• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ROLE PLAYING MURID KELAS V SD NEGERI 30 PANAIKANG KEC. MINASA TE NE KAB.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ROLE PLAYING MURID KELAS V SD NEGERI 30 PANAIKANG KEC. MINASA TE NE KAB."

Copied!
133
0
0

Teks penuh

(1)PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ROLE PLAYING MURID KELAS V SD NEGERI 30 PANAIKANG KEC. MINASA TE’NE KAB. PANGKEP. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Oleh. IDRIANA 10540 3240 09. FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2014.

(2) UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN KARTU KONTROL BIMBINGAN SKRIPSI Nama siswa. : IDRIANA. Stambuk. : 10540 3240 09. Jurusan. : Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Pembimbing 1. : Dra. Munirah, M.Pd. Judul Skripsi. : Peningkatan Keterampilan Berbicara dengan Menggunakan Metode Role Playing pada Murid Kelas V SD Negeri 30 Panaikang Kec. Minasa Te,ne Kab. Pangkep. Konsultasi Pembimbing I No. Hari / Tanggal. Uraian Perbaikan. Tanda Tangan. Catatan: Mahasiswa hanya dapat mengikuti ujian skripsi jika sudah konsultasi ke masingmasing dosen pembimbing minimal 3 kali. Makassar ,. Mei 2014. Mengetahui Ketua Prodi PGSD. Sulfasyah, MA., Ph.D NBM: 970 635.

(3) UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN KARTU KONTROL BIMBINGAN SKRIPSI Nama siswa. : IDRIANA. Stambuk. : 10540 3240 09. Jurusan. : Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Pembimbing II. : Syekh Adiwijaya Latief , S.Pd.,M.Pd. Judul Skripsi. : Peningkatan Keterampilan Berbicara dengan Menggunakan Metode Role Playing Murid Kelas V SD Negeri 30 Panaikang Kec. Minasa Te’ne Kab. Pangkep. Konsultasi Pembimbing II No. Hari / Tanggal. Uraian Perbaikan. Tanda Tangan. Catatan: Mahasiswa hanya dapat mengikuti ujian skripsi jika sudah konsultasi ke masingmasing dosen pembimbing minimal 3 kali. Makassar ,. Mei 2014. Mengetahui Ketua Prodi PGSD. Sulfasyah, MA., Ph.D NBM: 970 635.

(4) BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Keterampilan berbicara merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang harus dikuasai siswa karena kompetensi keterampilan berbicara adalah komponen terpenting dalam tujuan pembelajaran bahasa Indonesia. Pembelajaran keterampilan. berbicara. perlu. mendapat. perhatian. agar. siswa. mampu. berkomunikasi dengan baik. Perkembangan teknologi informasi yang lebih canggih saat ini seperti media cetak, media elektronik, dan berbagai hiburan telah menggusur kegiatan berbicara siswa. Hal demikian diperburuk oleh sikap orang tua yang tidak memperhatikan anak-anaknya karena orang tua sibuk bekerja. Orang tua membiarkan anak-anaknya larut dalam tayangan televisi yang dapat menghambat perkembangan keterampilan berbahasa yang bersifat produktif, salah satunya adalah keterampilan berbicara. Biasanya siswa lancar berkomunikasi dalam situasi tidak resmi atau di luar sekolah, tetapi ketika mereka diminta berbicara di depan kelas siswa mengalami penurunan kelancaran berkomunikasi. Djago Tarigan (1992:143) berpendapat bahwa ada sejumlah siswa masih merasa takut berdiri di hadapan teman sekelasnya. Bahkan tidak jarang terlihat beberapa siswa berkeringat dingin, berdiri kaku, lupa yang akan dikatakan apabila dia berhadapan dengan sejumlah siswa lainnya. Sebagaimana disebutkan oleh Supriyadi (2005:179) bahwa sebagian besar siswa belum lancar berbicara dalam bahasa Indonesia. Siswa yang. 1.

(5) 2. belum lancar berbicara tersebut dapat disertai dengan sikap siswa yang pasif, malas berbicara, sehingga siswa merasa takut salah dan malu, atau bahkan kurang berminat untuk berlatih berbicara di depan kelas. Berbicara sebagai salah satu dari empat keterampilan berbahasa memiliki peran yang sangat penting dalam berkomunikasi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan siswa agar mampu berkomunikasi, baik secara lisan maupun tertulis. Selain untuk meningkatkan siswa agar mampu berkomunikasi, pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar siswa memiliki sikap positif yaitu mau menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar dalam berkomunikasi. Komponen yang paling penting dalam berkomunikasi adalah keterampilan berbicara. Nurhadi (1995:342) menjelaskan bahwa berbicara merupakan salah satu aspek kemampuan berbahasa yang berfungsi untuk menyampaikan informasi secara lisan.Berbicara berarti mengemukakan ide atau pesan lisan secara aktif. Dalam menyampaikan pesan, informasi yang disampaikan harus mudah dipahami oleh orang lain agar terjadi komunikasi secara lancar. Berbicara merupakan salah satu kemampuan yang dimiliki oleh siswa. Dengan berbicara siswa dapat berkomunikasi dengan siswa lainnya. Berbicara selalu tidak jauh-jauh dengan bahasa, karena bahasa merupakan unsur penting dalam berkomunikasi dengan manusia yang lain. Komunikasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, di antaranya komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal. Komunikasi verbal menggunakan bahasa sebagai sarana, sedangkan komunikasi nonverbal menggunakan sarana gerak-gerik seperti warna, gambar, bunyi bel, dan sebagainya. Komunikasi verbal dianggap paling sempurna, efisien, dan efektif..

(6) 3. Dalam situasi seperti ini setiap individu dituntut untuk terampil berbicara. Para siswa dalam proses pendidikannya dituntut untuk dapat mengekspresikan pengetahuan yang telah mereka miliki secara lisan; merekapun harus terampil mengajukan pertanyaan untuk menggali dan mendapatkan informasi apalagi dalam kegiatan diskusi, tanya jawab, debat antarsiswa. Mereka dituntut terampil adu argumentasi, terampil menjelaskan persoalan dan pemecahannya, dan terampil menarik simpati para pendengarnya. Interaksi antara pembicara dan pendengar ada yang langsung dan ada pula yang tidak langsung. Interaksi langsung dapat bersifat dua arah atau multi arah, sedangkan interaksi tidak langsung bersifat searah. Pembicara berusaha agar pendengar memahami atau menangkap makna apa yang disampaikannya. Komunikasi lisan dalam setiap contoh berlangsung dalam waktu, tempat, suasana yang tertentu pula.Sarana untuk menyampaikan sesuatu itu mempergunakan bahasa lisan. Dengan konsep dasar berbicara sebagai alat untuk berkomunikasi ini, pengajaran keterampilan berbicara diharapkan aktif interaktif baik dua arah atau multi arah. Dengan demikian, pengajaran keterampilan berbicara bukan lagi sesuatu yang monoton dan tanpa makna, namun mendapat respon yang aktif dari audien. Inilah yang melatar belakangi pembuatan makalah ini, yakni pengajaran keterampilan berbicara harus berland askan konsep dasar komunikasi. Berdasarkan hasil penilaian keterampilan berbicara murid kelas V SD Negeri 30 Paniakang Kec. Minasa Te’ne Kab. Pangkep, terbukti dari 20 murid hanya 1 orang murid saja yang mampu memenuhi kriteria kemampuan berbicara.

(7) 4. dan 19 murid yang lain belum mampu memenuhi kriteria kemampuan berbicara. Dari data tersebut di atas maka dapat dikatakan bahwa pencapaian standar ketuntasan belajar bahasa Indonesia khususnya keterampilan berbicara tergolong masih sangat rendah dengan kata lain belum mencapai nilai KKM yaitu 6,5. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu metode yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut. Salah satu metode pembelajaran yang diharapkan dapat membantu pembelajaran berbicara adalah metode role playing. Metode role playing adalah suatu cara penguasaan bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan murid. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan murid dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu bergantung kepada apa yang diperankan. Dapat dinyatakan bahwa penggunaan metode role playing dapat meningkatkan prestasi belajar murid sekaligus juga murid bebas mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh. Selanjutnya, pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan murid dalam belajar berfikir, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan. Diketahui bahwa metode role playing merupakan bagian dari metode pembelajaran kooperatif karena membutuhkan kerjasama dalam kelompok. Berdasarkan hasil refleksi awal, rendahnya tingkat keterampilan murid dalam berbicara disebabkan oleh kurang kreatifnya guru dalam melakukan inovasi pembelajaran, khususnya dalam memilih metode pembelajaran. Oleh karena itu, calon peneliti mengujicobakan metode role playing pada murid kelas V SD Negeri 30 Panaikang Kec. Minasa Te’ne Kab. Pangkep.

(8) 5. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini yaitu : “ Bagaimana model pembelajaran. Role Playing. dapat meningkatkan. keterampilan berbicara pada cerita fiksi siswa kelas V SD Negeri 30 panaikang Kec. Minasa Te’ne Kab. Pangkep? ”. C. Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian latar belakang dan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut: “ Untuk meningkatkan hasil belajar keterampilan berbicara pada cerita fiksi melalui model pembelajaran Role Playing siswa kelas V SD Negeri 30 Panaikang Kec. Minasa Te’ne Kab. Pangkep. ”. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis Melalui hasil penelitian ini diharapkan peneliti dan guru SD Negeri 30 panaikang Kec. Minasa Te’ne Kab. pangkep dapat: a. Memiliki. teori. pembelajaran. yang. dapat. dijadikan. acuan. untuk. pengembangan inovasi pembelajaran di SD. b. Memiliki Teori pembelajaran yang dapat dijadikan acuan untuk melakukan penelitian selanjutnya. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian yang dilakukan peneliti akan sangat diharapkan dapat:.

(9) 6. a. Guru. dan. peneliti. mendapat. pengalaman. secara. langsung. setelah. menggunakan model pembelajaran Role Playing dalam pembelajaran mengapresiasi cerita fiksi. b. Siswa mendapat kesempatan dan pengalaman belajar dalam suasana yang menyenangkan yang dapat memberikan pengalaman belajar yang baru dari keadaan pembelajaran yang mereka dapati sebelumnya serta meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia, khususnya materi cerita fiksi. c. Sekolah mendapat sumbangan inovasi pembelajaran yang secara operasional cocok dan relevan dengan nuansa pembelajaran yang diinginkan serta baru dalam penerapan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP)..

(10) BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Hasil Penelitaian yang Relevan Penelitian keterampilan berbicara pada khususnya bukanlah hal yang baru dalam dunia pendidikan. Pustaka-pustaka yang mendasari penelitian ini adalah tulisan hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini. Penelitian yang pernah mengangkat permasalahan pembelajaran keterampilan berbicara antara lain : Penelitian Putri Merisa Merdiana (2013) dengan judul “Peningkatan Keterampilan Berbicara pada penmbelajaran Bahasa Indonesia Melalui Metode Role Playing Siswa Kelas V SD Negeri Citasari” dalam penelitian ini Putri Merisa Merdiana menyimpulka bahwa hasil akhir yang di capai pada pembelajaran metode Role Playing untuk meningkatkan keterampilan berbicara dalam memerankan tokoh drama menunjukkan peningkatan yang cukup baik dan berhasil. Zahara (2013), Marlida (2013) dengan judul “Penerapan Metode Role Playing untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa pada Materi Mengomentari Persoalan Faktual SDN 1 Sukanagara Kelas V Kec. Sukanagara Kab. Cianjur”. Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode Role Playing dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa pada pelajaran Bahasa Indonesia materi mengomentari persoalan factual.. 7.

(11) 8. Ruwaida Hikmah (2012) dengan judul “Peningkatan Keterampilan Berbicara Melalui Model Role Playing dengan Media Video Pembelajaran pada Siswa Kelas VB SDN Tambakaji 03 Semarang”. Simpulan yang diperoleh dalam penelitian ini adalah melalui model Role Playing dengan media video pembelajaran dapat meningkatkan kualitas pembelajaran bahasa Indonesia yang meliputi keterampilan guru, aktivitas siswa, dan keterampilan berbicara siswa kelas VB SDN Tambakaji 03 Semarang. B. Kajian Pustaka 1.. Pengertian Kemampuan Berbicara Bahasa atau language adalah lambang bunyi yang diucapkan. Kenyataan. inilah yang menempatkan keterampilan berbicara itu sebagai keterampilan berbahasa yang utama. Para ahli linguistik menempatkan keterampilan berbicara seorang anak (secara alamiah) menempatkan keterampilan berbicara (speaking) pada urutan kedua. Ini berarti, sebelum keterampilan membaca dan keterampilan menulis anak terlebih dahulu harus dapat berbicara. Melalui keterampilan berbicaralah. manusia. pertama-tama. dapat. memenuhi. keperluan. untuk. berkomunikasi dengan lingkungan masyarakat tempat ia berada. Komunikasi dapat berlansung secara efektif dan efesien kalau menggunakan bahasa verbal, karena hakikat bahasa adalah ucapan. Linguis berkata bahwa “speaking is language”. Berbicara adalah suatu keterampilan berbahasa yang berkembang pada kehidupan anak, yang didahului oleh keterampilan menyimak, dan pada masa tersebutlah kemampuan berbicara atau berujar dipelajari. Berbicara sudah barang tentu berhubungan erat dengan.

(12) 9. perkembangan kosa kata yang diperoleh oleh sang anak melalui kegiatan menyimak dan membaca. Kebelummatangan dalam perkembangan bahasa juga merupakan suatu keterlambatan dalam kegiatan-kegiatan berbahasa. Perlu kita sadari juga bahwa keterampilan-keterampilan yang diperlukan bagi kegiatan berbicara yang efektif banyak persamaannya dengan yang dibutuhkan bagi komunikasi efektif, dalam keterampilan-keterampilan berbahasa yang lainnya itu (Greene dan Petty, 1971: 39-40). Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dinyatakan bahwa berbicara adalah berkata, bercakap, dan berbahasa. Menurut Kridalaksana (1983: 25), berbicara adalah perbuatan yang dapat menghasilkan salah satu keterampilan bahasa yang dasar. Hal ini berarti bahwa bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi adalah bunyi-bunyi bahasa yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Sedangkan menurut Arsjad dan Mukti (1988: 17), berbicara adalah kemampuan. mengucapkan. bunyi-bunyi. atau. mengucapkan. kata. untuk. mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, dan perasaan. Rafiuddin (1998: 13) menyatakan bahwa berbicara merupakan keterampilan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan secara lisan. Menurut Tarigan (1983: 12), berbicara adalah suatu alat untuk mengkomunikasikan gagasangagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau penyimak. Berbicara adalah salah satu bentuk keterampilan berbahasa yang termasuk dalam aspek produktif. Keterampilan bahasa pada hakikatnya merupakan keterampilan memproduksi arus sistem bunyi untuk menyampaikan kehendak,.

(13) 10. kebutuhan perasaan, dan keinginan terhadap orang lain. Dalam hal ini kelengkapan peralatan vokal seseorang merupakan persyaratan alamiah yang memungkinkan dapat memproduksi ragam bunyi yang luas. Keterampilan berbahasa juga didasari oleh kepercayaan untuk berbicara secara jujur dan benar, serta bertanggungjawab dengan kelengkapan problematika kejiwaan seperti rasa malu, rendah diri, ketegangan, dan berat lidah. Berbicara sebagai salah satu unsur keterampilan berbahasa sering dianggap sebagai suatu kegiatan yang berdiri sendiri. Hal ini dibuktikan dari kegiatan pengajaran berbicara yang selama ini dilakukan. Dalam praktiknya, pengajaran berbicara dilakukan dengan menyuruh murid berdiri di depan kelas untuk berbicara dan bercerita atau berpidato. Murid yang lain diminta mendengarkan dan tidak mengganggu. Akibatnya, pengajaran berbicara di sekolah itu kurang menarik. Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa berbicara adalah suatu kegiatan manusia dalam berkomunikasi dengan menggunakan lisan untuk mencapai tujuan dan maksud. 2.. Tujuan Berbicara Tujuan utama berbicara adalah untuk berkomunikasi. Komunikasi. merupakan pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Oleh karena itu, agar dapat menyampaikan pesan secara efektif, pembicara harus memahami apa yang akan disampaikan atau dikomunikasikan. Tarigan juga mengemukakan bahwa berbicara mempunyai tiga maksud umum yaitu untuk memberitahukan dan.

(14) 11. melaporkan (to inform), menjamu dan menghibur (to entertain), serta untuk membujuk,mengajak, mendesak dan meyakinkan (to persuade). Gorys Keraf dalam St. Y. Slamet dan Amir (1996:46-47) mengemukakan tujuan berbicara diantaranya adalah untuk meyakinkan pendengar, menghendaki tindakan atau reaksi fisik pendengar, memberitahukan, dan menyenangkan para pendengar. Pendapat ini tidak hanya menekankan bahwa tujuan berbicara hanya untuk memberitahukan, meyakinkan, menghibur, namun juga menghendaki reaksi fisik atau tindakan dari si pendengar atau penyimak. Tim LBB SSC Intersolusi (2006:84) berpendapat bahwa tujuan berbicara ialah untuk: (1) memberitahukan sesuatu kepada pendengar, (2) meyakinkan atau mempengaruhi pendengar, dan (3) menghibur pendengar. Pendapat ini mempunyai maksud yang sama dengan pendapat pendapat yang telah diuraikan di atas. Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan berbicara yang utama ialah untuk berkomunikasi. Sedangkan tujuan berbicara secara umum ialah untuk memberitahukan atau melaporkan. informasi. kepada. penerima. informasi,. meyakinkan. atau. mempengaruhi penerima informasi, untuk menghibur, serta menghendaki reaksi dari pendengar atau penerima informasi. 3.. Jenis-Jenis Berbicara Bila diperhatikan mengenai bahasa pengajaran akan kita dapatkan. berbagai jenis berbicara. Antara lain: diskusi, percakapan, pidato menjelaskan, pidato menghibur, dan ceramah..

(15) 12. Berdasarkan pengamatan ada lima landasan yang digunakan dalam mengklasifikasikan kegiatan berbicara yaitu: a. Situasi Aktivitas berbicara terjadi dalam suasana, situasi, dan lingkungan tertentu. Situasi dan lingkungan itu dapat bersifat formal atau resmi, mungkin pula bersifat informal atau tidak resmi. Dalam situasi formal pembicara dituntut berbicara secara formal, sebaliknya dalam situasi tidak formal, pembicara harus berbicara tidak formal pula. Kegiatan berbicara yang bersifat informal banyak dilakukan dalam kehidupan manusia sehari-hari. Suksesnya suatu pembicaraan tergantung pada pembicara dan pendengar. Kegiatan berbicara yang bersifat informal banyak dilakukan dalam kehidupanmanusia sehari-hari. Untuk itu, diperlukan beberapa prasyarat. 1) Jenis kegiatan berbicara informal meliputi: a. tukar pengalaman b. percakapan c. menyampaikan berita d. menyampaikan pengumuman e. bertelepon dan f. memberi petunjuk (Logan, dkk., 1972:108). 2) Sedangkan jenis kegiatan yang bersifat formal meliputi: a. perencanaan dan penilain b. ceramah c.. interview. d. prosedur parlementer dan bercerita (Logan, dkk., 1972:116)..

(16) 13. Berdasarkan uraian di atas maka dapat di simpulkan bahwa ada dua jenis kegiatan berbicara yaitu yang bersifat informal dan formal. b. Tujuan Akhir pembicaraan, pembicara menginginkan respons dari pendengar. Pada. umumnya. tujuan. orang. berbicara. adalah. menginformasikan, menstimulasikan dan meyakinkan. untuk. menghibur,. atau menggerakan. pendengarnya. Sejalan dengan tujuan berbicara tersebut di atas dapat kita klasifikasi berbicara menjadi 5 jenis, yaitu antara lain: 1) Berbicara menghibur, biasanya suasana santai, rileks, dan kocak. Tidak berarti bahwa berbicara menghibur tidak dapat membawakan pesan dalam berbicara menghibur tersebut pembicara berusaha membuat pendengarnya senang gembira dan bersukaria. Contoh: Jenis berbicara ini, antara lain lawakan, guyonan dalam ludruk, srimulat, cerita kabayan, cerita Abu Nawas dan lain-lain. 2) Berbicara menginformasikan. Dalam suasana serius, tertib, dan hening. Berbicara. menginformasikan. pembicara. berusaha. berbicara. jelas,. sistematis, dan tepat isi agar informasi benar-benar terjaga keakuratannya. Contoh: a. Penjelasan menteri Sekneg sehabis sidang kabinet, b. Penjelasan menteri penerangan mengenai sesuatu kejadian, peraturan pemerintah, dan sebagainya, c. Penjelasan PPL di depan kelompok tani, dan, d. Penjelasan instruktur pada siswanya..

(17) 14. 3) Berbicara menstimulasi, berbicara menstimulasi juga berusaha serius, kadang-kadang terasa kaku, pembicara berkedudukan lebih tinggi dari pendengarnya dapat disebabkan oleh wibawa, pengetahuan, pengalaman, jabatan atau fungsinya yang memang melebihi pendengarnya. Berbicara menstimulasi,. pembicara. berusaha. membangkitkan. semangat. pendengarnya sehingga pendengar itu bekerja lebih tekun, berbuat lebih baik, bertingkah lebih sopan, belajar lebih berkesenambungan. Pembicara biasa dilandasi oleh rasa kasih sayang, kebutuhan kemauan, harapan, dan inspirasi pendengar. Contoh: a. Nasehat guru terhadap siswa yang malas, melalaikan tugasnya, b. Pepatah petitih, pengajaran ayah kepada anaknya yang kurang senonoh, c. Nasehat dokter pada pasiennya, d. Nasehat atasan pada karyawan yang malas dan, e. Nasehat ibu pada putrinya yang patah hati. 4) Berbicara meyakinkan, sesuai dengan namanya, bertujuan meyakinkan pendengarnya,. suasananya. pun. bersifat. serius,. mencekam. dan. menegangkan. Pembicara berusaha mengubah sikap pendengarnya dari tidak setuju menjadi setuju, dari tidak simpati menjadi simpati, dari tidak mau membantu menjadi mau membantu. Pembicara harus melandaskan pembicaraannya kepada argumentasi dan nalar, logis masuk akal, dan dapat mempertanggungjawabkan dari segala segi. Contoh:.

(18) 15. a. Pidato petugas KBN didepan masyarakat yang anti keluarga berencana Pidato petugas Depsos pada masyarakat daerah kritis tetapi segan bertransmigrasi. b. Pidato pimpinan partai tertentu di daerah yang kurang menyenangi partai tersebut. c. Pidato calon kepala desa di daerah yang belum simpati padanya. d. Pidato pimpinan BRI pada masyarakat yang lebih senang berhubungan dengan tengkulak. 5) Berbicara menggerakkan, juga menuntut keseriusan baik dari segi pembicara maupun dari segi pendengarnya. Pembicara dalam berbicara mendengarkan haruslah berwibawa, tokoh, idola, panutan masyarakat. Contoh: a. Bung Tomo dapat membakar semangat juang para pemuda pada peristiwa 10 November 1945 di Surabaya. c. Metode Penyampain Bila belum, perhatikan empat (4) cara yang biasa digunakan orang dalam menyampaikan pembicaraannya, antara lain yaitu: 1) Penyampaian. secara. mendadak,. terjadi. karena. seseorang. tanpa. direncanakan sebelumnya harus berbicara di depan umum. Hal ini dapat tertjadi karena tuntutan situasi. Contoh: a. Karena pembicara yang telah direncanakan berhalangan hadir tampil, maka terpaksa secara mendadak dicarikan penggantinya atau dalam suatu.

(19) 16. pertemuan seseorang diminta secara mendadak memberikan kata sambutan, pidato perpisahan, dan sebagainya. b. Penyampaian berdasarkan cacatan kecil, biasanya berupa butir-butir penting sebagai pedoman berbicara. Berbasarkan catatan itu, pembicara bercerita panjang lebar mengenai sesuatu hal. Hal ini dapat berhasil apabila pembicara sudah mempersiapkan dan menguasai isi pembicaraan secara mendalam sebelum tampil di depan umum. c. Penyampaian berdasarkan hafalan, berbicara berdasarkan hafalan memang banyak ke lemahannya, pembicara mungkin lupa akan beberapa bagian dari isi pidatonya, perhatiannya tidak bisa diberikan kepada pendengar, kaku dan kurang penyesuaian pada situasi yang ada. d. Penyampain berdasarkan naskah. Berbicara yang berlandalandaskan naskah dilaksanakan dalam situasi yang menuntut kepastian, bersifat resmi, dan menyangkut kepentingan umum. d. Jumlah Penyimak Komunikasi lisan melibatkan dua pihak, yaitu pendengar dan pembicara. Jumlah peserta yang berfungsi sebagai penyimak dalam komunikasi lisan dapat bervariasi misalnya satu orang, beberapa orang (kelompok kecil) dan banyak orang (kelompok besar). Berdasarkan jumlah penyimak itu, berbicara dapat di bagi atas tiga (3) jenis, yaitu: a. Berbicara antarpribadi, atau bicara empat mata, terjadi apabila dua pribadi membicarakan, mempercakapkan, merundingkan, atau mendiskusikan. b. Berbicara dalam kelompok kecil, terjadi apabila seseorang pembicara menghadapi sekelompok kecil pendengar, misanya 3-5 orang..

(20) 17. c. Berbicara dalam kelompok besar, terjadi apabila seorang pembicara menghadapi pendengar berjumlah besar atau massa. e. Peristiwa Khusus Dalam kehidupan sehari-hari, manusia sering menghadapi berbagai kegiatan.Sebagian dari kegiatan itu dikategorikan sebagai peristiwa khusus, istimewaatau spesifik. Contoh kegiatan khusus itu adalah ulang tahun, perpisahan, perkenalan, dan lain-lain. Berdasarkan peristiwa khusus itu berbicara atau berpidato dapat digolongkan atas enam jenis. a. Pidato presentasi ialah pidato yang dilakukan alam suasana pembagian hadiah. b. Pidato penyambutan atau penyambutan berisi ucapan selamat datang pada tamu. c. Pidato perpisahan, berisi kata-kata perpisahan. d. Pidato perkenalan, berisi penjelasan pihak yang memperkenalkan tentang nama, jabatan, pendidikan, pengalaman kerja, keahlian yang diperkenalka kepada tuan rumah. e. Pidato nominasi (mengunggulkan) berisi pujian, alasan, mengapa sesuatu itu diunggulkan. (Logan, dkk, 1972:127). 4.. Model Pembelajaran Role Playing Bermain. peran. pada. prinsipnya. merupakan. pembelajaran. untuk. ‘menghadirkan’ peran-peran yang ada dalam dunia nyata ke dalam suatu ‘pertunjukan peran’ di dalam kelas/pertemuan, yang kemudian dijadikan sebagai bahan refleksi. Misalnya: menilai keunggulan maupun kelemahan masing-masing peran tersebut, dan kemudian memberikan saran/ alternatif pendapat bagi pengembangan peran-peran tersebut.. Pembelajaran ini lebih menekankan.

(21) 18. terhadap masalah yang diangkat dalam ‘pertunjukan’, dan bukan pada kemampuan pemain dalam melakukan permainan peran. Role Playing adalah sejenis permainan gerak yang didalamnya ada tujuan, aturan dan sekaligus melibatkan unsur senang. Dalam Role Playing murid dikondisikan pada situasi tertentu di luar kelas, meskipun saat itu pembelajaran terjadi di dalam kelas, dengan menggunakan bahasa Indonesia. Selain itu, Role Playing sering kali dimaksudkan sebagai suatu bentuk aktivitas dimana pembelajar membayangkan dirinya seolah-olah berada di luar kelas dan memainkan peran orang lain. Dalam Role Playing murid diperlakukan sebagai subyek pembelajaran, secara aktif melakukan praktik-praktik berbahasa bersama teman-temannya pada situasi tertentu.. 5.. Kelebihan dan Kelemahan Metode Role Playing a. Kelebihan Metode Role Playing. 1) Dapat berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan murid. Disamping merupakan pengalaman yang menyenangkan yang sulit untuk dilupakan. 2) Sangat menarik bagi murid, sehingga memungkinkan kelas menjadi dinamis dan penuh antusias. 3) Membangkitkan gairah dan semangat optimisme dalam diri murid serta menumbuhkan rasa kebersamaan dan kesetiakawanan sosial yang tinggi. 4) Dapat menghayati peristiwa yang berlangsung dengan mudah, dan dapat memetik butir-butir hikmah yang terkandung di dalamnya dengan penghayatan murid sendiri..

(22) 19. 5) Dimungkinkan dapat meningkatkan kemampuan profesional murid, dan dapat menumbuhkan/ membuka kesempatan bagi lapangan kerja. b. Kelemahan Metode Role Playing 1) Jika murid tidak dipersiapkan secara baik ada kemungkinan tidak akan melakukan secara sungguh-sungguh. 2) Bermain peran mungkin tidak akan berjalan dengan baik jika suasana kelas tidak mendukung. 3) Bermain peran tidak selamanya menuju arah yang diharapkan seseorang yang memainkannya. Bahkan juga mungkin akan berlawanan dengan apa yang diharapkan. 4) Murid sering mengalami kesulitan untuk memerankan peran secara baik, khususnya jika mereka tidak diarahkan atau tidak ditugasi dengan baik. Murid perlu mengenal dengan baik apa yang diperankannya. 5) Bermain membutuhkan waktu yang banyak/ lama. 6) Untuk lancarnya bermain peran, diperlukan kelompok yang sensitif, imajinatif, terbuka, dan saling mengenal hingga bekerjasama dengan baik.. 6.. Langkah-langkah Pembelajaran Role Playing Adapun langkah-langkah Role Playing atau bermain peran pada buku yang. berjudul Belajar Dengan Pendekatan PAILKEM oleh Prof. Dr. Hamza B. Uno, M.Pd, hal.122 yaitu : (1) Guru menyusun/menyiapkan skenario yang akan ditampilkan, (2) menunjuk beberapa murid untuk mempelajari skenario dalam waktu beberapa hari sebelum KB, (3) guru membentuk kelompok murid yang anggotanya 5 orang, (4) memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin.

(23) 20. dicapai, (5) memanggil para murid yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah dipersiapkan, (6) masing-masing murid berada di kelompoknya sambil mengamati skenario yang sedang diperagakan, (7) setelah selesai ditampilkan, masing-masing murid diberikan lembar kerja untuk membahas penampilan masing-masing kelompok, (8) masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya, dan (9) guru memberikan kesimpulan secara umum.. C. Kerangka Pikir Pada kurikulum KTSP, pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah Dasar diarahkan pada penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi. Pembelajaran tersebut dituntut untuk dapat mengantarkan murid menjadi terampil menggunakan bahasa. Murid diharapkan mampu berbicara baik secara monolog maupun secara dialog dihadapan umum maupun dihadapan orang banyak, secara formal atau resmi. Namun untuk mencapai tujuan tersebut masih ditemukan beberapa masalah, baik yang dihadapi oleh murid maupun oleh guru dalam pembelajaran berbicara. Untuk mengungkapkan upaya meningkatkan keterampilan berbicara melalui model pembelajaran Role Playing murid kelas V SD Negeri 30 Panaikang Kec. Minasa Te,ne Kab. Pangkep maka dalam penelitian didesain dengan pendekatan kualitatif. Pelaksanaannya dengan melalui Penelitian Tindakan Kelas dengan dua siklus. Gambaran yang jelas tampak pada skema kerangka pikir berikut ini:.

(24) 21. Bagan 2.1 Skema Kerangka Pikir Pembelajaran Bahasa Indonesia SD. Menyimak. Berbicara. KTSP. Membaca. Menulis. Metode Role Playing. Perencanaan. Pelaksanaan. Penilaian. Siklus I Siklus II. Analisis. Temuan. D. Hipotesis Tindakan Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah jika model pembelajaran Role. Playing. diterapkan. dalam. pembelajaran. bahasa. Indonesia,. maka. keterampilan berbicara pada topik cerita fiksi murid kelas V SD Negeri 30 Panaikang. Kec.. Minasa. Te’ne. Kab.. Pangkep. dapat. meningka.

(25) BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan tahapan-tahapan pelaksanaan meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, serta refleksi secara berulang.. B. Lokasi, Waktu dan Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 30 Panaikang Kec. Minasa Te’ne Kab. Pangkep sedangkan yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah murid kelas V pada semester genap tahun ajaran 2013-2014, dengan jumlah murid 35 orang terdiri dari murid. laki-laki 8 orang dan murid perempuan 12 orang.. Memilih lokasi tersebut sebagai tempat penelitian karena pada tempat ini masih ditemukan murid yang mengalami masalah dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya keterampilan berbicara. Pertimbangan lain yaitu lokasinya mudah dijangkau oleh peneliti.. C. Faktor-Faktor yang Diteliti Untuk permasalahan yang terdapat pada bab I, maka beberapa faktor yang diteliti adalah sebagai berikut: 1.. Faktor proses, yaitu dengan melihat murid selama proses pembelajaran seperti kehadiran murid, murid yang aktif menjawab pertanyaan teman/. 22.

(26) 23. guru, murid yang melakukan kegiatan lain seperti ribut, bermain, dan sebagainya serta murid yang aktif membuat dan merumuskan masalah. 2.. Faktor hasil, yaitu dengan melihat hasil belajar murid setelah diterapkan model pembelajaran Role Playing.. D. Prosedur Penelitian Penelitian ini direncanakan dua siklus, dimana tiap siklus merupakan rangkaian kegiatan saling berkaitan. Dalam artian bahwa pelaksanaan siklus II merupakan kelanjutan dan perbaikan dari siklus I. Apabila siklus I dan siklus II belum berhasil, akan dilanjutkan pada siklus berikutnya. Gambaran Umum Siklus I Siklus I berlangsung selama empat kali pertemuan, tiga kali pertemuan digunakan proses belajar mengajar dan satu kali pertemuan dilaksanakan untuk tes siklus I. Prosedur pelaksanaan siklus I terdiri atas: tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi, maka keempat tahap-tahap tersebut diuraikan sebagai berikut: 1.. Tahap Perencanaan Tindakan Adapun kegiatan yang dilakukan dalam tahap persiapan ini adalah sebagai berikut: a.. Menelaah materi yang akan diajarkan. b.. Membuat RPP untuk pelaksanaan tindakan. c.. Membuat lembar observasi untuk kondisi proses belajar mengajar pada saat pembelajaran berlansung.

(27) 24. d.. Membuat. angket. mengenai. tanggapan. murid. tentang. kegiatan. pembelajaran melalui model pembelajaran Role Playing e. 2.. Membuat tes akhir siklus I. Tahap Pelaksanaan Tindakan Tahap pelaksanaan tindakan yaitu . Tahap persiapan. a.. Persiapan untuk bermain peran: 1) Memilih permasalahan yang mengandung pandangan-pandangan yang berbeda dan kemungkinan pemecahannya. 2) Mengarahkan murid pada situasi dan masalah yang akan dihadapi.. b.. Memilih pemain 1) Pilih secara sukarela, jangan dipaksa. 1) Sebisa mungkin pilih pemain yang dapat mengenali peran yang akan dibawakannya. 2) Hindari pemain yang ditunjuk sendiri oleh murid. 3) Pilih beberapa pemain agar seorang tidak memainkan dua peran sekaligus. 4). Setiap kelompok pemain paling banyak 5 orang.. 5). Hindari murid membawakan peran yang dengan kehidupan sebenarnya.. c.. Mempersiapkan penonton 1) Harus yakin bahwa pemirsa mengetahui keadaan dari tujuan bermain peran. 2) Arahkan mereka bagaimana seharusnya berperilaku..

(28) 25. d. Persiapan para pemain 1) Biarkan murid agar mempersiapkannya dengan sedikit mungkin campur tangan guru. 2) Sebelum bermain setiap pemain harus memahami betul apa yang dilakukannya. 3) Permainan harus lancar, dan sebaiknya ada kata pembukaan, tetapi hindari melatih kembali saat sudah siap bermain. 4) Siapkan tempat dengan baik. . Pelaksanaan. a.. Upayakan agar singkat, bagi pemula lima menit sudah cukup dan bermain sampai habis, jangan diinterupsi.. b.. Biarkan agar spontanitas menjadi kunci utamanya.. c.. Jangan menilai aktingnya, bahasanya dan lain-lain.. d.. Biarkan murid bermain bebas dari angka dan tingkatan.. e.. Jika terjadi kemacetan hal yang dapat dilakukan misalnya: 1) Dibimbing dengan pertanyaan. 2) Mencari orang lain untuk peran tersebut. 3) Menghentikan dan melangkah ke tindak lanjut.. f.. Jika pemain tersesat lakukan: 1) Rumuskan kembali keadaan dan masalah. 2). Simpulkan apa yang sudah dilakukan.. 3) Hentikan dan arahkan kembali. 4) Mulai kembali dengan penjelasan singkat..

(29) 26. . Tindak lanjut. 1.. Diskusi 1) Diskusi tindak lanjut dapat memberi pengaruh yang besar terhadap sikap dan pengetahuan murid. 2) Diskusi juga dapat menganalisis, menafsirkan, dan memberi jalan keluar atau merekreasi. 3) Di dalam diskusi sebaiknya dinilai apa yang telah dilaksanakan.. 2.. Melakukan bermain peran kembali Kadang-kadang memainkan kembali dapat memberi pemahaman yang. lebih baik.. 3.. Tahap Observasi Tahap observasi adalah mengamati seluruh proses tindakan dan pada saat. selesai tindakan. Fokus observasi adalah aktivitas guru dan murid. Aktifitas guru dapat diamati mulai pada tahap awal pembelajaran, saat pembelajaran, dan akhir pembelajaran. Data aktifitas guru dan murid diperoleh dengan menggunakan format observasi, pedoman wawancara, dan hasil belajar murid. 4.. Tahap Analisis dan Refleksi Setelah data terkumpul pada tahap observasi selanjutnya dianalisis untuk. melihat tingkat keberhasilan program pengajaran setelah diberikan tindakan siklus I. Hasil yang telah diperoleh dapat dijadikan patokan untuk merumuskan rencana perbaikan pengajaran sebelumnya..

(30) 27. Gambaran Umum Siklus II Siklus II berlangsung selama empat kali pertemuan, tiga kali pertemuan digunakan proses belajar mengajar dan satu kali pertemuan dilaksanakan untuk tes siklus II. Secara rinci prosedur penelitian tindakan ini adalah sebagai berikut: 2. Tahap Perencanaan Tindakan Adapun kegiatan yang dilakukan dalam tahap persiapan ini adalah sebagai berikut: a.. Menelaah materi yang akan diajarkan. b.. Membuat RPP untuk pelaksanaan tindakan. c.. Membuat lembar observasi untuk kondisi proses belajar mengajar pada saat pembelajaran berlansung. d.. Membuat. angket. mengenai. tanggapan. murid. tentang. kegiatan. pembelajaran melalui model pembelajaran Role Playing e.. Membuat tes akhir siklus II. 3. Tahap Pelaksanaan Tindakan Tahap pelaksanaan tindakan yaitu: . Tahap persiapan. f.. Persiapan untuk bermain peran: 3) Memilih permasalahan yang mengandung pandangan-pandangan yang berbeda dan kemungkinan pemecahannya. 4) Mengarahkan murid pada situasi dan masalah yang akan dihadapi.. g.. Memilih pemain 1) Pilih secara sukarela, jangan dipaksa..

(31) 28. 6) Sebisa mungkin pilih pemain yang dapat mengenali peran yang akan dibawakannya. 7) Hindari pemain yang ditunjuk sendiri oleh murid. 8) Pilih beberapa pemain agar seorang tidak memainkan dua peran sekaligus. 9). Setiap kelompok pemain paling banyak 5 orang.. 10) Hindari murid membawakan peran yang dengan kehidupan sebenarnya. c.. Mempersiapkan penonton 2) Harus yakin bahwa pemirsa mengetahui keadaan dari tujuan bermain peran. 5) Arahkan mereka bagaimana seharusnya berperilaku.. d. Persiapan para pemain 1) Biarkan murid agar mempersiapkannya dengan sedikit mungkin campur tangan guru. 2) Sebelum bermain setiap pemain harus memahami betul apa yang dilakukannya. 6) Permainan harus lancar, dan sebaiknya ada kata pembukaan, tetapi hindari melatih kembali saat sudah siap bermain. 7) Siapkan tempat dengan baik. . Pelaksanaan. a.. Upayakan agar singkat, bagi pemula lima menit sudah cukup dan bermain sampai habis, jangan diinterupsi.. b.. Biarkan agar spontanitas menjadi kunci utamanya..

(32) 29. c.. Jangan menilai aktingnya, bahasanya dan lain-lain.. d.. Biarkan murid bermain bebas dari angka dan tingkatan.. e.. Jika terjadi kemacetan hal yang dapat dilakukan misalnya: 4) Dibimbing dengan pertanyaan. 5) Mencari orang lain untuk peran tersebut. 6) Menghentikan dan melangkah ke tindak lanjut.. f.. Jika pemain tersesat lakukan: 5) Rumuskan kembali keadaan dan masalah. 6). Simpulkan apa yang sudah dilakukan.. 7) Hentikan dan arahkan kembali. 8) Mulai kembali dengan penjelasan singkat. . Tindak lanjut. 1.. Diskusi 4) Diskusi tindak lanjut dapat memberi pengaruh yang besar terhadap sikap dan pengetahuan murid. 5) Diskusi juga dapat menganalisis, menafsirkan, dan memberi jalan keluar atau merekreasi. 6) Di dalam diskusi sebaiknya dinilai apa yang telah dilaksanakan.. 2.. Melakukan bermain peran kembali Kadang-kadang memainkan kembali dapat memberi pemahaman yang. lebih baik. 4. Tahap Observasi Tahap observasi adalah mengamati seluruh proses tindakan dan pada saat selesai tindakan. Fokus observasi adalah aktivitas guru dan murid. Aktifitas guru.

(33) 30. dapat diamati mulai pada tahap awal pembelajaran, saat pembelajaran, dan akhir pembelajaran. Data aktifitas guru dan murid diperoleh dengan menggunakan format observasi, pedoman wawancara, dan hasil belajar murid. 5. Tahap Analisis dan Refleksi Setelah data terkumpul pada tahap observasi selanjutnya dianalisis untuk melihat tingkat keberhasilan program pengajaran setelah diberikan tindakan pada siklus II. Hasil yang telah diperoleh dapat dijadikan patokan untuk melihat apakah hasil belajar murid mengalami peningkatan. Jika hasil yang dicapai belum sesuai indikator, selanjutnya direncanakan tindakan berikutnya. Tahap tindakan digambarkan dalam bagan berikut ini:. Permasalahan. Refleksi I. Belum berhasil. Refleksi II. Terselesaikan. Alternatif. Pelaksanaan. Pemecahan Siklus I. Siklus I. Analisis Data. Observasi. Siklus I. Siklus I. Alternatif. Pelaksanaan. Pemecahan Siklus II. Siklus II. Analisis Data. Observasi. Siklus II. Siklus II. Kesimpulan. Laporan.

(34) 31. Bagan Alur Penelitian menurut MC. Taggart (dalam Madani, 2007) E. Teknik Pengumpulan Data Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a.. Teknik tes yaitu untuk memperoleh data tentang hasil belajar murid dipergunakan tes hasil belajar berbentuk lisan yang dibuat dengan memperhatikan kesesuaian dengan ruang lingkup materi pelajaran bahasa Indonesia dengan memperhatikan kurikulum dan buku paket sebelum diberikan kepada responden.. b.. Teknik observasi yaitu berupa format isian untuk mengecek kehadiran dan keaktifan murid dalam proses pembelajaran.. F. Teknik Analisis Data Tehnik analisis data hasil penelitian dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif untuk mengukur keterampilan berbicara melelui model pembelajaran Role Playing murid kelas V SD Negeri 30 Panaikang Kec. Minasa Te’ne Kab. Pangkep berdasarkan hasil tes penelitian (1 kali tes) setiap siklus dengan menggunakan distribusi frekuensi dan persentase. Langkah selanjutnya adalah menghitung nilai rata-rata berdasarkan hasil tes dengan rumus yang digunakan yang dikemukakan oleh Sugiyono (2004: 43), yaitu: Me = ∑ Xi n di mana: Me = Mean (rata-rata) Xi = Nilai x ke 1 sampai ke n n = jumlah individu.

(35) 32. Dalam rangka pengujian hipotesis penelitian tentang peningkatan keterampilan berbicara melalui model pembelajaran Role Playing murid kelas V SD Negeri 30 panaikang Kec. Minasa Te’ne Kab. Pangkep maka dilakukan dengan membandingkan nilai rata-rata hasil tes setiap siklus. Selanjutnya, mengklasifikasi nilai rata-rata pada rentang nilai seperti berikut ini:. Tabel 3.0 Format Distribusi, Frekuensi, dan Persentase Skor Peningkatan Keterampilan Berbicara Melalui Model Pembelajaran Role Playing Murid Kelas V SD Negri 30 Panaikang Kec. Minasa Te’ne Kab. Pangkep.. No. Interval Nilai. Kategori Keterampilan. 1.. 0 – 2,4. Buruk. 2.. 2,6 – 3,4. Sangat rendah. 3.. 3,5 – 5,4. Rendah. 4.. 5,5 – 6,4. Sedang. 5.. 6,5 – 8,4. Tinggi. 6.. 8,5 – 10. Sangat Tinggi. Analisis kualitatif dilaksanakan sesuai dengan kecenderungan yang terjadi pada siklus dengan melakukan penilaian secara verbal (aktifitas yang diamati). Selanjutnya, mengukur peningkatan keterampilan berbicara melalui model pembelajaran role playing murid kelas V SD Negeri 30 Panaikang Kec. Minasa Te’ne Kab. Pangkep, baik menggunakan diskusi kelompok maupun yang diajar.

(36) 33. dengan tidak menggunakan diskusi. Rumus yang digunakan, yaitu yang dikemukakan oleh Ali (1985: 184) sebagai berikut:. %=. n. x 100. N Dimana : % = persentase n = jumlah nilai yang diperoleh N = jumlah seluruh nilai Pemberian kategori terhadap keterampilan murid memudahkan guru dalam menafsirkan keterampilan berbicara melalui model pembelajaran Role Playing murid kelas V SD Negeri 30 Panaikang Kec. Minasa Te’ne Kab. Pangkep. G. Indikator Keberhasilan Yang menjadi indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini adalah: 1.. Murid aktif mengikuti pembelajaran. 2.. Meningkatnya jumlah murid yang membuat rumusan soal yang benar dan penyelesaiannya. 3.. Meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar bahasa Indonesia murid. Indikator lain yang dinilai dalam upaya peningkatan belajar Bahasa Indonesia murid kelas V SD Negeri 30 Panaikang Kec. Minasa Te’ne Kab.Pangkep dengan melihat ketuntasan hasil belajar secara individual maupun klasikal. Dikatakan berhasil secara individual apabila mencapai nilai 6,5 (sesuai KKM) sedangkan secara klasikal berhasil/ tuntas apabila mencapai 85 %..

(37) 34. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Kuantitatif Keterampilan Berbicara dengan Menggunakan Metode Role Playing Murid Kelas V SD Negeri 30 Panaikang Kec. Minasa Te’ne Kab. Pangkep Pembelajaran keterampilan berbicara dengan menggunakan metode role playing murid kelas V SD Negeri 30 Panaikang Kec. Minasa Te’ne Kab. Pangkep dilaksanakan selama dua siklus. Setiap siklus dilaksanakan selama empat kali pertemuan. Pada saat pertemuan pembelajaran dilakukan pengamatan terhadap keterampilan berbicara. Hasil analisis deskriptif keterampilan berbicara murid disajikan pada tabel 4. 1 berikut: Tabel 4.1. Statistik Nilai Peningkatan Keterampilan Berbicara dengan Menggunakan Metode Role Playing Murid kelas V SD Negeri 30 Panaikang Kec. Minasa Te’ne Kab. Pangkep Nilai Statistik Statistik. Siklus I. Siklus II. Subjek. 20. 20. Nilai ideal. 10. 10. Nilai tertinggi. 5,8. 7,8. Nilai terendah. 2,5. 6,4. Nilai rata-rata. 4,99. 7,11. Sumber: Data Analisis Skor Keterampilan Berbicara. 34.

(38) 35. Berdasarkan tabel 4. 1 di atas, tampak bahwa dari 20 jumlah murid yang diamati diperoleh nilai rata-rata Peningkatan Keterampilan Berbicara dengan Menggunakan Metode Role Playing Murid Kelas V SD Negeri 30 Panaikang Kec. Minasa Te’ne Kab. Pangkep yang didasarkan pada siklus I adalah sebesar 4,99. Nilai yang dicapai responden tersebar dengan nilai tertinggi 5,8 dan nilai terendah 2,5 dari nilai tertinggi yang mungkin dicapai 10. Selanjutnya, pada siklus II nilai rata-rata yang diperoleh adalah sebesar 7,11. Nilai yang dicapai responden tersebar dengan nilai tertinggi 7,8 dan nilai terendah 6,4 dari nilai tertinggi yang mungkin dicapai 10 Apabila nilai hasil belajar dikelompokkan kedalam lima kategori maka diperoleh distribusi frekuensi yang ditunjukkan pada tabel 4. 2 berikut ini: Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Nilai PeningkatanKeterampilan Berbicara dengan Menggunakan Metode Role Playing Murid Kelas V SD Inpres Minasa Upa 1 Makassar Siklus I dan Siklus II Frekuensi. No. Interval. Kategori. Persentase (%). SiklusI. Siklus II. Siklus I. Siklus II. Nilai 1.. 0 - 2,4. Buruk. 0. 0. 0. 0. 2.. 2,5 – 3,4. Sangat rendah. 1. 0. 5. 0. 3.. 3,5 – 5,4. Rendah. 16. 0. 80. 0. 4.. 5,5 – 6,4. sedang. 2. 1. 10. 5. 5.. 6,5 – 8,4. Tinggi. 1. 19. 5. 95. 6.. 8,5 – 10. Sangat tinggi. 0. 0. 0. 0. 20. 20. 100. 100. Jumlah. Sumber: Data Analisis Skor Keterampilan Berbicara.

(39) 36. 19. 20 18. 16. 16 14 12 10 8 6 4 2. 0. 0. 1. 2 0. 0. Sangat Rendah. Rendah. 1. 1. 0. 0. 0 Buruk. siklus I. Sedang. Tinggi. Sangat Tinggi. Siklus II. Grafik batang 4.1. Distribusi dan persentase nilai hasil belajar siklus I dan II murid kelas IV SD Negeri 30 Panaikang Hasil analisis deskriptif di atas menunjukkan Keterampilan Berbicara dengan Menggunakan Metode Role Playing Murid Kelas V SD Inpres Minasa Upa 1 Makassar dilaksanakan selama dua siklus. Siklus I dikategorikan rendah dan siklus II dikategorikan tinggi. Berdasarkan tabel 4. 2 di atas distribusi frekuensi dan persentase serta kategori ketercapaian ketuntasan Keterampilan Berbicara dengan Menggunakan Metode Role Playing Murid Kelas V SD Negeri 30 Panaikang Kec. Minasa Te’ne Kab. Pangkep dilaksanakan selama dua siklus, pada siklus I dan siklus II ditunjukkan pada tabel 4. 3 sebagai berikut:.

(40) 37. Tabel 4.3. Tes belajar. Siklus I. Siklus II. Distribusi Frekuensi, Persentase, serta Kategori Ketercapaian Ketuntasan Keterampilan Berbicara dengan Menggunakan Metode Role Playing Murid Kelas V SD Inpres Minasa Upa 1 Makassar. Interval nilai. Kategori. Frekuensi. Persentase(%). Nilai 6,5 ke atas. Tuntas. 1. 5. Nilai 6,5 ke bawah. Tidak tuntas. 19. 95. Nilai 6,5 ke atas. Tuntas. 19. 95. Nilai 6,5 ke bawah. Tidak tuntas. 1. 5. Sumber: Data Analisis Skor Keterampilan Berbicara. 100. 95. 95. 90 80 70 60 50. Tidak tuntas. 40. Tuntas. 30 20 10. 19. 19 5. 1. 5. 1. 0. Siklus I. SikluaII. Grafik batang 4.2. Ketuntasan hasil belajar murid pada siklus I dan II SD Negeri 30 Panaikang Kec. Minasa Te’ne Kab. Pangkep.

(41) 38. Berdasarkan tabel 4.3 di atas, terlihat bahwa persentase Keterampilan Berbicara dengan Menggunakan Metode Role Playing Murid Kelas V SD Inpres Minasa Upa 1 Makassar dilaksanakan selama dua siklus yaitu siklus I sebesar 5 % atau 1 orang dari 20 murid berada dalam kategori tuntas dan 95 % atau 19 orang murid berada dalam kategori tidak tuntas. Hal ini berarti bahwa terdapat 19 orang dari 20 murid yang perlu perbaikan karena belum mencapai kriteria ketuntasan individual, sedangkan pada siklus II persentase ketuntasan belajar murid sebesar 95 % atau 19 orang dari 20 murid berada dalam kategori tuntas dan 5 % atau 1 orang dari 20 murid berada pada kategori tidak tuntas. Dari siklus I sampai siklus II Keterampilan Berbicara dengan Menggunakan Metode Role Playing Murid Kelas V SD Negeri 30 Panaikang Kec. Minasa Te’ne Kab. Pangkep dilaksanakan selama dua siklus mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Berdasarkan kriteria hasil belajar mengenai ketuntasan kelas, yaitu > 85 %, data hasil penelitian pada siklus II di atas dianggap tuntas kelas dan kelompok karena yang tuntas mencapai 95% pada siklus berikutnya karena berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, yaitu peningkatan hasil belajar sudah terlihat, maka peneliti menganggap penelitian ini sudah cukup dengan menyimpulkan bahwa terdapat peningkatan keterampilan berbicara murid. B. Analisis Kualitatif Keterampilan Berbicara dengan Menggunakan Metode Role Playing Murid Kelas V SD Inpres Minasa Upa 1 Makassar 1.. Siklus I Pada bagian ini dibahas tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada. murid selama diterapkan metode role playing. Hasil observasi pembelajaran.

(42) 39. keterampilan berbicara dengan menggunakan metode role playing murid kelas V SD Negeri 30 Panaikang Kec. Minasa Te’ne Kab. Pangkep sebagai berikut: a). Observasi 1) Lafal keterampilan berbicara dengan menggunakan metode role playing murid kelas V SD Negeri 30 Panaikang Kec. Minasa Te’ne Kab. Pangkep dikategorikan kurang dengan persentase 51,5 % 2) Intonasi keterampilan berbicara dengan menggunakan metode role playing murid kelas V SD Negeri 30 Panaikang Kec. Minasa Te’ne kab. Pangkep dikategorikan kurang dengan persentase 50,5 % 3) Jeda keterampilan berbicara dengan menggunakan metode role playing murid kelas V SD Negeri 30 Panaikang Kec. Minasa Te’ne Kab. Pangkep dikategorikan kurang dengan persentase 52 % 4) Volume Suara keterampilan berbicara dengan menggunakan metode role playing murid kelas V SD Negeri 30 Panaikang Kec. Minasa Te’ne Kab. Pangkep dikategorikan kurang dengan persentase 48,5 % 5) Mimik dan Gerak Tubuh keterampilan berbicara dengan menggunakan metode role playing murid kelas V SD Negeri 30 Panaikang kec. Minasa Te’ne Kab. Pangkep dikategorikan kurang dengan persentase 54 %. b) Refleksi Pelaksanaan Tindakan Siklus I dilaksanakan empat kali pertemuan. Sebelum memasuki materi pokok guru menyampaikan kepada murid tujuan yang ingin dicapai, menciptakan suasana yang membuat murid dapat termotivasi belajar, menyajikan materi, membagikan buku bacaan atau naskah drama kepada murid, menugasi murid untuk membaca buku bacaan atau naskah yang telah dibagikan, mengadakan.

(43) 40. tanya jawab tentang buku bacaan yang dibaca, memberikan tugas kepada murid, membagi murid dalam kelompok, dan murid menyimpulkan bacaan yang telah dibaca dengan menggunakan kata-kata sendiri. Pembelajaran tahap akhir, yakni memberi penghargaan kepada kelompok dan murid yang dapat mendorong peningkatan pembelajaran. Namun, apabila dipersentasikan secara klasikal belum terlalu banyak peningkatan. Hal ini disebabkan oleh murid belum dapat menyesuaikan secara langsung metode pembelajaran yang baru diterapkan oleh guru. Pada tahap ini, pemahaman murid terhadap keterampilan berbicara dikategorikan kurang. Kurangnya peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode role playing murid kelas V SD Negeri 30 Panikang Kec. Minasa Te’ne Kab. Pangkep pada siklus I disebabkan oleh keterampilan berbicara murid yang kurang dan tidak didukung oleh teks drama yang kurang menarik. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa hasil dan proses dalam pembelajaran keterampilan berbicara dengan menggunakan metode role playing murid kelas V SD Negeri 30 Panaikang Kec. Minasa Te’ne kab. Pangkep pada siklus I masih rendah. 2.. Siklus II. a). Observasi Hasil. observasi. pembelajaran. keterampilan. berbicara. dengan. menggunakan metode role playing murid kelas V SD Negeri 30 Panaikang Kec.minasa Te’ne kab. Pangkep siklus II sebagai berikut:.

(44) 41. 1) Lafal keterampilan berbicara dengan menggunakan metode role playing murid kelas V SD Negeri 30 Panaikang Kec. Minasa Te’ne Kab. Pangkep dikategorikan baik dengan persentase 73 % 2) Intonasi keterampilan berbicara dengan menggunakan metode role playing murid kelas V SD Negeri 30 Panaikang Kec. Minasa Te’ne kab. Pangkep dikategorikan baik dengan persentase 72,5 % 3) Jeda keterampilan berbicara dengan menggunakan metode role playing murid kelas V SD Negeri 30 Panaikang Kec. Minasa Te’ne Kab. Pangkep dikategorikan baik dengan persentase 67 % 4) Volume Suara keterampilan berbicara dengan menggunakan metode role playing murid kelas V SD Negeri 30 Panaikang Kec. Minasa Te’ne Kab. Pangkep dikategorikan baik dengan persentase 71,5 % 6) Mimik dan Gerak Tubuh keterampilan berbicara dengan menggunakan metode role playing murid kelas V SD Negeri 30 Panaikang kec. Minasa Te’ne Kab. Pangkep dikategorikan baik dengan persentase 72 %. b) Refleksi Pelaksanaan Tindakan Siklus II berlangsung selama empat kali pertemuan. Sebelum memasuki materi pokok guru menyampaikan kepada murid tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, menciptakan suasana yang membuat murid dapat termotivasi belajar, menjelaskan materi sesuai rencana pelajaran dan mensosialisasikan pembelajaran bahasa Indonesia dengan metode role playing, membuat RPP untuk pelaksanaan tindakan, memberikan contoh membuat soal berdasarkan situasi yang diberikan atau tersedia, mencatat semua kegiatan yang dianggap penting baik mengenai.

(45) 42. kegiatan murid dalam mengikuti pelajaran. Menyelesaikan masalah dengan menggunakan. metode. role. playing,. mengadakan. tanya. jawab,. murid. mementaskan dramanya didepan kelas secara berkelompok. Pembelajaran tahap akhir yaitu memberikan penghargaan kepada kelompok atau murid yang dapat mendorong peningkatan pembelajaran. Setelah dipresentasikan secara klasikal banyak mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan oleh murid dapat menyesuaikan secara langsung metode pembelajaran yang baru diterapkan oleh guru. Keterampilan. berbicara. dan. bermain. peran. atau. drama. murid. dikategorikan baik. Meningkatnya pembelajaran keterampilan berbicara dengan menggunakan metode role playing murid kelas V SD Negeri 30 Panaikang Kec. Minasa Te’e Kab. Pankep pada siklus II disebabkan oleh pemahaman murid terhadap aspek keterampilan berbicara dan bermain peran atau drama yang memadai. Berdasarkan hasil analisis data dapat dinyatakan bahwa dalam pembelajaran keterampilan berbicara dengan menggunakan metode role playing murid kelas V SD Negeri 30 Panaikang. Kec. Minasa Te’ne Kab. Pangkep. meningkat karena nilai 6,5 yang diperoleh murid pada kategori tuntas siklus I meningkat pada siklus II.. C. Pembahasan Hasil Penelitian 1.. Terjadi Peningkatan Keterampilan Berbicara Murid Berdasarkan penyajian hasil penelitian secara deskriptif kualitatif dan. kuantitatif sebelumnya dapat dinyatakan bahwa ada peningkatan dalam.

(46) 43. pembelajaran keterampilan berbicara dengan menggunakan metode role playing murid kelas V SD Negeri 30 Panaikang Kec. Minasa Te’ne Kab. Pangkep Hal ini tampak pada siklus I meningkat pada siklus II. Nilai rata-rata keterampilan berbicara dengan menggunakan metode role playing pada siklus I sebanyak 4,99 dan meningkat menjadi 7,11 pada siklus II. Pada aspek ketuntasan belajar, baik individual maupun kelompok, yaitu persentase dalam pembelajaran keterampilan berbicara dengan menggunakan metode role playing murid kelas V SD Negeri 30 Panaikang Kec. Minasa Te’ne Kab. Pangkep pada siklus I sebesar 5 % atau 1 orang dari 20 murid berada dalam kategori tuntas dan 95 % atau 19 orang dari 20 murid berada dalam kategori tidak tuntas. Hal ini berarti bahwa terdapat 19 orang dari 20 murid yang perlu perbaikan karena belum mencapai kriteria ketuntasan individual, sedangkan pada siklus II persentase ketuntasan belajar murid sebesar 95 % atau 19 dari 20 murid berada dalam kategori tuntas dan 5 % atau 1 dari 20 murid berada pada kategori tidak tuntas. Dari siklus I sampai siklus II, dalam pembelajaran keterampilan berbicara dengan menggunakan metode role playing murid kelas V SD Negeri 30 Panaikang Kec. Minasa Te’ne Kab. Pangkep mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Sebagaimana dikemukakan oleh Ali (1985: 184) pemberian kategori terhadap keterampilan murid, memudahkan guru dalam menafsirkan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode role playing murid kelas V SD Inpres Minasa Upa 1 Makassar. Berdasarkan kriteria hasil belajar mengenai ketuntasan kelas, yaitu 85 %, data hasil penelitian siklus II di atas dianggap tuntas kelas dan kelompok karena yang tuntas mencapai 95 % dari 20 murid. Penelitian ini tidak perlu dilanjutkan.

(47) 44. pada siklus berikutnya karena berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, yaitu peningkatan keterampilan berbicara sudah terlihat, maka peneliti menganggap penelitian ini sudah cukup dengan menyimpulkan bahwa terdapat peningkatan kemampuan bermain peran atau drama murid. 2.. Terbukti. secara. Signifikan. bahwa. Pembelajaran. Keterampilan. Berbicara Mengalami Peningkatan dengan Menggunakan Metode Role Playing Murid Kelas V SD Negeri 30 Panaikang Kec. Minasa Te’ne Kab. Pangkep Peningkatan keterampilan berbicara murid tampak pula pada setiap aktivitas dan indikator penilaian keterampilan berbicara berikut ini: a. Siklus I 1. Arlan Saputra  Lafal keterampilan berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatkan poin 7 dari dari nilai ideal 10  Intonasi keterampilan berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatkan poin 5 dari nilai ideal 10  Jeda Keterampilan keterampila berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatkan poin 6 dari nilai ideal 10  Volume Suara keterampilan berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatka poin 5 dari nilai ideal 10  Mimik dan Gerak Tubuh berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatkan poin 6 dari nilai ideal 10 Dan nilai rata-rata yang didapat dari hasil keseluruhan adalah 5,8.

(48) 45. 2. Muh. Unus  Lafal keterampilan berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatkan poin 5 dari dari nilai ideal 10  Intonasi keterampilan berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatkan poin 4 dari nilai ideal 10  Jeda Keterampilan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatkan poin 5 dari nilai ideal 10  Volume Suara keterampilan berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatka poin 4 dari nilai ideal 10  Mimik dan Gerak Tubuh berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatkan poin 5 dari nilai ideal 10 Dan nilai rata-rata yang didapat dari hasil keseluruhan adalah 4,6 3. Sumarlin  Lafal keterampilan berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatkan poin 5 dari dari nilai ideal 10  Intonasi keterampilan berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatkan poin 5 dari nilai ideal 10  Jeda Keterampilan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatkan poin 5 dari nilai ideal 10  Volume Suara keterampilan berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatka poin 5 dari nilai ideal 10  Mimik dan Gerak Tubuh berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatkan poin 5 dari nilai ideal 10.

(49) 46. Dan nilai rata-rata yang didapat dari hasil keseluruhan adalah 5 4. Zulfitrah Ramadhan  Lafal keterampilan berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatkan poin 5 dari dari nilai ideal 10  Intonasi keterampilan berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatkan poin 6 dari nilai ideal 10  Jeda Keterampilan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatkan poin 5 dari nilai ideal 10  Volume Suara keterampilan berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatka poin 5 dari nilai ideal 10  Mimik dan Gerak Tubuh berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatkan poin 5 dari nilai ideal 10 Dan nilai rata-rata yang didapat dari hasil keseluruhan adalah 5,2 5. Muh. Aldi Ilyas  Lafal keterampilan berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatkan poin 5 dari dari nilai ideal 10  Intonasi keterampilan berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatkan poin 4 dari nilai ideal 10  Jeda Keterampilan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatkan poin 5 dari nilai ideal 10  Volume Suara keterampilan berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatka poin 4 dari nilai ideal 10.

(50) 47.  Mimik dan Gerak Tubuh berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatkan poin 4 dari nilai ideal 10 Dan nilai rata-rata yang didapat dari hasil keseluruhan adalah 4,6 6. Muh. Haikal  Lafal keterampilan berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatkan poin 5 dari dari nilai ideal 10  Intonasi keterampilan berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatkan poin 6 dari nilai ideal 10  Jeda Keterampilan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatkan poin 6dari nilai ideal 10  Volume Suara keterampilan berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatka poin 5 dari nilai ideal 10  Mimik dan Gerak Tubuh berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatkan poin 6 dari nilai ideal 10 Dan nilai rata-rata yang didapat dari hasil keseluruhan adalah 5,6 7. Andika  Lafal keterampilan berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatkan poin 6 dari dari nilai ideal 10  Intonasi keterampilan berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatkan poin 7 dari nilai ideal 10  Jeda Keterampilan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatkan poin 7 dari nilai ideal 10.

(51) 48.  Volume Suara keterampilan berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatka poin 7 dari nilai ideal 10  Mimik dan Gerak Tubuh berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatkan poin 7 dari nilai ideal 10 Dan nilai rata-rata yang didapat dari hasil keseluruhan adalah 6,8 8. Harmini  Lafal keterampilan berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatkan poin 6 dari dari nilai ideal 10  Intonasi keterampilan berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatkan poin 5 dari nilai ideal 10  Jeda Keterampilan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatkan poin 5 dari nilai ideal 10  Volume Suara keterampilan berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatka poin 6 dari nilai ideal 10  Mimik dan Gerak Tubuh berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatkan poin 5 dari nilai ideal 10 Dan nilai rata-rata yang didapat dari hasil keseluruhan adalah 5,4 9. Pirdawati  Lafal keterampilan berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatkan poin 5 dari dari nilai ideal 10  Intonasi keterampilan berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatkan poin 5 dari nilai ideal 10.

(52) 49.  Jeda Keterampilan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatkan poin 5 dari nilai ideal 10  Volume Suara keterampilan berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatka poin 4 dari nilai ideal 10  Mimik dan Gerak Tubuh berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatkan poin 6 dari nilai ideal 10 Dan nilai rata-rata yang didapat dari hasil keseluruhan adalah 5 10. Hasniar  Lafal keterampilan berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatkan poin 6 dari dari nilai ideal 10  Intonasi keterampilan berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatkan poin 6 dari nilai ideal 10  Jeda Keterampilan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatkan poin 6 dari nilai ideal 10  Volume Suara keterampilan berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatka poin 5 dari nilai ideal 10  Mimik dan Gerak Tubuh berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatkan poin 5 dari nilai ideal 10 Dan nilai rata-rata yang didapat dari hasil keseluruhan adalah 5,4 11. Fitriani  Lafal keterampilan berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatkan poin 4 dari dari nilai ideal 10.

(53) 50.  Intonasi keterampilan berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatkan poin 5 dari nilai ideal 10  Jeda Keterampilan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatkan poin 5 dari nilai ideal 10  Volume Suara keterampilan berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatka poin 5 dari nilai ideal 10  Mimik dan Gerak Tubuh berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatkan poin 6 dari nilai ideal 10 Dan nilai rata-rata yang didapat dari hasil keseluruhan adalah 4,6 12. Elsa Damayanti  Lafal keterampilan berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatkan poin 6 dari dari nilai ideal 10  Intonasi keterampilan berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatkan poin 5 dari nilai ideal 10  Jeda Keterampilan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatkan poin 5 dari nilai ideal 10  Volume Suara keterampilan berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatka poin 5 dari nilai ideal 10  Mimik dan Gerak Tubuh berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatkan poin 6 dari nilai ideal 10 Dan nilai rata-rata yang didapat dari hasil keseluruhan adalah 5,4.

(54) 51. 13. Rukma  Lafal keterampilan berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatkan poin 5 dari dari nilai ideal 10  Intonasi keterampilan berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatkan poin 4 dari nilai ideal 10  Jeda Keterampilan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatkan poin 5 dari nilai ideal 10  Volume Suara keterampilan berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatka poin 4 dari nilai ideal 10  Mimik dan Gerak Tubuh berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatkan poin 5 dari nilai ideal 10 Dan nilai rata-rata yang didapat dari hasil keseluruhan adalah 4,6 14. Winarsih  Lafal keterampilan berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatkan poin 4 dari dari nilai ideal 10  Intonasi keterampilan berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatkan poin 4 dari nilai ideal 10  Jeda Keterampilan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatkan poin 4 dari nilai ideal 10  Volume Suara keterampilan berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatka poin 4 dari nilai ideal 10  Mimik dan Gerak Tubuh berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatkan poin 4 dari nilai ideal 10.

(55) 52. Dan nilai rata-rata yang didapat dari hasil keseluruhan adalah 4 15. Herawati  Lafal keterampilan berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatkan poin 5 dari dari nilai ideal 10  Intonasi keterampilan berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatkan poin 5 dari nilai ideal 10  Jeda Keterampilan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatkan poin 5 dari nilai ideal 10  Volume Suara keterampilan berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatka poin 5 dari nilai ideal 10  Mimik dan Gerak Tubuh berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatkan poin 6 dari nilai ideal 10 Dan nilai rata-rata yang didapat dari hasil keseluruhan adalah 5,2 16. Nirmalasari  Lafal keterampilan berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatkan poin 5 dari dari nilai ideal 10  Intonasi keterampilan berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatkan poin 5 dari nilai ideal 10  Jeda Keterampilan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatkan poin 5 dari nilai ideal 10  Volume Suara keterampilan berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatka poin 5 dari nilai ideal 10.

(56) 53.  Mimik dan Gerak Tubuh berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatkan poin 5 dari nilai ideal 10 Dan nilai rata-rata yang didapat dari hasil keseluruhan adalah 5 17. Nurhayati  Lafal keterampilan berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatkan poin 5 dari dari nilai ideal 10  Intonasi keterampilan berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatkan poin 6 dari nilai ideal 10  Jeda Keterampilan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatkan poin 5 dari nilai ideal 10  Volume Suara keterampilan berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatka poin 5 dari nilai ideal 10  Mimik dan Gerak Tubuh berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatkan poin 5 dari nilai ideal 10 Dan nilai rata-rata yang didapat dari hasil keseluruhan adalah 5,2 18. Aldi S  Lafal keterampilan berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatkan poin 5 dari dari nilai ideal 10  Intonasi keterampilan berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatkan poin 5 dari nilai ideal 10  Jeda Keterampilan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatkan poin 5 dari nilai ideal 10.

(57) 54.  Volume Suara keterampilan berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatka poin 5 dari nilai ideal 10  Mimik dan Gerak Tubuh berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatkan poin 5 dari nilai ideal 10 Dan nilai rata-rata yang didapat dari hasil keseluruhan adalah 5 19. Munira  Lafal keterampilan berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatkan poin 4 dari dari nilai ideal 10  Intonasi keterampilan berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatkan poin 4 dari nilai ideal 10  Jeda Keterampilan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatkan poin 5 dari nilai ideal 10  Volume Suara keterampilan berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatka poin 4 dari nilai ideal 10  Mimik dan Gerak Tubuh berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatkan poin 6dari nilai ideal 10 Dan nilai rata-rata yang didapat dari hasil keseluruhan adalah 4,6 20. Firiana  Lafal keterampilan berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatkan poin 5 dari dari nilai ideal 10  Intonasi keterampilan berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatkan poin 5 dari nilai ideal 10.

(58) 55.  Jeda Keterampilan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatkan poin 5 dari nilai ideal 10  Volume Suara keterampilan berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatka poin 5 dari nilai ideal 10  Mimik dan Gerak Tubuh berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatkan poin 6 dari nilai ideal 10 Dan nilai rata-rata yang didapat dari hasil keseluruhan adalah 5,2 b. Siklus II 1. Arlan Saputra  Lafal keterampilan berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatkan poin 8 dari dari nilai ideal 10  Intonasi keterampilan berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatkan poin 8 dari nilai ideal 10  Jeda Keterampilan keterampila berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatkan poin 8 dari nilai ideal 10  Volume Suara keterampilan berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatka poin 8 dari nilai ideal 10  Mimik dan Gerak Tubuh berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatkan poin 7 dari nilai ideal 10 Dan nilai rata-rata yang didapat dari hasil keseluruhan adalah 7,8 2. Muh. Unus  Lafal keterampilan berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatkan poin 7 dari dari nilai ideal 10.

(59) 56.  Intonasi keterampilan berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatkan poin 7dari nilai ideal 10  Jeda Keterampilan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatkan poin 6 dari nilai ideal 10  Volume Suara keterampilan berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatka poin 7 dari nilai ideal 10  Mimik dan Gerak Tubuh berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatkan poin 7 dari nilai ideal 10 Dan nilai rata-rata yang didapat dari hasil keseluruhan adalah 6,8 3. Sumarlin  Lafal keterampilan berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatkan poin 7 dari dari nilai ideal 10  Intonasi keterampilan berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatkan poin 7 dari nilai ideal 10  Jeda Keterampilan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatkan poin 5 dari nilai ideal 10  Volume Suara keterampilan berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatka poin 7 dari nilai ideal 10  Mimik dan Gerak Tubuh berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatkan poin 7 dari nilai ideal 10 Dan nilai rata-rata yang didapat dari hasil keseluruhan adalah 6,6.

(60) 57. 4. Zulfitrah Ramadhan  Lafal keterampilan berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatkan poin 8 dari dari nilai ideal 10  Intonasi keterampilan berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatkan poin 7 dari nilai ideal 10  Jeda Keterampilan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatkan poin 7 dari nilai ideal 10  Volume Suara keterampilan berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatka poin 7 dari nilai ideal 10  Mimik dan Gerak Tubuh berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatkan poin 8 dari nilai ideal 10 Dan nilai rata-rata yang didapat dari hasil keseluruhan adalah 7,4 5. Muh. Aldi Ilyas  Lafal keterampilan berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatkan poin 6 dari dari nilai ideal 10  Intonasi keterampilan berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatkan poin 6 dari nilai ideal 10  Jeda Keterampilan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatkan poin 6 dari nilai ideal 10  Volume Suara keterampilan berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatka poin 7 dari nilai ideal 10  Mimik dan Gerak Tubuh berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatkan poin 7 dari nilai ideal 10.

(61) 58. Dan nilai rata-rata yang didapat dari hasil keseluruhan adalah 6,4 6. Muh. Haikal  Lafal keterampilan berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatkan poin 8 dari dari nilai ideal 10  Intonasi keterampilan berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatkan poin 8 dari nilai ideal 10  Jeda Keterampilan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatkan poin 7 dari nilai ideal 10  Volume Suara keterampilan berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatka poin 8 dari nilai ideal 10  Mimik dan Gerak Tubuh berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatkan poin 8 dari nilai ideal 10 Dan nilai rata-rata yang didapat dari hasil keseluruhan adalah 7,8 7. Andika  Lafal keterampilan berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatkan poin 7 dari dari nilai ideal 10  Intonasi keterampilan berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatkan poin 8 dari nilai ideal 10  Jeda Keterampilan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatkan poin 8 dari nilai ideal 10  Volume Suara keterampilan berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatka poin 8 dari nilai ideal 10.

(62) 59.  Mimik dan Gerak Tubuh berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatkan poin 7 dari nilai ideal 10 Dan nilai rata-rata yang didapat dari hasil keseluruhan adalah 7,6 8. Harmini  Lafal keterampilan berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatkan poin 7 dari dari nilai ideal 10  Intonasi keterampilan berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatkan poin 7 dari nilai ideal 10  Jeda Keterampilan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatkan poin 6 dari nilai ideal 10  Volume Suara keterampilan berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatka poin 8 dari nilai ideal 10  Mimik dan Gerak Tubuh berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatkan poin 7 dari nilai ideal 10 Dan nilai rata-rata yang didapat dari hasil keseluruhan adalah 6,8 9. Pirdawati  Lafal keterampilan berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatkan poin 7 dari dari nilai ideal 10  Intonasi keterampilan berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatkan poin 7 dari nilai ideal 10  Jeda Keterampilan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode Role Playing mendapatkan poin 6 dari nilai ideal 10.

Referensi

Dokumen terkait

No Nomor Peserta Nama Asal Sekolah

bahwa sehubungan dengan hal terse but pada huruf a, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pendidikan

Melalui game yang Penulis buat diharapkan user tidak merasa bosan berlama-lama di depan komputer dan juga bisa membantu gerak refleks anak atau merangsang kecepatan berfikir pada

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dapat digunakan jika ada aspek yang menyangkut hukum publik seperti perceraian karena suami atau istri menyiksa,

perancangan detil departemen Assembly menghasilkan tiga tata letak yang masing-masing mempunyai aktivitas material handling 5.638.489,5; 6.727.730; dan 6.894.334

Penetapan Asestmen formatif Dalam Pembelajaran Berbasis Proyek Untuk Mengungkap Kemampuan Self Regulation Siswa SMA Pada Materi Kingdom Animalia.. Universitas Pendidikan Indonesia

Dari hasil kedua proses tersebut, dilakukan analisis pada social network antar aktor yang didapat dari event log yang direkam oleh Sistem Informasi Rumah

dengan membandingkan rasio-rasio tersebut dari tahun ke tahun maka dapat di ketahui efisiensinya penggunaan dana perusahaan sejauh mana kebijakan yang telah di jalankan