• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI KELURAHAN PERBUTULAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN CIREBON.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI KELURAHAN PERBUTULAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN CIREBON."

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP

PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI KELURAHAN PERBUTULAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN CIREBON

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi

Oleh

Rhizka Indriantika Destiyanti 1001680

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP

PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI KELURAHAN PERBUTULAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN CIREBON

Oleh

Rhizka Indriantika Destiyanti 1001680

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Rhizka Indriantika Destiyanti 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN RHIZKA INDRIANTIKA DESTIYANTI

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI KELURAHAN PERBUTULAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN CIREBON

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING : Pembimbing I

Prof. Dr. Achmad Hufad, M.A 195501011981011001

Pembimbing II

Dra. Wilodati, M.Si 196801141992032002

Mengetahui,

Ketua Prodi Pendidikan Sosiologi

(4)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN SKRIPSI INI DIUJI PADA TANGGAL 27 OKTOBER 2014

PANITIA UJIAN SIDANG TERDIRI ATAS : Ketua : Dekan FPIPS UPI

Prof. Dr. H. Karim Suryadi., M.Si NIP. 197008141994021001

Sekretaris : Ketua Program studi Pendidikan Sosiologi Hj. Siti Komariah., M.Si., Ph.D

NIP. 196804031991032002 Penguji :

Penguji I

Prof. Dr. Gurniwan Kamil P, M.Si NIP. 196103231986031002

Penguji II

Dr. Elly Malihah., M. Si NIP. 196604251992032002

Penguji III

(5)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN DAFTAR ISI

PERNYATAAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR GRAFIK ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Perumusan Masalah... 7

D. Tujuan Penelitian... 7

E. Manfaat Penelitian... 7

F. Struktur Organisasi Skripsi ... 8

BAB II PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN ANAK ... 10

A. Status Sosial Ekonomi ... 10

1. Pengertian Status Sosial ... 10

2. Pengertian Status Sosial Ekonomi ... 11

3. Faktor Status Sosial Ekonomi ... 13

B. Keluarga ... 15

1. Pengertian Keluarga ... 15

2. Tujuan Keluarga ... 16

3. Fungsi Keluarga ... 17

(6)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN

C. Pendidikan ... 19

E. Pengertian Pembelajaran Sosiologi ... 29

F. Penelitian Terdahulu ... 32

2. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling ... 38

a. Populasi ... 38

b. Sampel dan Teknik Sampling ... 39

B. Desain Penelitian ... 40

C. Metode Penelitian ... 41

D. Definisi Operasional Variabel ... 42

1. Status Sosial Ekonomi ... 43

F. Proses Pengembangan Instrumen ... 48

1. Uji Coba Instrumen ... 48

2. Uji Validitas ... 48

(7)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN

G. Teknik Pengumpulan Data ... 55

1. Metode Angket atau Kuesioner ... 55

2. Metode Observasi ... 56

3. Metode Dokumentasi ... 57

H. Analisis Data ... 57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 63

A. Hasil Penelitian ... 63

1. Status Sosial Ekonomi di Kelurahan Perbutulan ... 63

a. Faktor Pekerjaan ... 63

b. Faktor Pendidikan ... 66

c. Faktor Pendapatan ... 68

d. Faktor Pemilikan ... 70

e. Variabel Status Sosial Ekonomi ... 72

2. Pencapaian Tingkat Pendidikan Anak di Kelurahan Perbutulan ... 74

3. Pengaruh Status Sosial Ekonomi Keluarga Terhadap Pencapaian Tingkat Pendidikan Anak di Kelurahan Perbutulan ... 76

a. Analisis Korelasi ... 76

b. Koefisien Determinasi (KD)... 77

c. Uji Hipotesis Uji t ... 78

B. Pembahasan ... 79

1. Status Sosial Ekonomi di Kelurahan Perbutulan ... 79

2. Pencapaian Tingkat Pendidikan Anak di Kelurahan Perbutulan ... 82

3. Pengaruh Status Sosial Ekonomi Keluarga Terhadap Pencapaian Tingkat Pendidikan Anak di Kelurahan Perbutulan ... 84

(8)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 89

A. Simpulan... 89

B. Saran ... 90

DAFTAR PUSTAKA ... 92

(9)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Tingkat dan Usia Pendidikan………...………...……… 22

2.2 Penelitian Terdahulu……..………. 32

3.1 Data Usia Wajib Bersekolah di Kelurahan Perbutulan………...…… 39

3.2 Kisi-kisi Instrumen untuk Status Sosial Ekonomi………..…… 46

3.3 Kisi-kisi Instrumen untuk Tingkat Pendidikan……….………... 46

3.4 Nomor Item Valid dan Tidak Valid Instrumen Status Sosial Ekonomi…… 50

3.5 Rekapitulasi besarnya Nilai r (Validitas) Instrumen Status Sosial Ekonomi……….….. 51 3.6 Nomor Item Valid dan Tidak Valid Instrumen Tingkat Pendidikan……... 52 3.7 Rekapitulasi besarnya Nilai r (Validitas) Instrumen Tingkat Pendidikan... 52

3.8 Kriteria Reliabilitas………...………...…….. 54

3.9 Reliabilitas Instrumen Status Sosial Ekonomi………... 54

3.10 Reliabilitas Instrumen Tingkat Pendidikan……..……….... 55

3.11 Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi...……..……… 61

3.12 Kriteria Penilaian Prosentase/Skor……….……..………..…. 62

4.1 Perhitungan Statistik………. 63

(10)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN 4.3 Kategorisasi Faktor Pekerjaan……….……….. 64

4.4 Perhitungan Statistik……….. 66

4.5 Interval Pengkategorian………. 66

4.6 Kategorisasi Faktor Pendidikan………..………... 67

4.7 Perhitungan Statistik………...………... 68

4.8 Interval Pengkategorian………...………... 68

4.9 Kategorisasi Faktor Pendapatan………..………..…. 69

4.10 Perhitungan statistik………. 70

4.11 Interval pengkategorian……… 70

4.12 Kategorisasi Faktor Pemilikan…….………..……….. 71

4.13 Perhitungan statistik………... 72

4.14 Interval Pengkategorian………...……….... 72

4.15 Kategorisasi Variabel Status Sosial Ekonomi………. 73

4.16 Perhitungan statistik……….... 74

4.17 Interval Pengkategorian……….. 75

4.18 Kategorisasi Variabel Tingkat Pendidikan...……….. 75

(11)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

(12)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN DAFTAR GRAFIK

Grafik Halaman

4.1 Faktor Pekerjaan………. 65

4.2 Faktor Pendidikan……..………. 67

4.3 Faktor Pendapatan……….….. 69

4.4 Faktor Pemilikan……….……….... 71

4.5 Gambaran Umum Status Sosial Ekonomi……….………... 73

4.6 Gambaran Umum Tingkat Pendidikan……….. 76

(13)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 01 Surat-surat Penelitian Lampiran 02 Instrumen Penelitian Lampiran 03 Angket Uji Coba Penelitian Lampiran 04 Angket Penelitian

(14)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini adalah di Kelurahan Perbutulan Kecamatan Sumber Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat. Peneliti memilih melakukan penelitian di rumah ibu Hj. Oom karena di tempat itulah dianggap dapat menggambarkan penelitian si peneliti. Lokasi penelitian tersebut dipilih karena di Kelurahan Perbutulan ini terdapat beberapa keluarga yang berstatus sosial ekonomi rendah dan hampir semuanya memilih bekerja daripada meneruskan pendidikan. Permasalahan yang sangat terlihat adalah ketika anak-anak yang seharusnya bersekolah, namun disini mereka lebih memilih membantu orangtuanya bekerja diusaha yang dimiliki masyarakat kalangan atas. Secara demografis, sebelum Sumber menjadi ibukota Kabupaten Cirebon, Perbutulan berstatus desa. Namun sejak Sumber menjadi ibukota Kabupaten Cirebon, Perbutulan berstatus menjadi Kelurahan. Perbutulan mungkin merupakan kelurahan/desa terkecil di Kabupaten Cirebon. Di sebelah barat berbatasan dengan Desa Kaliwadas, lalu berbatasan dengan Desa Watubelah (utara), Kelurahan Sumber (selatan), dan Desa Gegunung (timur). Dengan Gegunung dipisahkan oleh Sungai Cipager, yang berhulu di Gunung Ciremai. Perbutulan dibelah oleh jalan raya yang menghubungkan Sumber dengan Plered, Kecamatan Weru.

2. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling a) Populasi

Arikunto (1998, hlm. 115) mengemukakan bahwa, “Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian”. Sugiyono (2008, hlm. 80) mengemukakan bahwa,

(15)

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah anak-anak yang usianya wajib bersekolah yaitu SD, SMP, dan SMA (7-18 tahun) yang berjumlah 195 orang untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 3.1

DATA USIA WAJIB BERSEKOLAH DI KELURAHAN PERBUTULAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN CIREBON

Sumber : diolah oleh Penulis, Juli 2014

b) Sampel dan Teknik Sampling

Arikunto (1998, hlm. 117) mengemukakan bahwa, “Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti”. Peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi karena keterbatasan waktu, dana dan tenaga. Sampel yang diambil dari populasi harus benar-benar mewakili. Sugiyono (2013, hlm. 118) mengemukakan bahwa, “Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel”. Untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat berbagai teknik sampling yang digunakan. Teknik sampling pada dasarnya dapat dikelompokan menjadi dua yaitu Probability Sampling dan Nonprobability Sampling.

Sugiyono (2013, hlm. 120) mengemukakan bahwa, “Probability Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel”. Sedangkan Nonprobability Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel.

Dalam penelitian pengaruh status sosial ekonomi keluarga terhadap pencapaian tingkat pendidikan anak menggunakan teknik Purposive Sampling. Purposive Sampling adalah teknik penentuan sampel dengan mengambil

orang-orang terpilih atau menentukan sendiri sampel yang diambil dengan pertimbangan

No Jenjang Sekolah Jumlah anak

1 SD 76 orang

2 SMP 37 orang

3 SMA 82 orang

(16)

tertentu. Jadi, sampel ditentukan sendiri oleh peneliti, tidak diambil secara acak dan tingkatan yang diambil adalah lulusan SD, SMP dan SMA.

Radiani (dalam Martono, 2010, hlm.38) memberikan gambaran rumus pintas untuk perhitungan besaran sampel, yaitu sebagai berikut :

Keterangan : n = jumlah sampel yang dicari N = jumlah populasi

= nilai presisi yang ditetapkan

Dalam objek penelitian ini populasinya diketahui sebanyak 195orang, dan tingkat presisi yang ditetapkan sebesar = 15%.

Karena jumlah sampel sebesar 36,19 maka dibulatkan menjadi 36 responden (orang).

B. Desain Penelitian

Martono (2011, hlm. 131) mengemukakan bahwa,

Desain Penelitian (disebut juga rancangan penelitian; proposal penelitian atau usulan penelitian) adalahpenjelasan mengenai berbagai komponen yang akan digunakan peneliti serta kegiatan yang akan dilakukan selama proses penelitian.

(17)

penelitian berfungsi sebagai arah dan pedoman bagi peneliti mengenai apa yang harus dilakukan di lapangan, data apa saja yang harus dikumpulkan, bagaimana cara menganalisis data, dan desain penelitian akan menentukan hasil apa yang harus dicapai setelah menyelesaikan proses penelitian.

Desain penelitian mencakup proses-proses berikut : 1. Identifikasi dan pemilihan masalah penelitian 2. Pemilihan kerangka konseptual

3. Memformulasikan masalah penelitian dan membuat hipotesis 4. Membangun penyelidikan atau percobaan

5. Memilih serta mendefinisikan pengukuran variabel-variabel 6. Memilih prosedur dan teknik sampling yang digunakan 7. Menyusun alat serta teknik untuk mengumpulkan data

8. Membuat coding, serta mengadakan editing dan processing data 9. Menganalisa data dan pemilihan prosedur statistik, dan

10. Penulisan laporan hasil penelitian.

C. Metode Penelitian

Metode adalah prosedur atau cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan tertentu. Metode juga besar pengaruhnya terhadap berhasil tidaknya suatu penelitian, terutama untuk mengumpulkan data, karena data yang diperoleh dari suatu penelitian merupakan gambaran dari obyek penelitian.

Metode penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian adalah metode penelitian deskriptif analitis dengan pendekatan kuantitatif. Metode deskriptif analitis, yaitu suatu metode penelitian yang mendasar pada pemecahan masalah juga berdasarkan pada fakta-fakta dan kenyataan gambaran secara sistematik tentang situasi yang terjadi pada saat sekarang ini dan memusatkan pada kondisi objek permasalahan aktual yang terjadi pada saat penelitian dilaksanakan. Berdasarkan hal tersebut Nazir (2005, hlm. 54), mengemukakan bahwa :

(18)

deskripsi akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang terjadi.

Sugiyono (2009, hlm. 21) mengemukakan bahwa, “Metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas.”Peneliti mengambil metode deskriptif analitis karena ingin mengetahui seberapa besar pengaruh status sosial ekonomi keluarga terhadap pencapaian tingkat pendidikan anak. Dengan metode penelitian deskriptif analitis maka peneliti akan lebih jelas mengenai gambaran umum dari pengaruh status sosial ekonomi keluarga terhadap pendidikan anak, karena penelitian deskriptif analitis bertujuan untuk memberikan gambaran yang lebih detail mengenai suatu gejala atau fenomena.

Pendekatan yang digunakan peneliti adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan ini disebut pendekatan kuantitatif karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik. Metode dan pendekatan ini digunakan untuk melihat pengaruh status sosial ekonomi keluarga terhadap pendidikan anak.

D. Definisi Operasional Variabel

Dalam setiap penelitian pasti terdapat variabel penelitian. Jumlah variabel penelitian bisa hanya satu namun juga bisa lebih dari satu. Variabel adalah konsep yang mempunyai variabilitas. Konsep adalah abstraksi atau penggambaran dari fenomena tertentu. Variabel sering disebut juga sebagai obyek atau masalah penelitian. Variabel penelitian pada hakikatnya merupakan konsep yang nilainya ingin diketahui oleh peneliti. Arikunto (2006, hlm. 118) mengemukakan bahwa, “Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian”.

(19)

dependen (terikat)”. Sedangkan Sugiyono (2011, hlm. 64) mengemukakan bahwa, “Variabel dependen disebut variabel terikat, variabel terikat variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas”.

Dalam penelitian ini menetapkan pengaruh status sosial ekonomi sebagai variabel independen atau variabel bebas (X) dan tingkat pendidikan sebagai variabel dependen atau variabel terikat (Y).

Gambar 3.1 Variabel Penelitian

1. Status Sosial Ekonomi

Sosial ekonomi adalah kedudukan atau posisi seseorang dalam kelompok masyarakat yang ditentukan oleh jenis aktivitas ekonomi, pendidikan serta pendapatan. Narwoko&Susanto (2007, hlm. 156) mengemukakan bahwa,

Status sosial itu sendiri adalah tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial, sehubungan dengan kelompok-kelompok lain di dalam kelompok yang lebih besar lagi.

Beberapa faktor yang dapat menentukan tinggi rendahnya keadaan sosial ekonomi seseorang dalam masyarakat, yaitu :

a) Tingkat pendidikan b) Jenis pekerjaan c) Tingkat pendapatan d) Keadaan rumah tangga e) Tempat tinggal

f) Kepemilikan kekayaan g) Jabatan dalam organisasi h) Aktivitas ekonomi

Pengaruh

Status Sosial

Ekonomi

(20)

2. Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan adalah jenjang ilmu pengetahuan yang didapat dari lembaga pendidikan formal terakhir. Notoatmodjo (2003, hlm. 16) mengemukakan bahwa,

Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik indiviu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan.

Pendidikan formal adalah pendidikan yang didapat di bangku sekolah umum. Tingkat pendidikan seseorang dikatakan rendah bila hanya mampu menamatkan paling tinggi adalah sampai SMP/sederajat. Tingkat pendidikan menengah apabila mampu menamatkan SMU/sederajat. Tingkat pendidikan tinggi bila tamat atau tidak tamat akademi atau perguruan tinggi.

E. Instrumen Penelitian 1. Jenis Instrumen

Penelitian pada dasarnya merupakan suatu upaya memahami masalah-masalah yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Namun pada dasanya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka diperlukan alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan instrumen penelitian. Menurut Sugiyono (2013, hlm. 146) mengemukakan bahwa, “Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian”. Instrumen penelitian menempati kedudukan penting dalam penelitian, karena keberhasilan suatu penelitian dipengaruhi pula oleh intsumen yang digunakan.

Nana Sudjana (dalam Suharsaputra, 2012, hlm. 94-95) mengemukakan bahwa,

Dalam penyusunan instrumen penelitian ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu :

(21)

b. Sumber data/informasi, baik jumlah maupun keragamannya harus diketahui terlebih dahulu, sebagai bahan atau dasar dalam menentukan isi, bahasa, sistematika item dalam instrumen penelitian.

c. Keterandalan dalam instrumen itu sendiri sebagai alat pengumpulan data, baik dari keajegan, kesahihan maupun objektivitas

d. Jenis data yang diharapkan dari penggunaan instrumen harus jelas, sehingga peneliti dapat memperkirakan cara analisis data guna pemecahan masalah penelitian.

e. Mudah dan praktis digunakan, akan tetapi dapat menghasilkan data yang diperlukan.

Secara umum terdapat beberapa jenis instrumen penelitian yang dapat digunakan oleh seorang peneliti, yaitu tes, kuesioner, dan skala. Penelitian ini menggunakan kuesioner atau angket sebagai instrumen penelitian. Instrumen penelitian dalam bentuk pertanyaan yang biasanya dimaksudkan untuk mendapatkan informasi berkaitan dengan pendapat, aspirasi, persepsi, keinginan, keyakinan, dan lain-lain secara tertulis. Arikunto (2010, hlm. 194) mengemukakan bahwa, “Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui”. Sedangkan Sugiyono (2013, hlm. 199) mengemukakan bahwa, “Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya”.

(22)

b. Pendidikan c. Pendapatan d. Pemilikan

Sedangkan kisi-kisi instrumen pada variabel tingkat pendidikan, aspek yang digunakan adalah faktor-faktor yang mempengaruhi. Ada beberapa indikator kebutuhan sosial diantaranya :

a. Keluarga b. Lingkungan c. Teman sebaya

Tabel 3.2

Kisi-kisi Instrumen untuk Status Sosial Ekonomi

Variabel Aspek Indikator No. Pernyataan

Status Sosial

Kisi-kisi Instrumen untuk Tingkat Pendidikan

Variabel Aspek Indikator No. Pernyataan

Tingkat

(23)

Proses pengukuran adalah rangkaian dari empat aktivitas, yakni : 1. Menentukan dimensi konsep penelitian;

2. Rumusan ukuran untuk masing-masing dimensi (pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan dimensi);

3. Tentukan tingkat ukuran yang akan digunakan (Nominal, Ordinal, Interval, Rasio);

4. Tentukan tingkat kesahihan dan keajegan dari alat pengukur.

Skala yang dipakai dalam penelitian ini adalah skala Likert. Djaali (2008, hlm. 28) mengemukakan bahwa, “Skala Likert ialah skala yang dapat dipergunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang suatu gejala atau fenomena pendidikan”.

Skala Likert juga adalah skala yang digunakan untuk mengukur persepsi, sikap atau pendapat seseorang atau kelompok mengenai sebuah peristiwa atau fenomena sosial, berdasarkan definisi operasional yang telah ditetapkan oleh peneliti. Alreck dan Seetle (dalam Suharsaputra, 2012, hlm 82-83) mengemukakan bahwa,

Beberapa kriteria sebagai rambu-rambu dalam menyusun skala sikap yaitu : a. Skala sikap/Likert sebaiknya menggunakan banyak item ketimbang, satu atau

dua item.

b. Skala sikap sebaiknya dapat mengidentifikasi atau menyusun pernyataan yang bersifat pendapat khas akan suatu isu/objek sikap.

c. Skala sikap sebaiknya disusun bervariasi (negatif/positif) sehingga dapat menggambarkan rentang yang memadai akan isu/objek sikap.

d. Harus dipastikan secara rasional bahwa responden tidak akan hanya mengambil pendapat netral.

e. Bila skor dijumlahkan sebaiknya jumlah pernyataan pro/positif dan kontra/negatif harus seimbang.

Untuk menentukan nilai pencapaian tingkat pendidikan anak pada skala pengukuran ini menggunakan skala lima pilihan. Lima pilihan tersebut merupakan jawaban terhadap item berbentuk pernyataan. Pilihan jawabannya antara lain terdiri dari sangat setuju (SS), setuju(S), ragu-ragu(RR), tidak setuju(TS), dan sangat tidak setuju(STS).

3. Teknik Skoring

(24)

yang positif maupun yang negatif. Untuk item positif, rentang skalanya diberikan skor sebagai berikut :

a. Skor 5 diberikan untuk jawaban sangat setuju. b. Skor 4 diberikan untuk jawaban setuju. c. Skor 3 diberikan untuk jawaban ragu-ragu. d. Skor 2 diberikan untuk jawaban tidak setuju.

e. Skor 1 diberikan untuk jawaban sangat tidak setuju.

Sedangkan untuk item negative, rentang skalanya diberikan skor sebagai berikut : a. Skor 1 diberikan untuk jawaban sangat setuju.

b. Skor 2 diberikan untuk jawaban setuju. c. Skor 3 diberikan untuk jawaban ragu-ragu. d. Skor 4 diberikan untuk jawaban tidak setuju.

e. Skor 5 diberikan untuk jawaban sangat tidak setuju.

F. Proses Pengembangan Instrumen 1. Uji Coba Instrumen

Dalam penelitian, uji coba instrumen dilakukan untuk dapat memperoleh nilai validitas dan reliabilitas dari instrumen pengumpulan data mengenai Status Sosial Ekonomi dan Tingkat Pendidikan. Instrumen pengumpulan data akan menentukan baik atau tidaknya data, yang dapat menentukan kualitas dari hasil penelitian. Oleh karena itu, instrumen pengumpulan data yang baik harus memenuhi dua persyaratan dalam pengujian hasil yang diteliti, yaitu valid dan reliabel.

Uji coba instrumen dalam penelitian ini dilakukan di Kelurahan Perbutulan Kecamatan Sumber pada tanggal 09 September 2014 dengan sampel 36 orang. 2. Uji Validitas

Hasil penelitian dikatakan valid apabila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Arikunto (2010, hlm. 211) mengemukakan bahwa,

(25)

memiliki validitas rendah. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat.

Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Kenneth Bailey (dalam Suharsaputra, 2012, hlm. 99) mengemukakan bahwa, “Ada tiga jenis utama validitas yaitu: Face Validity, Criterion Validity, Construct Validity, dengan catatan face validity

cenderung dianggap sama dengan content validity”.Untuk menguji validitas konstruk setiap item dalam indikatornya menggunakan analisis dengan rumus korelasi pearson product moment.

Koefisien korelasi product moment dikembangkan oleh Karl Pearson. Koefisien korelasi ini digunakan untuk mengetahui derajat keeratan dua variabel yang memiliki skala pengukuran minimal interval. Somantri dan Muhidin (2006, hlm. 231) mengemukakan bahwa, “Bila pada perhitungan korelasi Spearman yang dikorelasikan adalah data peringkatnya (rangking), maka pada korelasi product moment data observasinya yang dikorelasikan. Koefisien korelasi product moment

diperoleh dengan rumus :

Dimana:

= koefisien korelasi = jumlah skor item

= jumlah skor total (seluruh item) n = jumlah responden

(26)

Dimana :

= nilai

r = nilai Koefisien Korelasi n = jumlah sampel.

distribusi (Tabel t) untuk α = 0,05 dengan derajat kebebasan (dk = n-2) kaidah keputusan: jika > berarti valid, sebaliknya

< berarti tidak valid

Jika instrumen itu valid, maka dilihat kriteri penafsiran mengenai indeks

korelasinya (r) seperti menurut Riduwan dan Sunarto (2012, hlm.83) diantaranya sebagai berikut:

Antara 0,800 sampai dengan 1,000: sangat tinggi Antara 0,600 sampai dengan 0,799: tinggi

Antara 0,400 sampai dengan 0,599: cukup tinggi Antara 0,200 sampai dengan 0,399: rendah

Antara 0,000 sampai dengan 0,199: sangat rendah (tidak valid)

Berdasarkan rumus perhitungan uji validitas yaitu korelasi pearson product moment, maka diperoleh hasil perhitungan uji validitas item pernyataan (angket)

Status Sosial Ekonomi dan item pernyataan (angket) Tingkat Pendidikan sebagai berikut :

a. Validitas variabel X (Status Sosial Ekonomi)

Hasil perhitungan variabel X yaitu mengenai Status Sosial Ekonomi diperoleh hasil 21 item pernyataan valid dan 9 item pernyataan yang tidak valid, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3. 4

Nomor Item Valid dan Tidak Valid Instrumen Status Sosial Ekonomi

Validitas No. Item Jumlah

(27)

14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 23, 24, 25, 27, 29 Tidak Valid 2, 8, 9, 10, 21, 22, 26, 28,

30

9

Tabel 3.5

Rekapitulasi Besarnya Nilai r (Validitas) Instrumen Status Sosial Ekonomi

No. Item Besarnya Nilai r Hasil Uji

1 0,335 Valid

2 0,041 Tidak valid

3 0,488 Valid

4 0,343 Valid

5 0,347 Valid

6 0,374 Valid

7 0,463 Valid

8 -0,300 Tidak valid

9 0,200 Tidak valid

10 0,217 Tidak valid

11 0,369 Valid

12 0,374 Valid

13 0,361 Valid

14 0,566 Valid

15 0,480 Valid

16 0,469 Valid

17 0,347 Valid

18 0,394 Valid

19 0,413 Valid

20 0,457 Valid

(28)

22 0,288 Tidak valid

23 0,372 Valid

24 0,467 Valid

25 0,398 Valid

26 0,267 Tidak valid

27 0,481 Valid

28 0,241 Tidak valid

29 0,351 Valid

30 0,044 Tidak valid

Sumber :Hasil olah data penulis

b. Validitas variabel Y (Tingkat Pendidikan)

Hasil perhitungan variabel Y yaitu mengenai Tingkat Pendidikan diperoleh hasil 17 item pernyataan valid dan 3 item pernyataan yang tidak valid, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3. 6

Nomor Item Valid dan Tidak Valid Instrumen Tingkat Pendidikan

Validitas No. Item Jumlah

Valid 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 18, 19

17

Tidak Valid 6, 17, 20 3

Tabel 3.7

Rekapitulasi Besarnya Nilai r (Validitas) Instrumen Tingkat Pendidikan

No. Item Besarnya Nilai r Hasil Uji

1 0,338 Valid

2 0,365 Valid

3 0,344 Valid

4 0,516 Valid

(29)

6 0,063 Tidak valid

7 0,700 Valid

8 0,520 Valid

9 0,348 Valid

10 0,662 Valid

11 0,360 Valid

12 0,446 Valid

13 0,460 Valid

14 0,330 Valid

15 0,368 Valid

16 0,468 Valid

17 0,310 Tidak valid

18 0,380 Valid

19 0,608 Valid

20 0,034 Tidak valid

Sumber :Hasil olah data penulis

3. Uji Reliabilitas

Bungin (2010, hlm. 96) mengemukakan bahwa, “Reliabilitas alat ukur adalah kesesuaian alat ukur dengan yang diukur, sehingga alat ukur itu dapat dipercaya atau dapat diandalkan”. Mendesain instrumen penelitian yang reliabel adalah tujuan yang ingin dicapai oleh setiap peneliti. Hal ini karena peneliti tidak ingin proses pengumpulan data akan gagal karena peneliti memiliki instrumen yang buruk. Selain itu karena instrumen penelitian (khususnya adalah angket) adalah wakil satu-satunya peneliti dilapangan sehingga keterpercayaan instrumen penelitian sebagai alat yang betul-betul mewakili peneliti, benar-benar tidak dapat diabaikan. Alat ukur dikatakan memiliki ketepatan, apabila alat ukur tersebut jelas, mudah dimengerti dan terperinci.

(30)

Rentang koefisien reliabilitas berada 0-1,00. Semakin tinggi koefisien reliabilitas mendekati angka 1,00 berarti semakin tinggi reliabilitas. Sebaliknya, jika koefisien semakin rendah mendekati angka 0 berarti semakin rendahnya reliabilitas.

Dalam pengujian reliabilitas instrument penelitian ini menggunakan formula

Cronbach’s Alpha yang dihitung pada item-item yang telah valid dengan menggunakan bantuan program SPSS versi 20. Besar koefisien reliabilitas diinterprestasikan untuk menyatakan kriteria reliabilitas, adalah sebagai berikut:

Tabel 3.8 Kriteria Reliabilitas

Koefisien Reliabilitas Interprestasi

Antara 0,81 sampai dengan 1,000 Antara 0,61 sampai dengan 0,800 Antara 0,41 sampai dengan 0,600 Antara 0,21 sampai dengan 0,400

Sangat Tinggi Tinggi Cukup Rendah

Sumber : Arikunto 2006 a. Instrumen Status Sosial Ekonomi

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan formula Cronbach’s Alpha diperoleh koefisien reliabilitas instrumen Status Sosial Ekonomi sebesar

0,665. Berdasarkan koefisien reliabilitas ini menunjukkan bahwa instrumen Status Sosial Ekonomi tinggi. Hasil yang diperoleh dapat dilihat pada tabel :

Tabel 3.9

Reliabilitas Instrumen Status Sosial Ekonomi

Sumber: Hasil olah data SPSS 20

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

N of Items

(31)

b. Instrumen Tingkat Pendidikan

Berdasarkan hasil perhitugan dengan menggunakan formula Cronbach’s Alpha diperoleh koefisien reliabilitas instrumen Tingkat Pendidikan sebesar

0,707. Berdasarkan koefisien reliabilitas ini menunjukkan bahwa instrumen Tingkat Pendidikan tinggi. Hasil yang diperoleh dapat dilihat pada tabel :

Tabel 3.10

Reliabilitas Instrumen Tingkat Pendidikann

Sumber: Hasil olah data SPSS 20

G. Teknik Pengumpulan Data

Arikunto (dalam Riduwan dan Sunarto, 2012, hlm. 24) mengemukakan bahwa, “Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatanya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya”. Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Selalu ada hubungan antara metode pengumpulan data dengan masalah penelitian yang ingin dipecahkan. Ada beberapa metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian pengaruh status sosial ekonomi keluarga terhadap pencapaian tingkat pendidikan anak, diantaranya adalah :

1. Metode Angket atau Kuesioner

Angket atau kuisioner digunakan untuk mendapatkan keterangan dari sampel. Riduwan (2012, hlm. 25-26) mengemukakan bahwa,

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

N of Items

(32)

Angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain yang bersedia memberikan respon sesuai dengan permintaan pengguna. Tujuan penyebaran angket adalah mencari informasi yang lengkap mengenai suatu masalah dari responden tanpa merasa khawatir bila responden memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan kenyataan dalam pengisian daftar pertanyaan.

Sugiyono (2011. hlm. 192) mengemukakan bahwa, “Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab”. Uma Sekaran (dalam Sugiyono, 2011. hlm. 193) mengemukakan bahwa, “Ada beberapa prinsip dalam penulisan angket sebagai teknik pengumpulan data, yaitu : prinsip penulisan, pengukuran, dan penampilan fisik”.

Peneliti memakai metode angket atau kuisioner tujuannya untuk mencari informasi yang lengkap mengenai pengaruh status sosial ekonomi keluarga terhadap pencapaian tingkat pendidikan anak tanpa merasa khawatir responden memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan kenyataan dalam pengisian daftar pertanyaan. Penelitian status sosial ekonomi keluarga terhadap pencapaian tingkat pendidikan anak memakai angket tertutup (angket berstruktur). Riduwan (2012, hlm. 27) mengemukakan bahwa,

Angket tertutup adalah angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden diminta untuk memilih satu jawaban yang sesuai dengan karakteristik dirinya dengan cara memberikan tanda silang (x) atau tanda checklist (√)

Dengan begitu peneliti dapat mengetahui bagaimana pengaruh dan karakteristik dari responden melalu pengisian angket tertutup ini.

2. Metode Observasi (Pengamatan)

(33)

yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi‟. Faisal (dalam Sugiyono, 2009, hlm. 64) mengemukakan bahwa, “Mengklasifikasikan observasi kedalam tiga jenis yaitu, observasi berpartisipasi, observasi yang secara terang-terangan dan tersamar, dan observasi yang tak berstruktur”.

Riduwan (2012, hlm. 30) mengemukakan bahwa, “Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke objek peneliti untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan”. Dalam penelitian ini peneliti melakukan observasi ke rumah-rumah untuk mengetahui bagaimana kondisi sosial ekonomi yang ada di desa tersebut. Peneliti juga mengunjungi sekolah yang ada di sekitar desa tersebut untuk mengetahui kondisi sekolah dan minat anak-anak dalam bersekolah. Dan peneliti juga mengunjungi pabrik konveksi untuk mengetahui seberapa banyak anak usia sekolah yang bekerja disana. Sehingga peneliti dapat mengetahui bagaimana pengaruh status sosial ekonomi keluarga terhadap pencapaian tingkat pendidikan anak.

3. Metode Dokumentasi

Arikunto (2010, hlm. 274) mengemukakan bahwa, “Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya.

H. Analisis Data

Sugiyono (2013, hlm. 207) mengemukakan bahwa, “Dalam penelitian kuantitatif, analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul”. Kegiatan dalam analisis data adalah: mengelompokan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan.

Prasetyo dan Jannah (2010, hlm 171) mengemukakan bahwa, Tahap-tahap analisis data adalah sebagai berikut :

(34)

Data coding merupakan suatu proses penyusunan secara sistematis data mentah (yang ada dalam kuisioner) ke dalam bentuk yang mudah dibacaolehpengolah data seperti komputer.

2. Pemindahan data ke komputer (data entering).

Data entering adalah memindahkan data yang telah diubah menjadi kode ke dalam mesin pengolah data.

3. Pembersihan data (data cleaning).

Data cleaning adalah memastikan bahwa seluruh data yang telah dimasukkan ke dalam mesin pengolah data sudah sesuai dengan yang sebenarnya.

4. Penyajian data (data output)

Data output adalah hasil pengolahan data. 5. Penganalisisan data (data analyzing)

Penganalisisan data merupakan suatu proses lanjutan dari proses pengolahan data untuk melihat bagaimana menginterpretasikan data, kemudian menganalisinya. Karena penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan kuantitaif maka analisis data yang diambil adalah analisis statistik.

Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan kuantitaif maka analisis data yang diambil adalah analisis statistik. Dalam penelitian pengaruh status sosial ekonomi keluarga terhadap pencapaian tingkat pendidikan anak yang digunakan ialah analisis statistik, diantaranya:

a. Perhitungan prosentase

(35)

Untuk mengetahui hubungan dan pengaruh antar variabel maka diperlukan analisis yang menghubungkan antar variabel. Skala pengukuran diperlukan dalam menganalisis variabel, dan untuk mengkasifikasikan variabel yang akan diukur supaya tidak terjadi kesalahan dalam menentukan analisis data dan langkah penelitian selanjutnya. Skala pengukuran dalam penelitian ini menggunakan skala Likert. Djaali (2008, hlm. 28) mengemukakan bahwa, “Skala Likert ialah skala yang dapat dipergunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang suatu gejala atau fenomena pendidikan”.

c. Analisis data yang dilakukan setelah data responden sudah terkumpul

Teknik analisis data yang digunakan diarahkan untuk menjawab setiap rumusan masalah. Ada tiga rumusan masalah dalam penelitian pengaruh status sosial ekonomi keluarga terhadap pencapaian pendidikan. Di bawah ini dipaparkan rumusan masalah dan cara mengolah data sehingga dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian.

1) Untuk mengetahui seberapa besar status sosial ekonomi keluarga di Kelurahan Perbutulan Kecamatan Sumber Kabupaten Cirebon

Teknik statistik yang digunakan yaitu uji mean dan standard deviation. Setelah mendapat skor mean dan standard deviation, kemudian dibuat kategorisasi skor untuk dijadikan acuan atau norma dalam tingkat pengelompokkan status sosial ekonomi keluarga. Supranto (2000, hlm.50) mengemukakan bahwa,

Pengkategorian ini dapat diperoleh dengan menentukan nilai indeks minimum, maksimum dan interval serta jarak interval sebagai berikut :

Nilai Maksimum = Skor Tertinggi Nilai Minimum = Skor Terendah

Interval =

Penentuan kategori (range)

Nilai minimum + interval Kategori Rendah Nilai kategori rendah +

interval

(36)

interval

Sumber : Supranto (2000, hlm.50)

Dengan metode tersebut diperoleh hasil analisis frekuensi jawaban responden untuk setiap item yang akan di uraikan dengan menggunakan tabel frekuensi. 2) Untuk mengetahui tingkat pendidikan anak-anak di Kelurahan Perbutulan

Kecamatan Sumber Kabupaten Cirebon

Teknik statistik yang digunakan pada rumusan masalah ini sama dengan teknik statistik yang digunakan pada rumusan masalah pertama, yaitu uji mean dan standard deviation. Setelah mendapat skor mean dan standard

deviation, kemudian dibuat kategorisasi skor untuk dijadikan acuan atau

norma dalam tingkat pengelompokkan tingkat pendidikan. Supranto (2000, hlm.50) mengemukakan bahwa,

Pengkategorian ini dapat diperoleh dengan menentukan nilai indeks minimum, maksimum dan interval serta jarak interval sebagai berikut :

Nilai Maksimum = Skor Tertinggi Nilai Minimum = Skor Terendah

Interval =

Penentuan kategori (range)

Nilai minimum + interval Kategori Rendah Nilai kategori rendah +

Sumber : Supranto (2000, hlm.50)

Dengan metode tersebut diperoleh hasil analisis frekuensi jawaban responden untuk setiap item yang akan di uraikan dengan menggunakan tabel frekuensi. 3) Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh status sosial ekonomi keluarga

terhadap pencapaian tingkat pendidikan anak di Kelurahan Perbutulan Kecamatan Sumber Kabupaten Cirebon

(37)

Dimana :

= Koefisien Korelasi Spearman’s rank n = Jumlah Sampel

= Selisih Rank variabel X dan Y

Peneliti dapat memberikan interpretasi terhadap kuatnya suatu hubungan dengan melihat besarnya koefisien korelasi. Berikut ini adalah pedoman untuk memberikan interpretasi terhadap koefisien korelasi:

Tabel 3.11

Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00-0,199 Sangat rendah

0,20-0,399 Rendah

0,40-0,599 Sedang

0,60-0,799 Kuat

0,80-1,00 Sangat kuat

Sumber: Sugiyono (2008, hlm 257)

Setelah mengetahui besaran koefisien korelasi, selanjutnya menghitung uji koefisien determinasi. Uji koefisien determinasi dilakukan untuk mengetahui seberapa besar varian yang terjadi pada variabel Y turut ditentukan oleh varian yang terjadi pada variabel X. Dalam penelitian ini, variabel X yaitu Status Sosial Ekonomi dan variabel Y yaitu Tingkat Pendidikan. Adapun menurut Furqon (2011, hlm.100) rumus uji koefisien determinasi adalah sebagai berikut :

Keterangan :

(38)

Hasil dari perhitungan tersebut kemudian dibandingkan dengan kriteria yang telah ditetapkan. Kriteria penafsiran nilai prosentase menurut Effendi dan Manning (1991, hlm 263) dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.12

Kriteria Penilaian Prosentase/Skor

Prosentase Kriteria

100 % Seluruhnya

75 % - 99 % Sebagian besar

51 % - 74 % Lebih besar dari setengahnya

50 % Setengahnya

25 % - 49 % Kurang dari setengahnya

1 % - 24 % Sebagian kecil

0 % Tidak ada/tak seorang pun

Sumber: Effendi dan Manning 1991

Kemudian dapat dilakukan uji signifikan untuk mengetahui apakah hubungan yang ditemukan signifikan atau tidak, dengan rumus sebagai berikut :

(Sugiyono, 2013, hlm.250) Keterangan :

t = thitung

n = jumlah sampel

r = nilai koefisien korelasi rhitung

Nilai thitung tersebut selanjutnya dibandingkan dengan ttabel dengan kriteria

pengujian :

Jika thitung > dari ttabel maka signifikan

(39)

Kesimpulannya, jika thitung > dari ttabel, maka koefisien korelasinya signifikan

(40)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Di bawah ini merupakan analisis data secara statistik untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui :

1. Seberapa besar status sosial ekonomi keluarga di Kelurahan Perbutulan Kecamatan Sumber Kabupaten Cirebon.

2. Sejauhmana tingkat pendidikan anak di Kelurahan Perbutulan Kecamatan Sumber Kabupaten Cirebon.

3. Seberapa besar pengaruh status sosial ekonomi keluarga terhadap pencapaian tingkat pendidikan anak di Kelurahan Perbutulan Kecamatan Sumber Kabupaten Cirebon.

Berikut ini adalah hasil penelitian yang dilakukan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian.

1. Status Sosial Ekonomi Keluarga di Kelurahan Perbutulan

Di bawah ini akan dipaparkan perhitungan statistik status sosial ekonomi di Kelurahan Perbutulan yang dibagi ke dalam empat faktor, yaitu faktor pekerjaan, faktor pendidikan, faktor pendapatan, dan faktor pemilikan. Yang pertama akan dibahas ialah faktor pekerjaan dan selanjutnya faktor-faktor berikutnya.

a. Faktor Pekerjaan

Berdasarkan perhitungan statistik dengan uji mean dan standar deviation, diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 4.1

(41)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

Dari tabel di atas, diketahui bahwa skor mean yang diperoleh faktor pekerjaan adalah sebesar 23,06, standar deviation sebesar 1,99, nilai maksimum sebesar 28, dan nilai minimum sebesar 17. Adapun untuk menentukan kategori tinggi, sedang dan rendahnya faktor pekerjaan dapat dilihat dari uraian sebagai berikut :

Nilai Maksimum = 28

Nilai Minimum = 17

Range 28 – 17 = 11

Interval 11 : 3 = 3,6

Berdasarkan perhitungan statistika tersebut, maka diperoleh interval pengkategorian faktor pekerjaan sebagai berikut :

Tabel 4.2

Interval pengkategorian

Batas Kategori

17 – 20,6 Rendah 20,7 – 24,3 Sedang 24,4 - 28 Tinggi Sumber: Hasil olah data penulis

Selanjutnya Jawaban responden terhadap faktor pekerjaan diklasifikasi berdasarkan perhitungan frekuensi dan prosentase. Hasilnya dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 4.3

Kategorisasi faktor pekerjaan

Aspek Kategori Frekuensi Prosentase

Pekerjaan

Tinggi 8 22,22

Sedang 26 72,22

Rendah 2 5,56

Jumlah 36 100

(42)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

Jika digambarkan dengan grafik, maka faktor pekerjaan akan nampak sebagai berikut :

Grafik 4.1 Aspek Pekerjaan

(43)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

b. Faktor Pendidikan

Pada faktor pendidikan, perhitungan statistik dengan uji mean dan standar deviation, diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 4.4

Sumber: Hasil olah data SPSS 20

Dari tabel di atas, diketahui bahwa skor mean yang diperoleh faktor pendidikan adalah sebesar 29,06, standar deviation sebesar 3,99, nilai maksimum sebesar 37, dan nilai minimum sebesar 19. Adapun untuk menentukan kategori tinggi, sedang dan rendahnya faktor pendidikan dapat dilihat dari uraian sebagai berikut :

Nilai Maksimum = 37

Nilai Minimum = 19

Range 37 – 19 = 18

Interval 18 : 3 = 6

Berdasarkan perhitungan statistika tersebut, maka diperoleh interval pengkategorian faktor pendidikan sebagai berikut :

Tabel 4.5 Sumber: Hasil olah data penulis

(44)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

Tabel 4.6

Kategorisasi faktor pendidikan

Aspek Kategori Frekuensi Prosentase

Pendidikan

Tinggi 11 30,6

Sedang 18 50

Rendah 7 19,4

Jumlah 36 100

Sumber: Hasil olah data penulis

Jika digambarkan dengan grafik, maka faktor pendidikan akan nampak sebagai berikut :

Grafik 4.2 Faktor Pendidikan

(45)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

c. Faktor Pendapatan

Pada faktor pendapatan, perhitungan statistik dengan uji mean dan standar deviation, diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 4.7 Perhitungan Statistik

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Pendapatan 36 12.00 18.00 15.4722 1.73182

Valid N (listwise) 36

Sumber: Hasil olah data SPSS 20

Dari tabel di atas, diketahui bahwa skor mean yang diperoleh faktor pendapatan adalah sebesar 15,47, standar deviation sebesar 1,73, nilai maksimum sebesar 12, dan nilai minimum sebesar 18. Adapun untuk menentukan kategori tinggi, sedang dan rendahnya faktor pendapatan dapat dilihat dari uraian sebagai berikut :

Nilai Maksimum = 18

Nilai Minimum = 12

Range 18 – 12 = 6

Interval 6 : 3 = 2

Berdasarkan perhitungan statistika tersebut, maka diperoleh interval pengkategorian faktor pendapatan sebagai berikut :

Tabel 4.8

Interval pengkategorian

Batas Kategori

12 – 14,0 Rendah 14,1 – 16,0 Sedang 16,1 – 18 Tinggi

(46)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

Selanjutnya Jawaban responden terhadap faktor pendapatan diklasifikasi berdasarkan perhitungan frekuensi dan prosentase. Hasilnya dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 4.9

Kategorisasi faktor pendapatan

Aspek Kategori Frekuensi Prosentase

Pendapatan

Tinggi 10 27,78

Sedang 17 47,22

Rendah 9 25

Jumlah 36 100

Sumber: Hasil olah data penulis

Jika digambarkan dengan grafik, maka faktor pendapatan akan nampak sebagai berikut :

Grafik 4.3 Faktor Pendapatan

(47)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

Kelurahan Perbutulan memiliki status sosial ekonomi dari pendapatan dengan kategori sedang (47,22%) dengan skor rata-rata 15,47.

d. Faktor Pemilikan

Pada faktor pemilikan, perhitungan statistik dengan uji mean dan standar deviation, diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 4.10

Sumber: Hasil olah data SPSS 20

Dari tabel di atas, diketahui bahwa skor mean yang diperoleh faktor pemilikan adalah sebesar 4,19, standar deviation sebesar 0,66, nilai maksimum sebesar 5, dan nilai minimum sebesar 2. Adapun untuk menentukan kategori tinggi, sedang dan rendahnya faktor pemilikan dapat dilihat dari uraian sebagai berikut :

Nilai Maksimum = 5

Nilai Minimum = 2

Range 5 – 2 = 3

Interval 3 : 3 = 1

Berdasarkan perhitungan statistika tersebut, maka diperoleh interval pengkategorian faktor pemilikan sebagai berikut :

Tabel 4.11

(48)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

Selanjutnya Jawaban responden terhadap faktor pemilikan diklasifikasi berdasarkan perhitungan frekuensi dan prosentase. Hasilnya dapat dilihat dalam table berikut :

Tabel 4.12

Kategorisasi faktor pemilikan

Aspek Kategori Frekuensi Prosentase

Pemilikan

Tinggi 11 30,6

Sedang 22 61,1

Rendah 3 8,3

Jumlah 36 100

Sumber: Hasil olah data penulis

Jika digambarkan dengan grafik, maka faktor pemilikan akan nampak sebagai berikut :

Grafik 4.4 Faktor Pemilikan

(49)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

Maka rata-rata responden di Kelurahan Perbutulan memiliki barang-barang dari hasil bekerja dengan kategori sedang (61,1%) dengan skor rata-rata 4,19.

e. Variabel Status Sosial Ekonomi

Berdasarkan perhitungan statistik dengan uji mean dan standar deviation, diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 4.13

Sumber: Hasil olah data SPSS 20

Dari tabel di atas, diketahuai bahwa skor mean yang diperoleh untuk variabel status sosial ekonomi adalah sebesar 71,78, standar deviation 4,28, nilai maksimum 81 dan nilai minimum 64. Adapun untuk menentukan kategori tinggi, sedang dan rendahnya variabel status sosial ekonomi dapat dilihat dari uraian sebagai berikut :

Nilai Maksimum = 81

Nilai Minimum = 64

Range 81 – 64 = 17

Interval 17 : 3 = 5,6

Berdasarkan perhitungan statistika tersebut, maka diperoleh interval pengkategorian variabel status sosial ekonomi sebagai berikut :

Tabel 4.14

(50)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

Selanjutnya Jawaban responden terhadap variabel status sosial ekonomi diklasifikasi berdasarkan perhitungan frekuensi dan prosentase. Hasilnya dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 4.15

Kategorisasi Status Sosial Ekonomi

Variabel Kategori Frekuensi Prosentase

Status Sosial Ekonomi

Tinggi 7 19,4

Sedang 17 47,2

Rendah 12 33,4

Jumlah 36 100

Sumber: Hasil olah data penulis

Jika digambarkan dengan grafik, maka gambaran umum mengenai variabel status sosial ekonomi akan nampak sebagai berikut :

Grafik 4.5

Gambaran umum variabel Status Sosial Ekonomi

(51)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

sedang sebanyak (47,2%). Sedangkan hanya sebagian kecil respoden yang memiliki status sosial ekonomi dalam kategori tinggi sebanyak (19,4%), dan responden yang memiliki status sosial ekonomi dalam kategori rendah sebanyak (33,4%). Maka dapat disimpulkan bahwa responden yang bekerja di konveksi milik Hj. Oom memiliki status sosial ekonomi keluarga yang tergolong sedang (47,2%) dengan skor rata-rata 71,78.

2. Pencapaian Tingkat Pendidikn Anak di Kelurahan Perbutulan

Berdasarkan perhitungan statistik dengan uji mean dan standar deviation, diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 4.16 Perhitungan Statistik

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Tingkat Pendidikan 36 43.00 66.00 56.4444 5.44817

Valid N (listwise) 36

Sumber: Hasil olah data SPSS 20

Dari tabel di atas, diketahuai bahwa skor mean yang diperoleh untuk variabel tingkat pendidikan adalah sebesar 56,4444, standar deviation 5,44817, nilai maksimum 66 dan nilai minimum 43. Adapun untuk menentukan kategori tinggi, sedang dan rendahnya variabel Tingkat Pendidikan dapat dilihat dari uraian sebagai berikut :

Nilai Maksimum = 66

Nilai Minimum = 43

Range 66 – 43 = 23

Interval 23 : 3 = 7,6

(52)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

Tabel 4.17

Interval Pengkategorian

Batas Kategori

43 – 50,6 Rendah 50,7 – 58,3 Sedang 58, 4 - 66 Tinggi Sumber: Hasil olah data penulis

Selanjutnya Jawaban responden terhadap tingkat pendidikan diklasifikasi berdasarkan perhitungan frekuensi dan prosentase. Hasilnya dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 4.18

Kategorisasi Tingkat Pendidikan

Variabel Kategori Frekuensi Prosentase

Tingkat Pendidikan

Tinggi 14 38,9

Sedang 18 50

Rendah 4 11,1

Jumlah 36 100

Sumber: Hasil olah data penulis

(53)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

Gambaran umum variabel tingkat pendidikan

Tabel dan grafik di atas menjelaskan kategorisasi tingkat pendidikan di Kelurahan Perbutulan, dari tabel dan grafik tersebut dapat dilihat setengah dari responden memiliki tingkat pendidikan dalam kategori sedang sebanyak (50%). Sedangkan respoden yang memiliki tingkat pendidikan dalam kategori tinggi sebanyak (38,9%), dan responden yang memiliki status sosial ekonomi dalam kategori rendah sebanyak (11,1%). Maka dapat disimpulkan bahwa responden yang bekerja di konveksi milik Hj. Oom memiliki tingkat pendidikan yang tergolong sedang (50%) dengan skor rata-rata 56,4.

3. Pengaruh Status Sosial Ekonomi Keluarga terhadap Pencapaian Tingkat Pendidikan Anak di Kelurahan Perbutulan

a. Analisis Korelasi

(54)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

Tabel 4.19

Korelasi variabel X terhadap variabel Y

Correlations

SSE TP

Spearman's rho

Status Sosial Ekonomi

Correlation Coefficient 1.000 .392*

Sig. (2-tailed) . .018

N 36 36

Tingkat Pendidikan

Correlation Coefficient .392* 1.000

Sig. (2-tailed) .018 .

N 36 36

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Sumber: Hasil olah data SPSS

Tabel 4.19 di atas menunjukan hasil koefisien korelasi yang diperoleh yaitu sebesar 0,392. Hasil tersebut masuk ke dalam interval 0,200 – 0,399 (tabel 3.11), sehingga dapat ditafsirkan bahwa hubungan yang terjadi antara variabel status sosial ekonomi dengan tingkat pendidikan adalah hubungan positif dengan tingkat keeratan rendah. Banyak faktor yang dapat memengaruhi dalam upaya meningkatkan status sosial ekonomi, seperti faktor pekerjaan, pendidikan, pendapatan, dan pemilikan.

b. Koefisien Determinasi (KD)

Koefisien determinasi merupakan suatu nilai yang menyatakan besar pengaruh dari variabel independen terhadap variabel dependen. Koefisien determinasi merupakan nilai kuadrat dari korelasi jika dihitung secara manual maka akan diperoleh hasil sebagai berikut :

KD = r2 x 100% = 0,3922 x 100% = 15,37%

(55)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

termasuk dalam penelitian ini. Berdasarkan tabel 3.(tabel 3.12) hasil perhitungan koefisien determinasi sebesar 15,37% termasuk ke dalam kriteria prosentase/skor di rentang 1% - 24%. Artinya status sosial ekonomi sebagian kecil faktor yang mempengaruhi dalam pencapaian pendidikan.

c. Uji Hipotesis Uji t

Pengujian hipotesis (uji-t) dilakukan untuk membuktikan apakah status sosial ekonomi berpengaruh signifikan terhadap tingkat pendidikan, berikut disajikan perhitungan t hitung dengan rumus (Sugiyono, 2013, hlm. 250) :

Maka diperoleh hasil sebagai berikut:

Adapun hipotesis statistik secara parsial yang akan diuji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Hο : ρ = 0, status sosial ekonomi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pencapaian tingkat pendidikan

H1 : ρ ≠ 0, status sosial ekonomi berpengaruh secara signifikan terhadap

pencapaian tingkat pendidikan.

(56)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

Grafik 4.7

Grafik Penolakan dan Penerimaan Ho Variabel Status Sosial Ekonomi terhadap Pencapaian Tingkat Pendidikan

Berdasarkan gambar di atas, dapat dilihat nilai t hitung (2,486) berada di daerah penolakan H0, maka dapat disimpulkan bahwa status sosial ekonomi

memberikan pengaruh secara signifikan terhadap pencapaian tingkat pendidikan, dengan nilai signifikansi yang diperoleh sebesar 0,018 > 0,05 dan t-hitung 2,486 > t-tabel 2,032.

B. Pembahasan

Berikut ini akan dipaparkan pembahasan dari hasil penelitian mengenai pengaruh status sosial ekonomi keluarga terhadap pencapaian tingkat pendidikan anak di Kelurahan Perbutulan Kecamatan Sumber Kabupaten Cirebon. Pembahasan dari hasil penelitian ini terbagi menjadi tiga bagian, yaitu status sosial ekonomi keluarga yang ada di Kelurahan Perbutulan, pencapaian tingkat pendidikan anak di Kelurahan Perbutulan, dan pengaruh status sosial ekonomi anak terhadap pencapaian tingkat pendidikan anak di Kelurahan Perbutulan. 1. Status Sosial Ekonomi Keluarga di Kelurahan Perbutulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dibagi kedalam empat faktor , yaitu faktor pekerjaan, pendidikan, pendapatan, dan pemilikan. Hasil penelitian yang pertama pada faktor pekerjaan lebih dari setengahnya atau sebagian besar responden memiliki status sosial ekonomi dari pekerjaan dalam kategori sedang sebanyak 72,22%, responden dalam kategori tinggi sebanyak 22,22%, dan sebagian kecil

Daerah Penerimaan H0 Daerah penolakan

Ho

t tabel = -2,032 0 t tabel = 2,032 t hitung = 2,486

(57)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

responden yang dalam kategori rendah sebanyak 5,56%. Hasil kedua pada faktor pendidikan tepat setengah dari responden memiliki status sosial ekonomi dari pendidikan dengan kategori sedang sebanyak 50, responden dalam kategori tinggi sebanyak 30,6%, dan dalam kategori rendah sebanyak 19,4%.

Hasil yang ketiga pada faktor pendapatan hampir setengah dari responden memiliki status sosial ekonomi dari pendapatan dalam kategori sedang sebanyak 47,22%. Tidak terdapat jauh perbedaan antara responden yang memiliki status sosial ekonomi dari pendapatan dalam kategori tinggi dan rendah, responden dalam kategori tinggi sebanyak 27,78%, dan responden dalam ketegori rendah sebanyak 25%. Hasil yang keempat pada faktor pemilikan lebih dari setengah responden memiliki status sosial ekonomi dilihat dari barang-barang yang mereka miliki (pemilikan) dalam kategori sedang sebanyak 61,1%, responden dalam kategori tinggi sebanyak 30,6%, dan responden dalam kategori rendah hanya sedikit yaitu sebanyak 8,3%.

Dari keseluruhan faktor yang mempengaruhi status sosial ekonomi menunjukan bahwa hampir setengahnya (47,2%) memiliki status sosial ekonomi sedang, hanya sebagian kecil yang memiliki status sosial ekonomi tinggi (19,4%), dan lebih dari seperempat (33,4%) responden yang memiliki status sosial ekonomi rendah. Dengan skor rata-rata 71,78. Hal ini menunjukan responden di Kelurahan Perbutulan yang bekerja di konveksi memiliki status sosial ekonomi yang sedang dengan prosentase sebanyak 47,2%. Jadi status sosial ekonomi yang dimiliki masyarakat Kelurahan Perbutulan yang bekerja di konveksi dalam kategori sedang sebanyak 47,2%.

Status sosial ekonomi merupakan kedudukan seseorang dalam masyarakat yang ditinjau dari segi ekonomi. dengan Status sosial ekonomi juga merupakan pembentuk gaya hidup bagi keluarga. Dalam Pengantar Sosiologi Setiadi dan Kolip (2011, hlm. 436-439) mengemukakan bahwa,

(58)

benda-Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

benda berharga yang dimiliki, sampai pakaian yang dikenakan sehari-hari dalam kehidupan yang biasa disebut gaya hidup.

Sejalan dengan pendapat yang disampaikan oleh Setiadi dan Kolip diatas, Status sosial ekonomi sedang itu artinya, keadaan keluarga yang bekerja pada konveksi tersebut dalam kategori menengah (sederhana). Dimana status sosial ekonomi yang didapatkan berasal dari pekerjaan yang selama ini mereka kerjakan, dan pendidikan yang ditempuh, serta pendapatan yang mereka dapatkan dari hasil bekerja dapat dibelikan barang-barang yang dapat mengisi rumah mereka. Jadi mereka masih dapat membagi waktu mereka antara bekerja, dan mengurus rumah tangga. Keadaannya ekonominya tidak terlalu dibawah rata-rata tetapi tidak juga diatas rata-rata. Pekerjaannya mengikuti saja pekerjaan yang ada, dan pendidikannya hanya mengikuti saja pendidikan yang dianjurkan pemerintah tanpa ada niatan untuk meneruskan pendidikan yang lebih baik lagi. Keluarga yang berada pada status sosial ekonomi sedang ini berkecukupan dalam memenuhi kebutuhan dirinya. Interaksi sosialnya pun berjalan dengan baik.

(59)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

itu penting. Walaupun biaya pendidikan mahal mereka tetap mengusahakan melanjutkan pendidikan. Mereka yang masuk dalam kategori ini memiliki ruang lingkup interaksi yang lebih luas dan bervariasi dibandingkan dua kategori lainnya. Mereka akan lebih mendapatkan penghargaan yang tinggi di masyarakat. Gaya bahasa yang mereka gunakan lebih beragam dan berkelas dibanding kategori lainnya.

Terakhir responden yang bekerja di konveksi dalam kategori status sosial ekonomi rendah sebanyak 33,4%. Status sosial ekonomi rendah (dibawah rata-rata), artinya mereka yang berada di dalam kategori ini ada dipaling bawah diantara kategori yang lainnya. Mereka tidak dapat memilih untuk melanjutkan pendidikannya, karena mereka diharuskan untuk bekerja keras membantu kebutuhan keluarganya. Mereka menghabiskan sebagian besar aktivitasnya di tempat kerja, dan sulit membagi waktunya untuk keluarga. Responden yang berada pada kategori ini kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, apalagi dalam menaikan status sosialnya dengan pendidikan. Keluarga dalam kategori rendah ini tidak dapat menunjang tumbuh kembang anak, karena orang tua tidak dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik primer maupun sekunder. Interaksi sosialnya pun sangat terbatas, mereka berinteraksi hanya di kalangan pekerja konveksi saja. Sikap dan rasa penghargaan masyarakat terhadap mereka pun rendah.

Status sosial ekonomi diperlukan untuk melihat seberapa besar kedudukan kita di masyarakat. Orang yang memiliki status sosialnya tinggi, akan mendapatkan kedudukan yang lebih tinggi dan mereka akan mendapatkan penghormatan yang lebih besar. Serta mereka dapat dengan mudah memenuhi kebutuhan hidupnya. Responden yang bekerja di konveksi sebagian besar berstatus sosial ekonomi sedang, jadi tidak terlalu ada kesenjangan sosial yang begitu terlihat di sana. Semuanya sama, mereka bekerja disitu karena untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, ataupun keluarganya.

Gambar

Tabel 3.7
Tabel 3.8
Tabel 3.11
Tabel 3.12
+7

Referensi

Dokumen terkait

Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh guru dalam melakukan penilaian, agar penilaian yang dilakukan dapat memberi gambaran yang sebenarnya tentang keberhasilan siswa

Anggota, beberapa Anggota, atau penguasa internasional yang bersangkutan dapat sewaktu-waktu, dimana ratifi kasi Konvensi ini dapat dicabut sesuai dengan ketentuan Pasal

Konsep rumah tangga pertanian adalah rumah tangga yang salah satu atau lebih anggota rumah tangganya melakukan dan bertanggungjawab dalam kegiatan pembudidayaan,

oleh para penderita TB paru dalam melakukan pengobatan dan hal-hal yang. memengaruhi perilaku tersebut atau yang disebut sebagai determinan

Approved by the Department of English, Faculty of Cultural Studies University of Sumatera Utara (USU) Medan as Thesis for the Sarjana

KEPEDULIAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI ANCAMAN TSUNAMI DI KOTA SIBOLGA Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu..

Based on the statement above, one of the advantages of playing online games is increasing one's ability in English language, because in playing online games, inadvertently we

Usaha konservasi tradisional pada masyarakat Suku Yali Kampung Hubakma secara langsung sudah terlihat dari cara pengambilan kulit kayu yang dijadikan sebagai bahan baku pembuatan