• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN PENCAK SILAT PANCER DI JAMPANGKULON SUKABUMI TAHUN 1960-1990.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERKEMBANGAN PENCAK SILAT PANCER DI JAMPANGKULON SUKABUMI TAHUN 1960-1990."

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Sejarah

Oleh :

Gita Warieni

NIM : 0703993

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

(2)

Pancer Di Jampangkulon Sukabumi Tahun 1960-1990 ini sepenuhnya karya saya

sendiri. Tidak ada bagian di dalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang lain dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, April 2013 Yang membuat pernyataan,

(3)

i ABSTRAK

(4)
(5)

UCAPAN TERIMAKASIH... iii

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah ... 1

1.2.Rumusan Masalah ... 5

1.3.Tujuan Penelitian... 6

1.4.Manfaat Penelitian... 6

1.5.Metode Penelitian ... 7

1.6.Struktur Organisasi Skripsi ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Seni Sebagai Salah Satu Unsur Budaya Universal... 12

2.2.Sejarah Lokal dan Dinamika Sosial ... 15

2.3.Kesenian Tradisional, Seni Beladiri dan Pencak Silat ... 18

2.4. Penelitian Terdahulu ... 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1.Metode Penelitian ... 31

3.1.1. Persiapan Penelitian ... 36

3.2.Pelaksanaan Penelitian ... 39

3.2.1. Heuristik Pengumpulan Sumber ... 39

3.2.2. Kritik Sumber ... 46

3.2.3. Kritik Eksternal ... 46

3.2.4. Kritiki Internal ... 48

3.2.5 Interpretasi (Penafsiran Fakta)... 49

(6)

4.1.3. Penduduk Desa Jampangkulon Tahun 1960-1990... 60

4.2.Kondisi Kesenian Pencak Silat Pancer Di Jampangkulon Tahun 1960-1990 ... 61

4.2.1. Sejarah Munculnya dan Berkembangnya Pencak Silat Pancer .... 61

4.2.2. Fungsi Pencak Silat Pancer Bagi Masyarakat Jampangkulon ... 66

4.2.3. Nilai-Nilai Budaya Dalam Pencak Silat Pancer ... 68

4.2.4. Pertunjukan Pencak Silat Pancer ... 71

4.3. Masuknya Unsur Bela Diri Lain Berdampak Terhadap Seni Bela Diri Pencak Silat Pancer di Jampangkulon ... 77

4.4.Peran Seniman Terhadap Upaya Pelestarian Pencak Silat Pancer ... 83

BAB V KESIMPULAN dan SARAN 5.1 Kesimpulan ... 84

5.2 Saran ... 87

DAFTAR PUSTAKA ... 90

LAMPIRAN ... 94

(7)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki

keanekaragaman seni, budaya dan suku bangsa. Keberagaman ini menjadi aset yang

sangat penting dalam perkembangan pariwisata daerah. Berbagai macam kesenian

berkembang di Jawa Barat di antaranya yaitu Pencak silat, Jaipongan, Genjringan,

Sisingaan, dan masih banyak lagi kesenian-kesenian tradisional lainnya. Salah satu

bentuk dari kesenian tradisional saat ini yang menjadi ciri khas jati diri daerah yang

ada di Jawa Barat yaitu kesenian Pencak Silat Pancer di Jampangkulon Sukabumi.

Kesenian daerah merupakan suatu perwujudan kebudayaan yang memiliki nilai-nilai

luhur yang patut dijunjung tinggi keberadaannya kesenian Daerah berproses terus

menuju puncaknya yaitu :

“Kesenian nasional yang mengandung serta memancarkan nilai-nilai luhur kepribadian bangsa Indonesia, yang dalam hal ini merupakan nilai yang kita banggakan yang sekaligus dikagumi dan dihormati oleh bangsa-bangsa lain” (Koentjaraningrat, 1993: 113)

Kesenian dapat diartikan sebagai hasil karya manusia yang mengandung

keindahan dan dapat diekspresikan melalui suara, gerak ataupun ekspresi lainnya.

Kesenian memiliki banyak jenis bila dilihat dari perkembangannya. Ada yang dikenal

sebagai seni tradisional yang berkembang secara alami di masyarakat tertentu kadang

kala masih tunduk pada atur-aturan yang baku namun ada juga yang sudah tidak

terikat aturan, kesenian ini kadangkala merupakan kesenian rakyat yang bisa

(8)

Kesenian daerah yang tumbuh dan berkembang di Jampangkulon yaitu

Kesenian Pencak Silat Pancer, yang dijadikan jati diri kota Sukabumi Selatan

khususnya Jampangkulon. Kesenian tersebut mempunyai daya tarik yang tinggi dan

bisa juga berfungsi sebagai media pendidikan tanpa menghilangkan nilai-nilai budaya

yang terkandung di dalamnya hal ini sesuai dengan apa yang di ungkapkan M Purna

dan Sigit:

“ Dalam silat sebenarnya memahami tentang berbagai nilai-nilai sosial budaya

setempat seperti nilai-nilai tentang kesetiakawanan, kesabaran,pandangan hidup yang semua dapat membentuk manusia yang tangguh dan mampu melindungi yang lemah serta dapat menuntun masyarakat sekitar kedalam kedamaian” (Purna dan Sigit,1996 : 59).

Pencak Silat Pancer merupakan kesenian tradisional warisan leluhur

Jampangkulon yang pada umumnya mempunyai peranan penting bagi masyarakat

Jampangkulon. Pencak Silat Pancer juga merupakan modal untuk mempertahankan

kekuasaan dan perlawanan terhadap musuh yang berasal dari luar maupun dari dalam

daerah Jampangkulon Sukabumi. Pencak Silat Pancer ini selain silat Cimande yang

paling menonjol di antara silat yang lainnya di Jampangkulon.

Pencak Silat Aliran Pancer termasuk kesenian tradisional yang hidup dan

berkembang di Jampangkulon, yang memiliki kaidah-kaidah gerak dan irama yang

merupakan suatu pendalaman khusus. Pencak silat sebagai seni mengikuti

ketentuan-ketentuan keselarasan, keseimbangan, dan keserasian. Kesenian Pencak Silat Pancer

merupakan kesenian tradisional salah satu warisan leluhur Jampangkulon yang pada

zaman dahulu berperan penting bagi masyarakat Jampangkulon dalam

mempertahankan wilayahnya. Semakin berkembangnya kebudayaan termasuk

kesenian tradisional Pencak Silat Pancer mengalami pergeseran dan berkurangnya

(9)

Salah satu faktor yang membuat Pencak Silat Pancer ini berkurang

peminatnya yaitu dikenalnya seni beladiri lain yang lebih popular seperti Taekwondo

dan Karate. Zaman semakin berkembang seiring berkembangnya wawasan

masyarakat tentang kesenian beladiri itu sendiri. Seni beladiri karate dan Taekwondo

ini mulai populer di masyarakat Jampangkulon pada tahun 1987. Pada awalnya di

Jampangkulon mulai didirikan tempat latihan Karate dan Taekwondo itu ada dua

tempat, tetapi setelah berkembangnya pengetahuan mengenai beladiri Taekwondo

dan Karate itu berkembanglah beladiri tersebut mengalahkan beladiri Pencak Silat

Pancer, kesimpulannya disini terjadi perubahan minat masyarakat terhadap seni

beladiri Pencak Silat Pancer sehingga perguruan Pencak Silat di Jampangkulon mulai

berkurang.(Ade, wawancara tanggal 08 Agustus 2012).

Seperti yang telah dikemukakan di atas bahwa permasalahan ini muncul

terlihat dengan adanya pengaruh minat yang ditandai dengan pesatnya kemajuan di

bidang ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga mampu mengubah kehidupan

masyarakat yang awalnya berminat penuh terhadap pencak silat pancer sebagai seni

tradisional menjadi masyarakat yang berminat terhadap seni beladiri yang lebih

populer atau seni modern, Perkembangan teknologi tersebut menyebabkan suatu

perubahan sikap dan minat seni masyarakat. Berdasarkan berbagai permasalahan

yang terjadi hendaknya Pencak Silat yang beraliran Pancer sebagai kesenian

tradisional yang terdapat di Jampangkulon Sukabumi dikembangkan kembali menjadi

sebuah potensi budaya lokal yang dapat memberikan pertunjukan yang aktif dan

komunikatif dengan cara memodifikasi serta mengkolaborasikan gerak silat dengan

jenis musik kesenian tradisional lainnya tanpa mengubah ciri khas serta nilai-nilai

yang terkandung didalamnya.

Salah satu usaha yang dapat dilakukan dalam mempertahankan kesenian

tradisional yang hampir punah ialah dengan penyesuaian terhadap pengaruh

kebudayaan lain karena kebudayaan lain masih dipandang sebagai salah satu faktor

terjadinya penurunan minat masyarakat terhadap kesenian tradisional. Upaya yang

(10)

bantuan dari berbagai pihak baik Pesilat yang beraliran Pancer, Pemerintah Daerah

sebagai pemegang kebijakan, maupun kalangan akademisi yang peduli terhadap

budaya.

Berdasarkan permasalahan yang sudah dijelaskan tersebut maka penulis

merasa tertarik untuk melakukan dan mengkaji lebih jauh tentang keberadaan atau

perkembangan dari kesenian Pencak Silat Pancer yang terdapat di wilayah

Jampangkulon Sukabumi. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana

pihak terkait atau masyarakat setempat dalam pendirian dan perkembangan pencak

silat yang beraliran Pancer. Penulis membatasi permasalahan ini dimulai pada tahun

1960 sampai dengan 1990. Pada awal tahun 1960 Pencak Silat Pancer mulai dikenal

di masyarakat dan sering dipertunjukan apabila ada acara besar di alun-alun

Jampangkulon Sukabumi, serta pada tahun 1960 juga kesenian tradisional Pencak

Silat Pancer di Jampangkulon Sukabumi mencapai puncak kejayaannya. Hal ini

ditandai dengan seringnya kesenian tersebut dipertunjukan dalam berbagai acara

pernikahan, khitanan, hari ulang tahun Jampangkulon Sukabumi Selatan atau acara

peringatan proklamasi kemerdekaan.

Di awal tahun 1989 kesenian Pencak Silat Pancer mulai mengalami

penurunan yang diakibatkan karena di samping yang melatih pencak silat Pancer

mengalami sakit-sakitan dan pada akhir tahun 1989 pelatih utama Pencak Silat Pancer

meninggal dunia sehingga Paguron Pencak Silat Pancer diturunkan kepada anaknya

yang bernama Bapak Ade, selain itu juga salah satu faktor yang menjadikan Pencak

Silat Pancer mengalami kemunduran yaitu dengan adanya perubahan ketertarikan

masyarakat jampangkulon terhadap kesenian tradisional itu menurun karena pada

tahun 1990 sudah mulai adanya kesenian luar yang lebih modern.

Berdasarkan permasalahan di atas, terdapat beberapa alasan penulis dalam

mengambil tema Perkembangan Kesenian Pencak Silat Pancer pada masyarakat

Jampangkulon Sukabumi tersebut. Pertama, Penulis melihat kesenian Pencak Silat

Pancer telah mengalami pasang surut terutama tidak adanya generasi penerus

(11)

Pancer yang sekarang hampir punah di kalangan masyarakat masa kini ingin kembali

dihidupkan dan diperkenalkan kembali kepada masyarakat masa kini sehingga

nilai-nilai seni tradisional tidak hilang begitu saja di kalangan masyarakat Jampangkulon

Sukabumi Selatan. Kedua, Penulis ingin melihat bagaimana upaya masyarakat

setempat atau pihak terkait terutama para pesilat aliran Pancer dalam

mengembangkan seni tradisional yang dimilikinya pada masa itu dan masa sekarang.

Ketiga, penulisan sejarah lokal mengenai seni Pencak Silat Pancer sebagai usaha

pelestarian terhadap potensi budaya lokal agar nama Jampangkulon bisa dikenal di

mata dunia tidak dengan hal-hal yang negatif melainkan mempunyai nilai historisnya.

Berdasarkan alasan di atas tersebut, penulis tertarik untuk melakukan

pengkajian lebih dalam mengenai perkembangan kesenian tradisional dengan sudut

kajian sosial budaya yang mengambil objek kajian penelitian di Jampangkulon

Sukabumi Selatan dengan judul “Perkembangan Pencak Silat Pancer di

Jampangkulon Sukabumi Tahun 1960-1990.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan di atas, terdapat permasalahan

utama yang akan dikaji yaitu “Bagaimanakah Perkembangan Pencak Silat Pancer

yang Terjadi di Jampangkulon Sukabumi Tahun 1960-1990?” Agar permasalahan

yang dikaji menjadi lebih jelas, peneliti akan memberikan batasan masalah tersebut

ke dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana sejarah singkat munculnya kesenian bela diri Pencak Silat Pancer

di Jampangkulon Sukabumi?

2. Bagaimana dampak pergeseran dari seni beladiri Pencak Silat Pancer yang

menjadi identitas budaya dengan adanya unsur bela diri lain terhadap

kebudayaan yang berada di daerah Jampangkulon itu sendiri?

3. Bagaimana upaya pelestarian kesenian Pencak Silat Pancer yang dilakukan

(12)

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka penelitian yang dilaksanakan oleh

penulis ada dua aspek tujuan yakni tujuan umum dan tujuan khusus, tujuan umum

disini bermaksud untuk memperoleh informasi dan pelajaran yang berharga dari

peritiwa atau kejadian sejarah di masa lalu agar menjadi sebuah pijakan dalam

melangkah di masa yang akan dating. Tujuan khususnya di sini adalah untuk

mengetahui alasan mengapa Pencak Silat Pancer yang merupakan salah satu budaya

kesenian yang dikembangkan khas di daerah Jampangkulon Sukabumi dapat bertahan

di tengah arus globalisasi dan modernisasi. Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai

oleh penulis dalam penulis dalam penelitian ini :

1. Menjelaskan sejarah singkat munculnya kesenian Pencak Silat Pancer di

Jampangkulon Sukabumi.

2. Menjelaskan dampak pergeseran dari seni beladiri Pencak Silat Pancer yang

menjadi identitas budaya dengan adanya unsur bela diri lain terhadap

kebudayaan yang berada di daerah Jampangkulon itu sendiri.

3. Menjelaskan upaya pelestarian kesenian Pencak Silat Pancer yang dilakukan

oleh para tokoh pesilat Pancer .

1.4 Manfaat Penelitian

Secara umum diharapkan dengan adanya penelitian ini Pencak Silat Pancer

yang berada di Jampangkulon Sukabumi dapat dikenal oleh masyarakat pada

umumnya sebagai salah satu potensi budaya lokal yang dimiliki oleh masyarakat

yang berada di Jampangkulon. Sebagai upaya untuk mengangkat dan melestarikan

budaya leluhur Jampangkulon Sukabumi Selatan yang perkembangannya mengalami

penurunan akibat selain tidak ada penerus selain itu juga ada indikasi pengaruh

globalisasi sehingga pemerintah daerah menganjurkan dan menunjuk sekolah SMA

dan SMP untuk diadakannya muatan lokal mengenai kesenian Pencak Silat Pancer

(13)

dilihat dari matapelajaran kesenian tradisional yang ada di sekolah SMA ada

kaitannya dengan SK-KD yang ada di dalam buku Sejarah kelas X semester 1.

Adapun manfaat lain dari penelitian ini adalah :

1. Penulisan karya ilmiah ini diharapkan dapat memperkaya khazanah dalam

penulisan sejarah lokal yang dapat dijadikan sebagai sumber referensi

penulisan sejarah lokal lainnya.

2. Memberikan sumbangan pemikiran bagi pihak lain yang akan mengkaji

lebih lanjut mengenai Pencak Silat Pancer di Jampangkulon Sukabumi

Selatan.

3. Penelitian mengenai Pencak Silat Pancer di Sukabumi Selatan diharapkan

dapat menumbuhkan apresiasi baik dari masyarakat maupun pemerintah

untuk berusaha menjaga dan melestarikan kebudayaan lokal.

4. Penelitian mengenai Pencak Silat Pancer di Jampangkulon Sukabumi ini

diharapkan dapat menumbuhkan dan meningkatkan apresiasi masyarakat

terutama generasi muda terhadap Pencak Silat Pancer sebagai kebudayaan

lokal.

1.5 Metode Penelitian

Pada bagian ini metode yang akan digunakan oleh peneliti adalah metode

historis, yakni suatu proses pengkajian, penjelasan, dan penganalisaan secara kritis

terhadap rekaman serta peninggalan masa lampau (Sjamsuddin, 2007: 17-19).

1) Heuristik

Tahapan ini ditandai dengan dilakukannya proses penelusuran, pencarian dan

pengumpulan sumber-sumber sejarah yang dibutuhkan dalam penelitian. Dalam

hal ini proses heuristik yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan mencari

sumber-sumber lisan yang relevan untuk dijadikan sebagai sumber primer dalam

(14)

Adapun penelusuran sumber penelitian yang digunakan oleh penulis dalam

kepentingannya untuk mengkaji dan menganalisis permasalahan yang dikaji adalah

dengan:

 Studi kepustakaan yaitu mempelajari data-data atau catatan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti dan mempelajari buku-buku atau literatur untuk

memperoleh informasi teoritis yang berkenaan dengan masalah penelitian. Dengan

teknik ini diharapkan dapat membantu dan mendapatkan sumber yang bersifat

teoritis.

 Wawancara adalah suatu alat pengumpul data yang digunakan untuk mendapatkan informasi yang berkenaan dengan pendapat, aspirasi, harapan,

persepsi, keinginan, dan lain-lain dari individu atau responden caranya melalui

pertanyaan yang sengaja kepada responden oleh peneliti. Langkah-langkah dalam

menggunakan teknik wawancara ditempuh sebagai berikut:  Mengisi kisi-kisi pedoman wawancara

 Menyusun pedoman wawancara  Mencari dan menentukan informan

 Mensetting waktu, tempat, dan fasilitas untuk melakukan wawancara  Melakukan wawancara sesuai dengan keperluan pengumpulan data  Melakukan validasi data

 Mendeskripsikan data

 Studi Dokumentasi adalah penelitian yang dilakukan terhadap informasi yang didokumentasikan dalam rekaman, baik gambar, suara, tulisan, atau lain-lain.

(15)

2) Kritik

Setelah melakukan heuristik, peneliti melakukan kritik atas sumber, yaitu

suatu kegiatan dengan melakukan penilaian dan mengkritisi sumber-sumber yang

telah diperoleh dengan melakukan kritik ekstern dan intern. Kegiatan ini ditujukan

untuk mengetahui apakah sumber-sumber yang telah dikumpulkan relevan dengan

penelitian yang akan dilakukan.

3) Interpretasi

Tahap berikutnya ialah proses penafsiran yang diperoleh dari hasil pemikiran dan

pemahaman terhadap keterangan-keterangan yang diperoleh dari sumber-sumber

dengan cara menghubungkan satu fakta dengan lainnya. Penelitian ini juga

menggunakan pendekatan interdisipliner. Pendekatan interdisipliner merupakan suatu

pendekatan yang menggunakan konsep disiplin ilmu-ilmu sosial lain. Peneliti

menggunakan ilmu sosiologi dan ilmu Antropologi.

4) Historiografi

Tahap akhir dari penelitian ini ialah historiografi yakni proses penulisan dan

penyusunan hasil penelitian yang utuh dan masuk akal atas interpretasi dan eksplanasi

yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya serta peneliti berusaha melakukan

historiografi dengan merangkai berbagai fakta yang ada sehingga dapat menjadi suatu

cerita sejarah yang baik dan dapat dipercaya kebenarannya. Penulisan sejarah ini

juga dilakukan dengan menggunakan kaidah bahasa yang baik dan benar serta

dituliskan dengan sederhana sehingga diharapkan dapat menarik minat untuk

membacanya serta dapat dengan mudah dimengerti. Peneliti menggunakan ilmu

sosiologi dan ilmu Antropologi.

1.6 Struktur Organisasi Skripsi

Hasil dari penelitian skripsi ini akan disusun ke dalam lima bab yang terdiri

dari Pendahuluan, Kajian Pustaka, Metode Penelitian, Pembahasan, Kesimpulan dan

Saran. Adapun fungsi dari pembagian ini bertujuan memudahkan penulisan agar

(16)

Bab I Pendahuluan. Dalam bab ini menjelaskan mengenai latar belakang

penelitian yang menjadi alasan peneliti sehingga tertarik untuk melakukan penelitian

yang ditujukan sebagai bahan penelitian, rumusan masalah yang diuraikan dalam

beberapa pertanyaan yang menjadi permasalahan dalam penelitian, pembatasan

masalah untuk memfokuskan kajian penelitiansesuai dengan permasalahan utama,

tujuan dan manfaat penelitian dari penelitian serta sistematika penulisan dalam

menyusun skripsi.

Bab II Kajian Pustaka. Dalam bab ini menguraikan secara lebih terperinci

mengenai materi-materi yang berhubungan dengan permasalahan-permasalahan

dalam penelitian ini. Uraian materi-materi tersebut adalah informasi-informasi yang

diperoleh dari hasil kajian pustaka. Dari hasil kajian pustaka ini juga dipaparkan

beberapa konsep yang dikembangkan dalam bab ini, adalah konsep-konsep yang

relevan dengan bahan penelitian yang dilakukan. Selain itu, dijabarkan mengenai

sumber-sumber kepustakaan yang digunakan dan mendukung terhadap permasalahan

yang sedang dikaji oleh penulis yaitu mengenai perkembangan budaya seni

tradisional di JampangKulon Sukabumi.kajian pustaka ini merupakan kerangka dasar

berpikir bagi penulis untuk dapat memahami temuan-temuan yang diperoleh di

lapangan, sehingga di uapayakan bias mempermudah melakukan analisis terhadap

masalah yang dikaji oleh penulis.

Bab III Metodologi Penelitian. Dalam bab ini membahas langkah-langkah,

metode dan teknik penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam melaksanakan

penelitian ini. Lebih lanjut, dalam bab ini peneliti menguraikan tahapan-tahapan yang

dilakukan oleh peneliti dalam penelitian yang berisi langkah-langkah penelitian

dimulai dari heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Semua prosedur

penelitian akan dibahas dalam bab ini. Hal ini dilakukan untuk memudahkan penulis

dalam memberikan arahan dalam pemecahan masalah yang dikaji oleh penulis.

Bab IV Pencak Silat Pancer di JampangKulon Sukabumi Tahun 1960-1990.

Dalam bab ini merupakan isi utama dari tulisan sebagai jawaban atas

(17)

pembahasan yang berisi keterangan dari data-data temuan dilapangan data yang

sudah diperoleh oleh penulis dipaparkan secara deskriptif untuk memperjelas maksud

yang terkandung dalam data temuan tersebut, penulis juga mencoba untuk kritis

terhadap data-data temuan dilapangan dan membandingkan dengan sumber yang

mendukung pada permasalahan yang penulis teliti.

Bab V Kesimpulan dan Saran. Dalam bab ini mengemukakan kesimpulan dari

pembahasan yang berisi mengenai beberapa kesimpulan yang dikemukakan oleh

penulis merupakan hasil dari analisis terhadap permasalahan yang telah diajukan

sebelumnya secara menyeluruh, setelah penulis menganalisis fakta yang diperoleh

dan didukung oleh berbagai sumber literatur yang telah penulis baca serta dikaji

(18)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai langkah, prosedur atau

metodologi penelitian yang dipakai oleh peneliti untuk mengumpulkan fakta yang

berkaitan dengan judul skripsi “Perkembangan Pencak Silat Pancer di Jampangkulon

Sukabumi Tahun 1960-1990”. Penulis mencoba untuk memaparkan berbagai langkah

yang digunakan dalam mencari sumber-sumber, cara pengolahan sumber, analisis dan

cara penelitiannya.

Pada bagian pertama penulis akan menjelasakan metode secara teoritis sebagai

landasan dalam pelaksanaan penelitian yang penulis lakukan. Pada bagian kedua akan

dijelaskan mengenai tahapan-tahapan persiapan dalam pembuatan skripsi, yaitu

penentuan dan pengajuan tema, penyusunan rancangan penelitian, mengurus

perizinan, menyiapkan perlengkapan penelitian, dan proses bimbingan. Bagian ketiga

berisi tentang pelaksanaan penelitian yang dimulai dari pengumpulan data (heuristik)

baik sumber tertulis maupun sumber lisan, kritik sumber, dan interpretasi.

Pada bagian terakhir akan dipaparkan mengenai proses penulisan skripsi atau

historiografi sebagai bentuk laporan tertulis dari penelitian sejarah yang telah

dilakukan. Berdasarkan uraian tersebut, penulisan dan penyusunan skripsi ini

dijabarkan menjadi tiga langkah kerja penelitian sejarah. Ketiga langkah tersebut

dibagi dalam tiga bagian, yaitu persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian, dan

laporan hasil penelitian.

3.1. Metode Penelitian

Penelitian merupakan sebuah usaha yang dilakukan untuk mendapatkan

jawaban-jawaban atas masalah yang dihadapi. Dalam melakukan sebuah penelitian

(19)

yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode historis atau metode

sejarah dengan pendekatan interdispliner.

Metode sejarah adalah :

“Metode sejarah adalah seperangkat sarana/system yang berisi asas-asas atau norma-norma, aturan-aturan, prosedur, metode dan teknik yang harus diikuti untuk mengumpulkan segala kemungkinan saksi mata (witness) tentang suatu masa atau peristiwa, untuk mengevalusai kesaksian (testimony) tentang saksi-saksi tersebut, untuk menyusun fakta-fakta yang telah diuji dalam hubungan – hubungan kausalnya dan akhirnya menyajikan pengetahuan yang tersusun mengenai peristiwa-peristiwa tersebut” (Ismaun, 2005:28).

Dari pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan

metode sejarah sangat sesuai dengan penelitian ini karena data dan fakta-fakta yang

diperlukan berhubungan dengan peristiwa masa lampau. Dengan menggunakan

metode sejarah penulis dapat mengkaji keaslian sumber data sejarah, kebenaran

informasi sejarah, serta bagaimana melakukan interpretasi terhadap sumber data

sejarah tersebut untuk disusun sebagai cerita sejarah.

Tugas penulis dalam penelitian historis adalah :

”Mengadakan rekonstruksi mengenai masa lampau, tidak semua peristiwa masa lalu dapat diulang kembali, sehingga penelitian ini haruslah berdasarkan fakta sejarah dan membangun pemecahan persoalan berdasarkan fakta tersebut, menurut, dalam kaitannya dengan ilmu sejarah, dengan sendirinya

metode sejarah adalah “ bagaimana mengetahui sejarah” sedangkan

metodologi adalah “ mengetahui bagaimana mengetahui sejarah” (Sjamsuddin,2007: 14).

Sedangkan menurut Ismaun

(20)

Dalam mengkaji permasalahan dalam penelitian ini , penelitian menggunakan

pendekatan interdisipliner.

“Pendekatan interdisipliner adalah pendekatan dalam pemecahan suatu masalah dengan menggunakan tinjauan berbagai sudut pandang ilmu serumpun yang relevan secara terpadu. Disiplin ilmu yang digunakan yaitu ilmu sosiologi dan antropologi. Ilmu sosiologi seperti peranan sosial dan perubahan sosial. Apabila ilmu antropologi dipergunakan dalam mengkaji mengenai budaya pada masyarakat Jampangkulon dan mengkaji Pencak Silat Pancer. Menggunakan pendekatan interdisipliner atau multidimensional maksudnya ialah dalam menganalisis berbagai peristiwa atau fenomena di masa lalu, sejarah menggunakan konsep-konsep dari berbagai ilmu sosial tertentu yang relevan dengan pokok kajiannya “(Ismaun, 2005 :198).

Helius Sjamsuddin ( 2007 : 67-187 ) menjelaskan bahwa penelitian sejarah

yang pada dasarnya adalah penelitian terhadap sumber-sumber sejarah, merupakan

implementasi dari tahapan kegiatan yang tercakup dalam metode sejarah yakni :

1. Heuristik adalah kegiatan mencari dan menentukan sumber yang diperlukan

berhasil tidaknya pencarian sumber, pada dasarnya tergantung dari wawasan

peneliti mengenai sumber yang diperlukan dan keterampilan teknis

penelusuran sumber, baik berupa sumber tulisan maupun sumber lisan. Pada

tahap ini akan dilakukan pencarian sumber lisan melalui teknik wawancara

kepada guru pencak silat dan tokoh Pencak Silat Pancer disamping itu juga

pemerintah setempat. Pada tahap ini pula, penulis menggunakan studi

kepustakaan yaitu untuk memperoleh data yang dianggap relevan degan

bahasan mengenai Pencak silat Pancer, kesenian tradisional, pelestarian

pencak silat pancer sebagai kesenian tradisional, teori-teori antropologi.

2. Kritik merupakan tahapan lanjutan dari heuristik, yaitu melakukan proses

penyelidikan terhadap sumber dan data yang telah diperoleh sebelumnya, baik

dalam segi bentuk (kritik eksternal) maupun isinya ( kritik internal). Hal ini

bertujuan agar fakta yang akan digunakan dalam penelitian ini sesuai dengan

permasalhan yang menjadi fokus kajian serta untuk menyeleksi data, sehingga

(21)

3. Interpretasi yaitu penapsiran akan makna fakta dan hubungan antara stu fakta

dengan fakta lain. Penafsiran atas fakta harus dilandasi oleh sikap objektif.

Kalaupun dalam hal tertentu bersikap sujektif , harus subjektif rasional,

jangan subjektif emosional, rekonstruksi peristiwa sejarah harus menghasilkan

sejarah yang benar atau mendekati kebenaran. Pada tahap ini, penulis

menginterpretasikan data-data mengenai Pencak Silat Pancer yang sudah

dianalisis dan dikritik. Dalam tahap ini diharapkan dapat menjawab

permasalahan yang terdapat dalam penulisan skripsi ini.

4. Historiografi adalah rangkaian dari fakta berikut maknanya secara

kronologis/diakronis dan sistematis, menjadi tulisan sejarah sebagai kisah.

Kedua sifat uraian itu harus benar-benar tampak, karena keduanya hal itu

merupakan bagian dari ciri karya ilmiah, sekaligus ciri sejarah sebagai ilmu.

Fakta-fakta yang telah didapatkan penulis tentang Pencak Silat Pancer dengan

melalui berbagai macam proses kemudian disusun oleh penulis menjadi

sebuah karya tulis.

Wood Gray (Sjamsuddin, 2007: 89) mengemukakan ada enam langkah dalam

metode historis, yaitu :

1. Memilih suatu topik yang sesuai. Dalam penelitian ini topik tentang Pencak

Silat Pancer dipilih peneliti karena peneliti tertarik untumk mengangkat

kesenian atau budaya lokal masyarakat Jampangkulon yang harus dilestarikan.

2. Mengusut semua evidensi (bukti) yang relevan dengan topik.mencari dan

mengumpulkan data-data terkait dengan Pencak Silat Pancer mencari para ahli

pencak silat pancer serta pemain pencak silat pancer di daerah Jampangkulon

khususnya kemudian mencari buku-buku yang bersinggungan dengan Pencak

Silat Pancer ataupun mengenai pencak silat, seni tradisional pertunjukan, dan

pelestarian pencak silat. Buku-buku tersebut penulis dapatkan di beberapa

perpustakaan diantaranya: perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia,

Perpustakaan STSI, Perpustakaan Daerah Sukabumi dan di beberapa toko buku.

(22)

masyarakat Jampangkulon untuk menunjang data-data lainnya terhadap

penulisan skripsi ini.

3. Membuat catatan tentang apa saja yang di anggap penting dan relevan dengan

topik yang ditemukan ketika penelitian sedang berlangsung. Dalam langkah ini

penulis membuat catatan-catatan penting terutama dari hasil wawancara peneliti

dengan narasumber, hasil wawancara dengan narasumber yang kompeten dan

ahli mengenai Pencak Silat Pancer kemudian dituangkan penulis dalam bentuk

tulisan.

4. Mengevaluasi secara kritis semua evidensi yang telah dikumpulkan (kritik

sumber). Kritik dilakukan terhadap semua sumber yang dihimpun peneliti

tentang Pencak Silat Pancer untuk memperoleh data yang relevan. Setelah

sumber yang berkenaan dengan Pencak Silat Pancer diperoleh dan dikumpulkan

kemudian ditelaah serta diklasifikasikan terhadap sumber-sumber informasi

selain itu juga penulis membandingkan hasil wawancara terhadap narasumber

dengan buku-buku yang berkaitan dengan Pencak Silat Pancer.

5. Menyusun hasil-hasil penelitian (catatan fakta-fakta) ke dalam suatu pola yang

benar dan berarti yaitu sistematika tertentu yang telah disiapkan sebelumnya.

Catatan fakta-fakta hasil penelitian disusun oleh penulis dalam sebuah

sistematika yang baku dengan berpedoman pada buku pedoman penulisan karya

ilmiah. Kemudian penulis tuangkan dalam skripsi yang berjudul perkembangan

Pencak Silat Pancer di Jampangkulon Sukabumi pada tahun 1960-1990.

6. Menyajikan dalam suatu cara yang dapat menarik perhatian dan

mengkomunikasikannya kepada para pembaca sehingga dapat dimengerti

sejelas mungkin.

Agar metode sejarah memiliki makna yang utuh dan konperhensif, maka dalam

melaksanakan penelitian sejarah sebisanya memperhatikan hal-hal berikut:

Dalam historiografi diperlukan pendekatan fenomenologis yang didasarkan atas

(23)

1) Pengungkapan yang bersifat reflektif, sehingga dimungkinkan tetap adanya kesadaran dan subjektifitas diri sendiri, seperti kepentingan, perhatian, logika, metode, serta latar belakang historisnya.

2) Bersifat komperhensif, sehingga memiliki relevansi terhadap realitas sosial berbagai tingkat dan ruang lingkup.

3) Memiliki relevansi terhadap kehidupan praktis (Kartodirdjo, 1987:236).

3.1.1 Persiapan Penelitian

Sebelum melakukan penelitian ada beberapa prosedur penelitian yang penulis

lakukan. Kegiatan penulis tersebut dilakukan secara bertahap, tahapan yang diambil

penulis dalam proses persiapan adalah sebagai berikut :

1) Penentuan dan Pengajuan Tema Penelitian

Sebelum melakukan penelitian yang berkenaan dengan permasalahan yang

dikaji peneliti terlebih dahulu menentukan tema dan judul penelitian, setelah

peneliti mendapatkan tema dan menentukan judul mka peneliti

mengajukannya kepada tim pertimbangan penulis skripsi (TPPS) Jurusan

Pendidikan Sejarah. Pada saat itu judul yang diajukan oleh peneliti yaitu “Perkembangan Pencak Silat Pancer di Jampangkulon Sukabumi pada tahun 1960-1990”setelah mendapatkan persetujuan dari Tim Pertimbangan

Penulis Skripsi (TPPS), maka peneliti mulai melakukan penuyusunan

rancangan peneliti dalam bentuk proposal.

2) Penyusunan Rancangan Penelitian

Dalam tahap ini peneliti melakukan pencarian sumber-sumber yang

berhubungan dengan permasalahan yang dikaji. Peneliti membaca berbagai sumber

literatur yang relevan mengenai permasalahan yang dibahas setelah mendapatkan data

rancangan penelitian ini dijabarkan dalam bentuk proposal oleh peneliti, setelah

proposal selesai peneliti mengajukannya kembali ke Tim Pertimbangan Penulisan

Skripsi dan di setujui dengan surat ketetapan dari ketua jurusan pendidikan sejarah,

setelah proposal disetujui maka ditetapkan calon pembimbing 1 dan calon

(24)

proposal pada tanggal 2 Mei 2012. Di dalam seminar tersebut peneliti mendapatkan

beberapa masukan dari dosen-dosen yang menghadiri seminar, dari seminar tersebut

mendapatkan masukan untuk mengubah rumusan masalah, latar belakang dan

tinjauan pustaka serta ada pertanyaan yang menyangkut ada tidaknya muatan lokal di

sekolah mengenai muatan lokal pencak silat jawaban peneliti jelas ada yaitu selama

menjelang dua tahun lebih di sekolah SMP maupun SMA di Jampangkulon ada

muatan lokal mengenai pencak silat. Sistematika penulisan proposal yang digunakan

oleh peneliti adalah yang terdapat pada buku panduan penulisan karya ilmiah

Universitas Pendidikan Indonesia tahun 2012.

a) Judul penelitian

b) Latar belakang masalah

c) Perumusan masalah

d) Tujuan penelitian

e) Manfaat penelitian

f) Kajian pustaka

g) Metode penelitian

h) Struktur organisasi skripsi

3) Menyiapkan Perlengkapan dan Izin Penelitian

Pembuatan surat perijinan ini dilakukan agar peneliti lebih mudah dalam

mendapatkan informasi ketika melakukan penelitian. Dalam tahapan ini, peneliti

membuat surat perijinan dari jurusan yaitu surat permohonan izin mengadakan

penelitian dalam rangka memenuhi tugas akhir perkuliahan, yang kemudian diajukan

kembali ke sub bagian mahasiswa FPIPS yang kemudian ditandatangani oleh

pembantu dekan bidang pendidikan dan kemahasiswaan. Sebelum membuat surat

permohonan izin mengadakan penelitian yang diajukan ke bagian sub bagian

mahasiswa FPIPS peneliti menyiapkan syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk

permohonan izin penelitian yaitu proposal yang sudah di terima oleh pembimbing ,

foto copy KTM, membuat surat perijinan dari Jurusan, salinan foto copy bukti

(25)

a) Perpustakaan Daerah Sukabumi

b) Dinas Pemuda Olahraga Budaya dan Pariwisata kota Sukabumi

c) Badan Pusat Statistik Daerah Sukabumi

d) Kantor Desa Kecamatan Jampangkulon Sukabumi

e) Ketua persatuan perguruan Pencak Silat Pancer Desa Jampangkulon

Sukabumi

Dalam memperoleh data dan sumber yang diperlukan, peneliti terlebih dahulu

mempersiapkan rancangan penelitian dan perlengkapan penelitian ketika melakukan

proses penelitian, adapun perlengkapan penelitian yang disiapkan adalah sebagai

berikut:

a) Surat izin dari Dekan FPIPS

b) Instrumen wawancara

c) Alat perekam

d) Kamera Foto

e) Alat tulis dan catatan lapangan

Surat keputusan izin penelitian dari pihak dekan FPIPS Universitas

Pendidikan Indonesia digunakan penulis sebagai surat pengantar yang bertujuan dan

berfungsi mengantarjan atau menjelaskan kepada suatu intansi/perorangan bahwa

penulis sedang melaksanakan suatu penelitian dengan harapan agar

intansi/perorangan tersebut dapat memberikan informasi data dan fakta yang penulis

butuhkan selama proses penelitian.

4) Proses Bimbingan/Konsultasi

Proses bimbingan merupakan salah satu tahapan yang penting dalam

penyusunan laporan penelitian ini. Dengan melakukan bimbingan. Peneliti akan

mendapatkan masukan-masukan dari pembimbing 1 dan pembimbing II yang akan

membantu dalam proses penyusunan laporan penelitian. Dalam penyusunan laporan

penelitian ini peneliti di bimbing oleh Drs. Ayi Budi Santosa, M.Si selaku

pembimbing I dan Drs. Syarif Moeis selaku pembimbing II. Setiap hasil penelitian

(26)

peneliti lebih memahami, dan mendapat petunjuk untuk menghadapi segala kendala

yang ditemukan dalam penyusunan penelitian ini.

3.2. Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dengan beberapa langkah sesuai dengan

metode sejarah yang digunakan oleh peneliti.

3.2.1. Heuristik atau Pengumpulan Sumber

Pada tahap ini penulis berusaha untuk melakukan pencarian, pengumpulan

dan mengklasifikasikan berbagai sumber yang berhubungan dengan permasalahan

yang sedang di kaji. Sumber sejarah menurut Helius Sjamsuddin (2007:73), adalah

segala sesuatu yang berlangsung menceritakan kepada kita, tentang suatu kenyataan

atau kegiatan manusia pada masa lalu. Sumber sejarah berupa bahan-bahan sejarah

yang memuat bukti-bukti aktifitas manusia dimasa lampau yang berbentuk tulisan

atau cerita. Sumber tertulis berupa buku dan artikel yang berhubungan dengan

permasalahan yang dikaji dan juga ditambah dengan sumber lisan dengan

permaslaahan yang dikaji dan juga ditambah sumber lisan dengan menggunakan

teknik wawancara kepada narasumber yang menjadi pelaku dan mengetahui tentang “

perkembangan Pencak Silat Pancer di Jampangkulon Sukabumi tahun 1960-1990”.

Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah studi kepustakaan,

wawancara dan studi dokumentasi. Studi kepustakaan dilakukan dengan dengan

mencari buku-buku yang relevan dan sesuai dengan permasalahan yang dikaji dalam

penelitian ini yaitu mengenai Pencak Silat Pancer. Berkaitan dengan ini, dilakukan

kegiatan kunjungan ke perpustakaan-perpustakaan yang berada di Daerah Sukabumi

khususnya di Jampngkulon yang mendukung dalam penulisan ini.setelah berbagai

literatur terkumpul dan cukup relevan sebagai acuan dalm penulisan ini, maka

penulis mulai mempelajari, mengkaji dan mengidentifikasi serta memilih sumber

(27)

Tahap selanjutnya yaitu melakukan wawancara. Wawancara dilakukan

dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan narasumber untuk

memberikan informasi sesuai dengan permasalahan penelitian. Wawancara yang

dilakukan adalah teknik wawancara gabungan yaitu perpaduan antara wawancara

terstruktur dan tidak tersetruktur. Wawancara tersetruktur adalah wawancara yang

terdiri dari suatu daftar pertanyaan yang telah direncanakan dan disusun sebelumnya.

Semua responden yang diwawancarai diberi pertanyaan yang sama dengan kata-kata

dan tata urutan yang seragam, sedangkan wawancara yang tidak terstruktur adalah

wawancara yang tidak mempunyai persiapan sebelumnya dari daftar pertanyaan

dengan susunan kata-kata dan tata urut yang harus dipatuhi penulis.

Wawancara dilakukan oleh penulis kepada orang-orang yang langsung

bersangkutan dengan peristiwa atau objek penelitian, pelaku atau saksi dalam suatu

peristiwa kesejarahan yang akan diteliti dalam hal ini yaitu tentang Pencak Silat

Pancer yang menjadi salah satu seni dan budaya tradisional yang ada di

Jampangkulon. Penggunaan teknik wawancara sebagai teknik untuk memperoleh data

berdasarkan pertimbangan bahwa periode yang menjadi bahan kajian dalam penulisan

ini masih memungkinkan untuk mendapatkan sumber lisan mengenai Pencak Silat

Pancer. Selain itu juga narasumber, pelaku atau saksi mengalami dan melihat dan

merasakan sendiri peristiwa masa lampau yang menjadikan objek kajian sehingga

sumber yang diperoleh akan menjadi objektif. Karena dalam hal ini teknik

wawancara erat kaitannya dengan sejarah lisan (oral history) yaitu ingatan yang

pertama ditulis oleh tangan yang dituturkan secara lisan oleh orang-orang yang di

wawancara sejarawan (Sjamsuddin, 2007: 78).

Tahap selanjutnya studi dokumentasi yang merupakan penelitian yang

dilakukakn terhadao informasi yang didokumentasikan dalam rekaman, baik gambar,

suara tulisan, atau lainya bentuk rekaman biasanya dikenal dengan penelitiana

analisis dokumen atau analisis isi. Lokasi penelitian terletak di desa Jampangkulon

Kecamatan Jampangkulon Kabupaten Sukabumi, jarak lokasi penelitian adalah

(28)

waktu kurang lebih 15 menit dengan menggunakan kendaraan bermotor, penulis

tidak lupa selalu membawa surat ijin yang di dapat dari Universitas Pendidikan

Indonesia bertujuan untuk bahwasanya penulis datang ke suatu tempat untuk

wawancara dan pencarian data itu ada bukti sah ijin penelitian dari Universitas

Pendidikan Indonesia. Penulis mengambil lokasi di desa Jampangkulon dengan

pertimbangan bahwa Desa tersebut salah satu Desa yang masih melestarikan seni dan

budaya tradisional Pencak Silat Pancer, subjek penelitian di dalam penelitian ini

adalah masyarakat serta tokoh tokoh Pencak Silat Pancer adapun perangkat desa dan

pemerintah setempat serta pengamata kesenian tradisional Pencak Silat Pancer di

Jampangkulon. Penulis pertama kali datang ke tempat yang dituju yaitu pada bulan

April 2012. Penulis melakukan wawancara dengan beberapa orang yang mengetahui

kesejarahan mengenai perkembangan kesenian Pencak Silat Pancer yaitu yang

pertama kali penulis datangi yaitu kepala Padepokan Balungwesi yang mana beliau

adalah sumber kunci utama yang dapat memberikan banyak infomasi mengenai

Pencak Silat Pancer di Jampangkulon yaitu bapak Ade, selain itu diantaranya ada

beberapa orang lagi diantaranya Dudin, Asep, Unang, Yuyu, Endar, Fahrizal, Hikmat,

Risman, Fauzi.

1) Sumber tertulis

Pada tahap ini penulis mencari sumber tertulis yang relevan dengan

permasalahan penelitian baik berupa buku, artikel, maupun karya ilmiah lainnya.

Studi literatur yang dilakukan yaitu dengan cara membaca dan mengkaji

sumber-sumber tertulis yang menunjang dalam penulisan skripsi ini. Sumber tertulis tersebut

diperoleh dari berbagai tempat :

1. Perpustakaan UPI

Data yang diperoleh di Perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia yaitu

buku-buku yang berkaitan dengan Pencak silat dan buku-buku umum yang berkaitan

dengan permasalahan yang dikaji oleh peneliti dalam mengerjakan skripsi. Terutama

(29)

metode penelitian dalam masyarakat, pencarian sumber tertulis di Perpustakaan

Universitas Pendidikan Indonesia ini dilakukan secara rutin seminggu sekali yaitu

mulai pada tanggal 13 Juli 2012 . Buku yang diperoleh di Perpustakaan Universitas

Pendidikan Indonesia adalah Buku Khazanah Pencak Silat, buku karya Soedarsono

yang berjudul Seni Pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi dan bukunya Edi

Sedyawati yang berjudul Budaya Indonesia : Kajian Arkeologi, Seni dan Sejarah.

2. Perpustakaan STSI Bandung

Data yang didapatkan oleh penulis di perpustakaan STSI Bandung yaitu

berupa buku-buku umum yang lebih spesifik tentang buku seni tradisional dan seni

beladiri pencak silat yang lebih lengkapnya penulis dapatkan di perpustakaan ini

dilakukan sebanyak seminggu sekali. Yaitu pada tanggal 18 Juli 2012 buku yang

diperoleh di STSI Bandung yaitu buku karya Rohidi yang berjudul Kesenian dalam

Pendekatan Kebudayaan, Buku Karya Salah yang berjudul Aspek Manusia Dalam

Seni Pertunjukan, buku karya Umar Khayam yang berjudul Seni, Tradisi,

Masyarakat, dan buku Edi Sedyawati yang berjudul Pertumbuhan Seni Pertunjukan.

3. Perpustakaan Daerah Sukabumi

Penulis datang ke Perpustakaan Daerah Sukabumi dengan membawa surat ijin

penelitian dari Universitas Pendidikan Indonesia pada tanggal 13 September 2012.

Data yang didapatkan oleh penulis diperpustakaan daerah Sukabumi yaitu berupa

buku-buku umum mengenai kebudayaan kota Sukabumi dan seni beladiri buku yang

diperoleh di Perpustakaan daerah Sukabumi yaitu buku Pencak Silat Merentang

Waktu karya O’ong Maryono.

4. Badan Pusat Statistik Sukabumi

Penulis datang ke Kantor Badan Pusat Statistik Sukabumi dengan membawa

surat ijin penelitian dari Universitas Pendidikan Indonesia pada tanggal 6 September

2012, datang ke Kantor ini penulis mengalami kesulitan dikarenakan kantor Badan

Pusat Statistik Sukabumi pindah tempat ke Gelanggang Sukabumi. Data yang

(30)

serta kondisi perekonomian masyarakat, kebiasaan masyarakat Jampangkulon dan

luas wilayah Jampangkulon Sukabumi serta Peta Jampangkulon Sukabumi.

5. Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten

Sukabumi

Penulis datang ke Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata

Kabupaten Sukabumi dengan membawa surat ijin dari Universitas Pendidikan

Indonesia, pada tanggal 26 Juli 2012, Sumber tertulis yang penulis dapatkan di dinas

pemuda, olahraga, kebudayaan dan pariwisata kota Sukabumi yaitu arsip mengenai

sejarah dan budaya Kota Sukabumi dan data mengenai perguruan seni tradisional

Pencak silat yang berada di daerah Jampangkulon, datang ke Dinas Pemuda, Olahrag,

Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sukabumi dilakukan sebanyak dua kali.

6. Persatuan Perguruan Pencak Silat Pancer di Jampangkulon

Penulis datang ke Paguron Pencak Silat Pancer Balung Wesi dengan

membawa surat ijin dari Universitas Pendidikan Indonesia pada tanggal 28 April

2012, kemudian penulis bertemu langsung dengan ketua atau pelatih Pencak Silat

Pancer dan ada beberapa sumber tertulis maupun lisan yang didapatkan dari

perguruan ini adapun buku yang penulis dapat dari Paguron balung Wesi yaitu buku

Karuhun Pencak Pancer Jampangkulon dan Data yang didapatkan penulis yaitu

mengenai kondisi perkembangan kesenian yang ada di daerah Sukabumi serta penulis

mendapatkan informasi mengenai kondisi fisik daerah Jampangkulon yang pada saat

tahun kajian penulis yaitu tahun 1960-1990 . Penulis datang berkali-kali ke Paguron

Pencak Silat Pancer ini dikarenakan penulis memerlukan informasi yang sangat

banyak dan lengkap dari pesilat Pancer ataupun guru Pencak Silat Pancer dan juga

yang ahlin di dalam Pencak Silat Pancer.

2) Sumber lisan

Dalam pengumpulan sumber lisan penulis mencari narasumber yang relevan

agar dapat memberikan informasi yang sesuai dengan maslah yang dikaji melalui

(31)

yang dikaji kepada pihak-pihak sebagai pelaku dan saksi. Sumber lisan ini memiliki

peranan yang penting sebgai sumber sejarah yang lainnya.

Narasumber dapat dibagi dan dikatagorikan menjadi dua yaitu pelaku dan

saksi. Pelaku adalah mereka yang benar-benar mengalami peristiwa atau kejadian

yang menjadi bahan kajian seperti guru yang mengajarkan Pencak Silat Pancer atau

budayawan yang merupakan pelaku sejarah yang mengikuti perkembangan Pencak

Silat Pancer dari waktu ke waktu, sedangkan saksi adalah mereka yang melihat dan

mengetahui bagaimana peristiwa itu terjadi, misalnya masyarakat sebagai pendukung

dan penikmat serta pemerintah sebagai lembaga terkait.

Narasumber yang penulis wawancara antara lain Bapak Ade merupakan

Anak dari yang memiliki sejarah Pencak Silat Pancer di Pedepokan Balungwesi,

Bapak Endar merupakan yang ahli dalam kesenian tradisional, Bapak Unang

merupakan pengamat kesenian yang ada di daerah Jampangkulon khususnya, Ibu

Yuyu Sebagai guru Kesenian Di SMPN 1 Jampangkulon dan juga Ibu Yuyu ini

sebagai guru Pencak Silat Pancer putri di Pedepokan Balungwesi, Bapak Fahrizal

merupakan Guru Kesenian Di SMAN 1 Jampangkulon, Bapak Asep yang mana

pelatih Pencak Silat Pancer khususnya di Jampangkulon, Hikmat merupakan seniman

yang mengikuti Pencak Silat Pancer, Fauzi adalah pegawai desa yang mengetahui

sedikitnya mengenai keberadaan kesenian Pencak Silat Pancer di Jampangkulon,

Dudin yang memiliki buku sejarah Pencak Silat Pancer, Risman adalah pegawai Desa

yang ikut terlibat didalam kegiatan Pencak Silat Pancer, kesimpulannya mereka

tersebut adalah pemegang teguh kesenian khas Daerah Jampangkulon, adapun

perlombaan Pencak Silat Pancer ini pernah diadakan di Pelabuhan Ratu.

“Teknik wawancara merupakan suatu cara untuk mendapatkan informasi secara lisan dari narasumber sebagai pelengkap dan narasumber tertulis”(Kuntowijoyo, 1995 : 23). Menurut teknik wawancara dibagi menjadi dua bagian, yaitu :

(32)

2. Wawancara tudak terstruktur atau tidak berencana adalah wawancara yang tidak mempunyai suatu persiapan sebelumnya dari suatu daftar pertanyaan dengan susunan kata-kata dan tata urut yang harus dipatuhi peneliti. Dalam melakukan wawancara di lapangan, penulis menggunakan kadua teknik wawancara tersebut. Hal tersebut digunakan agar informasi yang didapatkan oleh penulis lebih lengkap. Selain itu juga, dengan penggabungan dua teknis wawancara tersebut penulis menjadi tidak kaku ketika melakukan wawancara kepada narasumber dan narasumber pun lebih bebas dalam mengungkapkan berbagai informasi yang disampaikan (Koentjaraningrat 1994: 138-139).

Sebelum melakukan wawancara penulis menyiapkan daftar pertanyaan

terlebih dahulu. Daftar pertanyaan tersebut dijabarkan secara garis besar dan pada

pelaksanaanya, pertanyaan tersebut diatur dan diarahkan sehinga pembicaraan

berjalan sesuai dengan permasalahan pokok, apabila informasi yang diberikan oleh

narasumber kurang jelas, maka peneliti mengajukan kembali pertanyaan yang masih

terdapat dalam kerangka pertanyaan besar.

Hasil wawancara dengan narasumber disalin dalam bentuk tulisan untuk

memudahkan peneliti dalam proses pengkajian yang akan dibahas pada bagian

selanjutnya. Setelah sumber yang berkenaan dengan masalah penelitian ini diperoleh

dan dikumpulkan, kemudian dilakukan penelaah serta pengklasifikasian terhadap

sumber-sumber informasi, sehingga benar-benar dapat diperoleh sumber yang relevan

dengan masalah penelitian yang dikaji.

3) Sumber Dokumentasi dan Benda

Dalam pengumpulan sumber dokumentasi penulis mencari hasil dokumentasi

yang masih bisa ada dan masih dapat dilihat dengan jelas keberadaannya seperti

foto-foto pementasan atau foto-foto pertunjukan pada saat Pencak Silat Pancer itu di

pertunjukan dan dipentaskan dari tahun 1960-1990, serta piagam-piagam

penghargaan pertandingan Pencak Silat Pancer pada Tahun 1960-1990, begitupun

dengan sumber kebendaan penulis mencari benda apa sajakah yang menjadi

(33)

3.2.2. Kritik Sumber

Langkah selanjutnya adalah penulis harus melakukan penyaringan secara

kritis terhadap sumber yang telah diperoleh, terutama terhadap sumber-sumber

premier agar terjaring fakta yang menjadi pilihannya. Langkah inilah yang disebut

kritik sumber, baik terhadap bahan materi (ekstern) sumber maupun terhadap

substansi (isi) sumber. Dalam tahap ini data-data yang telah diperoleh berupa sumber

tertulis maupun sumber lisan disaring dan dipilih untuk di nilai dan diselidiki

kesesuaian sumber keterkaitan dan keobjektifan.

Dalam bukunya Sjamsuddin terdapat lima pertanyaan yang harus digunakan untuk

mendapatkan kejelasan keamanan sumber-sumber tersebut yaitu :

1. Siapa yang mengatakan itu ?

2. Apakah dengan satu atau cara lain kesenian itu telah diubah?

3. Apakah sebenarnya yang dimaksud oleh orang itu dengan kesaksiannya? 4. Apakah orang yang memberikan kesaksian itu seorang saksi mata yang

kompeten, apakah ia mengetahui fakta?

5. Papakah saksi itu mengatakan yang sebenarnya dan memberikan kepada kita fakta yang diketahui itu? (Sjamsuddin,2007 : 133)

“Fungsi kritik sumber serta kaitannya dengan tujuan sejawan itu dalam rangka mencari kebenaran, sejawan dihadapkan dengan kebutuhan untuk mengadakan apa yang benar, apa yang tidak benar (palsu), apa yang mungkin dan apa yang meragukan atau mustahil” (Sjamsuddin, 2007 : 131).

3.2.3. Kritik Eksternal

“Kritik ekstern adalah cara pengujian sumber terhadap aspek-aspek luar dari sumber sejarah secara terinci. Kritik ekternal merupakan suatu penelitian atas usul dari sumber, suatu pemeriksaan atas catatan atau peninggalan itu sendiri untuk mendapatkan semua informasi yang mungkin dan untuk mendapatkan semua informasi yang mungkin, dan untuk mengetahui apakah pada suatu waktu sejak asal mulanya sumber ini telah diubah oleh orang-orang tertentu atau tidak” (Sjamsuddin,2007:104-105).

Kritik eksternal merupakan suatu penelitian asal-usul dari sumber, suatu

pemeriksaan atas catatan-catatan atau peninggalan itu sendiri untuk mendapatkan

(34)

sumber itu telah diubah oleh orang-orang tertentu atau tidak. Sumber kritik eksternal

harus menerangkan fakta dan kesaksian bahwa:

a. Kesaksian itu benar-benar diberikan oleh orang itu atau pada waktu itu

authenticity atau otentisitas.

b. Kesaksian yang telah diberikan itu telah bertahan tanpa ada perubahan, atau

penambahan dan penghilangan fakta-fakta yang substansial, karena memori

manusia dalam menjelaskan peristiwa terkadang berbeda setiap individu,

malah ada yang ditambah ceritanya atau dikurangi tergantug pada sejauh

mana narasumber mengingat peristiwa sejarah yang sedang di kaji.

Kritik ekstern ingin menguji otentitas (keaslian) suatu sumber, agar diperoleh

sumber yang sungguh-sungguh asli dan bukannya tiruan atau palsu. Dalam penelitian

ini penulis melakukan kritik eksternal baik terhadap sumber tertulis dilakukan dengan

cara memilih buku-buku yang berkaitan dengan pertimbangan bahwa buku – buku

yang penulis pakai merupakan buku hasil cetakan yang didalamnya memuat nama

penulsi, penerbit, tahun terbit dan tempat dimana buku tersebut diterbitkan. Kriteria

tersebut dapat dianggap sebagai suatu jenis pertanggungjawaban atau buku yang telah

diterbitkan.

dalam melakukan kritik eksternal terhadap sumber-sumber tertulis, penulis

memperhatikan aspek akademis dari penulis buku yaitu dengan melihat latar

belakang penulis buku tersebut untuk melihat kebenarannya, memperhatikan aspek

tahun terbitannya, serta tempat buku diterbitkan.disini penulis melakukan kritik

eksternal terhadap sumber lisan yang dilakukan oleh penulis dengan cara

mengidentifikasi narasumber. Kritik eksternal terhadap sumber lisan, penulis lakukan

dengan cara melihat usia narasumber, kedudukan, kondisi fisik dan prilaku,

pekerjaan, pendidikan, agama dan keberadaannya pada kurun waktu 1960-199.

Narasumber yang penulis temui rata-rata memiliki usia yang tidak terlalu muda

(35)

3.2.4.Kritik Internal

Kritik internal merupakan suatu cara pengkajian yang dilakukan terhadap aspek

dalam yang berupa isi dari sumber. Dalam tahapan ini penulis melakukan kritik

internal baik terhadap sumber-sumber tertulis maupun terhadap sumber lisan.

“ Kritik internal terhadap sumber-sumber tertulis yang telah diperoleh berupa buku-buku referensi dilakukan dengan membandingkan dengan sumber lain namun terhadap sumber yang berupa arsip tidak dilakukan kritik dengan anggapan bahwa telah ada lembaga yang berwenang untuk melakukannya. Dengan kata lain bahwa kritik ekstern terhadap sumber terltulis bertujuan untuk menguji keaslian dokumen, sedang kritik intern lebih menguji makna isi dokumen atau sumber tertulia tersebut “( Shafer, 1974 : 117-119).

Kritik internal bertujuan untuk mengetahui kelayakan sumber yang telah

diperoleh peneliti dari hasil wawancara dengan narasumber sebagai sumber sejarah

yang berhubungan dengan peristiwa yang dikaji oleh penulis. Sebagai langkah

pertama yang dilakukan oleh peneliti dalam melakukan kritik internal dalam sumber

lisan adalah dengan melihat kualitas informasi yang dipaparkan oleh narasumber,

konsistensi pemaparan dalam menyampaikan informasi tersebut, serta kejelasan dan

keutuhan informasi yang diberikan oleh narasumber. Karena semakin konsisten

informasi yang diberikan oleh narasumber akan semakin menentukan kualitas sumber

tersebut, serta tingkat reabilitas dan kreadibilitas juga dapat dipertanggungjawabkan.

Kritik internal terhadap sumber lisan ini pada dasarnya dilakukan dengan cara

membandingkan hasil wawancara antara narasumber yang satu dengan narasumber

lainnya sehingga penulis mendapatkan fakta dan informasi mengenai perkembangan

pencak silat Pancer. Contohnya hasil wawancara antara Ade dengan Unang yang

merupakan pelatih Pencak Silat Pancer penulis melakukan kaji banding apakah

terdapat perbedaan-perbedaan dari jawaban yang dikemukakan oleh narasumber. Jika

kebanyakan isinya seragam, maka penulis dapat menyimpulkan apa yang dikatakan

oleh narasumber adalah benar. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir

(36)

3.2.5. Interpretasi

Tahap ketiga dalam penulisan karya ilmiah ini adalah interpretasi.

“Interpretasi berarti menafsirkan atau memberi makna kepada fakta-fakta (facts) atau bukti-bukti sejarah (evidences). Interpretasi diperlukan karena pada dasarnya bukti-bukti sejarah (evidences) dan fakta-fakta sebagai saksi-saksi sejarah tidak dapat berbicara sendiri mengenai apa yang disaksikannya dari realitas masa lampau. Interpretasi merupakan proses pemberian penafsiran terhadap fakta yang telah dikumpulkan.Pada tahap ini, fakta-fakta yang telah dikumpulkan dipilih dan diklasifikasikan sesuai dengan permasalahan yang dikaji sehingga dapat menjawab permasalahan yang diajukan dalam Bab I.Pada tahapan interprestasi berbagai data dan fakta yang lepas satu sama lain dirangkai dan dihubungkan sehingga diperoleh satu kesatuan yang selaras, dimana peristiwa yang satu dimasukan ke dalam keseluruhan konteks peristiwa atau kejadian yang lain yang melingkupinya” (Ismaun, 2005: 131).

Pada tahapan ini, peneliti mulai menyusun dan merangkai fakta-fakta sejarah

yang didasarkan pada sumber sejarah yang telah dikritik sebelumnya. Dalam upaya

rekonstruksi sejarah masa lampau pertama-tama interpretasi memiliki makna

memberikan kembali relasi antar fakta-fakta. Tahapan tersebut ialah mencari dan

membuktikan adanya relasi antara fakta yang satu dengan lainnya, sehingga terbentuk

satu rangkaian makna yang faktual dan logis tentang bagaimana perkembangan

Pencak Silat Pancer di Jampangkulon Sukabumi tahun 1960-1990.

Cara yang dilakukan peneliti dengan cara membandingkan berbagai sumber.

Hal ini berguna untuk mengantisipasi penyimpangan informasi yang berasal dari para

pelaku sejarah. Dari hubungan antara berbagai sumber dan fakta inilah yang

kemudian dijadikan sebagai dasar untuk membuat penafsiran (Interpretasi). Makna

yang kedua dari interpretasi ialah memberikan eksplanasi terhadap fenomena sejarah.

Interpretasi menjelaskan argumentasi-argumentasi jawaban peneliti terhadap

pertanyaan-pertanyaan kausal, mengapa dan bagaimana peristiwa-peristiwa atau

gejala-gejala di masa lampau terjadi.

(37)

dan keduanya saling menunjang. Karena analisis dan sintesis dipandang sebagai metode-metode utama dalam interpretasi “(Kuntowijoyo, 2003: 103-104).

Fakta tersebut kemudian disusun dan ditafsirkan, sehingga fakta-fakta tersebut

satu sama lain saling berhubungan dan menjadi suatu rangkai peristiwa sejarah yang

logis dan kronologis yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya serta

memberikan penjelasan terhadap permasalahan penelitian.

3.2.6. Historiografi

Tahap selanjutnya dari proses penelitian ini adalah penulisan laporan penelitian.

Tahap ini merupakan tahap akhir dalam penulisan karya ilmiah ini atau disebut juga

historiografi.

“Historiografi merupakan langkah akhir dari keseluruhan prosedur penulisan karya ilmiah sejarah, yang merupakan kegiatan intelektual dan cara utama dalam memahami sejarah” (Sjamsuddin, 1996: 153).

Tahap ini merupakan hasil dari upaya penulis dalam mengerahkan kemampuan

menganalisis dan mengkritisi sumber yang diperoleh dan kemudian dihasilkan

sintesis dari penelitiannya yang terwujud dalam penulisan skripsi dengan judul “perkembangan pencak silat pancer di Jampangkulon Sukabumi pada tahun

1960-1990” ada beberapa syarat umum yang harus diperhatikan oleh seorang peneliti dalam melakukan pemaparan sejarah, yaitu:

1. Peneliti harus memiliki kemampuan mengungkapkan bahasa secara baik, agar data dapat dipaparkan seperti seperti apa adanya atau seperti yang dipahami oleh peneliti dan dengan gaya bahasa yang khas.

2. Terpenuhinya kesatuan sejarah, yakni suatu penulisan sejarah itu disadari sebagai bagian dari sejarah yang lebih umum, karena ia didahului oleh masa dan diikuti oleh masa pula. Dengan perkataan lain, penulisan itu

ditempatkannya sesuai dengan perjalanan sejarah.

3. Menjelaskan apa yang ditemukan oleh peneliti dengan menyajikan bukti-buktinya dan membuat garis-garis umum yang akan diikuti secara jelas oleh pemikiran pembaca.

(38)

didasarkan pada bukti-bukti terseleksi, bukti yang cukup lengkap dan detail fakta yang akurat (Usman dan Abdurrahman, 1999 : 67-68).

Pada tahap ini seluruh hasil penelitian yang berupa data-data dan fakta-fakta

yang telah mengalami proses heuristik, kritik dan interpretasi dituangkan oleh penulis

ke dalam bentuk tulisan. Dalam historiografi ini penulis mencoba untuk

mensintesakan dan menghubungkan keterkaitan antara fakta-fakta yang ada sehingga

menjadi suatu penulisan sejarah.

Tahap historiografi ini akan peneliti laporkan dalam sebuah tulisan berbentuk

skripsi dan disusun berdasarkan pedoman penulisan karya ilmiah yang berlaku di

lingkungan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Adapun tujuan dari laporan hasil

penelitian ini adalah untuk memenuhi kebutuhan studi akademis tingkat sarjana pada

Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI.

Berdasarkan ketentuan penulisan karya ilmiah di lingkungan UPI tersebut,

maka struktur organisasi skripsi ini adalah sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan, menjelaskan tentang latar belakang penelitian yang

memaparkan mengapa masalah yang muncul itu penting untuk diteliti. Pada bab ini

juga berisi perumusan dan pembatasan masalah yang disajikan dalam bentuk

pertanyaan untuk mempermudah peneliti mengkaji dan mengarahkan pembahasan,

tujuan penelitian, metode penelitian serta struktur organisasi skripsi. Adapun yang

menjadi uraian dari bab 1 ini yakni: Latar Belakang Penelitian, Perumusan Masalah,

Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Metode Penelitian, dan Struktur Organisasi

Skripsi.

Bab II Kajian Pustaka, memaparkan berbagai sumber literatur yang peneliti

anggap memiliki keterkaitan dan relevan dengan masalah yang dikaji dan didukung

dengan sumber tertulis seperti buku dan dokumen yang relevan. Dalam kajian

pustaka ini, peneliti membandingkan, mengkontraskan dan memposisikan kedudukan

masing-masing penelitian yang dikaji kemudian dihubungkan dengan masalah yang

sedang diteliti. Hal ini dimaksudkan agar adanya keterkaitan antara permasalahan di

(39)

mendukung, dimana dari teori yang sedang dikaji dengan permasalahan yang diteliti

bisa berkaitan sedangkan fungsi dari kajian pustaka adalah sebagai landasan teori

dalam analisis temuan.

Bab III Metode Penelitian, bab ini berisi mengenai tahap-tahap,

langkah-langkah, metode penelitian yang digunakan oleh peneliti meliputi heuristik, kritik,

interpretasi, dan historiografi. Semua prosedur dalam penelitian akan dibahas pada

bab ini. Prosedur yang dimaksud adalah langkah-langkah peneliti dalam melakukan

penelitian ini seperti tahap perencanaan, pengajuan judul penelitian, persiapan

penelitian, proses bimbingan dan tahap pelaksanaan penelitian. Dalam bab ini juga

peneliti mengungkapkan dan melaporkan pengalaman selama melaksanakan

penelitian.

Bab IV Perkembangan Pencak Silat Pancer, merupakan isi utama dari tulisan

karya ilmiah ini mengenai permasalahan-permasalahan yang terdapat pada rumusan

dan batasan masalah. Selain itu pada dasarnya bab IV ini merupakan hasil pengolahan

dan analisis terhadap fakta-fakta yang telah ditemukan dan diperoleh selama

penelitian berlangsung. Pada bab IV ini peneliti akan memaparkan hasil penelitian

dengan gaya berceritanya sendiri.

Bab V Kesimpulan dan Saran, sebagai bab terakhir yakni menjelaskan

kesimpulan yang merupakan jawaban dan analisis peneliti terhadap masalah-masalah

secara keseluruhan yang merupakan hasil dari penelitian. Hasil akhir ini merupakan

pandangan serta interpretasi peneliti mengenai inti dari bab IV yakni mengenai

pembahasan. Selain itu dalam Bab V disajikan penafsiran peneliti terhadap hasil

analisis dan temuan, hasilnya disajikan dalam bentuk kesimpulan penelitian.

Pada bab ini peneliti mengemukakan beberapa kesimpulan yang didapatkan

setelah mengkaji permasalahan yang telah diajukan sebelumnya. Pada Bab V ini

laporan yang dibuat dan dilampirkan bisa berbentuk uraian padat atau dengan cara

butir demi butir, akan tetapi akan lebih baik jika bentuk yang disajikan adalah dengan

(40)

mengharapkan saran dan kritik pembaca atas penelitian yang telah dilakukannya

(41)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil temuan di lapangan mengenai Perkembang Pencak Silat

Pancer di Jampangkulon tahun 1960-1990, terdapat beberapa hal yang dapat

penulis simpulkan, pertama penulis menjelaskan Pencak Silat Pancer merupakan

seni tradisional yang telah lama hidup, tumbuh, dan berkembang pada masyarakat

Jampangkulon yang keberadaannya telah menjadi bagian dari aspek kebudayaan

masyarakat setempat, lahirnya Pencak Silat Pancer tidak lepas dari tumbuh dan

berkembangnya menyesuaikan dengan perubahan pola pikir secara umum yang

terjadi di masyarakat yang mewarnai kehidupan masyarakatnya. Pola pikir

masyarakat yang tadinya sangat menghargai nilai-nilai tradisi berubah menjadi

masyarakat sekuler yang hanya mementingkan hiburan semata.

Kedua, Dalam perkembangannya, Pencak Silat Pancer yang menjadi

identitas budaya dengan adanya unsur seni bela diri terhadap kebudayaan yang

berada di daerah Jampangkulon, Pencak Silat Pancer mengalami perkembangan

yang cukup pesat yaitu pada tahun 1970-an dengan sering dita

Referensi

Dokumen terkait

Analisis Interpretasi Citra Quickbird Berdasarkan hasil interpretasi Citra Quickbird tahun 2010 dan tahun 2015 yang telah di digitasi, menunjukkan perkembangan luas

Pada tahapan ini penulis akan menyajikan fakta-fakta yang telah ditemukan, dianalisis dan ditafsirkan menjadi sebuah tulisan yang tersusun dalam bentuk skripsi

Pentaksiran Rujukan Standard merupakan proses mendapatkan maklumat tentang sejauh mana murid tahu dan boleh buat atau telah menguasai apa yang dipelajari mengikut

Pentaksiran Rujukan Standard merupakan proses mendapatkan maklumat tentang sejauh mana murid tahu dan boleh buat atau telah menguasai apa yang dipelajari mengikut

Pentaksiran Rujukan Standard merupakan proses mendapatkan maklumat tentang sejauh mana murid tahu dan boleh buat atau telah menguasai apa yang dipelajari mengikut

Merupakan tahap penggabungan dari referensi (preseden, teoritik, dan pengolahan empiris) dan fakta yang telah dikaji pada tahap analisis tersebut diolah dan

Kegiatan pemberian tindakan yang dilakukan merupakan tahap pengembangan dan pelaksanaan dari rencana yang telah disusun pada tahap perencanaan.Kegiatan yang dilakukan

Pencak Silat Pagar Nusa sendiri adalah Pencak Silat yang di bawah naungan NU, di Kecamatan Singkut khusunya Pencak Silat Pagar Nusa itu berkembang cukup baik