• Tidak ada hasil yang ditemukan

Neli Natalya. S ¹, Syahrilfuddin ², Zariul Antosa ³. Abstract. : Realistic Mathematics Education (RME),Succes of lesson

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Neli Natalya. S ¹, Syahrilfuddin ², Zariul Antosa ³. Abstract. : Realistic Mathematics Education (RME),Succes of lesson"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Penerapan Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IIC

SD Negeri 001 Bukitraya Pekanbaru

Neli Natalya. S ¹, Syahrilfuddin ², Zariul Antosa ³ Abstract

The background of the problem in this study is that students do not understand the material that is given teacher. This is because teachers teach only use the lecture method and less use of props, a teacher resource center to become less active and less students are given the opportunity to express their opinion. For it is necessary to study learning approach of Realistic Mathematics Learning (PMR). In the approach of Realistic Mathematics Learning (PMR) emphasized the importance of students' real context is known and the construction of mathematical knowledge by the students themselves. With the presentation of mathematical material submitted in accordance with the intellectual development of students and associate mathematics instructional materials in accordance with the reality around, it can help student easy to understand mathematical concepts being taught and make learning math more meaningful for students. The study is in the form of Classroom Action Research (CAR).

This study aims to improve students' mathematics learning outcomes elementary school classroom IIC 001 Bukitraya Pekanbaru on integer multiplication material. With the formulation of the problem "Is the application of Realistic Mathematics Learning approach (PMR) can improve the learning outcomes of students in mathematical integer multiplication material? '. Quantitative data in the form of testing students' knowledge and understanding through the cycle repeats. The results of this study showed that the mean value of the first cycle repeats students increased 12.05 points (26.22%) of the students to the basic score 59.38. In the second cycle rose 31.25 points (52.63%) of the first cycle to 90.63. This means that the application of the approach of Realistic Mathematics Learning (PMR) can improve the learning outcomes of students grade math IIC Elementary School 001 Bukitraya Pekanbaru.

Keywords : Realistic Mathematics Education (RME) ,Succes of lesson

1. Mahasiswa PGSD FKIP Universitas Riau, NIM 0805162468, e-mail [email protected]

2. Dosen Pembimbing I, Staf pengajar Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, e- mail [email protected]

3. Dosen Pembimbing II, Staf pengajar Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, e- mail [email protected]

(2)

PENDAHULUAN

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang memiliki peran penting dalam mengembangkan kemampuan berpikir siswa. Pelajaran matematika perlu diberikan kepada seluruh peserta didik dimulai dari sekolah dasar sampai ke perguruan tinggi yang membekali peserta didik dengan kemampuan berfikir logis, analitis, sistematis, kritis, kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Hal ini sejalan dengan tujuan pembelajaran matematika yaitu (1)memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau alogaritma secara luwes,akurat,efisien,dan tepat dalam pemecahan masalah; (2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat,melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika;

(3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menaksirkan solusi; (4) mengkomunikasikan gagasan dengan symbol,table,diaggramatau media lain untuk memperjelas keadaan; (5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika ( Depdiknas, 2006 ).

Berdasarkan pengalaman penulis, mengajar di SD Negeri 001 Bukitraya Kecamatan Tenayan Raya Pekanbaru diperoleh data bahwa hasil belajar matematika siswa kelas IIC umumnya masih rendah dan tidak mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang telah ditetapkan sekolah yaitu 65. Hal ini dapat terlihat dari data hasil ulangan harian kelas IIC SD Negeri 001 Bukitraya Kecamatan Tenayan Raya berikut ini:

Tabel 1

Ketercapaian KKM Siswa Kelas IIC SD Negeri 001 Bukitraya Tahun pelajaran 2011/2012

Materi Jumlah siswa

KKM Jumlah siswa tuntas

Persentase Jumlah siswa

tidak tuntas

Persentase

Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan

32 65 15 46,88 % 17 53,13 %

Dari table di atas dapat dilihat bahwa hasil belajar matematika siswa kelas IIC SD Negeri 001 Bukitraya tergolong rendah. Penyebab rendahnya hasil belajar matematika siswa kelas II C adalah kurangnya kemampuan siswa untuk memahami materi yang bersifat abstrak. Selain itu siswa kurang mampu mengaitkan pengetahuan-pengetahuan yang telah mereka miliki dengan materi yang sedang dipelajari. Ini disebabkan guru masih menggunakan metode ceramah dalam menjelaskan materi dan hanya mementingkan hasil akhir, guru menjadi pusat

(3)

imformasi sehingga siswa kurang memiliki kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya. Menurut Sunoto ( 2000 ), faktor penyebab rendahnya prestasi belajar matematika antara lain disebabkan oleh pola pembelajaran yang dilaksanakan guru, kurangnya minat siswa dalam belajar matematika, dan proses belajar yang kurang kondusif. Kondisi ini menunjukkan perlu adanya perubahan dan perbaikan dalam pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar matematika pada umumnya dan operasi bilangan bulat pada khususnya. Materi pokok operasi hitung bilangan bulat adalah salah satu materi pokok yang sangat penting dalam mata pelajaran matematika.

Selama ini proses pembelajaran yang peneliti lakukan di kelas II C masih bersifat konvesional yaitu sebagai berikut: 1) Guru cenderung menggunakan metode ceramah untuk menjelaskan materi, sehingga peranan guru sangat dominan, 2) soal- soal yang diberikan oleh guru selalu soal-soal yang yang ada di buku paket serta guru jarang memberikan lembar kerja siswa ( LKS ) yang berisi panduan agar siswa memahami materi yang diajarkan. 3) pada waktu menjelaskan materi, guru jarang menggunakan media yang dapat merangsang siswa untuk belajar.

Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti perlu mengadakan perbaikan dalam proses pembelajaran. Salah satunya dengan menerapkan model pembelajaran yang menekankan akan pentingnya konteks nyata untuk membangun prestasi yang maksimal dan memungkinkan siswa terampil berpikir secara rasional.

Untuk memperbaiki proses pembelajaran kelas II C di SD Negeri 001 Bukit Raya Kecamatan Tenayan Raya, peneliti menerapkan pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik (PMR). Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) merupakan pembelajaran yang pertama kali dikembangkan di Belanda pada tahun 1970 oleh Institut Freudenthal. Teori ini mengacu pada asumsi bahwa matematika harus dikaitkan dengan realita dan matematika merupakan aktifitas manusia.

Pendekatan ini dirancang khusus untuk dapat mengembangkan kemampuan belajar siswa tentang penemuan dan pemecahan masalah, yang dapat memotivasi siswa menjadi aktif, kreatif dan meningkatkan hasil belajarnya. Alasan digunakannya Pendekatan Matematika Realistik di sekolah karena matematika dapat digunakan di berbagai keadaan, digunakan oleh setiap manusia pada setiap kegiatan, baik pola pikir maupun matematika itu sendiri, dan siswa yang bersekolah itu mempunyai kemampuan yang beragam.

PMR adalah pembelajaran yang menekankan akan pentingnya konteks nyata yang dikenal siswa dan proses konstruksi atau proses membangun pengetahuan matematika oleh siswa itu sendiri, dimana konteks nyata merupakan bagian inti dan langkah awal dalam pembelajaran matematika. Dan Teori ini berdasarkan pada ide bahwa matematika adalah aktivitas manusia dan matematika harus di hubungkan secara nyata terhadap konteks kehidupan sehari-hari siswa sebagai suatu sumber pengembangan dan sebagai area aplikasi melalui proses matematisasi baik horizontal maupun vertikal. Selain itu, manusia harus diberi kesempatan untuk menemukan kembali dan mengkonstruksi konsep matematika dengan bimbingan orang dewasa

(4)

Gravemeijer dalam Daiti.T 1994 : 7. Upaya ini dilakukan melalui pengalaman dengan berbagai situasi dan persoalan realistik.

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti menerapkan pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas II C SD negeri 001 Bukitraya pada materi perkalian bilangan bulat.

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah penerapan pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas IIC SD Negeri 001 Bukitraya Pekanbaru pada materi perkalian bilangan bulat?

Sesuai dengan latar belakang dan perumusan masalahnya, maka penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas IIC SD Negeri 001 Bukitraya Pekanbaru pada perkalian bilangan bulat dengan pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik (PMR).

Pendekatan Matematika Realistik (PMR) pertama kali dikembangkan di Belanda pada tahun 1970-an. Gagasan dasar PMR lahir dari keyakinan Freudenthal (1971), bahwa matematika bukan sebagai bahan ajar, melainkan sebagai kegiatan manusiawi. Hal ini diperjelas oleh pernyataan Freudenthal dalam Gravemeijer (1994) bahwa matematika sebagai kegiatan manusiawi adalah aktivitas pemecahan masalah, mencari masalah, mengorganisasikan materi yang berkenaan dengan masalah dan pemecahannya, membuat model matematika untuk masalah yang bisa diselesaikan, mengorganisasikan ide-ide baru dan gagasan baru agar lebih mudah dimengerti dalam konteks yang lebih luas.

PMR adalah model pembelajaran yang menempatkan realitas dan lingkungan siawa sebagai titik tolak awal pembelajaran. Masalah yang nyata atau yang telah dikuasai dapat dibayangkan dengan baik oleh siswa dan digunakan sebagai sumber munculnya konsep tau pengertian matematika yang semakin meningkat (Soedjadi, 2001:2). Hal ini sejalan dengan pandangan Suyitmo (2006:36) yang menyatakan bahwa PMR adalah model pembelajaran matematika disekolah yang bertitik tolak dari hal-hal yang real bagi kehidupan manusia.

Gravemeijer dalam (Tarigan 2006:6) menyatakan bahwa matematika realistik memiliki 5 karakteristik, yaitu:

1. Penggunaan konteks: Proses pembelajaran diawali dengan keterlibatan siswa dalam pemecahan masalah kontekstual.

2. Instrumen vertikal: Konsep atau ide matimatika direkonstruksikan oleh siswa melalui model-model instrument vertikal, yang bergerak dari prosedur informal ke bentuk formal.

3. Konstribusi siswa: siswa aktif mengkonstruksi sendiri bahan matematika berdasarkan fasilitas dengan lingkungan belajar yang disediakan guru, secara aktif menyelesaikan soal dengan cara masing-masing.

4. Kegiatan interaktif: kegiatan belajar bersifat interaktif, yang memungkinkan terjadi komunikasi dan negosiasi antar siswa.

(5)

5. Keterkaitan topik: Pembelajaran suatu bahan matematika terkait dengan berbagai topik matematika secara terintegrasi.

Belajar dan hasil belajar matematika adalah dua hal yang memiliki keterkaitan yang kuat. Sudjana (2004 : 12) menyatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar. Sedangkan Dimyati dan Mudjiono (2002) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan nilai belajar siswa melalui kegiatan atau pengukuran.Dan Arikunto (1990:133) mengatakan bahwa hasil belajar adalah hasil akhir setelah mengalami proses belajar, perubahan itu tampak dalam perbuatan yang dapat diaamati,dan dapat diukur”

Dari pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah penguasaan pengetahuan yang dicapai oleh siswa dalam bentuk angka atau skor setelah melakukan proses pembelajaran dengan menggunakan alat ukur tertentu.

Sedangkan hasil belajar matematika dalam penelitian ini adalah penguasaan pengetahuan yang dicapai oleh siswa dalam bentuk angka atau skor setelah melakukan proses pembelajaran matematika dengan menerapkan pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik (PMR).

Hasil belajar matematika dalam penelitian ini adalah hasil yang dicapai siswa dalam bentuk angka-angka atau skor yang mengukur domain kognitif pada ulangan harian I dan ulangan harian II setelah diterapkannya pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik (PMR).

Untuk mengetahui berhasil tidaknya siswa dalam belajar maka perlu dilakukan suatu evaluasi, tujuannya untuk mengetahui hasil yang diperoleh siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung. Siswa dikatakan berhasil jika siswa memperoleh nilai ≥ 65 atau melebihi Kriteria Ketuntasan Belajar Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah. Dan secara kelompok ketuntasan belajar siswa dinyatakan tercapai apabila sekurang-kurangnya 80% dari siswa dalam kelompok yang telah memenuhi kriteria ketuntasan belajar.

Penyelenggaraan pembelajaran merupakan salah satu tugas guru. Seorang guru harus bisa menciptakan suasana belajar yang menarik dan berkesan sehingga mempengaruhi hasil belajar siswa. Dalam rangka meningkatkan hasil belajar matematika guru bisa melakukan banyak cara sehingga dapat mengoptimalkan hasil belajar matematika siswa.

Salah satu cara yang dapat dilakukan guru adalah dengan penerapan Pendekatan Matematika Realistik (PMR). Pada uraian tentang penerapan Pendekatan Matematika Realistik (PMR) dikemukakan bahwa pembelajaran ini menunjukkan dengan jelas kegiatan-kegiatan yang dilakukan guru dan siswa, membantu siswa memahami materi dengan jelas dan dilakukan selangkah demi selangkah dan juga memberikan kesempatan ide konsep matematika dengan bimbingan guru serta diberikan latihan dan umpan balik sehingga bisa mengembangkan kreativitas siswa dalam merangkai informasi atau pesan yang diperolehnya. Dengan demikian hasil belajar siswa diharapkan akan meningkat dan ketuntasan belajar akan tercapai.

(6)

Hasil belajar Matematika dapat ditingkatkan jika diterapkan pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) pada siswa kelas IIC SD Negeri 001 Bukitraya Kecamatan Tenayan Raya Pekanbaru pada materi pokok perkalian bilangan bulat.

METODOLOGI PENELITIAN

Bentuk penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Wardani (2002:15) PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh guru didalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat. Kemmis dalam Wiraatmadja dalam (Arneli,2008:16) menjelaskan PTK adalah sebuah bentuk inkuiri reflektif yang dilakukan secara kemitraan, mengenai situasi social tertentu (termasuk pendidikan) untuk meningkatkan rasionalitas dan keadilan.

Dalam PTK ini pendidik merencanakan 2 siklus. Siklus pertama diawali dengan refleksi awal karena peneliti telah memiliki seperangkat data yang dapat dijadikan dasar untuk merumuskan tema penelitian yang selanjutnya diikuti perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan atau observsasi dan refleksi untuk dilanjutkan kesiklus selanjutnya.

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 001 Bukitraya Pekanbaru. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IIC SD Negeri 001 Bukitraya Pekanbaru tahun pelajaran 2011/2012 yang berjumlah 32 orang siswa dengan kemampuan heterogen yang terdiri dari 18 siswa perempuan dan 14 siswa laki-laki. Untuk memperoleh data lengkap yang akan penulis ajukan pada penelitian ini, maka digunakan teknik pengumpulan data,hal ini dengan melakukan:

a. Teknik Observasi

Teknik observasi dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan lembar pengamatan. Pengamatan dilakukan untuk melihat aktifitas siswa dan guru selama proses pembelajaran dengan menerapkan pendekatan matematika realistik dalam setiap kali pertemuan.

b. Teknik Tes

Data tentang hasil belajar matematika dikumpulkan melalui tes hasil belajar matematika. Tes hasil belajar matematika dilakukan setelah proses pembelajaran berakhir pada materi pokok bilangan dan operasinya kepada siswa yang mengikuti penerapan PMR.

Teknik Analisis Data

Data aktifitas siswa dan guru selama proses pembelajaran penerapan Pendekatan Matematika Realistik (PMR) dari hasil lembar pengamatan. Analisis data tentang aktifitas siswa dan guru didasarkan pada hasil lembar pengamatan selama proses pembelajaran sesuai perencanaan dengan pelaksanaan tindakan. Pelaksanaan tindakan dikatakan sesuai jika semua aktifitas dalam proses pembelajaran dengan pendekatan matematika realistik terlaksana sebagaimana mestinya. Arikunto (2002)

(7)

menyatakan bahwa pengamatan dilakukan pada waktu tindakan berjalan dengan mengisi lembar pengamatan yang disediakan.

Aktivitas guru dan siswa selama kegiatan belajar mengajar dibukukan pada observasi dengan rumus persentase (Sudijono,2010:43).

P = F x 100%

N Keterangan:

P = Angka Persentase

F = Total frekuensi aktivitas yang dilakukan(guru/siswa)

N = Jumlah nilai tertinggi yang didapat dari aktivitas (guru/siswa)

Pada penelitian ini siswa dikatakan berhasil apabila nilai siswa tersebut telah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu 65.

Hasil belajar siswa secara individu dapat dihitung dengan rumus ( Purwanto, 2008:112).

NP = R X 100 N

Keterangan:

NP = Nilai yang dicari

R = Jumlah skor dari soal yang dijawab benar SM = Skor maksimum dari tes

a. Ketuntasan Indikator

Indikator adalah variabel yang dapat digunakan untuk mengevaluasi keadaan atau status dan memungkinkan dilakukannya pengukuran terhadap perubahan- perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu. Ketuntasan siswa perindikator dapat dilihat dari hasil belajar siswa perindikator pada setiap siklus (Esistri, 2012:26)

b. Ketuntasan klasikal

Ketuntasan secara klasikal tercapai apabila 80% dari seluruh siswa memperoleh nilai minimum 65, maka kelas itu dikatakan berhasil. Untuk menentukan hasil belajar siswa secara klasikal digunakan rumus(Sapriya. Et all, 2006:146).

P = B X 100%

JS Keterangan :

P = Presentase Hasil Belajar Secara Klasikal.

B = Jumlah Siswa yang berhasil.

JS = Jumlah seluruh siswa.

Tindakan dikatakan berhasil apabila jumlah siswa yang memperoleh nilai rendah semakin sedikit dan yang memperoleh nilai tinggi meningkat dari nilai ulangan harian awal ke ulangan harian siklus I dan dari ulangan harian Siklus I ke ulangan harian Siklus II.

(8)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian yang dilakukan adalah menggunakan penerapan pendekatan matematika realistik. Penelitian ini dilaksanakan di kelas II C semester genap tahun pelajaran 2011/2012, tepatnya pada tanggal 5-16 Maret 2012. Proses pembelajaran dilaksanakan dalam enam kali pertemuan dengan rincian empat kali pertemuan menyajikan materi dan dua kali pertemuan mengadakan ulangan harian.

Kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan waktu (2x30 menit) menggunakan penerapan Pendekatan Matematika Realistik (PMR) dan didukung oleh lembar kerja siswa (lampiran C), pada setiap akhir pertemuan siswa mengerjakan latihan (lampiran D) yang berguna untuk melihat nilai perkembangan siswa, dan setiap akhir siklus I dan siklus II diadakan ulangan harian (lampiran H). Skor dasar siswa diambil dari dokumentasi nilai murni hasil belajar pada ujian semester sebelumnya.

Analisis Hasil Tindakan

Data yang dianalisis pada penelitian diperoleh dari hasil belajar matematika realistik, pada siswa kelas IIC SDN 001 Bukitraya Pekanbaru pada tahun pelajaran 2011/2012, sebagai berikut :

Aktivitas Siswa

Untuk mengetahui aktivitas siswa dalam penerapan pendekatan penbelajaran matematika realistik dilakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar pengamatan siswa (lampiran F.1, F.2, F.3, dan F.4).

Secara umum aktivitas siswa mengalami peningkatan dari pertemuan pertama jumlah skor sebesar 21 dengan persentase 75% kategori baik, pada pertemuan kedua jumlah skor sebesar 23 persentase 82,14% kategori amat baik, pada pertemuan keempat jumlah skor 25 persentase 89,28% kategori amat baik dan pada pertemuan kelima jumlah skor 26 dengan persentase 92,86% kategori amat baik. Pada pertemuan pertama ke pertemuan kedua jumlah skor meningkat sebesar 2 poin dan persentase 7,14 poin, dari pertemuan kedua ke pertemuan keempat jumlah skor meningkat sebesar 2 dan persentase 7,14 poin, dari pertemuan keempat ke pertemuan kelima jumlah skor meningkat sebesar 1 poin dan persentase sebesar 3,58 poin.Dapat disimpulkan bahwa observasi aktivitas siswa dari siklus I ke siklus II meningkat.

Peningkatan aktivitas siswa ini juga dapat dilihat pada grafik di bawah ini:

(9)

Gambar 1

Grafik Peningkatan Aktivitas siswa siklus I dan II selama proses pembelajaran dengan pendekatan PMR

Aktivitas Guru

Untuk mengetahui aktivitas guru dalam penerapan pendekatan matematika realistik dilakukan pengamatan terhadap aktivitas guru selama proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar pengamatan guru (lampiran F.1, F.2, F.3, dan F.4).

Secara umum aktivitas guru mengalami peningkatan dari pertemuan pertama jumlah skor sebesar 21 dengan persentase 75% kategori baik, pada pertemuan kedua jumlah skor sebesar 25 persentase 89,28% kategori amat baik, pada pertemuan keempat jumlah skor 26 persentase 92,86% kategori amat baik dan pada pertemuan kelima jumlah skor 27 dengan persentase 96,4% kategori amat baik. Pada pertemuan pertama ke pertemuan kedua jumlah skor meningkat sebesar 4 poin dan persentase 14,28 poin, dari pertemuan kedua ke pertemuan keempat jumlah skor meningkat sebesar 1 dan persentase 3,58 poin, dari pertemuan keempat ke pertemuan kelima jumlah skor meningkat sebesar 1 poin dan persentase sebesar 3,54 poin.Dapat disimpulkan bahwa observasi aktivitas guru dari siklus I ke siklus II meningkat Untuk lebih jelasnya perhatikanlah grafik dibawah ini :

(10)

Gambar 2 Peningkatan aktivitas guru siklus I dan II selama proses pembelajaran dengan pendekatan PMR

Berdasarkan skor yang diperoleh siswa untuk semua indikator pada ulangan siklus I dan ulangan siklus II yang diperoleh siswa setelah dilaksanakan pembelajaran dengan penerapan pendekatan pembelajaran matematika realistik (PMR). Untuk melihat ketercapaian indikator pada ulangan siklus I dan ulangan siklus II dapat dinyatakan dengan tabel dibawah ini.

Tabel 2

Jumlah Siswa yang Mencapai Indikator pada Ulangan siklus I

No Indikator Jumlah

Siswa

Siswa Tuntas

Persentase (%) 1. Mendeskripsikan konsep

perkalian bilangan sebagai penjumlahan berulang

32 29 90,63%

2. Menghitung perkalian dengan

bilangan loncat 32 27 84,38 %

3. Menghitung secara tepat

perkalian bilangan satu angka 32 18 56,25 % Dari tabel di atas dapat dideskripsikan sebagai berikut :

Indiktor 1: Mendeskripsikan konsep perkalian bilangan sebagai penjumlahan berulang, jumlah siswa yang mencapai KKM 65 adalah 29 orang dengan persentase 90,63%, dan siswa yang tidak mencapai KKM adalah 3 orang. Kesalahan siswa adalah siswa kurang teliti dan salah menentukan bilangan yang menjadi penjumlahan berulang.

(11)

Indiktor 2: Menghitung perkalian dengan bilangan loncat, jumlah siswa yang mencapai KKM 65 adalah 27 orang, dengan persentase 84,38 % dan siswa yang tidak mencapai KKM adalah 5 orang. Kesalahan siswa adalah kurang teliti dalam menghitung loncatan pada bilangan tertentu.

Indiktor 3: Menghitung secara tepat perkalian bilangan satu angka, jumlah siswa yang mencapai KKM 65 adalah 18 orang, dengan persentase 56,25 % dan siswa yang tidak mencapai KKM adalah 14 orang. Kesalahan siswa dalam pengerjaan soal adalah kurang teliti dalam menjumlahkan bilangan..

Untuk hasil ulangan siklus II dapat dilihat dengan menggunakan tabel berikut : Tabel 3

Jumlah Siswa yang Mencapai Indikator pada Ulangan siklus II

No Indikator Jumlah

Siswa

Siswa Tuntas

Persentase (%) Ketuntasan 1. Mengenal sifat pertukaran

pada perkalian 32 32 100 %

2. Menentukan pasangan bilangan satu angka yang hasil kalinya ditentukan

32 28 87,5 %

3. Memecahkan soal cerita yang mengandung perkalian

32 20 62,5 %

Dari tabel 3 di atas dapat dideskripsikan sebagai berikut:

Indiktor 1: Mengenal sifat pertukaran pada perkalian, jumlah siswa yang mencapai KKM 65 adalah 32 orang dengan persentase 100 %, dan tidak ada siswa yang tidak mencapai KKM.

Indiktor 2: Menentukan pasangan bilangan satu angka yang hasil kalinya ditentukan, jumlah siswa yang mencapai KKM 65 adalah 28 orang, dengan persentase 87,5 % dan siswa yang tidak mencapai KKM adalah 4 orang. Kesalahan siswa dalam pengerjaan soal adalah kurang teliti mengalikan dan memasangkan bilangan dan hasilnya.

Indiktor 3: Memecahkan soal cerita yang mengandung perkalian, jumlah siswa yang mencapai KKM 65 adalah 20 orang, dengan persentase 62,5 % dan siswa yang tidak mencapai KKM adalah 12 orang. Kesalahan siswa dalam pengerjaan soal adalah tidak mengikuti langkah dalam soal cerita, dan kurang teliti dalam memahami soal cerita. Secara keseluruhan siswa telah memahami permasalahan dalam soal cerita.

Dari penjelasan dan fakta-fakta di atas dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan pada setiap indikator setelah diterapkan pendekatan pembelajaran matematika realistik (PMR).

Ketuntasan Individu dan Klasikal berdasarkan KKM

(12)

Perbandingan ketuntasan individu dan klasikal skor dasar, siklus I dan siklus II pada penerapan pendekatan pembelajaran matematika realistik (PMR) siswa kelas IIC SD Negeri 001 Bukitraya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4

Ketuntasan Klasikal Penerapan Pendekatan PMR Pertemuan Jumlah

Siswa

Ketuntasan Individu Ketuntasan Klasikal Siswa Tidak

tuntas

Siswa Tuntas

Persentase Ketuntasan

Tuntas Klasikal

Skor Dasar 32 17 15 46,88% TT

Siklus I 32 13 19 59,38% TT

Siklus II 32 3 29 90,63% T

Dari tabel 4 terlihat bahwa jumlah siswa yang tuntas secara individu dan persentase ketuntasan secara klasikal meningkat dari skor dasar, siklus I dan siklus II.

Pada skor dasar jumlah siswa yang tuntas 15 orang siswa, tidak tuntas 17 orang siswa, persentase ketuntasan 46,88% dan dikatakan tidak tuntas secara klasikal. Hal ini disebabkan siswa kurang memahami materi pelajaran. Pada siklus I jumlah siswa yang tuntas meningkat sebanyak 4 orang siswa menjadi 19 orang siswa, sedangkan jumlah siswa yang tidak tuntas menurun sebanyak 4 orang menjadi 13 orang siswa, persentase ketuntasan meningkat 12,5% menjadi 59,38% dan masih dikatakan tidak tuntas secara klasikal. Hal ini terjadi karena siswa mulai memahami materi pelajaran dengan penerapan pendekatan PMR. Namun, masih banyak siswa yang belum terbiasa dengan pendekatan PMR dan masih bingung menggunakan media. Pada siklus II jumlah siswa yang tuntas meningkat sebanyak 10 orang siswa menjadi 29 orang siswa, sedangkan jumlah siswa yang tidak tuntas menurun sebanyak 10 orang siswa menjadi 3 orang siswa, persentase ketuntasan meningkat sebanyak 31,25%

menjadi 90,63% dan dikatakan tuntas secara klasikal. Hal ini menunjukkan sebagian besar siswa telah memahami langkah-langkah pendekatan PMR dan paham menggunakan media untuk memecahkan masalah.

Perbandingan Nilai Skor Dasar, Siklus I dan Siklus II Penerapan Pendekatan PMR Perbandingan nilai skor dasar, siklus I dan siklus II penerapan pendekatan pembelajaran matematika realistik pada materi pokok perkalian bilangan bulat dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5

Rerata Skor Dasar, Siklus I dan Siklus II Penerapan Pendekatan PMR

Kelas Jumlah Siswa

Rerata Minimum Maksimum

Skor Dasar 32 46,88 10 90

Siklus I 32 59,38 10 100

Siklus II 32 90,63 50 100

(13)

Pada tabel 5 di atas terlihat adanya peningkatan antara skor dasar, siklus I dan siklus II. Dari rerata skor dasar 46,88 meningkat menjadi 59,38 pada siklus I atau meningkat sebesar 12,5 poin, sedangkan nilai minimum tidak ada perubahan yakni 10 dan nilai maksimum meningkat dari 90 menjadi 100 atau meningkat sebesar 10 poin.

Kemudian nilai rerata siklus I sebesar 59,38 meningkat menjadi 90,63 pada siklus II atau meningkat sebesar 31,25 poin, sedangkan nilai minimum meningkat dari 10 menjadi 50 atau meningkat sebesar 40 poin, dan untuk nilai maksimum tidak terjadi perubahan. Dari tabel tersebut sudah terlihat peningkatan penerapan pendekatan pembelajaran matematika realistik (PMR) dari rerata skor dasar ke siklus I dan dari rerata siklus I ke siklus II.

Pembahasan hasil penelitian didasarkan pada hasil analisis aktivitas guru dan siswa, ketercapaian indikator, hasil belajar siswa dan ketuntasan klasikal pada siklus I dan siklus II dengan menerapkan pendekatan pembelajaran matematika realistic (PMR) pada materi perkalian bilangan bulat, dengan memberikan masalah kontekstual yang realistik (yang dapat dipahami siswa) dan memberi kesempatan kepada siswa untuk membangun kembali konsep - konsep matematis.

Pedekatan PMR menekankan akan pentingnya konteks nyata yang di kenal siswa dan proses rekontruksi pengetahuan matematika oleh siswa sendiri. Peran guru terutama sebagai pembimbing dan fasilitator bagi siswa dalam proses rekonstruksi ide dan matematika. Pendekatan PMR mengarahkan siswa untuk lebih aktif, kreatif, dalam pembelajaran yang berpusat pada siswa dan dengan materi juga kegiatan kontekstual.

Aktifitas guru dan siswa selama penelitian siklus I dan siklus II dapat disimpulkan mengalami peningkatan dalam proses pembelajaran. Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya yang dapat dilihat melalui skor. Proses pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang komplekks yang melibatkan beberapa komponen. Hal ini berpengaruh terhadap hasil belajar, (Sudjana) sedangkan dari analisis data ketercapaian kkm di peroleh kesimpulan bahwa terjadi peningkatan jumlah siswa yang mencapai kkm dari skor dasar ke ulangan siklus I dan ulangan siklus II. Dari skor dasar siswa yang memperoleh kkm 15 orang (46.88%), pada siklus I mengalami peningkatan 12.5%

menjadi 19 orang (59.38%), pada siklus II meningkat 31.25% dari siklus I menjadi 29 orang (90.63%).

Dengan demikian hasil tindakan ini mendukung hipotesis tindakan yang diajukan yaitu pembelajaran dengan penerapan pendekatan PMR dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas IIC SD N 001 Bukitraya pada materi pokok perkalian bilangan bulat.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa Penerapan Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas IIC SD Negeri 001 Bukitraya

(14)

Pekanbaru pada materi pokok perkalian bilangan bulat. Hal ini dapat dilihat dari rincian sebagai berikut : 1)Persentase rata-rata aktivitas guru pada siklus I adalah 82,14% kategori amat baik, meningkat pada siklus II menjadi 94,63% kategori amat baik, terdapat peningkatan sebesar 12,49 poin. Dan persentase rata-rata aktivitas siswa pada siklus I adalah 78,57 kategori baik, meningkat pada siklus II menjadi 91,07 kategori Amat Baik, terdapat peningkatan sebesar 12,5 poin.2)Nilai siswa sebelum tindakan dengan rata-rata 63,13 meningkat pada siklus I menjadi 67,50 atau meningkat sebesar 4,37 poin (12,5%). Kemudian pada siklus II meningkat menjadi 86,25 atau meningkat sebesar 18,75 poin (31,5%).3)Persentase ketercapaian KKM secara individu pada skor dasar adalah 46,88%, pada siklus I meningkat menjadi 59,38% atau meningkat sebesar 12,5 poin (26,66%), kemudian siklus II meningkat menjadi 90,63% atau meningkat sebesar 31,25 poin (52,63%).

SARAN

Bertolak dari kesimpulan dan pembahasan hasil penelitian di atas, berkaitan dengan penerapan Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik yang telah dilaksanakan, guru mengajukan beberapa saran, yaitu: 1)Penerapan pendekatan PMR dapat menjadi salah satu alternatif pembelajaran matematika untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa. 2)Bagi guru, yang akan menerapkan pendekatan PMR dalam pembelajaran agar dapat memperhatikan karakteristik pendekatan PMR dan menindaklanjuti siswa yang tidak mencapai KKM dengan cara memberikan bimbingan. 3)Bagi peneliti lain atau guru yang akan meneliti selanjutnya, hasil penelitian ini dapat di jadikan dasar guna terlaksananya penelitian yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Panduan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SD/MI. Jakarta : BP. Dharma Bhakti

Badan Standar Nasional Pendidikan. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 tentang standar proses untuk Satuan pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta : BSNP

Depdiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.

Depdiknas. 2006. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiya. Pekanbaru: Dinas Dikpora.

Esistri, Yona. 2012 . Penerapan Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV A SD Negeri 013 Tampan Pekanbaru. Skripsi pada Program Studi PGSD FKIP UR Pekanbaru : tidak diterbitkan.

Gravemeijer.K.P.E. 1994. Developing Realistic mathemathics Education. Culemborg.

(15)

Mudjiono, dimyanti. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.

Nasution, S. 1982. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta:

Bumi Aksara. Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran . Bandung : Remaja Rosda Karya

Polla. 2001. Kumpulan Bahan Ujian Komprehensif dan Tinjauan Teoritis. Bandung.

Purwanto, Ngalim. 2006 . Prinsip dan teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Remaja Rosda Karya

Sapria, et All. 2006 . Pembelajaran dan Evaluasi Hasil Belajar IPS . bandung : UPPI PRESS

Slameto. 1998. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudjana, Nana. 1989. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sudjono, Anas . 2010. Pengantar statistik Pendidikan . jakarta : Raja Grafindo Persada.

Tarigan, Daitin. 2006. Pembelajaran Matematika Realistik. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan.

Treffers. 1987. Kumpulan Bahan Ujian Komfrehensif dan Tinjauan Teoritis.

Bandung.

Gambar

Gambar 2 Peningkatan aktivitas guru siklus I dan II selama proses  pembelajaran dengan pendekatan PMR

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis profil aktual dari kompetensi guru di Kelompok Kerja Madrasah (KKM) MAN 1 Kota Serang dalam menguasai media

Endoskopi sering dilakukan pada pasien dengan polip kolorektal, tetapi apa yang ditemukan dari endoskopi tidak bisa membedakan tipe dari polip tersebut, sehingga

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dibahas pada subbab pembahasan, dapat disimpulkan secara signifikan dukungan sosial orang tua berpengaruh positif terhadap

Fungsi dalam matematika adalah suatu relasi yang menghubungkan setiap anggota x dalam suatu himpunan yang disebut daerah asal (Domain) dengan suatu nilai tunggal f(x) dari

Dalam simulasi data yang diperlukan adalah data dari parameter dimensi antena helix yang terdapat pada tabel 1, dengan melakukan simulasi didapatkan nilai dari

a.. 1) Geografi matematik, yaitu astronomi (ilmu falak), ilmu yang objeknya mempelajari benda-benda langit, bumi sebagai satelit, matahari sebagai bintang-bintang

(1) Pemerintah Daerah dapat memberikan bantuan pembiayaan kepada organisasi masyarakat, organisasi sosial atau lembaga swadaya masyarakat yang melaksanakan

Hasil akhir dari penelitian ini adalah terciptanya sebuah media pembelajaran pengenalan warna, bentuk, angka, huruf dan tangga nada berbasis multimedia interaktif