• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK USIA DINI MELALUI SENAM FANTASI: Penelitian Tindakan Kelas Pada Kelompok B di Paud Alfani Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor Tahun Ajaran 2013-2014.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK USIA DINI MELALUI SENAM FANTASI: Penelitian Tindakan Kelas Pada Kelompok B di Paud Alfani Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor Tahun Ajaran 2013-2014."

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

Dini Nurmalina Firsty, 201

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK

USIA DINI MELALUI SENAM FANTASI

(Penelitian Tindakan Kelas Pada Kelompok B di Paud Alfani Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor Tahun Ajaran 2013-2014)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

Oleh:

Dini Nurmalina Firsty

0904033

PROGRAM STUDI

PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

JURUSAN PEDAGOGIK

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

4

Dini Nurmalina Firsty, 201

NO DAFTAR : 22/PGPAUD/VI/2014

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK USIA DINI MELALUI SENAM FANTASI

(Penelitian Tindakan Kelas pada Kelompok B di Paud Alfani Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor Tahun Pelajaran 2013-2014)

Oleh

Dini Nurmalina Firsty

Skripsi diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana

pada Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu

Pendidikan

©Dini Nurmalina Firsty 2014

Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2014

Hak cipta dilindungi undang-undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,

(3)

Dini Nurmalina Firsty, 201

LEMBAR PENGESAHAN

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK USIA DINI MELALUI SENAM FANTASI

(Penelitian Tindakan Kelas pada Kelompok B di PAUD Alfani Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor Tahun Pelajaran 2013-2014)

Oleh

Dini Nurmalina Firsty 0904033

Disetujui dan disahkan oleh: Pembimbing I

Rudiyanto, S.Pd., M.Si. NIP. 19740617 199903 1 003

Pembimbing II

I Gusti Komang Aryaprastya Agus. S.Pd., M. Hum. NIP. 19770312 200812 1 001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia

(4)

Dini Nurmalina Firsty, 201

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK USIA DINI MELALUI SENAM FANTASI

(Penelitian Tindakan Kelas pada Kelompok B di Paud Alfani Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor Tahun Pelajaran 2013-2014)

Dini Nurmalina Firsty 0904033

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan berdasarkan temuan masalah yang berkaitan dengan kemampuan motorik kasar anak di kelompok B PAUD Alfani, Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor. Permasalahan tersebut menuntut perlunya solusi baik berupa pendekatan, metode atau teknik pembelajaran untuk mengatasi masalah tersebut. Pembelajaran yang dikembangkan adalah pembelajaran kegiatan senam fantasi. Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan motorik kasar anak setelah diterapkan kegiatan senam fantasi. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas pada anak kelompok B PAUD Alfani sebanyak 14 orang anak. Teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif dengan pelaksanaan tahapan diantaranya reduksi data, paparan data dan penyimpulan.Kondisi awal kemampuan motorik kasar anak di PAUD Alfani. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara kemampuan motorik kasar anak yang sebelumnya belum bisa berlari dengan sikap yang benar, belum mampu memutar badan dengan benar, belum dapat melakukan ancang-ancang sebelum berlari dan melompat, belum mampu membungkukan pinggul, lutut dan pergelangan kaki, dan lain sebagainya. Namun setelah dilakukan kegiatan senam fantasi anak bisa melakukan kegiatan dengan benar walaupun sebelumnya harus dibimbing oleh guru tetapi lama kelamaan menjadi bisa melakukan kegiatan sendiri tanpa dibantu. Kemampuan motorik kasar belum banyak berkembang hal ini dibuktikan dari presentase setiap kategori. Kategori kurang (K) sebesar 71%, kategori cukup (C) 29%, dan kategori baik (B) 0%. Kemampuan motorik kasar anak mengalami peningkatan setelah dilakukan pembelajaran senam fantasi pada setiap katergori. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya presentase pada kategori baik. Kategori kurang sebanyak 0%. Kategori cukup sebanyak 14%. Kategori baik sebanyak 86%. Rekomendasi yang diberikan untuk guru yaitu kegiatan senam fantasi dapat dijadikan alternatif pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar anak usia dini.

(5)

Dini Nurmalina Firsty, 201

INCREASING ABILITY OF MOVEMENT FOR EARLY

CHILDHOOD THROUGH GYMNASTIC FANTASY

(Classroom Action Research on Group B in Paud Alfani District Kemang District of Bogor Academic Year 2013-2014)

Dini Nurmalina Firsty

0904033

ABSTRACT

This study was conducted based on the findings of the problems associated with gross motor abilities of early childhood children in group B Alfani, Kemang Subdistrict Bogor Regency. The problem requires the solution in the form of approaches, methods or learning techniques to overcome these problems. Learning is a learning activity developed fantasy gymnastics. Whereas the purpose of this study was to determine the child's gross motor skills improvement after implementation fantasy gymnastics activities. This study uses action research in early childhood education of children in group B Alfani many as 14 children. Data collection techniques used in this study is the observation, interviews, and documentation studies. The data analysis technique used is a qualitative data analysis including data reduction phases of implementation, exposure of data and beginning. Gross motor skills in early childhood child Alfani. Based on observations and interviews gross motor ability of children who previously have not been able to run with the right attitude, the agency has not been able to play properly, can not square off before running and jumping, yet capable of bending the hips, knees and ankles, and so forth . However, after the fantasy gymnastic activities children can do the activities correctly despite earlier should be guided by the teacher but could over time become their own activities without assistance. Gross motor skills undeveloped is evidence of the percentage of each category. Categories less (K) by 71%, enough category (C) 29%, and both categories (B) 0%. Gross motor skills a child has increased after learning gymnastics at every categories fantasy. This is evidenced by the increased percentage in both categories. Categories A total of 0%. Categories quite as much as 14%. Both categories as much as 86%. Recommendations are given to teachers, gymnastic activities can be used as an alternative fantasy of learning to improve the gross motor abilities of early childhood.

(6)

Dini Nurmalina Firsty, 201

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian... 1

(7)

Dini Nurmalina Firsty, 201

H. Teknik Pengolahan dan Analisis Data... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian... 45 1. Kondisi Objektif Kemampuan Motorik Kasar Anak di PAUD Alfani... 50 2. Pelaksanaan Senam Fantasi dalam Meningkatkan Kemampuan Motorik

kasar Anak ... 49 a. Siklus Satu... 50 b. Siklus Dua... 65 3. Peningkatan Kemampuan Motorik Kasar Anak Setelah Diterapkan

senam Fantasi... 80 B. Pembahasan... 82 1. Kondisi Objektif Kemampuan Motorik Kasar Anak di PAUD Alfani... 82 2. Pelaksanaan Senam Fantasi dalam Meningkatkan Kemampuan Motorik

Kasar Anak... 83 3. Peningkatan Kemampuan Motorik Kasar Anak Setelah Diterapkan

Senam Fantasi ... 85

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan... 88 B. Rekomendasi... 89

(8)

Dini Nurmalina Firsty, 201

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di PAUD Alfani yang beralamat di

JL. Letkol Atang Senjaya, Patambran Kecamatan Kemang. Kabupaten Bogor

Barat 14310. Lokasi penelitian ini dipilih karena proses penyelenggaraan

pembelajaran khususnya motorik kasar masih belum optimal. Subjek penelitian

ini adalah peserta didik kelas B di PAUD Alfani tahun ajaran 2014-2015 yang

berjumlah 14 anak.

B. Desain Penelitian

Menurut Lewin (1990, Aqib, 2009:21), pelaksanaan penelitian dalam satu

siklus terdiri atas empat langkah yaitu: (1) perencanaan (Planning), (2) aksi atau

tindakan (acting), (3) observasi (observing), dan (4) refleksi (Reflecting).

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) secara prosedur biasanya meliputi

beberapa siklus, yang disesuaikan dengan tingkat permasalahannya yang akan

dipecahkan dan kondisi yang akan ditingkatkan (Mulyasa, 2011:70). Siklus

pertama dalam penelitian tindakan kelas ini terdiri dari empat kegiatan pada siklus

kedua dapat berupa kegiatan yang sama dengan kegiatan sebelumnya apabila

ditunjukan untuk mengulangi kesuksesan atau menguatkan hasil (Suhardjono,

2009: 74).

Ada beberapa model yang dapat diterapkan dalam penelitian tindakan kelas

(PTK) tetapi yang paling dikenal dan biasa digunakan adalah model yang

dikemukakan oleh Kemis & Mc Taggart. Adapun model PTK dimaksud

menggambarkan adanya empat langkah (dan pengulangannya), yang disajikan

(9)

Dini Nurmalina Firsty, 201

SIKLUS PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Gambar 3.1

Sumber: Arikunto (2013:137)

Perencanaaan

Pelaksanaan

Pengamatan

Refleksi

SIKLUS I

Perencanaaan

Pelaksanaan

Pengamatan

Refleksi

SIKLUS II

SIKLUS III

(10)

30

Dini Nurmalina Firsty, 201

Keempat langkah tersebut merupakan satu siklus atau putaran, artinya

sesudah langkah ke-4, lalu kembali ke-1 dan seterusnya. Meskipun sifatnya

berbeda, langkah ke-2 dan ke-3 dilakukan secaran bersamaan jika pelaksana dan

pengamat berbeda. Jika pelaksanaan, dengan cara mengingat-ingat apa yang sudah

terjadi. Dengan kata lain, objek pengamatan sudah lampau terjadi.

Secara utuh, tindakan yang diterapkan dalam penelitian tindakan kelas

seperti yang digambarkan dalam bagan, melalui tahapan sebagai berikut:

1. Perencanaan

Kegiatan dimulai dengan cara mengidentifikasi masalah yang berkaitan

dengan kemampuan motorik kasar anak dan menyiapkan bahan-bahan yang akan

digunakan dalam melakukan penelitian. Bahan yang disiapkan yaitu RKH

(Rencana Kegiatan Harian), setting kelas, format observasi, serta media lain yang

dilibatkan dalam proses pembelajaran.

2. Pelaksanaan

Perencanaan yang telah dibuat sebelumnya, dilaksanakan pada tahap

tindakan ini. Menurut Arikunto (2009: 18) penelitian tindakan adalah pelaksanaan

yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan

tindakan di kelas.

Pada tahap pelaksanaan tindakan, peneliti melihat kemampuan guru dalam

melaksanakan kegiatan senam fantasi, aktivitas anak juga diperhatikan untuk

melihat respon anak terhadap kegiatan senam fantasi dan melihat peningkatan

kemampuan motorik kasar anak.

3. Pengamatan

Kegiatan observasi atau pengamatan dilakukan bersamaan dengan

pelaksanaan tindakan. Data yang dikumpulkan untuk mengobservasi berisi

tentang pelaksaan tindakan dan rencana yang sudah dirancang dengan instrumen

pengamatan yang dikembangkan oleh peneliti. Data-data tersebut berkaitan

dengan pelaksanaan senam fantasi untuk meningkatkan kemampuan motorik

(11)

Dini Nurmalina Firsty, 201

Pengamatan ini dilakukan untuk melihat bagaimana hasil dari pelaksanaan

senam fantasi untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar anak kelas B di

PAUD Alfani. Dari hasil observasi persiklus, peneliti juga malakukan penilaian

terhadap hasil kemampuan anak. Lembar observasi diisi sesuai dengan hasil yang

didapatkan oleh anak pada tindakan I dan tindakan II pada setiap siklusnya.

Peneliti menyediakan penilaian pada kategori baik (B) apabila anak melakukan

kegiatan secara mandiri, kategori cukup (C) apabila anak masih memerlukan

bantuan dalam melakukan kegiatan, dan kategori kurang (K) apabila anak belum

mampu melakukan kegiatan dan masih memerlukan bimbingan.

4. Refleksi

Tahap selanjutnya adalah refleksi, yaitu kegiatan untuk mengemukakan

kembali apa yang sudah terjadi. Istilah “refleksi” sebetulnya lebih tepat dikenakan

ketika guru pelaksana sudah selesai melakukan tindakan, kemudian berhadapan

dengan peneliti dan subjek peneliti, untuk bersama-sama mendiskusikan

implementasi rancangan tindakan. Tahap refleksi juga memiliki peranan yang

sangat penting, karena hasil yang didapat dari penilaian ini bisa menjadi masukan

yang akurat dan berpengaruh dalam penentuan langkah tindakan selanjutnya.

Hasil refleksi, dapat menentukan apakah kemampuan motorik kasar anak sudah

tercapai atau harus dilakukannya pengulangan dengan melakukan tahapan

selanjutnya.

C. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian tindakan kelas

(PTK) di negeri asal yang berbahasa Inggris disebut dengan istilah Classroom

Action Research, disingkat CAR. Penelitian tersebut muncul karena adanya kesadaran pelaku kegiatan yang merasa tidak puas dengan hasil kerjanya. Dengan

didasari atas kesadaran sendiri, pelaku yang bersangkutan mencoba

menyempurnakan pekerjaannya, dengan cara melakukan percobaan yang

dilakukan berulang-ulang, proses diamati dengan sungguh-sungguh sampai

(12)

32

Dini Nurmalina Firsty, 201

Menurut Arikunto (2002) penelitian tindakan kelas bukan hanya mengetes

sebuah perlakuan tetapi terlebih dahulu peneliti sudah mempunyai keyakinan akan

ampuhnya suatu perlakuan, selanjutnya dalam penelitian tindakan ini peneliti

langsung mencoba menerapkan perlakuan tersebut dengan hati-hati seraya

mengikuti proses serta dampak perlakuan yang dimaksud.

Selanjutnya menurut Elliot (1991) dalam Arikunto (2002) penelitian

tindakan kelas merupakan kajian dari sebuah situasi sosial dengan kemungkinan

tindakan untuk memperbaiki kualitas situasi sosial tersebut. Senada dengan itu,

Wallance, 1998 dalam Kunandar 2008, menyatakan penelitian tindakan kelas

dilakukan dengan mengumpulkan data atau informasi secara sistematis tentang

pembelajaran keseharian dan menganalisisnya untuk dapat membuat

keputusan-keputusan mengenai pembelajaran yang dilakukan pada masa yang akan datang.

Terdapat karakteristik Penelitian Tindakan Kelas (PTK) menurut Muslich

(2009: 12) adalah sebagai berikut:

1. Masalah PTK berasal dari guru.

2. Tujuan PTK adalah memperbaiki pembelajaran.

3. PTK adalah penelitisn ysng bersifat kolaboratif.

4. PTK adalah jenis penelitian yang memunculkan adanya tindakan

tertentu untuk memperbaiki proses belajar mengajar di kelas.

5. PTK dapat menjembatani kesenjangan antara teori dan praktik.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilaksanakan untuk memperbaiki,

memecahkan masalah dan meningkatkan program pembelajaran di kelas.

D. Penjelasan Istilah

Penjelasan istilah yang dibuat oleh peneliti bertujuan membatasi istilah

dalam penelitian. Untuk itu penjelasan istilah tersebut dipaparkan sebagai

(13)

Dini Nurmalina Firsty, 201

1. Kemampuan Motorik Kasar

Perkembangan motorik kasar meliputi perkembangan postur tubuh (posisi

tubuh) dan lokomotor (gerakan). Kemampuan menggunakan otot-otot besar ini

bagi anak usia tergolong pada kemampuan gerak dasar, kemampuan ini dilakukan

untuk meningkatkan kualitas hidupnya kemampuan gerak dasar dibagi menjadi

tiga kategori, yaitu: lokomotor, nonlokomotor, dan manipulatif. (Konstelnik,

1974:321).

a. Kemampuan Lokomotor

Kemampuan gerak lokomotor adalah gerakan berpindah tempat di tempat

bagian tubuh tertentu bergerak atau berpindah tempat. Beberapa contoh dari

gerakan lokomotor adalah: berjalan, berlari, dan meloncat, merayap, merangkak.

(Konstelnik, 1974:321).

b. Kemampuan Nonlokomotor

Gerakan nonlokomotor adalah gerakan tidak berpindah tempat di mana

sebagian gerak anggota tubuh tertentu saja yang digerakan namun tidak berpindah

tempat, misalnya merentang, membungkuk, memutar, mengayun, menarik,

mendorong, mengangkat. (Konstelnik, 1974:321).

c. Kemampuan Manipulatif

Gerak manipulatif adalah gerkan dimana ada sesuatu yang digerakan.

Beberapa contoh dari gerakan manipulatif adalah: melempar, menangkap,

melambungkan. (Konstelnik, 1974:321).

2. Senam Fantasi

Senam fantasi menurut cerita guru dan anak melakukan gerak-gerik seolah

menjadi pelaku dalam sebuah cerita atau sedang mengalami suatu peristiwa.

Dalam senam fantasi menurut cerita ini guru dan anak juga dapat mempergunakan

alat-alat jika perlu, selanjutnya harus juga diperhatikan dalam kegiatan senam

jangan terlalu banyak bercerita atau terlalu banyak percakapan dan gerakan senam

(14)

34

Dini Nurmalina Firsty, 201 E. Instrumen Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini menggunakan teknik observasi, wawancara dan

studi dokumentasi untuk mengumpulkan data. Sesuai dengan masalah yang diteliti

maka kisi-kisi ini dibuat untuk melihat implementasi senam fantasi terhadap

kemampuan motorik kasar anak. Dalam pembuatan instrumen ini, peneliti

membuat kisi-kisi instrumen berdasarkan sumber pengembangan instrumen dari

Kurikulum 2004 yang digambarkan dalam tabel di bawah ini:

Tabel 3.1

Format Kisi-Kisi Instrumen

Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Anak Melalui senam Fantasi

Variabel Sub

Variabel Indikator Butir Item

Teknik

berjinjit ke depan

Observasi, studi

(15)
(16)

36

Dini Nurmalina Firsty, 201

(gerak tanpa

Manipulatif Melempar Anak dapat

melempar benda

dengan kedua

Observasi, studi

(17)

Dini Nurmalina Firsty, 201

tangan

Menangkap Anak dapat

menangkap objek

ringan dengan

satu tangan

Observasi, studi

dokumentasi

F. Proses Pengembangan Instrumen

Prosedur pengembangan instrumen yang dilakukan dalam penelitian ini

antara lain sebagai berikut (Margono, 2002: 157)

1. Menganalis Variabel Penelitian

Peneliti terlebih dahulu mengkaji variabel menjadi dimensi atau sub

variabel, indikator serta item pertanyaan dengan rinci dan jelas sehingga dapat di

ukur dan menghasilkan data yang diinginkan oleh peneliti. Pembuatan indikator,

dalam hal ini indikator kemampuan motorik kasar, peneliti menggunakan teori

atau konsep-konsep yang ada dalam pengetahuan ilmiah seorang ahli.

2. Menetapkan Jenis Instrumen

Langkah kedua, peneliti menetapkan jenis instrumen penelitian yang akan

digunakan sesuai dengan kebutuhan dalam pengumpulan data di lapangan, atau

dengan kata lain instrumen tersebut digunakan untuk mengukur variabel, sub

variabel atau indikator yang telah ditentukan sebelumnya berdasarkan teori. Jenis

instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman observasi dalam

bentuk rating scale dan pedoman dokumentasi berupa foto pelaksanaan kegiatan

senam fantasi untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar anak.

3. Menyusun Kisi-Kisi Instrumen

Peneliti menyusun kisi-kisi instrumen yang berisi lingkup variabel, sub

(18)

38

Dini Nurmalina Firsty, 201

4. Membuat Instrumen Penelitian

Berdasarkan kisi-kisi yang telah disusun pada langkah sebelumnya. Peneliti

kemudian membuat instrumen penelitian yang terdiri dari item atau pertanyaan

yang mengacu pada indikator yang telah ditentukan. Instrumen yang digunakan

dalam penelitian ini adalah pedoman observasi dalam bentuk ratting scale.

5. Judgment Instrumen

Langkah selanjutnya, peneliti mengkonsultasikan instrumen yang telah

dibuat dengan ahli, dalam hal ini dengan dua dosen yang ahli di bidang

pendidikan anak usia dini. Judgement instrumen ini dilakukan untuk merivisi

intrumen apabila terdapat kesalahan atau kekeliruan dalam pembuatannya,

misalnya dengan membuang instrumen yang tidak perlu, mengganti item dalam

masing-masing indikator, perbaikan isi atau redaksi dan lain sebagainya.

G. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian tindakan kelas ini menggunakan teknik observasi, wawancara dan

studi dokumentasi untuk melakukan pengumpulan data.

1. Observasi

Nasution (1988) dalam Arikunto menyatakan bahwa, observasi adalah dasar

semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu

fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Data itu

dikumpulkan dan sering dengan bantuan berbagai alat yang sangat canggih,

sehingga benda-benda yang sangat kecil (proton dan elektron) maupun yang

sangat jauh (benda luar angkasa) dapat di observasi dengan jelas.

Marshall (1995) dalam Arikunto menyatakan bahwa “through observation,

the researcher learn about behavior and the meaning attached to those

(19)

Dini Nurmalina Firsty, 201

Adapun format observasi yang digunakan peneliti dalam memperoleh data

mengenai kemampuan motorik kasar anak.

a. Pedoman observasi kemampuan motorik kasar anak

Tabel 3.2

Pedoman Observasi Kemampuan Motorik Kasar Anak pada PAUD Alfani

NO INDIKATOR/ITEM KATEGORI

B C K

1 Anak dapat berjinjit ke depan

2 Anak dapat berjinjit ke belakang

3 Anak dapat berjalan ke samping kanan

4 Anak dapat berjalan ke samping kiri

5 Anak dapat berjalan di tempat

6 Anak dapat berlari di tempat

7 Anak dapat berlari ke samping kanan

8 Anak dapat berlari ke samping kiri

9 Anak dapat meloncat dengan satu kaki dan mendarat dengan dua

kaki

10 Anak dapat meloncat dengan dua kaki dan mendarat dengan dua

kaki

11 Anak dapat meloncat dengan dua kaki dan mendarat dengan satu

kaki

12 Anak dapat meloncat dan mendarat dengan kaki yang sama secara

beirama (hop)

13 Anak dapat merayap ke depan

14 Anak dapat merangkak ke depan

15 Anak dapat membungkukan badan

16 Anak dapat merentangkan kedua tangan

17 Anak dapat memutarkan tangan

(20)

40

Dini Nurmalina Firsty, 201

19 Anak dapat mengayunkan kedua tangan

20 Anak dapat mengayunkan tangan kanan

21 Anak dapat mengayunkan tangan kiri

22 Anak dapat menarik dengan kedua tangan

23 Anak dapat menarik dengan satu tangan

24 Anak dapat melempar benda dengan kedua tangan

25 Anak dapat menangkap objek ringan dengan satu tangan

Keterangan:

B : baik C : cukup K : kurang

b. Pedoman observasi dengan daftar check list bagi aktivitas guru dalam

pelaksanaan senam fantasi, diantaranya sebagai berikut:

Tabel 3.3

Pedoman Observasi Aktivitas Guru Dalam Melaksanakan Kegiatan Senam Fantasi di PAUD Alfani

No Pertanyaan Ya Tidak Ket

1 Guru menyiapkan lingkungan belajar di kelas

2 Guru mempersiapkan media yang akan

digunakan

3 Guru akan menjelaskan tentang tema dan

kegiatan senam yang akan dilakukan

4 Guru mengkondisikan kelas

5 Guru melakukan pemanasan sebelum

melakukan kegiatan

6 Guru melakukan senam fantasi menurut cerita

7 Guru selalu memberikan motivasi pada anak

ketika melakukan kegiatan

8 Guru melakukan refleksi setelah kegiatan

(21)

Dini Nurmalina Firsty, 201

9 Guru melakukan tanya jawab mengenai

kegiatan yang dilakukan pada hari tersebut

10 Guru melakukan penilaian terhadap

pembelajaran dengan tepat sesuai dengan

tujuan pembelajaran

2. Wawancara

Susan Stainback (1988) dalam Arikunto mengemukakan bahwa:

“interviewing provide the researcher a means to go gain a deeper understanding

of how the participant interpret a situation or phenomenon than can be gained through observation alon. Jadi dengan wawancara, maka penelitiakan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam menginterpretasikan

situasi dan fenomena yang terjadi, dimana hal ini tidak bisa ditemukan melalui

observasi.

Esterberg (2002) dalam Arikunto mendefinisikan interview sebagai berikut:

“ a meeting of two person to exchange information and idea through question and

responses, resulting in communication and joint contruction of meaning about a

particular topic”. Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang yang bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat dikontruksikan

makna dalam suatu topik tertentu.

Adapun pedoman wawancara akan ditunjukan kepada guru atau kepala

sekolah untuk memperoleh data yang berkenaan dengan kemampuan motorik

kasar anak. Peneliti menyiapkan beberapa pertanyaan yang dituangkan dalam

format pedoman wawancara.

a. Tabel wawancara sebelum tindakan

Tabel 3.4

Pedoman Wawancara Sebelum Tindakan

(22)

42

Dini Nurmalina Firsty, 201

1 Bagaimana kemampuan motorik kasar anak

pada kelompok B?

2 Pembelajaran seperti apa yang dilakukan

untuk mengembangkan kemampuan motorik

kasar anak?

3 Hambatan seperti apa yang ditemui dalam

proses pembelajaran olahraga di sekolah?

4 Upaya apa yang dilakukan untuk menghadapi

hambatan yang kadang terjadi saat proses

pembelajaran?

5 Media apa saja yang digunakan ketika

pembelajaran olahraga berlangsung?

Tabel 3.5

Pedoman Wawancara Setelah Tindakan

No Pertanyaan Jawaban

1 Bagaimana kemampuan motorik kasar anak

di kelas B setelah dilakukan pembelajaran

senam fantasi?

2 Pernahkah sebelumnya dalam pembelajaran

ibu menggunakan senam fantasi?

3 Bagaimana pendapat ibu terhadap

pembelajran untuk meningkatkan

kemampuan motorik kasar anak dengan

menggunakan senam fantasi?

4 Adakah kendala yang muncul selama

proses pembelajaran menggunakan aktivitas

senam fantasi?

5 Apakah dengan pembelajaran senam fantasi

(23)

Dini Nurmalina Firsty, 201

dapat tercapai?

3. Studi dokumentasi

Dalam penelitian ini, dokumen yang digunakan berupa foto-foto untuk

merekam peristiwa-peristiwa atau kegiatan dalam setiap siklus pembelajaran,

aktivitas kegiatan anak belajar, serta cara guru mengajar pembelajaran senam

fantasi untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar anak. Selain kegiatan

pembelajaran, peneliti juga mengumpulkan dokumen-dokumen bahan laporan

penelitian.

H. Teknik pengolahan dan Analisis Data

Menurut Sanjaya (2011: 106) menganalisis data adalah suatu proses

mengolah dan menginterpretasi data dengan tujuan untuk mendudukan berbagai

informasi sesuai dengan fungsinya hingga memiliki makna dan arti yang jelas

sesuai dengan tujuan penelitian.

Sugiyono (2009:246) aktivitas dalam analisis data interaktif, yaitu:

1. Reduksi Data

Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, fokus pada

hal yang penting, dicari tema dan polanya, meringkas dan mengubah bentuk data

mentah pada catatan lapangan.

2. Paparan data

Macam-macam data PTK yang telah direduksi perlu dijelaskan dengan

tertib dan rapi dengan menggunakan narasi

(24)

44

Dini Nurmalina Firsty, 201

Dalam menarik kesimpulan tentang peningkatan atau perubahan dilakukan

secara bertahap mulai dari kesimpulan sementara yang diambil pada akhir siklus

satu. Data hasil observasi setiap butir aspek yang diamati selama dua siklus

(25)

Dini Nurmalina Firsty, 201

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang aktivitas senam fantasi dalam

meningkatkan kemampuan motorik kasar anak yang dilakukan di PAUD Alfani

Bogor. Dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Kondisi objektif kemampuan motorik kasar anak di PAUD Alfani sebelum

tindakan masih rendah. Sebagian anak sering merasa bosan jika pembelajaran

motorik kasar sedang berlangsung karena anak hanya melakukan perintah

guru saja, tanpa anak diajak untuk bereksplorasi dengan kemampuannya

sendiri. Pembelajarannya pun terbatas dengan menggunakan permainan luar

ruangan atau outdoor. Hal ini ditandai dengan data sebelum tindakan,hal ini

dibuktikan dengan hasil kemampuan motorik kasar anak yang berada pada

kategori kurang (K) sebanyak 71%, dalam kategori baik (B) sebanyak 29%

sedangkan kategori baik (B) sebanyak 0%. Selain itu gerakan-gerakan yang

dilakukan oleh anak masih banyak yang belum benar dan masih harus

memerlukan bimbingan dari guru.

2. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada dua siklus dimana setiap siklus

melakukan dua tindakan. Setiap siklus terdiri dari perencanaan RPP, setting

kelas dan format observasi penilaian anak dilanjutkan dengan pelaksanaan

pembelajaran senam fantasi di kelas kemudian pengamatan yang dilakukan

oleh peneliti dan guru kelas untuk melihat apakah kemampuan motorik kasar

anak sudah tercapai atau belum yang terakhir adalah refleksi, pada refleksi

siklus satu dilihat bahwa kemampuan motorik kasar anak belum tercapai dan

guru juga belum mampu menguasai anak secara sepenuhnya maka diputuskan

untuk melanjutkan pada siklus dua. Kemudian pada refleksi di siklus dua

kemampuan motorik kasar anak sudah tercapai dan guru pun sudah bisa

(26)

89

Dini Nurmalina Firsty, 201

anak sudah tercapai karena sebelum penelitian ini sudah distimulus oleh guru

kelas. Hal ini dilihat dari hasil kemampuan motorik kasar anak yang berada

pada kategori kurang (K) sebanyak 14%, pada kategori cukup (C) sebanyak

65%, sedangkan pada kategori baik (B) sebanyak 21%. Dilihat dari data yang

ada maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan motorik kasar anak dapat

terstimulus dengan baik dibandingkan dengan data pada pra siklus.

3. Peningkatan kemampuan motorik kasar anak melalui senam fantasi. Dampak

dari pembelajaran senam fantasi terlihat dari anak yang sudah bisa berlari

dengan sikap benar, sudah bisa melakukan ancang-ancang sebelum berlari,

sudah bisa melompat dengan awalah dan tolakan yang benar, anak sudah bisa

membungkukan badan, pergelangan tangan dan pergelangan kaki. Hal

tersebut di buktikan dari hasil data pada siklus dua tindakan satu dan tindakan

dua. Kemampuan motorik kasar anak yang berada pada kategori kurang (K)

sebesar 0%, pada kategori cukup (C) sebanyak 14%, dan pada kategori baik

sebanyak 86%. Hal tersebut membuktikan bahwa kemampuan motorik kasar

anak sudah jauh berkembang baik dibanding dengan data pada pra siklus dan

siklus 1.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil pembahasan yang disimpulkan di atas, maka terdapat banyak

hal yang menjadi catatan sebagai bahan rekomendasi dan bagi pihak-pihak terkait

antara lain:

1. Bagi Guru

a. Guru hendaknya dapat menstimulasi perkembangan kemampuan motorik

kasar anak melalui pembelajaran yang menyenangkan dan memberikan

kesempatan bagi anak untuk berpartisipasi melalui kegiatan yang

menarik, salah satunya dengan kegiatan senam fantasi

b. Guru hendaknya dapat mengoptimalkan penerapan senam fantasi dalam

meningkatkan kemampuan motorik kasar anak, misalnya dengan

membuat cerita yang lebih menarik yang dapat meningkatkan minat anak

(27)

Dini Nurmalina Firsty, 201

2. Bagi Sekolah

a. Sekolah diharapkan dapat menyediakan fasilitas-fasilitas bermain anak

yang dapat menstimulasi perkembangan kemampuan motorik kasar anak.

b. Sekolah hendaknya mengikutsertakan pendidik untuk mengikuti

pelatihan demi meningkatkan profesionalisme pendidik terutama dalam

pemilihan materi, metode, serta media pembelajaran.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

a. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian secara lebih

mendalam lagi terhadap penerapan kegiatan senam fantasi untuk

meningkatkan kemampuan motorik kasar anak.

b. Penelitian ini masih dalam ruang lingkup terbatas, sehingga masih

banyak aspek lain yang belum terungkap. Peneliti berharap penelitian ini

dapat dikembangkan lebih lanjut, di antaranya untuk aspek

pengembangan motorik halus, seni, dan berbagai aspek yang dapat

dikembangkan, sehingga memberikan kontribusi ilmu baik untuk

Gambar

Gambar 3.1 Sumber: Arikunto (2013:137)
Tabel 3.2
Tabel 3.3 Pedoman Observasi Aktivitas Guru Dalam Melaksanakan Kegiatan Senam
Tabel 3.4
+2

Referensi

Dokumen terkait

Soaking process in white pepper processing is also one of the important factors to get good quality of pepper. I t need plenty of clean running water to get

Nama Mahasiswa : Diah Fajarianti(I) NIM : 1400001203 Program Studi : Bimbingan dan Konseling Unit/Kelompok : XVII.D.I Lokasi KKN : Dusun Soka, Desa/Kelurahan

menganalisis surat-surat pembaca tersebut dengan teori genre dan tindak tutur. Dari hasil analisisnya, sekuen yang wajib muncul dalam tuturan mengeluh adalah. tahap pembuka

(2)dari keenam dimensi hanya pada dimensi penguasaan lingkungan yang terdapat perbedaan psychological well- being caregiver formal berdasarkan status kelembagaan, yaitu

[r]

gejala-gejala ginekologi pada masa remaja yang paling sering terjadi yang dapat. mengganggu aktivitas

Dari analisa deskriptif diperoleh hasil mean yang paling rendah terdapat pada indikator Orientasi tujuan dari dalam diri dan yang tertinggi pada indikator keyakinan

Di sisi lain, dengan diperbaikinya sistem administrasi, menggunakan sistem yang lebih modern, diharapkan tujuan dari pemerintah untuk meningkatkan pemasukan kas