• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN MEKANISME KOPING DENGAN TINGKAT STRES PADA PASIEN KANKER DI UNIT RADIOTERAPI RSUP DR.M.DJAMIL TAHUN 2014.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN MEKANISME KOPING DENGAN TINGKAT STRES PADA PASIEN KANKER DI UNIT RADIOTERAPI RSUP DR.M.DJAMIL TAHUN 2014."

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

HUBUNGAN MEKANISME KOPING DENGAN TINGKAT

STRES PADA PASIEN KANKER DI UNIT RADIOTERAPI

RSUP DR.M.DJAMIL

TAHUN 2014

PADANG

Penelitian Keperawatan Jiwa

AYU MARIANA

BP. 1010321008

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

(2)

vii FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS Juli 2014

Nama : Ayu Mariana Bp : 1010321008

Hubungan Mekanisme Koping dengan Tingkat Stres Pada Pasien Kanker di Unit Radioterapi RSUP Dr.M.Djamil Padang

ABSTRAK

Kanker dapat mengakibatkan kehilangan fungsi fisik sehingga dapat mengakibatkan terjadinya stres. Hal ini mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu demi mengurangi stres. Hal-hal yang dilakukan itu adalah bagian dari mekanisme koping. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan mekanisme koping dengan tingkat stres pada pasien kanker di Unit Radioterapi RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2014. Jenis penelitian adalah korelasi dengan pendekatan cross sectional study. Jumlah sampel 50 orang, diambil secara total sampling. Analisa data univariat yang digunakan yaitu distribusi frekuensi dan analisa bivariat menggunakan uji Spearman. Hasil analisa univariat didapatkan 43,5% mengalami stres ringan, 54,3% menggunakan mekanisme koping maladaptif didapatkan hubungan yang bermakna antara mekanisme koping dengan tingkat stres dengan kekuatan lemah dan arah negatif, dimana (p=0,009) dan (r= -0,379). Disarankan kepada perawat untuk dapat memperhatikan manifestasi klinis stres dan pasien kanker yang menggunakan mekanisme koping maladaptif, untuk dapat mengatasi stres dengan cara bertanya pada orang terdekat, penilaian secara positif dan menganjurkan menggunakan mekanisme koping adaptif.

Kata kunci : kanker, mekanisme koping, tingkat stres

(3)

viii FACULTY OF NURSING

ANDALAS UNIVERSITY July 2014

Name :Ayu Mariana Register number :1010321008

The relationship between coping mechanisms and stress level of cancer patients in Radiotherapy unitat RSUP Dr.M.Djamil Padang

ABSTRACT

Cancer can be result in loosing of the physical function which the effect make a stress. This encourages someone in doing something to reduce a stress, that are part of coping mechanisms. The purpose of this research to find out the relationship between coping mechanisms and stress level of cancer patients in Radiotherapy unit at RSUP Dr. M. Djamil Padang, 2014. The kind of this research is correlation with cross sectional study approach. Number of samples 50 people. Taken by total sampling from 16 juni until 27 juni 2014. Analysis of univariate data in using are frequency distribution and analysis of bivariate are use Spearman test. The result of analysis in univariate 43,5% have light stress, 54,3% using maladaptive coping mechanisms there are a significant association between coping mechanisms and stress level weak of strength and negative directions, where is (p=0,009) and (r= -0,379). Suggestion to nurses can be notice clinical manifestations of stress and cancer patients that using maladaptive coping mechanisms, stress can be overcome by ask the nearest, positive assessment and recommends using adaptive coping mechanisms.

Keyword : cancer, coping mechanisms, stress level

(4)

1 BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap orang pasti mengalami stres, stres normal dialami oleh setiap

individu dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan. Menurut

Antonovsky & Burr (1979 ;1973 dikutip dari friedman, 2010) stres adalah

respon atau keadaan ketegangan yang disebabkan oleh stresor atau oleh

tuntutan aktual yang dirasakan yang tetap tidak teratasi. Sedangkan menurut

Rasmun (2004) stres adalah respon tubuh yang tidak spesifik terhadap setiap

kebutuhan tubuh yang terganggu, terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan

tidak dapat dihindari. Jadi dapat disimpulkan stres adalah keadaan yang

dihasilkan oleh stresor dan mengharuskan individu untuk berespon

menghadapi atau mengatasinya terhadap perubahan yang terjadi.

Stres disebabkan karena adanya stresor, stresor adalah stimulasi yang

merupakan situasi dan kondisi yang mengurangi kemampuan untuk merasa

senang, nyaman, bahagia dan produktif (Saam & Wahyuni, 2012). Sedangkan

menurut Burr, Chrisman & Fowler (1993 ; 1980 dikutip dari Friedman, 2010)

stresor adalah agen pemrakarsa atau presipitasi yang mengaktifkan proses

stres. Stresor terdiri dari stresor fisik atau biologis, psikologis dan lingkungan

(Nasir & Muhith, 2011). Stresor fisik mencakup adanya penyakit, case history

(5)

2

dan perubahan postur tubuh. Salah satu bentuk dari stresor fisik adalah kanker

(Bianchi, Guido & Andolhe, 2009).

Kanker adalah penyebab utama kematian di seluruh dunia. 7,6 juta orang

meninggal akibat kanker di seluruh dunia, dan setiap tahun hampir 13 juta

kasus kanker baru didiagnosa. Sudah lebih dari dua pertiga dari kasus-kasus

kanker baru dan kematian terjadi di negara-negara berkembang di mana

kejadian kanker terus meningkat pada tingkat yang mengkhawatirkan (World

health Organizations [WHO], 2013). UICC (Union International Contre Le

Cancer) memperkirakan jumlah penderita kanker di negara berkembang pada

tahun 2020 bisa mencapai 10 juta orang, dengan 16 kasus baru setiap

tahunnya.

Berdasarkan Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) pada tahun 2010, di

Indonesia kanker menjadi penyebab kematian nomor 3 dengan kejadian 7,7%

dari seluruh penyebab kematian karena penyakit tidak menular, setelah stroke

dan penyakit jantung. WHO memperkirakan pada tahun 2030, kanker akan

menjadi penyebab kematian tertinggi di Indonesia (Departemen Kesehatan

[Depkes], 2013). Penyakit kanker bisa menyerang siapa saja, tidak mengenal

kelas sosial ekonomi, jenis kelamin dan usia penderita. Angka kematian akibat

penyakit kanker diperkirakan juga akan terus bertambah, karena

kecenderungan pasien memulai pengobatan ketika penyakit kankernya sudah

pada stadium lanjut (Luwina, 2006).

Berdasarkan data yang diperoleh dari Medical Record RSUP Dr. M.

(6)

3

2013 mengalami peningkatan yakni pada tahun 2011 penderita kanker rawat

inap dan rawat jalan sebanyak 4.447, tahun 2012 sebanyak 5.051, dan tahun

2013 sebanyak 6.041.

Kanker atau tumor adalah pertumbuhan sel/jaringan yang tidak terkendali,

terus bertumbuh/bertambah, immortal (tidak dapat mati). Sel kanker dapat

menyusup ke jaringan sekitar dan dapat membentuk anak sebar (Riskesdas,

2013). Tanda dan gejala kanker meliputi rasa sakit yang tak kunjung sembuh,

benjolan atau penebalan di sekitar payudara atau bagian tubuh lainnya,

pendarahan yang tidak normal atau keluarnya cairan, gangguan pencernaan

terus menerus atau kesulitan menelan, suara serak atau batuk terus menerus,

dan berkurangnya pendengaran, diiringi suara bising di kuping yang sama

(Parkway cancer centre, 2013). Dengan tanda dan gejala ini akan

mengakibatkan perubahan fisik, emosional, dan sosial yang merupakan

kondisi yang ditakuti oleh pasien kanker.

Orang yang mengalami penyakit kanker mendapat efek fisik, emosional,

sosial dan menjadi stres. Stres ditunjukkan dengan perilaku seperti rasa tidak

berdaya atau putus asa, dan kualitas hidup menjadi lebih buruk (National

Cancer Institut, 2012). Hal ini sejalan dengan pendapat Makoleka, Mukwato,

Mweemba, dan Makukula (2010) bahwa diagnosis kanker bisa

mengakibatkan stres, yang berdampak pada beberapa bidang kehidupan,

mengganggu status fisik, emosional dan kesejahteraan spritual dan hubungan

(7)

4

Selanjutnya Amerika Serikat (2007) melakukan penelitian terhadap 236

orang yang terdiagnosis kanker, ditemukan bahwa 50 % dari mereka

mengalami gangguan emosional atau menunjukkan gangguan kejiwaan,

seperti stres (10 %), depresi (11 %), dan mengalami kelainan jiwa (21 %).

Mayoritas mengalami masalah kejiwaan menengah hingga gangguan

emosional berat sebanyak 41 %. Dampak stres yang berlarut-larut dan dalam

intensitas yang tinggi dapat menyebabkan penyakit fisik dan mental

seseorang, yang akhirnya dapat menurunkan produktivitas kerja dan buruknya

hubungan interpersonal (Rasmun, 2004).

Terdapat beberapa penelitian yang terkait dengan stres pada pasien kanker.

Penelitian yang dilakukan Makoleka dkk (2010) tentang “ Stres dan

Mekanisme Koping antara Pasien Kanker Payudara dan Pengasuh Keluarga,

13 orang menerima, dan berfokus dalam mengatasi kanker payudara, 5 orang

mengalami stres, dan 4 orang dari anggota keluarga pengalaman dalam

perawatan kanker. Sejalan dengan penelitian Bianchi dkk (2009) tentang “

Stres dan Koping dalam Periode Perioperatif Kanker” menunjukkan pasien

kanker mengalami stres, stres yang disebabkan karena diagnosis, dan

pengobatannya. Sehingga dibutuhkan koping untuk mengatasi stres yang

dialami oleh pasien kanker.

Hampir sama dengan penelitian Badar (2012) tentang “Hubungan

Mekanisme Koping Dengan Tingkat Stres Pasien Ca. Mammae Di Ruang

Rawat Inap Lontara II RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar” terdapat

(8)

5

mammae, dapat terlihat pada pasien yang mengalami stres atau ketegangan

psikolologi dalam menghadapi penyakitnya memerlukan mekanisme koping

agar dapat mengurangi stresnya.

Untuk menghadapi keadaan yang penuh stres tersebut pasien harus

beradaptasi dengan stresor. Respon adaptif psikologis terhadap stresor disebut

juga sebagai mekanisme koping (Potter & Perry, 2005). Menurut Lazarus &

folkam (1984, dalam Nasir & Muhith 2011) koping dipandang sebagai suatu

usaha yang dapat menguasai situasi stres. Koping merupakan proses yang

dilalui oleh individu dalam menyelesaikan situasi stres (Rasmun, 2004). Jadi

setiap hal yang menimbulkan stres, seseorang akan beradaptasi yang disebut

dengan mekanisme koping.

Mekanisme koping digolongkan menjadi dua yaitu mekanisme koping

adaptif dan mekanisme koping maladaptif. Mekanisme koping adaptif adalah

koping yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan, belajar, dan mencapai

tujuan sedangkan mekanisme koping maladaptif adalah koping yang

menghambat fungsi integrasi, pertumbuhan, menurunkan otonomi dan

cenderung menguasai lingkungan, (Stuart & Sundeen, 2003 dikutip dari Viela,

2010).

Kategori mekanisme koping adaptif adalah pengalihan diri, koping aktif,

penggunaan dukungan sosial, penyusunan positif, perencanaan, penerimaan,

dan agama sedangkan mekanisme koping maladaptif adalah penyangkalan,

penggunaan obat-abatan, perilaku pelepasan, melepaskan kemarahan,

(9)

6

(Carver, 1997). Respon adaptif dianggap sebagai suatu yang positif dan

berhubungan dengan respon yang sehat, sedangkan respon yang maladaptif

dari individu sebagai hal yang negatif, ditandai dengan respon yang tidak

sehat dan dapat memperburuk situasi.

Seseorang cenderung menggunakan mekanisme koping adaptif pada

situasi yang dapat diatasi dan menggunakan mekanisme koping maladaptif

pada situasi yang berat dan diluar kemampuan seseorang dalam menghadapi

situasi. Menurut Yuni, dkk (2011) menyatakan semakin adaptif mekanisme

koping seseorang maka semakin ringan tingkat stres yang dimilikinya, begitu

juga sebaliknya semakin tinggi tingkat stres semakin maladaptif koping yang

digunakan. Apabila menggunakan mekanisme koping maladaptif terus

menerus memiliki dampak lanjut yaitu tingkat stres akan semakin tinggi.

Berdasarkan studi pendahuluan wawancara bebas terpimpin menggunakan

komunikasi interpersonal terhadap 6 orang penderita kanker di Unit

radioterapi RSUP Dr.M.Djamil padang dengan peneliti tanggal 4 juni 2014,

menunjukkan bahwa mereka merasakan stres dan ketakutan terutama setelah

menerima diagnosis kanker, ketakutan terhadap berbagai tindakan pengobatan,

dan ketakutan akan kematian. Kuesioner yang peneliti bagikan terhadap 6

orang penderita kanker ini didapatkan hasil 2 orang mengalami stres ringan, 3

orang mengalami stres sedang dan 1 orang tidak mengalami stres.

Berdasarkan uraian diatas masih perlu diketahui lebih jauh bagaimana

pasien beradaptasi terhadap stres yang dialaminya. Sebagai perawat dalam

(10)

7

peneliti tertarik melakukan penelitian tentang “ Hubungan Mekanisme

Koping dengan Tingkat Stres pada Pasien Kanker di Unit Radioterapi RSUP DR.M.Djamil Padang Tahun 2014”.

B. Penetapan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalahnya adalah “

Adakah Hubungan Mekanisme Koping dengan Tingkat Stres pada Pasien

Kanker di Unit Radioterapi RSUP DR.M.Djamil Padang Tahun2014?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan Mekanisme Koping

dengan Tingkat Stres pada Pasien Kanker di Unit Radioterapi RSUP

Dr.M. Djamil Padang tahun2014.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui distribusi frekuensi tingkat stres pada pasien yang mengalami

kanker di Unit Radioterapi RSUP Dr.M.Djamil Padang Tahun 2014.

b. Mengetahui distribusi frekuensi mekanisme koping yang digunakan pada

pasien yang mengalami kanker di Unit Radioterapi RSUP Dr.M.Djamil

Padang Tahun 2014.

c. Mengetahui hubungan mekanisme koping dengan tingkat stres pada pasien

yang mengalami kanker di Unit Radioterapi RSUP Dr.M.Djamil Padang

(11)

8

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pengalaman berharga dalam

mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang didapat selama melakukan studi

dan menambah wawasan peneliti khususnya dalam bidang psikologis pada

pasien kanker.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan para

pembaca dan dapat digunakan sebagai referensi untuk meningkatkan

kualitas pendidikan mengenai psikologis pada pasien kanker.

3. Bagi Institusi Rumah Sakit

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang

tingkat stres yang dialami pasien kanker dan bagaimana pasien beradaptasi

dengan stres yang dialami, sehingga dapat menjadi acuan bagi perawat

yang merawat pasien kanker dalam memberikan asuhan keperawatan pada

pasien kanker terkait dengan psikologisnya.

4. Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai sumber informasi untuk

penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan psikologis pada pasien

Referensi

Dokumen terkait

In this research, the fuzzy inference system with the Sugeno method is used to analyze employee performance assessment based on the variables input of criteria

Charnes, Cooper and Rhodes (1978) developed linier programming technique called DEA [3], mathematic and non parametric programming model for relative productivity

Penelitian ini menggunakan metode analisis diskriminan untuk mengetahui variabel yang mempengaruhi penentu pembelian sepeda motor Kaisar di kabupaten Lumajang,

 Kriptografi sim etrik san gat m en ekan kan pada kerahasiaan kun ci yang digun akan un tuk proses en kripsi dan dekripsi. y g g p p p Oleh karen a itulah kriptografi in i din

Jika produk ini mengandung komponen dengan batas pemaparan, atmosfir tempat kerja pribadi atau pemantauan biologis mungkin akan diperlukan untuk memutuskan keefektifan ventilasi atau

Konsep dasar yang digunakan dalam menyusun integrasi sistem informasi dan strategi bisnis pada SPM adalah dengan menggunakan metodologi yang dikemukakan oleh King dan Teo

[r]

1) Pembersihan tongkol yaitu ijuk yang ada disekitar tongkol bunga disingkirkan agar tidak mengganggu proses penyadapan. 2) Pemukulan tongkol yaitu setelah pembersihan,