• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL DISCOVERY UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA TENTANG PERUBAHAN KENAMPAKAN BULAN DI KELAS IV SDN 6 ARJAWINANGUN KECAMATAN ARJAWINANGUN KABUPATEN CIREBON.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL DISCOVERY UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA TENTANG PERUBAHAN KENAMPAKAN BULAN DI KELAS IV SDN 6 ARJAWINANGUN KECAMATAN ARJAWINANGUN KABUPATEN CIREBON."

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

DI KELAS IV SDN 6 ARJAWINANGUN KECAMATAN ARJAWINANGUN

KABUPATEN CIREBON

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh

ICHMARUTO 1008267

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

PENERAPAN MODEL DISCOVERY UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA TENTANG PERUBAHAN KENAMPAKAN BULAN

DI KELAS IV SDN 6 ARJAWINANGUN KECAMATAN ARJAWINANGUN

KABUPATEN CIREBON

Oleh

ICHMARUTO 1008267

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING

Pembimbing I

ASEP KURNIA JAYA DINATA, M.Pd

NIP. 19800929 200801 1003

Pembimbing II

JULIA, M.Pd

NIP. 19820513 200812 1 002

Mengetahui :

Ketua Program Studi S1 PGSD KELAS UPI Kampus Sumedang

RIANA IRAWATI, M.Si

(3)

hanya kepada Tuhan-mu lah hendaknya kamu berharap. (Qs. 94: 6-8)

Ilmu itu besar pangkatnya, tidak ada yang menyenangi ilmu, kecuali

orang-orang yang kuat. (Az-Zuhry)

Ada dua cara menjalankan kehidupan. Pertama, seolah seperti tidak ada yang ajaib.

Kedua seolah seperti semuanya ajaib. (Albert Einstein)

Mungkin hasil paling berharga dari pendidikan ialah kemampuan kita untuk

mengerjakan hal-hal yang harus kita kerjakan, tidak peduli pekerjaan itu kita

sukai atau tidak. (Thomas Henry Huxley)

(4)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Penerapan Model

Discovery untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa tentang Perubahan Kenampakan

Bulan di Kelas IV SDN 6 Arjawinangun Kecamatan Arjawinangun Kabupaten Cirebon”

beserta seluruh isinya adalah benar–benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan

penjiplakan dengan cara- cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku

dalam masyarakat keilmuan.

Atas pernyataan ini saya siap menanggung resiko/sanksi yang djatuhkan

kepada saya apabila di kemudian hari ditemukan adanya pelanggara terhadap etika

keilmuan dalam karya saya ini atau ada klaim dari pihak lain terrhadap keaslian karya

saya ini.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Cirebon, Desember 2013 Yang Membuat Pernyataan

ICHMARUTO

(5)

Halaman

A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Rumusan dan Pemecahan Masalah ...6

1. Perumusan Masalah ...6

2. Pemecahan Masalah ...7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...12

1. Tujuan Penelitian ...12

2. Manfaat Penelitian ...12

D. Batasan Istilah ...13

BAB II KAJIAN PUSTAKA ...14

A. Hakekat IPA/ Sains ...14

1. Pengertian IPA ...14

2. IPA Sebagai Proses ...15

3. IPA Sebagai Produk ...15

4. IPA Sebagai Sikap Ilmiah ...17

B. Pembelajaran IPA di SD ...17

1. Tujuan Pembelajaran IPA di SD ...17

2. Penilaian/Hasil Belajar IPA di SD ...18

3. Manfaat Pembelajaran IPA di SD ...19

C. Teori Belajar ...20

1. Teori Jean Peaget ...20

2. Teori M. Gagne ...21

D. Model Belajar Discovery ...22

1. Pengertian Discovery ...22

2. Kelebihan dan Kekurangan Model Discovery ...23

3. Tahapan-tahapan Model Discovery ...24

E. Perubahan Kenampakan Bulan ...25

F. Temuan Hasil Penelitian yang Relevan ...26

(6)

G. Hipotesis Tindakan ...27

BAB III METODE PENELITIAN ...28

A. Lokasi, Subjek dan Waktu Penelitian ...28

1. Lokasi Penelitian ...28

2. Subjek Penelitian ...30

3. Waktu Penelitian ...31

B. Metode dan Desain Penelitian ...32

1. Metode Penelitian ...32

2. Desain Penelitian ...33

C. Prosedur Penelitian ...34

1. Tahap Perencanaan Penelitian ...34

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan ...35

3. Tahap Observasi ...35

4. Tahap Analisis dan Refleksi ...36

D. Istrumen Penelitian ...37

E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ...39

1. Pengolahan Data Proses ...39

a. Pengolahan Data Hasil Observasi ...39

1) Kinerja Guru ...39

BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN ...43

A. Paparan Data Awal ...43

B. Paparan Data Tindakan ...45

1. Paparan Data Tindakan Siklus I ...45

a. Paparan Data Prencanaan Tindakan Siklus I ...45

b. Paparan Data Pelaksanaan Tindakan Siklus I ...49

c. Papara Data Hasil Tindakan Siklus I ...54

d. Analisis dan Refleksi Tindakan Siklus I ...57

1) Analisis Refleksi Perencanaan Pembelajaran ...57

2) Analisis Kinerja Guru dan Aktivitas Siswa ...57

3) Analisis dan Refleksi Hasil Belajar Siswa ...59

2. Paparan data Tindakan Siklus II ...61

a. Paparan Data Perencanaan Tindakan Siklus II ...61

b. Paparan Data Pelaksanaan Tindakan Siklus II ...63

c. Papara Data Hasil Tindakan Siklus II ...69

d. Analisis dan Refleksi Siklus II ...71

1) Analisis Refleksi Perencanaan Pembelajaran ...71

2) Analisis Kinerja Guru dan Aktivitas Siswa ...72

3) Analisis dan Refleksi Hasil Belajar Siswa ...73

(7)

a. Paparan Data Perencanaan Tindakan Siklus III ...76

b. Paparan Data Pelaksanaan Tindakan Siklus III ...79

c. Papara Data Hasil Pelaksanaan Tindakan Siklus III ...84

d. Analisis dan Refleksi Siklus III ...87

1) Analisis Refleksi Perencanaan Pembelajaran ...87

2) Analisis Kinerja Guru dan Aktivitas Siswa ...88

3) Analisis dan Refleksi Hasil Belajar Siswa ...89

C. Paparan Pedapat Siswa dan Guru ...90

1. Paparan Pendapat Siswa ...90

2. Paparan Pendapat Guru ...91

D. Pembahasan Hasil Penelitian ...92

1. Perencanaan Pembelajaran dengan Menggunakan Discovery ...92

2. Pelaksanaan Pembelajaran dengan Menggunakan Discovery ...93

3. Hasil Belajar dengan Menggunakan Discovery ...94

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...97

A. Kesimpulan ...97

B. Saran/Rekomendasi ...98

1. Bagi Guru ...98

2. Bagi Siswa ...99

3. Bagi Sekolah ...99

DAFTAR PUSTAKA ...100

LAMPIRAN-LAMPIRAN ...102

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Data awal ketuntasan siswa ... 4

3.1 Jumlah pendidik ... 28

3.2 Jumlah siswa keseluruhan ... 29

3.3 Subjek penelitian ... 31

4.1 Data awal hasil tes siswa ... 44

4.2 Data hasil observasi perencanaan pembelajaran pada siklus I ... 50

4.3 Data hasil observasi pelaksanaan kinerja guru pada siklus I... 52

4.4 Data hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I ... 53

4.5 Data hasil tes siswa pada siklus I ... 55

4.6 Rekapitulasi perencanaan pembelajaran siklus I ... 57

4.7 Perolehan tes hasil belajar sebelum penerapan model dan siklus I ... 59

4.8 Rangkuman analisis hasil observasi dan hasil belajar siklus I ... 59

4.9 Data hasil observasi perencanaan pembelajaran pada siklus II ... 64

4.10 Data hasil observasi pelaksanaan kinerja guru pada siklus II ... 66

4.11 Data hasil observasi aktivitas siswa pada siklus II ... 68

4.12 Data hasil tes siswa pada siklus II ... 69

4.13 Rekapitulasi perencanaan pembelajaran siklus II ... 71

4.14 Perolehan tes hasil belajar siklus I dan siklus II ... 74

4.15 Rangkuman analisis hasil observasi dan hasil belajar siklus II ... 74

4.16 Data hasil observasi perencanaan pembelajaran pada siklus III ... 79

4.17 Data hasil observasi pelaksanaan kinerja guru pada siklus III ... 81

4.18 Data hasil observasi aktivitas siswa pada siklus III ... 83

4.19 Data hasil tes siswa pada siklus III ... 85

4.20 Rekapitulasi perencanaan pembelajaran siklus III ... 87

4.21 Perolehan tes hasil belajar siklus II dan siklus III ... 89

4.22 Rangkuman analisis hasil observasi dan hasil belajar siklus III ... 89

4.23 Pendapat siswa tentang penerapan model discovery ... 91

4.24 Pendapat guru tentang penerapan model discovery ... 92

(9)

Gambar Halaman

1.1 Grafik jumlah ketuntasan siswa pada data awal ... 5

3.1 Denah lokasi sekolah ... 30

3.2 Alur pelaksanaan penelitian ... 34

4.1 Grafik persentase ketuntasan siswa pada data awal ... 45

4.2 Grafik perbandingan persentase perencanaan pembelajaran data awal dengan siklus I ... 51

4.3 Grafik perbandingan persentase kinerja guru data awal dengan siklus I ... 53

4.4 Grafik perbandingan persentase aktivitas siswa data awal dengan siklus I ... 54

4.5 Grafik persentase ketuntasan pada siklus I ... 56

4.6 Grafik perbandingan persentase ketuntasan data awal dengan siklus I ... 56

4.7 Grafik perbandingan persentase perencanaan siklus I dengan siklus II ... 65

4.8 Grafik perbandingan persentase kinerja guru siklus I dengan siklus II ... 67

4.9 Grafik perbandingan persentase aktivitas siswa siklus I dengan siklus II ... 69

4.10 Grafik persentase ketuntasan pada siklus II ... 70

4.11 Grafik perbandingan persentase ketuntasan siklus I dengan siklus II ... 71

4.12 Grafik perbandingan persentase perencanaan pembelajaran siklus II dengan siklus II ... 80

4.13 Grafik perbandingan persentase kinerja guru siklus II dengan siklus III ... 82

4.14 Grafik perbandingan persentase aktivitas siswa siklus II dengan siklus III ... 84

4.15 Grafik persentase ketuntasan siswa pada siklus III ... 86

4.16 Grafik perbandingan persentase ketuntasan siswa siklus II dengan siklus III ... 86

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 RPP Siklus I ...102

2 Hasil Observasi Perencanaan Siklus I ...106

3 Hasil Observasi Pelaksanaan Siklus I ...110

4 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ...113

5 Hasil Tes Kelompok dan Individu Siswa Siklus I ...115

6 RPP Siklus II ...119

7 Hasil Observasi Perencanaan Siklus II ...123

8 Hasil Observasi Pelaksanaan Siklus II ...127

9 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ...130

10 Hasil Tes Kelompok dan Individu Siswa Siklus II ...132

11 RPP Siklus III ...136

12 Hasil Observasi Perencanaan Siklus III ...140

13 Hasil Observasi Pelaksanaan Siklus III ...144

14 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus III ...147

15 Hasil Tes Kelompok dan Individu Siswa Siklus III ...149

16 Foto-foto Kegiatan Penelitian ...153

17 SK pembimbing ...159

18 Surat izin penelitian ...160

19 Surat keterangan Penelitian ...162

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan pendidikan merupakan bagian yang integral dari

pembangunan nasional yang diarahkan menuju peningkatan kualitas manusia

Indonesia seutuhnya. Pembelajaran IPA atau sains merupakan sebuah proses yang

melibatkan seluruh komponen pembelajaran. Oleh karena itu sebagian orang ada

yang mengatakan bahwa pembelajaran itu merupakan sebuah sistem sebab setiap

proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru memiliki tujuan yang ingin

dicapai. Tujuan ini telah terumuskan dalam RPP (rencana pelaksanaan

pembelajaran) sementara dari segi hasil evaluasi yang dinginkan adalah mencapai

nilai terendah yang disebut KKM (kriteria ketuntasan minimal). Tugas guru

adalah memfasilitasi, memberikan motivasi, merancang model pembelajaran, dan

memberikan arahan untuk membelajarkan peserta didik agar lebih aktif,

memperoleh makna dari apa yang dipelajarinya.

Pendidikan yang harus diperhatikan terlebih dahulu adalah pendidikan pada

tingkat dasar, karena pada pendidikan tingkat ini guru dituntut untuk menanamkan

konsep yang kuat pada setiap mata pelajaran kepada siswa. Oleh karena itu, guru

harus memberikan yang terbaik bagi siswa supaya materi dapat membekas pada

siswa dan akan bermanfaat pada kehidupannya kelak di masa yang akan datang

ketika tumbuh menjadi manusia dewasa.

Pendidikan sekolah dasar merupakan tahapan penting dalam perkembangan

karakteristik siswa. Apabila perkembangan pada tahap ini dibentukdengan baik,

maka tahap perkembangan siswa selanjutnya akan terbentuk dengan lebih baik.

Oleh karena itu, guru harus memperhatikan perkembangan karakteristik siswa

sekolah dasar dengan baik. Karaktersitik siswa sekolah dasar menurut Basset

(Mulyani, 1998: 12) adalah sebagai berikut,

(12)

2

Siswa sekolah dasar secara alamiah memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan tertarik akan dunia sekitar yang mengelilingi mereka. Mereka senang bermain dan lebih suka bergembira, mereka suka mengatur dirinya untuk menangani berbagai hal baru, mereka biasanya tergetar perasaannya dan terdorong untuk berprestasi sebagaimana mereka tidak suka mengalami ketidakpuasan dan menolak kegagalan, mereka belajar secara efektif ketika mereka merasa puas dengan situasi yang terjadi, mereka belajar dengan bekerja, mengobservasi,berinisiatif, dan mengajar anak-anak lainnya.

Pendapat ini sejalan dengan pendapat Vernon A Madnesen dan Peter

(Suherman, 2006: 2) yang sebagai berikut.

Keberhasilan belajar tergantung bagaimana cara belajar yang dilakukan. Jika belajar hanya dengan membaca kebermaknaan hanya mencapai 10%, dari mendengar 20%, dari melihat 30%, mendengar dan melihat 50%, mengatakan-komunikasi mencapai 70%, dan belajar dengan melakukan dan mengkomunikasikan bisa mencapai 90%.

Berdasarkan pernyataan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

yang baik atau ideal khususnya dalam proses pembelajaran IPA adalah proses

pembelajaran dengan melakukan (learning by doing) serta memperhatikan

perkembangan karakteristik siswa.

Tugas dan tanggung jawab seorang guru untuk menyukseskan wajib belajar

sembilan tahun dan peningkatan mutu pendidikan tidaklah mudah seperti

membalikan telapak tangan, akan tetapi perlu usaha dan kerja keras oleh semua

pihak yang terlibat di dunia pendidikan. Seorang figur guru yang profesional akan

membawa anak didiknya selangkah lebih maju untuk berkembang.

Titik ujung keberhasilan pembelajaran khususnya dalam mata pelajaran IPA

atau sains adalah seorang guru mampu memilih metode pengajaran yang tepat

sesuai dengan kondisi, situasi, dan siswa dalam proses pembelajaran. Adapun

yang dimaksud dengan metode mengajar adalah “suatu pengetahuan tentang

cara-cara mengajar yang dipergunakan oleh seorang guru atau instruktur” (Ahmad,

2005: 52). Dalam kamus Bahasa Indonesia lengkap, pengertian metode adalah

cara yang tersusun dan teratur untuk mencapai tujuan, khususnya dalam hal ilmu

pengetahuan (Daryanto, 1997: 439).

Seorang guru yang profesional, mampu mengelola strategi belajar mengajar

(13)

mengajar di dalamnya mencakup berbagai hal. Metode pengajaran tidak akan

terlepas karena merupakan suatu sistem yang tidak akan berdiri sendiri dari

strategi belajar mengajar.

Proses pembelajaran mata pelajaran sains tidak akan sama dengan mata

pelajaran yang lain, karena sains atau IPA merupakan salah satu disiplin ilmu yang

berkembang sangat pesat dalam kurun waktu saat ini. Perkembangan ini tidak terlepas

dengan bidang ilmu yang lain atau dengan teknologi sekarang ini. Oleh karena itu,

tujuan pendidikan khususnya mata pelajaran IPA atau sains yang diamanatkan oleh

Pancasila yang tertuang dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan diharapkan

dapat tercapai secara maksimal.

Harapannya memang tujuan pembelajaran dapat tercapai. Tapi perjuangan

dan upaya guru tidak mudah dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran,

agar para peserta didik dapat belajar dengan lancar, kondusif, aktif dan

menyenangkan sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan baik pula.

Tercapainya tujuan pembelajaran dengan hasil yang baik ini tidaklah merupakan

upaya yang dilaksanakan secara serta merta, tetapi memerlukan proses yang

sesuai dan baik pula.

Dalam Proses belajar mengajar di setiap sekolah selalu terdapat masalah-masalah

yang berkembang dengan pendidikan dan pengajaran itu sendiri. Masalah-masalah

pendidikan dan pengajaran di sekolah merupakan masalah yang menjadi tanggung

jawab semua komponen pendidikan misalnya orang tua, guru, kepala sekolah

maupun siswa itu sendiri.

Masalah tersebut sesuai dengan data empiris yang merupakan hasil

observasi pada hari Rabu tanggal 13 Feburuari 2013, kenyataan masalah yang ada

kelas IV SDN 6 Arjawinangun Kecamatan Arjawinangun Kabupaten Cirebon

bahwa pada pembelajaran IPA tentang perubahan kenampakan bulan memperoleh

out put yang masih sangat rendah. Berdasarkan hal tersebut maka terjadilah proses

pembelajaran yang kurang memacu motivasi siswa untuk belajar, siswa merasa

(14)

4

Masalah di atas sangat dipengaruhi oleh cara guru dalam mendesain proses

pembelajaran. Misalnya guru hanya menggunakan metode yang bersifat klasikal,

kurang melibatkan siswa dalam proses pembelajarannya, maupun kurang

menggunakan media pembelajaran. Guru hanya menjelaskan di depan kelas

sehingga kebutuhan yang bersifat individu siswa kurang terpenuhi.

Dampak dari desain proses pembelajaran seperti ini adalah proses belajar

kurang memacu motivasi siswa sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan

tidak tersentuh dengan sempurna.

Selain itu pula, berdasarkan data awal yang diperoleh oleh peneliti pada

siswa kelas IV SDN 6 Arjawinangun Kecamatan Arjawinangun Kabupaten

Cirebon tentang perubahan kenampakan bulan yang bejumlah 25 siswa, terdiri

dari 17 siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan hanya 7 siswa yang dapat

dinyatakan tuntas atau lebih dari atau sama dengan KKM. Untuk lebih jelas dapat

dilihat pada tabel dan gambar grafik yang merupakan data awal dari hasil tes

dengan KKM 70.

Tabel 1.1

(15)

20 Bagas Saputra 7 58 √

Jumlah Belum Tuntas 18

(%) 28 72

KKM 70

Hasil penilaian tersebut menggunakan soal, yang mana siswa diharapkan dapat

mengetahui fase kenampakan bulan dari hari ke hari dengan benar serta dapat

mengidentifikasi penampakan bulan dari hari ke hari dengan baik.

Gambar 1.1 Grafik Jumlah Ketuntasan Siswa pada Data Awal

Pencapaian nilai siswa yang dinyatakan tuntas dalam pre test ini ada 28%

atau dengan kata lain hanya ada 7 siswa terdiri dari 4 orang siswa laki-laki dan 3

orang siswa perempuan. Sedangkan yang dinyatakan belum tuntas sebanyak 18

siswa. Standar kelulusan tersebut menggunakan Kriteria Ketuntasan Minimum

(16)

6

Untuk mengatasi permasalahan yang terjadi di SDN 6 Arjawinangun

Kecamatan Arjawinangun Kabupaten Cirebon khususnya kelas IV dalam proses

pembelajaran IPA tentang perubahan kenampakan bulan digunakanlah model

discovery. Pemilihan model discovery memiliki banyak kelebihan yang nampak

dalam proses pelaksanaannya yaitu melibatkan siswa secara keseluruhan dalam

proses pembelajaran dari kemunculan permasalahan yang harus dipecahkan

sampai penarikan kesimpulan dari proses pembelajaran itu sendiri serta dapat

menimbulkan motivasi pada siswa dalam proses pembelajaran tentang perubahan

kenampakan bulan. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan Faiq

(2008: 13) yang mengatakan bahwa model discovery mempunyai kelebihan

diantaranya adalah:

1) Dianggap membantu siswa mengembangkan atau memperbanyak persediaan dan penguasaan keterampilan dan proses kognitif siswa, andaikata siswa itu dilibatkan terus dalam penemuan terpimpin

2) Pengetahuan yang diperoleh sangat bersifat pribadi dan mungkin merupakan suatu pengetahuan yang sangat kokoh, dalam arti pendalaman dari pengertian retensi dan transfer.

3) Model ini menimbulkan semangat belajar yang lebih tinggi karena siswa melakukan penyelidikan dengan susah payah.

4) Model ini memberikan kesempatan pada siswa untuk bergerak maju sesuai dengan kemampuannya sendiri.

5) Model ini membantu memperkuat rasa percaya diri siswa karena mereka bisa berpendapat sesuai dengan penemuannya.

6) Model ini berpusat pada siswa atau Student centre 7) Membantu siswa menuju persaingan sehat

Melihat kenyataan ini, maka peneliti mencoba mengkaji lebih lanjut

permasalahan di atas dengan melakukan penelitian yang berjudul Penerapan

Model Discovery untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa tentang Perubahan

Kenampakan Bulan di Kelas IV SDN 6 Arjawinangun Kecamatan Arjawinangun

Kabupaten Cirebon.

B. Rumusan dan Pemecahan Masalah

1. Rumusan Masalah

Pembelajaran IPA Kelas IV SDN 6 Arjawinangun Kecamatan

(17)

suatu model pembelajaran yang dapat mempermudah dan mampu

meningkatkan hasil belajar siswa. Adapun model pembelajaran yang akan

diterapkan adalah melalui model discovery.

Pelaksanaannya akan muncul berbagai macam permasalahan.

Selanjutnya permasalahan-permasalahan yang muncul dirumuskan menjadi

sebuah pertanyaan yaitu bagaimana menerapkan model discovery dalam

meningkatkan hasil belajar siswa IV SDN 6 Arjawinangun Kecamatan

Arjawinangun Kabupaten Cirebontentang perubahan posisi bulan. Kemudian

rumusan masalah di atas dapat dijabarkan menjadi beberapa pertanyaan sebagai

berikut:

a. Bagaimana perencanaan pembelajaran model discovery untuk meningkatkan

hasil belajar siswa tentang perubahan kenampakan bulan di kelas IV SDN

6 Arjawinangun Kecamatan Arjawinangun Kabupaten Cirebon?

b. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran model discovery untuk meningkatkan

hasil belajar siswa tentang perubahan kenampakan bulan di kelas IV SDN

6 Arjawinangun Kecamatan Arjawinangun Kabupaten Cirebon?

c. Bagaimana hasil belajar siswa dengan model discovery untuk meningkatkan

hasil belajar siswa tentang perubahan kenampakan bulan di kelas IV SDN

6 Arjawinangun Kecamatan Arjawinangun Kabupaten Cirebon?

2. Pemecahan Masalah

Untuk memecahkan permasalahan yang sudah dirumuskan, maka

perlu dikembangkan model pembelajaran yang dapat membantu

permasalahan melalui penelitian tindakan kelas (PTK). Dalam penelitian ini,

permasalahan yang timbul berkaitan dengan hasil belajar siswa tentang

rendahnya hasil belajar siswa pada pembelajaran perubahan kenampakan

bulan. Mengacu dari akar permasalahan yang muncul, peneliti bersama guru

yang diobservasi oleh penulis (teman sejawat), melakukan refleksi

pembelajaran.

Maka peneliti memandang perlu menerapkan model discovery untuk

(18)

8

bulan. Hal ini karena metode discovery dapat memudahkan siswa dalarn

memahami konsep perubahan kenampakan bulan dengan baik. Roestiyah

(Suryo, 2008:10) mengatakan:

Model discovery adalah proses mental dimana siswa mengasimilasi sesuatu konsep atau suatu prinsip. Proses mental tersebut misalnya mengamati, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan, dan sebagainya. Dalam teknik ini siswa dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental itu sendiri, guru hanya membimbing dan memberikan instruksi.

Selain itu, Faiq (2008: 12) mendefinisikan model discovery adalah

model yang memperkenalkan siswanya menemukan sendiri informasi.

Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan

bahwa model discovery adalah sebuah model pembelajaran yang

memberikan pengalaman langsung kepada siswa. Dengan demikian

pemahaman suatu konsep informasi akan bertahan lama, karena siswa

menemukan sendiri informasi tersebut. Implikasi dari itu semua adalah

ketercapaiaannya hasil belajar siswa yang telah ditetapkan dalam bentuk

kriteri ketuntasan minimum.

Model mengajar tidak ada yang sempurna, ada keuntungan dan ada

kerugiannya. Begitu pula dengan model discovery. Faiq (2008: 13)

mengatakan bahwa model discovery mempunyai kelebihan dan juga

kekurangan. Kelebihan dan kekurangan itu di antaranya adalah sebagai

berikut:

a. Kelebihan model discovery

1) Dianggap membantu siswa mengembangkan atau memperbanyak persediaan dan penguasaan keterampilan dan proses kognitif siswa, andaikata siswa itu dilibatkan terus dalam penemuan terpimpin

2) Pengetahuan yang diperoleh sangat bersifat pribadi dan mungkin merupakan suatu pengetahuan yang sangat kokoh, dalam arti pendalaman dari pengertian retensi dan transfer.

3) Model ini menimbulkan semangat belajar yang lebih tinggi karena siswa melakukan penyelidikan dengan susah payah.

4) Model ini memberikan kesempatan pada siswa untuk bergerak maju sesuai dengan kemampuannya sendiri.

(19)

6) Model ini berpusat pada siswa atau Student centre 7) Membantu siswa menuju persaingan sehat

8) Model ini dapat menimbulkan motivasi pada siswa dalam proses pembelajaran tentang perubahan kenampakan bulan

b. Kekurangan

1) Model pembelajaran ini memerlukan pantauan dari guru

2) Model ini membutuhkan pengetahuan yang cukup luas sebagai antisipasi pertanyaan dari siswa

3) Model ini membutuhkan dana yang lumayan banyak yang digunakan untuk menyiapkan alat dan bahan materi yang akan disampaikan

Berdasarkan pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa kebaikan

dan kekurangan pada model discovery adalah model discovery dapat

memperjelas suatu materi pelajaran, akan tetapi bila sarana dan prasaran

kurang mendukung, maka tidak menutup kemungkinan pemahaman siswa

tidak akan meningkat secara signifikan.

Selanjutnya, Faiq (2008: 13) mengemukakan bahwa ada lima tahapan

yang harus ditempuh dalam proses pembelajaran dengan menggunakan

model discovery yaitu:

a. Merumuskan masalah untuk dipecahkan siswa b. Penetapan jawaban sementara

c. Siswa mencari informasi dan data serta fakta yang berhubungan masalah tadi dan berkaitan dengan pengajuan hipotesis tadi

d. Menarik kesimpulan dan jawaban atau generalisasi e. Aplikasi kesimpulan dalam situasi baru

Sedangkan Gilstrap (Suryo, 2008:19) mengatakan bahwa dalam

pelaksanaan model discovery langkah-langkah yang harus ditempuh adalah:

a. Menilai kebutuhan dan minat siswa.

b. Seleksi pendahuluan atas dasar minat dan kebutuhan siswa.

c. Mengatur susunan kelas. Dalam penelitian ini, peneliti membentuk beberapa kelompok

d. Menyiapkan masalah yang akan dipecahkan. Dalam penelitian ini yaitu masalah perubahan kenampakan bulan.

e. Mengecek pengetahuan siswa tentang perubahan kenampakkan bulan dengan melakukan tanya jawab.

(20)

10

g. Memimpin analisisnya sendiri melalui percakapan dan diskusi kelompok.

h. Mengecek apakah siswa menggunakan apa yang telah ditemukannya, misalnya teori atau teknik dalam situasi berikutnya, yaitu situasi dimana siswa bebas menentukan pendekatannya

Untuk pelaksanaan proses pembelajarannya di kelas, penerapan model

discovery ada beberapa tahapan-tahapan yang harus dilalui, yaitu:

a. Tahapan Persiapan

Pada tahapan ini guru mempersiapkan perencanaan pembelajaran, tempat

yang digunakan sebagai tempat pembelajaran dan menyiapkan kebutuhan

pembelajaran yang diperlukan. Kemudian guru mengkondisikan siswa ke arah

pembelajaran serta memberikan motivasi siswa dalam mengikuti

pembelajaran. Guru menjelaskan kepada siswa mengenai materi, tujuan,

pokok-pokok kegiatan dan hasil yang ingin dicapai serta menjelaskan

kepada siswa tentang konsep perubahan kenampakan bulan.

b. Tahapan Pelaksanaan

Pada tahap ini guru memberikan pengarahan kepada siswa mengenai

langkah-langkah pembelajaran melalui model discovery. Tahapan-tahapan

tersebut adalah :

1) Tahap penjelasan materi

Pada tahap ini siswa mendengarkan penjelasan masalah dari guru

tentang perubahan kenampakan bulan. Selain itu, siswa mendengarkan

penjelasan tentang prinsip generalisasi dan pengertian dalam

hubungannya dengan materi.

2) Tahap persiapan pengumpulan data, pengolahan, serta penyimpulan

sementara data.

Pada tahap ini guru mengatur posisi tempat duduk siswa untuk

memudahkan terlibatnya arus bebas pikiran siswa dalam belajar

dengan penemuan. Menjelaskan peranan siswa, menjelaskan masalah

yang harus dipecahkan, mempersiapkan alat peraga yang akan

digunakan untuk kepentingan penemuan, memberi kebebasan kepada

(21)

penyelidikan.

3) Tahap komunikasi

Pada tahap ini guru merangsang siswa untuk berkomunikasi dengan

rekannya misalnya dalam menentukan strategi penemuan, menentukan

hipotesis maupun mengolah data yang terkumpul, membantu jawaban

siswa, ide siswa, pandangan, dan tafsirannya yang berbeda. guru

bukan menilai secara kritis tetapi membantu siswa membuat

kesimpulan yang benar.

4) Tahap kesimpulan atau generalisasi.

Pada tahap ini guru membantu siswa menulis atau merumuskan

prinsip, aturan, ide, generalisasi, atau pengertian yang menjadi pusat

dari masalah semula yang ditemukan melalui strategi penemuan. Guru

mengecek apakah siswa menggunakan pengertian atau teori atau

teknik dalam situasi berikutnya. Pada situasi itu siswa bebas

menentukan pendekatannya.

c. Tahapan Evaluasi

Pada tahapan ini guru mengevaluasi dengan cara memberikan soal untuk

mereka kerjakan.

d. Tahapan Upaya Peningkatan Kemampuan

Pada tahapan ini guru dapat melihat peningkatan kemampuan siswa

melalui model dicovery yang dilakukan oleh siswa. Dari tahapan pertama

sampai tahapan terakhir.

Karena model ini mengutamakan keaktifan siswa untuk menemukan

pemecahan dari masalah secara pribadi dengan maka pengetahuan yang

didapat akan sangat kukuh. Dalam materi perubahan kenampakan bulan siswa

dapat menemukan pemecahan permasalahan yang diberikan oleh guru dengan

langsung mengamatinya dari alat pembelajaran yang telah disediakan.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka diharapkan akan tercipta

pembelajaran yang kondusif, efektif, serta menyenangkan bagi anak sehingga

akan diperoleh hasil belajar yang memuaskan dengan kata lain 90% siswa

(22)

12

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui gambaran perencanaan pembelajaran model discovery

untuk meningkatkan hasil belajar siswa tentang perubahan kenampakan

bulan di kelas IV SDN 6 Arjawinangun Kecamatan Arjawinangun

Kabupaten Cirebon.

b. Untuk mengetahui gambaran pelaksanaan pembelajaran model discovery

untuk meningkatkan hasil belajar siswa tentang perubahan kenampakan

bulan di kelas IV SDN 6 Arjawinangun Kecamatan Arjawinangun

Kabupaten Cirebon.

c. Untuk mengetahui hasil belajar siswa dengan model discovery untuk

meningkatkan hasil belajar siswa tentang perubahan kenampakan bulan

di kelas IV SDN 6 Arjawinangun Kecamatan Arjawinangun Kabupaten

Cirebon.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian tindakan kelas ini

adalah:

a. Bagi Siswa

1) Dapat memotivasi dan membangkitkan siswa dalam pembelajaran

IPA khususnya tentang perubahan kenampakan bulan.

2) Dapat meningkatkan tingkat keberhasilan dalam pembelajaran

pendidikan IPA khususnya tentang perubahan kenampakan bulan.

b. Bagi Guru

1) Dapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPA di SD.

2) Dapat memperbaiki proses pernbelajaran IPA bagi kemajuan hasil

belajar siswa yaitu melalui model pembelajaran discovery.

3) Dapat mengembangkan profesionalisme guru dalam melaksanakan

pernbelajaran IPA.

c. Bagi Sekolah

(23)

pembelajaran di sekolah.

2) Dapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPA SDN 6

Arjawinangun Kecamatan Arjawinangun Kabupaten Cirebon.

3) Dapat membantu tercapainya tujuan pembelajaran pada umumnya,

Khususnya tentang materi perubahan kenampakan bulan.

d. Bagi Peneliti yang Lain

1) Dapat dijadikan sebagai bahan literatur dalam penulisan karya

ilmiah dimasa yang akan datang

E.Batasan Istilah

Untuk memudahkan dan membatasi penelitian skripsi agar terarah pada

pokok permasalahan yang dibahas maka penulis membatasi penelitian dalam

bentuk penguraian maksud dari istilah yang digunakan dalam judul,yaitu:

1. Model discovery, adalah model pembelajaran dimana dalam proses belajar

mengajar guru memperkenalkan siswanya menemukan sendiri informasi

khususnya tentang perubahan kenampakan bulan (Faiq, 2008: 12)

2. Hasil Belajar Perubahan kenampakan bulan adalah prestasi belajar

tentang perubahan bentuk bulan jika diamati dari bumi (Suhartini, 2010:

(24)

28

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi, Subjek dan Waktu Penelitian

2. Lokasi Penelitian

Lokasi tempat penulis melaksanakan penelitian adalah SD Negeri 6

Arjawinangun yang beralamat di Desa Arjawinangun Kecamatan

Arjawinangun Kabupaten Cirebon dengan nilai akreditasi B. SD Negeri 6

Arjawinangun merupakan salah satu sekolah Inpres yang didirikan pada tahun

1982 pada sebidang tanah dengan luas 1470 m2 yang sekarang dipimpin oleh

seorang kepala sekolah yaitu Ibu Drapujawati, SPd dengan jumlah guru

sebanyak 10 orang. Dilihat dari kualifikasi pendidikan,, guru-guru SD Negeri

6 Arjawinangun yang menamatkan sarjana sebanyak 7 orang, menamatkan

D.3 sebanyak 1 orang, SPG sebanyak 2 orang, dan 1 orang penjaga sekolah

dengan lulusan paket B. Untuk lebih jelas, dapat dilihat pada tabel 3.1

Tabel 3.1

Data Kepala Sekolah dan Guru SD Negeri 6 Arjawinangun

No Nama Guru Golongan Pendidikan Jabatan 1 Drapujawati, S.Pd IV.a S.1 Kepala Sekolah 2 Ely Rakhmawati, S.Pd SD IV.a S.1 Guru Kelas 3 Sunarti, S.Pd SD IV.a S.1 Guru Kelas 4 Siti Nurhayati, S.Pd I IV.a S.1 Guru Agama 5 Mustani, S.Pd IV.a S.1 Guru Kelas 6 Heni Yuliarti II.b SPG Guru Kelas 7 Rasima, S.Pd II.b S.1 Guru Olahraga 8 Ichmaruto II.b SPG Guru Kelas 9 Makhrus II.b Paket B Penjaga 10 Ika Kartika Suminar Honorer D.3 Guru Kelas 11 Iin Fadilah, S.Pd SD Honorer S.1 Guru Kelas

(25)

Selain itu pula, Sekolah Dasar Negeri 6 Arjawinangun merupakan

salah satu sekolah ideal dengan jumlah murid sebanyak 204 siswa. Dengan

rincian siswa kelas I sebanyak 28 siswa, kelas II sebanyak 35 siswa, kelas III

sebanyak 37 siswa, kelas IV sebanyak 25 siswa, kelas V sebanyak 36 siswa,

dan kelas VI sebanyak 39 siswa. Untuk lebih jelas, dapat dilihat pada tabel

3.2 di bawah ini.

Tabel 3.2

Jumlah Siswa Keseluruhan SDN 6 Arjawinangun

No Kelas Jmlh Jenis Kelamin Ket. L P

1 Kelas I 28 13 15 2 Kelas II 35 15 20 3 Kelas III 37 19 18 4 Kelas IV 25 17 8 5 Kelas V 36 25 11 6 Kelas VI 39 18 21 Jumlah 200 107 93

Alasan penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 6

Arjawinangun adalah:

a. Sekolah Dasar Negeri 6 Arjawinangun merupakan salah satu sekolah

yang harus ditingkatkan kualitas pendidikannya, khususnya dalam

pencapaian hasil belajar pelajaran IPA.

b. Dalam melakukan penelitian ini, yang bertindak sebagai peneliti adalah

wali kelas tersebut yaitu wali kelas IV Sekolah Dasar Negeri 6

Arjawinangun sehingga memudahkan dalam proses mengidentifikasi

peserta didiknya dan juga mempermudah dalam proses pemantauan serta

mencari data yang diperlukan.

c. Hasil belajar siswa kelas IV tentang perubahan kenampakan bulan

sebagain besar masih dibawah KKM

d. Di kelas IV terdapat pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam tentang

perubahan kenampakan bulan yang tercantum dalam Kurikulum Tingkat

(26)

30

Sekolah ini memiliki beberapa sarana belajar yang cukup memadai dan

bersifat permanen. Diantaranya adalah 6 ruangan tempat belajar mengajar, 1

ruang kepala sekolah, 1 ruang guru, 1 ruang UKS, 1 tempat garasi, 1 ruang

musholah, 1 ruang perpustakaan dan 1 lokal wc siswa. Untuk lebih jelas posisi

ruangan tersebut di atas, dapat dilihat pada gambar 3.1 tentang denah sekolah di

bawah ini.

7. Ruang kantor kepala sekolah

8. WC siswa

Gambar 3.1. Denah Lokasi Sekolah

3. Subjek Penelitian

Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SD

Negeri 6 Arjawinangun, yang terdiri dari 17 orang siswa laki-laki, 8 orang

siswa perempuan dan seluruhnya berjumlah 25 orang. Hal ini dapat terlihat

pada tabel di bawah ini.

(27)

Tabel 3.3 Subjek Penelitian

No Nama Siswa Jenis Kelamin L P

1 Bidin √

2 Salman √

3 Faujiah √

4 Mukhamad Fauzi √ 5 Aliyudin Karim √ 6 Iman Nuryana √ 7 Irfan Maulana √

8 Khotiah Azzahro √

9 Magfuroh √

10 Nina Agustina √ 11 Nuryi Sari √ 12 Jamaludin √

13 Pendi √

14 Syifaur Rohman √ 15 Abdul Kodir Zaelani √ 16 Abdul Hakim √ 17 Angga Prayoga √ 18 Ahmad Maulana √ 19 Abdul Rohim √ 20 Bagas Saputra √

21 Hazimah Shofiyah √ 22 Hamdan Mulia √

23 Iko Afiko √

24 Imron Rosadi √

25 Likha Marhati √ Jumlah 17 8

4. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 16 Juli 2013 sampai dengan

(28)

32

B. Metode dan Desain Penelitian

1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas

yang difokuskan pada situasi kelas atau kita kenal dengan Classroom Action

Research dengan menggunakan model Spiral dari Kemmis dan Mc. Taggart.

Penelitian tindakan kelas menurut Suyanto (1997: 8) adalah; "suatu

bentuk penelitian yang bersifat refleksif dengan melakukan tindakan-tindakan

tertentu untuk memperbaiki atau meningkatkan praktik pembelajaran di kelas

secara lebih professional”. Selanjutnya menurut Suyanto (1997: 7), tujuan

utama penelitian tindakan kelas yaitu memperbaiki praktik pernbelajaran yang

seharusnya dilakukan oleh guru.

Secara prosedur penelitian tindakan kelas ditentukan oleh suatu kajian

reflektif diri secara, inovatif, partisipasi diri, kolaboratif terhadap latar alamiah dan

implikasi dari suatu tindakan. Menurut Hardjodipuro (1997: 6), "Dasar sosial

Classroom Action Research adalah keterlibatan; dasar pendidikannya adalah

perbaikan atau peningkatan mutu baik segi personal maupun keseluruhan

sistem yang terlibat dalarn penelitian Action Research". Dengan demikian

Classroom Action Research adalah suatu upaya pendekatan untuk memecahkan

masalah-masalah pendidikan yang dihadapi guru serta dapat dipecahkan secara

kolaboratif dengan teman sejawat untuk mencapai peningkatan kualitas

pendidikan dan pembelajaran yang dihadapinya.

Dilihat dari masalah yang harus dipecahkan, penelitian tindakan kelas

selalu berangkat dari persoalan praktik pembelajaran yang dihadapi oleh guru dan

ditandai dengan adanya upaya tertentu untuk dicobakan oleh guru, guna

memperbaiki pembelajaran di kelas. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Ebbut

dan Rapport (Kanda, 2001: 46-47) yang mengatakan bahwa;

Penelitian tindakan bertujuan untuk memberian kontribusi praktis kepada mereka yang memberikan persoalan yang membutuhkan penyelesaian segera, dan sama di dalam kerangka etis yang bisa diterima.

(29)

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan

mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : (1) bertujuan untuk perbaikan layanan

profesional guru, (2) bersifat reflektif inkuiri, dan (3) dilakukan secara

kolaboratif

Metode pemaparan data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian

tindakan kelas ini adalah diskriptif, karena penelitian ini berusaha untuk

mendiskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat

sekarang. Adapun karakteristik dasar dari metode diskriptif ini yang

digunakan oleh penulis adalah (1) masalah aktual sebagaimana adanya pada

saat penelitian dilaksanakan, (2) lebih berfungsi sebagai pemecaah masalah

praktis pendidikan sedikit sekali untuk pengembangan ilmu, (3) pemanfaatan

temuan penelitian berlaku pada saat itu pula yang belum tentu relevan bila

digunakan untuk waktu yang akan datang, (4) hasil penelitian disusun dan

disimpulkannya dipaparkan, dideskripsikan sebagaimana mestinya.

2. Desain Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini dilakukan dalam dua tahap yaitu

perencanaan dan pelaksanaan tindakan. Digambarkan peranan dan intensitas

kegiatan, sehingga tampak jelas tingkat dan kualitas kolaborasi dalam

penelitian tersebut untuk dapat membantu menyusun rencana tindakan ini.

Dalam penelitian ini, peneliti meggunakan model Spiral Kemmis dan Mc

Taggart (Kasbolah, 1999:70) yaitu model siklus yang dilakukan secara

berulang dan berkelanjutan, semakin lama diharapkan akan semakin meningkat

perubahan dalam pencapaian hasil. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

(30)

34

Gambar 3.2 Alur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Kasbolah, (1999: 70)

C. Prosedur Penelitian

1. Tahap Perencanaan

Berasumsi pada rancangan dasar penelitian tindakan kelas yang peneliti

gunakan yaitu Model Spiral Kemmis dan Mc. Taggart, bagian awal dari

rencana penelitian tindakan yang akan dilakukan untuk adalah dengan

membuat perencanaan tindakan. Kasbolah (1999: 81) menerangkan bahwa

ada beberapa hal yang harus dilakukan dalam merancang tindakan,

diantaranya adalah;

a. Penentuan bukti yang akan dijadikan indikator untuk mengukur pencapaian pemecahan masalah sebagai akibat dilakukan tindakan. b. Penetapan tindakan-tindakan yang diharapkan akan menghasilkan dampak ke arah perbaikan program.

c. Pemilihan metode dan alat yang akan digunakan untuk mengamati dan merekam atau mendokumentasikan semua informasi tentang pelaksanaan tindakan.

d. Perencanaan metode dan teknik pengolahan data sesuai dengan sifat data dan tujuan penelitian.

Rencana

Refleksi

Observasi

Action

Rencana

Refleksi

Observasi

(31)

Berdasarkan pemaparan di atas, maka pelaksanaan langkah-langkah

yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

a. Permintaan izin pada kepala sekolah untuk melakukan penelitian.

b. Membuat dokumentasi dan wawancara, kegiatan ini dilakukan untuk

mendapatkan gambaran awal dan gambaran pelaksanaan proses

belajar-mengajar.

c. Identifikasi masalah, dilakukan dalam pelaksanaan pembelajaran terhadap

mata pelajaran IPA kelas IV dengan Kurikulkum Tingkat Satuan

Pendidikan. Langkah ini didahului oleh telaah buku sumber terhadap,

tujuan pembelajaran, buku sumber yang digunakan serta, metode

discovery yang dipakai, dapat ditentukan strategi pembelajaran yang

dapat mengoptimalkan prestasi belajar siswa.

d. Menyusun rencana tindakan berupa, siklus tindakan kelas.

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap, ini, peneliti melakukan tindakan-tindakan yang sudah dirancang

dalam rencana pelaksanaan pembelajaran berupa intervensi pada pelaksanaan

kegiatan atau program pembelajaran yang menjadi tugas sehari-hari yang

selanjutnya merupakan bagian dari pelaksanaan siklus dalam penelitian.

Konteks penelitian ini aktivitas dirancang untuk menghasilkan adanya

peningkatan atau perbaikan dalam proses pembelajaran dan hasil yang akan

dicapai khususnya tentang perubahan kenampakan bulan.

Bersamaan dengan dilakukannya tindakan, peneliti melakukan

pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan dan hasil dari proses

pembelajaran.

3. Tahap Observasi

Observasi tidak lain merupakan upaya untuk mengamati pelaksanaan

tindakan. Secara operasional dapat dinyatakan bahwa observasi adalah semua

kegiatan yang ditujukan untuk mengenali, merekam, dan mendokumentasikan

(32)

36

tindakan rencana maupun akibat pembelajaran. Kasbolah (1999: 91-92)

mengemukakan bahwa fungsi observasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu;

a. Untuk mengetahui kesesuaian pelaksanaan tindakan dengan rencana tindakan yang telah disusun sebelumnya. Untuk mengetahui seberapa jauh pelaksanaan tindakan yang sedang berlangsung dapat diharapkan akan menghasilkan perubahan yang diinginkan,

b. Fungsi kedua dari pelaksanaan observasi mempunyai arti yang lebih penting dibandingkan dari fungsi yang pertama. Karena dengan adanya observasi diharapkan dapat dikenali apakah tindakan yang dilakukan mengarah kepada terjadinya perubahan positif dalam proses pembelajaran sesuai dengan yang harapkan.

Hal ini sesuai dengan pendapat Kasbolah (1999: 92) bahwa “Dapat saja

terjadi pelaksanaan tindakan tidak menghasilkan perubahan apapun; atau

perubahan yang terjadi justru bersifat negatif seperti menurunnya kualitas

proses pembelajaran”.

Berdasarkan uraian di atas, tahap observasi dalam pelaksanaan

pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran discovery untuk

meningkatkan kemampuan siswa tentang perubahan kenampakan bulan, ada

beberapa langkah yang dilakukan peneliti diantaranya, yaitu:

a. Mempersiapkan lembar observasi yang menjadi tolok ukur keberhasilan

pembelajaran.

b. Melakukan pengamatan terhadap kinerja guru dan aktivitas siswa.

c. Merekam hasil atau kejadian yang terjadi dalam proses pembelajaran

baik kejadian dari kinerja guru maupun dari aktivitas siswa dalam

pelaksanaan pembelajaran IPA dengan menggunakan model

pembelajaran discovery untuk meningkatkan hasil belajar siswa tentang

perubahan kenampakan bulan.

4. Tahap Analisis dan Refleksi

Tahap ini merupakan kegiatan untuk menganalisis menginterpretasi dan

eksplorasi terhadap semua informasi yang diperoleh dari hasil observasi

terhadap perecanaan dan pelaksanaan siklus yang telah dilakukan sebagai

(33)

pada tahap ini dilakukan diskusi balikan terhadap data apa yang telah

diperoleh atau terekam pada siklus yang telah berlangsung dan ditentukannya

apakah diperlukan pelaksanaan siklus selanjutnya atau tidak.

D. Instrumen Penelitian

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah untuk

memperoleh berbagai informasi yang saling menunjang dan melengkapi satu sama

lainnya, dan dikumpulkan dari subyek penelitian dengan berdasar pada instrumen

penelitian yang digunakan. Instrumen ini berupa lembar observasi, pedoman

wawancara, lembar catatan lapangan, dan lembar tes.

1. Lembar Observasi

Lembar observasi adalah suatu panduan yang digunakan sebagai alat

dalam proses merekam data di lapangan. Observasi atau pengamatan

sendiri menurut Arikunto (2006: 156) adalah kegiatan pemuatan perhatian

terhadap suatu objek dengan menggunakan alat-alat indra. Dalam

melakukan observasi ini, data diambil dari kelas IV SDN 6 Arjawinangun

Kecamatan Arjawinangun Kabupaten Cirebon dengan jumlah siswa

sebanyak 25 siswa yang terdiri dari 17 siswa laki-laki dan 8 siswa

perempuan. SDN 6 Arjawinangun Kecamatan Arjawinangun Kabupaten

Cirebon merupakan salah satu sekolah negeri atas dasar instruksi presiden

(SD Inpres) yang berdiri pada tahun 1982 dengan N.S.S 101021720018

yang berlokasi di desa Arjawinangun dengan alamat Jl. Ki Manten Kec.

Arjawinangun Kab. Cirebon. Observasinya ini dilakukan secara

bersama-sama ketika proses pembelajaran sedang berlangsung.

2. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara adalah sebuah alat acuan dalam pengumpulan data

melalui proses wawancara secara tertutup. Wawancara merupakan salah

satu teknik untuk mengumpulkan data atau informasi melalui komunikasi

yang bersifat langsung dari narasumber atau responden (orang yang

dimintai keterangan), dalam hal ini yang menjadi narasumber adalah guru

(34)

38

dan dari pihak siswa adalah Bidin. Dalam melakukan wawancara ada

beberapa tujuan yang akan diketahui diantaranya yaitu memperoleh

informasi yang dibutuhkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Arikunto

(2006: 155) yang mengatakan bahwa wawancara/interview adalah sebuah

dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi

dari pihak yang diwawancara.

3. Lembar Catatan Lapangan

Kemmis (Wiriaatmaja, 2006: 123) mengatakan bahwa catatan lapangan

adalah catatan tertulis tentang pengamatan, perasaan, tanggapan,

penafsiran, refleksi, firasat, hipotesis, dan penjelasan tentang apa yang

didengar, dilihat, dialami, dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data.

Lembar catatan lapangan ini merupakan alat yang sangat penting dalam

melakukan penelitian kualitatif. Catatan lapangan ini berisi dua bagian,

yaitu (1) deskriptif, reflektif yang berisi pendapat peneliti, gagasan dan

kepedulian. Kedua isi yang diperoleh dari dari lapangan inilah yang akan

digunakan sebagai bahan dalam memperoleh informasi mengenai

pelaksanaan pengawasan yang dilakukan oleh pengawas terhadap guru.

Dalam proses penulisan catatan lapangan ini, peneliti langsung mencatat

berbagai hal yang ditemui di lapangan saat itu.

Supaya tidak terjadi distorsi dari luar, maka penulis melakukan

langkah-langkah sebagai berikut:

a. Pencatatan awal dilakukan sewaktu berada dilatar penelitian dengan

jalan menuliskan hanya kata-kata kunci pada buku catatan

b. Pembuatan catatan lapangan lengkap setelah kembali ke tempat

tinggal dilakukan dalam suasan yang tenang, tidak ada gangguan.

Hasilnya sudah berupa catatan lengkap

c. Memasukan berbagai hal yang terlewat yang belum dicatat dan

dimasukan dalam catatan lapangan.

4. Tes

Tes menurut Linn dan Gronlund (1999:66) adalah sebuah alat atau

(35)

tes dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana tingkat

penguasaan dan pemahaman siswa dalam pembelajaran yang telah

dilaksanakan khususnya mengenai materi perubahan kenampakan bulan.

Proses penjaringan data dengan menggunakan tes dilakukan dengan

aturan-aturan tertentu yang telah ditetapkan guna mengukur bagaimana

hasil pembelajaran tentang materi pembelajaran.

Dalam penelitian ini tes yang digunakan adalah tes tulis yang berbentuk

essay. Tes ini terdiri dari 5 soal yang mana skor dari setiap soal itu

berbeda.

E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Teknik pengolahan dan analisa data yang digunakan dalam penelitian ini

dilakukan melalui tahap pengumpulan, kodifikasi data, dan kategori data. Pada

tahap ini akan dikumpulkan data yang diperoleh dari berbagai instrumen

penelitian, kemudian diberikan kode-kode tertentu sesuai dengan jenis dan

sumbernya. Untuk memudahkan penyusunan kategori data dan perumusan

sejumlah hipotesa mengenai rencana tindakan selanjutnya, peneliti akan

melakukan interpretasi terhadap keseluruhan data penelitian. Pada data hasil

belajar diola dan dianalisis menggunakan persentase dengan rumus

Keterangan:

∑ x = jumlah dari keseluruhan data x = frekuensi banyaknya data

100 = tetapan persentase.

1. Pengolahan Data Proses

a. Pengolahan Data Hasil Observasi

1) Kinerja Guru

Dalam proses observasi, yang dijadikan objek observasi dalam

(36)

40

sampai pada tahap pelaksanaan. Untuk melihat dan mengukur

aktivitas guru, alat yang digunakan adalah lembar observasi

perencanaan pembelajaran dan proses pelaksanaan pembelajaran

aktivitas guru. Setelah data yang dibutuhkan terkumpul, langkah

selanjutnya adalah proses pengolahan data. Proses pengolahan data

ini dimulai dari bagian perencanaan guru dengan menghitung hasil

penaksiran atau penyekoran yang tertulis dalam lembar alat penilaian

perencanaan kinerja guru. Setelah diperoleh skor dari komponen

penilaian langkah selanjutnya adalah menghitung persentase dari

komponen tersebut kemudian menyimpulkan dari hasil keseluruhan

yang diperoleh dari alat penilaian perencanaan pembelajaran dengan

menggunakan acuan penaksiran.

Untuk mengolah data pelaksanaan proses pembelajaran, tidak

berbeda jauh dari proses pengolahan dari perencanaan pelaksanaan

pembelajaran. Yang berbeda di sini hanyalah standar penaksiran atau

deskriptor dari penaksiran tersebut.

2) Aktivitas Siswa

Untuk mengolah skor data yang sudah terkumpul dari proses

aktivitas siswa, digunakan acuan penaksiran skor yang digunakan.

Penaksiran skor tersebut dibagi kedalam 3 kategori yaitu kategori

baik, cukup, dan kurang. Skor tersebut sebelum ditaksirkan, dirubah

terlebih dahulu kedalam bentuk persentase dengan menggunakan

rumus persentase. Setelah dirubah dalam bentuk persentase, barulah

ditaksir seberapa besar keberhasilan yang telah dicapai dari

komponen aktivitas siswa.

b. Hasil Wawancara

Data hasil wawancara diperoleh, maka data tersebut diolah dengan

mencocokkan jawaban responden dengan jawaban yang diharapkan.

(37)

mengetahui keberhsilan pelaksanaan penelitian dengan menggunakan

model discovery dalam bentuk audio.

Ketika jawaban dari responden sesuai dengan jawaban yang diinginkan

maka pertanyaan tersebut diberi skor 1, tetapi ketika tidak sesuai, maka

dengan skor 0. Setelah diperoleh akumulasi skor dari tiap soal dan

jawaban, maka langkah selanjutnya adalah menghitung persentase dari

jawaban yang sesuai dan jawaban yang tidak sesuai.

c. Hasil Catatan Lapangan

Catatan lapangan merupakan rekaman dari kejadian-kejadian yang telah

terjadi selama pelaksanaan proses pembelajaran dalam penelitian. Hasil

catatan lapangan ini dijadikan penyesuaian antara hasil yang sudah

tertulis dalam alat penilaian kinerja guru dan aktivitas siswa.

Dalam pengolahannya, hasil catatan lapangan ini dikelompokkan ke

dalam beberapa kategori yang saling berhubungan yaitu kategori

aktivitas siswa dan kategori kinerja guru. Setelah dikelompokkan

kedalam beberapa kategori, data hasil dari pengelompokkan tersebut

disesuaikan dengan data yang sudah terkumpul dari instrumen-instrumen

penilaian yang digunakan.

2. Pengolahan Data Hasil

Evaluasi merupakan tahapan yang ketiga dalam pelaksanaan proses penelitian

tindakan kelas. Hasil evaluasi ini diperoleh dari jumlah jawaban yang benar

dalam tes evaluasi yang masih dalam bentuk skor. Setelah jumlah skor dari

jawaban yang benar diperoleh, kemudian dikonversi kedalam bentuk nilai

dengan menggunakan standar skor ideal. Cara yang digunakan adalah skor

yang diperoleh dibagi dengan skor ideal kemudian dikali dengan 100 persen.

Setelah diperoleh nilai akhir, maka dilakukan seleksi berdasarkan KKM yang

(38)

42

F. Validasi Data

Validasi data dalam penelitian ini merujuk pendapat Hopkins (Wiriaatmadja,

2005: 168-171) antara lain:

1. Member Check, yakni meninjau kembali keterangan-keterangan atau

informasi data yang diperoleh selama observasi atau wawancara, dengan cara

membicarakan kembali dengan guru maupun siswa melalui kegiatan

reflektif-kolaboratif pada setiap akhir kegiatan pembelajaran.

Pada kesempatan ini peneliti mengemukakan hasil temuan sementara untuk

memperoleh tanggapan, sanggahan atau informasi tambahan baik dari guru

maupun siswa, sehingga terjaring data yang benar dan memiliki derajat

validasi yang tinggi.

2. Triangulasi, yakni memeriksa kebenaran data yang diperoleh peneliti,

dengan membandingkan terhadap hasil yang diperoleh sumber lain yakni

guru dan siswa. Tujuannya untuk memperoleh derajat kepercayaan data yang

maksimal. Selain itu juga dilakukan kegiatan wawancara dengan siswa,

dengan tujuan untuk mendapat gambaran tentang persepsi siswa terhadap

pelaksanaan pembelajaran. Hasil triangulasi ini kemudian dijabarkan dalam

bentuk catatan lapangan.

3. Audit Trail, yakni mengecek kebenaran prosedur dan metode pengumpulan

data dengan cara mendiskusikannya dengan guru, pembimbing, peneliti

senior, dan teman-teman peneliti. Kegiatan ini dilakukan untuk memperoleh

data dengan validasi yang tinggi.

4. Expert Opinion, dilakukan dengan cara mengkonsultasikan hasil temuan

peneliti kepada para ahli. Dalam kegiatan ini, peneliti mengkonsultasikan

hasil temuan peneliti kepada pembimbing untuk memperoleh arahan dan

masukan sehingga temuan penelitian dapat dipertanggungjawabkan.

Berangkat dari uraian di atas tentang pengolahan data yang diperlukan dalam

penelitian ini, maka tahapan-tahapan pengolahan data tersebut peneliti gunakan

sebagai prosedur pengolahan data pokok yang diperlukan. Langkah-langkah yang

(39)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Hasil penelititan melalui pengolahan data, analisis data, dan pembahasan

hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai penerapan model discovery untuk

meningkatkan hasil belajar siswa tentang perubahan kenampakan bulan siswa

kelas IV SDN 6 Arjawinangun Kecamatan Arjawinangun Kabupaten Cirebon,

penulis menarik kesimpulan sebagai berikut.

1. Perencanaan penerapan pembelajaran dengan menerapkan model discovery

meliputi permintaan ijin, pemilihan metode pembelajaran, serta penentuan

bentuk, cara, serta alat evaluasi yang akan dilaksanakan. Hasil dari perencanaan

pembelajaran dengan menerapkan model discovery dari setiap siklusnya

mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari hasil data yang diperoleh

dari hasil observasi perencanaan guru dalam mendesain pembelajaran dengan

menerapkan model discovery. Dari hasil kinerja guru pada siklus I

memperoleh 69%, kemudian menjadi 72% pada siklus II dan menjadi 92,4%

pada siklus III.

2. Pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan model discovery

dilakukan di dalam kelas. Dalam pembelajarannya dilakukan secara individu

dan kelompok. Hasil dari pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan

model discovery dari setiap siklusnya mengalami peningkatan. Hal ini dapat

dilihat dari hasil data yang diperoleh dari hasil observasi kinerja guru dan

aktivitas siswa. Dari hasil kinerja guru pada siklus I memperoleh 58%

kemudian menjadi 77% pada siklus II dan menjadi 96% pada siklus III.

Sedangkan untuk aktivitas siswa pada siklus I memperoleh 65%, kemudian

menjadi 87% pada siklus II dan menjadi 92% pada siklus III.

(40)

98

3. Hasil belajar siswa dengan menggunakan model discovery yang berpedoman

pada kriteria ketuntasan minimal sebesar 70. Pada hasil pre test jumlah siswa

yang dinyatakan tuntas sebanyak 7 siswa atau 10%, kemudian pada siklus I

menjadi 10 siswa atau 40%. Kemudian pada siklus II menjadi 18 siswa atau

72%. Kemudian pada siklus III semua siswa dinyatakan tuntas berdasarkan

KKM atau dengan kata lain terjadi peningkatan dari setiap siklusnya sampai

mencapai ketuntasan 100%.

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari hasil penelitian yang telah dilakukan,

maka dapat disimpulkan pula bahwa hipotesis yang diajukan oleh peneliti

diterima, yaitu penerapan model discovery dalam proses pembelajaran IPA dapat

meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN 6 Arjawinangun tentang

perubahan kenampakan bulan.

B. Saran/ Rekomendasi

Berdasarkan hasil temuan yang diperoleh dalam penelitian ini, penulis

mengajukan saran-saran sebagai berikut:

1. Bagi Guru

a. Guru harus memiliki kemampuan dan mampu mengelola kelas serta dapat

menciptakan pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif dan menyenangkan

dalam setiap pembelajaran khususnya dengan menggunakan model

discovery.

b. Hal yang perlu diperhatikan guru sebelum menggunakan model discovery

yaitu melihat keadaan lingkungan sekitar, menyiapkan berbagai solusi

ketika muncul masalah, serta memperhatikan kesiapan siswa dalam proses

pembelajarannya.

c. Guru hendaknya harus selalu termotivasi untuk meningkatkan kemampuan

dan profesionalismenya, dalam upaya membantu siswa mempermudah

dan menguasai materi yang diajarkan.

d. Guru hendaknya bersifat selektif dalam memilih model pembelajaran yang

tepat dalam setiap pembelajaran sesuai dengan materi yang akan

(41)

2. Bagi Siswa

a. Jangan mudah merasa puas dalam memahami konsep pelajaran IPA

khususnya materi perubahan kenampakan bulan.

b. Selalu memperhatikan penjelasan guru ketika sedang menjelaskan suatu

konsep pelajaran IPA khususnya tentang materi perubahan kenampakan

bulan.

c. Bertindak kerjasama dalam tim dan bersikap sportif selama melakukan

pembuktian materi.

3. Bagi Sekolah

a. Hendaknya selalu memberikan dukungan bagi guru yang selalu ingin

mengembangkan dan memajukan dunia pendidikan, salah satunya dengan

menerapkan model pembelajaran yang bersifat inofativ, kreatif, efektif,

dan menyenangkan khususnya dalam proses belajar mengajar

pembelajaran IPA.

b. Sebagai acuan pengambilan kebijakan dalam dunia pendidikan.

c. Memberikan pengahargaan sebagai pemacu motivasi bagi guru yang mau

berkreasi mendesain proses pembelajaran yang menarik bagi siswa

(42)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad. 2005. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Tiga Serangkai

Asri. 2011. IPA untuk Kelas IV. Jakarta: Erlangga

Bundu, Patta. 2006. Penelitian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah. Jakarta: Depdiknas Dirjen Dikti Direktorat Ketenagaan

Dahar, R.W. 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga

Daryanto. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia Lengkap. Jakarta: Depdikbud

Faiq (2008) Karakteristik Peserta Didik dalam Proses Pembelajaran. [online]. Tersedia:http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2009/03/karakteristik -peserta-didik-dalam.html [Rabu 08 Februari 2013]

Hanuri. 2011. Metode Pembelajaran Discovery. http://www.psb-psma.org/content/blog/3474-metode-pembelajaran-discovery. (download 2011-05-18)

Hardjodipuro. 1997. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: IKIP Jakarta

Joyce, B dan Weil M. 2000. Models of Teaching. Boston Ally and Bascon

Kanda. 2001. Pendekatan Kualitas Pembelajaran IPS di SD (Tesis) UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan

Kasbolah. 1999.Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti Proyek PGSD

Komaruddin. 2000. Kamus Istilah Karya Tulis Ilmiah. Jakarta: Bumi Aksara

Nasution. 1988. Metode Penelitian Naturalistik-Kualitatif. Bandung: Tarsito

Sagala. 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta

Samatowa. 2006. Bagaimana Membelajarakan IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas Dirjen Dikti Direktorat Ketenagaan

Sarkim. 1998. Humaniora dalam Pendidikan Sains. Pendidikan Sains yang Humanistis. Yogyakarta: Kanisius

(43)

Aksara Cetakan keempat

Suryosubroto. 2002. Macam-macam Metode Pembelajaran.

http://martiningsih.blogspot.com/2007/12/macam-macam-metode-pembelajaran.html. (download 2011-05-18)

Suyanto. 1997. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Dirjen Dikdasmen

Gambar

Tabel
Tabel 1.1 Data Awal Siswa Kelas IV SDN 6 Arjawinangun
Gambar 1.1 Grafik Jumlah Ketuntasan Siswa pada Data Awal
Tabel 3.1  Data Kepala Sekolah dan Guru SD Negeri 6 Arjawinangun
+5

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan Hasil Evaluasi Dokumen Penawaran dan Evaluasi Dokumen Teknis, dengan ini POKJA II Unit Layanan Pengadaan Kabupaten Bangka Tengah mengundang Saudara agar dapat hadir pada

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, maka dari itu tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, peneliti tidak akan

Tema arsitektur minimalis sebagai pilihan dengan tujuan bangunan baru yang akan dibangun dapat memberi kesan rendah hati pada Istana Maimun dan konteks yang ada pada lahan

Penggunaan Model Pembelajaran Two Stay Two Stray (Tsts) Berbantuan Simulasi Komputer Untuk Meminimalisasi Miskonsepsi Pada Materi Momentum Dan Impuls.. Universitas Pendidikan

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif (qualitative approach), dengan metode studi kasus (case study). Proses pengumpulan data dilakukan

Sehingga dalam mengakses data dapat lebih cepat, pencarian informasi untuk calon penumpang lebih mudah, dan mengurangi waktu dalam melayani penjualan tiket jika terjadi

Isolasi Senyawa Flavonoida dari Bunga Tumbuhan Mawar Putih (Rosa hybrida L.. Medan: Universitas Sumatera Utara,

Tujuan dan fungsi layanan konseling perorangan dimaksudkan untuk memungkinkan siswa mendapatkan layanan langsung, tatap muka dengan konselor sekolah dalam rangka