• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP MEKANISME KOPING PADA PASIEN KANKER SERVIK YANG MENJALANI KEMOTERAPI Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Mekanisme Koping Pada Pasien Kanker Servik Yang Menjalani Kemoterapi Di Rsud Dr. Moewardi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP MEKANISME KOPING PADA PASIEN KANKER SERVIK YANG MENJALANI KEMOTERAPI Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Mekanisme Koping Pada Pasien Kanker Servik Yang Menjalani Kemoterapi Di Rsud Dr. Moewardi."

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP MEKANISME KOPING PADA PASIEN KANKER SERVIK YANG MENJALANI KEMOTERAPI

DI RSUD DR. MOERWARDI

PUBLIKASI ILMIAH

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan

Program Studi Strata I Keperawatan pada Fakultas Ilmu Kesehatan

Oleh: Eni Sudiyanti J210.151.050

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN

(2)
(3)
(4)
(5)

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP MEKANISME KOPING PADA PASIEN KANKER SERVIK YANG MENJALANI KEMOTERAPI

DI RSUD DR. MOERWARDI

Abstrak

Latar belakang. Pengobatan penyakit kanker telah dikembangkan berbagai macam pengobatan dari terapi farmakologi, radioterapi, kemoterapi, hormonterapi, immunoterapi, bahkan tindakan pembedahan dengan resiko yang timbul sehingga pasien penderita kanker serviks memerlukan pendekatan sistemik pada pengobatan penyakit tersebut. Meskipun kemoterapi sering menjadi alternative pilihan utama untuk mengatasi kanker, namun kemoterapi memiliki efek samping yang serius. Kecemasan yang dialami oleh pasien kanker serviks selama menjalani kemoterapi akan direspon dengan tindakan yang berbeda-beda oleh masing-masing pasien. Respon atau mekanisme koping individu terhadap situasi yang mengancam dirinya baik fisik maupun psikologik. Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga terhadap mekanisme koping pada pasien kanker servik yang menjalani kemoterapi di RSUD Dr. Moerwardi. Metode. Penelitian ini adalah penelitian penelitian causal comparative dan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian adalah pasien kanker servik yang sedang menjalani kemoterapi di RSUD Dr. Moewardi Surakarta yang berjumlah 188 pasien. Sampel penelitian sebanyak 65 pasien yang ditentukan dengan teknik accidental sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner, sedangkan analisis data menggunakan uji chi square. Hasil. Diperoeh nilai p 0.000 (0,000 < 0,05) sehingga keputusan uji adalah H0 ditolak yang berarti bahwa hipotesis penelitian yang menyatakan ada hubungan dukungan keluarga dengan mekanisme koping pasien kanker serviks yang menjalani kemoterapi di RSUD Dr. Moewardi Surakarta adalah terbukti secara signifikan. Simpulan. Simpulan penelitian adalah dukungan keluarga pada pasien kanker serviks yang menjalani kemoterapi sebagian besar adalah cukup, mekanisme koping pada pasien kanker serviks yang menjalani kemoterapi sebagian besar adalah adaptif dan terdapat hubungan dukungan keluarga terhadap mekanisme koping pada pasien kanker servik yang menjalani kemoterapi di RSUD Dr. Moerwardi.

Kata kunci: pasien kanker serviks, kecemasan, mekanisme koping

Abstract

Background. Treatment of cancer has developed various kinds of treatment of pharmacological therapy, radiotherapy, chemotherapy, hormonterapi, immunotherapies, even surgery with risks that arise so that patients with cervical cancer requires a systemic approach to the treatment of the disease. Although chemotherapy is often the primary choice alternative to overcome the cancer, but chemotherapy have serious side effects. Anxiety experienced by patients undergoing chemotherapy for cervical cancer will respond with actions that vary by each patient. Response or individual coping mechanisms to situations that threaten her both physically and psychologically. Purpose. This study aims to determine the relationship of family support for coping mechanisms in patients with cervical cancer who undergo chemotherapy in Hospital Dr. Moerwardi. Method. This research is a causal comparative research and cross sectional approach. The study population was patients with cervical cancer who are undergoing chemotherapy at the Hospital Dr. Moewardi Surakarta totaling 188 patients. The research sample as many as 65 patients were determined by accidental sampling

(6)

technique. Collecting data using questionnaires, while data analysis using chi square test.

Conclusion. Conclusion of the study is the family support to patients undergoing chemotherapy for cervical cancer is largely sufficient, coping mechanisms in patients with cervical cancer who undergo chemotherapy are mostly there is a relationship adaptive and family support for coping mechanisms in patients with cervical cancer who undergo chemotherapy in Hospital Dr. Moerwardi.

Keywords: cervical cancer patients, anxiety, coping mechanisms

1. PENDAHULUAN

Penyakit kanker servik merupakan penyebab kematian nomor dua pada perempuan di dunia.

Insidens kanker dapat mencapai 26 juta orang, dimana 17 juta di antaranya akan meninggal

terutama pada orang-orang di negara miskin yang tidak mendapatkan dukungan keluarga dalam

menjalani program pengobatan kemoterapi (WHO, 2013).

Setiap perempuan selama hidupnya berisiko terkena virus yang menyebabkan kanker servik,

terutama berisiko tinggi bagi mereka yang merokok, melahirkan pervaginan, memakai alat

kontrasepsi pil dalam jangka waktu lama, serta mereka yang terinfeksi virus HIV/AIDS. Layanan

penderita kanker serviks pada masyarakat dengan tingkat pendidikan yang rendah serta kondisi

sosial-ekonomi masih rendah bertolak belakang dengan keadaan layanan di negara maju seperti

Jepang, Eropa Barat, dan Australia yang telah memiliki sistem kesehatan yang baik dengan

dukungan negara untuk menopang skrining masal terhadap perempuan yang telah melakukan

hubungan seksual (Bustan, 2007).

Menurut data Balitbang Kementerian Kesehatan (2013) ada 347,792 orang atau sekitar 1,4%

(permil) dari jumlah penduduk indonesia yang menderita kanker. Penyakit kanker servik

merupakan penyakit dengan prevalensi tertinggi di Indonesia yaitu dengan 0,8% dan 0,5%. Setiap

tahunnya ada sekitar 15 ribu kasus baru kanker servik di Indonesia. WHO menempatkan Indonesia

sebagai negara dengan jumlah penderita kanker servik terbanyak di dunia, kanker servik juga

menjadi peringkat pertama pembunuh wanita di Indonesia. Provinsi Jawa Tengah menjadi provinsi

dengan penderita kanker servik terbanyak di Indonesia yaitu sejumlah 68,638 orang. Penyakit

kanker tidak terbatas lanjut usia atau dewasa saja, namun menyerang semua umur (Riskesdes,

2013).

Berdasarkan data yang didapat di buku registrasi kunjungan harian di bagian rekam medik

RSUD Dr. Moewardi, dapat diketahui bahwa jumlah penderita kanker serviks selalu mengalami

peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2013 jumlah penderita kanker servik yang rawat inap

sebanyak 1106 orang sedangkan yang rawat jalan sebanyak 1340 orang, pada tahun 2014 jumlah

penderita kanker servik yang rawat inap sebanyak 1788 orang dan yang rawat jalan sebanyak 3072

(7)

orang, kemudian pada tahun 2015 jumlah penderita kanker servik yang rawat inap sebanyak 2130

orang dan yang rawat jalan sebanyak 4965 orang. Pada tahun 2016 dari bulan Januari-Agustus

didapatkan data pasien rawat inap yang mengalami kanker servik sebanyak 1854 dan rawat jalan

4109 orang.

Pengobatan penyakit kanker telah dikembangkan berbagai macam pengobatan dari terapi

farmakologi, radioterapi, kemoterapi, hormonterapi, immunoterapi, bahkan tindakan pembedahan

dengan resiko yang timbul sehingga pasien penderita kanker serviks memerlukan pendekatan

sistemik pada pengobatan penyakit tersebut. Dimana penderita kanker sebagian besar memilih

terapi kemoterapi, terapi ini menjadi pilihan utama yang tersedia saat ini untuk mengatasi

penyakitnya.

Pada dasarnya, pengobatan terhadap kanker adalah sama, yaitu melalui cara-cara seperti,

pembedahan (operasi), penyinaran (radioterapi), pemakaian obat –obatan pembunuh sel kanker

(sitostatika / kemoterapi), peningkatan daya tahan tubuh (imunoterapi), dan pengobatan dengan

hormon. Penggunaan kemoterapi kombinasi telah menunjukan keberhasilan yang substansial,

terutama kombinasi obat-obat yang mempunyai mekanisme kerja yang berbeda. Beberapa kanker

dapat disembuhkan dengan kemoterapi saja. Hal ini membuktikan adanya toksisitas yang selektif

dari kemoterapi (Sarwono, 2006).

Kemoterapi menimbulkan efek samping yang ditimbulkan antara lain hilang selera makan,

lemas, mual, muntah gangguan pencernaan, gangguan otot syaraf, penurunan sel darah putih,

leukopeni, gangguan body image, dan ketidaknyamanan, rambut rontok. Meskipun kemoterapi

sering menjadi alternative pilihan utama untuk mengatasi kanker, namun kemoterapi memiliki efek

samping yang serius.

Kecemasan pasien timbul dari rasa kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar yang

berkaitan dengan perasaan yang tidak pasti, tidak berdaya, serta obyek yang tidak spesifik.

Kecemasan tersebut dimanifestasikan secara langsung melalui perubahan fisiologis seperti:

gemetar, berkeringat, detak jantung meningkat, nyeri abdomen, sesak nafas dan perubahan perilaku

seperti: gelisah, bicara cepat, reaksi terkejut dan secara tidak langsungmelalui timbul gejala sebagai

upaya untuk melawan kecemasan (Stuart, 2006).

Kecemasan yang dialami oleh pasien kanker serviks selama menjalani kemoterapi akan

direspon dengan tindakan yang berbeda-beda oleh masing-masing pasien. Respon atau mekanisme

koping individu terhadap situasi yang mengancam dirinya baik fisik maupun psikologik. Setiap

individu, dalam menghadapi masalah yang sama akan berbeda-beda dalam menggunakan

(8)

kopingnya (Safaria & Saputra, 2009). Strategi yang digunakan tidak sama. Mustawan (2008)

menyebutkan bahwa koping pasien dapat dijadikan salah satu pedoman untuk mengontrol emosi

dan stress akibat kemoterapi. Akan tetapi permasalahannya adalah bahwa strategi koping yang

digunakan setiap individu tidak sama.

Lazarus & Folkman (2004) menyebutkan ada dua pendekatan strategi koping yang dapat

digunakan, yaitu strategi koping berfokus pada emosi dan strategi koping berfokus pada masalah.

Pasien cenderung akan menggunakan problem-solving focused coping dalam menghadapai

masalah-masalah yang menurutnya bisa dikontrol seperti masalah yang berhubungan dengan

sekolah atau pekerjaan; sebaliknya ia akan cenderung menggunakan strategi emotion-focused

coping ketika dihadapkan pada masalah yang menurutnya sulit dikontrol seperti

masalah-masalah yang berhubungan dengan penyakit yang tergolong berat seperti kanker atau Aids.

Masalah-masalah yang dihadapi pada pasien yang menjalani kemoterapi dapat menyebabkan

psikologis pada pasien dan lingkungan keluarga terganggu. Pasien membutuhkan dukungan

keluarga yaitu ada pada saat mengambil keputusan, pengobatan, memberikan kasih sayang,

membantu pengembangan konsep diri. Ikatan kekeluargaan yang kuat sangat membantu ketika

seseorang menghadapi masalah karena keluarga adalah orang yang paling dekat hubungannya

dengan seseorang dan dukungan tersebut akan tercipta bila hubungan interpersonal diantaranya baik

(Saragih, 2010).

Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka dirumuskan sebagai berikut: “adakah

hubungan dukungan keluarga terhadap mekanisme koping pada pasien kanker servik yang

menjalani kemoterapi di RSUD Dr. Moewardi”.

2. METODE PENELITIAN

Penelitian ini adalah penelitian penelitian causal comparative dan pendekatan cross sectional.

Populasi penelitian adalah pasien kanker servik yang sedang menjalani kemoterapi di RSUD Dr.

Moewardi Surakarta yang berjumlah 188 pasien. Sampel penelitian sebanyak 65 pasien yang

ditentukan dengan teknik accidental sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner,

sedangkan analisis data menggunakan uji chi square.

(9)

3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 3.1Karakteristik Responden

Tabel 1. Karakteritik responden

Karakteristik Frekuensi Persentase (%) Status pernikahan

a. Belum nikah b. Nikah Total 2 63 65 3 97 100 Umur

a. 20 – 29 tahun b. 30 – 39 tahun c. 40 – 49 tahun d. 50 tahun keatas Total 2 9 15 39 65 3 14 23 60 100 Pekerjaan a. Buruh

b. Pegawai Swasta c. IRT d. PNS e. Wiraswasta Total 7 15 25 13 5 65 11 23 38 20 8 100 Pendidikan a. SD b. SMP c. SMA d. Diploma e. Sarjana Total 3 14 27 2 19 65 5 21 42 3 29 100 Sistem pembayaran

a. Jaminan kesehatan b. Umum Total 35 30 65 54 46 100 Lama kemoterapi

a. < 1 tahun

b. 1 tahun atau lebih Total 26 39 65 40 60 100

[image:9.595.86.455.147.531.2]

3.2Analisis Univariat

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga

No Dukungan Keluarga Frekuensi Persentase (%)

1 2 3 Kurang Cukup Baik 14 30 21 22 46 32

Total 65 100

(10)

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Mekanisme Koping

No Mekanisme Koping Frekuensi Persentase (%)

1 2

Maladaptif Adaptif

26 39

40 60

Total 65 100

3.3Analisis Bivariat

Table 3. Hasil Uji Chi Square Hubungan Dukungan Keluarga dengan Mekanisme Koping Pasien Kanker Serviks yang Menjalani Kemoterapi

Dukungan keluarga

Mekanisme koping Maladaptif Adaptif Total

Frek % Frek % Frek %

Kurang 11 79 3 21 14 100 2hitung = 16,944

Cukup 13 43 17 57 30 100 p-value = 0,000

Baik 2 10 19 90 21 100 Keputusan = H0 ditolak

Total 26 40 39 60 65 100

Hasil uji chi square hubungan dukungan keluarga dengan mekanisme koping pasien kanker

serviks yang menjalani kemoterapi diperoleh nilai 2

hitung sebesar 16,944 dengan nilai signifikansi

p-value sebesar 0,000. Nilai signifikansi uji lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05) sehingga keputusan

uji adalah H0 ditolak yang berarti bahwa hipotesis penelitian yang menyatakan ada hubungan

dukungan keluarga dengan mekanisme koping pasien kanker serviks yang menjalani kemoterapi di

RSUD Dr. Moewardi Surakarta adalah terbukti secara signifikan.

Selanjutnya hasil tabulasi silang hubungan dukungan keluarga dengan mekanisme koping

menunjukkan pada responden yang mendapatkan dukungan keluarga kurang sebagian besar

memiliki mekanisme koping maladaptive yaitu sebanyak 11 responden (79%) dan adaptif sebanyak

3 responden (21%). Dukungan keluarga cukup sebagian besar responden memiliki mekanisme

koping adaptif sebanyak 17 responden (57%) dan maladaptive sebanyak 13 responden (43%).

Dukungan keluarga baik sebagian besar responden memiliki mekanisme koping adaptif sebanyak

19 responden (90%) dan maladaptive sebanyak 2 responden (10%).

Berdasarkan hasil uji Chi Square dan tabulasi silang, maka hasil penelitian ini disimpulkan

bahwa terdapat hubungan yang signifikan dukungan keluarga terhadap mekanisme koping pada

pasien kanker serviks yang menjalani kemoterapi di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Hubungan

dukungan keluarga dengan mekanisme koping dalam penelitian ini adalah semakin baik dukungan

keluarga maka mekanisme koping responden semakin adaptif.

(11)

3.4Pembahasan Karakteristik reponden

Karakteristik responden menunjukkan sebagian besar responden memiliki status sudah kawin

(97%). Beberapa faktor resiko dari infeksi virus HPV ini antara lain perempuan yang menikah pada

usia kurang dari 18 tahun beresiko 5 kali lipat terinfeksi virus HPV (human papillomavirus),

perempuan dengan aktifitas seksual tinggi dan berganti-ganti pasangan, perokok, memiliki riwayat

penyakit kelamin, paritas (jumlah kelahiran), pemakaian alat kontrasepsi oral dalam jangka waktu

lama (Crowder and Santoso, 2001).

Karakteristik umur responden menunjukkan sebagian besar responden berumur 50 tahun

keatas (60%). Sebenarnya penyakit kanker dapat menyerang siapa saja dan umur berapa saja.

Namun dalam secara umum prevalensi kejadian kanker akan meningkat seiring usia.

Sebagian besar responden merupakan ibu rumah tangga (38%). Karakteristik pekerjaan responden

sebagai ibu rumah tangga menyebabkan responden memiliki tanggung jawab dalam mengurus

keluarganya sehari-hari. Pasien kemoterapi ibu rumah tangga cenderung memiliki kecemasan yang

lebih tinggi disebabkan merek masih memikirkan kondisi rumah sehingga kurang fokus pada saat

pelaksanaan kemoterapi (Sonia dkk, 2014).

Karakteristik pendidikan responden menunjukkan sebagian besar responden berpendidikan

SMA (42%). Tingkat pendidikan responden menunjukkan bahwa sebagian besar adalah baik.

Hubungan pendidikan dengan kepatuhan menjalani kemoterapi sebagaimana disimpulkan dalam

penelitian yang menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara kepatuhan

kemoterapi dengan umur, tingkat pendidikan, pendapatan keluarga, ketersediaan asuransi kesehatan

dan pelayanan tenaga medis (Budiman dkk, 2013).

Karakteristik cara pembayaran menunjukkan sebagian besar responden menggunakan sistem

pembayaran dengan jaminan kesehatan (54%). Penggunaan jaminan kesehatan membantu pasien

kanker serviks dan keluarganya untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Penggunaan jaminan

kesehatan akan membantu pasien untuk lebih termotivasi menjalani terapi.

Gambaran lama menjalani kemoterapi menunjukkan sebagian besar responden telah

menjalani kemoterapi 1 tahun atau lebih (60%).. Hal ini sebagaimana disimpulkan dalam penelitian

yang menyatakan lamanya menjalani terapi mempunyai pengaruh terhadap pengetahuan, sikap dan

kepatuhan pelaksanaan terapi. Setiap pasien memerlukan waktu yang berbeda-beda dalam

meningkatkan pengetahuan dan sikapnya, dimana semakin lama pelaksanaan terapi, maka

pengetahuan dan sikap pasien semakin baik (Sapri, 2014).

(12)

3.5 Pembahasan Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga

Distribusi frekuensi dukungan keluarga menunjukkan distribusi sebagian besar adalah cukup (46%),

selanjutnya baik (32%) dan kurang (22%). Distribusi frekuensi dukungan keluarga pada pasien

kanker serviks pada penelitian ini menunjukkan sebagian besar adalah baik. Salah satu faktor yang

berhubungan dengan dukungan keluarga yang baik tersebut adalah faktor adanya pembayaran

menggunakan jaminan kesehatan.

Adanya pembayaran menggunakan jaminan kesehatan menyebabkan beban keluarga dalam

pembiayaan kemoterapi pasien kanker serviks menjadi lebih ringan. Berkurangnya beban ekonomi

memudahkan keluarga dalam perawatan pasien sehingga dukungan menjadi lebih baik. Hal ini

sesuai dengan penelitian Fatriona (2016) yang meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan

keluarga pada pasien menyimpulkan bahwa faktor yang berhubungan dengan dukungan keluarga

pada pasien salah satunya adalah faktor sosial ekonomi.

3.6Distribusi Frekuensi Mekanisme Koping

Distribusi frekuensi mekanisme koping responden menunjukkan distribusi tertinggi adalah adaptif

(60%) dan sisanya maladaptif (40%). Mekanisme koping pada penelitian ini menunjukkan sebagian

besar adalah adaptif, beberapa faktor yang yang berhubungan dengan mekanisme koping yang baik

tersebut antara lain faktor umur dan lama menjalani kemoterapi.

Karakteristik umur responden menunjukkan sebagian besar berumur 40 tahun keatas. Pada

umur tersebut orang telah memasuki usia dewasa dimana mereka telah memiliki tingkat pemikiran

yang baik dalam menghadapi situasi hidupnya termasuk dalam menjalani kemoterapi. Selain itu

faktor lain yang berhubungan dengan mekanisme koping adalah faktor lama menderita kemoterapi.

Ketika responden menjalani kemoterapi dan mendapatkan kemajuan dalam kesehatannya, maka

mekanisme kopingnya terhadap pelaksanaan kemoterapi semakin baik. Hubungan umur dan lama

menjalani kemoterapi dengan sebagaimana disimpulkan dalam penelitian Armiyati dan Rahayu

(2010) yang menyimpulkan terdapat hubungan umur, lama menjalani terapi dan lama sakit terhadap

mekanisme koping pasien hemodialisis.

3.7Hubungan Dukungan Keluarga dengan Mekanisme Koping Pasien Kanker Serviks yang Menjalani Kemoterapi

Hasil uji chi square hubungan dukungan keluarga dengan mekanisme koping pasien kanker serviks yang menjalani kemoterapi diperoleh nilai 2

hitung sebesar 16,944 dengan nilai signifikansi p-value

sebesar 0,000. Hasil tabulasi silang hubungan dukungan keluarga dengan mekanisme koping

menunjukkan pada responden yang mendapatkan dukungan keluarga kurang sebagian besar

memiliki mekanisme koping maladaptive yaitu sebanyak 11 responden (79%) dan adaptif sebanyak

(13)

3 responden (21%). Dukungan keluarga cukup sebagian besar responden memiliki mekanisme

koping adaptif sebanyak 17 responden (57%) dan maladaptive sebanyak 13 responden (43%).

Dukungan keluarga baik sebagian besar responden memiliki mekanisme koping adaptif sebanyak 19 responden (90%) dan maladaptive sebanyak 2 responden (10%).

Berdasarkan hasil uji Chi Square dan tabulasi silang, maka hasil penelitian ini disimpulkan

bahwa terdapat hubungan yang signifikan dukungan keluarga terhadap mekanisme koping pada

pasien kanker serviks yang menjalani kemoterapi di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Hubungan

dukungan keluarga dengan mekanisme koping dalam penelitian ini adalah semakin baik dukungan

keluarga maka mekanisme koping responden semakin adaptif.

Kecemasan yang dialami oleh pasien kanker serviks selama menjalani kemoterapi akan

direspon dengan tindakan yang berbeda-beda oleh masing-masing pasien. Respon atau mekanisme

koping individu terhadap situasi yang mengancam dirinya baik fisik maupun psikologik. Setiap

individu, dalam menghadapi masalah yang sama akan berbeda-beda dalam menggunakan

kopingnya (Safaria & Saputra, 2009).

Strategi yang digunakan tidak sama Dukungan dari keluarga tentunya akan sangat

membantu untuk mengurangi gangguan psikologis yang berkaitan dengan kanker serviks.

Tersedianya dukungan positif yang diberikan oleh keluarga tentunya akan membuat seseorang yang

teridentifikasi kanker serviks menatap hidupnya ke depan dengan lebih positif, sehinggga dukungan

positif yang diberikan oleh keluarga juga akan membuat dampak positif terhadap mekanisme

koping pada penderita kanker serviks. Motivasi sangat besar pengaruhnya dalam kehidupan

seseorang baik berupa motivasi ekstrinsik (dukungan orang tua, teman dan sebagainya) maupun

motivasi intrinsik (dari individu sendiri). Dukungan social mempengaruhi kesehatan dan

melindungi seseorang terhadap efek negative stress berat (Nursalam, 2007).

Dukungan keluarga terhadap pasien kanker servik yang menjalani kemoterapi baik

dukungan informasional, dukungan penilaian, dukungan instrumental dan emosional berdampak

pada meningkatkanya motivasi pasien untuk menjalani kemoterapi. Meningkatkanya motivasi

pasien akan meningkatkan daya tahan pasien terhadap kondisi yang dialami dan meningkatkan

persepsi pasien tentang kondisinya dan memunculkan mekanisme koping adaptif pada diri pasien.

Beberapa penelitian terdahulu yang mendukung penelitian ini antara lain penelitian Izzati

dan Vahana (2014) yang meneliti hubungan dukungan keluarga dengan mekanisme koping pasien

Hiv/Aids di Poli Serunai RS Achmad Mochtar Bukittinggi 2013. Penelitian ini menyimpulkan

(14)

bahwa ada hubungan yang bermakna antara dukungan keluara dengan mekanisme koping pasien

pasien HIV/AIDS di Poli Serunai RS Achmad Mochtar Bukittinggi tahun 2013.

Penelitian lain dilakukan oleh Indotang (2015) yang meneliti hubungan antara dukungan

keluarga dengan mekanisme koping pasien pada pasien Ca. Mamae. Penelitia ini menyimpulkan

bahwa ada hubungan antara dukungan keluarga dengan mekanisme koping pasien pada pasien ca

mammae di Puskesmas Wilayah Kecamatan Semampir Surabaya.

4. PENUTUP 4.1Kesimpulan

1. Dukungan keluarga pada pasien kanker serviks yang menjalani kemoterapi di RSUD Dr.

Moewardi sebagian besar adalah cukup.

2. Mekanisme koping pada pasien kanker serviks yang menjalani kemoterapi di RSUD Dr.

Moewardi sebagian besar adalah adaptif.

3. Terdapat hubungan dukungan keluarga terhadap mekanisme koping pada pasien kanker servik

yang menjalani kemoterapi di RSUD Dr. Moerwardi.

4.2Saran

1. Bagi Perawat

Perawat hendaknya meningkatkan kepekaannya terhadap kondisi psikologis pasien termasuk

mekanisme koping pasien. Perawat dapat memberikan motivasi kepada pasien untuk menyakini

proses kemoterapi yang diterimanya dalam rangka untuk meningkatkan kualitas kesehatan

pasien sehingga motivasi dan mekanisme koping pasien semakin baik.

2. Bagi Rumah Sakit

Rumah sakit hendaknya memberikan program-program yang mampu meningkatkan motivasi

pasien dalam menjalani kemoterapi pasien, misalnya dengan memberikan bimbingan spiritual

dan mental untuk meningkatkan motivasi pasien dalam menjalani kemoterapi.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Peneliti selanjutnya hendaknya dapat menambahkan akurasi data penelitian dengan melakukan

observasi bagi dukungan keluarga, serta menambahkan faktor-faktor lain yang berhubungan

dengan mekanisme koping pasien misalnya factor umur, factor lama menderita sakit, factor

pengetahuan, factor sikap dan lain sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA

Armiyati Y dan Rahayu DA (2010). Faktor Yang Berkorelasi Terhadap Mekanisme Koping Pasien CKD Yang Menjalani Hemodialisis Di RSUD Kota Semarang (Correlating factors of coping mechanism on CKD patients undergoing Hemodialysis in RSUD Kota Semarang).

(15)

Jurnal Kesehatan. Vol 2 (4) Desember 2015. ISSN: 5694 1254. Surabaya: Rumah Sakit Muhmmadiyah Surakart.

Budiman A, Kambhri D, dan Bachtiar H. (2013). Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Berobat Pasien Yang Diterapi Dengan Tamoxifen Setelah Operasi Kanker Payudara. Laporan Penelitian. Jurnal Kesehatan Andalas Vol 2 (1) 2013. ISSN: 3262 1212.

Crowder S, Lee C, Santoso JT. Cervical cancer. Handbook of Gynecology. Mc Graw Hill. Ed. I NewYork 2001: 25-32

Darmayanti, Hapiah dan Kirana R. (2015). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kanker Leher Rahim di RSUD Ulin Banjarmasin. Jurnal Keperawatan. Jurnal Kesehatan Volume VI, No. 2, Oktober 2015. ISSN: 3698 1254. Banjarmasin: Poltekes Kemenkes Banjarmasin.

Fatriona (2016) yang meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga pada pasien

Indotang FEF. (2015) Hubungan Antara Dukungan Keluarga dengan Mekanisme Koping Pasien pada pasien Ca. Mamae. Jurnal Kesehatan. The SUN Vol 2 (4) Desember 2015. ISSN: 5694 1254. Surabaya: Rumah Sakit Muhmmadiyah Surabaya.

Izzati W dan Vahana N. (2014). Hubungan Dukungan Keluarga dengan Mekanisme Koping Pasien HIV/AIDS di Poli Serunai RS Achmad Mochtar Bukittinggi 2013. Jurnal Keperawatan. Afiyah Vol 1 No. 1 Bulan Januari Tahun 2014, ISSN: 3216 3657. Bukittinggi: STIKEs Yarsi Sumbar.

Nursalam, 2007. Pendekatan Metode Riset Keperawatan. Jakarta: CV. Info Medika.

Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. Infodatin Kanker tahun 2015. Jakarta: Kemenkes RI.

Safaria & Saputra, 2009. Manajemen Emosi. Yogyakarta: Bumi Aksara

Sapri (2014). Risiko Jumlah Perkawinan, Riwayat Abortus dan Pemakaian Alat Kontrasepsi Hormonal terhadap Kejadian Kanker Serviks di Rumah Sakit Pelamonia Makasar Tahun 2012-2013. MKM Vol.3. No.1. Juni 2014.

Sonia, Pratiwi dan Riyanto (2014). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Depresi Pasien Gagal Ginjal Kronik Dengan Hemodialisa Dir S Pku Muhammadiyahh Yogyakarta. Jurnal Ners Indonesia, Vol 2 No 2, Maret 2014. ISSN: 2512 1145

Gambar

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga

Referensi

Dokumen terkait

Junusi (2013) dalam Purnamasari dan Darma(2015) menyatakan bahwa shariah compliance merupakan ketaatan bank syariah terhadap prinsip-prinsip syariah yang artinya bank

Beberapa alasan yang dapat mendukung pelaksanaan akuntansi lingkungan antara lain (Fasua, 2011): 1) Biaya lingkungan secara signifikan dapat dikurangi atau

mengontruksi siswa untuk belajar sedangkan pada fase tersebut sebaiknya peserta didik diberikan permasalahan, namun belum terlihat adanya masalah. 2) Pada sintak

Dalam kehidupan sosial budaya Pengrajin Noken Suku Amungme di Desa Limau Asri memiliki banyak potensi alam yang dapat memper- kaya kehidupan para Pengrajin Noken,

Plasma nutfah yang digunakan sebagai tetua persilangan berasal dari beberapa varietas unggul nasional yang memilki keragaman genetik yang berbeda disilangkan dengan

Meskipun dalam beberapa penelitian menganggap merek berbeda dengan nama perusahaan dan merupakan sesuatu yang terpisah dan fungsinya saling menguatkan (Ghosh &amp; Ho Ho,

Istilah akomodasi dipergunakan dalam dua arti, yaitu untuk menunjuk pada suatu keadaan dan untuk menunjuk pada suatu proses. Akomodasi yang menunjuk pada suatu

It’s great because you don’t fight battles about things like, “Can we capture this kind of data?” or, “Will somebody put effort into structuring this data that we