• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN KEWIRAUSAHAAN PADA SANTRI DĀRUT TAUḤĪD BANDUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBELAJARAN KEWIRAUSAHAAN PADA SANTRI DĀRUT TAUḤĪD BANDUNG."

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

No Daftar: FPIPS: 4193/UN.40.2.6.1/PL/2014

PEMBELAJARAN KEWIRAUSAHAAN PADA SANTRI DĀRUT TAU D

BANDUNG

(Studi Deskriptif pada Program Santri Muq m Akhlak Plus Wirausaha

Angkatan ke 24 Pondok Pesantren Dârut Tau d Bandung)

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Islam

Oleh Tian Bayu Nuari

(1004561)

PROGAM STUDI ILMU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

(2)

Halaman Pernyataan

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul

“PEMBELAJARAN KEWIRAUSAHAAN PADA SANTRI DĀRUT TAUḤĪD BANDUNG ‘’ (Studi Deskriptif Pada Program Santri Mukim Akhlak Plus Wirausaha (APW) angkatan ke 24)” ini beserta seluruh isinya adalahbenar-benar karya saya sendiri.Saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengancara yang tidak sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan tersebut, saya siap menanggung resiko/sanksi apabila di

kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran etika keilmuan atau adaklaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung,15 Juli 2014 Yang membuatpernyataan,

(3)

HALAMAN PENGESAHAN

TIAN BAYU NUARI

PEMBELAJARAN KEWIRAUSAHAAN PADA SANTRI DAARUT TAUHIID BANDUNG

(Studi Deskriptif program santri mukmin Akhlak Plus Wirausaha angkatan ke 23 dan 24 )

disetujui dan disahkan oleh pembimbing : Pembimbing I,

Drs. Toto Suryana, M.Pd. NIP 19570417 198803 1 001

Pembimbing II

Wawan Hermawan, M.Ag NIP 19740209 200501 1 002

Mengetahui:

Ketua Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Islam

(4)

Ilmu pendidikan Islam merupakan kajian mengenai kependidikan yang mempunyai peran penting untuk di pelajari setiap muslim, yang berkeinginan agar pendidikan dapat berlangsung secara lancar dan mencapai tujuan. lembaga pendidikan Islam adalah suatu bentuk organisasi yang diadakan untuk mengembangkan lembaga-lembaga sosial, baik yang permanen maupun yang berubah-ubah. ilmu pendidikan Islam itu di antaranya ada santri maka dari itu santri harus mandiri sendiri dengan cara berwirausaha. Karena berwirausaha merupakan hal yang sangat penting dilakukan dalam kehidupan karena menjadi penunjang seluruh aspek kehidupan manusia. Dalam pelaksanaanya dalam suatu program santri muqīm akhlaq plus wirausaha membutuhkan manajemen untuk mengatur urusan organisasi tersebut, terutama dalam hal perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, evaluasi, dan pengawasan. Dalam penelitian ini, penulis menggunakkan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Karena metode ini cocok untuk mendeskripsikan secara realitas mengenai pembelajaran kewirausahaan pada santri Dārut Tauḥīd Bandung melalui fungsi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, evaluasi, dan pengawasan. Teknik pengumpulan data dengan menggunakkan analisis data. Pada pengolahan data hasil penelitian bahwa perencanaan pembelajaran Akhlaq Plus Wirausaha mengacu pada kurikulum pendidikan. Pada pengorganisasian sama dengan pelaksanaan yaitu pembelajarannya ada tiga marhalaħ yang pertama marhalaħ satu yaitu orientasi, marhalaħ ke dua kegiatan belajar mengajar di kelas dan marhalaħ ketiga yaitu praktek Ikhtiyār dan praktek khidmaħ dan ada juga praktek khidmaħ masyarakat. Di pelaksanaan kegiatan belajar mengajar ustāż memberikan materi dengan metode ceramah, metode diskusi, dan metode simulasi sedangkan untuk media pembelajaran menampilkan slide power point. Evaluasi santri Akhlaq plus wirausaha dengan ujian tertulis setelah pembelajaran kegiatan belajar mengajar selesai. dan ujian praktek yaitu praktek khidmaħ dan praktek Ikhtiyār dan terakhir setelah selesai semua program santri muqīm Akhlaq Plus Wirausaha menuliskan laporan selama kegiatan pembelajaran dari awal sampai akhir kegiatan Akhlaq Plus Wirausaha dan terakhir di sidang oleh para penguji sidang setelah sidang di bagikan kelulusan hasil sidang laporan kegiatan yang santri membuat dan di wisuda . Pengawasan yaitu dari yayasan Dārut Tauḥīd, Dārut Tarbiyaħ dan terutama mudarris dan mudarrisaħ mengawasi program santri muqīm Akhlaq Plus Wirausaha full dari awal kegiatan sampai akhir kegiatan Akhlaq Plus Wirausaha. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, evaluasi dan pengawasan pembelajaran Akhlaq Plus Wirausaha sudah bagus namun pada pelaksanaan Akhlaq Plus Wirausaha kurangnya media pembelajaran yang digunakan oleh ustāż jadi santri mengantuk pada saat pembelajaran kegiatan belajar mengajar .

(5)

Tian Bayu Nuari, 2014

Islamic education is an educational study significant to be learned by each Muslim who has the desire to have good education and achieve its goals. Meanwhile, Islamic education institution is a form of organization established to develop social institutions, both permanent and temporary. Islamic education, among others, involves santri; therefore, santri should be independent through entrepreneurship because being entrepreneurs is very important in order to support all aspects in a human life. In its implementation, the program of santri muqīm Akhlaq Plus Entrepreneurship (APE) requires a management to take care of the organization, ultimately in terms of planning, organization, implementation, evaluation, and monitoring. In this research, the researcher employed qualitative approach with descriptive method because this method is appropriate to describe the reality of entrepreneurship teaching and learning to santris of Dārut Tauḥīd Bandung through the functions of planning, organization, implementation, evaluation, and monitoring. Data collection was done through data analysis. Data processing of research results reveals that the planning of Akhlak Plus Entrepreneurship (APE) program has referenced an educational curriculum. The organization is similar to implementation, namely there are three marhalaħs in the teaching and learning; the first marhalaħ is orientation, the second one is teaching and learning in the classroom, and the third one is Ikhtiyār and the practice of khidmat, and there is also social khidmat practice. In the implementation of teaching and learning, ustāżs use the methods of lecture, discussion, and simulation to deliver the content, while learning media utilized are power point slides. Evaluation of APE santris is done by written exam after the teaching and learning is finished and practical exam, namely khidmat practice and Ikhtiyār practice, and finally after the whole program is completed, the santri muqīm APE write their reports examined by defense examiners. After the defense, results of graduation for participating santris are announced, and the santris go on a commencement. The monitoring is done by the DT foundation, Dārut Tarbiyaħ, especially by mudaris and mudarisah who fully monitor the program of santri muqim APE from the very beginning to the end of the program. Based on research results, it can be concluded that the planning, organization, implementation, evaluation, and monitoring of APE teaching and learning have been good, but the implementation of APE with a lack of learning media provided by the ustāż has caused santris to drowse during the teaching and learning process.

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined. ABSTRACT ... Error! Bookmark not defined. KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined. UCAPAN TERIMA KASIH ... Error! Bookmark not defined.

PEDOMAN TRANSLITERASI DARI ARAB KE LATIN INDONESIAError! Bookmark not d DAFTAR ISI ... xiii

(7)

C. Metode Penelitian ... Error! Bookmark not defined. D. Definisi Operasional ... Error! Bookmark not defined. E. Instrumen Penelitian ... Error! Bookmark not defined. F. Uji Keabsahan Data ... Error! Bookmark not defined. G. Teknik Pengumpulan Data ... Error! Bookmark not defined. H. Teknik Analisis Data ... Error! Bookmark not defined. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANError! Bookmark not defined. A. Pemaparan Data Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 1. Profil Lembaga Dārut Tauḥīd ... Error! Bookmark not defined. 2. Sejarah Akhlak Plus Wirausaha ... Error! Bookmark not defined. 3. Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

a. Perencanaan PembelajaranKewirausahaan Pada Santri Dārut Tauḥīd Bandung ... Error! Bookmark not defined. b. PengorganisasianPembelajaran Kewirausahaan Pada Santri Dārut

Tauḥīd Bandung ... Error! Bookmark not defined. c. Pelaksanaan Pembelajaran Kewirausahaan Pada Santri Dārut Tauḥīd Bandung ... Error! Bookmark not defined. d. Evaluasi Pembelajaran Kewirausahaan Pada Santri Dārut Tauḥīd

Bandung ... Error! Bookmark not defined. e. Pengawasan Pembelajaran Kewirausahaan Pada Santri Dārut Tauḥīd Bandung ... Error! Bookmark not defined. B. Pembahasan Data Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

1. Perencanaan PembelajaranKewirausahaan Pada Santri Dārut Tauḥīd Bandung ... Error! Bookmark not defined. 2. Pengoorganisasian Pembelajaraan kewirausahaan pada Santri Dārut Tauḥīd Bandung ... Error! Bookmark not defined. 3. Pelaksanaan PembelajaranKewirausahaan Pada Santri Dārut Tauḥīd Bandung ... Error! Bookmark not defined. 4. Evaluasi Pembelajaran Kewirausahaan Pada Santri Dārut Tauḥīd

(8)
(9)
(10)

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia diciptakan Allah dilengkapi dengan berbagai kelengkapan sesuai dengan kebutuhan hidupnya, sehingga ia dapat menata kehidupan di muka bumi dengan baik. Segala kelengkapan itu bersifat potensial. Melalui berbagai tahapan waktu dan perkembangannya, ia akan mampu hidup mandiri. Setelah manusia dilahirkan ke dunia, ia akan sangat bergantung kepada bantuan pihak lain dalam menggunakkan dan mengembangkan potensinya itu. untuk mencapai tahap tertentu dalam perkembangannya, manusia memerlukan upaya orang lain yang mampu dan rela memberikan bimbingan ke arah kedewasaan, paling tidak bantuan dari sang ibu. Upaya itu dapat disebut sebagai proses pendidikan. Oleh karena itu, dalam hal apapun manusia memerlukan pendidikan (Syahidin, 2009, hlm. 23).

Hakikat pendidikan bagi manusia berkaitan dengan pengertian tentang manusia itu sendiri, termasuk tujuan-tujuannya. Manusia dilahirkan dalam suatu kondisi yang lemah dan tidak tahu apapun, kemudian tumbuh dan berkembang menjadi manusia sesungguhnya. Pertumbuhan dan perkembangan manusia tidak dapat diserahkan begitu saja kepada alam lingkungannya, ia memerlukan bimbingan dan pengarahan karena terbatasnya kondisi fisik serta kemampuan yang dimilikinya. Oleh karena itu, manusia adalah makhluk yang memerlukan pendidikan (Sauri, 2006, hlm. 39).

(11)

Perubahan yang dialami manusia menyebabkan manusia perlu pendidikan, sebab pendidikan pada dasarnya adalah upaya sadar untuk mengubah manusia dari suatu kondisi kepada kondisi lainnya yang lebih baik (Sauri, 2006, hlm. 40).

Manusia belum selesai menjadi manusia, ia dibebani keharusan untuk menjadi manusia, tetapi ia tidak dengan sendirinya menjadi manusia, untuk menjadi manusia ia perlu dididik dan perlu mendidik diri.’’ Manusia dapat

menjadi manusia hanya melalui pendidikan” (MKDP, 2010, hlm. 18).

Ada beberapa alasan mengapa ilmu pendidikan sangat di perlukan, antara lain: Pendidikan sebagai usaha membentuk pribadi manusa melalui proses yang panjang, dengan hasil (resultant) yang tidak dapat diketahui dengan segera. Dalam proses penbentukan tersebut diperlukan suatu perhitungan yang matang dan hati-hati berdasarkan pandangan dan pikiran-pikiran atau teori yang tepat, sehingga kegagalan atau kesalahan langkah pembentukan terhadap anak didik dapat di hindarkan. karena sasaran pendidikan adalah makhluk yang sedang tumbuh dan berkembang yang mengandung berbagai kemungkinan, dan bila salah bentuk, maka kita akan sulit memperbaikinya. Pendidikan Islam yang bersumber dari nilai-nilai ajaran Islam harus bisa menanamkan atau membentuk sikap hidup yang di jiwai nilai-nilai tersebut, juga mengembangkan kemampuan berilmu pengetahuan sejalan dengan nilai-nilai Islam yang melandasi, merupakan proses ikhtiyār yang secara pedagogis mampu mengembangkan hidup anak kearah kedewasaan atau kematangan yang menguntungkan dirinya. Oleh karena itu, usaha ikhtiyār tersebut tidak dapat dilakukan hanya berdasarkan trial and eror (coba-coba) atau atas dasar keinginan dan kemauan pendidik tanpa di landasi dengan teori-teori kependidikan yang dapat di pertanggungjawabkan secara ilmiah pedagogis (Arifin, 2011, hlm. 9).

(12)

Oleh karena itu, teori-teori kependidikan Islam yang di susun secara sitematis merupakan kompas bagi proses tersebut. Ruang lingkup kependidikan Islam mencangkup segala bidang kehidupan manusia di dunia, oleh karenanya pembentukan sikap dan nilai-nilai amaliah islamiah dalam pribadi manusia baru dapat efektif bilamana di lakukan melalui proses kependidikan yang berjalan di atas kaidah-kaidah ilmu pengetahuan kependidikan. Teori-teori, hipotesis dan asumsi-asumsi kependidikan yang bersumberkan ajaran Islam sampai kini masih belum tersusun secara ilmiah meskipun bahan-bahan bakunya telah tersedia, baik dalam kitab suci al-qurān dan ḥadīṡ maupun kaum ulama. Untuk itu di perlukan penyusunan secara sistematis ilmiah yang di dukung dengan hasil penelitian yang luas (Arifin, 2011, hlm. 9).

Lembaga menurut bahasa adalah ‘’badan’’ atau ‘’organisasi’’ (tempat

berkumpul). Badan (lembaga) pendidikan adalah organisasi atau kelompok manusia yang karena satu dan lain hal memikul tanggung jawab pendidikan kepada si terdidik sesuai dengan badan tersebut. Lembaga pendidikan Islam ialah suatu bentuk organisasi yang diadakan untuk mengembangkan lembaga-lembaga Islam yang baik, yang permanen, maupun yang berubah-ubah dan mempunyai pola-pola tertentu dalam memerankan fungsinya, serta mempunyai struktur tersendiri yang dapat mengikat individu yang berada dalam naungannya, sehingga lembaga ini mempunyai kekuatan hukum tersendiri (Umar, 2010, hlm. 149).

Berdasarkan pengertian di atas dapat dipahami bahwa lembaga pendidikan adalah tempat atau organisasi yang menyelenggarakkan pendidikan Islam, yang mempunyai struktur yang jelas dan bertanggung jawab atas terlaksananya pendidikan Islam, oleh karena itu, lembaga pendidikan Islam tersebut harus dapat menciptakan suasana yang memungkinkan terlaksananya pendidikan dengan baik, menurut tugas yang di berikan kepadanya, seperti sekolah (Madrasaħ) yang melaksanakan proses pendidikan Islam (Umar, 2010, hlm. 150).

(13)

permanen maupun yang berubah-ubah. Lembaga ini mempunyai pola-pola tertentu dalam memerankan fungsinya, serta mempunyai struktur tersendiri yang dapat mengikat individu yang berada dalam naungannya, sehingga lembaga ini mempunyai kekuatan hukum tersendiri (Mujib & Jusuf, 2008, hlm. 223).

Kata dasar ‘’Pembelajaran’’ adalah belajar. Dalam arti sempit pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu proses atau cara yang dilakukan agar seseorang dapat melakukan kegiatan belajar. Dalam arti luas pembelajaran adalah suatu proses atau kegiatan yang sistematis dan sistemik, yang bersifat interaktif dan komunikatif antara pendidik (guru) dengan peserta didik, sumber belajar dan lingkungan untuk menciptakan suatu kondisi yang memungkinkan terjadinya tindakan belajar peserta didik, baik dikelas maupun di luar kelas, dihadiri guru secara fisik atau tidak, untuk menguasai kompetensi yang telah ditentukan (Arifin, 2012, hlm. 10).

Menurut Alma (2010, hlm. 33) Menyatakan bahwa kewirausahaan adalah proses menciptakan sesuatu yang lain dengan menggunakkan waktu dan kegiatan disertai modal dan resiko serta menerima balas jasa dan kepuasan serta kebebasan pribadi”.

Dalam kehidupan manusia tidak pernah terlepas dari aktivitas ekonomi, seperti aktivitas tukar menukar uang dengan barang berupa sandang, pangan dan papan. Aktivitas perniagaan seperti jual-beli selalu manusia lalui dalam kehidupan sehari-hari. Dengan begitu manusia bisa melangsungkan kehidupan.Untuk dapat menjalani ibadah yang optimal kepada Allah SWT. baik ibadah maḥḍah dan ibadah gairu maḥḍah, manusia harus bisa memenuhi kebutuhan dirinya sendiri kemudian kebutuhan orang-orang yang menjadi tanggungannya. Karena untuk beribadah kepada Allah manusia memerlukan sandang untuk menutupi auratnya, pangan untuk memberikan energi pada tubuhnya, juga papan untuk dia bisa beristirahat dengan tenang dan damai.

(14)

untuk memperoleh kebutuhan-kebutuhan tersebut. Banyak pekerjaan yang bisa dilakukan manusia untuk itu, selain bekerja kepada orang lain manusia juga bisa bekerja kepada dirinya sendiri dengan cara menjadi seorang wirausahawan/wirausahawati.

Karena di dalam al-qurān dijelaskan, bahwa Allah Swt. yang telah menciptakan kehidupan dan memberikan rezeki kepada manusia di dunia ini pun telah meridhai bahwasanya perniagaan merupakan aktivitas yang beliau bolehkan dan beliau ridhai. Sebagaimana tercantum dalam firman Allah Swt. Dalam QS. Al-Nisā` [4]: 29.

ً ر ٰجت وكت أ َٓإ لطٰ ۡلٱب مكنۡيب مكل ٰو ۡمأ ْآولكۡأت َ ْاونماء ني لٱ ا يأٰٓي

ا يح ۡمكب اك َٱ إ ۚۡمكسفنأ ْآولتۡقت َ ۚۡمكنم ضارت نع

٩٢

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu (QS. Al-Nisā` [4]: 29). Selanjutnya firman Allah dalam QS.Hūd [11]: 6,

Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Al-Lauḥ Maḥfūẓ) (QS.Hūd [11]: 6).

(15)

menjadikan dirinya sebagai seorang wirausahawan/wirausahawati maka dia harus mencontoh bagaimana Rasūlullāh Saw menjalani perniagaan. Rasūlullāh saw secara jelas telah banyak memberi contoh tentang sistem perdagangan yang bermoral ini, yaitu perdagangan yang jujur dan adil serta tidak merugikan kedua belah pihak (Jusmaliani, 2008, hlm. 45).

Sabda Rasūlullāh Muhammad Saw yang diriwayatkan oleh Abu Sa’id menegaskan: saudagar yang jujur dan dapat dipercaya akan dimasukkan dalam golongan para Nabi, golongan orang-orang jujur, dan golongan para syuhadā. ḥadīṡ tersebut menunjukkan bahwa dalam setiap transaksi perdagangan diperintahkan untuk lebih mengutamakan kejujuran dan memegang teguh kepercayaan yang diberikan orang lain. Selain itu, dalam setiap transaksi perdagangan dituntut harus bersikap sopan dan bertingkah laku baik sebagaimana disebutkan dalam ḥadīṡ yang diriwayatkan oleh al-Bukhari: Rahmat Allah atas orang-orang yang berbaik hati ketika ia menjual dan membeli serta ketika membuat keputusan. Berdasarkan ḥadīṡ tersebut, tampak jelas bahwa Muhammad Saw. telah mengajarkan untuk bertindak jujur dan adil serta bersikap baik dalam setiap transaksi perdagangan (Jusmaliani, 2008, hlm. 46).

Nabi telah mewariskan petunjuk-petunjuk pada dunia yang tanpa arah ini agar menegakkan kejujuran dan meminta agar menjaga hubungan baik dan ramah dengan para pelanggan dalam berdagang dan berniaga. Itulah rahasia keberhasilan dalam perdagangan (Afzalurrahman, 1995, hlm. 27).

Pada tahun 1998, perekonomian Indonesia memasuki masa yang sangat sulit. Pergantian kekuasaan dari orde baru ke era reformasi yang disertai dengan krisis multi dimensi mengakibatkan pengangguran dimana-mana. Perekonomian yang saat itu terpusat pada usaha-usaha besar dan konglomerasi mengalami kesulitan besar. daya beli masyarakat menurun.

(16)

masyarakat sangat agresif dan investor-investor asing dan dalam negeri pergi meninggalkan Indonesia. Di tengah-tengah ketidakpastian itu, para sarjana kesulitan mencari pekerjaan. Sebagian besar tidak dapat ditampung. Mereka harus bersaing dengan orang-orang yang telah jauh berpengalaman dalam mencari kerja. Para sarjana itu pun menjadi pengangguran (Kasali, 2010, hlm. 9).

Selama periode 1980-1995, pertumbuhan angkatan kerja Indonesia mencapai 3,4 persen pertahun. Diperkitakan rata-rata pertumbuhan angkatan kerja baru setiap tahun mencapai 2,28 juta orang. walaupun pertumbuhan ekonomi di Indonesia selama ini dinilai cukup baik bila dibandingkan dengan negara-negara berkembang lainnya, namun lapangan kerja produktif yang tercipta masih terbatas, sehingga sebagian besar dari angkatan kerja bekerja di usaha-usaha formal (Riyanto, 2000, hlm. 50).

(17)

dalam pelaksanaan pembangunan nasional, masyarakat merupakan pelaku utama, dan pemerintah berkewajiban mengarahkan, membimbing, dan menciptakan suasana yang menunjang (Riyanto, 2000, hlm. 51).

Dalam rangka mewujudkan dan peningkatan peran masyarakat serta penciptaan suasana yang menunjang itu, konsiderans huruf b Inpers Nomor 4 Tahun 1995 antara lain menyatakan, diperlukan upaya untuk terus-menerus menumbuh kembangkan semangat, sikap, perilaku, dan kemampuan kewirausahaan sumber daya manusia Indonesia. Inpres Nomor 4 Tahun 1995 itu diantaranya menginstruksikan kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan di samping kepada sejumlah departemen dan instansi lain untuk secara bersama-sama melaksanakan gerakan memasyarakatkan dan membudayakan kewirausahaan di sektor masing-masing sesuai dengan tugas, kewenangan, dan tanggung jawabnya. Dalam melaksanakan GN-MMK ini mengikutsertakan kalangan dunia usaha dan masyarakat luas (Riyanto, 2000, hlm. 51).

Dalam pedoman pelaksanaan GN-MMK yang menjadi lampiran Inpres Nomor 4 Tahun 1995 merumuskan bahwa kewirausahaan adalah semangat, sikap, perilaku, dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha dan atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan, menerapkan cara kerja, teknologi dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan atau memperoleh keuntungan yang besar. dengan demikian, seorang wirausaha (entrepreneur) adalah manusia unggul yang mampu hidup sukses diatas kekuatan sendiri, bahkan mampu membantu atau menyediakan lapangan kerja bagi orang lain. setidaknya ia mampu menolong diri sendiri, tidak membebani orang lain (Riyanto, 2000, hlm. 52).

(18)

pada umummnya dan pengusaha kecil serta koperasi pada khususnya; serta (4) membudayakan semangat, sikap, perilaku, dan kemampuan kewirausahaan di kalangan masyarakat, terutama kepada generasi muda (termasuk di dalamnya mahasiswa, penulis) sehingga berkemampuan menjadi wirausaha yang handal, tangguh, dan unggul (Riyanto, 2000, hlm.52).

Berwirausaha merupakan hal yang sangat penting dilakukan dalam kehidupan karena menjadi penunjang seluruh aspek kehidupan manusia. Namun pada kenyataannya di Indonesia tingkat pengangguran masih tinggi. salah satu penyebab banyaknya pengangguran adalah kurangnya pengalaman dalam bekerja dan minimnya skill atau kemampuan yang dimiliki. Pengalaman atau skill seharusnya didapatkan pada saat proses pembelajaran di sekolah, sehingga hasil lulusan-lulusan sekolah hanya menambah data pengangguran bukan mengurangi. Dengan demikian seharusnya sekolah, terutama sekolah menengah atas dan perguruan tinggi mampu menciptakan lulusan-lulusan yang siap bekerja di lapangan dengan diberikan modal skill dan pengalaman. Jika seluruh sekolah sadar akan hal ini, maka lulusannya pun akan membantu mengurangi tingkat pengangguran yang ada di Indonesia.Namun di samping sekolah, lembaga-lembaga terkaitpun seharusnya mampu menjadikan para peserta didiknya menjadi lebih berkualitas dan harus mandiri sehingga dapat membantu mengurangi tingkat pengangguran yang ada di Indonesia.

(19)

jika jumlah wirausaha minimal 2% dari seluruh penduduk Indonesia. Di Negara maju seperti Amerika Serikat jumlah entrepreneur sekitar 3,5-4% dari total penduduk namun di Indonesia baru 0,18% dari 240 juta jiwa atau sekitar 400 ribu sebagai pengusaha dan lainnya memilih menjadi Pegawai Negeri Sipil alias PNS dan sisanya ada yang menganggur atau menjadi karyawan swasta. Menurut tokoh pengusaha sukses Indonesia, Ir. Ciputra, agar masalah pengangguran teratasi, setidaknya butuh 4 juta pengusaha baru setiap tahunnya agar ada kesempatan untuk membuka peluang tenaga kerja yang baru (Mulya,2013).

Indonesia saat ini membutuhkan wirausaha muda untuk mendongkrak perekonomian bangsa. Pertumbuhan kewirausahaan yang lambat, membuat Indonesia tertinggal cukup jauh dari Negara tetangga dikawasan ASEAN. Untuk Singapura memiliki prosentase sebesar 7% lalu Malaysia sebesar 5% dan terakhir yaitu Thailand sebesar 4,1%. Dari data diatas kita ambil perbandingannya, kita ambil contoh negara Singapura mempunyai jumlah penduduk +/- 5 juta jiwa dan pertumbuhan kewirausahaan di negara tersebut sebesar 7%, jika kita hitung jumlahnya 350 ribu orang dengan perbandingan 1 : 14 orang di Singapura merupakan entrepreneur atau pengusaha dan juga pendapatan perkapita Singapura sebesar $48.595 pertahun sangat jauh dari negara kita Indonesia dengan pendapatan perkapitanya sebesar $3.452 pertahun yang berarti pendapatan perkapita Singapura 13 kali lipat dari Indonesia (Mulya, 2013).

(20)

pengangguran pasif maupun aktif dan pada akhirnya mampu mengatasi tingkat kemiskinan yang absolut atau permanen (Hendro, 2011, hlm. 5).

Bila satu orang lulusan perguruan tinggi menjadi wirausaha, maka kemungkinan ia akan mencari temannya sebagai partner dan mungkin salah satu temannya akan diajak untuk menjadi karyawan (bekerja kepadanya). Jika jumlah lulusan yang menjadi wirausaha adalah 10%, maka yang akan bergabung dengannya bisa menjadi 20% (satu Partner dan satu karyawan). Dengan demikian, jumlah pencari kerja angkatan tahun tersebut otomatis berkurang 30%. Seandainya hampir sebagian kecil saja lulusannya yang berpikiran sama, wirausaha bisa menjadi cara dan alternatif untuk mengurangi tingkat pengangguran yang sekarang ini cukup tinggi (Hendro, 2011, hlm. 6).

Indonesia harus membuka wawasan lulusan perguruan tinggi karena dalam kenyataannya persentase jumlah wirausahawan di Indonesia sangat kecil. Mengapa hal ini bisa terjadi? Hal ini terjadi karena pengertian dan pemahaman tentang kewirausahaan di kurikulum pendidikan tidak ‘bergema’ atau hanya sekedar mengetahui dan mengerti saja. Bahkan ada lembaga-lembaga pendidikan yang belum memperkenalkan kewirausahaan dalam perkembangan kurikulum di sekolahnya. Sejak dini, cara berpikir orang muda perlu dibuka untuk mengetahui manfaat penting menjadi entrepreneur atau wirausahawan. Jangan sampai ketekunan belajar di sekolah atau perguruan tinggi hanya mengarah pada satu target, yaitu mencari kerja saja dan titik! Karena begitu sulit mendapatkan

pekerjaan akhirnya ‘dipaksa’ menjadi wirausahawan (Hendro, 2011, hlm. 6).

(21)

Perkembangannya sangat maju jadi kalau kemarin ini kita berada di era industri bahkan sekarang sudah masuk ke era informasi dimana yang paling berubah secara maju itu gaya komunikasi ini mempengaruhi aspek marketing jadi kalau metode promosi bisa promosi tradisional itu lewat tv, radio,koran, pamflet, tapi justru sekarang omset bisa jadi lebih besar melalui internet marketing. marketing ini mulai dari website, sosial media, bahkan melalui mobile phone juga

seperti blacberry atau android jadi ini yang mempengaruhi. Termasuk juga banyak yang golong tikar karena memang tidak dibutuhkan lagi seperti usaha internet lama-lama akan berkurang karena sekarang sudah banyak koneksi internet. Seperti telepon dulu ada wartel sekarang tidak ada lagi wartel (U.A).

Perusahaan yang paling penting itu marketing karena marketing mulai posisi pertama memproduknya belum ada tetapi ketikasaya sudah mampu menyampaikan ketika orang mau membeli produk bisa membuat belakangan atau mungkin dia menjual lagi produk orang lain. jadi bagaimana usaha ini maju maka pastikan dia mempunyai marketing yang handal. marketing ini seperti tadi ada jalur tradisonal ada yang menggunakan internet marketing jadi sumber daya marketing ini betul-betul harus mesti di perhatikan dia bukan hanya dibagian faktor produksi tetapi dia menjadi diaset dari perusahaan (U.A).

Lembaga yang mengajarkan beriwirausaha salah satunya adalah Pondok Pesantren Dārut Tauḥīd1. Di dalam kelembagaan Pesantren Dārut Tauḥīd ada lembaga yang menaungi bagian kewirausahaan, yaitu lembaga Dārut Tarbiyaħ.

Menurut Dadang Subagja begitupun Di Pondok Pesantren Dārut Tauḥīd Bandung lembaga Dārut Tarbiyaħ itu terdiri dari Dauraħ Qalbiyaħ yang memiliki program 30 hari muqīm di asrama untuk menggapai cinta Allah, kemudian ada pesantren masa keemasan yaitu spesial untuk Ayah dan Bunda usia 50 tahun ke atas untuk menikmati masa keemasan. Pesantren mahasiswa dan ḥāfiẓ Qur’ān. Terakhir adalah program Akhlak Plus wirausaha. Program ini merupakan program unggulan Dārut Tauḥīd dengan masa program empat bulan di Asrama pada

1

(22)

program akhlaq plus wirausaha terdapat tiga marhalaħ yang pertama marhalaħ ke satu yaitu orientasi yang dilaksanakan selama tujuh hari yaitu tiga hari di lingkungan Dārut Tauḥīd dan yang empat hari di laksanakanya kegiatan orientasi di gunung ci jungle yang bertempat di lembang, marhalaħ ke dua yaitu kegiatan belajar mengajar dilaksanakan selama dua bulan, dan marhalaħ ke tiga yaitu Praktek Khidmaħ dan Praktek Ikhtiyār.

Praktek khidmaħ yaitu berperan sebagai ibu rumah tangga seperti dari bangun tidur harus membangunkan santri-santri lainnya yang sekelompoknya, menyiapkan sarapan pagi untuk kelompoknya sendiri. Memasaknya untuk kelompoknya sendiri, mencuci baju, menyapu, mencuci piring, membersihkan asrama, membersihkan kamar. Praktek khidmaħ dilaksanakan tiga hari peran ibu rumah tangganya. Ada juga praktek khidmaħ kepada masyarakat yaitu pengabdian kepada masyarakat melaksanakan program-program di masyarakat. Ada yang merenovasi mesjid ada yang mengajar ke PAUD dan acara terakhir khidmaħ masyarakat.

Sedangkan praktek Ikhtiyār yaitu peran sebagai ayah yang di laksanakannya selama 11 hari menjadi peran sebagai ayah. Yaitu tugasnya mencari penghasilan. Semua yang berhubungan dengan uang di ambil oleh para pembina program santri muqīm Akhlaq Plus Wirausaha misalnya atm santri diambil, uangnya diambil jadi santri tidak boleh mempunyai uang didalam dompet santri harus kosong.

Praktek Ikhtiyār mencari uang untuk memenuhi kebutuhan kelompok selama 11 hari. yang berperan sebagai ayah mencari uang targetnya harus mendapatkan uang Rp. 30.000 dalam sehari. Bagaimanapun caranya santri muqīm akhlaq plus wirausaha angkatan ke 24 harus mendapatkan uang sesuai targetnya.Tetapi kalau mendapatkan lebih dari target uang dikembalikan lagi kepada santri, dengan cara santri mencuci motor, ada yang mengambil barang dulu setelah laku setorkan uangnya kepada pemilik tokonya.

(23)

maka dari itu kita semua sebagai warga Indonesia harus menciptakan lapangan-lapangan kerja supaya bangsa Indonesia tidak banyak yang pengangguran. lapangan kerja dengan contohnya berwirausaha. Dengan adanya kewirausahaan maka akan mengurangi pengangguran di Indonesia. Para santri harus selalu dilatih dalam berwirausaha dan harus mempunyai kreatifitas-kreatifitas untuk membuat akhlak plus wirausaha menjadi berkembang, sehingga menciptakan lulusan-lulusan terbaik dan lulusan-lulusan yang santri yang menjadi berwirausaha setelah keluar di pondok pesantren Dārut Tauḥīd di program Akhlak Plus Wirausaha.

Maka untuk itu perlu melakukan penelitian ke lembaga-lembaga Islam yang sudah bagus salah satunya yaitu pesantren Dārut Tauḥīd Bandung yang ada lembaga ke pesantren. Prediksi bahwa pesantren Dārut Tauḥīd sudah punya pola pendidikan yang bagus untuk menanamkan kemandirian santrinya untuk sebab itu saya melakukan penelitian di pesantren Dārut Tauḥīd Bandung di program santri muqīm akhlak plus wirausaha. Maka dari itu penulis tertarik untuk meneliti Akhlak Plus Wirausaha di pondok pesantren Dārut Tauḥīd Bandung dengan

mengambil judul “Pembelajaran kewirausahaan pada santri Dārut Tauḥīd

Bandung”.

B. Identifikasi Masalah

(24)

santri untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas karena kurangnya media pembelajaran yang diberikan oleh ustāż. Seharusnya ustāż menyiapakan media-media pembelajaran yang menarik supaya santri bisa lebih semangat lagi belajar dan tidak mengantuk lagi pada saat belajar di kelas. Kebanyakan santri kalau mendengarkan ceramah saja terus pakai media infokus dan menampilkan slide power point santri kebanyakan pada mengantuk ada yang tidur karena kejenuhan belajar di kelas.

C. Rumusan Masalah

Dari rumusan masalah umum di atas, dapat diperinci secara khusus dengan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana perencanaan pembelajaran kewirausahaan pada santri Dārut Tauḥīd Bandung?

2. Bagaimana pengorganisasian pembelajaran kewirausahaan pada santri Dārut Tauḥīd Bandung?

3. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran kewirausahaan pada santri Dārut Tauḥīd Bandung?

4. Bagaimana evaluasi pembelajaran kewirausahaan pada santri Dārut Tauḥīd Bandung?

(25)

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran secara utuh mengenai Pelaksanaan Pembelajaraan Kewirausahaan Pada Santri Dārut Tauḥīd Bandung.

2. Tujuan Khusus

Adapun yang menjadi tujuan khusus dari penelitian ini, di antaranya:

a. Untuk mengetahui perencanaan pembelajaraan kewirausahaan pada santri Dārut Tauḥīd Bandung.

b. Untuk mengetahui pengorganisasian pembelajaran kewirausahaan pada santri Dārut Tauḥīd Bandung.

c. Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran kewirausahaan pada santri Dārut Tauḥīd Bandung.

d. Untuk mengetahui evaluasi pembelajaran kewirausahaan pada santri Dārut Tauḥīd Bandung

(26)

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk mengembangkan masukan dalam pembelajaraan kewirausahaan pada santri Dārut Tauḥīd Bandung.

2. Manfaat Praktis

Dengan diadakannya penelitian ini, peneliti berharap dapat memberikan manfaat dan kontribusi bagi berbagai pihak yang berhubungan dengan dunia pembelajaran kewirausahaan khususnya pada santri Dārut Tauḥīd Bandung. a. Untuk negara: manfaatnya supaya negara Indonesia maju terus, dan

mengembangkan kewirausahaan dan menciptakan lapangan kerja lebih banyak lagi supaya masyarakat Indonesia tidak banyak yang pengangguran.

b. Untuk Sekolah-Sekolah: manfaatnya supaya sekolah-sekolah murid-muridnya berkreatifitas untuk berwirausaha

c. Untuk universitas: manfaatnya supaya universitas memberikan pelajaran tentang kewirausahaan dan setelah memberikan pelajaran kewirausahaan para mahasiswa di latih untuk berwirausaha.

(27)

F. Struktur Organisasi

Struktur organisasi skripsi yang akan di buat meliputi lima BAB, yaitu:

BAB I: Pendahuluan yang meliputi: latar belakang masalah, identifikasi masalah

dan rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.

BAB II: Kajian teori terdiri dari ilmu pendidikan Islam, Manajemen kelembagaan

Islam, pengertian pondok pesantren, pengertian santri, pembelajaran, pembelajaran kewirausahaan, dan ciri-ciri perilaku kewirausahaan.

BAB III: Metode penelitian terdiri dari lokasi dan subjek penelitian, desain

penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, uji keabsahan data, teknik Pengumpulan data, dan analisis Data.

BAB IV: Hasil penelitian dan pembahasan yang terdiri dari dua hal utama, yakni

hal utama ialah pengolahan atau analisis data untuk menghasilkan temuan berkaitan dengan masalah penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian. Sedangkan hal yang kedua adalah pembahasan atau analisis temuan.

BAB V: Kesimpulan, saran dan rekomendasi

(28)
(29)

Tian Bayu Nuari, 2014

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti berlokasi di Pondok Pesantren Dārut Tau īd Bandung meneliti tentang Akhlak Plus Wirausaha yang beralamat di Jl. Geger Kalong Girang No. 30 D Kota Bandung. Lokasi ini dipilih oleh peneliti dengan beberapa pertimbangan. Pertama, Pondok Pesantren Dārut Tau īd Bandung ini merupakan pondok pesantren yang terkenal di kota Bandung. Banyak mahasiswa dan mahasiswi yang daftar ke pondok pesantren Dārut Tau īd untuk mengikuti program-program di pondok pesantren Dārut Tau īd Bandung. Di pondok pesantren Dārut Tau īd Bandung ini banyak lembaga-lembaga nya dan banyak program-programnya, yaitu ada lembaga Dārul Qalbiyaħ, Dārut Tarbiyaħ. Di Dārut Tarbiyaħ ada program Pesantren masa keemasan spesial untuk ayah dan bunda dan ada program Akhlak Plus Wirausaha. Saya meneliti di pondok pesantren Dārut Tau īd Bandung tentang Akhlak Plus Wirausaha yang ada di lembaga Dārut Tarbiyaħ. Saya tertarik meneliti program ini, karena dalam program Akhlak Plus Wirausaha santrinya menjalankan Akhlaq Plus Wirausaha selama 4 Bulan muqīm di asrama. Akhlak Plus Wirausaha ini merupakan lembaga yang bagus untuk menjadikan siswa menjadi akhlak yang baik dan menjadikan siswa untuk berwirausaha sebagai enterpreneurship.

(30)

Akhlak Plus Wirausaha ini memberikan pendidikan life skill berupa keterampilan memasak, keterampilan membuat usaha dengan cara online dan mengembangkan minat dan bakat santri Akhlak Plus Wirausaha.

Peneliti dalam penelitian kualitatif ada bersama subjek (bukan objek) yang diteliti. Karena peneliti adalah instrumen utama penelitian. Ia tidak dapat digantikan oleh angket dan tes. Selama penelitian berlangsung, ia hadir dalam latar penelitian untuk mengamati, ikut serta melakukan wawancara mendalam untuk mengeksplorasi fokus penelitian (Putra & Santi, 2012, hlm. 22).

Dalam penelitian ini, yang akan menjadi subjek informan ialah pihak-pihak bertanggung jawab serta menguasai dan terlibat secara langsung dalam kegiatan pembelajaran kewirausahaan pada santri Dārut Tau īd Bandung yaitu diantaranya kepala Pembina Akhlak Plus Wirausaha, Wakil pembina Akhlak Plus Wirausaha, staf guru pengajar santri Akhlak Plus Wirausaha, Seketaris Akhlak Plus Wirausaha, dan segenap santri Akhlak Plus Wirausaha. Penelitian ini mengambil sampel santri Akhlak Plus Wirausaha. Sedangkan yang menjadi subjek sosialnya ialah kegiatan pembelajaran kewirausahaan pada santri Dārut Tau īd Bandung.

B. Desain Penelitian

Desain adalah suatu proses antisipasi agar kondisi sesuatu dapat terkendali. Desain penelitian adalah suatu cek biru (blue print) dalam hal bagaimana data dikumpulkan, diukur, dan dianalisis. Melalui desain inilah peneliti dapat mengkaji alokasi sumber daya yang dibutuhkan (Umar, 2008, hlm. 6).

Desain penelitian adalah suatu rencana kerja yang terstruktur dalam hal hubungan-hubungan antarvariabel secara komprehensif, sedemikian rupa agar hasil risetnya dapat memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan riset. Rencana tersebut mencakup hal-hal yang akan dilakukan periset, mulai dari membuat hipotesis dan implikasinya secara operasional sampai pada analisis akhir (Umar, 2008, hlm. 6).

(31)

Tian Bayu Nuari, 2014

suatu penelitian, penting adanya suatu rancangan desain penelitian agar peneliti berjalan sesuai arah sehingga mencapai tujuan yang diharapkan. Dalam merancang desain penelitian, maka terlebih dahulu disusun prosedur penelitian yang akan dilakukan. Pada penelitian ini, data yang di perlukan ialah tentang pembelajaran kewirausahaan pada santri Dārut Tau īd Bandung.

Tahap persiapan dilakukan dengan mengunjungi yayasan Dārut Tau īd Bandung terlebih dahulu untuk meminta izin untuk mengadakan penelitian di pondok pesantren Dārut Tau īd Bandung. Setelah itu langsung ke Dārut Tarbiyaħ karena di Dārut Tarbiyaħ banyak program-program seperti Dārul Qolbiyaħ selama satu bulan, pesantren masa keemasan, pesantren mahasiswa dan program santri muqīm Akhlak Plus Wirausaha selama empat bulan dilaksanakannya. Dan saya sebagai yang mau penelitian Akhlak Plus Wirausaha jadi meminta izin terlebih dahulu ke Dārut Tarbiyaħ untuk mengadakan penelitian di sana. Di sini peneliti mengadakan penelitian ke pondok pesantren Dārut Tau īd Bandung dalam program santri muqīm Akhlak Plus Wirausaha untuk mengetahui proses pembelajaran kewirausahaan di program santri muqīm Akhlak Plus Wirausaha. Selanjutnya melakukan observasi lapangan pada proses kegiatan-kegiatan santri muqīm Akhlak Plus Wirausaha angkatan ke 24. Setelah data terhimpun dari pra penelitian, kemudian dijadikan topik penelitian. Selanjutnya peneliti menyiapkan perlengkapan penelitian, berupa instrumen, alat dokumentasi, dan menyangkut persoalan etika penelitian

Pada pelaksanaan lapangan, terlebih dahulu peneliti menghubungi kepala Dārut Tarbiyaħ yaitu yang bernama ka Andi , kepala bagian operasional yaitu bapak Dadang Subagja, seketariatan yaitu teh Zijah , di sertakan dengan surat dan proposal untuk di wawancara. Peneliti melakukan wawancara untuk mendapatkan data tentang pembelajaran kewirausahaan pada santri Dārut Tau īd Bandung.

(32)

Tarbiyaħ. Untuk melengkapi data, peneliti menggunakan studi dokumen dari dokumen-dokumen yang di dapatkan dari program santri muqīm Akhlak Plus Wirausaha. Selanjutnya pada tahap pelaporan, data yang sudah terkumpul di analisis dan di buatkan laporan berupa skripsi.

Pengertian-pengertian desain penelitian diatas walaupun berbeda dalam hal rinciannya, tetapi secara bersama-sama, pengertian itu memberikan ikhwal inti dari desain penelitian, yaitu sebagai berikut: Desain merupakan rencana untuk memilih sumber-sumber daya dan data yang akan dipakai untuk diolah dalam rangka menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian, Desain merupakan kerangka kerja untuk merinci hubungan-hubungan antara variabel yang terkait dalam kajian tersebut, Desain juga merupakan metode, yaitu cetak biru yang berupa-rupa prosedur-prosedur secara garis besar mulai dari hipotesis sampai kepada analisis data.

C. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah metode yang lebih menekankan pada aspek pemahaman secara mendalam terhadap suatu masalah dari pada melihat permasalahan untuk penelitian generalisasi. Metode penelitian ini lebih suka menggunakkan teknik analisis mendalam (in-depth analysis), yaitu mengkaji masalah secara kasus perkasus karena metodologi kualitatif yakni bahwa sifat suatu masalah satu akan berbeda dengan sifat dari masalah lainnya. tujuan dari metodologi ini bukan suatu generalisasi tetapi pemahaman secara mendalam terhadap suatu masalah. Penelitian kualitatif berfungsi memberikan kategori substantif dan hipotesis penelitian kualitatif.

(33)

Tian Bayu Nuari, 2014

Tabel 3.1

Tabel Metode Kualitatif

Aksioma Dasar Metode Kualitatif

Sifat Realitas Ganda, holistic, dinamis, hasil

konstruksi dan pemahaman.

Hubungan peneliti dengan yang di teliti Interaktif dengan sumber data supaya memperoleh makna

Hubungan Variable Timbal balik atau interaktif

Kemungkinan generalisasi Tranferability (hanya mungkin dalam ikatan konteks dan waktu)

Peranan nilai Terikat nilai-nilai yang di bawa

penelitindan sumber data.

Berdasarkan hal tersebut dapat dikemukakan bahwa, metode penelitian kualitatif itu dilakukan secara intensif, peneliti ikut berpartisipasi lama di lapangan, mencatat secara hati-hati apa yang terjadi, melakukan analisis reflektif terhadap berbagai dokumen yang ditemukan di lapangan, dan membuat laporan penelitian secara mendetail (Sugiyono, 2012, hlm.9).

(34)

dalam bentuk tema, motif, taksonomi dan generalisasi bukan operasionalisasi variabel (Boy, 2008, hlm. 6).

Generalisasi tidak dilakukan mengacu pada kaidah probabilitas, tetapi melalui ekstraksi kenyataan dari data yang ditemukan di lapangan dan menyajikannya dalam gambaran yang koheren dan konsisten (Boy, 2008, hlm. 6).

Adapun metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu penelitian yang diupayakan untuk mencandra atau mengamati permasalahan secara sistematis dan akurat mengenai fakta dan sifat objek tertentu. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem

pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari

penelitan deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi gambaran atau lukisan

secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta

hubungan antar fenomena yang diselidiki. Metode deskriptif merupakan klasifikasi pertama yang sering ditemui dalam bidang sosial, ekonomi, dan pendidikan. Dalam hal ini, para peneliti berusaha menggambarkan kegiatan penelitian yang dilakukan pada objek tertentu secara jelas dan sistematis (Zulianti, 2014, hal. 66).

(35)

Tian Bayu Nuari, 2014

Pendekatan kualitatif dalam penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan data di lapangan dengan menguraikan hingga menganalisa berdasarkan fakta-fakta di lapangan.

Agar memperoleh suatu gambaran mengenai realita Pembelajaran Kewirausahaan Pada Santri Dārut Tau īd Bandung. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif studi deskriptif.

D. Definisi Operasional

Kata ilmu berasal dari bahasa arab “ al-‘ilm” yang merupakan lawan dari

kata “al-jahl” (kebodohan), yaitu mengetahui sesuatu sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dengan pengetahuan yang pasti. Bagi orang Indonesia, yang umumnya telah dipengaruhi rasa bahasa Arab, kata ‘ilmu’ juga dapat berarti pengetahuan (knowledge), sehingga ditemukan istilah ilmu alam, ilmu kimia, ilmu pendidikan, dan sebagainya. Sedang secara istilah, ilmu adalah sejenis pengetahuan manusia yang diperoleh dengan riset terhadap objek-objek yang empiris (Budiyanto, 2013, hlm. 1).

Dalam bahasa Indonesia, istilah pendidikan berasal dari kata ‘didik’ dengan memberinya awalan ‘pe’ dan akhiran ‘an’, mengandung arti ‘ perbuatan ’ (hal,

cara dan sebagainya). Istilah pendidikan ini semula berasal dari bahasa Yunani,

yaitu ‘paedagogie’, yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak. Istilah

ini kemudian diterjemahkkan ke dalam bahasa inggris dengan ‘education’ yang berarti pengembangan atau bimbingan. Dalam bahasa arab istilah ini sering diterjemahkan dengan ‘tarbiyaħ’ yang bearti pendidikan (Ramayulis, 2008, hlm. 13).

Kata “pendidikan” yang umum kita gunakan sekarang, dalam bahasa arabnya “tarbiyaħ”, dengan kata kerja “rabba”. Kata “pengajaran” dalam bahasa

arabnya adalah “ta’līm” dengan kata kerjanya “ ‘allama”. Pendidikan dan

(36)

Islam” dalam bahasa arabnya adalah “Tarbiyaħ Islāmiyaħ” (Daradjat, 2012, hlm. 25).

Kata Islam berarti penyerahan diri dan kepatuhan. Kemudian secara istilah, kata Islam ini digunakan sebagai nama agama dan tatanan kehidupan yang di

bawa oleh Nabī Muhammad Saw. Melalui wahyu dari Allah Swt. yang termuat

dalam al-Qurān dan al- adīŝ (Budiyanto, 2013, hlm. 8).

Ilmu pendidikan Islam sebagai usaha membentuk pribadi manusia harus melalui proses yang panjang dengan hasil yang tidak dapat diketahui dengan segera, berbeda dengan membentuk benda mati yang dapat dilakukan sesuai dengan keinginan pembuatannya. Ilmu pendidikan Islam khususnya yang bersumberkan nilai-nilai agama Islam di samping menanamkan dan membentuk sikap hidup yang dijiwai nilai-nilai tersebut juga menggembangkan kemampuan berilmu pengetahuan sejalan dengan nilai-nilai Islam yang melandasinya adalah merupakan proses Ikhtiyār yang secara pedagogis mampu mengembangkan hidup anak didik kepada kearah kedewasaan atau kematangan yang menguntungkan dirinya (Soleha & Rada, 2011, hlm. 8).

Bentuk lembaga pendidikan Islam apapun dalam Islam harus berpijak pada prinsip-pinsip tertentu yang telah disepakati sebelumnya, sehingga antara lembaga satu dengan lembaga lainnya tidak terjadi semacam tumpang tindih (Mujib & Jusuf, 2008, hlm. 223).

Kata dasar “Pembelajaran” adalah belajar. Dalam arti sempit pembelajaran

(37)

Tian Bayu Nuari, 2014

Jadi yang dimaksud Arifin tentang pembelajaran yaitu proses belajar di kelas maupun di luar kelas yang didik oleh seorang pendidik. Pembelajaran itu sendiri untuk mendidik siswa supaya siswa bisa mandiri dan mempunyai wawasan yang diperoleh dari gurunya. Siswa di latih untuk belajar dengan sungguh-sungguh supaya siswa pintar, cerdas, kreatif, inovatif.

Kewirausahaan adalah ilmu yang mempelajari tentang nilai, kemampuan, dan perilaku seseorang dalam menghadapi tantangan hidup (Usaha). Kewirausahaan merupakan ilmu yang memiliki obyek kemampuan menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. Dalam bidang tertentu seperti perdagangan dan jasa, kewirausahaan dijadikan kompetensi inti guna meningkatkan kemampuan bersaing, perubahan, inovasi, pertumbuhan dan daya tahan usaha, perusahaan. Kewirausahaan dapat digunakan untuk kiat bisnis jangka pendek dan jangka panjang sebagai kiat kehidupan secara umum (Kristanto, 2009, hlm. 1).

Jadi kewirausahaan yaitu mencari pengalaman-pengalaman di bidang usaha. Kewirausahaan itu mampu bersaing dengan orang lain kita harus mempunyai kreatifitas-kreatifitas yang bisa dikembangkan oleh kita sendiri dan dipasarkan ke beberapa daerah supaya kita bisa bersaing dengan orang lain . kewirausahaan itu harus pandai, kreatif, inovatif, supaya produk yang telah kita bikin bisa dipasakan ke beberapa negara.

(38)

demikian, prinsip tersebut di kemudian hari tidak mutlak berlaku sepenuhnya (Prasojo, 1974, hlm. 13).

Jadi Pondok pesantren yaitu belajar di pesantren sampai kapan saja. Tapi suatu saat setelah santri nya sudah beberapa tahun pesantren dan menuntut ilmu agama dan ilmu-ilmu lainnya sewaktu-waktu santri bisa pindah untuk mencari jati dirinya, untuk mengembangkan dirinya dan mencari guru di pesantren lainnya.

E. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai instrumen juga harus divalidasi seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang selanjutnya terjun ke lapangan. Validasi terhadap peneliti sebagai instrumen meliputi validasi terhadap pemahaman metode penelitian kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang yang di teliti, kesiapan peneliti untuk memasuki obyek penelitian, baik secara akademik maupun logistiknya. Yang melakukan validasi adalah peneliti sendiri, melakukan evaluasi diri seberapa jauh pemahaman terhadap metode kualitatif, penguasaan teori dan wawasan terhadap bidangyang diteliti, serta kesiapan dan bekal memasuki lapangan. Peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya (Sugiono, 2012, hlm. 222).

Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian utama. Alasannya ialah bahwa, segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya (Sugiono, 2012, hlm. 223).

(39)

Tian Bayu Nuari, 2014

Untuk itu perlu dikemukakan siapa yang akan menjadi instrumen penelitian, atau mungkin setelah permasalahannya dan fokus jelas peneliti akan menggunakkan instrument (Sugiyono, 2012, hlm. 292).

Kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit. Ia sekaligus merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data, analis, penafsir data, dan pada akhirnya ia menjadi pelopor hasil penelitiannya (Moleong, 2011, hlm. 168). Ciri-ciri umum manusia sebagai instrumen mencangkup segi responsif,

dapat menyesuaikan diri, menekankan keutuhan, mendasarkan diri atas pengetahuan memproses dan mengikhtisarkan, dan memanfaatkan kesempatan mencari respons yang tidak baik atau idiosinkratik (Moleong, 2011, hlm. 169).

F. Uji Keabsahan Data

Penelitian kualitatif menempuh cara yang berbeda. Karena instrumen utamanya adalah manusia, yaitu si peneliti yang diperiksa keabsahannya bukanlah keabsahan instrumen, tetapi keabsahan data. Dalam penelitian kualitatif digunakan empat kriteria, yaitu kredibilitas, keteralihan, ketergantungan, dan kepastian, yang cara pengujiannya berbeda dengan penelitian kuantitatif (Putra & Santi, 2012, hlm. 33).

Uji kredibilitas data dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut.

1. Perpanjangan pengamatan

Perpanjangan pengamatan memungkinkan peneliti untuk mendalami apa yang telah didapatkannya. Bertambahnya waktu di lapangan tentu memberi peluang kepada peneliti untuk membuat perincian pengamatannya (Putra & Santi, 2012, hlm. 34).

(40)

2. Peningkatan ketekunan pengamatan

Peningkatan ketekunan dimaksudkan agar si peneliti menjalankan prinsip “ sempit dan dalam” yang memungkinkannya untuk lebih fokus menemukan

konteks yag sesungguhnya dan relevansi dari apa yang telah di ketahuinya. Jika perpanjangan pengamatan memberi peluang untuk melihat lebih luas dan membersihkan biar si peneliti, maka ketekunan dapat menggali lebih dalam lagi (Putra & Santi ,2012, hlm. 34).

Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis (Sugiyono, 2012, hlm. 272).

Ketekunan pengamatan merupakan teknik yang mengharuska peneliti mencaritemukan kedalaman. Karena itu prinsip sempit dan dalam mesti diterapkan disini. Peneliti diharuskan untuk lebih fokus, melakukan pengamatan lebih rinci, terus-menerus atau berkesinambungan sampai menemuka penjelasan yang mendalam terhadap gejala atau fenomena yang sangat menarik dan menonjol (Putra, 2011, hlm. 173).

3. Triangulasi

(41)

Tian Bayu Nuari, 2014

Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat triagulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan waktu (Sugiono, 2012, hlm. 273).

Dalam bahasa sehari-hari triangulasi dikenal dengan istilah cek dan ricek yaitu pengecekan data menggunakan beragam sumber, teknik, dan waktu. Beragam sumber maksudnya digunakan lebih dari sumber untuk memastikan apakah datanya benar atau tidak. Beragam teknik berarti penggunaan berbagai cara secara bergantian untuk memastikan apakah datanya memang benar. Cara yang digunakan adalah wawancara, pengamatan, dan analisis dokumen.

Beragam waktu berarti memeriksa keterangan dari sumber yang sama pada waktu yang berbeda pagi, siang, sore, atau malam. Juga berarti membandingkan penjelasan sumber ketika ia diajak ngobrol berdua dengan peneliti dan saat ia berbicara di depan publik tentang topik yang sama (Putra, 2011, hlm. 189).

a. Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Sebagai contoh, untuk menguji kredibilitas data tentang gaya kepemimpinan seseorang, maka pengumpulan dan pengujian data yang telah diperoleh dilakukan ke bawahan yang dipimpin, ke atasan yang menugasi, dan ke teman kerja yang merupakan kelompok kerjasama.data dari ke tiga sumber tersebut, tidak bisa dirata-ratakan seperti dalam penelitian kuantitatif, tetapi di deskripsikan, dikategorikan, maa pandangan yang sama, yang berbeda, dan mana spesifik dari tiga sumber data tersebut. Data yang telah dianalisis oleh peneliti sehingga menghasilkan suatu kesimpulan selanjutnya dimintakan kesepakatan (member check) dengan tiga sumber data tersebut (Sugiyono, 2012, hlm. 274).

Skema 3.1

Trianggulasi Sumber Data

(42)

b. Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya data diperoleh dengan wawancara, lalu di cek dengan observasi, dokumentasi, atau kuesioner. Bila dengan teknik pengujian kredibilitas data tersebut, menghasilkan data yang berbeda-beda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan atau yang lain, untuk memastikan data mana yang dianggap benar. Atau mungkin semuanya benar, karena sudut pandangannya berbeda-beda (Sugiyono, 2012, hlm. 274).

Skema 3.2

Triangulasi Teknik Pengumpulan Data

c. Triangulasi Waktu

Wawancara Observasi

Kuesioner atau Dokumentasi Atasan

(43)

Tian Bayu Nuari, 2014

Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat nara sumber masih segar, belum banyak masalah, akan memberikan data yang lebih valid sehingga lebih kredibel. Untuk itu dalam rangka pengujian kredibilitas data dapat dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda, maka dilakukan secara berulang-ulang sehingga sampai ditemukan kepastian datanya. Triangulasi dapat juga dilakukan dengan cara mengecek hasil penelitian, dari tim peneliti lain yang diberi tugas melakukan pengumpulan data (Sugiyono, 2012, hlm. 274).

Skema 3.3

Triangulasi Waktu Pengumpulan Data

4. Pengecekan teman sejawat

Pengecekan teman sejawat adalah upaya peneliti untuk mendapatkan masukan dari teman sejawat yang tidak ikut serta meneliti. Peneliti memaparkan hasil temuannya (biasanya yang belum selesai), kemudian meminta kritik dan masukan. Bukan saja terkait hasil, juga metodologi. Ini cara untuk menjaga konsistensi dan kejujuran (Putra & Santi, 2012, hlm. 34).

Dalam penelitian kualitatif pengecekan atau diskusi dengan teman sejawat ini penting dilakukan justru karena instrumen penelitiannya adalah peneliti

Siang Sore

(44)

sendiri. Ini untuk menjaga supaya peneliti terhindar dari bias dan distorsi pribadi. Yang masuk dalam kategori teman sejawat adalah sesama peneliti jika penelitiannya dilakukan dalam kelompok, atau orang-orang yang memahami fokus penelitian dan metodologi kualitatif. Tentu saja teman sejawat itu tidak mesti orang yang satu paradigma, satu guru, satu ilmu dengan kita. Ada baiknya teman sejawat itu adalah orang yang berpengalaman dalam fokus penelitian agar ia dapat memberi masukan dan kritik agar penelitian itu memberikan hasil yang bermutu (Putra, 2011, hlm. 194).

5. Pengecekan anggota

Pengecekan anggota biasanya saling cek dan ricek diantara para peneliti yang terlibat dalam proses penelitian. Ini dilakukan agar semua peneliti saling menyadari berbagai hal yang perlu diperbaiki dan diperdalam (Putra & Santi, 2012, hlm. 34-35).

Pengecekan anggota merupakan upaya untuk memeriksa apakah peneliti telah berhasil mengungkap EMIK, karena itu peneliti melakukan pengecekan kepada orang-orang yang diamati dan diwawancarai. Pengecekan anggota paling baik dilakukan secara bertahap, tidak di akhir penelitian. Pengecekan dapat dilakukan secara formal atau informal. Jika digunakan cara formal peneliti memberi kesempatan pada mereka untuk membaca catatan lapangan dan kesimpulan sementara. Jika yang digunakan cara informal peneliti melakukan perbincangan informal dengan mereka dan mendiskusikan temua-temuan penting dan mengecek istilah-istilah kunci yang mereka gunakan (Putra, 2011, hlm. 200).

6. Analisis kasus negatif

Analisis kasus negatif adalah mencari temukan kasus-kasus negatif yang tidak sesuai bahkan bertentangan dengan apa yang sudah ditemukan (Putra & Santi, 2012, hlm. 35).

(45)

Tian Bayu Nuari, 2014

Analisis kasus negatif adalah upaya untuk mencari kasus yang tidak sama atau tidak sejalan bahkan bertentangan dengan arus utama informasi sebagai pembanding. Dalam penelitian kualitatif ini merupakan teknik yang sangat berguna karena memberi kesadaran pada peneliti untuk tidak sembarangan membuat kesimpulan (Putra, 2011, hlm. 193).

7. Kecukupan referensial

Kecukupan referensial adalah penggunaan berbagai peralatan seperti perekam suara atauperekam gambar untuk melengkapi catatan tertulis. Oleh karena itu, dalam penelitian kaulitatif diusahakan ada foto-foto dan rekaman gambar bergerak atau film atau video (Putra & Santi, 2012, hlm. 35).

Yang dimaksud dengan bahan referensi di sini adalah adanya pendukung untuk membuktikkan data yang telah ditemukan oleh peneliti. Sebagai contoh, data hasil wawancara perlu di dukung dengan adanya rekaman wawancara. Data tentang interaksi manusia, atau gambaran suatu keadaan perlu didukung foto-foto. Alat-alat bantu perekam data dalam penelitian kualitatif, seperti camera, handycam, alat rekam suara sangat diperlukan untuk mendukung kredibilitas data yang telah ditemukan oleh peneliti. Dalam laporan penelitian, sebaiknya data-data yang dikemukakan perlu dilengkapi dengan foto-foto atau dokumen autentik, sehingga menjadi lebih dapat dipercaya (Sugiyono, 2012, hlm. 275).

Kecukupan referensi mengacu ke ketersediaan pendukung untuk membuktikan data yang telah dikumpulkan peneliti menggunakkan perekam suara, perekam gambar (handy cam), kamera foto (Putra, 2011, hlm. 201).

Alat pendukung atau alat bantu ini penting artinya untuk pengecekan anggota, membantu peneliti membuat laporan yang lengkap, dan bukti kepada pihak lain bahwa penelitian memang telah dilakukan. Kesemuanya merupakan bukti-bukti fisik yang bisa di lihat oleh siapa pun (Putra, 2011, hlm. 202).

8. Mengadakan Member check

Member check adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada

(46)

yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Apabila data yang ditemukan disepakati oleh para pemberi data berarti data tersebut valid, sehingga semakin kredibel atau dipercaya, tetapi apabila data yang ditemukan peneliti dengan berbagai penafsirannya tidak disepakati oleh pemberi data, dan apabila perbedaannya tajam, maka peneliti harus merubah temuannya, dan harus menyesuaikan dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Jadi tujuan member check adalah agar informasi yang diperoleh dan akan digunakan dalam penulisan

laporan sesuai dengan apa yang dimaksud sumber data atau informan (Sugiyono, 2012, hlm. 276).

G. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2012, hlm. 137) Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau dokumen.

Selanjutnya bila dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan interview (wawancara), kuesioner (angket), observasi (pengamatan), dan gabungan ketiganya.

1. Interview (wawancara)

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus di teliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit atau kecil (Sugiyono, 2010, hlm. 137).

(47)

Tian Bayu Nuari, 2014

waktu meskipun biasaya hanya melibatkan sample yang lebih kecil (Sugiyono, 2012, hlm. 158).

Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu (Sugiyono, 2010, hlm.72).

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) sebagai pengaju atau pemberi pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) sebagai pemberi jawaban atas pertanyaan itu. maksud diadakannya wawancara mengonstruksi perihal orang, kejadian, kegiatan, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, dan kepedulian, merekonstruksi kebulatan-kebulatan harapan pada masa yang akan mendatang; memveerifikasi, mengubah dan memperluas informasi dari orang lain baik manusia (triangulasi); dan memverifikasi, mengubah, dan memperluas konstruksi yang dikembangkan oleh peneliti sebagai pengecekan anggota (Basrowi & Suwandi, 2008, hlm. 127).

2. Observasi

Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikhologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.

Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila, penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar (Sugiyono, 2010, hlm. 145).

Menurut Sugiyono (2010, hlm. 145) Dari segi proses pelaksanaan pengumpulan, observasi dapat dibedakan menjadi participant observation (Observasi berperan serta) dan non-participant, selanjutnya dari segi instrumentasi yang digunakan, maka observasi dapat dibedakan menjadi observasi terstruktur dan tidak terstruktur.

Gambar

Tabel Metode Kualitatif
Tabel  3.2
Tabel  3.3

Referensi

Dokumen terkait

PERUSAHAAN ASURANSI tidak harus bertanggung jawab atau menjadi bertanggung jawab sebagai pihak tambahan dalam tuntutan apapun atas kerusakan yang diajukan oleh Pemegang

Dosen yang bermutu menurut Uwes adalah dosen yang menguasai disiplin ilmu yang diampunya, dapat mengikuti perkembangan serta mampu mengembangkan serta bertanggung jawab

Para Informan Penelitian yang sudah bersedia menjadi subjek dalam skripsi ini, dan juga pada pihak-pihak yang membantu penulis dalam bertemu dengan para informan

PERUSAHAAN ASURANSI tidak harus bertanggung jawab atau menjadi bertanggung jawab sebagai pihak tambahan dalam tuntutan apapun atas kerusakan yang diajukan oleh Pemegang

Melalui kegiatan penemuan terbimbing dan diskusi kelompok, siswa diharapkan dapat terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran dan bertanggung jawab dalam menyampaikan

Melalui kegiatan pemecahan masalah dan diskusi kelompok, siswa diharapkan dapat terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran dan bertanggung jawab dalam menyampaikan

Mahasiswa menguasai teori dan mampu menerapkan, menganalisis, serta mengambil keputusan secara bertanggung jawab dalam bidang dasar-dasar ilmu kebahasaan.Topik bahasannya

Melalui kegiatan pemecahan masalah dan diskusi kelompok, siswa diharapkan dapat terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran dan bertanggung jawab dalam menyampaikan