• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efek Sitotoksik Ekstrak Etanol Kulit Manggis (Garcinia mangostana Linn.) Terhadap Kanker Nanofaring pada Kultur Sel Hone-1.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efek Sitotoksik Ekstrak Etanol Kulit Manggis (Garcinia mangostana Linn.) Terhadap Kanker Nanofaring pada Kultur Sel Hone-1."

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

iv ABSTRAK

EFEK SITOTOKSIK EKSTRAK ETANOL KULIT MANGGIS (Garcinia Mangostana Linn.) TERHADAP KANKER NASOFARING PADA

KULTUR SEL HONE-1

Sylvania Franseda, 2013, Pembimbing I : Dr. Hana Ratnawati, dr., M.Kes, PA (K) Pembimbing II : dr. Widura, M.S.

Latar belakang: Kanker nasofaring merupakan keganasan tersering di bidang kepala leher dan menempati urutan ke-empat setelah kanker leher rahim, kanker payudara, dan kanker kulit di Indonesia. Zat aktif xanthone pada kulit manggis memiliki efek antikanker, antioksidan dan antiinflamasi, sehingga berpotensi sebagai agen terapi pada penyakit kanker.

Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui efek sitotoksik Ekstrak Etanol Kulit Manggis (EEKM) terhadap kanker nasofaring pada kultur Sel HONE-1 dan mengetahui konsentrasi Inhibitory Concentration (IC50).

Metode Penelitian: Eksperimental laboratorik dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Data yang diperoleh yaitu rerata persentase kematian sel HONE-1 setelah pemberian EEKM dengan konsentrasi HONE-1,25 μg/ml, 2,5 μg/ml, 5 μg/ml, 7,5 μg/ml, 10 μg/ml, 15 μg/ml dan fluouracil 100 μg/ml sebagai kontrol positif. Data dianalisis menggunakan One Way Anova dan Post Hoc test-HSD. Nilai IC50

dihitung dengan persamaan regresi linear.

Hasil: Kosentrasi EEKM terendah 1,25 µg/ml menyebabkan kematian sel 7,94%, sedangkan dosis tertinggi 15 µg/ml menyebabkan kematian sel 47,52%. Nilai IC50 51,4 µg/ml.

Simpulan: Ekstrak etanol kulit manggis memiliki efek sitotoksik terhadap kultur sel HONE-1 dengan IC50 51,4 µg/ml.

Kata kunci: kanker nasofaring, ektrak etanol kulit manggis, efek sitotoksik, IC50

(2)

v ABSTRACT

CYTOTOXIC EFFECT OF ETANOL EXTRACT OF MANGOSTEEN (Garcinia Mangostana Linn.) PERICARP TOWARDS NASOPHARYNGEAL

CANCER CELLS IN HONE-1 CELL CULTURE

Sylvania Franseda, 2013, 1st Tutor : Dr. Hana Ratnawati, dr., M.Kes, PA (K) 2nd Tutor : dr. Widura, MS

Background: Nasopharyngeal cancer is the most common malignancy in the

head and neck, rating as the fourth most common cancer after cervical cancer, breast cancer, and skin cancer in Indonesia. Xanthones active compounds from mangosteen pericarp exhibit antiproliferative, antioxidant and antiinflamation effect. This finding shows that Mangosteen has a potention as cancer therapeutic agent.

Objective: The purpose of this study was to determine cytotoxic effect of etanol

extract of mangosteen pericarp (EEMP) towards nasopharyngeal cancer using HONE-1culture cell and to identify Inhibitory Concentration 50( IC50).

Methods: The research was conducted by a real experimental in vitro with

Completely Randomized Design. Data obtained by the average HONE-1 cell deaths after treatment of EEMP at concentration 1,25 μg/ml, 2,5 μg/ml, 5 μg/ml, 7,5 μg/ml, 10 μg/ml, 15 μg/ml and fluorouracil 100 μg/ml as positive control. Data analyzed using One Way Anova and HSD Post Hoc Test. The IC50 was determined using linear regression.

Result: The lowest concentration 1,25 µg/ml of ethanolic extract of

Mangosteen pericarp caused 7,94% cell death and the highest concentration 15 µg/ml caused 47,52% cell death. The IC50 was 51,4 µg/ml.

Conclusions: Etanol extract of Mangosteen fruit pericarp exhibit cytotoxic

effect towards HONE-1 cell culture with IC50 51,4 µg/ml.

Keyword: nasopharyngeal cancer, Garcinia mangostana Linn., cytotoxic effect

(3)

viii

1.4.1 Manfaat Akademis ... 3

1.4.2 Manfaat Praktis...3

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian ... 3

1.5.1 Kerangka Pemikiran ... 3

1.5.2 Hipotesis Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...5

2.1 Anatomi dan Histologi Nasofaring ... 5

2.2 Kanker Nasofaring ... 6

2.2.1 Definisi Kanker Nasofaring... ... 6

2.2.2 Insidensi dan Epidemiologi Kanker Nasofaring ... 6

2.2.3 Etiologi Kanker Nasofaring ... 7

2.2.4 Patogenesis Kanker Nasofaring ... 9

2.2.5 Gejala Klinis Kanker Nasofaring ... 11

2.2.6 Klasifikasi dan Stadium Kanker Nasofaring ... 11

2.2.7 Diagnosis Kanker Nasofaring ... 13

(4)

ix

2.2.8 Penatalaksanaan Kanker Nasofaring ... 13

2.2.9 Prognosis Kanker Nasofaring ... 14

2.3 Manggis (Garcinia mangostana Linn.) ... 14

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN...21

3.1 Alat dan Bahan Penelitian ... 21

3.2 Persiapan Penelitian. ... 22

3.2.1 Sterilisasi Alat ... 22

3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 26

3.4 Metode Penelitian ... 26

(5)

x

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...31

4.1 Hasil Penelitian ... 31

4.1.1 Uji Sitoktoksisitas ... 31

4.1.2 Uji Statistik ... 33

4.1.2.1 One Way Anova ... 33

4.2 Pembahasan ... 36

4.3 Uji Hipotesis ... 37

4.3.1 One Way Anova ... 37

BAB V SIMPULAN DAN SARAN...39

5.1 Simpulan ... 39

5.2 Saran ... 39

DAFTAR PUSTAKA ... 40

LAMPIRAN ... 43

RIWAYAT HIDUP ... 50

(6)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Anatomi Faring ... 6

Gambar 2.2 Patogenesis Kanker Nasofaring...10

Gambar 2.3 Manggis (Garcinia Mangostana Linn.)...15

Gambar 2.4 Struktur Kimia α-mangostin dan γ-mangostin...17

Gambar 2.5 Reaksi reduksi MTT menjadi Formazan oleh enzim reduktase...20

Gambar 3.1 Bagan Pembuatan Ekstrak Etanol Kulit Manggis... 25

Gambar 4.1 Grafik Persentase Kematian Sel HONE-1 pada Pemberian EEKM...32

Gambar 4.2 Grafik Persamaan Regresi Linear...35

(7)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Prognosis Kanker Nasofaring ... 14

Tabel 4.1 Uji Sitotoksisias EEKM terhadap Sel HONE-1...31

Tabel 4.2 Hasil One Way Anova Pengaruh EEKM terhadap Sel HONE-1...33

Tabel 4.3 Hasil Post Hoc Tukey HSD...34

(8)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kanker nasofaring adalah keganasan yang berasal dari epitel nasofaring (Brady L., Heilmann, Molls, & Neider, 2010). Infeksi Epstein-Barr Virus (EBV), kerentanan genetik dan faktor lingkungan merupakan tiga faktor risiko utama

terjadinya kanker nasofaring (Turner, 2014). Insidensi kanker nasofaring tertinggi

terdapat di provinsi Guangdong bagian Cina Selatan, dengan insidensi lebih dari

50 kasus per 100.000 populasi per tahun (Lin, 2009). Pada ras Kaukasia di

Amerika Utara dan Eropa insidensi kanker nasofaring kurang dari 1 kasus per

100.000 populasi per tahun (Union for International Cancer Control, 2014).

Insidensi yang tinggi juga terdapat di Asia Tenggara, daerah Arktik, Afrika Utara

dan Timur Tengah. Distribusi etnis dan geografik yang khas pada kanker

nasofaring menunjukkan keterlibatan faktor lingkungan dan genetik dalam

perkembangan kanker nasofaring (Chang & Adami, 2006).

Di Indonesia, kanker nasofaring menempati urutan keempat tumor tersering setelah kanker leher rahim, kanker payudara, dan kanker kulit, serta merupakan

tumor ganas tersering yang ditemukan di bidang kepala dan leher. Insidensi

kanker nasofaring di Indonesia diperkirakan 6.2/100.000 penduduk atau sekitar

12.000 kasus baru per tahun (Adham, et al., 2012).

Diagnosis dini kanker nasofaring sering sulit ditegakkan karena gejala awal

tidak jelas dan sulitnya pemeriksaan nasofaring (Haryanto, 2010). Radioterapi

dengan atau tanpa kemoterapi merupakan terapi utama pada kanker nasofaring,

tetapi terapi tersebut membutuhkan biaya yang besar dan memiliki banyak efek

samping. Hal ini menyebabkan masyarakat banyak memilih obat herbal dengan

harga yang lebih terjangkau dan efek samping yang lebih minimal.

Manggis (Garcinia mangostana Linn, GML) merupakan buah yang berasal dari kawasan tropis di Asia Tenggara. Kulit buah manggis mengandung zat aktif

xanthone, terpene, anthocyanin, tanin dan fenol. Pada tahun 2008 dilaporkan lebih

(9)

2

dari 68 jenis senyawa xanthone diturunkan dari GML, di antara senyawa tersebut yang paling banyak dan paling sering dipelajari adalah α-mangostin, -mangostin, -mangostin, garcinone E dan gartanin. Xanthone memiliki efek antioksidan,

antitumor, dan antiinflamasi. Aktivitas antitumor xanthone berperan dalam

penghentian siklus sel, penekan proliferasi sel, induksi apoptosis, mengurangi

inflamasi, menghambat adhesi, invasi dan metastasis (Shan, et al., 2010).

Penelitian Moongkarndi et al. menggunakan MTT assay menunjukkan bahwa ekstrak etanol kulit manggis memiliki efek antiproliferatif terhadap kultur sel

adenokarsinoma mammae SKBR3 (Lim, 2012). Alfa mangostin pada kulit buah

manggis telah diteliti bersifat sitotoksik terhadap kultur sel kanker leukemia

HL-60, kultur sel adenokarsinoma mammae dan kultur sel kanker serviks HeLa (Lim,

2012).

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk meneliti efek

ekstrak etanol kulit manggis terhadap kanker nasofaring pada kultur sel HONE-1.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan identifikasi masalah sebagai berikut :

 Apakah ekstrak etanol kulit manggis bersifat sitotoksik terhadap kanker nasofaring pada kultur sel HONE-1?

Berapa Inhibitory Concentration 50 (IC50) ekstrak etanol kulit manggis

terhadap kanker nasofaring pada kultur sel HONE-1?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ekstrak etanol kulit

manggis dapat bersifat sitotoksik terhadap kanker nasofaring pada kultur sel

HONE-1.

(10)

3 1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Akademis

Untuk menambah ilmu pengetahuan di bidang kedokteran mengenai manfaat ekstrak etanol kulit manggis sebagai antikanker khususnya pada kultur sel kanker

nasofaring dan memberikan informasi bagi penelitian selanjutnya.

1.4.2 Manfaat Praktis

Masyarakat dapat menggunakan ekstrak etanol kulit manggis sebagai obat alternatif untuk pengobatan kanker nasofaring setelah dilakukan uji praklinis dan

uji klinis.

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian 1.5.1 Kerangka Pemikiran

Zat aktif xanthone yang terdapat pada kulit buah manggis telah diteliti memiliki

efek antioksidan, antitumor, dan antiinflamasi. Aktivitas antitumor xanthone

berupa penghentian siklus sel, menekan proliferasi sel, induksi apoptosis,

mengurangi proses inflamasi dan menghambat metastasis. Watanapokasin et al.

mempelajari efek antiproliferasi dan efek sitotoksik xanthone secara in vitro

menggunakan kultur sel adenokarsinoma kolon COLO 205, hasilnya

menunjukkan bahwa xanthone tidak hanya menghambat proliferasi sel kanker

tetapi juga menginduksi apoptosis melalui aktivasi caspase cascade (Shan, Ma,

Liu, Li, Wang, & Wu, 2011). Caspase adalah enzim proteinase yang berfungsi

sebagai insiator dalam proses apoptosis (Zhivotovsky, 2003).

Alfa mangostin menginduksi apoptosis pada kultur sel leukemia promielositik

HL-60 dengan mengaktivasi caspase-9 dan caspase-3 yang mengakibatkan

perubahan pada mitokondria. Perubahan pada mitokondria tersebut berupa

penurunan ATP intraselular, berkurangnya potensial membran dan pembengkakan

sel. Selain itu, α-mangostin dan -mangostin dapat menginhibisi DNA

Topoisomerase I dan II yang berperan dalam pemisahan untaian DNA saat proses

replikasi (Shan, Ma, Liu, Li, Wang, & Wu, 2011).

(11)

4

Nakagawa et al. melaporkan bahwa xanthone memiliki efek antioksidan

dengan menurunan ekspresi Nitric Oxide Synthase (iNOS) dan produksi Nitric

Oxide (NO). Hung et al. dalam penelitiannya terhadap sel karsinoma prostat PC-3

menemukan bahwa α-mangostin dapat menghambat adhesi, migrasi dan invasi sel

kanker. Efek tersebut berhubungan dengan berkurangnya ekspresi matrix

metalloproteinase-2 (MMP-2) dan matrix metalloproteinase-9 (MMP-9) (Shan,

Ma, Liu, Li, Wang, & Wu, 2011).

Sel HONE-1 adalah kultur sel kanker yang berasal dari spesimen biopsi pasien

kanker nasofaring berdiferensiasi buruk. Metode analisis Southern blot

mendeteksi adanya DNA EBV pada sel HONE-1 parental (Glaser, et al., 1989).

1.5.2 Hipotesis Penelitian

Ekstrak kulit manggis bersifat sitotoksik terhadap kanker nasofaring pada

kultur sel HONE-1.

(12)

39 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

 Ekstrak etanol kulit manggis berefek sitotoksik terhadap sel kanker nasofaring pada kultur sel HONE-1.

 IC50 ekstrak etanol kulit manggis terhadap kanker nasofaring pada kultur

sel HONE-1 adalah 51,4 μg/ml.

5.2 Saran

Diperlukan penelitian lebih lanjut :

 Uji sitotoksisitas ekstrak kulit manggis terhadap sel normal.

Uji sitotoksisitas ekstrak kulit manggis secara in vivo pada hewan coba.

(13)

EFEK SITOTOKSIK EKSTRAK ETANOL KULIT

MANGGIS (Garcinia mangostana Linn.) TERHADAP

KANKER NASOFARING PADA KULTUR

SEL HONE-1

KARYA TULIS ILMIAH

Karya Tulis Ilmiah ini Dibuat Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

SYLVANIA FRANSEDA

1310113

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BANDUNG

(14)

vi

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat

dan karunia-Nya penulis berhasil menyelesaikan dengan baik dan tepat waktu

Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Efek Ekstrak Etanol Kulit Manggis (Garcinia

Mangostana Linn.) terhadap Kanker Nasofaring pada Kultur Sel HONE-1”.

Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat akademik untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Kristen

Maranatha Bandung.

Karya Tulis Ilmiah ini berhasil tersusun dengan baik berkat bantuan, dukungan

secara moral maupun materiil, bimbingan, dan saran-saran dari berbagai pihak,

maka penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :

1. Dr. dr. Hana Ratnawati, M.Kes, PA (K) selaku pembimbing pertama yang

selalu bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran, serta dengan sabar

telah membimbing, memberi dukungan, perhatian, saran, nasihat, solusi

permasalahan, dan bantuan ilmu pengetahuan kepada penulis selama

penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

2. dr. Widura, M.S. selaku pembimbing kedua yang selalu bersedia

meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran, serta dengan sabar telah

membimbing, memberi dukungan, perhatian, saran, nasihat, solusi

permasalahan, dan bantuan ilmu pengetahuan kepadaa penulis selama

penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

3. Petugas di Bagian Laboratorium ProStem Jakarta yang membantu penulis

untuk dalam melakukan penelitian sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat

diselesaikan.

4. Kedua orangtua saya Dede Franseda dan Eha Haryati serta adik saya,

Revanza Franseda, yang selalu mendoakan, mendukung, memberi

semangat serta bantuan moral dan materiil kepada penulis.

5. Teman seperjuangan penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah,

Stefanie Djoenneady dan Sherliana Kristanti yang telah saling membantu,

(15)

vii

Terima kasih atas kerjasama yang baik dan pengorbanan yang telah

diberikan selama ini.

6. Rekan-rekan Antidote angkatan 2013 yang selalu memberikan dukungan

dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

7. Kepada pihak – pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang

secara langsung maupun tidak langsung turut memberikan dorongan dan

semangat maupun bantuan kepada penulis dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih memiliki banyak kekurangan

sehingga Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun.

Penulis berharap karya tulis ini dapat berguna masyarakat Indonesia terutama

bagi perkembangan ilmu kedokteran di kemudian hari.

Bandung, Oktober 2016

Sylvania Franseda

(16)

40

DAFTAR PUSTAKA

Adham, M., Kurniawan, A., Roezin, A., Muhtadi, A., Hermani, B., Gondhowiardjo, S., et al. (2012). Nasopahryngeal Carcinoma in Indonesia : epidemiology, incidence, signs, and symptoms at presentation. Chinese

Journal of Cancer, 31(4), 186.

American Cancer Society. (2015, Maret). How is Nasopharyngeal Cancer

Staged? Retrieved Agustus 2016, from cancer.org: http://m.cancer.org/cancer/nasopharyngealcancer/detailguide/nasopharyng eal-cancer-staging

Brady, L., Heilmann, H., Molls, M., & Neider, C. (2010). Nasopharyngeal

Carcinoma Multidiciplinary Management. Springer.

Brennan, B. (2006). Nasopharyngeal Carcinoma. Orphanet Journal of Rare

Disease, 1.

CCRC. (2013). SOP Uji Toksisitas. Retrieved August 8, 2016, from Cancer

Chemoprevention Research Center:

http://ccrc.farmasi.ugm.ac.id/?page_id=240

Chang, E. T., & Adami, H.-O. (2006, October). Cancer Epidemiology,

Biomarkers & Prevention. Retrieved from http://cebp.accrjournals.org:

http//cebp.accrjournals.org/content/15/10/1765

Drake, R., Vogl, A., & Mitchel, A. (2012). Gray : Dasar-Dasar Anatomi. Elsevier.

Freshney, R. (2005). Culture of Animal Cells : A Manual of Basic Tehnique (5th ed.). John Wiley & Son, Inc.

Glaser, R., Zhang, H.-Y., Yao, K., Zhu, H.-C., Wang, F.-X., Li, G.-Y., et al. (1989). Two epithelial tumor cell lines (HNE-1 and HONE-1) latently infected with Epstein-Barr virus that were derived from nasopharyngeal carcinoma. The Proceedings of the National Academy of Sciences.

Gutierrez-Orozco, F., & Failla, M. L. (2013, Agustus). Biological Activities and Bioavailability of Mangosteen Xanthone : A Critical Review of Current Evidence. Nutrients, 3164.

Haryanto, R. (2010). Radiasi Eksternal Karsinoma Nasofaring sebagai Penyebab Gangguan Dengar Sensorineural. Majalah Kedokteran Bandung, 42.

(17)

41

Interangency Taxonomic Information System. (2016). Garcinia Mangostana l. Retrieved November 2016, from www.itis.gov: https://www..itis.gov/servlet/SingleRpt?search_topic=TSN&search_value

Retrieved Agustus 2016, from nature:

www.nature.com/nrclinonc/journal/v12/n1/fig_tab/nrclinonc.2014.192_F1 .html

Kumar, V., Abbas, A., & Fausto, N. (2009). Robins & Cotran Dasar Patologis

Penyakit (7 ed.). Jakarta: EGC.

Kusmardiyani, S., & Nawawi, A. (1992). Kimia Bahan Alam. Jakarta: Pusat Antar Universitas Bidang Ilmu Hayati.

Lim, T. (2012). Edible Medicinal and Non-Medicinal Plants (Vol. 1).

Lin, C.-T. (2009). Relationship betweenEpstein-Barr Virus and Nasopharyngeal Carcinoma Pathogenesis. Chinese Journal of Cancer, 28, 1.

Masfria, & Aswita, H. (2014). Cytotoxicity of "Ekor naga" Leaf (Rhaphidophora pinnata (Lf) Schott) Chloroform Extract against T47D Cancer Cells.

International Journal of PharmTech Research, 7, 238-242.

National Cancer Institute. (2016). Nasopharyngeal Cancer Treatment. Retrieved Agustus 2016, from www.cancer.org: ww.cancer.gov/types/head-and-neck/patient/nasopharyngeal-treatment-pdq#link/_89

Orwa. (2009). Garcinia Mangostana. Agroforesty Database, 1.

Paulino, Arnold C. (2015, Januari). Naopharyngeal Carcinoma. Retrieved

Agustus 2016, from emedicine.medscape:

http://emedicine.medscape.com/article/988165-overview?pa=j91CejW3kYUiKY%2BQKu1TkfUz9GJxOivJs6tAeEtGOnj vVyAy4h87PU9Og2pSopmdQaJjxqviqH9NWT9Fw27Pnk3B6KLODm2 MpyHuPkYf%2Bs0%3D

(18)

42

Shan, T., Ma, Q., Liu, J., Li, W., Wang, F., & Wu, E. (2011). Xanthones from Mangosteen Extracts as Natural Chemopreventive Agents: Potential Anticancer Drugs. Curr Mol Med, 666-677.

Turner, L. (2014). Disease of the Nose, Throat and Ear : Head and Neck Surgery (11th ed.). CRC Press.

Union for International Cancer Control. (2014). UICC EML

Review-NPC-2014-World Health

Organization/selections_medicines/committees/expert/20/applications/Nas opharyngealCarcinoma.pd?ua=1. Retrieved from www.who.int:

http://www.who.int

Gambar

Gambar  2.1 Anatomi Faring ......................................................................................
Tabel  4.3 Hasil Post Hoc Tukey HSD.......................................................................34

Referensi

Dokumen terkait

Persona Non Grata merupakan status yang menandakan bahwa seorang diplomat tidak lagi menjalankan misinya di negara penerima dan negara pengirim harus dengan segera

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah mengetahui penggambaran bandingan intertekstual atau mengungkapkan pemikiran-pemikiran keislaman yang tersurat di dalam

Untuk mengkaji hubungan ini maka perlu dilakukan penelitian yaitu “ Hubungan Gaya Kepemimpinan Kepala Madrasah dan Pola Komunikasi Organisasi Dengan Motivasi Kerja Guru

Adapun pandangan beliau tentang khamar seperti yang terdapat dalam Tafsir Al-Misbah adalah segala sesuatu yang memabukkan atau berpotensi memabukkan (meski ada

Standar Kompetensi : Mahasiswa dapat memahami pengertian dan standardisasi, tujuan dan manfaat standardisasi, organisasi standardisasi internasional dan nasional, ISO dan

Sama halnya dengan perhitungan metode modifikasi pada sistem resetting, insiden energi arc flash diperoleh dengan beberapa pertimbangan, antara lain berkurangnya

1. Pemberdayaan   Perempuan dan Keluarga Berencana 11.. Asisten III  Bidang Administrasi Umum Koordinator Bidang Pemerintahan. 1.

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: (1) bahan ajar dan LKS yang dikembangkan