• Tidak ada hasil yang ditemukan

TENGKULAK DAN PETANI: Kajian Historis Terhadap Perkembangan Tengkulak Sayur di Desa Nanggerang Kecamatan Cililin Kabupaten Bandung Barat Tahun 1990-2013.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TENGKULAK DAN PETANI: Kajian Historis Terhadap Perkembangan Tengkulak Sayur di Desa Nanggerang Kecamatan Cililin Kabupaten Bandung Barat Tahun 1990-2013."

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Departemen Pendidikan Sejarah

Oleh

Sutisna

0901576

DEPARTEMEN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

(2)

Oleh Sutisna

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Departemen Pendidikan Sejarah

Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahun Sosial

© Sutisna 2015

Universitas Pendidikan Indonesia Januari 2015

Hak cipta dilindungi undang-undang.

(3)

TENGKULAK DAN PETANI: KAJIAN HISTORIS TERHADAP PERKEMBANGAN TENGKULAK SAYUR DI DESA NANGGERANG KECAMATAN CILILIN KABUPATEN BANDUNG BARAT TAHUN

1990-2013

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH

PEMBIMBING :

Pembimbing I

Drs. H. Ayi Budi Santosa, M.Si NIP. 19630311 198901 1 001

Pembimbing II

Wawan Darmawan, S.Pd., M.Hum NIP. 19710101 199903 1 003

Mengetahui,

Ketua Departemen Pendidikan Sejarah

(4)

Sutisna, 2015

TENGKULAK D AN PETANI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Tengkulak Dan Petani: Kajian Historis Terhadap Perkembangan Tengkulak Sayur di Desa Nanggerang Kecamatan Cililin Kabupaten Bandung Barat Tahun 1990-2013”. Latar belakang peneliti mengambil permasalahan ini karena melihat adanya kondisi dimana petani sayur di Desa Nanggerang begitu bergantung kepada peran tengkulak sayur dalam menjalankan usaha pertaniannya, padahal para petani sendiri mengetahui bahwa tengkulak

mempunyai konotasi negatif sebagai “pemonopoli harga” dalam praktek usahanya terutama dalam hal pengambilan keuntungan pinjaman modal dan transaparansi harga jual sayuran. Masalah utama yang diangkat dalam skripsi ini adalah

(5)

Sutisna, 2015

TENGKULAK D AN PETANI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

(6)

Sutisna, 2015 2.1 Kewirausahaan Tengkulak Sayur ... 12

2.2 Peran dan Kedudukan Petani Sayur di Desa Nanggerang ... 15

2.3 Hubungan Patron-Client Antara Petani dan Tengkulak ... 16

2.4 Mobilitas Petani Sayur... 18

2.5 Perubahan Sosial- Ekonomi Petani Sayur ... 18

2.6 Penelitian Terdahulu ... 21

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ... 26

3.2 Persiapan Penelitian ... 31

3.2.1 Penentuan dan Pengajuan Tema Penelitian... 31

3.2.2 Penyusunan Rancangan Penelitian ... 32

3.2.3 Mengurus Perizinan Penelitian... 33

3.2.4 Mempersiapkan Perlengkapan Penelitian ... 33

3.2.5 Proses Bimbingan... 34

3.3 Pelaksanaan Penelitian... 34

3.3.1 Heuristik (Pengumpulan Sumber) ... 35

3.3.2 Kritik Sumber ... 40

3.3.2.1Kritik Eksternal ... 40

3.3.2.2Kritik Internal ... 41

3.3.1 Interpretasi... 42

(7)

Sutisna, 2015

TENGKULAK D AN PETANI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu v

BAB IV PERKEMBANGAN TENGKULAK SAYUR DI DESA NANGGERANG KECAMATAN CILILIN KABUPATEN

BANDUNG BARAT

4.1 Gambaran Umum Wilayah Desa Nanggerang ... 46

4.1.1 Keadaan Geografis dan Administratif ... 46

4.1.2 Kondisi Demografis dan Mata Pencaharian ... 50

4.2 Latar Belakang Munculnya Tengkulak Sayur ... 54

4.2.1 Kehidupan Petani Sebelum Hadirnya Tengkulak Sayur ... 54

4.2.2 Munculnya Tengkulak/Bandar Sayur...55

4.3 Pola Hubungan Antara Tengkulak Dengan Petani Sayur ... 58

4.3.1 Aktivitas Keseharian Tengkulak dan Petani Sayur ... 58

4.3.1.1Aktivitas Keseharian Tengkulak Sayur ... 58

4.3.1.2Aktivitas Keseharian Petani Sayur ... 60

4.3.2 Peran dan Kedudukan Tengkulak Sayur ... 63

4.3.3 Ketergantungan Petani Terhadap Tengkulak Sayur ... 69

4.4 Upaya Petani Dalam Menghadapi Kehadiran Tengkulak Sayur ... 70

4.4.1 Menjadi Petani Mandiri... 71

4.5 Dampak Kehadiran Tengkulak Sayur Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Nanggerang... 73

4.5.1 Tingkat Pendapatan dan Kesejahteraan Petani Sayur ... 74

4.5.2 Munculnya Golongan Buruh Tani dan Buruh Kemas atau Sortir Sayuran ... 80

4.5.2.1Munculnya Golongan Buruh Tani ... 81

4.5.2.2Munculnya Golongan Buruh Kemas atau Sortir Sayuran 82 4.5.3 Perubahan Sosial Ekonomi Dengan Berkembangnya Tengkulak Sayur... 83

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 87

5.2 Saran ...89

DAFTAR PUSTAKA ... 92

LAMPIRAN

(8)

Sutisna, 2015

TENGKULAK D AN PETANI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Jawa Barat dikenal sebagai daerah yang mempunyai iklim sejuk dan wilayahnya yang mempunyai banyak pegunungan sangat cocok untuk dijadikan sebagai lahan pertanian atau perkebunan. Jawa barat sendiri merupakan salah satu propinsi terbesar penghasil tanaman holtikultura di Indonesia. Produksi terbesar disumbang oleh sayuran dan buah-buahan masing-masing sebanyak 3,1 juta ton dan 2,6 juta ton. Sayuran dan buah-buahan menjadi tanaman primadona di Jawa Barat. Menurut Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Jawa Barat tahun 2006, tidak kurang dari 23 jenis sayuran dibudidayakan di Propinsi ini setiap tahun. Jenis-jenis sayuran yang menjadi unggulan dari Jawa Barat ialah cabai merah, tomat, kentang dan kubis. Propinsi Jawa Barat adalah daerah penghasil sayuran terbaik di Indonesia dibandingkan daerah-daerah pertanian di Propinsi lainnya, sehingga Jawa Barat menjadi daerah penghasil sayuran terbesar di Indonesia. Hal itu sebagaimana yang dijelaskan dalam laporan penelitian SADI-ACIAR (2009: 8) yang berjudul Rantai Nilai Sayuran di Kawasan Timur Indonesia – fokus pada cabe, bahwa:

Terdapat 33 provinsi di Indonesia yang memproduksi lebih dari 20 jenis sayuran: akan tetapi 85% dari keseluruhan tanaman dibudidayakan di Pulau Jawa dan Sumatera. Provinsi-provinsi penghasil sayuran terbesar adalah: Jawa Barat (35,6%), Jawa Tengah (13,3%), Jawa Timur (11,9%), dan Sumatera Utara (10,3%). Keempat provinsi ini menghasilkan lebih dari 70% total produksi sayuran.

(9)

Sutisna, 2015

TENGKULAK D AN PETANI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

Salah satu daerah penghasil sayuran di Jawa Barat adalah pegunungan di kawasan Bandung, yang terbagi ke dalam dua wilayah, yakni Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat. Di Kabupaten Bandung Barat sendiri pemasok sayuran terbagi menjadi dua wilayah yaitu wilayah kabupaten Bandung Barat bagian selatan dan Kabupaten Bandung Barat wilayah utara. Dilihat dari topografinya wilayah Kabupaten Bandung Barat mempunyai perbukitan yang lahannya masih luas sangat cocok untuk ditanami sayuran. Masyarakat Kabupaten Bandung Barat khususnya di wilayah pegunungan pada umumnya bertani sayuran holtikultura, seperti tomat, kol, jagung, buncis, kacang-kacangan, mentimun dan cabai yang merupakan sayur keunggulan wilayah tersebut. Secara nasional semua jenis sayuran di Kabupaten Bandung Barat memiliki peran penting bagi pertumbuhan output sayuran Jawa Barat. Kabupaten Bandung Barat merupakan salah satu wilayah pemasok utama sayuran di Jawa Barat dan daerah sekitarnya seperti Tanggerang, Bekasi, Depok, dan Jakarta (Amaliah & Julia, 2012: 4). Hasil panen sayuran dari Kabupaten Bandung Barat disalurkan ke pasar-pasar induk maupun pasar tradisional di sekitaran kota Bandung dan ke luar kota, contohnya pasar induk Caringin, pasar induk Cibitung Bekasi, bahkan sampai ke luar Jawa Barat yaitu pasar induk Tanah Tinggi Tanggerang dan pasar induk Kramat Jati Jakarta Timur. Adanya peningkatan infrastruktur berupa perbaikan jalan desa, meningkatnya alat transportasi angkutan barang, dan pembukaan jalan tol Cipularang pada tahun 2005 menjadi penunjang kelancaran distribusi sayuran dari Bandung Barat.

(10)

Sutisna, 2015

TENGKULAK D AN PETANI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

daerah pasir (perbukitan), tercatat 1220 dari 1554 orang yang termasuk dalam usia kerja bermata pencaharian sebagai petani sayuran, itu berarti sekitar 80% penduduk Desa Nanggerang adalah petani (Laporan Profil Desa Nanggerang, 2013: 57). Berbeda dengan masyarakat desa lainnya di Kecamatan Cililin yang kebanyakan melakukan pertanian sawah (padi). Pada awalnya, masyarakat desa tersebut menggantungkan hidupnya dari usaha pertanian sawah/padi tradisional, menanam singkong dan menjual hasil hutan yaitu kayu bakar ke daerah perkotaan, tetapi karena penghasilan dari usahanya tersebut belum mencukupi kehidupan rumah tangga mereka yang semakin hari semakin meningkat maka mereka mulai melirik usaha pertanian sayuran yang dianggap lebih menguntungkan.

Pada masa awal masyarakat Desa Nanggerang menggeluti usaha pertaniannya, mereka mendistribusikan hasil pertanian sayurannya ke pasar-pasar di perkotaan dengan memikul atau dengan menyewa kendaraan baik berupa motor atau mobil bak terbuka sebagai alat transportasinya. Kegiatan tersebut tentu harus mengeluarkan tenaga dan biaya lebih bagi petani. Sehingga pada masa itu mulai bermunculan orang-orang yang berperan dalam hal pendistribusian dan pemasaran hasil sayuran yaitu adalah tengkulak sayur atau masyarakat pedesaan biasa menyebutnya dengan sebutan “bandar sayur”. Dengan berbekal ilmu, jaringan, alat dan sarana pemasaran yang mereka miliki, para tengkulak menjalankan usahanya dalam menampung produk hasil pertanian sayur.

(11)

Sutisna, 2015

TENGKULAK D AN PETANI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

terjebak ke dalam sistem pemasaran dan permodalan yang menguntungkan salah satu pihak yaitu tengkulak.

Kehadiran tengkulak dalam masyarakat pertanian berperan sebagai pengumpul (gatherer), pembeli (buyer), pialang (broker), pedagang (trader), pemasaran (marketer) dan kadang sebagai kreditor secara sekaligus. Berbagai sistem mereka gunakan dalam membeli komoditas, baik dengan cara membeli sebelum panen (ijon) maupun sesudah panen. Tengkulak mempunyai kemampuan menekan petani dalam hal menentukan harga komoditas pertanian dan melakukan perdagangan bebas secara liberal, sehingga banyak yang menyebut mereka sebagai penguasa pasar yang sebenarnya di lapangan. Tengkulak selalu mencari untung sebesar-besarnya dengan berusaha membeli hasil komoditi pertanian dengan semurah-murahnya dan berusaha menjualnya dengan semahal-mahalnya. Sikap dan perilaku tengkulak tersebut dianggap sebagai hal yang negatif sehingga menimbulkan kebencian dari masyarakat atau petani (anti tengkulak). Menurut penilaian petani alasan munculnya sikap anti tengkulak disebabkan karena tengkulak biasanya memberikan kabar pasar yang tidak benar mengenai keadaan pasar sehingga mereka bisa membeli hasil produksi petani dengan harga murah tanpa memperhatikan perbedaan mutu barang dan pembayarannya biasanya tidak dilakukan secara tunai tetapi ditunda (kredit) (Mubyarto, 1983: 157-158).

(12)

Sutisna, 2015

TENGKULAK D AN PETANI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

dalam usaha pertanian di Desa Nanggerang Kecamatan Cililin Kabupaten Bandung Barat dapat terlihat dari perkembangan mereka di desa tersebut.

Perkembangan pertanian sayur dan perkembangan tengkulak secara beriringan di Desa Nanggerang Kecamatan Cililin Kabupaten Bandung Barat merupakan pertanda bahwa petani tidak lepas dari keterbutuhan terhadap tengkulak. Beredarnya anggapan masyarakat umum tentang tengkulak yang dianggap negatif sebagai pelaku monopoli harga hasil pertanian, seakan hilang dalam realita praktek pertanian yang sesungguhnya. Tengkulak tetap dipercaya menjadi andalan petani, bahkan dianggap sebagai sosok yang mempunyai peranan dalam perkembangan kehidupan masyarakat, khususnya petani sayur. Hal ini menjadi tanda tanya besar mengapa pada umumnya masyarakat termasuk pemerintah merasa curiga dan benci terhadap praktek usaha yang dijalankan tengkulak tetapi pada realitanya petani perseorangan khususnya, justru mencarinya dan hampir tidak pernah menganggapnya sebagai pihak yang harus dimusuhi.

(13)

Sutisna, 2015

TENGKULAK D AN PETANI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

sayur di Desa Nanggerang Kecamatan Cililin Kabupaten Bandung Barat semakin mengakar dan berkembang dalam dunia pertanian sayuran masyarakat Desa Nanggerang Kecamatan Cililin Kabupaten Bandung Barat.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pokok-pokok pikiran yang telah dipaparkan pada sub-bab sebelumnya, terdapat beberapa permasalahan yang akan menjadi kajian dalam penulisan skripsi ini. Adapun permasalahan pokoknya adalah “Bagaimana Perkembangan Tengkulak Sayur di Desa Nanggerang Kecamatan Cililin Kabupaten Bandung Barat Tahun 1990-2013”.

Sementara untuk lebih memfokuskan kajian penulisan ini, penulis merumuskan permasalahan yang akan dibahas ke dalam beberapa pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana latar belakang munculnya tengkulak sayur di Desa Nanggerang Kecamatan Cililin Kabupaten Bandung Barat?

2. Bagaimana pola hubungan yang terjadi antara tengkulak dan petani sayur di Desa Nanggerang Kecamatan Cililin Kabupaten Bandung Barat? 3. Bagaimana upaya yang dilakukan petani dalam menghadapi kehadiran

tengkulak sayur?

4. Bagaimana dampak yang ditimbulkan tengkulak terhadap kehidupan sosial-ekonomi petani sayur di Desa Nanggerang Kecamatan Cililin Kabupaten Bandung Barat?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan latar belakang munculnya tengkulak sayur di Kabupaten Desa Nanggerang Bandung Barat.

2. Menjelaskan pola hubungan yang terjadi antara tengkulak dan petani sayur di Desa Nanggerang Kecamatan Cililin Kabupaten Bandung Barat.

(14)

Sutisna, 2015

TENGKULAK D AN PETANI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

4. Menjelaskan tentang dampak yang ditimbulkan tengkulak terhadap kehidupan sosial-ekonomi petani sayur di Desa Nanggerang Kecamatan Cililin Kabupaten Bandung Barat.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dalam penulisan ini adalah:

1. Bagi pemerintah, semoga dengan adanya penelitian ini pemerintah menaruh perhatian pada bidang pertanian sayuran, khususnya di Desa Nanggerang Kecamatan Cililin Kabupaten Bandung Barat. Pemerintah diharapkan memberi perhatian lebih pada sektor pertanian sayuran.

2. Bagi para petani dan tengkulak sayur, semoga penelitian ini dapat menjadi masukan untuk mempertahankan dan mengembangkan pertanian sayuran di Desa Nanggerang Kecamatan Cililin Kabupaten Bandung Barat.

3. Bagi dunia ilmu pengetahuan, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya pengetahuan keilmuan sejarah, khususnya mengenai tengkulak.

4. Memberi manfaat tersendiri bagi penulis dalam pengembangan nalar dan intelektual.

1.5 Metode Penelitian

Dalam upaya pengkajian mengenai “Tengkulak dan Petani: Kajian Historis Terhadap Perkembangan Tengkulak Sayur di Kabupaten Bandung Barat Tahun 1990-2013” ini, penulis menggunakan metode historis. Alasan memilih metode ini didasarkan pada bentuk penelitian yang digunakan yaitu penelitian sejarah. Menurut Gottschalk (1986:32) metode sejarah adalah suatu proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau. Penjelasan dari Gottschalk ini dipertegas Garragham (Abdurrahman, 1999: 43-44) yang menyatakan bahwa, metode penelitian sejarah atau yang lazim disebut metode sejarah merupakan seperangkat aturan atau prinsip yang sistematis untuk mengumpulkan sumber-sumber sejarah secara efektif, menilainya secara kritis, dan menyajikan sintesa dari hasil-hasil yang dipakai dalam bentuk tertulis.

(15)

Sutisna, 2015

TENGKULAK D AN PETANI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

fakta-fakta yang ditemukan dalam permasalahan yang dikaji, sehingga kemudian dapat dianalisis dan ditarik kesimpulan ke dalam sebuah penulisan yang sistematis. Seperti halnya yang diungkapkan oleh Ernst Bernsheim dalam Ismaun (2005:32) bahwa ada beberapa langkah yang dilakukan dalam mengembangkan metode historis. Langkah yang harus ditempuh dalam melakukan penelitian historis tersebut yakni:

1. Heuristik, yakni mencari, menemukan, dan mengumpulkan sumber-sumber sejarah. Heuristik merupakan salah satu tahap awal dalam penulisan sejarah seperti mencari, menemukan dan mengumpulkan fakta-fakta atau sumber-sumber yang berhubungan dengan topik “TENGKULAK dan PETANI: Kajian Historis Terhadap Perkembangan Tengkulak Sayur di Desa Nanggerang Kecamatan Cililin Kabupaten Bandung Barat Tahun 1990-2013”. Sumber sejarah yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah sumber tertulis dan sumber lisan, penulis melakukan wawancara dengan pelaku dan saksi sejarah yang mengetahui tentang kehidupan pertanian sayur di Desa Nanggerang Kecamatan Cililin Kabupaten Bandung Barat.

2. Kritik, yakni menganalisis secara kritis sumber-sumber sejarah. Tujuan yang hendak dicapai dalam tahap ini adalah untuk dapat menilai sumber-sumber yang relevan dengan masalah yang dikaji dan membandingkan data-data yang diperoleh dari sumber-sumber primer maupun sekunder dan disesuaikan dengan tema atau judul penelitian ini. Penilaian terhadap sumber-sumber sejarah itu meliputi dua tahap yakni kritik internal dan kritik eksternal.

(16)

Sutisna, 2015

TENGKULAK D AN PETANI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

tahap ini peneliti memberikan penafsiran terhadap fakta-fakta yang diperoleh yang telah dihubungkan dan dianalisa sebelumnya.

4. Historiografi, yakni tahap penulisan sejarah. Historiografi merupakan tahap akhir dari penelitian sejarah. Pada tahapan ini penulis akan menyajikan fakta-fakta yang telah ditemukan, dianalisis dan ditafsirkan menjadi sebuah tulisan yang tersusun dalam bentuk skripsi dengan judul “TENGKULAK dan PETANI: Kajian Historis Terhadap Perkembangan Tengkulak Sayur di Desa Nanggerang Kecamatan Cililin Kabupaten Bandung Barat Tahun 1990-2013”.

1.6 Struktur Organisasi Skripsi

Penulisan skripsi ini tersusun menurut sistematika sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan, pada bab ini dijelaskan mengenai latar belakang masalah dari TENGKULAK dan PETANI: Kajian Historis Terhadap Perkembangan Tengkulak Sayur di Desa Nanggerang Kecamatan Cililin Kabupaten Bandung Barat Tahun 1990-2013, yang di dalamnya berisi penjelasan mengapa masalah tersebut diteliti dan penting untuk dikaji, serta alasan penulis memilih masalah tersebut sebagai judul. Kemudian terdapat juga rumusan dan pembatasan masalah dalam bentuk pertanyaan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode dan teknik penelitian serta struktur organisasi skripsi.

Bab II Kajian Pustaka, bab ini menjelasakan tentang materi-materi yang berhubungan dengan permasalahan-permasalahan yang ada dalam penulisan ini. Materi-materi tersebut berupa informasi tentang konsep-konsep dan teori dari berbagai referensi dan sumber literatur yang digunakan penulis untuk membantu menganalisis dan menguraikan penulisan skripsi yang berjudul “TENGKULAK dan PETANI: Kajian Historis Terhadap Perkembangan Tengkulak Sayur di Desa Nanggerang Kecamatan Cililin Kabupaten Bandung Barat Tahun 1990-2013”.

(17)

Sutisna, 2015

TENGKULAK D AN PETANI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

suatu usaha untuk menggali fakta-fakta, dan menyusun kesimpulan dari peristiwa-peristiwa masa lampau dengan didukung oleh langkah-langkah penelitian yang mengacu pada proses metode penelitian dalam penelitian sejarah.

Bab IV Perkembangan Tengkulak Sayur di Desa Nanggerang Kecamatan Cililin Kabupaten Bandung Barat Tahun 1990-2013, pada bab ini berisi seluruh penjelasan dan analisis dari hasil penelitian yang berkaitan dengan permasalahan dalam rumusan masalah dalam bentuk uraian deskriptif berdasarkan pada data dan fakta yang diperoleh selama penelitian dilakukan mengenai tema yang peneliti kaji.

(18)

Sutisna, 2015

TENGKULAK D AN PETANI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

26 BAB III

METODE PENELITIAN

Secara umum bab III ini merupakan pemaparan mengenai metodologi yang digunakan oleh penulis dalam mengkaji permasalahan yang diangkat menjadi sebuah karya tulis, yaitu mengenai TENGKULAK dan PETANI: Kajian Historis Terhadap Perkembangan Tengkulak Sayur di Desa Nanggerang Kecamatan Cililin Kabupaten Bandung Barat Tahun 1990-2013. Metode yang digunakan adalah metode historis dan teknik penelitian menggunakan studi literatur, adapun sistematikanya akan dijelaskan oleh uraian berikut.

3.1 Metode Penelitian

Metode yang digunakan penulis dalam penulisan karya ilmiah ini adalah metode historis dengan studi literatur dan studi dokumentasi sebagai teknik pengumpulan data. Metode historis dipilih sebagai metodologi penelitian karena tulisan ini merupakan kajian sejarah yang data-datanya diperoleh dari jejak-jejak yang ditinggalkan dari suatu peristiwa masa lampau. Menurut Gottschalk (1986: 32) metode historis adalah proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan dan menuliskannya berdasarkan fakta yang diperoleh.

Menurut Nugroho Notosusanto (Ismaun, 2005: 34) menguraikan ada empat prosedur/langkah dalam metode historis, yaitu: 1) Mencari jejak-jejak masa lampau, 2) meneliti jejak-jejak itu secara kritis, 3) berusaha membayangkan bagaimana gambaran masa lampau, berdasarkan informasi yang diperoleh dari jejak-jejak itu dan 4) menyampaikan hasil-hasil rekonstruksi imajinatif dari masa lampau itu sehingga sesuai dengan jejak-jejaknya maupun dengan imajinasi ilmiah.

Sementara Wood Gray (Sjamsuddin, 2007: 89) mengemukakan bahwa paling tidak ada enam langkah dalam metode historis, yaitu:

1. Memilih suatu topik yang sesuai.

(19)

Sutisna, 2015

TENGKULAK D AN PETANI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

3. Membuat catatan tentang apa saja yang dianggap penting dan relevan dengan topik yang ditemukan ketika penelitian sedang berlangsung. 4. Mengevaluasi secara kritis semua evidensi yang telah dikumpulkan

(kritik sumber).

5. Menyusun hasil-hasil penelitian (catatan fakta-fakta) ke dalam suatu pola yang benar dan berarti yaitu sistematika tertentu yang telah disiapkan sebelumnya.

6. Menyajikan dalam suatu cara yang dapat menarik perhatian dan mengkomunikasikannya kepada para pembaca sehingga dapat dimengerti sejelas mungkin.

Dari uraian beberapa pandangan para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode historis sangat cocok karena sesuai dengan data dan fakta yang diperlukan yang berasal dari masa lampau, dengan demikian kondisi yang terjadi dalam permasalahan yang dikaji penulis dapat tergambarkan dengan baik.

Terdapat beberapa tahapan dalam penelitian sejarah menurut Ismaun (2005: 123-131), yaitu heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Adapun langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian karya ilmiah ini adalah:

1. Heuristik

(20)

Sutisna, 2015

TENGKULAK D AN PETANI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

Selain itu kegiatan pencarian dan pengumpulan sumber-sumber sejarah juga sangat terbantu oleh bantuan dari sahabat-sahabat penulis yang telah bersedia meminjamkan beberapa buku koleksi pribadinya yang relevan dengan tema pembahasan skripsi yang penulis kaji.

2. Kritik dan Analisis Sumber

Setelah mendapatkan berbagai sumber yang dianggap relevan dengan permasalahan yang penulis kaji, tahap berikutnya adalah melakukan kritik serta terhadap sumber-sumber yang telah ditemukan baik dari buku, dokumen, browsing internet, sumber tertulis, maupun dari penelitian serta sumber lainnya. Menurut Helius Sjamsuddin (2007:131) seorang sejarawan tidak akan menerima begitu saja apa yang tercantum dan tertulis pada sumber-sumber yang diperoleh. Melainkan ia harus menyaringnya secara kritis, terutama terhadap sumber pertama, agar terjaring fakta-fakta yang menjadi pilihannya. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa semua sumber relevan yang telah didapatkan penulis pada tahap heuristik tidak lantas dapat menjadi sumber yang digunakan oleh penulis, namun harus disaring dan dikritisi terlebih dahulu keontentikannya.

Dudung Abdurahman (2007: 68), menjelaskan bahwa verifikasi atau kritik sumber ini bertujuan untuk memperoleh keabsahan sumber. Dalam hal ini, dilakukan uji keabsahan tentang keaslian (autentisitas) yang dilakukan melalui kritik ekstern dan keabsahan tentang kesahihan sumber (kredibilitas) yang ditelusuri melalui kritik intern. Hal senada dikemukakan oleh Helius Sjamsuddin (2007:105) bahwa fungsi kritik sumber bagi sejarawan erat kaitannya untuk mencari kebenaran. Pada tahap ini sejarawan dihadapkan pada benar dan salah, kemungkinan dan keraguan. Maka dengan demikian penulis perlu melakukan kritik eksternal dan kritik internal. Kritik eksternal menitikberatkan pada aspek-aspek luar sumber sejarah sedangkan kritik internal lebih menekankan pada isi (content) dari sumber sejarah.

(21)

Sutisna, 2015

TENGKULAK D AN PETANI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

dibuat? Di mana sumber itu dibuat? Siapa yang membuat? Dari bahan apa sumber itu dibuat? dan apakah sumber itu dalam bentuk asli?, sedangkan kritik internal bertujuan untuk menguji reliabilitas dan kredibilitas sumber. Menurut Ismaun (2005: 50) kritik ini mempersoalkan isinya, kemampuan pembuatannya, tanggung jawab dan moralnya. Isinya dinilai dengan membandingkan kesaksian-kesaksian di dalam sumber dengan kesaksian-kesaksian-kesaksian-kesaksian dari sumber lain. Untuk menguji kredibilitas sumber (sejauh mana dapat dipercaya) diadakan penilaian intrinsik terhadap sumber dengan mempersoalkan hal-hal tersebut. kemudian dipungutlah fakta-fakta sejarah melalui perumusan data yang didapat, setelah diadakan penelitian terhadap evidensi-evidensi dalam sumber.

Dalam tahap ini penulis melakukan kritik terhadap sumber-sumber yang telah ditemukan baik dari tulisan berupa buku, dokumen, browsing internet, maupun sumber lisan melalui hasil wawancara dengan pihak-pihak yang berkaitan dengan penelitian skripsi penulis. Sehingga sumber-sumber yang telah ditemukan dalam tahap heuristik bisa menjadi sumber yang otentik dan relevan untuk digunakan oleh penulis.

3. Interpretasi

Setelah melalui kritik sumber, tahapan selanjutnya adalah Interpretasi. Interpretasi adalah melakukan penafsiran terhadap sumber yang sudah dilakukan kritik dan analisis sumber. Pada tahap ini penulis melakukan penafsiran keterangan yang diperoleh dari sumber sejarah berupa fakta-fakta yang terkumpul dari sumber-sumber primer maupun sekunder dengan cara menghubungkan dan merangkaikannya sehingga tercipta suatu fakta sejarah yang sesuai dengan permasalahan penelitian.

Gottschalk dalam Ismaun (2005:56) mengemukakan bahwa interpretasi atau penafsiran sejarah itu memiliki tiga aspek penting, sebagai berikut:

(22)

Sutisna, 2015

TENGKULAK D AN PETANI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

Interpretasi sejarah atau yang biasa disebut juga dengan analisis sejarah merupakan tahap di mana penulis melakukan sintesis atas sejumlah fakta yang diperoleh dari sumber-sumber sejarah dan bersama-sama dengan teori-teori disusunlah fakta itu dalam suatu interpretasi yang menyeluruh. Dalam hal ini ada dua metode yamg digunakan yaitu analisis berarti menguraikan dan sintesis yang berarti menyatukan. Keduanya dipandang sebagai metode utama di dalam interpretasi (Kuntowijoyo, 2003:100). Adapun pendekatan yang digunakan penulis untuk mengkaji permasalahan dalam skripsi ini adalah pendekatan interdisipliner dengan menggunakan konsep-konsep dari ilmu sosial dan ilmu ekonomi.

4. Historiografi

Historiografi menurut Ismaun (2005: 28) adalah usaha untuk mensintesiskan data-data dan fakta-fakta sejarah menjadi suatu kisah yang jelas dalam bentuk lisan maupun tulisan. Historiografi adalah usaha mensintesiskan seluruh hasil penelitian atau penemuan yang berupa data-data dan fakta-fakta sejarah menjadi suatu penulisan yang utuh, baik berupa karya besar ataupun hanya berupa makalah kecil (Sjamsuddin, 2007: 156). Pada tahapan ini menulis menyajikan keseluruhan isi skripsi dalam uraian pola bahasa yang ilmiah dan sesuai dengan ejaan yang disempurnakan (EYD).

Kebenaran seluruh fakta yang dijaring melalui metode kritik baru dapat dipahami hubungannya satu sama lain setelah semuanya ditulis dalam suatu keutuhan historiografi (Sjamsuddin, 2007: 156). Peneliti mencoba memproses dan menyusun hasil penelitian yang telah diperoleh sehingga menjadi satu kesatuan sejarah yang utuh dalam bentuk skripsi dengan judul “TENGKULAK dan PETANI: Kajian Historis Terhadap Perkembangan Tengkulak Sayur di Desa Nanggerang Kecamatan Cililin Kabupaten Bandung Barat Tahun 1990-2013”.

(23)

Sutisna, 2015

TENGKULAK D AN PETANI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

dianalisis sehingga menghasilkan sumber yang bisa dijadikan acuan untuk menjawab permasalahan yang sedang penulis kaji.

3.2 Persiapan Penelitian

Persiapan penelitian merupakan titik awal dalam suatu tahap penelitian yang harus benar-benar dipersiapkan dengan matang sebagai penentu keberhasilan peneliti pada tahap selanjutnya. Terdapat beberapa langkah yang telah dipersiapkan penulis pada tahapan ini, yaitu dengan melakukan penentuan dan pengajuan tema penelitian, penyusunan rancangan penelitian serta mengikuti proses bimbingan.

3.2.1 Penentuan dan Pengajuan Tema Penelitian

Kuntowijoyo (2003: 91) berpendapat bahwa pemilihan topik sebaiknya dipilih berdasarkan kedekatan emosional dan kedekatan intelektual. Dua syarat ini dapat dipahami bahwa topik itu bisa ditemukan atas kegemaran tertentu atau pengenalan yang lebih dekat tentang hal yang terjadi di sekitarnya atau pengalaman penelitian serta keterkaitan peneliti dengan disiplin ilmu atau aktifitasnya dalam masyarakat. Pendapat tersebut menjadi dasar bagi penulis untuk melakukan penelitian sesuai terhadap suatu permasalahan yang diinginkannya.

(24)

Sutisna, 2015

TENGKULAK D AN PETANI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

penulis merasa ragu dengan tema penelitian yang akan dikaji, dikarenakan minimnya sumber-sumber pembahasan mengenai perjuangan etnis muslim Rohingya Myanmar, sehingga pada tanggal 6 Februari 2014 penulis mengajukan kembali judul baru yang masih sejarah kawasan, yaitu Peranan U Aung San dalam Kemerdekaan Burma Tahun 1940-1948. Namun ternyata judul tersebut telah ada yang meneliti sebelumnya sehingga penulis kembali harus mengganti judul skripsinya, hingga akhirnya penulis beralih mengambil tema penelitian sejarah lokal yaitu dengan mengajukan judul “TENGKULAK dan PETANI: Kajian Historis Terhadap Perkembangan Tengkulak Sayur di Desa Nanggerang Kecamatan Cililin Kabupaten Bandung Barat Tahun 1990-2013”. Dengan berubahnya tema penelitian, maka pembimbing skripsi penulis pun berganti menjadi bapak. Drs. H. Ayi Budi Santosa, M.Si. sebagai pembimbing I dan bapak Wawan Darmawan, S.Pd., M.Hum sebagai pembimbing II.

3.2.2 Penyusunan Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian adalah langkah awal yang harus dilakukan sebelum melakukan kegiatan penelitian. Rancangan penelitian merupakan sebuah rancangan berupa kerangka yang menjadi acuan dalam penyusunan skripsi. Dalam penelitian ini rancangan tersebut berupa proposal skripsi yang pada umumnya memuat judul penelitian, latar belakang masalah yang merupakan pemaparan mengenai deskripsi masalah yang akan dibahas, perumusan dan pembatasan masalah, tujuan penelitian, metode dan teknik penelitian, dan sistematika penulisan.

(25)

Sutisna, 2015

TENGKULAK D AN PETANI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

maka pengesahan penelitianpun ditetapkan melalui Surat Keputusan Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI Bandung No. 012/TPPS/JPS/PEM/2013. Dalam surat keputusan tersebut, ditentukan pula pembimbing I, yaitu Drs. H. Ayi Budi Santosa, M.Si dan Wawan Darmawan, S.Pd., M.Hum sebagai pembimbing II. Adapun rancangan penelitian yang diajukan meliputi (1) Judul penelitian, (2) Latar belakang masalah, (3) Rumusan masalah, (4) Tujuan Penelitian, (5) Manfaat penelitian, (6) Kajian pustaka (7) Metode penelitian, (8) Struktur Organisasi Skripsi (9) dan Daftar Pustaka.

3.2.3 Mengurus Perizinan Penelitian

Mengurus perizinan merupakan tahapan yang dilakukan penulis untuk mempermudah dan memperlancar penelitian yang sedang dilakukan oleh penulis. Selain itu, tujuan dari tahapan ini adalah untuk mendapatkan sumber-sumber yang dibutuhkan dalam penyusunan skripsi ini. adapun surat-surat perizinan penelitian penelitian tersebut ditujukan kepada lembaga atau perorangan sebagai berikut:

1. Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan Kabupaten Bandung Barat. 2. Kantor BPS (Badan Pusat Statistik) Kabupaten Bandung Barat.

3. Kantor Kecamatan Cililin Kabupaten Bandung Barat.

4. Kantor Desa Nanggerang Kecamatan Cililin Kabupaten Bandung Barat.

3.2.4 Mempersiapkan Perlengkapan Penelitian

Sebelum melaksanakan kegiatan penelitian langsung ke lapangan, peneliti mempersiapkan beberapa hal yang diperlukan dalam menyediakan perlengkapan yang diperlukan dalam penelitian. Perlengkapan penelitian tersebut merupakan alat penunjang untuk memperlancar penelitian, supaya hasil penelitian dapat sesuai dengan yang diharapkan. Adapun perlengkapan yang dibutuhkan dalam penelitian skripsi ini diantaranya sebagai berikut:

1. Surat izin penelitian dari dekan FPIPS 2. Pedoman wawancara

(26)

Sutisna, 2015

TENGKULAK D AN PETANI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu 4. Kamera foto

5. Alat tulis, catatan lapangan

3.2.5 Proses Bimbingan

Bimbingan adalah suatu kegiatan konsultasi yang dilakukan oleh penulis dengan pembimbing I dan II. Proses bimbingan merupakan proses yang sangat penting, dikarenakan dalam proses tersebut penulis dapat berdiskusi berbagai masalah yang dihadapi, dan penulis akan mendapat arahan atau masukan berupa komentar untuk perbaikan penelitian skripsi dari kedua pembimbing tersebut. selain itu proses bimbingan juga memberi manfaat bagi penulis yaitu agar dapat mengetahui kelemahan dan kekurangan dalam penelitian skripsi ini, serta diarahkan untuk konsisten kepada fokus kajian. Kegiatan bimbingan ini dilakukan setelah sebelumnya penulis menghubungi pembimbing dan kemudian dibuat kesepakatan jadwal pertemuan antara penulis dengan pembimbing.

Sesuai dengan SK penulis mendapat pembimbing I yaitu bapak bapak Drs. H. Ayi Budi Santosa, M.Si. yang dalam proses bimbingannya dilakukan di ruangannya, dengan membaca dan memeriksa dan mengomentari kesalahan atau kekurangan dalam penulisan skripsi, kemudian memberikan arahan maupun masukan dari beliau terhadap skripsi penulis. Adapun pembimbing II bapak Wawan Darmawan, S.Pd., M.Hum. dalam proses bimbingannya beliau meminta agar satu minggu sekali penulis melakukan bimbingan di ruanganya di kantor Jurusan Pendidikan Sejarah lantai dua gedung FPIPS, karena memang selain beliau sebagai dosen ajar, juga menjabat sebagai Sekertaris Jurusan Pendidikan Sejarah.

3.3 Pelaksanaan Penelitian

(27)

Sutisna, 2015

TENGKULAK D AN PETANI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

3.3.1 Heuristik (Pengumpulan Sumber)

Dalam tahapan heuristik ini, penulis berusaha melakukan pencarian, pengumpulan dan pengklasifikasian berbagai sumber yang berhubungan dengan masalah penelitian, sehingga dapat memberikan informasi untuk menjawab permasalahan yang sedang dikaji. Sumber sejarah adalah segala sesuatu yang langsung atau tidak langsung memberitahukan kepada kita tentang sesuatu kenyataan kegiatan manusia pada masa lalu (Sjamsuddin, 2007: 95). Kegiatan heuristik ini dimaksudkan sebagai usaha mencari dan menemukan sumber sejarah.

Penulis mencari dan mengumpulkan berbagai sumber sejarah berupa sumber tertulis dan sumber lisan. Sumber tertulis dibutuhkan dalam penelitian ini sebagai rujukan, sedangkan sumber lisan digunakan apabila sumber tertulis kurang mengenai permasalahan yang dikaji dirasa masih kurang. Selanjutnya untuk lebih jelas lagi penulis akan paparkan di bawah ini.

1. Pengumpulan Sumber Tertulis

Pada tahap pengumpulan sumber tertulis ini penulis berusaha mencari dan mengumpulkan berbagai macam literatur yang berhubungan dengan tema yang dikaji, yaitu berupa buku, artikel, dokumen-dokumen serta penelitian terdahulu berbentuk skripsi yang mengkaji tema tentang pertanian. Hal ini dilakukan karena dalam melakukan proses penelitian menggunakan teknik studi literatur sebagai salah satu teknik dalam pengumpulan data. Dalam proses pencarian sumber tertulis tersebut peneliti mengunjungi beberapa tempat yang dianggap mempunyai sumber-sumber yang dibutuhkan, diantaranya:

1. Perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung secara rutin dan berhasil menemukan beberapa buku yang relevan dengan kajian yang penulis teliti, yaitu buku yang berjudul Politik Pertanian dan Pembangunan Pedesaan karya Mubyarto, Moral Ekonomi Petani karya J.C. Scott, Sosiologi Pembangunan karya Pudjiwati Sajogyo dan Petani: Suatu Tinjauan Antropologis karya E.R. Wolf.

(28)

Sutisna, 2015

TENGKULAK D AN PETANI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

Perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia yaitu buku yang berjudul Moral Ekonomi Petani karya J.C. Scott.

3. Badan Perpustakaan dan Kearsipan Daerah (Bapusipda) Jawa Barat pada tanggal 28 Januari 2014 dan 14 April 2014, di perpustakaan tersebut kembali penulis menemukan buku yang sama yang telah ditemukan sebelumnya yaitu buku yang berjudul Politik Pertanian dan Pembangunan Pedesaan karya Mubyarto, Moral Ekonomi Petani karya J.C. Scott.

4. Perpustakaan Akatiga pada 6 Mei 2014, di perpustakaan tersebut penulis kembali menemukan beberapa buku yang sama yang telah ditemukan di perpustakaan kampus UPI yakni buku yang berjudul Politik Pertanian dan Pembangunan Pedesaan karya Mubyarto, Moral Ekonomi Petani karya J.C. Scott, dan Petani: Suatu Tinjauan Antropologis karya E.R. Wolf

5. Toko-toko buku yang ada di Kota Bandung seperti Gramedia, Toga Mas, toko-toko di pasar buku Palasari, pada 15 April 2014, pada kunjungan kali ini penulis menemukan buku-buku yakni buku yang berjudul Kewirausahaan karya Buchari Alma, Ekonomi Skala Kecil/Menengah dan Koperasi karya Tiktik Sartika Partomo dan Abdurachman Soedjono, Kewiraswastaan karya Soemanto, Manusia dalam Konteks Sosial Budaya dan Lingkungan Lingkungan hidup karya Nursid Suraatmaja dan buku Sosiologi Skematika Teori dan Terapan karya Abdul Syani, serta buku-buku yang telah ditemukan sebelumnya di Perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia.

6. Para pedagang buku lesehan di jalan Dewi Sartika 17 April 2014, tanpa menemukan sumber-sumber yang relevan dengan kajian penulis.

(29)

Sutisna, 2015

TENGKULAK D AN PETANI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

dan Perubahan Sosial karya Didin Saripudin, “Di Sekitar Penelitian Sejarah Lokal”, dalam Sejarah Lokal Penulisan dan Pembelajaran di Sekolah karya Taufik Abdullah dan Sosiologi; Sejarah, Teori dan Metodologi karya Usman Sunyoto. Peneliti juga melakukan browsing internet secara rutin untuk mendapatkan sumber Jurnal maupun skripsi sebagai penelitian terdahulu bagi penulisan skripsi ini. Penulis melakukan bowsing internet pada 6 Mei 2014 dan menemukan 2 jurnal, yang pertama berjudul Pemetaan Faktor Penentu Daya Saing Komoditas Hortikultura Unggulan Di Jawa Barat karya Ima Amaliah dan Aan Julia. Jurnal kedua berjudul Bargaining Position Petani Dalam Menghadapi Tengkulak. Dalam Jurnal Paradigma karya Erni Mahmudah dan Sugeng Harianto, sedangkan skripsi yang ditemukan adalah skripsi yang berjudul POLA HUBUNGAN TENGKULAK DENGAN PETANI (Studi Kasus Hubungan Patron Client Pada Masyarakat Petani Di Desa Kampung Mesjid, Kecamatan Kualuh Hilir, Kabupaten Labuhan Batu) karya Muhammad Romadhan.

2. Pengumpulan Sumber Lisan

Pengumpulan sumber lisan dilakukan ole penulis dengan wawancara dengan narasumber yang dianggap relevan dan dapat memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian skripsi ini. Narasumber sendiri dipilih dengan pertimbangan bahwa mereka benar-benar mengalami dan mengetahui terjadinya permasalahan pada masa lampau sesuai dengan kajian peneliti. Teknik wawancara ini berkaitan erat dengan penggunaan sejarah lisan (oral history), seperti yang diungkapkan oleh Widja (1989: 3) bahwa „Sejarah lisan (oral history) dalam penyusunan ceritera sejarahnya terutama bertumpu pada sumber-sumber lisan (informasi lisan)”. Abdullah (2007: 22) memaparkan bahwa “Sejarah lisan adalah kesaksian yang diberikan oleh “aktor sejarah” atau mungkin juga saksi yang mempunyai firsthand knowledge tentang peristiwa yang dikisahkannya”.

(30)

Sutisna, 2015

TENGKULAK D AN PETANI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

Wawancara yang terstruktur adalah wawancara yang berdasarkan pedoman wawancara yang terdapat dalam instrumen penelitian. Instrumen penelitian ini mencakup daftar pertanyaan penelitian yang telah direncanakan dan telah disusun sebelumnya dengan maksud untuk mengontrol dan mengukur isi wawancara agar wawancara yang dilakukan tidak menyimpang dari permasalahan pokok yang akan ditanyakan, sedangkan wawancara yang tidak terstruktur adalah wawancara yang tidak terencana dan wawancara tersebut tidak mempunyai suatu persiapan sebelumnya dari suatu daftar pertanyaan yang diajukan dalam instrumen wawancara.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik wawancara gabungan antara wawancara terstruktur dan tidak terstruktur. Wawancara dilakukan secara individual, yaitu dilakukan berdua antara pelaku atau saksi dengan penulis. Sebelum wawancara dilaksanakan, penulis menyusun daftar pertanyaan terlebih dahulu. Daftar pertanyaan tersebut dijabarkan secara garis besar. Dalam pelaksanaannya, pertanyaan tersebut diatur dan diarahkan sehingga pembicaraan berjalan sesuai dengan pokok permasalahan. Apabila informasi yang diberikan narasumber kurang jelas, penulis mengajukan kembali pertanyaan yang masih terdapat dalam kerangka pertanyaan besar. Pertanyaan-pertanyaan itu diberikan dengan tujuan untuk membantu narasumber dalam mengingat kembali peristiwa sehingga informasi menjadi lebih lengkap. Dasar penggunaan teknik wawancara dalam penelitian ini dikarenakan sumber tertulis mengenai perkembangan sayuran dan tengkulak sayur khususnya di Desa Nanggerang Kecamatan Cililin Kabupaten Bandung Barat sangat kurang bahkan belum ada sama sekali, dan juga didasarkan atas pertimbangan bahwa pelaku (narasumber) benar-benar mengalami peristiwa tersebut, terutama yang menjadi objek kajian dalam penelitian ini yaitu mereka yang terlibat dalam pertanian sayur. Proses wawancaranya pun dilakukan penulis dengan langsung mendatangi tempat tinggal narasumber. Adapun narasumber yang diwawancarai adalah sebagai berikut:

(31)

Sutisna, 2015

TENGKULAK D AN PETANI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

 Bapak Sukmana, petani sayur berumur 44 tahun yang telah melakukan kegiatan bertani sejak tahun 1997.

 Bapak Ude, petani sayur berumur 59 tahun yang telah melakukan kegiatan bertani sejak tahun 1990.

 Bapak Ure, petani sayur berumur 58 tahun yang telah melakukan kegiatan bertani sejak tahun 1990.

 Bapak Utom, petani sayur berumur 48 tahun yang telah melakukan kegiatan bertani sejak tahun 1990.

2. Para tengkulak sayur di Desa Nanggerang Kecamatan Cililin Kabupaten Bandung Barat, yaitu:

 Bapak Dedi, Tengkulak sayur berumur 37 tahun. Beliau menjadi tengkulak/Bandar sayur sejak tahun 2004 .

 Bapak Enang, Tengkulak sayur berumur 38 tahun. Beliau menjadi tengkulak/Bandar sayur sejak tahun 2005 .

 Bapak H. Mamat, Tengkulak sayur berumur 55 tahun. Beliau menjadi tengkulak/Bandar sayur sejak tahun 1990.

3. Buruh tani dan buruh pengemas/penyortir sayur di Desa Nanggerang Kecamatan Cililin Kabupaten Bandung Barat, yaitu:

 Bapak Iwan, buruh tani sayur berumur 38 tahun yang menjadi buruh tani sejak tahun 1997.

 Bapak Ano, buruh tani sayur berumur 38 tahun yang menjadi buruh tani sejak tahun 1995.

 Bapak Tardi, buruh kemas atau sayur berumur 36 tahun yang menjadi buruh kemas atau sayur sejak tahun 2000.

 Bapak Sobar, buruh kemas atau sayur berumur 35 tahun yang menjadi buruh kemas atau sayur sejak tahun 1997.

4. Pemerintah Desa Nanggerang

(32)

Sutisna, 2015

TENGKULAK D AN PETANI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

3.3.2 Kritik Sumber

Pada tahap ini penulis berusaha melakukan penilaian dan mengkritisi sumber-sumber yang telah ditemukan sumber tertulis maupun sumber lisan yang relevan dengan kajian. Sumber-sumber tersebut dipilih melalui kritik eksternal yaitu cara pengujian aspek-aspek luar dari sumber sejarah yang digunakan, dan menggunakan kritik internal yaitu pengkajian yang dilakukan terhadap isi dari sumber sejarah tersebut. Tujuan dilakukannya kritik eksternal dan kritik internal yaitu untuk menguji kebenaran dan ketepatan dari sumber tersebut, dan menyaring sumber-sumber tersebut sehingga diperoleh fakta-fakta yang sesuai dengan kajian skripsi ini dan membedakan sumber-sumber yang benar atau meragukan. Kejelasan dan keamanan sumber-sumber tersebut dapat diperoleh melalui pertanyaan-pertanyaan kritis terhadap sumber itu sendiri. Seperti halnya yang dikemukakan oleh Sjamsuddin (2007: 102-103) bahwa ada lima pertanyaan yang harus dijawab dengan memuaskan yaitu:

a. Siapa yang mengatakan itu?

b. Apakah dengan satu atau cara lain kesaksian itu bisa diubah?

c. Apakah sebenarnya yang dimaksud oleh orang itu dengan kesaksiannya? d. Apakah orang yang memberikan kesaksian itu seorang saksi mata yang

kompeten, apakah ia mengetahui fakta itu?

e. Apakah saksi itu mengatakan yang sebenarnya dan memberikan kepada kita fakta yang diketahui itu?

3.3.2.1 Kritik Eksternal

(33)

Sutisna, 2015

TENGKULAK D AN PETANI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

oleh orang-orang tertentu atau tidak (Sjamsuddin, 2007: 134). Sumber kritik eksternal harus menerangkan fakta dan kesaksian bahwa:

 Kesaksian itu benar-benar diberikan oleh orang itu atau pada waktu itu.  Kesaksian yang telah diberikan itu telah bertahan tanpa ada perubahan,

atau penambahan dan penghilangan fakta-fakta yang substansial.

Kritik eksternal bertujuan untuk menilai sejauh mana kelayakan sumber-sumber yang telah didapatkan, sebelum mengkaji isi sumber-sumber. Dalam proses pelaksanaan kritik eksternal ini peneliti melakukan penelusuran dan pengumpulan informasi mengenai penulis sumber sebagai salah satu cara untuk melihat karya-karya atau tulisan lain yang dihasilkannya hal tersebut dilakukan untuk meminimalisir kesubjektivitasan. Keterangan dari narasumber perlu melalui proses kritik sumber agar nantinya fakta-fakta historis akan tampak lebih jelas baik dari sumber tertulis maupun sumber lisan.

Peneliti melakukan kritik eksternal tehdap sumber tertulis dan sumber lisan. Kritik eksternal yang dilakukan terhadap sumber tertulis bertujuan untuk melakukan penelitian asal-usul sumber terutama yang berbentuk dokumen. Peneliti juga melakukan pemilihan terhadap buku-buku yang dianggap berhubungan dengan permasalahan yang sedang dikaji. Buku-buku yang digunakan memuat nama penulsi buku, penerbit, tahun terbit, dan tempat terbitnya. Selain melakukan kritik eksternal terhadap sumber tertulis, peneliti juga melakukan kritik eksternal terhadap sumber lisan, yaitu dengan mempertimbangkan usia narasumber yang disesuaikan dengan tahun kajian peneliti yaitu antara tahun 1990-2013, kemudian pendidikan, kedudukan, mata pencaharian, tempat tinggal, dan keberadaannya, terutama faktor kesehatan saat diwawancarai apakah daya ingatnya masih kuat atau tidak. Proses ini dilakukan dikarenakan semua data yang didapatkan peneliti baik dari sumber tertulis maupun sumber lisan tingkat keberadaannya tidak sama.

3.3.2.2 Kritik Internal

(34)

Sutisna, 2015

TENGKULAK D AN PETANI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

sejarah. Kritik internal atau kritik dalam bertujuan untuk menilai kredibilitas sumber dengan mempersoalkan isinya, kemampuan pembuatannya, tanggung jawab dan moralnya (Ismaun, 2005 : 50). Dalam tahapan ini penulis melakukan kritik internal baik terhadap sumber-sumber tertulis maupun sumber lisan.

Kritik internal untuk sumber tertulis dilaksanakan peneliti dengan melakukan konfirmasi dan membandingkan berbagai informasi dalam suatu sumber dengan sumber yang lain yang membahas masalah yang serupa. Untuk sumber lisan, peneliti melakukan perbandingan antar hasil wawancara narasumber satu dengan narasumber yang lain (cross checking) dengan tujuan untuk mendapatkan kesesuaian dari fakta-fakta yang ada untuk meminimalisasi kesubjektivitasan dari narasumber. Selain itu, penulis juga melakukan proses perbandingan antar sumber tetulis dan sumber lisan. Tahapan ini bertujuan untuk memilah-milah data dan fakta yang berasal dari sumber primer dan sekunder yang diperoleh sesuai dengan judul penelitian. Dalam tahap kritik internal ini peneliti mendapatkan fakta-fakta yang berhubungan dengan perkembangan tengkulak sayur di Desa Nanggerang Kecamatan Cililin Kabupaten Bandung Barat , yaitu jumlah penduduk, jumlah pendapatan, mata pencaharian, luas pertanian, jumlah produksi sayuran, dan peran tengkulak sayur.

3.3.3 Interpretasi

(35)

Sutisna, 2015

TENGKULAK D AN PETANI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

menggunakan beberapa konsep seperti mobilitas sosial, perubahan sosial, stratifikasi sosial, adaptasi masyarakat, tenaga kerja, pendapatan masyarakat, cara mempertahankan hidup, dan tingkat kesejahteraan. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai permasalahan yang dikaji dan mempermudah dalam proses menafsirkan.

Setiap fakta-fakta yang diperoleh oleh peneliti dari sumber primer yang diwawancarai dibandingkan dan dihubungkan dengan fakta lain yang diperoleh baik dari sumber tulisan maupun sumber lisan. Proses tersebut bertujuan untuk mengantisipasi sebagian data yang diperoleh tidak mengalami penyimpangan. Setelah fakta-fakta tersebut dapat diterima dan dihubungkan dengan fakta lainnya maka rangkaian fakta tersebut diharapkan dapat menjadi rekonstruksi yang menggambarkan Perkembangan Tengkulak Sayur di Desa Nanggerang Kecamatan Cililin Kabupaten Bandung Barat Tahun 1990-2013.

3.3.4 Historiografi

Tahap terakhir dari penulisan skripsi ini adalah melaporkan seluruh hasil penelitian yang telah dilaksanakan seelumnya. Dalam metodologi sejarah lazimnya disebut dengan “historiografi”. Pada tahapan ini seluruh daya pikir dan kemampuan dikerahkan untuk menuangkan segala hal yang ada dalam penelitian sehingga dapat menghasilkan sebuah tulisan yang memiliki standar mutu dan menjaga kebenaran sejarahnya. Seperti yang dinyatakan Sjamsuddin (2007: 156) yakni:

Penulis mengerahkan seluruh daya pikirannya, bukan saja keterampilan teknis pengguanaan kutipan-kutipan dan catatan-catatan tetapi yang terutama penggunaan pikiran-pikiran kritis dan analisis yang pada akhirnya menghasilkan sebuah sintesa dari seluruh hasil penelitian.

(36)

Sutisna, 2015

TENGKULAK D AN PETANI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

akademis tingkat sarjana pada jurusan pendidikan sejarah FPIPS UPI, sehingga sistematika yang digunakan sesuai dengan penulisan karya ilmiah yang dikeluarkan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).

Untuk lebih sistematis, maka disusun kerangka tulisan dan pokok-pokok pikiran yang akan dituangkan dalam tulisan berdasarkan data-data dan fakta-fakta yang telah diperoleh, sedangkan tahap akhir penulisan dilakukan setelah materi atau bahan dan kerangka tulisan selesai dibuat. penulisannyapun dilakukan bab demi bab sesuai dengan proses penelitian yang dilakukan secara bertahap. Masing-masing bagian atau bab mengalami proses koreksi dan perbaikan berdasarkan bimbingan dari dosen pembimbing skripsi. Adapun dalam penulisan skripsi ini, penulis membaginya ke dalam lima bab yaitu pendahuluan, tinjauan pustaka, metodologi penelitian, pembahasan dan terakhir adalah kesimpulan. Adapun sistematika penulisan skripsi ini dibagi menjadi lima bab yaitu :

Bab I terdiri dari bab pendahuluan yang merupakan paparan penulis yang berisi latar belakang masalah, mengapa penulis memilih masalah mengenai TENGKULAK dan PETANI: Kajian Historis Terhadap Perkembangan Tengkulak Sayur di Desa Nanggerang Kecamatan Cililin Kabupaten Bandung Barat Tahun 1990-2013. Selain itu, dalam bab I ini terdapat pula rumusan dan batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, dan struktur organisasi skripsi.

Bab II terdiri dari kajian pustaka. Pada bab ini dipaparkan mengenai tinjauan kepustakaan yang berhubungan dengan permasalahan yang dikaji dalam skripsi ini. Tinjauan pustaka pada bab ini memaparkan mengenai berbagai referensi konsep dan teori yang berhubungan dan relevan dengan tema skripsi.

(37)

Sutisna, 2015

TENGKULAK D AN PETANI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

Bab IV Perkembangan Tengkulak Sayur di Desa Nanggerang Kecamatan Cililin Kabupaten Bandung Barat Tahun 1993-2013, pada bab ini berisi seluruh penjelasan dan analisis dari hasil penelitian yang berkaitan dengan permasalahan dalam rumusan masalah dalam bentuk uraian deskriptif berdasarkan pada data dan fakta yang diperoleh selama penelitian dilakukan mengenai tema yang peneliti kaji. Dalam bab ini penulis mendeskripsikan dan menjelaskan mengenai gambaran umun wilayah Desa Nanggerang, latar belakang munculnya tengkulak sayur di Desa Nanggerang Kecamatan Cililin Kabupaten Bandung Barat, pola hubungan yang terjadi antara tengkulak dan petani sayur di Desa Nanggerang Kecamatan Cililin Kabupaten Bandung Barat, upaya yang dilakukan petani dalam menghadapi kehadiran tengkulak sayur, dan dampak yang ditimbulkan tengkulak terhadap kehidupan sosial-ekonomi masyarakat di Desa Nanggerang Kecamatan Cililin Kabupaten Bandung Barat.

(38)

87 Sutisna, 2015

TENGKULAK D AN PETANI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Pertanian sayur di Desa Nanggerang yang berkembang mulai tahun 1990-an mem1990-ang tidak berl1990-angsung l1990-ancar begitu saja, terdapat kendala-kendala y1990-ang dihadapi para petani dalam menjalankan kegiatan usaha bertani sayurnya, contohnya dalam hal aspek permodalan dan pemasaran hasil produksi pertanian sayur. kendala-kendala yang dihadapi para petani tersebut menjadi peluang bagi petani lainnya yang mempunyai modal dan wawasan yang lebih untuk memanfaatkannya dengan berprofesi menjadi tengkulak sayur. Tengkulak sayur hadir dan berkembang bersamaan dengan berkembangnya pertanian sayur di Desa Nanggerang, mereka hadir untuk memberikan jasa bagi petani dalam memberi kredit modal berupa bahan pertanian sayur seperti pupuk dan bibit-bibitan sayuran, selain itu juga yang paling utama adalah sebagai distributor dari hasil produksi sayur para petani, dengan cara memasarkannya ke pasaran.

(39)

Sutisna, 2015

TENGKULAK D AN PETANI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

Hubungan yang terjalin antara petani sayur dan tengkulak sayur di Desa Nanggerang merupakan suatu bentuk hubungan patron-client. Dalam sistem tersebut tengkulak sayur bertindak sebagai patron yakni orang yang mempunyai kedudukan sosial ekonominya lebih tinggi menggunakan pengaruh dan sumber daya yang dimilikinya untuk memberikan perlindungan dan keuntungan kepada orang yang lebih rendah kedudukannya yakni petani sayur sebagai client. Petani sayur yang bertindak sebagai client harus membalas pemberian tersebut dengan memberikan dukungan yang umum baik berupa barang ataupun jasa. Dalam hal ini pengaruh dan sumber daya yang dimiliki tengkulak sayur dalam memberi perlindungan dan keuntungan bagi petani sebagai orang yang lebih rendah kedudukannya adalah dengan memberikan kredit pinjaman dan mejadi distributor pemasaran sayuran, sedangkan petani sebagai client harus membalas pemberian tersebut dengan menjual hasil panen sayurnya kepada tengkulak sayur tersebut.

Bukan hal yang mudah bagi tengkulak sayur dalam mendapatkan kepercayaan bagi para petani sayur, mereka harus mempunyai sistem pembelian dan kredit modal yang dapat diterima oleh petani. Dalam sistem pembelian sayuran dari petani, tengkulak sayur di Desa Nanggerang tidak menerapkan sistem tebasan atau ijon, karena mereka menyadari bahwa sistem tersebut tidak akan diterima oleh petani, mereka hanya melakukan sistem pembelian biasa seperti kegiatan jual beli pada umumnya yakni tengkulak membeli sayur secara kiloan dari petani tetapi dengan catatan tidak melakukan pembayaran langsung ketika pada saat itu, melainkan dilakukan setelah sayuran dijual ke pasaran. Pada saat pembayarannya pun tengkulak sayur harus memperlihatkan nota hasil penjualan sayuran kepada petani untuk memberitahu dan meyakinkan petani tentang kondisi pemasaran sayur, dan sebagai bukti kalau pemotongan keuntungan hasil penjualan sayur dari tengkulak bisa dianggap wajar dan diterima oleh petani.

(40)

Sutisna, 2015

TENGKULAK D AN PETANI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

harga yang ditetapkan pada saat peminjaman modalnya saja. Hal itu dilakukan agar para petani tidak terbebani dengan bunga pinjaman dan sebagai pengikat petani untuk tetap mempercayakan peminjaman modal dan pemasaran hasil panen sayurnya kepada tengkulak tersebut.

Kehadiran tengkulak sayur di Desa Nanggerang membawa dampak sosial ekonomi bagi masyarakat, baik dampak positif maupun negatif. Dampak positif bagi masyarakat petani selain sebagai tempat meminjam modal dan distributor, adalah menjadi faktor pendorong terciptanya lapangan kerja baru yakni buruh tani, buruh sortir/kemas sayuran di kios-kios tengkulak dan sopir mobil bak pengangkut sayuran ke pasar, sedangkan dampak negatif dari keberadaan tengkulak paling terasa bagi petani sayurnya sendiri, yakni selain pembayaran hasil panen sayur yang lebih rendah dari harga pasar yang sebenarnya, uang hasil penjualan sayur pun dipotong oleh tengkulak sebagai pembayaran hutang pinjaman modal petani, kemudian petani sayur sendiri tidak bisa dengan bebas menjual hasil panen sayurnya ke pasar secara langsung karena adanya keterikatan melalui hutang pinjaman modal yang petani pinjam. Masayrakat petani sayur sendiri menyadari keadaan tersebut merupakan sebuah konsekuensi bagi mereka sebagai pihak yang berada di bawah yang bergantung terhadap peran dan kedudukan tengkulak sayur.

5.2 Saran

(41)

Sutisna, 2015

TENGKULAK D AN PETANI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

petani masih terjerat dalam sistem perdagangan tradisional, yakni masih mengandalkan peranan tengkulak yang justru merugikan mereka sendiri, dan kurangnya lembaga-lembaga pemerintah seperti koperasi maupun kelompok tani untuk mewadahi permasalahan dan mengelola pertanian sayur di Desa Nanggerang.

Bagi pemerintah Kecamatan Cililin dan Kabupaten Bandung Barat diharapkan dapat lebih memberikan perhatiannya terhadap pertanian sayur di Desa Nanggerang. Selama ini yang dapat dijadikan andalan bagi petani sayur adalah tengkulak sayur. walaupun memang tengkulak dapat memberikan keuntungan tetapi juga lebih banyak merugikan bagi petani. Maka dengan situsasi tersebut, pemerintah dari jajaran desa hingga ke kabupaten perlu membentuk lembaga-lembaga untuk mewadahi dan mengelola pertanian sayur di Desa Nanggerang, yakni dengan membentuk koperasi tani, menempatkan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL), dan mendorong masyarakat untuk membentuk kelompok tani sayur di desa tersebut. Namun bila hal tersebut masih tetap tidak bisa memberikan kontribusi bagi petani, maka pemerintah harus lebih inovatif dalam mengelola pertanian sayur.

Mengingat masyarakat petani sayur di Desa Nanggerang yang begitu erat hubungannya dengan tengkulak sayur, penulis mengharapkan adanya pemberdayaan tengkulak sayur untuk meningkatkan produksi sayur di Desa Nanggerang, yaitu dengan cara memberikan pembinaan pengetahuan kepada tengkulak tentang kaidah pertanian yang baik sehingga dapat meningkatkan produksi dan kualitas sayuran. Pemerintah harus menginstruksikan kepada tengkulak agar bisa mengarahkan petani tentang cara panen yang benar agar kualitas sayur meningkat sehingga dengan sayuran yang berkualitas tentunya akan meningkatkan harga tawar ketika tengkulak menjualnya di pasaran.

(42)

Sutisna, 2015

TENGKULAK D AN PETANI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

tengkulak. Jika para tengkulak memiliki tanggung jawab bisnis dari peningkatan produksi hingga penanganan pasca panen, maka hasilnya akan menguntungkan tengkulak itu sendiri. Dengan iming-iming mendapatkan produksi sayur yang banyak dengan kualitas yang tinggi, maka para tengkulak pasti mau dengan sukarela membina para petani. Pada tahap pertama, para tengkulak dibina dan diarahkan tentang peningkatan produksi serta penanganan pasca panen. Tahap kedua, pemerintah atau investor menginstruksikan para tengkulak untuk bergerak dengan sukarela tanpa dibayar untuk melakukan penyuluhan dan pembinaan kepada petani-petani mereka. Tahap ketiga, pemerintah harus memantau dan mendapingi terus para tengkulak dalam melakukan praktek usahanya, yaitu dengan cara kompetisi antar tengkulak dan transparansi informasi harga yang berkembang di pasaran kepada petani, atau bila perlu bentuk badan advokasi untuk menindak bilamana terjadi kecurangan dalam praktek dagang yang merugikan petani.

(43)

92 Sutisna, 2015

TENGKULAK D AN PETANI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku:

Abdullah, T. (2007). “Di Sekitar Penelitian Sejarah Lokal”, dalam Sejarah Lokal Penulisan dan Pembelajaran di Sekolah. Bandung: Salamina Press.

Abdurahman, D. (2007). Metode Penelitian Sejarah. Jakarta: Logos.

Alma, B. (2006). Kewirausahaan. Bandung: Alfabeta.

Gottschalk, L. (1986). Mengerti Sejarah. Terjemahan Nugroho Notosusanto.

Ismaun. (2005). Pengantar Belajar Sejarah Sebagai Ilmu dan Wahana Pendidikan. Bandung: Historya Utama Press.

Koentjaraningrat. (1990). Sejarah Teori Antropologi Jilid II. Jakarta: UI Press Kuntowijoyo. (2003). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.

Mubyarto. (1983). Politik Pertanian dan Pembangunan Pedesaan. Jakarta: Sinar Harapan.

Partomo, T.S. dan Soedjono, A.R. (2004). Ekonomi Skala Kecil/Menengah dan Koperasi. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Pusat Bahasa DEPDIKNAS. (2007). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Sajogyo, P. (1985). Sosiologi Pembangunan. Jakarta: IKIP Jakarta.

Saripudin, D. (2005). Mobilitas dan Perubahan Sosial. Bandung: Massagi Foundation.

(44)

Sutisna, 2015

TENGKULAK D AN PETANI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu Sjamsuddin, H. (2007). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak.

Soekanto, S. (2012). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers. Soemanto. (2002). Kewiraswastaan. Jakarta: Salemba Empat.

Sumaatmaja, N. (2000). Manusia dalam Konteks Sosial Budaya dan Lingkungan Lingkungan hidup. Bandung: Alfabeta.

Supardan, D. (2009). Pengantar Ilmu Sosial. Jakarta: Bumi Aksara.

Syani, A. (2002). Sosiologi Skematika Teori dan Terapan. Jakarta: Bumi Aksara.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2013). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Usman, S. (2004). Sosiologi; Sejarah, Teori dan Metodologi. Yogyakarta: Center for Indonesian Research and Development [CIRED].

Wolf, E.R. (1985). Petani: Suatu Tinjauan Antropologis. Jakarta: Rajawali.

Sumber Dokumen:

BPS Kabupaten Bandung Barat. (2013). Kabupaten Bandung Barat Dalam Angka. Bandung Barat: Kantor Statistik Kabupaten Bandung Barat.

____________________________. (2013). Peta Wilayah Kabupaten Bandung Barat. Bandung Barat: Kantor Statistik Kabupaten Bandung Barat.

Laporan Penelitian SADI-ACIAR. (2009). Laporan Akhir: Rantai Nilai Sayuran di Kawasan Timur Indonesia – fokus pada cabe. Canberra: ACIAR.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pola pengobatan pasien hipertensi di Puskesmas 1 Kemranjen sudah sesuai dengan standar dari Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Akademis Dalam Menyelesaikan Pendidikan Sarjana Strata I. Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas

[r]

Tabel 6.21 Tegangan yang Terjadi Irisan A-A Saluran Persegi Tertutup Tipe I

[r]

dalam tubuh dan menyebabkan gejala klinik mulai Hasil survei kecacingan Balai Litbang P2B2 Tanah dari yang ringan sampai yang paling berat seperti Bumbu tahun

Most Microsoft client operating systems, including Windows 9x, Windows ME, Windows NT 3.51 and 4.0, as well as Windows 2000 and XP, will automatically download the driver from the

Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Pemberian Surat Izin Praktik (SIP) Dokter Menggunakan Metode Smart (Simple Multri Attribute Rating Technique) (Studi Kasus : Dinas Kesehatan