• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN DAN KEMAMPUAN MOTORIK TERHADAP TINGKAT AKTIVITAS JASMANI DAN GAYA HIDUP AKTIFSISWA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN DAN KEMAMPUAN MOTORIK TERHADAP TINGKAT AKTIVITAS JASMANI DAN GAYA HIDUP AKTIFSISWA."

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

Iim Imaddudin, 2014

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN DAN KEMAMPUAN MOTORIK TERHADAP TINGKAT AKTIVITAS JASMANI DAN GAYA HIDUP AKTIFSISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.ed BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan jasmani (penjas) merupakan bagian integral dari pendidikan secara umum, bertujuan membentuk siswa secara menyeluruh dengan mengembangkan aspek-aspek kognitif, afektif, psikomotor, sosial, dan mental siswa. Pendidikan jasmani adalah pendidikan tentang dan melalui aktivitas jasmani yang dalam bahasa aslinya “physical education is education of and through movement” (Suherman, 2009: 5). Gerak merupakan bahan kajian utama yang terdapat dalam kurikulum pendidikan jasmani. Melalui gerak manusia dapat berfungsi dan melakukan segala hal yang ingin dilakukannya mulai dari gerak yang paling sederhana sampai dengan gerak yang paling kompleks. Akan tetapi kemampuan gerak (motor ability) setiap individu akan sangat beragam dipengaruhi oleh faktor-faktor dari dalam maupun dari luar lingkungannya terutama dalam hal

perkembangan, kematangan, dan pertumbuhan.

Perkembangan merupakan istilah umum yang merujuk pada kemajuan dan kemunduran yang terjadi hingga akhir hayat, sedangkan pertumbuhan merupakan aspek struktural dari perkembangan, sedangkan kematangan berkaitan dengan fungsi pada perkembangan manusia (Saputra, 2010: 1.4).

(2)

Iim Imaddudin, 2014

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN DAN KEMAMPUAN MOTORIK TERHADAP TINGKAT AKTIVITAS JASMANI DAN GAYA HIDUP AKTIFSISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.ed

Dijabarkan pula dalam Undang-Undang Sistem Keolahragaan Nasional nomor 3 tahun 2005 Bab I pasal 1, bahwa pendidikan jasmani atau olahraga pendidikan merupakan bagian proses pendidikan yang teratur dan berkelanjutan bertujuan untuk memperoleh pengetahuan, kepribadian, keterampilan, kesehatan, dan kebugaran jasmani.

Adapun tujuan primer atau tujuan utama dari pendidikan jasmani adalah

mendorong perubahan jangka panjang dalam perilaku beraktivitas fisik (jasmani). Seperti dinyatakan Auwelee (1999: 23), bahwa : “...a primary aim of P.E should be to encourage long-term change in physical activity”.

Untuk menentukan program aktivitas jasmani yang berkualitas dan dapat meningkatkan aktivitas jasmani sepanjang hayat pada anak-anak muda, pendidikan jasmani adalah salah satu pendukung utama disamping faktor-faktor seperti kebijakan pemerintah, lingkungan, latihan, dan lainnya. Berikut adalah sepuluh hal yang menjamin terciptanya program aktivitas jasmani yang berkualitas di sekolah menurut petunjuk program-program kesehatan sekolah di Amerika Serikat, yaitu:

1. Policy (kebijakan pemerintah) 2. Environment (lingkungan)

3. Physical education (pendidikan jasmani) 4. Health education (pendidikan kesehatan)

5. Extracurricular activities (aktivitas ekstrakulikuler) 6. Family involvement (keterlibatan keluarga)

7. Training (latihan)

8. Health services (layanan kesehatan)

9. Community programms (program masyarakat) 10.Evaluation (penilaian).

(U.S Departement of Health and Human Services, 2006).

Ditambahkan pula bahwa, implementasi kurikulum dan instruksi Penjas di

sekolah harus menekankan terhadap kegembiraan siswa untuk berpartisipasi

dalam aktivitas jasmani dan membantu siswa mengembangkan pengetahuan,

sikap, keterampilan motorik, keterampilan perilaku, dan kepercayaan diri untuk

(3)

Iim Imaddudin, 2014

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN DAN KEMAMPUAN MOTORIK TERHADAP TINGKAT AKTIVITAS JASMANI DAN GAYA HIDUP AKTIFSISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.ed

Penjas di Indonesia terutama di sekolah dasar merupakan bidang studi yang masih menjadi favorit siswa, mereka sangat antusias mengikuti setiap aktivitas dalam Penjas dengan syarat kegiatan tersebut menyenangkan, menarik minat siswa, menantang, dan tidak membosankan. Mereka akan bertanya-tanya dan kecewa kenapa guru Penjas-nya tidak mengajar ketika berhalangan hadir ke sekolah.

Akan tetapi, disayangkan bahwa kurikulum pendidikan jasmani yang masih berlaku di sekolah masih banyak menitikberatkan pada pendidikan olahraga yang menekankan pemahaman pada aspek motorik yang mengenyampingkan dua aspek penting lainnya (kognitif dan afektif) sehingga pendidikan jasmani lebih terkesan atau bahkan disamakan dengan pendidikan olahraga, dicirikan oleh banyaknya pembelajaran dan pendekatan melalui skill-drill-games yang disinyalir membosankan dan dihindari terutama oleh siswa dengan kemampuan motorik rendah. Menurut Seefeldt, dkk dalam Graham (2007: 29):

Fundamental activities such as running, jumping, skipping, sliding, catching, kicking, and striking are the basic components of the games, sports, and dances of our society. Children who possess inadequate motor skills are often relegated to a life of exclusion from the organized and free play experiences of their peers, and subsequently, to a lifetime of inactivity because of their frustrations in early movement behavior.

Dikatakan bahwa, aktivitas-aktivitas dasar seperti lari, lompat, skipping, sliding, menangkap, melempar, menendang, dan memukul bola adalah komponen

dasar dari permainan, olahraga, dan tari yang ada di masyarakat. Anak-anak yang kurang menguasai keterampilan motorik sering terkucilkan dalam mendapatkan pengalaman bermain yang terencana maupun bebas diantara teman sebayanya, akibatnya mereka akan mengalami inaktivitas berkepanjangan oleh karena frustasi pada awal perilaku geraknya.

(4)

Iim Imaddudin, 2014

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN DAN KEMAMPUAN MOTORIK TERHADAP TINGKAT AKTIVITAS JASMANI DAN GAYA HIDUP AKTIFSISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.ed

jasmani menjadi menurun. Sebagai contoh kasus dikemukakan oleh Digelidis et al. (2010: 196):

Greek physical education in grades 3–12 is largely sport-oriented, with competitive activities and team sports dominating the curriculum (Physical Education Curriculum for the High School, 1990). Based on the achievement motivation literature (Duda, 1996; Roberts, 2001), one can hypothesize that curricula based almost exclusively on competitive activities or on a sport education model (Siedentop, 1994) will decrease the motivation of students with low athletic ability. Some may feel in a disadvantageous position and form negative attitudes towards exercise. In addition, a highly ego-involving environment could also be problematic for the high-ability student because it is likely to promote extrinsic motivation (Kavussanu & Roberts, 1996) and decrease moral functioning (Kavussanu, 1997).

Dapat disimpulkan bahwa, pendidikan jasmani pada kelas 3-12 lebih cenderung berorientasi olahraga dengan aktivitas kompetitif dan olahraga tim yang mendominasi kurikulum (Physical Education Curriculum for the High School, 1990). Berdasarkan literatur motivasi berprestasi (Duda, 1996; Roberts,

2001), salah satunya dapat dihipotesiskan bahwa kurikulum yang berdasarkan pada aktivitas kompetitif atau model pendidikan olahraga (Siedentop, 1994) akan menurunkan motivasi siswa dengan kemampuan motorik rendah. Beberapa diantaranya akan merasa tidak diuntungkan dan menampilkan perilaku negatif ketika berlatih. Di samping itu, lingkungan yang melibatkan ego tinggi juga dapat menjadi masalah untuk siswa dengan kemampuan tinggi karena akan meningkatkan motivasi ekstrinsik (Kavussanu & Roberts, 1996) dan menurunkan fungsi moral (Kavussanu, 1997).

Selain model pendidikan olahraga, penekanan terhadap aktivitas pendidikan kebugaran yang menuntut tingkat kebugaran tertentu harus dikurangi dan

digantikan dengan program-program yang dapat meningkatkan pertisipasi siswa dalam memelihara tingkat aktivitas dan kebugaran yang tepat sepanjang hidup.

(5)

Iim Imaddudin, 2014

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN DAN KEMAMPUAN MOTORIK TERHADAP TINGKAT AKTIVITAS JASMANI DAN GAYA HIDUP AKTIFSISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.ed

fitness programmes that increase the likelihood that the participating children will maintain appropriate levels of activity and fitness throughout life.

Guru penjas di sekolah dasar harus dapat memelihara antusiasme siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan tidak membedakan tingkat kemampuan motorik mereka. Pembentukan dasar-dasar gerak yang baik di sekolah berguna sebagai bekal pemahaman (kognitif) dan keterampilan (psikomotor) siswa, sehingga diharapkan peserta didik dapat melanjutkan kecintaan mereka beraktivitas fisik dan justru tidak menghindarinya ketika mereka melanjutkan sekolah ke jenjang berikutnya atau di waktu luangnya sebagai tujuan Penjas dari aspek perubahan sikap (afektif).

Oleh karena itu, pengenalan, pemahaman, dan penguasaan gerak-gerak dasar yang menyenangkan dan menarik minat siswa melalui pembelajaran pendidikan

jasmani harus diaplikasikan sejak dini sebagai bekal menghadapi tantangan-tantangan hidup di masa yang akan datang karena akan mencakup tujuan pendidikan yang menyeluruh.

Salah satu tantangan langsung terhadap program pendidikan jasmani saat ini adalah isu tingkat aktivitas gerak yang rendah atau kurang gerak (physical inactivity). Menurut data World Health Organization (WHO) tahun 2013 bahwa

(6)

Iim Imaddudin, 2014

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN DAN KEMAMPUAN MOTORIK TERHADAP TINGKAT AKTIVITAS JASMANI DAN GAYA HIDUP AKTIFSISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.ed

Dasar/Riskedas, 2010). Lebih lanjut, data dari Riskedas (2013) menyatakan bahwa:

Tingkat kegemukan secara nasional pada anak usia 5 - 12 tahun masih tinggi yaitu sebesar 18,8 persen. Untuk kategori gemuk sebanyak 10,8 persen dan obesitas 8,8 persen. Prevalensi kegemukan pada anak terendah berada di daerah Nusa Tenggara Timur sebesar 8,7 persen dan tertinggi di daerah DKI Jakarta sebesar 30,1 persen. (tersedia pada laman : http://food.detik.com/read/2014/05/30/055654/2594947/900/tingkatobesitas anak-di-jakarta-)[29/05/2014]

Fenomena globalisasi dari sisi negatif mengakibatkan anak-anak lebih tertarik pada aktivitas yang kurang melibatkan gerak seperti bermain video games, menonton televisi, dan berselancar di internet. Dalam aktivitas keseharian lainnya, kita juga dapat melihat bahwa sekarang ini tidak sedikit siswa yang berangkat ke sekolah lebih memilih diantar menggunakan kendaraan bermotor atau menggunakan kendaraan umum daripada berjalan kaki atau bersepeda.

Adapun fakta yang terjadi di lingkungan sekolah penulis bahwa, siswa dalam waktu luang mereka di sekolah seperti ketika menunggu jam masuk kelas atau ketika waktu istirahat melakukan kegiatan yang kurang mengekpresikan gerak atau aktivitas jasmani yang cukup. Mereka memilih menghabiskan waktu dengan jajan, makan dan duduk di dalam kelas, atau kegiatan lainnya yang kurang melibatkan aktivitas-aktivitas jasmani.

Sedangkan fakta masalah di luar sekolah yang terkait dengan kurangnya aktivitas jasmani bahwa, saat ini warung internet dan rental games virtual terlihat lebih ramai dibandingkan lapangan olahraga atau halaman rumah yang sepi dari aktivitas bermain anak-anak. Padahal, menurut studi Engstrom (1991) dalam Auwelee et al., (1999: 21) menyatakan bahwa aktivitas di masa kanak-kanak adalah prediktor bagi aktivitas mereka saat dewasa. Dapat diartikan, jika gejala physical inactivity sudah nampak sejak kecil, dikhawatirkan akan berlanjut dan

(7)

Iim Imaddudin, 2014

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN DAN KEMAMPUAN MOTORIK TERHADAP TINGKAT AKTIVITAS JASMANI DAN GAYA HIDUP AKTIFSISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.ed

kesehariannya aktivitas jasmani tersebut sangat jarang dilakukan. Banyak data serta fakta yang menunjukkan bahwa pada usia remaja antara 14 – 19 tahun sangat kurang melakukan aktivitas jasmani. Salah satunya disebutkan yayasan jantung Indonesia yang menyatakan bahwa, untuk penduduk usia 15 tahun ke atas secara nasional, hanya 9 % saja yang melakukan aktivitas jasmani dan olahraga untuk kesehatannya. (www.yayasan-jantung-indonesia.org/artikel-kesehatan) [16 Mei

2014].

Kemudian studi dari United States Departement of Health and Human Services USDHHS (1999); Sallis et al., (1993) dalam American Alliance of Health, Physical Education, Recreation, and Dance (AAHPERD) (1999: 21)

dikemukakannya bahwa: “a substantial decline in physical activity levels occurs between the ages of 6 and 18, with the most drastic change occuring between the ages of 11 and 13”. Penurunan aktivitas jasmani yang substansial terjadi antara usia 6 dan 18 tahun, dengan perubahan paling drastis terjadi pada usia antara 11 dan 13 tahun.

Keadaan-keadaan seperti ini merupakan indikator rendahnya tingkat gaya hidup aktif, padahal gaya hidup aktif merupakan salah satu penangkal bagi dampak-dampak yang ditimbulkan oleh physical inactivity. Seperti ditegaskan kembali oleh sebuah studi dari Wahyu (2008) yang menyimpulkan bahwa olahraga atau aktivitas fisik sedang (moderat) sampai vigorous 3 kali seminggu masing-masing 40 menit selama 12 minggu berpengaruh terhadap tingkat kesegaran kardiorespirasi dan IMT(Indeks Masa Tubuh) pada anak obesitas.

Begitu pula menurut data WHO bahwa, aktivitas kurang gerak merupakan salah satu sebab utama berbagai penyakit kronis mematikan seperti penyakit

(8)

Iim Imaddudin, 2014

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN DAN KEMAMPUAN MOTORIK TERHADAP TINGKAT AKTIVITAS JASMANI DAN GAYA HIDUP AKTIFSISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.ed

WHO juga menyarankan kepada pemerintah dan komunitas pemangku kebijakan untuk menyediakan sistem transportasi yang membuat orang aman untuk berjalan dan bersepeda, membuat aturan ruang dan gedung bebas asap rokok, bangunan taman yang mudah diakses, serta mengembangkan program-program aktivitas fisik di sekolah-sekolah, komunitas-komunitas, dan layanan kesehatan.

Lebih lanjut, WHO menegaskan pentingnya pelaksanaan kebiasaan gaya hidup aktif sejak masa kanak-kanak, dinyatakan bahwa: “the habit of maintaining a healthy lifestyle, including regular exercise and a nutritious diet ideally begins in

childhood and we hope that parents and schools everywhere will use this day to spread this message” (Dr. Gro Harlem Brundtland, Direktur Umum WHO).

Gaya hidup aktif merupakan kebiasaan yang idealnya harus ditanamkan sejak dini dan dikenali sebagai aktivitas yang termasuk pada latihan fisik rutin serta diet sehat, dan kami harap para orangtua dan sekolah di mana saja menyebarkan pesan ini (http://www.who.int/mediacentre/news/releases/release23/en/) [12 Agustus 2014]. Masalah-masalah yang penulis kemukakan di atas menjadi sebab pentingnya menjadikan faktor tingkat aktivitas jasmani dan perilaku gaya hidup aktif siswa sebagai variabel terikat dalam penelitian ini.

Oleh karenanya, program Penjas dituntut untuk dapat berkontribusi dalam meningkatkan aktivitas jasmani siswa dalam kesehariannya dan menanamkan sikap gaya hidup aktif siswa di luar sekolah dan/atau di waktu luang (leisure time). Siswa diharapkan dapat mengaplikasikan pengetahuan, pemahaman, serta

kesenangan terhadap gerak dalam kehidupan sehari-hari, seperti setelah pulang sekolah, masa liburan, bahkan ketika mereka melanjutkan ke jenjang sekolah

yang lebih tinggi.

(9)

Iim Imaddudin, 2014

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN DAN KEMAMPUAN MOTORIK TERHADAP TINGKAT AKTIVITAS JASMANI DAN GAYA HIDUP AKTIFSISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.ed

physical activity) yang berarti menjadikan aktivitas jasmani menjadi suatu

kebutuhan sehingga mendukung terciptanya sehat sepanjang hayat (lifelong health).

Program Penjas di sekolah sangat terbuka peranannya untuk menjadi salah satu lingkungan yang mendukung gaya hidup aktif karena pada dasarnya tujuan jangka panjang dari program Penjas di sekolah adalah menanamkan perilaku hidup aktif

sepanjang hayat. Ennis (2010: 17) mengemukakan,

As I have talked with physical educators in the United States and around the world about the goals for physical education, most agree that physical education should prepare students to participate in physical activity for a lifetime.

Berdasarkan pembicaraannya dengan para guru penjas di Amerika dan seluruh dunia tentang tujuan dari pendidikan jasmani, kebanyakan setuju bahwa pendidikan jasmani harus mempersiapkan siswa untuk berpartisipasi dalam aktivitas fisik sepanjang hidup.

Penerapan metode-metode atau pendekatan-pendekatan yang sesuai kebutuhan dan karakteristik siswa diharapkan dapat memberikan siswa pengenalan, pemahaman, penguasaan, dan penerapan keterampilan gerak dasar yang baik. Hal ini akan menjadi dasar yang solid sekaligus menjadi batu lompatan agar

siswa nantinya memiliki pembendaharaan gerak (movement vocabulary) yang cukup sehingga akan lebih mudah mengusai gerak atau

keterampilan-keterampilan yang baru dan lebih kompleks serta memiliki kepercayaan diri sebagai modal untuk melanjutkan kebiasaan beraktivitas fisik di waktu luangnya.

Lebih lanjut Rusli Lutan (2003: 35) mengemukakan bahwa,

Tujuan pendidikan jasmani bersifat menyeluruh dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kepercayaan diri (self-esteem) dan kemampuan untuk menguasai keterampilan gerak dasar yang akan mendorong partisipasinya dalam aneka aktivitas jasmani.

(10)

Iim Imaddudin, 2014

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN DAN KEMAMPUAN MOTORIK TERHADAP TINGKAT AKTIVITAS JASMANI DAN GAYA HIDUP AKTIFSISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.ed

kemampuan menguasai keterampilan gerak dasar yang dapat digunakan dalam berbagai aktivitas fisik lainnya di masa mendatang.

Keterampilan gerak dasar berhubungan dengan kemampuan motorik dasar, yaitu kemampuan yang dimiliki seseorang sejak kecil dari masa anak-anak yang berkembang seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan.

Perkembangan dan kemampuan motorik (motor ability) akan selalu terjadi mengikuti kedewasaan dan kemampuan beradaptasi manusia yang dimulai dengan kemampuan gerak dasar dan gerak kasar (gross motor) yang kemudian berkembang menjadi semakin halus dan terampil bahkan meningkat serta berkelanjutan meskipun setelah mereka lulus sekolah. Hal ini sesuai dengan definisi dari konsep pendidikan gerak yang dijabarkan oleh Virginia Public School (2008) dalam Physical Education Standards of Learning, yaitu:

Movement education is defined as the development of sufficient skill and ability to assure successful performance in a variety of physical activities. In the elementary years, students develop maturity and adaptability in the use of fundamental motor skills and patterns that are then further refined and combined during the middle school years. As motor patterns become more refined and proficient throughout the middle years, they can be transitioned into specialized skills and patterns and used in more complex learning settings. High school students will demonstrate a level of competence in several physical activities that they are likely to continue beyond graduation.

Dapat disimpulkan bahwa, siswa yang berhasil menguasai keterampilan gerak dasar dengan baik (fundamental motor ability) akan mampu menyempurnakan keterampilannya tersebut menjadi lebih baik dan efisien pada jenjang sekolah berikutnya bahkan menggunakannya di masa depan setelah lulus sekolah atau di waktu luang sehingga dapat mendukung terlaksananya gaya hidup aktif.

(11)

Iim Imaddudin, 2014

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN DAN KEMAMPUAN MOTORIK TERHADAP TINGKAT AKTIVITAS JASMANI DAN GAYA HIDUP AKTIFSISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.ed

4) yaitu : “Siswa sekolah dasar memiliki kekhasan dalam bersikap yang diungkapkannya melalui bermain. Karakteristik inilah yang harus diangkat untuk menjembatani antara keinginan guru dan siswa.” Salah satu pendekatan pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan karakteristik siswa sekolah dasar adalah pendekatan bermain, hal tersebut sesuai yang dikemukakan Saputra (2002: 63) yaitu :

Untuk membina dan meningkatkan aktivitas pengembangan kemampuan daya gerak siswa sekolah dasar, maka guru pendidikan jasmani perlu merancang bentuk-bentuk yang menarik bagi siswa usia sekolah dasar. Pendekatan bermain menjadi kata kuncinya, karena siswa sekolah dasar memiliki karakteristik belajar sambil bermain.

Berdasarkan keterangan-keterangan di atas, dalam studi eksperimen ini peneliti akan mencoba memberikan dua macam perlakuan (treatment) dalam pembelajaran pendidikan jasmani, yaitu pertama berupa pendekatan pembelajaran pendidikan gerak dalam batasan siswa dengan kemampuan motorik berbeda yang akan diuji pengaruhnya terhadap tingkat aktivitas jasmani dan gaya hidup aktif siswa. Pendidikan gerak adalah tentang mengembangkan potensi penuh setiap anak dan menyediakan keberhasilan, kesenangan, dan aktivitas dalam gerak. Pernyataan ini merupakan definisi pendidikan gerak menurut Abels dan Bridges (2010: 227) sebagaimana mereka kemukakan bahwa : “movement education is about developing the full potential of each child and providing success, enjoyment, and activity in movement”.

Sedangkan pendekatan bermain (game approach) merupakan bentuk treatment kedua yang akan peneliti berikan dalam rangka mengetahui kontribusi atau pengaruhnya pada siswa dengan kemampuan motorik berbeda terhadap tingkat

aktivitas jasmani dan gaya hidup aktif siswa sekolah dasar.

Kedua bentuk pendekatan yang akan digunakan peneliti dalam studi

(12)

Iim Imaddudin, 2014

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN DAN KEMAMPUAN MOTORIK TERHADAP TINGKAT AKTIVITAS JASMANI DAN GAYA HIDUP AKTIFSISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.ed

(2010) dalam Journal of Physical Education, Recreation, and Dance yaitu: “Students’ perceptions of their skillfulness and fitness knowledge directly influence their decisions to be physically active”. Lebih jauh, Ennis (2010: 1) mengatakan bahwa: “Students will appreciate physical activity if they understand its usefulness, acquire the necessary skills and knowledge and enjoy their

lessons”. Dapat diartikan bahwa, siswa akan menghargai aktivitas jasmani bila mereka memahami manfaatnya, memperoleh keterampilan-keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan, dan menikmati pembelajaran pendidikan jasmani yang mereka ikuti.

Berdasarkan pemaparan tersebut, maka penulis merasa perlu untuk melakukan studi mengenai pengaruh dari pendekatan bermain dan pendekatan pendidikan gerak dihubungkan dengan kemampuan motorik siswa dalam memberikan pengaruh terhadap tingkat aktivitas jasmani dan gaya hidup aktif siswa sekolah dasar. Secara khusus judul penelitian ini yaitu “Pengaruh Pendekatan Pembelajaran dan Kemampuan Motorik terhadap Tingkat Aktivitas Jasmani dan Gaya Hidup Aktif Siswa.”

B. Identifikasi Masalah

Adanya perbedaan dalam hal kemampuan motorik (motor ability) pada siswa-siswi sekolah dasar menjadi permasalahan yang dapat menghambat efektifitas dan hasil belajar. Perbedaan kemampuan motorik setiap individu juga menuntut guru pendidikan jasmani agar dapat menentukan metode-metode maupun pendekatan-pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan

(13)

Iim Imaddudin, 2014

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN DAN KEMAMPUAN MOTORIK TERHADAP TINGKAT AKTIVITAS JASMANI DAN GAYA HIDUP AKTIFSISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.ed

dapat mempengaruhi variabel terikat berupa tingkat aktivitas jasmani dan perilaku gaya hidup aktif.

Pendidikan jasmani masih banyak disamakan dengan pendidikan olahraga yang konvensional dan menitikberatkan penguasaan keterampilan cabang olahraga atau pendidikan kebugaran yang menuntut tingkat kebugaran tertentu. Padahal untuk tingkat pendidikan dasar, pengenalan, pemahaman, dan penguasaan

gerak dasar menjadi sangat penting bagi bekal mereka menguasai keterampilan yang baru dan lebih kompleks di jenjang sekolah berikutnya dan di luar sekolah. Pendekatan pendidikan gerak adalah tentang mengembangkan potensi penuh setiap anak dan menyediakan keberhasilan, kesenangan, dan aktivitas dalam gerak sehingga dipilih sebagai salah satu pendekatan yang dapat meningkatkan tingkat aktivitas jasmani siswa serta diharapkan mempengaruhi gaya hidup sehat-aktif siswa.

Siswa-siswi sekolah dasar sangat antusias dalam mengikuti pembelajaran penjas, tetapi mereka cenderung menghindari pembelajaran penjas dengan aturan-aturan dan struktur olahraga yang rumit. Karakteristik lainnya yang identik dengan siswa-siswi sekolah dasar adalah kesenangan mereka untuk bermain sehingga pendekatan bermain dirasakan cocok dalam pembelajaran penjas di sekolah dasar. Pendekatan bermain dapat mendorong partisipasi siswa dalam aktivitas jasmani terutama dalam permainan atau olahraga, membantu siswa mengembangkan keterampilan bersamaan dengan pengenalan dan pemahaman tentang konsep bermain yang dapat mereka praktekkan di waktu luang sehingga dapat mendukung terciptanya kebiasaan melakukan aktivitas jasmani dan perilaku gaya hidup aktif siswa di luar sekolah.

Fenomena dan gejala-gejala physical inactivity yang terjadi dan menetap sejak masa anak-anak atau usia sekolah telah menjadi kekhawatiran global karena

(14)

Iim Imaddudin, 2014

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN DAN KEMAMPUAN MOTORIK TERHADAP TINGKAT AKTIVITAS JASMANI DAN GAYA HIDUP AKTIFSISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.ed

Hal tersebut yang mendasari penulis dalam menjadikan masalah tingkat aktivitas jasmani dan gaya hidup aktif sebagai variabel terikat dalam penelitian ini karena diyakini dapat menangkal dampak-dampak yang ditimbulkan physical inactivity. Perilaku aktif dalam melakukan aktivitas jasmani merupakan sebuah proses yang cenderung diteruskan ke masa dewasa dan dilakukan secara rutin di waktu luang serta dapat ditanamkan melalui pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah.

C. Rumusan Masalah

Sesuai dengan apa yang telah dipaparkan dalam identifikasi masalah penelitian, maka rumusan masalah penelitiannya adalah sebagai berikut:

1. Apakah terdapat perbedaan pengaruh antara pendekatan bermain dan pendekatan pendidikan gerak terhadap tingkat aktivitas jasmani dan gaya hidup aktif siswa ?

2. Apakah terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dan kemampuan motorik terhadap tingkat aktivitas jasmani dan gaya hidup aktif siswa ? 3. Apakah terdapat perbedaan tingkat aktivitas jasmani dan gaya hidup aktif

antara pendekatan bermain dan pendekatan pendidikan gerak pada kelompok siswa dengan kemampuan motorik tinggi?

4. Apakah terdapat perbedaan tingkat aktivitas jasmani dan gaya hidup aktif antara pendekatan bermain dan pendekatan pendidikan gerak pada kelompok siswa dengan kemampuan motorik rendah?

D. Tujuan Penelitian

Mengacu pada latar belakang dan rumusan masalah yang penulis kemukakan, maka tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah :

1. Untuk memperoleh informasi empirik mengenai pengaruh pendekatan

(15)

Iim Imaddudin, 2014

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN DAN KEMAMPUAN MOTORIK TERHADAP TINGKAT AKTIVITAS JASMANI DAN GAYA HIDUP AKTIFSISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.ed

2. Untuk memperoleh informasi empirik mengenai interaksi antara pendekatan pembelajaran dan kemampuan motorik terhadap tingkat aktivitas jasmani dan gaya hidup aktif siswa.

3. Untuk memperoleh informasi empirik mengenai perbedaan tingkat aktivitas jasmani dan gaya hidup aktif antara pendekatan bermain dan pendekatan pendidikan gerak pada kelompok siswa dengan kemampuan motorik tinggi.

4. Untuk memperoleh informasi empirik mengenai perbedaan tingkat aktivitas jasmani dan gaya hidup aktif antara pendekatan bermain dan pendekatan pendidikan gerak pada kelompok siswa dengan kemampuan motorik rendah.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk pengembangan ilmu pengetahuan khususnya untuk pendidikan jasmani, adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Manfaat secara teoritis

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi kepentingan akademik, khususnya dalam pengembangan dunia pendidikan jasmani dan olahraga. Selain itu, semoga penelitian ini menjadi sumber literatur yang bermanfaat bagi para peneliti selanjutnya.

2. Manfaat secara praktis

a. Penelitian ini dijadikan sebagai rekomendasi dalam rangka melakukan peningkatan proses belajar mengajar pendidikan jasmani sehingga tercapai tujuan pendidikan jasmani yang menyeluruh terutama mengenai tingkat aktivitas jasmani dan gaya hidup aktif siswa.

b. Penelitian ini juga diharapkan bermanfaat sebagai bahan pertimbangan

(16)

Iim Imaddudin, 2014

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN DAN KEMAMPUAN MOTORIK TERHADAP TINGKAT AKTIVITAS JASMANI DAN GAYA HIDUP AKTIFSISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.ed F. Struktur Organisasi Tesis

Sistematika penulisan dalam tesis ini mengacu pada pedoman penulisan karya ilmiah yang dikeluarkan oleh UPI pada tahun 2012. Bab I berupa pendahuluan berisi latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi tesis. Bab II berisi tentang

(17)

61

Iim Imaddudin, 2014

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN DAN KEMAMPUAN MOTORIK TERHADAP TINGKAT AKTIVITAS JASMANI DAN GAYA HIDUP AKTIFSISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.ed BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode merupakan cara yang digunakan atau ditempuh dalam suatu penelitian. Sugiyono (2007: 2) berpendapat, “Metode penelitian pada dasarnya merupakan

cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. ”Suatu permasalahan penelitian, diselesaikan dengan cara atau jalan yang sesuai dengan prosedur ilmiah.”

Penulis menggunakan metode eksperimen untuk mencoba mengungkap mengenai dampak dari pendekatan dalam pembelajaran pendidikan jasmani dan kemampuan motorik terhadap tingkat aktivitas jasmani dan gaya hidup aktif siswa Sekolah Dasar. Oleh karena itu, penulis menggunakan metode penelitian dengan desain faktorial 2x2. Menurut Kerlinger (1986) dalam Maksum (2012: 99) mengatakan: “factorial design is the structure of research in which two or more independent variables are juxtaposed in order to study their independent and

effects on a dependent variable”. Desain faktorial adalah struktur penelitian yang di dalamnya terdapat dua atau lebih variabel bebas yang disejajarkan untuk mempelajari hubungan mereka dan untuk meneliti pengaruhnya terhadap variabel terikat.

Dalam menjaga kualitas penelitian, penulis dalam hal ini melakukan kontrol terhadap validitas internal dan eksternal rancangan penelitian. Ini dilakukan agar hasil dari penelitian dapat mencerminkan perlakuan yang diberikan dan dapat digeneralisasikan terhadap populasi yang ada, serta dapat memenuhi persyaratan

dari pengujian hipotesis. Kontrol terhadap validitas internal dan eksternal amat penting dalam menjaga kualitas dari penelitian yang dilakukan (Maksum, 2012:

66).

(18)

62

Iim Imaddudin, 2014

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN DAN KEMAMPUAN MOTORIK TERHADAP TINGKAT AKTIVITAS JASMANI DAN GAYA HIDUP AKTIFSISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.ed

Salah satu pertimbangan yang penting dalam perencanaan sebuah studi eksperimental adalah kemungkinan ancaman terhadap validitas internal. Validitas internal artinya bahwa perbedaan yang diamati pada variabel dependen secara langsung berhubungan dengan variabel independen, dan tidak karena variabel lain yang tidak diinginkan (Fraenkel & Wallen, 2006: 186). Artinya bahwa hasil penelitian murni dari hasil perlakuan yang diberikan, bukan disebabkan oleh

faktor lain di luar perlakuan.

Sebagai upaya untuk dapat mengendalikan ancaman terhadap validitas internal penelitian adalah dengan cara mengidentifikasi, mengeliminir dan sedapat mungkin untuk dapat menghilangkan ancaman-ancaman tersebut. Berdasarkan identifikasi dari ancaman terhadap validitas internal setidaknya ada sembilan yang harus diperhatikan yaitu: karakteristik subjek, mortalitas, lokasi, instrumentasi, pengetesan atau pengujian, sejarah, kematangan, sikap subjek, regresi dan implementasi.

Karakteristik subjek. Penentuan dengan cara acak merupakan teknik yang

baik untuk dapat mengontrol ancaman karakteristik subjek terhadap validitas internal dalam penelitian eksperimen. Pertimbangan ini dilakukan agar dalam penentuan sampel tidak melihat latar belakang yang justru akan menjadikan hasil penelitian tidak valid atau kurang valid.

Mortalitas (kehilangan sampel). Cara yang dapat dilakukan untuk tidak

kehilangan sampel adalah dengan melakukan kontrol terhadap kehadiran sampel setiap dilaksanakannya perlakuan. Cara lain adalah dengan menambah atau melebihkan jumlah sampel sebelum penelitian, sehingga apabila jumlah sampel berkurang masih dapat memenuhi kuota jumlah sampel yang telah ditentukan

berdasarkan populasi.

Lokasi. Menentukan lokasi penelitian adalah dengan cara memastikan

(19)

63

Iim Imaddudin, 2014

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN DAN KEMAMPUAN MOTORIK TERHADAP TINGKAT AKTIVITAS JASMANI DAN GAYA HIDUP AKTIFSISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.ed

Instrumentasi. Instrumentasi adalah dengan memastikan tidak terjadi

perubahan terhadap cara pengukuran saat pengumpulan data atau pemberian skor serta perubahan apapun yang akan mempengaruhi instrument. Selain itu pengumpul data juga dipastikan orang yang netral dan sama pada saat pengambilan data awal dan akhir serta dipastikan tidak berpengaruh pada sampel saat pengambilan data.

Pengetesan. Pengetesan yang dimaksud terutama pada tes awal yang

mungkin akan berpengaruh terhadap data tes akhir. Oleh karena itu tes awal sedapat mungkin dihindarkan dari ancaman dengan cara mengeliminir hal-hal yang dapat mempengaruhi terhadap perlakuan dalam eksperimen.

Sejarah. Dilakukan dengan cara memastikan bahwa tidak ada latar

belakang sampel yang dapat mempengaruhi eksperimen dengan cara mendata kegiatan sampel di luar perlakuan. Menghimbau peserta eksperimen agar tidak melakukan kegiatan latihan sejenis dengan perlakuan di waktu luang mereka yang akan mempengaruhi terhadap hasil eksperimen.

Kematangan. Cara yang dilakukan untuk menghindari ancaman

kematangan adalah dengan memberikan perlakuan yang rentangnya tidak terlalu lama antara pretest dengan posttest. Selain itu juga adalah dengan memasukkan kelompok kontrol atau pembanding dalam penelitian.

Sikap subjek. Untuk mengendalikan sikap subjek terhadap kegiatan

eksperimen adalah dengan memberikan pengertian bahwa kegiatan tersebut bukan merupakan kegiatan eksperimen, melainkan kegiatan rutin latihan atau pembelajaran biasa. Selain itu juga dengan memberikan informasi kepada mereka bahwa kegiatan tersebut merupakan upaya uji coba untuk perbaikan terhadap

bentuk pembelajaran/latihan.

Regresi. Untuk mengendalikan dan mengeliminir perubahan yang terlalu

(20)

64

Iim Imaddudin, 2014

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN DAN KEMAMPUAN MOTORIK TERHADAP TINGKAT AKTIVITAS JASMANI DAN GAYA HIDUP AKTIFSISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.ed

karakteristik sampel dan kemudian menyamakannya pada dimensi karateristik tersebut.

Implementasi. Dalam implementasi ancaman yang dimungkinkan terjadi

dieliminir dengan cara memberikan perlakuan atau treatmen terhadap sampel dilakukan oleh peneliti, oleh guru, konselor, ahli atau orang lain yang faham terhadap perlakuan.

2. Validitas eksternal

Terminologi validitas eksternal yang dimaksud dalam penelitian adalah mengacu pada sejauh mana hasil penelitian dapat digeneralisasi dari sampel terhadap populasi. Validitas eksternal berkaitan dengan persoalan generalisasi hasil penelitian kepada orang, keadaan, dan waktu lain di luar lingkup eksperimen.

Jelas bahwa, validitas eksternal terkait dengan sejauh mana hasil eksperimen dapat digeneralisasikan kesimpulannya terhadap populasi, atau hasil penelitian bukan hanya berlaku untuk kelompok sampel saja, melainkan juga berlaku secara keseluruhan bagi populasi atau suatu keadaan di luar lingkup eksperimen.

B. Desain dan Langkah Penelitian

1. Desain Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat variabel moderator (kemampuan motorik) yang ikut mempengaruhi variabel independen (pendekatan pendidikan gerak dan pendekatan bermain) terhadap variabel dependen (tingkat aktivitas jasmani dan gaya hidup aktif). Karena itu desain yang digunakan adalah “factorial design”. Hal tersebut mengacu pada pendapat Fraenkel dan Wallen (1993: 255) bahwa:

Another value of a factorial design is that it allows a researcher to study the interaction of an independent variable with one or more other variables, sometimes called moderator variables. Moderator variables may be either treatment variables or subject characteristic variables.

(21)

65

Iim Imaddudin, 2014

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN DAN KEMAMPUAN MOTORIK TERHADAP TINGKAT AKTIVITAS JASMANI DAN GAYA HIDUP AKTIFSISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.ed

moderator. Variabel-variabel moderator dapat berupa variabel perlakuan atau variabel karakteristik subjek.

Desain penelitian dipilih atau digunakan berdasarkan kebutuhan serta situasi dan kondisi dari pelaksanaan penelitian. Adapun lebih jelasnya, desain faktorial dapat juga dijabarkan sebagai berikut:

FACTORIAL DESIGN

Treatment R X1 Y1 O Control R X2 Y1 O Treatment R X1 Y2 O Control R X2 Y2 O

Gambar 3.1 Randomized postest-only control group design. Keterangan:

X : Treatment variables with two levels R : Random

Y : Moderator variables with two levels O : Measurement / Observation Sumber : Fraenkel & Wallen (1993: 255)

Adapun alternatif desain faktorial 2x2 dapat berupa tabel seperti berikut:

Pendekatan Pembelajaran Penjas

Kemampuan Motorik

A1 (Pendekatan Pendidikan Gerak)

A2 (Pendekatan

Bermain)

B1

(Kemampuan motorik tinggi) A (A1B1) B (A2B1)

B2

(22)

66

Iim Imaddudin, 2014

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN DAN KEMAMPUAN MOTORIK TERHADAP TINGKAT AKTIVITAS JASMANI DAN GAYA HIDUP AKTIFSISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.ed

Y1 = tingkat aktivitas jasmani Y2 = gaya hidup aktif

Tabel 3.1 Desain Faktorial 2x2

Sumber: Fraenkel & Wallen (1993: 296), Kerlinger (1998: 400). Keterangan:

A1B1 = kelompok siswa yang memiliki kemampuan motorik tinggi yang diberi perlakuan pendekatan pendidikan gerak

A2B1 = kelompok siswa yang memiliki kemampuan motorik tinggi yang diberi perlakuan pendekatan bermain

A1B2 = kelompok siswa yang memiliki kemampuan motorik rendah yang diberi perlakuan pendekatan pendidikan gerak

A2B2 = kelompok siswa yang memiliki kemampuan motorik rendah yang diberi perlakuan pendekatan bermain

Dalam desain faktorial, analisis diarahkan pada pengaruh utama (main effect) variabel bebas terhadap variabel terikat dan interaksi antara variabel bebas dalam mempengaruhi variabel terikat.

Analisis statistik yang digunakan adalah Manova Factorial (analisis faktor varian) dua jalur yang merupakan analisis dua variabel bebas atau lebih bervariasi secara bebas atau berinteraksi satu dengan yang lain dalam menimbulkan variasi

pada variabel terikat.

“Analisis faktor varian ialah metode statistik yang menganalisis akibat-akibat mandiri maupun akibat-akibat interaktif dari dua variabel bebas atau lebih, terhadap suatu variabel terikat” (Kerlinger, 1998: 395).

2. Langkah Penelitian

(23)

67

Iim Imaddudin, 2014

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN DAN KEMAMPUAN MOTORIK TERHADAP TINGKAT AKTIVITAS JASMANI DAN GAYA HIDUP AKTIFSISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.ed

kemampuan motorik siswa, kemudian memberikan treatment dengan melakukan proses pembelajaran menggunakan pendekatan pendidikan gerak dan pendekatan bermain pada siswa dengan kemampuan motorik tinggi dan kemampuan motorik rendah.

Pada tahap akhir peneliti melakukan postes untuk memperoleh data hasil perlakuan menggunakan angket PAQ-C untuk tingkat aktivitas jasmani dan

angket gaya hidup aktif serta melakukan pengolahan dan analisis terhadap data yang diperoleh.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi Penelitian

Populasi bukan sekedar jumlah yang ada pada objek/subjek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik atau sifat-sifat yang dimiliki oleh subjek atau objek itu.

Sugiyono (2012: 117) : “ Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/ subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.”

Dari penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa populasi penelitian mencakup segala sesuatu yang akan dijadikan subjek dan atau objek penelitian yang akan diteliti, dan yang menjadi populasi pada penelitian ini adalah siswa-siswi SD Negeri Kumpay I Kecamatan Jalancagak Kab. Subang kelas IV-VI sebanyak 96 orang.

Yusuf (2004: 24) mengatakan bahwa, usia anak antara 6–12 tahun memiliki hubungan positif yang tinggi antara keadaan jasmani dengan prestasi (apabila

(24)

68

Iim Imaddudin, 2014

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN DAN KEMAMPUAN MOTORIK TERHADAP TINGKAT AKTIVITAS JASMANI DAN GAYA HIDUP AKTIFSISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.ed

menyelesaikan suatu soal, maka soal itu dianggap tidak penting, pada masa ini (terutama usia 6- 8 tahun) anak menghendaki nilai (rangka rapor) yang baik, tanpa mengingat apakah prestasinya memang pantas diberi nilai baik atau tidak.

Dari aspek perkembangan, Gallahue (1989: 21) menyatakan bahwa:

The period of later childhood, from about the eight to the twelfth year of life, is typified by slow but steady increases in height and weight and by progress toward greater organization of the sensory and motor systems....children make rapid gains in learning during later childhood and are capable of functioning at increasingly sophisticated levels in the performance of movement skills.

Usia 8-12 tahun disebut dengan masa kanak-kanak lanjutan (later childhood), dicirikan dengan peningkatan berat badan dan tinggi badan yang rendah namun konstan, tetapi mengalami perkembangan sistem sensorik dan motorik yang jauh lebih cepat....anak-anak meraih perkembangan yang pesat dalam belajar pada

masa ini dan mereka mampu mempergunakan tingkat yang sangat baik dalam penampilan keterampilan-keterampilan gerak.

Pada umumnya anak besar (usia 6-12 tahun) baik anak laki-laki maupun anak perempuan mengalami peningkatan minat yang besar dalam melakukan aktivitas fisik. Misalnya aktivitas bermain yang dilakukan anak besar lebih didominasi oleh permainan yang bersifat aktif, seperti bermain kejar-kejaran, petak umpet, dan beberapa bentuk permainan tradisional yang melibatkan aktivitas fisik (Budiman: 6) tersedia pada laman http://file.upi.edu/direktori/FPOK/ [20/09/2014]

2. Sampel Penelitian

Sampel merupakan sebagian subjek atau objek yang diambil dari populasi penelitian. Sampel yang diambil harus dapat menggambarkan atau mewakili keseluruhan populasi. Sugiyono (2012: 118) mengatakan “sampel adalah bagian

dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Jadi sampel

(25)

69

Iim Imaddudin, 2014

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN DAN KEMAMPUAN MOTORIK TERHADAP TINGKAT AKTIVITAS JASMANI DAN GAYA HIDUP AKTIFSISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.ed

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah random sampling dengan populasi terjangkau siswa-siswi sekolah dasar kelas IV-VI (kelas atas) sebanyak 96 orang.

Ada beberapa alasan dan pertimbangan penting dari penggunaan atau dipilihnya siswa kelas 4, kelas 5, dan kelas 6 Sekolah Dasar Negeri Kumpay I Kabupaten Subang Jawa Barat yang terdaftar pada tahun ajaran 2014/2015, yaitu:

pertama, siswa-siswi termasuk ke dalam fase perkembangan secara menyeluruh (multilateral development), di mana dalam prinsip latihan merupakan kelompok usia yang harus diberikan keterampilan gerak dasar secara menyeluruh sebelum masuk pada fase spesialisasi. Kedua, siswa termasuk ke dalam usia perkembangan yang harus mulai diperkenalkan terhadap konsep keterampilan dan gerak dasar cabang olahraga. Ketiga, faktor kedekatan jarak dan efisiensi waktu memungkinkan peneliti untuk mengontrol secara intensif perlakuan dan perkembangan selama pelaksanaan penelitian.

Adapun teknik pengambilan sampel yang digunakan berkaitan dengan kebutuhan dalam desain penelitian ini, langkah–langkahnya adalah sebagai berikut:

1. Seluruh sampel sebanyak 96 orang di tes kebugaran jasmaninya.

2. Setelah mendapatkan data kebugaran jasmani dari populasi tersebut, peneliti membuat daftar ranking dari pertama hingga akhir.

3. Kemudian penulis melakukan manipulasi kepada sampel dengan membagi ke 96 orang tersebut berdasarkan pendapat Verducci (1980: 176), yaitu diambil 27 % kelompok atas dan 27 % kelompok bawah, sesuai kebutuhan peneliti yang masing-masing berjumlah 30 siswa.

4. Dari masing – masing kelompok ditentukan perlakuan (A) pendekatan bermain 30 orang dan (B) pendekatan pendidikan gerak 30 orang, yang

(26)

70

Iim Imaddudin, 2014

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN DAN KEMAMPUAN MOTORIK TERHADAP TINGKAT AKTIVITAS JASMANI DAN GAYA HIDUP AKTIFSISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.ed

Kemudian dari teknik pengambilan sampel tersebut diperoleh data sebagai berikut:

Pendekatan Pembelajaran

Kemampuan motorik A1

(Pendekatan gerak)

A2

(Pendekatan bermain)

B1

(kemampuan motorik tinggi) A1B1 (15 orang) A

2B1 (15 orang)

B2

(kemampuan motorik rendah) A1B2 (15 orang) A2B2 (15 orang)

Tabel 3.2 data pengelompokkan sampel

D. Variabel Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian tentunya harus terdapat permasalahan yang merupakan variabel dari penelitian tersebut. Karena itu penulis menetapkan variabel-variabel yang akan diteliti terdiri dari variabel independen atau bebas (X) dan variabel dependen atau terikat (Y). Variabel terikat sering disebut variabel output, kriteria, atau konsekuen sehingga merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya varibel bebas. Sedangkan variabel moderator merupakan variabel yang mempengaruhi variabel bebas terhadap variabel terikat.

Pada penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah pembelajaran penjas dengan pendekatan pendidikan gerak dan pendekatan bermain. Sedangkan yang

(27)

71

Iim Imaddudin, 2014

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN DAN KEMAMPUAN MOTORIK TERHADAP TINGKAT AKTIVITAS JASMANI DAN GAYA HIDUP AKTIFSISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.ed

Untuk menghindari kesalahan dalam penafsiran, penulis coba kemukakan kesimpulan dari definisi-definisi para ahli mengenai variabel yang digunakan sebagai berikut:

1. Pendekatan pembelajaran

Pendekatan pembelajaran dijelaskan Rusman (2011: 132) yaitu : “Sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Istilah

pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang

sifatnya masih sangat umum.”

2. Pendidikan Gerak (Movement Education)

Pendidikan gerak dalam Suherman (2009: 7), yaitu pendekatan yang lebih menekankan pada penguasaan keterampilan gerak. Tujuan dari pendekatan ini terutama adalah untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas gerak secara terampil, efisien, efektif pada situasi yang terencana maupun yang tidak terencana; meningkatkan pengertian, dan kesenangan terhadap gerak baik sebagai pelaku maupun sebagai penonton; meningkatkan pengetahuan dan menerapkan pengetahuan tentang gerak manusia. Sedangkan pendidikan gerak menurut Abels & Bridges (2010: 227), adalah tentang mengembangkan potensi penuh setiap anak yang menyediakan keberhasilan, kesenangan, dan aktivitas dalam gerak.

3. Pendekatan Bermain (Game Approach)

Pendekatan bermain menurut Bunker dan Thorpe (1982) dalam Phill dan Paul (2008: 1) adalah pengajaran permainan untuk pemahaman, pendekatan yang merupakan variasi atau istilah yang sama dari Teaching Games for Understanding (TGfU) dan sejenisnya yaitu suatu model permainan yang

dimodifikasi dan menyerupai situasi permainan sebenarnya (game-like situation).

4. Kemampuan motorik (motor ability)

(28)

72

Iim Imaddudin, 2014

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN DAN KEMAMPUAN MOTORIK TERHADAP TINGKAT AKTIVITAS JASMANI DAN GAYA HIDUP AKTIFSISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.ed

berkembang seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan. Kemampuan motorik secara khusus berhubungan dengan penampilan keterampilan motorik (Lutan, 2005: 105).

5. Aktivitas Jasmani (physical activity)

Aktivitas jasmani adalah tingkah laku yang melibatkan gerak jasmani – contoh: berjalan kaki atau bersepeda ke sekolah, bermain cabang olahraga,

atau berenang (Graham 2007:4). Almatsier (2003: 144) mengatakan bahwa,

“Aktivitas jasmani dapat didefinisikan sebagai gerakan jasmani yang dilakukan oleh otot tubuh dan sistem penunjangnya.” Lacy (2011: 10) menyatakan bahwa aktif secara jasmani/fisik adalah partisipasi dalam kegiatan jasmani rutin setidaknya aktivitas moderat minimal 30 menit sehari lima kali seminggu, atau aktivitas jasmani penuh semangat (vigorous) minimal 20 menit sehari tiga kali dalam seminggu.

6. Gaya hidup aktif (active lifestyle)

Menurut Medical Dictionary (2010) dijelaskan bahwa, gaya hidup aktif adalah konstelasi dari kebiasaan aktivitas unik manusia, yang memberikan konsistensi terhadap aktivitas, perilaku, etika, motivasi, dan pengelolaan gagasan, dan didefinisikan sebagai cara di mana dia hidup; aktivitas gaya hidup termasuk diet, level aktivitas fisik, penyalahgunaan zat kimia, interaksi sosial dan personal. Gaya hidup aktif yang penulis maksudkan dalam penelitian ini adalah pola dan kebiasaan hidup yang terarah pada kehidupan aktif secara fisik dengan tujuan kesehatan terutama kebiasaan aktif secara fisik di sekolah, luar sekolah, dan/atau di waktu luang.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen merupakan alat ukur yang digunakan dalam penelitian. Penggunaan

(29)

73

Iim Imaddudin, 2014

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN DAN KEMAMPUAN MOTORIK TERHADAP TINGKAT AKTIVITAS JASMANI DAN GAYA HIDUP AKTIFSISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.ed

Berbicara tentang jenis-jenis metode dan instrumen pengumpulan data sebenarnya tidak ubahnya dengan berbicara masalah evaluasi. Mengevaluasi tidak lain adalah memperoleh data tentang status sesuatu dibandingkan dengan standar atau ukuran yang telah ditentukan, karena mengevaluasi juga adalah mengadakan pengukuran.

Adapun instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya

adalah Tes Motor Ability untuk Sekolah Dasar yang disusun oleh Nurhasan dan Cholil (2013: 135) yang mempunyai reliabilitas sebesar 0,93 dan validitas tes sebesar 0,87.

Instrumen lainnya adalah angket yang bernama Physical Activity Questionaire for Children (PAQ-C), dikembangkan Kowalski (2004) yang bertujuan mengukur

tingkat aktivitas jasmani siswa sekolah dasar.

Kemudian instrumen gaya hidup aktif disusun penulis berdasarkan definisi perilaku gaya hidup aktif. Instrumen gaya hidup aktif terdiri atas 10 item pertanyaan yang mengungkap mengenai aktivitas kesehatan dan aktivitas fisik keseharian sampel. Instrumen ini telah diuji kembali oleh penulis terhadap siswa Sekolah Dasar (SD) dengan nilai validitas 0,62 dan reliabilitas 0,64 menggunakan SPSS 20 (Cronbach’s Alpha).

E. Pengembangan Instrumen

a. Instrumen Tingkat Aktivitas Jasmani

Alat untuk mengukur tingkat aktivitas jasmani menggunakan instrumen

bernama Physical Activity Questionnaire for Children (PAQ-C) yang dikembangkan Kowalski (2004). Instrumen ini dibuat untuk menilai tingkat

aktivitas jasmani pada siswa sekolah dasar kelas 4-8 atau usia 8 sampai 14 tahun. PAQ-C dapat digunakan pada pengaturan kelas dan menyediakan rekapitulasi

(30)

74

Iim Imaddudin, 2014

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN DAN KEMAMPUAN MOTORIK TERHADAP TINGKAT AKTIVITAS JASMANI DAN GAYA HIDUP AKTIFSISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.ed

berdasarkan 9 item pertanyaan, setiap soal memiliki skala nilai maksimal 5 poin. Instrumen ini memiliki nilai validitas 0,83 untuk perempuan dan 0,80 untuk laki-laki. Sedangkan reliabilitas tes berdasarkan tes-retest pada beberapa studi (Crocker, et al., 1997) dalam Kowalski (2004) memiliki nilai 0,82 untuk anak perempuan dan 0,75 untuk anak laki-laki (instrumen tersedia dalam lampiran 1).

b. Instrumen Gaya Hidup Aktif

Proses pengembangan instrumen gaya hidup aktif berdasarkan indikator-indikator gaya hidup aktif yaitu pembuatan angket meliputi aspek aktivitas fisik keseharian, penggunaan zat kimia, pola makan (diet), dan interaksi sosial. Untuk penilaian pengukuran gaya hidup aktif menggunakan skala Likert (Summated Rating Scales) seperti dijelaskan Nurhasan dan Cholil (2013: 349)yaitu :

Untuk mengukur sikap skala yang sering digunakan adalah skala Likert. Skala ini terdiri atas pemyataan terhadap suatu objek dengan pola respons terentang dalam empat altematif pilihan jawaban yaitu:

(l) sangat setuju,

(2) setuju,

(3) tidak setuju,dan

(4) sangat tidak setuju.

Skala Likert terdiri atas sejumlah pernyataan-pernyataan tentang suatu objek, dan pernyataan itu cenderung mengekspresikan sikap yang menyenangkan dan sebagian lagi pemyataan itu tidak menyenangkan. Pemberian skor pada setiap katagori pernyataan yang direspon oleh responden disesuaikan dengan alternatif pilihan jawaban yaitu :

a. Untuk pernyataan yang positif, pemberian skor pada setiap alternatif jawaban yaitu : 4,3,2,1. Jadi untuk alternatif pilihan sangat setuju diberi skor 4, setuju diberi skor 3, tidak setuju diberi skor 2 dan sangat tidak setuju diberi skor 1.

(31)

75

Iim Imaddudin, 2014

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN DAN KEMAMPUAN MOTORIK TERHADAP TINGKAT AKTIVITAS JASMANI DAN GAYA HIDUP AKTIFSISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.ed

diberi skor 1, setuju diberi skor 2, tidak setuju diberi skor 3 dan sangat tidak setuju diberi skor 4.

Pengembangan instrumen angket untuk gaya hidup aktif berdasarkan definisinya menyebutkan bahwa indikator gaya hidup aktif dapat dilihat dari aspek aktivitas fisik keseharian, pengguanan zat kimia, pola makan (diet), serta interaksi individu dan

[image:31.595.107.555.298.470.2]

sosial seperti dijelaskan bawah ini:

Tabel 3.3

Kisi-Kisi Angket Gaya Hidup Aktif

Variabel

Sub-variabel Komponen No Soal

Gaya Hidup

Aktif

(+) (-) The constellation of habitual

activities unique to a person, which lend consistency to activities, behavior, manners of coping, motivation, and thought processes, and define the way in which he/she lives (Medical Dictionary,

Thesaurus and Encyclopedia. htm, 2010:1)

Diet

4, 13 15, 9 Level Aktivitas Fisik

7, 17 1, 11

Penyalahgunaan zat kimia

12, 3 20, 10 Interaksi Sosial

2, 6 18, 14

Interaksi Personal 5, 16 19, 8

Berdasarkan hasil tes validitas dan reliabilitas yang penulis lakukan terhadap siswa Sekolah Dasar, dari 20 soal yang disusun berdasarkan kisi-kisi tersebut terdapat 10 soal yang tidak memenuhi kriteria yang sah (tidak valid) dan 10 nomor soal yang valid yaitu nomor: 2, 5, 6, 7, 10, 13, 14, 17, 18, 20 (secara lengkap tersaji dalam lampiran 2 dan 3).

c. Instrumen Tes Motor Ability Untuk Sekolah Dasar

Tes motor ability ini digunakan untuk mengukur kemampuan gerak (motorik) dasar bagi siswa sekolah dasar. Tes ini mempunyai reliabilitas sebesar 0,93 dan validitas sebesar 0,87 (Nurhasan dan Cholil, 2013).

(32)

76

Iim Imaddudin, 2014

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN DAN KEMAMPUAN MOTORIK TERHADAP TINGKAT AKTIVITAS JASMANI DAN GAYA HIDUP AKTIFSISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.ed

1. Tes Shuttle Run 4 x 10 meter

2. Tes Lempar tangkap Bola jarak 1 meter dengan tembok 3. Tes Stork Stand Positional Balance

4. Tes Lari Cepat 30 meter.

Administrasi Tes

1) Tes Tes Shuttle Run 4 x 10 meter

Tujuan : mengukur kelincahan dalam bergerak merubah arah

Alat / fasilitas : stop watch, lintasan yang lurus dan datar dengan jarak 10 meter

Pelaksanaan : start dilakukan dengan berdiri. Pada aba-aba “bersedia” orang coba berdiri dengan salah satu ujung jari kaki sedekat mungkin dengan garis start

2) Tes Lempar tangkap Bola jarak 1 meter dengan tembok

Tujuan : mengukur kemampuan koordinasi mata dan tangan Alat / fasilitas : bola tenis, stop watch, dan tembok yang rata

Pelaksanaan : subyek berdiri di belakang garis batas sambil memegang bola tenis dengan kedua tangan di depan dada. Aba-aba

“ya” subyek dengan segera melakukan lempar tangkap ke

dinding selama 30 detik.

Skor : dihitung jumlah tangkapan bola yang dapat dilakukan dalam 30 detik

3) Tes Stork Stand Positional Balance

Tujuan : mengukur keseimbangan tubuh Alat / fasilitas : stop watch

(33)

77

Iim Imaddudin, 2014

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN DAN KEMAMPUAN MOTORIK TERHADAP TINGKAT AKTIVITAS JASMANI DAN GAYA HIDUP AKTIFSISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.ed

kaki kanan pada lutut kaki kiri sebelah dalam. Pertahankan sikap tersebut selama mungkin

Skor : dihitung waktu yang dicapai dalam mempertahankan sikap di atas sampai dengan tanpa memindahkan kaki kiri dari tempat semula.

4) Tes Lari Cepat 30 meter.

Tujuan : mengukur kecepatan lari

Alat / fasilitas : stop watch, lintasan lurus dan rata sejauh 30 meter, bendera

Pelaksanaan : start dilakukan dengan berdiri. Pada aba-aba “bersedia” subyek berdiri dengan salah satu ujung jari kakinya sedekat mungkin dengan garis start. Aba-aba “siap” subyek siap untuk lari menuju garis finih dengan jarak 30 meter, sampai melewati garis finish.

Skor : dihitung waktu yang ditempuh dalam melakukan lari sejauh 30 meter.

F. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian eksperimen ini dilaksanakan pada siswa-siswi kelas IV-VI SDN Kumpay I Kecamatan Jalancagak Kabupaten Subang. Penentuan lokasi ini diharapkan memberi kemudahan khususnya menyangkut pengenalan lingkungan yang berhubungan dengan siswa sebagai subjek penelitian atau menyangkut personel yang akan membantu dalam kelancaran kegiatan ini.

Waktu penelitian dilakukan bulan November-Desember 2014, penelitian dilaksanakan tiga kali dalam seminggu setiap hari Senin, Rabu, dan Jumat untuk

perlakuan pertama serta Selasa, Kamis, dan Sabtu untuk kelompok perlakuan kedua. Waktu yang diperlukan selama 5 minggu.

(34)

78

Iim Imaddudin, 2014

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN DAN KEMAMPUAN MOTORIK TERHADAP TINGKAT AKTIVITAS JASMANI DAN GAYA HIDUP AKTIFSISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.ed

Pendekatan bermain dan pendekatan pendidikan gerak seperti yang telah penulis hipotesiskan berdasarkan kerangka pikir dan landasan teori yang telah dipaparkan sebelumnya dapat mendukung terhadap perilaku gaya hidup aktif siswa. Harris dalam Lavin (2008: 89), dikatakannya bahwa:

Mendidik siswa tentang aktivitas fisik dan meningkatkan partisipasi sepanjang hidup tidak dapat dikesampingkan, anak-anak tidak secara otomatis mengembangkan pengetahuan, pemahaman, keterampilan, perilaku, sikap dan kepercayaan diri yang akan menuntun pada partisipasi reguler dalam aktivitas jasmani. Hal ini harus dengan sengaja diajarkan dan direncanakan untuk ditransfer pada siswa. Dengan kata lain, kita tidak dapat hanya berharap akan didapatkan “tiba-tiba”, tetapi

harus memastikan bahwa hal ini “sengaja” diajarkan.

Lebih jauh, Harris dalam Lavin (2008: 90) menjelaskan bahwa pendidikan jasmani perlu mengkaji ulang filosofi, isi, dan pedagogi dalam menggugah minat siswa secara lebih efektif, memotivasi mereka untuk mengadopsi gaya hidup sehat dan aktif, dan oleh karenanya akan berpengaruh positif terhadap kesehatan dan kualitas hidup mereka. Pendekatan kreatif dalam mengajar dan belajar akan membantu mencapainya.

[image:34.595.107.555.671.723.2]

Oleh karenanya, penulis sengaja menambahkan pembelajaran tentang kurikulum gaya hidup aktif yang akan diberikan pada setiap awal dan akhir pembelajaran dalam dua program pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan bermain dan pendekatan pendidikan gerak. Adapun pembelajaran kurikulum gaya hidup aktif penulis ambil dari Harris dalam Lavin (2008: 90) terdapat dalam lampiran 4. Selanjutnya mengenai program perlakuan pembelajaran dengan pendekatan bermain dan pendekatan pendidikan gerak secara lengkap penulis sajikan pada lampiran 5 dan lampiran 6.

Tabel. 3.4 Panduan Pedagogis

BAGIAN Pendekatan Bermain Pendekatan Pendidikan Gerak

Pra Pengajaran

1. Bedoa 2. Absen

(35)

79

Iim Imaddudin, 2014

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN DAN KEMAMPUAN MOTORIK TERHADAP TINGKAT AKTIVITAS JASMANI DAN GAYA HIDUP AKTIFSISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.ed

BAGIAN Pendekatan Bermain Pendekatan Pendidikan Gerak

3. Melakukan pemanasan yang menyerupai dengan materi yang akan diajarkan

4. Membangkitkan motivasi dengan mengembangkan pemanasan 5. Menumbuhkan rasa ingin tau

bagaimana melakukan gerakan yang sedang di ajarkan

3. Melakukan peregangan satatis dan dinamis

4. Melakukan pemanasan sesuai dengan tema yang akan dipelajari

Pengajaran

1. Penjelasan pendekatan tematik gaya hidup aktif (dapat dilengkapi peragaan gambar, penanyangan video, dll)

2. Deskripsi Permainan

3. Kesadaran taktis (Tactical awareness)

4. Mengambil keputusan yang tepat (apa yang harus dilakukan dan bagaimana cara melakukan) 5. Eksekusi keterampilan 6. Feed back

7. Performace (penampilan)

1. Penjelasan pendekatan tematik gaya hidup aktif (dapat dilengkapi peragaan gambar, penanyangan video, dll)

2. Penjelasan konsep gerak (tema konsep yang akan dipelajari)

3. Demonstrasi 4. Melakukan

5. Tugas awal(rangkaian gerak, konsep gerak)

6. Feed back (siswa-guru) 7. Tugas mandiri

Pasca

pembelajaran

Evaluasi

Guru menjelaskan kembali konsep dalam materi yang sedang dipelajari serta penilaian terhadap proses pembelajaran.

Evaluasi

Guru memberikan review materi dan penilaian tentang konsep gerak dan tema keterampilan yang telah diajarkan.

(36)

80

Iim Imaddudin, 2014

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN DAN KEMAMPUAN MOTORIK TERHADAP TINGKAT AKTIVITAS JASMANI DAN GAYA HIDUP AKTIFSISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.ed

Langkah awal adalah menguji kembali validitas dan reliabilitas instrumen angket gaya hidup aktif, mengambil data pretest untuk menentukan kelompok sampel dan tes awal angket tingkat aktivitas jasmani dan gaya hidup aktif.

Sebelum melakukan pengolahan data dengan program SPSS, terlebih dahulu penulis menempuh langkah-langkah, yaitu:

1. Menyeleksi data dari instrumen yang terkumpul baik hasil tes awal maupun

hasil tes akhir. Seleksi dilakukan untuk memastikan seluruh item tes terisi oleh responden.

2. Memberikan skor pada setiap item tes yang diisi oleh responden sesuai dengan kriteria skala yang telah ditentukan.

3. Melakukan input data pada program software komputer Microsoft Excell 2007.

4. Data tes tingkat aktivitas jasmani dan gaya hidup aktif yang telah terkumpul diolah dan dianalisis dengan statistik, antara lain dilakukan penghitungan nilai rata-rata, standar deviasi dan pengujian persyaratan normalitas dari distribusi skor dengan menggunakan program SPSS (Uji Lilliefors).

5. Melakukan pengujian homogenitas beberapa varians dengan menggunakan program SPSS (Lavene Test). Tujuan uji homogenitas data ini adalah untuk mengetahui bahwa data yang diperoleh berasal dari sampel yang homogen atau tidak.

6. Melakukan pengolahan data menggunakan program statistik SPSS Seri 20. 1. Melakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan teknik analisis

varian multivariat (MANOVA) faktorial dua arah pada taraf signifikansi

α= 0,05 dan jika terdapat interaksi maka dilanjutkan dengan Uji Tukey

(lampiran 7). Dengan demikian hipotesis statistik yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Ho : µA1 = µA2

(37)

81

Iim Imaddudin, 2014

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN DAN KEMAMPUAN MOTORIK TERHADAP TINGKAT AKTIVITAS JASMANI DAN GAYA HIDUP AKTIFSISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.ed

Hi : A x B ≠ 0

3. Ho : µA1B1 = µA2B1

Hi : µA1B1 < µA2B1

4. Ho : µA1B2 = µA2B2

Hi : µA1B2 > µA2B2

2. Analisis dan Deskripsi Data

Dalam analisis dan deskripsi data yang dilakukan adalah menganalisa serta mendeskripsikan angka-angka yang ada dari hasil penghitungan statistik. Selain itu, analisis didasarkan pada hipotesis yang dibuat untuk dapat memaknai nilai dan angka yang dihasilkan dari penghitungan.

Keterangan:

µA1 : Rata-rata tingkat aktivitas jasmani dan gaya hidup aktif siswa yang diajar dengan pendekatan pendidikan gerak secara keseluruhan

µA2 : Rata-rata tingkat aktivitas jasmani dan gaya hidup aktif siswa yang diajar dengan pendekatan bermain secara keseluruhan

µA1B1 : Rata-rata tingkat aktivitas jasmani dan gaya hidup aktif siswa yang memiliki kemampuan motorik tinggi yang diajar dengan pendekatan pendidikan gerak.

µA2B1 : Rata-rata tingkat aktivitas jasmani dan gaya hidup aktif siswa yang memiliki kemampuan motorik tinggi yang diajar dengan pendekatan bermain

µA1B2 : Rata-rata tingkat aktivitas jasmani dan gaya hidup aktif siswa

yang memiliki kemampuan motorik rendah yang diajar dengan pendekatan pendidikan gerak

(38)

82

Iim Imaddudin, 2014

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN DAN KEMAMPUAN MOTORIK TERHADAP TINGKAT AKTIVITAS JASMANI DAN GAYA HIDUP AKTIFSISWA

(39)

100

Iim Imaddudin, 2014

PENGARU

Gambar

Gambar 3.1 Randomized postest-only control group design.
Tabel 3.2 data pengelompokkan sampel
Tabel 3.3
Tabel. 3.4 Panduan Pedagogis

Referensi

Dokumen terkait

Judul : PERBANDINGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN CALON KETUA OSIS PADA SMK SWASTA NUSA PENIDA MEDAN DENGAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING &amp; WEIGHTED SUM

[r]

BAB II Penerapan Pembelajaran Berbasis Praktikum Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan Penguasaan Konsep Siswa Kelas X Pada Konsep Insecta A.. Kegiatan Praktikum

Kompetensi Sosial yang Buruk pada Anak Taman Kanak- kanak dan Kaitannya dengan Gaya Pengasuhan Ibu.. Kurikulum : Standar Kompetensi Pendidikan Anak

Melalui program pengenalan bahasa inggris untuk anakanak dengan menggunakan Multmedia Builder 4.8 ini diharapkan dapat menarik minat anakanak untuk belajar bahasa inggris,

The goal of this research is to experimentally analyze the mechanical response that occur in the product Motorbike Muffler which created using Polymeric material

Tekanan yang diberikan dapat mencapai 1380 kPa, diperlihatkan pada Gambar 2.6. (a)

Hasil pancaran antena yang dirancang juga telah dapat diterima dengan baik, menggunakan antena yang berpolarisasi vertikal maupun horisontal yang diamati melalui hasil pergerakan