PENGEMBANGAN DESA WISATA
MENGGUNAKAN METODE PARTICIPATORY RURAL
APPRAISAL (PRA) DI DESA CIHIDEUNG
KABUPATEN BANDUNG BARAT
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar SarjanaPariwisata Program StudiManajemen Resort & Leisure
Disusun Oleh Harry FitriyadiWahhab
055566
MANAJEMEN RESORT & LEISURE
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2012
PENGEMBANGAN DESA WISATA
MENGGUNAKAN METODE PARTICIPATORY RURAL
APPRAISAL (PRA) DI DESA CIHIDEUNG
KABUPATEN BANDUNG BARAT
Oleh
Harry FitriyadiWahhab
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada FakultasPendidikanIlmuPengetahuanSosial
© Harry FitriyadiWahhab2012 Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2012
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
LEMBAR PENGESAHAN
PENGEMBANGAN DESA WISATA
MENGGUNAKAN METODE PARTICIPATORY RURAL APPRAISAL (PRA) DI DESA CIHIDEUNG KABUPATEN BANDUNG BARAT
Oleh: Harry FitriyadiWahhab NIM 055566
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING
Pembimbing I
Prof. DR. Darsiharjo, M.Pd NIP. 196209211986031005
Pembimbing II
Drs.H.GumelarS.Sastrayuda, CTM
Mengetahui
Ketua Program Studi Manajemen Resort & Leisure
PENGEMBANGAN DESA WISATA MENGGUNAKAN METODE PRA (PARTICIPATORY RURAL APPRAISAL)
DI DESA CIHIDEUNG KABUPATEN BANDUNG BARAT Oleh :Harry Fitriyadi Wahhab/ 055566
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh animo wisatawan yang berkunjung ke kawasan daya tarik wisata yang semakin bertambah dari tahun ke tahun, sehingga kawasan tersebut menjadikan suatu potensi yang layak untuk dikembangkan secara serius. Salah satu kawasan yang menarik adalah desa Cihideung Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat. Lokasi ini sudah lama dijadikan sebagai sentra pengembangan bunga, yang dalam masyarakat lokal di sebut dengan “kembang”. Dengan ketinggian kurang lebih 1.100 meter di atas permukaan laut dan bersuhu dingin, daerah ini merupakan daerah yang cocok untuk berbagai jenis tanaman, baik tanaman hias, tanaman potong, maupun buah-buahan. Hampir semua penduduk menggantungkan hidupnya dari berjualan bunga dan tanaman. Namun sangat disayangkan, para wisatawan yang datang ke area ini hanya sekedar membeli bunga di kios-kios dan halaman saja, bertransaksi kemudian pulang. Padahal di satu sisi kawasan desa Cihideung ini mempunyai satu keunggulan yang mampu mendatangkan wisatawan untuk berkunjung melalui pengembangan bunga. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengembangkan desa wisata ini adalah melalui participatory rural appraisal atau yang disingkat PRA. Metode ini dianggap tepat karena dalam pemahaman sebuah desa baik dari segi permasalahan dan potensinya, tidak ada yang lebih mengenal selain masyarakat yang berdomisili di desa itu sendiri. Maka pelibatan masyarakat secara aktif sangat diperlukan dalam pengembangan sebuah desa.
Untuk mempermudah dan memfokuskan penulisan, maka penelitian ini dirumuskan dalam sebuah judul “Pengembangan Kawasan Desa Wisata Menggunakan Metode Participatory Rural Appraisal (PRA) Di Desa Cihideung Kabupaten Bandung Barat” dengan tujuan untuk: 1) mengetahui gambaran yang obyektif mengenai potensi desa Cihideung Kabupaten Bandung Barat sebagai kawasan desa wisata, 2) mengetahui analisis penerapan metode participatory rural appraisal (PRA) dalam pengembangan desa wisata di desa Cihideung Kabupaten Bandung Barat, dan 3) mengetahui analisis tentang model pengembangan desa wisata di desa Cihideung Kabupaten Bandung Barat. Untuk mencapai tujuan tersebut maka metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif dan metode survey. Lokasi Penelitian ini dilakukan di Desa Cihideung Kabupaten Bandung Barat. Adapun teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara, studi dokumentasi, curah pendapat dan diskusi kelompok secara terfokus.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa banyak potensi yang dapat dikembangkan di desa Cihideung dan salah satu model pengembangan desa wisata yang dapat dikembangkan di desa Cihideung Kabupaten Bandung Barat yaitu desa wisata yang berbasiskan alam, melalui metode participatory rural appraisal (PRA) yang meliputi beberapa tindakan yaitu: a) pembahasan maksud, tujuan, dan proses PRA, b) Penggalian informasi, dan c) menyusun rencana program. Dalam proses pelaksanaan PRA, pengembangan desa wisata di desa Cihideung Kabupaten Bandung Barat telah melakukan: pemetaan dan penelusuran lokasi, pengungkapan alur sejarah tingkat desa, penggambaran bagan kecenderungan dan perubahan tingkat desa, pembuatan kalender musim, pembuatan jadwal sehari, dan menganalisis mata pencaharian
DEVELOPMENT THE VILLAGE TOURISM USING PARTICIPATORY RURAL APPRAISAL METHOD IN WEST BANDUNG REGENCY CIHIDEUNG VILLAGE
By: Harry Fitriyadi Wahhab/ 055566
ABSTRACT
The research was motivated by the interest of tourists visiting the area attractions are increasing rapidly from year to year, thus making the region a viable potential to developed seriously. One interesting area is the village Cihideung Parongpong District of West Bandung regency. This location has long been used as a center for flower development, which in the local community is called the "flower". With a height of approximately 1,100 meters above sea level and cold temperature, this region is an area that is suitable for various types of plants, both ornamental plants, cut plants, and fruits. Almost all residents of their living selling flowers and plants. Unfortunately, the tourists who come to this area just to buy flowers in the stalls and the page only, trade and home. Whereas on the one hand this Cihideung village area has one advantage that is able to bring tourists to visit through the development of flowers. One method that can be used to develop rural tourism is through participatory rural appraisal or abbreviated PRA. This method is appropriate because the understanding of a village in terms of both problems and potential, there is nothing more familiar than the people who live in the village itself. Then the active community involvement is indispensable in the development of a village.
To simplify and focus of writing, it is formulated in a study entitled " Development The Village Tourism Using Participatory Rural Appraisal Method In West Bandung Regency Cihideung Vllage” in order to: 1) find an objective picture of the potential of West Bandung regency Cihideung village as a tourist village area, 2) to the analysis of the application of participatory rural appraisal methods (PRA) in the development of rural tourism in the Cihideung village of West Bandung regency, and 3) learn about the model analysis of rural tourism development in the Cihideung village of West Bandung regency. To achieve these objectives the research method used is descriptive method of qualitative and survey methods. The data collection techniques using observation techniques, interviews, documentation studies, brainstorming and focus groups discussion.
DAFTAR ISI
1.1Latar Belakang Masalah 1
1.2Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian 6
1.3Tujuan Penelitian 6
1.4Manfaat Penelitian 7
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Wisata, Pariwisata, dan Kepariwisataan 8
2.2 Pengertian Pengembangan 9
2.3 Pengertian Kawasan 9
2.4 Pengertian Desa 9
2.5 Pengertian Desa Wisata 10
2.6 Pengertian Pengembangan Kawasan Desa Wisata 11 2.7 Pengertian Participatory Rural Appraisal (PRA) 15 2.8 Beberapa Teknik Partisipasi Dalam Metode PRA 35
2.9 Potensi ProdukDesaWisata 42
2.10PengembanganDesaWisata 43
BAB III METODEPENELITIAN
3.1 MetodePenelitian 45
3.2 LokasiPenelitian 46
3.3 Sumber Data dan Alat Penelitian 48
3.4 Teknik Pengumpulan Data 49
3.5 Variabel Pengembangan Desa Wisata dan Hasil yang diharapkan 52
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian 55
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian 66
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
5.1 Kesimpulan 78
5.2 Rekomendasi 80
DAFTAR PUSTAKA 82
LAMPIRAN 85
DAFTAR TABEL
TabelHal
3.1 Tabel Variabel Pengembangan Desa Wisata dan Hasil yang diharapkan 51
4.1Tabel Curah hujan desa Cihideung 57
4.2Tabel Penggunaan lahan desa Cihideung tahun 2011 58
4.3 Tabel Jumlah penduduk menurut umur 61
4.4Tabel Jumlah penduduk menurut mata pencaharian 63
4.5 TabelJumlah penduduk menurut pendidikan 64
DAFTAR GRAFIK
GrafikHal
4.1 Grafik Penggunaan lahan desa Cihideung tahun 2011 59
4.2 Grafik Jumlah penduduk menurut umur 62
4.3 Grafik Jumlah penduduk menurut mata pencaharian 63
DAFTAR GAMBAR
Gambar Hal
3.1Peta administratif desa Cihideung Kec.Parongpong Bandung Barat 47
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada abad 21 ini industri pariwisata telah menjadi salah satu industri
terbesar di dunia dan merupakan andalan utama dalam menghasilkan devisa di
berbagai negara. Hal tersebut karena jumlah perpindahan manusia yang besar ke
daerah tujuan wisata sangat membantu percepatan proses pertumbuhan ekonomi,
sehingga dapat meningkatan state revenue dan pendapatan asli daerah,khususnya
lokasi tujuan wisata tersebut.
Industri ini sering disebut juga sebagai energi pencetus (energy trigger)
yang mampu membuat masyarakat mengalami metamorphose dalam berbagai
aspeknya (Sastrayudha, 2008). Pariwisata sendiri memiliki karakter unik, dimana
bidang ini dapat memberikan efek berantai (multiplier effect) terhadap berbagai
sektor. Bahkan karena efeknya yang dapat menjangkau berbagai lapisan
masyarakat, pemerintah pun mempunyai harapan positif dari pengembangan
pariwisata ini antara lain, penggerak perkonomian suatu daerah, meningkatkan
kesejahteraan rakyat, menghapus kemiskinan, mengatasi pengangguran,
melestarikan alam, lingkungan, dan sumber daya, memajukan kebudayaan,
mengangkat citra bangsa, dan lain sebagainya. (Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 10.Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan, Bab II Asas, Fungsi,
Salah satu dampak positif yang sering terlihat adalah peningkatan ekonomi
masyarakat sekitar kawasan,contohnya di beberapa daerah seperti Bali,
Yogyakarta, Bandung, dan sebagainya.Kebanyakan pengembangannya pun
merupakan wisata yang bersifat mass tourism dan mampu menyerap wisatawan
dalam jumlah yang banyak, memang pada pelaksanaannya kegiatan ini dirasakan
berhasil meningkatkan pendapatan masyarakat, tetapi bentuk pengembangan
wisata masal ini bukan tanpa konsekuensi.Dampak negatif yang muncul
beriringan dalam perkembangannya pun sangat bervariasi antara lain, kesenjangan
sosial pendapatan di satu kelompok masyarakat tertentu, degradasi budaya, tingkat
kriminalitas tinggi, pengalihfungsian tata guna lahan, degradasi lingkungan, dan
lain sebagainya.
Dampak negatif tersebut mendatangkan keprihatinan dari berbagai
stakeholder pariwisata itu sendiri, termasuk wisatawan yang sadar akan arti
pentingnya kelestarian lingkungan dan budaya daerah yang didatanginya.
Kebanyakan dahulu wisatawan berwisata secara bersama-sama dengan kerabat
kerjanya, keluarga besarnya, atau teman-teman sekolah, namun sekarang ini
mereka lebih cenderung berwisata dalam kelompok-kelompok kecil dan bahkan
perorangan (Free Independent Traveler).Model perjalanan wisata ini dilakukan
oleh para wisatawan sebagai reaksi terhadap banyaknya dampak negatif yang
ditimbulkan sehubungan dengan pengembangan pariwisata masal, selain itu
kegiatan ini berkembang pada wisatawan karena ditunjang dengan pendidikan
tentang pariwisata berkelanjutan dan riset-riset yang telah membuktikan dampak
Kesadaran wisatawan terhadap objek wisata berkelanjutan (sustainable
tourism) semakin besar, serta menjadi titik tolak perubahan pola
perjalanan.Wisatawan mulai mencari keotentifikan, kekhasan, keunikan, dan
keoriginalitasan kebudayaan masyarakat setempat dengan mendatangi
daerah-daerah terpencil dipelosok daerah-daerah dengan jenis wisata berskala kecil guna
mengurangi dampak negatif.Perjalanan jenis ini lebih bermakna dan dapat secara
langsung memberi tambahan pengetahuan dalam hidupnya (expansion of life).
(Fandeli dan Nurudin, 2005)
Pola pikir wisatawan yang berkembang dan bervariasi ini mampu
mendorong berbagai spekulasi dengan memanfaatkan segala sumber daya yang
ada di daerah, salah satunya adalah desa wisata (tourism village).Desa wisata
merupakan sebuah alternatif wisata yang memadukan antara atraksi, akomodasi,
dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan budaya
masyarakat. Kegiatan wisata ini punlangsung menyentuh dengan tata cara dan
tradisi yang berlaku, serta biasanya ditunjangsetting fisik lokasi desa yang
memungkinkan berintegrasinya wisatawan sebagai partisipasi aktif.
Animo wisatawan untuk berkunjung ke objek wisata jenis ini semakin
bertambah dari tahun ke tahun, hal tersebut menjadikan objek daya tarik wisata
jenis ini menjadi potensi yang layak untuk dikembangkan secara serius.Senada
dengan itu bahkan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata (Menbudpar), Jero Wacik
menargetkan mampu mengembangkan 104 desa wisata pada 2010."Program
pengembangan desa wisata ini sudah berjalan 2 tahun, dan tahun kemarin proyek
Rabu.(Sumber:http://travel.kompas.com/read/2009/11/26/11041835/2010.indones
ia.punya.104.desa.wisata).
Program Desa Wisata dinilai efektif untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dengan mengembangkan karakter wisata desa yang bersangkutan, di
samping itu pengenalan tradisibudaya lokal dan pelestarian lingkungan harus
menjadi prioritas yang harus dipersiapkan oleh berbagai stakeholder (pemangku
kepentingan). Karena pada dasarnya daerah tujuan wisata alternatif yang kerap
menjadi pilihan para wisatawan dewasa ini, tidak bisa dilepaskan dari beberapa
faktor penarik seperti, lingkungan alam yang alami, kekhasan tradisi budaya
daerah, kearifan lokal, keunikan suatu daerah, dan segala sesuatu yang bisa
menggugah rasa keingintahuan wisatawan.
Pada hakikatnya Indonesia mempunyai keunggulan kompetitif dan
komparatif dalam pengembangan desa wisata, negeri ini mempunyai keragaman
suku bangsa, bahasa, adat istiadat, kearifan lokal, flora, fauna, dan lain sebagainya
yang ditunjang dengan alam beriklim tropis. Salah satu kawasan yang menarik
adalah desa Cihideung Kabupaten Bandung Barat.Lokasi ini sudah lama dijadikan
sebagai sentra pengembangan bunga, yang dalam masyarakat lokal di sebut dengan “kembang”.Dengan ketinggian kurang lebih 1.100 meter di atas
permukaan laut dan bersuhu dingin, daerah ini merupakan daerah yang cocok
untuk berbagai jenis tanaman, baik tanaman hias, tanaman potong, maupun
buah-buahan.Hampir semua penduduk menggantungkan hidupnya dari berjualan bunga
Hamparan bunga beraneka jenis dan warna terlihat di sepanjang kiri dan
kanan jalan di area ini, berbagai jenis yang jarang ditemukan pun banyak sekali
terdapat di sini seperti, bunga dahlia berwarna merah, mawar jenis kertas yang
berwarna-warni, bougenville, miyana, dan lain sebagainya. Semua lahan di
sepanjang Jalan Cihideung ditanami bermacam-macam bunga, karena itu
orang-orang menyebut desa Cihideung ini sebagai kawasan taman bunga. Tetapi sangat
disayangkan sekali, para wisatawan yang datang ke area ini hanya sekedar
membeli bunga di kios-kios dan halaman saja, bertransaksi kemudian pulang.
Padahal para petani bunga dapat menahan length of stay para wisatawan tersebut
untuk tinggal lebih lama dengan berbagai cara, akan tetapi hal tersebut belum
disadari, dikelola, ataupun dimanfaatkan dengan semaksimal mungkin.
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis merasa tertarik untuk membuat
sebuah penelitian untuk menahan wisatawan lebih lama tinggal, sehingga lebih
banyak menghabiskan uang di desa Cihideung melalui pengembangan desa
wisata. Pada kasus ini mereka mempunyai satu keunggulan yang mampu
mendatangkan wisatawan untuk berkunjung melalui pengembangan bunga.
Salah satu metode pendekatan yang dapat digunakan adalah participatory
rural appraisalatau yang disingkat PRA. Chambers (1992) mengatakan bahwa
PRA adalah suatu pendekatan dan metode untuk mempelajari kondisi dan
kehidupan pedesaan dari, dengan, dan oleh masyarakat desa. Metode pendekatan
ini dinilai tepat karena dalam pemahaman sebuah desa baik dari segi
yang berdomisili di desa itu sendiri. Maka pelibatan masyarakat secara aktif
sangat diperlukan dalam pengembangan sebuah desa.
Untuk mempermudah dan memfokuskan penulisan, peneliti mengambil
sebuah judul penelitian sebagai berikut:
“PENGEMBANGAN KAWASAN DESA WISATA MENGGUNAKAN
METODE PARTICIPATORY RURAL APPRAISAL (PRA) DI DESA
CIHIDEUNG KABUPATEN BANDUNG BARAT”
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka penelitian ini diarahkan untuk menjawab
beberapa pertanyaan antara lain:
1. Apa yang menjadi potensi desa Cihideung dalam pengembangan desa wisata
Kabupaten Bandung Barat?
2. Bagaimanakah penerapan metode participatory rural appraisal (PRA)dalam
pengembangan desa wisata di desa Cihideung Kabupaten Bandung Barat?
3. Bagaimanakah model pengembangan desa wisata di desa Cihideung
Kabupaten Bandung Barat?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Mengetahui gambaran yang obyektif mengenai potensi desa Cihideung
2. Mengetahui analisis penerapan metode participatory rural appraisal
(PRA)dalam pengembangan desa wisata di desa Cihideung Kabupaten
Bandung Barat.
3. Mengetahui analisis tentang model pengembangan desa wisata di desa
Cihideung Kabupaten Bandung Barat.
1.4. Manfaat Penelitian
Merujuk pada tujuan di atas, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
berbagai manfaat antara lain:
1. Sebagai bahan informasi dan pengetahuan bagi rencana pengembangan desa
wisata.
2. Bagi bidang akademis diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran untuk
pendidikan, khususnya ilmu kepariwisataan dalam rencana pengembangan
kawasan desa wisata.
3. Bagi peneliti sendiri dapat mengenal dan mengetahui kondisi lapangan secara
langsung dan dinamika yang terjadi dalam mengembangkan kawasan desa
wisata.
4. Bagi penelitilain, diharapkan dapat berguna dan dapat dijadikan sebagai bahan
rujukan, menambah konsep baru, dan bahan perbandingan dalam penelitian
lebih lanjut.
5. Bagi stakeholder desa wisata diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi
bahan acuan dan rujukan pertimbangan untuk merencanakan, mengelola, dan
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. MetodePenelitian
Dalam suatu penelitian ilmiah, penentuan metode yang akan digunakan
sangat berpengaruh dalam pengumpulan data. Sehingga dengan kata lain dapat
disimpulkan bahwa metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh penulis
dalam mengumpulkan data penelitian, data yang dikumpukan bisa berupa data
primer dan data sekunder (Arikunto, 1998:115).
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif
kualitatif dan metode survey. Metode deskriptif yaitu dapat mendeskripsikan,
memperoleh gambaran dan memaparkan secara sistematis, fluktual, akurat
mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang ada di
daerah penelitian.
Menurut Irawan Soehartono (2002:35) metode deskriptif yaitu : ”penelitian
deskriptif bertujuan memberikan gambaran tentang suatu masyarakat atau
kelompok atau orang tertentu atau gambaran tentang suatu gejala atau hubungan antara dua gejala atau lebih.”
Menurut Winarno Surakhmad (1992:139) berpendapat bahwa :”penelitian
deskriptif tertuju pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang.
Pelaksanaan metode deskriptif tidak hanya sampai pengumpulan data tetapi
meliputi analisis dan interprestasi tentang data itu, juga menetapkan hubungan dan
kedudukan untuk unsur-unsur lainnya.”
Dari pendapat-pendapat diatas mengenai metode deskriptif ini bertujuan
fenomena atau gejala-gejala yang mungkin sehingga permasalahan yang sedang
diteliti dapat diungkapan.
Menurut Soehartono (1995:35) mengemukakan bahwa metode survey
merupakan metode untuk memperoleh data yang ada pada saat penelitian
dilakukan, data dikumpulkan melalui beberapa teknik, seperti wawancara dan
pengamatan atau observasi. Metode survey ini dapat berupa survey deskriptif
yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang suatu masyarakat atau
kelompok orang tertentu atau hubungan antar suatu gejala atau lebih.
Jadi metode survey dalam penelitian ini yaitu metode penelitian yang
melakukan pengamatan, baik bersifat fisik maupun sosial yang diamati dan
diambil secara langsung dari objek penelitian di lapangan yang mewakili
populasi.
3.2. LokasiPenelitian
Lokasi Penelitianinidilakukan diDesaCihideungKabupaten Bandung Barat
dan dilaksanakan pada bulan mei sampai dengan juni 2012. Jarakdari Bandung
menujulokasipenelitianyaitu ± 20 Kmataudapatditempuh 2 jam
jikamenggunakanangkutan umumatau 1-1,5 jam jikamenggunakankendaraan
pribadi.Jikamenggunakanbisdari Bandung dikenakantarifsebesarRp 4000 (dari terminal
Leuwipanjang menuju terminal Ledeng), lalu dilanjutkan dengan
menggunakanangkutankotaRp3000.
BilakitamenempuhjalanmelaluijalanCihanjuang,
kitajugabisamenikmatiindahnyaperkebunandisepanjangjalanmenujudesaCihideun
LOKASI
3.3.Sumber Data danAlatPenelitian
3.3.1. Sumber Data
Dalampenelitianinisumber data dibagidalamduakelompok, yakni data
primerdan data sekunder.Data primer adalah data yang
diperolehdenganjalandikumpulkansendiriolehpenelitidanlangsungdariobyek yang
diteliti, yaknimasyarakatDesaCihideungKecamatanParongpongKabupaten
Bandung Barat. Yangkemudianmenjadiinformandanmendominasisumber data
yang digunakanpeneliti. Sedangkan data sekunderadalahdata yang
diperolehtidaksecaralangsungdariresponden,
tetapidaripihakketigadanbisaberupadokumen-dokumen, laporandariinstansiterkait,
foto-foto, hasilrekaman, majalah, tabloid, suratkabar, internet, atauundang-undang
yang berlakudi pemerintah.
3.3.2. AlatPenelitian
1. Pedoman wawancara
Digunakan untuk pedoman atau tuntunan berupacoretan-coretankecilpada
saat melakukan wawancarasebagaipedoman agar tidakadapertanyaan yang
terlupakan.
2. Kamera Digital
Digunakanuntukmengumpulkan data berupagambar yang terdapat di
3. BukuCatatan (log book)
Digunakanuntukmencatathasilwawancaradankegiatanobservasi yang
dianggappentingolehpenelitidan yang berhubungandenganpenelitianini.
4. PetaLokasi
Digunakanuntukmengetahuilokasidesawisata yang
menjaditujuanpenelitisertadigunakanuntukmembuatpeta purposive yang
berisimengenaipotensi, permasalahan, dan lain
sebagainya.Petalokasisangatpentingdalampenelitianinikarenamerupakanawalanali
siskegiatanpengembangandesawisata.
5. Kertaskartondanalattuliskantor
Kertaskartondanalattuliskantordigunakanuntukpemetaandesawisatadandigun
akanuntukpemenuhanpengumpulan data yang dilakukanolehpeneliti di lapangan.
3.4. TeknikPengumpulan Data
Teknikpengumpulan data merupakansalahsatu proses yang
pentingdalampenelitianinikarenaharusrelevandengantujuanpenelitian. Dalam
kegiatan Pengembangan suatu kawasan, terdapat beberapa jenis teknik
pengumpulan data. Teknik – teknik tersebut memiliki karakteristik dan metode
yang berbeda satu dan lainnya, tergantung pada sumber data yang ada dilapangan
dan kebutuhan yang diperlukan.
Pada penelitian ini, penulis menggunakan teknik : Observasi Lapangan,
pengolahan data pada BAB 4 (empat ) yang digunakan penulis adalah pengolahan
data Kualitatif dengan metode SWOT, sehingga ketiga teknik pengumpulan data
diatas dipilih oleh penulis,karena dinilai mampu memberikan kolektifitas data
yang diperlukan.
Untuk pemaparan yang lebih lengkap, berikut ini adalah penjelasan dari
beberapa teknik-teknik pengumpulan data pada pengembangan suatu kawasan.
3.4.1. ObservasiLapangan
Observasilapangandilakukanolehpenelitiuntukmengamatikondisifisiklapang
anDesaCihideungKecamatanParongpongKabupaten Bandung Barat dalam
mengembangkan desa sebagai desa wisata
denganmenggunakanmetodeparticipatory rural appraisal (PRA).
3.4.2. CurahPendapatatauBrainstorming
Kegiatanini dilakukan secara berkelompok yang
diikutiolehmasyarakatterpilihdimanapesertabergiliranuntukmembagi ide yang
berkenaandenganpengembangandesaCihideungmenjadisebuahkawasandesawisata.
Penelitimendorongpeserta
(masyarakat)untukbereaksiatassuatupermasalahandanditanggapiolehpeserta lain.
Kegunaandariteknikiniadalah untukmendapatkaninformasibaru,
perspektifdan ide ataumengumpulkanberbagaipendapatdariberbagai orang
terhadappengembangankawasandesawisata.Informasiyang
dihasilkanbiasanyamasih bersifat kasar.
Diskusikelompokterfokusmerupakansuatudiskusi yang
dilakukandenganmasyarakat yang
terdiridariempatsampaidelapananggotamasyarakatdandisesuaikandengantopikdisk
usiyaknipengembangankawasandesawisata.Kegiataninidilakukanuntukmengumpu
lkaninformasi, membangunkonsensus,mengklarifikasikaninformasi yang
adadanmengumpulkanberbagaipendapatberkenaandengankegiatan.Selainitumengu
mpulkaninformasiintikegiatanpenelitian di
bidangpengembangankawasandesawisata.
3.4.4. WawancaraSemi Terstruktur
Wawancara semi terstrukturadalahsuatuwawancara (ataupercakapan)
baikdilakukandenganindividuataukelompokberkenaandengankegiatanpengembang
ankawasandesawisata di
desaCihideung.Penelitimenggunakansuatudaftarpanduanpertanyaan yang
tidakbakudandibuatlangsungpada proses pelaksanaankegiatanbila data
dirasakurangataubelum valid.
Berbedadenganwawancaraterstruktur yang mempunyaidaftarpertanyaan
yang terstrukturdandilengkapipilihan-pilihan.Pewawancarabertanyasesuaidengan
data yang kurangatautidakmeyakinkandandikombinasikandenganpertanyaan yang
munculpadasaatwawancaraberlangsung.
3.4.5. Dokumentasi
Dokumentasidalampenelitianinidigunakanpenelitiuntukmengambil data
sekunder yang terdapat di lokasi yang
enelitiuntukmemperoleh data daripemerintahterkaitdansemuaactor atau pelaku
kegiatan yang mungkindapatmemberikan data
mengenaiperanaktordanpolaperkembangandesawisataterkait.
3.5. VariabelPengembanganDesaWisatadanHasil yang diharapkan
Tabel 3.1
VariabelPengembanganDesaWisatadanHasil yang diharapkan
No Variabel Subvariabel Hasil Yang Diharapkan Teknik Pengumpulan
Atraksi Melaluikegiatan PRA
diharapkandapatmelihatp Akomodasi Melaluikegiatan PRA
hasil yang
diharapkanadalahbentuks
aranaakomodasi yang
area
diharapkan dapat terlihat
peranan dan partisipasi
masyarakat akan
pengembangan desa
3.6. TeknikAnalisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
induksi. Analisis induksi dilakukan setelah data terkumpul. Dalam hal ini peneliti
melakukan analisis terhadap semua tema dari setiap data yang masuk. Adapun
langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis data ini sebagaimana yang
dianjurkan oleh Nasution (1988:129), yaitu: 1) reduksi data, 2) display data, dan
3) penga,mbilan kesimpulan serta verifikasi data.
Reduksi data, pada tahap ini dilakukan pemilihan tentang relevan
tidaknya antara data dengan tujuan penelitian. Dalam hal ini informasi dari
lapangan sebagai bahan mentah disingkat diringkas, disusun lebih sistematis, serta
ditonjolkan pokok-pokok yang penting, sehingga lebih mudah dikendalikan.
Display data, untuk melihat gambaran keseluruhan atau bagian-bagian
tertentu dari gambaran keseluruhan, maka pada tahap ini peneliti berupaya
mengklasifikasikan dan menyajikan data sesuai dengan pokok permasalahan.
Untuk memudahkan memperoleh kesimpulan dari setiap responden, maka dibuat
matrik atau bagan.
Penarikan kesimpulan dan verifikasi, kegiatan ini dimaksudkan untuk
mencari makna data yang dikumpulkan dengan mencari hubungan, persamaan,
atau perbedaan. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan jalan membandingkan
kesesuaian pernyataan responden dengan makna yang terkandung dalam
konsep-konsep dasar metode Participatory RuralAppraisal (PRA) yang terdapat dalam
kesesuaian data dengan maksud yang terkandung dalam referensi akan lebih tepat
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang “Pengembangan
Kawasan Desa Wisata Menggunakan Metode Participatory Rural Appraisal
(PRA) Di Desa Cihideung Kabupaten Bandung Barat” dapatlah ditarik suatu
kesimpulan sebagai berikut:
5.1.1 Potensi desa Cihideung dalam pengembangan desa wisata
Kabupaten Bandung Barat; Desa Cihideung memiliki banyak
potensi yang dapat dikembangkan menjadi kawasan wisata
terutama pengembangan desa wisata. Desa wisata yang dapat
dikembangkan di desa Cihideung yaitu desa wisata yang
berbasiskan alam melalui metode PRA.
5.1.2 Terdapat tiga tahapan dalam penerapan metode participatory rural
appraisal (PRA) dalam pengembangan desa wisata di desa
Cihideung Kabupaten Bandung Barat, yaitu: 1) tahap persiapan,
dengan melakukan pelatihan, membentik tim PRA, dan melakukan
kunjungan awal. 2) tahap pelaksanaan, yang meliputi beberapa
tindakan yaitu: a) pembahasan maksud, tujuan, dan proses PRA, b)
Penggalian informasi, dan c) menyusun rencana program. Dalam
proses pelaksanaan PRA, pengembangan desa wisata di desa
dan penelusuran lokasi, pengungkapan alur sejarah tingkat desa,
penggambaran bagan kecenderungan dan perubahan tingkat desa,
pembuatan kalender musim, pembuatan jadwal sehari, dan
menganalisis mata pencaharian 3) tahap tindak lanjut. Sehubungan
dengan adanya beberapa komponen PRA yang belum dapat
direalisasikan dalam pengembangan desa wisata di desa Cihideung
Kabupaten Bandung Barat, sehingga pada tahap tindak lanjut ini
belum dapat direalisasikan pula. Dengan demikian, desa Cihideung
Kabupaten Bandung Barat berpotensi untuk dikembangkan sebagai
desa wisata melalui metode participatory rural appraisal (PRA).
Namun demikian, berdasarkan hasil pembahasan bahwa metode
PRA tidak dapat berdiri sendiri dan harus didukung oleh metode
lain diantaranya melalui analisis SWOT untuk melihat faktor
pendukung dan penghambat dalam pengembangan desa wisata
Cihideung.
5.1.3 Berdasarkan pont 1 dan 2, maka salah satu model pengembangan
desa wisata yang dapat dikembangkan di desa Cihideung
Kabupaten Bandung Barat. yaitu desa wisata yang berbasiskan
alam, melalui metode participatory rural appraisal (PRA) dan
analisis SWOT sebagai pendukungnya.
5.2 Rekomendasi
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka direkomendasikan kepada Kepala
Desa, masyarakat, Pemerintah (pembuat kebijakan), dan peneliti selanjutnya.
5.2.1 Kepada Kepala Desa Cihideung
Sehubungan dengan adanya beberapa komponen PRA yang belum
terealisasikan, seyogyanya Kepala Desa mulai mengaktifkan lagi tim
pengembang bersama-sama masyarakat untuk mengembangkan desa
Cihideung Kabupaten Bandung Barat sebagai desa wisata. Adapun
komponen yang seyogyanya mendapat prioritas adalah komponen proses
pelaksanaan terutama poin: pengkajian bagan hubungan antar pihak,
pembuatan bagan peringkat, pengorganisasian berbagai masalah, dan
menindaklanjuti pelaksanaan pengembangan desa wisata.Kepala desa juga
hendaknya terus menghimbau masyarakatnya agar lebih berpartisipasi
aktif ikut serta mengembangkan desanya sebagai desa wisata.
5.2.2 Kepada Masyarakat umum dan masyarakat desa wisata.
Msyarakat desa Cihideung pada umumnya telah mengikuti pelatihan
tentang metode untuk mempelajari kondisi dan kehidupan pedesaan
khususnya di Desa Cihideung. Oleh karena itu, seyogyanya masyarakat
mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya dalam
rangka mengembangkan desa wisata di daerahnya.
5.2.3 Kepada Pemerintah (pembuat kebijakan)
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa salah satu model pengembangan
Bandung Barat. yaitu desa wisata yang berbasiskan alam, melalui metode
participatory rural appraisal (PRA) dan analisis SWOT sebagai
pendukungnya. Dengan demikian, para pembuat kebijakan dapat
menggunakan hasil penelitian ini sebagai salah satu referensi dalam
pengembangan desa wisata khususnya di Kabupaten Bandung Barat.
5.2.4 Kepada Peneliti selanjutnya
Penelitian ini adalah penelitian yang mendeskripsikan kondisi obyektif di
lapangan. Oleh karena itu para peneliti yang akan datang dapat menguji
coba model yang disarankan untuk diterapkan di desa-desa yang memiliki
DAFTAR PUSTAKA
Ahimsa-Putra, HeddyShri, dkk. 1998. Model Pariwisata Pedesaan sebagai Alternatif Pembangunan Berkelanjutan: LaporanPenelitian. Yogyakarta: Pusat Pariwisata UGM.
Akdon dan Sahlan Hadi. 2005. Aplikasi Statistika dan Metodologi Penelitian untuk Administrasi dan Manajemen. Bandung: Dewa Ruchi
Arikunto, Suharsimi. 2006. ProsedurPenelitian: SebuahPendekatanPraktik, Edisi Revisi IV. Jakarta: PT. RinekaCipta.
Budiwati, Yulia. 2006. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Universitas Terbuka.
Buryaningsih, Harti. 2008. Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Desa Wisata di Dusun Plempoh, Mbokohardjo, Prambanan: Laporan Internastional Internship Indonesia-Perancis. Sleman: PusatPariwisata UGM.
Chambers,R.1996. Participatory Rural Appraisal: Memahami Desa Secara Partisipatif. Yogyakarta: Oxfam – Kanisius.
Darsiharjo dkk. 2005. Jurnal Manajemen Resort & Leisure Volume.1. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Darsiharjo dkk. 2006. Jurnal Manajemen Resort & Leisure Volume.2. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1996. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisikedua. Jakarta: BalaiPustaka.
Departemen Pendidikan Nasional.2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat. Jakarta: PT GramediaPustakaUtama.
Nuryanti, Wiendu. 1993. Concept, Perspective, and Challenges: Laporan Konferensi Internasional mengenai Pariwisata Budaya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Pendit, N.S. 2003. Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta: Pradyna Paramita.
Purwanto. 2008. Pemberdayaan Potensi dan Sumber Daya Desa Wisata Krebet, Pajangan, Bantul, DIY: Laporan Praktek Kerja Lapangan. Yogyakarta: Unpublished.
Rahman, Faidlal. A. 2008. Laporan Praktek Kerja Lapangan: Rencana Pengembangan Dusun Nogosari Sebagai Desa Wisata Berbasis Ekowisata. Yogyakarta. Unpublished.
Rangkuti, Freddy.2008. Analisis SWOT TeknikMembedahKasusBisnis. Jakarta: PT GramediaPustakaUtama.
Sastrosupono, M Suprihadi. 1982. MenghampiriKebudayaan. Bandung: Alumni.
Sedarmayanti. 2005. Membangun Kebudayaan dan Pariwisata (Bunga Rampai Tulisan Pariwisata). Bandung: C.V. Mandar Maju.
Sero, Aderius. 2009. Model Pengembangan Pariwisata Bahari Berbasis Masyarakat di Kabupaten Halmahera Utara. Yogyakarta: Usulan Penelitian Tesis. Yogyakarta: Unpublished.
Singarimbun, M. dan Effendi, S. 1989. MetodePenelitianSurvai(ed.). Jakarta: LP3ES.
Sugiyono. 2005. MetodePenelitianBisnis. Bandung: Alfabeta.
Sunedi & Asbar. 2006. Departemen Kelautan dan Perikanan Panduan Pengambilan Data DenganMetode Rapid Rural Appraisal (Rra) Dan Participatory Rural Appraisal (Pra).Jakarta,
Surakhmad, Winarno. 1982. PengantarPenelitianIlmiah. Bandung: Tarsito.
Umar, Husein. 2005. Strategic Manajemen In Action. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Wyasaputra, I, Bagus, dkk. 2003. Hukum Bisnis Pariwisata. Bandung: Alfabeta.
Yoeti, Oka.A. 1983. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung: Angkasa
Yoeti, Oka.A. 1996. Pengantar Ilmu Pariwisata Indonesia. Jakarta: PT.Pradnya Paramita.
Sumber-sumber lain:
1. Bahan mata kuliah (fotocopy) “pengembangankawasandesawisata”di Universitas Pendidikan Indonesia jurusan Manajmen Resort & Leisure 2008, Drs. GumilarSastrayudha, CTM.
2. Undang-undang No.10 tahun 2009tentangKepariwisataan.
3. Petunjuk Penulisan Usulan Penelitian dan Tesis diterbitkan oleh Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada Yogyakarta tahun 2003.
4. http://desawisatabali.blogspot.com/2009/11/desa-wisata-bali.html http://www.antaranews.com/berita/1263285186/devisa-pariwisata-2010-sebesar-us-7-miliar.
5. http://id.wikipedia.org/wiki/Desa_wisata
6. http://www.krjogja.com/krjogja/news/detail/11650/Desa.Wisata.Kini.Digarap. Secara.Serius.html