• Tidak ada hasil yang ditemukan

3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "3"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

484 Vol, 5. No, 3. Tahun 2021

e-ISSN: 2597-4440 dan p-ISSN: 2597-4424

This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License

Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Model Problem Based Learning Berbantuan Talking Stick

Sri Suryaningsih1, Sri Ngabekti2, Amin Yusuf3

1,2,3Prodi Pendidikan Dasar, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Semarang Email: 1 [email protected]

2 [email protected]

3 [email protected]

Abstrak: Penelitian bertujuan menganalisis penggunaan model Problem Based Learning (PBL) berbantuan Talking Stick dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Metode dalam penelitian ini merupakan kuantitatif Quasi Eksperimental tipe Non-equivalent Pretest and Posttest Control-Group Design.

Sampel penelitian yaitu siswa kelas V SDN 2 Sape dan SDN INPRES Sangia sebagai kelas eksperimen dengan jumlah 54 siswa sedangkan siswa kelas V SDN 8 Sape dengan SDN INPRES Dea sebagai kelas kontrol berjumlah 37 siswa.

Pengambilan data yaitu menggunakan lembar tes kemampuan berpikir kritis. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan N-gain dengan pencapaian hasil kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas eksperimen yaitu dengan rata-rata peningkatan sebesar 0.40 pada kategori sedang dan kelas kontrol mendapat rata- rata peningkatan sebesar 0.16 dengan kategori rendah. Siswa harus dilatih dengan cara memberikan soal-soal berpikir kritis serta dengan cara belajar sambil bermain akan melibatkan siswa secara aktif dalam menyelesaikan berbagai macam masalah serta melibatkan siswa untuk belajar secara langsung dengan dunia nyata. Manfaat penelitian sebagai referensi model pembelajaran serta terciptanya pembelajaran IPA yang menyenangkan.

Kata kunci: Bepikir Kritis; Problem Based Learning; Talking Stick.

Abstract: This study aims to analyze the use of Problem Based Learning (PBL) models assisted by Talking Sticks in improving students' critical thinking skills.

The method in this study is a quantitative Quasi-Experimental Non-equivalent Pretest and Posttest Control-Group Design. The research sample was the fifth grade students of SDN 2 Sape and SDN INPRES Sangia as the experimental class with a total of 54 students while the fifth grade students of SDN 8 Sape with SDN INPRES Dea as the control class amounted to 37 students. Data collection is using a critical thinking ability test sheet. The data obtained were analyzed using N-gain with the achievement of students' critical thinking skills in the experimental class with an average increase of 0.40 in the medium category and the control class getting an average increase of 0.16 in the low category. Students must be trained by giving critical thinking questions and by learning while playing will involve students actively in solving various kinds of problems and involve students to learn directly with the real world. The benefits of research as a reference for learning models and the creation of fun science learning.

Keywords: Critical Thinking; Problem Based Learning; Talking Sticks

(2)

485

PENDAHULUAN

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah, khususnya di sekolah dasar dapat memberikan peran dan pengalaman bagi siswa. Beberapa penelitian menjelaskan bahwa pembelajaran IPA dapat mengembangkan pemahaman tentang alam sekitar berupa gejala alam, fakta, konsep, dan prinsip yang bermanfaat serta dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari (Nuraini & Kristin, 2017; Tri Pudji Astuti, 2019; Wulandari et al., 2018). Pembelajaran IPA berupaya untuk membangkitkan minat dan kemampuan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan serta pemahaman tentang alam semesta (Sugiyono et al., 2017; Suryani et al., 2016). IPA dalam pendidikan sekolah dasar dimaksudkan ilmu yang melatih siswa agar memiliki gagasan, pengetahuan, dan konsep yang didapatkan melalui proses ilmiah serta diterapkan secara bijaksana agar berdampak positif terhadap lingkungan.

Proses pembelajaran IPA membutuhkan keterampilan siswa untuk menemukan dan menyelesaikan masalah di dalam pembelajaran, salah satunya yaitu kemampuan berpikir kritis. Mempelajari suatu gejala yang terjadi di alam atau pada tubuh mahluk hidup dapat melatih kemampuan berpikir kritis siswa (Husen et al., 2017).

Dilihat dari data yang dihasilkan Programme for International Student Assesment (PISA) tahun 2019 kinerja siswa Indonesia dalam sains, membaca, dan matematika menempati peringkat ke- 67 dari 72 negara yang disurvei dengan skor sains siswa Indonesia adalah 396 poin sedangkan skor rata-rata internasional 489 (OECD, 2019). Rendahnya kemampuan siswa Indonesia juga dinyatakan Rahmawati (2016) bahwa siswa Indonesia lemah di semua aspek konten maupun kognitif, baik untuk matematika maupun sains. Hal ini dibuktikan dengan hasil Trend in Mathematics and Science Study (TIMSS) tahun 2015 bahwa Indonesia berada pada peringkat ke-45 dari 48 negara dengan 397 poin, yang mana skor batas rata-rata TIMSS untuk tingkat SD adalah 500.

Salah satu penyebab rendahnya nilai IPA siswa yaitu kurangnya kemampuan berpikir kritis yang dimiliki oleh siswa.

(Nina et al., 2019; Nurhayati et al., 2017;

Widayat et al., 2017) menyatakan siswa kesulitan dalam menyelesaikan soal kemampuan berpikir kritis, kemampuan berpikir kritis siswa sekolah dasar masih perlu dikembangkan, dan kemampuan berpikir kritis siswa harus dilatih serta ditingkatkan supaya siswa dapat aktif dan pemahaman konsep pembelajaran lebih mudah.

Berdasarkan observasi dokumen dan kegiatan wawancara di empat Sekolah Dasar Kecamatan Sape yang telah dilakukan untuk menggali permasalahan pembelajaran IPA.

Dijelaskan bahwa soal UAS ataupun soal- soal ulangan masih cenderung dalam mengukur kemampuan pada kategori Low of Thinking Skill (LOTs) – Moderate of Thinking Skill (MOts). Data hasil ulangan kelas V di keempat sekolah masih tergolong rendah dengan Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) 70. SD Negeri 2 Sape dari 32 siswa hanya 13 siswa (41%) yang mencapai KKM dan yang belum mencapai KKM ada 19 siswa (59%). SD Negeri 8 Sape terdapat 8 siswa yang mencapai KKM dari 19 siswa (42%), sedangkan siswa yang tidak mencapai KKM ada 11 orang (58%). SD Negeri Inpres Sangia terdapat 22 siswa ada 9 siswa yang mencapai KKM (41%) sedangkan yang tidak mencapai KKM terdapat 13 siswa (59%). SD Negeri Inpres Dea dari 18 siswa terdapat 8 siswa yang mencapai KKM (44%) sedangkan yang tidak mencapai KKM ada 10 siswa (56%).

Berdasarkan hasil pretest kemampuan berpikir kritis yang diberikan kepada seluruh siswa dari ke empat sekolah diperoleh data bahwa rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa sebesar 32,4 yang masih tergolong dalam katagori rendah. Di sisi lain dari hasil yang ditemukan di lapangan, pembelajaran di kelas masih menggunakan model konvensional dalam menyampaikan materi pembelajaran. Model pembelajaran merupakan aspek penting dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis.

Permendikbud No 22 tahun 2016 menyebutkan bahwa model pembelajaran yang disarankan pada kurikulum 2013 yaitu

(3)

486 salah satunya pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning). (Nuryanto et al., 2015) menyatakan bahwa PBL tidak mengharapkan siswa hanya sekadar mendengarkan, mencatat, kemudian menghafal materi, tetapi melalui PBL siswa aktif berpikir atau menginterpretasi masalah, mencari dan mengolah data, mempresentasikan solusinya dan akhirnya menyimpulkan. Melalui model PBL siswa secara aktif dan terbiasa mengembangkan kemampuan dalam memecahkan masalah yang dihadapi dengan pola berpikir kritis.

Alan & Afriansyah (2017) mengemukakan bahwa proses pembelajaran yang dilakukan di kelas harus diatur berdasarkan kebutuhan dan karaktersitik siswa yang belajar serta karaktersitik materi yang akan diajarkan.

Hasil penelitian Nugraha (2018) menjelaskan bahwa PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan penguasaan konsep IPA sehingga pembelajaran menjadi lebih kondusif, serta Mayang (2021) menyatakan terdapat peningkatan yang signifikan kemampuan berpikir kritis siswa melalui model PBL.

Penggunaan model PBL dapat diterapkan dengan memadukan permainan di dalam pembelajaran, hal ini sesuai dengan karakteristik siswa sekolah dasar salah satunya yaitu belajar sambil bermain.

Penerapan permaian dalam pembelajaran IPA dapat dilakukan dengan menggabungkan model PBL dan juga model Talking Stick.

Model Talking Stick merupakan model pembelajaran yang menyodorkan tongkat sambil bernyanyi dalam proses pembelajaran sehingga pembelajaran menjadi lebih menarik perhatian siswa, siswa merasa senang, proses pembelajaran dinikmati seperti sedang bermain. Fajrin (2018) menyatakan bahwa Talking Stick merupakan model pembelajaran yang dapat mendorong peserta didik untuk berani mengemukakan pendapat dengan menggunakan bantuan alat berupa tongkat. Sari & Wijayanti (2017) mengemukakan bahwa kelompok siswa eksperimen yang pembelajaran menggunakan Talking Stick menunjukkan hasil belajar IPA lebih tingi dari kelompok kontrol. Faradita (2018) menyebutkan kelebihan Talking Sick yaitu dapat dengan mudah melatih pemahaman siswa, melatih

siswa dalam memberikan pendapat secara lisan.

Pembelajaran IPA memerlukan model pembelajaran yang melibatkan pengalaman siswa dalam proses pembelajarannya, berdiskusi dalam kelompok akan membuat pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi siswa, proses pembelajaran yang dipadukan dengan bermain akan menarik perhatian siswa sehingga tujuan pembelajaran akan tercapai secara optimal. Model PBL berbantuan Talking Stick dapat menjadi solusi dalam menciptakan suasana belajar kondusif dan dapat melatih kemampuan berpikir kritis siswa. Proses pembelajaran dengan menggunakan model PBL berbantuan Talking Stick secara garis besar dapat digambarkan yaitu siswa akan bekerja sama dalam kelompok untuk menyelesaikan permasalahan, melakukan percobaan- percobaan sederhana, menjelaskan hasil percobaan, dan di akhir pembelajaran bermain dengan menggunakan tongkat dan bernyanyi bersama-sama untuk melatih kemampuan lisan dalam menjawab dan memberikan pendapat bagi siswa yang kalah dalam bermain.

Berdasarkan latar belakang masalah, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penggunaan model PBL berbantuan Talking Stick dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa di Sekolah Dasar.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif eksperimen dengan desain Quasi- Eksperimental tipe kelompok kontrol (Pra- Tes dan Pos-Tes) Nonekuivalen (Non- equivalent [Pre-Test and Post-Test] Control- Group Design). Non-equivalent [Pretest and Posttest] Control-Group Design merupakan rancangan yang mencakup 2 kelompok yang diobservasi pada tahap pretest yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol kemudian diberikan treatment pada kelompok eksperimen saja dan berakhir dengan pemberian posttest pada kedua kelompok.

Populasi dalam penelitian ini yaitu siswa-siswi kelas V SD se-kecamatan Sape.

Sampel penelitian adalah kelas V SDN 2

(4)

487 Sape dan kelas V SDN INPRES Sangia sebagai kelas eksperimen dengan jumlah 54 siswa sedangkan SDN 8 Sape dan SDN INPRES Dea sebagai kelas kontrol berjumlah 37 siswa. Pengambilan sampel menggunakan teknik Nonprobability Sampling: sampling purposive. Pengambilan sampel dipilih berdasarkan kriteria SDN yang sudah menggunakan kurikulum 2013, akreditasi sekolah A dan B, sekolah dengan status negeri, kualifikasi guru yang mengajar, sarana dan prasarana yang hampir sama, dan materi yang diajarkan sama.

Pemberian treatment yaitu dengan menggunakan model PBL berbantuan Talking Stick pada tema 8 “lingkungan sahabat kita” pembelajaran 1, 2, 3, dan 4 khusus pada mata pelajaran IPA dengan materi siklus air. Pengambilan data dilakukan dengan memberikan soal tes kemampuan berpikir kritis pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Data diolah menggunakan uji N-gain. Rumus yang digunakan dalam menghitung peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa yaitu sebagai berikut.

𝑁 − 𝐺𝑎𝑖𝑛 =𝑆 𝑝𝑜𝑠𝑡− 𝑆 𝑝𝑟𝑒 𝑆𝑀𝐼 − 𝑆𝑝𝑟𝑒 Keterangan:

Spre = skor pretest Spost = skor posttest

SMI = skor maksimum yang diperoleh jika menjawab butir soal dengan sempurna.

Tinggi atau rendahnya nilai N-Gain ditentukan berdasarkan kriteria yang dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kriteria Nilai N-Gain

Nilai N-gain Kriteria

N – gain ≥ 0.70 Tinggi

0.30 ≤ N – gain < 0.70 Sedang N – gain < 0.30 Rendah Sumber: Lestari & Yudhanegara (2017)

Kemampuan pemecahan masalah siswa dikatakan meningkat jika perolehan gain ternormalisasi tergolong pada kriteria minimal sedang atau 0.30 ≤ N-gain < 0.70.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa dalam penerapan model PBL

berbantuan Talking Stick dianalisis dengan mencari nilai gain ternormalisasi atau N- gain. Langkah awal yang dilakukan untuk mencari nilai N-gain adalah mencari nilai gain setiap siswa. Nilai gain didapatkan dari selisih nilai posttest dengan nilai prettest setiap siswa baik di kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Setelah memperoleh nilai gain maka akan dihitung nilai N-gain.

Nilai N-gain dihitung dengan membandingkan selisih nilai posttest dan nilai prettest dengan selisih skor maksimum ideal dan nilai prettest.

Hasil pretest dan posttest skor rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil Kemampuan Berpikir Kritis Jenis Data

Kelas

Eksperimen Kelas Kontrol Pretest Posttest Pretest Posttest Skor

Minimum 5 15 8 10

Skor

Maksimum 78 95 73 72

Jumlah 1789 3154 1163 1593 Rata-rata 33.13 58.41 31.43 43.05 Tabel 2 menunjukan bahwa ada peningkatan hasil kemampuan berpikir kritis siswa selama prettest dan posttest baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol.

Selisih nilai pretest dan nilai posttest skor minimum pada kelas eksperimen sebanyak 10, selisih skor maksimum yaitu 17 poin, selisih pada jumlah sebanyak 1365, dan selisih pada rata-rata yaitu 25.28 dengan semua poin posttest yang menggungguli.

Kelas kontrol memiliki selisih nilai pretest dan nilai posttest pada skor minimum sebanyak 2 poin, seliish skor maksimum yaitu 1 poin dengan nilai pada pretest yang tinggi, pada jumlah memiliki selisih sebesar 430 poin, dan selisih pada rata-rata sebanyak 11.62. Secara keseluruhan skor pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol hal ini dikarenakan pada kelas eksperimen siswa melakukan percoban- percobaan secara langsung serta aktif dalam permainan dengan tongkat dan menjawab pertanyan, sehingga pembelajaran dirasakan

(5)

488 bermakna oleh siswa. Meningkatnya kemampuan berpikir kritis siswa dikarenakan oleh pengalaman langsung serta interaksi siswa dengn lingkungan sekitar (Anisa, 2017).

Pada penelitian ini alat yang digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa adalah tes yang

berbentuk pilihan ganda dan uraian. Soal pilihan ganda terdapat 20 butir soal dan tes uraian sebanyak 5 butir soal. Kemampuan berpikir kritis yang digunakan berdasarkan pada 5 tahapan berpikir kritis. Tahapan dan indikator berpikir kritis dirangkum pada Tabel 3.

Tabel 3. Indikator Berpikir Kritis No Tahapan Berpikir

kritis Indikator Berpikir Kritis Sub Indikator Berpikir Kritis

1. Merumuskan masalah

Memfokuskan pertanyaan Mengidentifikasi Menganalisis argumen Menyimpulkan Menjawab suatu penjelasan atau

tantangan

Menjawab pertanyaan mengapa

2. Membangun keterampilan dasar

Mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak

Kemampuan untuk memberikan alasan

Mempertimbangkan suatu laporan hasil observasi

Melibatkan sedikit dugaan

3. Menyimpulkan

Mendeduksi dan

mempertimbangkan hasil deduksi

Menyatakan tafsiran

Menginduksi dan

mempertimbangkan hasil induksi

Menggeneralisasikan Membuat dan menentukan hasil

pertimbangan

Menentukan hasil pertimbangan berdasarkan akibat

4.

Memberikan penjelasan lebih lanjut

Mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan suatu definisi

Bertindak dengan memberikan penjelasan lanjut

Mengidentifikasi asumsi-asumsi Mengontruksi argumen 5. Melakukan tindak

lanjut

Menentukan suatu tindakan Merumuskan solusi Berinteraksi dengan orang lain Menggunakan argumen Masing-masing tahapan terdiri dari

beberapa indikator dan sub indikator dengan skor tertentu. Skor dalam pretest dan posttest kemudian dibandingkan untuk memeriksa

apakah terdapat peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa. Peningkatan setiap tahapan dan indikator disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1. Peningkatan Tahapan dan Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Pada Gambar 1, terlihat bahwa

peningkatan paling tinggi pada indikator kelima (melakukan tindak lanjut) dengan

selisih antara kelas eksperimen dan kelas kontrol sebesar 0.26. hal ini disebabkan karena pada pretest skor tertinggi sudah pada

(6)

489 indikator kelima, indikator kelima pretest paling tinggi dibandingkan dengan indikator- indikator lain sehingga siswa lebih mudah untuk memahami dan memberikan tanggapan tentang apa yang sudah mereka pahami sebelumnya. Kemampuan awal yang tinggi dapat memudahkan siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran sehingga dapat melatih kemampuan berpikir kritis (Danial et al., 2017). Pada proses pembelajaran siswa lebih mudah dalam memberikan tanggapan tentang tindakan yang akan dilakukan untuk mecegah terjadinya bencana serta siswa lebih mudah dalam menjawab pertanyaan tentang tindakan-tindakan yang baik untuk menjaga lingkungan (terlihat dari jawaban pada lembar tes KBK siswa). Kemampuan siswa dalam melakukan tindak lanjut dilatih pada fase 5 (Menganalisis dan Mengevaluasi Proses juga Hasil Pemecahan Masalah) dimana pada fase ini siswa dilatih untuk memberikan solusi dalam berbagai macam masalah yang ditanyakan oleh guru melalui permainan dengan menggunakan tongkat sambil bernyanyi, contoh “apa yang harus kita lakukan untuk menjaga siklus air agar tetap stabil?” siswa menjawab dengan pemikiran mereka masing-masing dengan jawaban yang tidak sama karena pada setiap kelompok memiliki tongkat jadi satu pertanyaan yang diajukan oleh guru mendapatkan beberapa jawaban yang berbeda-beda dari masing-masing anggota kelompok yang memegang tongkat, sehingga dari beberapa macam jawaban siswa dapat menambah pengetahuan bagi siswa lain untuk memberikan solusi dalam menyelesaikan masalah yang ada. Marek (2008) menyatakan bahwa pemberian pertanyaan dan arahan sebelum siswa melakukan tindakan adapat memberikan dampak yang positif dalam perkembangan kemampuan berpikir kritis siswa.

Peningkatan terendah pada indikator pertama (merumuskan masalah) mendapat selisih sebesar 0.22. Siswa tidak terbiasa diberikan pengalaman langsung serta mencari informasi terkait materi pembelajaran, kebiasaan siswa pada model pembelajaran konvensional menjadikan siswa pasif dan harus menyesuaikan diri dengan model PBL berbantuan Talking Stick

ini sehingga siswa terkendala dalam kurangnya perolehan informasi, contoh diberikan beberapa gambar tentang manfaat air bagi manusia, hewan, dan tumbuhan.

Guru menyuruh siswa untuk memberikan pernyataan terkait gambar, sebagian besar siswa menjawab “Manfaat air bagi manusia dan tumbuhan” sementara ada pilihan jawaban yang lebih tepat yaitu “manfaat air bagi mahluk hidup”. Guru bertanya apakah manfaat air bagi ikan? Rata-rata siswa menjawab untuk minum sedangkan manfaat terbesar air untuk ikan yaitu sebagai tempat tinggal. Informasi yang diketahui oleh siswa hanya sebatas air bermanfaat untuk minum, cuci, dan mandi. Saat memberikan penjelasan siswa harus memiliki informasi- informasi untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan (Sundari et al., 2018). Berdasarkan hasil dari peningkatan indikator berpikir kritis dapat disimpulkan bahwa setiap indikator mengalami peningkatan dari pretest ke posttest.

Hasil perhitungan secara keseluruhan dari setiap indikator kemampuan berpikir kritis siswa, dengan jumlah siswa sebanyak 91 orang, menunjukan bahwa terdapat peningkatan kemampuan berpikir kritis yang dikatagorikan memiliki peningkatan rendah, sedang dan tinggi yang disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2. Rekapitulasi Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis

Berdasarkan Gambar 2, diperoleh kesimpulan terdapat tiga katagori perhitungan nilai N-gain. Kelas eksperimen terdapat 18.5% katagori tinggi sedangkan pada kelas kontrol tidak terdapat siswa 0%

dengan rentang skor N-gain ≥ 0.70. Katagori

(7)

490 sedang 51.9% pada kelas eksperimen dan 27% pada kelas kontrol dengan rentang skor 0.30 ≤ N-Gain < 0.70, dan pada katagori rendah sebanyak 29.6% kelas eksperimen sedangkan pada kelas kontrol sebanyak 73%

dengan rentang skor N-Gain < 0.30.

Pembelajaran IPA dengan menggunakan model PBL berbantuan Talking Stick dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada materi pelajaran siklus air. Pernyataan tersebut didukung dengan hasil perhitungan nilai N- gain. Analisis perhitungan kemampuan berpikir kritis pada model PBL berbantuan Talking Stick memiliki rata-rata peningkatan sebesar 0.40 dengan katagori sedang.

Pelaksanaan pembelajaran dengan model PBL mengharuskan siswa ikut aktif dalam mencari informasi tentang materi yang sedang dipelajari yaitu siklus air, siswa tidak sepenuhnya hanya menerima informasi dari guru. Keharusan siswa untuk ikut berpartisipasi aktif dalam mencari informasi terkait dengan materi yang dipelajari akan membuat siswa terbiasa untuk berpikir kritis dalam menyelesaikan masalah terkait pembelajaran. Siswa dengan pemikiran yang kritis harus selalu dirangsang serta didorong untuk mengembangkan pemahaman yang dimiliki dan PBL dapat menciptakan situasi belajar yang mendukung kemampuan berpikir kritis siswa (Herzon et al., 2018;

Kumullah et al., 2018).

Pembelajaran diawali dengan guru memberikan pertanyaan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, siswa dapat menjawab pertanyaan sesuai dengan pemahanan siswa. Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok untuk mengamati gambar atau video yang ditampilkan sesuai dengan materi pelajaran yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa dan siswa dapat menyimpulkan serta memberikan solusi tentang kejadian pada gambar atau video bersama anggota kelompok. PBL merupakan model pembelajaran berbasis masalah. (Ismail et al., 2018; Lei et al., 2016; Sinprakob &

Songkram, 2015) menyatakan bahwa PBL yaitu model pembelajaran yang mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa, mendorong siswa dalam mengimplementasikan pengetahuan serta

mencari informasi dari berbagai sumber untuk memecahkan masalah secara efektif.

PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa (Asriningtyas et al., 2018; Mardiah, 2016).

Pemberian rangsangan atau pertanyaan di awal pembelajaran akan mengantarkan siswa secara tidak langsung dalam materi yang akan dipelajari. Siswa akan diberikan Lembar Kerja Kelompok (LKK) yang akan dikerjakan bersama dengan anggota kelompok masing-masing kemudian dipresentasikan sehingga terjadi saling tanya jawab atau pemberian masukan antara kelompok. Situasi aktif yang diciptakan dari model PBL akan mengasah kemampuan berpikir kritis sekaligus meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa (Husen et al., 2017; Lisbiyaningrum et al., 2019; Setyorini et al., 2011).

Tahap selanjutnya, guru akan menjelaskan prosedur permainan dengan model Talking Stick dan memberikan tongkat kepada masing-masing kelompok (tongkat sudah dibuat dengan bagus sehingga dapat menarik perhatian dan minat siswa) 1 kelompok 1 tongkat. Talking Stick merupakan pembelajaran berkelompok yang menggunakan bantuan tongkat untuk menunjuk siswa yang akan menjawab pertanyaan sehingga mendorong siswa berani mengemukakan pendapat dan memperhatikan guru yang menjelaskan materi pembelajaran (Lisnawati, 2018;

Purwaningsih et al., 2014; Yulianti &

Wahyuningtyas, 2018). Talking Stick merupakan model belajar sambil bermain dengan menggunakan tongkat dan nyanyian untuk menunjuk siswa yang akan menjawab pertanyaan dari guru sehingga mendorong siswa lebih berani dalam mengunggkapkan pendapat secara lisan (Anggraini &

Fitrawati, 2016; Faradita, 2018; Novianti et al., 2019).

Pembelajaran dengan menggunakan model Talking Stick melibatkan peran aktif siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.

Model Talking Stick memiliki tujuan untuk melatih siswa lebih aktif dan berani dalam mengemukakan pendapat. (Effendi &

Sholikhah, 2020; Ervin Indriyani, 2015;

Siregar, 2017) penerapan model Talking Stick bertujuan untuk menciptakan suasana

(8)

491 menyengkan dalam diri siswa, melatih kemandirian serta menarik perhatian dan mendorong keberanian siswa untuk aktif berpendapat dalam proses pembelajaran.

Penerapan model Talking Stick sebagai model bantuan dalam proses pembelajaran IPA untuk menciptakan suasana yang menyenangkan dengan permainan menggunakan tongkat sambil bernyanyi, (1) untuk melatih konsentrasi siswa mendengarkan guru yang menjelaskan materi pelajaran; (2) melatih ingatan siswa dalam mengingat materi pelajaran; (3) mendorong siswa untuk berani bertanya tentang materi yang belum dipahami; (4) melatih kemampuan lisan siswa; dan (5) melatih kemampuan berpikir kritis siswa dalam menjawab berbagai macam pertanyaan dengan jawaban yang berbeda- beda pula. (Jamun et al., 2020; Pour et al., 2018) menyatakan pembelajaran IPA dalam model Talking Stick dapat menciptakan suasana belajar lebih menyenangkan dan siswa dituntut agar terlibat akti dalam proses pembelajaran. Sabardila et al. (2019) antusiasme siswa terlihat meningkat dalam proses pembelajaran dengan penerapan model Talking Stick. Model Talking Stick dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa untuk mengeluarkan pendapat (Hartina, 2020; Kumullah & Yulianto, 2020).

Penerapan pembelajaran dengan model PBL berbantuan Talking Stick pada mata pelajaran IPA tepatnya dalam materi siklus air ternyata dapat memberikan pengaruh yang baik dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Penelitian dengan penerapan model PBL berbantuan Talking Stick ini menunjukan bahwa pada awalnya siswa cenderung merasa takut bertanya dan takut memberikan pendapat, cemas apabila guru memberikan pertanyaan, pasif dalam mengikuti proses pembelajaran, dan kurang kompeten untuk mengerjakan soal-soal dalam tingkat Higher Order Thinking Skills (HOTS) dengan tahapan berpikir kritis. Hasil ini dapat dibuktikan dalam pemberian soal pretest kemampuan berpikir kritis masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal, ada beberapa siswa yang bahkan tidak paham dengan masud dari perintah soal dikarenakan kurangnya pembiasaan guru

dalam memberikan soal berpikir kritis kepada siswa. Setelah diterapkan pembelajaran dengan model PBL berbantuan Talking Stick siswa bisa lebih menikmati proses pembelajaran, aktif dalam memberikan pendapat dan berani untuk bertanya tentang hal yang belum dipahami, semua ini dikarenakan siswa secara langsung dilibatkan dalam melakukan berbagai macam percoban-percobaan terkait materi siklus air yang berkaitan dengan kehidupan nyata siswa, contohnya seperti melakukan percobaan proses terjadinya hujan sehingga siswa dapat mengetahui dengan jelas penyebab terganggunya siklus air, mengukur berbagai macam ph air serta dapat mengetahui ciri-ciri air yang baik untuk dikonsumsi, mengelompokan berbagai gambar sesuai dengan kegunaan air bagi manusia, hewan, dan tumbuhan, dan melakukan penjernihan air sederhana dengan menggunakan bahan dan alat yang ada dilingkungan sekitar. Dengan pengalaman dalam melakukan percobaan-percobaan sederhana ini siswa dapat mengaplikasikannya di dalam kehidupan sehari-hari terkait menjaga lingkungan sehingga siklus air tidak terganggu dan persediaan air bersih di sekitar tidak berkurang. Di akhir pembelajaran siswa dengan antusias melakukan permainan dengan menggiring tongkat sambil bernyanyi dalam kelompok masing-masing, siswa juga antusias untuk menjawab berbagai macam pertanyaan yang diberikan oleh guru terkait mengulang pemahaman siswa tentang materi yang telah dipelajari.

Tingginya antusias serta peran aktif siswa dalam proses pembelajaran menyebabkan kemampuan berpikir kritis siswa mengalami peningkatan. Hasil ini dapat dibuktikan pada saat pemberian soal- soal latihan serta soal posttest kemampuan berpikir kritis sudah banyak siswa yang terbiasa dan mampu dalam mengerjakan soal dengan tepat, sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa meningkat. Hasil penelitian ini relevan (Walfajri & Harjono, 2019) model PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Reda (2020) model Talking Stick memberikan pengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa.

(9)

492

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan Penelitian yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model PBL berbantuan Talking Stick pada kelas eksperimen dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dari pada model konvensional yang diterapkan pada kelas kontrol. Hasil yang dicapai menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa mengalami rata-rata peningkatan pada kelas eksperimen 0,40 dengan katagori sedang sedangkan pada kelas kontrol dengan rata- rata 0,16 masuk dalam katagori rendah.

Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi model pembelajaran serta terciptanya pembelajaran IPA yang menyenangkan.

DAFTAR RUJUKAN

Alan, U. F., & Afriansyah, E. A. (2017).

Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa Melalui Model Pembelajaran Auditory Intellectualy Repetition Dan Problem Based Learning. Jurnal Pendidikan Matematika, 11(1), 68–

77. https://doi.org/10.22342/

jpm.11.1.3890.67-78

Anggraini, A. N., & Fitrawati. (2016).

Teaching Speaking By Using Talking Stick Technique for Senior High School Students. Journal of English Language Teaching, 5(1), 72–79.

http://ejournal.unp.ac.id/index.php/je lt%0ATEACHING

Anisa, A. (2017). Meningkatkan keterampilan berpikir kritis peserta didik melalui pembelajaran IPA berbasis potensi lokal Jepara. Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 3(1), 1–11.

https://doi.org/10.21831/jipi.v3i1.860 7

Asriningtyas, A. N., Kristin, F., &

Anugraheni, I. (2018). Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas 5 Sd. Jurnal Basicedu, 5(1), 23–31.

https://doi.org/10.31004/basicedu.v2i

2.137

Danial, M., Gani, T., & Husnaeni, H. (2017).

Pengaruh Model Pembelajaran dan Kemampuan Awal Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Pemahaman Konsep Peserta Didik.

Journal of Educational Science and Technology (EST), 3(1), 18–32.

https://doi.org/10.26858/est.v3i1.350 9

Effendi, E., & Sholikhah, M. (2020).

Komparasi Hasil Belajar pada Pembelajaran Fisika Materi Gerak Lurus Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Belitang. Titian Ilmu: Jurnal Ilmiah Multi Sciences, 12(1), 35–42.

https://doi.org/10.30599/jti.v12i1.608 Ervin Indriyani, Y. (2015). Peningkatan Kualitas Pembelajaran PKn Melalui Model Talking Stick Berbantuan Media Audiovisual. Joyful Learning Journal, 4(3), 75–83.

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.p hp/jlj%0APENINGKATAN

Fajrin, O. A. (2018). Pengaruh Model Talking Stick terhadap Hasil Belajar IPS Siswa SD. Jurnal Bidang Pendidikan Dasar, 2(1A), 85–91.

https://doi.org/10.21067/jbpd.v2i1a.2 353

Faradita, M. N. (2018). Pengaruh Metode Pembelajaran Type Talking Stick Terhadap Hasil Belajar IPA pada Siswa Kelas 4 Sekolah Dasar. Jurnal Bidang Pendidikan Dasar (JBPD),

2(1), 47–58.

http://ejournal.unikama.ac.id/index.p hp/JBPD

Hartina, S. . (2020). Talking Sticks as a Technique to Stimulate the Students’

Speaking Performance. IDEAS:

Journal on English Language Teaching and Learning, Linguistics and Literature, 8(1), 116–125.

https://doi.org/10.24256/ideas.v8i1.1 317

Herzon, H. H., Budijanto, & Utomo, D. H.

(2018). Pengaruh Problem-Based Learning ( PBL ) terhadap Keterampilan Berpikir Kritis. Jurnal Pendidikan Teori, Penelitian, Dan Pengembangan, 3(1), 42–46.

http://journal.um.ac.id/index.php/jptp

(10)

493 p/

Husen, A., Indriwati, S. E., & Lestari, U.

(2017). Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA Melalui Implementasi Problem Based Learning Dipadu Think Pair Share.

Jurnal Pendidikan : Teori, Penelitian, Dan Pengembangan, 2(6), 853–860.

Ismail, N. S., Harun, J., Zakaria, M. A. Z. M.,

& Salleh, S. M. (2018). The effect of Mobile problem-based learning application DicScience PBL on students’ critical thinking. Thinking Skills and Creativity, 28, 177–195.

https://doi.org/10.1016/j.tsc.2018.04.

002

Jamun, R., Medi, H., & Nova, H. (2020).

Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPA Melalui Model Pembelajaran Talking Stick.

Jurnal Pendidikan Matematika Dan

Sains, 6(1), 93–104.

https://doi.org/dx.doi.org/10.26418/j pmipa.v11i2.40759

Kumullah, R., Djatmika, E. T., & Yuliati, L.

(2018). Kemampuan Berpikir Kritis dan Penguasaan Konsep Siswa dengan Problem Based Learning pada Materi Sifat Cahaya. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, Dan Pengembangan, 3(12), 1583–1586.

http://journal.um.ac.id/index.php/jptp p/

Kumullah, R., & Yulianto, A. (2020).

Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Melalui Pembelajaran Talking Stick dengan Media Pohon Matematika Pada Materi Operasi Hitung Bilangan Bulat. Jurnal Papeda: Jurnal Publikasi Pendidikan Dasar, 2(2), 87–93.

https://doi.org/10.36232/jurnalpendid ikandasar.v2i2.490

Lei, J. H., Guo, Y. J., Chen, Z., Qiu, Y. Y., Gong, G. Z., & He, Y. (2016).

Problem/Case-Based Learning with Competition Introduced in Severe Infection Education: an Exploratory Study. SpringerPlus, 5(1), 1–8.

https://doi.org/10.1186/s40064-016- 3532-3

Lestari, K. E., & Yudhanegara, M. R. (2017).

Penelitian Pendidikan Matematika.

PT. Refika Aditama.

Lisbiyaningrum, I., Wahyudi, & Wulandari.

(2019). Penerapan Problem Based Learning dalam Pembelajaran Tematik Integratif untuk Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kritis Siswa Kelas III Sekolah Dasar.

Elementary School: Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Ke- SD-An, 6(2), 161–168.

Lisnawati, H. (2018). The Implementation of Learning Model in Talking Stick by Using Short Story Text to Improve Students’ Reading Comprehension At SMP Negeri 15 TIKEP. Langua- Journal of Linguistics, Literature, and Language Education, 1(1), 49–

61.

https://doi.org/https://doi.org/10.5281 /zenodo.1412297

Mardiah, A. (2016). The Effect of Problem- Based Learning and Level Intelligence of Students’ Critical Thinking on Kalamm Science.

Journal of Islamic Education, 21(2), 155–164.

https://doi.org/10.19109/td.v21i2.951 Marek, E. A. (2008). Why the Learning Cycle? Journal O Elementary Science Education, 20(3), 63–69.

https://doi.org/10.4324/97802039947 95-8

Mayang, G. C. (2021). The Effectiveness of Problem-Based Learning Assisted by Edpuzzle on Students â€TM Critical Thinking Skills. Indonesian Journal of Informatics Education, 5(1), 10–

15.

Nina, H., Solfarina, & Langitasari, I. (2019).

Pengaruh Siklus Belajar Hipotesis Deduktif pada Konsep Reaksi Redoks Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis. Jurnal Profesi Keguruan, 5(1), 31–37.

https://journal.unnes.ac.id/nju/index.

php/jpk

Novianti, I., Purwoko, R. Y., & Darminto, B.

P. (2019). Model Talking Stick untuk Meningkatkan Keterampilan Siswa dalam Pemecahan Masalah. Jurnal Education Mathematik, 8(1), 75–84.

(11)

494 Nugraha, W. S. (2018). Peningkatan

Kemampuan Berpikir Kritis Dan Penguasaan Konsep Ipa Siswa SD Dengan Menggunakan Model Problem Based Learning.

EduHumaniora | Jurnal Pendidikan Dasar Kampus Cibiru, 10(2), 115–

127.

https://doi.org/10.17509/eh.v10i2.11 907

Nuraini, F., & Kristin, F. (2017). Penggunaan Model Problem Based Learning (Pbl) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ipa Siswa Kelas 5 Sd. E- Jurnalmitrapendidikan, 1(4), 369–

379.

https://doi.org/10.1080/10889860091 114220

Nurhayati, ai ratna, Jayadinata, asep kurnia,

& Sujana, A. (2017). Penerapan Inquiri Terbimbing dalam Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas V pada Materi Daur Air. Jurnal Pena Ilmiah, 2(1), 1061–1070.

https://doi.org/http://dx.doi.org/10.17 509/jpi.v2i1.11255

Nuryanto, N., Utami, B., & Saputro, A.

(2015). Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (Pbl) Dilengkapi Macromedia Flash Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Prestasi Belajar Siswa Pada Materi Pokok Termokimia Kelas Xi Siswa Sma Negeri 2 Karanganyar T.P 2014/2015. Jurnal Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret, 4(4), 87–94.

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/

kimia

OECD. (2019). PISA 2018 Results Combined

Executive Summaries.

https://www.oecd.org/pisa/Combined _Executive_Summaries_PISA_2018.

pdf

Pour, A. N., Herayanti, L., & Sukroyanti, B.

A. (2018). Pengaruh Model Pembelajaran Talking Stick terhadap Keaktifan Belajar Siswa. Jurnal Penelitian Dan Pengkajian Ilmu Pendidikan: E-Saintika, 2(1), 36–40.

https://doi.org/10.36312/e-

saintika.v2i1.111

Purwaningsih, A., Saputro, S., & Dwi Ariani, S. (2014). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick dan Teams Games Tournaments (TGT) Ditinjau dari Kemampuan Matematik Pada Materi Pokok Hidrolisis Garam Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas XI SMA N Kebakkramat Tahun Pelajaran 2013/2014. Jurnal Pendidikan Kimia, 3(4), 31–40.

Rahmawati. (2016). Hasil TIMSS 2015 (Trend in International Mathematics and Science Study) : Diagnosa Hasil untuk Perbaikan Mutu dan Peningkatan Capaian. 1–10.

http://puspendik.kemdikbud.go.id/se minar/upload/Hasil Seminar Puspendik 2016/Rahmawati-Seminar Hasil TIMSS 2015.pdf

Reda, I. G. (2020). Pengaruh Model Pembelajaran Talking Stick pada Materi Himpunan Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Kelas VII SMPS Katolikchristo Regi. Scientiical Colloquia:Jurnal Pendidikan Matematika, 3(1), 1–6.

Sabardila, A., Fachri, A. R., Santoso, E., Aini, N. N., Safitri, M., Putri, D. M., Damayanti, N. A., Hermawati, L., Pratiwi, A. N., & Safira, R. (2019).

Peningkatan Antusiasme dan Pemahaman Siswa dalam PBM melalui Metode Talking Stick di MIM Jatisari Kedungdowo, Boyolali.

Buletin KKN Pendidikan, 1(2), 56–

62.

https://doi.org/10.23917/bkkndik.v1i 2.10765

Sari, S., & Wijayanti, A. (2017). Talking Stick: Hasil Belajar IPA Dan Kemampuan Kerjasama Siswa.

WACANA AKADEMIKA: Majalah Ilmiah Kependidikan, 1(2), 175–184.

https://doi.org/10.30738/wa.v1i2.164 2

Setyorini, U., Sukiswo, S. E., & Subali, B.

(2011). Penerapan Model Problem Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP. Jurnal Pendidikan Fisika

(12)

495 Indonesia, 7(1), 52–56.

https://doi.org/10.15294/jpfi.v7i1.10 70

Sinprakob, S., & Songkram, N. (2015). A Proposed Model of Problem-based Learning on Social Media in Cooperation with Searching Technique to Enhance Critical Thinking of Undergraduate Students.

Procedia - Social and Behavioral Sciences, 174, 2027–2030.

https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2015.

01.871

Siregar, S. (2017). Pengaruh Model Pembelajaran Talking Stick Terhadap Hasil Belajar dan Aktivitas Visual Siswa pada Konsep Sistem Indra.

Jurnal Ilmiah Biologi Teknologi Dan Kependidikan, 3(2), 100–106.

https://doi.org/10.22373/biotik.v3i2.9 99

Sugiyono, T., Sulistyorini, S., & Rusilowati, A. (2017). Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Bervisi SETS dengan Metode Outdoor Learning untuk Menanamkan Nilai bagi Karakter Bangsa. Journal of Primary Education, 5(1), 8–20.

https://doi.org/10.25273/pe.v5i01.32 1

Sundari, P. D., Parno, & Kusairi, S. (2018).

Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dalam Model Pembelajaran Terintegrasi. Jurnal Kependidikan:

Penelitian Inovasi Pembelajaran,

2(2), 348–360.

https://doi.org/https://doi.org/10.2183 1/jk.v2i2.13761

Suryani, E., Rosilowati, A., & Wardono.

(2016). Analisis Pemahaman Konsep IPA Siswa SD Menggunakan Two- Tier Test Melalui Pembelajaran Konflik Kognitif. Journal of Primary Education, 5(1), 56–65.

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.p hp/jpe%0AANALISIS

Tri Pudji Astuti. (2019). Model Problem Based Learning dengan Mind Mapping dalam Pembelajaran IPA Abad 21. Proceeding of Biology Education, 3(1), 64–73.

https://doi.org/10.21009/pbe.3-1.9 Walfajri, R. U., & Harjono, N. (2019).

Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Hasil Belajar Tematik Muatan Ipa Melalui Model Problem Based Learning Kelas 5 Sd. Jurnal Basicedu, 3(1), 16–20.

https://doi.org/10.31004/basicedu.v3i 1.54

Widayat, W., Wiyanto, & Hindarto, N.

(2017). Pembentukan Keterampilan Berpikir Kritis dan Karakter Peduli Lingkungan Berbantuan Scaffolding.

Journal of Innovative Science Education, 6(1), 85–95.

https://doi.org/10.15294/jise.v6i1.17 068

Wulandari, N. I., Wijayanti, A., & Budhi, W.

(2018). Efektivitas Model Pembelajaran Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar IPA Ditinjau dari Kemampuan Berkomunikasi Siswa. Jurnal Pijar

MIPA, 13(1), 51–55.

https://doi.org/10.29303/

jpm.v13i1.538

Yulianti, L., & Wahyuningtyas, D. T. (2018).

Perbedaan Hasil Belajar IPS Antara Model Pembelajaran Konvensional Berbantuan Media Gambar dengan Model Pembelajaran Talking Stick Berbantuan Media Power Point di Kelas III SDN Turirejo 02 Lawang Malang Tahun Ajaran 2015 / 2016 Universitas Kanjuruhan Mala. Jurnal Bidang Pendidikan Dasar (JBPD),

2(1), 78–84. http:

ejournal.unikama.ac.id/index.php/JB PD%0APerbedaan

Gambar

Tabel 1. Kriteria Nilai N-Gain
Tabel 3. Indikator Berpikir Kritis  No  Tahapan Berpikir
Gambar 2. Rekapitulasi Peningkatan  Kemampuan Berpikir Kritis

Referensi

Dokumen terkait

Dalam usaha meningkatkan pendapatan golongan asnaf fakir and miskin di Pulau Pinang, Pusat Urus Zakat Pulau Pinang telah melaksanakan pelbagai program gerak asnaf

Alhamdulillah, dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

Until recently, these haemodynamic effects could only be measured intermittently. However, with the development of continuous non-invasive monitoring techniques and

Dengan ini peneliti menyatakan bahwa dalam laporan penelitian ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk penelitian lain atau untuk memperoleh gelar

Hal ini dapat diartikan bahwa jenis terapi yang diterima oleh pasien asma anak pada penelitian ini tidak tidak berpengaruh terhadap perubahan frekuensi

Pilkada serentak 2017 di Kabupaten Brebes terutama di Kecamatan Songgom secara umum dapat dikatakan berjalan dengan baik akan tetapi jika dilihat dari tingkat

Wakil Ketua Akreditasi Pengadilan Agama Bontang telah membaca Pedoman Standar Akreditasi Penjaminan Mutu Pengadilan Agama Bontang yang dikeluarkan oleh Direktur

masyarakat sebagai objek penelitian dan hasil penelitian dapat langsung dirasakan oleh sampel penelitian (Suharsimi, 2013: 129). Penelitian Tindakan Kelas terdiri dari