAHAN KERING DAN SERAT KASAR DALAM RUMEN SECARA IN SACCO."

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMAKAIAN JERAMI AMONIASI DALAM RANSUM TERHADAP TINGKAT DAN LAJU DEGRADASI BAHAN KERING

DAN SERAT KASAR DALAM RUMEN SECARAIN SACCO

SKRIPSI

Oleh :

DINI KARTIKA 07 162 037

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Peternakan

(2)

PENGARUH PEMAKAIAN JERAMI AMONIASI DALAM RANSUM TERHADAP TINGKAT DAN LAJU DEGRADASI BAHAN KERING

DAN SERAT KASAR DALAM RUMEN SECARAIN SACCO

Dini Kartika, dibawah bimbingan

Prof. Dr. Ir. Hermon, M.Agr dan Dr. Ir. Elihasridas, MSi Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak

Fakultas Peternakan Universitas Andalas, Padang 2014

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengetahui tingkat dan laju degradasi bahan kering (BK) dan serat kasar (SK) dalam rumen dari ransum yang berbeda pemakaian jerami amoniasi. Dua ransum yang berbeda pemakaian jerami amoniasinya yaitu 22% jerami amoniasi (R1) dan 28% jerami amoniasi (R2). Kemudian ditentukan tingkat dan laju degradasi bahan kering (BK) dan serat kasar (SK) dalam rumen dengan teknik in sacco. Kedua ransum tersebut diinkubasi dalam rumen dengan rangkaian waktu inkubasi 0, 1, 3, 6, 12, 24, dan 48 jam. Nilai degradasi nutrien setiap waktu inkubasi dimasukkan kedalam persamaan P = a + b (1– e-ct), sehingga dapat diketahui tingkat dan laju degradasi nutrien dengan program NAWAY. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat dan laju degradasi bahan kering (BK) R1 berturut-turut adalah 74,2% dan 0,049%jam (a+b), sedangkan R2 adalah 65,9% dan 0,052%jam. Sementara tingkat dan laju degradasi serat kasar (SK) R1 berturut-turut adalah 46,4% dan 0,107%jam, sedangkan serat kasar (SK) R2 adalah 44,4% dan 0,088%jam. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tingkat dan laju degradasi bahan kering (BK) dan serat kasar (SK) ransum yang memakai 23% jerami amoniasi adalah lebih tinggi dibandingkan dengan ransum yang memakai 29% jerami amoniasi pengganti rumput.

(3)

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Keterbatasan lahan yang semakin sempit seiring dengan jumlah penduduk yang

semakin meningkat menyebabkan terkendalanya ketersediaan hijauan makanan

ternak. Ketersediaan pakan secara kontinyu dengan jumlah yang cukup dan kualitas

yang baik sangat diperlukan untuk pertumbuhan ternak. Apabila usaha peternakan

hanya mengandalkan pada penggunaan hijauan sebagai pakan ternaknya, maka usaha

pengembangan ternak sapi dimasa yang akan datang akan mengalami hambatan dan

penurunan.

Berdasarkan hal tersebut, salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk

mencukupi penyediaan pakan secara berkesinambungan sepanjang tahun adalah

dengan memanfaatkan hasil ikutan pertanian dan agroindustri seperti jerami padi,

dedak, dan bungkil kelapa. Bahan-bahan tersebut dicampur dengan formulasi yang

tepat akan menjadi ransum yang bekualitas tinggi bagi ternak ruminansia.

Jerami padi (Rice straw) merupakan hasil sisa pertanian yang berpotensi untuk

mengatasi kekurangan pakan hijauan. Komar (1984) menyatakan bahwa di Indonesia

(4)

Pemanfaatan jerami padi secara langsung sebagai pakan tunggal tidak dapat

memenuhi kebutuhan nutrisi pada ternak, bahkan akan menurunkan produktivitas

ternak. Kendala lain yang mempengaruhi kualitas jerami adalah tingginya kandungan

lignin dan silika sehingga menyebabkan daya cerna jadi rendah (Komar, 1984).

Tingginya lignin menyebabkan rendahnya kecernaan disebabkan oleh sifat lignin

yang tidak dapat dicerna. Peranan lignin di dalam sel adalah memperkuat struktur

dinding sel yaitu dengan mengikat selulosa dan hemiselulosa yang tidak dapat

dicerna oleh mikroba rumen (Sutardi, 1980).

Kandungan silika sangat berpengaruh dalam proses pencernaan dinding sel,

semakin tinggi kandungan silika maka kecernaan dinding semakin rendah (Jackson,

1977). Lebih lanjut dijelaskan oleh Jackson (1977) bahwa dari 80% bahan kering

yang dikandung hanya 45-50% saja yang bisa digunakan sebagai sumber energi bagi

ruminansia karena energi tidak mudah dicerna dengan adanya lignin dan silika.

Lignin sangat tahan terhadap degradasi mikroba rumen dan lignin tanaman

akan bertambah dengan bertambahnya umur tanaman sehingga daya cerna dari

tanaman atau hijauan akan semakin rendah dengan bertambahnya proses lignifikasi.

Komar (1984) mengemukakan bahwa jerami padi mengandung silica dan lignin,

dimana lignin mengikat selulosa dan hemiselulosa dalam bentuk ikatan rangkap sukar

untuk dicerna oleh enzim yang dikeluarkan mikroba rumen. Kandungan dari lignin

dan silica inilah yang merupakan faktor pembatas utama potensi daya cerna jerami

padi. Untuk meningkatkan pemanfaatan dan nilai gizi jerami padi, perlu dilakukan

(5)

Menurut Sudana (1984) jerami padi yang diberi perlakuan urea 4% dan

disimpan selama 4 minggu terjadi peningkatan daya cerna dari 35% menjadi 43,6%

dan kandungan nitrogen total dari 0,48% menjadi 1,55%. Teknik amoniasi

menggunakan urea proses pemeramannya dapat dipercepat waktunya yakni 5 – 7 hari

dengan penambahan kotoran ayam sebagai sumber urease sebanyak 15%/Kg berat

kering jerami (Warly,dkk1997).

Dalm pembuatan jerami padi amoniasi dibutuhkan waktu pemeraman yang

cukup lama (3-4) minggu bahkan kadang-kadang 6 sampai 8 minggu untuk

mendapatkan hasil yang optimal (Doyle, 1982). Namun untuk mempersingkat lama

pemeraman maka ditambahkan bahan lain berupa kotoran ayam (4,8 atau 12%),

sehingga selain mudah didapat sekalian juga mengatasi masalah lingkungan. Kotoran

ayam ternyata efektif dalam menurunkan waktu amoniasi jerami padi dari 21 hari

menjadi 7 hari. Dimana tingkat penambahan 12 % merupakan tingkat optimum yang

memberikan koefisien cerna in vitro tertinggi (Lohaniet al, 1986).

Pada umumnya dalam memformulasi ransum masih minimnya berdasarkan

kepada laju tersedianya N-protein dan energi yang diekspresikan sebagai BO atau

kabohidrat terfermentasi di dalam rumen (Sinclair et al. 1993). Tingginya

(6)

Hasil penelitian Sulistiono (2012) pemakaian jerami amoniasi decampur

dengan tepung darah (JAD) sebanyak 27,25% dan 35,25% dalam ransum

menunjukkan hasil yang relatif sama terhadap kecernaan BK, BO, PK, dan SK,

namun pemakaian JAD 27,25% cenderung lebih baik dibandingkan dengan

pemakaian JAD 35,25%. Pemakaian jerami amoniasi yang lebih sedikit yaitu 23%

dalam ransum sapi induk bertujuan untuk menghindari amonia yang terbentuk akibat

fermentasi ransum yang memakai jerami amoniasi yang lebih besar yaitu 29%. Dan

apabila kelebihan amonia ini terjadi akan mengganggu reproduksi ternak tersebut

(infertile). Sebaliknya, jika pemberian jerami dikurangi diharapkan amonia yang

terbentuk diikuti pula oleh energi yang dihasilkan oleh fermentasi konsentrat. Dengan

demikian, akan banyak terbentuk protein mikroba yang mana protein mikroba

merupakan sumber protein bagi ternak sapi.

Menurut Hermon (2009) pada umumnya dalam penyusunan ransum untuk

ternak ruminansia didasarkan kebutuhan akan protein kasar (PK) / protein dapat

dicerna (Prdd) dan energi dalam bentuk TDN (total digestible nutrients), tanpa

mempertimbangkan kebutuhan yang efektif bagi pertumbuhan mikroba dalam rumen.

Sehingga kadang kala dijumpai perbedaan yang signifikan penampilan produksi

antara ternak ruminansia, walaupun ransum masing-masing ternak tersebut disusun

relatif sama kandungan protein dan energi (iso-proteindaniso-energi).

Untuk mengetahui seberapa jauh menfaat dari jerami padi amoniasi sebagai

bahan makanan kasar (roughage) dalam ransum perlu di evaluasi kecernaan struktural

(7)

mempengaruhi evaluasi degradasi zat makanan dalam rumen adalah ransum yang

dikonsumsi oleh ternak berfistula rumen, sebab diketahui bahwa jenis dan jumlah

mikroba rumen tergantung pada makanan yang dikonsumsi oleh ternak.

Atas faktor uraian di atas maka ingin diteliti lebih lanjut pemakaian level jerami

padi amoniasi 22% dan 28% dengan metode in sacco atau teknik kantong nilon.

Dalam teknik ini digunakan kantong yang tebuat dari bahan yang tidak dapat dicerna

seperti Dacron atau nilon (Orskov et al, 1980). Berdasarkan uraian di atas

dilakukanlah penelitian dengan judul “Pengaruh Pemakaian Jerami Amoniasi dalam Ransum terhadap Tingkat dan Laju Degradasi Bahan Kering dan Serat Kasar dalam Rumen”

1.1. Rumusan Masalah

Rumusan masalah adalah sejauh mana tingkat dan laju degradasi serat kasar

dan bahan kering dalam rumen dari ransum yang berbeda pemakaian jerami

amonniasinya.

1.2. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat dan laju degradasi serat

kasar dan bahan kering dalam rumen dari ransum yang berbeda pemakaian jerami

Referensi

Dokumen terkait

Data kadar gula pereduksi yang diperoleh dari hasil likuifikasi dengan variasi konsentrasi enzim α-amilase dan pada kondisi suhu dan kecepatan pengadukan terbaik dapat

Pokemon GO apabila dilihat dari sisi ekonomis atau potensi market, dapat meningkatkan penjualan dengan cara pemilik usaha bekerjasama dengan pihak Niantic untuk

Data yang lengkap ini diperlukan sebab transaksi e-commerce merupakan bisnis dalam dunia maya, artinya pelaku usaha tidak bertemu secara langsung dengan konsumen..

Berdasarkan Dendogram kesamaan 30 jenis tanaman pisang di Kecamatan Gucialit Pisang Agung Semeru dengan pisang Byar mempunyai kedekatan morfologi 95,65 %..

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh kecanggihan teknologi informasi, partisipasi manajemen, pemanfaatan teknologi informasi, dan keahlian pemakai

Hal ini juga sama dengan pengujian yang dilakukan oleh Damar, dkk (2008), yaitu untuk pengujian secara Indoors Residual Spraying pada permukaan dinding tembok, kayu dan gribig

Aspek filosofis sajrone antologi geguritan iki yaiku arupa kawicaksanan Jawa. Geguritan- geguritane Ardini ditulis kanthi nyurasa filosofis banget. Antologi geguritan LILW iki

 Bahwa untuk penyaluran tahap I, Ir.H.Aliman Saragih ,Msi menerbitkan Surat Tugas Nomor : 268.a/P3K/IV/2008 tanggal 02 April 2008 tentang Penugasan Tim Verifikasi