114
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK USIA PRASEKOLAH 3-5 TAHUN DI TAMAN KANAK-KANAK
KENTEN PERMAI PALEMBANG TAHUN 2019
Sunarti ¹, Nurbaity ²
Prodi DIII Kebidanan STIKES Mitra Adiguna Palembang
Komplek Kenten Permai Blok J9-12 Kel. Bukit Sangkal Kalidoni Palembang Emai : toyibnurbaity@yahoo.com
ABSTRAK
Pertumbuhan anak sangat berkaitan dengan gizi yang dikonsumsi. Kandungan gizi yang dikonsumsi setiap hari menentukan status gizi anak. Status gizi yang baik mampu meningkatakan daya tahan tubuh yang baik pula, sebaliknya status gizi yang buruk memudahkan timbulkan penyakit. Berdasarkan data Food and Agriculture Organization (FAO) memperkirakan Sekitar 870 juta orang dari 7,1 miliar penduduk dunia atau 1 dari delapan orang penduduk dunia menderita gizi buruk. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan status gizi dengan perkembangan motorik kasar pada anak usia prasekolah 3-5 tahun di Taman Kanak-Kanak Kenten Permai Palembang Tahun 2019. Metode penelitian menggunakan analitik kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalahsemua anak usia prasekolah di Taman Kanak-Kanak Kenten Permai Palembang Tahun 2019 yang berjumlah 77 orang.
Hasil penelitian didapatkan distribusi frekuensi responden sebagian besar perkembangan motorik kasar anaknya pada kategori normal sebanyak 35 responden (81,4%), distribusi frekuensi responden sebagian besar status gizi anaknya pada kategori gizi baik sebanyak 31 responden (72,1%). Hasil uji statistik didapatkan ada hubungan yang bermakna antara status gizi dengan perkembangan motorik kasar anak usia prasekolah 3-5 tahun di TK Kenten Permai Palembang tahun 2019 dengan nilai p value = 0,028 < α (0,05). Saran diharapkan tenaga pengajar di TK Kenten Permai Palembang mampu mengembangkan strategi pembelajaran yang diterapkan pada saat pembelajaran menjadi lebih kreatif dan inovatif melalui permainan-permainan yang dapat meningkatkan perkembagan motorik kasar anak seperti berlari, melompat, serta melempar bola.
Kata Kunci : Status Gizi, Perkembangan Motorik Kasar Anak
ABSTRACT
Child growth is closely related to nutrition consumed. The nutritional content consumed every day determines the nutritional status of children. Good nutritional status can increase good endurance, on the contrary poor nutritional status makes it easier to cause disease. Based on data from the Food and Agriculture Organization (FAO) estimates that around 870 million people out of 7.1 billion world population or 1 in eight world population suffer from malnutrition. The purpose of this study was to determine the relationship of nutritional status with gross motor development in preschool children aged 3-5 years in Kenten Permai Kindergarten Palembang in 2019. The research method used quantitative analytic with cross sectional approach. The population in this study were all preschoolers in the Kenten Permai Kindergarten Palembang in 2019, amounting to 77 people. The results showed the frequency distribution of respondents most of the gross motor development of children in the normal category of 35 respondents (81.4%), the frequency distribution of respondents most of the nutritional status of their children in the category of good nutrition were 31 respondents (72.1%). Statistical test results found that there is a significant relationship between nutritional status with gross motor development of preschool children 3-5 years old at Kenten Permai Palembang Kindergarten in 2019 with a p value = 0.028 <α (0.05). Suggestions are expected that teachers at the Kenten Permai Palembang Kindergarten are able to develop learning strategies that are applied when learning becomes more creative and innovative through games that can improve children's gross motor development such as running, jumping, and throwing a ball.
Keywords : Nutritional Status, Child Rough Motor Development
115 PENDAHULUAN
Saat ini, gangguan pertumbuhan dan perkembangan masih menjadi salah satu permasalahan. Salah satu aspek yang dapat dipantau dalam perkembangan anak usia prasekolah adalah gerak halus atau motorik halus. Gerak halus atau motorik halus adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak melakukan gerakan yang melibatkan dan dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat seperti mengamati sesuatu, menjimpit, menulis, dan sebagainya (Kemenkes dalam Kasenda, 2015).
Pertumbuhan anak sangat berkaitan dengan gizi yang dikonsumsi. Kandungan gizi yang dikonsumsi setiap hari menentukan status gizi anak. Status gizi yang baik mampu meningkatakan daya tahan tubuh yang baik pula, sebaliknya status gizi yang buruk memudahkan timbulkan penyakit. Kekurangan gizi berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan. Efek malnutrisi sangat buruk bila terjadi pada masa golden priode perkembangan otak (0-3 tahun) dan kondisi ini sangat sulit untuk dapat pulih kembali (Yatna, 2016).
Status gizi adalah suatu ukuran mengenai kondisi tubuh seseorang yang dapat dilihat dari makanan yang dikonsumsi dan penggunaan zat-zat gizi di dalam tubuh.
Status gizi dibagi menjadi tiga kategori, yaitu status gizi kurang, gizi normal, dan gizi lebih (Almatsier dalam Purwati, 2016).
Seseorang diidentifikasi status gizi normal apabila terdapat keseimbangan antara jumlah energi yang masuk ke dalam tubuh dan energi yang dikeluarkan dari luar tubuh sesuai dengan kebutuhan individu.
Energi yang masuk ke dalam tubuh dapat berasal dari karbohidrat, protein, lemak dan zat gizi lainnya. Status gizi kurang atau yang lebih sering disebut undernutrition merupakan keadaan gizi seseorang dimana jumlah energi yang masuk lebih sedikit dari
energi yang dikeluarkan. Hal ini dapat terjadi karena jumlah energi yang masuk lebih sedikit dari anjuran kebutuhan individu. Sedangkan Status gizi lebih (overnutrition) merupakan keadaan gizi seseorang dimana jumlah energi yang masuk ke dalam tubuh lebih besar dari jumlah energi yang dikeluarkan (Almatsier dalam Purwati, 2016).
Berdasarkan data Food and Agriculture Organization (FAO) memperkirakan Sekitar 870 juta orang dari 7,1 miliar penduduk dunia atau 1 dari delapan orang penduduk dunia menderita gizi buruk. Sebagian besar (sebanyak 852 juta) di antaranya tinggal di negara-negara berkembang. Anak-anak merupakan penderita gizi buruk terbesar di seluruh dunia. Dilihat dari segi wilayah, lebih dari 70 persen kasus gizi buruk pada anak didominasi Asia, sedangkan 26 persen di Afrika dan 4 persen di Amerika Latin serta Karibia. Setengah dari 10,9 juta kasus kematian anak didominasi kasus gizi buruk.
Sebab gizi buruk bisa berefek ke penyakit lainnya juga, seperti campak dan malaria (Kompas, 2017).
Berdasarkan data Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), persentase balita usia 0-59 bulan menurut status gizi dengan indeks BB/TB (berat badan/tinggi badan) pada tahun 2016 jumlah bayi kategori sangat kurus sebesar 3,11%, kategori kurus sebesar 7,99%, kategori normal sebesar 84,59% dan kategori gemuk sebesar 4,31%. Sedangkan pada tahun 2017 jumlah bayi kategori sangat kurus mengalami penurunan sebesar 2,80%, kategori kurus mengalami penurunan sebesar 6,70%, kategori normal mengalami kenaikan sebesar 85,90% dan kategori gemuk mengalami kenaikan sebesar 4,60%
(Kemenkes, 2018).
Untuk Provinsi Sumatera Selatan, berdasarkan data Kemenkes RI, didapatkan persentase balita usia 0-59 bulan menurut
116 status gizi dengan indeks BB/TB (berat badan/tinggi badan) pada tahun 2016 jumlah bayi kategori sangat kurus sebesar 1,60%, kategori kurus sebesar 6,50%, kategori normal sebesar 87,98% dan kategori gemuk sebesar 3,92%. Sedangkan pada tahun 2017 jumlah bayi kategori sangat kurus mengalami kenaikan sebesar 2,0%, kategori kurus mengalami penurunan sebesar 5,80%, kategori normal mengalami kenaikan sebesar 88% dan kategori gemuk mengalami kenaikan sebesar 4,20% (Kemenkes, 2018).
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Palembang, dari 134.768 bayi, yang dilakukan penimbangan hanya sebanyak 120.635 bayi (89,32%). Sedangkan jumlah balita yang ditimbang dan berada di bawah garis merah (BGM) sebanyak 676 orang (0,56%) (Dinkes, 2018).
Upaya peningkatan status gizi masyarakat sangat penting karena status gizi terutama pada anak sekolah merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas sumber daya manusia yang merupakan bagian dari pembangunan itu sendiri. Gizi yang optimal harus didapatkan seseorang mulai awal kehidupannya. Status gizi yang baik dan optimal terjadi bila tubuh kita memperoleh cukup zat gizi yang digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan tubuh kita untuk mendapatkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja, dan kesehatan secara umum dengan optimal (Almatsier dalam Bertalina, 2015).
Menurut Hasdianah dalam Kasenda (2015) status gizi dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti faktor genetik yang mempengaruhi berat badan, faktor lingkungan termasuk perilaku/gaya hidup setiap hari yang mempengaruhi pola makan serta aktivitasnya, jenis kelamin, faktor kesehatan yang mempengaruhi pola makan, penggunaan obat-obat tertentu dan mempengaruhi berat badan, serta aktivitas fisik yang dapat mempengaruhi berat badan dengan menyeimbangkan konsumsi
makanan yang sesuai dengan aktivitas yang dilakukan.
Berdasarkan data yang didapat dari Taman Kanak-Kanak Kenten Permai Palembang, jumlah siswa tahun ajaran 2018- 2019 sebanyak 77 orang terdiri dari 30 orang siswa laki-laki dan 47 orang siswa perempuan.
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Status Gizi Dengan Perkembangan Motorik Kasar Pada Anak Usia Prasekolah 3-5 Tahun di Taman Kanak-Kanak Kenten Permai Palembang Tahun 2019”.
METODE PENELITIAN
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian dilakukan pada semua anak usia prasekolah 3-5 tahun di Taman Kanak-Kanak Kenten Permai Palembang Tahun 2019untuk mengetahui hubungan status gizi dengan pertumbuhan dan perkembangan motorik pada anak usia prasekolah 3-5 tahun di Taman Kanak- Kanak Kenten Permai Palembang Tahun 2019
Format Penelitian
Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode analitik dengan pendekatan cross secitonal.
Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan tanggal 7-8 Mei 2019.
Tempat penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di TK Kenten Permai Palembang.
Populasi dan sampel Populasi
Populasi pada penelitian ini adalahsemua anak usia prasekolah di Taman Kanak-Kanak Kenten Permai Palembang Tahun 2019 yang berjumlah 77 orang.
117 Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah semua anak usia prasekolah 3-5 tahun di Taman Kanak-Kanak Kenten Permai Palembang Tahun 2019 yang berjumlah 43 orang
Teknik Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan cara non probability sampling menggunakan metode purposive sampling
Data dan Cara Pengumpulan Data Data
1. Data primer
Dalam penelitian ini data primer diperoleh dengan cara melakukan observasi secara langsung yaitu melakukan pengukuran berat badan berdasarkan umur serta melakukan observasi perkembangan motorik anak dengan menggunakan lembar observasi.
2. Data sekunder
Data sekunder didapat dari data jumlah siswa TK.Kenten Permai tahun 2018-2019, buku bacaan dan sumber dari internet yang berhubungan dengan topik pembahasan.
Cara Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan lembar observasi penilaian perkembangan anak (3-5 tahun) dan lembar observasi penilaian status gizi anak sebagai alat bantu dalam pengambilan data
Teknis Analisis
Analisa Data Univariat
Analisa univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian yaitu variabel independen (status gizi) dan variabel dependen (perkembangan motorik kasar pada anak usia prasekolah 3-5 tahun) yang dianalisis dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi.
Analisa Bivariat
Analisa bivariat adalah analisa data untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen yang dianalisis dengan uji chi-square (x2) dengan taraf signifikan (α) = 0,05.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian Analisa Univariat
1. Perkembangan Motorik Kasar Pada Anak Usia Prasekolah 3-5 Tahun
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Perkembangan Motorik Kasar Pada
Anak Usia Prasekolah 3-5 Tahun Di TK Kenten Permai Palembang
Tahun 2019 No Perkembangan
Motorik Kasar Pada Anak Usia
Prasekolah 3-5 Tahun
Frekuensi Persentase (%)
1.
2.
3.
Abnormal Meragukan Normal
2 6 35
4,7 14 81,3
Jumlah 43 100
Dari tabel 1 diatas dapat dilihat bahwa distribusi frekuensi responden sebagian besar perkembangan motorik kasar anaknya pada kategori normal sebanyak 35 responden (81,4%), sedangkan responden yang perkembangan motorik kasar anaknya pada kategori meragukan sebanyak 6 responden (14%) dan responden yang perkembangan motorik kasar anaknya pada kategori abnormal sebanyak 2 responden (4,7%).
118 2. Status Gizi Anak Usia Prasekolah
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Status Gizi Anak Usia Prasekolah Di TK
Kenten Permai Palembang Tahun 2019
No Status Gizi Anak Usia Prasekolah
Frekuensi Persentase (%) 1.
2.
Gizi Abnormal Gizi Normal
12 31
27,9 72,1
Jumlah 43 100
Dari tabel 2 diatas dapat dilihat bahwa distribusi frekuensi responden sebagian besar status gizi anaknya pada kategori gizi gizi normal sebanyak 31 responden (72,1%), sedangkan responden yang status gizi anaknya pada kategori gizi abnormal sebanyak 12 responden (27,9%)
Analisa Bivariat
1. Hubungan Status Gizi Dengan Perkembangan Motorik Kasar Pada Anak Usia Prasekolah 3-5 Tahun
Tabel 3
Hubungan Status Gizi Dengan Perkembangan Motorik Kasar Pada Anak Usia Prasekolah 3-5 Tahun Di TK
Kenten Permai Palembang Tahun 2019
Status Gizi
Perkembangan motorik kasar pada anak usia prasekolah 3-5 tahun
N % P
value Abnormal Meragukan Normal
n % n % n %
Gizi Abnormal
1 8,3 2 16,7 9 75 12 100
0,72 0 Gizi Normal 1 3,2 4 12,9 26 83,9 31 100
Jumlah 2 6 35 43
Berdasarkan tabel 3 di atas diketahui dari 12 responden yang status gizi anaknya kategori gizi abnormal terdapat 9 responden (75%) yang perkembangan motorik kasar
anaknya kategori normal, sedangkan dari 31 responden yang status gizi anaknya kategori normal terdapat 26 responden (83,9%) yang perkembangan motorik kasar anaknya kategori normal.
Dari hasil uji Chi-Square didapatkan nilai P Value = 0,720 < α (0,05) hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara status gizi dengan perkembangan motorik kasar anak usia prasekolah 3-5 tahun di TK Kenten Permai Palembang tahun 2019.
Dengan demikian hipotesa awal yang menyatakan ada hubungan yang bermakna antara status gizi dengan perkembangan motorik kasar anak usia prasekolah 3-5 tahun di TK Kenten Permai Palembang tahun 2019 tidak terbukti secara statistik.
PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan di TK Kenten Permai Palembang pada tanggal 7-8 Mei 2019. Populasi yang diambil adalah semua anak usia prasekolah 3-5 tahun di Taman Kanak-Kanak Kenten Permai Palembang Tahun 2019 yang berjumlah 43 orang.
Pengambilan sampel (sampling) pada penelitian ini menggunakan tekhnikpurposive sampling yaitu pengambilan sampel didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri berdasarkan ciri atau sifat- sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya.
Selanjutnya data yang dikumpulkan diolah dan dilakukan analisis univariat dan bivariat. Pada analisis bivariat dilakukan uji statistik Chi square dengan sistem komputerisasi sehingga didapatkan nilai P.value untuk melihat derajat kemaknaannya.
Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia Prasekolah 3-5 Tahun
Berdasarkan analisis univariat diketahui distribusi frekuensi responden
119 sebagian besar perkembangan motorik kasar anaknya pada kategori normal sebanyak 35 responden (81,4%), sedangkan responden yang perkembangan motorik kasar anaknya pada kategori meragukan sebanyak 6 responden (14%) dan responden yang perkembangan motorik kasar anaknya pada kategori abnormal sebanyak 2 responden (4,7%).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Rosela (2017) yang berjudul hubungan status gizi dengan perkembangan anak usia 1 sampai 5 tahun di Kelurahan Tidar Utara Kota Magelang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar anak memilikistatus gizi baik (83,02%), dan sebagian besar anak memiliki perkembangan yang sesuai(67,92%).
Keterampilan motorik kasar melibatkan koordinasi kelompok otot besar di tubuh, untuk melakukan gerakan, seperti merangkak, duduk tegak, berdiri, berjalan, berlari, melompat, dan melempar bola.
Perkembangan kemampuan itu tergandung kepada kekuatan otot dan perkembangan saraf anak. Keterampilan motorik kasar diperlukan sejak bayi, sebagai bagian dari tumbuh kembangnya, dan akan semakin berkembang seiring pertambahan usianya.
Meskipun demikian, tahapan perkembangan motorik berbeda pada setiap anak.
Keterampilan motorik kasar hanya salah satu segi perkembangan anak, masih ada perkembangan bahasa dan sosial. Karena itu, orang tua perlu paham tahapan perkembangan motorik anak. Memaksakan anak bisa berdiri atau melompat, padahal umurnya belum memungkinkan untuk tahapan itu juga tidak baik karena otot- ototnya belum berkembang cukup baik untuk mendukung proses ini (Parenting, 2018).
Hubungan Status Gizi dengan Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia Prasekolah 3-5 Tahun
Berdasarkan hasil analisis univariat diketahui distribusi frekuensi responden sebagian besar status gizi anaknya pada kategori gizi gizi normal sebanyak 31 responden (72,1%), sedangkan responden yang status gizi anaknya pada kategori gizi abnormal sebanyak 12 responden (27,9%)
Berdasarkan hasil analisis bivariat diketahui dari 12 responden yang status gizi anaknya kategori gizi abnormal terdapat 9 responden (75%) yang perkembangan motorik kasar anaknya kategori normal, sedangkan dari 31 responden yang status gizi anaknya kategori normal terdapat 26 responden (83,9%) yang perkembangan motorik kasar anaknya kategori normal.
Dari hasil uji Chi-Square didapatkan nilai P Value = 0,720 < α (0,05) hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara status gizi dengan perkembangan motorik kasar anak usia prasekolah 3-5 tahun di TK Kenten Permai Palembang tahun 2019.
Dengan demikian hipotesa awal yang menyatakan ada hubungan yang bermakna antara status gizi dengan perkembangan motorik kasar anak usia prasekolah 3-5 tahun di TK Kenten Permai Palembang tahun 2019 tidak terbukti secara statistik.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Rosela (2017) yang berjudul hubungan status gizi dengan perkembangan anak usia 1 sampai 5 tahun di Kelurahan Tidar Utara Kota Magelang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar anak memilikistatus gizi baik (83,02%), dan sebagian besar anak memiliki perkembangan yang sesuai(67,92%).Hasil dari pengolahan data daripenelitian ini diperoleh hasil koefisienkorelasi dengansignifikansi sebesar 0.003 (p <
0,05),hasil perhitungan tersebut menunjukanbahwa ada hubungan antara
120 statusgizi dengan perkembangan anak usia 1sampai 5 tahun di Kelurahan Tidar UtaraBinaan Puskesmas Magelang SelatanKota Magelang.
Hasil penelitian ini juga tidak sejalan dengan penelitian Rosady (2013) yang berjudul hubungan status gizi dengan perkembangan motorik pada anak usia dini (5 tahun) di TK Aisyiyah Bustanul Atfhal 17 Surabaya. Berdasarkan hasil analisis korelasi diperoleh nilai p vallue = 0,022<
0,05 maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan status gizi dengan perkembangan motorik pada anak usia dini (5 tahun) di TK AISYAH Bustanul Atfhal 17 Surabaya.
Hal ini tidak sesuai dengan teori pernyataan Djola (2012), yang menyatakan bahwa status gizi sangat berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan balita.
Status gizi balita merupakan hal penting yang harus diketahui oleh setiap orang tua.
Status gizi juga berpengaruh pada kecerdasan balita, balita dengan gizi kurang atau buruk akan memiliki tingkat kecerdasan yang lebih rendah, nantinya mereka tidak mampu bersaing.
Pernyataan serupa dinyatakan Lindawati (2015), yang menyatakan bahwa anak usia pra-sekolah (3 - 5 tahun) merupakan kelompok yang sangat perlu diperhatikan akan kebutuhan gizinya, karena mereka dalam masa pertumbuhan.
Kekurangan akan kebutuhan gizi pada masa anak-anak selain akan mengakibatkan gangguan pada pertumbuhan jasmaninya juga akan menyebabkan gangguan perkembangan mental anak. Anak-anak yang menderita kurang gizi setelah mencapai usia dewasa tubuhnya tidak akan tinggi yang seharusnya dapat dicapai, serta jaringan-jaringan otot yang kurang berkembang. Perkembangan anak meliputi perkembangan fisik, kognitif, emosi, bahasa, motorik (kasar dan halus), personal sosial, dan adaptasi.
Ditambahkan Lindawati (2015), bahwa status gizi yang kurang akan menghambat laju perkembangan yang dialami individu, akibatnya proporsi struktur tubuh menjadi tidak sesuai dengan usianya yang pada akhirnya semua itu akan berimplikasi pada perkembangan aspek lain.
Zat-zat gizi yang dikonsumsi batita akan berpengaruh pada status gizi batita.
Perbedaan status gizi balita memiliki pengaruh yang berbeda pada setiap perkembangan anak, dimana jika gizi yang dikonsumsi tidak terpenuhi dengan baik maka perkembangan balita akan terhambat.
Apabila balita mengalami kekurangan gizi akan berdampak pada keterbatasan pertumbuhan, rentan terhadap infeksi, peradangan kulit dan akhirnya dapat menghambat perkembangan anak meliputi kognitif, motorik, bahasa, dan keterampilannya dibandingkan dengan batita yang memiliki status gizi baik.
Hal yang sama dinyatakan Lindawati (2015), bahwa status gizi berhubungan dengan perkembangan motorik anak usia prasekolah. Status gizi yang kurang, berpotensi untuk terjadi perkembangan yang tidak sesuai dengan usia. Hal ini menjelaskan bahwa anak yang mengalami kekurangan makanan bergizi akan menyebabkan anak lemah dan tidak aktif sehingga terjadi retardasi pertumbuhan dan perkembangan anak. Sebaliknya, anak yang mengalami kelebihan makanan bergizi akan menyebabkan obesitas yang menyebabkan anak tersebut cenderung tidak aktif, dan akhirnya akan mengganggu tumbuh kembangnya. Jadi, status gizi anak yang baik akan mempengaruhi syaraf-syaraf anak agar dapat berfungsi dengan baik dalam melakukan tugasnya sebagai satu kesatuan keterampilan yang harus dicapai .
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas peneliti berasumsi bahwa status gizi balita tidak berhubungan dengan perkembangan motorik anak usia
121 prasekolah. Dalam penelitian ini anak yang tergolong dalam status gizi abnormal (gizi kurang dan gizi lebih) mampu melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan oleh anak dengan status gizi normal seperti berlari, melompat, menangkap bola, menendang bola, menaiki tangga. Menurut asumsi peneliti perkembangan motorik kasar anak dapat juga di dukung oleh faktor lain seperti faktor keturunan seperti orang tua yang tergolong kurus atau gemuk dan faktor lingkungan seperti anak yang memang tergolong pintar atau lincah walaupun bertubuh kecil atau gemuk serta anak yang memang sudah terbiasa dengan olahraga sehingga dapat melakukan semua gerakan yang diperintahkan kepadanya.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di TK Kenten Permai Palembang, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Distribusi frekuensi responden sebagian besar perkembangan motorik kasar anaknya pada kategori normal sebanyak 35 responden (81,4%), sedangkan responden yang perkembangan motorik kasar anaknya pada kategori meragukan sebanyak 6 responden (14%) dan responden yang perkembangan motorik kasar anaknya pada kategori abnormal sebanyak 2 responden (4,7%).
2. Distribusi frekuensi responden sebagian besar status gizi anaknya pada kategori gizi gizi normal sebanyak 31 responden (72,1%), sedangkan responden yang status gizi anaknya pada kategori gizi abnormal sebanyak 12 responden (27,9%)
3. Tidak ada hubungan yang bermakna antara status gizi dengan perkembangan motorik kasar anak usia prasekolah 3-5 tahun di TK Kenten Permai Palembang
tahun 2019 dengan nilai p value = 0,720
> α (0,05).
Saran
Bagi STIKES Mitra Adiguna Palembang Dapat melengkapi referensi seperti buku-buku sumber, majalah kesehatan, jurnal, serta bahan-bahan yang menunjang penulisan Karya Tulis Ilmiah ini guna meningkatkan mutu pendidikan serta menyarankan agar mahasiswa sebelum menentukan judul sebaiknya menentukan masalah yang layak dan relevan untuk diteliti.
Bagi TK Kenten Permai Palembang Diharapkan tenaga pengajar di TK Kenten Permai Palembang mampu mengembangkan strategi pembelajaran yang diterapkan pada saat pembelajaran menjadi lebih kreatif dan inovatif melalui permainan- permainan yang dapat meningkatkan perkembagan motorik kasar anak seperti berlari, melompat, serta melempar bola.
Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian lebih lanjut dalam meningkatkan motorik kasar anak dengan menggunakan metode penelitian yang berbeda seperti terapi bermain bola ring, permainan sirkuit pintar, permainan bakiak dan lain sebagainya sehingga penelitian tentang kemampuan motorik kasar anak dapat terus di kembangkan.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier Sunita. 2015. Prinsip Dasar Ilmu Gizi edisi ke 9. Jakarta : PT.Gramedia Pustaka.
Arif. 2014. Menilai Perkembangan Anak
Dengan Denver II.
http://www.arif.blogspot.com, diakses 23 Januari 2019
122 Bertalina. 2015. Faktor–Faktor Yang
Berhubungan DenganStatus Gizi Anak Usia Sekolah (6-12 Tahun).Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 1, April 2013
Decaprio, Richard. 2017. Panduan mengembangkan kecerdasan motorik siswa. Yogyakarta : Diva Press.
Dinkes Kota Palembang. 2018. Profil
kesehatan kota
Palembang.www.dinkes.go.id, diakses 10 Januari 2019
Djola. 2012.Hubungan Antara Tingkat Pendapatan Keluarga Dan Pola Asuh Dengan Status Gizi Anak Balita Di Desa Bongkudai Kecamatan Modayag Barat.
Idea. 2017. Tahap-tahap perkembangan motorik
anak.http://www.idea.wordpress.com , diakses 10 Januari 2019
Jahya, Yudrik. 2015. Psikologi perkembangan. Jakarta : Prenada Media Group
Kasenda, Mariana Gabriela. 2015.
Hubungan status gizi dengan perkembangan motorik halus pada anak usia prasekolah di TK GMIM Solafide Kelurahan Uner Kecamatan Kawangkoan Induk Kabupaten Minahasa. Ejurnal keperawatan volume 3 Nomor 1 Februari 2015 Kemenkes. 2018. Profil kesehatan
Indonesia.
http:www.kemenkes.go.id, diakses 15 Januari 2019
Kompas. 2017. Angka kejadian gizi buruk di Indonesia. http:www.kompas.com, diakses 15 Januari 2019
Lindawati. 2015. Faktor-faktor yang berhubungan dengan perkembangan motorik anak usia pra sekolah.
Jurnal Poltekkes Kemenkes Jakarta 1 Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Metode
penelitian kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Purwati, Nani. 2016.Klasifikasi Status Gizi Balita Berdasarkan Indeks AntropometriBb/U Dan Bb/Tb Menggunakan Jaringan Saraf Tiruan. JurnalIndonesian Journal on Networking and Security - Volume 5 No 4 – Oktober 2016.
Putra, Dony Setiawan. 2014. Keperawatan anak dan tumbuh kembang (pengkajian dan pengukuran).
Yogyakarta : Nuhamedika
Rosady. 2013. Hubungan Status Gizi Dengan Perkembangan Motorik Pada Anak Usia Dini (5 tahun) di TK Aisyiyah Bustanul Atfhal 17 Surabaya
Rosela. 2017. Hubungan Status Gizi Dengan Perkembangan Anak Usia 1 Sampai 5 Tahun di Kelurahan Tidar Utara Kota Magelang
Sufriyah. 2014. Cara Mengukur Perkembangan Anak dengan Denver II.http://www.sufriyah.wordpress.co m, diakses 20 Januari 2019
Suryani, Eko. 2017. Asuhan keperawatan anak sehat dan berkebutuhan khusus. Jakarta : PT. Pustaka Baru
123 Wijayanti, Hesti. 2014. Peningkatan
Kemampuan Motorik Kasar Anak Melalui Bermain Lempar Tangkap Bola Besar Kelompok B Tk Al Hidayah Semawung Banjaroyo Kalibawang Kulonprogo. Skripsi.
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.
Yatna, Era. 2016. Hubungan status gizi dengan tumbuh kembang bayi usia 0-12 bulan di Desa Gampong Jawa Kecamatan Idi Rayeuk Aceh Timur.
JURNAL STIKES Bina Nusantara.