• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perpustakaan Universitas Gunadarma BARCODE SURAT KETERANGAN. Nomor: 443/PERPUS/UG/2020

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Perpustakaan Universitas Gunadarma BARCODE SURAT KETERANGAN. Nomor: 443/PERPUS/UG/2020"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Perpustakaan Universitas Gunadarma BARCODE

BUKTI UNGGAH DOKUMEN PENELITIAN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS GUNADARMA

Nomor Pengunggahan

SURAT KETERANGAN

Nomor: 443/PERPUS/UG/2020

Surat ini menerangkan bahwa:

Nama Penulis : NATALIA KONRADUS

Nomor Penulis : 140399

Email Penulis : natalia_konradus@staff.gunadarma.ac.id

Alamat Penulis : Jl. Bintara IV No 69. Kel. Bintara, Kec. Bekasi Barat

dengan penulis lainnya sebagai berikut:

Penulis ke-2/Nomor/Email : Desi Susianti, S.Psi, M.Si / 753125 / desi_susianti@staffsite.gunadarma.ac.id

Telah menyerahkan hasil penelitian/ penulisan untuk disimpan dan dimanfaatkan di Perpustakaan Universitas Gunadarma, dengan rincian sebagai berikut :

Nomor Induk : FEUG/EA/PENELITIAN/443/2020

Judul Penelitian : PENGEMBANGAN SKALA AGRESIVITAS PADA PENGGUNA COMMUTER LINE: VALIDITAS DAN RELIABILITAS

Tanggal Penyerahan : 05 / 06 / 2020

Demikian surat ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya dilingkungan Universitas Gunadarma dan Kopertis Wilayah III.

Dicetak pada: 23/08/2020 23:14:18 PM, IP:125.166.29.227 Halaman 1/1

(2)

PENGEMBANGAN SKALA AGRESIVITAS PADA PENGGUNA COMMUTER LINE: VALIDITAS DAN RELIABILITAS

Natalia Konradus1

natalia_konradus@staff.gunadarma.ac.id Desi Susianti2

desi_susianti@staff.gunadarma.ac.id Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Jl. Margonda Raya no. 100, Depok 16424, Jawa Barat

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk membuat skala agresivitas yang valid dan reliabel pada sampel pengguna Commuter Line. Sampel yang digunakan adalah 61 orang pengguna Commuter Line yang ada di Jabodetabek dengan teknik pengambilan sampel non probability sampling. Skala agresivitas pada pengguna Commuter Line disusun berdasarkan aspek-aspek agresivitas menurut Schneiders (1960) yaitu agresi verbal dan agresi non verbal. Pengujian validitas menggunakan validitas isi yang terdiri dari validitas tampang dan logis. Validitas tampang dilakukan dengan menggunakan item wording oleh 5 calon responden, sedangkan validitas logis dilakukan dengan menggunakan content validity ratio (CVR) oleh 35 panel ahli. Daya diskriminasi aitem dilakukan dengan teknik corrected item total correlation. Jenis reliabilitas yang digunakan adalah single test reliability dengan teknik Alpha Cronbach. Dari 30 aitem yang dibuat, terdapat 2 aitem yang mengalami perbaikan pada saat item wording.

Hasil CVR menunjukkan koefisien validitas aitem yang bergerak dari 0,54-1, serta terdapat revisi aitem dari panel ahli sebaganyak 6 aitem. Pada uji daya diskriminasi item terdapat satu aitem yang bernilai di bawah 0,30. Nilai daya diskriminasi aitem bergerak dari 0,34- 0,772. Uji reliabilitas yang didapatkan adalah sebesar 0,923. Hasil akhir menunjukkan bahwa terdapat 29 aitem skala agresivitas pada pengguna Commuter Line yang valid dan reliabel.

Kata Kunci: agresivitas, skala, validitas, reliabilitas

DEVELOPMENT OF AGGRESSION SCALE IN COMMUTER LINE USERS:

VALIDITY AND RELIABILITY Abstract

This study aims to create a valid and reliable scale of aggression on Commuter Line user. The sample used was 60 Commuter Line users in Jabodetabek with non-probability sampling techniques. The scale of aggression in Commuter Line users is based on aspects of aggression according to Schneiders (1960), namely verbal aggression and nonverbal aggression. Validity testing uses content validity which consists of both face and logical validity. The face validity is done by using item wording by 5 prospective respondents, while the logical validity is done by using a content validity ratio (CVR) by 35 expert panels. Item discrimination power is done by corrected item total correlation technique. The type of reliability used is a single

(3)

reliability test with Cronbach Alpha technique. From 30 items that were made, there were 2 items that experienced improvements when the item was wording. The CVR results show the item validity coefficient was from 0.54-1, and there were 6 item revisions from the expert panel. In the item discrimination test there is one item under 0.30. The value of the item's discrimination moves from 0.34 to 0.772. The reliability test was 0.923. The final results showed that there were 29 items on the scale which were valid and reliable.

Keywords: aggression, scale, validity, reliability

PENDAHULUAN

KRL Commuter Line adalah layanan kereta rel listrik commuter yang dioperasikan oleh PT Kereta Api Indonesia (PT KAI). KRL Commuter Line Jabodetabek melayani rute commuter di wilayah DKI Jakarta, Kota Depok, Kota Bogor, Kabupaten Bogor, Kota Bekasi, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Lebak, Kota Tangerang, dan Kota Tangerang Selatan. Nazwirman dan Hulmansyah (2017) menyatakan peningkatan penumpang Commuter Line Jabodetabek rata-rata 13,8 persen per tahun. Diantaranya berjenis kelamin pria sebesar 111 responden atau 56 persen; berusia 20-30 tahun sebesar 67 responden atau 34 persen; pendidikan SMA sebesar 100 responden atau 50 persen;

pekerjaan di perusahaan swasta sebesar 143 atau 72 persen.

Kereta sebagai mode pengangkut massa terbesar semestinya memperhatikan kesejahteraan (well-being) penumpangnya. Salah satu indikator kesejahteraan penumpang adalah kenyamanan penumpang ketika menggunakan jasa transportasi.

Kenyamanan dalam gerbong merupakan salah satu faktor yang mendukung kepuasan konsumen terhadap jasa KRL (Darmawan, 2009). Penggunaan KRL Commuter Line juga memiliki masalah. Salah satu masalah yang dialami adalah kepadatan yang dirasakan pengguna Commuter Line. Seiring dengan banyaknya orang yang menggunakan KRL Commuter Line sebagai moda transportasi umum yang efisien, tidak dapat dipungkiri bahwa banyak penumpang yang mengalami kejadian-kejadian yang merugikan dirinya dan penumpang lain pada saat menggunakan jasa Commuter Line Jabodetabek. Persepsi dan pengalaman kepadatan dapat berdampak pada kenyamanan penumpang dalam bertransportasi.

Ada yang saling dorong dan gencet antar penumpang yang ingin keluar memaksakan diri untuk masuk ke dalam kereta dengan mendorong paksa penumpang-penumpang lain yang sudah ada di dalam. Berdesak-desakan terutama pada saat traffic hour merupakan salah satu penyebab gangguan kenyamanan penumpang kereta api. Frankenhauser (dalam Wener & Evans, 2007) menemukan bahwa kereta yang terlalu padat akan menimbulkan stres fisik bagi penumpangnya.

Agresi Menurut Suryana (2016) agresi (aggression), yaitu perilaku yang menyerang baik secara fisik dan verbal maupun kata-kata atau verbal. Dilihat dari peristiwa diatas peristiwa tersebut terjadi karena individu cenderung mementingkan diri sendiri tanpa memperdulikan kepentingan orang lain (individualistik), hal ini akan mendorong munculnya perilaku Agresi terhadap orang lain, baik secara verbal maupun nonverbal, cotnohnya seperti saling dorong dan gencet antar penumpang yang ingin keluar memaksakan diri untuk masuk ke dalam kereta dengan mendorong paksa penumpang-penumpang lain yang sudah ada di dalam.

(4)

Penelitian yang berkaitan dengan Agresi pada Commuter Line perlu dilakukan agar PT.KAI lebih dapat mengetahui kebutuhan pengguna Commuter Line sehingga nanti nya akan mengurangi tindak agresi pada pengguna Commuter Line dan meningkatkan rasa nyaman kepada pengguna untuk selalu menggunakan akutan umum yaitu Commuter Line.

Berdasarkan latar belakang di atas, agresivitas dalam penggunaan Commuter Line menjadi sebuah permasalahan yang cukup serius, sehingga untuk meneliti agresivitas pengguna Commuter Line diperlukan skala psikologi yang baik agar dapat mengukur aspek-aspek yang terdapat dalam agresivitas tersebut. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk membuat skala agresivitas yang valid dan reliabel pada sampel pengguna Commuter Line.

TELAAH PUSTAKA AGRESIVITAS Pengertian Agresivitas

Menurut Aronson (dalam Koeswara, 1988) mendefinisikan perilaku agresi sebagai perilaku yang dijalankan dengan tujuan melukai atau mencelakakan orang lain dengan atau tanpa tujuan tertentu. Menurut Berkowitz (2015) perilaku agresi adalah segala perilaku yang bertujuan untuk menyakiti orang lain secara fisik maupun mental.

Menurut Suryana (2016) agresi (aggression), yaitu perilaku yang menyerang baik secara fisik dan verbal maupun kata-kata atau verbal.

Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa agresivitas adalah segala perilaku fisik maupun verbal yang dijalankan dengan tujuan melukai atau mencelakakan orang lain.

Aspek-aspek Agresivitas

Menurut Schneiders (1960) aspek-aspek agresivitas terdiri atas dua aspek, yaitu:

a. Agresi Verbal

Agresi verbal meliputi penghinaan, jawaban yang kasar, kritik yang pedas, sindiran, panggilan nama yang berulang-ulang, pertengkaran yang sering. Agresi verbal memiliki keuntungan yang berbeda dari agresi non verbal karena agresi verbal tidak menimbulkan kerusakan seperti agresi non verbal.

b. Agresi Non Verbal

Agresi non verbal, yaitu suatu perilaku dalam bentuk tindakan fisik yang dapat merugikan, merusak, dan melukai orang lain. Perbuatan tersebut bisa berupa menendang, meludahi, memukul.

Bentuk-bentuk Agresivitas

Menurut Buss (dalam Riyanti dan Prabowo, 1998) bentuk-bentuk agresivitas, yaitu:Agresivitas fisik, aktif, langsung misalnya menikam, memukul, atau menembak orang lain.

a. Agresivitas fisik, aktif, tidak langsung misalnya membuat perangkap untuk orang lain, menyewa seorang pembunuh untuk membunuh.

b. Agresivitas fisik, pasif, langsung misalnya secara fisik mencegah orang lain memperoleh tujuan yang diinginkan atau memunculkan tindakan yang diinginkan.

(5)

c. Agresivitas fisik, pasif, tidak langsung misalnya menolak melakukan tugas-tugas yang seharusnya (misalnya: menolak berpindah ketika melakukan aksi duduk).

d. Agresivitas verbal, aktif, langsung misalnya menghina orang lain.

e. Agresivitas verbal, aktif, tidak langsung misalnya menyebarkan gossip atau rumors yang jahat tentang orang lain.

f. Agresivitas verbal, pasif, langsung misalnya menolak berbicara ke orang lain, menolak menjawab pertanyaan, dan lain-lain.

g. Agresivitas verbal, pasif, tidak langsung misalnya tidak mau membuat komentar verbal (misalnya: menolak berbicara ke orang yang menyerang dirinya bila dia dikritik secara tidak fair).

Selain itu, menurut Medinnus dan Johnson (1976) mengelompokkan agresi menjadi empat bentuk sebagai berikut:

a. Menyerang secara fisik (memukul, mendorong, meludahi, menendang, menggigit, memarahi, dan merampas).

b. Menyerang suatu objek (menyerang benda mati atau binatang).

c. Menyerang secara verbal atau simbolis (mengancam secara verbal, menuntut).

d. Melanggar hak milik atau menyerang benda orang lain.

Berdasarkan beberapa bentuk perilaku diatas dapat disimpulkan bahwa bentuk perilaku agresif antara lain menyerang secara fisik, menyerang suatu objek, menyerang secara verbal, melanggar atau menyerang benda orang lain. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan aspek-aspek agresivitas menurut Schneiders (1960) sebagai dasar pembuatan skala agresivitas pada pengguna Commuter Line.

Faktor-faktor Pembentuk Agresivitas

Menurut Pieter, Janiwarti dan Saragih (2011) ada beberapa faktorfaktor penyebab perilaku agresif, yaitu:

a. Faktor Biologis

Perubahan emosional dan perilaku dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor genetik, neurologis, dan biokimia atau pengkombinasian dari ketiganya, sehingg terdapat hubungan antara fisiologis tubuh dan perilaju, di mana sejak dilahirkan sudah memberikan gaya dan bentuk tempramen perilaku tertentu. Misalnya, ketergantungan ibu pada alkohol saat masih mengandung dapat menyebabkan anak mengalami berbagai gangguan perkembangan, emosi, dan perilaku. Demikian juga dengan tempramen ayah yang peminum alkohol memungkinkan risiko terkena gangguan perilaku pada anaknya.

b. Faktor Psikosoial 1) Naluri (instinct)

Dalam kehidupan sosial setiap manusia memiliki dua naluri, yakni naluri untuk hiduo (life instinct) dan naluri untuk mati ( death instinct). Naluri untuk hidup adalah naluri untuk memproduksi dan memelihara kehidupan. Adapun naluri untuk mati adalah naluri untuk merusak atau menghancurkan baik kepada orang lain atau diri sendiri (bunuh diri). Jadi perilaku agresi lebih banyak berkaitan dengan naluri merusak atau menyerang kepada orang lain, seperti berkelahi, menyerang, melukai, mencederai atau membunuh. Akan tetapi, frekuensi perilaku agresi berbeda-beda dan tergantung pada keterlibatan emosi antara pelaku dan korban (Brigham dalam Pieter, Janiwarti & Saragih, 2011),

(6)

2) Sikap Orang Tua

Pola asuh keluarga yang menerapkan disiplin yang tidak konsisten, seperti sikap orang tua yang kerap kali mengancam jika anak melakukan kesalahan atau menyimpang, tetapi saat perilaku anak telah sesuai dengan disiplin terkadang anak diabaikan. Kondisi ini membuat anak bingung untuk mengikuti mana standar harus dilakukan. Inkonsistenan penerapan disiplin membuat anak mengalami konflik peran apalagi jika di antara kedua orang tuanya memiliki pola-pola disiplin yang saling bertentangan.

Sikap pemisif orang tua menjadi pemicu terjadinya perilaku agresif anak. Sikap pemisif orang tua tercermin dari ketidakmampuan menghentikan perilaku menyimpang anaknya, tidak mau tahu, mengabaikan dan membiarkan anak berbuat kesalahan. Sebaliknya pula apabila sikap orang tua yang otoriter, kerasa dan penuh harapan dianggap dapat membentuk tindakan agresi. Sikap keras orang tau terlihat dari penggunaan gaya instruksi, jarang atau sama sekali tidak pernah berdiskusi dan mengutamakan kepentingan orang tua. Kegagalan dalam memberikan hukuman kepada anak dianggap dapat menimbulkan perilaku agresi. Justru kegagalan ini dapat meningkatkan sikap permusuhan antara orang tua dan anak. Apalagi dalam memberikan hadiah (reward) dan hukuman (punish) tidak proporsional ditambah pula ketidakharmonisan dalam relasi sosial antar anggota keluarga.

3) Peran Proses Pembelajaran

Brigham (dalam Pieter, Janiwarti & Saragih, 2011) mengatakan bahwa pengaruh pembelajaran terhadap model dan lingkungan memberikan konstribusi dalam pembentukan perilaku agresi, yakni melalui proses peniruan atau imitasi perilaku model. Akan tetapi, tidak semua perilaku peniruan atau imitasi dilakukan seseorang, karena proses peniruan perilaku sangat dipengaruhi karakteristik dan daya tarik perilaku. Sumber-sumber proses pembelajaran bisa berasal dari anggota keluarga, lingkungan masyarakat, budaya dan media massa. Akan tetapi, berhasil tidaknya proses belajar peniruan perilaku agresi dipengaruhi tinggi tidaknya pengutan, minim tidaknya penerapan disiplin (hukuman), dan dinamika pengalaman masa lalu yang menyenangkan atau kurang menyenangkan.

4) Peranan Sekolah

Peranan sekolah juga sangat besar dalam pembentukam perilaku agresi anak.

Justru perilaku agresi dan tempramen anak sangat banyak terbentuk dari proses pembelajaran model di sekolah dari teman-teman sebaya yang juga sama memiliki perilaku agresi. Ditambah pula adanya pola perilaku agresivitas para gurunya. Pola perilaku agresivitas guru kerap kali dijadikan anak didik sebgai model penyerangan kepada anak-anak lainnya. Bahkan kondisi ini diperparah lagi jika penerapan disiplin sekolah yang bersifat kaku atau penegakan disiplin yang sangat longgar. Tentulah kondisi ini akan memberikan kontribusi pembentukan perilaku agresi anak didiknya. Padahal kita ketahui bahwa pada masa pendidikan di sekolah anak diharapkan banyak belajar mematuhi norma-norma atau aturan-aturan yang akan digunkaan pada kehidupan sosialnya.

(7)

PENGGUNA KRL COMMUTER LINE Pengertian Penumpang

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia penumpang adalah orang yang menumpang atau orang yang naik kendaraan seperti kereta, kapal, dan sebagainya. Menurut kamus Oxford penumpang (passanger) adalah seseorang yang berpergian dengan angkutan umum atau pribadi selain pengemudi, pilot, atau awak pesawat. Penumpang adalah pihak yang berhak mendapatkan pelayanan jasa angkutan dan berkewajiban untuk membayar tarif (ongkos) angkutan sesuai yang ditetapkan. Penumpang (passanger) adalah seseorang yang bepergian dengan kereta api, bus, perahu, mobil, dll., esp.

seseorang tidak terlibat dalam mengoperasikan alat angkut (Collins Dictionary).

Pengguna adalah pelanggan atau penumpang yang melakukan perjalanan (Fauzi 2008).

Berdasarkan definisi yang telah dijelaskan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pengguna atau penumpang adalah orang yang naik kendaraan umum atau pribadi selain pengemudi dan berkewajiban untuk membayar tarif angkutan sesuai yang ditetapkan KRL Commuter Line Jabodetabek

Menurut sejarah dari situs resmi PT Kereta Commuter Indonesia (2017), PT KAI Commuter Jabodetabek sejak tanggal 19 September 2017 telah berganti nama menjadi PT Kereta Commuter Indonesia adalah salah satu anak perusahaan di lingkungan PT Kereta Api Indonesia (Persero) yang mengelola KA Commuter Jabodetabek dan sekitarnya. KCJ dibentuk sesuai dengan Inpres No. 5 tahun 2008 dan Surat Menteri Negara BUMN No. S-653/MBU/2008 tanggal 12 Agustus 2008. Perubahan nama menjadi KCI tertuang dalam risalah Rapat Umum Pemegang Saham pada tanggal 7 September 2017 yang juga telah mendapat Persetujuan Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia atas Perubahan Anggaran Dasar Perseroan Terbatas dengan Nomor Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No.AHU-0019228.AH.01.02.Tahun 2017 tanggal 19 September 2017.

Ahirnya PT KAI (Persero) Divisi Angkutan Perkotaan Jabotabek berubah menjadi sebuah perseroan terbatas, PT KCJ. Setelah menjadi perseroan terbatas, perusahaan ini mendapatkan izin usaha No. KP 51 Tahun 2009 dan izin operasi penyelenggara sarana perkeretaapian No. KP 53 Tahun 2009 yang semuanya dikeluarkan oleh Menteri Perhubungan Republik Indonesia.

Tugas pokok perusahaan yang baru ini adalah menyelenggarakan pengusahaan pelayanan jasa angkutan kereta api commuter dengan menggunakan sarana Kereta Rel Listrik di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) dan sekitarnya serta pengusahaan di bidang usaha non angkutan penumpang.

KCI memulai modernisasi angkutan KRL pada tahun 2011 dengan menyederhanakan rute yang ada menjadi lima rute utama, penghapusan KRL ekspres, penerapan kereta khusus wanita, dan mengubah nama KRL ekonomi-AC menjadi kereta Commuter Line. Proyek ini dilanjutkan dengan renovasi, penataan ulang, dan sterilisasi sarana dan prasarana termasuk jalur kereta dan stasiun kereta yang dilakukan bersama PT KAI (persero) dan Pemerintah.

Pada 1 Juli 2013. KCI mulai menerapkan sistem tiket elektronik (E-Ticketing) dan sistem tarif progresif. Penerapan dua kebijakan ini menjadi tahap selanjutnya dalam modernisasi KRL Jabodetabek.

(8)

Hingga Juni 2018, KCI telah memiliki 900 unit KRL, dan akan terus bertambah.

Sepanjang tahun 2017, KCI telah melakukan penambahan armada sebanyak 60 kereta.

Hal ini untuk memenuhi permintaan penumpang yang terus bertambah dari waktu ke waktu. Rata-rata jumlah pengguna KRL per hari mencapai 1.001.438 pengguna pada hari kerja, dengan rekor jumlah pengguna terbanyak yang dilayani dalam satu hari adalah 1.154.080. Sebagai operator sarana, kereta Commuter Line yang dioperasikan KCI saat ini melayani 79 stasiun di seluruh Jabodetabek, Banten dan Cikarang dengan jangkauan rute mencapai 418,5 km.

Dengan mengusung semangat dan semboyan Best Choice for Urban Transport , KCI saat ini terus bekerja keras untuk memenuhi target melayani 1,2 juta penumpang per hari dengan kekuatan armada KRL hingga 1.450 unit pada tahun 2019.

METODE PENELITIAN Pendekatan Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu membuat skala agresivitas pada pengguna Commuter Line Jabodetabek, maka penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif.

Sampel Penelitian

Sampel penelitian ini adalah 60 orang yang sering menggunakan jasa KRL Commuter line Jabodetabek. Teknik sampling yang digunakan adalah teknik pengambilan sampel non probabilitas dengan salah satu bentuknya yaitu Quota Sampling. Quota Sampling adalah cara mengambil sampel sebanyak jumlah tertentu yang dianggap dapat merefleksikan ciri populasi (Azwar, 2016).

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner yang terdiri dari skala agresivitas. Skala agresivitas dibuat dengan menjabarkan aspek-aspek agresivitas menurut Schneiders (1960) yaitu agresi verbal dan agresi non verbal, ke dalam indikator-indikator. Masing-masing aspek terdiri dari tiga indikator.

Aspek agresi verbal terdiri dari indikator: memukul, mendorong, berkelahi, sedangkan aspek non verbal terdiri dari indikator: memarahi, menegur, dan menggerutu.

Penelitian ini menggunakan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data dengan menggunakan skala Likert untuk mengukur agresivitas yang disusun berdasarkan kategori respon tingkat kesesuaian dengan empat alternatif jawaban yaitu Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak Setuju (TS), Netral (N), Setuju (S), Sangat Setuju (STS). Pernyataan sikap terdiri atas dua macam, yaitu pernyataan yang favorable (mendukung atau memihak pada objek sikap) dan pernyataan yang unfavorable (tidak mendukung objek sikap).

Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur

Validitas dalam penelitian ini menggunakan validitas isi, yaitu validitas logis dan validitas tampang. Validitas logis dilakukan oleh panel ahli, sedangkan validitas tampang dilakukan dengan item wording. Pengujian daya diskriminasi aitem menggunakan analisis corrected item total correlation, sedangkan pengujian reliabilitas dengan menggunakan analisis Alpha Cronbach. Pengujian daya diskriminasi aitem dan Alpha Cronbach dilakukan dengan menggunakan bantuan program IBM SPSS Statistic Ver. 20.

(9)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hal pertama yang dilakukan peneliti adalah menentukan aspek-aspek agresivitas, sebagai indikator yang akan digunakan pada alat ukur. Setelah itu, peneliti membuat blueprint untuk menentukan bobot setiap indikator aspek-aspek agresivitas dan menjadi pedoman dalam pembuatan skala. Setelah membuat blueprint, peneliti melakukan penulisan aitem berdasarkan aspek-aspek agresivitas sebanyak 30 aitem. Kemudian dilakukan evaluasi kualitatif yaitu item wording kepada lima orang subjek. Langkah selanjutnya adalah evaluasi kuantitatif, yaitu dengan melakukan content validity ratio yang diuji kepada 35 panel ahli. Hasil aitem yang telah diuji oleh panel ahli disusun menjadi kuesioner. Hasil uji validitas aitem kemudian disusun untuk disebarkan kepada responden untuk dilakukan try out. Setelah melakukan try out, peneliti melakukan skoring menggunakan SPSS versi 20.0, untuk menghitung daya diskriminasi aitem dan mengukur reliabilitas.

Pengujian validitas dilakukan melalui dua tahapm yaitu item wording dan CVR.

Pengujian item wording dilakukan oleh lima orang responden untuk menyamakan persepsi antara peneliti dan responden mengenai makna yang terdapat dalam aitem-aitem agresivitas. Berdasarkan validitas tampang dari hasil item wording yang dilakukan oleh lima responden, didapatkan hasil perbaikan kata berjumlah dua item.

Pada aspek verbal, item yang telah dikoreksi res[onden terletak pada item 8 dan 28.

Setelah pengujian item wording, dilakukanlah pengujian validitas logis yaitu dengan cara melakukan content validity ratio (CVR). Berdasarkan hasil validasi isi CVR (Content Validity Ratio) yang dilakukan oleh 35 orang sebagai expert judgement dari 30 item yang telah disusun, semua item bersifat valid dengan nilai CVR yang bergerak dari 0,54 – 1 dengan standar CVR 35 orang panelis bernilai 0,31. Namun, terdapat beberapa item yang direvisi kalimatnya yaitu pada item 1, 5, 6, 7, 17, dan 24.

Dari pengujian validitas didapatkan bahwa ke-30 aitem rancangan awal semuanya bersifat valid, dengan perbaikan pada tata bahasa dan kalimat pada beberapa aitem tertentu.

Kemudian, ke-30 aitem skala agresivitas tersebut kemudian disusun dan dibuat kuesionernya untuk diujicobakan dalam try out. Try out dilakukan kepada 74 orang.

Berdasarkan kriteria yang ditetapkan peneliti, terdapat 61 kuesioner layak uji karena 13 orang tidak memenuhi kriteria penyusun yaitu sering menggunakan jasa KRL Commuter Line Jabodetabek.

Hasil try out aitem skala agresivitas di lapangan kemudian diuji daya diskriminasi dan reliabilitasnya. Pada uji daya diskriminasi item terdapat satu aitem yang bernilai di bawah 0,30 yaitu aitem nomor 10. Nilai daya diskriminasi item pada skala agresivitas ini bergerak dari 0,34-0,772. Uji reliabilitas yang dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan bantuan aplikasi SPSS menunjukkan bahwa skala agresivitas pada pengguna Commuter Line Jabodetabek memiliiki angka reliabilitas sebesar 0,923 yang berarti skala ini bersifat reliabel. Dengan demikian, setelah dilakukan uji validitas, daya diskriminasi dan reliabilitas, maka didapatkan sebanyak 29 aitem skala agresivitas pada pengguna commuter line yang valid dan reliabel.

KESIMPULAN DAN SARAN

(10)

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa subjek memiliki tingkat agresivitas yang sedang. Berdasarkan hasil penelitian pengembangan skala agresivitas pada pengguna KRL Commuter Line Jabodetabek dapat ditarik kesimpulan yaitu menghasilkan instrumen dalam bentuk skala agresivitas pada pengguna KRL Commuter Line Jabodetabek dengan mengikuti prosedur pengembangan skala yang mengacu pada langkah-langkah dasar perancangan dan penyususnan skala yang terdiri dari: 1) identifikasi tujuan ukur, 2) pembatasan domain ukur, 3) operasionalisasi aspek, 4) penulisan aitem, 5) uji coba bahasa dan field test, 6) seleksi aitem, 7) validasi isi, 8) kompilasi final. Selain itu, melalui pendapat panel ahli dalam penilaian content validity ratio di[eroleh bahwa semua aitem dinyatakan valid. Skala ini juga memiliki koefisien reliabilitas sebesar 0,923 artinya skala agresivitas pada penggunga KRL Commuter Line jabodetabek adalah skala yang reliabel. Maka dari hasil penelitian ini menghasilkan skala agresivitas yang terdiri dari atas 30 aitem pertanyaan yang secara keseluruhan terdiri dari 29 aitem dan 1 aitem dinyatakna gugur. Dengan demikian skala agresivitas pada pengguna KRL Commuter Line Jabodetabek ini valid dan reliabel sehingga layak digunakan sebagai instrumen agresivitas.

Saran yang diberikan peneliti untuk peneliti selanjutnya adalah menambahkan indikator-indikator lain yang sesuai dengan apa yang sering terjadi di Commuter Line Jabodetabek, sehingga dapat membuat sampel aitem yang lebih banyak untuk dapat menggambarkan perilaku agresivitas.dalam Commuter Line.

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, S. (2011). Reliabilitas dan validitas. Yogyakarta : Pustaka Belajar.

Azwar, S. (2016). Metode penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Bahri, S., & Zamzam, F. (2014). Model penelitian kuantitatif berbasis SEM-Amos.

Yogyakarta : Deepublish

Balog, J. N., Bromley, P.N., & Strongin, J. B. (2002). Public transportation security, Volume 6. Washington, DC: National Academy Press.

Berkowitz, L. (1995). Agresi 1 Sebab dan akibatnya. Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo.

Darmawan, E. (2009). Ruang publik dalam arsitektur kota. Semarang: Badan Penerbit UNDIP.

Hamdi, S. A. (2014). Metode penelitian kuantitatif aplikasi dalam pendidikan.

Yogyakarta : Deepublish.

Koeswara, E. (1988). Agresi manusia. Bandung: Eresco.

McDonald, M. E. (2002). Systematic assessment of learning outcomes: developing multiplechoice exams. Massachusetts: Jones & Bartlett Learning.

Medinnus, G. R., & Johnson, R. C. (1976). Child & adolescent psychology, 2nd edition.

Canada: John Wiley & Son, Inc.

Pieter, H. Z., Janiwarti, B., & Saragih, M. (2011). Pengantar psikopatologi keperawatan. Jakarta: Kencana.

Riyanti, D. B. P., & Prabowo, H. (1998). Psikologi umum 2. Jakarta: Universitas Gunadarma.

Schneiders, A. A. (1960). The principles of human adjustment workbook in introductory psychology. New york : Holt, Rinehart and Winston.

(11)

Setiawan, R. (2005). Karakteristik pengguna kereta api komuter Surabaya-Sidoarjo.

Seminar Nasional Rekayasa Perencanaan. 2(3). 121-131.Siyoto, S., & Sodik,A.

(2015). Dasar metodologi penelitian. Yogyakarta : Literasi Media Publishing.

Suryana, D. (2016). Pendidikan anak usia dini: Stimulasi dan aspek perkembangan anak. Jakarta: Kencana.

Nazwirman & Hulmansyah. (2007). Karakteristik penumpang pengguna KRL commuter line Jabodetabek. Journal of Economics and Business Aseanomics. 2.

26-35.

Warpani, S. P. (2002). Pengelolaan lalu lintas dan angkutan jalan. Bandung: Institut Teknologi Bandung.

Wener, G. W., & Wener, R. (2007). Crowding and personal space invasion on the train:

please don’t mae me sit in the middle. Journal of Environmental Psychology. 27(1).

90-94.

Referensi

Dokumen terkait

Gaya komunikasi menurut Wubbles diatas, dapat dikategorikan berdasarkan ciri-ciri yang membedakannya, yaitu adanya indikator penciptaan suasana kelas, pemberian tugas atau

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : SD YPK KPUDORI Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Kristen & Budi Pekerti Kelas /Semester : II

Masalah yang dialami oleh Koperasi Susu Sintari ini tidak berdampak negatif pada semua petani/peternak lainnya, disebabkan karena mereka masih ingin meningkatkan

Privatisasi melalui pasar modal belum tentu dapat memacu pertumbuhan perekonomian.Hal ini terjadi bisa dilihat dari komposisi investor yang membeli saham BUMN di

Hipotesis 2 total asset turn over tidak berpengaruh terhadap return on assets Total asset turn over merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur perputaran semua aktiva yang

Peranan OCHA sangat penting, dibandingkan organisasi lainnya dikarenakan OCHA merupakan aktor utama yang bertanggung jawab atas berjalannya program penanggulangan

Fungsi iklan adalah brosur benar-benar sangatlah penting sebagai alat iklan atau alat promosi, yang menarik dan juga memungkinkan kamu untuk mempromosikan satu atau

Apabila perkembangan negosiasi perdagangan sektor jasa dalam forum World Trade Organization (WTO) yang masih berlangsung sampai saat ini diamati secara cermat, maka dapat