Dini Nurmalina Firsty, 201
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK
USIA DINI MELALUI SENAM FANTASI
(Penelitian Tindakan Kelas Pada Kelompok B di Paud Alfani Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor Tahun Ajaran 2013-2014)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
Oleh:
Dini Nurmalina Firsty
0904033
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
JURUSAN PEDAGOGIK
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
4
Dini Nurmalina Firsty, 201
NO DAFTAR : 22/PGPAUD/VI/2014
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK USIA DINI MELALUI SENAM FANTASI
(Penelitian Tindakan Kelas pada Kelompok B di Paud Alfani Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor Tahun Pelajaran 2013-2014)
Oleh
Dini Nurmalina Firsty
Skripsi diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
pada Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu
Pendidikan
©Dini Nurmalina Firsty 2014
Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2014
Hak cipta dilindungi undang-undang
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,
Dini Nurmalina Firsty, 201
LEMBAR PENGESAHAN
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK USIA DINI MELALUI SENAM FANTASI
(Penelitian Tindakan Kelas pada Kelompok B di PAUD Alfani Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor Tahun Pelajaran 2013-2014)
Oleh
Dini Nurmalina Firsty 0904033
Disetujui dan disahkan oleh: Pembimbing I
Rudiyanto, S.Pd., M.Si. NIP. 19740617 199903 1 003
Pembimbing II
I Gusti Komang Aryaprastya Agus. S.Pd., M. Hum. NIP. 19770312 200812 1 001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Pendidikan Indonesia
Dini Nurmalina Firsty, 201
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK USIA DINI MELALUI SENAM FANTASI
(Penelitian Tindakan Kelas pada Kelompok B di Paud Alfani Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor Tahun Pelajaran 2013-2014)
Dini Nurmalina Firsty 0904033
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan berdasarkan temuan masalah yang berkaitan dengan kemampuan motorik kasar anak di kelompok B PAUD Alfani, Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor. Permasalahan tersebut menuntut perlunya solusi baik berupa pendekatan, metode atau teknik pembelajaran untuk mengatasi masalah tersebut. Pembelajaran yang dikembangkan adalah pembelajaran kegiatan senam fantasi. Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan motorik kasar anak setelah diterapkan kegiatan senam fantasi. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas pada anak kelompok B PAUD Alfani sebanyak 14 orang anak. Teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif dengan pelaksanaan tahapan diantaranya reduksi data, paparan data dan penyimpulan.Kondisi awal kemampuan motorik kasar anak di PAUD Alfani. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara kemampuan motorik kasar anak yang sebelumnya belum bisa berlari dengan sikap yang benar, belum mampu memutar badan dengan benar, belum dapat melakukan ancang-ancang sebelum berlari dan melompat, belum mampu membungkukan pinggul, lutut dan pergelangan kaki, dan lain sebagainya. Namun setelah dilakukan kegiatan senam fantasi anak bisa melakukan kegiatan dengan benar walaupun sebelumnya harus dibimbing oleh guru tetapi lama kelamaan menjadi bisa melakukan kegiatan sendiri tanpa dibantu. Kemampuan motorik kasar belum banyak berkembang hal ini dibuktikan dari presentase setiap kategori. Kategori kurang (K) sebesar 71%, kategori cukup (C) 29%, dan kategori baik (B) 0%. Kemampuan motorik kasar anak mengalami peningkatan setelah dilakukan pembelajaran senam fantasi pada setiap katergori. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya presentase pada kategori baik. Kategori kurang sebanyak 0%. Kategori cukup sebanyak 14%. Kategori baik sebanyak 86%. Rekomendasi yang diberikan untuk guru yaitu kegiatan senam fantasi dapat dijadikan alternatif pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar anak usia dini.
Dini Nurmalina Firsty, 201
INCREASING ABILITY OF MOVEMENT FOR EARLY
CHILDHOOD THROUGH GYMNASTIC FANTASY
(Classroom Action Research on Group B in Paud Alfani District Kemang District of Bogor Academic Year 2013-2014)
Dini Nurmalina Firsty
0904033
ABSTRACT
This study was conducted based on the findings of the problems associated with gross motor abilities of early childhood children in group B Alfani, Kemang Subdistrict Bogor Regency. The problem requires the solution in the form of approaches, methods or learning techniques to overcome these problems. Learning is a learning activity developed fantasy gymnastics. Whereas the purpose of this study was to determine the child's gross motor skills improvement after implementation fantasy gymnastics activities. This study uses action research in early childhood education of children in group B Alfani many as 14 children. Data collection techniques used in this study is the observation, interviews, and documentation studies. The data analysis technique used is a qualitative data analysis including data reduction phases of implementation, exposure of data and beginning. Gross motor skills in early childhood child Alfani. Based on observations and interviews gross motor ability of children who previously have not been able to run with the right attitude, the agency has not been able to play properly, can not square off before running and jumping, yet capable of bending the hips, knees and ankles, and so forth . However, after the fantasy gymnastic activities children can do the activities correctly despite earlier should be guided by the teacher but could over time become their own activities without assistance. Gross motor skills undeveloped is evidence of the percentage of each category. Categories less (K) by 71%, enough category (C) 29%, and both categories (B) 0%. Gross motor skills a child has increased after learning gymnastics at every categories fantasy. This is evidenced by the increased percentage in both categories. Categories A total of 0%. Categories quite as much as 14%. Both categories as much as 86%. Recommendations are given to teachers, gymnastic activities can be used as an alternative fantasy of learning to improve the gross motor abilities of early childhood.
Dini Nurmalina Firsty, 201
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian... 1
Dini Nurmalina Firsty, 201
H. Teknik Pengolahan dan Analisis Data... 43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian... 45 1. Kondisi Objektif Kemampuan Motorik Kasar Anak di PAUD Alfani... 50 2. Pelaksanaan Senam Fantasi dalam Meningkatkan Kemampuan Motorik
kasar Anak ... 49 a. Siklus Satu... 50 b. Siklus Dua... 65 3. Peningkatan Kemampuan Motorik Kasar Anak Setelah Diterapkan
senam Fantasi... 80 B. Pembahasan... 82 1. Kondisi Objektif Kemampuan Motorik Kasar Anak di PAUD Alfani... 82 2. Pelaksanaan Senam Fantasi dalam Meningkatkan Kemampuan Motorik
Kasar Anak... 83 3. Peningkatan Kemampuan Motorik Kasar Anak Setelah Diterapkan
Senam Fantasi ... 85
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan... 88 B. Rekomendasi... 89
Dini Nurmalina Firsty, 201
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di PAUD Alfani yang beralamat di
JL. Letkol Atang Senjaya, Patambran Kecamatan Kemang. Kabupaten Bogor
Barat 14310. Lokasi penelitian ini dipilih karena proses penyelenggaraan
pembelajaran khususnya motorik kasar masih belum optimal. Subjek penelitian
ini adalah peserta didik kelas B di PAUD Alfani tahun ajaran 2014-2015 yang
berjumlah 14 anak.
B. Desain Penelitian
Menurut Lewin (1990, Aqib, 2009:21), pelaksanaan penelitian dalam satu
siklus terdiri atas empat langkah yaitu: (1) perencanaan (Planning), (2) aksi atau
tindakan (acting), (3) observasi (observing), dan (4) refleksi (Reflecting).
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) secara prosedur biasanya meliputi
beberapa siklus, yang disesuaikan dengan tingkat permasalahannya yang akan
dipecahkan dan kondisi yang akan ditingkatkan (Mulyasa, 2011:70). Siklus
pertama dalam penelitian tindakan kelas ini terdiri dari empat kegiatan pada siklus
kedua dapat berupa kegiatan yang sama dengan kegiatan sebelumnya apabila
ditunjukan untuk mengulangi kesuksesan atau menguatkan hasil (Suhardjono,
2009: 74).
Ada beberapa model yang dapat diterapkan dalam penelitian tindakan kelas
(PTK) tetapi yang paling dikenal dan biasa digunakan adalah model yang
dikemukakan oleh Kemis & Mc Taggart. Adapun model PTK dimaksud
menggambarkan adanya empat langkah (dan pengulangannya), yang disajikan
Dini Nurmalina Firsty, 201
SIKLUS PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Gambar 3.1
Sumber: Arikunto (2013:137)
Perencanaaan
Pelaksanaan
Pengamatan
Refleksi
SIKLUS I
Perencanaaan
Pelaksanaan
Pengamatan
Refleksi
SIKLUS II
SIKLUS III
30
Dini Nurmalina Firsty, 201
Keempat langkah tersebut merupakan satu siklus atau putaran, artinya
sesudah langkah ke-4, lalu kembali ke-1 dan seterusnya. Meskipun sifatnya
berbeda, langkah ke-2 dan ke-3 dilakukan secaran bersamaan jika pelaksana dan
pengamat berbeda. Jika pelaksanaan, dengan cara mengingat-ingat apa yang sudah
terjadi. Dengan kata lain, objek pengamatan sudah lampau terjadi.
Secara utuh, tindakan yang diterapkan dalam penelitian tindakan kelas
seperti yang digambarkan dalam bagan, melalui tahapan sebagai berikut:
1. Perencanaan
Kegiatan dimulai dengan cara mengidentifikasi masalah yang berkaitan
dengan kemampuan motorik kasar anak dan menyiapkan bahan-bahan yang akan
digunakan dalam melakukan penelitian. Bahan yang disiapkan yaitu RKH
(Rencana Kegiatan Harian), setting kelas, format observasi, serta media lain yang
dilibatkan dalam proses pembelajaran.
2. Pelaksanaan
Perencanaan yang telah dibuat sebelumnya, dilaksanakan pada tahap
tindakan ini. Menurut Arikunto (2009: 18) penelitian tindakan adalah pelaksanaan
yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan
tindakan di kelas.
Pada tahap pelaksanaan tindakan, peneliti melihat kemampuan guru dalam
melaksanakan kegiatan senam fantasi, aktivitas anak juga diperhatikan untuk
melihat respon anak terhadap kegiatan senam fantasi dan melihat peningkatan
kemampuan motorik kasar anak.
3. Pengamatan
Kegiatan observasi atau pengamatan dilakukan bersamaan dengan
pelaksanaan tindakan. Data yang dikumpulkan untuk mengobservasi berisi
tentang pelaksaan tindakan dan rencana yang sudah dirancang dengan instrumen
pengamatan yang dikembangkan oleh peneliti. Data-data tersebut berkaitan
dengan pelaksanaan senam fantasi untuk meningkatkan kemampuan motorik
Dini Nurmalina Firsty, 201
Pengamatan ini dilakukan untuk melihat bagaimana hasil dari pelaksanaan
senam fantasi untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar anak kelas B di
PAUD Alfani. Dari hasil observasi persiklus, peneliti juga malakukan penilaian
terhadap hasil kemampuan anak. Lembar observasi diisi sesuai dengan hasil yang
didapatkan oleh anak pada tindakan I dan tindakan II pada setiap siklusnya.
Peneliti menyediakan penilaian pada kategori baik (B) apabila anak melakukan
kegiatan secara mandiri, kategori cukup (C) apabila anak masih memerlukan
bantuan dalam melakukan kegiatan, dan kategori kurang (K) apabila anak belum
mampu melakukan kegiatan dan masih memerlukan bimbingan.
4. Refleksi
Tahap selanjutnya adalah refleksi, yaitu kegiatan untuk mengemukakan
kembali apa yang sudah terjadi. Istilah “refleksi” sebetulnya lebih tepat dikenakan
ketika guru pelaksana sudah selesai melakukan tindakan, kemudian berhadapan
dengan peneliti dan subjek peneliti, untuk bersama-sama mendiskusikan
implementasi rancangan tindakan. Tahap refleksi juga memiliki peranan yang
sangat penting, karena hasil yang didapat dari penilaian ini bisa menjadi masukan
yang akurat dan berpengaruh dalam penentuan langkah tindakan selanjutnya.
Hasil refleksi, dapat menentukan apakah kemampuan motorik kasar anak sudah
tercapai atau harus dilakukannya pengulangan dengan melakukan tahapan
selanjutnya.
C. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian tindakan kelas
(PTK) di negeri asal yang berbahasa Inggris disebut dengan istilah Classroom
Action Research, disingkat CAR. Penelitian tersebut muncul karena adanya kesadaran pelaku kegiatan yang merasa tidak puas dengan hasil kerjanya. Dengan
didasari atas kesadaran sendiri, pelaku yang bersangkutan mencoba
menyempurnakan pekerjaannya, dengan cara melakukan percobaan yang
dilakukan berulang-ulang, proses diamati dengan sungguh-sungguh sampai
32
Dini Nurmalina Firsty, 201
Menurut Arikunto (2002) penelitian tindakan kelas bukan hanya mengetes
sebuah perlakuan tetapi terlebih dahulu peneliti sudah mempunyai keyakinan akan
ampuhnya suatu perlakuan, selanjutnya dalam penelitian tindakan ini peneliti
langsung mencoba menerapkan perlakuan tersebut dengan hati-hati seraya
mengikuti proses serta dampak perlakuan yang dimaksud.
Selanjutnya menurut Elliot (1991) dalam Arikunto (2002) penelitian
tindakan kelas merupakan kajian dari sebuah situasi sosial dengan kemungkinan
tindakan untuk memperbaiki kualitas situasi sosial tersebut. Senada dengan itu,
Wallance, 1998 dalam Kunandar 2008, menyatakan penelitian tindakan kelas
dilakukan dengan mengumpulkan data atau informasi secara sistematis tentang
pembelajaran keseharian dan menganalisisnya untuk dapat membuat
keputusan-keputusan mengenai pembelajaran yang dilakukan pada masa yang akan datang.
Terdapat karakteristik Penelitian Tindakan Kelas (PTK) menurut Muslich
(2009: 12) adalah sebagai berikut:
1. Masalah PTK berasal dari guru.
2. Tujuan PTK adalah memperbaiki pembelajaran.
3. PTK adalah penelitisn ysng bersifat kolaboratif.
4. PTK adalah jenis penelitian yang memunculkan adanya tindakan
tertentu untuk memperbaiki proses belajar mengajar di kelas.
5. PTK dapat menjembatani kesenjangan antara teori dan praktik.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilaksanakan untuk memperbaiki,
memecahkan masalah dan meningkatkan program pembelajaran di kelas.
D. Penjelasan Istilah
Penjelasan istilah yang dibuat oleh peneliti bertujuan membatasi istilah
dalam penelitian. Untuk itu penjelasan istilah tersebut dipaparkan sebagai
Dini Nurmalina Firsty, 201
1. Kemampuan Motorik Kasar
Perkembangan motorik kasar meliputi perkembangan postur tubuh (posisi
tubuh) dan lokomotor (gerakan). Kemampuan menggunakan otot-otot besar ini
bagi anak usia tergolong pada kemampuan gerak dasar, kemampuan ini dilakukan
untuk meningkatkan kualitas hidupnya kemampuan gerak dasar dibagi menjadi
tiga kategori, yaitu: lokomotor, nonlokomotor, dan manipulatif. (Konstelnik,
1974:321).
a. Kemampuan Lokomotor
Kemampuan gerak lokomotor adalah gerakan berpindah tempat di tempat
bagian tubuh tertentu bergerak atau berpindah tempat. Beberapa contoh dari
gerakan lokomotor adalah: berjalan, berlari, dan meloncat, merayap, merangkak.
(Konstelnik, 1974:321).
b. Kemampuan Nonlokomotor
Gerakan nonlokomotor adalah gerakan tidak berpindah tempat di mana
sebagian gerak anggota tubuh tertentu saja yang digerakan namun tidak berpindah
tempat, misalnya merentang, membungkuk, memutar, mengayun, menarik,
mendorong, mengangkat. (Konstelnik, 1974:321).
c. Kemampuan Manipulatif
Gerak manipulatif adalah gerkan dimana ada sesuatu yang digerakan.
Beberapa contoh dari gerakan manipulatif adalah: melempar, menangkap,
melambungkan. (Konstelnik, 1974:321).
2. Senam Fantasi
Senam fantasi menurut cerita guru dan anak melakukan gerak-gerik seolah
menjadi pelaku dalam sebuah cerita atau sedang mengalami suatu peristiwa.
Dalam senam fantasi menurut cerita ini guru dan anak juga dapat mempergunakan
alat-alat jika perlu, selanjutnya harus juga diperhatikan dalam kegiatan senam
jangan terlalu banyak bercerita atau terlalu banyak percakapan dan gerakan senam
34
Dini Nurmalina Firsty, 201 E. Instrumen Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini menggunakan teknik observasi, wawancara dan
studi dokumentasi untuk mengumpulkan data. Sesuai dengan masalah yang diteliti
maka kisi-kisi ini dibuat untuk melihat implementasi senam fantasi terhadap
kemampuan motorik kasar anak. Dalam pembuatan instrumen ini, peneliti
membuat kisi-kisi instrumen berdasarkan sumber pengembangan instrumen dari
Kurikulum 2004 yang digambarkan dalam tabel di bawah ini:
Tabel 3.1
Format Kisi-Kisi Instrumen
Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Anak Melalui senam Fantasi
Variabel Sub
Variabel Indikator Butir Item
Teknik
berjinjit ke depan
Observasi, studi
36
Dini Nurmalina Firsty, 201
(gerak tanpa
Manipulatif Melempar Anak dapat
melempar benda
dengan kedua
Observasi, studi
Dini Nurmalina Firsty, 201
tangan
Menangkap Anak dapat
menangkap objek
ringan dengan
satu tangan
Observasi, studi
dokumentasi
F. Proses Pengembangan Instrumen
Prosedur pengembangan instrumen yang dilakukan dalam penelitian ini
antara lain sebagai berikut (Margono, 2002: 157)
1. Menganalis Variabel Penelitian
Peneliti terlebih dahulu mengkaji variabel menjadi dimensi atau sub
variabel, indikator serta item pertanyaan dengan rinci dan jelas sehingga dapat di
ukur dan menghasilkan data yang diinginkan oleh peneliti. Pembuatan indikator,
dalam hal ini indikator kemampuan motorik kasar, peneliti menggunakan teori
atau konsep-konsep yang ada dalam pengetahuan ilmiah seorang ahli.
2. Menetapkan Jenis Instrumen
Langkah kedua, peneliti menetapkan jenis instrumen penelitian yang akan
digunakan sesuai dengan kebutuhan dalam pengumpulan data di lapangan, atau
dengan kata lain instrumen tersebut digunakan untuk mengukur variabel, sub
variabel atau indikator yang telah ditentukan sebelumnya berdasarkan teori. Jenis
instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman observasi dalam
bentuk rating scale dan pedoman dokumentasi berupa foto pelaksanaan kegiatan
senam fantasi untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar anak.
3. Menyusun Kisi-Kisi Instrumen
Peneliti menyusun kisi-kisi instrumen yang berisi lingkup variabel, sub
38
Dini Nurmalina Firsty, 201
4. Membuat Instrumen Penelitian
Berdasarkan kisi-kisi yang telah disusun pada langkah sebelumnya. Peneliti
kemudian membuat instrumen penelitian yang terdiri dari item atau pertanyaan
yang mengacu pada indikator yang telah ditentukan. Instrumen yang digunakan
dalam penelitian ini adalah pedoman observasi dalam bentuk ratting scale.
5. Judgment Instrumen
Langkah selanjutnya, peneliti mengkonsultasikan instrumen yang telah
dibuat dengan ahli, dalam hal ini dengan dua dosen yang ahli di bidang
pendidikan anak usia dini. Judgement instrumen ini dilakukan untuk merivisi
intrumen apabila terdapat kesalahan atau kekeliruan dalam pembuatannya,
misalnya dengan membuang instrumen yang tidak perlu, mengganti item dalam
masing-masing indikator, perbaikan isi atau redaksi dan lain sebagainya.
G. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian tindakan kelas ini menggunakan teknik observasi, wawancara dan
studi dokumentasi untuk melakukan pengumpulan data.
1. Observasi
Nasution (1988) dalam Arikunto menyatakan bahwa, observasi adalah dasar
semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu
fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Data itu
dikumpulkan dan sering dengan bantuan berbagai alat yang sangat canggih,
sehingga benda-benda yang sangat kecil (proton dan elektron) maupun yang
sangat jauh (benda luar angkasa) dapat di observasi dengan jelas.
Marshall (1995) dalam Arikunto menyatakan bahwa “through observation,
the researcher learn about behavior and the meaning attached to those
Dini Nurmalina Firsty, 201
Adapun format observasi yang digunakan peneliti dalam memperoleh data
mengenai kemampuan motorik kasar anak.
a. Pedoman observasi kemampuan motorik kasar anak
Tabel 3.2
Pedoman Observasi Kemampuan Motorik Kasar Anak pada PAUD Alfani
NO INDIKATOR/ITEM KATEGORI
B C K
1 Anak dapat berjinjit ke depan
2 Anak dapat berjinjit ke belakang
3 Anak dapat berjalan ke samping kanan
4 Anak dapat berjalan ke samping kiri
5 Anak dapat berjalan di tempat
6 Anak dapat berlari di tempat
7 Anak dapat berlari ke samping kanan
8 Anak dapat berlari ke samping kiri
9 Anak dapat meloncat dengan satu kaki dan mendarat dengan dua
kaki
10 Anak dapat meloncat dengan dua kaki dan mendarat dengan dua
kaki
11 Anak dapat meloncat dengan dua kaki dan mendarat dengan satu
kaki
12 Anak dapat meloncat dan mendarat dengan kaki yang sama secara
beirama (hop)
13 Anak dapat merayap ke depan
14 Anak dapat merangkak ke depan
15 Anak dapat membungkukan badan
16 Anak dapat merentangkan kedua tangan
17 Anak dapat memutarkan tangan
40
Dini Nurmalina Firsty, 201
19 Anak dapat mengayunkan kedua tangan
20 Anak dapat mengayunkan tangan kanan
21 Anak dapat mengayunkan tangan kiri
22 Anak dapat menarik dengan kedua tangan
23 Anak dapat menarik dengan satu tangan
24 Anak dapat melempar benda dengan kedua tangan
25 Anak dapat menangkap objek ringan dengan satu tangan
Keterangan:
B : baik C : cukup K : kurang
b. Pedoman observasi dengan daftar check list bagi aktivitas guru dalam
pelaksanaan senam fantasi, diantaranya sebagai berikut:
Tabel 3.3
Pedoman Observasi Aktivitas Guru Dalam Melaksanakan Kegiatan Senam Fantasi di PAUD Alfani
No Pertanyaan Ya Tidak Ket
1 Guru menyiapkan lingkungan belajar di kelas
2 Guru mempersiapkan media yang akan
digunakan
3 Guru akan menjelaskan tentang tema dan
kegiatan senam yang akan dilakukan
4 Guru mengkondisikan kelas
5 Guru melakukan pemanasan sebelum
melakukan kegiatan
6 Guru melakukan senam fantasi menurut cerita
7 Guru selalu memberikan motivasi pada anak
ketika melakukan kegiatan
8 Guru melakukan refleksi setelah kegiatan
Dini Nurmalina Firsty, 201
9 Guru melakukan tanya jawab mengenai
kegiatan yang dilakukan pada hari tersebut
10 Guru melakukan penilaian terhadap
pembelajaran dengan tepat sesuai dengan
tujuan pembelajaran
2. Wawancara
Susan Stainback (1988) dalam Arikunto mengemukakan bahwa:
“interviewing provide the researcher a means to go gain a deeper understanding
of how the participant interpret a situation or phenomenon than can be gained through observation alon. Jadi dengan wawancara, maka penelitiakan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam menginterpretasikan
situasi dan fenomena yang terjadi, dimana hal ini tidak bisa ditemukan melalui
observasi.
Esterberg (2002) dalam Arikunto mendefinisikan interview sebagai berikut:
“ a meeting of two person to exchange information and idea through question and
responses, resulting in communication and joint contruction of meaning about a
particular topic”. Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang yang bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat dikontruksikan
makna dalam suatu topik tertentu.
Adapun pedoman wawancara akan ditunjukan kepada guru atau kepala
sekolah untuk memperoleh data yang berkenaan dengan kemampuan motorik
kasar anak. Peneliti menyiapkan beberapa pertanyaan yang dituangkan dalam
format pedoman wawancara.
a. Tabel wawancara sebelum tindakan
Tabel 3.4
Pedoman Wawancara Sebelum Tindakan
42
Dini Nurmalina Firsty, 201
1 Bagaimana kemampuan motorik kasar anak
pada kelompok B?
2 Pembelajaran seperti apa yang dilakukan
untuk mengembangkan kemampuan motorik
kasar anak?
3 Hambatan seperti apa yang ditemui dalam
proses pembelajaran olahraga di sekolah?
4 Upaya apa yang dilakukan untuk menghadapi
hambatan yang kadang terjadi saat proses
pembelajaran?
5 Media apa saja yang digunakan ketika
pembelajaran olahraga berlangsung?
Tabel 3.5
Pedoman Wawancara Setelah Tindakan
No Pertanyaan Jawaban
1 Bagaimana kemampuan motorik kasar anak
di kelas B setelah dilakukan pembelajaran
senam fantasi?
2 Pernahkah sebelumnya dalam pembelajaran
ibu menggunakan senam fantasi?
3 Bagaimana pendapat ibu terhadap
pembelajran untuk meningkatkan
kemampuan motorik kasar anak dengan
menggunakan senam fantasi?
4 Adakah kendala yang muncul selama
proses pembelajaran menggunakan aktivitas
senam fantasi?
5 Apakah dengan pembelajaran senam fantasi
Dini Nurmalina Firsty, 201
dapat tercapai?
3. Studi dokumentasi
Dalam penelitian ini, dokumen yang digunakan berupa foto-foto untuk
merekam peristiwa-peristiwa atau kegiatan dalam setiap siklus pembelajaran,
aktivitas kegiatan anak belajar, serta cara guru mengajar pembelajaran senam
fantasi untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar anak. Selain kegiatan
pembelajaran, peneliti juga mengumpulkan dokumen-dokumen bahan laporan
penelitian.
H. Teknik pengolahan dan Analisis Data
Menurut Sanjaya (2011: 106) menganalisis data adalah suatu proses
mengolah dan menginterpretasi data dengan tujuan untuk mendudukan berbagai
informasi sesuai dengan fungsinya hingga memiliki makna dan arti yang jelas
sesuai dengan tujuan penelitian.
Sugiyono (2009:246) aktivitas dalam analisis data interaktif, yaitu:
1. Reduksi Data
Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, fokus pada
hal yang penting, dicari tema dan polanya, meringkas dan mengubah bentuk data
mentah pada catatan lapangan.
2. Paparan data
Macam-macam data PTK yang telah direduksi perlu dijelaskan dengan
tertib dan rapi dengan menggunakan narasi
44
Dini Nurmalina Firsty, 201
Dalam menarik kesimpulan tentang peningkatan atau perubahan dilakukan
secara bertahap mulai dari kesimpulan sementara yang diambil pada akhir siklus
satu. Data hasil observasi setiap butir aspek yang diamati selama dua siklus
Dini Nurmalina Firsty, 201
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang aktivitas senam fantasi dalam
meningkatkan kemampuan motorik kasar anak yang dilakukan di PAUD Alfani
Bogor. Dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Kondisi objektif kemampuan motorik kasar anak di PAUD Alfani sebelum
tindakan masih rendah. Sebagian anak sering merasa bosan jika pembelajaran
motorik kasar sedang berlangsung karena anak hanya melakukan perintah
guru saja, tanpa anak diajak untuk bereksplorasi dengan kemampuannya
sendiri. Pembelajarannya pun terbatas dengan menggunakan permainan luar
ruangan atau outdoor. Hal ini ditandai dengan data sebelum tindakan,hal ini
dibuktikan dengan hasil kemampuan motorik kasar anak yang berada pada
kategori kurang (K) sebanyak 71%, dalam kategori baik (B) sebanyak 29%
sedangkan kategori baik (B) sebanyak 0%. Selain itu gerakan-gerakan yang
dilakukan oleh anak masih banyak yang belum benar dan masih harus
memerlukan bimbingan dari guru.
2. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada dua siklus dimana setiap siklus
melakukan dua tindakan. Setiap siklus terdiri dari perencanaan RPP, setting
kelas dan format observasi penilaian anak dilanjutkan dengan pelaksanaan
pembelajaran senam fantasi di kelas kemudian pengamatan yang dilakukan
oleh peneliti dan guru kelas untuk melihat apakah kemampuan motorik kasar
anak sudah tercapai atau belum yang terakhir adalah refleksi, pada refleksi
siklus satu dilihat bahwa kemampuan motorik kasar anak belum tercapai dan
guru juga belum mampu menguasai anak secara sepenuhnya maka diputuskan
untuk melanjutkan pada siklus dua. Kemudian pada refleksi di siklus dua
kemampuan motorik kasar anak sudah tercapai dan guru pun sudah bisa
89
Dini Nurmalina Firsty, 201
anak sudah tercapai karena sebelum penelitian ini sudah distimulus oleh guru
kelas. Hal ini dilihat dari hasil kemampuan motorik kasar anak yang berada
pada kategori kurang (K) sebanyak 14%, pada kategori cukup (C) sebanyak
65%, sedangkan pada kategori baik (B) sebanyak 21%. Dilihat dari data yang
ada maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan motorik kasar anak dapat
terstimulus dengan baik dibandingkan dengan data pada pra siklus.
3. Peningkatan kemampuan motorik kasar anak melalui senam fantasi. Dampak
dari pembelajaran senam fantasi terlihat dari anak yang sudah bisa berlari
dengan sikap benar, sudah bisa melakukan ancang-ancang sebelum berlari,
sudah bisa melompat dengan awalah dan tolakan yang benar, anak sudah bisa
membungkukan badan, pergelangan tangan dan pergelangan kaki. Hal
tersebut di buktikan dari hasil data pada siklus dua tindakan satu dan tindakan
dua. Kemampuan motorik kasar anak yang berada pada kategori kurang (K)
sebesar 0%, pada kategori cukup (C) sebanyak 14%, dan pada kategori baik
sebanyak 86%. Hal tersebut membuktikan bahwa kemampuan motorik kasar
anak sudah jauh berkembang baik dibanding dengan data pada pra siklus dan
siklus 1.
B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil pembahasan yang disimpulkan di atas, maka terdapat banyak
hal yang menjadi catatan sebagai bahan rekomendasi dan bagi pihak-pihak terkait
antara lain:
1. Bagi Guru
a. Guru hendaknya dapat menstimulasi perkembangan kemampuan motorik
kasar anak melalui pembelajaran yang menyenangkan dan memberikan
kesempatan bagi anak untuk berpartisipasi melalui kegiatan yang
menarik, salah satunya dengan kegiatan senam fantasi
b. Guru hendaknya dapat mengoptimalkan penerapan senam fantasi dalam
meningkatkan kemampuan motorik kasar anak, misalnya dengan
membuat cerita yang lebih menarik yang dapat meningkatkan minat anak
Dini Nurmalina Firsty, 201
2. Bagi Sekolah
a. Sekolah diharapkan dapat menyediakan fasilitas-fasilitas bermain anak
yang dapat menstimulasi perkembangan kemampuan motorik kasar anak.
b. Sekolah hendaknya mengikutsertakan pendidik untuk mengikuti
pelatihan demi meningkatkan profesionalisme pendidik terutama dalam
pemilihan materi, metode, serta media pembelajaran.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
a. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian secara lebih
mendalam lagi terhadap penerapan kegiatan senam fantasi untuk
meningkatkan kemampuan motorik kasar anak.
b. Penelitian ini masih dalam ruang lingkup terbatas, sehingga masih
banyak aspek lain yang belum terungkap. Peneliti berharap penelitian ini
dapat dikembangkan lebih lanjut, di antaranya untuk aspek
pengembangan motorik halus, seni, dan berbagai aspek yang dapat
dikembangkan, sehingga memberikan kontribusi ilmu baik untuk