Agustina Sutisna, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Konflik Kognitif Untuk Memfasilitasi Perubahan Konseptual Dan Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Termokimia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KONFLIK KOGNITIF UNTUK MEMFASILITASI PERUBAHAN KONSEPTUAL DAN PENINGKATAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA
MATERI TERMOKIMIA
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh
Gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Alam Konsentrasi Kimia SL
Oleh:
AGUSTINA SUTISNA 1004648
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM KONSENTRASI KIMIA SEKOLAH LANJUTAN
SEKOLAH PASCASARJANA
Agustina Sutisna, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Konflik Kognitif Untuk Memfasilitasi Perubahan Konseptual Dan Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Termokimia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pengembangan Model Pembelajaran Konflik Kognitif untuk Memfasilitasi Perubahan Konseptual dan Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa
pada Materi Termokimia
Oleh: Agustina Sutisna
S.Pd Universitas Pendidikan Indonesia, 2010
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program
Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Konsentrasi Pendidikan Kimia Sekolah Pascasarjana
© Agustina Sutisna 2013 UniversitasPendidikan Indonesia
Juli 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
Agustina Sutisna, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Konflik Kognitif Untuk Memfasilitasi Perubahan Konseptual Dan Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Termokimia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
LEMBAR PENGESAHAN
Pengembangan Model Pembelajaran Konflik Kognitif untuk Memfasilitasi
Perubahan Konseptual dan Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada
Materi Termokimia
Disetujui dan disahkan oleh :
Pembimbing I
Dr.Hendrawan, M.Si NIP. 196309111989011001
Pembimbing II
Dr.Ijang Rohman, M.Si NIP. 196310291987031001
Mengetahui
Ketua Program Studi Pendidikan IPA
Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia
i
Agustina Sutisna, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Konflik Kognitif Untuk Memfasilitasi Perubahan Konseptual Dan Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Termokimia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model pembelajaran yang dapat memfasilitasi perubahan konseptual dan peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa pada materi termokimia yang teruji secara implementatif. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan atau Research and Development dengan memanfaatkan model 4-D yakni pendefinisian (define), perencanaan (design), pengembangan (develop) dan diseminasi (disseminate). Pada tahap pendefinisian dilakukan analisis miskonsepsi siswa, konsep, tugas dan perumusan indikator. Pada tahap perencanaan berupa kegiatan merancang prototipe model pembelajaran dan perangkat pembelajaran pendukungnya. Tahap pengembangan dilakukan sampai tahap uji coba terbatas dengan desain the one group pretest posttest. Implementasi model pembelajaran konflik kognitif menggunakan subjek sebanyak 28 siswa kelas XI IPA di sebuah SMA Negeri di Kabupaten Majalengka. Untuk mengetahui keberhasilan implementasi model pembelajaran konflik kognitif dalam memfasilitasi perubahan konseptual dilihat dari perubahan kategori profil konsepsi siswa sedangkan pengaruh model tersebut terhadap keterampilan berpikir kritis dihitung dengan nilai rata-rata % N-Gain. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran konflik kognitif mampu memfasilitasi perubahan konseptual pada sub pokok bahasan hukum kekekalan energi, sistem dan lingkungan, jenis-jenis sistem, reaksi eksoterm dan endoterm, perubahan entalpi serta karakteristik reaksi pembakaran. Model konflik kognitif juga mampu meningkatkan keterampilan berpikir kritis pada tiga sub indikator yang diukur yaitu (1) mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak, (2) mengobservasi dan mempertimbangkan laporan observasi, serta (3) membuat dan menentukan hasil pertimbangan. Rata-rata perolehan % N-Gain dari ketiga indikator berturut-turut adalah 40,5%, 73,8% dan 20,8%.
Kata kunci: Model pembelajaran konflik kognitif, perubahan konseptual,
Agustina Sutisna, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Konflik Kognitif Untuk Memfasilitasi Perubahan Konseptual Dan Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Termokimia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMAKASIH ... iii
ABSTRAK ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I. PENDAHULUAN ... 01
A. Latar Belakang ... 01
B. RumusanMasalah ... 06
C. Pembatasan Masalah ... 06
D. Tujuan Penelitian... 07
E. Manfaat Penelitian... 07
F. Penjelasan Istilah ... 08
BAB II. MODEL KONFLIK KOGNITIF UNTUK MEMFASILITASI PERUBAHAN KONSEPTUAL DAN PENINGKATAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS PADA MATERI TERMOKIMIA ... 10
A. Pengertian Jenis dan Pemilihan Model Pembelajaran... 10
B. Pengembangan Model Pembelajaran Melalui R&D ... 12
C. Filsafat Konstruktivisme dalam Pembelajaran Kimia ... 17
D. Model Konflik Kognitif ... 18
E. Konsep, Miskonsepsi dan Perubahan Konseptual ... 27
F. Keterampilan Berpikir Kritis ... 33
Agustina Sutisna, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Konflik Kognitif Untuk Memfasilitasi Perubahan Konseptual Dan Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Termokimia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 47
A. MetodePenelitian ... 47
B. SubjekPenelitian ... 47
C. Diagram Alur ... 48
D. Prosedur Penelitian ... 49
BAB IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 69
A. Karakteristik Rancangan Model Pembelajaran Konflik Kognitif ... 69
B. Implementasi Model Pembelajaran Konflik Kognitif dalam Mengidentifikasi Miskonsepsi yang Muncul. ... 80
C. Dampak Implementasi Model Konflik Kognitif terhadap Perubahan Konseptual ... 126
D. Dampak Implementasi Model Konflik Kognitif terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa ... 127
E. Kelebihan dan Kelemahan Model Konflik Kognitif ... 134
BAB.V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 135
A. Kesimpulan... 135
B. Saran ... 136
Agustina Sutisna, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Konflik Kognitif Untuk Memfasilitasi Perubahan Konseptual Dan Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Termokimia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Nilai Rerata Materi Kimia Kelas XI SMA Majalengka ... 1
Tabel 2.1 Derajat Pemahaman Konsep Siswa ... 27
Tabel 2.2 Indikator Berpikir Kritis Menurut Ennis ... 34
Tabel 3.1. Miskonsepsi Siswa pada Materi Termokimia ... 50
Tabel 3.2. Hubungan Label Konsep, Indikator Soal dan Indikator Keterampilan Berpikir Kritis ... 53
Tabel 3.3. Kriteria Penskoran Tes Essay ... 54
Tabel 3.4. Kisi-kisi Angket ... 54
Tabel 3.5. Teknik Pengumpulan Data ... 55
Tabel 3.6. Validitas Butir Soal ... 58
Tabel 3.7. Klasifikasi Koefisien Korelasi ... 59
Tabel 3.8. Reliabilitas dan Koefisien Korelasi Butir Soal ... 60
Tabel 3.9. Kriteria Tingkat Kesukaran Soal ... 55
Tabel 3.10. Tingkat Kesukaran Soal ... 56
Tabel 3.11. Daya Pembeda Soal ... 57
Tabel 3.12. Kriteria Peningkatan Gain ... 57
Tabel 3.13. Kriteria Pemahaman Konsep Siswa ... 58
Tabel 3.14. Kriteria Kategori Perubahan Konseptual ... 58
Tabel 3.15. Skor Skala Likert ... 59
Tabel 3.16. Tafsiran Persentase ... 60
Tabel 4.1. Konsepsi Siswa di Kasus 1 ... 65
Tabel 4.2. Konsepsi Siswa di Kasus 2 ... 71
Tabel 4.3. Konsepsi Siswa di Kasus 3 ... 73
Tabel 4.4. Konsepsi Siswa di Kasus 4 ... 76
Tabel 4.5. Konsepsi Siswa di Kasus 5 ... 79
Agustina Sutisna, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Konflik Kognitif Untuk Memfasilitasi Perubahan Konseptual Dan Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Termokimia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 4.7. Perbedaan Reaksi Eksoterm dan Endoterm ... 94
Tabel 4.8. Konsepsi Siswa di Tes Kemampuan Akhir pada kasus 1 ... 95
Tabel 4.9. Konsepsi Siswa di Tes Kemampuan Akhir pada kasus 2 ... 99
Tabel 4.10. Konsepsi Siswa di Tes Kemampuan Akhir pada kasus 3 ... 103
Tabel 4.11. Konsepsi Siswa di Tes Kemampuan Akhir pada kasus 4 ... 104
Tabel 4.12 Konsepsi Siswa di Tes Kemampuan Akhir pada kasus 5 ... 123
Tabel 4.13. Konsepsi Siswa di Tes Kemampuan Akhir pada kasus 6 ... 122
Tabel 4.14. Temuan Konsepsi Siswa yang Juga Pernah Dilaporkan pada Literatur ... 125
Tabel 4.15. Temuan Konsepsi Siswa yang Belum Pernah Dilaporkan pada Literatur ... 125
Tabel 4.16. Persentase Profil Perubahan Konsepsi Siswa ... 126
Tabel 4.17. Hasil Perhitungan Korelasi Sederhana ... 130
Agustina Sutisna, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Konflik Kognitif Untuk Memfasilitasi Perubahan Konseptual Dan Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Termokimia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Model Konflik Kognitif Menurut Lee ... 23
Gambar 2.2. Model Konflik Kognitif Menurut Kang et al ... 26
Gambar 2.3. Peta Konsep Materi Termokimia ... 37
Gambar 2.4. Pembakaran Kayu ... 38
Gambar 2.5. Rangkaian Listrik ... 39
Gambar 2.6. Sistem dan Lingkungan ... 39
Gambar 2.7. Jenis-jenis Sistem ... 40
Gambar 2.8. Reaksi Eksoterm dan Endoterm ... 41
Gambar 2.9. Perbedaan Reaksi Eksoterm dan Endoterm ... 42
Gambar 3.1. Diagram Alur Penelitian ... 48
Gambar 3.2. The One Group Pretest Postest Design ... 56
Gambar 4.1. Desain Model Konflik Kognitif ... 70
Gambar 4.2. Profil Konsepsi Siswa pada Tes Kemampuan Awal ... 81
Gambar 4.3. Profil Konsepsi Siswa pada Tes Kemampuan Akhir ... 113
Agustina Sutisna, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Konflik Kognitif Untuk Memfasilitasi Perubahan Konseptual Dan Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Termokimia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A. Perangkat pembelajaran
A.1. Silabus ... 142
A.2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran... 145
A.3. Analisis Konsep... 154
Lampiran B. Instrumen Penelitian B.1. Analisis Hubungan Soal Tes Tertulis, Jawaban dengan Indikator Soal dan Keterampilan Berpikir Kritis ... 161
B.2. Lembar Kegiatan Siswa ... 170
B.3. Angket Siswa... 180
B.4. Pedoman Wawancara ... 181
B.5. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran ... 182
Lampiran C. Hasil Pengolahan Data Tes C.1. Hasil Analisis Butir Soal ... 183
C.2. Kategori Perubahan Konseptual ... 189
C.3. Hasil Tes Kemampuan Awal dan Akhir ... 193
C.4. Uji Normalitas ... 195
C.5. Uji Homogenitas ... 196
C.6. Data N-gain ... 197
C.7. Pengujian Perbedaan Dua Rata-rata Populasi Berhubungan... 201
C.8. Hasil Angket ... 202
C.9. Hasil Wawancara... 203
1 Agustina Sutisna, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Konflik Kognitif Untuk Memfasilitasi Perubahan Konseptual Dan Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Termokimia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu tujuan mata pelajaran kimia di SMA adalah agar siswa
memahami konsep, prinsip, hukum, dan teori kimia serta keterkaitan dengan
penerapannya untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari dan
teknologi (Depdiknas, 2003). Berdasarkan tujuan tersebut, dapat dilihat bahwa
pemahaman konsep penting untuk dikembangkan pada diri siswa. Oleh karena itu,
pembelajaran kimia di SMA seharusnya mampu membuat siswa memahami
konsep dengan baik.
Namun, fakta di lapangan di salah satu SMA di Majalengka menunjukkan
bahwa penguasaan konsep kimia di kelas XI SMA rendah. Hal ini dapat dilihat
dari nilai rerata materi mata pelajaran kimia berikut ini:
Tabel 1.1
Nilai Rerata Materi Kimia Kelas XI SMA X Majalengka
Kelas Struktur Atom dan Sistem Periodik
Termokimia Laju Reaksi
XI - IPA 1 74 40 57
XI - IPA 2 65 40 51
XI - IPA 3 66 40 53
(Arsip Guru Mata Pelajaran Kimia, 2011)
Berdasarkan data di atas, terlihat bahwa dari tiga materi kimia yang diajarkan,
materi termokimia memiliki nilai rerata paling rendah dibandingkan dengan
Agustina Sutisna, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Konflik Kognitif Untuk Memfasilitasi Perubahan Konseptual Dan Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Termokimia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Banyak faktor yang mempengaruhi rendahnya tingkat pemahaman materi
termokimia, salah satunya adalah adanya miskonsepsi baik dalam pembelajaran
maupun yang dialami oleh siswa (Pinar, 2009). Miskonsepsi yang terdapat dalam
materi termokimia antara lain: siswa tidak bisa membedakan antara suhu dan
panas (Erickson 1979, 1980; Harrison 1999; Niaz 2000, 2006; Yeo and Zadnik
2001; Paik et al, 2007; Baser and Geban 2007). Boo (1986) menemukan bahwa
siswa mengklasifikasikan pembakaran lilin ke dalam reaksi endoterm. Pada
konsep yang berhubungan dengan reaksi pembakaran, siswa percaya bahwa reaksi
pembakaran selalu menghasilkan api atau nyala (Bou Jaoude, 1991). Gambaran
rendahnya penguasaan konsep termokimia akibat miskonsepsi diperkuat oleh hasil
penelitian Kismarini (2011) yang menunjukkan bahwa siswa SMA kelas XI
mengalami miskonsepsi pada konsep sistem, lingkungan, reaksi eksoterm dan
endoterm. Lebih lanjut, ia mengungkapkan miskonsepsi yang dialami siswa
menimbulkan permasalahan pembelajaran dalam termokimia. Siswa mengalami
kesulitan dalam mengklasifikasikan bahwa reaksi pemutusan ikatan merupakan
reaksi endoterm sedangkan reaksi pembentukan ikatan adalah reaksi eksoterm,
dan beranggapan bahwa setiap reaksi dengan oksigen termasuk persamaan
termokimia dari perubahan entalpi pembakaran.
Salah satu penyebab terjadinya miskonsepsi adalah pembelajaran yang
lebih menekankan pada aktivitas guru (teacher centered). Dalam pembelajaran ini
semua informasi dan pengetahuan disampaikan oleh guru. Dari hasil studi
Agustina Sutisna, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Konflik Kognitif Untuk Memfasilitasi Perubahan Konseptual Dan Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Termokimia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kesempatan untuk berpartisipasi secara aktif dalam pembelajaran (Sutisna, 2011).
Akibatnya, siswa cenderung menghafal konsep tanpa benar-benar memahaminya.
Cara belajar seperti ini kurang mendukung siswa dalam mengembangkan
kemampuan mengaitkan antar konsep, menjadikan konsep kimia semakin abstrak,
sehingga berpeluang menimbulkan miskonsepsi. Hal ini sejalan dengan
pandangan Piaget yang menyatakan bahwa pengetahuan itu dibentuk oleh siswa
atau orang yang sedang belajar. Pengetahuan tidak diterima begitu saja dari guru
tetapi siswa sendirilah yang harus mengorganisasi, memikirkan dan membentuk
pengetahuan itu. Tanpa kegiatan aktif membentuk pemikiran dalam dirinya, siswa
tidak akan tahu sesuatu (Suparno, 2001).
Oleh karena itu, diperlukan suatu pembelajaran yang dapat melibatkan
siswa secara aktif. Salah satu caranya adalah pembelajaran dengan strategi konflik
kognitif. Strategi konflik kognitif akan menciptakan ketidakseimbangan yang
mengantarkan pada ketidakpuasan terhadap konsep yang sudah ada, dan pada
akhirnya mengantarkan pada kesiapan untuk menerima konsep baru (Kang et al,
2010). Dalam pembelajaran ini siswa diberi kesempatan untuk mengungkapkan
dan mengkritisi hal yang berbeda dengan konsepsinya
Dalam strategi konflik kognitif akan muncul pertentangan antara konsep
yang lama dan baru. Untuk memutuskan konsep mana yang akan dipertahankan
atau diterima maka diperlukan suatu keterampilan berpikir tinggi yaitu
keterampilan berpikir kritis. Keterampilan berpikir kritis adalah kemampuan
Agustina Sutisna, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Konflik Kognitif Untuk Memfasilitasi Perubahan Konseptual Dan Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Termokimia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
untuk menentukan apa yang harus diyakini dan dilakukan (Costa, 1985). Berpikir
kritis tidak hanya sekedar menerima informasi dari pihak lain, tapi juga
melakukan pencarian, dan bila diperlukan akan menangguhkan keputusan sampai
ia yakin bahwa informasi itu sesuai dengan penalarannya dan didukung oleh bukti
atau informasi. Orang yang memiliki keterampilan berpikir kritis, akan mampu
mengevaluasi, membedakan dan menentukan apakah suatu informasi benar atau
salah.
Selain itu, dalam kondisi konflik kognitif, siswa dihadapkan pada tiga
pilihan, yaitu: (1) mempertahankan intuisinya semula, (2) merevisi sebagian
intuisinya melalui proses asimilasi, (3) merubah pandangannya yang bersifat
intuisi tersebut dan mengakomodasikan pengetahuan baru. Jika siswa memilih
pilihan ketiga maka akan terjadi perubahan konseptual pada diri siswa. Beberapa
penelitian mengenai hubungan antara strategi konflik kognitif dengan perubahan
konseptual telah dilakukan. Zaeni dan Noviyanti (2011) menyebutkan bahwa
strategi konflik kognitif bisa memfasilitasi perubahan konsepsi materi persamaan
kimia dan laju reaksi. Kang et al (2010) mengemukakan bahwa strategi konflik
kognitif mempunyai pengaruh tidak langsung terhadap penguasaan konsep sains
siswa.
Bertolak dari penjelasan yang telah dikemukakan, terdapat hubungan antara
keterampilan berpikir kritis dan perubahan konseptual. Dimana, untuk mengubah
pandangannya dan mengakomodasikannya membentuk pengetahuan baru, siswa
Agustina Sutisna, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Konflik Kognitif Untuk Memfasilitasi Perubahan Konseptual Dan Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Termokimia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dugaan hingga dapat membuat dan menentukan hasil pertimbangan berdasarkan
fakta-fakta, yang kesemuanya itu terangkum dalam keterampilan berpikir kritis.
Dengan demikian perubahan konseptual terjadi karena adanya kemampuan
berpikir kritis.
Berdasarkan teori perkembangan kognitif Piaget siswa SMA telah mencapai
tahap berfikir formal. Meskipun demikian perlu diingat bahwa perkembangan
kognitif seseorang juga dipengaruhi oleh lingkungannya. Hal ini dapat
menjelaskan ketidakmerataan perkembangan kognitif siswa. Pola perkembangan
berpikir ini makin tinggi di daerah perkotaan dan makin rendah di daerah
pedesaan yang terpencil, baik daerah pantai maupun pegunungan (Hinduan dan
Liliasari, 2002). Perkembangan kognitif yang agak terlambat ini ditengarai
menyebabkan banyak guru kesulitan untuk mengembangkan keterampilan
berpikir kritis siswa dan perubahan konseptual. Keterampilan berpikir dapat
diajarkan (Nickerson,1985), karena itu perlu ditemukan model pembelajaran sains
yang dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa sehingga terjadi
perubahan konseptual.
Sampai saat ini terdapat dua penelitian model pembelajaran yang bisa
memfasilitasi strategi konflik kognitif, yaitu model pembelajaran konflik kognitif
yang diajukan oleh Lee (2001) dan Kang et al (2010). Kedua model tersebut
menggunakan eksperimen untuk menimbulkan konflik kognitif pada siswa.
Dalam materi termokimia, tidak semua konsep bisa dijelaskan dengan
Agustina Sutisna, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Konflik Kognitif Untuk Memfasilitasi Perubahan Konseptual Dan Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Termokimia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
konflik berupa konseptual. Hubungan antara model yang bisa mengakomodasi
konflik kognitif, perubahan konseptual dan keterampilan berpikir sangat perlu
untuk diteliti. Hal ini yang melandasi pengembangan model pembelajaran konflik
kognitif untuk memfasilitasi perubahan konseptual dan peningkatan keterampilan
berpikir kritis pada materi termokimia.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka masalah dalam penelitian
ini dirumuskan sebagai berikut “Bagaimanakah karakteristik model pembelajaran
konflik kognitif yang mampu memfasilitasi perubahan konseptual dan
peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa pada materi termokimia?”
Rumusan masalah tersebut dapat dijabarkan menjadi beberapa pertanyaan
penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimanakah karakteristik rancangan model pembelajaran konflik
kognitif?
2. Bagaimanakah implementasi model pembelajaran konflik kognitif dalam
mengidentifikasi miskonsepsi-miskonsepsi yang muncul?
3. Bagaimanakah perubahan konseptual yang terjadi melalui model
pembelajaran konflik kognitif?
4. Bagaimanakah peningkatan keterampilan berpikir kritis melalui model
Agustina Sutisna, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Konflik Kognitif Untuk Memfasilitasi Perubahan Konseptual Dan Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Termokimia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
C. Pembatasan Masalah
1. Penelitian ini merupakan penelitian R&D yang dibatasi hingga tahap uji
coba terbatas.
2. Indikator keterampilan berpikir kritis yang diukur adalah
mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak,
mengobservasi dan mempertimbangkan laporan observasi serta membuat
dan menentukan hasil pertimbangan.
3. Kategori perubahan konseptual terdiri dari empat kategori yaitu identical
fit, approximate fit, incomplete fit dan no conception.
D. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model
pembelajaran konflik kognitif yang dapat memfasilitasi perubahan konseptual dan
peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa pada materi termokimia.
Bedasarkan tujuan umum tersebut, maka tujuan khusus penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Menemukan model pembelajaran yang dapat memfasilitasi perubahan
konseptual dan keterampilan berpikir kritis siswa pada materi termokimia.
2. Meningkatkan kategori perubahan konseptual dan keterampilan berpikir
kritis siswa pada materi termokimia.
Agustina Sutisna, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Konflik Kognitif Untuk Memfasilitasi Perubahan Konseptual Dan Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Termokimia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan manfaat.
Adapun manfaat yang diharapkan adalah sebagai berikut:
1. Bagi peneliti:
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rujukan dan inovasi
pengembangan bagi penelitian lain yang relevan.
b. Dapat digunakan sebagai bahan informasi dan referensi untuk memfasilitasi
perubahan konseptual dan peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa
pada materi termokimia.
2. Bagi siswa:
a. Membantu siswa dalam meningkatkan pemahaman konsep termokimia
secara benar.
b. Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.
3. Bagi guru:
a. Dapat digunakan sebagai bahan kajian untuk memfasilitasi perubahan
konseptual dan peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa ketika
melaksanakan pembelajaran.
b. Membantu guru dalam merancang pembelajaran dengan materi yang minim
akan miskonsepsi.
Agustina Sutisna, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Konflik Kognitif Untuk Memfasilitasi Perubahan Konseptual Dan Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Termokimia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam beberapa istilah yang digunakan
dalam penelitian ini, maka peneliti akan menjelaskan beberapa istilah yang
digunakan, diantaranya:
1. Model pembelajaran konflik kognitif adalah model pembelajaran yang
mengakomodasi terjadinya strategi konflik kognitif. Strategi konflik
kognitif adalah pembelajaran yang mengkomunikasikan dua atau lebih
rangsangan berupa sesuatu yang berlawanan atau berbeda kepada peserta
didik agar terjadi proses internal yang intensif dalam rangka mencapai
keseimbangan ilmu pengetahuan yang lebih tinggi. (Kang et al, 2010)
Adapun tahapannya adalah sebagai berikut; (1) fase orientasi siswa
terhadap konflik, (2) fase menjawab probing yang tertera pada buku soal,
(3) fase penyajian hasil diskusi dan memberikan kesimpulan, dan (4) fase
analisis kesimpulan.
2. Perubahan konseptual (conceptual change) adalah proses peninggalan
suatu komitmen pada satu rangkaian pemahaman konseptual dengan
mengadopsi rangkaian lain yang tidak disatukan kembali (Rolka, 2007).
Perubahan konseptual diukur melalui tes essay.
3. Keterampilan berpikir kritis adalah kemampuan berpikir kompleks
menggunakan proses berpikir mendasar berupa penalaran logis untuk
menentukan apa yang harus diyakini dan dilakukan (Costa,1985).
47
Agustina Sutisna, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Konflik Kognitif Untuk Memfasilitasi Perubahan Konseptual Dan Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Termokimia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan suatu cara yang teratur dengan
menggunakan alat atau teknik tertentu untuk suatu kepentingan penelitian.
Arikunto (2008) menjelaskan bahwa metode penelitian adalah cara yang
digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya. Hal ini sejalan
dengan Sugiyono (2009) yang mengemukakan bahwa metode penelitian pada
dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan
kegunaan tertentu.
Penelitian ini menggunakan metode R & D dengan menggunakan alur
model 4-D menurut Thiagarajan et al (1974) yakni tahap pendefinisian (define),
tahap perencanaan (design), tahap pengembangan (develop) dan tahap penyebaran
(disseminate) dengan penyesuain seperlunya. Akan tetapi untuk penelitian ini
dibatasi hanya sampai pada tahapan 3D (define, design, develop) yaitu pada tahap
uji coba terbatas.
B. Subyek Penelitian
Subjek penelitian pada penelitian yang dilakukan adalah siswa kelas XI
Agustina Sutisna, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Konflik Kognitif Untuk Memfasilitasi Perubahan Konseptual Dan Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Termokimia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Penelitian dilakukan pada 28 orang siswa yang telah mempelajari materi
termokimia.
C. Diagram Alur
Alur penelitian disusun dengan tujuan agar langkah-langkah penelitian
lebih terarah pada permasalahan yang dikemukakan. Seluruh tahapan penelitian
ditunjukkan pada gambar 3.1.
Studi Pendahuluan
Analisis tugas Analisis konsep
Studi literatur perubahan konseptual dan keterampilan berpikir kritis siswa Studi literatur Pembuatan desain pembelajaran (desain awal)
Agustina Sutisna, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Konflik Kognitif Untuk Memfasilitasi Perubahan Konseptual Dan Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Termokimia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 3.1 Diagram Alur Penelitian
D. Prosedur Penelitian
Tahapan pelaksanaan penelitian dibagi menjadi tiga tahapan utama yaitu
tahap pendefinisian (define), tahap perencanaan (design) dan tahap pengembangan
(develop).
1. Tahap Pendefinisian (define)
Tahap pendefinisian bertujuan untuk menganalisis dan menemukan kendala
yang dihadapi dalam pembelajaran. Kegiatan yang dilakukan pada tahap
pendefinisian adalah sebagai berikut
a. Analisis miskonsepsi siswa
Analisis miskonsepsi merupakan identifikasi konsep-konsep yang sering
membuat siswa mengalami miskonsepsi pada materi termokimia. Untuk
mendapatkan data miskonsepsi pada materi termokimia, peneliti menyiapkan
beberapa instrumen. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui metode
wawancara dan studi literatur.
Wawancara yang dilakukan bersifat semi struktur. Wawancara pada tahap
ini bertujuan untuk; (1) mengetahui pendapat guru mengenai miskonsepsi yang
dialami siswa pada materi termokimia; (2) mengetahui penyebab utama
Agustina Sutisna, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Konflik Kognitif Untuk Memfasilitasi Perubahan Konseptual Dan Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Termokimia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
untuk mengatasi miskonsepsi pada materi termokimia; dan (4) mengetahui
metode dan strategi pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru.
Studi literatur yang dilakukan adalah studi literatur mengenai miskonsepsi
yang dialami siswa pada materi termokimia. Literatur yang digunakan adalah
jurnal-jurnal penelitian yang membahas mengenai miskonsepsi pada materi
termokimia baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Adapun
miskonsepsi yang ditemukan dapat dilihat pada tabel 3.1.
Tabel 3.1
Miskonsepsi Siswa pada Materi Termokimia
No Konsep Miskonsepsi
1 Sistem dan lingkungan gelas kimia adalah sistem karena yang berada di dalam gelas kimia adalah sistem (Kismarini,2011)
2 Reaksi eksoterm dan
endoterm
reaksi yang menyebabkan tabung reaksi terasa panas termasuk reaksi eksoterm karena pada reaksi eksoterm terjadi perubahan energi dari lingkungan ke sistem (Kismarini,2011)
reaksi pembakaran lilin termasuk reaksi endoterm (Boo,1986)
3 Reaksi pembakaran reaksi pembakaran selalu menghasilkan nyala api (Bao Jaoude, 1991)
b. Analisis konsep
Analisis konsep merupakan identifikasi konsep-konsep utama yang akan
diajarkan. Konsep-konsep utama ini disusun berdasarkan konsep-konsep yang
menimbulkan miskonsepsi pada materi termokimia. Analisis konsep dapat dilihat
pada lampiran A.
Agustina Sutisna, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Konflik Kognitif Untuk Memfasilitasi Perubahan Konseptual Dan Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Termokimia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Untuk mengatasi miskonsepsi yang telah dikemukakan sebelumnya, peneliti
berusaha mencari gagasan-gagasan untuk mengatasinya. Model konflik kognitif
merupakan suatu gagasan yang dapat digunakan untuk mengatasi miskonsepsi
tersebut. Pembuktian bahwa miskonsepsi sudah teratasi bisa dilihat dari
perubahan konseptual dan peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa. Oleh
karena itu, pada tahap ini dilakukan studi literatur mengenai model konflik
kognitif, perubahan konseptual dan keterampilan berpikir kritis.
d. Perumusan Indikator
Perumusan indikator pembelajaran bertujuan untuk merumuskan indikator
hasil belajar yang terdapat dalam kurikulum dan beberapa indikator hasil belajar
tambahan yang relevan dengan materi termokimia.
2. Tahap Perencanaan (design)
Tujuan dari kegiatan pada tahap ini adalah sebagai berikut; (1) mendesain
model pembelajaran konflik kognitif yang bisa memfasilitasi perubahan
konseptual dan peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa sehingga bisa
mengurangi miskonsepsi; (2) mendesain instrumen untuk memperkuat analisis
miskonsepsi siswa pada materi termokimia di tahap define; (3) mendesain
instrumen untuk melihat pengaruh model konflik kognitif dalam mengatasi
miskonsepsi, memfasilitasi perubahan konseptual dan peningkatan keterampilan
berpikir kritis. Secara garis besar, kegiatan utama yang dilakukan pada tahap ini
Agustina Sutisna, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Konflik Kognitif Untuk Memfasilitasi Perubahan Konseptual Dan Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Termokimia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
a. Merancang desain model pembelajaran konflik kognitif
Berdasarkan hasil analisis studi literatur terhadap model konflik kognitif pada
tahap define, disusunlah beberapa fase untuk mengatasi miskonsepsi siswa pada
materi termokimia. Adapun fase-fase yang didesain dalam model konflik kognitif
adalah sebagai berikut:
1) Fase 1: Orientasi siswa terhadap konflik
2) Fase 2 : Siswa menjawab probing yang tertera pada buku soal
3) Fase 3: Siswa menyajikan hasil diskusi dan memberikan kesimpulan
4) Fase 4 : Guru dan siswa menganalisis dan mengevaluasi hasil kesimpulan
b. Membuat instrumen penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena
alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2011). Instrumen dalam penelitian
ini berupa tes keterampilan berpikir kritis dan perubahan konseptual, angket,
pedoman wawancara dan lembar observasi.
a) Instrumen
1) Tes Keterampilan Berpikir Kritis dan Perubahan Konseptual
Tes adalah alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau
mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah
ditentukan (Arikunto, 2008). Tujuan dari pembuatan tes ini adalah; (1)
memperkuat hasil analisis miskonsepsi yang telah ditemukan pada tahap define;
dan (2) mengukur perubahan konseptual dan peningkatan keterampilan berpikir
Agustina Sutisna, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Konflik Kognitif Untuk Memfasilitasi Perubahan Konseptual Dan Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Termokimia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dalam menyusun dan melaksanakan tes, agar instrumen menjadi alat ukur
yang baik maka dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Membuat Analisis Hubungan Konsep Indikator Soal dan Keterampilan
Berpikir Kritis
Adapun analisis hubungan konsep indikator soal dan keterampilan berpikir
kritis pada penelitian ini diperlihatkan pada tabel 3.2.
Tabel 3.2
Hubungan Label Konsep, Indikator Soal dan Indikator Keterampilan Berpikir Kritis
No Label Konsep Indikator Soal Indikator Keterampilan
Berpikir Kritis
1 Hukum Kekekalan Energi
Siswa mampu menjelaskan hukum kekekalan energi berdasarkan fenomena yang terjadi
Mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak
2 Sistem dan Lingkungan
Siswa mampu menentukan sistem dan lingkungan berdasarkan fenomena yang terjadi
Agustina Sutisna, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Konflik Kognitif Untuk Memfasilitasi Perubahan Konseptual Dan Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Termokimia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2. Menyusun soal tes sesuai dengan kisi-kisi yang telah dibuat
3. Uji coba soal
Untuk penelitian kali ini langkah uji coba soal tidak dilakukan. Karena
soal-soal yang diberikan adalah soal-soal yang digunakan untuk mengukur
miskonsepsi, sehingga jika dilakukan uji coba soal, maka hasilnya juga tidak
memuaskan, karena akan menunjukkan miskonsepsi-miskonsepsi pada materi
termokimia.
Alat ukur tes yang digunakan untuk mengukur perubahan konseptual dan
keterampilan berpikir kritis berbentuk tes essay berjumlah 6 butir soal. Kriteria
penskoran tes essay yang digunakan, ditunjukkan pada tabel 3.3.
Tabel 3.3
Kriteria Penskoran Tes Essay
Skor Jawaban Siswa
2 benar dan lengkap
1 benar tetapi kurang lengkap 0 jawaban salah
0 tidak menjawab
2) Angket
Angket digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa mengenai model
pembelajaran konflik kognitif. Angket yang digunakan dalam penelitian ini
berupa sejumlah pertanyaan dengan opsi jawaban yang disusun dalam bentuk
skala Likert yang dikategorikan dalam skala SS (sangat setuju), S (setuju), TS
(tidak setuju), dan STS (sangat tidak setuju).
Adapun aspek yang diukur adalah tanggapan siswa terhadap pelajaran
Agustina Sutisna, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Konflik Kognitif Untuk Memfasilitasi Perubahan Konseptual Dan Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Termokimia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pertanyaan yang diberikan dan probing. Kisi-kisi angket dapat ditunjukkan pada
tabel 3.4.
Tabel 3.4. Kisi-Kisi Angket
Indikator No Pertanyaan
Tanggapan siswa terhadap pelajaran materi termokimia 1,2,3,4,5
Tanggapan siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran 6,7,8,9,10,11,12
Tanggapan siswa terhadap pertanyaan probing 13,14,15,16
Tanggapan siswa terhadap pertanyaan yang diberikan 17,18,19
3) Pedoman wawancara
Pedoman wawancara digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa dan
guru tentang keunggulan dan kelemahan dari model pembelajaran konflik kognitif
serta tanggapan terhadap soal yang telah diberikan.
4) Lembar observasi
Lembar observasi digunakan untuk menjaring informasi secara langsung
mengenai kegiatan selama proses pembelajaran. Lembar observasi disusun
berdasarkan kategori ya/tidak dilakukannya fase-fase pembelajaran model konflik
kognitif. Pengamatan ini dilakukan dari awal pembelajaran sampai akhir
pembelajaran. Dalam penelitian ini, observasi dilakukan oleh satu orang guru
kimia.
b)Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini dapat dilihat
pada tabel 3.5.
Agustina Sutisna, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Konflik Kognitif Untuk Memfasilitasi Perubahan Konseptual Dan Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Termokimia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Teknik Pengumpulan Data
Dilakukan di awal dan akhir pembelajaran
2 Aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran
Tahap develop bertujuan untuk melakukan uji coba terbatas terhadap
strategi pembelajaran konflik kognitif dan instrumen yang telah disusun. Hal ini
dilakukan untuk melihat pengaruh model pembelajaran konflik kognitif terhadap
peningkatan perubahan konseptual dan keterampilan berpikir kritis.
Penelitian pada uji coba terbatas ini merupakan weak eksperimental yaitu
penelitian yang menggunakan kelompok sampel perlakuan tanpa adanya kontrol.
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah The One-Group
Pretest-Postest Design (Fraenkel et al, 2008). Desain The One-Group Pretest-Pretest-Postest
Design adalah desain penelitian yang hanya menggunakan satu kelas, dimana
sebelum dan setelah perlakuan diberikan tes. Untuk mengetahui ada tidaknya
pengaruh perlakuan dilakukan uji statistik.
Gambar 3.2
The One-Group Pretest-Postes Design
Agustina Sutisna, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Konflik Kognitif Untuk Memfasilitasi Perubahan Konseptual Dan Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Termokimia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Keterangan:
O1 = Pretes O2 = Postes
X = strategi pembelajaran konflik kognitif
Pada tahap ini, dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. melaksanakan pretes sebelum dilakukan strategi pembelajaran konflik
kognitif
2. melaksanakan strategi pembelajaran sambil dilakukan observasi
3. melaksanakan postes
4. menyebarkan angket kepada siswa
5. melaksanakan wawancara kepada siswa dan guru
6. mengumpulkan data hasil penelitian
7. mengolah data hasil penelitian
8. menganalisis data hasil penelitian dan membahasnya
9. menyimpulkan hasil penelitian
10. menuliskan laporan hasil penelitian dalam draft tesis.
a. Pengolahan Data Kuantitatif
1) Validitas
Sudjana (2006) mengemukakan bahawa validitas berkenaan dengan
ketetapan alat penilaian terhadap konsep yang dinilai sehingga betul-betul menilai
apa yang seharusnya dinilai. Ada empat jenis validitas yang sering digunakan,
yakni validitas isi, valididtas bangun pengertian, validitas ramalan, dan validitas
kesamaan. Pada penelitian ini, Uji validitas isi menggunakan judgement dengan
Agustina Sutisna, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Konflik Kognitif Untuk Memfasilitasi Perubahan Konseptual Dan Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Termokimia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
yang ada dalam instrumen sedangkan uji validitas kriteria dihitung dengan
menggunakan bantuan program Microsoft Excel. Rumus yang digunakan adalah:
q
M = rata-rata skor total yang menjawab benar pada butir soal
t
M = rata-rata skor total
t
S = standar deviasi skor total
p = proporsi siswa yang menjawab benar pada tiap butir soal
q = proporsi siswa yang menjawab salah pada setiap butir soal
r pbis yang diperoleh dimasukkan ke dalam rumus t.
2
(n-2) dan n adalah jumlah siswa (Sudjana, 2006).
Berdasarkan hasil perhitungan validitas pokok uji diperoleh bahwa semua
soal yang diujikan valid dengan koefisien korelasi yang berbeda-beda. Seperti
yang terlihat pada tabel 3.6.
Agustina Sutisna, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Konflik Kognitif Untuk Memfasilitasi Perubahan Konseptual Dan Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Termokimia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
6 3,21 2,03 Valid
2) Reliabilitas
Menurut Sudjana (2006) reliabilitas alat penilaian adalah ketetapan atau
keajegan alat tersebut dalam menilai apa yang dinilainya. Artinya, kapan pun
penilaian tersebut digunakan akan memberikan hasil yang relatif sama. Tes hasil
belajar dikatakan ajeg apabila hasil pengukuran saat ini menunjukkan kesamaan
hasil pada saat yang berlainan waktunya terhadap siswa yang sama. Untuk
mengukur reliabilitas salah satunya dengan cara kesamaan rasional.
Prosedur ini dilakukan dengan menghubungkan setiap butir dalam tes
dengan butir-butir lainnya dalam tes itu sendiri secara keseluruhan. Salah satu
cara yang sering digunakan adalah menggunakan rumus Kuder-Richardson atau
KR 21. Rumusnya adalah sebagai berikut:
Jika rxx > rtabel maka tes tersebut dikatakan reliabel.
Keterangan :
xx
r = reliabilitas insrumen k = banyaknya butir soal
2 x
= variasi skor
X = skor rata-rata( mean skor)
Harga rxx yang dihasilkan dikonsultasikan dengan aturan penetapan
Agustina Sutisna, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Konflik Kognitif Untuk Memfasilitasi Perubahan Konseptual Dan Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Termokimia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.7.
Klasifikasi Koefisien Korelasi
Nilai r Keterangan
0,00 – 0,19 Sangat rendah
0,20 – 0,39 Rendah
0,40 – 0,59 Cukup
0,60 – 0,79 Kuat
0,80 – 1,00 Sangat kuat
Pada penelitian ini uji coba reliabilitas soal dengan Anates Versi 4 diperoleh hasil
koefisien reliabilitas tes keseluruhan soal sebesar 0,81, hal ini menunjukkan setiap
item soal memiliki reliabilitas yang sangat kuat. Berikut ini koefisien korelasi
untuk masing-masing item soal dapat dilihat pada tabel 3.8.
Tabel 3.8.
Reliabilitas dan Koefisien Korelasi Butir Soal
No Item Pernyataan
Koefisien
Validitas Keterangan
1 0,737 Sangat signifikan
2 0,708 Signifikan
3 0,832 Sangat signifikan
4 0,681 Signifikan
5 0,734 Sangat signifikan
6 0,607 Signifikan
Agustina Sutisna, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Konflik Kognitif Untuk Memfasilitasi Perubahan Konseptual Dan Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Termokimia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sudjana (2011) menyatakan menganalisis tingkat kesukaran soal artinya
mengkaji soal-soal dari segi kesulitannya sehingga dapat diperoleh soal-soal mana
yang termasuk mudah, sedang, dan sukar. Asumsi yang digunakan untuk
memperoleh kualitas soal yang baik, di samping memenuhi validitas dan
reliabilitas, adalah adanya keseimbangan dari tingkat kesulitan soal tersebut.
Keseimbangan yang dimaksudkan adalah adanya soal-soal yang termasuk mudah,
sedang, dan sukar secara proporsional. Tingkat kesukaran soal dipandang dari
kesanggupan atau kemampuan siswa menjawabnya, bukan dilihat dari sudut
pandang guru sebagai pembuat soal.
Cara melakukan analisis untuk menentukan tingkat kesukaran soal adalah
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
N B I
Keterangan:
I = indeks kesulitan untuk setiap butir soal
B = banyaknya siswa yang menjawab benar setiap butir soal
N = banyaknya siswa yang memberikan jawaban pada soal yang dimaksudkan
Kriteria yang digunakan adalah makin kecil indeks yang diperoleh, makin
sulit soal tersebut. Sebaliknya, makin besar indeks yang diperoleh, makin mudah
soal tersebut. Kriteria indeks kesulitan soal itu adalah sebagai berikut:
Tabel 3.9
Kriteria Tingkat Kesukaran
Nilai Tingkat
Agustina Sutisna, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Konflik Kognitif Untuk Memfasilitasi Perubahan Konseptual Dan Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Termokimia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
0-0,30 Sukar
0,31-0,70 Sedang 0,71-1,00 Mudah
Hasil perhitungan dengan Anates Versi 4 adalah sebagai berikut.
Tabel 3.10 Tingkat Kesukaran Soal
No soal Tingkat
Kesukaran
1 Sedang
2 Sedang
3 Sedang
4 Sedang
5 Mudah
6 Sedang
4) Daya Pembeda
Analisis daya pembeda mengkaji butir-butir soal dengan tujuan untuk
mengetahui kesanggupan soal dalam membedakan siswa yang tergolong mampu
(tinggi prestasinya) dengan siswa yang tergolong kurang atau lemah prestasinya.
Artinya, bila soal tersebut diberikan kepada anak yang mampu, hasilnya
menunjukkan prestasi yang tinggi dan bila diberikan kepada siswa yang lemah,
hasilnya rendah.
Cara yang biasa dilakukan dalam analisis daya pembeda adalah dengan
menggunakan tabel atau kriteria dari Rose dan Stanley seperti dalam analisis
tingkat kesukaran soal. Rumusnya adalah:
Agustina Sutisna, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Konflik Kognitif Untuk Memfasilitasi Perubahan Konseptual Dan Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Termokimia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
(Sudjana, 2006)
Keterangan:
SR adalah siswa yang menjawab salah dari kelompok rendah
ST adalah siswa yang menjawab salah dari kelompok tinggi
Untuk menghitung daya pembeda dapat ditempuh dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Memeriksa jawaban soal semua siswa peserta tes.
2. Membuat daftar peringkat hasil tes berdasarkan skor yang dicapainya
3. Menentukan jumlah sample sebanyak 27% dari jumlah peserta tes untuk
kelompok siswa pandai (peringkat atas) dan 27% untuk kelompok siswa
kurang (peringkat bawah).
4. Melakukan analisis butir soal, yakni menghitung jumlah siswa yang
menjawab salah dari semua nomor soal, baik pada kelompok pandai maupun
pada kelompok kurang.
5. Menghitung selisih jumlah siswa yang salah menjawab pada kelompok
kurang dan kelompok pandai (SR – ST).
6. Membandingkan nilai selisih yang diperoleh dengan nilai Tabel Ross &
Stanley.
7. Menentukan ada-tidaknya daya pembeda pada setiap nomor soal dengan
kriteria “memiliki daya pembeda” bila nilai selisih jumlah siswa yang
menjawab salah dalam kelompok kurang dengan kelompok pandai sama atau
Agustina Sutisna, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Konflik Kognitif Untuk Memfasilitasi Perubahan Konseptual Dan Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Termokimia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan hasil perhitungan, maka daya pembeda tiap soal dapat dilihat
pada tabel 3.11 berikut.
Tabel 3.11 Daya Pembeda Soal
No Soal Daya Pembeda
1 4,83
2 7,51
3 5,64
4 3,99
5 4,58
6 3,86
5) Menghitung N_gain
Tahapannya adalah sebagai berikut:
menghitung skor pretes dan postes dari kelompok eksperimen menghitung N_gain dari hasil pretes dan postes.
N_gain =
(Hake, 1999)
Kriteria peningkatan gain menurut Hake dapat dilihat pada tabel 3.12.
Tabel 3.12.
Kriteria Peningkatan Gain
Gain ternormalisasi Kriteria peningkatan
G < 0,3 Peningkatan rendah
0,3 ≤ G ≤ 0,7 Peningkatan sedang
G > 0,7 Peningkatan tinggi
Agustina Sutisna, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Konflik Kognitif Untuk Memfasilitasi Perubahan Konseptual Dan Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Termokimia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.13.
Kriteria Pemahaman Konsep Siswa
Nilai (%) Kriteria Kemampuan
81-100 Sangat baik
61-80 Baik
41-60 Cukup
21-40 Kurang
0-20 Sangat kurang
6) Uji normalitas
Uji ini digunakan untuk mengetahui normal tidaknya data yang akan dianalisis.
Uji statistik yang digunakan adalah Kolmogorov-Smirnov. Pengujian ini
menggunakan kecocokan kumulatif sample X dengan distribusi probabilitas
normal. Distribusi probabilitas pada variabel tertentu dikumulasikan dan
dibandingkan dengan kumulasi sampel, sedangkan rumusan hipotesisnya sebagai
berikut :
H0: Distribusi probabilitas X adalah distribusi probabilitas normal
H1: Distribusi probabilitas X bukan distribusi probabilitas normal
Perbandingan kumulasi tampak pada harga mutlak dari a1 atau a2 yang
terbesar dengan Tabel Kolmogorov-Smirnov. Harga a1 dan a2 adalah harga
mutlak. Untuk menentukan H0 diterima atau ditolak berdasarkan perbandingan
Tabel nilai kritis khusus untuk pengujian hipotesis Kolmogorov-Smirnov.
Agustina Sutisna, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Konflik Kognitif Untuk Memfasilitasi Perubahan Konseptual Dan Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Termokimia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah kelompok eksperimen dan
kontrol mempunyai tingkat varians yang sama atau tidak, sehingga dapat
digunakan untuk menentukan uji hipotesis yang digunakan.
terkecil
varians yang sama atau tingkat homogenitas sama. Hasil pengujian homogenitas
dapat dilihat pada lampiran.
8) Uji perbedaan dua rata-rata populasi berhubungan
Uji perbedaan dua rata-rata populasi berhubungan untuk skor pretes dan
postes bertujuan untuk mengetahui apakah ada perubahan keterampilan berpikir
kritis yang terjadi sebelum dan sesudah implementasi strategi konflik kognitif
pada siswa. Hipotesis yang diajukan adalah:
Agustina Sutisna, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Konflik Kognitif Untuk Memfasilitasi Perubahan Konseptual Dan Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Termokimia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu dengan
S
D=
n SD
dk = n1 + n2 -2
S
D= simpangan baku rata-rata DKriteria pengujian hipotesisnya sebagai berikut :
a) H0 diterima jika –t(1-1/2α)<thitung< t1-1/2α). Hal ini berarti tidak ada pengaruh
implementasi strategi konflik kognitif pada keterampilan berpikir kritis.
b) H0 ditolak jika selain –t(1-1/2α)<thitung< t1-1/2α). Hal ini berarti ada pengaruh
implementasi strategi konflik kognitif pada keterampilan berpikir kritis.
b. Data Kualitatif
Data kualitatif yang diperoleh berupa data profil perubahan konsepsi siswa,
hasil angket, wawancara, dan lembar observasi.
Data profil perubahan konsepsi siswa dilakukan dengan mengkategorikan
jawaban siswa ke dalam kategori yang ada pada perubahan konseptual yaitu
identical fit, approximate fit, incomplete fit dan no conception. Adapun kriteria
pengelompokkannya dapat dilihat pada tabel 3.14.
Tabel 3.14
Kriteria Kategori Perubahan Konseptual
Kategori Kriteria
identical fit jawaban benar, alasan tepat
Agustina Sutisna, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Konflik Kognitif Untuk Memfasilitasi Perubahan Konseptual Dan Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Termokimia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu tepat
incomplete fit jawaban salah, alasan tepat
no conception jawaban salah, alasan tidak tepat
Data angket dianalisis secara deskriptif kuantitatif untuk memaparkan hasil
respon siswa terhadap penerapan strategi konflik kognitif pada materi termokimia.
Lembar angket respon siswa disusun berdasarkan kriteria penilaian skala Likert
seperti yang ditunjukkan pada tabel 3.15.
Tabel 3.15 Skor Skala Likert
Pernyataan SS S TS STS
Positif 4 3 2 1
Negatif 1 2 3 4
Keterangan:
SS : Sangat setuju S : Setuju
TS : Tidak setuju STS : Sangat tidak setuju
Setelah skoring kemudian data diubah dalam bentuk persentasi dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
Menurut Koentjaraningrat (2001) hasil perhitungan yang berupa persentase
kemudian ditafsirkan berdasarkan tabel berikut ini:
Tabel 3.16. Tafsiran Persentase
Agustina Sutisna, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Konflik Kognitif Untuk Memfasilitasi Perubahan Konseptual Dan Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Termokimia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
0 Tidak ada
1-25 Sebagian kecil 26-49 Hampir separuhnya
50 Separuhnya
51-75 Sebagian besar 76-99 Hampir seluruhnya
100 seluruhnya
Hasil pengolahan wawancara, dan lembar observasi dianalisis dengan
135
Agustina Sutisna, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Konflik Kognitif Untuk Memfasilitasi Perubahan Konseptual Dan Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Termokimia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang sudah dilakukan, dapat
dibuat beberapa kesimpulan, yaitu:
1. Implementasi pembelajaran model konflik kognitif pada materi
termokimia mampu dilaksanakan dengan baik sesuai dengan
langkah-langkah pembelajaran, dimana disajikan konflik fenomenal pada kasus
satu, dua dan empat sedangkan konflik konseptual ditunjukkan pada kasus
tiga, lima dan enam.
2. Dampak implementasi model konflik kognitif pada pokok bahasan
termokimia secara keseluruhan mampu memfasilitasi perubahan
konseptual. Pada indikator hukum kekekalan energi sebanyak 89% siswa
mengalami peningkatan dan 11% siswa tidak mengalami perubahan
konseptual. Pada indikator sistem dan lingkungan sebanyak 43% siswa
mengalami peningkatan, 36% tidak mengalami perubahan dan 25%
mengalami penurunan kategori perubahan konseptual. Pada indikator
jenis-jenis sistem sebanyak 89% siswa mengalami peningkatan dan 11%
siswa tidak mengalami perubahan konseptual. Pada indikator reaksi
eksoterm dan endoterm sebanyak 71% siswa mengalami peningkatan,
Agustina Sutisna, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Konflik Kognitif Untuk Memfasilitasi Perubahan Konseptual Dan Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Termokimia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pada perubahan konseptual. Pada indikator perubahan entalpi sebanyak
25% siswa mengalami peningkatan, 68% tidak mengalami perubahan dan
7% mengalami penurunan kategori perubahan konseptual. Pada indikator
reaksi pembakaran sebanyak 51% siswa mengalami peningkatan dan 46%
siswa tidak mengalami perubahan konseptual
3. Model konflik kognitif materi termokimia mampu meningkatkan 3
indikator berpikir kritis yaitu (1) mempertimbangkan apakah sumber dapat
dipercaya atau tidak, (2) mengobservasi dan mempertimbangkan laporan
observasi, dan (3) menentukan hasil pertimbangan.
B. Saran
Berdasarkan temuan di lapangan dan kesimpulan yang telah
dikemukakan sebelumnya, maka saran yang dapat disampaikan adalah sebagai
berikut:
1. Untuk melihat gambaran secara spesifik dari miskonsepsi yang ada pada
siswa perlu dibuat soal yang meminta siswa untuk menggambarkan
pendeskripsiannya terhadap materi.
2. Perlu dikembangkan analisis model representasi deskripsi seseorang
terhadap materi.
3. Desain model konflik kognitif perlu disempurnakan lagi sehingga dapat
Agustina Sutisna, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Konflik Kognitif Untuk Memfasilitasi Perubahan Konseptual Dan Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Termokimia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dan pada materi kimia yang berbasis operasi matematik sehingga
diperlukan penyempurnaan dan penguatan yang lebih banyak.
4. Kasus-kasus yang ditampilkan harus dikembangkan lebih bagus lagi
sehingga dapat menarik rasa penasaran siswa yang merupakan prasyarat
Agustina Sutisna, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Konflik Kognitif Untuk Memfasilitasi Perubahan Konseptual Dan Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Termokimia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Arends, Richard L.(2008a). Learning to Teach, Buku I. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
.(2008b). Learning to Teach, Buku II. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Arikunto, Suharsimi. (2008). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara
Arsip Guru Mata Pelajaran Kimia.(2011). Daftar Nilai Kimia. Majalengka: SMA 1 Limbangan
Baser, M and Geban O.(2007).”Effectiveness of Conceptual Change Instruction on Understanding of Heat and Temperature Concepts.” Journal Research Science Technology Education. 25, 115-133
Berg, Van den.(1991). Miskonsepsi Fisika dan Remediasi. Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana
Boo, H.(1986).”Students’ Understanding of Chemical Bonds and The Energetics of Chemical Reactions.” Journal Research Science Teach. 35:569-581.
Bou Jaoude, SB.(1991). “A Study of The Nature of Student’s Understanding About The Concept of Burning.” Journal Research Science Technology 28:689-704.
Brooks, J.G. & Brooks, M.G. (1993). In search of understanding: The case for
constructivist classrooms. Alexandria, VA: Association for Supervision and
Curriculum Development.
Costa A.L.(1985).Developing Minds: A Resource Book for Teaching Thinking. Alexandria: ASCD
Depdiknas.(2003). Silabus KTSP. Dirjen Dikdasmen
Dahar, R.W. (1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga
Agustina Sutisna, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Konflik Kognitif Untuk Memfasilitasi Perubahan Konseptual Dan Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Termokimia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Duit, R.(1999). “Conceptual Change Approaches” in Science Education In Schnotz, Vasnadiou S, Carretenom: New Perspective on Conceptual Change. Amsterdam: Pergamon pp 263-282
Ennis, R.H. (1985). “Goals for a Critical Thinking Curriculum”. In Costa, A.L. (ed.). Developing Mind : A Resource Book for Teaching Thinking. Virginia : ASDC Alexandria.
Erickson,GL.(1979). “Children’s Conception of Heat and Temperature.” Journal of Science Education 63: 221-230
. (1980). “Children’s Viewpoints of Heat: A Second Look.” Journal of Science Education 64: 323-336
Fraenkel,R.J & Wallen, N.C (2008). How to Design and Evaluate Research in Education (sixth edition). New York: Mc Graw Hill,inc
Hake,R,R. (1999). Analyzing Change/Gain Scores. Indiana: Indiana University
Harrison et al.(1999). “Investigating a Grade 11 Student’s Evolving Conceptions of Heat and Temperature.” Journal Research Science Teach, 36:55-87
Hinduan dan Liliasari.(2002). Pengembangan Model-Model Pembelajaran IPA pada Pendidikan Dasar untuk Meningkatkan Keterampilan Guru. Laporan Penelitian Hibah Bersaing. Jakarta:Dikti
Joyce, B, Weil,M dan Calhoun,E.(2009). Models of Teaching. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Kang, et al.(2010). “Cognitive Conflict and Situational Interest as factors Influencing Conceptual Change.” International Journal of Environment and Science Education. 5, (4), 383-405
Kismarini, Henny.(2011). Identifikasi dan Reduksi Miskonsepsi pada Materi Pokok Termokimia Menggunakan Pembelajaran Kimia Kontekstual. Tesis Magister SPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan
Koentjaraningrat. (2001). Metode Penelitian Ilmiah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama